Evaluasi Pengendalian Kualitas Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan Air Minum Isi Ulang (Refill) Di Kabupaten Sleman, Yogyakarta
SKRIPSI
ditulis oleh Nama
: Vicktor Aritonang
Nomor Mahasiswa
: 04 311 208
Program Studi
: Manajemen
Bidang Konsentrasi
: Operasional
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2009
i
Evaluasi Pengendalian Kualitas Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan Air Minum Isi Ulang (Refill) Di Kabupaten Sleman, Yogyakarta
SKRIPSI
ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana Strata-1 di Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia.
oleh Nama
: Vicktor Aritonang
Nomor Mahasiswa
: 04 311 208
Program Studi
: Manajemen
Bidang Konsentrasi
: Operasional
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2009
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGiARISME
“Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuaan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Apabila kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, saya sanggup menerima hukuman/sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.”
Yogyakarta, 19 Januari 2009 Penulis,
Vicktor Aritonang
iii
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini khusus untuk Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mengiringi setiap langkahku dengan restu dan do’a Kakak-kakakku dan adikku Semua saudara dan sahabat yang selalu membantuku dalam segala hal Almamaterku tercinta, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
vi
MOTTO “Sebuah sukses lahir bukan karena kebetulan atau keberuntungan semata, sebuah sukses terwujud karena ikhtiar melalui perencanaan yang matang, keyakinan, keuletan, ketabahan dan karena niat baik kepada Allah SWT. “ ( Prof. Dr. Kuswadi Harjo Sumantri, SH.)
... dan bersama kesukaran pasti ada kemudahan, karena itu bila selesai satu pekerjaan, mulailah dengan yang lain dan bersungguh-sungguhlah. Hanya kepada Tuharmu hendaklah engkau berharap... (Al-Insyiraah 6-8).
Katakanlah jika sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat – kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis dituliskan kalimat - kalimat Tuhanku, meskipun kami tambahkan sebanyak itu Pula ( Al Khafi 109).
“Orang yang baik adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain” (Penulis)
vii
ABSTRAK Pengendalian kualitas merupakan suatu aktifitas untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan. Pengendalian kualitas ini dilakukan sebagai upaya menaikkan citra perusahaan dan menjaga kepercayaan konsumen terhadap suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan terhadap Air Minum dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang ini mengambil populasi didaerah kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dengan pengambilan sampel selama 10 hari sebanyak 20 sampel (10 sampel untuk air minum dalam kemasan dan 10 sampel untuk air minum isi ulang), sedangkan metode yang digunakan untuk menganalisis produk tersebut adalah metode Control Chart dan Diagram Ishikawa. Dari metode tersebut dapat diketahui proporsi dan tingkat kerusakan yang terjadi pada akhir produksi serta untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik kemudian memisahkan akar penyebabnya. Metode Control Chart ini terdiri atas X-Chart yang digunakan untuk mengukur variabel produk yang terdiri dari faktor Fisis (warna dan suhu), faktor Kimia (pH / kadar keasaman) dan faktor Biologi (bakteri E.Coli). Dan diagram Ishikawa digunakan untuk mengetahui penyebab-penyebab masalah yang timbul baik dari awal hingga akhir produksi. Hasil penelitian ini ternyata masih terdapat produk yang menyimpang dari standar kualitas produk yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002, yang mengatur tentang kualitas baku air minum, serta menurut peraturan yang berlaku seara umum (rule of thumb) untuk standar kerusakan produk yaitu 5%. Diantaranya disebabkan oleh adanya pemilihan bahan baku yang kurang bagus, kurangnya ketelitian karyawan, kurangnya keterampilan karyawan serta kondisi lingkungan kerja yang kurang higiene.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb., Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, bahwa dengan rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesabaran, serta tak lupa penulis panjatkan shalawat kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Evaluasi Pengendalian Kualitas Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan Air Minum Isi Ulang (Refill) Di Kabupaten Sleman, Yogyakarta”, yang ditujukan untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Dalam dinamika kehidupan ini, penulis selalu berusaha mencoba untuk terus belajar dan berproses dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun, termasuk ketika penulis berproses dalam mengerjakan skripsi ini. Dalam proses tersebut penulis melewati bersama sekian banyak orang-orang tercinta, saudara dan sahabat terbaik serta teman-teman dekat. Melalui kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan perasaan terdalam kepada semua orang yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Kepada mereka, dengan segenap cinta dan kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan rasa bangga dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
ix
1. Allah SWT, yang telah memberiku nafas dan petunjuk, sehingga mempunyai kekuatan untuk berjuang dalam kerasnya kehidupan ini. 2. Nabi Muhammad SAW beserta junjungannya yang memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga kepada umatnya. 3. Bapak Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, selaku Rektor Universitas Islam Indonesia. 4. Bapak Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. 5. Bapak Zainal Mustafa El Qadri, Dr, MM yang telah membimbing dengan sabar dan pengertian sehingga skripsi ini bisa selesai. 6. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi UII yang telah memberikan ilmunya padaku dan semoga akan bermanfaat, amin. 7. Dinas Permukiman Dan Prasarana Wilayah Balai Pengujian Konstruksi Dan Lingkungan (BPKL) Yogyakarta. 8. Ibu Dra.Resti Isdaryanti selaku Manajer teknis laboratorium pengujian mutu air beserta seluruh jajarannya. 9. Ayah dan Ibuku tercinta, Kakak-kakaku (Sutiyana, Tedy, Fernandus) yang telah mendorong dan terus memotivasiku untuk terus menyelesaikan skripsi ini. Adikku tercinta (Rakhan). Kakak iparku (Teh Nunung, Teh tia, dan Mba Ria), Keponakanku yang tercinta Laras (ayas), dan nayla. Serta seluruh keluargaku yang telah memberikan dukungan, semangat dan kasih sayang.
x
10. Belalang kecilku, terimakasih atas do‟a dan dukungannya. Tanpa kamu aku takkan bisa mengelola emosiku, terima kasih cinta. 11. Komputer bututku, Jupiter oranyeku, dan laptop nando kalian telah banyak membantuku, terimakasih atas kesetiannya. 12. Buat sahabat dan teman-temanku yang takkan pernah sedetikpun aku lupakan, Aca kurus, Fery Jabo, Mang Nando, Viva La Japra, Irfan Brantakan, Den Marudent, Ndut Cina, Bogel Sexy, Haris gelap terbitlah terjang, Eko Ramdani sang konsultan, Marbono Marlboro. 13. Keluarga keduaku “ Management Community” dan seluruh begundalbegundalnya, yang telah banyak memberiku pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Tak tahu apa yang dapat kukatakan untukmu wahai Management Community, engkau telah banyak melahirkan orang-orang yang berintelektual, dan berkualitas, banyak hal yang telah aku dapatkan darimu dan aku hanya mampu mengucapkan dua kata untukmu. “Terima kasih”. 14. Lokiswara Community : Tomy Loading, Marwano, Pantek, Edi Tansil, Ableh, Makboy Geboy, Pak Dj, Riky Mio, Ajdi Kurus, Agid Sodara, Batak, Pak RT, Papi kita. 15. Teman-temanku yang gokil,, ; Saugi arab, Agung perkap, Mulski PP, Putra (2 cowok 1 cowok), Rangga cinta, Hafidzt ESQ, 16. Genk gila : Tika (..... kambing), Pepen Sugeng, Maltatilaar sikurus. 17. Buku bacaanku, sejak aku membacamu aku mendapatkan ilmu baru.
xi
18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak dalam proses menerapkan ilmu yang penulis dapatkan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk lebih menyempurnakan skripsi ini dimasa yang datang penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar lebih bermanfaat lagi. Wassamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 19 Januari 2009 Penulis
Vicktor Aritonang
xii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL Halaman Sampul Depan Skripsi .....................................................................i Halaman Judul Skripsi ....................................................................................ii Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme .......................................................iii Halaman Pengesahan Skripsi ..........................................................................iv Halaman Pengesahan Ujian Skripsi ...............................................................v Halaman Persembahan ....................................................................................vi Motto ..................................................................................................................vii Abstrak ..............................................................................................................viii KATA PENGANTAR ......................................................................................ix DAFTAR ISI .....................................................................................................xiii DAFTAR TABEL............................................................................................xviii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xix DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xxi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................5 1.3 Batasan Masalah .............................................................................5 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................6 1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................6
xiii
BAB 11 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahullu..........................................................7 2.2 Landasan Teori.............................................................................8 2.2.1 Pengertian Manajemen Produksi ........................................8 2.2.2 Pengertian Pengendalian.....................................................10 2.2.3 Pengertian Kualitas .............................................................11 2.2.4 Pengertian Pengendalian Kualitas ......................................12 2.2.5 Tujuan Pengedalian Kualitas ..............................................14 2.2.6 Ruang Lingkup Pengendalian Kualitas ..............................14 2.2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas .....................17 2.2.8 Organisasi Pengendalian Kualitas ......................................20 2.2.9 Biaya-Biaya Dalam Pengendalian Kualitas .........................21 2.2.10 Macam-Macam dan Teknik Pengendalian Kualitas ..........23 2.2.11 Diagram Ishikawa ..............................................................28 2.3 Hipotesis ......................................................................................31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian..........................................................................32 3.2 Populasi dan Sampel ....................................................................32 3.2.1 Populasi...............................................................................32 3.2.2 Sampel ................................................................................32 3.3 Kriteria / faktor dalam kualitas air minum ...................................33 3.4 Atribut Penelitian .........................................................................36 3.5 Data dan Teknik Pengumpulan Data ...........................................36
xiv
3.5.1 Jenis Data ............................................................................36 3.5.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................37 3.6 Alat Analisis Data ........................................................................38 3.6.1 Control Chart .......................................................................38 3.6.2 Diagram Ishikawa ................................................................39 3.7 Metode Pengujian Mutu Air ........................................................41 3.7.1 Metode Pengujian Menggunakan Indikator pH ...................41 3.7.1.1 Prinsip Kerja ............................................................41 3.7.1.2 Bahan .......................................................................42 3.7.1.3 Peralatan ..................................................................42 3.7.1.4 Cara Kerja ...............................................................42 3.7.1.5 Perhitungan..............................................................43 3.7.2 Metode Pengujian Indikator Suhu .......................................43 3.7.2.1 Prinsip Kerja ............................................................43 3.7.2.2 Peralatan ..................................................................44 3.7.2.3 Cara Kerja ...............................................................44 3.7.3Metode Pengujian Indikator Warna ......................................45 3.7.3.1 Prinsip Kerja ............................................................45 3.7.3.2 Bahan .......................................................................45 3.7.3.3 Peralatan ..................................................................45 3.7.3.4 Cara Kerja ...............................................................46 3.7.3.5 Perhitungan..............................................................47 3.7.3 Metode Pengujian Indikator Bakteri E. Coli .......................48
xv
3.7.4.1 Peralatan ..................................................................48 3.7.4.2 Bahan .......................................................................49 3.7.4.3 Benda Uji.................................................................51 3.7.4.4 Rumus Perhitungan .................................................52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan Air Minum Isi Ulang (refill)..............................................................54 4.1.1 Gambaran Umum Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) .. ......................................................................................................54 4.1.2 Gambaran Umum Air Minum Isi Ulang (refill) ..................56 4.1.2.1 Cara-Cara Sanitasi Air Minum Isi Ulang (refill).....57 4.2 Data ..............................................................................................58 4.3 Analisis Peta Kendali (Control Chart) Untuk Air Minum Dalam kemasan (AMDK) ........................................................................61 4.3.1 Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk pH (kadar/derajat keasaman) AMDK ...............................................................62 4.3.2 Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk Suhu AMD ... .....................................................................................................65 4.3.3 Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk Warna AMDK .......................................................................................................69 4.3.4 Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk Bakteri E. Coli AMDK .................................................................................72
xvi
4.4 Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk Air Minum Isi Ulang AMIU (refill) .............................................................................74 4.4.1 Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk pH Air Minum Isi Ulang AMIU (refill)........................................................75 4.4.2 Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk Suhu Air Minum Isi Ulang AMIU (refill)........................................................78 4.4.3 Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk Warna Air Minum Isi Ulang AMIU (refill) ...........................................83 4.4.4 Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk Bakteri E.Coli Air Minum Isi Ulang AMIU (refill) ....................................87 4.5 Diagram Ishikawa ........................................................................91 4.5.1 Diagram Ishikawa Keseluruhan Untuk Produk Air Minum Isi Ulang AMIU (refill) Khususnya Pada Indikator Suhu Dan Bakteri E.Coli ......................................................................92 4.6 Pembahasan .................................................................................95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ..................................................................................99 5.2 Saran ............................................................................................100 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................102 LAMPIRAN ......................................................................................................103
xvii
Lampiran DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
3.1 Sistem Pembulatan Skala Warna……………………………………….
48
3.2 Sistem Pengenceran Contoh Uji Beberapa Jenis Contoh Uji ....................... 52 4.1 Data Penelitian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ...............................59 4.2 Data Penelitian Air Minum Isi Ulang (refill) ...............................................60 4.3 Standar Kualitas Air Minum ........................................................................60 4.4 Analisis Peta Kendali (Control Chart) pH Produk AMDK .........................62 4.5 Analisis Peta Kendali (Control Chart) Suhu Produk AMDK ......................65 4.6 Analisis Peta Kendali (Control Chart) Warna Produk AMDK....................69 4.7 Analisis Peta Kendali (Control Chart) Bakteri E. Coli Produk AMDK .....72 4.8 Analisis Peta Kendali (Control Chart) pH Produk AMIU (refill) ..............75 4.9 Analisis Peta Kendali (Control Chart) Suhu Produk AMIU (refill) ............78 4.10 Analisis Peta Kendali (Control Chart) Warna Produk AMIU (refill) .......83 4.11 Analisis Peta Kendali (Control Chart) Bakteri E. Coli Produk AMIU (refill) ............................................................................................................................87 4.12 Tabel Hasil Pengujian Kualitas Air Minum ...............................................95
xviii
Lampiran DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
2.1 Diagram Ishikawa .........................................................................................30 3.2 Diagram Ishikawa .........................................................................................41 3.3 Tabung Nessler Dalam Rak Untuk Pemeriksaan Warna ..............................46 3.4 Kurva Kaliberasi Warna Dalam Satuan Skala PtCo .....................................47 4.1 Probabilitas Kerusakan Pada pH Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ......................................................................................................63 4.2 X-Chart pada pH Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)…….. … 64 4.3 Probabilitas Kerusakan Pada Suhu Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ......................................................................................................67 4.4 X-Chart pada Suhu Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ...........68 4.5 Probabilitas Kerusakan Pada Warna Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ......................................................................................................70 4.6 X-Chart pada Warna Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) .........80 4.7 Probabilitas Kerusakan Pada Bakteri E. Coli Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) .....................................................................................73 4.8 X-Chart pada Bakteri E. Coli Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ............................................................................................................................74 4.9 Probabilitas Kerusakan Pada pH Produk Air Minum Isi Ulang (refill) ......76 4.10 X-Chart pada pH Produk Air Minum Isi Ulang (refill) .............................77 4.11 Probabilitas Kerusakan Pada Suhu Produk Air Minum Isi Ulang (refill) .80
xix
4.12 X-Chart pada Suhu Produk Air Minum Isi Ulang (refill) ..........................81 4.13 Diagram Ishikawa Untuk Suhu Produk Air Minum Isi Ulang (refill).......82 4.14 Probabilitas Kerusakan Pada Warna Produk Air Minum Isi Ulang (refill) ............................................................................................................................85 4.15 X-Chart pada Warna Produk Air Minum Isi Ulang (refill) ........................86 4.16 Probabilitas Kerusakan Pada Bakteri E. Coli Produk Air Minum Isi Ulang (refill) ........................................................................................................88 4.17 X-Chart pada Bakteri E. Coli Produk Air Minum Isi Ulang (refill) ..........89 4.18 Diagram Ishikawa Untuk Bakteri E. Coli Produk Air Minum Isi Ulang (refill) ........................................................................................................90 4.19 Diagram Ishikawa Keseluruhan Untuk Produk Air Minum Isi Ulang (refill) Khususnya Pada Indikator Suhu dan Bakteri E. Coli ...............................92
xx
Lampiran DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Tabel Distibusi Normal..............................................................................
104
Lampiran A…………………………………………………………….
105
Lampiran B……………………………………………………………..
106
Tabel 3……………………………………………………........................
107
Tabel 4...........................................................................................................
108
. Laporan Hasil Pengujian No.261 /BPKL/A/XI/2008
xxi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi indonesia saat ini perlahan-lahan dirasakan mulai membaik
walaupun
perjalanan
untuk
mencapai
kemerdekaan
akibat
terbelenggunya sektor pertumbuhan ekonomi terasa sangat lambat sekali. Dampak krisis multidimensi yang dialami indonesia kini sudah mulai sedikit demi sedikit tertutupi seiring dengan perkembangan pembangunan dan pertumbuhan perekonomian di kota-kota yang ada di Indonesia. Dengan kondisi yang seperti ini tentunya perusahaan dihadapi dengan polemik permasalahan yang cukup kompleks. Hal ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan terus bersaing untuk meraih simpatik konsumen dan mempertahankan kredibilitasnya. Untuk menunjang keberhasilan pemasaran barang dan jasa yang beraneka macam, penciptaan atau penambahan manfaat bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi terus diupayakan sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan konsumen. Karena itulah makin banyaknya barang dan jasa hasil produksi untuk memenuhi atau menyesuaikan serta mengerti akan keinginan konsumen, peranan kualitas menjadi bertambah penting. Perusahaan yang sadar akan hal itu selalu melakukan kegiatan pengawasan kualitas (Quality Control) didalam setiap proses produksi barang atau jasa. Pengawasan kualitas (Quality Control) merupakan sesuatu yang sangat diperlukan oleh setiap kegiatan produksi. Apabila kualitas dari barang atau jasa
xxii
yang dihasilkan itu buruk, maka konsumen akan secara langsung menilai perusahaan menghasilkannya tidak baik pula. Sebaliknya apabila kualitas barang atau jasa yang dihasilkan itu baik maka konsumen secara langsung mengetahui bahwa perusahaan yang menghasilkan produk atau jasa tersebut memiliki keunggulan, dalam artian perusahaan itu telah memiliki image yang baik/positif dihati masyarakat. Kegiatan atau usaha ini diarahkan untuk memberikan pengawasan kualitas terhadap komponen-komponen, proses pembuatannya serta hasil akhirnya, sehingga diperoleh output yang betul-betul berkualitas. Pelaksanaan dari kegiatan pengawasan kualitas ini tentu saja akan menekan besarnya jumlah barang yang rusak (Defect Product) didalam proses produksi. Dengan adanya pengawasan kualitas (Quality Control) yang baik maka perusahaan akan dapat mengarahkan kembali segala penyimpangan kepada rencana yang telah digariskan serta dapat mengurangi jumlah kerusakan barang, sehingga hasil produk akan benar-benar berkualitas. Pengawasan kualitas (Quality Control) yang efektif akan dapat menghasilkan pasar yang luas, produktivitas lebih tinggi dan biaya produksi secara keseluruhan dapat menjadi lebih rendah, sehingga perusahaan dapat memperoleh keuntungan. Hal yang bisa mempengaruhi kualitas produk yaitu bahan dasar produk, proses produksi dan hasil akhirnya. Pengawasan kualitas (Quality Control) akan menyangkut hal-hal tersebut. Pada dasarnya pengawasan kualitas ditinjau dari segi prosesnya dapat dibagi menjadi dua yaitu:
xxiii
a. pengawasan kualitas pada proses produksi intermiten. b. Pengawasan kualitas pada proses produksi kontinyu. Pengawasan kualitas (Quality Control) pada kedua proses itu sama yaitu penentuan standar kualitas dan pemeriksanya. Tujuannya agar pemeriksaan biaya rendah dan dapat menghemat. Perbedaannya ialah proses produksi intermiten setiap waktu perlu ditentukan standar untuk pesanan tertentu. Pada proses produksi kontinyu pengawasan kualitas menggunakan standard dan dapat dilaksanakan dengan teknik statistik. Karena itulah pengawasan kualitas (Quality Control) perlu dilakukan dengan baik agar konsumen mendapat kepuasaan akan kualitas produk yang dihasilkan. Dengan demikian, volume penjualan dapat naik dan keuntungan bertambah. Melihat arti pentingnya pengendalian kualitas bagi perusahaan, terutama bagi Perusahaan air minum dalam kemasan dan perusahaan air minum isi ulang (Refill) yang bergerak dalam bidang industri pangan di Yogyakarta, maka perusahaan perlu memperhatikan kualitas produknya, karena produk yang dihasilkan masih terdapat cacat dan tidak sesuai dengan standar kualitas produk. Hal ini dikarenakan perusahaan kurang ketat dalam melakukan pengendalian kualitas, baik pada bahan baku produksi, pada saat proses produksi dan pada hasil akhir produksinya. Apalagi jika dilihat dari kondisi pada saat ini dimana produk air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang (refill) merupakan suatu produk yang penting bagi masyarakat, khususnya masyarakat Sleman Yogyakarta. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan; juga manusia selama hidupnya selalu memerlukan air. Bagi manusia, air minum adalah salah
xxiv
satu kebutuhan utama, manusia menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, cuci, kakus, produksi pangan, papan, dan sandang. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia saat manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air minum/bersih bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air. Sesuai dengan masalah yang diangkat, saat ini banyak sekali terjadi keluhan-keluhan dari masyarakat terhadap produk air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang (refill). Permasalahan yang muncul adalah masyarakat beranggapan bahwa kualitas produk air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang (reffil) saat ini sudah mulai memburuk. Hal ini menandakan kualitas dari produk air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang menurun. Kulitas air minum yang tidak sesuai dengan standard kesehatan akan mengakibatkan masyarakat yang mengkonsumsinya dapat terjangkit berbagai macam penyakit. Seperti, gangguan air seni, sakit ginjal, kencing batu, sakit perut (diare), dan juga dapat menjadi penimbul kanker (Karsinogen). Belakangan ini banyak ditemukan juga air mineral yang sudah tidak layak untuk dikonsumsi lagi, seperti bau yang tak sedap, warna air yang mulai menguning, dan rasa yang sudah tidak tawar lagi, serta beberapa keluhan dan masalah lainnya dari konsumen. Melihat kondisi tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul : “Evaluasi Pengendalian Kualitas Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan Air Minum Isi Ulang (Refill) Di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.”
xxv
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil pokok permasalahan sebagai berikut : a. Bagaimanakah tingkat kerusakan produk jadi yang ada di perusahaan? (target kerusakan maksimum 5%) b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kerusakan produk?
1.3. Batasan Masalah Dalam melakukan penelitian ini penulis hanya melakukan penelitian pada beberapa hal saja sehingga kedepannya cakupan penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak terlalu luas. Batasan yang diambil dari penulis adalah : 1. Jumlah sampel yang diteliti oleh penulis sebanyak 20 sampel, karena dirasa dapat mewakili seluruh sampel yang ada dan sesuai dengan tujuan penulis. 2. Indikator yang diteliti oleh penulis hanya meliputi tiga indikator, yaitu fisis, kimia dan biologi. 3. Penulis hanya melakukan penelitian ini pada bulan November dan Desember 2008, karena dirasa dapat mewakili keadaan yang ada dilapangan. 4. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan X-Chart dan Diagram Ishikawa
xxvi
1.4. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui apakah tingkat kerusakan produk masih dapat ditoleransi atau masih dalam taraf kewajaran. b. Untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang menyebabkan
terjadinya
kerusakan agar perusahaan dapat dengan segera menanganinya.
1.5. Manfaat Penelitian Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara lain : 1. Bagi Perusahaan Dengan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan maupun kebijaksanaan terutama yang berkaitan dengan pengendalian kualitas produk. 2. Bagi Penulis Dengan hasil penelitian ini digunakan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama berada dibangku kuliah serta sebagai wahana untuk menambah pengetahuan dan wawasan. 2. Bagi Pihak Lain Dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi pembaca kajian ilmu terutama yang berkaitan dengan pengendalian kualitas produk.
xxvii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Hasil Penelitian Terdahulu Topik penelitian tentang pengendalian kualitas sudah pernah dilakukan
oleh Yusril Khija Ali Yordan, mahasiswa Manajemen FE UII angkatan tahun 1995, dengan judul skripsi “Analisa Pengawasan Kualitas Produksi Pada Perusahaan
Pengecoran Aluminium “SP” Yogyakarta” diperoleh data-data
sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian dilakukan pada perusahaan pengecoran aluminium “SP” Jogjakarta. 2. Sampel yang digunakan dalam data penelitian adalah ketel, wajan, dan sendok makan. 3. Alat analisa yang digunakan dalam menganalisa data adalah analisa Statistic Control Chart. 4. Hasil penelitian Berdasarkan dari hasil analisa selama jangka waktu 20 hari produksi yang berhubungan dengan masalah pengendalian kualitas produk pada perusahaan Pengecoran Aluminium “SP” Yogyakarta, dapat diambil kesimpulan bahwa yang menyebabkan banyak produk yang cacat atau tidak dapat ditolelir dikarenakan beberapa faktor : a. Sumber daya manusia yang kurang terampil.
xxviii
b. Mesin-mesin yang digunakan oleh perusahaan sudah banyak yang usang dan kurang terawat. c. Kualitas bahan baku yang kurang baik. d. Lingkungan perusahaan yang kurang mendukung.
2.2
Landasan Teori
2.2.1
Pengertian Manajemen Produksi Akhir-akhir ini pemerintah dan dunia bisnis menyadari berbagai masalah
yang rumit terutama di bidang ekonomi. Persaingan dalam berbagai hal termasuk didalamnya persaingan harga maupun kualitas yang mendorong perancangan berbagai macam strategi, antara lain mendorong daya saing produk Indonesia, peningkatan daya beli pasar dalam negeri, dan diversifikasi pasar ekspor non migas. Dalam menghadapi pasar global tersebut perusahaan harus selalu melakukan peningkatan kualitas produksi agar dapat bertahan hidup bahkan dapat berkembang maju. Untuk itu peranan manajemen produksi sangat penting mengingat betapa rumitnya permasalahan yang dihadapi perusahaan dalam upaya mempertahankan tingkat kualitas dari produk yang dihasilkannya. Manajemen produksi ini timbul dari masalah faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal, skill, dan teknologi yang terbatas. Faktor-faktor produksi tersebut merupakan faktor utama dalam setiap proses produksi. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang manajemen produksi sebaiknya terlebih dahulu memahami mengenai arti dari manajemen dan produksi itu sendiri. Hal ini disebabkan karena
xxix
pengertian manajemen produksi tidak terlepas dari pengertian manajemen dan pengertian produksi. Berikut ini dikemukakan definisi manajemen menurut Handoko (1986, hlm. 8) : Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Menurut Kotler yang dikutip oleh Widodo (2008, hlm. 8) pengertian manajemen sebagai berikut : Manajemen adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan gagasan barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran untuk memenuhi sasaran-sasaran perorangan dan organisasi.
Produksi dalam suatu perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bahkan dapat dikatakan bahwa produksi merupakan dapurnya perusahaan. Apabila kegiatan produksi dari perusahaan tersebut terhenti, maka seluruh kegiatan dalam perusahaan tersebut akan ikut terhenti pula. Sedemikian pentingnya kegiatan produksi suatu perusahaan, sehingga sudah menjadi hal yang sangat umum jika perusahaan akan selalu memperhatikan kegiatan produksinya. Menurut Ahyari (1994, hlm. 6) secara sederhana produksi dapat didefinisikan sebagai berikut : Produksi adalah kegiatan yang dapat menimbulkan manfaat atau penciptaan faedah baru, faedah atau manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat, serta kombinasi dari faedah-faedah tersebut diatas.
xxx
Menurut pendapat di atas bahwa kegiatan membuat dan merubah suatu barang dan jasa agar mempunyai nilai manfaat yang optimal. Agar proses produksi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu adanya sumber daya sebagai input. Input-input yang ada pada perusahaan tersebut akan mengalami proses produksi yang menghasilkan output yang sesuai dengan keinginan konsumen. Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa manajemen produksi merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki agar dapat menciptakan serta menambah kegunaan sesuai barang dan jasa secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan perusahaan.
2.2.2
Pengertian Pengendalian Dalam setiap aktifitas produksi yang direncanakan diharapkan dapat
menjalankan fungsinya sebagaimana yang diharapkan. Namun perencanaan tersebut walaupun sudah baik belum tentu berhasil seperti yang diharapkan, karena dengan berjalannya waktu seringkali terdapat hal-hal yang terjadi diluar kekuasaan untuk memperhitungkannya. Oleh karena itu diperlukan pengendalian di dalam pelaksanaan aktifitas produksi agar jika terjadi hal-hal yang mendadak maka akan cepat diketahui untuk diarahkan seperti yang sudah ditentukan sebelumnya. Berikut ini terdapat pendapat mengenai pengertian pengendalian antara lain :
xxxi
Mockler yang dikutip oleh Handoko (1984, hlm. 360) mengatakan bahwa: Pengendalian adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Assauri yang dikutip oleh Widodo (2008, hlm. 10) mengatakan bahwa : Pengendalian adalah kegiatan untuk mengkoordinir aktivitasaktivitas pengerjaan/pengelolaan agar waktu penyelesaian yang telah ditentukan terlebih dahulu dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
Bahwasannya pengendalian baru dapat dilaksanakan apabila pihak manajemen telah melakukan perencanaan yang menjadi dasar atas kegiatankegiatan yang dilakukan. Kegiatan pengendalian yang dilakukan dapat digunakan untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai intruksi, rencanarencana, serta prinsip yang telah ditetapkan.
2.2.3
Pengertian Kualitas Mengenai pengertian kualitas itu sendiri dapat berbeda-beda, tergantung
dari rangkaian kata dimana istilah kualitas tersebut dipakai. Dalam pengertian kualitas ini ada yang mengemukakan pendapatnya antara lain : Prawiraamidjaja (1984, hlm. 14) berpendapat : Kualitas merupakan kumpulan dari sejumlah sifat-sifat yang saling berhubungan dari produk itu sendiri. Sifat-sifat dari produk akan meliputi seperti kekuatan dimensi tata warna, pengolahan, dan lain sebagainya.
xxxii
Abdurachman yang dikutip oleh Widodo (2008, hlm. 11) mengatakan bahwa : Kualitas adalah suatu sifat atau ciri yang membedakan suatu hal dengan hal yang lain.
Feigenbaum yang dikutip oleh Widodo (2008, hlm. 11) mengatakan bahwa: Kualitas merupakan keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa pembuatan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapanharapan pelanggan.
Dari uraian tentang pengertian kualitas tersebut, pengertian yang satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi dan pada prinsipnya sama. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan kualitas akan sangat erat hubungannya dengan produk tersebut, karena terdapat penekanan pada atribut atau sifat-sifat yang melekat pada produk yang bersangkutan.
2.2.4
Pengertian Pengendalian Kualitas Di era globalisasi sekarang ini perusahaan harus selalu melakukan
peningkatan kualitas produksi. Pengendalian kualitas mutlak diperlukan bagi perusahaan yang mempunyai kemampuan bersaing cukup tinggi. Dalam menghadapi berbagai tantangan berkenaan dengan hasil produksi maka perusahaan harus mampu atau mempunyai standar kualitas produk yang sudah ditetapkan agar nantinya perusahaan dapat bertahan dan lebih berkembang dalam pasar global. Perusahaan harus dapat menjaga kualitas produk yang ditawarkan agar tetap terjamin dan mempunyai mutu yang dapat dipertahankan. Lain halnya
xxxiii
dengan perusahaan yang hanya memperhatikan keuntungan semata. Mereka lama kelamaan akan kalah bersaing dengan perusahaan lain. Hal ini dikarenakan konsumen mempunyai selera pasar yang tinggi dan mempunyai standar produk yang akan dibeli. Apabila standar kualitas suatu produk rendah, maka konsumen akan lebih memilih produk yang mempunyai kualitas lebih baik. Perusahaan juga seharusnya makin meningkatkan pengendalian proses dari bahan mentah sampai menjadi barang jadi, sehingga dapat diketahui apakah proses produksinya mengalami hambatan atau kerusakan yang nantinya dapat merugikan perusahaan. Untuk menjaga kemungkinan terjadinya penyimpangan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan sebelumnya, maka perlu pemahaman tentang pengertian dari pengendalian kualitas itu sendiri. Definisi dari pengendalian kualitas itu sendiri dikemukakan oleh beberapa tokoh antara lain : Ahyari (1987, hlm. 239) mengatakan bahwa : Pengendalian kualitas merupakan suatu aktivitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk (dan jasa) perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan.
Menurut Reksohadiprodjo dkk. (1990, hlm. 231) yang berpendapat : Pengendalian kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah bahan yang rusak.
xxxiv
2.2.5
Tujuan Pengendalian Kualitas Menurut Yamit (1996, hlm. 339) terdapat beberapa alasan mengapa
pengendalian kualitas diperlukan, yaitu : 1. Untuk menekan atau mengurangi volume kesalahan dan perbaikan. 2. Untuk menjaga atau menaikkan kualitas sesuai standar. 3. Untuk mengurangi keluhan dan penolakan konsumen. 4. Memungkinkan pengkelasan output (output grading). 5. Untuk mentaati peraturan. 6. Untuk menaikkan atau menjaga company image. Adapun maksud dan tujuan dari pengendalian kualitas menurut Assauri yang dikutip oleh Widodo (2008, hlm. 13) adalah sebagai berikut : 1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang ditetapkan. 2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat sekecil mungkin. 3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin. 4. Mengusahakan agar biaya produksi menjadi sekecil mungkin.
2.2.6
Ruang Lingkup Pengendalian Kualitas Bentuk kegiatan pengendalian kualitas sangatlah luas, hal ini disebabkan
karena semua yang dapat mempengaruhi kualitas harus dimasukkan dan diperhatikan. Menurut Assauri yang dikutip oleh Widodo (2008, hlm. 14) pengendalian kualitas dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu :
xxxv
pengendalian terhadap bahan baku, pengendalian selama proses produksi, dan pengendalian terhadap produk akhir yang telah selesai. Masing-masing tingkatan tersebut sangat mempengaruhi pada proses selanjutnya sehingga perlu perhatian yang serius terhadap masing-masing tingkatan tersebut agar perusahaan dapat menghasilkan produk yang benar-benar berkualitas sesuai dengan yang ditetapkan. Pengendalian kualitas tersebut antara lain : 1. Pengendalian bahan baku Perusahaan melaksanakan pengendalian awal ditunjukkan pada pengendalian bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi. Bahan baku sebagai salah satu unsur utama dalam proses produksi perlu mendapatkan perhatian yang serius. Pengendalian terhadap bahan baku bertujuan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan yang akan mempengaruhi proses produksi selanjutnya. Hal ini perlu disadari bahwa tiap-tiap fase dalam proses produksi, satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi kualitas bahan baku pada proses produksi. Dengan tersedianya bahan baku yang sesuai kriteria standar tertentu yang telah ditetapkan maka dengan proses produksi yang wajar akan diperoleh hasil yang baik. Lain halnya apabila bahan baku yang digunakan tidak sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan maka dengan proses produksi yang wajar akan menghasilkan produk yang berkualitas rendah. Kegiatan pengendalian biasanya dilakukan oleh divisi pembelian yang bertugas antara lain mengawasi pembelian bahan baku, suku
xxxvi
cadang, dan bahan sumber dari luar. Akan tetapi pandangan mengenai sifat yang sebenarnya dari divisi pembelian tersebut berbeda-beda antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya. Pelaksanaan pengendalian yang efektif akan menjamin proses produksi yang lancar dan hal ini merupakan sumber dari sistem pengendalian mutu terpadu yang penting. 2. Pengendalian proses produksi Penekanan pengendalian pada proses produksi oleh perusahaan dipandang sangat penting karena kegiatan pengendalian yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur dan cara kerja yang telah ditetapkan. Pengendalian dilakukan dari awal masuknya bahan sampai dalam proses produksi. Kegiatan ini harus dilaksanakan secara teratur dan berurutan jika perusahaan menginginkan hasil yang optimal sesuai rencana. Pengendalian yang dilakukan terhadap sebagian proses tidak akan ada artinya tanpa pengendalian bagian lain. Proses produksi sebagai salah satu tahap dalam operasi perusahaan memegang peranan yang sangat penting untuk dapat menghasilkan produk sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hal tersebut mengingat adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara fase yang satu dengan yang lainnya. Begitu pula dalam proses produksi tersebut, proses produksi akan dipengaruhi oleh proses sebelumnya yakni proses pemilihan bahan baku. Betapa pun baiknya bahan baku yang digunakan apabila tidak didukung dengan proses produksi yang baik
xxxvii
akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 3. Pengendalian produk akhir Pengendalian ini dilakukan perusahaan terhadap produksi yang telah selesai dan belum dipasarkan. Meskipun telah dilakukan pengendalian terhadap kualitas produk dalam proses sebelumnya, tetapi hal tersebut belum menjamin terciptanya produk yang baik. Untuk itu guna menjaga dan memastikan produk-produk hasil produksi yang cukup baik dan memenuhi standar yang ditetapkan diperlukan adanya pengendalian terhadap produk hasil akhir. Dari tiap-tiap kegiatan pengendalian tersebut, baik itu pengendalian bahan baku, pengendalian proses produksi, dan pengendalian produk akhir mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Bagi perusahaan yang menghasilkan produk berkualitas tinggi
tidak boleh
mengabaikan ketiga hal tersebut. Untuk itu dituntut adanya kerjasama dari tiaptiap divisi yang ada dalam perusahaan.
2.2.7
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Menurut Yamit (1996, hlm. 338) terlepas dari komponen yang dijadikan
obyek pengukuran kualitas, secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Fasilitas operasi, seperti kondisi fisik bangunan. 2. Peralatan dan perlengkapan (tools and equipment).
xxxviii
3. Bahan baku atau material. 4. Pekerja atau staf organisasi. Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pasar atau tingkat persaingan Persaingan sering merupakan faktor penentu dalam menetapkan tingkat kualitas output suatu perusahaan, makin tinggi tingkat persaingan akan memberikan pengaruh pada perusahaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Dalam era pasar bebas yang akan datang konsumen dapat berharap untuk mendapatkan produk yang berkualitas dengan harga yang lebih murah. 2. Tujuan organisasi (organizational objective) Apakah perusahaan bertujuan untuk menghasilkan volume output tinggi, barang yang berharga rendah (low price product) atau menghasilkan barang yang berharga mahal, eksklusif (exclusive expensive product).
3. Testing produk (product testing) Testing yang kurang memadai terhadap produk yang dihasilkan dapat berakibat kegagalan dalam mengungkapkan kekurangan yang terdapat pada produk. 4. Desain produk (product design)
xxxix
Cara mendesain produk pada awalnya dapat menentukan kualitas produk itu sendiri. 5. Proses produksi (production process) Prosedur untuk memproduksi produk dapat juga menentukan kualitas produk yang dihasilkan. 6. Kualitas input (quality of inputs) Jika bahan yang digunakan tidak memenuhi standar, tenaga kerja tidak terlatih, atau perlengkapan yang digunakan tidak tepat, maka akan berakibat pada kualitas produk yang dihasilkan. 7. Perawatan perlengkapan (equipment maintenance) Apabila perlengkapan tidak dirawat secara tepat atau suku cadang tidak tersedia, maka kualitas produk akan kurang dari semestinya. 8. Standar kualitas (quality standard) Jika perhatian terhadap kualitas dalam organisasi tidak tampak, tidak ada testing maupun inspeksi, maka output yang berkualitas tinggi sulit dicapai. 9. Umpan balik konsumen (customer feedback) Jika perusahaan kurang sensitif terhadap keluhan-keluhan konsumen, kualitas tidak akan meningkat secara signifikan.
xl
2.2.8
Organisasi Pengendalian Kualitas Pengendalian kualitas merupakan salah satu fungsi yang terpenting dalam
perusahaan untuk dapat terlaksananya dengan baik diperlukan adanya bagian yang bertanggung jawab secara penuh yang mampu menjamin terlaksananya pengendalian kualitas sesuai standar yang ditetapkan. Kegiatan pengendalian kualitas di suatu perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian pengendalian kualitas, akan tetapi di dalam suatu perusahaan bagian pengendalian kualitas tidaklah selalu ada, tergantung pada besar kecilnya suatu perusahaan dan jenis produksi dari perusahaan tersebut. Setiap orang atau bagian yang berhubungan dengan kegiatan produksi mempunyai tanggung jawab langsung atas pelaksanaan pekerjaan dan sesuainya barang hasil dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Kegiatan-kegiatan dalam proses pengendalian kualitas ini cukup beraneka ragam, untuk itu diperlukan adanya sistem koordinasi dari masing-masing bagian yang bersangkutan. Adapun
tugas
dari
bagian
pengendalian
kualitas
adalah
menyelenggarakan atau melihat kegiatan dan hasil yang dikerjakan serta mengumpulkan
dan
menyalurkan
kembali
keterangan-keterangan
yang
dikumpulkan selama pekerjaan itu sesudah dianalisis. Menurut Assauri yang dikutip oleh Widodo (2008, hlm. 19) tugas-tugas ini meliputi : 1. Pengendalian atas penerimaan dari bahan-bahan yang masuk. 2. Pengendalian atas kegiatan di bermacam-macam tingkat proses dan di antara tingkat-tingkat proses jika perlu.
xli
3. Pengendalian terakhir atas barang-barang hasil sebelum dikirimkan kepada pelanggan. 4. Tes-tes dari para pemakai. 5. Penyelidikan atas sebab-sebab kesalahan yang timbul selama pembuatan.
2.2.9
Biaya-Biaya Dalam Pengendalian Kualitas Semua
perusahaan
pasti
menginginkan
produk
yang dihasilkan
mempunyai kualitas yang tinggi. Untuk mencapai hal tersebut tidak akan terlepas dari faktor biaya yang mungkin timbul dalam pengendalian kualitas. Pengertian biaya kualitas pada umumnya adalah golongan biaya yang dikaitkan
dengan
memproduksi,
mengidentifikasi,
menghindari
atau
memperbaiki produk yang tidak memenuhi persyaratan. Menurut
Tjiptono dkk. (1996, hlm. 36) biaya
kualitas dapat
dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu : 1. Biaya Pencegahan (Prevention Cost) Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan. Ada beberapa macam biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pencegahan, yaitu : a. Biaya teknik dan perencanaan pengendalian kualitas. b. Biaya tinjauan produk baru. c. Biaya pengendalian proses. d. Biaya pelatihan.
xlii
e. Biaya audit kualitas. 2. Biaya Deteksi dan Penilaian (Detection/Appraisal Cost) Biaya deteksi adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas atau tidak. Biaya ini meliputi : a. Biaya pemeriksaan dan pengujian bahan baku yang dibeli. b. Biaya pemeriksaan kualitas produk. c. Biaya pemeriksaan dan pengujian produk. d. Biaya evaluasi persediaan. 3. Biaya Kegagalan Internal Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena ada ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang dan jasa dikirimkan ke pihak luar (pelanggan). Biaya kegagalan internal terdiri atas : a. Biaya sisa bahan (scrap). b. Biaya pengerjaan ulang. c. Biaya untuk memperoleh material (bahan baku). 4. Biaya Kegagalan Eksternal Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan yang diketahui setelah produk dikirimkan kepada pelanggan. Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan karena dapat menyebabkan reputasi yang buruk,
xliii
kehilangan pelanggan, dan penurunan pangsa pasar. Biaya kegagalan eksternal ini terdiri atas beberapa macam biaya, antara lain : a. Biaya penanganan keluhan selama masa garansi. b. Biaya penanganan keluhan di luar masa garansi. c. Biaya pelayanan produk. d. Biaya produk liability. e. Biaya penarikan kembali produk.
2.2.10 Macam-Macam dan Teknik Pengendalian Kualitas Kebutuhan untuk memisahkan produk yang ditolak dari produk yang sempurna menyebabkan adanya pegawai-pegawai yang dikenal sebagai pengendali yang bertugas melakukan penyelidikan yang disertai kritik-kritik terhadap setiap produk yang dihasilkan. Disamping kebutuhan akan tenaga kerja atau pegawai yang akan bertugas dalam pengendalian kualitas, dibutuhkan pula teknik-teknik dan alat-alat pengendalian kualitas agar dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Untuk teknik dan alat pengendalian kualitas ini digunakan sistem pengendalian kualitas secara statistik atau Statistical Quality Control (SQC). Menurut Assauri yang dikutip oleh Widodo (2008, hlm. 22) Statistical Quality Control (SQC) adalah : “Suatu sistem yang diperkembangkan untuk menjaga standar yang uniform dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang minimum dan merupakan bantuan untuk mencapai efisiensi perusahaan pabrik.”
xliv
Teknik pengendalian kualitas secara statistik dapat dibagi menjadi 2 golongan antara lain: 1. Metode Acceptance Sampling Penggunaan metode Acceptance Sampling berarti menerima atau menolak semua produk hasil produksi berdasarkan banyaknya produk yang rusak dalam sampel. Pemeriksaan mengetahui berapa produk yang perlu diperiksa dan berapa produk rusak yang dapat ditolerir. Bila sama dengan yang ditentukan atau lebih sedikit semua produk lolos dan bila lebih semua produk ditolak. Dalam hal ini kita dapat mengawasi tingkat kualitas dari suatu pusat pemeriksaan untuk mendapat jaminan agar tidak lebih dari sekian proses produk yang rusak dapat lolos dari pemeriksaan. Prosedur ini didasarkan atas pemeriksaan komponen-komponen yang sudah jadi. Dalam hal ini kita dapat menarik suatu sampel random sebesar “n” dari populasi “N“ dan memutuskan menerima atau menolak populasi. Apabila ada tandatanda bahwa populasi tersebut ditolak, maka harus diperiksa satu persatu dengan cara memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Cara-cara sampling dapat diklasifikasikan atas dasar karakteristikkarakteristiknya sebagai berikut : a. Acceptance Sampling by Atribute Atribut merupakan karakteristik “ya” atau “tidak”. Caranya barang-barang yang akan diperiksa dikelompokkan ke dalam
xlv
kategori baik atau buruk kemudian diperiksa dengan alat standar tertentu sehingga produk tersebut dapat diterima atau ditolak. b. Acceptance Sampling by Variabels Proses pelaksanaannya sama dengan metode Acceptance Sampling by Atribute yaitu mengadakan pemeriksaan terhadap produk yang baik dan yang buruk atau cacat. Caranya dengan menghitung prosentase kerusakan sehingga produk tersebut diterima atau ditolak. 2. Control Chart Merupakan perangkat yang digunakan untuk pengendalian proses statistik yang dapat membantu dalam menetapkan kemampuan proses dengan melakukan pengukuran terhadap variasi produk yang dihasilkan atau kualitas pelayanan sepanjang waktu. a. Control chart untuk variabel Metode control chart dipergunakan untuk pengendalian kualitas produk yang variabel (dapat diukur dengan satuan). Nilai rata-rata yang digunakan pada sampel yang digunakan untuk pengendalian variabel-variabel akan diukur dengan “X-Chart” yang berhubungan dengan jangkau (range) antara yang terbesar dengan yang terkecil. Langkah-langkahnya dalam penggunaan XChart menurut Bilworth (1986, hlm. 489) sebagai berikut : a) Mencari mean dari seluruh kelompok
x
X n xlvi
b) Mencari standar deviasi
X =
X- x n -1
2
c) Mencari probabilitas Z=
X x
Mencari probabilitas untuk batas pengendalian atas (UCL) Z=
UCL x
Mencari probabilitas untuk batas pengendalian bawah (LCL) Z=
LCL - x
Keterangan : X = Banyaknya barang yang menyimpang
x = Mean penyimpangan n = Banyaknya produk yang diobservasi Z = Probabilitas terjadinya kerusakan barang
X = Standar deviasi UCL = Batas pengendalian atas (Upper Control Limit) LCL = Batas pengendalian bawah ( Lower Control Limit)
b. Control Chart untuk atribut Atribut merupakan karakteristik “ya” atau “tidak”, artinya produk dapat lolos atau tidak. Produk-produk dapat diukur atau
xlvii
mungkin tidak perlu diukur, jika diukur bukan ditentukan ukuran yang tepat tetapi ditentukan apakah dapat diterima atau tidak. Untuk itu biasanya digunakan “P-Chart” yang didasarkan pada proporsi
atau persentase
produk yang ditolak.
Langkah-
langkahnya dalam penggunaan P-Chart menurut Reksohadiprodjo dkk. (1990, hlm. 252) sebagai berikut : a) Mencari mean produk yang rusak
=
P n
b) Mencari standar deviasi
1
n
c) Mencari probabilitas
Z=
X
Mencari probabilitas untuk batas pengendalian atas (UCL)
Z=
UCL
Mencari probabilitas untuk batas pengendalian bawah (LCL)
Z=
LCL
xlviii
Keterangan : _
= Mean kerusakan X = Banyaknya produk yang rusak n = Banyaknya produk yang diobservasi Z = Batas nilai pengendalian yg dikehendaki perusahaan
Standar deviasi
UCL = Batas pengendalian atas (Upper Control Limit) LCL = Batas pengendalian bawah ( Lower Control Limit)
2.2.11 Diagram Ishikawa Diagram Ishikawa sesuai dengan namanya diperkenalkan pertama kali oleh Kaoru Ishikawa, pada tahun 1925 di Jepang. Diagram Ishikawa tersebut juga sebagai diagram sebab-akibat atau fishbone diagram atau cause and effect diagram. Bentuk diagram ini seperti struktur tulang ikan. Fungsi dasar dari diagram ini adalah mengidentifikasi dan mengorganisir penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya. Pencarian akar masalah dengan menggunakan diagram ishikawa membutuhkan sumbang saran dari berbagai pihak yang berkaitan dengan proses produksi. Masukan dari pihak yang berada dalam lingkup produksi akan sangat berguna dalam mengetahui kekurangan dalam proses produksi sehingga mampu memberikan kontribusi pemikiran positif untuk peningkatan kualitas produk. Dengan mengetahui sebab-sebab penyimpangan kualitas produk maka dapat xlix
dengan cepat dilakukan perbaikan sistem yang ada sehingga kualitas produk dapat terjaga. Peranan penggunaan diagram Ishikawa dalam penigkatan kualitas produk adalah mampu menjawab penyebab-penyebab masalah yang timbul dalam pelaksanaan produksi mulai dari perencanaan hingga menghasilkan produk akhir bahkan sampai tingkat konsumen. Model yang diterapkan sangat mudah tetapi harus ada komitnen dari perusahaan untuk menanggapi segala hal yang timbul. Analisis menggunakan diagram Ishikawa dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Membuat pernyataan masalah-masalah utama yang penting dan mendesak untuk diselesaikan. 2. Menempatkan pernyataaan masalah pada „kepala ikan‟ sebagai akibat (effect). Kemudian membuat „tulang belakang‟ dari kiri ke kanan untuk menempatkan pernyataan masalah. 3. Menuliskan
faktor-faktor
penyebab
utama
(causes)
yang
mempengaruhi kualitas sebagai „tulang besar‟ juga ditempatkan dalam kotak. Faktor-faktor atau kategori-kategori penyebab utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi ke dalam pengelompokan yaitu: lingkungan, manusia, sistem, kebijakan, prosedur dan lain-lain (hanya sebagai saran, disesuaikan dengan kondisi yang ada) 4. Menuliskan
penyebab-penyebab
sekunder
yang mempengaruhi
penyebab utama (tulang-tulang besar), penyebab-penyebab sekunder ini dinyatakan sebagai „tulang-tulang ukuran sedang‟.
l
5. Menuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab sekunder (tulang-tulang ukuran sedang), penyebab-penyebab tersier ini dinyatakan sebagai „tulang-tulang ukuran kecil‟. 6. Menentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan menandai faktor-faktor penting tertentu yang nampaknya memiliki pengaruh nyata terhadap karakteristik kualitas. 7. Mencatat informasi yang perlu dalam diagram sebab-akibat ini.
Gambar 2.1 Diagram Ishikawa
SEBAB
SEBAB
AKIBAT
SEBAB
SEBAB
li
2.3 Hipotesis Hipotesis adalah dugaan atau kesimpulan awal dan masih bersifat sementara yang akan dibuktikan kebenarannya setelah melalui analisa tertentu. Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka hipotesis yang dianjurkan pada penelitian ini adalah : “bahwa dengan pengendalian kualitas yang baik maka kualitas produk yang dihasilkan akan baik pula.”
lii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi Penelitian Penulis melakukan penelitian dengan mengambil lokasi di daerah
kabupaten Sleman Yogyakarta. Melihat keadaan dilapangan produk air minum dalam kemasan dan air minun isi ulang (refill) yang dipasarkan dikota Yogyakarta sangat banyak sekali. Jadi penulis menilai lokasi penelitian ini sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.
3.2
Populasi dan Sampel
3.2.1
Populasi Populasi merupakan jumlah dari keseluruhan elemen yang akan diteliti
pada suatu tempat tertentu. Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah produk Air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang (refill) di daerah kabupaten Sleman Yogyakarta.
3.2.2
Sampel Alasan menggunakan sampel, dan bukannya mengumpulkan data seluruh
populasi dikarenakan data yang diambil bersifat homogen, artinya mempunyai bentuk, ciri dan karakteristik yang sama. Selain itu juga dapat memakan banyak waktu, biaya dan tenaga kerja.
liii
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti dan dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi. Dalam penelitian ini diambil sampel selama 10 hari sebanyak 20 unit untuk pemeriksaan. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling. Yaitu setiap satu anggota populasi (elemen) memiliki peluang yang diketahui dan sama untuk terpilih sebagai satu anggota dari sampel (subjek). Pengambilan sampel merupakan sebuah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat kita dapat mengeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi.
3.3.
Kriteria / faktor dalam kualitas Air Minum Kriteria / faktor dalam kualitas air minum adalah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas dari air minum yang diproduksi. Dalam hal ini faktor – faktor yang ada akan menjadi variabel – variabel yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut antara lain : 1. Faktor Fisis. Faktor fisis adalah salah satu indikator dalam pengukuran atau penilaian kualitas produk air minum dalam kemasan dan isi ulang (refill) dilihat dari segi fisik nya, meliputi :
Warna Warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya ; corak rupa
liv
seperti biru dan hijau. Air minum yang bagus adalah air minum yang tidak memiliki warna dengan alasan estetis dan untuk mencegah adanya keracunan dari berbagai zat kimia dan bakteri yang mungkin menimbulkan warna sehingga membahayakan konsumen. Jika diketemukan adanya warna dalam air minum hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain adanya tanin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarana kuning muda menyerupai urine serta warna dapat berasal dari hasil buangan atau limbah industri. Kandungan warna yang sesuai dalam hal ini adalah maksimal 15 PtCo. (Platinum Cobalt)
Suhu Suhu merupakan ukuran kuantitatif terhadap rasa panas dan dingin. Suhu air dalam air mineral juga memberi efek pada standart air minum, dimana sebaiknya air minum yang bagus sebaiknya sejuk atau tidak panas. Untuk kadar suhu yang diperbolehkan pada air minum adalah ±3oC terhadap suhu udara. (suhu udara normal adalah 25oC).
2. Faktor Kimia. Dalam hal ini faktor kimia adalah kandungan – kandungan unsur – unsur kimia yang ada dalam air minum yang dapat memberi efek pada kondisi air minum.
lv
pH ( Kadar Keasaman ) pH adalah tingkatan yang menunjukkan asam atau basa nya suatu larutan yang diukur pada skala 0 s/d 14. Untuk PH air minum skala yang sesuai standar kesehatan adalah 6,5 s/d 8,5, jika dibawah 6,5 maka dikatakan air tersebut bersifat asam dan diatas 8,5 adalah basa. Tinggi atau rendahnya PH air dipengaruhi oleh senyawa / kandungan dalam air tersebut. PH air minum yang sesuai
standar
DEPKES
adalah
antara
6,5
s/d
8,5.
2. Faktor Biologi Faktor biologi adalah salah satu indikator dalam pengukuran atau penilaian kualitas produk air minum dalam kemasan dan isi ulang (refill) dilihat dari segi biologinya. Salah satu contoh indikatornya adalah
Bakteri E. Coli Bakteri merupakan mahluk hidup terkecil bersel tunggal terdapat dimana-mana dapat berkembang biak kecepatan luar biasa dengan jalan membelah diri ada yang berbahaya dan ada yang tidak dapat menyebabkan peragian pembusukan dan penyakit. Bakteri E. Coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran (tinja). Untuk air minum yang baik diupayakan bakterinya adalah 0 JPT/100ML yang berarti tidak ada bakteri sedikitpun didalam air minum tersebut. JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat).
lvi
3.4. Atribut Penelitian Banyak karakteristik kualitas yang tidak dapat dinyatakan dengan angka numerik, pengendalian kualitas untuk item yang karakteristik kualitasnya tidak dapat dinyatakan dengan angka dinamakan dengan atribut. Sedangkan data atribut yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data tentang kebersihan produk (higienis), produk yang telah mencapai hasil akhir akan dilihat kebersihannya. Hal ini bisa dilihat dari isinya apakah warna dari produk tersebut sudah mulai berubah warna atau menimbulkan bau yang tidak sedap. Jika menyimpang daripada spesifikasi yang telah ditentukan maka produk tersebut dianggap tidak bersih/sehat.
3.5. Data dan Teknik Pengumpulan Data 2.5.1 Jenis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini ada dua macam yaitu: 1. Data Primer Data primer adalah data pokok atau utama yang diperoleh secara langsung dari sumber yang diamati untuk membantu dalam penulisan sebuah karya ilmiah. Data primer meliputi: a. Data yang berkaitan dengan proses produksi seperti: bahan dan alat yang dipergunakan, jumlah produk yang dihasilkan, jenis - jenis
lvii
produk yang dihasilkan, standar kualitas bagi produk yang dihasilkan dan jumlah produk rusak tiap kali berproduksi. b. Data yang berkaitan dengan pemasaran seperti data permintaan produk pada masa lalu.
2. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang bersifat tambahan yang digunakan untuk memperkuat data primer. Data ini telah ada sebelumnya dan penulis menggunakannya sebagai referensi. Yang termasuk dalam data sekunder yaitu: a. Buku - buku literatur atau referensi lainnya yang mempunyai hubungan dengan masalah yang dihadapi. b. Penelitian terdahulu
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat diperoleh langsung dari sumber yang diamati, antara lain melalui : 1. Observasi Yaitu suatu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang sedang diteliti. 2. Wawancara Yaitu suatu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan mengadakan wawancara atau tanya jawab dengan konsumen secara
lviii
langsung untuk mendapatkan data yang diperlukan. Metode ini biasanya digunakan sebagai metode pembantu bagi peneliti agar mendapatkan data yang lebih jelas.
2.6
Alat Analisis Data
2.6.1 Control Chart X-Chart X-Chart digunakan untuk pengawasan kualitas produk yang variabel (dapat diukur dengan satuan) yang berhubungan dengan jangkauan (range) antara yang terbesar dengan yang terkecil. Langkah-langkahnya dalam penggunaan X-Chart sebagai berikut : 1) Mencari mean dari seluruh kelompok
X n
2) Mencari standar deviasi
X =
X- n -1
2
3) Mencari batasan pengawasan Batas pengawasan atas (UCL) UCL = + Z X Batas pengawasan bawah (LCL) LCL = Z X Keterangan:
lix
3.6.2
X
= Banyaknya barang yang menyimpang
= Mean penyimpangan
n
= Banyaknya produk yang diobservasi
Z
= Probabilitas terjadinya kerusakan barang
X
= Standar deviasi
UCL
= Batas pengawasan atas (Upper Control Limit)
LCL
= Batas pengawasan bawah ( Lower Control Limit)
Diagram Ishikawa Diagram Ishikawa diperkenalkan pertama kali oleh Kaoru Ishikawa pada
tahun 1925, seorang guru besar kualitas di Jepang. Pokok dari diagram ini adalah menentukan akar masalah dari akibat yang timbul karena kekurangan dalam kualitas, sehingga dapat diketahui pokok masalah yang sedang terjadi. Penerapan metode ini bersifat kualitatif setelah melihat masalah. Penilaiannya dapat ditinjau dari beberapa hal, yaitu seperti : segi manusia, mesin, sistem yang ada, metode, lingkungan. Analisis menggunakan diagram Ishikawa dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Membuat pernyataan masalah-masalah utama yang penting dan mendesak untuk diselesaikan. 2. Menempatkan pernyataaan masalah pada „kepala ikan‟ sebagai akibat (effect). Kemudian membuat „tulang belakang‟ dari kiri ke kanan untuk menempatkan pernyataan masalah.
lx
3. Menuliskan
faktor-faktor
penyebab
utama
(causes)
yang
mempengaruhi kualitas sebagai „tulang besar‟ juga ditempatkan dalam kotak. Faktor-faktor atau kategori-kategori penyebab utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi ke dalam pengelompokan yaitu: lingkungan, manusia, sistem, kebijakan, prosedur dan lain-lain (hanya sebagai saran, disesuaikan dengan kondisi yang ada) 4. Menuliskan
penyebab-penyebab
sekunder
yang mempengaruhi
penyebab utama (tulang-tulang besar), penyebab-penyebab sekunder ini dinyatakan sebagai „tulang-tulang ukuran sedang‟. 5. Menuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab sekunder (tulang-tulang ukuran sedang), penyebab-penyebab tersier ini dinyatakan sebagai „tulang-tulang ukuran kecil‟. 6. Menentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan menandai faktor-faktor penting tertentu yang nampaknya memiliki pengaruh nyata terhadap karakteristik kualitas. 7. Mencatat informasi yang perlu dalam diagram sebab-akibat ini.
lxi
Gambar 3.2 Diagram Ishikawa
SEBAB
SEBAB
AKIBAT
SEBAB
3.7
SEBAB
Metode Pengujian Mutu Air Metode pengujian air ini berdasarkan ketetapan dari Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang pekerjaan umum mengenai kualitas air minum edisi akhir 1990. SK SNI M – 03 – 1989 – F.
3.7.1
Metode Pengujian Dengan Menggunakan Indikator pH
3.7.1.1 Prinsip Kerja Aktivitas ion hidrogen dalam air diukur secara potensiometri dengan elektroda gelas. Elektroda gelas ini akan menghasilkan perubahan
lxii
tegangan yang disebabkan oleh aktifitas ion hidrogen sebesar 59,1 mv/pH unit pada suhu 25oC. 3.7.1.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam pengukuran adalah : 1) Air suling; 2) Larutan buffer pH 4,004; 3) Larutan buffer pH 7,415; 4) Larutan buffer pH 9,183; 3.7.1.3 Peralatan Peralatan yang digunakan adalah : 1) pH meter; 2) Labu ukur 1 Liter; 3) Termometer; 4) Gelas piala; 3.7.1.4 Cara Kerja Tahapan cara kerja analisis adalah sebagai berikut : 1.
Kaliberasi alat dilakukan sebagai berikut : 1) Perlu diikuti petunjuk pemakaian alat dari pabriknya 2) Bilas elektroda dengan larutan penyangga pH 7,415 sebanyak tiga kali kemudian keringkan dengan kertas yang lembut, ukur pH larutan buffer dan atur alat sehingga skala pH menunjukan angka 7,415.
lxiii
3) Bilas elektroda dengan larutan penyangga pH 4,004 sebanyak tiga kali kemudian keringkan dengan kertas yang lembut, ukur pH larutan buffer dan atur alat sehingga skala pH menunjukan angka 4,004. 4) Bilas elektroda dengan larutan penyangga pH 9,183 sebanyak tiga kali kemudian keringkan dengan kertas yang lembut, ukur pH larutan buffer dan atur alat sehingga skala pH menunjukan angka 9,183. 2.
Penetapan pH contoh dilakukan sebagai berikut : 1) Bilas elektroda dengan air suling sebanyak tiga kali dan keringkan dengan kertas yang lembut. 2) Rendamlah elektroda kedalam contoh selama ± 1 menit kemudian keringkan dengan kertas yang lembut. 3) Ganti contoh dan rendamlah elektroda kedalam contoh tersebut sampai pH meter menunjukan pembacaan yang tetap.
3.7.1.5 Perhitungan Derajat keasaman (pH) dapat langsung dibaca dari skala atau digital alat pH meter.
3.7.2
Metode Pengujian Dengan Menggunakan Indikator Suhu
3.7.2.1 Prinsip Kerja Air raksa atau alkohol yang digunakan sebagai bahan pengisi termometer akan memuai atau menyusut sesuai dengan panas air yang diperiksa,
lxiv
sehingga suhu air dapat dibaca pada skala termometer dalam derajat Celcius. Pada termistor bimetal akan memuai atau menyusut sehingga suhu air dapat dibaca termistor. 3.7.2.2 Peralatan Peralatan yang digunakan ialah termometer gelas atau termistor. 3.7.2.3 Cara Kerja Tahapan pemeriksaan suhu pada permukiman air dan pada kedalaman tertentu adalah sebagai berikut : 1.
Pada permukaan air 1) Termometer atau termistor dikaliberasi dengan termometer baku sebaiknya dilakukan secara berkala. 2) Dilakukan pemeriksaan suhu udara didaerah lokasi dengan cara menempatkan termometer atau termistorsedemikian rupa, sehingga tidak kontak langsungdengan cahaya matahari biasanya dilindungi dengan bayangan badan, tunggu sampai skala suhu pada termometer atau termistor menunjukan angka yang stabil kemudian catat suhu udara. 3) Termometer langsung dicelupkan kedalam air sampai batas skala baca, biarkan 2-5 menit sampai skala suhu pada termometer menunjukan angka yang stabil, pembacaan skala termometer gelas harus dilakukan tanpa mengangkat lebih dahulu termometer dari air.
lxv
2.
Pada kedalaman tertentu; pengujian suhu air pada kedalaman tertentu dapat menggunakan temometer gelas yang dipasang pada alat pengambil contoh atau menggunakan termistor yang dibaca secara elektronik dari atas perahu atau darat.
3.7.3
Metode Pengujian Dengan Menggunakan Indikator Warna
3.7.3.1 Prinsip Kerja Pemeriksaan warna dilakukan dengan membandingkan warna dari contoh dengan larutan baku warna. Pada metode ini sebagai baku warna digunakan larutan platina kobal dengan satuan skala PtCo. 3.7.3.2 Bahan Bahan yang digunakan ialah : 1) Larutan induk skala warna 500mg/L PtCo. 2) Larutan baku kerja dengan skala warna 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 60 dan 70. 3.7.3.3 Peralatan Peralatan yang diperlukan ialah : 1) Tabung Nessler ukuran 50 mL yang seragam bentuk, ukurannya; contoh lihat gambar 3.3. 2) Spektrofotometer.
lxvi
Gambar 3.3 Tabung Nessler Dalam Rak Untuk Pemeriksaan Warna
Keterangan : 1 Tabung kosong untuk contoh 2, 3, 4, 5 Tabung standar warna
o Dalam = 20 mm o Luar = 24 mm t (Tinggi) = 375 mm v (Volume) = 100 ml
3.7.3.4 Cara Kerja Tahapan pemeriksaan warna adalah sebagai berikut : 1.
Pemeriksaan metode visual 1) Contoh yang akan diperiksa terlebih dahulu disaring dengan kertas saring yang berpori 0,45 µm dan dimasukan kedalam tabung Nessler 50 mL. 2) Warna contoh dibandingkan secara visual dengan larutan baku dimulai dari larutan baku paling encer. Selama pengujian tabung Nessler ditempatkan pada alas yang berwarna putih. 3) Tetapkan warna contoh sesuai dengan skala warna larutan baku yang paling mendekati atau berada diantara dua skala larutan baku. 4) Apabila warna lebih dari 70 satuan skal PtCo, dilakukan penceran langsung pada tabung Nessler. lxvii
2.
Pemerikasaan secara spektrofotometri 1) Buat kurva kaliberasi dengan membaca larutan baku kerja berskala warna 2,5; 5;10 dan 25 dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 355 nm (Lihat gambar 3.4) Gambar 3.4 Kurva Kaliberasi Warna Dalam Satuan skala PtCo
skalaa PtCo
(Metode Spektrofotometer)
Absorbansi
2) Contoh air terlebih dahulu disaring dengan kertas saring berpori 0,45 µm dan kemudian dibaca dengan absorbansinya seperti pada larutan baku diatas. 3.7.3.5 Perhitungan Perhitungan warna dilakukan sebagai berikut : 1.
Perhitungan skala warna hasil metode pemeriksaan visual dari contoh yang diencerkan dihitung dengan rumus berikut : Satuan skala PtCo = A x 50 : B .............................................(1)
Dengan penjelasan : lxviii
PtCo = Platinum Cobalt A = Perkiraan skala warna dari contoh yang diencerkan B = mL contoh yang diencerkan Pembulatan skala tergantung dari besarnya kadar warna seperti tertera pada Tabel Sistem Pembulatan Skala Warna berikut.
Tabel 3.1. Sistem Pembulatan Skala Warna
Skala warna
Pembulatan
Contoh Pembulatan
1 – 50
2,5
2,5; 5; 7,5; ...........47,5
51 – 100
5
50; 55;................95
101 – 250
10
100; 110;.............240
251 – 500
20
250; 270;..............480
(satuan skala PtCo)
2.
Perhitungan skala warna hasil metode pemeriksaan spektrofotometer ditetapkan dari kurva kaliberasi hubungan anatara kadar warna dalam skala PtCo terhadap serapan.
3.7.4
Metode Pengujian Dengan Menggunakan Indikator Bakteri E. Coli
3.7.4.1 Peralatan Peralatan yang digunakan harus memnuhi ketentuan berikut : 1.
Neraca analitik yang berkapasitas 200g dengan ketelitian sampai 0,1mg dan telah dikaliberasi pada saat digunakan.
lxix
2.
Peralatan gelas harus steril yang terdiri dari : 1) Botol contoh uji dengan tutupnya berukuran 125 atau 250 ml. 2) Tabung reaksi dengan volume tabung 20 ml. 3) Tabung durham denan volume tabung 2 ml. 4) Pipet ukur 1 ml, 5 ml dan 10 ml. 5) Labu takar 100 ml dan 1000 ml. 6) Labu Erlenmeyer 1000 ml. 7) Gelas piala 250 ml dan 1000 ml. 8) Gelas ukur 100 ml dan 1000 ml. 9) Batang pengaduk.
3.
pH meter yang mempunyai kisaran pH 0 – 14 dengan ketelitian 0,1.
4.
Kapas berlemak untuk menyumbat tabung reaksi.
5.
Otoklaf dengan suhu 121oC serta tekanan 1,2kg/cm2 dan berkapasitas 5 atau 10 liter.
6.
Inkubator yang mempunyai pengatur suhu 35 dan 44,5oC.
7.
Lup inokulasi / jarum inokulasi dengan diameter pada ujung lup berkisar antara 2 – 4 mm.
8.
Pembakar Bunsen atau lampu spiritus yang mempunyai nyala oksidasi.
9.
Semua alat ukur harus dikaliberasi sesuai dengan ketentuan spesifikasinya, atau pada saat diperlukan.
3.7.4.2 Bahan Bahan yang digunakan harus memenuhi ketentuan berikut :
lxx
1.
Bahan kimia harus berkualitas tiggi yaitu pro analysis (p.a) terdiri atas : 1) Medium lauryl tryptose broth dibuat dengan cara melarutkan 20,0g tryptose, 5,0g lactose, 2,75g K2HPO4, 5,0g NaCl, 0,1g natrium lauryl sulfat, 0,01g brom cresol purple (BCP) kedalam 1 liter air suling, masukan kedalam tabung reaksi ± 10ml dengan tabung Durham dalam keadaan terbalik didalamnya dan atur pH 6,8 ± 0,2 sesudah sterilisasi. 2) Medium lactose broth dibuat dengan cara melarutkan 3,0g beef extract, 5,0g peptone, 5,0g lactose, 0,01g brom cresol purple (BCP) kedalam 1 liter air suling, tuangkan kedalam tabung reaksi sebanyak ± 10ml dengan tabung Durham dalam keadaan terbalik didalamnya dan atur pH 6,9 ± 0,2 sesudah sterilisasi. 3) Medium EC broth dibuat dengan cara melarutkan 20,0g trypticase atau tryptose, 5,0g lactose, 1,5g biesalts mixture atau bile salts, 4,0g K2HPO4, 1,5g K2HPO4, 5,0g NaCl kedalam 1 liter air suling, tuangkan kedalam tabung reaksi sebanyak ± 10ml dengan tabung Durham dalam keadaan terbalik didalamnya dan atur pH 6,9 ± 0,3 sesudah sterilisasi. 4) Air buffer dibuat dengan cara menyiapkan larutan induk buffer fosfat dengan cara melarutkan 34,0g K2HPO4 kedalam 500ml air suling, atur pH 7,2 ± 0,5 encerkan hingga 1 liter, kemudian tambahkan 1,25 ml larutan induk buffer fosfat ini dan 5,0 ml
lxxi
larutan MgCl2 (81,1g MgCl2. 6H2O yang dilarutkan dalam 1 liter air suling) kedalam 1 liter air suling dan tuangkan kedalam tabung reaksi sebanyak 99 ± 0,2ml atau 9 ± 0,2ml dan sterilisasi dalam otoklaf. 5) Larutan Na2S2O3 10% dibuat dengan cara melarutkan 10,0g Na2S2O3 kedalam 100ml air suling steril. 6) Larutan EDTA 15% dibuat dengan cara melarutkan 15,0g EDTA (ethylene diaminetetracetic acid) kedalam 100ml air suling steril. 2.
Air yang digunakan adalah air suling.
3.7.4.3 Benda Uji Benda uji harus memenuhi ketentuan berikut : 1. Sediakan contoh uji yang telah diambil sesuai dengan Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air, SK SNI M – 02 – 1989 – F. 2. Tambahkan 0,1ml larutan pereduksi (Na 2S2O3) kedalam 125 ml contoh uji yang mengandung khlor atau senyawa halogen lainnya. 3. Tambahkan 0,3ml larutan EDTA (ethylene diaminetetracetic acid) tiap 100ml volume botol kedalam contoh uji yang mengandung logam berat dengan kadar 0,01mg/L seoerti Cu2+, Cr6+ atau air limbah industri. 4. Pengenceran dilakukan sesuai dengan jenis contoh uji (lihat tabel 3.2). 5. Benda uji siap diuji. Tabel 3.2. Sistem Pengenceran Contoh Uji Untuk Beberapa Jenis Contoh Uji
lxxii
Jenis Contoh Uji
Volume Contoh Uji Setelah Pengenceran (mL)
Air tidak tercemar (dipergunakan
untuk
10
1
10-1
1
10-1
10-2
10-1
10-2
10-3
10-3
10-4
10-5
tinja
dapat
air
minum) Air tercemar ringan (kolam renang, danau) Air tercemar sedang (air saluran drainase) Air tercemar berat (saluran air limbah, sungai tercemar limbah) 3.7.4.4 Rumus Perhitungan Perhitungan
jumlah
bakteri
koli
dilakukan
dengan
menggunakan salah satu rumus dibawah ini : 1. Apabila Volume benda uji yang diambil 10ml, 1ml dan 0,1ml dengan kombinasi 3 atau 5 tabung maka jumlah bakteri koli tinja dihitung menggunakan Tabel 3 atau 4 pada lampiran B 2. Apabila hasil tabungyang positif tidak terdapat pada kombinasi tabung yang positif pada kolom Tabel 3 atau 4 maka jumlah bakteri koli tinja / E. Coli dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
lxxiii
Jumlah bakteri koli tinja/E. Coli (JPT/100ml) =
.................. (1)
Keterangan : A = Jumlah tabung yang positif B = Volume (ml) benda uji dalam tabung yang negatif C = Volume (ml) benda uji dalam semua tabung
3. Apabila volume benda uji yang diambil tidak sama dengan ketentuan dalam Tabel 3 atau 4, maka jumlah bakteri koli tinja dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Jumlah bakteri koli tinja/E. Coli (JPT/100ml) = Indeks JPT*) X =
= ......................... (2)
Keterangan : *) = Diperoleh dari Tabel 3 atau 4 kolom 1 pada lampiran B Y = Volume benda uji terbesar JPT = Jumlah Perkiraan Terdekat
lxxiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi kualitas produk air minum dalam kemasan (AMDK) dan air minum isi ulang (refill) di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kualitas produk air minum dievaluasi dengan menggunakan pendekatan pengendalian kualitas statistik (statistical quality control). Adapun indikator kualitas air minum yang hendak dievaluasi meliputi pH (kadar/derajat keasaman), suhu, warna dan bakteri E. Coli.
4.1
Gambaran Umum Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan Air minum Isi Ulang (refill)
4.1.1
Gambaran Umum Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum Dalam
Kemasan), merupakan air minum yang siap di konsumsi secara langsung tanpa harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu. Air minum dalam kemasan merupakan air yang dikemas dalam berbagai bentuk wadah 19 ltr atau 5 galon , 1500 ml / 600 ml ( bottle), 240 ml /220 ml (cup). Air kemasan diproses dalam beberapa tahap baik menggunakan proses pemurnian air (Reverse Osmosis / Tanpa Mineral) maupun proses biasa Water treatment processing (Mineral), dimana sumber air yang digunakan untuk Air kemasan mineral berasal dari mata air pengunungan, Untuk Air kemasan Non mineral biasanya dapat juga digunakan dengan sumber mata air tanah / mata air
lxxv
pengunungan. Proses Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) harus melalui proses tahapan baik secara klinis maupun secara hukum, secara higines klinis biasanya disahkan menurut peraturan pemerintah memalui Departemen Badan Balai Pengawasan Obat Dan Makanan ( Badan POM RI) baik dari segi kimia, fisika, microbiologi, dll. Tahapan secara hukum biasanya melalui proses pengukuhan merek dagang, hak paten, sertifikasi dan asosiasi yang mana keseluruhannya mengacu pada peraturan pemerintah melalui DEPERINDAG, Untuk SNI (Standar Nasional Indonesia), Merek Dagang dll. Untuk masalah air kemasan tentang Hak Cipta, Hak Paten Merek dll biasanya melalui instansi DEPARTEMEN KEHAKIMAN untuk pengurusan paten merek jenis barang dll. AMDK harus memenuhi standar nasional (SNI dengan kode SNI No.01-3553-1996) tentang standar baku mutu air dalam kemasan, serta MD yang dikeluarkan oleh BPOM RI yang merupakan standar baku kimia, fisika, mikrobiologis. Serta banyak lagi persyaratan yang harus dipenuhi agar AMDK itu layak dikonsumsi dan aman bagi kesehatan manusia. Lahirnya industri air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia adalah pada tahun 1973. Produk pertama dari air minum dalam kemasan adalah AMDK botol kaca 950 ml yang kemudian disusul dengan kemasan 5 galon, pada waktu itu juga masih terbuat dari kaca. Semula produk AMDK ditujukan untuk masyarakat golongan menengah atas, baik perkantoran maupun rumah tangga dan restoran. Namun, saat berbagai jenis kemasan baru : 1500ml, 500ml, 220ml, dari kemasan plastik mulai
lxxvi
diproduksi sejak 1981, maka produk AMDK dapat terjangkau oleh masyarakat luas, karena mudahnya transportasi dan harga terjangkau.
4.1.2
Gambaran Umum Air Minum Isi Ulang (refill) Air minum isi ulang merupakan air minum yang dihasilkan melalui
sanitasi dengan ultraviolet. Air minum tersebut dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet. Intensitas lampu ultraviolet untuk sanitasi air yang efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 MW sec/cm² (Micro Watt detik per sentimeter persegi). Dewasa ini masyarakat lebih cenderung memilih air minum isi ulang, selain praktis, harganya pun terjangkau. Seiring dengan prekembangan zaman pengolahan air minum air tawar bersih yang layak minum, kian langka di perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah pun sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun air permukaan yang tercemar. Itulah salah satu alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang disebut-sebut menggunakan air dari pegunungan- banyak dikonsumsi. Namun, harga AMDK dari berbagai merek yang terus meningkat membuat konsumen mencari alternatif baru yang murah. Air minum isi ulang menjadi jawabannya. Air minum yang bisa diperoleh di depot-depot itu harganya bisa sepertiga dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Tak heran banyak rumah tangga beralih pada layanan ini. Tak heran bila depot-depot air
lxxvii
minum isi ulang juga menjamur. Siapa saja dapat membuka usaha penjualan air minum isi ulang, asalkan punya modal Rp 30-70 juta. Saat ini depot-depot air minum isi ulang telah menjamur diberbagai kota diIndonesia. Contohnya dikota Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan kota-kota lainnya. Tak dinyana bisnis air minum isi ulang ini berkembang sangat pesat,
jumlah
permintaan
produknya
terus
kian
meningkat.
Hal
ini
memperlihatkan bahwa munculnya usaha air minum isi ulang ini merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan. Unutk meningkatkan kualitas produknya depot-depot isi ulang ini mengawasi betul proses produksinya, dari pemilihan baku airnya, sanitasinya hingga pengemasan dalam botol (galon).
4.1.2.1 Cara-Cara Sanitasi Air Minum Isi Ulang (refill) proses sanitasi air memang dapat dilakukan dengan beberapa cara mulai dari memanaskan air hingga ozonisasi. Adapun cara-caranya adalah: 1. Cara pertama : Memanaskan air hingga titik didih 2. Cara kedua : Cara yang cukup mudah dan murah adalah klorinasi atau pencampuran kaporit kedalam air. Namun penggunaan kaporit akan menimbulkan bau pada air dan untuk menghilangkannya diperlukan proses penyaringan dengan media karbon aktif. 3. Cara ketiga : Penggunaan senyawa perak-biasanya perak nitrat-dengan mencampurkannya ke dalam air. Penggunaan ini biasanya untuk keadaan memaksa, misalnya tentara pada waktu perang atau bagi
lxxviii
petugas survei yang harus bekerja di tempat yang jauh dan tak ada air bersih. 4. Cara keempat : Sanitasi dengan ultraviolet. Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet. Intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup, untuk sanitasi air yang efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 MW sec/cm² (Micro Watt detik per sentimeter persegi). Proses yang relatif baru adalah mencampur gas ozon kedalam air, dikenal dengan nama ozonisasi. Ozon merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri patogen, termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan, dan kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif disamping sangat aman. Seperti halnya ozon, radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan waktunya cukup. Tidak ada residu atau hasil samping dari proses penyinaran dengan UV.
4.2
Data Data diambil dari beberapa lokasi di daerah kabupaten Sleman Yogyakarta.
Melihat banyaknya produk air minum dalam kemasan (AMDK) dan air minum isi ulang (refill) yang dipasarkan di Daerah Kabupaten Sleman Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih sejumlah elemen secukupnya
lxxix
dari populasi produk air minum dalam kemasan (AMDK) dan air minum isi ulang (refill), sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan memungkinkan dilakukan generalisasi sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi. Secara rinci sampel produk air minum dalam kemasan (AMDK) dan air minum isi ulang (refill) yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan tabeltabel berikut.
Tabel 4.1. Data Penelitian Air Minum dalam Kemasan (AMDK)
Sampel Sampel 1
pH 7,007
Indikator Suhu Warna 27,7 0,1
Sampel 2
6,787
27,4
0,29
0
Sampel 3
7,071
27,6
0,1
0
Sampel 4
7,043
27,7
0,1
0
Sampel 5
6,874
27,8
0,1
0
Sampel 6
7,007
27,5
0,25
0
Sampel 7
6,932
27,3
0,28
0
Sampel 8
6,865
27,6
0,29
0
Sampel 9
6,794
27,1
0,26
0
Sampel 10
7,051
27,5
0,1
0
Sumber: Data primer, 2008
lxxx
E. Coli 0
Tabel 4.2. Data Penelitian Air Minum Isi Ulang (Refill)
Sampel Sampel 1
pH 6,814
Indikator Suhu Warna 28,0 0,1
Sampel 2
6,771
27,9
0,1
90
Sampel 3
6,801
27,9
0,52
40
Sampel 4
6,811
27,8
1,76
70
Sampel 5
6,818
28,3
0,71
40
Sampel 6
6,695
27,7
0,45
60
Sampel 7
6,821
27,8
0,69
50
Sampel 8
6,809
27,5
1,53
30
Sampel 9
6,697
27,4
0,61
40
Sampel 10
6,789
27,8
1,23
50
E. Coli 70
Sumber: Data primer, 2008 Indikator-indikator kualitas air minum, baik yang dalam kemasan maupun isi ulang akan dievaluasi menggunakan kriteria atau standar yang telah ditentukan oleh peraturan pemerintah. Peraturan pemerintah yang mengatur tentang kualitas baku air minum adalah Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002. Adapun kriteria kualitas air pada setiap indikator dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.3. Standar Kualitas Air Minum Indikator pH
Minimum 6,5
Maksimum 8,5
22
28
Warna
-
15
E. Coli
-
0
Suhu
Sumber : Keputusan menteri Kesehatan No. 907 tahum 2002.
lxxxi
Menurut aturan yang berlaku secara umum (rule of thumb) pengujian dengan kesalahan 5% dikatakan masih dalam batas keawajaran / baik. Jadi untuk pengujian atau analisis data ini akan digunakan proporsi toleransi kerusakan produk sebesar 5%. Tetapi khusus untuk indikator Bakteri E. Coli proporsi toleransi kerusakan produk sebesar 0%, yang artinya tidak terdapat proporsi toleransi kerusakan karena batas maksimal untuk standar kualitas air minum yang telah ditetapkan pemerintah pada indikator Bakteri E. Coli adalah 0.
4.3
Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Metode control chart dipergunakan untuk pengendalian kualitas produk
yang variabel (dapat diukur dengan satuan). Nilai rata-rata yang digunakan pada sampel yang digunakan untuk pengendalian variabel-variabel akan diukur dengan “X-Chart”. Berdasarkan data yang diperoleh, hasil analisis peta kendali air minum dalam kemasan (AMDK) untuk setiap indikator yang ditunjukkan sebagai berikut.
lxxxii
4.3.1
Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk pH AMDK Tabel 4.4. Analisis Peta Kendali (Control Chart) pH Produk AMDK pH- μ 0,064 -0,156 0,128 0,100 -0,069 0,064 -0,011 -0,078 -0,149 0,108
No. pH 1. 7,007 2. 6,787 3. 7,071 4. 7,043 5. 6,874 6. 7,007 7. 6,932 8. 6,865 9. 6,794 10. 7,051 Jumlah 69,431 Rata-rata (μ) 6,9431 Sumber: Data primer, 2008 4) Mencari mean dari seluruh sampel n
x
x i 1
i
n
69,431 6,9431 10
5) Mencari standar deviasi n
(x
x
i 1
i
)2
n 1
0,104 9
0,012 0,1074
6) Mencari interval pengawasan Batas pengawasan atas (UCL)
lxxxiii
(pH- μ)2 0,004 0,024 0,016 0,010 0,005 0,004 0,000 0,006 0,022 0,012 0,104
UCL x Z x
8,5 6,9431 Z 0,1074 Z
8,5 6,9431 0,1074
Z 14,501 Jadi probabilitas untuk Z = 14,501 adalah 0,500 (50%). Batas pengawasan bawah (LCL)
LCL x Z x 6,5 6,9431 Z 0,1074 Z
6,9431 6,5 0,1074
Z 4,127 Jadi probabilitas untuk Z = 4,127 adalah 0,500 (50%).
Gambar 4.1 Probabilitas Kerusakan pada pH Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) 100%
0
0 0,500
0,500
6,5 Dari
perhitungan
6,9431 di
atas
dapat
8,5 diketahui
bahwa
probabilitas
penyimpangan pada UCL sebesar 0% yang berarti masih dalam kendali. Sedangkan probabilitas penyimpangan pada LCL sebesar 0% yang berarti juga
lxxxiv
masih dalam kendali. Jadi secara total probabilitas penyimpangannya sebesar 0% + 0% = 0%. Artinya probabilitas produk yang baik sebesar 100%, sedangkan probabilitas produk yang tidak memenuhi standar sebesar 0%. Hal ini dapat dikatakan produk tersebut baik karena tidak melampaui standar kerusakan produk yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 5%.
Gambar 4.2 X-Chart pada pH Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) 9
8,5 8 7,5
ucl
7
average
6,5
pH
6
lcl
5,5 5 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Hasil analisis peta kendali air minum dalam kemasan untuk indikator pH (derajat keasaman) pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa semua sampel berada dalam batas kendali. Hal ini berarti dalam batas kendali ini hanya ada variasi data. Tingkat keasaman air minum dalam kemasan juga berada pada standar kualitas yang ditentukan pemerintah yaitu dengan pH antara 6,5 – 8,5. 4.3.2
Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk Suhu AMDK
lxxxv
Tabel 4.5 Analisis Peta Kendali (Control Chart) Suhu Produk AMDK Suhu - μ 0,180 -0,120 0,080 0,180 0,280 -0,020 -0,220 0,080 -0,420 -0,020
No. Suhu 1. 27,7 2. 27,4 3. 27,6 4. 27,7 5. 27,8 6. 27,5 7. 27,3 8. 27,6 9. 27,1 10. 27,5 Jumlah 275,2 Rata-rata (μ) 27,52 Sumber: Data primer, 2008 1) Mencari mean dari seluruh sampel n
x
x i 1
i
n
275,2 27,52 10
2) Mencari standar deviasi n
(x
x
i 1
i
)2
n 1
0,396 9
0,044 0,2098
3) Mencari interval pengawasan Batas pengawasan atas (UCL)
lxxxvi
(Suhu - μ)2 0,032 0,014 0,006 0,032 0,078 0,000 0,048 0,006 0,176 0,000 0,396
UCL x Z x
28 27,52 Z 0,2098 Z
28 27,52 0,2098
Z 2,288 Jadi probabilitas untuk Z = 2,288 adalah 0,489 (48,9%). Batas pengawasan bawah (LCL)
LCL x Z x 22 27,52 Z 0,2098 Z
27,52 22 0,2098
Z 26,316 Jadi probabilitas untuk Z = 26,316 adalah 0,500 (50%).
Gambar 4.3 Probabilitas Kerusakan pada Suhu Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) 98,9%
0
0,011 0,500
22
0,489 27,52
lxxxvii
28
Dari
perhitungan
di
atas
dapat
diketahui
bahwa
probabilitas
penyimpangan pada UCL sebesar 1,1% yang berarti masih dalam kendali. Sedangkan probabilitas penyimpangan pada LCL sebesar 0% yang berarti juga masih dalam kendali. Jadi secara total probabilitas penyimpangannya sebesar 1,1% + 0% = 1,1%. Artinya probabilitas produk yang baik sebesar 98,9%, sedangkan probabilitas produk yang tidak memenuhi standar sebesar 1,1%. Hal ini dapat dikatakan produk tersebut baik karena tidak melampaui standar kerusakan produk yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 5%.
Gambar 4.4 X-Chart pada Suhu Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) 30 29 28 27
UCL
26
Average
25
Suhu
24
LCL
23 22 1
2
3
4
5
6
lxxxviii
7
8
9
10
Hasil analisis peta kendali air minum dalam kemasan untuk indikator suhu pada Gambar 4.4 menunjukkan bahwa semua sampel berada dalam batas kendali. Hal ini berarti dalam batas kendali ini hanya ada variasi data. Temperatur air minum dalam kemasan juga berada pada standar kualitas yang ditentukan pemerintah yaitu dengan suhu antara suhu ruangan ± 30C.
4.3.3
Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk Warna AMDK Tabel 4.6 Analisis Peta Kendali (Control Chart) Warna Produk AMDK No. Warna 1. 0,1 2. 0,29 3. 0,1 4. 0,1 5. 0,1 6. 0,25 7. 0,28 8. 0,29 9. 0,26 10. 0,1 Jumlah 1,87 Rata-rata (μ) 0,187 Sumber: Data primer, 2008
lxxxix
Warna - μ -0,087 0,103 -0,087 -0,087 -0,087 0,063 0,093 0,103 0,073 -0,087
(Warna - μ)2 0,008 0,011 0,008 0,008 0,008 0,004 0,009 0,011 0,005 0,008 0,077
1) Mencari mean dari seluruh sampel n
x
x i 1
i
n
1,87 0,187 10
2) Mencari standar deviasi n
(x
x
i 1
i
)2
n 1
0,077 9
0,009 0,0925
3) Mencari interval pengawasan Batas pengawasan atas (UCL)
UCL x Z x
15 0,187 Z 0,0925 Z
15 0,1871 0,0925
Z 160,137 Jadi probabilitas untuk Z = 160,137 adalah 0,500 (50%). Gambar 4.5 Probabilitas Kerusakan pada Warna Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) 100%
0
0 0,5
0,500 xc
0
0,187
15
Dari
perhitungan
di
atas
dapat
diketahui
bahwa
probabilitas
penyimpangan pada UCL sebesar 0% yang berarti masih dalam kendali. Dan untuk probabilitas penyimpangan pada LCLpun sebesar 0% yang berarti juga masih dalam kendali. Jadi secara total probabilitas penyimpangannya sebesar 0% + 0% = 0%. Artinya probabilitas produk yang baik sebesar 100%, sedangkan probabilitas produk yang tidak memenuhi standar sebesar 0%. Hal ini dapat dikatakan produk tersebut baik karena tidak melampaui standar kerusakan produk yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 5%.
Gambar 4.6 X-Chart pada Warna Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
15 12 9
UCL Average
6
Warna LCL
3 0 1
2
3
4
5
6
7
xci
8
9
10
Hasil analisis peta kendali air minum dalam kemasan untuk indikator warna pada Gambar 4.6 menunjukkan bahwa semua sampel berada dalam batas kendali. Hal ini berarti dalam batas kendali hanya ada variasi data. Indikator warna air minum dalam kemasan juga berada pada standar kualitas yang ditentukan pemerintah yaitu dibawah 15 dalam satuan PtCo.
4.3.4
Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk Bakteri E. Coli AMDK
Tabel 4.7. Analisis Peta Kendali (Control Chart) Bakteri E. Coli Produk AMDK pH- μ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
No. pH 1. 0 2. 0 3. 0 4. 0 5. 0 6. 0 7. 0 8. 0 9. 0 10. 0 Jumlah 0 Rata-rata (μ) 0 Sumber: Data primer, 2008 1) Mencari mean dari seluruh kelompok n
x
x i 1
i
n
0 0 10
xcii
(pH- μ)2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2) Mencari standar deviasi n
(x
x
i 1
i
)2
n 1
0 9
0 0 Gambar 4.7 Probabilitas Kerusakan pada Bakteri E.Coli Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) 100%
0
0 0,5
0,5
0 Dari
perhitungan
0 di
atas
dapat
0 diketahui
bahwa
probabilitas
penyimpangan pada UCL sebesar 0% yang berarti masih dalam kendali. Dan untuk probabilitas penyimpangan pada LCLpun sebesar 0% yang berarti juga masih dalam kendali. Jadi secara total probabilitas penyimpangannya sebesar 0% + 0% = 0%. Artinya probabilitas produk yang baik sebesar 100%, sedangkan probabilitas produk yang tidak memenuhi standar sebesar 0%. Hal ini dapat dikatakan produk tersebut baik karena tidak melampaui standar kerusakan produk yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 5%.
xciii
Gambar 4.8 X-Chart pada Bakteri E. Coli Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
5 4
UCL
3
Average
2
E.Coli
LCL
1
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Hasil analisis peta kendali air minum dalam kemasan untuk indikator bakteri E. Coli menunjukkan bahwa semua sampel menunjukkan nilai 0 (nol). Hal ini berarti tidak terdapat pencemaran bakteri E. Coli pada semua sampel air minum dalam kemasan, sehingga kualitas air minum dalam kemasan pada indikator bakteri E. Coli juga berada pada standar kualitas yang ditentukan pemerintah yaitu maksimum nilai 0 (nol) JPT/ 100 ml. 4.4
Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk Air Minum Isi Ulang (refill)
xciv
Berdasarkan data yang diperoleh, hasil analisis peta kendali air minum isi ulang (refill) / AMIU untuk setiap indikator yang ditunjukkan sebagai berikut.
4.4.1
Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk pH Air Minum Isi Ulang (refill)
Tabel 4.8 Analisis Peta Kendali (Control Chart) pH Produk Air Minum Isi Ulang (refill) pH- μ 0,031 -0,012 0,018 0,028 0,035 -0,088 0,038 0,026 -0,086 0,006
No. pH 1. 6,814 2. 6,771 3. 6,801 4. 6,811 5. 6,818 6. 6,695 7. 6,821 8. 6,809 9. 6,697 10. 6,789 Jumlah 67,826 Rata-rata (μ) 6,7826 Sumber: Data primer, 2008 1) Mencari mean dari seluruh sampel n
x
x i 1
i
n
67,826 6,7826 10
2) Mencari standar deviasi n
x
(x i 1
i
)2
n 1
xcv
(pH- μ)2 0,001 0,000 0,000 0,001 0,001 0,008 0,001 0,001 0,007 0,000 0,021
0,021 9
0,002 0,0480
3) Mencari interval pengawasan Batas pengawasan atas (UCL)
UCL x Z x
8,5 6,7826 Z 0,048 Z
8,5 6,7826 0,048
Z 35,782 Jadi probabilitas untuk Z = 35,782 adalah 0,500 (50%). Batas pengawasan bawah (LCL)
LCL x Z x 6,5 6,7826 Z 0,048 Z
6,7826 6,5 0,048
Z 5,888 Jadi probabilitas untuk Z = 5,888 adalah 0,500 (50%). Gambar 4.9 Probabilitas Kerusakan pada pH Produk Air Minum Isi Ulang (refill) 100%
0
0 0,500 6,5
0,500
6,7826 xcvi
8,5
Dari
perhitungan
di
atas
dapat
diketahui
bahwa
probabilitas
penyimpangan pada UCL sebesar 0% yang berarti masih dalam kendali. Dan untuk probabilitas penyimpangan pada LCLpun sebesar 0% yang berarti juga masih dalam kendali. Jadi secara total probabilitas penyimpangannya sebesar 0% + 0% = 0%. Artinya probabilitas produk yang baik sebesar 100%, sedangkan probabilitas produk yang tidak memenuhi standar sebesar 0%. Hal ini dapat dikatakan produk tersebut baik karena tidak melampaui standar kerusakan produk yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 5%. Gambar 4.10 X-Chart pada pH Produk Air Minum Isi Ulang
9 8,5 8 UCL 7,5
Average pH
7
LCL
6,5 6 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Hasil analisis peta kendali air minum dalam kemasan untuk indikator pH (derajat keasaman) pada Gambar 4.9 menunjukkan bahwa semua sampel berada dalam batas kendali. Hal ini berarti dalam batas kendali ini hanya ada variasi data. Tingkat keasaman air minum dalam kemasan juga berada pada standar kualitas yang ditentukan pemerintah yaitu dengan pH antara 6,5 – 8,5
xcvii
4.4.2
Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk Suhu Air Minum Isi Ulang (refill) Tabel 4.9 Analisis Peta Kendali (Control Chart) Suhu Produk AMIU Suhu - μ 0,190 0,090 0,090 -0,010 0,490 -0,110 -0,010 -0,310 -0,410 -0,010
No. Suhu 1. 28,0 2. 27,9 3. 27,9 4. 27,8 5. 28,3 6. 27,7 7. 27,8 8. 27,5 9. 27,4 10. 27,8 Jumlah 278,1 Rata-rata (μ) 27,81 Sumber: Data primer, 2008 1) Mencari mean dari seluruh sampel n
x
x i 1
i
n
278,1 27,81 10
2) Mencari standar deviasi n
(x
x
i 1
i
)2
n 1
0,569 9
0,063 0,2514
xcviii
(Suhu - μ)2 0,036 0,008 0,008 0,000 0,240 0,012 0,000 0,096 0,168 0,000 0,569
3) Mencari interval pengawasan Batas pengawasan atas (UCL)
UCL x Z x
28 27,81 Z 0,2514 Z
28 27,81 0,2514
Z 0,756 Jadi probabilitas untuk Z = 0,756 adalah 0,275 (27,5%). Batas pengawasan bawah (LCL)
LCL x Z x 22 27,81 Z 0,2514 Z
27,81 22 0,2514
Z 23,107 Jadi probabilitas untuk Z = 23,107 adalah 0,500 (50%).
Gambar 4.11 Probabilitas Kerusakan pada Suhu Produk Air Minum Isi Ulang 77,5%
0
0,225 0,500
22
0,275 27,81 xcix
28
Dari
perhitungan
di
atas
dapat
diketahui
bahwa
probabilitas
penyimpangan pada UCL sebesar 22,5% yang berarti diluar kendali. Dan untuk probabilitas penyimpangan pada LCL sebesar 0% yang berarti masih dalam kendali. Jadi secara total probabilitas penyimpangannya sebesar 22,5% + 0% = 22,5%. Artinya probabilitas produk yang baik sebesar 77,5%, sedangkan probabilitas produk yang tidak memenuhi standar sebesar 22,5%. Hal ini dapat dikatakan produk tersebut tidak baik karena melampaui standar kerusakan produk yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 5%.
Gambar 4.12 X-Chart pada Suhu Produk Air Minum Isi Ulang
c
28 27,5 27 26,5 26 25,5 25 24,5 24 23,5 23 22,5 22
UCL Average Suhu LCL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pada analisis data produk dapat dilihat bahwa hampir semua titik sampel dalam grafik di atas berada di antara garis UCL dan LCL. Dari gambar di atas terdapat 1 titik sampel yang keluar dari batas pengendalian yaitu pada sampel ke5 yang disebabkan kurangnya ketelitian dan keterampilan karyawan dalam proses pengemasan produk sehingga produk yang melampaui batas tersebut dianggap tidak memenuhi standar perusahaan. Penyebab kecacatan produk ini adalah :
Gambar 4.13 Diagram Ishikawa Untuk Suhu Produk Air Minum Isi Ulang (refill)
ci
Bahan Baku Kelas Air
Manusia Lemah
Pemahaman SOP Kualitas Air
Pengawasan
Rendah
Produk Cacat Kotoran Akibat Limbah Sekitar
Temperatur Ruang Produksi
Limbah
Tempat Produksi Lokasi
Lingkungan
Masih diketemukannya pemahaman – pemahaman beberapa pekerja yang masih rendah tentang bagaimana cara memproduksi air minum isi ulang. Dimana jika dilihat SOP merupakan suatu hal yang penting dalam memproduksi dan akan berpengaruh terhadap kualitas kedepannya. Hal ini juga berpengaruh dengan suhu dimana jika ada suatu kesalahan dalam proses produksi akan membuat suhu dari air menjadi berubah sehingga tidak sesuai dengan standart yang ditetapkan. Dan juga lemahnya pengawasan dari perusahaan terhadap para pekerja yang melakukan proses produksi sehingga mereka terkadang kurang perhatian dan teliti dalam proses produksi. Selain itu lokasi produksi juga cukuo berpengaruh, karena Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh yang dimaksud adalah kondisi temperatur dari lokasi proses produksi. Terkadang lokasi proses produksi juga menentukan dengan suhu dari air bahan baku. Karena seperti sinar matahari misalnya, jika lokasi teralalu terbuka sehingga mudah terkena sinar matahari maka suhu ruangan akan berubah dan mempengaruhi suhu air.
cii
Selain itu, pada saat ini banyak juga pencemaran yang terjadi di lingkungan. Terutama pencemaran terhadap air, hal itu bisa kita lihat dengan banyaknya pencemaran pada sungai. Jika kita hubungkan dengan kualitas bahan baku air, banyak sekali sekarang diketemukan kualitas air yang tercemar sehingga merubah suhu dari air dan tentu saja menentukan kualitas dari air bahan baku. Bisa saja air tercemar oleh limbah – limbah pabrik serta limbah rumah tangga yang meresap ke dalam tanah.
4.4.3
Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk Warna AMIU Tabel 4.10 Analisis Peta Kendali (Control Chart) Warna Produk AMIU Warna - μ -0,670 -0,670 -0,250 0,990 -0,060 -0,320 -0,080 0,760 -0,160 0,460
No. Warna 1. 0,1 2. 0,1 3. 0,52 4. 1,76 5. 0,71 6. 0,45 7. 0,69 8. 1,53 9. 0,61 10. 1,23 Jumlah 7,7 Rata-rata (μ) 0,77 Sumber: Data primer, 2008 1) Mencari mean dari seluruh sampel n
x
x i 1
i
n
7,7 0,77 10
ciii
(Warna - μ)2 0,449 0,449 0,063 0,980 0,004 0,102 0,006 0,578 0,026 0,212 2,868
2) Mencari standar deviasi n
(x
x
i 1
i
)2
n 1
2,868 9
0,319 0,5645
3) Mencari interval pengawasan Batas pengawasan atas (UCL)
UCL x Z x
15 0,77 Z 0,5645 Z
15 0,77 0,5645
Z 25,210 Jadi probabilitas untuk Z = 25,210 adalah 0,500 (50%).
Gambar 4.14 Probabilitas Kerusakan pada Warna Produk Air Minum Isi Ulang 100%
0
0 0,5 0
0,500 civ 0,187
15
Dari
perhitungan
di
atas
dapat
diketahui
bahwa
probabilitas
penyimpangan pada UCL sebesar 0% yang berarti masih dalam kendali. Dan untuk probabilitas penyimpangan pada LCLpun sebesar 0% yang berarti masih dalam kendali. Jadi secara total probabilitas penyimpangannya sebesar 0% + 0% = 0%. Artinya probabilitas produk yang baik sebesar 100%, sedangkan probabilitas produk yang tidak memenuhi standar sebesar 0%. Hal ini dapat dikatakan produk tersebut baik karena tidak melampaui standar kerusakan produk yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 5%.
Gambar 4.15 X-Chart pada Warna Produk Air Minum Isi Ulang
cv
15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
UCL
Average Warna LCL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Hasil analisis peta kendali air minum isi ulang untuk indikator warna pada Gambar 4.14 menunjukkan bahwa semua sampel berada dalam batas kendali. Hal ini berarti dalam batas kendali ini hanya ada variasi data. Indikator warna air minum isi ulang juga berada pada standar kualitas yang ditentukan pemerintah yaitu dibawah 15 dalam satuan PtCo.
4.4.4
Analisis Peta Kendali (Control Chart) untuk Bakteri E. Coli AMIU
Tabel 4.11 Analisis Peta Kendali (Control Chart) Bakteri E. Coli Produk AMIU No. 1. 2.
pH- μ 16,000 36,000
pH 70 90
cvi
(pH- μ)2 256,000 1296,000
3. 40 4. 70 5. 40 6. 60 7. 50 8. 30 9. 40 10. 50 Jumlah 540 Rata-rata (μ) 54 Sumber: Data primer, 2008
-14,000 16,000 -14,000 6,000 -4,000 -24,000 -14,000 -4,000
1) Mencari mean dari seluruh kelompok n
x
x i 1
i
n
540 54 10
2) Mencari standar deviasi n
(x
x
i 1
i
)2
n 1
3040 9
337,778 18,379
3) Mencari interval pengawasan Batas pengawasan atas (UCL)
UCL x Z x
0 54 Z18,379 Z
54 18,379
cvii
196,000 256,000 196,000 36,000 16,000 576,000 196,000 16,000 3040,000 337,778
Z 2,938 Jadi probabilitas untuk Z = -2,938 adalah 0,002 (0,02%).
Gambar 4.16 Probabilitas Kerusakan pada Bakteri E. Coli Produk Air Minum Isi Ulang 50,2%
0
0 Dari
0,498
0,002
0,5 54
perhitungan
di
atas
dapat
0 diketahui
bahwa
probabilitas
penyimpangan pada UCL sebesar 49,8% yang berarti diluar kendali. Dan untuk probabilitas penyimpangan pada LCL sebesar 0% yang berarti masih dalam kendali. Jadi secara total probabilitas penyimpangannya sebesar 49,8% + 0% = 49,8%. Artinya probabilitas produk yang baik sebesar 50,2%, sedangkan probabilitas produk yang tidak memenuhi standar sebesar 49,8%. Hal ini dapat dikatakan produk tersebut tidak baik karena melampaui standar kerusakan produk yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 5%. Gambar 4.17 X-Chart pada Bakteri E. Coli Produk Air Minum Isi Ulang
cviii
90 80 70 60 UCL
50
Average
40
E.Coli
30
LCL
20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Hasil analisis peta kendali air minum isi ulang untuk parameter bakteri E. Coli menunjukkan bahwa sampel tidak berada dalam batas kendali. Pada analisis data produk dapat dilihat bahwa 10 titik sampel berada dalam grafik berada di atas garis UCL. Hal ini berarti terdapat pencemaran bakteri E. Coli pada semua sampel air minum isi ulang, sehingga kualitas air minum isi ulang pada parameter bakteri E. Coli tidak sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan pemerintah yaitu maksimum nilai 0 (nol) JPT/ 100 ml. Penyebab adanya bakteri E. Coli pada air minum isi ulang ini (refill) adalah : Gambar 4.18 Diagram Ishikawa Untuk Bakteri E. Coli Pada Produk Air Minum Isi Ulang
cix
Mesin
Bahan Baku Kelas Air
Kondisi Mesin Kualitas Mesin
Manusia Lemah
Pemahaman SOP Kualitas Air
Pengawasan
Rendah
Produk Cacat Kotoran Akibat Limbah Sekitar
Keakuratan Proses Pengawasan
Limbah Proses Pengaliran
Proses
Lingkungan
1. Penggunaan Ultraviolet yang tidak sesuai antara kapasitas dan kecepatan air yang melewati penyinaran Ultraviolet tsb. Akibat air terlalu cepat, maka bakterinya tidak mati. Idealnya, untuk Depot air minum isi ulang kapasitas Ultraviolet minimal adalah Type 5 GPM atau daya lampu 30 Watt dan kecepatan air yang melewati UV tsb adalah 19 liter ( 1 Galon ) per 1 menit 15 detik. 2. Kurangnya kebersihan depot dan lingkungan sekitar 3. Karena keterbatasan modal,banyak yang membeli paket Depot yang berharga murah dengan peralatan dibawah Standar Minimum peralatan. Antara lain minimal menggunakan tabung berisi media pasir silika, karbon aktif , Ultraviolet minimal Type 5 GPM dan penyaringan Micro filter / filter sedimen berukuran mulai 10 mikron s/d 01 micron. 4. Kurangnya kesadaran pemilik Depot untuk memeriksakan Depotnya 3 bulan sekali ke Dinas kesehatan setempat.
cx
4.5
Diagram Ishikawa Diagram Ishikawa memiliki struktur tulang ikan yang sering disebut
fishbone diagram berfungsi mengidentifikasi dan mengorganisir penyebabpenyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya. Oleh karena itu sering disebut juga dengan diagram sebab-akibat atau cause and effect diagram. Diagram tulang ikan dibuat untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dominan tersebut serta sebagai dasar untuk melakukan tindakan perbaikan agar kesalahan tersebut dapat ditekan seminimal mungkin bahkan dihilangkan. Untuk diagram tulang ikan pada produk air minum dalam kemasan (AMDK) tidak dapat ditunjukkan. Hal ini dikarenakan hasil dari analisis data menunjukan bahwa probabilitas kerusakan atau kecacatan produk masih dalam batas kewajaran. Adapun diagram tulang ikan untuk menjelaskan faktor-faktor penyebab kerusakan pada produk air minum isi ulang (refill) ditunjukkan oleh gambar berikut.
4.5.1 Diagram Ishikawa Keseluruhan Untuk Produk Air Minum Isi Ulang (refill) Khususnya Pada Indikator Suhu dan Bakteri E. Coli Gambar 4.19 Diagram Ishikawa Untuk Indikator Suhu Dan Bakteri E. Coli Produk Air Minum Isi Ulang (refill)
cxi
Mesin Kondisi Mesin Kualitas Mesin
Bahan Baku Kelas Air
Manusia Pemahaman SOP
Kualitas Air
Lemah Pengawasan
Rendah
Produk Cacat Keakuratan Proses Pengawasan
Proses Pengaliran
Proses
Temperatur Ruang Produksi
Kotoran Akibat Limbah Sekitar Limbah
Tempat Produksi
Lokasi
Lingkungan
Faktor-faktor penyebab kerusakan produk air minum harus mendapat perhatian yang serius dari pihak yang terkait, terutama faktor manusia dimana setiap karyawan ditekankan mengenai pentingnya membuat produk yang berkualitas dengan menekan tingkat kesalahan yang terjadi serta diupayakan agar kesalahan mendasar seperti pada saat mengisi air, serta memiliki pemahaman yang baik mengenai higiene dan sanitasi. Faktor mesin penunjang produksi juga diperhatikan mengenai kebersihan dan kelancaran kerja mesin. Hal ini dapat diantisipasi dengan selalu melakukan pengecekan terhadap pengisi maupun pengemas agar dapat bekerja dengan baik dan lancar. Faktor utama yang perlu diperhatikan adalah kualitas bahan baku yang digunakan harus berasal dari sumber air yang sesuai dengan kelas penggunaannya. Yang mana untuk air minum kualitas air harus kelas I. Dengan diagram tulang ikan dapat mempermudah pihak perusahaan untuk melakukan tindakan korektif karena tingkat kerusakan yang terjadi dan faktor yang menyebabkannya dapat diketahui.
cxii
Untuk indikator suhu faktor – faktor yang mempengaruhi akan adanya kerusakan produk atau produk yang diluar dari standart adalah pertama faktor manusia dimana masih diketemukannya pemahaman – pemahaman beberapa pekerja yang masih rendah tentang bagaimana cara memproduksi air minum isi ulang. Dimana jika dilihat SOP merupakan suatu hal yang penting dalam memproduksi dan akan berpengaruh terhadap kualitas kedepannya. Hal ini juga berpengaruh dengan suhu dimana jika ada suatu kesalahan dalam proses produksi akan membuat suhu dari air menjadi berubah sehingga tidak sesuai dengan standart yang ditetapkan.
Yang kedua adalah lemahnya pengawasan dari
perusahaan terhadap para pekerja yang melakukan proses produksi sehingga mereka kadang kurang perhatian dan teliti dalam proses produksi. Faktor bahan baku, dimana dalam melakukan proses produksi untuk mendapatkan kualitas produk yang baik tentu saja kita harus memeperhatikan kualitas dari bahan baku yang akan digunakan, dimana kualitas bahan baku kadang dipengaruhi dengan kondisi lingkungan yang ada. Kadang di lingkungan air yang akan kita gunakan sudah terkontaminasi dengan beberapa hal yang dapat mengubah suhu dari air jadi pada saat kita akan menggunakannya suhu dari air sudah berubah dan diluar dari standart yang ada. Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh dalam penentuan kualitas produk yang akan kita buat pada ke depannya. Pada saat ini banyak sekali pencemaran yang terjadi di lingkungan terutama air, hal itu bisa kita lihat dengan banyaknya pencemaran pada sungai. Jika kita hubungkan dengan kualitas bahan baku air, banyak sekali sekarang diketemukan kualitas air yang tercemar
cxiii
sehingga merubah suhu dari air dan tentu saja menentukan kualitas dari air bahan baku. Bisa saja air tercemar oleh limbah – limbah pabrik serta rumah tangga yang meresap ke dalam tanah. Yang terakhir adalah faktor lokasi, yang dimaksud dengan ini adalah kondisi pemperatur dari lokasi proses produksi. Terkadang lokasi proses produksi juga menentukan dengan suhu dari air bahan baku. Karena ada beberapa hal seperti sinar matahari, jika lokasi teralalu terbuka sehingga gampang terkena sinar matahari maka sutu ruangan akan beruah dan mempengaruhi suhu air, padahal suhu air harus terjaga sesuai dengan standar. Faktor mesin, Penggunaan Ultraviolet yang tidak sesuai antara kapasitas dan kecepatan air yang melewati penyinaran Ultraviolet tsb. Akibat air terlalu cepat, maka bakterinya tidak mati. Idealnya, untuk Depot air minum isi ulang kapasitas Ultraviolet minimal adalah Type 5 GPM atau daya lampu 30 Watt dan kecepatan air yang melewati UV tsb adalah 19 liter ( 1 Galon ) per 1 menit 15 detik. Faktor proses, yang dimaksud dengan faktor proses dapat mempengaruhi dengan kandungan E. Coli adalah salah satunya proses pengaliran. Dalam proses ini kita perlu pengawasan yang ketat karena jika dari dalam tanahnya masih terdapat bakteri tentu saja saat akan dialirkan akan mengikut dan berpengaruh, oleh karena itu perlu proses pengawasan yang ketat.
4.6
Pembahasan Tabel 4.12 Tabel Hasil Pengujian Kualitas Air Minum
cxiv
AMDK No. LCL UCL pH Baik Baik 1 Suhu Baik Baik 2 Warna 0 Baik 3 Bakteri E. Coli 0 Baik 4 Sumber : Data primer, 2008 Indikator
AMIU (refil) LCL UCL Baik Baik Baik Menyimpang 0 Baik 0 Menyimpang
Pengendalian kualitas sangat penting bagi perusahaan, khususnya bagi perusahaan air minum dalam kemasan dan perusahaan air minum isi ulang (Refill) yang bergerak dalam bidang industri pangan di Yogyakarta. Untuk itu perusahaan perlu memperhatikan kualitas produknya, karena produk yang dihasilkan masih terdapat cacat dan tidak sesuai dengan standar kualitas produk. Hal ini dikarenakan perusahaan kurang ketat dalam melakukan pengendalian kualitas, baik pada bahan baku produksi, pada saat proses produksi dan pada hasil akhir produksinya. Apalagi jika dilihat dari kondisi pada saat ini dimana produk air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang (refill) merupakan suatu produk yang penting bagi masyarakat, khususnya masyarakat Sleman. Seperti telah diketahui bahwa kebutuhan akan air, khususnya air minum merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi kehidupan manusia. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia saat manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air minum/bersih bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air. Oleh karena itu kualitas produk air minum harus dievaluasi dengan menggunakan pendekatan pengendalian kualitas statistik (statistical quality control). Adapun Indikator
cxv
kualitas air minum yang hendak dievaluasi meliputi pH (keasaman), suhu, warna dan bakteri E. Coli. Hasil analisis peta kendali pada air minum dalam kemasan untuk indikator pH (keasaman) menunjukkan bahwa semua sampel berada dalam batas kendali. Hal ini berarti dalam batas kendali ini hanya ada variasi data. Tingkat keasaman air minum dalam kemasan telah berada pada standar kualitas yang ditentukan pemerintah yaitu dengan pH antara 6,5 – 8,5. Hasil analisis peta kendali air minum dalam kemasan untuk indikator suhu menunjukkan bahwa semua sampel berada dalam batas kendali. Hal ini berarti dalam batas kendali ini hanya ada variasi data. Temperatur air minum dalam kemasan telah berada pada standar kualitas yang ditentukan pemerintah yaitu dengan suhu antara suhu ruangan ± 30C. berbeda dengan hasil analisis peta kendali pada air minum isi ulang untuk indikator pH (keasaman) ada 1 sampel (sampel no 5) yang berada diatas UCL, hal ini menggambarkan bahwa temperatur air minum isi ulang tidak berada pada standar kualitas yang ditentukan pemerintah yaitu dengan suhu antara suhu ruangan ± 30C. Hasil analisis peta kendali air minum dalam kemasan maupun air minum isi ulang untuk indikator warna menunjukkan bahwa semua sampel berada dalam batas kendali. Hal ini berarti dalam batas kendali ini hanya ada variasi data. Indikator warna air minum dalam kemasan maupun air minum isi ulang telah berada pada standar kualitas yang ditentukan pemerintah yaitu dibawah 15 dalam satuan PtCo.
cxvi
Analisis peta kendali air minum dalam kemasan untuk indikator bakteri E. Coli menunjukan semua sampel negatif yang artinya 0 (nol). Hal ini berarti tidak terdapat pencemaran bakteri E. Coli pada semua sampel air minum dalam kemasan, sehingga kualitas air minum dalam kemasan pada indikator bakteri E. Coli berada pada standar kualitas yang ditentukan pemerintah yaitu maksimum nilai 0 (nol) JPT/ 100 ml. Sedangkan hasil analisis peta kendali air minum isi ulang untuk indikator bakteri E. Coli menunjukkan bahwa sampel tidak berada dalam batas kendali. Hal ini berarti terdapat pencemaran bakteri E. Coli pada semua sampel air minum isi ulang, sehingga kualitas air minum isi ulang pada indikator bakteri E. Coli tidak sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan pemerintah yaitu maksimum nilai 0 (nol) JPT/ 100 ml, atau bisa disebut juga produk untuk indikator Bakteri E. Coli pada air minum isi ulang ini telah menyimpang (diluar kendali). Produk air minum dalam kemasan secara umum berada di dalam batas kendali (berada di bawah batas kontrol atas, UCL, dan di atas batas kontrol bawah, LCL). Hal ini berarti ada variasi data sehingga namun proses tetap berada dalam keadaan terkendali yaitu variasi yang biasanya disebabkan oleh adanya perbedaan antar operator mesin, antar kapasitas mesin, dan perbedaan lingkungan kerja. Peta kendali digunakan untuk mengetahui apakah proses produksi masih normal atau tidak dan mencegah terjadinya cacat bukan untuk menerima atau menolak produk. Tetapi tidak digunakan untuk mengetahui penyebab ketidaknormalan tersebut. Untuk mengetahui ketidak normalan tersebut
cxvii
diguankan diagram tulang ikan. Diagram tulang ikan dibuat untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dominan tersebut serta sebagai dasar untuk melakukan tindakan perbaikan agar kesalahan tersebut dapat ditekan seminimal mungkin bahkan dihilangkan. Diagram tulang ikan untuk menjelaskan faktor-faktor penyebab kerusakan pada produk air minum dalam kemasan (AMDK) dan air minum isi ulang (refill) menunjukkan faktor-faktor penyebab kerusakan produk air minum disebabkan oleh faktor manusia dimana setiap karyawan ditekankan mengenai pentingnya membuat produk yang berkualitas dengan menekan tingkat kesalahan yang terjadi serta diupayakan agar kesalahan mendasar seperti pada saat mengisi air, serta memiliki pemahaman yang baik mengenai higiene dan sanitasi. Faktor mesin penunjang produksi juga diperhatikan mengenai kebersihan dan kelancaran kerja mesin. Hal ini dapat diantisipasi dengan selalu melakukan pengecekan terhadap pengisi maupun pengemas agar dapat bekerja dengan baik dan lancar. Faktor utama yang perlu diperhatikan adalah kualitas bahan baku yang digunakan harus berasal dari sumber air yang sesuai dengan kelas penggunaannya. Yang mana untuk air minum kualitas air harus kelas I. Dengan diagram tulang ikan dapat mempermudah pihak perusahaan untuk melakukan tindakan korektif karena tingkat kerusakan yang terjadi dan faktor yang menyebabkannya dapat diketahui. BAB V
PENUTUP 5.1.
Kesimpulan
cxviii
Dari hasil pengolahan data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis peta kendali air minum dalam kemasan untuk parameter pH (keasaman), suhu, warna dan bakteri E. Coli menunjukkan bahwa semua sampel berada dalam batas kendali. Hal ini berarti telah berada pada standar kualitas air minum yang ditentukan pemerintah. Sedangkan hasil analisis peta kendali air minum isi ulang menunjukkan bahwa hanya untuk parameter pH (keasaman), suhu, dan warna saja yang berada dalam batas kendali dan sesuai dengan standar kualitas air minum yang ditentukan pemerintah. Hasil analisis peta kendali air minum isi ulang untuk parameter bakteri E. Coli menunjukkan bahwa sampel tidak berada dalam batas kendali. Hal ini berarti terdapat pencemaran bakteri E. Coli pada semua sampel air minum isi ulang, sehingga kualitas air minum isi ulang pada parameter bakteri E. Coli tidak sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan pemerintah. 2. Faktor-faktor penyebab kerusakan produk air minum disebabkan oleh faktor manusia dimana setiap karyawan ditekankan mengenai pentingnya membuat produk yang berkualitas dengan menekan tingkat kesalahan yang terjadi serta diupayakan agar kesalahan mendasar seperti pada saat mengisi air, serta memiliki pemahaman yang baik mengenai higiene dan sanitasi. Faktor mesin penunjang produksi juga diperhatikan mengenai kebersihan dan kelancaran kerja mesin. Hal ini dapat diantisipasi dengan selalu melakukan pengecekan terhadap pengisi maupun pengemas agar dapat bekerja dengan baik dan lancar. Faktor utama yang perlu diperhatikan adalah kualitas bahan baku yang
cxix
digunakan harus berasal dari sumber air yang sesuai dengan kelas penggunaannya.
5.2.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, dapat diajukan beberapa saran
bagi pihak-pihak yang terkait dengan hasil peneltian ini. 1. Disarankan pada instansi pemerintah yang terkait dengan pengawasan dan pengelilaan industri pangan khususnya air minum untuk melakukan pengawasan dan pembinaan pada perusahaan-perusahaan air minum baik air minum dalam kemasan maupun isi ulang agar dapat menjaga kualitas produknya. Hal ini dikarenakan produk air minum yang tidak berkualitas akan membahayakan konsumen. 2. Pada perusahaan-perusahaan air minum dalam kemasan disarankan untuk mengantisipasi adanya produk yang cacat. Hal ini dapat diantisipasi dengan selalu melakukan pengecekan terhadap pengisi maupun pengemas agar dapat bekerja dengan baik dan lancar. Disamping itu perlu dilakukan pengawasan mengenai jalur distribusi agar tidak terjadi produk yang rusak dalam proses pendistribusian. 3. Pada perusahaan-perusahaan air minum isi disarankan untuk selalu menggunakan bahan baku air yang sesuai dengan kelas penggunaanya agar kualitas air minum selalu terjaga dari pencemaran dan melakukan pelatihan pada karyawan mengenai higiene dan sanitasi. Perusahaan air minum isi ulang yang memproduksi tidak sesuai dengan standar kualitas dengan
cxx
sendirinya akan ditinggalkan oleh konsumen dan pada akhirnya perusahaan sendiri yang akan rugi. 4. Kepada masyarakat, khususnya konsumen produk air minum dalam kemasan disarankan agar teliti sebelum membeli, perlu memperhatikan kerusakan pada kemasan, warna air dan tanggal kadaluwarsa. Bagi konsumen air minum isi ulang disarankan untuk memilih tempat-tempat pengisian air minum yang menjaga kebersihan lingkungan dan mutu air minum.
cxxi
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, A, 1994, Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi, Yogyakarta : BPFE. ________, 1987, Pengendalian Produksi, Jilid 2, Edisi IV, Yogyakarta : BPFE. Dilworth, J. B, 1986, Production And Operations Management, Third Edition, New York : Random House. Feigenbaum, A. V, 1989, Kendali Mutu Terpadu, Jilid 1, Edisi III, Jakarta : Erlangga. Handoko, T. H, 1984, Manajemen Produksi, Edisi II, Yogyakarta : BPFE. ________, 1986, Manajemen, Edisi II, Yogyakarta : BPFE. Kumpulan SNI Departemen Pekerjaan Umum, Kualitas Air, Edisi Akhir 1990, Bandung: Departemen Pekerjaan Umum. Prawiraamidjaja, R. H. A. R, 1984, Quality Control dan Storage Control, Bandung : Tarsito. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 20 tahun 2008, Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta. Reksohadiprodjo, S. dan Gitosudarmo, I, 1986, Management Produksi, Edisi Ketiga, Yogyakarta : BPFE. Slamet,Juli Soemirat, 2004, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Cetakan
Keenam,
Tjiptono, F. dan Diana A, 1996, Total Quality Management, Edisi II, Yogyakarta : Andi Offset. Widodo, Agus Puji CK, 2008, Evaluasi Pengendalian Kualitas Produksi Kayu Lapis Di CV. Putra Makmur Abadi (PMA) Parakan Temanggung Jawa Tengah, Skripsi Sarjana Strata-1 (tidak dipublikasikan), Jogjakarta : FE UII. Yamit, Z, 1996, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi I, Yogyakarta : Ekonisia FE UII.
cxxii
LAMPIRAN
cxxiii
Tabel Distribusi Normal Z 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 3.0 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9
0.00 0.0000 0.0398 0.0793 0.1179 0.1554 0.1915 0.2257 0.2580 0.2881 0.3159 0.3413 0.3643 0.3849 0.4032 0.4192 0.4332 0.4452 0.4554 0.4641 0.4713 0.4772 0.4821 0.4861 0.4893 0.4918 0.4938 0.4953 0.4965 0.4974 0.4981 0.49865 0.49903 0.49931 0.49952 0.49966 0.49977 0.49984 0.49989 0.49993 0.49995
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.0040 0.0080 0.0120 0.0160 0.0199 0.0239 0.0279 0.0319 0.0438 0.0478 0.0517 0.0557 0.0596 0.0636 0.0675 0.0714 0.0832 0.0871 0.0910 0.0948 0.0987 0.1026 0.1064 0.1103 0.1217 0.1255 0.1293 0.1331 0.1368 0.1406 0.1443 0.1480 0.1591 0.1628 0.1664 0.1700 0.1736 0.1772 0.1808 0.1844 0.1950 0.1985 0.2019 0.2054 0.2088 0.2123 0.2157 0.2190 0.2291 0.2324 0.2357 0.2389 0.2422 0.2454 0.2486 0.2517 0.2611 0.2642 0.2673 0.2704 0.2734 0.2764 0.2794 0.2823 0.2910 0.2939 0.2967 0.2995 0.3023 0.3051 0.3078 0.3106 0.3186 0.3212 0.3238 0.3264 0.3289 0.3315 0.3340 0.3365 0.3438 0.3461 0.3485 0.3508 0.3531 0.3554 0.3577 0.3599 0.3665 0.3686 0.3708 0.3729 0.3749 0.3770 0.3790 0.3810 0.3869 0.3888 0.3907 0.3925 0.3944 0.3962 0.3980 0.3997 0.4049 0.4066 0.4082 0.4099 0.4115 0.4131 0.4147 0.4162 0.4207 0.4222 0.4236 0.4251 0.4265 0.4279 0.4292 0.4306 0.4345 0.4357 0.4370 0.4382 0.4394 0.4406 0.4418 0.4429 0.4463 0.4474 0.4484 0.4495 0.4505 0.4515 0.4525 0.4535 0.4564 0.4573 0.4582 0.4591 0.4599 0.4608 0.4616 0.4625 0.4649 0.4656 0.4664 0.4671 0.4678 0.4686 0.4693 0.4699 0.4719 0.4726 0.4732 0.4738 0.4744 0.4750 0.4756 0.4761 0.4778 0.4783 0.4788 0.4793 0.4798 0.4803 0.4808 0.4812 0.4826 0.4830 0.4834 0.4838 0.4842 0.4846 0.4850 0.4854 0.4864 0.4868 0.4871 0.4875 0.4878 0.4881 0.4884 0.4887 0.4896 0.4898 0.4901 0.4904 0.4906 0.4909 0.4911 0.4913 0.4920 0.4922 0.4925 0.4927 0.4929 0.4931 0.4932 0.4934 0.4940 0.4941 0.4943 0.4945 0.4946 0.4948 0.4949 0.4951 0.4955 0.4956 0.4957 0.4959 0.4960 0.4961 0.4962 0.4963 0.4966 0.4967 0.4968 0.4969 0.4970 0.4971 0.4972 0.4973 0.4975 0.4976 0.4977 0.4977 0.4978 0.4979 0.4979 0.4980 0.4982 0.4982 0.4983 0.4984 0.4984 0.4985 0.4985 0.4986 0.49869 0.49874 0.49878 0.49882 0.49886 0.49889 0.49893 0.49897 0.49906 0.49910 0.49913 0.49916 0.49918 0.49921 0.49924 0.49926 0.49934 0.49936 0.49938 0.49940 0.49942 0.49944 0.49946 0.49948 0.49953 0.49955 0.49957 0.49958 0.49960 0.49961 0.49962 0.49964 0.49968 0.49969 0.49970 0.49971 0.49972 0.49973 0.49974 0.49975 0.49978 0.49978 0.49979 0.49980 0.49981 0.49981 0.49982 0.49983 0.49985 0.49985 0.49986 0.49986 0.49987 0.49987 0.49988 0.49988 0.49990 0.49990 0.49990 0.49991 0.49991 0.49992 0.49992 0.49992 0.49993 0.49993 0.49994 0.49994 0.49994 0.49994 0.49995 0.49995 0.49995 0.49996 0.49996 0.49996 0.49996 0.49996 0.49996 0.49997 Sumber : Buku Probabilitas Dalam Pengambilan Keputusan Bisnis oleh Algifari tahun
1996
cxxiv
0.09 0.0359 0.0753 0.1141 0.1517 0.1879 0.2224 0.2549 0.2852 0.3133 0.3389 0.3621 0.3830 0.4015 0.4177 0.4319 0.4441 0.4545 0.4633 0.4706 0.4767 0.4817 0.4857 0.4890 0.4916 0.4936 0.4952 0.4964 0.4974 0.4981 0.4986 0.49900 0.49929 0.49950 0.49965 0.49976 0.49983 0.49989 0.49992 0.49995 0.49997