1
Dari Perjuangan Bersenjata ke Perjuangan Politik, Kembali ke Perjuangan Bersenjata Hingga Perjanjian Perdamaian (Diringkaskan dari buku “My Side of History”oleh Chin Peng*) I. Perubahan Taktik Partai Komunis Malaya dari Perjuangan Bersenjata ke Perjuangan Politik. Kemerdekaan Malaya dari penjajahan Inggris yang terlaksana pada tanggal 31 Agustus 1957, memperbaharui harapan Partai Komunis Malaya (PKM) akan kemungkinan dipulihkannya kembali pembicaraan damai. Tetapi, pemerintah Malaya terus menerus melakukan pembasmian terhadap PKM, sehingga menutup kemungkinan pembicaraan damai yang diharapkan PKM tersebut. Banyak kader, anggota dan pengikut PKM ditangkap dan diperjarakan. Sebagian lagi mengkhianati perjuangan, bekerjasama dengan pemerintah Malaya membasmi PKM. Akibatnya perjuangan gerilya PKM menyusut dan tidak mempunyai tujuan strategi tertentu. Pasukan gerilya PKM kehilangan banyak anggotanya dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah. PKM kekurangan dana untuk melakukan aksi-aksi besar, meskipun dana dari Min Yuen tetap ada, tetapi sangat tidak memadai. Masalah pengadaan makanan juga tak pernah terpecahkan secara baik. Akhirnya, pada tahun 1959, PKM sampai kepada kesimpulan untuk menghentikan perjuangan bersenjata dan kembali kepada kegiatan politik secara rahasia dibawah tanah. Kader-kader PKM mengintegrasikan diri kembali kedalam masyarakat banyak di Malaya dan Singapura. PKM memerlukan persiapan politik jangka panjang, mungkin satu dekade dan apabila keadaan memungkinkan, akan mengangkat senjata kembali melawan pemerintah. PKM melakukan demobilisasi pasukan dengan cara menempatkan mereka di desa-desa dan di kota-kota diselatan Thailand. Ketika itu kontrol pemerintah Thailand terhadap propinsi-propinsi di selatan Thailand sangat lemah, bahkan di beberapa daerah PKM dapat bebas bergerak. Sebagian lagi, terutama kawankawan mereka yang berasal dari Penang pindah ke Aceh dan Sumatera Utara. PKM memutuskan untuk mengirimkan sebagian pasukan gerilya mereka ke Vietnam dan Tiongkok. Mereka menyimpan senjata-senjata yang mereka miliki di dalam hutan. Di Bangkok, PKM mendirikan dua buah perusahaan dengan bantuan modal sebesar 4 juta Bath dari Tiongkok. Siao Chang, wakil pimpinan tertinggi PKM di Beijing menyampaikan perubahan taktik perjuangan bersenjata ke perjuangan politik secara rahasia
2 tersebut kepada Partai Komunis Tiongkok (PKT). Diperlukan waktu beberapa bulan bagi pihak berkuasa di Beijing sebelum mereka memberikan tanda-tanda kesediaan sebagai tuan rumah bagi perubahan taktik PKM tersebut. Pada bulan Desember 1960, 3 orang pimpinan PKM, yaitu Chin Peng, Chen Tien dan Lee Ah Tung mulai melakukan perjalanan menuju Beijing dengan bantuan Partai Buruh Vietnam (PBV), Pathet Lao dan akhirnya tentu saja bantuan dari PKT. Setelah melalui jalan darat yang panjang, mendaki bukitbukit di Laos, akhirnya mereka tiba di daerah basis Pathet Lao, dimana telah menanti sebuah helikopter Rusia. Kawan-kawan Vietnam yang mendampingi perjalanan mereka meminta agar mereka segera naik ke helikopter. Seorang kawan senior Vietnam ikut bersama mereka naik ke pesawat. Mereka berpisah dengan pengiring perjalanan lainnya dari Vietnam dan 3 orang dari Pathet Lao. Sesampainya di Hanoi, mereka dijamu makan siang oleh “Paman Ho”, pemimpin legendaris rakyat Vietnam. Beberapa hari kemudian barulah dilakukan pembicaraan antara kedua partai, PBV dan PKM. Pihak PBV dipimpin oleh Sekjen Le Duan yang baru terpilih dalam kongres bulan September 1960 yang lalu. Pihak PKM menyampaikan perubahan taktik perjuangan bersenjata ke perjuangan politik. Le Duan dan kawan-kawan Vietnam agak terparanjat mendengar penuturan pihak PKM tersebut. Esoknya Le Duc Tho, kepala Departemen Organisasi Politbiro PBV mengontak Chin Peng meminta klarifikasi tentang apa yang telah disampaikan dalam pertemuan dengan Le Duan. Setelah itu, Le Duc Tho mengatakan bahwa Hanoi lebih menyukai PKM tetap melakukan perjuangan bersenjata. Tetapi apabila kondisinya memang demikian, pihak Vietnam menghormati keputusan PKM. Pada pertemuan tersebut, Tho menanyakan bantuan apa yang dapat diberikan oleh Vietnam kepada PKM. Tho juga mengatakan bahwa bantuan Vietnam tentu sangat terbatas, karena Vietnam sangat tergantung kepada bantuan dari Uni Sovyet dan Tiongkok. Vietnam menjanjikan bantuan pengurusan perjalanan antara Malaya dan Tiongkok, bantuan pendidikan bagi kader-kader PKM, serta beasiswa bagi mahasiswa PKM yang ingin belajar di Vietnam. Selama 6 minggu rombongan Chin Peng berada di Vietnam, akhirnya mereka terbang ke Beijing menumpang pesawat khusus yang membawa Ho Chi Minh kembali ke Hanoi dari Beijing. Minggu pertama Juni 1961 rombongan Chin Peng mendarat di lapangan terbang Beijing disambut oleh Kepala Penghubung PKT, Liu Ning Yi dan beberapa orang lagi dari Departemen Hubungan Luarnegeri PKT. Mereka ditempatkan disebuah bungalow disamping kantor pusat hubungan luarnegeri PKT. Letaknya berdekatan dengan Museum Militer Tiongkok.
3 II. Kembali ke Taktik Perjuangan Bersenjata. Bulan Juli 1961, mereka diundang berdiskusi dengan Deng Xiao Ping. Deng menyampaikan bahwa Asia Tenggara sedang mengalami perubahan yang monumental. Secara strategi wilayah ini telah matang untuk perjuangan seperti yang dilakukan oleh PKM di Malaya. PKM tidak seharusnya merubah kebijakannya pada saat ini. PKM harus mengambil keuntungan dari keadaan Asia Tenggara ini. Chin Peng hanya menjawab bahwa ia tidak bisa mengambil keputusan saat ini karena masalah tersebut harus ditentukan oleh CC PKM. Mereka berada dalam posisi yang sangat sensitif. Di Sadao, daerah basis PKM di perbatasan Malaya-Thailand, PKM telah meletakkan harapan pada kembalinya melakukan perjuangan politik dan meninggalkan perjuangan bersenjata. Chin Peng mempelajari dengan seksama setiap detail pendapat PKT yang disampaikan oleh Deng Xiao Ping dan mendiskusikannya dengan Siao Chang, Chen Tien dan Lie Ah Tung. Juga mengadakan kontak radio dengan pejabat Sekjen PKM di Sadao, Malaya mengenai pendapat partai-partai sekawan tersebut. Dalam Resolusi Sadao 1959, PKM telah memutuskan menghentikan perjuangan bersenjata. 18 bulan kemudian mereka meninjaunya kembali. Satusatunya yang berubah hanyalah janji bantuan dari pihak PKT dan PBV. Apakah janji bantuan pihak Tiongkok dan Vietnam itu merupakan alasan yang cukup untuk mengubah keputusan PKM tahun 1959 tersebut ? Musa Ahmad yang ditunjuk sebagai pimpinan PKM sebelum perundingan Baling berpendapat bahwa dengan bantuan pihak Tiongkok, PKM dapat menguasai Malaya dalam waktu 5 tahun. Suatu pendapat yang sangat optimis. Setelah pembicaraan dengan Le Duan dan Le Duc Tho di Vietnam, Chin Peng percaya bahwa Vietnam Selatan, Laos dan Kamboja segera akan dibebaskan. Tetapi kurang yakin situasi ini bisa terjadi di Thailand. Chin Peng memperkirakan bahwa Indo China akan bebas dalam waktu 10 tahun (kenyataannya diperlukan waktu 15 tahun). Dan bagaimana posisi Malaya selama perjuangan pembebasan Indo China itu berlangsung ? PKM kembali melakukan diskusi dengan pihak PKT mengenai perubahan taktik kembali ke perjuangan bersenjata. Pihak PKM menyatakan bahwa perjuangan bersenjata di Malaysia banyak tergantung pada bantuan pihak Beijing, berupa senjata, amunisi dan transportasi senjata serta amunisi tersebut ke Malaya. Untuk itu dibutuhkan beaya dalam bentuk mata uang asing. Pihak PKT memenuhi permintaan PKM bagi beaya perjuangan bersenjata di Malaya dalam bentuk mata uang dolar AS, sampai penghentian seluruh bantuan tersebut pada tahun 1989.
4 Segera setelah insiden teluk Tonkin bulan Agustus 1964, melalui PKT, pihak PBV mengundang Chin Peng berkunjung ke Vietnam. Sekali lagi Chin Peng bertemu dengan Le Duan. Le Duan ingin mendengar perkembangan perjuangan bersenjata di Malaya setelah PKM memutuskan kembali melancarkan perjuangan bersenjata. Pada waktu itu, Le Duan baru saja kembali dari lawatannya di Beijing. Ia mengatakan, beberapa hari yang lalu Mao secara pribadi menyampaikan kepadanya bahwa revolusi segera akan menjalar ke seluruh negeri-negeri Asia Tenggara. Pemimpin Tiongkok memprediksikan bahwa Vietnam, Kamboja, Thailand dan Malaysia akan jatuh semuanya ketangan Komunis. III.
Pengaruh Perbedaan Pendapat Internasional (GKI) terhadap PKM.
Dalam
Gerakan
Komunis
Perjuangan PKT menentang revisionis Krusjtjov mulai berpengaruh pada pandangan sebagian pimpinan PKM. Chen Tian, Lee Ah Tung dan Musa Ahmad menerima pandangan garis kiri yang berpendapat bahwa gerilya PKM di perbatasan Malaysia-Thailand harus melakukan serangan ke Selatan untuk mengembangkan perjuangan bersenjata diseluruh negara bagian Malaysia. Disamping itu, gerilyawan PKM harus juga melakukan serangan terhadap pihak Thailand, karena Thailand berada dalam kubu musuh. Mereka berpendapat: revisionisme secara diam-diam telah merusak kemurnian dokrin MarxismeLeninisme. Pandangan ini ditujukan kepada pejabat Sekjen PKM Ah Hai yang berada di garis depan. Mereka menuduh Ah Hai terlalu konservatif. Akhirnya, pada tahun 1963 pimpinan PKM memutuskan memanggil Ah Hai ke Beijing untuk berkonsultasi dan mengirim kembali Siao Chang ke daerah basis sebagai pengganti wakil pimpinan PKM disana. Setahun kemudian, pada tahun 1964 Siao Chang tiba di daerah basis. Dengan demikian, Ah Hai bisa berangkat dan tiba di Beijing pada tahun 1965. Persoalan ini untuk sementara terhenti sampai terjadinya Revolusi Besar Kebudayaan Proletar (RBKP) di Tiongkok tahun 1966, dimana perjuangan intern dalam PKM timbul kembali. IV. Pengaruh RBKP Tiongkok pada perjuangan intern PKM Di daerah basis perbatasan Malaysia-Thailand terjadi perpecahan dalam PKM. Di daerah basis Sadao diumumkan telah terbentuk Partai Komunis Malaya (Revolusioner) dan di daerah basis Betong Barat terbentuk pula Partai Komunis Malaya (Marxis-Leninis). Revolusi Kebudayaan Proletar Tiongkok bergema pula dalam PKM. Timbul saling curiga baik diantara sesama anggota partai maupun diantara para gerilyawan PKM. Terjadi saling serang diantara mereka, baik dalam bentuk propaganda maupun bentrokan bersenjata. Akibatnya, anggota CC PKM Ah Chung dibunuh didaerah basis setelah diadili sebagai pengkhianat.
5 Padahah Ah Chung adalah seorang Komunis yang telah berjuang melawan pendudukan Jepang dan Inggris. Ia telah mengabdikan dirinya untuk usaha pembebasan Malaya. Selain itu, pimpinan yang dieksekusi di daerah basis adalah Wu Tien Wang dan Ling Ying Ting, istri Lee An Tung. Sekurangkurangnya 16 orang kawan dieksekusi di Markas Besar dan 75 orang di daerah basis Betong Timur. Anggota dan pengikut PKM di Tiongkok juga terpecah. Partai Komunis Malaya (Marxis-Leninis) mengirimkan 4 orang utusan dari daerah basis ke Tiongkok dan meminta berhubungan langsung dengan PKT. Permintaan tersebut ditolak oleh PKT dan menyatakan bahwa PKT hanya mengakui PKM dibawah pimpinan Chin Peng. Akhirnya diatur pertemuan di Beijing antara Chin Peng dengan pimpinan delegasi 4 orang tersebut yang bernama Chang Chung Min (artinya ‘setia kepada rakyat’). Chin Peng meminta izin kepada Kantor Penghubung PKT untuk mendatangkan juga kelompok daerah basis Sadao. Kedua grup dari daerah basis tersebut meminta dukungan Chin Peng dalam menentang kepemimpinan Siao Chang di kedua daerah basis PKM di perbatasan Malaysia-Thailand. Permintaan mereka ditolak dan CC PKM menyatakan berdiri dibelakang Siao Chang. Akhirnya, baik faksi PKM Revolusioner maupun PKM Marxis-Leninis menyerahkan diri kepada penguasa Thailand pada tahun 1987. Sebaliknya gerilyawan dan pengikut setia CC PKM yang dipimpin oleh Chin Peng terus melancarkan perjuangan bersenjata diperbatasan Malaya-Thailand. Pada masa RBKP di Tiongkok, kongritnya tahun 1969, PKM mendapat bantuan sebuah stasion radio di tengah-tengah komplek militer dengan kode Projek 691 di sebuah pegunungan di propinsi Hunan. Dari sanalah sejak November 1969, Suara Revolusi Malaya disiarkan dengan sebuah pemancar radio berkekuatan 20 KW. Pimpinan dan anggota-anggota PKM yang tadinya tinggal di Beijing dipindahkan ke dalam komplek projek 691 bersama-sama dengan teknisi radio dari pihak Tiongkok. V. Deng Xiao Ping Minta PKM Menutup Siaran Radio Suara Revolusi Malaya dari Wilayah Tiongkok. Pada tahun 1979 Chin Peng mendengar dari Kantor Penghubung PKT bahwa pihak Tiongkok meminta agar Suara Front Patriotik (siaran radio Partai Komunis Thailand yang dipancarkankan dari wilayah Tiongkok) menghentikan serangannya terhadap pemerintah Thailand yang dipimpin perdana menteri Jenderal Kriangsak Chamanand. Karena pemerintah Thailand dibawah perdana menteri Kriangsak memberikan fasilitas pelabuhan udara bagi pengiriman senjata dan perbekalan Tiongkok kepada Khmer Merah melalui wilayah Thailand. Banyak pesawat-pesawat Tiongkok yang membawa senjata dan perbekalan bagi Khmer Merah mendarat di lapangan terbang Thailand. Pejabat Khmer
6 Merah bila hendak keluar negeri juga harus melalui pelabuhan udara Thailand. Partai Komunis Thailand lalu menutup siaran radio Suara Front Patriotik tersebut dari wilayah Tiongkok, dan menyiarkannya dari wilayah lain diluar Tiongkok. Siaran Suara Revolusi Malaya telah melangsungkan siarannya selama lebih dari 10 tahun dari wilayah Tiongkok. Karena itu, ketika Deng ingin bertemu dengan Chin Peng tahun 1980, Chin Peng mengira mungkin ada hubungannya dengan siaran Suara Revolusi Malaya. Setelah dengan bersahabat dan berbasa basi menanyakan keadaan kesehatan para pemimpin PKM, Deng mengubah sikap dan mengatakan: “Saya membawa kalian kesini untuk membicarakan persoalan stasion radio PKM. Kami ingin menutup stasion radio tersebut.” Chin Peng tidak menanyakan apa sebabnya. Deng melanjutkan pembicaraan mengatakan bahwa pemimpin Singapura Lee Kuan Yew atas nama 4 negara Asean ( Singapura, Malaysia, Thailand dan Indonesia ) menyatakan betapa sulitnya berbicara dengan pemimpin negara-negara tersebut sebelum kunjungannya itu. Lee meminta penguasa Tiongkok untuk menutup siaran radio Suara Revolusi Malaya yang selama ini disiarkan dari wilayah Tiongkok. Bila tidak, maka sulit bagi negara-negara Asean untuk melobby negara-negara Afrika dan Amerika Latin agar mendukung Khmer Merah. Amerika menentang kehadiran Khmer Merah di PBB. Karena itu, dukungan dari negara-negara Afrika dan Amerika Latin dalam Sidang Umum PBB sangat menentukan. Chin Peng mendengarkan dengan teliti pendapat Deng tersebut.Tentu saja Chin Peng tidak senang dengan apa yang disampaikan Deng Xiao Ping itu. Chin Peng ingat sekali jawaban yang diberikannya kepada Deng. Chin Peng menyampaikan ucapan terima kasih atas informasi yang telah disampaikan kepadanya. Sebagai tamu di Tiongkok, tentu saja kami menghormati pendapat tuan rumah. Suasana menjadi tegang sejenak. Kemudian Chin Peng menanyakan kapan Tiongkok berkeinginan menutup siaran Suara Revolusi Malaya. Deng menjawab lebih cepat lebih baik. Deng juga menyampaikan kepada Lee Kuan Yew bahwa ia membutuhkan waktu untuk mendesak PKM melakukan penutupan siarannya dari wilayah Tiongkok. Chin Peng juga menanyakan kepada Deng kapan batas waktu terakhir siaran radio Suara Revolusi Malaya bisa disiarkan dari wilayah Tiongkok. Deng menjawab beberapa bulan sebelum sidang umum September 1981, sehingga ada waktu bagi negara-negara Asean menyelesaikan lobby mereka. Chin Peng kembali bertanya, apakah kami dapat diberi waktu hingga bulan Agustus 1981 ? Deng menjawab “Tidak !”. PKM harus menutup siaran Suara Revolusi Malaya paling lambat akhir Juni 1981.
7 Deng melanjutkan pembicaraannya. Sekarang kita sudah mencapai kesepakatan mengenai radio. Deng berkata : “Jangan kuatir Chin Peng, saya menegaskan kembali bahwa bantuan Tiongkok lainnya kepada PKM dapat terus berlanjut. Deng mengatakan bahwa bantuan keuangan Tiongkok bagi perjuangan PKM akan dilanjutkan. Siaran Suara Revolusi Malaya dari wilayah Tiongkok di propinsi Hunan ditutup tanggal 30 Juni 1981. Esok harinya, Suara Revolusi Malaya mengudara kembali dari stasion bergerak yang telah dipersiapkan di daerah basis perbatasan Malaysia-Thailand. Beberapa hari kemudian, kantor penghubung PKT memberitahu PKM bahwa Kementerian Luarnegeri Amerika Serikat menggugat mengapa siaran Suara Revolusi Malaya tetap mengudara hingga sekarang. Tahulah PKM bahwa semua pembicaraan dan batas waktu terakhir penutupan siaran Suara Revolusi Malaya dari wilayah Tiongkok yang dibicarakan antara PKT dan PKM diketahui juga oleh pihak Amerika Serikat. Chin Peng menyampaikan kepada Kantor penghubung Tiongkok agar Amerika memeriksa dari wilayah mana siaran radio PKM tersebut dipancarkan. Kemudian kami segera mengubah siaran Suara Revolusi Malaya menjadi Suara Demokrasi. VI.
Perundingan Damai Thailand dan PKM
Antara
Pemerintah
Malaysia,
Pemerintah
Musim panas tahun 1988 Chin Peng menerima laporan bahwa pemerintah Thailand sekali lagi melakukan usaha perdamaian. Chin Peng memberi kuasa kepada Siao Chang untuk melakukan perundingan atas nama PKM. Bersamaan dengan itu, pemerintah Malaysia dibawah pimpinan Mahathir Muhamad juga mengadakan kontak dengan gerilya PKM asal etnis Melayu di Penang. Pertemuan kedua dilakukan di Haadyai, Thailand dengan pihak Thailand. Thailand berpendapat sebaiknya Sekretaris Jenderal PKM dapat turut terlibat dalam pembicaraan damai tersebut. Bila diperlukan, pemerintah Thailand bersedia memberikan bantuan perjalanan ke Tiongkok bagi perunding PKM untuk bertemu dan berunding dengan Chin Peng. Bulan September 1988, dengan pengawalan seorang kolonel polisi Thailand, Siao Chang tiba di sebuah Hotel di Makao. Pihak Beijing dengan tegas menolak pertemuan antara Siao Chang dan Chin Peng dilakukan dalam wilayah Tiongkok. Permohonan Chin Peng mendapatkan dokumen perjalanan ke Makao juga ditolak oleh pihak berkuasa Tiongkok. Akhirnya atas bantuan Partai Komunis Filipina, Chin Peng mendapatkan sebuah paspor Filipina dengan nama lain, sehingga pertemuan antara Chin Peng dengan Siao Chang dapat berlangsung di Makao. Chin Peng mengatakan bahwa sejak tahun 1981, Deng
8 Xiao Ping terus mendorongnya untuk mencari penyelesaian damai dengan pemerintah Kuala Lumpur. Dalam suatu konferensi pers di Kuala Lumpur, November 1978, Deng mengatakan bahwa hubungan Tiongkok dengan PKM adalah suatu kenyataan sejarah, sesuatu yang harus ditinggalkan. Tiongkok berpendapat bahwa perundingan sebaiknya dilakukan oleh kawan-kawan PKM digaris depan dan Chin Peng baru tampil pada perundingan final saja. Karena itu, Chin Peng memberikan dukungan CC PKM sepenuhnya kepada Siao Chang. Ketika Siao Chang tiba kembali di Haadyai, Inspektur Jenderal Polisi Malaysia Rahim Noor segera menemuinya. Rahim Noor ingin mengetahui apakah ada pesan khusus dari Chin Peng yang hendak disampaikan Siao Chang. Siao Chang mengatakan bahwa Chin Peng sangat berharap pembicaraan damai dapat berlanjut. Perundingan damai kelima antara Pemerintah Malaysia, Pemerintah Thailand dan PKM dilangsungkan di Palm Beach Hotel, Pukhet, Thailand. Pihak Malaysia menolak mengakui legalitas PKM di Malaysia. Untunglah delegasi pemerintah Thailand dapat mengatasi kemandekan tersebut. Delegasi Thailand mengatakan bahwa tuntutan pengakuan legalitas PKM di Malaysia tidak objektif. Selain di Tiongkok dan Vietnam, tidak ada negara-negara Asia Tenggara yang mengakui legalitas partai Komunis di negeri mereka. PKM mengajukan usul balik meminta agar diperbolehkan membentuk partai sosialis ilmiah dimasa depan. Akhirnya PKM diperbolehkan mendirikan partai politik asal sesuai dengan Konstitusi Federal dan hukum yang berlaku di Malaysia. Masalah lain yang sulit dicapai adalah mencantumkan kontribusi PKM selama perjuangan kemerdekaan Malaya dalam komunike perjanjian damai. Usul tersebut ditolak pihak Malaysia. Akhirnya dicapai kata sepakat, bahwa usul tentang kontribusi PKM dalam perjuangan kemerdekaan Malaya dimasukkan kedalam video saja, tidak dicantumkan dalam komunike perdamaian. Pemerintah Federal Malaysia memberikan uang sebesar 8.000 ringgit Malaysia bagi setiap gerilyawan yang kembali ke masyarakat. Bantuan tersebut diberikan dalam 2 kali pembayaran. Selain itu, selama 3 tahun, setiap orang mendapat uang saku sebesar 300 ringgit Malaysia per bulan. Sebelum anggotaanggota PKM, gerilyawan dan pengikutnya kembali ke masyarakat, mereka akan mendapatkan Kartu Penduduk di perbatasan, dan setelah itu mereka bebas kembali ke kampung halaman mereka masing-masing tanpa interogasi pihak berkuasa Malaysia. Pihak penguasa Thailand juga memberi kesempatan kepada gerilyawan dan pengikut PKM untuk tinggal di wilayah Thailand bila mereka menghendakinya. Pemerintah Thailand menjanjikan akan memberikan 2,4 hektare tanah untuk ditanami dan membangun sebuah rumah tempat tinggal
9 bagi masing-masing gerilyawan tersebut. Selain itu, juga diberikan uang sebesar US $ 22 per bulan selama 3 tahun. Tanggal 2 Desember 1989, dihadapan 300 lebih wartawan nasional dan internasional, di Lee Gardens Hotel, Haadyai, Thailand dilangsungkan penandatanganan perjanjian perdamaian tiga pihak antara pemerintah Malaysia, pemerintah Thailand dan PKM. Dalam upacara tersebut, Chin Peng mengucapkan sumpah dalam bahasa Malaysia sebagai berikut: “Sebagai seorang warganegara Malaysia, kami berjanji setia kepada Yang Mulia Yang Dipertuan Agung dan kepada negeri. Kami akan membubarkan unit bersenjata kami, menghancurkan senjata kami untuk menyatakan kesungguhan hati kami menghentikan perjuangan bersenjata”. Awal tahun 1992, Chin Peng melaporkan secara resmi kepada pihak pemerintah Thailand bahwa PKM telah selesai menghentikan seluruh kegiatannya. Chin Peng merasa keberadaannya dimanapun dalam wilayah Tiongkok dapat memalukan pemimpin PKT. Maka pada tahun 1994, Chin Peng pindah ke wilayah Selatan Thailand sebagai penduduk tetap disana, tetapi tanpa kewarganegaraan. Menurut catatan PKM ada 1188 angggota PKM, 694 kelahiran Thailand dan 494 berasal dari Semenanjung Malaya, termasuk 15 orang berasal dari Singapura yang mengikuti ini perjanjian perdamaian ini. Senjata yang diserahkan juga berjumlah 1188 pucuk. Kelebihan senjata dan amunisi dibeli oleh pemerintah Thailand dengan harga pasar. Dana tersebut digunakan untuk membantu anggota-anggota PKM yang cacat sebanyak lebih kurang 200 orang. Pada awalnya, desa tempat tinggal ex-anggota dan gerilyawan PKM diberi nama Desa Perdamaian No. 1,2,3 dan 4, dan berada dibawah administrasi militer Thailand. Kemudian, atas jasa Putri Mahkota Thailand, Chulaporn, Desa Perdamaian diserahkan pengawasannya kepada pihak sipil dan berganti nama menjadi Desa Chulaporn no. 9,10,11,12. VII. Pendirian Politik Chin Peng Sekarang Pada akhir tulisannya Chin Peng mengatakan “Saya tetap seorang sosialis. Saya tetap percaya kepada pemerataan kemakmuran…… . Tetapi dalam hubungannya dengan Malaysia, saya samasekali telah melepaskan ide tentang kediktatoran proletariat sebagai konsep utama dalam blueprint administrasi.”
* Chin Peng adalah mantan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Malaya. * Diringkaskan sesuai aslinya oleh : M. Rasyid