DATA DAN METODE Data Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan oleh tim Hibah Pascasarjana tahun 2003 - 2005 kerjasama Departemen Statistika dengan Pusat Studi Biofarmaka, dengan judul penelitian : “Pengembangan Model Kalibrasi Pendugaan kandungan senyawa bioaktif atau senyawa penciri beberapa tanaman obat” dan tim Hibah Fundamental Pusat Studi Biofarmaka tahun 2007. Data merupakan hasil pengukuran FTIR (Fourier Transformation Infrared) pada ekstrak rimpang temulawak, jahe dan kunyit. Hasil pengukuran FTIR berupa persentase transmitan dari ekstrak rimpang temulawak, jahe dan kunyit pada interval bilangan gelombang tertentu. Penggunaan data FTIR ekstrak jahe dan kunyit pada penelitian ini sebagai pembanding dari data FTIR ekstrak temulawak. Banyak sampel spektrum FTIR ekstrak temulawak, jahe dan kunyit berturut-turut adalah 18, 20 dan 24 sampel. Data sampel spektrum disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kode sampel spektum yang digunakan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Temulawak Kode Keterangan TL1 Suharsono 1 TL2 Suharsono 2 TL3 Sri S 1 TL4 Sri S 2 TL5 Mulyono 1 TL6 Mulyono 2 TL7 Dp butri 1 TL8 Dp butri 2 TL9 Karso 1 TL10 Karso 2 TL11 Balitro 1 TL12 Balitro 2 TL13 Cianjur 1 TL14 Bogor 1 TL15 Kuningan 1 TL16 Kuningan 2 TL17 Sukabumi 1 TL18 Sukabumi 2 -
Kode Jh1 Jh2 Jh3 Jh4 Jh5 Jh6 Jh7 Jh8 Jh9 Jh10 Jh11 Jh12 Jh13 Jh14 Jh15 Jh16 Jh17 Jh18 Jh19 Jh20 -
Jahe Keterangan Dukuh 1 Dukuh 2 Dukuh 3 Haryono 1 Haryono 2 Haryono 3 Karyo 1 Karyo 2 Karyo 3 Mulyono 1 Mulyono 2 Mulyono 3 Sugandi 1 Sugandi 2 Sugandi 3 Suharsono 1 Suharsono 2 Suharsono 3 Suparno 1 Suparno 2 -
13
Kode CL1 CL2 CL3 CL4 CL5 CL6 CL7 CL8 CL9 CL10 CL11 CL12 CL13 CL14 CL15 CL16 CL17 CL18 CL19 CL20 CL21 CL22 CL23 CL24
Kunyit Keterangan Wonogiri 1 Wonogiri 2 Wonogiri 3 Semarang 1 Semarang 2 Karanganyar 1 Karanganyar 2 Pacitan 1 Pacitan 2 Kediri 1 Kediri 2 Kediri 3 Ponorogo 1 Ponorogo 2 Ponorogo 3 Sumedang 1 Sumedang 2 Sumedang 3 Sukabumi 1 Sukabumi 2 Sukabumi 3 Bogor 1 Bogor 2 Bogor 3
Metode Tahapan Eksplorasi Langkah awal dilakukan eksplorasi data dengan membuat plot persen transmitan (%T) dan bilangan gelombang untuk masing-masing spektrum sampel temulawak. Penyajian grafik spektrum IR (grafik hubungan persen transmisi dan bilangan gelombang) disesuaikan dengan spektrum aslinya dimana sumbu vertikal untuk persen transmitan dan sumbu horizontal untuk bilangan gelombang. Nilai persen transmitan (%T) dari bawah ke atas untuk nilai dari kecil ke besar, sementara pada sumbu horizontal yakni bilangan gelombang (cm-1) dari kiri ke kanan adalah untuk bilangan dari besar ke kecil.
Tahapan Analisis Data Pemulusan dan pereduksian dengan Transformasi Wavelet Diskret Pada tahap ini data pengamatan direduksi dan dimuluskan dengan transformasi Wavelet. Metode wavelet mensyaratkan bahwa jumlah titik harus 2M, untuk M bilangan bulat positif, maka dari 1866 titik pada data spektrum IR temulawak di ambil 1024 titik dengan memperhatikan daerah identifikasi (tabel 1). Dari 1024 titik yang terpilih dilakukan transformasi wavelet diskret (TWD). Perhitungan matriks wavelet pada penelitian ini menggunakan software R dengan “Wavelets” Package yang di tulis oleh Eric Aldrich. Pemulusan dan pereduksian titik pada penelitian ini dari 1024 titik menjadi 512, 256, 128, 64 dan 32 titik. Setelah dilakukan pereduksian dan pemulusan dengan transformasi wavelet, selanjutnya membuat plot hasil pemulusan dan pereduksian tersebut. Transformasi wavelet diskret pada penelitian ini menggunakan bantuan software R, di mana untuk memperoleh titik-titik reduksi dilakukan dengan langkah-langkah berikut : 1. Membaca data spektrum Pada penelitian ini data dikonversi dari format xls menjadi format csv, kemudian di baca di R dengan perintah :
14
Temulawak <- read.csv(“file data csv”) 2. Melakukan Transformasi Wavelet Transformasi wavelet dilakukan dengan perintah : t1 <- dwt(temulawak[,2]) t1 merupakan file yang berisi transformasi wavelet untuk sampel yang pertama. 3. Menampilkan reduksi titik Untuk mendapatkan titik-titik hasil transformasi dilakukan dengan perintah : t1@V[[1]] untuk reduksi hingga 512 titik,
t1@V[[2]] untuk
reduksi titik hingga 256, t1@V[[3]] untuk reduksi titik 128 dan seterusnya.
Analisis Komponen Utama (AKU) Pada tahap ini data pengamatan baik yang asli maupun yang telah direduksi dengan transformasi Wavelet, dilihat pola tebarannya berdasarkan skorskor yang diperoleh pada komponen utama pertama dan komponen utama kedua. Analisis komponen utama pada penelitian ini menggunakan bantuan software SAS (proc PRINCOMP).
Analisis Diskriminan Pada tahap ini data pengamatan yang baik yang asli maupun yang telah direduksi
dengan
transformasi
Wavelet,
dikelompokan
dengan
analisis
diskriminan untuk setiap sampel spektrum FTIR temulawak, jahe dan kunyit. Pengelompokan dengan analisis diskriminan pada penelitian ini menggunakan bantuan software SAS (proc DISCRIM).
Metode Pendeteksian Titik Balik Berdasarkan daerah identifikasi, dideteksi satu persatu apakah pada daerah-daerah yang telah ditetapkan terdapat titik balik atau tidak. Jika dari semua
15
daerah identifikasi yang telah di tetapkan terdapat titik balik maka dapat disimpulkan bahwa pola spektrum FTIR sama. Tetapi, jika ada satu atau lebih daerah identifikasi yang telah ditetapkan tidak terdapat titik balik maka dapat disimpulkan pola spektrumnya tidak sama. Untuk melakukan pendeteksian titik balik digunakan makro program R. Adapun diagram alir pendeteksian titik balik disajikan pada Gambar 2.
16
Start
Data Wavelet
Banyak Daerah Identifikasi (n)
i=1
Cek Titik Balik
Ada titik balik ?
T
Spektrum FTIR tidak sama dengan standar
Y i := i + 1
Y i <= n
T Spektrum FTIR sama dengan standar
End
Gambar 2. Diagram Alir Pendeteksian Titik Balik
17