SEPA : Vol. 10 No.1 September 2013 : 19 – 26
ISSN : 1829-9946
DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KELAPA INDONESIA TERHADAP NEGARA PRODUSEN KELAPA DI DUNIA Ineke Nursih Widyantari Dosen Jurusan Agribisnis, Universitas Musamus, Merauke. E-mail :
[email protected]
Abstract: Indonesian coconut plant has the widest area in the world and it is the first ranking of world’s production. However, its productivity is still low. Indonesian coconut exports are mostly in primary forms. The types of derivative products are still limited compared to other countries such as Phillippine. The research aims to determine the competitiveness of Indonesian coconut commodity. For this purpose, the methods used in the research were the calculations of Revealed Comparative Advantage and Comparative Export Performance Index. The data were analyzed using UNData Comtrade, WTO. Org, and Intracen .Org. The results of the research indicate that Indonesia has a competitiveness in coconut commodity. In between the year of 2006-2008 the export and the production of the coconut were being specialized. But in between the year of 2009-2010 were not being specialized. Keywords: Competitiveness, Export, Coconut Commodity Perkebunan kelapa Indonesia tersebar dibeberapa pulau antara lain di Sumatera (32,9%), Jawa (24,3%), Sulawesi (19,3 %), Kepulauan Bali, NTB, NTT (8,2%), Maluku, dan Papua (7,8%), dan Kalimantan (7,5%) . (Allorerung, D. dan Z. Mahmud, 2002). Areal tanaman kelapa di Indonesia merupakan areal terluas di dunia yaitu mencapai 31,92% disusul Negara Philipina (26,12%), India (15,22%), Srilangka (3,17%) dan Thailan (2,75%). (Basri, 2007) Data FAOStat (2010) menunjukkan produksi kelapa Indonesia menduduki ranking pertama yakni sebesar 20.655.400 MT, disusul Philipina (15.540.000 MT), India (10.824.100 MT), Brazil (2.705.860 MT), dan Srilanka (2.238.800 MT). Pengelolaan usaha kelapa Indonesia belum optimal, eksport kelapa sebagian besar masih dalam bentuk produk primer, jenis turunan produk kelapa yang dihasilkan Indonesia masih terbatas. Kondisi tersebut merupakan tantangan bagi perkembangan industri kelapa di Indonesia dalam mewujudkan kelapa sebagai komoditas unggulan. Oleh sebab itu maka akan dilakukan penelitian bagaimana daya saing komoditas kelapa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya saing nilai ekspor komoditas kelapa Indonesia terhadap nilai ekspor
PENDAHULUAN Tanaman kelapa merupakan tanaman yang dapat tumbuh disemua jenis tanah. Hal ini dapat dilihat dengan adanya tanaman kelapa yang tumbuh di tanah pekarangan, pertamanan, tempat rekreasi, di pematang sawah dan di kebun bercampur baur dengan macam tanaman lain serta kelapa dapat juga tumbuh di sungai dan lain-lain. Tetapi bagi perkebunan atau perusahaan yang akan mendirikan perkebunan kelapa, memerlukan pertimbangan dan syarat tanah tertentu agar pertumbuhan tanaman cukup baik dan menguntungkan (Suhardiman, 1999) Komoditas ini menyerap tenaga kerja sekitar 6,9 juta KK, dan berperan penting dalam menumbuhkan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangan. Kontribusi kelapa dalam ekspor Indonesia tahun 2006 adalah : kopra 62.410 ton ( US$ 36.885 juta), minyak kelapa 519.974 ton (US$ 270.667 juta), dan bungkil 238.359 ton (US$ 15.774 juta) (Basri, 2007) Kebun kelapa Indonesia tersebar dibeberapa pulau antara lain di Sumatera (33,63 persen), Jawa (22,75 persen), Sulawesi (19,4 persen), Nusa Tenggara (7,7 persen), Kalimantan (7,62 persen), Maluku, dan Papua (8,89 persen). (Basri, 2007)
19
Ineke Nursih Widyantari : Daya Saing Ekspor Komoditas Kelapa Indonesia… komoditas kelapa negara produsen kelapa di dunia.
semua negara j (US$), j adalah 1= Indonesia,2= Philipina, 3= India, 4 = Brazil, 5 = Srilanka, 6 = Thailand, 7 = Mexico, 8= United Republik Tanzania, 9 = Malaysia. Comparative Export Performance (CEP) Index. Modifikasi Balassa (Serin dan Civan. 2008)
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitisis . Deskriptif analisis merupakan penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada (Sugiyono. 2008).
CEP = ln (Xij / Xj) / (XiA / XA) …………. (2) Dimana :Xij adalah nilai ekspor komoditas kelapa negara j (US$), Xj adalah nilai total ekspor negara j, XiA adalah nilai total ekspor dunia komoditas kelapa, XA adalah nilai total ekspor dunia, negara j meliputi 1= Indonesia, 2= Philipina, 3= India, 4 = Brazil, 5 = Srilanka, 6 = Thailand, 7 = Mexico, 8= United Republik Tanzania, 9 = Malaysia.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari UNData Comtrade, FAOStat, dan APCC.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Data
Analisis Daya Saing Komoditas Kelapa Indonesia
Daya saing ekspor komoditas kelapa dianalisis dengan menggunakan 2 metode perhitungan. Revealed Comparative Advantage,(RCA.) Disajikan Balassa ( Utkulu, U dan Symen, D. 2004). RCA
Tabel 1 menunjukkan hasil perhitungan RCA komoditas kelapa Indonesia selama periode tahun 2006 – 2010 bernilai lebih besar dari 1 ini berarti komoditas kelapa Indonesia memiliki daya saing. Daya saing tertinggi dicapai Indonesia pada tahun 2006, dan daya saing terendah dicapai Indonesia pada tahun 2008. Daya saing komoditas kelapa Indonesia lebih rendah dari Philipina dan Srilanka, tetapi lebih tinggi dari India, Brazil, Thailand, Mexico, United Republik Tanzania, serta Malaysia
= ( Xij / Xit) / ( Xnj / Xnt) = ( Xij / Xnj)/( Xit / Xnt) …………. (1)
Dimana : Xij adalah nilai ekspor komoditas kelapa negara j (US$), Xit adalah nilai total ekspor komoditas negara j (US$), Xnj adalah nilai ekspor komoditas kelapa semua negara j (US$), Xnt adalah nilai ekspor total komoditas
Tabel 1 Hasil Revealed Comparative Advantage (RCA) Komoditas Kelapa NEGARA Indonesia Philipina India Brazil Srilanka Thailand Mexico Un. Rep Tanzania
2006 2,30 9,93 0,04 0,01 25,82 0,27 0,06 0,64
2007 2,22 10,48 0,05 0,01 28,52 0,23 0,06 0,49
Malaysia 0,14 0,12 Sumber : UNData Comtrade, 2012 yang diolah.
20
RCA 2008 1,83 13,82 0,15 0,01 26,54 0,20 0,05 1,20
2009 1,93 12,39 0,19 0,01 30,28 0,25 0,09 0,74
2010 2,18 11,34 0,33 0,01 26,94 0,28 0,08 1,01
0,08
0,15
0,11
Ineke Nursih Widyantari : Daya Saing Ekspor Komoditas Kelapa Indonesia… Faktor-faktor penyebab komoditas kelapa Indonesia memiliki daya saing adalah Indonesia memiliki 1) Areal tanaman kelapa terluas didunia dengan luas areal 3.808.000 yang disusul Philipina 3.400.000, dan India 1.890.000. 2) Produksi kelapa yang dihasilkan oleh Indonesia, tahun 2006-2010 menurut FAO menduduki urutan nomor satu didunia dengan jumlah produksi kelapa pada tahun 2010 adalah 17.125.000 MT, disusul Philipina sebesar 15.540.000 MT dan India sebesar 10.824.100 MT. 3) Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar dengan upah buruh yang murah. Dari data BPS diperoleh data bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah berjumlah 237.641.326 penduduk, dimana 6,9 juta kepala keluarga sumber penghidupannya dari kelapa. Komoditas kelapa Indonesia memiliki daya saing, namun bila dibandingkan dengan Philipina dan Srilanka ternyata daya saing komoditas kelapa Indonesia masih di bawah Philipina dan Srilanka. Perbandingan antara volume ekspor kelapa dengan harga antara Indonesia, Philipina, dan Srilanka diketahui bahwa harga ekspor komoditas kelapa Indonesia perkilogramnya lebih rendah dari harga kelapa Philipina dan Srilanka. Harga rata- rata komoditas kelapa Indonesia perkilogramnya pada tahun 2006-2010 adalah $0,51, Philippina $1,26 dan Srilanka $0,82. Harga komoditas kelapa Philipina dan Srilanka lebih tinggi dari Indonesia, hal ini mengakibatkan daya saing Philipina dan Srilanka lebih tinggi dari Indonesia. Harga
komoditas kelapa Indonesia yang rendah tersebut disebabkan antara lain menurut Muslim (2006) produk ekspor komoditas kelapa Indonesia masih lemah dan kelemahan itu disebabkan oleh tingkat harga yang berfluktuasi dan cenderung menurun. Hal itu disebabkan karena Indonesia dalam perdagangan produk agroindustri dipasar dunia hanya berperan sebagai penerima harga (price taker). APCC dalam Agro Inovasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005) perolehan ekspor produk kelapa Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan perolehan negara pesaing utama (Philipina). Padahal bila dibandingkan tingkat harga ekspor antar produk kelapa di kedua negara, harga beberapa produk kelapa asal Indonesia lebih murah. Hal ini dikarenakan faktor kualitas produk, tingginya biaya transportasi, dan kompleksitas prosedur ekspor diduga turut berpengaruh terhadap perolehan manfaat perdagangan (ekspor) produk kelapa Indonesia yang belum maksimal. Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai ratarata dari produksi kelapa Indonesia pada tahun 2006-2010 yang digunakan untuk ekspor komoditas kelapa adalah Indonesia (0,8%), Philipina (0,9%) dan Srilanka (3,8%). Srilanka lebih unggul dari Indonesia dan Philipina. Produksi kelapa yang digunakan untuk ekspor agroindustri kelapa Indonesia (5,58%), Philipina (9,40%), dan Srilanka (0,0145%), Philipina disini lebih unggul dari Indonesia dan Srilanka.
Tabel 2. Perbandingan Ekspor Komoditas Kelapa dan Ekspor Agroindustri Kelapa Indonesia Terhadap Philipina dan Srilanka
TAHUN
EKSPOR KOMODITAS KELAPA PER PRODUKSI INDONESIA PHILIPINA SRILANKA
EKSPOR AGROINDUSTRI KELAPA PER PRODUKSI INDONESIA PHILIPINA SRILANKA
2006
1,0%
1,0%
4,7%
5,5%
11,6%
0,0128%
2007
0,7%
0,9%
4,3%
6,3%
10,3%
0,0139%
2008
0,7%
1,0%
3,1%
5,4%
10,0%
0,0135%
2009
0,7%
0,8%
4,3%
5,2%
9,2%
0,0170%
2010
0,9%
0,7%
2,6%
5,5%
5,9%
0,0155%
5,6%
9,4%
0,0145%
Rata-rata 0,8% 0,9% 3,8% Sumber : 1) UNData Comtrade, 2) FAOStat 3) APCC yang diolah
21
Ineke Nursih Widyantari : Daya Saing Ekspor Komoditas Kelapa Indonesia… Tabel 3 menunjukkan bahwa devisa yang dihasilkan Philipina selalu lebih besar dari Indonesia dan Srilanka. Hal ini disebabkan karena macam produk agroindustri yang diekspor Indonesia lebih sedikit dari Philipina. Menurut APCC ekspor agroindustri kelapa Indonesia 9 produk, Srilanka 16 produk, dan Philipina sudah dapat mengekspor 22 macam produk agroindustri kelapa. Perbedaan jumlah macam produk agroindustri kelapa yang diekspor Philipina tersebut juga menjadi salah satu faktor penyebab daya saing komoditas kelapa Philipina lebih tinggi dari Indonesia. Selama ini ekspor Indonesia sangat mengandalkan faktor-faktor keunggulan komperatif sebagai penentu utama daya saingnya, terutama daya saing harga , seperti upah buruh yang murah dan sumber daya alam berlimpah sehingga biaya pengadaan menjadi
murah. Namun dalam era perdagangan bebas, teknologi know-how dan keahlian khusus yang merupakan faktor keunggulan kompetitif semakin dominan dalam penentuan daya saing. Selain itu adanya tuntutan masyarakat dunia yang makin kompleks menyangkut masalah lingkungan hidup, kesehatan, keamanan membuat faktor keunggulan komperatif semakin kurang penting dibandingkan faktor keunggulan kompetitif (Tambunan,2004). Melihat hal tersebut maka Indonesia perlu mempertimbangkan juga faktor keunggulan kompetitif dalam perdagangannya. Nilai rata-rata total ekspor tahun 20062010 Indonesia (69%), Philipina (27%), dan Srilanka (4%). Jadi untuk total ekspor Indonesia lebih unggul dari Philipina dan Srilanka .
Tabel 3. Perbandingan Nilai Ekspor Komoditas Kelapa dan Agroindustri Kelapa Indonesia, Philipina dan Srilanka (US$)
TAHUN
EKSPOR KOMODITAS KELAPA
EKSPOR AGROINDUSTRI KELAPA
INDONESIA
PHILIPINA
SRILANKA
INDONESIA
PHILIPINA
SRILANKA
2006
26%
54%
20%
2,43%
96,7%
0,9%
2007
25%
53%
22%
3,42%
95,8%
0,8%
2008
22%
59%
19%
2,55%
96,9%
0,6%
2009
25%
52%
24%
2,22%
97,0%
0,8%
2010 RataRata
30%
51%
19%
2,46%
96,9%
0,6%
26%
54%
21%
2,62%
96,6%
0,7%
Sumber : APCC yang diolah Tabel 4. Perbandingan Nilai Ekspor Kelapa dan Nilai Ekspor Agroindustri Kelapa Terhadap Nilai Total Ekspor Indonesia. Philipina, dan Srilanka
TAHUN
% NILAI EKSPOR KELAPA/ NILAI TOTAL EKSPOR
% NILAI EKSPOR AGROINDUSTRI KELAPA/TOTAL EKSPOR
INDONESIA
PHILIPINA
SRILANKA
INDONESIA
PHILIPINA
SRILANKA
0,07%
0,29%
0,77%
0,00037%
0,0315%
0,0021%
0,07%
0,32%
0,86%
0,00061%
0,0388%
0,0022%
0,07%
0,49%
0,94%
0,00067%
0,0714%
0,0025%
0,06%
0,38%
0,93%
0,00049%
0,0645%
0,0027%
0,06% 0,30% Rata-rata 0,06% 0,36% Sumber : 1) UNData Comtrade, 2) APCC
0,71% 0,84%
0,00049% 0,00053%
0,0594% 0,05312%
0,0025% 0,0024%
2006 2007 2008 2009 2010
22
Ineke Nursih Widyantari : Daya Saing Ekspor Komoditas Kelapa Indonesia… Tabel 4 menunjukkan perbandingan antara nilai ekspor kelapa terhadap nilai total ekspor. Nilai rata-rata Indonesia lebih rendah dibandingkan Philipina dan Srilanka. Srilanka persentase nilai ekspor kelapa terhadap total ekspor lebih unggul dari Indonesia dan Philipina, karena dari nilai total ekspor Srilanka sebesar 0,84% diperoleh dari ekspor kelapa. Hal ini membuat daya saing Srilanka lebih unggul dari Indonesia dan Philipina. Sedangkan untuk perbandingan antara nilai ekspor agroindustri kelapa terhadap total ekspor, Indonesia lebih rendah dari Philipina dan Srilanka. Philipina memiliki nilai lebih unggul dari Indonesia dan Srilanka, karena dari rata-rata nilai total ekspor Philipina terdapat 0,05312% yang diperoleh dari ekspor agroindustri kelapa. Hal ini membuat Philipina memiliki daya saing. Hasil perbandingan dapat disimpulkan bahwa Srilanka memiliki daya saing lebih besar dari Indonesia dan Philipina karena 1) Nilai rata-rata Jumlah produksi kelapa Srilanka yang dipergunakan untuk ekspor komoditas kelapa lebih besar yakni 3,8%, Indonesia 0,80% dan Philipina 0,87%. 2) Nilai rata-rata dari total nilai ekspor Srilanka yang berasal dari ekspor komoditas kelapa persentasenya lebih tinggi yakni 0,84% sedangkan Indonesia 0,06% dan Philipina 0,36%. 3) Nilai rata-rata dari total nilai ekspor Srilanka yang berfungsi sebagai pembagi dalam rumus RCA lebih kecil yakni 4%. Sedangkan Indonesia 69%, dan Philipina 27%.
Philipina memiliki daya saing dalam ekspor komoditas kelapa karena 1) Nilai ratarata dari harga komoditas kelapa perkg lebih tinggi yakni $ 1,26 sedangkan Srilanka $ 0,82 dan Indonesia $ 0,51, 2) Nilai rata-rata dari jumlah produksi kelapa yang digunakan untuk ekspor agroindustri kelapa lebih besar yakni 96,6% sedangkan Indonesia 2,6% dan Srilanka 0,7%, 3) Nilai rata-rata dari nilai ekspor komoditas kelapa lebih besar yakni 54% sedangkan Indonesia 26% dan Srilanka 21% 4) Nilai rata-rata dari nilai ekspor agroindustri kelapa lebih besar yakni 96,6%, sedangkan Indonesia 2,6% dan Srilanka 0,7%. 5) Nilai rata-rata dari persentase nilai ekspor agroindustri kelapa terhadap total nilai ekspor lebih besar yakni 0,05312%, Indonesia 0,00053% dan Srilanka 0,0024%, 6) Nilai ratarata dari total nilai ekspor Philipina lebih kecil dari Indonesia, tetapi lebih besar dari Srilanka Indonesia memiliki daya saing pada areal tanaman kelapa, produksi dan produktifitas yang mana hal itu berpengaruh pada jumlah ekspor komoditas kelapa. Nilai RCA yang besar belum dapat dijadikan ukuran bahwa daya saing suatu negara juga besar. Seperti dalam penelitian ini Philipina dan Srilanka memiliki RCA lebih besar dari Indonesia, hal tersebut bukan berarti daya saing komoditas kelapa Indonesia rendah. Srilanka dan Philipina memiliki nilai RCA lebih besar karena total nilai ekspor kedua negara tersebut lebih kecil dari Indonesia.
Tabel 5. Perbandingan RCA Hasil Penelitian dan Simulasi NEGARA
RCA PENELITIAN
RCA SIMULASI
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
Indonesia
2,30
2,22
1,83
1,93
2,18
2,66
2,57
2,15
2,28
2,60
Philippina
9,93
10,48
13,82
12,39
11,34
5,39
5,36
5,81
4,83
4,41
India
0,04
0,05
0,15
0,19
0,33
0,05
0,06
0,17
0,22
0,39
Brazil
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
Srilanka
25,82
28,52
26,54
30,28
26,94
2,00
2,22
1,86
2,19
1,69
Thailand
0,27
0,23
0,20
0,25
0,28
0,31
0,26
0,23
0,29
0,33
Mexico Un. Rep Tanzania
0,06
0,06
0,05
0,09
0,08
0,07
0,07
0,06
0,10
0,10
0,64
0,49
1,20
0,74
1,01
0,74
0,57
1,41
0,88
1,20
Malaysia 0,14 0,12 Sumber : UNData Comtrade,2012
0,08
0,15
0,11
0,16
0,14
0,09
0,17
0,14
23
Ineke Nursih Widyantari : Daya Saing Ekspor Komoditas Kelapa Indonesia… Berikut akan dilakukan simulasi dengan menggantikan total nilai ekspor pada Philipina dan Srilanka menjadi sebesar total nilai ekspor Indonesia. Hasil RCA Simulasi dapat dilihat dalam Tabel 5.Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai RCA simulasi tertinggi adalah Philipina, disusul Indonesia dan Srilanka. Setelah total nilai eksport Philipina diubah menjadi sama besar dengan Indonesia, Philipina memiliki nilai RCA paling besar. Ini berarti bahwa komoditas kelapa Philipina pada dasarnya memiliki daya saing. yang tinggi. Nilai RCA Indonesia dalam simulasi tetap lebih besar dari 1, bahkan nilai RCA simulasi Indonesia lebih besar dari Srilangka tetapi lebih kecil dari Philipina. Ini berarti komoditas kelapa Indonesia memiliki daya saing tetapi lebih rendah dari Philipina. Nilai RCA Srilanka dalam simulasi mengalami penurunan drastis, tetapi masih memiliki daya saing. Daya saing komoditas kelapa Srilanka lebih rendah dari Philipina dan Indonesia. Kesimpulannya nilai RCA Srilanka dalam hasil penelitian memiliki daya saing yang tinggi disebabkan karena total nilai ekspor Srilanka lebih kecil dari Indonesia dan Philipina sehingga menyebabkan nilai RCA Srilanka. menjadi lebih besar dari Indonesia dan Philippina. Comparative Export Performance (CEP) Index digunakan untuk mengukur spesialisasi ekspor suatu negara. Tabel 6 menunjukkan bahwa CEP Indonesia tahun
2006-2008 lebih besar dari 1 ini berarti Indonesia terspesialisasi dalam memproduksi dan ekspor komoditas kelapa, tahun 2009-2010 lebih kecil dari 1 ini berarti pada tahun tersebut Indonesia tidak terspesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditas kelapa, Philipina dan Srilanka memiliki CEP >1 ini berarti terspesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditas kelapa. Negara India, Brazil, Thailand, Mexico, United Republik Tanzania, serta Malaysia memiliki CEP<1 berarti tidak terspesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditas kelapa.Philipina lebih unggul dari Indonesia karena jumlah nilai komoditas kelapa yang diekspor dari tahun 2006-2010 selalu lebih tinggi dari nilai komoditas kelapa yang diekspor Indonesia, sedangkan Srilanka lebih unggul karena sebagian besar dari nilai total ekspor berasal dari ekspor komoditas kelapa. Hasil perbandingan antara antara nilai ekspor komoditas kelapa negara terhadap nilai ekspor kelapa dunia.dan perbandingan nilai ekspor komoditas kelapa negara terhadap nilai ekspor dunia, Philipina lebih unggul dari Indonesia dan Srilanka. Berikut akan dilakukan simulasi untuk melihat nilai CEP. Seperti halnya dalam simulasi RCA, dalam CEP simulasi dilakukan dengan mengganti total nilai ekspor negara Philipina dan Srilanka menjadi sama besar dengan total nilai ekspor Indonesia.
Tabel 6. Hasil Comparative Export Performance (CEP) Index Komoditas Kelapa NEGARA
CEP 2006
2007
2008
2009
2010
Indonesia
1,31
1,24
1,07
0,85
0,89
Philipina
2,77
2,79
3,10
2,71
2,53
India
-2,67
-2,56
-1,45
-1,49
-1,02
Brazil
-4,16
-4,13
-4,64
-4,26
-4,85
Srilanka
3,73
3,80
3,75
3,60
3,40
Thailand
-0,84
-1,04
-1,15
-1,21
-1,18
Mexico
-2,33
-2,40
-2,48
-2,24
-2,38
0,03
-0,27
0,65
-0,11
0,12
-1,70
-2,11
-1,72
-2,06
Un. Rep Tanzania
Malaysia -1,51 Sumber : UNData Comtrade yang diolah
24
Ineke Nursih Widyantari : Daya Saing Ekspor Komoditas Kelapa Indonesia… Tabel 7. Perbandingan Nilai Ekspor Komoditas Kelapa Negara Terhadap Kelapa Dunia dan Nilai Ekspor Dunia
TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
NILAI EKSPOR KOMODITAS KELAPA
NILAI EKSPOR KOMODITAS KELAPA
NEGARA/KELAPA DUNIA
NEGARA/NILAI EKSPOR DUNIA 2)
INDONESIA 0,031 0,028 0,025 0,022 0,025 0,026
PHILIPINA 0,063 0,059 0,068 0,046 0,043 0,056
SRILANKA 0,023 0,024 0,022 0,021 0,016 0,021
INDONESIA 0,000005693 0,000005503 0,000005551 0,000005529 0,000005941 0,000005643
PHILIPINA 0,0000115 0,0000115 0,0000150 0,0000117 0,0000101 0,000011961
SRILANKA 0,0000043 0,0000047 0,0000048 0,0000053 0,0000039 0,000004597
Sumber : 1)UNData Comtrade, 2) WTO. Org yang diolah
Tabel 8 menunjukkan hasil CEP simulasi nilai CEP Indonesia lebih rendah dari Philipina tetapi lebih tinggi dari Srilanka. Jadi dalam CEP simulasi Philipina meskipun mengalami penurunan nilai CEP tetapi nilai CEP simulasi Philipina lebih unggul dari Indonesia dan Srilanka, meskipun nilai total ekspornya diganti menjadi lebih besar dari yang sebenarnya. Hal ini membuktikan bahwa pada dasarnya Philipina terspesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditas kelapa Hasil CEP simulasi untuk Indonesia besarnya sama dengan CEP hasil penelitian. Jadi Indonesia tidak mengalami perubahan nilai CEP meskipun total nilai ekspor Philippina dan
Srilanka diubah menjadi sebesar total nilai ekspor Indonesia. Hasil perbandingan CEP penelitian dan simulasi menunjukkan bahwa nilai CEP simulasi Srilanka mengalami penurunan. Tahun 2006-2007 Srilanka terspesialisasi dalam mememproduksi dan mengekspor komoditas kelapa, tetapi pada tahun 2008-2010 Srilanka tidak terspesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditas kelapa. Kesimpulan yang dapat diambil dengan adanya CEP simulasi sebagai perbandingan adalah 1) Srilanka memiliki nilai CEP penelitian lebih besar dari Indonesia dan Philipina karena total nilai ekspor Srilanka lebih kecil dibandingkan
Tabel 8. Perbandingan Hasil CEP Penelitian dan Hasil CEP Simulasi
NEGARA
CEP PENELITIAN 2006 2007 2008
2009
2010
CEP SIMULASI 2006 2007
2008
2009
2010
Indonesia
1,31
1,24
1,07
0,85
0,89
1,31
1,24
1,07
0,85
0,89
Philipina
2,77
2,79
3,10
2,71
2,53
2,02
1,98
2,07
1,60
1,41
India
-2,67
-2,56
-1,45
-1,49
-1,02
-2,67
-2,56
-1,45
-1,49
-1,02
Brazil
-4,16
-4,13
-4,64
-4,26
-4,85
-4,16
-4,13
-4,64
-4,26
-4,85
Srilanka
3,73
3,80
3,75
3,60
3,40
1,03
1,09
0,93
0,81
0,45
Thailand
-0,84
-1,15
-1,21
-1,18
-0,84
-1,04
-1,15
-1,21
-1,18
Mexico Un. Rep Tanzania
-2,33
-2,40
-2,48
-2,24
-2,38
-2,33
-2,40
-2,48
-2,24
-2,38
0,03
-0,27
0,65
-0,11
0,12
0,03
-0,27
0,65
-0,11
0,12
-1,70
-2,11
-1,72
-2,06
-1,04
Malaysia -1,51 -1,70 -2,11 -1,72 -2,06 -1,51 Sumber : 1) Undata Comtrade, 2) Intracen Org, 3) WTO. Org yang diolah
25
Ineke Nursih Widyantari : Daya Saing Ekspor Komoditas Kelapa Indonesia… Indonesia dan Philipina , tetapi setelah total nilai ekspor Srilanka diubah menjadi sebesar total nilai ekspor Indonesia maka CEP Srilanka menjadi rendah. 2) Indonesia nilai CEP tetap stabil, 3) Philipina tetap terspesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditas kelapa. Nilai CEP Indonesia agar selalu lebih besar dari 1 (terspesialisasi) maka Indonesia dapat melakukannya dengan cara memperbesar jumlah ekspor komoditas kelapa, meningkatkan kualitas kelapa, serta melakukan diversifikasi produk kelapa (pengolahan lebih lanjut).
Basri, Hariadi, 2007, Grand Strategi, Dewan Kelapa Indonesia, diakses tanggal 28 Oktober 2011 pukul 01.15. WIT. http://dds.bps.go.id, diakses tanggal 25/2/2012, jam 17.00 WITA http:/unstat.un.org/unsd/comtrade,tanggal 20/2/2012, jam 16.00 WITA http://www.wto.org. diakses tanggal 5/07/2012, jam 18.00. WITA http:/www.intracen.org. diakses 5/07/2012. Jam 18.30. WITA
tanggal
FAOSTAT.2010. Top Production Coconut.Diakses tanggal 12 Februari 2012. Jam 11.14 WITA
SIMPULAN Komoditas kelapa Indonesia memiliki daya saing. Meskipun demikian daya saing Indonesia lebih kecil dari Philipina dan Srilanka ,tetapi lebih besar dari India, United Republik Tanzania, Brazil, Thailand, Mexico, dan Malaysia. Faktor penentu daya saing komoditas kelapa Indonesia adalah luas areal, jumlah produksi dan jumlah penduduk. Keberadaan faktor-faktor yang menjadi penentu daya saing Indonesia seperti luas areal, produksi dan penyerapan tenaga kerja pada pengembangan komoditas kelapa perlu ditingkatkan.
Ikhsan, M. 2000. Dari Pembangunan Pertanian Menuju Pembangunan Pedesaan. Makalah dalam Seminar Nasional Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 ke Depan, Bogor, 9-10 November 2000. Muslim, C. 2006. Analisis Daya Saing Produk Ekspor Agroindustri Komoditas Berbasis Kelapa di Indonesia. Icaseps Working Paper No.87.Deptan. November 2006. Serin, V., Civan, A., 2008. Revealed Comparative Advantage and Competitiveness : A Case Study for Turkey towards the EU. Journal of Economic and Social Research 10(2), 25-41.
DAFTAR PUSTAKA Allorerung, D. dan Z. Mahmud. 2002. Dukungan Kebijakan IPTEK Dalam Pemberdayaan Komoditas Kelapa. Makalah Utama Dalam Konfrensi Nasional Kelapa V di Tembilahan, Indragiri Hilir, Riau. Riau 22-24 Oktober 2002.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan keduabelas.Penerbit Alfabeta. Bandung. Suhardiman, D. 1999. Bertanam Kelapa Hibrida. Jakarta : Penebar Swadaya Tambunan. 2004. Globalisasi dan Perdagangan Internasional. Ghalia Indonesia, Bogor.
Asian and Pasific Coconut Community (APCC). 2011. Coconut Statistical Yearbook 2010. Jakarta.2011. Asian and Pasific Coconut Community (APCC).
Utkulu, U., Seymen, D. 2004. Revealed Comparative Advantage and Competitiveness : Evidence for Turkey vis-à-vis the EU/15. To be presented at the European Trade Study Group 6th Annual Conference, ETSG 2004, Nottingham, September.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa. Agro Inovasi. Departemen Pertanian. Bogor.
26