DAMPAK PERISTIWA PELEDAKAN BOM JW MARRIOTT DAN RITZ-CARLTON TANGGAL 17 JULI 2009 PADA HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Kasus Pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh : OKA SASTIAN YUDHANAGARA NIM. F. 0206018
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
ABSTRAK
DAMPAK PERISTIWA PELEDAKAN BOM JW MARRIOTT DAN RITZCARLTON TANGGAL 17 JULI 2009 PADA HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Kasus Pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Oka Sastian Yudhanagara F 0206018 Studi ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dampak peristiwa peledakan bom Jw Marriott dan Ritz-Carlton tanggal 17 juli 2009 pada harga saham di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan tiga hipotesis untuk mengkonstruksi model dalam studi ini. Hipotesis tersebut yaitu adanya abnormal return yang diperoleh para investor dengan adanya peristiwa peledakan bom (HA1), adanya perbedaan abnormal return mean sebelum dan sesudah peristiwa (HA2), dan adanya perbedaan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa (HA3). Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45 di Bursa Efek Indonesia selama periode peristiwa. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling agar ukuran sampel yang diambil dapat mewakili seluruh populasi. Selanjutnya dilakukan uji normalitas untuk memastikan bahwa data layak untuk pengujian hipotesis. Untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dilakukan pengujian Paired Sample T-test. Hasil pengujian yang dilakukan menjelaskan bahwa para investor memperoleh abnormal return dengan adanya peristiwa peledakan bom. Hasil ini mendukung HA1. Selain itu hasil pengujian yang dilakukan juga menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return mean dan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa, sehingga HA2 dan HA3 tidak didukung. Hasil pengujian ini memberikan pemahaman tentang upaya yang dapat dilakukan oleh investor untuk memperoleh abnormal return yaitu dengan menjual saham di sesi pertama perdagangan saham pada hari kedua setelah peristiwa peledakan bom. Dalam pembahasannya juga dijelaskan implikasi secara teoritis, metodologis dan peluang untuk penelitian lanjutan.
Kata kunci: abnormal return, trading volume activity, event study, dan peledakan bom.
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : DAMPAK PERISTIWA PELEDAKAN BOM JW MARRIOTT DAN RITZCARLTON TANGGAL 17 JULI 2009 PADA HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Kasus Pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Surakarta, 5 April 2010 Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing
Bambang Hadi Nugroho, SE, M.Si. NIP. 195905081986011001
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen.
Surakarta, 3 Mei 2010
Tim Penguji Skripsi : 1. Dra. Endang Suhari, M.Si. sebagai Ketua Penguji NIP. 196103171986012002
2. Bambang Hadi Nugroho, S.E., M.Si. sebagai Pembimbing NIP. 195905081986011001
3. Deny Dwi Hartomo, S.E., M.Sc., sebagai Anggota Penguji NIP. 198312102008121002
MOTTO Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati suoaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al ‘ashr). Bersemangatlah atas apa yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah kepada Allah, dan jangan merasa lemah. (H.R. Muslim). Usahakanlah segala sesuatu dengan maksimal, sungguh takdir itu ada di ujung usaha, hanya mereka yang lemah yang berhenti ketika berhadapan dengan kegagalan, dan bagi mereka yang kuat kegagalan adalah sebuah pengingat untuk terus berusaha. (Ustadz M. Izzudin Al-Hafidz)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan Penuh Perjuangan Dan Penuh Rasa Syukur Akhirnya Karya Kecil Ini Berhasil Penulis Selesaikan. Karya ini penulis persembahkan untuk :
Allah SWT sebagai penguasa segala sesuatu. Suri Tauladanku Rasulullah Muhammad SAW.
Buat Seluruh Keluargaku Yang Ada Di Banjarnegara (Bunda, Bapak (alm), Kakak-kakakku) Dan Buat Seluruh Keluarga Baruku Yang Ada Di FE UNS,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kemudahan-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “DAMPAK PERISTIWA PELEDAKAN BOM JW MARRIOTT DAN RITZCARLTON TANGGAL 17 JULI 2009 PADA HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Kasus Pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)“. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik berupa moral maupun material. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 2. Dra. Endang Suhari, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi UNS dan Reza Rahardian, SE., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi UNS. 3. Bambang Hadinugroho, SE, M.Si., selaku pembimbing skripsi yang di sela–sela kesibukannya telah memberikan bimbingan dan arahan sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini. 4. Drs. Imam Mahdi selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bantuan selama berada di Fakultas Ekonomi UNS selaku pembimbing akademik
5. Drs. Lilik Dwi Sunardiyanto, M. Si, selaku pembimbing magang yang telah memberikan bimbingan selama proses Kuliah Magang Manajerial 6. Bapak dan Ibu Staf pengajar Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh studi. 7. Staff dan karyawan Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan kenyamanan dan kemudahan selama penulis menempuh proses studi. 8. Teman-teman Manajemen angkatan 2006, yang telah memberikan bantuan, semngat, dan doa. Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan ke depan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis dan semua yang membacanya. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu baik selama masa perkuliahan maupun penyusunan skripsi ini semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT, amin…….. Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 5 April 2010
Penulis Oka Sastian Yudhanagara
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………..
i
ABSTRAK…………………………………………………………………………….....
ii
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………………...
iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………..
iv
HALAMAN MOTTO……………………………………………………………………
v
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………………
vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...
vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..
x
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………..
xi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………….
xii
BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………………….
1
B. Perumusan masalah…………………………………………………….
6
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………….
6
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………...
7
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka…………..…………………………………………...
8
1. Saham……………………………………………………………....
8
2. Indeks Harga Saham……………………………………………….
12
3. Informasi di Pasar Modal dan Efisiensi Pasar……………………..
14
4. Aktivitas Volume Perdagangan…………………………………....
17
5. Return dan Abnormal Return………………………….……………
17
6. Event Study………...............................................…………………
18
B. Penelitian terdahulu…………………………………………………….
20
C. Kerangka Pemikiran……………………………………….……………
23
D. Hipotesis……………………………………………………..…………
24
BAB III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………..
28
B. Metode Pengumpulan dan Sumber Data…..…………………………..
31
C. Alat Analisis Dan Metode Pengujian ………………………………….
32
BAB IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data…………
39
B. Pengujian Normalitas Data ………………………………….…………
47
C. Pengujian Hipotesis Penelitian …………………………………………
49
D. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………………...…
58
BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan………………………………………………….……...….
69
B. Keterbatasan Penelitian………………………………………………..
71
C. Implikasi…………………………………………..………….…….….
72
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..…………
73
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL
HALAMAN
1.1
Dampak Pengeboman Terhadap Perekonomian Indonesia………….………..
5
3.1
Periode Waktu Penelitian Di Bursa Efek Indonesia………………….………
30
4.1
Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 1 (Berdasarkan Perusahaan LQ 45)………
40
4.2
Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 1 (Berdasarkan Hari Pengamatan)………..
41
4.3
Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 2 (Berdasarkan Perusahaan LQ 45)...........
42
4.4
Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 2 (Berdasarkan Hari Pengamatan)……….
43
4.5
Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3 (Berdasarkan Perusahaan LQ 45)……...
45
4.6
Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3 (Berdasarkan Hari Pengamatan)………
46
4.7
Hasil Uji Normalitas Data Dengan Uji Kolmogorov – Smirnov (Berdasarkan Perusahaan LQ 45)…………………………………………..
4.8
48
Hasil Uji Normalitas Data Dengan Uji Kolmogorov – Smirnov (Berdasarkan Hari Pengamatan)…………………………………………….
48
4.9
Abnormal Return Mean (Berdasarkan Perusahaan LQ 45)…………………
51
4.10
Abnormal Return Mean (Berdasarkan Hari Pengamatan)…………………..
52
4.11
Hasil Uji Perbedaan Abnormal Return Mean 5 Hari Sesudah Dan 5 Hari Sebelum Peristiwa (Berdasarkan Perusahaan LQ 45)…………..
4.12
Hasil Uji Perbedaan Abnormal Return Mean 5 Hari Sesudah Dan 5 Hari Sebelum Peristiwa (Berdasarkan Hari Pengamatan)……………
4.13
55
Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Aktivitas Volume Perdagangan Di BEI Sebelum Dan Sesudah Peristiwa (Berdasarkan Perusahaan LQ 45)…..........
4.14
54
56
Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Aktivitas Volume Perdagangan Di BEI Sebelum Dan Sesudah Peristiwa (Berdasarkan Hari Pengamatan)………….
57
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
HALAMAN
2.1
Kerangka Pemikiran…………………………………………………….......
24
3.1
Periode Waktu Penelitian Di Bursa Efek Indonesia……………………….
30
4.1
Abnormal Return Mean (Berdasarkan Hari Pengamatan)…………………
53
4.2
Rata-Rata Aktivitas Volume Perdagangan Di BEI (Berdasarkan Hari Pengamatan)…………………………………………..
58
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pada masa sekarang ini setiap kegiatan ekonomi selalu diliputi oleh ketidakpastian, demikian halnya dengan kegiatan investasi di pasar modal. Mengingat pasar modal modal memiliki tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi dibandingkan lembaga pendanaan lainnya, maka para investor memerlukan informasi yang dapat diandalkan dan tepat waktu untuk mengurangi ketidakpastian tersebut. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan risiko tertentu. Informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar yang seperti ini disebut pasar efisien (Jogiyanto, 2003). Dalam pasar modal banyak sekali informasi yang dapat diperoleh, yaitu berupa informasi tentang kondisi lingkungan mikro dan kondisi lingkungan makro. Kondisi lingkungan mikro meliputi : kinerja perusahaan, pembagian dividend dan sebagainya. Sedangkan lingkungan makro meliputi : keadaan politik, kondisi ekonomi, kebijakan moneter dan sebagainya.
Di dalam lingkungan makro, kondisi politik suatu negara sangat mempengaruhi investor untuk berinvestasi, semakin stabil kondisi politik dan keamanan suatu negara serta perkembangan perekonomian yang dinamis maka investor akan tertarik menanamkan modalnya termasuk membeli saham dan pada saatnya harga saham akan cenderung mengalami kenaikan. Sebaliknya apabila keadaan keamanan dan politik serta perekonomian tidak stabil, maka investor akan keluar dan akibatnya harga saham bisa mengalami penurunan, seperti yang terjadi pada Jumat, 7 Juli 2009, pukul 07.45, dua buah bom meledak dalam waktu yang hampir bersamaan di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton yang terletak berdekatan di kawasan bisnis Mega Kuningan, Jakarta. Selain itu, dampak terjadinya peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel RitzCarlton adalah melemahnya nilai tukar rupiah sebesar 90 poin, dari Rp 10.890 per dolar AS (16/7) menjadi Rp 10.180 per dolar AS (17/7), (Warta Ekonomi, 27 Juli 2009). Melemahnya nilai tukar disebabkan oleh faktor sentimen negatif pelaku pasar dalam menyikapi peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton dan faktor regional. Hal ini disebabkan pasar modal yang merupakan suatu instrumen ekonomi sangat mudah terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa baik yang merupakan peristiwa ekonomi maupun nonekonomi. Peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton memiliki arti yang sangat berbeda dengan peledakan yang lainnya karena kali ini yang menjadi sasaran adalah dua hotel bintang lima bertaraf internasional yang biasa menjadi langganan para pelaku bisnis asing dan juga pengeboman ini mengakibatkan batalnya ajang akbar yang sangat dinantikan para penggemar sepak bola di Tanah Air, yaitu kedatangan klub sepak bola kenamaan asal Inggris Manchester United untuk bertanding melawan tim nasional Indonesia. Peristiwa peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton yang
terjadi pada tanggal 17 Juli 2009 di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton, merupakan salah satu peristiwa politik besar yang berdampak secara langsung pada kondisi ekonomi. Peristiwa peledakan bom yang terjadi pada tanggal 17 Juli 2009 mengakibatkan tewasnya 9 orang dan 55 orang luka-luka. Kondisi tersebut memungkinkan investor mengurangi ataupun sama sekali tidak membeli saham di pasar modal. Mereka khawatir bahwa keuntungan yang akan mereka terima nanti justru akan berkurang atau justru tidak memperoleh keuntungan sama sekali (rugi). Hal ini seperti dikemukakan oleh Mutamimah, Siyamtinah dan Nurhayatie (1998) bahwa adanya peristiwa politik yang mengancam stabilitas suatu Negara, seperti pemilihan umum, pergantian kepala negara, ataupun berbagai kerusuhan politik, cenderung mendapat respon negatif dari para pelaku pasar. Even Study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu peristiwa. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu peristiwa. Jika peristiwa mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu berita tentang peristiwa tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga menggunakan return dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan abnormal return kepada investor. Sebaliknya, peristiwa yang tidak mengandung informasi tidak akan memberikan abnormal return kepada investor (Jogiyanto, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Mansur, Cochran dan Froiro (1989) mengenai reaksi pasar modal pada saham-saham perusahaan penerbangan Amerika Serikat terhadap event pelarangan terbang (grounding) pesawat-pesawat DC-10. Penelitian dilakukan dengan menggunakan event period selama 30 hari bursa dengan event date pada tanggal 6 Juni 1979 (tanggal pengumuman grounding). Hasilnya adalah saham-
saham perusahaan penerbangan yang menggunakan pesawat-pesawat DC-10 di News York Stock Exchange dengan cepat mencerminkan informasi buruk tersebut (return pemilik saham menjadi turun akibat event tersebut). Selain itu, event study lain yang tidak terkait langsung dengan aktivitas ekonomi adalah event study mengenai reaksi pasar modal Amerika Serikat (New York Stock Exchange) terhadap bocornya reaktor nuklir di Chernobyl, Uni Sovyet yang dilakukan oleh Kalra, Henderson Jr., dan Raines (1993). Mereka menemukan reaksi harga yang negatif (karena event-nya tergolong bad news) terhadap peristiwa itu pada saham perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang listed di NYSE yang menggunakan sumber tenaga nuklir dalam proses produksinya. Berdasarkan data dampak pengeboman terhadap perekonomian dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan Citibank, tampaknya kepercayaan dan ekspektasi masyarakat dan
investor terhadap
perekonomian Indonesia menunjukkan tren positif atau semakin kuat terhadap ancaman bom dan terorisme. TABEL 1.1 DAMPAK PENGEBOMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA No.
Bom
Tanggal
Korban Jiwa
Pertumbuhan Ekonomi*
Investasi (PMA dan PMDN)**
1.
Bom BEJ
12/10/2000
2.
Bom Bali 2002 Bom JW Marriott
12/10/2002
4,92% (2000) 4% (2001) 4% (2001) 3.5% (2002) 3.5% (2002) 4.1% (2003)
PMA -64% PMDN -96% PMA -+77% PMDN -2% PMA --16% PMDN +26%
Bom Kedubes Australia Bom Bali II
9/9/2004
15 korban jiwa 203 orang tewas 12 orang tewas 150 orang luka 9 orang tewas
4.1% (2003) 5.13% (2004)
23 orang tewas
5.13% (2004) 5.6% (2005)
3.
4.
5.
5/8/2003
1/10/2005
*Data diolah dari BPS **Data diolah dari BKPM ***Citibank
IHSG (%)*** -1.98
Nilai Tukar (%)*** -2.2
Recovery (hari) IHSG*** 206
Recovery (hari) Rupiah*** 2
-10.38
-3.7
24
38
-3.06
-1.5
3
14
PMA -+95% PMDN +99%
-0.82
0
2
-
PMA -33% PMDN -33%
0.38
0
-
-
Berdasarkan kondisi dan alasan tersebut, peneliti berupaya melakukan penelitian event study mengenai “Dampak Peristiwa Peledakan Bom Jw Marriott Dan RitzCarlton Tanggal 17 Juli 2009 Pada Harga Saham di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini mencoba menguji kandungan informasi dari suatu peristiwa keamanan dan politik terhadap aktivitas di pasar modal, khususnya di Bursa Efek, atau dengan kata lain hendak mengamati reaksi pasar modal terhadap event berupa peristiwa keamanan dan politik berskala nasional.
B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1.
Apakah
para
investor
memperoleh
abnormal return dengan adanya peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009? 2.
Apakah ada perbedaan antara abnormal return mean di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009?
3.
Apakah ada perbedaan antara rata-rata aktivitas volume perdagangan di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009?
C.
TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui ada tidaknya abnormal return yang diperoleh para investor dengan adanya peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009.
2.
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan abnormal return mean di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009.
3.
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009.
D.
MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, antara lain :
1.
Kalangan akademis dan dunia penelitian. Menambah referensi dan meningkatkan pemahaman mengenai penelitian event study khususnya yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap pasar modal di Indonesia
2.
Pemerintah. Menyajikan suatu pemikiran terhadap pemerintah khususnya kebijaksanaankebijksanaan yang akan diambil yang mempunyai pengaruh negatif terhadap indeks harga saham secara umum.
3.
Kalangan
investor
individu
atau
perusahaan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan ataupun pricing strategy kepada para investor dalam melakukan investasi di suatu negara tertentu sehingga investor akan lebih berhati-hati dalam mengambil kebijakan investasi mereka.
BAB II LANDASAN TEORI
A.
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Saham
a)
Pengertian Saham Saham merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan. Menurut Widoadmojo (1996: 43), selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa kertas tersebut adalah pemilik (berapapun porsinya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut, sesuai investor untuk memiliki saham yaitu kemampuannya memberikan keuntungan yang berupa dividend dan capital gain.
b)
Jenis-jenis Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Saham dapat dibedakan dalam beberapa jenis (Jogiyanto, 2000: 67) : 1)
Saham preferen : merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa seperti bond yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen.
Beberapa karakteristik saham preferen adalah sebagai berikut : a.
Hak preferen terhadap dividen, adalah hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa.
b.
Hak preferen pada waktu likuidasi, adalah hak saham preferen untuk mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan dibandingkan dengan saham biasa pada saat terjadi likuidasi.
Macam-macam preferen adalah : a.
Convertible preferred stock, adalah untuk menarik minat investor yang menyukai saham biasa, beberapa saham preferen
menambah
bentuk
di
alamnya
yang
memungkinkan
pemegangnya untuk menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan. b.
Callable
preferred
stock,
adalah
memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu di masa mendatang dengan nilai yang tertentu. Harga tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nominal sahamnya. c. Floating atau adjustable-rate preferred stock, adalah tidak membayar dividen secara tetap, tetapi tingkat dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas treasury bill. Saham preferen ini cukup popular sebagai investasi jangka pendek untuk investor yang mempunyai kelebihan kas. 2) Saham biasa : jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk
menjalankan
operasi
perusahaan.
Setiap
pemegang
saham
memperoleh sertifikat sebagai tanda pemilikian pada perusahaan. Pada
setiap sertifikat saham tercantum nama, alamat dan hak suara pemegang saham. Sebagai suatu sura berharga mengandung perikatan hukum formal; yang setiap penerbitnya dijamin oleh Undang-Undang. Untuk Indonesia berupa Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Pasar Modal, beserta aturan pelaksanaannya. Beberap hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa adalah : a. Hak kontrol, adalah hak pemegang saham biasa untuk memilih pimpinan perusahaan. b. Hak menerima pembagian keuntungan, adalah hak pemegang saham biasa untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. c. Hak preemptive, adalah hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham dan melindungi harga saham lama dari kemelorotan nilai. 3) Saham treasury : saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasury yang nantinya dapat dijual kembali. c) Harga Saham Semakin tinggi harga saham berarti semakin tinggi pula kekayaan pemegang saham. Harga saham dapat dibedakan menjadi beberapa macam (Widoadmojo, 1996 : 45), yaitu : 1) Harga nominal : merupakan nillai yang ditetapkan oleh emiten, untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya.
2) Harga perdana : merupakan harga sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek, setelah bernegosiasi dengan penjamin emisi (underwriter), akan dijual kepada masayarakat. Setelah itu penjamin emisi segera membuka counter untuk melakukan penjuaan saham emiten. 3) Harga pasar : adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat di bursa baik bursa utama maupun OTC. Dalam transaksi ini tidak lagi melibatklan emiten dan penjamin emisi.
2. Indeks Harga Saham a) Pengertian Indeks Harga Saham Pengambilan keputusan membutuhkan data historis mengenai berbagai kejadian di masa yang lalu. Keputusan investor memilih suatu saham sebagai obyek investasinya membutuhkan data historis terhadap pergerakan saham yang beredar di bursa, baik secara individual, kelompok, maupun gabungan. Mengingat transaksi investor saham terjadi pada setiap saham dengan variasi permasalahan yang sangat rumit dan berbeda-beda, pergerakan harga saham memerlukan identifikasi dan penyajian informasi yang bersifat spesifik. Ribuan kejadian dan fakta historis tersebut harus dapat disajikan dengan sistem tertentu agar dapat menghasilkan suatu informasi yang sederhana, konsisten dan mudah ditafsirkan oleh para pelaku pasar modal. Informasi yang sederhana namun dapat
mewakili suatu kondisi tertentu akan mewujudkan peta permasalahan yang disimbolkan oleh tanda-tanda angka ataupun peristilahan tertentu. Berdasarkan peta permasalahan inilah para investor dapat membayangkan maupun memprediksi situasi yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sistem pemetaan kejadian historis tersebut menyangkut sejumlah fakta maupun besaran tertentu yang menggambarkan perubahan-perubahan harga saham di masa lalu. Bentuk informasi historis yang dipandang tepat untuk menggambarkan pergerakan harga saham di masa lalu adalah suatu indeks harga saham yang memberikan diskripsi harga-harga saham pada suatu saat tertentu maupun dalam periodisasi terentu pula. Indeks harga saham tersebut merupakan catatan terhadap perubahan-perubahan maupun pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali beredar sampai pada suatu saat tertentu (Sunariyah, 2000:124). Metodologi pencatatan dan penyajian informasi berdasarkan angka indeks tersebut dapat dikembangkan dengan berbagai variasi, sesuai dengan tujuannya masing-masing. Oleh karena itu dikenal indeks harga saham sejenis, indeks harga saham individual, indeks harga saham gabungan dan lain-lainnya. Berbagai penyajian informasi indeks tersebut bersifat spesifik agar investor dapat memanfaatkannya dalam strategi investasi di bursa saham. b) Jenis-jenis Indeks Harga Saham. Indeks harga saham mempunyai variasi bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan penyajiannya, yaitu : (Sunariyah, 2000:125).
1) Indeks harga saham individual, menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham, sampai pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham disajikan tiap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu, yang dalam hal ini mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham di bursa efek. 2) Indeks harga saham gabungan, menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan
untuk
periode
tertentu.
Indeks
harga
saham
gabungan
mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. Maksud dari gabungan itu sendiri adalah kinerja saham yang tercatat di bursa tersebut. 3. Informasi di Pasar Modal dan Efisiensi Pasar Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengarui harga efek pada bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut (Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995). Sedangkan Beaver (1989), mendefiniskan informasi sebagai suatu perubahan ekspaktasian tentang hasil suatu peristiwa. Kecepatan reaksi antara suatu kejadian dengan pengaruhnya terhadap harga saham di bursa tergantung pada kekuatan efisiensi suatu bursa. Semakin efisien suatu pasar, maka semakin cepat pula informasi tersebut terefleksi dalam harga
saham (Suryawijaya dan Setiawan, 1998). Efisiensi pasar merupakan hubungan antara harga-harga sekuritas dengan informasi dan suatu pasar sekuritas dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas menceerminkan secara penuh informasi yang tersedia di pasar (Fama, 1991). West dalam Husnan (1994) membedakan pasar modal efisien menjadi 2 bentuk, yaitu internal efficiency dan external efficiency, yaitu : a) Internal efficiency adalah pasar modal yang diorganisir dengan baik, di mana harga-harga sekuritas tidak hanya mencerminkan tingkat harga yang benar, tetapi juga meyediakan berbagai jasa yang diperlukan oleh pembeli dan penjual dengan biaya serendah mungkin. b) External efficiency adalah pasar modal yang berada dalam keadaan kesinambungan, sehingga keputusan perdagangan saham yang berdasarkan arus informasi yang tersedia di pasar tidak memberikan tingkat expected return di tingkat expected equilibrium return. Efisiensi eksternal ini sesuai dengan pengertian efisiensi mikro pasar modal, yaitu suatu kondisi seberapa jauh pasar modal efisien secara informasional. Kondisi-kodisi yang harus dipenuhi dalam pasar modal efisien, antara lain tidak ada biaya transaksi dalam perdagangan sekuritas, semua informasi tersedia secara gratis bagi semua partisipan pasar, tersedia banyak pembeli dan penjual yang siap mengakses informasi, serta tidak ada kerjasama antar penawar dalam melakukan transaksi tersebut.
Berdasarkan jenis informasi yang digunakan Fama (dalam Elton dan Gruner, 1995) mendefinisikan 3 (tiga) bentuk efisiensi pasar modal yaitu : a) Weak-form efficiency (efisiensi bentuk lemah), yaitu suatu keadaan di mana harga-harga mencerminkan semua informasi yang ada pada catatan di waktu yang lalu. Dalam kondisi ini, harga yang terjadi adalah harga yang wajar dan tidak ada seseorang pemodal atau sekelompok pemodal yang dapat memperoleh keuntungan di atas normal (abnormal return). b) Semi-form efficiency (efisiensi bentuk setengah kuat), yaitu suatu kondisi di mana harga-harga yang terjadi tidak hanya mencerminkan harga-harga di waktu yang lalu, tetapi juga mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa pengumuman earning dan pengumuman dividend, pemecahan saham, merger dan sebagainya. Dalam kondisi ini, harga yang terjadi adalah harga wajar dan tidak ada seseorang pemodal atau sekelompok pemodal yang dapat memperoleh keuntungan di atas normal (abnormal return), karena dalam kondisi efisien, semua pemodal mampu mengakses informasi secara cepat dan benar. Untuk mengetahui apakah pasar modal berada dalam bentuk setengah kuat, maka perlu dicari abnormal return. c) Strong-form efficiency (efisiensi bentuk kuat), yaitu harga saham tidak hanya mencerminkan informasi yang dipublikasikan, akan tetapi juga mencerminkan informasi yang tidak dipublikasikan, yang dikenal dengan insider information. Disebut insider information karena yang mempunyai informasi tersebut adalah pihak yang ada dalam perusahaan. Pasar modal dapat menjadi efisien secara informasional, apabila benar-benar pendukungnya tersedia. Foster (1986)
menjelaskan beberapa faktor yang dapat menentukan agar pasar modal efisien bisa dicapai, antara lain tingkat persaingan, kualitas dan kuantitas informasi yang diterbitkan oleh emiten/ perusahaan. 4. Aktivitas Volume Perdagangan. Aktivitas volume perdagangan merupakan suatu instrument yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar. Ditinjau dari fungsinya, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas volume perdagangan merupakan suatu variasi dari event study. Perbedaan dari keduanya adalah pada parameter yang digunakan untuk mengukur reaksi pasar terhadap suatu event. Perubahan volume perdagangan di pasar
modal
menunjukkan
aktivitas
perdagangan
saham
di
bursa
dan
mencerminkan keputusan investasi investor. Penelitian yang dilakukan Asri dan Setiawan (1998), menguji reaksi pasar terhadap peristiwa 27 Juli. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terjadi perbedaaan yang signifikan antara rata-rata volume perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa. 5. Return dan Abnormal Return. Return merupakan hasil yang diperoleh dari Investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga penting sebagai dasar penentuan return yang
diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Abnormal return (return tidak normal) atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian abnormal return adalah selisih antara retur sesungguhanya yang terjadi dengan return ekspektasi (Joguiyanto, 2000:415). Abnormal return dicari dengan menggunakan model indeks tunggal. Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar (Jogiyanto, 2000:203). Secara khusus dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik. 6. Event Study Event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman (Jogiyanto, 2000). Jika pengumuman mengandung informasi, maka pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Event study merupakan investigasi empiris terhadap hubungan antar harga sekuritas dan peristiwa ekonomi (Strong dalam Barbara, 2001). Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa event study adalah penyelidikan empiris terhadap
hubungan antara harga-harga sekuritas dengan kejadian-kejadian ekonomi (Brown dan Warner, 1985:3). Event study bertujuan untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang mempengaruhi surat berharga dan return dari surat berharga tersebut (Kritzman, 1994:17) dan menaksir apakah ada abnormal atau excess return earned yang diperoleh pemegang saham dari adanya peristiwa tertentu, seperti pengumuman laba, pengumuman merger, stock split (Peterson, 1989:6). Event study mempunyai sejarah yang panjang. Penelitian tentang event study telah diaplikasikan pada berbagai peristiwa, seperti merger dan akusisi, pengumuman laba, masalah utang atau modal baru, dan pengumuman variabelvariabel makro ekonomi sepeti defisit perdagangan (MacKinlay, 1997:13). Penelitian ini menggunakan peristiwa pemecahan saham pertama kali dilakukan oleh Fama, Fischer, Jensen dan Moll (1969) yang meneliti 940 pemecahan saham yang terdaftar di New York Stock Exchange pada periode antara 1927-1959, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada abnormal return pada periode sebelum pengumuman pemecahan saham, namun tidak ditemukan abnormal return pada hari pengumuman dan periode setelah pengumuman. Walaupun event study memiliki jangkauan yang luas, namun sebagian besar dari penelitan-penelitian yang ada hanya meneliti hubungan antara harga saham dengan peristiwa ekonomi, baru pada sekitar dua dekade terakhir ini banyak dilakukan event study terhadap peristiwa-peristiwa di luar masalah-masalah ekonomi.
Seiring dengan perkembangan pasar modal, penelitian event study yang mengambil peristiwa selain pemecahan saham, pengumuman dividen, merger dan akusisi, dan perubahan Undang-Undang perpajakan atau peristiwa-peristiwa ekonomi lainnya, telah pula dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tentang event study yang mengambil peristiwa di luar masalah ekonomi telah dilakukan beberapa peneliti mengenai masalah politik dan masalah lingkungan yang pernah terjadi baik di dalam maupun di luar negeri.
B. PENELITIAN TERDAHULU Seiring dengan perkembangan pasar modal, penelitian event study yang mengambil peristiwa di luar masalah ekonomi telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti penelitian yang dilakukan oleh Mansur, Cochran dan Froiro (1989) mengenai reaksi pasar modal pada saham-saham perusahaan penerbangan Amerika Serikat terhadap event pelarangan terbang (grounding) pesawat-pesawat DC-10. Penelitian dilakukan dengan menggunakan event period selama 30 hari bursa dengan event date pada tanggal 6 Juni 1979 (tanggal pengumuman grounding). Hasilnya adalah sahamsaham perusahaan penerbangan yang menggunakan pesawat-pesawat DC-10 di News York Stock Exchange dengan cepat mencerminkan informasi buruk tersebut (return pemilik saham menjadi turun akibat event tersebut). Selain itu, event study lain yang tidak terkait langsung dengan aktivitas ekonomi adalah event study mengenai reaksi pasar modal Amerika Serikat (New York Stock Exchange) terhadap bocornya reaktor nuklir di Chernobyl, Uni Sovyet yang dilakukan oleh Kalra, Henderson Jr., dan Raines (1993). Mereka menemukan reaksi harga yang
negatif (karena event-nya tergolong bad news) terhadap peristiwa itu pada saham perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang listed di NYSE yang menggunakan sumber tenaga nuklir dalam proses produksinya. Suryawijaya (1996), dalam jurnalnya di Kelola No. 11 Edisi VII Tahun 1996 menulis dengan judul U.S. Multinasional Stock Price Reaction to host Country’s Govermnetal Change: The Case of Prima Minister Takashita’s Resignation menyimpulkan bahwa abnormal return negatif terjadi tujuh hari setelah peristiwa itu. Event yang dipilih adalah pengumuman rencana pengunduran diri Perdana Menteri Jepang, Noburu Tajeshita, yang diberitakan oleh Wall Street Journal pada tanggal 25 April 1989. Studi ini melibatkan 62 perusahaan multinasional Amerika Serikat yang mempunyai subsidiary di Jepang pada saat berita tersebut diumumkan. Namun, pada aktivitas harian perusahaan Internasional mempunyai dampak positif pada kumulatif abnormal return. Suryawijaya dan Setiawan (1998), dalam jurnalnya di Kelola No. 18/VII/1998, menulis dengan judul Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (Even Study pada Peristiwa 27 Juli 1996) menyimpulkan bahwa pasar modal Indonesia (dalam hal ini Bursa Efek Jakarta) bereaksi terhadap peristiwa di luar kegiatan ekonomi yang memiliki skala nasional. Peristiwa 27 Juli 1996 yang merupakan peristiwa murni politik dipandang para pelaku pasar memiliki dampak ekonomis, yang sebelumnya sama sekali tidak diduga oleh pelaku pasar. Reaksi negatif terjadi secara spontan pada event date. Soebagiyo dan Prasetyowati (2003), meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham di Indonesia. Hasil penelitian tersebut jika terjadi perubahan setiap
variabel yaitu inflasi, suku bunga, kurs valuta asing, jumlah uang beredar, indeks harga saham gabungan bulan sebelumnya sebesar satu persen, maka indeks harga saham gabungan akan cenderung berubah positif, hal ini karena arah parameter nilai penyesuaian positif kurang dari 1 (satu). Selain penelitian di atas terdapat penelitian lain mengenai event study yang meliputi tentang hubungan event study dengan pasar modal yakni penelitian yang dilakukan oleh Cahyani Handadari (2004) tentang peristiwa peledakan bom Bali tanggal 12 Oktober 2002. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi reaksi harga saham yang negatif sebagai akibat dari event tersebut. Haryono (2005) menganalisa Reaksi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta terhadap peristiwa Bencana Tsunami Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara tanggal 26 Desember 2004. Dengan menggunakan sampel saham yang termasuk kategori LQ45. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa tidak ada perbedaan harga saham yang signifikan antara sebelum dan sesudah peristiwa. Namun, terdapat perbedaan trading volume activity, yaitu TVA saham sebelum peristiwa lebih kecil dari pada sesudah peristiwa. Sasono (2005), meneliti Reaksi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta dengan adanya Peristiwa Pemilihan Presiden Tahun 2004. Hasil dengan sampel 45 saham perusahaan yang diambil dari 9 sektor industri/ ekonomi. Hasil penelitian tersebut membuktikan tidak adanya abnormal return saham dan trading volume activity yang signifikan selama periode sebelum peristiwa yaitu pada pekan -5 serta selama periode sesudah peristiwa yaitu pada pekan +5.
Pada penelitian tersebut di atas, para peneliti ingin mengetahui pengaruh beberapa variabel internal dan eksternal perusahaan terhadap harga dan pendapatan saham. Hasil penelitian sebagian besar menyimpulkan variabel-variabel internal mempunyai pengaruh dominan walaupun obyek dan periode penelitiannya berbeda. C. KERANGKA PEMIKIRAN. Untuk mempermudah arah dari penyusunan penelitian ini serta mempermudah dalam penganalisaan masalah yang dihadapi, maka diperlukan suatu kerangka pemikiran yang akan memberikan gambaran tahap-tahap penelitian untuk mencapai suatu kesimpulan. Sekaran (dalam Sugiyono, 2004:47) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sebelum Peristiwa
Abnormal Return
PERISTIWA PELEDAKAN BOM JW MARRIOTT DAN RITZCARLTON TANGGAL 17 JULI 2009
GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN
Sesudah Peristiwa
Perbedaan Volume Perdagangan
D. HIPOTESIS 1. Hubungan antara Peristiwa Penting Nasional dengan Abnormal Return.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa peristiwa penting nasional mempengaruhi abnormal return. Penelitian yang dilakukan oleh Mansur, Cochran dan Froiro (1989) mengenai reaksi pasar modal pada saham-saham perusahaan penerbangan Amerika Serikat terhadap event pelarangan terbang (grounding) pesawat-pesawat DC-10 dan didapatkan hasil bahwa saham-saham perusahaan penerbangan yang menggunakan pesawat-pesawat DC-10 di News York Stock Exchange dengan cepat mencerminkan informasi buruk tersebut (return pemilik saham menjadi turun akibat event tersebut). Suryawijaya dan Setiawan (1998), dalam jurnalnya di Kelola No. 18/VII/1998, menulis dengan judul Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (Even Study pada Peristiwa 27 Juli 1996) menyimpulkan bahwa pasar modal Indonesia (dalam hal ini Bursa Efek Jakarta) bereaksi terhadap peristiwa di luar kegiatan ekonomi yang memiliki skala nasional. Peristiwa 27 Juli 1996 yang merupakan peristiwa murni politik dipandang para pelaku pasar memiliki dampak ekonomis, yang sebelumnya sama sekali tidak diduga oleh pelaku pasar. Reaksi negatif terjadi secara spontan pada event date. Mengadaptasi dari penelitian-penelitian tersebut, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 1:
Para investor memperoleh abnormal return dengan adanya peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009.
2. Hubungan antara Peristiwa Penting Nasional dengan Abnormal Return Mean.
Bukti penelitian yang nasional
dengan
abnormal
menggambarkan hubungan return
antara
peristiwa penting
mean. Contohnya, Penelitian yang dilakukan
Suryawijaya dan Setiawan (1998), dalam jurnalnya di Kelola No. 18/VII/1998, menulis dengan judul Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (Even Study pada Peristiwa 27 Juli 1996) menyimpulkan bahwa pasar modal Indonesia (dalam hal ini Bursa Efek Jakarta) bereaksi terhadap peristiwa di luar kegiatan ekonomi yang memiliki skala nasional. Peristiwa 27 Juli 1996 yang merupakan peristiwa murni politik dipandang para pelaku pasar memiliki dampak ekonomis, yang sebelumnya sama sekali tidak diduga oleh pelaku pasar. Dari hasil analisa uji beda dua rata-rata yang dilakukan, tampak bahwa variabel harga saham (yang dicerminkan oleh rata-rata return yang diterima oleh investor) secara cepat menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi, sehingga secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar rata-rata return sebelum dan sesudah peristiwa. Selain itu, Haryono (2005) membuktikan bahwa tidak ada perbedaan harga saham yang signifikan antara sebelum dan sesudah peristiwa Bencana Tsunami Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara tanggal 26 Desember 2004.Maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 2:
Terdapat perbedaan abnormal return mean sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009.
3. Hubungan antara Peristiwa Penting Nasional dengan rata-rata aktivitas volume perdagangan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Morse (1981) yang menggunakan penghitungan selisih antara actual trading volume dengan expected trading volume (dengan single index market) untuk melihat adanya abnormal trading volume akibat event
pengumuman laba perusahaan (laporan keuangan), serta Abdelsalam dan Safin (1991) yang menggunakan TVA untuk menguji efisiensi pasar bentuk lemah di pasar modal Arab Saudi. Di Indonesia, Haryono (2005) membuktikan terdapat perbedaan trading volume activity, yaitu TVA saham sebelum peristiwa lebih kecil dari pada sesudah persitiwa. Mengadaptasi dari penelitian-penelitian tersebut, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 3:
Terdapat perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009.
BAB III METODE PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN a) Peristiwa yang Diteliti Penelitian mengenai reaksi harga saham Bursa Efek Indonesia terhadap peristiwa peledakan bom di Indonesia merupakan penelitian event study. Event study adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan harga saham di pasar modal untuk mengetahui apakah ada abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat dari suatu peristiwa tertentu (Peterson dan Suyatno, 2001). Penelitian event study dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui reaksi pasar terhadap suatu event (kejadian), yaitu peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel RitzCarlton di Indonesia tanggal 17 Juli 2009. Kriteria utama pemilihan peristiwa yang diteliti adalah peristiwa dalam negeri yang diduga berpengaruh terhadap perdagangan di pasar modal. Peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton di Indonesia merupakan salah satu peristiwa yang diduga berpengaruh terhadap perdagangan di pasar modal. Alasan dipilihnya peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton di Indonesia tanggal 17 Juli 2009 adalah karena peristiwa tersebut merupakan : 1) Peritiwa dalam negeri yang menjadi pusat perhatian nasional bahkan dunia internasional. 2) Peristiwa ini terjadi setelah pengumuman hasil Pemilu Presiden dan wakil Presiden 2009.
3) Peristiwa peledakan bom ini menyerang dua hotel bintang lima bertaraf internasional yang menjadi langganan para pelaku bisnis asing. Bahkan, pengeboman ini mengakibatkan batalnya kedatangan klub sepak bola Manchester United yang akan bertanding melawan tim nasional Indonesia. b) Periode pengamatan Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 hari sebelum peristiwa (10 Juli 2009 – 16 Juli 2009), 1 hari tanggal peristiwa (17 Juli 2009) dan 5 hari setelah peristiwa (21 Juli 2009 – 27 Juli 2009). Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis abnormal return pada penelitian ini menggunakan Model Disesuaikan Pasar (Market-Adjusted model). Model ini menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunkan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar (Jogiyanto, 2003, p. 445). Maka periode waktu yang digunakan adalah:
T-5
T0 GAMBAR 3.1
T+5
PERIODE WAKTU PENELITIAN DI BURSA EFEK INDONESIA c) Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh saham biasa yang listed di Bursa Efek Indonesia bulan Juli 2009. Jumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia hingga Juli 2009 adalah 406 perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam pengambilan sampelnya, yaitu pengambilan sampel dari suatu populasi dengan tujuan tertentu (Emory & Cooper, 1995). Tujuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah agar ukuran sampel yang diambil dapat mewakili seluruh populasi. Sedangkan sampel yang digunakan adalah saham dari perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45 di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan. Alasan digunakannya saham tersebut didasarkan data 45 saham dalam indeks LQ 45 dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia pada bulan Februari 2009 sampai dengan Juli 2009. Dengan kapitalisasi pasar yang paling besar yang diraih 45 saham tersebut, maka saham-saham tersebut merupakan saham yang aktif diperdagangkan di bursa (bukan saham tidur) serta merupakan saham-saham yang tergolong likuid. Dengan demikian, maka menurut peneliti sampel yang diambil dapat mewakili populasi pasar secara keseluruhan.
B. METODE PENGUMPULAN DAN SUMBER DATA Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi yang kemudian dikumpulkan sebagai penelitian. Sumber data
dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain untuk tujuan lain. Data dikumpulkan dari hasil peninjauan terhadap sumber-sumber data secara langsung dari website www.jsx.co.id, www.idx.co.id, JSX Monthly Statistics, ICMD, Pojok BEJ dan publikasi lain yang memuat informasi yang relevan dalam penelitian ini. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Nama saham harian atau perusahaan yang menjadi sampel. b) Harga saham harian untuk tiap-tiap jenis saham pada periode pengamatan. c) Indeks harga saham gabungan harian pada periode pengamatan. d) Indeks LQ 45 pada periode pengamatan. e) Volume perdagangan saham harian selama periode pengamatan. f) Jumlah saham beredar pada periode pengamatan.
C.
ALAT
ANALISIS
DAN
METODE
PENGUJIAN. 1.
Uji Normalitas Salah satu asumsi penggunaan statistik parametrik adalah adanya asumsi normalitas data (Ghozali, 2006), dalam artian uji normalitas ini bertujuan untuk menguji kenormalan data dalam suatu model regresi, variabel pengganggu atau residual dari regresi tersebut terdistribusi normal atau tidak. Jika asumsi ini dipenuhi, maka nilai residual dari analisis akan berdistribusi normal.
Dengan demikian salah satu pengamatan untuk mendeteksi normalitas data adalah dengan mengamati nilai residual dari regresi yang dilakukan (Ghozali, 2006), cara lainnya adalah dengan melihat distribusi masing-masing variabel yang diujikan. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis, akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik ketika semua variabel dalam keadaan berdistribusi normal (Ghozali, 2006). Beberapa metode pengujian normalitas data yang berkembang cukup beragam, antara lain dapat dengan menghitung nilai skewness dan kurtosis, menggunakan uji kolmogrov-smirnov, uji normalitas dengan menggunakan grafik ataupun uji normalitas dengan menggunakan uji Jaque-Bera (J-B test). Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan penulis, sesuai dengan alat bantu SPSS for Windows versi 16.0, maka digunakan uji kolmogorov-smirnov untuk mengetahui masing-masing variabel terdistribusi normal atau tidak. Langkah yang dilakukan adalah dengan menguji masing-masing variabel dengan Uji kolmogorov smirnov, sedangkan kriteria pengujiannya adalah bila nilai signifikansi hitung lebih besar dari alfa (0,05) maka data berdistribusi normal, namun ketika nilai signifikansi hitung lebih kecil dari alfa (0,05) maka dapat dinyatakan data tidak berdistribusi normal. Apabila pada hasil uji normalitas pada salah satu variabel tidak menunjukkan hasil normal, maka untuk variabel yang tidak normal tersebut, saat melakukan uji berpasangan tidak menggunakan Paired Sample T-test, tetapi menggunakan uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon pada hakikatnya sama dengan uji Paired Sample T-test
tetapi dengan prasyarat yang lebih longgar, yaitu mampu digunakan baik untuk tipe data ordinal maupun skala, dan tidak mensyaratkan distribusi tertentu. 2.
Teknik Pengujian Hipotesis Hipotesis 1 akan diuji dengan menggunakan metode event study yang menganlisis rekasi pasar terhadap informasi melalui parameter abnormal return menganalisis reaksi pasar terhadap informasi melalui parameter abnormal return yang diterima para investor. Hipotesis 2 akan diuji dengan menggunakan pendekatan uji perbedaaan mean yaitu Paired Sample T-test. Paired Sample T-test digunakan untuk menguji perbedaan abnormal return saham 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009. Hipotesis 3 akan diuji dengan menggunakan formula yang dikemukakan oleh Foster (1986) tentang aktivitas volume perdagangan saham i pada periode t, selanjutnya Hipotesis 3 ini akan diuji dengan Paired Sample T-test untuk menghitung aktivitas volume perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009. Berikut adalah langkah-langkah pengujian hipotesis 1, hipotesis 2 dan hipotesis 3 : a)
Pengujian Hipotesis 1 Pengujian hipotesis 1 ini menggunakan metode event study dengan langkahlangkah sebagai berikut :
1)
Menghitung Return Sesungguhnya Tiaptiap Saham.
Keterangan : Rit
= return sesungguhnya saham i hari ke-t
Pit
= harga penutupan saham i hari ke-t
Pit-t
= harga penutupan saham i hari ke-t-1
2)
Menghitung Return Ekspektasian. Model disesuaikan pasar (market-adjusted model) menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.
Keterangan : Rmt
= return pasar periode t
LQ-45t = indeks LQ-45 harian untuk periode t LQ-45t-1 = indeks LQ-45 harian untuk periode t-1 3)
Menghitung Abnormal return Abnormal Return saham selama periode kejadian didefinisikan sebagai selisih antara return sesungguhnya dengan return ekspektasian. Return dari saham i pada hari ke-t adalah :
Keterangan : RTNit = return tidak normal saham i pada hari ke-t Rit
= return sesungguhnya untuk saham i pada hari ke-t
E(Rit) = return ekspektasian untuk saham i pada hari ke-t 4)
Melakukan Pengujian Signifikansi Abnormal Return di Periode Peristiwa. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan T-test yang dilakukan dengan cara standardisasi nilai abnormal return (Jogiyanto, 2000).
Abnormal return mean untuk hari ke-t dihitung sebagai berikut :
Keterangan : RRTNt = rata-rata return tidak normal pada hari ke-t RTNi,t = return tidak normal untuk sekuritas ke-i pada hari ke-t K
= jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa Menghitung kesalahan estimasi dengan rumus :
Keterangan : KSEi = kesalahan standar estimasi untuk sekuritas ke-t
RTNi,t = return tidak normal sekuritas ke-i untuk hari ke-t selama periode peristiwa = rata-rata return tidak normal sekuritas ke-i selama periode estimasi K
= jumlah sekuritas yang terpengaruh peristiwa
Nilai t-hitung untuk masing-masing abnormal return sekuritas ke-i hari ke-t, dihitung dengan rumus :
Keterangan : RRTNt
= rata-rata return tidak normal untuk hari ke-t di periode peristiwa
b)
tt
= t hitung untuk hari ke-t di periode peristiwa
k
= jumlah sekuritas Pengujian Hipotesis 2
Menguji perbedaan Abnormal Return Mean seluruh saham yang dijadikan sampel lima hari sebelum dan lima hari sesudah peristiwa dengan menggunakan Paired Sample T-test. c)
Pengujian Hipotesis 3 1)
Untuk menghitung aktivitas volume perdagangan saham i pada periode t, digunakan formula Foster (1986) sebagai berikut :
Selanjutnya untuk menghitung rata-rata aktivitas volume perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa digunakan rumus :
Dan
Menghitung deviasi standar rata-rata aktivitas volume perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa menggunakan rumus :
Dan
2)
Menguji Perbedaan Rata-Rata Aktivitas Volume Perdagangan seluruh saham yang dijadikan sampel lima hari sebelum dan lima hari sesudah peristiwa dengan menggunakan Paired Sample T-test.
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peristiwa peledakan bom Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 terhadap harga saham dan aktivitas volume perdagangan. Indikator yang digunakan adalah abnormal return dan trading volume activity yang diamati selama sebelas hari periode pengamatan di sekitar peristiwa peledakan bom, yaitu pada t-5, t0 dan t+5. Dalam bab ini akan disajikan analisis terhadap data penelitian dan pengujian hipotesis yang dimulai dari deskripsi data variabel penelitian, uji normalitas data, uji hipotesis penelitian serta pembahasan hasil penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Excel 2007 dan uji normalitas data maupun uji-T untuk uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan program SPSS For Windows versi 16.0. A. DESKRIPSI DATA 1. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 1 a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45 Gambaran secara deskriptif mengenai data T-hitung dari masing-masing perusahaan LQ 45 dapat dilihat pada tabel 4.1. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 1 :
TABEL 4.1 STATISTIK DESKRIPTIF UJI HIPOTESIS 1 (BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)
Descriptive Statistics N
Minimum
T_hitung_PERUSAHAAN
45
Valid N (listwise)
45
Maximum
-2.71038
Mean
1.52532
Std. Deviation
-7.2434889E-2
.86360923
Sumber : lampiran output Pada tabel 4.1 diatas, uji hipotesis 1 terdiri dari 1 variabel yaitu variabel T-hitung dari masing-masing perusahaan, dengan total data yang digunakan adalah sebanyak 45 perusahaan. Perusahaan dengan T-hitung terendah adalah PT Jasa Marga Tbk. (JSMR) yaitu sebesar -2.71038, sedangkan perusahaan dengan T-hitung tertinggi adalah PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) yaitu sebesar 1.52532. Rata-rata T-hitung dari 45 perusahaan adalah sebesar -0.072434889 dan standar deviasinya 0.86360923. b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan Gambaran secara deskriptif mengenai T-hitung dari masing-masing hari pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.2. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 1 :
TABEL 4.2 STATISTIK DESKRIPTIF UJI HIPOTESIS 1 (BERDASARKAN HARI PENGAMATAN) Descriptive Statistics N T_hitung_HARI
Minimum 11
-1.93039
Maximum 2.53700
Mean -1.2016420E-1
Std. Deviation 1.28404819
Descriptive Statistics N
Minimum
T_hitung_HARI
11
Valid N (listwise)
11
-1.93039
Maximum 2.53700
Mean
Std. Deviation
-1.2016420E-1
1.28404819
Sumber : lampiran output Pada tabel 4.2 diatas, uji hipotesis 1 terdiri dari 1 variabel yaitu variabel T-hitung dari masing-masing hari pengamatan, dengan total data yang digunakan adalah sebanyak 11 hari pengamatan. Hari pengamatan dengan Thitung terendah adalah pada hari terjadinya peristiwa yaitu sebesar -1.93039, sedangkan hari pengamatan dengan T-hitung tertinggi adalah pada hari pertama sesudah peristiwa yaitu 2.53700. Rata-rata T-hitung
dari 11 hari
pengamatan adalah sebesar -0.1201642 dan standar deviasinya 1.28404819. 2. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 2 a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45 Gambaran secara deskriptif mengenai data abnormal return mean 5 hari sebelum peristiwa dan abnormal return mean 5 hari sesudah peristiwa peledakan bom dari masing-masing perusahaan LQ 45 dapat dilihat pada tabel 4.3. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 2 :
TABEL 4.3 STATISTIK DESKRIPTIF UJI HIPOTESIS 2 (BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45) Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
RRTN_SEBELUM
45
-.02273
.03009 -1.3500000E-3
.01122003
RRTN_SESUDAH
45
-.02612
.02773
.01029846
.0027631
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
RRTN_SEBELUM
45
-.02273
.03009 -1.3500000E-3
.01122003
RRTN_SESUDAH
45
-.02612
.02773
.01029846
Valid N (listwise)
45
.0027631
Sumber : lampiran output Pada tabel 4.3 diatas, uji hipotesis 2 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel Abnormal Return Mean 5 hari sebelum peristiwa dan variabel Abnormal Return Mean 5 hari sesudah peristiwa, dengan total data yang digunakan adalah sebanyak 45 perusahaan. Perusahaan dengan Abnormal Return Mean 5 hari sebelum peristiwa terendah adalah PT Indika Energy Tbk. (INDY) yaitu sebesar -0.02273, sedangkan perusahaan dengan Abnormal Return Mean 5 hari sebelum peristiwa tertinggi adalah PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk. (INTP) yaitu sebesar 0.03009. Rata-rata Abnormal Return Mean
5 hari
sebelum peristiwa dari 45 perusahaan adalah sebesar -0.00135 dan standar deviasinya 0.01122003. Selanjutnya untuk variabel Abnormal Return Mean 5 hari sesudah peristiwa, dapat dinyatakan bahwa perusahaan dengan Abnormal Return Mean 5 hari sesudah peristiwa terendah adalah PT Bank International Indonesia Tbk. (BNII) yaitu sebesar -0.02612, sedangkan perusahaan dengan Abnormal Return Mean
5 hari sesudah peristiwa tertinggi adalah PT Charoen Pokphand
Indonesia Tbk. (CPIN) yaitu sebesar 0.02773. Rata-rata Abnormal Return Mean 5 hari sesudah peristiwa dari 45 perusahaan adalah sebesar -0.0027631 dan standar deviasinya 0.01029846. c. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan
Gambaran secara deskriptif mengenai data abnormal return mean 5 hari sebelum peristiwa dan abnormal return mean 5 hari sesudah peristiwa peledakan bom dari masing-masing hari pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.4. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 2 : TABEL 4.4 STATISTIK DESKRIPTIF UJI HIPOTESIS 2 (BERDASARKAN HARI PENGAMATAN) Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
RRTN_SEBELUM
5
-3.4200000E-3
.0000500 -1.348000000E-3
.0014520227
RRTN_SESUDAH
5
-4.1400000E-3
.0127700
.0063976730
Valid N (listwise)
5
.002762000
Sumber : lampiran output Pada tabel 4.4 diatas, uji hipotesis 2 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel Abnormal Return Mean 5 hari sebelum peristiwa dan variabel Abnormal Return Mean 5 hari sesudah peristiwa, dengan total data yang digunakan adalah sebanyak 5 hari pengamatan. Hari pengamatan dengan Abnormal Return Mean 5 hari sebelum peristiwa terendah adalah pada hari keempat sebelum peristiwa yaitu sebesar -0.00342, sedangkan hari pengamatan dengan Abnormal Return Mean 5 hari sebelum peristiwa tertinggi adalah pada hari ketiga sebelum peristiwa yaitu 0.00005. Rata-rata Abnormal Return Mean 5 hari sebelum peristiwa dari 5 hari pengamatan adalah sebesar -0.001348 dan standar deviasinya 0.0014520227. Selanjutnya untuk variabel Abnormal Return Mean 5 hari sesudah peristiwa, dapat dinyatakan bahwa hari dengan Abnormal Return Mean 5 hari sesudah peristiwa terendah adalah pada hari keempat sesudah peristiwa yaitu
sebesar -0.00414, sedangkan hari dengan Abnormal Return Mean
5 hari
sesudah peristiwa tertinggi adalah pada hari pertama sesudah peristiwa yaitu 0.0127. Rata-rata Abnormal Return Mean 5 hari sesudah peristiwa dari 5 hari pengamatan adalah sebesar 0.002762 dan standar deviasinya 0.0063976730. 3. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3 a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45 Gambaran secara deskriptif mengenai data trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa dan trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa peledakan bom dari masing-masing perusahaan LQ 45 dapat dilihat pada tabel 4.5. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 3 :
TABEL 4.5 STATISTIK DESKRIPTIF UJI HIPOTESIS 3 (BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45) Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
RTVA_SEBELUM
45
.00003
.02172
.0026062
.00366175
RTVA_SESUDAH
45
.00003
.01623
.0027340
.00319296
Valid N (listwise)
45
Sumber : lampiran output Pada tabel 4.5 diatas, uji hipotesis 3 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa dan variabel trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa, dengan total data yang digunakan adalah sebanyak 45 perusahaan. Perusahaan dengan trading volume
activity mean 5 hari sebelum peristiwa terendah adalah PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) yaitu sebesar 0.00003, sedangkan perusahaan dengan trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa tertinggi adalah PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk. (UNSP) yaitu sebesar 0.02172. Rata-rata trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa dari 45 perusahaan adalah sebesar 0.0026062 dan standar deviasinya 0.00366175. Selanjutnya untuk variabel trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa, dapat dinyatakan bahwa perusahaan dengan trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa terendah adalah PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) yaitu sebesar 0.00003, sedangkan perusahaan dengan trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa tertinggi adalah PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk. (UNSP) yaitu sebesar 0.01623. Rata-rata trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa dari 45 perusahaan adalah sebesar 0.0027340 dan standar deviasinya 0.00319296. b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan Gambaran secara deskriptif mengenai data trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa dan trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa peledakan bom dari masing-masing hari pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.6. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 3 : TABEL 4.6 STATISTIK DESKRIPTIF UJI HIPOTESIS 3 (BERDASARKAN HARI PENGAMATAN) Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
RTVA_SEBELUM
5
.0018328
.0035809 .002606600
.0008470902
RTVA_SESUDAH
5
.0021177
.0035595 .002733680
.0005331034
Valid N (listwise)
5
Sumber : lampiran output Pada tabel 4.6 diatas, uji hipotesis 3 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa dan variabel trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa, dengan total data yang digunakan adalah sebanyak 5 hari pengamatan. Hari pengamatan dengan trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa terendah adalah pada hari ketiga sebelum peristiwa yaitu sebesar 0.0018328, sedangkan hari pengamatan dengan rasio trading volume activity mean
5 hari sebelum
peristiwa tertinggi adalah pada hari kedua sebelum peristiwa yaitu 0.0035809. Rata-rata trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa dari 5 hari pengamatan adalah sebesar 0.0026066 dan standar deviasinya 0.0008470902 Untuk variabel trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa, dapat dinyatakan bahwa hari pengamatan dengan trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa terendah adalah pada hari kelima sesudah peristiwa yaitu sebesar 0.0021177, sedangkan hari pengamatan dengan trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa tertinggi adalah pada hari pertama sesudah peristiwa yaitu 0.0035509. Rata-rata trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa dari 5 hari pengamatan adalah sebesar 0.00273368 dan standar deviasinya 0.0005331034.
B. PENGUJIAN NORMALITAS DATA
Dalam penelitian ini uji yang digunakan untuk melihat normalitas data adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Jika signifikansi hitung (p-value) lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan data berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut :
a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45 TABEL 4.7 HASIL UJI NORMALITAS DATA DENGAN UJI KOLMOGOROV - SMIRNOV (BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45) No 1 2 3 4 5
Variabel
N
T_hitung_ PERUSAHAAN RRTN_SEBELUM RRTN_SESUDAH RTVA_SEBELUM RTVA_SESUDAH
Kolmogorov Smirnov test
Asymp. Sign (two tailed)
0.586
0.882
1.044
0.226
0.551
0.921
1.638
0.009
1.669
0.008
45 45 45 45 45
Keterangan Normal Normal Normal Tidak Normal Tidak Normal
Sumber : data diolah Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov terhadap 5 variabel di atas, diperoleh hasil terdapat masalah ketidaknormalan data sebanyak 2 variabel, yaitu pada variabel RTVA SEBELUM dan RTVA SESUDAH. Selanjutnya untuk data variabel yang tidak normal, maka untuk uji hipotesis 2 tidak menggunakan Paired Sample T-test, tetapi menggunakan uji Wilcoxon. b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan TABEL 4.8 HASIL UJI NORMALITAS DATA DENGAN UJI KOLMOGOROV - SMIRNOV (BERDASARKAN HARI PENGAMATAN) No
Variabel
N
Kolmogorov Smirnov test
Asymp. Sign (two tailed)
Keterangan
1 2 3 4 5
T_hitung_WAKTU RRTN_SEBELUM RRTN_SESUDAH RTVA_SEBELUM RTVA_SESUDAH
11 5 5 5 5
0.612
0.848
0.511
0.956
0.461
0.984
0.68
0.744
0.573
0.898
Normal Normal Normal Normal Normal
Sumber : data diolah Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov terhadap 5 variabel di atas, diperoleh hasil bahwa semua variabel berdistribusi secara normal atau tidak terdapat terdapat masalah ketidaknormalan.
C. PENGUJIAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. Uji Hipotesis 1 a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45 Penghitungan pertama dari Hipotesis alternatif yang pertama pada penelitian ini menguji ada tidaknya abnormal return yang diperoleh investor dengan adanya peristiwa peledakan bom Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 dari masing-masing perusahaan LQ 45. Pengujian terhadap adanya abnormal return yang diakibatkan oleh “Peristiwa peledakan bom Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009” bagi investor pada Bursa efek Indonesia, dilakukan dengan membandingkan (mencari selisih) antara hasil yang diperoleh investor (actual return) dengan hasil yang diharapkan investor (expected return). Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui terdapat Abnormal Return tetapi hanya pada satu perusahaan saja, yaitu Jasa Marga Tbk. (JSMG). Sedangkan pada keempat puluh empat perusahaan lainnya tidak terdapat Abnormal Return.
Pada Lampiran 15, dapat dilihat bahwa ada 17 perusahaan yang mengalami penurunan rata-rata Abnormal Return, yaitu AKRA, ASII, BBNI, BDMN, BISI, BMRI, BNGA, BYAN, CTRA, ELSA, ISAT, ITMG, SGRO, SMCB, TLKM, UNSP, dengan jumlah penurunan sebesar 0.2304. Sedangkan 29 perusahaan lainnya mengalami kenaikan dengan jumlah kenaikan sebesar 0.4155. Sehingga bisa dikatakan peristiwa ini menyebabkan kenaikan rata-rata Abnormal Return.
TABEL 4.9 ABNORMAL RETURN MEAN (BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Nama Perusahaan AALI ADRO AKRA ANTM ASII BBCA BBNI BBRI BDMN BISI BLTA BMRI BNGA BNII BRPT BYAN CPIN CTRA ELSA INCO INDF INDY INKP INTP ISAT ITMG JSMR KLBF LPKR LSIP MEDC MIRA PGAS PNBN PTBA SGRO SMCB SMGR TBLA TINS TLKM UNSP UNTR UNVR WIKA
T-tabel = 2.228 Sumber : data diolah
Mean 0.00034 0.00208 -0.00331 0.00256 -0.00063 -0.00311 -0.00419 -0.00834 -0.00135 -0.00352 -0.00659 0.00225 -0.00287 0.00170 -0.00415 -0.00639 0.01005 -0.00452 -0.00397 0.00486 0.01001 -0.00504 -0.00355 0.01097 -0.00310 0.00615 -0.00854 0.00808 -0.00057 0.00926 -0.00041 0.00641 -0.00575 -0.00178 0.00553 -0.00737 0.00810 0.00124 -0.00409 0.00132 0.00187 0.00197 0.00463 0.00831 -0.00310
Std. Deviation 0.0327596 0.0176859 0.0310883 0.0260100 0.0228707 0.0178708 0.0131240 0.0278873 0.0269274 0.0205190 0.0167236 0.0211606 0.0174308 0.0404249 0.0162486 0.0215137 0.0293820 0.0150228 0.0249099 0.0254396 0.0281997 0.0340564 0.0161812 0.0366609 0.0233342 0.0256136 0.0104535 0.0175750 0.0125768 0.0280306 0.0176833 0.0239826 0.0198087 0.0155171 0.0196684 0.0269271 0.0255444 0.0239447 0.0138482 0.0223989 0.0177132 0.0385568 0.0139974 0.0333613 0.0148742
t 0.03479 0.39057 -0.35342 0.32678 -0.09070 -0.57701 -1.05933 -0.99187 -0.16572 -0.56940 -1.30693 0.35266 -0.54643 0.13933 -0.84802 -0.98482 1.13444 -0.99729 -0.52907 0.63385 1.17719 -0.49056 -0.72727 0.99210 -0.44114 0.79682 -2.71038 1.52532 -0.14936 1.09566 -0.07656 0.88633 -0.96198 -0.38065 0.93189 -0.90833 1.05121 0.17138 -0.97933 0.19491 0.35099 0.16977 1.09598 0.82587 -0.69184
Keterangan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan
b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan Penghitungan kedua dari Hipotesis alternatif yang pertama diajukan untuk menguji ada tidaknya abnormal return yang diperoleh investor dengan adanya peristiwa peledakan bom Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 dari masing-masing hari pengamatan. Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji hipotesis 1, dari hasil penghitungan diketahui terdapat Abnormal Return pada satu hari setelah peristiwa. Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat terjadi penurunan harga saham pada hari peristiwa dan pada hari berikutnya terjadi kenaikan harga saham secara signifikan. Setelah itu, terjadi kecenderungan penurunan hingga hari keempat. TABEL 4.10 ABNORMAL RETURN MEAN (BERDASARKAN HARI PENGAMATAN) HARI -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
RRTNt -0.00156 -0.00342 0.00005 -0.00184 0.00003 -0.00427 0.01277 0.00428 0.00166 -0.00414 -0.00076
T-tabel : 2.015 Sumber : data diolah
KSE 0.0032998 0.0031972 0.0029059 0.0041899 0.0035590 0.0022111 0.0050332 0.0030185 0.0036515 0.0025386 0.0035590
t-hitung -0.4736453 -1.0702787 0.0178866 -0.4400688 0.0074174 -1.9303944 2.5370033 1.4180242 0.4548855 -1.6300436 -0.2125924
Keterangan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan
Kesimpulan Terdapat nilai yang signifikan pada t+1 atau 1 hari setelah peristiwa peledakan bom.
Sumber : Print Out Excel GAMBAR 4.1 ABNORMAL RETURN MEAN (BERDASARKAN HARI PENGAMATAN) 2. Uji Hipotesis 2 a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45 Penghitungan pertama dari Hipotesis alternatif kedua pada penelitian ini menguji tentang perbedaan antara rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 dari masing-masing perusahaan LQ 45. Periode penelitian adalah selama 10 hari (event period), yakni 5 hari sebelum peristiwa dan 5 hari sesudah peristiwa. Uji statistik rata-rata abnormal return adalah sebagai berikut: TABEL 4.11 HASIL UJI PERBEDAAN ABNORMAL RETURN MEAN 5 HARI SESUDAH DAN 5 HARI SEBELUM PERISTIWA (BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)
SEBELUM SESUDAH KESIMPULAN Mean -0.0013500 Mean 0.0027631 Tidak terdapat perbedaan Standar Deviasi 0.0112200 Standar Deviasi 0.0102985 yang signifikan. T-hitung : -1.546 T-tabel : 2.015 Probabilitas : 0.129 Tingkat Signifikansi : 5% Sumber : data diolah Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return sebelum peristiwa dengan rata-rata abnormal return sesudah peristiwa. Hal ini ditunjukkan dengan Thitung (1.546) lebih kecil dari pada T-tabel (2.015). b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan Penghitungan kedua dari Hipotesis alternatif kedua pada penelitian ini menguji perbedaan antara rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 dari masing-masing hari pengamatan. Periode penelitian adalah selama 10 hari (event period), yakni 5 hari sebelum peristiwa dan 5 hari sesudah peristiwa. Uji statistik rata-rata abnormal return adalah sebagai berikut:
TABEL 4.12 HASIL UJI PERBEDAAN ABNORMAL RETURN MEAN 5 HARI SESUDAH DAN 5 HARI SEBELUM PERISTIWA (BERDASARKAN HARI PENGAMATAN) SEBELUM Mean
SESUDAH -0.001348 Mean
0.002762
KESIMPULAN Tidak terdapat
Standar Deviasi 0.001452 Standar Deviasi T-hitung : -1.338 T-tabel : 2.776 Probabilitas : 0.252 Tingkat Signifikansi : 5% Sumber : data diolah
0.006398
perbedaan yang signifikan.
Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return sebelum peristiwa dengan rata-rata abnormal return sesudah peristiwa. Hal ini ditunjukkan dengan Thitung (1.338) lebih kecil dari pada T-tabel (2.776). 3. Uji Hipotesis 3 a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45 Penghitungan pertama dari Hipotesis alternatif ketiga pada penelitian ini menguji adanya perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan (trading volume activity) pada periode sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 dari masing-masing perusahaan LQ 45. Penghitungan TVA dilakukan dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam satu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan tersebut pada kurun waktu yang sama. Uji statistik (Wilcoxon) rata-rata Trading Volume Activity disajikan dalam Tabel 4.10. Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata TVA sebelum peristiwa dengan rata-rata TVA sesudah peristiwa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Asymp Sig. (0.070) lebih besar dari pada (0.025).
Pada Gambar 4.3, dapat diketahui bahwa ada 16 perusahaan yang mengalami penurunan rata-rata Trading Volume Activity, yaitu AKRA, ASII, BBNI, BDMN, BISI, BMRI, BNGA, BYAN, CTRA, ELSA, ISAT, ITMG, SGRO, SMCB, TLKM, UNSP, dengan jumlah penurunan sebesar 0.01353. Sedangkan 29 perusahaan lainnya mengalami kenaikan, dengan jumlah kenaikan sebesar 0.019246. TABEL 4.13 HASIL UJI PERBEDAAN RATA-RATA AKTIVITAS VOLUME PERDAGANGAN DI BEI SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA (BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45) b
Test Statistics
RTVA_SESUDAH - RTVA_SEBELUM a
Z
-1.809
Asymp. Sig. (2-tailed)
.070
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : lampiran output
b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan Penghitungan kedua dari Hipotesis alternatif ketiga pada penelitian ini menguji adanya perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan (trading volume activity) pada periode sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 dari masing-masing hari pengamatan kejadian. Uji statistik (Paired Sample T-test) rata-rata Trading Volume Activity disajikan dalam Tabel 4.11.
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata TVA sebelum peristiwa dengan rata-rata TVA sesudah peristiwa. Hal ini ditunjukkan dengan T-hitung (0.238) lebih kecil dari pada T-tabel (2.776). Pada Gambar 4.4 rata-rata Trading Volume Activity sebelum peristiwa mengalami kenaikan dan pada satu hari sebelum peristiwa mengalami penurunan. Satu hari setelah kejadian rata-rata TVA mengalami kenaikan dan pada hari berikutnya cenderung menurun hingga hari kelima. TABEL 4.14 HASIL UJI PERBEDAAN RATA-RATA AKTIVITAS VOLUME PERDAGANGAN DI BEI SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA (BERDASARKAN HARI PENGAMATAN) SEBELUM
SESUDAH 0.0026066 Mean 0.00273368 0.00084709 Standar Deviasi 0.0005331
Mean Standar Deviasi T-hitung : -0.238 T-tabel : 2.776 Probabilitas : 0.824 Tingkat Signifikansi : 5% Sumber : data diolah
KESIMPULAN Tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Sumber : Print Out Excel
GAMBAR 4.2 RATA-RATA AKTIVITAS VOLUME PERDAGANGAN DI BEI (BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)
D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Temuan 1 (Hasil dari uji Hipotesis 1) HA1 : Para investor memperoleh abnormal return dengan adanya peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009. a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45 Berdasarkan Tabel 4.9, dapat diketahui terdapat Abnormal Return tetapi hanya pada satu perusahaan saja, yaitu Jasa Marga Tbk. (JSMG) dengan arah negatif, yaitu sebesar -2.71038. Sedangkan pada keempat puluh empat perusahaan lainnya tidak terdapat Abnormal Return. Pada Gambar 4.1, dapat diketahui bahwa ada 17 perusahaan yang mengalami penurunan rata-rata Trading Volume Activity, yaitu AKRA, ASII, BBNI, BDMN, BISI, BMRI, BNGA, BYAN, CTRA, ELSA, ISAT, ITMG, SGRO, SMCB, TLKM, UNSP, dengan jumlah penurunan sebesar 0.2304. Sedangkan 29 perusahaan lainnya mengalami kenaikan rata-rata Trading Volume Activity, yaitu AALI, ADRO, ANTM, BBCA, BBRI, BLTA, BNII, BRPT, CPIN, INCO, INDF, INDY, INKP, INTP, JSMR, KLBF, LPKR, LSIP, MEDC, MIRA, PGAS, PNBN, PTBA, SMGR, TBLA, TINS, UNTR, UNVR,
WIKA, dengan jumlah kenaikan sebesar 0.4155. Sehingga bisa dikatakan peristiwa ini menyebabkan kenaikan rata-rata Abnormal Return Mean. b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan Tabel 4.10 menyajikan hasil T-hitung untuk seluruh sampel selama 11 hari pengamatan. Berdasarkan Tabel 4.10 tersebut, terlihat secara statistik bahwa pada hari terjadinya peristiwa peledakan bom para investor di Bursa mengalami penurunan pada T-hitung hingga mencapai nilai T-hitung terendah selama 11 hari pengamatan, yaitu sebesar 2.537. Namun, pada hari Senin terjadi peningkatan yang signifikan pada T-hitung. Hal ini dikarenakan pada hari Senin, para investor sudah bisa memproses segala informasi mengenai peristiwa secara keseluruhan. Selain itu, dengan dasar fundamental yang kuat yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan, membuat para investor tetap optimis dengan kemampuan kinerja perusahaan dan hal ini dibuktikan dengan pasar segera memberi tanggapan positif. Hari berikutnya, harga saham terus mengalami penurunan hingga hari keempat, hal ini dikarenakan Pemerintah menyatakan bahwa kondisi telah sepenuhnya terkendali dan pelaku peledakan akan segera ditangkap dan diadili. Dengan pulihnya kondisi keamanan dalam negeri maka pergerakan harga saham kembali stabil. Dari Gambar 4.2 di atas terlihat bahwa tiga hari sebelum peristiwa terdapat peningkatan return yang diperoleh investor. Kemudian mengalami penurunan pada hari berikutnya. Hari pertama sebelum peristiwa, Abnormal Return yang diterima investor meningkat lagi, lalu terjadi penurunan pada hari terjadinya peristiwa peledakan bom (hari Jumat) dan merupakan nilai abnormal return mean terendah selama hari pengamatan. Pada hari pertama
sesudah peristiwa (hari Senin) terjadi peningkatan yang signifikan dan pada hari kedua sesudah peristiwa terus mengalami penurunan hingga hari keempat dan selanjutnya pada hari kelima sesudah peristiwa terjadi peningkatan sebesar. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulka bahwa Ha1 diterima, karena berdasarkan T-hitung dari hasil pengujian tersebut terdapat abnormal return mean yang diakibatkan peristiwa peledakan bom di Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mansur, Cochran dan Froiro (1989) mengenai reaksi pasar modal pada saham-saham perusahaan penerbangan Amerika Serikat terhadap event pelarangan terbang (grounding) pesawat-pesawat DC-10. Hasilnya adalah saham-saham perusahaan penerbangan yang menggunakan pesawat-pesawat DC-10 di News York Stock Exchange dengan cepat mencerminkan informasi buruk tersebut (return pemilik saham menjadi turun akibat event tersebut). Hasil ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Suryawijaya dan Setiawan (1998), dalam jurnalnya di Kelola No. 18/VII/1998, bahwa peristiwa murni politik dipandang para pelaku pasar memiliki dampak ekonomis, yang sebelumnya sama sekali tidak diduga oleh pelaku pasar. Reaksi negatif terjadi secara spontan pada event date. 2. Temuan 2 (Hasil dari Uji Hipotesis 2) HA2 : Terdapat perbedaan abnormal return mean sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009.
a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45 Berdasarkan analisis yang dirangkum dalam Tabel 4.11, diperoleh hasil bahwa abnormal return mean 5 hari sebelum peristiwa adalah sebesar 0.00135 dengan deviasi standar sebesar 0.01122003, sedangkan abnormal return mean 5 hari sesudah peristiwa adalah sebesar 0.0027631 dengan standar deviasi 0.01029846 dan probabilitas yang dihasilkan sebesar 0,129 pada tingkat signifikasi 5%. Dengan demikian terdapat perbedaan mean sebesar 0.0041131. Berdasarkan T-hitung dan probabilitas yang diperoleh dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa abnormal return mean saham sebelum peristiwa tidak berbeda secara signifikan dengan abnormal return mean saham sesudah peristiwa. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai t-hitung (-1,546) yang lebih kecil dari t-tabel (2.015) dan nilai probabilitasnya (0,129) yang lebih besar dari 0,05. b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan Berdasarkan analisis yang dirangkum dalam Tabel 4.12, diperoleh hasil bahwa abnormal return mean 5 hari sebelum peristiwa adalah sebesar 0.001348 dengan deviasi standar sebesar 0.001452, sedangakn abnormal return mean 5 hari sesudah peristiwa adalah sebesar 0.002762 dengan standar deviasi 0.006398 dan probabilitas yang dihasilkan sebesar 0,252 pada tingkat signifikasi 5%. Dengan demikian terdapat perbedaan mean sebesar 0.00411. Berdasarkan T-hitung dan probabilitas yang diperoleh dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa abnormal return mean saham sebelum peristiwa tidak berbeda secara signifikan dengan abnormal return mean saham sesudah peristiwa. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai t-hitung (-1.338) yang
lebih kecil dari t-tabel (2.771) dan nilai probabilitasnya (0.252) yang lebih besar dari 0,05. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ha2 ditolak, karena tidak ada perbedaan yang signifikan antara abnormal return mean sebelum dan sesudah peristiwa. Hal tersebut disebabkan karena pasar secara umum bereaksi netral terhadap adanya peristiwa bom di kawasan Kuningan Jakarta. Perilaku harga saham yang dicerminkan oleh rata-rata return yang diterima investor adalah tidak berbeda secara stastitik. Respon pasar secara keseluruhan cenderung normal seperti biasanya karena menganggap bahwa peristiwa tersebut sudah biasa terjadi sebelumnya. Isu bom yang sering terdengar menimbulkan persepsi yang biasa pada para investor sehingga tidak begitu mendapat respon lebih dari pasar modal Indonesia. Walaupun peristiwa ini sangat tidak diduga oleh investor, tampaknya kepercayaan dan ekspektasi masyarakat dan investor terhadap perekonomian Indonesia tetap menunjukkan tren positif. Informasi positif ini tercermin dalam pergerakan harga saham di pasar modal. Penelitian ini mempunyai kesamaan hasil dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryawijaya dan Setiawan (1998), bahwa dari hasil analisa uji beda dua ratarata yang dilakukan, tampak bahwa variabel harga saham (yang dicerminkan oleh rata-rata return yang diterima oleh investor) secara cepat menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi, sehingga secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar rata-rata return sebelum dan sesudah peristiwa. Hasil ini juga mendukung peneletian yang dilakukan oleh Nugrahini (2001), dan Umar dan Putu (2002) bahwa peristiwa politik dan keamanan yang berskala
nasional tidak menghasilkan perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan antara sebelum dan sesudah peristiwa. 3. Temuan 3 (Hasil dari Uji Hipotesis 3) HA3 : Terdapat perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton tanggal 17 Juli 2009. a. Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45 Dari tabel 4.13, dapat dilihat bahwa nilai Asymp Sig. (0.070) lebih besar dari pada (0.025). Berdasarkan nilai Asymp Sig. yang diperoleh dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata aktivitas volume perdagangan saham 5 hari sebelum peristiwa peledakan bom di Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 dari masing-masing perusahaan LQ 45 tidak berbeda secara signifikan dengan rata-rata aktivitas volume perdagangan saham 5 hari sesudah peristiwa. Pada Gambar 4.3, dapat diketahui bahwa ada 17 perusahaan yang mengalami penurunan rata-rata Trading Volume Activity, yaitu ASII, BBCA, BBNI, BBRI, BDMN, BNGA, BNII, BYAN, CTRA, INTP, JSMR, LSIP, PGAS, SMCB, SMGR, TBLA, UNTR dengan jumlah penurunan sebesar 0.2304. Sedangkan 28 perusahaan lainnya mengalami kenaikan dengan jumlah kenaikan sebesar 0.4155. Sehingga bisa dikatakan peristiwa ini menyebabkan kenaikan rata-rata Trading Volume Activity, walaupun kenaikannya tidak signifikan.
b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan
Dari tabel 4.14, tampak bahwa rata-rata aktivitas volume perdagangan sebelum peristiwa adalah 0.0026066 dengan deviasi standar sebesar 0.00084709, sedangkan rata-rata aktivitas volume perdagangan sesudah peristiwa adalah sebesar 0.00273368 dengan deviasi standar 0.0005331 dan probabilitas yang dihasilkan sebesar 0,824 sehingga dari perhitungan tersebut terbukti bahwa perbedaan tersebut secara statistik signifikan. Hal ini terjadi karena nilai t-hitung (-0.238) yang lebih kecil dari t-tabel (2.015) dan nilai probabilitasnya (0.824) yang lebih besar dari 0,05. Berdasarkan nilai Thitung dan probabilitas yang diperoleh dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata aktivitas volume perdagangan saham 5 hari sebelum peristiwa peledakan bom di Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 secara signifikan tidak berbeda dengan rata-rata aktivitas volume perdagangan saham 5 hari sesudah peristiwa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ha3 ditolak, karena tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata aktivitas volume perdagangan sesudah peristiwa dan rata-rata aktivitas volume perdagangan sebelum peristiwa. Artinya peristiwa bom Kuningan tidak berpengaruh signifikan pada perbedaan rata-rata volume perdagangan pada rentang waktu pengamatan. Investor lebih bisa mengenali pasar yang ada sehingga tidak terjadi panic selling akibat adanya peristiwa ledakan bom tersebut. Anggapan investor, peristiwa bom Kuningan akan identik dengan peristiwa bom lain sebelumnya dimana hanya berdampak pada fluktuasi harga saham dalam waktu dekat saja. Aktivitas perdagangan di hari pertama sesudah peristiwa diwarnai oleh meningkatnya rata-rata aktivitas volume perdagangan, sentimen negatif
peledakan bom di Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 merupakan trauma bagi investor akibat kondisi keamanan yang dinilai menghilangkan rasa aman bagi investor untuk berinvestasi. Sebab kondisi yang tidak kondusif memiliki risiko yang tinggi. Pada Grafik 4.4 menunjukkan adanya penurunan rata-rata aktivitas volume perdagangan pada periode setelah peristiwa dari pada rata-rata aktivitas volume perdagangan sebelum peristiwa. Penurunan volume perdagangan saham ini dapat mempunyai arti ganda apabila volume perdagangan menurun akibat penurunan permintaan (demand), maka dapat diartikan peristiwa peledakan bom di Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 adalah peristiwa politik yang negatif di mata para pelaku pasar. Sebaliknya, jika penurunan volume perdaganagan ini lebih dipicu oleh penurunan penjualan (supply) saham, maka dapat disimpulkan bahwa pelaku pasar mengartikan peristiwa tersebut sebagai peristiwa yang unfavorable (bad news). Secara statistik dapat dikatakan bahwa penurunan volume perdagangan mengindikasikan bahwa event peledakan bom di Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 sebagai bad news dan dianggap sebagai sinyal negatif. Akibat negatif dari peledakan bom di Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009, pada hari kejadian, IHSG ditutup 2106.353 atau melemah 11.596 dari hari sebelumnya (Kamis). Pada hari pertama sesudah peristiwa (21 Juli 2009) terjadi aksi jual investor, yang mengakibatkan meningkatnnya IHSG pada posisi tertinggi (2146.554) bila dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya serta meningkatnya indeks LQ 45 pada posisi
tertinggi (419.432) bila dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya, (JSX Monthly Statistic, 2009). Di lain pihak, para investor yang berpandangan positif terhadap terjadinya peristiwa tersebut segera membeli saham-saham yang dijual tersebut, sehingga terjadi transaksi perdagangan yang mengakibatkan aktivitas volume perdagangan sesudah peristiwa jauh lebih besar daripada volume perdagangan sebelum peristiwa. Akibat aksi beli tersebut, IHSG ditutup melemah pada hari kedua sesudah peristiwa sebesar 2125.615 turun dari hari sebelumnya, oleh karena itu tampak bahwa pada hari kedua sesudah peristiwa, reaksi pasar modal Indonesia menjadi positif. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Suryawijaya dan Setiawan (1998), bahwa terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity yang signifikan antara sebelum dan sesudah “Peristiwa 27 Juli 1996” menyebabkan kekhawatiran investor yang kemudian melakukan banyak transaksi untuk mengamankan transaksi pasca peristiwa. Namun, penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Sasono (2005), bahwa tidak adanya perbedaan abnormal return saham dan trading volume activity yang signifikan selama periode sebelum peristiwa yaitu pada pekan -5 serta selama periode sesudah peristiwa yaitu pada pekan +5 dari Peristiwa Pemilihan Presiden Tahun 2004.
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI
Pada bab ini disajikan kesimpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Dari kesimpulan yang ada, kemudian diberikan saran sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, sehingga dapat disajikan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkaitan. A.
KESIMPULAN
Berdasar hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Peristiwa peledakan bom di Jw Marriott Dan Ritz-Carlton Tanggal 17 Juli 2009 memberikan abnormal return bagi investor, yaitu pada satu hari setelah peristiwa. Hal ini dikarenakan pada saat terjadinya peledakan bom di Jw Marriott Dan RitzCarlton terjadi pada hari Jumat bersamaan dengan hari penutupan di Bursa Efek Indonesia, sehingga pada hari tersebut para investor belum bisa mendapatkan informasi peristiwa secara lengkap. Semua informasi baru bisa diproses secara keseluruhan oleh para investor pada hari Senin (satu hari setelah kejadian). Selain itu, dengan dasar fundamental yang kuat yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan, membuat para investor tetap optimis dengan kemampuan kinerja perusahaan dan hal ini dibuktikan dengan pasar segera memberi tanggapan positif yang menyebabkan peningkatan abnormal return mean yang cukup tajam. 2. Analisis abnormal return 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah peristiwa menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara abnormal return mean 5 hari sebelum peristiwa dengan abnormal return mean 5 hari sesudah peristiwa. Artinya secara keseluruhan peristiwa Kuningan tidak membawa dampak signifikan pada perubahan return investor selama periode pengamatan. Hal tersebut disebabkan karena pasar secara umum bereaksi netral terhadap adanya peristiwa bom di kawasan Kuningan Jakarta. Perilaku harga saham yang dicerminkan oleh rata-rata return yang diterima investor adalah tidak berbeda secara stastitik. Respon pasar secara keseluruhan cenderung normal seperti biasanya karena menganggap bahwa peristiwa tersebut sudah biasa terjadi sebelumnya. Isu bom yang sering
terdengar menimbulkan persepsi yang biasa pada para investor sehingga tidak begitu mendapat respon lebih dari pasar modal Indonesia. 3. Analisis aktivitas volume perdagangan di BEJ menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara aktivitas volume perdagangan rata-rata 5 hari sebelum peristiwa dengan 5 hari sesudah peristiwa. Artinya peristiwa bom Kuningan tidak berpengaruh signifikan pada perbedaan rata-rata volume perdagangan pada rentang waktu pengamatan. Investor lebih bisa mengenali pasar yang ada sehingga tidak terjadi panic selling akibat adanya peristiwa ledakan bom tersebut. Anggapan investor, peristiwa bom Kuningan akan identik dengan peristiwa bom lain sebelumnya dimana hanya berdampak pada fluktuasi harga saham dalam waktu dekat saja.
B. KETERBATASAN PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian baik terkait keterbatasan teknis maupun keterbatasan dalam pengembangan alur penelitian, dari keterbatasan yang ada selanjutnya disertakan pula masukan untuk penelitian mendatang, berikut adalah penjelasannya : 1. Dalam penelitian ini, indeks yang digunakan adalah indeks LQ 45. Hasil penelitian akan lebih akurat jika penelitian berikutnya menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 2. Analisis perbedaan abnormal return menggunakan model disesuaikan pasar (Market–adjusted Model), model ini menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat
tersebut. Sehingga tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi. Bagi penelitian berikutnya dapat menggunakan Mean-adjusted Model atau Market Model yang kemungkinan akan memperoleh hasil yang berbeda.. 3. Dalam penelitian ini abnormal return dirata-rata, sehingga pada kemungkinan nilai negatif dan positif saling menghilangkan. Oleh karena itu untuk penelitian yang akan datang dapat menggunakan indicator SRV (Security Return Variability), sehingga semua nilai akan positif. C.
IMPLIKASI Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan diatas, implikasi untuk pihak terkait adalah sebagai berikut : Bagi investor dalam menentukan keputusan investasinya di pasar modal, terkait dengan kondisi keamanan dan kondisi politik yaitu peristiwa peledakan bom, maka untuk memperoleh abnormal return dari peristiwa tersebut, sebaiknya investor menjual sahamnya di sesi pertama perdagangan saham pada hari kedua setelah peristiwa. Hal ini dikarenakan terjadi kenaikan abnormal return yang signifikan pada satu hari setelah peristiwa dan pada hari berikutnya abnormal return terus mengalami penurunan, sehingga di sesi pertama perdagangan saham pada hari kedua setelah peristiwa merupakan saat yang tepat untuk menjual saham sebelum harga saham mengalami penurunan.
DAFTAR PUSTAKA Aggarwal, R., 1980. Investment Performance of U.S.-based Multinational Companies: Comments and a Perspective on International Diversification of Real Assets. Journal of International Business Studies, Spring/Summer, pp. 98-104. Asquith, P., 1983. Merger Bids, Uncertainty and Stockholder Returns. Journal of Financial Economics, pp. 51-83. Barret, W.B., et al, 1987. The Adjusment of Stock Price to Completely Unanticapated Events. Financial Review, Vol. 22, pp. 297-330. Beavar, W.H., 1989. The Information Content of Annual Earning Announ Cemant. Empirical Research in Accounting: Supplement to Journal of Accounting Research (6): 67-92. Brigham, Houston, 2003. Fundamentals of Financial Management. New York: Mc Graw Hill. Fama, Eugene F., 1991. Efficient Capital Market 11. Journal of Finance (Desember); 1575-1671. Fama, Eugene F., Lawrence Fischer, Michael Jensen, dan Richard Moll, 1969. The Adjusment of Stock Price to New Information. International Economic Review (10): 1-21. Ferdinand, A., 2002. Structural Equation Modelling dalam Penelitian Manajemen. Semarang : BP UNDIP.
Foster, George, 1986. Financial Statement Analysis. Second Edition. Prentice Hall: New Jersey. Garrison, Ray H., Norren, Eric W., Brewer, Peter C., 2007. Managerial Accounting. Jakarta: Salemba Empat. Ghozali, I, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar, 1999. Basic Econometric. Third Edition. Mc Graw-Hill International Editions Singapore. Handadari, Cahyaning, 2003. Reaksi Harga Saham di Bursa efek Jakarta terhadap Peledakan Bom di Bali tanggal 12 Oktober 2002. Tesis Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak Dipublikasikan. Haryono, Putut, 2005. Reaksi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta terhadap Peristiwa Bencana Tsunami Nagroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara tanggal 26 desember 2004. Tesis Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak Dipublikasikan. Husnan, Suad, 1994. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, Edisi Kedua. Kalra, Rajiv, Glenn V, Henderson Jr, dan Gary A Raines, 1993. Effect of the Chernobyl Nuclear Accident on Utility Share Price. Quarterly Journal or Business and Economic, Spring. Vol. 32 No. 2 Hal: 52-71. Kritzman, Mark P, 1994. What Practitioners Need to Know About Event Studies. Financial Analyst Journal, Edisi: November-Desember Hal: 17-20. MacKinlay, A. Craig, 1997. Event Studies in Economics and Finance. Journal of Economic Literature, Vol. XXXV. Edisi: Maret Hal: 13-19. Mansur, Iqbal, Stephen J. Cochran, dan Gregory L. Froiro, 1989. The Relationship between the Equity Return Levels of Airline Companies and Unanticipated Events: The Case of the 1979 DC-10 Grounding. Logistic and Transportation Review, Desenber 1989, h. 355-365. Marston, Felicia, 1996. Difference in Information and Common Stock return : Estimation Risk or Unequal Distribution of Information?. The Financial Review. Edisi November Hal : 831-856.
Mutamimah, Suyamtinah, dan Nurhayatie Tatiek, 1998. Reaksi Harga Saham Terhadap Pengumuman Pergantian Kepimimpinan Soeharto. Jurnal Bisnis Strategi, Vol. 4/Tahun II/ Desember 1999. Petersen, Pamela P., 1989. Event Studies; Review of Issues and Methodology. Quarterly Journal of Business and economics, Summer. Vol. 28 No. 3, Hal: 3666. Poncowati, Srikandi D., 2005. Reaksi Pasar Modal Indonesia terhadap Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahap II di Indonesia tanggal 20 September 2004. Tesis Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak Dipublikasikan. Sasono, 2005. Reaksi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta dengan Adanya Peristiwa Pemilihan Presiden Tahuun 2004. Tesis Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak Dipublikasikan. Sekaran, U., 2003. Research Methods for Bussiness. New York: John Wiley & Sons, Inc. Soebagiyo, Daryono dan Endah H. Prsetyowati, 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 4 Tahun 2003. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Sunariyah, 2000. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, Edisi Kedua. Suryawijaya, Marwan A., 1996. U.S. Multinasional Stock Price Reaction to host Country’s Govermnetal Change: The Case of Prima Minister Takashita’s Resignation. Kelola No. 11/VII/1996, Hal: 126-153. Suryawijaya, Marwan A., dan Setiawan, Faizal A., 1998. Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (Even Study pada Peristiwa 27 Juli 1996). Kelola No. 18/VII/1998, Hal: 137-153. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995. Bombing to Economy: Learning Experience. Warta Ekonomi Edisi 27 Juli 2009. Widoadmojo, Sawidji, 1996. Teknik Memetik Keuntungan di Bursa Efek. Jakarta: Rineka Cipta.
Wild, John J., Subramanyam, K.R., Halsey, Robert F., 2005. Financial Statement Analysis. Jakarta: Salemba Empat.