perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAMPAK PENGAJUAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) OLEH WAJIB PAJAK (WP) TERHADAP PENERIMAAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA SURAKARTA
TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Mancapai Derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh : SITI ROHMAH NAINI F3409059
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Pengetahuan adalah kekuatan Jangan tunda sampai besok apa yang bisa engkau kerjakan hari ini Cara terbaik untuk keluar dari suatu persoalan adalah memecahkannya (penulis)
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua (Aristoteles)
Hanya kebodohan meremehkan pendidikan (P. Syrus)
PERSEMBAHAN Karya ini dipersembahkan untuk: 1.
Allah SWT
2.
Kedua Orang Tuaku tercinta
3.
Kakak-kakakku
4.
Sahabat-sahabatku
5.
Almamaterku
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia dan ridho-NYA dan shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rosullulloh Nabi Muhammad SAW, sehingga penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul DAMPAK PENGAJUAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) OLEH WAJIB PAJAK (WP) TERHADAP PENERIMAAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA SURAKARTA ini dapat diselesaikan dengan baik. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Ahli Madya pada Program DIII Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir, penulis memperoleh bantuan, dorongan dan keterlibatan beberapa pihak baik materiil maupun non materiil, yang akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan ini dengan baik. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Drs. Hanung Triatmoko, M.Si, Ak selaku Ketua Program DIII Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Trisninik Ratih W, S.E., Ak selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan tugas akhir. commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Bapak Teguh Budiharto selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta dan seluruh pegawai KPP Pratama Surakarta. 5. Seluruh staff dosen DIII Akuntansi Perpajakan UNS yang telah mentransfer ilmunya kepada penulis 6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan moral maupun spiritual. 7. Teman-teman Diploma III Perpajakan yang selama tiga tahun bersama-sama 8. Teman seperjuangan Siska, Maya, Risma, Evril, Tyas, Murni, Nurul, Jupe 9. Sahabat terbaik saya Rista Dwiyana yang selalu menyemangati saya. 10. Teman yang selalu ada setiap saya di Jogja Eci, Enda, Gity, Opip,Safwan. 11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu demi terselesainya laporan ini. Penulis menyadari bahwa baik isi maupun bentuk penyajian laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis dengan hati terbuka akan menerima segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna kesempurnaan dari laporan ini Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Surakarta,
Mei 2012
Penulis commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
ABSTRACT ......................................................................................................
ii
ABSTRAKSI .................................................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................
vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xiii
BAB I: PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .........................................
1
B. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ..............................
16
C. RUMUSAN MASALAH .................................................................
19
D. TUJUAN PENELITIAN ...................................................................
20
E. MANFAAT PENELITIAN ..............................................................
20
F. TEKNIK ANALISA DATA .............................................................
21
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
24
B. ANALISA DAN PEMBAHASAN ...................................................
40
BAB III: TEMUAN A. KELEBIHAN.....................................................................................
50
B. KELEMAHAN........... .......................................................................
50
BAB IV: PENUTUP A. KESIMPULAN.......... ........................................................................
52
B. REKOMENDASI........... ...................................................................
53
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GA MBAR
GAMBAR
Halaman
I.1 Gambar Struktur Organisasi KPP PRATAMA SURAKARTA.............
commit to user
ix
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
TABEL
Halaman
II.1Jumlah WP yang mengajukan Keberatan PBB tahun 2009 …………
41
II.2 Jumlah WP yang mengajukan Keberatan PBB tahun 2010 ………...
42
II.3Jumlah WP yang mengajukan Keberatan PBB tahun 2011 …………
43
II.4Jumlah WP yang mengajukan Keberatan PBB tahun selama tahun 2009-2011…………………………………………………………...
44
II.5 Data jumlah keberatan PBB di KPP Pratama Surakarta selama tahun 2009-2011………………………………………………………….....
46
II.6 Penerimaan PBB di KPP Pratama Surakarta tahun 2009-2011 ……..
48
II.7 Selisih penerimaan sebelum dan sesudah adanya keberatan PBB di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta ………………
49
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Surat Pernyataan
2.
Surat Pengantar Magang
3.
Surat Jawaban dari Instansi Magang
4.
Lembar Penilaian
5.
Surat Tanda Terima Laporan Kuliah Magang Kerja
6.
Statistik Penerimaan di KPP Pratama Surakarta
7.
Peraturan DJP Nomor PER-16/PJ/2010 Perubahan atas Peraturan DJP Nomor 25/PJ/2009 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan PBB
8.
Surat Edaran DJP Nomor SE-113/PJ/2009 tentang Penegasan Tata Cara Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan.
9.
Berkas-berkas Keberatan PBB
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
THE IMPACT OF TAX PAYERS OBJECTION AROUND LAND TAX TOWAR LAND TAX REVENUES AT OFFICE SERVICE TAX OF SURAKARTA SITI ROHMAH NAINI F3409059
Land Tax Objection means that tax payers refuse something written in published SPPT or SKP which is not or less suitable to the fact. Objection solving aimed to improve the service to societies and apply taxation judgment. The objection is one of tax payers’ rights that its process and mechanism is less understandable. It result from lack of knowledge among tax payers and taxation regulation is change so fast. This research proposed to know the factors influence tax payer to submit their objection, how many tax payer who submit land tax objection, the factors that influence objection decision around land tax, and the impact of land tax objection toward revenues at Pratama Office Service Tax. All data collected in this research then analyzed by quantitative and qualitative method, and then interpreted objectively, clearly, and systematically. Research result shows many factors that influence tax payers to submit objection such as the width and classification of tax object is not match with the fact, and any different interpretation of laws between tax payer and tax officials. Land tax revenues before tax objection have been decreased within last three years, it caused by unsuitable target and realization and there are 225 cases of Land Tax at same time; 140 of them are received. This problem results in lower revenues at Pratama Office Service Tax within three years successively. Some suggestions for Pratama Office Service Tax based on research result are Pratama Office Service Tax must socialize the rule of Land Tax objection submission, tax officials and tax payers have to cooperate when data collection around land and building as object of Land Tax.
Keywords: Pratama Office Service Tax of Surakarta, Land Tax Objection Submission, lower revenues.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
DAMPAK PENGAJUAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) OLEH WAJIB PAJAK (WP) TERHADAP PENERIMAAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA SURAKARTA SITI ROHMAH NAINI F3409059
Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Wajib Pajak membantah atau tidak sependapat atas isi yang tercantum dalam SPPT atau SKP yang diterbitkan karena tidak atau kurang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Maksud dari penyelesaian keberatan adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan penerapan azas keadilan dalam pajak. Keberatam salah satu hak dari Wajib Pajak yang selama ini cenderung kurang dipahami proses dan mekanismenya. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan WP ditambah dengan cepatnya perubahan peraturan perpajakan yang sulit untuk diikuti. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab WP mengajukan keberatan, jumlah WP yang mengajukan keberatan PBB, faktor penyebab keputusan keberatan PBB dan untuk mengetahui dampak PBB terhadap penerimaan di KPP Pratama Surakarta. Semua data yang dikumpulkan pada penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitaif yang kemudian akan diinterprestasikan secara objektif, jelas, dan sistematis. Hasil penelitian menunjukkan penyebab keberatan PBB yaitu luas dan klasifikasi objek pajak tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya serta perbedaan penafsiran Undang-undang antara WP dengan fiskus. Penerimaan PBB sendiri sebelum keberatan pajak selama tiga tahun mengalami penurunan yang cukup signifikan karena antara target dan realisasi tidak sebanding dan selama tiga tahun ada 225 kasus keberatan PBB, 140 diantaranya diterima, hal ini mengakibatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta selama tiga tahun berturut-turut menurun. Berdasarkan hasil dari penelitian maka diajukan saran KPP Pratama Surakarta bisa mengadakan sosialisasi tentang tata cara pengajuan keberatan PBB dan seharusnya antara fiskus dan Wajib Pajak harus bekerja sama dalam pendataan tanah atau bangunan yang akan menjadi obyek PBB. Kata kunci: KPP Pratama Surakarta, pengajuan keberatan pajak Bumi dan Bangunan menurunnya penerimaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA SURAKARTA 1.
Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta telah ada sejak lama dengan berbagai nama dan istilah. Sebelum tahun 1966, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta berstatus sebagai Kantor Dinas Luar Tingkat I (KDL Tk. I) Surakarta dibawah wewenang wilayah kerja dari Kantor Inspeksi Keuangan Yogyakarta. Pada tahun 1966 karena semakin banyaknya jumlah Wajib Pajak dan jumlah penerimaan pajak, Kantor Dinas Luar (KDL Tk. I) Surakarta ditingkatkan menjadi Kantor Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi diantaranya KDL Tk. I Klaten. Pada akhir tahun 1966 semua istilah Kantor Inspeksi Pajak Surakarta berdasarkan Keputusan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja DJP berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Surakarta type A dengan wilayah kerja yang meliputi Kotamadya Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Sragen. Sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, KPP Surakarta telah berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta commit to user yang terletak di Jalan Kyai Haji Agus Salim No.1 Surakarta dibentuk
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak Kep-141/PJ/2007 yang ditetapkan pada tanggal 3 Oktober 2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di lingkungan Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II, Kantor Wilayah DJP Daerah Istimewa Yogyakarta. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta mulai beroperasi tahun 30 Oktober 2007 dan sampai saat ini KPP Pratama Surakarta sudah meliputi wilayah kerja 5 kecamatan yaitu: Laweyan, Jebres, Serengan, Pasar Kliwon dan Banjarsari. Pembentukan KPP Pratama, merupakan bagian dari program reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah berjalan sejak tahun 2002 ditandai dengan terbentuknya Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar. Pembentukan KPP Pratama lanjutan dilandasi oleh terbitnya SE19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007 tentang Persiapan Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Pembentukan Kantor Palayanan Pajak Pratama di Seluruh Indonesa tahun 2007-2008. Perubahan yang dilakukan meliputi struktur organisasi, proses bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, sarana dan prasarana serta manajemen sumber daya manusia. Perbaikan dalam struktur DJP terefleksi pada karakter kantor modern antara lain adanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
Account Representative untuk pelayanan Kepada Wajib Pajak, penerapan Kode Etik Pegawai yang diawasi oleh komite kode etik pegawai, dan sistem penggajian yang lebih baik. Pada tanggal 1 April 1989 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor: 276/KMK.01/1989 tentang organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Surakarta dipecah menjadi: a) Kantor Pelayanan Pajak Surakarta Tipe B dengan wilayah kerja sebagai berikut: (1) Kotamadya Surakarta (2) Kabupaten Karanganyar (3) Kabupaten Surakarta b) Kantor Pelayanan Pajak Klaten dengan wilayah kerja sebagai berikut: (1) Kota Administrasi Klaten (2) Kota Boyolali (3) Kabupaten Sukoharjo (4) Kabupaten Wonogiri c) Unit Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (UPP) Surakarta tipe B, dengan wilayah kerja seeks-Karesidenan Surakarta (wilayah kerja Kantor Inspeksi Pajak Surakarta). Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan penggabungan tiga jenis unit kantor yang berbeda yakni gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak(KPP), Kantor Pelayanan Bumi dan Bangunan (KPPBB) dan commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Karikpa (Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak) dengan masingmasing seksi 2.
Lokasi Instansi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta berlokasi di Jalan Kyai Haji Agus Salim Nomor 1 Surakarta 57147, Telepon (0271) 717522/ 718400/ 720821, Faximile (0271) 728436, Homepage DJP: www.pajak.go.id.
3.
Tugas
Pokok
Kantor
Pelayanan
Pajak
Pratama
Surakarta Melaksanakan
pelayanan,
pengawasan
administrative,
dan
pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak dalam bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4.
Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta a. Pengumpulan
dan
pengolahan
data,
penyajian
informasi
perpajakan, pengamatan potensi perpajakan, dan ekstensifikasi wajib pajak. b. Penelitian dan penatausahaan surat pemberitahuan tahunan, surat pemberitahuan masa serta berkas wajib pajak. c. Pengawasan
pembayaran
masa
Pajak
Penghasilan,
Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak commit to user Tidak Langsung Lainnya.
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan penagihan, penyelesaian keberatan, penatausahaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya. e. Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan. f. Penerbitan surat ketetapan pajak. g. Pembetulan surat ketetapan pajak. h. Pengurangan sanksi pajak. i. Penyuluhan dan konsultasi perpajakan. j. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan
Pajak Pratama
Surakarta. 5.
Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta a. Visi Dalam menjalankan tugas-tugasnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta mengacu pada visi Direktorat Jenderal Pajak yaitu “Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan system administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi”. b. Misi Misi
Kantor
Pelayanan
Pajak
Pratama
Surakarta
yaitu
“Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan UndangUndang
Perpajakan
yang
mampu
commit to user
mewujudkan
kemandirian
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”. c. Nilai “Profesionalisme Integritas Teamwork Inovasi” 6. Tujuan Tujuan yang akan dicapai KPP Pratama Surakarta adalah mengoptimalkan penerimaan pajak di Kota Solo.
commit to user
Gambar I.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Surakarta Kepala Kantor
Kepala Subbag Umum Pelaksana
Kepala Seksi Pelayanan
Kepala Seksi PDI
Pelaksana
Pelaksana
Kepala Seksi Ekstensifikasi
Pelaksana
Kepala Seksi Waskon I
AR
Pelaksana
Kepala Seksi Waskon II
Kepala Seksi Waskon III
Kepala Seksi Waskon IV
Kepala Seksi Pemeriksaan
Kepala Seksi Penagihan
AR
AR
AR
Pelaksana
Juru Sita
Pelaksana
Pelaksana
Pelaksana
Pelaksana
Kelompok Fungsional
Sumber : bagian umum dan administrasi KPP Pratama Surakarta 7
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Deskripsi Jabatan a. Waskon (Pengawasan dan Konsultasi) Secara umum memberikan pelayanan kepada WP yang berupa bimbingan atau penyuluhan. selain itu ada tugas pengawasan yang berupa kepatuhan pembayaran dan pelaporan, juga melakukan penggalian potensi berdasar hasil pengawasan dan bimbingan. Berdasarkan wilayah di kota Surakarta, maka Seksi Waskon di KPP Pratama Surakarta ini dibagi menjadi 4 : 1. Waskon I untuk wilayah Kecamatan Laweyan 2. Waskon II untuk wilayah Kecamatan Jebres 3. Waskon III untuk wilayah Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon 4. Waskon IV untuk wilayah Kecamatan Banjarsari Waskon mempunyai rincian tugas sebagai berikut: (a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Pengawasan dan Konsultasi, serta menyusun estimasi penerimaan pajak per-WP. (b) Menyelesaikan
permohonan
keberatan,
pembetulan
ketetapan,
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi PPh, PPN dan PPnBM di KPP. (c) Menyelesaikan permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar PPh, PPN dan PPnBM di KPP. (d) Menyelesaikan
permohonan
pengurangan/
penghapusan
administrasi PBB, perubahan metode pembukuan. commit to user
sanksi
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(e) Melayani permintaan perubahan tahun buku pertama, pemusatan PPN, permohonan Surat Keterangan Fiskal WP Non Bursa. (f) Menyelesaikan pemberian ijin pembubuhan tanda bea materai lunas baik dengan mesin teraan materai, teknologi percetakan, maupun dengan sistem komputerisasi. (g) Menyelesaikan permohonan penambahan deposito baik dengan mesin teraan
materai
teknologi
percetakan,
maupun
dengan
sistem
komputerisasi. (h) Menetapkan angsuran PPh Pasal 25 WP Bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, BUMN dan BUMD serta menetapkan WP patuh. (i) Membuat surat pemberitahuan perubahan besarnya angsuran PPh Pasal 25 (dinamisasi), SPMKP atau SPMIB yang hilang. (j) Melaksanakan putusan gugatan atau banding, ekualisasi, penelitian dan analisis kepatuhan material WP. (k) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP), Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB), Surat Tagihan Pajak (STP), SKPKB/ SKPKBT/ STB, Surat Ketetapan Pajak PBB, teguran pengembalian SPOP, surat himbauan pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT), serta menerbitkan penggantian SPMKP atau SPMIB karena lewat waktu atau daluwarsa, rusak atau salah baik yang telah didistribusikan maupun yang belum didistribusikan. (l)
Menyelesaikan
permohonan
penggunaan
nilai
penggabungan, pengambilalihan atau pemekaran usaha. commit to user
buku
dalam
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Sub Bagian Umum Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga. Dengan rincian sebagai berikut: (a) Menerima dokumen, memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Sub Bagian Umum serta penyampaian dokumen di KPP. (b) Mengajukan
pengajuan
kesehatan
pegawai,
pengurusan
gaji,
Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara (TKPKN), SPJ, pengajuan uang makan PNS, pemberhentian gaji dan TKPKN. (c) Melaksanakan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan, serta pengambilan sumpah PNS (Pegawai Negeri Sipil). (d) Membuat
kartu
tanda
pengenal
pemeriksa,
menerbitkan
izin
melanjutkan pendidikan di luar kedinasan, mengajukan usul peserta pendidikan di luar negeri (e) Laporan perkawinan pertama pegawai, pengajuan usul permohonan pension janda/ duda, pengajuan usul permohonan berhenti bekerja sebagai
PNS
atas
permintaan
sendiri,
dan
pengajuan
usul
pengangkatan bendahara. (f) Menyusun Rencana Kerja dan Anggara Kementrian dan Lembaga (RKAKL), laporan bulanan konversi energi, laporan berkala, laporan tahunan, laporan atau daftar realisasi anggaran, laporan SAKPA tingkat satuan kerja atau UAKPA (Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran). commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(g) Permohonan uang duka meninggal, permohonan kartu tanda asuransi, dan Taspen mekanisme pembayaran anggaran belanja. (h) Melakukan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung (LS) kepada rekanan. (i) Permintaan dan pembayaran lembur pegawai. (j) Melaksanakan penutupan buku kas umum, penerimaan inventaris dari rekanan/ pihak lain, pelaksanaan penghapusan barang milik Negara dengan lelang pada unit KPP. (k) Pemusnahan dokumen, serta penyusunan tanggapan/ tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan (SHP) atau Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Itjen DepKeu/ BPK/ BPKP/ Unit Fungsional Pemeriksa Lainnya. 2.
Seksi Pelayanan Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan. Dengan rincian sebagai berikut: (a) Penatausahaan surat, dokumen masuk, dokumen WP, laporan WP pada tempat tata cara pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), perubahan identitas Wajib
Pajak
penghitungan.
(WP),
serta
pemberitahuan
commit to user
penggunaan
norma
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(b) Menyelesaikan permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan pencabutan PKP. (c) Menyelesaikan pemindahan Wajib Pajak (WP) dan PKP di KPP lama. (d) Menyelesaikan pemindahan Wajib Pajak (WP) dan PKP di KPP baru. (e) Menerima dan mengolah SPT Tahunan PPh dan SPT Masa. (f) Menyelesaikan permohonan perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan PPh, cetak salinan dan pembetulan SPPT atau SKP atau STP. (g) Menerbitkan Surat Teguran penyampaian SPT Masa dan Tahunan, serta Surat Ketetapan Pajak (SKP). (h) Meneliti hasil keluaran berupa SPPT/ STP/ DHKP/ DHR. (i) Meminjamkan atau mengirimkan berkas. (j)
Melaksanakan pemenuhan konfirmasi dan klarifikasi.
(k) Menyelesaikan permohonan pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang dollar Amerika Serikat. (l) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak untuk perwakilan Negara Asing dan badan-badan Internasional serta pejabat atau tenaga ahlinya. (m) Menyampaikan permintaan revaluasi aktiva tetap dari WP ke Kantor Wilayah. (n) Melayani permintaan penetapan sebagai daerah terpencil. (o) Menyisihkan anak berkas WP yang tahun/ masa pajaknya telah melampaui 10 tahun. commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Seksi Pusat Data dan Informasi (PDI) Melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi elektronik-SPT, dan elektronik-filling serta penyiapan laporan kerja. Dengan rincian sebagai berikut: (a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk serta alat keterangan seksi PDI. (b) Menyusun rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan. (c) Pembentukan dan pemanfaatan bank data. (d) Membuat dan menyampaikan Surat Perhitungan (SPH) ke KPP lain. (e) Meminjamkan berkas data atau alat keterangan kepada seksi terkait. (f) Penatausahaan pnerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Non Elektronik. (g) Membuat laporan penerimaan PBB atau Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), serta menyelesaikan pembagian hasilnya. 4. Seksi Ekstensifikasi Merupakan peralihan dari Seksi Pendataan dan Penilaian pada KPPBB, serta menindaklanjuti data yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk dihimbau agar segera memiliki NPWP. Dengan rincian sebagai berikut:
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(a) Pendaftaran obyek pajak baru baik dengan penelitian kantor maupun lapangan. (b) Menerbitkan Surat Himbauan untuk ber-NPWP, dan daftar nominatif untuk usulan SP3 PSL Ekstensifikasi. (c) Mencari data dari pihak ketiga dalam pembentukan/ pemutakhiran bank data perpajakan , serta data potensi perpajakan dalam monografi fiskal. (d) Melaksanakan penilaian individual obyek PBB dan memelihara data obyek dan subyek PBB. (e) Membuat
Daftar
Biaya
Komponen
Bangunan
(DBKB)
dan
pembentukan atau penyempurnaan ZNT atau NIR. (f) Menyelesaikan
permohonan
penundaan
pengembalian
SPOP,
permohonan surat keterangan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP), dan mutasi sebagian ataupun seluruh obyek dan subyek PBB. 5. Seksi Pemeriksaan Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pelaksana Pajak (SP3), serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya. Dengan rincian sebagai berikut: (a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Pemeriksaan. (b) Menyelesaikan Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan PPh lebih bayar, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PPN dan PPnBM selain WP patuh.
commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(c) Menyelesaikan usulan pemeriksaan dan pemeriksaan bukti permulaan. (d) Melaksanakan pemeriksaan kantor dan lapangan. (e) Penatausahaan
Laporan
Pemeriksaan
Pajak
(LPP)
dan
Nota
Perhitungan. 6. Seksi Penagihan Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan pengahapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. Dengan rincian sebagai berikut: (a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Penagihan, Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Tagihan Pajak beserta bukti pembayarannya, Surat Keputusan Pembetulan/ Keberatan/ Putusan Banding/ Pengurangan/ Pembatalan Ketetapan Pajak, dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasipada Seksi Penagihan. (b) Menjawab konfirmasi data tunggakan pajak WP. (c) Menyelesaikan permohonan penundaan pembayaran pajak dan usulan pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak. (d) Penagihan pajak seketika dan sekaligus. (e) Menghapus piutang pajak. (f) Menerbitkan Surat Teguran Pajak (STP) bunga penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), dan Surat Keputusan Pencabutan Sita. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
(g) Pemindahan berkas dari KPP ke KPP lainnya. (h) Membuat usulan pencegahan dan penyanderaan terhadap WP tertentu. (i) Melaksanakan lelang dan menyelesaikan permohonan pembatalan lelang. (j) Membuat laporan Seksi Penagihan ke Kantor Wilayah. (k) Menyelesaikan permohonan mengangsur pembayaran pajak.
B. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN Dalam struktur penerimaan perpajakan mempunyai peranan yang sangat penting dan merupakan komponen terbesar serta sumber utama penerimaan dalam negeri untuk menopang pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan nasional. Diantara sumber penerimaan atau pendapatan negara dari sektor pajak adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang merupakan jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak yang secara keseluruhan hasil penerimaannya diserahkan kepada daerah. Dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) penerimaan PBB tersebut dimasukkan dalam kelompok Pemerintah Daerah dari hasil bagi pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan UndangUndang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2009: 1). Berdasarkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan Pajak Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan sumber pendapatan daerah, penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 90% yang diserahkan kepada Pemerintah Daerah dan 10% diserahkan kepada Pemerintah Pusat. Subyek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Sedangkan yang menjadi objek pajak adalah bumi atau bangunan. Pengertian bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang dibawahnya, sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap dan atau perairan (Waluyo dan Ilyas, 2009: 474). Konsep negara hukum atau negara rule of law, merupakan konsep yang paling ideal saat ini. Secara sederhana negara hukum dapat diartikan sebagai negara yang meletakkan hukum sebagai panglima dalam penyelenggaraan negara mengalahkan segala bentuk kekuasaan lainnya. Dalam negara hukum, hukum adalah suatu kekuasaan untuk setiap orang dan setiap jabatan dalam negara harus tunduk pada hukum. Negara hukum adalah negara berdasarkan pada hukum dan menjamin keadilan bagi seluruh rakyatnya. Segala tindakan alat-alat perlengkapan negara atau penguasa semata-mata berdasarkan hukum atau dengan kata lain diatur oleh hukum, karena selalu ada pihak-pihak, baik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
penyelenggara negara maupun rakyat yang melanggar ketentuan hukum, maka eksistensi lembaga-lembaga penegak hukum menjadi sangat penting dalam negara hukum. Salah satu lembaga-lembaga penegak hukum tersebut adalah lembaga peradilan pajak. Peradilan bertujuan untuk penyelesaian sengketa administrasi pajak, misalnya karena ketidakcocokan tentang besar utang pajak. Peradilan di bidang perpajakan lebih tertuju pada mekanisme pemberian keadilan dalam kaitannya dengan penyelesaian sengketa pajak yang dilakukan melalui lembaga yang ada meskipun tidak dinamakan peradilan misalnya melalui upaya keberatan. Keberatan merupakan peradilan administrasi tidak murni atau peradilan doleansi. Dalam arti yang lebih luas, keberatan merupakan upaya hukum yang diajukan Wajib Pajak (WP) sebagai akibat dari adanya perbedaan penafsiran dan pendirian mengenai ketentuan hukum tertentu di bidang perpajakan terhadap suatu kasus tertentu antara Wajib Pajak (WP) dengan fiskus (Direktorat Jendral Pajak). Apabila Wajib Pajak (WP) berpendapat bahwa jumlah pajak, jumlah rugi, jumlah pemotongan atau pemungutan pajak ridak sebagaimana mestinya dapat mengajukan keberatan kepada Dirjen Pajak. Untuk dapat menyusun keberatn dalam alas an yang kuat, Wajib Pajak (WP) dapat meminta keterangan tertulis kepada Dirjen Pajak tentang yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak, perhitungan rugi, pemotongan atau pemungutan pajak yang ditetapkan (Pasal 25 KUP). Menurut pasal 25 ayat commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1 UU KUP Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan hanya kepada Direktorat Jendral Pajak atas suatu: 1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB); 2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT); 3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB); 4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN); dan 5. Pemotongan dan pemungutan pajak. Keberatan diajukan Waib Pajak (WP) dengan menyampaikan surat keberatan ke Kantor Pelayanan Pajak di tempat Wajib Pajak (WP) terdaftar atau dikukuhkan. Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengangkat judul “DAMPAK PENGAJUAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) OLEH WAJIB PAJAK (WP) TERHADAP PENERIMAAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA SURAKARTA”.
C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Faktor apa saja yang menyebabkan Wajib Pajak (WP) mengajukan keberatan PBB? 2. Berapa jumlah Wajib Pajak (WP) yang mengajukan keberatan PBB ditahun 2009 – 2011 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta?
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Faktor apa saja yang menyebabkan pengajuan keberatan PBB diterima, diterima sebagian, ditolak atau menambah pajak terutangnya? 4. Bagaimana dampak
pengajuan keberatan PBB oleh WP terhadap
penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta?
D. TUJUAN Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui faktor penyebab Wajib Pajak (WP) menagjukan keberatn PBB. 2. Untuk megetahui jumlah Wajib Pajak (WP) yang mengajukan keberatan PBB di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta. 3. Untuk mengetahui faktor penyebab diterima, diterima sebagian, atau ditolaknya surat pengajuan keberatan PBB. 4. Untuk mengetahui dampak keberatan PBB terhadap penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta.
E. MANFAAT Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta Diharapkan dapat memberi masukan guna meningkatkan mutu serta pelayanan terhadap Wajib Pajak (WP) khususnya di bidang keberatan Pajak Bumi dan Bangunan. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Bagi Penulis Dapat menambah dan memperluas wawasan atau pengetahuan tentang pelaksanaan dandampak keberatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terhadap penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta. 3. Bagi Penulis Lain Dapat digunakan sebagai acuan dalam penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang.
F. TEKNIK ANALISA DATA Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis yaitu: 1. Obyek Penelitian Penulis melakukan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta, yang menjadi obyek penelitian adalah dampak keberatan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta. 2. Data dan Sumber Data a. Data Primer Data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama yaitu hasil wawancara dengan para staf di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta.
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Data Sekunder Pengumpulan data dengan cara menjamin dokumen dengan instansi yang terkait, yaitu KPP Pratama Surakarta. Dan melalui studi pustaka yang berupa keterangan atau fakta dengan cara mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, laporan-laporan, yang terkait dengan masalah yang diteliti. 3. Analisa Semua data yang dikumpulkan pada penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif yang kemudian akan diinterprestasikan secara objektif, jelas, dan sistematis. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Teknik Wawancara Motede pengumpulan data dengan cara melakukan Tanya jawab dan wawancara langsung kepada staf di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama
Surakarta.
Metode
ini
digunakan
untuk
mendapatkan data primer dari Wajib Pajak (WP) di tempat tinggal atau tempat usaha Wajib Pajak (WP) yang mengajukan keberatan PBB. b. Observasi Melakukan pengamatan langsung atas proses kerja dan kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek pengamatan. commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Studi Kepustakaan atau Referensi Pengumpulan data dengan cara mengambil dari literature-literatur seperti Undang-Undang Perpajakan, keputusan Dirjen Pajak, dan sumber-sumber
tertulis
lainnya
penelitian.
commit to user
yang
berhubungan
dengan
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pajak a. Pengertian Pajak Dalam memahami mengapa seseorang harus membayar pajak untuk membiayai pembangunan yang terus dilaksanakan, maka perlu dipahami terlebih dahulu pengertian yang lebih konkrit tentang pajak, dapat kita lihat dari pengertian yang diberikan oleh para ahli, diantaranya: - Mr. Dr. N. J. Feldmann Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terhutang kepada penguasa (menurut norna-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran –pengeluaran umum (Waluyo dan Ilyas, 2004). - Dr. Soeparman Soemahamidjaja Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. commit to user
24
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Rochmat Soemitro Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari pengertian pajak diatas dapat disimpulkan bahwa unsur yang
melekat dalam pengertian pajak yaitu: 1) Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang. 2) Sifatnya dapat dipaksakan. 3) Tidak ada kontraprestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak. 4) Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta). 5) Pajak
digunakan
untuk
membiayai
pengeluaran-pengeluaran
pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum. b.
Fungsi Pajak Menurut Mardiasmo (2009:1) ada dua fungsi pajak, yaitu: 1) Fungsi Budgetair: pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. 2)
Fungsi Regularend: pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi.
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Penggolongan Jenis Pajak Jenis pajak dapat dogolongkan menjadi 3 yaitu menurut sifatnya, sasaran/objeknya, dan lembaga pemungut (Wirawan B.Ilyas dan Richard Burton, 2004:17): 1) Menurut Sifatnya a) Pajak Langsung Pajak
langsung
adalah
pajakyang
bebannya
harus
ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain serta dikenakan secara
berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu. b) Pajak Tidak Langsung Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain atau digeser kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu. 2) Menurut Sasaran/Objeknya a) Pajak Subyektif Pajak subyektif adalah pajak yang dikenakan dengan pertama-pertama memperhatikan keadaan pribadi wajib pajaknya. Setelah diketahui keadaan subyeknya barulah memperhatikan obyeknya sesuai gaya pikul apakah dapat dikenakan pajak atau tidak. commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Pajak Obyektif Pajak obyektif adalah pajak yang dikenakan dengan memperhatikan/melihat obyeknya baik berupa keadaan atau peristiwa yang menyebabkn timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah diketahui objeknya barulah dicari subyeknya yang mempunyai hubungan hukum dengan obyek yang telah diketahui. 3) Menurut Lembaga Pemungutan 1.
Pajak Pusat Pajak pusat adalah pajak yang wewenang pemungutannya
ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Dirjen Pajak. 2.
Pajak Daerah Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya
ada pada Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. 2. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Menurut Suandy, yang dimaksud Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan obyek atau bumi, tanah dan atau bangunan. Keadaan subyek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak. Menurut Suharno (2003: 32) yang dimaksud Pajak Bumi dan Bangunan adalah penerimaan pajak pusat yang sebagian besar hasilnya diserahkan kepada daerah. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Daerah (APBD), penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut dimasukkan dalam kelompok penerimaan bagi hasil pajak. Dari pengertian Pajak Bumi dan Bangunan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan adalah penerimaan negara yang berasal dari rakyat atas kebendaan objek atau bumi, tanah dan atau bangunan yang sebagian besar hasilnya diserahkan kepada dearah masing-masing untuk meningkatkan pendapatan
daerah
tersebut. 3. Pengertian Subyek Pajak, Objek Pajak, dan Wajib Pajak PBB Subyek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang tau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi, atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan (Waluyo dan Ilyas, 2004: 84). Obyek Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan atau bangunan.Pengertian bumi adalah permukaan bumi dan atau tubuh bumi yang ada dibawahnya, sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan (Waluyo dan Ilyas, 2004: 89). Termasuk dalam pengertian bangunan adalah: a.
Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks;
b.
Jalan TOL;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
c.
Kolam renang;
d.
Tempat olahraga;
e.
Galangan kapal, dermaga;
f.
Taman mewah;
g.
Tempat penampungan/ kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;
h.
Fasilitas lain yang memberikan manfaat. Dalam menenukan klasifikasi bumi atau tanah perlu diperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut: 1.
Letak
2.
Peruntukan
3.
Pemanfaatan
4.
Kondisi lingkungan Dalam menentukan klasifikasi bangunan perlu diperhatikan factor-
faktor sebagai berikut: 1.
Bahan yang digunakan
2.
Rekayasa
3.
Letak
4.
Kondisi lingkungan Obyek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
adalah obyek pajak yang: 1.
Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
mempunyai arti adalah obyek pajak itu diusahakan untuk melayani kepentingan umum, dan nyata-nyata tidak ditujukan untuk mencari keuntungan; 2.
Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis denan itu;
3.
Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai desa, tanah Negara yang belum dibebani suatu hak.
4.
Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.
5.
Digunakan oleh badan atau perwakilan organisai internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Yang dimaksud dengan tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan adalah bahwa objek PBB semata-mata hanya digunakan untuk pelayanan umum dan nyata-nyata tidak ditujukan untuk mencari keuntungan. Hal ini dapat diketahui antara lain dari anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dari yayasan/badan yang bergerak dalam bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional tersebut. Wajib Pajak Bumi dan Bangunan adalah subyek yang dikenakan kewajiban membayar pajak bumi dan bangunan. 4. Pengertian Keberatan atas PBB Pengertian keberatan atas PBB adalah Wajib Pajak membantah atau tidak sependapat atas isi yang tercantum dalam SPPT (Surat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
Pemberitahuan Pajak Terhutang) atau SKP ( Surat Ketetapan Pajak) yang diterbitkan oleh KP PBB karena tidak atau kurang sesuai dengan keadaan sebenarnya. a) Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) adalah surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terhutang. b) Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP) adalah sarana atau alat untuk mendaftarkan Subyek Pajak atau mendaftarkan Obyek Pajak. c) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan pajak yang dibuat apabila hasil pemeriksaan atau keterangan lainnya ternyata jumlah pajak yang terhutang lebih besar dari jumlah pajak berdasarkan SPOP yang dikembalikan oleh Wajib Pajak. d) Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) adalah nilai yang dihitung berdasarkan nilai jual secara umum atau ditentukan oleh lembaga yang berwenang dilaporkan seluruh obyek pajak seluruhnya kepada negara. e) Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) adalah nilai jual obyek pajak tidak kena pajak yang ditetapkan maksimum Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) untuk seorang Wajib Pajak. f) Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) adalah dasar pengenaan PBB yang dihitung dari NJOP dikurangi NJOPTKP. g) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak terutang, jumlah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
kredit pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar. h) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan i) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak yang lebih besar dari pajak yang terutangatau tidak seharusnya terutang. j) Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah surat keputusan yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. 5. Pengertian Surat Keberatan Surat keberatan adalah surat permohonan Wajib Pajak (WP) yang bersangkutan yang ditujukan kepada Direktorat Jenderal Pajak c.q. Kepala Inspeksi Pajak yang berwenang, untuk meminta pembebasan atau pengurangan pajak yang dikenakan kepadanya berdasarkan SPPT/SKP dengan alasan bahwa Wajib Pajak (WP) tidak dapat menyetujui dasar yang digunakan untuk menghitung pajaknya. Surat keberatan ini harus sudah diajukan dalam jangka tiga bulan terhitung sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKP (pasal 15 (3) UU PBB). Jangka waktu tiga bulan ini dimaksudkan untuk memberikan cukup waktu bagi wajib pajak untuk mempersiapkan surat keberatan dan alasancommit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
alasan. Dan apabila dalam tiga bulan itu tidak dapat dipatuhi oleh wajib pajak, karena keadaan laur biasa yang ada di luar kekuasaannya (force majeur), maka hal ini harus diberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak c.q. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (pasal 15 ayat 3), apabila diterima maka diajukan secara tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia (pasal 15 ayat 2) dan sebagai tanda bukti pemasukan Dirjen Pajak memberikan tanda bukti penerimaan. Dan apabila dikirim melalui pos, maka tanda bukti pengiriman adalah bukti penerimaan surat keberatan (pasal 15 ayat 4) Surat keberatan harus jelas menyebutkan jenis pajak, tahun pajak, jumlah pajak yang ditentang dengan mengemukakan alasanalasannya. Pemasukan surat keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak sehingga wajib pajak selama belum ada keputusan surat keberatan yang mengubah SPPT dan SKP, tetap diharuskan membayar pajak yang sudah jatuh temponya. 6. Tata Cara Pengajuan Keberatan a.
Dasar Hukum 1) Peraturan MK nomor PM –194/PMK.03/2007, tanggal 28 Desember 2007 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan. 2) Peraturan DJP nomor PER-49/PJ/2009 tanggal 7 September 2009 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Surat Edaran DJP nomor SE-02/PJ.07/2008, tanggal 1 Juli 2009 tentang penegasan sehubungan dengan Surat Pemberitahuan untuk hadir dan pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain dalam proses keberatan. b.
Cara yang Ditempuh Dalam Mengajukan Permohonan Keberatan PBB Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam pasal 4 ayat (1) dan (2) PER-25/PJ/2009 tentang tata cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan, persyaratan pengajuan Keberatan PBB adalah sebagai berikut: 1) Untuk perorangan a) Satu surat keberatan untuk 1 (satu) SPPT atau SKP PBB; b) Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia; c) Diajukan kepada DJP dan disampaikan ke KPP Pratama; d) Dilampiri asli SPPT atau SKP PBB yang diajukan Keberatan; e) Dikemukakan
jumlah
PBB
yang
terhutang
menurut
perhitungan Wajib Pajak disertai dengan alas an yang mendukung pengajuan keberatan; f) Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima SPPT atau SKP PBB, kecuali apabila Wajib Pajak atau kuasanya dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. g) Surat keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak , dan dalam surat keberatan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak: commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
- Harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus, untuk Wajib Pajak orang pribadi dengan PBB tang terutang lebih banyak dari Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah) atau Wajib Pajak Badan; atau - Harus dilampiri dengan surat kuasa, untuk Wajib Pajak orang pribadi dengan PBB yang terutang paling banyak Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah) 2) Untuk Kolektif a) Satu pengajuan untik beberapa SPPT Tahun Pajak yang sama b) Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia c) PBB yang terhutang untuk setiap SPPT paling banyak Rp 200.000,00 (dua ratus rupiah); d) Diajukan kepada DJP dan disampaikan ke KPP Pratama; e) Diajukan melalui Kepala Desa/Lurah setempat; f) Dilampiri asli SPPT atau SKP PBB yang diajukan Keberatan; g) Mengemukakan
jumalah
PBB
yang
terutang
menurut
perhitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung pengajuan keberatan; dan h) Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima SPPT atau SKP PBB, kecuali aabila Wajib Pajakatau kuasanya dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Ketentuan dalam Pengajuan Keberatan PBB Bagi Wajib Pajak yang mengajukan permohonan keberatan PBB harus memperhatikan ketentuan atau syarat-syarat yang berlaku karena akan mempengaruhi dalam hal diterimanya pengajuan keberatan
dan
proses
penyelesaiannya.
Ketentuan
pengajuan
keberatan melalui syarat formal dan syarat materiil. 1) Syarat formal antara lain : a) Keberatan diajukan dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKP oleh Wajib Pajak. b) Wajib Pajak harus dapat memberikan dan membuktikan alas an bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi. c) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia d) Diajukan kepada e) Dalam hal dikuasakan kepada pihak lain harus melampirkan surat kuasa. 2) Syarat Materiil antara lain: a) Diajuakn masing-masing dalam satu Surat Keberatan kecuali secara kolektif melalui Lurah/Kepala Desa untuk setiap SPPT atau SKP per tahun pajak. b) Mengemukakan
alasan
yang
benar
dan
jelas
serta
mencantumkan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan menurut perhitungan WP. commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam hal pengajuan keberatan, Wajib Pajak melampirkan SPPT atau SKP tahun pajak bersangkutan dan dapat melampirkan bukti pendukung tersebut antara lain: - Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau identitas Wajib Pajak lainnya. - Fotokopi bukti kepemilikan hak atas tanah/sertifikat. - Fotokopi bukti surat ukur/gambar situasi. - Fotokopi Akta Jual Beli/Segel. - Fotokopi Surat Penunjukan Kaveling. - Fotokopi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). - Fotokopi Ijin Penggunaan Bangunan. - Surat Keterangan Lurah/Kepala Desa - Fotokopi bukti pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan tahun sebelumnya. Ketentuan-ketentuan lainnya yang perlu diperhatikan yaitu : - Keberatan terhadap SPPT atau SKP dengan Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) diajukan secara perseorangan atau kolektif melalui Lurah atau Kepala Desa yang bersangkutan. - Keberatan terhadap SPPT atau SKP dengan ketentuan diatas Rp100.0000,00 (seratus ribu rupiah) diajukan secara perseorangan - Untuk pengajuan surat keberatan yang dikirim melalui pos tercatat, maka resi tanda pengiriman menjadi bukti penerimaan commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
- Bagi Wajib Pajak (WP) yang mengajukan Keberatan, maka tidak menunda kewajiban membayar pajak. 7. Pencabutan Pengajuan Keberatan Terhadap
pengajuan
Surat
Keberatan,
kemungkinan
tidak
memenuhi persyaratan yang ditentukan sehingga bukan merupakan Surat Keputusan dan tidak dipertimbangkan serta tidak diterbitkan Surat Keputusan Keberatan yang selanjutnya akan diberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak. Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan, Wajib Pajak tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan Surat Ketetapan Pajak yang tidak benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 Ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2007. 8. Proses penyelesaian Keberatan PBB a. Pemeriksaan Ketetapan dan Persyaratan Administratif Pemeriksaan
ketetapan
dan
persyaratan
administratif
ini
merupakan kegiatan penelitian atas kebenaran atau kelenngkapan persyaratan yang dipenuhi WP yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan bias diproses atau tidaknya surat keberatan tersebut. b. Pembuktian Untuk memperoleh kejelasan mengenai surat keberatan yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan untuk menerbitkan surat commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keputusan keberatan, maka diperlukan kegiatan pembuktian dengan pemeriksaan sederhana lapangan. Untuk melakukan pemeriksaan sederhana lapangan, terlebih dahulu memberitahukan kepada Wajib Pajak dengan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Sederhana Lapangan atas keberatan PBB. c. Keputusan Dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, Kepala Kanwil DJP harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan secara perseorangan oleh Wajib Pajak ataupun kolektif oleh Lurah/Kepala desa. Apabila jangka waktu tersebut terlampaui dan kepala Kanwil DJP tidak memberikan suatu keputusan, maka pengajuan keberatan Wajib Pajak dianggap dikabulkan.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 1. Faktor-faktor penyebab keberatan Keberatan atas Pajak Bumi dan Bangunan ini diajukan karena ada beberapa hal sebagai berikut : a. Dalam hal Wajib Pajak merasa SPPT / SKP tidak sesuai dengan keadan sebenarnya, mengenai: -
Luas objek pajak bumi dan atau bangunan;
-
Klasifikasi Objek Pajak buni dan atau bangunan;
-
Penetapan/pengenaan.
b. Perbedaan penafsiran Undang-undang antara Wajib Pajak dan Fiskus, antara lain: -
Penetapan Subjek Pajak sebagai Wajib Pajak
-
Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan, yaitu perbedaan penafsiran Undang-undang dan peraturan perundang-undanngan antara Wajib Pajak dengan Fiskus, misalnya: 1. Penetapan Subjek Pajak sebagai Wajib Pajak; 2. Objek Pajak yang seharusanya tidak dikenakan PBB; 3. Penerapan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP); 4. Penentuan saat pajak terhutang; 5. Tanggal jatuh tempo.
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Jumlah Wajib Pajak yang mengajukan keberatan PBB di KPP Pratama pada tahun 2009-2011 Tabel II.1 Jumlah WP yang mengajukan Keberatan PBB tahun 2009 Keputusan Bulan
WP yang mengajukan Diterima
Ditolak
Diterima sebagian
Menambah Pajak terutang
April
1
1
1
-
Juni
27
22
1
-
4
Juli
25
23
1
-
1
Agustus
18
15
1
-
2
September
11
8
2
-
1
Oktober
3
-
-
-
-
November
3
-
-
-
-
Desember
3
3
3
-
-
Total
91
Sumber: data olahan sendiri Dari table diatas jumlah Wajib Pajak yang mengajukan keberatan PBB sebanyak 91 kasus. Dari 91 kasus 72 diantaranya diterima, 9 ditolak dan commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sisanya sebanyak 8 Wajib Pajak menambah pajak terutangnya. Pada tahun 2009 keputusan diterima sebagian tidak ada, dan pengajuan keberatan PBB terbanyak pada bulan Juni.
Tabel II.2 Jumlah WP yang mengajukan Keberatan PBB tahun 2010 Keputusan Bulan
WP yang mengajukan Diterima
ditolak
Diterima sebagian
Menambah Pajak terutang
Januari
1
1
-
-
-
Mei
4
3
-
-
1
Juni
3
3
-
-
-
Juli
9
8
1
-
-
Agustus
3
3
-
-
-
September
5
5
-
-
-
Oktober
4
3
1
-
-
Total
29
Sumber : data olahan sendiri Dari table diatas jumlah Wajib Pajak yang mengajukan Keberatan PBB sebanyak 29 kasus.Dari 29 commit kasus 26 diantaranya diterima, 2 ditolak dan to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sisanya sebanyak 1 Wajib Pajak menambah pajak terutangnya.Pada tahun 2010 keputusan diterima sebagian tidak ada, dan pengajuan keberatan PBB terbanyak pada bulan Juli.Jumlah Wajib Pajak yang mengajukan Keberatan PBB pada tahun 2010 cukup sedikit jika dibandingkan dengan tahun 2009, hal ini tidak terlalu berdampak terhadap penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta.
Tabel II.3 Jumlah WP yang mengajukan Keberatan PBB tahun 2011 Keputusan WP yang mengajukan
diterima
Juli
8
Agustus
Ditolak
Diterima sebagian
Menambah Pajak terutang
5
3
-
-
10
5
5
-
-
September
29
7
20
-
2
Oktober
42
17
21
-
4
November
9
5
2
-
2
Desember
7
3
3
-
1
Bulan
Total
105
commit to user Sumber : data olahan sendiri
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari table diatas jumlah Wajib Pajak yang mengajukan keberatan PBB sebanyak 105 kasus. Dari 105 kasus 42 diantaranya diterima, 54 ditolak dan sisanya sebanyak 9 Wajib Pajak menambah pajak terutangnya pada tahun 2011 keputusan diterima sebagian tidak ada, dan pengajuan keberatan PBB terbanyak pada bulan Oktober. Meskipun tahun 2011 jumlah Wajib Pajak yang mengajukan Keberatan PBB meningkat, namun tidak berdampak signifikan terhadap penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta. Hal ini dikarenakan 54 dari 105 kasus pengajuan Keberatan PBB ditolak.
Tabel II.4 Jumlah WP yang mengajukan Keberatan PBB selama tahun 2009-2011 : Tahun
Jumlah pengajuan
2009
91
2010
29
2011
105
Total
225
Sumber : data olahan sendiri Total pengajuan keberatan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta pada tahun 2009 sampai 2011 ada dua ratus dua puluh lima (225) kasus. Dalam kasus pengajuan commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keberatan PBB selama tiga tahun, jumlah terbanyak terjadi pada tahun 2011. Tetapi yang mempengaruhi penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta menurun terjadi pada tahun 2009, dari 91 kasus, 72 diantaranya pengajuan dinyatakan diterima.
3. Faktor yang menyebabkan pengajuan keberatan PBB diterima,dterima sebagian, ditolak atau menambah pajak terhutang. - Pengajuan Keberatan PBB diterima apabila Surat keberatan diajukan beralasan, dan dari hasil penelitian pemeriksaan administrasi dan atau verifikasi lapangan menunjukkan hal-hal yang sesuai dengan alasanalasan permohonan keberatan. - Pengajuan Keberatan PBB diterima sebagian apabila dari hasil penelitian pemeriksaan administrasi dan atau verifikasi lapangan didapatkan data yang sebagian sesuai dengan alasan-alasan permohonan keberatan. - Pengajuan Keberatan PBB ditolak apabila wajib pajak tidak dapat membuktikan ketidakbenaran Surat Ketetapan Pajak secara jabatan dan hasil penelitian pemeriksaan administrasi didapatkan data yang tidak benar/bertentangan dengan alasan-alasan yang diajukan. - Pengajuan Keberatan PBB akan menambah pajak terutang Wajib Pajak (WP) apabila dari hasil penelitian pemeriksaan administrasi dan atau verifikasi lapangan yang tidak sesuai dengan alasan yang WP ajukan commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan hasil verifikasi lapangan ini menunjukkan hasil yang akan menambah terutang Wajib Pajak. Dari hasil penelitian penulis, dari banyak pengajuan yang ada keputusan terbanyak pengajuan keberatan Pajak Bumi dan Bangunan adalah diterima. Tidak hanya karena materi yang lengkap dan hasil penelitian pemeriksaan administrasi serta verifikasi lapangan sesuai dengan alasan yang Wajib Pajak ajukan namun ada juga karena dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan
diterima, Kepala Kanwil DJP tidak memberikan suatu keputusan, maka pengajuan keberatan Wajib Pajak dianggap dikabulkan. Hal ini yang menyebabkan
pengajuan
keberatan
Pajak
Bumi
dan
Bangunan
kebanyakan diterima oleh DJP, jadi tidak murni karena alasan-alasan yang diajukan Wajib Pajak lengkap sesuai dengan lapangan.
4. Dampak keberatan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama dalam hal penerimaan sebenarnya tidak terlalu signifikan. Apabila pengajuan keberatan PBB ditolak maka penerimaan Pajak PBB di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakartaakan tetap.Namun jika keputusan pengajuan keberatan PBB diterima maka Wajib Pajakakan membayar utang pajaknya lebih sedikit dari tahun sebelumnya. Dan ini sedikit mengurangi penerimaan Pajak di tahun ini. Namun apabila keputusan pengajuan adalah membayar pajak terhutangnya maka penerimaan di KPP akan semakin bertambah.
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel II.5 Jumlah Keberatan PBB Di KPP Pratama Surakata Tahun 2009-2011 Bulan
Keberatan
Keberatan
Keberatan
2009
2010
2011
Januari
-
1.216.696
-
Februari
-
-
-
Maret
-
-
-
April
9.660
-
-
Mei
-
2.468.015
-
Juni
11.013.967
110.894
-
Juli
4.311.302
2.024.781
230.027
Agustus
3.117.372
285.549
2.934.819
(5.051.752)
637.105
2.538.433
702.688
138.075
130.882.224
September Oktober November
2.929.583
-
48.017.490
Desember
30.446.756
-
1.538.144
Jumlah
47.479.576
3.058.510
186.141.137
Sumber : Bagian Pelayanan KPP Pratama Surakarta Berdasarkan tabel II.5 Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta selama tiga tahun, jumlah tertinggi pada tahun 2011 yaitu Rp186.141.137 pada tahun ini commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jumlah Wajib Pajak yang mengajukan Keberatan PBB ada 105, 42 diantaranya diterima . Jumlah terendah
pada tahun 2010
yaitu
Rp3.058.510 pada tahun ini Wajib Pajak yang mengajukan Keberatan PBB hanya 29 kasus. Pada tahun 2009 bulan September penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan bertambah, hal ini terjadi karena terdapat satu Wajib Pajak yang harus menambah pajak terutangnya sebesar Rp9.226.614. Sebelum adanya kebertan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak (Pratama) Surakarta pada bulan September Rp57.908.196 bertambah menjadi Rp62.959.948. Tabel II.6 Penerimaan PBB di KPP Pratama Surakata Tahun 2009-2011 TAHUN
PENERIMAAN
2009
55.690.438.178
2010
42.426.637.148
2011
35.610.904.063
Sumber : Bagian Pelayanan KPP Pratama Surakarta Berdasarkan tabelII.6 penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta dari tahun 2009-2011 mengalamai penurunan disetiap tahunnya. Pada tahun 2009 Rp Rp55.690.438.178 dan pada tahun 2011 hanya Rp35.610.904.063. Penghitungan persentase Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan: commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Tahun 2009-2010 =
= = 23,82 % b. Tahun 2010-2011 =
= = 19,14 %
Tabel II.7 Selisih penerimaan sesudah keberatan PBB di KPP Pratama Surakarta tahun 2009-2011 Tahun
Penerimaan sebelum
Penerimaan setelah
Selisih
keberatan PBB
keberatan PBB
Penurunan
2009
Rp 55.690.438.178
Rp 55.642.958.602
Rp 47.479.576
2010
Rp 42.426.637.148
Rp 42.423.578.638
Rp 3.058.510
2011
Rp 35.610.904.063
Rp 35.424.762.926
Rp 18.614.137
Sumber : KPP Pratama Surakarta
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari tabel ΙΙ.7 dapat dilihat bahwa selisih penurunan penerimaan PBB sebelum dan sesudah adanya keberatan Pajak Bumi dan Bangunan terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu Rp47.479.576 karena pada tahun 2009 WP yang mengajukan keberatan PBB sebanyak 91 kasus, 79 diantaranya dierima. Sedangkan selisih penurunan terkecil pada tahun 2010 yaitu Rp3.058.510,karena pada tahun 2010 jumlah WP yang mengajukan keberatan PBB cuma 29 kasus, 26 diantaranya diterima. Penerimaan PBB sendiri sebelum keberatan pajak selama tiga tahun mengalami penurunan yang cukup signifikan karena antara target dan realisasi tidak sebanding dan selama tiga tahun ada 225 kasuskeberatan PBB, 140 diantaranya diterima, hal ini mengakibatkan penerimaan PBB di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta selama tiga tahun berturut-turut menurun.
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III TEMUAN A. KELEBIHAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan dari hasil penelitian, maka penulis dapat melihat kelebihan: 1. Wajib Pajak mempunyai hak untuk mengajukan keberatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) jika terdapat perbedaan mengenai perhitungan pajak atas tanah dan atau bangunan yang tercantum dalam SPPT dengan perhitungan Wajib Pajak sendiri. 2. Dengan adanya penyelesaian keberatan PBB yang relatif cepat memberi kepastian kepada Wajib Pajak untuk mengetahui hasil dari permohonan tersebut. 3. Dampak pengajuan keberatan Pajak Bumi dan Bangunan tidak terlalu signifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta.
B. KELEMAHAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan dari hasil penelitian, selain adanya
kelebihan-kelebihan
juga
terdapat
kelemahan-kelemahan,
diantaranya yaitu: 1. Terbatasnya pengetahuan Wajib Pajak tentang Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya masalah keberatan PBB sehingga Wajib Pajak to user keberatan PBB atas penerbitan kurang memahami tatacommit cara pengajuan
51
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dan atau Surat Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan sehingga menghambat proses penyelesaian. 2. Wajib Pajak tidak menyertakan dokumen permohonan keberatan PBB secara lengkap sehingga menyebabkan dikembalikan lagi untuk dilengkapi. 3. Sebagian besar pengajuan keberatan PBB dikarenakan kesalahan luas, kelas bumi dan bangunan. Hal ini disebabkan kurangnya kerjasama antara fiskus dengan aparat desa dan Wajib Pajak dalam pendataan tanah atau bangunan yang menjadi obyek PBB.
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, didapatkan kesimpulan: 1. Faktor-faktor penyebab keberatan PBB adalah Wajib Pajak merasa SPPT/SKP tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, mengenai luas, klasifikasi atau pengenaan objek pajak bumi dan bangunan dan perbedaan penafsiran Undang-Undang antara Wajib Pajak dan Fiskus mengenai penetapan Subyek Pajak sebagai Wajib Pajak dan Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan. 2. Total pengajuan Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun 2009 sampai 2011 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta tercatat dua ratus dua puluh lima (225) kasus. Selama kurun waktu tiga tahun, jumlah pengajuan keberatan PBB terbanyak terjadi pada tahun 2011 yaitu sebanyak 105. Dari 105 kasus 42 diantaranya diterima, 54 ditolak dan sisanya sebanyak 9 Wajib Pajak harus menambah pajak terutangnya. Sedangkan pada tahun 2009 ada 91 kasus dan 2010 ada 29 kasus. 3. Faktor-faktor diterima,
yang menyebabkan pengajuan keberatan PBB
dterima sebagian, ditolak atau menambah pajak
terhutang, yaitu Surat keberatan diajukan beralasan atau tidak, hasil commit to user penelitian pemeriksaan administrasi dan atau verifikasi lapangan
53
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menunjukkan
hal-hal
yang
sesuai
dengan
alasan-alasan
permohonan keberatan atau tidak, dan Wajib Pajak dapat membuktikan ketidakbenaran Surat Ketetapan Pajak secara jabatan atau tidak 4. selisih penurunan penerimaan PBB sebelum dan sesudah adanya keberatan Pajak Bumi dan Bangunan terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu Rp47.479.576
karena pada tahun 2009 WP yang
mengajukan keberatan PBB sebanyak 91 kasus. Sedangkan selisih penurunan terkecil pada tahun 201 yaitu Rp3.058.510, karena pada tahun 2010 jumlah WP yang mengajukan keberatan PBB cuma 29 kasus. Penerimaan PBB sendiri sebelum keberatan pajak selama tiga tahun mengalami penurunan yang cukup signifikan karena antara target dan realisasi tidak sebanding dan selama tiga tahun ada 225 kasus keberatan PBB, 140 diantaranya diterima, hal ini mengakibatkan penerimaan PBB di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta selama tiga tahun berturut-turut menurun
B. REKOMENDASI 1. Pihak KPP Pratama Surakarta bisa mengadakan sosialisasi tentang Pajak Bumi dan Bangunan khususnya masalah keberatan PBB, sehingga WP mengetahui tata cara pengajuan keberatan PBB atas penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dan atau Surat Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Sebelum mengajukan permohonan keberatan PBB Wajib Pajak harus menyertakan dokumen-dokumen yang lengkap supaya tidak dikembalikan lagi, WP bisa bertanya terlebih dahulu kepada staff KPP Pratama Surakarta. 3. Sebagian besar pengajuan keberatan PBB dikarenakan kesalahan luas, kelas bumi dan bangunan. Seharusnya antara fiskus dengan aparat desa dan Wajib Pajak harus bekerja sama dalam pendataan tanah atau bangunan yang menjadi obyek PBB.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Fitriandi, Primandita., Birowo, Tejo., & Aryanto, Yuda. 2009. Kompilasi UU Perpajakan Terlengkap. Jakarta : Salemba Empat.
Gunadi. 2009. Panduan Komprehensif Ketentuan Umum Perpajakan. Jakarta : PT. Multi Utama Consultindo.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi. Muljono, Djoko, 2008, Ketentuan Umum Perpajakan, Andi, Yogyakarta.
Peraturan DJP Nomor PER-16/PJ/2010 Perubahan atas Peraturan DJP Nomor 25/PJ/2009 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan PBB
Soemitro, Rochmat. 1986. Pajak Bumi dan Bangunan. Bandung: PT. Eresco.
Statistik Penerimaan di KPP Pratama Surakarta
Suandy, Erly. 2005. Hukum Pajak. Jakarta : Salemba Empat.
Suhartono, Rudy. 2010. Ensiklopedia Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
Surat Edaran DJP Nomor SE-113/PJ/2009 tentang Penegasan Tata Cara Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan.
Waluyo dan Illyas. B. Wirawan. 2004. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat. commit to user Zain, Mohammad. 2003. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user