Mari sholat berjamaah
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku” (Al Baqarah : 43)
Jangan Sia-Siakan Shalat Allah SWT berfirman:
! "# $ % "& ' ( )* , + - . / 0 1 2 3 , :; < = ) 3 > 3 @? BA . 45 6 7 - 8 “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyianyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS.Maryam :59-60). Ibnu ‘Abbas RA berkata, “Makna menyia-nyiakan shalat bukanlah meninggalkannya sama sekali. Tetapi mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya.” Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan, generasi yang menyianyiakan shalat yaitu, kalau mereka sudah menyia-nyiakan shalat, maka pasti mereka lebih menyia-nyiakan kewajiban yang lainnya. Karena shalat itu merupakan tiang dien ini dan pilarnya, serta sebaik-baik perbuatan hamba. Dan ditambah lagi (keburukan mereka) dengan mengikuti syahwat dunia dan kelezatannya, senang dengan kehidupan dan kenikamatan dunia. Maka mereka itu akan menemui kesesatan, yaitu kerugian dihari kiamat”. Rasulullah SAW telah bersabda:
C ; D"< 6- EA F ( < F ) 3 G 7 - H 8 1 ' - F 2A I J ;8 K 6? # L . > . 1 7 $ 1 # 6- M N O M - 1 7 “Amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat dari seorang hamba adalah shalatnya. Jika shalatnya baik maka telah sukses dan beruntunglah ia, sebaliknya jika rusak, sungguh telah gagal dan merugilah ia.” (Riwayat Tirmidziy dari Abu Hurairah ). Rasulullah SAW bersabda:
( R A S- TD - R & U 3 2 =A V 3 2 !6P BA “Sesungguhnya tali penghubung antara seseorang dengan syirik dan kafir, adalah meninggalkan shalat” (Riwayat Muslim, dari Jabir SAW)
1
Al Imam Al Lalikai Rahimahullah dalam Syarhu I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah menyampaikan sebuah riwayat:
^_Z 6 8@ 1] ; > ;< 6 :K W7 - YX 7 Z 3A 2 [ L 1 ') 3 ) ( 5 + S- D F D KA ) @- 3 “Dari “Abdullah bin Syaqiq Al “aqli berkata: “Para Shahabat Muhammad SAW tidaklah menganggap suatu amalan yang bila ditinggalkan akan menjadikan (dia) kafir selain shalat” (Riwayat Tirmidzi dan Hakim dengan sanad shahih) Keutamaan Shalat Berjamaah Wahai saudaraku, semoga Allah SAW merahmatimu,..... Ketahuilah bahwa shalat yang lima waktu harus dikerjakan dengan berjamaah. Hal itu karena Nabi SAW memerintahkan kita untuk shalat berjamaah. Rasulullah SAW telah menjelaskan tentang keutamaan shalat berjamaah, sebagaimana hadits dari Abu Hurairah RA, ia berkata,”Rasulullah SAW bersabda: “Shalat seseorang dengan berjamaah akan dilipatgandakan 25 kali lipat dari pada shalat yang dilakukan di rumah dan di pasarnya. Yang demikian itu, apabila seseorang berwudhu, ia menyempurnakan wudhunya, kemudian keluar menuju masjid, tidak ada yang membuatnya keluar menuju masjid kecuali untuk melakukan shalat. Tidaklah ia melangkahkan kakinya, kecuali dengan satu langkah itu derajatnya diangkat, dan dengan langkah itu dihapuskan kesalahannya. Apabila ia shalat dengan berjamaah, maka malaikat akan senantiasa bershalawat atasnya, selama ia tetap di tempat shalatnya (dan belum batal). Malaikat akan bershalawat atasnya; “Ya Allah berilah shalawat kepadanya. Ya Allah, berikanlah rahmat kepadanya.” Salah seorang diantara kalian tetap dalam keadaan shalat (mendapatkan pahala shalat) selama ia menunggu datangnya waktu shalat” (Riwayat Bukhari No.471, Muslim No.649 ,272) Dalam hadits lain dari shahabat Ibnu’Umar RA, bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda:
G^ V ` 3 8&) X '# 2A ba S - ( < 3 D=c - G ) N - D ( < “Shalat berjamaah itu lebih utama 27 derajat dari pada shalat sendirian” (Riwayat Bukhari No. 645, Muslim No.650 (249)) Rasulullah SAW sangat menganjurkan bagi laki-laki untuk mengerjakan shalat dengan berjamaah di masjid dan menganjurkan para wanita untuk shalat di rumahnya, karena rumah bagi wanita itu lebih baik. Hal ini berdasarka sabda Rasulullah SAW: “Shalat salah seorang dari kalian (Wanita) di kamar tidurnya, lebih baik dari pada shalat di ruang tamunya, shalat diruang tamunya lebih utama dari pada shalat di rumahnya, shalat di rumahnya lebih utama dari pada shalat di masjid 2
kaumnya, dan shalat di masjid kaumnya lebih utama dari pada shalatnya bersamaku” (Riwayat Ahmad dengan sanad hasan) Dalam hadits lain juga disebutkan:
3 % + . 3 % 2 ,[ L 1 VA # [ L B d @ “Janganlah kalian melarang wanita-wanita hamba Allah dari masjidmasjid Allah, akan tetapi rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka” (Riwayat Abu Dawud) Rasulullah SAW selalu mengerjakan shalat berjamah di masjid, bahkan ketika beliau J sedang sakit, hingga beliau J dipapah ke masjid untuk mengerjakan shalat berjamaah. Hukum Shalat Berjamaah Bagi Laki-Laki Hukum Shalat berjamaah bagi laki-laki adalah wajib, berdasarkan firman Allah SWT:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku” (Al Baqarah : 43) Para ‘Ulama berdalil dengan ayat ini, tentang wajibnya shalat berjamaah. {Lihat Tafsir Ibnu Katsir I/190} Juga berdasarkan riwayat dari Ibnu ‘Abbas RA, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:
A b- ) 3 @? B F ( < ( ,F f- 8 / 1dU J 3 “Barangsiapa yang mendengar adzan, kemudian ia tidak mendatanginya (memenuhi panggilan untuk shalat,), maka tidak ada shalat baginya, kecuali karena ada udzur (yang syar’i)” (Riwayat Ibnu Majah No.793, Al Hakim I/245, Baihaqi III/174, dengan sanad shahih)
Diantara udzur yang membolehkan kita untuk meninggalkan shalat berjamaah adalah sakit, saat bepergian (safar), hujan yang sangat lebat, cuaca yang sangat dingin, dan udzur lainnya yang dijelaskan oleh syari’at. Rasulullah J tidak memberikan keringanan untuk meninggalkan shalat berjamaah bagi orang yang buta dan tempat tinggalnnya jauh dari masjid. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata; “Seorang laki-laki yang buta mendatangi Nabi SAW, lalu berkata; “Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak mermiliki orang yang mau mengantarkanku menuju masjid.” Maka ia meminta keringanan kepada Rasulullah untuk shalat dirumahnya, dan Nabi pun memberikan 3
keringanan baginya. Namun ketika orang itu beranjak, beliau memanggilnya kembali dan bersabda; “Apakah engkau mendengar suara panggilan untuk shalat (Adzan)?” Ia menjawab; “Ya”. Maka beliau bersabda; “Kalau begitu, penuhilah panggilan itu” (Riwayat Muslim No. 653) Pada kesempatan lain Rasulullah SAW pernah berniat membakar rumah orang-orang yang tidak melakukan shalat berjamaah di masjid. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah SAW: “Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku sangat berkeinginan untuk menyuruh orang-orang mengumpulkan kayu bakar sehingga terkumpul kayu bakar tersebut. Lalu aku menyuruh mereka untuk shalat, lalu dikumandangkan adzan untuk shalat itu, kemudian aku menyuruh salah seorang diantara mereka untuk mengimami shalat orang-orang, kemudian aku akan mendatangi orang-orang yang tidak menghadiri shalat berjamaah, lalu saya akan bakar rumah-rumah mereka” (Riwayat Bukhari Muslim) Shalat berjamaah wajib dilakukan di masjid, bukan dirumah. Karena tujuan dibangunnya masjid adalah untuk di tegakannya shalat berjamaah didalamnya. Sangat disayangkan sebagian kaum muslimin, padahal ia sebagai donatur pembangunan masjid, pengurusnya, dan bahkan mereka yang bergelar ustadz, tidak melakukan shalat berjamaah di masjid. Ibnu Mas’ud RA pernah berkata;
i D "j $ L @ k 0 g) l - ;- :# :15 [ g7- 8 6- h J 3 ,m1% - 3A dJ 3 3 % OB ,m1% - 3 dJ+ J / TD U'Ad n Z [ 6? E,3 %A 2A m`d8 / o- "o F o2 W , p o - b0 W a 8 / TD 2 W / o< / T^ O / o- c / TD U'AO G dJ / o- ,/ TD U'AO G dJ “Barangsiapa yang senang bertemu dengan Allah di hari kiamat kelak dalam keadaan muslim, maka hendaklah ia menjaga shalat lima waktu dimanapun ia diseru kepadanya. Sesungguhnya Allah telah mensyari’atkan kepada Nabi kalian sunnah-sunnah yang merupakan petunjuk. Shalat lima waktu termasuk sunnah-sunnah yang merupakan petunjuk. Seandainya kalian shalat dirumah kalian sebagaiamana orang yang tertinggal ini shalat dirumahnya (Tidak berjamaah di masjid) niscaya kalian akan meninggalkan sunnah-sunnah Nabi kalian. Seandainya kalian meninggalkan sunnah-sunnah Nabi kalian, niscaya kalian akan sesat. Ibnu Mas’ud juga berkata dalam hadits yang sama: 4
q A SdU H D Y+ d @? B %d) ! ? o8 “Dan tidak ada yang meninggalkannya (shalat berjamaah) kecuali orang munafiq yang telah jelas kemunafiqannya” (Riwayat Muslim 654, 257, Abu Dawud No. 550, Nasa’I II/108-109) Di jaman shahabat, orang yang meninggalkan shalat berjamaah dimarahi dan di tegur dengan keras oleh para Shahabat. Marahnya mereka (para shahabat dan tabi’in) adalah terhadap laki-laki yang sehat dan yang jelas tidak memiliki udzur syar’i meninggalkan shalat berjamaah. Kerasnya teguran mereka terkandung dalam ucapan shahabat Ibnu Mas’ud SAW, yaitu: “Tidak ada yang meninggalkan shalat berjamaah, kecuali orang munafiq yang telah jelas diketahui kemunafiqannya” (Riwayat Muslim No.654, 256) Pada jaman para Shahabat, hanya orang munafiq yang meninggalkan shalat berjamaah. Kalau datang waktu shalat subuh dan isya’, mereka enggan untuk hadir shalat berjamaah di masjid. Karena keadaan pada waktu keduannya masih gelap, berbeda dengan shalat yang dilakukan di siang hari, mereka ikut menghadirinya karena riya’. Konsekuensi yang terkandung dalam hal tersebut adalah jika ada kepentingan yang berkaitan dengan pekerjaan kantor, perdagangan, atau kesibukan yang lainnya, maka tinggalkanlah pekerjaan itu untuk sementara. Lalu kerjakanlah shalat terlebih dahulu. Laki-laki mengerjakan shalat berjamaah di masjid, sedang wanita mengerjakan shalat di rumah. Inilah anjuran dari Rasulullah SAW. Wallahu A’lam
rB 6"#jE2 /%' 3 F';< F g) [ K J g) [ g< 381 H 8 -------------------------------------------------Kontribusi: Mas Heru Yulias Wibowo – Redaktur Buletin Da’wah An Nashihah Cikarang Baru, - Bekasi. Untuk berlangganan bulletin An Nashihah hubungi bag. Sirkulasi: Mas Arifin 08156094080
5