Dedi Purwana, Setyo Ferry W. & Nurahma Hajat
: Efikasi Diri Dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Beriwausaha Karyawan
EFIKASI DIRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA KARYAWAN Dedi Purwana E.S. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta –
[email protected] Setyo Ferry Wibowo Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta –
[email protected] Nurahma Hajat Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
ABSTRACT
This research aims to examine self efficacy and its relation to employee’s entrepreneurial intention. Survey method was used in this research. Data was collected using questionairre and interview. Population of the research was all adminitration staff of Universitas Negeri Jakarta.Sample was determined using simple random sampling technique with 135 selected repondents. The research concluded that: 1) All respondents had high score in self efficacy and entrepreneurial intention; 2)there is a positive relation between self efficacy and entrepreneurial intention with R2 (26.6%) and regression model (Y = 18,678 + 0.367 X). Keywords: Efikasi Diri, Intensi Berwirausaha, Purna Bakti. PENDAHULUAN Masa purnabakti atau pensiun diidentikkan dengan masa istirahat dan berkurangnya aktivitas. Sebagian orang akan memanfaatkannya sebagai waktu penuh untuk beristirahat dari berbagai beban pekerjan, namun sebagian lainnya memanfaatkan waktu pensiun dengan tetap aktif bekerja. Faktor yang menjadi penyebab perbedaan pemanfaatan waktu luang tersebut antara lain
adalah keamanan finansial selama masa purnabakti. Keamanan finansial dapat diartikan terdapatnya sumber pembiayaan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi minimum, atau lebih jauh lagi, mempertahankan pola konsumsi yang selama ini dilakukan.Masalah keamanan finansial terkait dengan hilangnya atau berkurangnya pendapatan individu ketika memasuki masa purnabakti, padahal di sisi lain kebutuhan hidup tidak berkurang, 45
– Volume XIV, Nomor 1, Maret 2016
Dedi Purwana, Setyo Ferry W. & Nurahma Hajat
: Efikasi Diri Dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Beriwausaha Karyawan
dan mungkin mengalami peningkatan. Sebagian masyarakat yang memiliki kesadaran dan perencanaan jangka panjang, telah melakukan investasi atau menabung selama masih dalam masa aktif bekerja. Dengan demikian, selama masa purnabakti, mereka tidak lagi mencemaskan masalah ketersediaan sumber pembiayan hidup. Tetapi sebagian kelompok masyarakat lainnya tidak melakukan hal tersebut dengan 2 alasan umum: tidak adanya kesadaran jangka panjang atau penghasilan yang dimiliki selama masa aktif bekerja tidak mencukupi untuk melakukan investasi ataupun menabung. Untuk kelompok masyarakat tersebut, setelah memasuki masa purnabakti mereka tetap “wajib” aktif berupaya mencari sumber penghasilan. Pilihan yang umum dilakukan adalah meminta tetap diperbanukan sebagai karyawan di tempatnya bekerja, atau mencari pekerjaan di tempat lain. Terdapat satu lagi alternatif yang potensial untuk dilakukan, yaitu berwirausaha. Berwirausaha merupakan salah satu pilihan menarik karena memiliki beberapa nilai tambah dibandingkan dengan tetap bekerja sebagai karyawan. Pertama, terdapatnya peluang untuk memperolah penghasilan yang lebih besar daripada gaji yang diterima sebagai karyawan. Kedua, berwirausaha memungkinkan diwujudkannya gagasan-gagasan terpendam sebagai bentuk
aktualisasi diri yang selama masa aktif bekerja tidak dapat direalisasikan. Ketiga, waktu kerja berwirausaha relatif teidak terlalu mengikat jika dibandingkan dengan menjadi karyawan. Keempat, terdapatnya nilai tambah dalam bentuk kontribusi sosial terhadap masyarakat sekitar, misalnya dalam bentuk penyerapan tenaga kerja. Berbagai peluang saat ini banyak tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara umum, dan kelompok masyarakat yang telah memasuki masa purnabakti khususnya. Saat ini banyak terdapat tawaran pelatihan dan pembinaan kewirausahaan. Selain itu, berbagai lembaga finansial, baik milik pemerintah maupun swasta, menawarkan sumber pendanaan bagi kelompok mayarakat yang ingin berwirausaha. Namun, berbagai peluang berwirausaha tersebut seringkali tidak mampu menjadi pendorong bagi masyarakat untuk menjadi wirausahawan. Beberapa faktor diantaranya terkait dengan karakteristik personal, antara lain: adalah kurangnya pemahaman finansial (financial literacy), kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan usaha, keengganan untuk menanggung resiko, dan dan tidak adanya keyakinan dalam diri (efikasi diri) bahwa dirinya mampu untuk berwirausaha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui relasi efikasi diri terhadap minat berwirausaha karyawan saat memasuki masa
– Volume XIV Nomor 1, Maret 2016
46
Dedi Purwana, Setyo Ferry W. & Nurahma Hajat
: Efikasi Diri Dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Beriwausaha Karyawan
purnabakti di sebuah perguruan tinggi negeri. Adapun permasalahan penelitian yang akan dijawab adalah 1) Bagaimanakah efikasi diri dan minat berwirausaha pada karyawan yang akan memasuki masa purna bakti?; dan 2) Apakah terdapat hubungan antara efikasi diri dan minat berwirausaha pada karyawan akan memasuki masa purna bakti? KAJIAN PUSTAKA Bird et. al. (1988) dalam Indarti (2010) menyatakan pengertian minat, yaitu: “intention is defined as a state of mind, directing attention, experience, and action toward a specific object (goal) or pathway to its achievement” (minat adalah sikap mental, perhatian yang terarah, pengalaman, dan tindakan terhadap sasran tertentu, atau pendekatan untuk mencapai prestasi tertentu). Adapun Wirausaha, oleh Engel et.al, (2010) didefinisikan sebagai “individual who starts their own business” (individu yang memulai/menjalankan usaha mereka sendiri. Bird and Jellinek (1988) dalam Indarti (2010) mendefinisikan kewirausahaan sebagai “the intentional creation or transformation of an organization for the purpose of creating or adding value through organization of resources”. McMullen and Shepherd (2006) dalam Esnard (2011) mendefiniskan kewirausahaan sebagai “taking action as a result of a decision about
the opportunity for profit” (pengambilan tindakan sebagai hasil dari keputusan memanfaatkan peluang untuk memperoleh keuntungan). Dalam perspektif kewirausahaan, Engel et.al (2010) mendefinisikan minat berwirasaha sebagai: “the intention of an individual to start a new business” (minat atau tekad untuk memulai usaha baru). Definisi tersebut merujuk pada definisi yang dinyatakan oleh Krueger et al. (dalam Urban et.al., 2008) yaitu: “the commitment to start a new business” (komitmen untuk memulai usaha baru). Menurut Gurbus dan Aykol (2008): “entrepreneurial intention in one willingness in undertaking entrprenuerial activity, or in other words become self employed”. (minat berwirausaha adalah kesediaan seseorang untuk melakukan aktivitas bewirausaha; atau dengan kata lain menjadi self employed).Grundsten (dalam Nasurdin et.al., 2009) juga mendeskripsikan minat berwirausaha sebagai “the intention of a person to perform new venture creation behavior or action” (minat atau tekad seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku penciptaan usaha baru). Definisi yang lebih komprehensif disampaikan oleh Bird (dalam Nasurdin et.al., 2009), yang menyatakan minat berwirausaha adalah: “a state of mind, which directs and guides the actions of the
– Volume XIV, Nomor 1, Maret 2016
47
Dedi Purwana, Setyo Ferry W. & Nurahma Hajat
: Efikasi Diri Dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Beriwausaha Karyawan
individual toward the development and the implementation of new business concepts”. (keadaan pikiran, yang mengarahkan dan memandu tindakan seseorang untuk mengembangkan dan mengimplementasikan konsep usaha baru). Definsi lain minat berwirausaha dinyatakan oleh Katz and Gartner (dalam Indarti, 2010) yaitu"a process of informationsearching which can be used to achieve a new venture” (proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mendirikan sebuah usaha baru). Berdasarkan definisi-definsi tersebut di atas, minat berwirausaha mengacu pada kondisi pikiran berupa tekad/minat atau komitmen, yang akan mengarahkan kepada tindakan menciptakan usaha baru. Tercakup dalam tindakan tersebut mencari informasi-informasi yang relevan dengan penciptaan usaha baru, yang kemudian ditindaklanjuti dengan merumuskan gagasan usaha dan mengimplementasikannya. Operasionalisasi minat bewirausaha memiliki keragaman. Krueger et al.’s (2000) merumuskan indikator untuk mengukur minat berwirausaha, yaitu: keinginan untuk memiliki usaha sendiri dalam waktu dekat dan keinginan bekerja keras untuk memiliki usaha sendiri. Menurut Urban et.al (2008), “Entrepreneurial intentions are generally measured as the probability of starting a business in the foreseeable future”. (minat
berwirausahakerap diukur sebagai kemunngkinan atau probabilita untuk memulai usaha di masa depan yang telah diantisipasi). Engel et. al (2010) mengukur minat berwirausaha menggunakan indikator: mempertimbangkan, mempersiapkan, probabilitas merealisasikan minat untuk berwirausaha. Indikator dari minat bewirausaha yang digunakan oleh Boissin et. al (2009)saat mengukur minat mahasiswa berwirausaha setelah lulus adalah: probablitias mendirikan usaha baru setelah lulus, probabilitas mengejar karir dalam perusahaan sebagai karyawan, preferensi terhadap berwirausaha. Bandura (Dalam Urban et.al. 2008) menyatakan bahwa: “intentions, whether expressed in determination to engage in a specific course or to perform, increase the likelihood that sought futures will be realised”. (minat diekspresikan dalam kekuatan pikiran untuk menjalankan pilihan tertentu; melakukan tindakan; meningkatkan kemungkinan terealisasinya masa depan yang diinginkan). Efikasi diri adalah keyakinan individu tentang kapabilitas yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas tertentu (Bandura dalam Indarti (2010). Menurut Bandura, individu dengan efikasi diri yang tinggi cenderung menyukai tantangan dan memiliki daya tahan yang kuat saat menghadapi hambatan. Oleh karena itu, individu dengan efikasi diri yang tinggi cenderung melakukan upaya
– Volume XIV Nomor 1, Maret 2016
48
Dedi Purwana, Setyo Ferry W. & Nurahma Hajat
: Efikasi Diri Dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Beriwausaha Karyawan
yang terbaik untuk mencapai tujuan mereka. Esnard (2011) menyatakan pengertian yang serupa dengan pengertian-pengertian efikasi diri sebelumnya, “Self-efficacy is the confidence one has in one’s ability to attain outcomes on a given task” (efikasi diri adalah keyakinan diri seseorang terhdap kemampuannya untuk memperoleh outcome dari pekerjaan/tugas yang harus diselesaikan). Dalam teori perilaku terencana (Planned Behaviout Theory) yang dikembangkannya, Ajzen (dalam Urban et.al, 2008) mengemukakan bahwa minat seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor: sikap (attitude), norma subyektif (subjective norms), dan persepsi tentang kendali tindakan (Perceived Behavioral Control, disingkat PBC). Persepsi tentang kendali tindakan oleh Ajzen didefinisikan sebagai: “the personal belief about being able to execute planned behavior and the perception that the behavior is within the decision maker’s control”. (keyakinan diri seseorang terhadap kemampuannya untuk mengeksekusi tindakan yang telah direncanakannya dan persepsi yang dimiliki bahwa tindakan tersebut berada dalam kendali dirinya sebagai pengambil keputusan bagi dirinya). Definisi tentang persepsi tentang kendali diri yang dikemukakan oleh Ajzen tersebut mirip dengan pengertian efikasi diri yang dikembangkan oleh Bandura.
Konstruk efikasi diri dalam konteks kewirausahaan, yaitu efikasi diri wirausahawan (entrepreneurial self efficacy), dikembangkan oleh Chen et.al (dalam Urban et.al, 2008),yang secara konseptual didefinisikan sebagai“ (tingkat kekuatan keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu melakukan berbagai peran dan tugas wirausaha dengan baik). Individu dengan efikasi diri wirausahawan yang tinggi cenderung memandang lingkungannya sebagai sumber peluang dan bukannya sebagai sumber resiko yang mencemaskan; individu tersebut yakin dengan kemampuannya untuk mempengaruhi atau menentukan keberhasilan tujuan yang ingin dicapai; dan individu tersebut beranggapan kecil kemungkinannya usaha yang dilakukannya akan gagal. Pengertian tersebut juga dijadikan rujukan oleh Engel et. al (2010), yang menyatakan bahwa entrepreunerial self efficacy (ESE) sebagai “believe of capability in performing tasks” (keyakinan tentang kapabilitas untuk menyelesaikan tugas). Menurut Zhao et.al (dalam Izquierdo, Buelens, 2008) efikasi diri wirausahawan didefinisikan sebagai: “students confidence in successfully performing certain tasks such as identifying new business opportunities, creating new products, thinking creatively, and commercializing an idea or new development”. (kepercayaan diri
– Volume XIV, Nomor 1, Maret 2016
49
Dedi Purwana, Setyo Ferry W. & Nurahma Hajat
: Efikasi Diri Dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Beriwausaha Karyawan
siswa dalam menyelesaikan pekerjaan tertentu dengan baik, seperti mengidentifikasi peluang usaha, menciptakan produk baru, berpikir kreatif, dan menkomersialkan sebuah gagasan atau pengembangan baru). Shapero (1982) menggunakan istilah yang berbeda, yaitu persepsi tentang kelayakan (perceived feasibility), yang merujuk pada tingkat perasaan yang dimiliki indivividu mengenai kemampuan/kapabilitas yang dimiliki dalam mengelola usaha. Definisi perceived feasibility serupa dengan pengertian dari efikasi diri. Operasionalisasi variabel efikasi diri cenderung memiliki kesamaan. Engel et. al (2010) dan Esnard (2011) mengoperasionalkan efikasi diri kewirausahaan dengan merujuk pada De Noble (1999) yang menyatakan bahwa dimensi tugas yang diselesaikan dalam berwirausaha meliputi: pengembangan produk baru, mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang pasar, menciptakan lingkungan yang inovatif, membangun hubungan dengan investor, menentukan tujuan, mengambil risiko, dan mengembangkan sumber daya manusia. Dengan demikian, indikator dari efikasi diri meliputi: keyakinan terhadap kemampuan melakukan pengembangan produk baru, keyakinan terhadap kemampuan mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang pasar, keyakinan terhadap kemampuan
menciptakan lingkungan yang inovatif, keyakinan terhadap kemampuan membangun hubungan dengan investor, keyakinan terhadap kemampuan menentukan tujuan, keyakinan terhadap kemampuan mengambil risiko, dan keyakinan terhadap kemampuan mengembangkan sumber daya manusia. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan disain konklusif, khususnya deskriptif. Ditinjau dari bentuk pengambilan data, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan di sebuah Perguruan Tinggi Negeri yang tidak memiliki usaha dan berminat membuka usaha setelah memasuki masa purnabakti. Adapun jumlah populasi sesuai kriteria tersebut adalah 204 orang. Pengertian karyawan dalam penelitian ini dibatasi pada jabatan staf dan tidak memasukkan pimpinan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode acak, khususnya teknik acak sederhana. Jumlah sampel ditetapkan sebanyak 135 responden. Teknik Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, korelasi dan regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Dari 22 item pernyataan variabel
– Volume XIV Nomor 1, Maret 2016
50
Dedi Purwana, Setyo Ferry W. & Nurahma Hajat
: Efikasi Diri Dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Beriwausaha Karyawan
Efikasi Diri, 18 item dinyatakan valid karena r hitung > r tabel (0,361); (2) Dari 15 item pernyataan variabel Minat Berwirausaha, 11 dinyatakan valid karena r hitung > r tabel dan item-item tersebut berkorelasi signifikan sehingga tidak perlu dikeluarkan atau diperbaiki (valid). Dengan nilai koefisien alpha cronbach sebesar 0,865 untuk instrumen variabel efikasi diri dan 0,791 untuk instrumen variabel minat berwirausaha, dapat dinyatakan bahwa instrumen penelitian reliabel. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data residual
atau galat taksiran berdistribusi normal atau tidak. Sebagai pelengkap, selain uji normalitas untuk galat taksiran, uji normalitas untuk data tiap variabel penelitian juga dilakukan. Dalam penelitian ini akan digunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5%. Berdasarkan tabel 1, terlihat bahwa data residual berdistribusi normal sehingga walaupun data untuk variabel minat berwirausaha tidak berdistribusi normal, penggunaan teknik statistik parametrik, dalam penelitian ini teknik korelasi dan regresi, tetap dapat dilanjutkan.
Tabel 1: Uji Normalitas Variabel Efikasi Diri
Sig 0,233
Minat Berwirausaha
0,030
Galat Taksiran (Unstandardized Residual)
0,334
1.2 Uji Linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji linieritas diperlukan karena: 1) Penggunaan koefisien korelasi
Keputusan Terima hipotesis, data berdistribusi normal Tolak hipotesis, data tidak berdistribusi normal Terima hipotesis, data berdistribusi normal
Karl Pearson mensyaratkan hubungan yng linier antar variabel penelitian. 2) Penggunaan teknik analisis regresi linier mensyaratkan hubungan yang linier antara variabel bebas dan variabel
– Volume XIV, Nomor 1, Maret 2016
51
Dedi Purwana, Setyo Ferry W. & Nurahma Hajat
: Efikasi Diri Dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Beriwausaha Karyawan
terikat. Pada penelitian ini pengujian linearitas dengan menggunakan Test of Linearity dengan taraf
signifikansi 0,05. Artinya, dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi kurang dari 0,05.
Tabel 2 : Uji Linearitas minat_tota l* efi_total
Between Groups
(Combined ) Linearity Deviation from Linearity
Within Groups Total
Seperti yang ditunjukkan dalam tabel 4.16, hasil dari uji linearitas yang dilakukan pada X terhadap Y memiliki nilai uji linearitas sebesar 0.000. Karena nilai ini lebih kecil dari 0.05, maka variabel X dinyatakan terdapat hubungan linear dengan variabel Y. 4.3 Uji Hipotesis Hipotesis statistik yang diuji dalam penelitian ini adalah: Ho: ρ ≤ 0 H1: ρ > 0 dimana ρ adalah koefisien korelasi untuk populasi. Bentuk hipotesis di atas menunjukan dugaan peneliti bahwa terdapat hubungan yang positif
Sum of Squares 4218,92 7 2428,59 0 1790,33 7 3083,71 8 7302,64 5
Mean Square 108,178
3,438
,00 0
38
2428,59 0 47,114
77,18 0 1,497
,00 0 ,05 8
98
31,467
Df 39 1
F
Sig.
13 7
antara efikasi diri dengan minat berwirausaha pada populasi penelitian. Uji hipotesis dilakuan dengan tahapan sebagai berikut: a) Penentuan/penghitungan nilai koefisien korelasi b) Uji hipotesis, melalui pengujian signifikansi nilai koefisien korelasi. 4.3.1 Analisis Korelasi Subanalisis yang tercakup dalam analisis korelasi adalah penghitungan koefisien korelasi untuk menentukan tingkat keeratan hubungan antar variabel penelitian, dan uji signifikansi koefisien korelasi.
– Volume XIV Nomor 1, Maret 2016
52
Dedi Purwana, Setyo Ferry W. & Nurahma Hajat
: Efikasi Diri Dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Beriwausaha Karyawan
Tabel 3 : Nilai Koefisien Korelasi dan Determinasi Model Summary Adjusted R Std. Error of the Estimate R Model R Square Square 1
,516a
,266
Dari tabel di atas, nilai koefisien korelasi adalah 0,516 sedangkan nilai R2 (R square) sebesar 0,266. Angka ini menjelaskan bahwa 26.6% variasi
,261
5,13682
nilai minat berwirausaha dijelaskan oleh efikasi diri sedangkan sisanya 73.3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini.
Tabel 4 : Hasil Penghitungan dan Uji Keberartian Koefisien Korelasi Nilai Koefisien Korelasi 0,516 Selanjutnya, nilai signifikansi koefisien korelasi= 0,000 (lebih kecil dari α = 0,05) menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi adalah signifikan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hipotesis penelitian terbukti; terdapat hubungan antara efikasi diri dan minat berwira usaha, dengan tingkat keereatan hubungan sebesar 0, 516. 4.3.2 Analisis Regresi Setelah terbukti terdapat hubungan antar penelitian, selanjutnya dilakukan analisis regresi untuk mengetahui bentuk hubungan fungsional antara kedua variabel tersebut. Dalam bentuk hubungan fungsional tersebut,
Nilai Signifikansi 0,000 efikasi diri merupakan variabel bebas dan minat berwirausaha merupakan variabal terikat. Terdapat tiga aspek analisis yang akan dilakukan, yaitu: pembentukan persamaan regresi, uji signifikansi koefisien regresi, dan penghitungan nilai koefisien determinasi. 4.4 Persamaan Regresi Linear Sederhana Berdasarkan tabel, bentuk persamaan regresi sederhana dalam penelitian ini adalah: Y = 18,678 + 0.367 X Keterangan: Y = Minat Berwirausaha a = Konstanta b = Koefisien Regresi
– Volume XIV, Nomor 1, Maret 2016
53
Dedi Purwana, Setyo Ferry W. & Nurahma Hajat
: Efikasi Diri Dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Beriwausaha Karyawan
Tabel. 5 : Konstanta dan Koefisien Regresi Unstandardized Standardized Coefficient Coefficient B Standar eror B Standar eror Konstanta 18,678 3,488 Koefisien 0,367 0,052 0,516 Koefisien bernilai positif artinya arah hubungan antara efikasi diri dan minat berwirausaha adalah searah atau positif; semakin tinggi efikasi diri, semakin tinggi pula minat berwirausaha, dan sebaliknya. Koefisien regresi sebesar 0.367artinya jika variabel efikasi diri(X) mengalami kenaikan satu satuan, maka variabelminat berwirausaha(Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0.367 satuan.
4.5 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Untuk persamaan regresi linier sederhana sebenarnya pengujian signifikansi korelasi dapat dilakukan dengan melakukan salah satu dari uji t atau uji F, tidak perlu keduanya. Tetapi, untuk alasan kelengkapan, kedua uji tersebut tetap dilakukan dalam penelitian ini. Hipotesis statistik yang diuji dalam penelitian ini adalah: Ho: β = 0 H1: β ≠ 0
Tabel 6 : Hasil Uji t
Konstanta Koefisien
Model Regression Residual Total
Unstandardized Coefficient B Standar eror 18,678 3,488 0,367 0,052
Sum of Squares 1303,381 3588,619 4892,000
t 5,355 7,028
sig 0,000 0,000
Tabel 7 : Hasil Uji F df 1 136 137
Berdasarkan tabel di atas, terlihat nilai signifikansi, baik untuk uji t maupun uji F, adalah 0,000 (lebih kecil dari α = 0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa koefisien regresi adalah signifikan. Dengan demikian, bentuk persamaan regresi linier sederhana
Mean Square 1303,381 26,387
F 49,395
Sig. ,000a
yang telah dirumuskan, dapat digunakan untuk memprediksi bentuk hubungan antara efikasi diri dan minat berwira usaha pada populasi penelitian.
– Volume XIV Nomor 1, Maret 2016
54
Dedi Purwana, Setyo Ferry W. & Nurahma Hajat
: Efikasi Diri Dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Beriwausaha Karyawan
4.5 Pembahasan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, hasil analisis mendukung/membuktikan hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara efikasi diri dan minat wirausaha. Hasil analisis ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Urban et.al (2008). Hasil analisis ini juga sesuai dengan model teoretik planned behaviour yang dikembangkan oleh Ajzen serta model entrepreneurial event model (EE) yang dikembangkan oleh Shapiro. Temuan penelitian bahwa terdapat hubungan antara efikasi diri dan minat wirausaha dapat diintepretasikan bahwa efikasi diri wirausaha yang terdapat dalam diri individu akan mempengaruhi minat individu tersebut untuk berwirausaha. 4.6. Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan intepretasi terhadap hasil tersebut, maka dapat dinyatakan untuk meningkatkan minat berwirausaha sesorang, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah meningkatkan efikasi diri individu tersebut. Peningkatan atau pengembangan efikasi diri dalam diri individu dapat optimal antara lain jika terdapat dukungan atau suasana kondusif pada lingkungan kerja tempat individu tersebut berada. Terkait dengan keberadaan subyek penelitian yang merupakan SDM di
Universitas Negeri Jakarta, maka pimpinan memiliki tanggung jawab moral untuk membangun suasana kondusif yang dapat mendukung peningkatan efikasi diri wirausaha pada diri tenaga kependidikan di UNJ. Upaya yang akan dilakukan oleh pimpinan dapat merujuk pada temuan-temuan dalam analisis deskriptif karakteristik responden dan variabel penelitian. Merujuk pada temuan pada analisis deskriptif variabel penelitian, beberapa indikator dari efikasi diri yang direspon rendah oleh responden adalah: 1. Mampu menciptakan produk yang unik. 2. Memiliki kemampuan untuk meyakinkan investor. 3. Mampu membangun kepercayaan investor. Untuk itu, pimpinan perlu melakukan upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri karyawan, khususnya yang terkait dengan ketiga aspek tersebut. Berdasarkan uraian deskriptif tentang karakteristik responden, beberapa temuan antara lain: 1. Relatif sedikitnya jumlah responden yang telah memasuki masa purnabakti dan tetap diperbantukan sebagai karyawan. 2. Terkait dengan jenjang pendidikan responden, pada saat responden tersebut menempuh pendidikan SMA, kurikulum SMA belum memasukkan kewirausahaan sebagai bagian dari kompetensi yang harus
– Volume XIV, Nomor 1, Maret 2016
55
Dedi Purwana, Setyo Ferry W. & Nurahma Hajat
: Efikasi Diri Dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Beriwausaha Karyawan
dikembangkan 3. pada kelompok pengeluaran di bawah Rp. 1 juta sampai dengan kelompok pengeluaran Rp. 3-3,99 juta, terdapat tren pengeluaran yang meningkat seiring dengan meningkatnya usia, yang berarti semakin mendekati masa purnabakti pengeluaran responden cenderung semakin besar. dengan rata-rata waktu menjelang pensiun ketiga kelompok tersebut adalah 15 tahun dan diasumsikan laju pertumbuhan inflasi adalah 8% per tahun, maka pengeluaan responden akan meningkat 2,17 kali lipat saat mereka memasuki masa purnabakti 4. Sebagian responden hanya memiliki satu sumber penghasilan, 55% dari kelompok responden ini melakukan pengeluaran Rp. 1 juta- Rp. 4 juta sebulan. Mayoritas responden dalam kelompok ini sudah berkeluarga dan memiliki pasangan yang tidak bekerja. 5. Responden yang memiliki lebih dari 2 sumber penghasilan hanya 1,4% responden. Hal ini menunjukkan kemungkinan: 1) anak yang mereka miliki belum dapat memberikan kontribusi finansial bagi keluarga karena masih dalam masa sekolah, 2) . anak yang mereka miliki sudah bekerja tetapi masih belum memberikan kontribusi finansial bagi keluarga (pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk menghidupi dirinya sendiri).
Berdasarkan temuan-temuan tersebut, secara umum implikasi bagi manajerial adalah: 1) Pimpinan perlu meningkatkan kesadaran atau pemahaman tenaga kependidikan tentang keamanan finansial saat memasuki masa purnabakti. Hal ini dapat dilakukan antara lain melalui a) meningkatkan kesadaran karyawan bahwa probabilitas mereka tetap diperbantukan sebagai karyawan saat memasuki masa purnabakti relatif kecil. b) Meningkatkan kesadaran bahwa mereka tidak dapat bergantung kepada anakanak mereka sebagai sumber penghasilan yang menstabilkan keamanan finansial mereka saat memasuki masa purnabakti. c) meningkatkan pemahaman tentang keterkaitan antara indikator ekonomi nasional, yaitu inflasi, dengan pola pengeluaran yang mereka lakukan. 2) Meningkatkan kesadaran bahwa berwirausaha merupakan salah satu alaternatif kegiatan yang dapat menstabilkan keamanan finansial saat memasuki masa purnabakti. 3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis berwirausaha, yang dapat meningkatkan rasa percaya diri karyawan untuk berwirausaha di
– Volume XIV Nomor 1, Maret 2016
56
Dedi Purwana, Setyo Ferry W. & Nurahma Hajat
: Efikasi Diri Dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Beriwausaha Karyawan
masa purnabakti. Peningkatan pengetahuan perlu dilaukan karena berdasarkan temuan deskriptif, saat responden tersebut menempuh pendidikan SMA, kurikulum SMA belum memasukkan kewirausahaan sebagai bagian dari kompetensi yang harus dikembangkan. Adapun keterampilan teknis yang perlu ditingkatkan antara lain: kreativitas, yang berperan penting dalam menggagas keunikan usaha, produk, maupun proses produksi, serta keterampilan komunikasi, khususnya komunikasi negosiatif dan persuasif. KESIMPULANDANSARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan uji hipotesis pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan: 1) Dapat dideskripsikan bahwa responden memiliki tingkat efikasi dan minat berwirausaha yang tinggi. 2) Terdapat hubungan positif antara efikasi diri dengan minat berwirausaha sehingga dapat diintepretasikan bahwa efikasi diri akan mempengaruhi minat wirausaha. Semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki akan semakin tinggi pula minat individu untuk berwirausaha, dan sebaliknya. Sebesar 26.6% variasi nilai minat berwirausaha dijelaskan oleh efikasi diri sedangkan sisanya 73.3% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini. Adapun bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut: Y = 18,678 + 0.367 X Saran Saran atau rekomendasi yang diajukan dalam penelitian ini didasarkan pada impilkasi manajerial pada bab sebelumnya. Berdasarkan implikasi tersebut, maka saran yang dapat diajukan adalah: 1) Upaya peningkatan kesadaran atau pemahaman tenaga kependidikan tentang keamanan finansial saat memasuki masa purnabakti dapat dilakukan melalui seminar dengan tema melek ekonomi (financial literacy), yang dapat diselenggarakan oleh tim UBW, Lembaga Penelitian UNJ, Lembaga Pengabdian Pada Masyrakat UNJ, maupun kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dilakukan oleh dosen. 2) Peningkatan kesadaran pentingnya berwirausaha sebagai alaternatif kegiatan penstabilan keamanan finansial saat memasuki masa purnabakti, dapat dilakukan dengan: a) Menyelenggarakan seminar tentang kewirausahaan dengan karyawan sebagai audiens. b) Menjadikan nilai-nilai kewirausahaan sebagai bagian dari nilai organisasi,
– Volume XIV, Nomor 1, Maret 2016
57
Dedi Purwana, Setyo Ferry W. & Nurahma Hajat
: Efikasi Diri Dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Beriwausaha Karyawan
yang diinternalisasikan melalui: pemberian teladan oleh pimpinan, dan disain serta mekanisme kerja yang dapat menumbuhkan nilainlai tesebut. 3) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan teknis berwirausaha dapat dilakukan dengan cara menyelenggarakan seminar/pelatihan/lokakarya, khususnya yang terkait dengan aspek komunikasi dan penciptaan kreativitas. DAFTAR PUSTAKA Autio, E., Keeley, R., Klofsten, M. and Ulfstedt, T. (1997), “Entrepreneurial intent among students: testing an intent model in Asia, Scandinavia, and USA”, in Sexton, D.L. and Kasarda, J.D. (Eds), Frontiers of Entrepreneurial Research, Babson College Publications, Wellesley, MA, pp. 133-47. ----------------., Parker, G. and Hay, M. (2001), “Entrepreneurial intent among students in Scandinavia and in the USA”, Enterprise and Innovation Management Studies, Vol. 2 No. 2, pp. 145-60. Bandura, A. (1977), Social Learning Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. Boissin, Jean-Pierre, Branche, Bénédicte, Emi, Sandrine, Herber, James I.. (2009). Students and
Entrepreneurship: A Comparative Study of France and the United States, Journal of Small Business and Entrepreneurship, Vol 22, no. 2 : pp. 101–122. De Noble, A. F., Jung, D., & Ehrlich, S. B. (1999). “Entrepreneurial self-efficacy: The Development of a measure and its relationship to entrepreneurial action”. In P. Reynolds, W. Bygrave, S. Manigart, C. Mason, G. Meyer, H. Sapienza, & K. Shaver (Eds.), Frontiers for entrepreneurship research (pp. 73–87). Wellesley, MA: Babson College. Depillis, E. and Reardon, K. (2007), “The influence of personality traits and persuasive messages on entrepreneurial intention: a cross-cultural comparison”, Career Development International, Vol. 12 No. 4, pp. 382-96. Engle, Robert. L, Dimitriadi, Nicolai, Gavidia, Jose.V, Schlaegel, Christoper, Delanoe, Servane, Alvarado, Irene, Xiaohong He, Buame, Samuel, Wolff, Brgitta. (2010). “Entrepreunerial Intent; A Twelve Countries Evaluation of Ajen,s Model of Planned Behaviour”. International Journal of Entrepreunerial Behaviour and Research, vol. 15 no. 6. Esnard, Talia, Flavius.( 2010).” Gender, Entrepreneurial SelfEfficacy, And Entrepreneurial Attitude Orientations: The Case
– Volume XIV Nomor 1, Maret 2016
58
Dedi Purwana, Setyo Ferry W. & Nurahma Hajat
: Efikasi Diri Dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Beriwausaha Karyawan
Of The Caribbean”. The International Business and Economic Research Journal. Vol 9. P. 17. Fayolle, A., Gailly, B. and LassasClerc, N. (2005), “Capturing variations in attitudes and intentions: a longitudinal study to assess pedagogical effectiveness of entrepreneurship teaching programmes”, working paper presented at the International Council for Small Business World Conference, Washington, DC, June 15-18, available at: www.emlyon.com (accessed January 2007). Gurbuz, Gulruh, Aykol, Sinem. (2008). “Entrepreneurial Intention of Young Educated Public Turkey”. Journal of Global Strategic Management, Vol 4, p. 47-56. Kolvereid, L. (1996), “Prediction of employment status choice intentions”, Entrepreneurship Theory and Practice, Fall, pp. 47-57. Indarti, Nurul, Rostiani, Rokhima, Nastiti, Tur. (2010). “Underlying Factors Entrepreneurial Intention Among Asian Students”. The South East Asian Journal of Management, Vol.4 p. 143. Izquierdo, Edgar, Buelens, Marc. (2008). “Competing Models Of Entrepreneurial Intentions: the Influence of entrepreneurial Self-efficacy and attitudes”.
Entrepreneurship Education and Training, IntEnt2008 Conference,17-20 Julio 2008, Oxford, Ohio, USA. Krueger, N., Reilly, M. and Carsrud, A. (2000), “Competing models of entrepreneurial intentions”, Journal of Business Venturing, Vol. 15 No. 2, pp. 411-32. Liñán, Francisco, Chen, Yi-Wen. (2006), Testing the Entrepreneurial Intention Model on a Two-Country Sample. Document de Treball núm. 06/7 Mohd. Zain, Zahariyah, Akram, Ahmalina Mohd, Ghani, Erlane K. (2010). “Entrepreneurship Ontention Among Malaysian Business Students”. Canadian Social Science, Vol. 6 no. 3 p. 34-44. Pruett, Mark, Shinnar, Rachel, Toney, Bryan, Llopis, Fransisco, Fox, Jerry. (2009). “Explaining Entrepreneurial Intention of University Students; a Cross Culture Study”. International Journal of Entrepreneurial Behaviour and Research. Schwarz, Erich J., Wdowiak, Malgorzata A., Almer-Jarz, Daniela A. and Breitenecke, Robert J.. (2009). “The effects of attitudes and perceived environment conditions on students’ entrepreneurial Intent; An Austrian Perspectives”. Journal of Education and Training. Vol 51 no 4 p272-291.
– Volume XIV, Nomor 1, Maret 2016
59
Dedi Purwana, Setyo Ferry W. & Nurahma Hajat
: Efikasi Diri Dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Beriwausaha Karyawan
Swan, W., Chang-Schneider, C. and McClarity, K. (2007), “Do people’s self-views matter?”, American Psychologist, Vol. 62 No. 2, pp. 84-94. Van Auken, H., Fry, F. and Stephens, P. (2006), “The influence of role models on entrepreneurial intentions”, Journal of Developmental Entrepreneurship, Vol. 11 No. 2, pp. 157-67. Travelyan, Rose. (2011). “Self Efficacy and Effort n New Venture Development”. Journal of Managament and Organization, Vol 17. P. 17.
Van Gelderen, M. and Jansen, P. (2006), “Autonomy as a startup motive”, Journal of Small Business and Enterprise Development, Vol. 13 No. 1, pp. 23-32. Urban, Boris, Van Vuuren, Jurie J. , Owen, Rina H.(2008), “Antecedents to entrepreneurial intentions: Testing for measurement invariance for cultural values, attitudes and self-efficacy beliefs across ethnic groups”, Journal of Management Human Resource Manajement, Vol. 6 No. 1 p. 1-9.
– Volume XIV Nomor 1, Maret 2016 60