Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015
DAMPAK PEMBERDAYAAN PENGRAJIN BATIK OLEH DISKOPERINDAG DAN ESDM TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN UMKM BATIK JETIS SIDOARJO Arum Mayangsari Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga ABSTRACT This study aims to: (1) describe the coaching and empowerment of batik craftsmen in Jetis Sidoarjo by Diskoperindag and ESDM; (2) describe the benefits and impacts of coaching and empowerment of batik craftsmen in Jetis Sidoarjo by Diskoperindag and ESDM; (3) describe the impact of coaching and empowerment of batik craftsmen by Diskoperindag and ESDM on towards improving the welfare of MSMEs Batik Jetis Sidoarjo. The results in this study can be concluded that: (1) Coaching given by Diskoperindag and ESDM to batik craftsmen in Jetis Sidoarjo has been running optimally, where coaching is done through human resource development and improvement of technological capabilities; (2) Empowerment given by Diskoperindag and ESDM to batik craftsmen in Jetis Sidoarjo has been running optimally, where empowerment is done by facilitating access to capital and facilitating market access; (3) The benefits are increased knowledge, skills and increased motivation for batik craftsmen; (4) The impact made increasingly widespread marketing, an increasingly innovative design, and products that are more qualified; (5) Coaching and empowerment given by Diskoperindag and ESDM impact on the welfare of MSMEs as seen from the increased turnover of the batik craftsmen. Keywords: Coaching, Empowerment, Welfare, Batik Craftsmen
Pendahuluan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia sangat penting sebagai sumber pertumbuhan kesempatan kerja atau pertumbuhan ekonomi. Hal ini didukung dengan data Badan Pusat Statistik tahun 2010, besarnya proporsi PDB dari sektor UMKM mencapai 56% dengan jumlah kurang lebih 242.890 unit UMKM dengan tingkat penyerapan tenaga kerja diatas 97% (Badan Pusat Statistik, 2010). Dengan demikian, UMKM sangat diharapkan untuk bisa terus berperan secara optimal dalam upaya menanggulangi pengangguran yang jumlahnya cenderung meningkat terus setiap tahunnya. Dengan banyak menyerap tenaga kerja berarti UMKM juga punya peran strategis dalam upaya pemerintah selama ini untuk memerangi kemiskinan (Tambunan, 2009:46). Melihat kenyataan bahwa sebagian besar UMKM di Indonesia terdapat di pedesaan, kelompok usaha tersebut sangat diharapkan sebagai motor utama penggerak pembangunan dan pertumbuhan ekonomi pedesaan, yang berarti juga mengurangi kesenjangan pembangunan antara perkotaan dan pedesaan. UMKM di pedesaan dapat berperan sebagai pendorong diversifikasi kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian (Tambunan, 2009:46). Dari total 33 provinsi di Indonesia, Jawa Timur masih merupakan satu-satunya provinsi yang sektor
UMKM-nya memiliki peran penting dalam memajukan perekonomian daerah. Jumlah industrinya 54,34% berasal dari UMKM dan mampu menampung 98% tenaga kerja, sehingga selain mensejahterakan pelaku UMKM, juga membantu pemerintah dalam pengentasan pengangguran. Jumlah UMKM di wilayah Jawa Timur pada tahun 2010 mencapai 4,2 juta UMKM, dimana 85,09% merupakan usaha mikro; 14,19% merupakan usaha kecil; 0,57% usaha menengah dan hanya 0,15% berupa usaha skala besar. Usaha sektor UMKM telah membantu pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur dengan menyumbang produk domestik regional bruto (PDRB) sebesar 53,4% atau setara dengan Rp 415,7 triliyun, oleh karena itu sektor UMKM memiliki peranan yang strategis bagi perekonomian di Jawa Timur (BPS Jawa Timur, 2011). Kabupaten Sidoarjo yang berada di Provinsi Jawa Timur, ternyata juga memiliki jumlah UMKM paling banyak sekitar ribuan tersebar di 18 kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Salah satu kerajinan yang khas dari Sidoarjo yaitu Batik Tulis Sidoarjo yang ada di Kampung Batik Jetis. Mengingat Batik sudah menjadi ikon Indonesia di kancah internasional maka menjadi hal penting bagi pemerintah untuk membantu melestarikan budaya yang sudah diakui tersebut. Dinas terkait yang menjadi pendukung dalam pengelolaan UMKM khususnya Batik
293
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015
Jetis adalah Diskoperindag dan ESDM Sidoarjo. Pemerintah melalui Diskoperindag dan ESDM Kabupaten Sidoarjo melakukan suatu upaya untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh industri kecil batik di Kampung Batik Jetis. Apabila ditinjau dari peran pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 Tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil, maka sudah jelas bahwa perlunya peran pemerintah untuk melakukan pemberdayaan terhadap sektor industri kecil agar tetap berperan dalam mewujudkan perekonomian nasional yang semakin baik dan seimbang. Sehingga dalam hal ini, upaya yang dapat ditempuh oleh pemerintah melalui Diskoperindag dan ESDM Kabupaten Sidoarjo adalah dengan melakukan pemberdayaan. Hasil studi terdahulu yang dilakukan oleh Kumalasari dkk (2014) yang meneliti tentang pemberdayaan pengrajin batik oleh Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Sidoarjo untuk Industri Kecil Kampoeng Batik Jetis Kabupaten Sidoarjo. Dimana hasilnya membuktikan bahwa upaya yang dilakukan melalui pemberdayaan yang dilakukan sudah memberikan manfaat dan dampak yang baik bagi pengrajin batik, namun dampak baik tersebut belum merata dirasakan oleh seluruh pengrajin batik dikarenakan pemberdayaan belum menyeluruh dilakukan kepada semua pengrajin batik di Kampoeng Batik Jetis. Penelitian serupa dilakukan oleh Kurniawati dkk (2013) yang meneliti pemberdayaan masyarakat di bidang usaha ekonomi oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto, dimana hasilnya menemukan bahwa dampak dari program pemberdayaan yang telah dilaksanakan telah dapat meningkatkan kemandirian ekonomi terutama pada produktivitas dan pendapatan masyarakat yang mendapatkan bantuan. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pemberdayaan pengrajin batik Jetis Sidoarjo oleh Diskoperindag dan ESDM? 2. Bagaimana dampak pemberdayaan pengrajin batik oleh Diskoperindag dan ESDM terhadap peningkatan kesejahteraan UMKM Batik Jetis Sidoarjo? Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan pemberdayaan pengrajin batik Jetis Sidoarjo oleh Diskoperindag dan ESDM.
2.
Untuk mendeskripsikan dampak pemberdayaan pengrajin batik oleh Diskoperindag dan ESDM terhadap peningkatan kesejahteraan UMKM Batik Jetis Sidoarjo.
KERANGKA KONSEPTUAL Pemberdayaan Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan (Sulistiyani, 2004:7). Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Pemberdayaan berasal dari bahasa inggris yaitu “empowerment”, yang secara harafiah bisa diartikan sebagai “pemberkuasaan”, dalam arti pemberian atau peningkatan “kekuasaan” kepada masyarakat yang kurang beruntung (disavantage). Seperti halnya yang diungkapkan Moeljanto pengertian pemberdayaan masyarakat mengacu pada kata “empowerment”, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasi potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat (Wahyuono, 2001:9). Friedman (1992:160), mendefinisikan pemberdayaan sebagai pendekatan alternatif untuk membangun inisiatif masyarakat, dimana negara berperan dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan, memfasilitasi, dan mendukung. Sedangkan menurut Pranarka dan Moejato (1996:56-57), konsep pemberdayaan atau empowerment pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana yang adil dan beradap dalam kehidupan masyarakat yang diberdayakan. Dalam penelitian ini yang dimaksud pemberdayaan adalah pemberdayaan yang dilakukan terhadap UMKM. Menurut undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, mendefinisikan pemberdayaan sebagai upaya yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap UMKM, sehingga mampu tumbuh dan berkembangan menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Dari berbagai pandangan mengenai konsep pemberdayaan, maka dapat disimpulkan, bahwa pemberdayaan UMKM merupakan salah satu alternatif yang dipilih pemerintah dalam upaya mengurangi pengangguran, mengentas kemiskinan dan pemerataan pendapatan. Pemberdayaan UMKM dilakukan dengan menumbuhkan dan mengembangkan sektor usaha kecil.
294
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015
Teori Pemberdayaan UMKM Secara konseptual pemberdayaan UMKM terutama dapat dilakukan dengan sistem pemberdayaan pelaku UMKM itu sendiri. Keberhasilan pemberdayaan sangat bergantung pada partisipasi UMKM sebagai pelaku maupun stakeholder lain yang turut serta dan berperan dalam pengembangannya. Dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah disebutkan tujuan menumbuhkan dan mengembankan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Lebih lanjut dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tertuang jelas bahwa pemberdayaan UMKM memiliki beberapa tujuan yang terdiri dari: 1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan 2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. 3. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. Dengan adanya hal itu, pemberdayaan UMKM sangatlah penting untuk dilaksanakan. Jadi, pendekatan pemberdayaan UMKM menekankan titik beratnya pada pentingnya UMKM yang mandiri sebagai system yang mengorganisir diri mereka sendiri. Prinsip pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah berdasarkan UndangUndang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada pasal 4 adalah sebagai berikut: 1. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri. 2. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan. 3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 4. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 5. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu. Untuk meningkatkan kesempatan, kemampuan, dan perlindungan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, telah ditetapkan berbagai kebijakan tentang pencadangan
usaha, pendanaan, dan pengembangannya namun belum optimal. Hal itu dikarenakan kebijakan tersebut belum dapat memberikan perlindungan, kepastian berusaha, dan fasilitas yang memadai untuk pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam Undang-undang No 20 Tahun 2008 tentang UMKM perlu diberdayakan melalui cara berikut ini: 1. Penumbuhan iklim usaha yang mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 2. Pembinaan dan Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Sehingga dapat diketahui bahwa salah satu upaya pemberdayaan yang dapat dilakukan kepada UMKM adalah melalui adanya pembinaan. Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan yang lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang atau peningkatan atas sesuatu (Thoha, 2008:207). Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan sosial merupakan cara mengaitkan kesejahteraan dengan pilihan sosial secara obyektif yang diperoleh dengan cara menjumlahkan kepuasan seluruh individu dalam masyarakat (Badrudin, 2012). Suharto (2006:3) menyatakan bahwa kesejahteraan sosial juga termasuk sebagai suatu proses atau usaha terencana yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun badanbadan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui pemberian pelayanan sosial dan tunjangan sosial. Menurut Friedlander dalam Suud (2006:8) kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dimaksudkan untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan, dan hubunganhubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada mereka untuk memperkembangkan seluruh kemampuannya dan untuk meningkatkan kesejahteraannya sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakatnya. Menurut Durham dalam Suud (2006:7) kesejahteraan sosial dapat didefinisikan sebagai kegiatankegiatan yang terorganisasi bagi peningkatan kesejahteraan sosial melalui menolong orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan, dan hubungan-hubungan sosial.
295
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015
Dari beberapa definisi tentang kesejahteraan sosial, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu tindakan yang mengarah kepada kondisi sosial masyarakat yang menjamin kehidupan masyarakat dalam lingkungan untuk hidup dengan rasa nyaman, aman, dan tenteram untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Menurut Irawan (2007:101), metode deskriptif digunakan untuk mengkaji sesuatu seperti apa adanya (variabel tunggal) atau pola hubungan (korelasional) antara dua atau lebih variabel. Pemilihan informan sebagai data primer dalam penelitian ini didasarkan pada aktor yang terkait dalam batik tulis di Jetis, Sidoarjo, Jawa Timur yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Informan yang digunakan adalah 4 pengrajin batik, Kasi Perdagangan Dalam & Luar Negeri, dan Kabid Perindustrian. Instrumen penelitian dengan sumber data primer diperoleh melalui panduan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui jurnal, skripsi, laporan hasil penelitian, artikel internet dan artikel media massa. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teori Miles and Huberman yang meliputi tiga langkah yaitu: (1) Reduksi Data; (2) Display Data; (3) Verifikasi Data. PENYAJIAN DATA, ANALISIS DATA, DAN INTERPRETASI TEORITIK Pemberdayaan Pengrajin Batik Jetis Sidoarjo oleh Diskoperindag dan ESDM Tingginya persaingan di tengah arus globalisasi membuat UMKM harus mampu menghadapi tantangan global, sehingga pemberdayaan UMKM menjadi semakin penting. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu alternatif yang dipilih pemerintah dalam upaya mengurangi pengangguran, mengentas kemiskinan dan pemerataan pendapatan. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 pasal 1 ayat 8 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyatakan bahwa pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam bentuk penumbuhan iklim usaha pembinaan dan pengembangan sehingga usaha kecil mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat informan dapat diketahui bahwa sejauh ini Diskoperindag dan ESDM telah melakukan pemberdayaan terhadap pengrajin batik tulis di Jetis Sidoarjo sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro, terutama yang masih berstatus keluarga miskin dalam rangka memperoleh pendapatan yang tetap, melalui upaya peningkatan kapasitas usaha, sehingga menjadi unit usaha yang lebih mandiri. Namun, pemberdayaan yang diberikan sejauh ini belum optimal secara keseluruhan, dimana ada pengrajin yang merasa bahwa pemberdayaan ini sudah optimal dan ada yang belum merasakan pemberdayaan dengan optimal, dimana masih ditemukan adanya pengrajin yang belum mendapatkan bantuan promosi, selain itu juga promosi yang diberikan tidak dilakukan secara intens. Pemberdayaan yang diberikan oleh Diskoperindag dan ESDM kepada para pengrajin adalah berkaitan dengan fasilitasi akses permodalan dan akses pemasaran. Fasilitasi yang diberikan ini dapat membantu meningkatkan nilai jual produk UMKM khususnya batik. Selain itu juga dapat membantu produk UMKM untuk dapat bersaing dengan produk-produk asing yang berada di pasaran Indonesia. Seperti yang diungkapkan oleh Sudaryanto (2011) menyatakan bahwa pemberdayaan UMKM perlu dilakukan salah satunya dengan perluasan area pemasaran guna untuk menambah nilai jual UMKM itu sendiri agar dapat bersaing dnegan produk asing. Fasilitasi akses pemasaran ini dilakukan oleh Diskoperindag dan ESDM untuk memberikan peluang para pengrajin untuk memperkenalkan produk batik tulis kepada masyarakat Indonesia lebih luas bahkan mancanegara/internasional. Fasilitasi akses pemasaran yang diberikan oleh Diskoperindag dan ESDM berupa pengadaan promosi melalui pameran dan e-commerce, seperti yang diberikan kepada salah satu informan dalam penelitian ini yang merupakan pemilik batik Kunto, dimana fasilitasi pemasaran diberikan berupa adanya promosi ke luar Negeri yaitu ke Tianjin. Selain itu juga melakukan kerjasama dengan Telkom untuk melakukan promosi melalui online seperti memasarkan produk batik dari pengrajin di Sidoarjo melalui situs e-commerce seperti bukalapak.com. Namun fasilitasi pemasaran yang diberkan masih belum merata dimana masih ada pengrajin yang tidak mendapatkan kesempatan mengikuti pameran dan tidak semua produk dipasarkan dalam situs bukalapak.com. Selain memberikan fasilitasi pemasaran, Diskoperindag dan ESDM juga memberikan fasilitasi akses permodalan guna memberikan kemudahan untuk para pengrajin. Bentuk akses permodalan yang diberikan
296
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015
oleh pihak Diskoperindag dan ESDM ini adalah pinjaman yang diberikan selama setahun sekali baik dengan jaminan atau tanpa jaminan. Namun kemudahan akses modal ini tidak dirasakan oleh semua pengrajin, dikarenakan ketersediaan jaminan fisik seringkali jadi masalah dalam akses permodalan usaha kecil batik. Selain beberapa hal yang dilakukan terkait dengan pemberdayaan yang diberikan kepada para pengrajin yang telah dijelaskan diatas, pemberdayaan juga dilakukan dengan memberikan pembinaan dengan para pengrajin. Hal ini dilakukan guna menghadapi tingginya persaingan di tengah arus globalisasi yang menuntut setiap pelaku usaha harus mampu menghadapi tantangan global, sehingga pemberdayaan UMKM melalui pembinaan menjadi semakin penting seperti meningkatkan inovasi produk dan jasa, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi, serta perluasan area pemasaran. Hal ini perlu dilakukan untuk menambah nilai jual UMKM itu sendiri, utamanya agar dapat bersaing dengan produk-produk asing yang kian membanjiri sentra industri dan manufaktur di Indonesia, mengingat UMKM adalah sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia (Sudaryanto, 2011:56-67). Adapun tujuan pembinaan menurut Mangunhardjono dalam Kumalasari dkk (2014) terdiri dari: (a) Melihat diri dan pelaksanaan hidup serta kerjanya, (b) Menganalisis situasi hidup dan kerjanya dari segala segi positif dan negatifnya, (c) Mencari masalah hidup dan masalah dalam kerjanya, (d) Mencari hal yang sebaiknya diubah dan diperbaiki, (e) Merencanakan sasaran dan program dalam hidup dan kerjanya setelah mengikuti pembinaan. Pembinaan yang diberikan kepada pengrajin berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia dan teknologi. Pembinaan berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia dilakukan yaitu berupa pelatihan desain dan motivasi kewirausahaan. Sedangkan pembinaan peningkatan kemampuan teknologi yang berupa kemampuan teknologi dalam produksi batik dan kemampuan teknologi dalam pemasaran. Hasil dari pembinaan yang diberikan ternyata belum semuanya berjalan dengan optimal, karena pembinaan tidak dilakukan secara intens atau kontinu. Dengan adanya pemberdayaan dapat memberikan manfaat pada para pengrajin utnuk dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilan dalam membatik serta motivasi yang lebih tinggi untuk terus dapat mengembangkan usaha batik yang dijalankan. Namun hal tersebut tidak dirasakan oleh semua pengrajin, karena pemberdayaan belum dilakukan dengan intens dan merata.
Dampak Pemberdayaan Pengrajin Batik oleh Diskoperindag dan ESDM terhadap Peningkatan Kesejahteraan UMKM Batik Jetis Sidoarjo Pemberdayaan yang diberikan oleh Diskoperindag dan ESDM kepada pengrajin ini dapat memberikan beberapa dampak kepada industri batik tulis di Jetis Sidoarjo seperti pemasaran yang semakin luas, desain yang semakin inovatif, meningkatkan jumlah produksi, serta memperbaiki dan meningkatkan kualitas hasil produksi batik. Namun dampak tersebut tidak dirasakan oleh semua pengrajin karena pemberdayaan yang diberikan kurang maksimal sehingga dampak yang dirasakan kurang terlihat. Dampak lainnya program pemberdayaan dapat dilihat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, tetapi hal ini juga tidak dirasakan oleh semua pengrajin. Namun secara keseluruhan pemberdayaan yang diberikan dapat meningkatkan kesejahteraan pengrajin. Hal ini dapat diketahui dari tujuan awal dilakukan Pemberdayaan kepada para pengrajin adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para pengrajin, dan hasil yang didapatkan adalah para pengrajin mengalami peningkatan kesejahteraan melalui peningkatan omset, seperti halnya Ibu Astri Kunto selaku pemilik Batik Kunto yang sempat mendapatkan promosi ke Tianjin. Dimana dengan adanya akses promosi yang diberikan tersebut semakin menambah pendapatan dan omset selama perbulan. Berkaitan dengan teori kesejahteraan, pemberdayaan yang dilakukan oleh Diskoperindag dan ESDM kepada Pengrajin Batik di Jetis Sidoarjo dapat meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat, seperti teori yang dikemukakan oleh Suharto (2006:3) yang menyatakan bahwa kesejahteraan sosial merupakan suatu proses atau usaha terencana yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui pemberian pelayanan sosial dan tunjangan sosial. PENUTUP Simpulan 1. Pemberdayaan oleh Diskoperindag dan ESDM kepada Pengrajin Batik Jetis Sidoarjo berkaitan dengan fasilitasi akses permodalan dan fasilitas pemasaran. Fasilitasi akses permodalan diberikan berupa pinjaman selama setahun sekali dengan bekerjasama dengan Bank Jatim, dan memberikan bunga 6% dengan jaminan atau tanpa jaminan. Selain itu, Diskoperindag dan ESDM juga memberikan fasilitasi akses pemasaran berupa promosi melalui pameran baik dalam maupun luar negeri serta promosi melalui situs e-commerce seperti bukalapak.com. Pembinaan yang diberikan oleh
297
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015
Diskoperindag dan ESDM kepada Pengrajin Batik Jetis Sidoarjo sudah berjalan dengan optimal. Pembinaan yang diberikan kepada para pengrajin berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kemampuan teknologi dengan mengenalkan web untuk berbisnis dan corak corak batik demikian juga menghantarkan pada pembinaan pada balai besar batik di Jogya. Dengan adanya pemberdayaan dapat memberikan manfaat seperti dapat memberikan banyak pengetahuan dan ketrampilan bagi pengrajin serta mendapatkan motivasi yang lebih tinggi, sehingga dapat berdampak pada pemasaran yang semakin luas, desain yang semakin inovatif, dan produk yang semakin berkualitas. 2. Pemberdayaan yang diberikan oleh Diskoperindag dan ESDM berdampak pada kesejahteraan sosial pengrajin batik yang dilihat dari peningkatan omset para pengrajin, sehingga dengan adanya pemberdayaan maka para pengrajin dapat meningkatkan kualitas kehidupan. Selain itu juga terdapat perbedaan sebelum dan sesudah Pemberdayaan dan Pembinaan yang dilakukan yaitu peningkatan dalam hal promosi dan pemasaran Saran 1. Diharapkan kedepannya Diskoperindag dan ESDM dapat meningkatkan pemberdayaan pada para pengrajin batik di Jetis Sidoarjo dengan mendatangkan para pemain bisnis batik yang sukses yang merambah eksport garmen ke luar Negeri, dimana dengan hal tersebut maka dapat memperoleh cara-cara sukses kepada para pengrajin. 2. Diharapkan juga dapat melakukan studi banding sentra batik yang ada di Indonesia yang lebih intensif guna lebih kreatif dengan melakukan studi banding ke sentra batik di wilayah yang sudah lebih maju. Melalui studi banding yang dilakukan, maka dapat mencontoh kiat sukses dari UMKM sentra batik tersebut. 3. Diharapkan agar dapat membekali para pengrajin batik dengan bahasa inggris, hal ini guna dapat mengembangkan pemasaran produk ke luar negeri atau mengenalkan kepada warga asing yang datang ke Indonesia, dimana pembekalan bahasa inggris dilakukan guna dapat melakukan interaksi kepada warga asing yang membeli batik. 4. Diharapkan agar kedepannya Diskoperindag dan ESDM lebih lagi melakukan pemberdayaan pengrajin batik di Jetis Sidoarjo agar lebih diberdayakan dengan kemudahan akses modal dengan memonitoring efektifitas penggunaan modal, jika efektif maka diberi modal yang lebih besar
5. Diharapkan agar dapat mengembangkan fasilitasi pemasaran yang diberikan kepada para pengrajin, seperti bekerjasama dengan berbagai pihak untuk memasarkan produk melalui situs e-commerce yang tidak hanya melalui bukalapak.com melainkan melalui OLX, Tokopedia dan lain sebagainya DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2010. Analisis Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan distribusi pendapatan. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2011. Provinsi Jawa Timur dalam Angka 2011. Surabaya: BPS Provinsi Jawa Timur. Friedmann, John. 1992. Empowerment: The Politics of Alternative Development. Chambridge: Blackwell Publishers. Irawan, Prasetya. 2007. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu Sosial. Jakarta: DIA FISIP UI. Kumalasari, Y.Y., A. Suryono., dan Rozikin, M. 2014. Pembinaan Dan Pemberdayaan Pengrajin Batik. Jurnal Administrasi Publik, Vol.2, No.1 Kurniawati, D.P., B. Supriyono., I. Hanafi. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Usaha Ekonomi (Studi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto). Jurnal Administrasi Publik, Vol. I, No. 4, pp.9-14 Prijono, Onny S. dan Pranarka, A.M.W. (ed.), 1996, Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Sudaryanto. 2011. The Need for ICT-Education for Manager or Agribusinessman to Increasing Farm Income: Study of Factor Influences on Computer Adoption in East Java Farm Agribusiness. Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT. Refika Aditama. Sulistiyani, A.T. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogjakarta: Gava Media. Suud, Mohammad. 2006. 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Prestasi Pustaka. Tambunan, Tulus. 2009. Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: Ghalia Indonesia. Thoha, Miftah. 2008. Reformasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi. Jakarta: Prenada Media Group Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
298