ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS PERAN PENGURUS PAGUYUBAN KAMPUNG BATIK TULIS JETIS DALAM PEMBERDAYAAN PELAKU UMKM BATIK TULIS (Studi Kasus di Kampung Batik Tulis Desa Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo)
Oleh
ACHMAD NASIKHUL ULUM
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016
i
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS PERAN PENGURUS PAGUYUBAN KAMPUNG BATIK TULIS JETIS DALAM PEMBERDAYAAN PELAKU UMKM BATIK TULIS (Studi Kasus di Kampung Batik Tulis Desa Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo)
Oleh
ACHMAD NASIKHUL ULUM NIM 091414253016
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016
ii
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN KAMPUNG BATIK TULIS JETIS DALAM PEMBERDAYAAN PELAKU UMKM BATIK TULIS
(Studi Kasus di Kampung Batik Tulis Desa Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo) TESIS Untuk memperoleh Gelar Magister Dalam Program Studi Pengembangan Sumberdaya Manusia Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga
Oleh: Achmad Nasikhul Ulum 091414253016
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016 iii
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS Tesis ini Telah di Uji Oleh Panitia Penguji Tesis Pada Program Studi Pengembangan Sumber Daya Manusia Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga
Panitia Penguji Ketua Anggota
: Dr. Falih Suaedi,Drs.,M.Si : 1. Prof.Dr.Budi Prasetyo,Drs.,M.Si 2. Dr. Pinky Saptandari Endang P,S.Psi.,M.Psi 3. Dr.M.Ghazali Bagus Ani Putra,S.Psi.,M.Psi
v
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
UCAPAN TERIMA KASIH Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang, segala puji bagi-Mu Tuhan semesta alam yang telah memberikan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah yang berbentuk karya tulis ilmiah berupa tesis dengan judul “Peran Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis Dalam Pemberdayaan Pelaku UMKM Batik Tulis (Studi Kasus di Kampung Batik Tulis Desa Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo”, guna memperoleh gelar magister (S2) pada Program Pascasarjana Universitas Airlangga Program Studi Pengembangan Sumberdaya Manusia Tahun 2016. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan umatnya ke jalan yang benar dan terang. Tidak terlupakan pula dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Orang tua tercinta, Ibu, Siti Khuzaimatun, dan Ayah, Sanuri, yang senantiasa mengajarkan hal-hal hebat dalam hidup ini. Terima kasih atas kesabaran dalam mendidik, membesarkan, dan tidak henti-henti nya mendoakan serta mendorong penulis untuk selalu berjuang. 2. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Iswati, SE., M.Si., Ak., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, dan Bapak Prof. Dr. Anwar Ma’ruf, drh.,M.Kes, selaku Wadir 1 Bidang Akademik, yang telah memberikan kebijaksanaan dalam mempermudah proses penyelesaian tesis ini.
vii
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. Bapak Dr. Windijarto, SE.,MBA, selaku Kepala Program Studi Pengembangan Sumberdaya Manusia yang telah memberikan dorongan dalam menyelesaikan tesis ini. 4. Bapak Prof. Dr. Budi Prasetyo, Drs.,M.Si, dan Ibu Dr. Pinky Saptandari.,MA, yang telah memberikan bimbingan serta mengarahkan penulis dalam proses mengerjakan tesis ini. 5. Segenap dosen Prodi PSDM yang telah memberikan dorongan dalam menyelesaikan tesis ini. 6. Kepala Desa Jetis, beserta staff yang telah mempermudah penulis dalam mencari data. 7. Segenap Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis yang membantu terselesainya tesis ini. 8. Bapak dan Ibu staff /karyawan Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga yang telah memberikan dukungan kepada saya baik berupa moril maupun spiritual, sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini dengan baik. 9. Semua rekan-rekanku mahasiswa Prodi PSDM angkatan tahun 2014, yang telah memberikan motivasi hingga terealisasinya tesis ini, semoga tercapai segala cita-citamu. Amiin 10. Bapak dan Ibu petugas perpustakaan pusat Universitas Airlangga, yang telah membantu penulis untuk mendapatkan kemudahan dalam hal referensi buku, terima kasih.
viii
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11. Semua Pelaku UMKM/Pengrajin Batik Tulis serta masyarakat Desa Jetis yang membantu. Semoga amal dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima disisi Allah SWT dan penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih. Surabaya, 22 Mei 2016
A. Nasikhul Ulum
ix
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SUMMARY The Role Of The Governing Community Of Handmade Batik Tulis Jetis Village In The Process Of Empowerment Was Micro, Small, And Medium Enterprises Of Batik Tulis (The Case In The Batik Tulis Village Jetis Village District Sidoarjo The District Of Sidoarjo) There are three issues examined in this Thesis, (1). What is the condition of small middle Batik Tulis Jetis Village in Sidoarjo before the process of empowerment Governing community of handmade Batik Tulis Jetis happened? (2). How is the process of empowerment small middle business community subject even from institutional empowerment, activity empowerment, empowerment of funding, until empowerment of network? (3). How is the change after the process of empowerment small middle business community subject in handmade Batik Tulis Jetis in Sidoarjo? This research used participatory action research (PAR). The data collected through observation, interview, focus group discussion, documentation and researchers involved. While, the researcher steps to use in this research are pre field step, field step, and analyze data step. Validity of economic society of ASEAN (MEA) free commerce in the end of 2015 would be expected by governing community of handmade Batik Tulis Jetis Village by applying empowerment strategic to their members. This strategy include empowerment that related to institutional, empowerment of small middle business community member activity, empowerment funding, and empowerment of system. Surely that strategy is to build the capacity building of human resources of small micro business and middle (UMKM) be ready to face economic of ASEAN (MEA). Empowerment program that already formed by governing community of handmade Batik Tulis Jetis Village motivated from critics of handmade Batik Creator it self. A lot of handmade Batik Tulis Jetis business man who go bankrupt, because of they cannot produce a good handmade Batik Tulis product that impact to the handmade batik market, so several handmade Batik Tulis business man change their business. Until now the community of handmade Batik Tulis Jetis already had at least 45 creator and once only amounted 17 creator. But only 30 creator that ready to face ASEAN market, while the rest of it, is a beginner creator and now they really intens to follow good empowerment program from governing community, either from government. In this case, a thing that become a reason why empowerment of handmade Batik Tulis by governing community of handmade Batik Tulis Jetis Village should be investigated and assessed. With hopes, that this participation of research step can make
x
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
a empowerment program which is can build capacity building of batik creator to be powerless in order to face economic society of ASEAN (MEA). Keywords: empowerment, small medium business community/creator, ASEAN community society, capacity building.
xi
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
The Role Of The Board Of The Society Of The Batik Tulis Jetis Village In The Process Of Empowerment Was Micro, Small, And Medium Enterprises Of Batik Tulis (The Case In The Batik Tulis Village Jetis Village District Sidoarjo The District Of Sidoarjo) ABSTRACT 5 empowerment programs made by governing community had already give good benefit and impact for the subject of small medium business community/creator, but the goog impact did not be perceived equally yet by all of the subject of small medium business community/creator because of there are 2 society group in the Jetis Village, That is modern group society and traditional group society. Traditional group society is a group that maintain originally of handmade Batik Tulis Jetis which is incidentally very contrast with 5 main empowerment programs from governing community. This group stated that handmade Batik Tulis Jetis that become heritage must be treated and preserved good it doesn’t get rid of the originality. While modern group society is a group that maintain handmade Batik Tulis Jetis correspond to the context of it’s time. Their point of view is very dynamic because can harmonize between cultural heritage with the advance of digital technology. Generally, all the subject of small middle business community/creator of handmade Batik Tulis Jetis is ready to face ASEAN Economy Society (MEA), however no existence of an standard scale (ASEAN) of batik make them become pessimist so they insist the Government to make a standard batik that recognized by ASEAN.
Keywords: empowerment, small medium business community/creator, ASEAN community society, capacity building.
xii
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI Sampul Depan…………………………………………………………………..
i
Sampul dalam…………………………………………………………………...
ii
Prasyarat Gelar………………………………………………………………….
iii
Lembar Pengesahan……………………………………………………………..
iv
Penetapan Panitia………………………………………………………………..
v
Lembar Orisinalitas………………………………………………………………
vi
Ucapan Terima Kasih……………………………………………………………
vii
Summary…………………………………………………………………………
x
Abstract………………………………………………………………………….
xii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..
xvii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………
xviii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...
1
1.1. Latar Belakang………………………………………………………
1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………
16
1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………………….
16
1.4. Manfaat Penelitian…………………………………………………..
17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….
19
2.1. Kajian Kepustakaan Konseptual………………………………………… 19 2.1.1. Kajian Tentang Pemberdayaan…………………………………… 19 2.1.2. Kajian Tentang Capacity Building……...………………………… 25 2.1.3. Kajian Tentang Pengorganisasian Pelaku UMKM…..…………… 38
xiii
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.1.4. Kajian Tentang Usaha Kecil Mikro dan Menengah……………… 43 2.2. Penelitian Terdahulu Yang Relevan…………………………………….. 64 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL…………………………………………
71
BAB IV METODOLOGI………………………………………………………... 75 4.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian…………………………………………. 75 4.2. Jenis Data dan Sumber Data……………………………………………… 78 4.3. Tahap-tahap Penelitian Transformatif…………………………………… 82 4.4. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………. 88 4.5. Teknik Analisa Data……………………………………………………… 92 4.6. Teknik Validasi Data…………………………………………………….. 93 BAB V GAMBARAN LOKASI PENELITIAN………………………………… 96 5.1. Kondisi Geografis……………………………………………………….. 96 5.2. Keadaan Demografi……………………………………………………... 96 5.3. Kampung Batik Tulis Jetis………………………………………... ……
101
5.3.1. Sejarah Kampung Batik Tulis Jetis………………………………. 101 5.3.2. Proses Berdirinya Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis…. ……
105
5.3.5. Mekanisme Pelaksanaan Program Pemberdayaan Kampung Batik Tulis Jetis………………………………………………….. BAB VI PEMBAHASAN……………………………………………………
115 124
6.1. Kondisi Pelaku UMKM/Pengrajin Batik Tulis Jetis Sebelum Terjadi Proses Proses Pemberdayaan Oleh Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis………………………………………………………………… 124 6.1.1. Kondisi Secara Ekonomi Pelaku UMKM/Pengrajin Batik Tulis Jetis Sebelum Terjadi Pemberdayaan Oleh Pengurus Paguyuban……… 126
xiv
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6.1.2. Kondisi Secara Sosial Pelaku UMKM/Pengrajin Batik Tulis Jetis Sebelum Terjadi Pemberdayaan Oleh Pengurus Paguyuban……… 128 6.2.
Proses Pemberdayaan Pelaku UMKM/Pengrajin Batik Tulis Jetis Baik Dari Aspek Pemberdayaan Kelembagaan, Pemberdayaan Kegiatan, Pemberdayaan Terhadap Pendanaan, Hingga Pemberdayaan Jaringan..131 6.2.1. Membangun Kesadaran Pelaku UMKM/Pengrajin Batik Tulis…131 6.2.2. Bentuk Pemberdayaan di Bidang Kelembagaan………… .
143
6.2.3. Bentuk Pemberdayaan di Bidang Kegiatan…………………
145
6.2.4. Bentuk Pemberdayaan di Bidang Pendanaan………………
148
6.2.4.1. Peran Sentral Dari Koperasi Batik Tulis Jetis…………… 154 6.6.2. Peran Pendukung DISKOPERINDAG Sidoarjo Dalam Membantu Permodalan Pelaku UMKM/Pengrajin Batik Tulis Jetis……………………………………………………154 6.2.5. Bentuk Pemberdayaan di Bidang Jaringan………………………155 6.3. Perubahan Yang Terjadi Setelah Proses Pemberdayaan Pelaku UMKM/ Pengrajin Kampung Batik Tulis Jetis………………………………… 156 6.3.1. Dampak Pemberdayaan di Bidang kelembagaan dan Jaringan…156 6.3.2. Dampak Pemberdayaan di Bidang Pendanaan…………………158 6.3.3. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Pelaku UMKM/ Pengrajin Batik Tulis Jetis………………………………………159
6.3.4. Jasa-Jasa Dari Stakeholder Atas Berdirinya Kampung Batik Tulis Jetis………………………………………………………………160 6.3.5. Harapan Pelaku UMKM/Pengrajin Batik Tulis Jetis Setelah Pemberdayaan Yang Dilakukan Oleh Pengurus Paguyuban……161 6.4. Analisis Hasil Penelitian………………………………………………163 6.4.1. Pengorganisasian Pelaku UMKM/Pengrajin Batik Tulis……… 163 5.4.2. Pemberdayaan Pelaku UMKM/Pengrajin Batik Tulis………… 170 xv
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.4.3. Pengembangan Kapasitas (Capacity Building) Pelaku UMKM/ Pengrajin Batik Tulis………………………………………………172 BAB VII PENUTUP…………………………………………………………… 176 7.1. Kesimpulan…………………………………………………………… 176 7.2. Saran……………………………………………………………………178 7.2.1. Saran Secara Akademik Untuk Peneliti Selanjutnya…………… 179 7.2.2. Saran Untuk Kebijakan Selanjutnya…………………………… 174
xvi
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Tingkatan Capacity Building………………………………………. 29
Gambar 2.2.
Siklus Capacity Building……………………………………………34
Gambar 3.1.
Kerangka Berfikir Penelitian………………………………………..70
Gambar 6.1.
Susunan Kepengurusan Koperasi Batik Tulis Jetis…………………147
xvii
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1.
Program Pemberdayaan Pengurus Paguyuban………………………10
Tabel 2.1.
Batas Usaha Kecil dan Variasi Indikatornya……………………….. 45
Tabel 4.1.
Penentuan Informan…………………………………………………79
Gambar 5.1.
Daftar Anggota Paguyuban Batik Tulis Jetis……..…………………106
xviii
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Gagasan pemberdayaan (empowerment) adalah sentral bagi strategi keadilan sosial dan hak azazi manusia (HAM). Pemberdayaan adalah kata yang telah digunakan secara berlebihan dan sedang berada dalam bahaya kehilangan arti subtansifnya. Ia merupakan pusat dari gagasan-gagasan kerja masyarakat, dan banyak pekerja masyarakat akan memilih mendefinisikan
peranan
mereka
dalam
pengertian
suatu
proses
pemberdayaan. 1 Pemberdayaan juga mempunyai arti kata yang sama dengan proses pengembangan masyarakat, yang secara umum kata ini diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya.2 Meminjam istilah “masyarakat yang berdaya” dari Mohammad Hatta, 3 bahwasannya tipe masyarakat yang berdaya itu harus sejahtera dalam bidang sosial-ekonomi. Sesuai dengan cita-cita sosial-ekonomi, bagi Hatta “Republik Indonesia yang akan dibangun tidak saja berdasarkan politik sosial, tetapi juga mempunyai dukungan moril dan agama”. Untuk itu, tujuan pembangunan ekonomi Indonesia menurut Hatta haruslah
1
Jim Ife, Frank Tesoriero: Community Development, (Yogyakarta: Pustaka Belajar 2008), hal. 130. Arif Budiman: Teori Pembangunan Dunia Ketiga, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 2000), hal. 1. 3 The Father of the Founding Fathers, karena pemikiran politiknya telah berkembang dan menjadi satu strategi untuk mencapai Indonesia Merdeka. Lihat Sri-Edi Swasono (ed.) Bung Hatta Bapak Kedaulatan Rakyat, (Jakarta: Yayasan Hatta, 2002), hal. 3. 2
1
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
diarahkan kepada “bagaimana menciptakan satu masyarakat yang adil dan makmur”. 4 Dalam hal ini Hatta mengajak untuk mendukung aktivitas ekonomi yang hendak dibangunnya, yaitu nilai dasar kepemilikan, keadilan serta kebersamaan dan persaudaraan yang diimplementasikan ke dalam ekonomi kerakyatan. Usaha kecil dalam perekonomian suatu Negara, memiliki peran yang penting. Bukan saja di Indonesia, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa posisi usaha kecil dan menengah mempunyai peranan strategis di Negara-negara lain juga. Indikasi yang menunjukkan peranan usaha kecil dan menengah itu dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDB, Ekspor non-migas, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang cukup berarti. Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan yang sangat penting terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha kecil. Usaha kecil ini selain memiliki arti strategis bagi pembangunan, juga sebagai upaya untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai.5 Usaha mikro, kecil, dan menengah atau yang lebih sering kita dengar dengan istilah popular UMKM, sebagaimana diatur dalam UndangUndang No. 20 Tahun 2008, adalah usaha produktif yang memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu. Dalam Undang-Undang No. 20
4
Anwar Abbas, Bung Hatta dan Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2010), hal. 159. 5 Pandji Anoraga, PENGANTAR BISNIS: Pengelolaan Bisnis Dalam Era Globalisasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hal. 47.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
Tahun
2008
juga
disebutkan
bahwa
keberadaan
UMKM
dan
pengelolaannya oleh pemerintah dimaksudkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan, meliputi: 1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan. 2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha mikro, kecil, dan menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. 3. Meningkatkan
peran
usaha
mikro,
kecil,
dan
menengah
dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan kemiskinan.6 Globalisasi ekonomi yang dipengaruhi oleh ekonomi neoklasik dan kekuatan kapitalis transnasional telah membawa dampak pada banyak orang. Mereka merasakan bahwa ekonomi mainstream tidak lagi memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini terlihat pada angka pengangguran yang tinggi dalam
banyak
masyarakat
yang
ditambah
dengan
‘pengangguran
tersembunyi’, yakni mereka yang tidak terhitung dalam statistik resmi. 7 Pengusaha mikro, kecil, dan menengah dapat membantu pembangunan dalam arti ini, karena tindakan dan kegiatan mereka yang bebas dan otonom. Yang dicari adalah kelas menengah yang kuat, dinamis, dan efisien dari sudut ekonomi, bertindak berdasarkan rasa tanggung jawab 6
Budi Harsono, Tiap Orang Bisa Menjadi PENGUSAHA SUKSES Melalui UMKM, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014), hal. 32. 7 Jim Ife, Frank Tesoriero, Community Development, (Yogyakarta: Pustaka Belajar 2008), hal. 422.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
memberikan dukungan politik pada konsep hak-hak asasi manusia dan kebebasan, struktur sosial dan pemerintahan liberal-demokratik, tujuan sosial—sekurang-kurangnya
untuk
mencapai
tingkat
kesejahteraan
minimum—adalah untuk menjamin agar kebutuhan dasar seluruh rakyat (pangan, sandang, perumahan, kesehatan, dan pendidikan) terpenuhi. 8 Dalam strategi tersebut memiliki nilai instrumental, nilai instrumental pertama yang dianggap penting adalah nilai instrumental kerja sama ekonomi. Hal ini terlihat dalam pasal 33 UUD 1945 yang dirumuskannya menjelaskan bahwa “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia harus disusun sebagai usaha bersama (at-ta’awun) berdasarkan atas asas kekeluargaan dan atau kerja sama. Oleh karena itu di dalam diri masing-masing pelaku ekonomi yang ada, baik dia berupa perusahaan Negara, koperasi dan atau perusahaan swasta, maka di dalamnya harus ada semangat kebersamaan dan kekeluargaan serta kerja sama tanpa itu maka tujuan dan cita-cita pembangunan tidak akan dapat tercapai.9 Oleh
karena
itu,
untuk
suksesnya
pembangunan
sebuah
perekonomian maka sebuah Negara harus menggelorakan kerja sama diantara para pelaku ekonominya sehingga terbentuklah sinergi yang mampu mendorong bagi terjadinya pertumbuhan dan pemerataan di 8 9
TESIS
Ronald Clapham, Pengusaha Kecil dan Menengah Di Asia Tenggara, (Jakarta: LP3ES, 1991), hal. 6. Anwar Abbas, Bung Hatta dan Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2010), hal. 190.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
kalangan pelaku ekonomi yang ada bagi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat. Dari total 33 provinsi di Indonesia, Jawa Timur masih merupakan satu-satunya provinsi yang sektor UMKM-nya memiliki peran penting dalam memajukan perekonomian daerah. Jumlah industrinya 54,34% berasal dari UMKM dan mampu menampung 98% tenaga kerja, sehingga selain mensejahterahkan pelaku UMKM, juga membantu pemerintah dalam pengentasan pengangguran. Jumlah UMKM di wilayah Jawa Timur pada tahun 2010 mencapai 4,2 juta UMKM, dimana 85,09% usaha menengah dan hanya 0,15% berupa usaha skala besar. Usaha sektor UMKM telah membantu pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur dengan menyumbang produk domestic regional bruto (PDRB) sebesar 53,4% atau setara dengan Rp. 415,7 triliyun, oleh karena itu sektor UMKM memiliki peranan strategis bagi perekonomian di Jawa Timur.10 Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi industri yang cukup baik, kebijakan otonomi derah di harapkan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membangun daerah Sidoarjo secara khusus dan Indonesia secara umum. Sebagai salah satu pusat industri di Jawa Timur, Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten terbesar yang menyumbangkan pendapatan terbesar pula karena banyak pengusaha mendirikan pabrik serta sentra industri di Kabupaten tersebut, 10
TESIS
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Timur dalam Angka 2011, (Surabaya: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2011).
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
sehingga hal tersebut turut mempengaruhi jumlah pendapatan asli daerah Kabupaten Sidoarjo. Salah satunya Desa Jetis, kampung yang terkenal memproduksi batik tulis dengan motif yang khas dari sidoarjo. Yang memang sejak dulu terkenal sebagai daerah penghasil kain batik tulis, dan batik tulis Jetis telah ada sejak tahun 1675. Batik tulis tersebut dibawa oleh Mbah Mulyadi, keturunan Raja Kediri. Namun perkembangan usaha batik tulis jetis baru Nampak pada tahun 1950-an.11 “Pekerjaan pembuatan batik tulis ini mula-mula merupakan industri rumah tangga yang sebagai warisan turun-temurun. Aktivitas membatik ini sepintas tampak sebagai suatu kegiatan sambilan yang seakan-akan hanya merupakan aktivitas mengisi waktu, bahkan pada tahun 1970-an, industri batik tulis Sidoarjo menjadi salah satu tiang penopang ekonomi yang mana 90% kaum perempuannya bekerja sebagai pengrajin atau hal-hal yang berhubungan dengan batik tulis. Namun apabila ditelusuri lebih jauh mengenai batik tulis tersebut ternyata mengandung nilai yang estetika. Motif batik tulis Desa Jetis didominasi flora dan fauna dengan warna yang mencolok yang menjadi keunggulan dan ciri khas batik tulis di Desa Jetis Kabupaten Sidoarjo, diantaranya adalah motif abangan dan ijoan (gaya Madura), beras kutah, krubutan (campur-campur), burung merak, dan masih banyak yang lainnya. Namun hal itu tidak didukung sumberdaya manusia yang memadai, di Desa Jetis pengusaha batik tulis jumlahnya semakin menurun. Hal tersebut dikarenakan karena banyak hal diantaranya kurangnya peran pemeritah dalam hal ini, dan tenaga pembatik pun makin berkurang karena mereka lebih memilih menjadi
11
TESIS
Hasil wawancara dengan Ir.R.Nurul Huda, M.Agr, pengusaha sekaligus ketua paguyuban batik tulis Jetis, pada tanggal 05 Desember 2015.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
pegawai pabrik atau sejenisnya sehingga penerus pembatik semakin berkurang.”12 Hingga saat ini Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis telah mempunyai anggota kurang lebih 45 pengrajin dari yang dulu hanya berjumlah 17 pengrajin saja. Namun hanya 30 pengrajin saja yang benarbenar siap dalam menghadapi pasar Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), sedangkan sisanya merupakan pengrajin pemula yang saat ini sedang intens mengikuti program-program pemberdayaan baik dari Pengurus Paguyuban, maupun dari pemerintah. Berlakunya perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di penghujung tahun 2015 ini tentu sudah di nantikan oleh pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Sidoarjo dengan menerapkan strategi pemberdayaan bagi para anggotanya. Strategi tersebut meliputi pemberdayaan yang berkaiatan dengan kelembagaan, pemberdayaan kegiatan anggota UMKM, pemberdayaan terhadap pendanaan, dan pemberdayaan terhadap jaringan. Tentunya strategi
tersebut
demi
membangun
kapasitas
(capacity
building)
SDM/Pengusaha Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) untuk siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Program pemberdayaan yang sudah dibentuk oleh Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis dilatar belakangi dari keluhan para 12
TESIS
Hasil wawancara dengan Ir.R.Nurul Huda, M.Agr, pengusaha sekaligus ketua paguyuban batik tulis Jetis, pada tanggal 05 Desember 2015.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
pengrajin batik tulis itu sendiri. Banyak pengusaha batik tulis yang harus gulung tikar, karena selain tidak dapat menghasilkan produk batik tulis yang bagus yang berdampak kepada sulitnya pemasaran batik tulis tersebut, sehingga beberapa pengusaha batik tulis beralih usaha.13 Sulitnya pemasaran sangat dirasakan oleh pengrajin batik, sehingga produksi mereka semakin berkurang pula dan bahkan berhenti untuk membatik, dan memilih untuk bekerja yang lain, yang mereka anggap pekerjaan lain lebih menghasilkan dan menjamin kehidupan mereka. Jadi kegiatan batik hanya mereka anggap sebagai hobi yang tidak dapat menghasilkan nilai ekonomi bagi keluarga mereka, hobi tersebut dapat muncul dan dapat pula hilang dengan cepatnya. Seperti yang dikatakan oleh Karmin (52 tahun): “Dulu waktu kecil banyak dari masyarakat desa yang bekerja sebagai pengrajin termasuk orang tua saya, karena menurut mereka selain mengisi waktu luang, batik tulis juga dapat menghasilkan nilai-nilai ekonomi bagi keluarga. Ada pula yang berpendapat bahwa hal tersebut merupakan potensi yang sudah diturunkan oleh nenek moyang Desa Jetis yang harus dipertahankan. Tapi semakin tahun jumlah pengrajin semakin berkurang, dan hal ini sangat memprihatinkan karena batik tulis sudah menjadi ciri khas desa ini dan sangat disayangkan pula banyak anak muda sekarang yang semakin enggan untuk mempertahankan kebudayaan Indonesia ini”.14
13
Hasil wawancara dengan H. M. Nur Wahyudi, pengusaha sekaligus pengrajin batik tulis, pada tanggal 17 januari 2016. 14 Hasil wawancara dengan Karmin (52 tahun), proses wawancara dilakukan di warung kopi pada tanggal 17 januari 2016 pukul 20.00 WIB.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu sumber daya pembangunan bangsa. Bahkan, SDM merupakan salah satu sumber daya terpenting di samping sumber daya alam, sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sumber daya lain dalam pebangunan suatu bangsa. Tanpa SDM tidak mungkin dapat di lakukan suatu kegiatan, termasuk pembangunan. Apabila dikaji secara mendalam seyogyanya pembangunan yang dilakukan oleh SDM semata-mata ditujukan untuk SDM itu sendiri. Pada hakikatnya, SDM yang dimiliki suatu bangsa sebenarnya merupakan suatu bangsa itu sendiri. Jadi salah satu syarat utama agar suatu Negara dapat melaksanakan pembangunan adalah tersedianya SDM yang mencukupi baik kuantitatif maupun kualitatif.15 Pendekatan dengan cara mengubah komposisi SDM berdasarkan asumsi bahwa kualitas SDM tidak semata-mata didasarkan pada pendidikan formal, tetapi tidak kalah penting adalah didasarkan pada kualitas ketrampilan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya mengubah komposisi SDM yang sebagian besar mempunyai ketrampilan tinggi. Adapun salah satu upaya untuk mengubah komposisi tersebut adalah melalui pendidikan pelatihan. Sebagai gambaran, walaupun seseorang berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan, apabila mempunyai ketrampilan kerja (mengolah sawah, montir traktor, pengrajin, dan lain-lain) maka SDM yang bersangkutan akan menjadi SDM yang tangguh. Sebab, dengan ketrampilan
15
TESIS
Moh. Ali Aziz, Rr. Suhartini, A. Halim. Dakwah pemberdayaan Masyarakat : Paradigma Aksi Metodologi, (Yogyakarta : PT. LKiS Pelangi Nusantara, 2005), hal. 103.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
barunya dia dapat lebih memberikan kontribusi tenaganya secara optimal dalam pembangunan ekonomi.16 Hingga sejauh ini, pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis telah membuat beberapa program yang berkaitan dengan pemberdayaan pelaku UMKM batik tulis. Beberapa program tersebut bisa dilihat dari tabel berikut: Tabel 1.1 Program Pemberdayaan Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis17 Program
Pelaksanaan
Fasilitator
No
Pemberdayaan
1.
1. Bulan Mei
pengrajin batik melalui ajang pameran.
1. Dinas
Koperasi
dan UMKM Jatim. 2. Antara bulan April hingga Juni.
2. Diskoperindag dan ESDM
Kota
Sidoarjo. 3. Bulan Januari.
3. Dinas
Pariwisata
Kota Sidoarjo.
4. Menyesuaikan jadwal dari
16 17
TESIS
4. Paguyuban
Ibid, hal. 119. Hasil wawancara dengan Ir.R.Nurul Huda,M.Agr selaku ketua paguyuban kampung batik tulis jetis, proses wawancara dilakukan di rumahnya pada tanggal 11-12-2015 pukul 19.00 WIB.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
pengurus, karena mereka harus menyesuaikan dengan
Kampung
Batik
Tulis Jetis.
event yang bekerjasama dengan kampung Batik Tulis Jetis.
2.
Pelatihan di
1. Waktu tidak tentukan,
bidang teknik membatik.
1.BadanPemberdayaan
karena
BPPM
Perempuan
menerima
pelaku
Masyarakat
UMKM setiap waktu.
(BPPM)
dan
Dinas
Pariwisata
Kota
Sidoarjo.
2. Menyesuaikan jadwal dengan BPPM Sidoarjo.
2. Paguyuban Kampung
Batik
Tulis Jetis.
3.
Pelatihan
di
1. Pelaksanaan program ini
bidang
bisa dilaksanakan sewaktu-
manajemen
waktu,
usaha.
kebijakan Dinkop Jatim.
sesuai
1. Dinas
UMKM
Jawa Timur.
dengan
2. Pelaksanaan program ini bisa dilaksanakan sewaktu-waktu,
2. Diskoperindag dan ESDM
Kota
sesuai dengan kebijakan Diskoperindag Sidoarjo.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
Sidoarjo.
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
3. Paguyuban Kampung
Batik
Tulis Jetis.
4.
Pelatihan
1.
PT.
Telkom
tidak
1. PT.
Telkom
informasi
membatasi waktu bagi ara
Indonesia
teknologi.
pelaku UMKM yang ingin
Kota Sidoarjo.
area
mengingukuti programnya.
2. Sebagai fasilitator, paguyuban kampong batik tulis jetis
2. Paguyuban Kampung
Batik
mengikuti jadwal anggota nya yang ingin mengikuti program
Tulis Jetis.
dari PT. Telkom. 5.
Program bagi
Bulan Mei-Juni.
1. Dinas Koperasi dan
mahasiswa
UMKM
sebagai mitra
Timur.
Jawa
kerja UMKM. 2. Paguyuban Kampung
Batik
Tulis Jetis.
Beberapa program pemberdayaan mempunyai manfaat yang sangat besar bagi pembatik, salah satu contoh nya adalah program pelatihan
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
informasi teknologi yang di buat oleh PT. Telkom Indonesia area Sidoarjo melalui CSR (corporate social responsibility). Dimana program ini menawarkan modernisasi bagi pembatik, baik bagi pembatik yang sudah menjadi anggota paguyuban maupun pembatik pemula. Program modernisasi ini berbentuk layanan penyedia website bagi pembatik yang sudah mempunyai brand sendiri, hingga pembuatan barcode untuk setiap item batik. Sehingga dengan adanya barcode tersebut mampu memberikan ciri tersendiri antara produk batik dari masing-masing brand, dan di samping itu sistem barcode juga melindungi batik dari ancaman pencurian. Namun, dari berbagi program pemberdayaan yang sudah dibuat oleh pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis, terdapat banyak hambatan dalam pelaksanaannya, seperti: 1. Mindset beberapa pengrajin batik yang masih tradisional, sehingga membuat program tersebut menjadi terhambat. Mereka lebih suka mengelola bisnis
sesuai
dengan
cara
mereka sendiri, seperti
memasarkan hingga mengadakan pameran. Persoalan tersebut menjadi perhatian khusus yang saat ini sedang dicari solusi nya oleh pengurus paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis, dengan harapan ke depan semua anggota bisa bersinergi dalam program pemberdayaan yang di fasilitasi oleh swasta maupun pemerintah. 2. Tidak adanya standar resmi produk batik yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Association of Southeast Asian Nations
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
(ASEAN).
Sehingga
saat
ini
para
pengrajin
batik
masih
mempertanyakan persoalan tersebut, apakah perlu sertfikasi atau pembekalan product of knowledge tentang standar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), agar para pembatik ini bisa benar-benar bersaing pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Standar kualitas yang dimaksud adalah standar produk batik, seperti: a. apakah warna batik tersebut mudah luntur atau tidak apabila di cuci?, b. apakah kepadatan kain batik benar-benar baik, sehingga ketika di jahit tidak mudah robek atau bolong? Beberapa hambatan proses pemberdayaan diatas juga didukung oleh penelitian sebelumnya. Penelitian Kumalasari dkk (2014) 18 yang meneliti tentang pemberdayaan pengrajin batik oleh Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, dan ESDM Kabupaten Sidoarjo untuk Industri Kecil Kampung Batik Jetis Kabupaten Sidoarjo. Dimana hasilnya membuktikan bahwa upaya yang dilakukan melalui pemberdayaan yang dilakukan sudah memberikan manfaat dan dampak yang baik bagi pengrajin batik, namun manfaat tersebut belum merata dirasakan oleh pengrajin batik dikarenakan pemberdayaan belum menyeluruh dilakukan kepada semua pengrajin batik di Kampung Batik Tulis Jetis. Beberapa penelitian terakhir mengenai Kampung Batik Tulis Jetis juga tidak menyinggung mengenai pemberdayaan pelaku UMKM. Seperti 18
TESIS
Kumalasari,Y.Y., A.Suryono., Rozikin,M. Pembinaan Dan Pemberdayaan Pengrajin Batik, 2014 (Jurnal Administrasi Publik, Vol.2, No.1.)
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
penelitian yang dilakukan oleh Anwarid (2012), dimana penelitian ini hanya mendeskripsikan mengenai peran pemuda dalam pendirian Kampung Batik Tulis Jetis. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Arum Mayangsari (2015), hanya mengangkat peran serta dampak pemberdayaan yang sudah dilakukan oleh DISKOPERINDAG (Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan) Kabupaten Sidoarjo. Tanpa menyinggung secara luas proses pemerdayaan kepada pelaku UMKM itu sendiri. Kampung Batik Tulis Jetis merupakan sebuah instrument dari kampung batik yang ada di seluruh Indonesia. Permasalahan yang ada disana juga mempresentasikan permasalahan yang terjadi di kampung batik lainnya, khususnya pada program pemberdayaan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Seperti yang dilakukan oleh Kampung Batik Gresik yang berafiliasi dengan Dinkop dan UMKM Jatim dalam membuat program pemberdayaan bagi anggotanya. 19 Serta peran yang sama juga dilakukan oleh pengurus kampung batik kalidawir di Desa Kalidawir Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.20 Selain itu, Kampung Batik Tulis Jetis menjadi pioneer bagi kampung batik yang ada di Sidoarjo dan sekitarnya. Karena selain sebagai kampung batik pertama kali yang ada di Sidoarjo, Kampung Batik Tulis Jetis juga merupakan tempat belajar bagi pengrajin batik yang berasal dari Kabupaten Sidoarjo dan sekitarnya. Sehingga setelah selesai belajar dari Kampung Batik 19 20
TESIS
Jawa Pos, edisi Rabu 28 Oktober 2015 halaman 34. http://www.jawapos.com/read/2016/04/15/24101/desa-ini-disiapkan-jadi-sentra-batik-tulis.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
Tulis Jetis, banyak diantara para pengrajin ini mendirikan sentra batik sendiri di desa mereka seperti Desa Kalidawir atau Kenongo.21 Hal inilah yang menjadi alasan mengapa pemberdayaan pengrajin batik tulis oleh pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis harus diteliti dan dikaji ulang. Dengan harapan langkah penelitian partisipatif ini mampu membuat program pemberdayaan yang benar-benar mampu membangun kapasitas (capacity building) pengrajin batik agar bisa berdaya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi pelaku UMKM Kampung Batik Tulis Jetis Sidoarjo sebelum terjadi proses pemberdayaan oleh Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis? 2. Bagaimana proses pemberdayaan pelaku UMKM oleh Pengurus Paguyuban baik dari aspek pemberdayaan kelembagaan, pemberdayaan kegiatan, pemberdayaan terhadap pendanaan, hingga permberdayaan jaringan? 3. Bagaimana perubahan yang terjadi setelah proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Pengurus Paguyuban kepada pelaku UMKM Kampung Batik Tulis Jetis?
1.3. Tujuan Penelitian 21
TESIS
Hasil wawancara dengan Ir.R.Nurul Huda,M.Agr selaku ketua paguyuban kampung batik tulis jetis, proses wawancara dilakukan di rumahnya pada tanggal 11-12-2015 pukul 19.00 WIB. Atau bisa juga di akses: http://pressreader.com/indonesia/jawa-pos/2015/205/282656096383339/textview.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk memahami kondisi pelaku UMKM Batik Tulis sebelum terjadinya proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis. 2. Untuk menganalisis langkah dan pemberdayaan yang dilakukan oleh Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis terhadap para pelaku UMKM Kampung Batik Tulis Jetis Sidoarjo. 3. Untuk menganalisis perubahan setelah pemberdayaan yang dilakukan oleh Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis.
1.4. Manfaat penelitian 1. Bagi Penulis Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan peneliti mengenai teknik-teknik pemberdayaan pengusaha UMKM, baik teknik materi yang dibahas maupun metode yang digunakan dalam meneliti khususnya peran Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis Sidoarjo dalam menerapkan langkah pengorganisasian dan pendampingan pengusaha UMKM. 2. Bagi Program Studi Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bahan bacaan dan mampu meningkatkan keilmuan bagi pembaca di
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
program studi Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM) dengan konsentrasi industri dan bisnis. 3. Bagi Perguruan Tinggi A. Manfaat Teoritis Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi para peneliti selanjutnya dengan tujuan agar keilmuan mereka bisa bertambah dan bisa sebagai bahan referensi ketika akan membuat program yang berkaitan dengan pemberdayaan pengusaha UMKM dan tidak kalah pentingnya sebagai
perbendaharaan
perpustakaan
Universitas
Airlangga
untuk
kepentingan ilmiah selanjutnya. B. Manfaat Praktis Sebagai pedoman bagi para peneliti selanjutnya yang ingin menggunakan penelitian partisipatif dengan objek penelitian UMKM dan sebagai bahan referensi mengenai teknik-tenik penelitian partisipatif seperti membuat teknik diagram venn diagram alur dan analisis pohon masalah dan pohon harapan.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Kajian Kepustakaan Konseptual 1.1.1. Kajian Tentang Pemberdayaan 1.1.1.1. Pengertian Pemberdayaan Menurut Rappaport (1984) dalam buku Edi Suharto mendefinisikan pemberdayaan sebagai suatu cara dimana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya. 1 Pemberdayaan dilakukan agar mayarakat dapat lebih berani untuk menghadapi kehidupannya, bahkan dia juga mampu mengeluarkan kemampuan-kemampuan yang dia miliki agar kehidupannya menjadi lebih baik. Pemberdayaan difokuskan terhadap kelompok masyarakat lemah yang memiliki ketidakberdayaan baik itu internal (karena persepsi dirinya sendiri) ataupun eksternal (karena struktur sosial yang tidak adil). Keadaan berdaya dapat masyarakat peroleh dari dirinya sendiri bukan dari orang lain, karena meskipun pemberdayaan tersebut datang dari orang lain etapi jika dirinya sendiri menolak akan adanya pemberdayaan tersebut atau merasa dirinya tidak mampu melakukan hal tersebut maka semua hal tersebuat akan sia-sia. Maka dari itu pemberdayaan itu ada agar rakyat
1
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 59
19
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
mampu untuk
menguasai
dirinya sendiri
bukan pihak lain
yang
menguasainya. 2.1.1.2. Tujuan Pemberdayaan Tujuan masyarakat
pemberdayaan
miskin
yaitu
adalah
mengembangkan
berkembangnya
sikap,
partisipasi
pengetahuan,
dan
ketrampilan berusaha agar mampu meningkatkan kemandiriannya dan kesejahteraannya.2 Sedangkan tujuan pemberdayaan yang lain adalah agar masyarakat itu merasa perlu dilibatkan dalam membangun, merasa berperan dalam menentukan nasibnya sendiri, dan lebih dari itu akan memiliki harapan masa depannya sendiri sesuai dengan apa yang mereka kehendaki.3 2.1.1.3. Konsep Pemberdayaan Pengembangan masyarakat sejatinya merupakan proses. Dalam mengevaluasi proyek pengembangan masyarakat, siapa pun harus melihat proses, dan dalam merencanakan dan menerapkan program pengembangan masyarakat apapun senantiasa merupakan proses, bukan hasil, yang harus diberikan pertimbangan mendalam. Orang-orang yang menekankan pada ‘pernyataan hasil’ perlu menyadari bahwa untuk pengembangan masyarakat, proses yang baik akan mendorong masyarakat untuk menentukan tujuan mereka sendiri, dan tetap menguasai perjalanan selain tujuan akhir. Untuk 2
M. Nadhir, Memberdayakan Orang Miskin Melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (Sidoardjo: Yapsem, 2009), hlm.1. 3 Hari Witono, dkk, Pemberdayaan Masyarakat Modul Para Aktivis Masyarakat (Sidoardjo: Paramulia Press, 2006), hlm.4.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
alasan ini, pengembangan masyarakat tidak selalu duduk dengan mudah dalam dunia manajerialisme yang dikendalikan oleh hasil. Itulah mengapa pengembangan masyarakat sangat penting. Ia menunjukkan tantangan yang signifikan untuk cara berfikir dan bertindak yang sering menghindari perlibatan banyak orang, yang cenderung menerima filosofi tujuan yang menjustifikasi
sarana
dan
yang
mengarah
pada
ketidakberdayaan.
Pengembangan masyarakat perlu mengupayakan pembentukan cara berfikir yang menghargai saling interaksi di antara masyarakat, menghargai kualitas pengalaman kolektif, dan memaksimalkan potensi mereka dan mencapai perikemanusiaan
mereka
secara
utuh
melalui
pengalaman
proses
masyarakat.4 1.1.1.4. Prinsip Pemberdayaan Dapat disimpulkan ada beberapa prinsip dan asumsi pemberdayaan, antara lain: a. Empowerment adalah proses kolaboratif, di mana klien dan pekerja sosial bekerja sama sebagai partner. b. Proses empowerment melihat sistem klien sebagai pemegang peranan penting (competent) dan mampu memberikan akses kepada sumbersumber dan peluang-peluang. c. Klien harus menerima diri mereka sendiri sebagai causal agent, yang mampu untuk mempengaruhi perubahan d. Kompetensi diperoleh melalui pengalaman hidup. 4
TESIS
Jim Ife, Frank Tesoriero, Community Development, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.365.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
e. Pemecahan masalah didasarkan pada situasi maslaah yang merupakan hasil dari kompleksitas factor-faktor yang mempengaruhi. f. Jaringan sosial informal adalah sumber pendukung yang penting untuk menyembatani tekanan dan membangun kompetensi dan control diri g. Orang lain harus berpartisipasi dalam pemberdayaan diri mereka, dan dalam mencapai tujuan, pengertian dan hasil dari pemberdayaan harus mereka artikulasikan sendiri. h. Tingkat kesadaran dan pengetahuan mengenai kegiatan untuk melakukan perubahan merupakan masalah utama dalam empowerment i. Empowerment merupakan upaya untuk memperoleh sumber-sumer dan kemampuan menggunakan sumber-sumber tersebut dengan cara efektif. j. Proses empowerment adalah proses yang dinamis, sinergi, selalu berubah dan berevolusi, karena masalah-masalah selalu mempunyai banyak cara pemecahan. k. Proses empowerment dapat dicapai melalui kesepadanan strukturstruktur pribadi dan perkembangan sosio-ekonomi.5 1.1.1.5. Model Pemberdayaan a. Pendampingan secara langsung, yaitu fasilitator tinggal dilokasi kelompok atau masyarakat yang akan dikembangkan. Model ini biasa diterapkan pada tahap penumbuhan kelompok atau tahap animasi, karena pada kelompok yang sedang tumbuh memerlukan banyak bimbingan, konsultasi, dan informasi. 5
TESIS
Adi Fahrudin, Pemberdayaan, Partisipasi, dan Penguatan Kapasitas Masyarakat (Bandung: Humaniora), hal. 17-18
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
b. Pendampingan Berkala, yaitu fasilitator datang ke kelompok atau masyarakat pada waktu-waktu tertentu yang telah disepakati dan tinggal beberapa waktu bersama masyarakat. Model ini diterapakan pada kelompok yang sudah cukup berkembang, fasilitator bersama masyarakat melakukan evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan, mengidentifikasi permaslaahan dan mencari alternatif pemecahannya, menyusun rencana kegiatan untuk waktu yang akan datang.6 1.1.1.6. Unsur Pemberdayaan a. Pendamping Pendamping adalah bagian dari komponen lembaga, instansi atau dunia usaha dalam proses pemberdayaan, maka pendamping berkewajiban: (a). Bertanggung jawab atas pelaksanaan seluruh kegiatan pemberdayaan. (b). Melakukan koordinasi dengan pihak yang terkait untuk memperlancar proses penguatan masyarakat lokasi program dan sekitarnya. (c). Menyusun konsep dan materi atau bahan pembelajaran untuk keiatan penguatan kapasitas.7 b. Kegiatan Pemberdayaan (a). Pendampingan
6
M. Nadhir, Memberdayakan Orang Miskin Melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (Sidoardjo: Yapsem, 2009), hal.11-12 7 Ibid, hal. 3
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
(b). Usaha kesejahteraan sosial, yaitu kegiatan yang secara berkelanjutan dan mandiri melayani masyarakat misikin dengan sistem sosial yang ada lembaga sosial pengelola pembiayaan program dan operasional. 8 Menurut Putnamm dalam bukunya Jim Ife dan Frank Tesoriero menjelaskan kegiatan pengembangan mayarakat harus melibatkan pengembangan modal sosial, memperkuat interaksi sosial dalam masyarakat, menyatukan mereka, dan membantu mereka untuk saling berkomunikasi dengan cara yang dapat mengarah pada dialog yang sejati, pemahaman dan aksi sosial. Hilangnya komunitas telah mengakibatkan perpecahan, isolasi dan individualisasi, dan pengembangan masyarakat mencoba membalik efek-efek ini. Pengembangan masyarakat sangat diperlukan jika pembentukan struktur dan proses level masyarakat yang baik dan langgeng ingin dicapai.9 2.1.1.7. Strategi Pemberdayaan Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting) yakni: a. Aras Mikro, pemberdayaan pada aras ini dilakukan terhadap klien secara individu yang mana melalui bimbingan, konseling, stress management, dan crisis intervention. Dengan tujuan untuk membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. b. Aras Mezzo, pemberdayaan pada aras ini dilakukan terhadap sekelompok klien yang mana menggunakan kelompok sebagai media intervensi. 8 9
TESIS
Ibid, hal. 6-7 Jim Ife, Frank Tesoriero: Community Development, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal 363.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
Pendidikan, pelatihan, pengetahuan dan ketrmpilan merupakan strategi dalam meningkatkan kesadaran dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. c. Aras Makro, aras ini disebut juga sebagai strategi sistem besar karena perubahannya lebih terhadapa lingkungan yang lebih luas seperti perumusan kebijakan, kampanye, aksi sosial, dan pengorganisasian masyarakat. Aras ini juga memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan juga untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.10 1.1.2. Kajian Tentang Capacity Building 1.1.2.1. Pengertian Capacity Building Penelusuran definisi capacity building memiliki variasi antar satu ahli dengan ahli lainnya. Hal ini dikarenakan capacity building merupakan kajian yang multi dimensi, dapat dilihat dari berbagai sisi, sehingga pendefinisian yang masih sulit didapat. Secara umum konsep capacity building dapat dimaknai sebagai proses membangun kapasitas individu, kelompok atau organisasi. Capacity building dapat juga diartikan sebagai upaya memperkuat kapasitas individu, kelompok atau organisasi yang dicerminkan melalui pengembangan kemampuan, ketrampilan, potensi dan bakat
10
TESIS
serta
penguasaan kompetensi-kompetensi
sehingga
individu,
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 66-67
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
kelompok atau organisasi dapat bertahan dan mampu mengatasi tantangan perubahan yang terjadi secara cepat dan tak terduga.11 Secara umum kapasitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyelenggarakan atau melaksanakan berbagai macam fungsi, memecahkan aneka persoalan yang ada, dan merancang atau menemukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan capacity building dapat didefiniskan sebagai sarana untuk mengembangkan suatu ragam strategi meningkatkan efisiensi, efektivitas dan tanggung jawab kinerja pemerintah. Dewasa ini upaya pengembangan kapasitas merupakan bagian yang penting di dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari pengembangan kapasitas misalnya dilaksanakan dengan pendidikan, baik secara formal maupun informal. Di dalam perusahaan misalnya melalui pelatihan-pelatihan sumberdaya manusia, pengembangan sistem manajerial. Di dalam pemerintahan pengembangan kapasitas aparatur pemerintahan juga penting untuk meningkatkan performa aparatur dalam menjalankan tugasnya sebagai abdi negara, dan juga regulasi dan deregulasi kebijakan pemerintahan. Dalam konteks pembangunan secara keseluruhan pun upaya pengembangan kapasitas menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Dengan kata lain tidak mungkin terjadi suatu proses pembangunan/pengembangan dalam hal apapapun tanpa upaya pengembangan kapasitas bagi pelaku maupun juga sistemyang mengaturnya.
11
Jenivia Dwi Ratnasari, Mochamad Makmur, Heru Ribawanto, Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1, No.3, hlm. 103-110.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
Pengembangan kapasitas sendiri mempunyai dua makna akan tetapi mempunyai pengertian yang berbeda, dua makna yang dimaksud adalah latihan
dan
pengembangan.
Latihan
(training)
dimaksudkan
untuk
memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Latihan menyiapkan para individu/SDM (sumberdaya manusia) untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang. Di lain pihak, bila manajemen ingin menyiapkan yang akan datang, kegiatan ini disebut pengembangan sumberdaya manusia. Pengembangan (development) mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian. Kegiatan-kegiatan latihan dan pengembangan biasanya merupakan tanggung jawab departemen personalia dan penyelia langsung.12 2.1.2.2. Tujuan Capacity Building Menurut
(Daniel
Rickett
dalam
Hardjanto,2006,h.67)
menyebutkan “the ultimate goal of capacity building is to enable the organization to grow stronger in achieving ats purpose and mission”.13 Lebih jauh
dirumuskan
bahwa
tujuan
dari pengembangan kapasitas adalah
sebagai misi dan tujuan sebuah organisasi. Sebelum organisasi menentukan tujuan-tujuan, terlebih dulu harus menetapkan misi atau maksud organisasi. Misi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang maksud organisasi. Misi suatu organisasi adalah 12
Hani Handoko, Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia, (Yogyakarta: BPFE-Anggota IKAPI, 2012), hlm. 104. 13 Imam Hardjanto, Pembangunan Kapasitas Lokal (Local Capacity Building), (Malang: Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, 2006), hlm. 67.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
maksud khas (unik) dan mendasar yang membedakan organisasi dari organisasi-organisasi lainnya dan mengidentifikasikan ruang lingkup operasi dalam hal produk dan pasar.14 Etzioni mendefinisikan tujuan organisasi sebagai “suatu pernyataan tentang keadaan yang diinginkan dimana organisasi bermaksud untuk merealisasikan” dan sebagai “pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang
dimana
menimbulkannya”.
organisasi 15
sebagai
kolektivitas
mencoba
untuk
Tujuan organisasi merupakan pernyataan tentang
keadaan atau situasi yang tidak terdapat sekarang tetapi dimaksudkan untuk dicapai di waktu yang akan datang melalui kegiatan-kegiatan organisasi. Jadi, dua unsur penting tujuan adalah (1) hasil-hasil akhir yang diinginkan di waktu mendatang dengan mana (2) usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan sekarang di arahkan. Tujuan-tujuan ini dapat berupa tujuan umum atau khusus, tujuan akhir, ataupun tujuan antara. Tujuan umum, atau sering disebut tujuan stratejik secara operasional tidak dapat berfungsi sebelum dijabarkan terlebih dahulu ke dalam tujuantujuan khusus yang lebih terperinci sesai dengan jejang manajemen, sehingga membentuk suatu hirarki tujuan. Tujuan-tujuan khusus, meskipun secara fungsional berdiri sendiri, secara operasional terangkai di dalam suatu jaringan kegiatan yang memiliki arah sama yaitu memberikan pedoman pencapaian tujuan organisasi.
14 15
TESIS
Hani Handoko, MANAJEMEN, (Yogyakarta: BPFE-Anggota IKAPI, 2013), hlm. 108. A. Etzioni, Modern Organization, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New York, 1964, hlm. 6.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
Penetapan tujuan-tujuan stratejik organisasi merupakan tahap paling kritis dalam proses perencanaan stratejik. Tujuan-tujuan stratejik yang dipilih akan menentukan kegiatan-kegiatan dan mengikat sumberdaya organisasi untuk jangka waktu yang panjang. Karena alasan ini, tujuan-tujuan stratejik sering ditetapkan oleh para manajer puncak atau tingkatan atas, biasanya setelah mempertimbangkan sejumlah alternatif tujuan.16 2.1.2.3. Karakteristik Capacity Building Krakteristik
capacity
building
dapat
dilihat
dari
upaya
pengembangan kapasitas yang dilakukan dengan berbagai cara dan juga mencakup berbagai macam aspek, bilamana merujuk pada tingkatan tersebut, maka upaya pengembangan kapasitas dapat dilakukan melalui:
1. Pada Tingkatan individual; Secara umum dilakukan dengan pendidikan, pengajaran dan pembelajaran secara luas kepada individu itu sendiri dengan berbagai macam metode baik metode pendidikan dengan pendekatan pedagogi maupun dengan pendekatan andragogi. Tidak hanya dilakukan melalui pendidikan formal tapi juga melalui nonformal seerti kursus-kursus, pelatihan, magang, sosialisasi dll 2. Pada
Tingkatan
Organisasi;
Secara
umum
dilakukan
dengan
pengembangan aturan main organisasi, sistem kepemimpinan, sistem manajemen, pengembangan sumberdaya manusia, serta pengembangan jaringan organisasi
16
TESIS
Hani Handoko, MANAJEMEN, (Yogyakarta: BPFE-Anggota IKAPI, 2013), hlm. 109.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
3. Pada tingkatan sistem; Terutama dilakukan baik melalui pengembangan kebijakan, peraturan (Regulasi dan deregulasi) agar sistem yang ada dapat berjalan secara efektif dan efisien untuk menjamin tercapainya tujuan individu maupun organisasi tersebut.17
2.1.2.4. Tingkatan Capacity Building
Upaya pengembangan kapasitas dilaksanakan dalam berbagai tingkatan (Prof. Dr. H.R. Riyadi Soeprapto, MS: 2010) yaitu sebagaimana diilustrasikan melalui gambar berikut: Gambar 2.1: Tingkatan Capacity Building
17
TESIS
African Capacity Building Foundation (ACBF), Capacity Needs Assessment : A Conceptual Framework, in ACBF Newsletter, 2001, Vol. 2, p. 9-12.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
Dari
gambar
bahwa pengembangan
tersebut kapasitas
di
atas
harus
dapatlah
dilaksanakan
dikemukakan secara
efektif
dan berkesinambungan pada 3 (tiga) tingkatan-tingkatan, yaitu:
1. Tingkatan
sistem,
dengan pengaturan,
seperti
kerangka
kerja
kebijakan-kebijakan
dan
yang kondisi
berhubungan dasar
yang
mendukung pencapaian obyektivitas kebijakan tertentu; 2. Tingkatan
institusional
struktur organisasi-organisasi, dalam organisasi-organisasi,
atau
keseluruhan
proses
satuan,
pengambilan
prosedur
dan
contoh
keputusan
di
mekanisme-
mekanisme pekerjaan, pengaturan sarana dan prasarana, hubunganhubungan dan jaringan-jaringan organisasi; 3. Tingkatan individual, contohnya ketrampilan-ketrampilan individu dan persyaratan-persyaratan,
pengetahuan,
tingkah
laku, pengelompokan
pekerjaan dan motivasi-motivasi dari pekerjaan orang-orang di dalam organisasi-organisasi.18
2.1.2.5. Persyaratan Dalam Capacity Building
Sebelum pengembangan kapasitas dilaksanakan ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui. Adapun persyaratan-persyaratan tersebut menurut (Yuwono,2003) dalam Soeprapto (2006,22):
18
Riyadi Soeprapto, MS, The Capacity Building For Local Government Toward Good Governance, (World bank,2010). Atau bisa di akses http://pengembangan-kapasitas.blogspot.com/2012/08/konsepumum-pengembangan-kapasitas.html?m=1.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
a. Partisipasi merupakan salah satu persyaratan yang sangat penting karena menjadi dasar seluruh rangkaian kegiatan pengembangan kapasitas. Partisipasi dari semua level, tidak hanya level staf atau pegawai saja, tetapi juga level atas, menengah dan bawah sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan program, maka sudah semestinya inisiatif partisipasi ini dibangun sejak awal hingga akhir program pengembangan kapasitas dalam rangka menjamin kontinuitas program. b. Inovasi juga merupakan persyaratan lain yang tidak kalah penting dan mendesak. Harus diakui bahwa inovasi adalah bagian dari program pengembangan kapasitas, khususnya dalam kerangka
menyediakan
berbagai
alternatif
dan
metode
pengembangan kapasitas yang bervariasi, dan menyenangkan. Hampir tidak mungkin terjadi pengembangan kapasitas tanpa diikuti oleh inovasi (karena capacity building merupakan bentuk dari sebuah inovasi). Pengembangan mengabaikan, menghambat ataupun tidak memberikan ruang terhadap inovasi. Inovasi penting karena pekerjaan bukanlah sesuatu yang statis sifatnya, tetapi justru dinamis sesuai dengan tuntutan publik yang kian tinggi. c. Kemudian, akses terhadap informasi merupakan persyaratan lain yang tidak kalah pentingnya dalam melakukan program pengembangan
TESIS
kapasitas.
Pada
bentuk
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
organisasi
yang
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
tradisional dan birokratis, semua informasi dipegang dan dikuasai oleh pimpinan. Kondisi seperti ini jelas tidak memungkinkan
pengembangan
kapasitas.
Sebaliknya,
pengembangan kapasitas salah satunya harus dimulai dengan memberikan akses dan kesempatan untuk memperoleh informasi yang cukup baik dan efektif guna mendukung program yang akan dilaksanakan. d. Akuntabilitas juga merupakan persyaratan lain yang tidak kalah urgennya. Akuntabilitas penting untuk menjaga bahwa program pengembangan kapasitas juga harus dikendalikan sedemikian rupa sehingga menuju pada suatu hasil yang diinginkan. Dengan kata lain akuntabilitas dibutuhkan dalam rangka penjaminan bahwa program pengembangan kapasitas merupakan kegiatan yang legitimate, kredibel, akuntabel, dan bisa dipertanggung jawabkan. Persyaratan yang terakhir adalah kepemimpinan. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas kepemimpinan memegang
peranan
penting
dalam
kesuksesan
program
pengembangan kapasitas organisasi. e. Kepemimpinan yang dipersyaratkan dalam pengembangan kapasitas antara lain adalah keterbukaan (openness), penerimaan terhadap ide-ide baru (receptivity to new ideas), kejujuran (honesty), perhatian (caring), penghormatan terhadap harkat dan martabat (dignity), serta penghormatan kepada orang lain
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
(respect
to
people).
Semakin
pemimpin
memberikan
kepercayaan dan suasana kondusif pada staf untuk berkembang, maka akan semakin sekseslah program pengembangan kapasitas dalam sebuah organisasi.19
2.1.2.6. Kegiatan-kegiatan Capacity Building
Pengembangan
kapasitas
memiliki
aktifitas
tersendiri
yang
memungkinkan terjadinya pengembangan kapasitas pada sebuah sistem, organisasi, atau individu, dimana ada aktifitas tersebut terdiri dari atas beberapa fase umum. Adapun fase tersebut menurut Gandara (2008:18) dapat dilihat darii gambar dibawah ini:
19
TESIS
http://research.upi.edu/operator/uploads/s_adp_053617_chapter2(1).
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
Gambar 2.2: SIKLUS CAPACITY BUILDING.
PERENCANAAN
PERSIAPAN
1. Membuat rencana tahunan. 2. Membuat rencana pembelajaran jangka menengah. 3. Menyusun skala prioritas.
1. Identifikasi kebutuhan untk proses pengembangan kapasitas. 2. Penentuan tujuan
3. Menyatakan tanggung jawab.
SIKLUS CAPACITY BUILDING
EVALUASI 1. Evaluasi dampak. 2. Perencanaan ulang rencana tindak pengembangan kapasitas.
ANALISIS 1. 2. 3. 4.
Identifikasi isu. Analisis proses. Analisis organisasi. Pengukuran kesenjangan kapasitas. 5. Memunculkan semua pengembangan kapasitas.
AKSI 1. Pemrograman tahunan dan penganggaran keuangan. 2. Perencanaan proyek. 3. Penyeleksian penyedia jasa. 4. Implementasi proyek. 5. Monitoring proses.
Penjelasan mengenai uraian kegiatan pengembangan kapasitas di atas adalah sebagai berikut:
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
a. Fase Persiapan. Pada fase ini terdapat 5 langkah kerja yaitu : (1). Identifikasi kebutuhan untuk pengembangan kapasitas, langkah kerja ini memiliki kegiatan utama yaitu mengenali alasan-alasan dan kebutuhan nyata untuk mengembangkan kapasitas. (2). Menentukan tujuan-tujuan. Langkah kerja ini memiliki kegiatan utama yaitu melakukan konsultasi dengan
stakeholder
utama
untuk
mengidentifikasi
isu
utama
pengembangan kapasitas. (3). Memberikan tanggung jawab. Langkah kerja ini memiliki kegiatan utama yaitu menetapkan penanggungjawab kegiatan pengembangan kapasitas, missal membentuk tim teknis atau satuan kerja. (4). Merancang proses pengembangan kapasitas. Langkah kerja ini memiliki kegiatan utama yaitu menentukan metodologi pemetaan sesuai permasalahan yang muncul dan membuat penjadwalan kegiatan tentang proses pemetaan dan tahapan perumusan berikutnya tentang rencana tindak pengembangan kapasitas. (5). Pengalokasian sumber daya. Kegiatan utamanya adalah mengidentifikasi pendanaan kegiatan proses pengembangan kapasitas dan mengalokasikan suber daya dengan membuat formulasi kebutuhan sumber daya sesuai anggaran yang dibutuhkan dan dapat disetujui oleh pihak berwenang. b. Fase Analisis. Pada fase ini terdapat 5 langkah kerja yaitu : (1). Mengidentifikasi permasalahan dalam hal ini kegiatan utamanya berupa melakukan pemeriksaan terhadap masalah untuk penyelidikan lebih lanjut. (2). Analisis terhadap proses dalam hal ini kegiatan utamanya berupa menghubungkan permasalahan untuk pemetaan kapasitas dengan
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
proses kinerja sistem, organisasi, dan individu. (3). Analisis organisasi dalam hal ini kegiatan utamanya berupa memilih organisasi untuk diselidiki lebih dalam (pemetaan organisasional). (4). Memetakan gap dalam kapasitas dalam hal ini kegiatan utamanya adalah berupa memetakan jurang pemisah antara kapasitas ideal dengan kenyataannya. (5). Menyimpulkan kebutuhan-kebutuhan pengembangan kapasitas yang mendesak dalam hal ini kegiatan utamanya adalah berupa menyimpulkan temuan-temuan dan mengumpulkan usulan-usulan untuk rencana tindak engembangan kapasitas. c. Fase perencanaan. Pada fase ini terdapat 3 langkah kerja yaitu : (1). Perencanaan tahunan, kegiatan utamanya adalah merumuskan draf rencana tindak pengembangan kapasitas. (2). Membuat rencana jangka menengah, kegiatan utamanya berupa pertemuan-pertemuan konsultatif. (3). Menyusun skala prioritas, kegiatan utamanya adalah berupa menetapkan skala prioritas pengembangan kapasitas dan tahapan-tahapan implementasinya. d. Fase implementasi. Pada fase initerdapat 5 langkah kerja yaitu : (1). Pemrograman, kegiatan utamanya berupa mengalokasikan sumber daya yang dimiliki saat ini. (2). Perencanaan proyek pengembangan kapasitas, kegiatan
utamanya
berupa
merumuskan
kebijakan
implementasi
pengembangan kapasitas. (3). Penyeleksian penyelia jasa layanan pengembangan kapasitas, kegiatan utamanya berupa mengidentifikasi layanan dan produk luar terkait kebutuhan implementasi pengembangan
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
kapasitas yang akan dikerjakan. (4). Implementasi proyek, kegiatan utamanya adalah berupa implementasi program tahunan pengembangan kapasitas sesuai sumber daya yang ada dan jadwal yang tersedia. (5). Monitoring proses, kegiatan utamanya berupa melakukan monitoring terhadap aktifitas-aktifitas pengembangan kapasitas. e. Fase evaluasi. Pada fase ini terdapat 2 langkah kerja yaitu : (1). Evaluasi dampak,
kegiatan
utamanya
berupa
mengevaluasi
pencapaian
pengembangan kapasitas, seperti peningkatan kinerja. (2). Merencanakan ulang rencana tindak pengembangan kapasitas, kegiatan utamanya adalah melakukan analisa terhadap temuan monitoring proses dan evaluasi dampak dalam konteks kebutuhan perencanaan ulang pengembangan kapasitas.20
2.1.3. Kajian Tentang Pengorganisasian Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Menengah (UMKM) 2.1.3.1. Pengertian Pengorganisasian Pelaku UMKM Pengorganisasian pengusaha Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) sering disebut juga sebagai “pengorganisasian rakyat”, karena di dalam usaha tersebut terdapat unsur pemberdayaan secara kontinyu dan dan berkaitan langsung dengan aspek fundamental di masyarakat. Pemberdayaan yang dimaksud disini adalah sebagai usaha untuk memajukan taraf hidup masyarakat dalam bidang sosial-ekonomi secara berkelanjutan, sehingga 20
TESIS
http://research.upi.edu/operator/uploads/s_adp_053617_chapter2(1).
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
istilah pengorganisasian pelaku UMKM dapat juga disebut sebagai pengorganisasian rakyat. Istilah ‘pengorganisasian rakyat’ (people organizing) atau juga yang lebih
dikenal
dengan
istilah
‘pengorganisasian
rakyat’
(community
organizing) sebenarnya adalah suatu peristilahan yang sudah menjelaskan dirinya sendiri. Istilah ini memang mengandung pengertian yang lebih luas dari kedua akar katanya. Istilah rakyat disini tidak hanya mengacu pada suatu perkauman (community) yang khas dan, dalam konteks yang lebih luas, juga pada masyarakat (society) pada umumnya. Istilah pengorganisasian disini lebih diartikan untuk memecahkan permasalahan tertentu ditengah rakyat, sehingga bisa juga diartikan sebagai suatu cara pendekatan bersengaja dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka memecahkan berbagai maslaah masyarakat tersebut.21 Menurut Murray G. Ross, dalam bukunya Abu Huraerah menjelaskan bahwa pengorganisasian masarakat adalah suatu proses ketika suatu masyarakat
berusaha
menentukan
kebutuhan-kebutuhan
atau
tujuan-
tujuannya, mengatur atau menyusun, mengembangkan kepercayaan dan hasrat untuk memenuhinya, menentukan sumber-sumber (dari dalam atau dari luar masyarakat), mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya, dan dalam pelaksanaan
21
TESIS
Jo Hann, dan Roem Topatimasang, Mengorganisir Rakyat: Refleksi Pengalaman Pengorganisasian Rakyat di Asia Tenggara (Jogjakarta: SEAPCP-REaD, 2003), hal. 5
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
kebutuhannya, memperluas dan mengembangkan sikap-sikap dan praktikpraktik.22 Jadi dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian masyarakat adalah suatu proses penentuan dalam memecahkan suatu masalah yang terjadi ditengah kehidupan masyarakat, dan dalam proses tersebut seorang pngorganisir masyarakat dapat dikatakan berhasil jika sang pahlawan adlah masyarakat itu sendiri dan bukanny pengorganisir lain yang berasal dari masyarakat tersebut. Jika sang pengorganisir itu memang berasal dari kalangan masyarakat setempat itu sendiri. Ia akan tetap mukim dan hidup di tengah masyarakatnya, tidak lagi secara langsung melakukan peran-peran pengorganisasian apapun, tetapi memusatkan perhatian mendidik dan mengembangkan organiserorganiser baru, lapisan kedua atau ketiga, sehingga terbangun suatu mekanisme internal di kalangan rakyat disana yang melanjutkan tradisi pengorganisasian mereka.23 2.1.3.2. Tujuan Pengorganisasian Pelaku Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) Tujuan
mengorganisasi
rakyat
adalah
menghapuskan
semua
ketidakadilan dan penindasan. Ketidakadilan dan penindasan dapat dilakukan oleh siapa pun baik itu pemerintah ataupun orang-orng yang menganggap diri
22
Abu Huraerah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat: Model dan Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan (Bandung: Humaniora, 2011), hal. 143 23 Ibid, hal. 3
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
mereka berkuasa sehingga melakukan tindakan terebut. Dari sekian banyaknya penindasan yang terjadi banyak pula orang yang hanya duduk dan menyaksikan hal tersebut, atau bahkan mereka merasa terganggu dan mengatakan ketidak setujuannya tapi kembali lagi mereka tidak mampu berbuat apa-apa. Sehingga ketidakadilan dan penindasan yang terjadi ditengah masyarakat semakin meningkat dan bertambah parah Dari sanalah kita dapat melihat apa yang menjadi landasan dan tujuan seorang pengorganisir masyarakat dalam melakukan pengorganisasian masyarakat,
apakah
mereka
mampu
mencapainya
atau
tidak.
Pengorganisasian masyarakat juga sama sekali tidak netral, tetapi sarat dengan pilihan-pilihan nilai, kaidah asas, keyakinan dan pemahaman tentang masyarakat dan bagaimana agar keadilan, perdamaian dan hak-hak asasi manusia ditegakkan dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat.24 2.1.3.3. Proses Pengorganisasian Pelaku Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) Proses pengorganisasian masyarakat akan dapat terlihat apabila seseorang tersebut terjun langsung dan melihat maslah tersebut secara langsung, yang mana akan terlihat masalah, issu, keadaan, yang sesuai dengan konteks sosial, budaya, politik, ekonomi, dan lain-lain.25 Satu kunci keberhasilan proses pengorganisasian masyarakat adalah memfasilitasi
24 25
TESIS
Ibid, hal. 3-4 Ibid, hal. 6
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
mereka sampai akhirnya mereka dapat memiliki suatu pandangan dan pemahaman bersama mengenai keadaan dan masalah yang mereka hadapi. Proses pengorganisasian berlangsung terus sebagai suatu daur yang tak pernah selesai: 1.
Mualai dari rakyat itu sendiri
2.
Ajak mereka berfikir kritis
3.
Lakukan analisa kearah pemahaman bersama
4.
Capai pengetahuan, kesadaran, perilaku baru
5.
Lakukan tindakan
6.
Evaluasi tindakan itu26 Mengorganisir
masyarakat
juga
berarti
membangun
dan
mengemangkan satu organisasi yang didirikan, dikelola, dan dikendalikan oleh rakyat stempat sendiri. Dan membangun organisasi masyarakat dalam pengertian ini adalah juga membangun dan mengembangkan suatu struktur dan mekanisme yang menjadikan mereka, pada akhirnya sebagai pelaku utama semua kegiatan organisasi, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi dan tindak lanjut. Bahkan sejak awal sebenarnya struktur dan mekanisme itu harus dibentuk oleh rakyat setempat sendiri. Karena prosesproses pengorganisasian masyarakat mutlak harus mengupayakan dan menjadikan rakyat itu sendiri pada akhirnya sebagai pelaku utama.27
26 27
TESIS
Ibid, hal. 10 Ibid, hal. 122
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
2.1.3.4. Tugas dan Peran Pengorganisasi Pelaku Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) Tugas seorang pengorganisir masyarakat adalah memfasilitsi agar seluruh proses penuh pertentangan tersebut tetap dapat ditonton secara jelas dan lengkap oleh masyarakat, yang atas dasar penyaksian mereka sendiri, akhirnya
mampu
melakukan
tindakan-tindakan
bersama
untuk
menghadapainya sesuai dengan keadaan dan kemampuan masyarakat. 28 Dalam artian lain tugas dari pengorganisir masyarakat hanyala memfasilitasi masyarakat, tapi dalam hal tindakan masyarakat sendirilah yang akan bertindak sesuai dengan kemampuan mereka dan juga berasarkan masalahmasalah yang terjadi pada lingkungan mereka. Peran dan tanggung jawab yang dilakonkan oleh mereka yang terlibat dalam proses-proses pengorganisasian masyarakat harus dirumuskan sejelas mungkin: 1. Berperan sebagai orang lapangan, yang melakukan kerja-kerja langsung ditengah masyarakat (ground works) 2. Berperan menjalankan garis depan (frontline), mereka adalah para juru runding, juru bicara, yang mana berurusan dengan pemerintah atau politisi melakukan lobi-lobi, dan dengan kalangan media massa untuk keperluan kampanye atau penyebaran informasi. Dan mereka adalah yang menjalankan advokasi kebijakan. 28
TESIS
Ibid, hal. 4
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
3. Berperan sebagai pendukung (supporting), dengan berbagai ketrampilan khusus seperti pencari dana, penyedia bahan-bahan dan pembekalan, dan lain-lain.29 Satu hal yang perlu diketahui oleh seorang pengorganisir masyarakat yakni, kerja kerelawanan (voluntarism). Mengorganisir masyarakat, sekali lagi bukanlah lapangan pekerjaan untuk mencai nafkah. Akan tetapi pengorganisasian masyarakat dimanapun selalu menunjukan bahwa orang terlibat didalamnya lebih karena dorongan komitmen, semacam kepuasan batin (passion).30 2.1.4. Kajian Tentang Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) 2.1.4.1. Pengertian Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) Usaha kecil (UK) merupakan sebutan yang diringkas dari Usaha Skala Kecil (USK) sebagai terjemahan dari istilah Small Scale Enterprise (SSE) yang mempunyai banyak pengertian, baik dalam makna konsep teoritis, maupun sebagai konsep strategis kebijakan pembangunan. Usaha Kecil (UK) sebagai konsep mengacu kepada dua aspek . Pertama,
Aspek
Perusahaan,
yang
melakukan
aktivitas
produktif,
mengombinasi faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa, memasarkan dan mencetak keuntungan. Kedua, Aspek Pengusaha yaitu.
29 30
TESIS
Ibid, hal. 8 Ibid, hal. 99
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
Orang dibalik usaha/perusahaan yang biasanya adalah pemilik, pengelola, sekaligus administrator dari perusahaannya.31 Definisi usaha mikro sebagaimana yang dimaksudkan dalam UU no. 20 tahun 2008 adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro, antara lain meliputi: (1). Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau (2).
Memiliki
hasil
penjualan
tahunan
paling
banyak
Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).32 Sedangkan berdasarkan UU no. 9/1995 tentang Usaha Kecil yang dimaksud dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Usaha kecil yang dimaksud disini meliputi juga usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun usaha kecil informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah
31
Pandji Anoraga, PENGANTAR BISNIS: Pengelolaan Bisnis Dalam Era Globalisasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hlm. 49. 32 Budi Harsono, Tiap Orang Bisa Menjadi Pengusaha Sukses Melalui UMKM, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2014), hlm. 33.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun-temurun, dan atau berkaitan dengan seni dan budaya. Menurut hasil studi Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, krtiteria usaha kecil di Indonesia berbeda-beda, tergantung pada fokus permasalahan yang dituju dan instansi yang berkaitan dengan sektor ini. Sedangkan di Negara-negara lain, kriteria yang ada menentukan ciri sektor usaha kecil, antara lain ditentukan oleh karyawan yang
dimiliki
perusahaan
yang
bersangkutan.
Misalnya
Prancis,
menggunakan jumlah karyawan dalam mendefinisikan sektor usaha kecil yaitu jika karyawan kurang dari 10 orang di anggap sebagai perusahaan sangat kecil, sedangkan jika memiliki 10-40 orang karyawan dianggap sebagai perusahaan kecil, dan jika memiliki 50-500 orang karyawan disebut sebagai perusahaan menengah.33 Dibandingkan dengan Negara lain batasan usaha kecil juga sangat beragam. Di kawasan ASEAN (Brunei, Thailand, Philipina, Malaysia) kriteria tersebut berbeda-beda, seperti di Malaysia, kriteria usaha kecil di dasarkan pada besarnya saham. Sedangkan di Negara yang menggunakan kriteria tunggal (tenaga kerja) adalah Australia, Brunei, dan Hongkong. Di luar ASEAN Negara yang menggunakan kriteria lebih dari satu kriteria
33
TESIS
Pandji Anoraga, PENGANTAR BISNIS: Pengelolaan Bisnis Dalam Era Globalisasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hlm. 50.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
adalah China Taipei (modal, asset, dan omzet) dan Kanada (tenaga kerja dan omzet).34 Tabel 2.1 Batas Usaha Kecil dan Variasi Indikatornya Negara
Jumlah
Investasi
Total
Omzet
Saham
TK
Modal
Asset
Penjualan
Pemilik
Australia
V
-
-
-
-
Brunei
V
-
-
-
-
Kanada
V
-
-
V
-
Hongkong
V
-
-
-
-
Indonesia
V
-
V
V
-
Jepang
V
V
-
-
-
Malaysia
-
-
-
-
V
Meksiko
V
-
-
V
-
Philipina
V
-
-
V
-
China
-
V
V
V
-
Taipei
V
V
-
-
-
Thailand
V
-
-
-
-
USA
V
-
-
-
-
Sumber: Subiyakto Tjakrawardaja,
ISB Conggres Jakarta, 19-21
September 1994
34
TESIS
Ibid, hlm. 51.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
Adapun definisi usaha menengah sebagaimana yang dimaksudkan dalam UU no. 20 tahun 2008 adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, meliputi: (1). Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau (2). Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah). Pada umumnya, usaha menengah ini dalam pembiayaan perbankan masuk dalam segmen kredit dengan nilai pinjaman dari sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).35 2.1.4.2. Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
35
TESIS
Budi Harsono, Tiap Orang Bisa Menjadi Pengusaha Sukses Melalui UMKM, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2014), hlm. 35.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
UU No. 9 /1995 tentang Usaha Kecil Pasal 14 merumuskan bahwa “Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan usaha kecil dalam bidang: produksi dan pengolahan; pemasaran, sumberdaya manusia; dan teknologi”. Selanjutnya dalam pasal 15 dan 16 UU tentang Usaha Kecil, bahwa “Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan
dalam
bidang
produksi
dan
pengolahan
dengan:
meningkatkan kemampuan manajemen serta teknik produksi dan pengolahan; meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan; memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan”. Sedangkan untuk mengembangkan manajemen usaha kecil, maka langkah-langkah
dalam
prinsip
manajemen
yaitu
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian harus dilakukan.36 1.1.4.3. Perencanaan Pengembangan Usaha Selama
kebijakasanaan
pembangunan
pemerintah
mencakup
pengembangan perusahaan kecil dan menengah sebagai unsur pelengkap kebijaksanaan pengembangan industrinya, lagkah-langkah yang akan diambil hendaknya di rancang untuk menciptakan secepat mungkin keadaan yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan kecil dan menengah.
36
TESIS
Pandji Anoraga, PENGANTAR BISNIS: Pengelolaan Bisnis Dalam Era Globalisasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hlm. 63.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
Mengingat faktor-faktor yang ternyata menghambat sumbangan pada pembangunan, maka disarankan langkah-langkah yang berikut ini: Pada tahap awal sebelum memulai membuat sebuah konsep perencanaan pengembangan usaha, baik para pemilik usaha kecil ini melakukan identifikasi terhadap usahanya, yang secara garis besar meliputi: 1. Kekuatan apa yang dimiliki. 2. Kelemahan atau kendala apa yang dihadapi. 3. Peluang-peluang apa yang muncul yang bisa diamati 4. Ancaman apa yang bisa menhambat berkembangnya usaha. Barulah jika semua itu sudah dilakukan, dilanjutkan dengan membuat sebuah perencanaan tentang langkah apa yang perlu disiapkan pada masa yang akan datang agar usaha yang dijalankan dapat menjadi lebih besar lagi dan dikelola secara lebih tertib. Pada
aspek
perencanaan
pengembangan
usaha
ini
meliputi
perencanaan di bidang pemasaran, sumberdaya manusia, produksi, dan permodalan.37 Pengalaman-pengalaman selama lima tahun di Negara-negara, seperti Taiwan, Korea Selatan, Sri Lanka, Bangladesh, dan Nepal mendukung pemikiran para ahli dari Bank Dunia bahwa keadaan ekonomi yang menguntungkan untuk perkembangan usaha kecil (dan menengah) adalah paduan antara sedikit mungkin peraturan dengan sebesar mungkin kebebasan.
37
TESIS
Pandji Anoraga, PENGANTAR BISNIS: Pengelolaan Bisnis Dalam Era Globalisasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hlm. 63.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
Lingkungan yang terbaik untuk perusahaan kecil dan menengah adalah pasar yang relatif bebas, yang menawarkan rangsangan dan peluang yang sama kepada semua perusahaan. Program-program khusus dapat memainkan peranan yang besar dalam sector ini, asalkan turut mendorong prakarsa sector swasta dan bukan mematikannya. Tentu adalah menghapuskan hambatan-hambatan yang pada umumnya tersembunyi dibalik sistem perangsang yang ada dan peraturanperaturan yang berlaku dalam kehidupan ekonomi. Dalam konteks ini, langkah-langkah penting yang diperlukan adalah: a. Penghapusan subsidi dan perlakuan khusus yang menguntungkan perussahaan
besar
dan
merugikan
perusahaan
kecil
dan
menengah. b. Memperluas peluang untuk memperoleh dan menggunakan faktor-faktor produksi yang umumnya diperlukan pengusaha kecil dan menengah. c. Memperbesar jumlah penyalur barang-barang buatan perusahaan kecil dan menengah.38 Di
bidang
pemasaran
dirumuskan
langkah
pembinaan
dan
pengembangan, baik didalam maupun diluar negeri. Langkah tersebut dicapai lewat pelaksanaan penelitian dan pengkajian pemasaran serta menyediakan sarana atau dukungan promosi dan uji pasar bagi usaha kecil. Selain itu juga 38
Ronald Clapham, PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI ASIA TENGGARA, (Jakarta: LP3ES, 1991), hlm. 113.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
dimaksudkan untuk mengembangkan lembaga pemasaran dan jaringan distribusi, serta memasarkan produk usaha kecil. Langkah-langkahnya antara lain mencakup: 1. Pasar mana yang bisa dimasuki. 2. Produk baru apa yang bisa dikembangkan. 3. Cara apa yang bisa dilakukan untuk lebih mengenalkan produk. 4. Berapa harga yang seharusnya ditetapkan untuk dapat bersaing dengan usaha sejenis. 5. Pihak-pihak mana saja yang bisa diajak bekerja sama untuk memasarkan produk. Dari sudut manajemen, pembinaan dan pengembangan bidang produksi dan pemasaran diakui sebagai langkah strategis dalam usaha meningkatkan kinerja usaha kecil. dua unsur tersebut dilengkapi dengan pengembangan sumberdaya manusia sebagai pelaksana dua unsur manajemen diatas. Dalam pasal 17 UU tentang Usaha Kecil dirumuskan langkah-langkah tentang pembinaan dan pengembangan di bidang sumberdaya manusia dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan. 2. Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial. 3. Membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan, pelatihan, dan konsultan usaha kecil.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
4. Menyediakan tenaga penyuluhan dan konsultasi usaha kecil.39 Dalam penjelasan pasal 17 ini juga disebutkan “menanamkan dan mengembangkan jiwa, semangat, serta perilaku kewirausahaan”. Hal itu ditandai dengan: 1. Kemauan dan kemampuan untuk bekerja dengan semangat kemandirian; 2. Kemauan dan kemampuan memecahkan masalah dan megambil keputusan secara sistematis, termasuk keberanian mengambil risiko usaha; 3. Kemauan dan kemampuan berfikir serta bertindak secara kreatif dan inovatif; 4. Kemauan dan kemampuan untuk bekerja dalam kebersamaan dengan berlandaskan etika bisnis yang sehat. Selain langkah-langkah diatas perlu dilakukan hal-hal berikut sehubungan dengan sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan: 1. Bekal keterampilan apa yang perlu dikembangkan. 2. Pihak mana yang bisa diajak bekerja sama untuk menambah keterampilan, baik bagi karyawan maupun pemimpin (pemilik). 3. Berapa tambahan pegawai yang diperlukan.
39
TESIS
Pandji Anoraga, PENGANTAR BISNIS: Pengelolaan Bisnis Dalam Era Globalisasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hlm. 64.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
4. Upaya-upaya apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai. Sedangkan bidang produksi, mencakup: 1. Dari bahan baku yang ada, bisakah dibuat produk yang lain, kapan akan dilaksanakan. 2. Berapa banyak produksi yang akan dibuat di masa datang. 3. Kapan dibutuhkan menambah pembelian peralatan produksi. 4. Berapa banyak persediaan yang mencakupi kebutuhan tanpa berlebihan. Bidang Permodalan, mencakup: 1. Kapan diperlukan tambahan modal dan seberapa besarnya. 2. Di mana akan dapat diperoleh tambahan modal tersebut. 3. Siapa yang perlu dihubungi yang dapat membantu permodalan.40
1.1.4.4. Memperbaiki Sistem Ekonomi Pengusaha kecil dan menengah sangat membutuhkan informasi mengenai perubahan-perubahan dalam perekonomian, teknologi, dan peratutan.
Hal
ini
untuk
menghapuskan
quasi—monopoli—sebagai
penghambat pasar—yang dinikmati perusahaan besar dalam negeri dan asing dalam memperoleh informasi resmi maupun tidak resmi. Sistem informasi
40
TESIS
Ibid, hlm. 65.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
yang ada, karena itu, harus diperluas dan disusun kembali sedemikian rupa sehingga perusahaan-perusahaan dapat dengan bebas, tanpa diskriminasi, dan murah memperoleh informasi yang berpengaruh pada dunia usaha, terutama informasi mengenai: 1. Perubahan pada peraturan (mengenai perusahaan, tenaga kerja, kesejahteraan, dan pajak); 2. Perubahan pada peraturan dan petunjuk pelaksanaan yang dikeluarkan pemerintah; 3. Perubahan pada langkah-langkah untuk mendorong kegiatan ekonomi; 4. Undangan lelang proyek pemerintah. 5. Data ekonomi (dunia usaha dan perkembangan ekonomi); 6. Perkembangan teknologi (produk dan proses baru, standar mutu).41 Sistem informasi dapat diperbaiki, pada satu pihak, oleh pemerintah, dengan langkah-langkah yang menjamin bahwa penerbitan-penerbitan yang tepat tersedia secara berkala diseluruh negeri. Juga perlu diselidiki, seperti untuk pertanian, apakah informasi, terutama untuk perusahaan kecil, dapat disiarkan secara teratur melalui radio dan televisi. Karena ini berarti bahwa dengan biaya yang relatif murah dapat dilatih perusahaan-perusahaan dalam
41
TESIS
K. Marsden, “Creating the Right Environment for Small Firms”, in economic Development and the Private Sector, article prepared for finance and development, World Bank, September 1981. Hlm. 15.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
jumlah besar dibidang keterampilan dasar (misalnya, tata buku dan menyusun anggaran biaya); selain itu mereka juga mendapat informasi mengenai sektorsektor ekonomi yang penting (seperti perkembangan harga). Di pihak lain, sektor swasta, dalam kerangka organisasi-organisasi ekonomi (seperti kamar dagang, dan asosiasi), dapat memperluas sistem informasi dengan cara menerbitkan edaran, laporan bulanan, dan dokumentasi ekonomi dan teknis bagi pengusaha.42 1.1.4.5. Pengorganisasian Rencana dan Pelaksanaannya Setelah Rencana Pengembangan Usaha dibuat maka untuk lebih menertibkan pelaksanaan dari rencana tersebut, perlu ditindaklanjuti dengan mengorganisasikan rencana dan pelaksanaannya. Maksudnya, pemilik yang biasanya pada usaha kecil merangkap sebagai pembuat rencana dan sekaligus yang bertugas untuk melaksanakan rencana tersebut harus mampu mengatur waktu sedemikian rupa sehingga rencana yang dibuat dapat dilaksanakan. Pemilik haruslah mengorganisasikan waktu yang dimilikiya di sela-sela kesibukan operasional dan memikirkan serta melaksanakan rencana yang telah dibuat. Apabila memungkinkan tugas ini dapat dibantu oleh para pegawai yang dianggap memiliki kemampuan untuk itu. Kegiatan yang dilakukan meliputi: 1. Melakukan kunjungan ke tempat pemasaran dan mengumpulkan informasi (misalnya: ada masalah dengan kualitas produk, 42
TESIS
Ronald Clapham, PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI ASIA TENGGARA, (Jakarta: LP3ES, 1991), hlm. 115.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
banyaknya barang titipan dan kemungkinan memasarkan lebih banyak lagi, dan lain-lain). 2. Mencari informasi ke pihak-pihak yang terkait dengan yang direncanakan (misalnya: mencari informasi pinjaman modal ke bank/ke Pemda dan lain-lain, atau adakan pameran yang bisa diikuti dan kapan waktunya).43
2.1.4.6. Integrasi
Perusahaan
Kecil
dan
Menengah
ke
Dalam
Organisasi-Organisasi Masyarakat Lembaga-lembaga
yang
cocok
diperlukan
agar
kepentingan
perusahaan kecil dan menengah terwakili dalam berhadapan dengan pemerintahan, bank dan kelompok-kelompok ekonomi yang lain. Sebagai penampung tenaga kerja terbesar di sektor swasta, sektor perusahaan kecil dan menengah hendaknya menggunakan kesempatan yang ada untuk turut serta dalam proses pengambilan keputusan dalam bidang sosial dan ekonomi tingkat pemerintah melalui organisasi yang efektif. Hanya dengan perwakilan yang kuat melalui organisasi dalam berhadapan dengan sektor pemerintah dan sektor swasta perusahaan kecil dan menengah dapat memberikan sumbangannya dalam rangka membangun suatu masyarakat yang majemuk. Jika pemerintah mengikutsertakan wakil-wakil dari sektor swasta ke dalam dewan-dewan penasehat di departemen-departemen dan lembaga-lembaga
43
TESIS
Pandji Anoraga, PENGANTAR BISNIS: Pengelolaan Bisnis Dalam Era Globalisasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hlm. 65.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
pemerintah yang lain (di Malaysia, misalnya, ada rencana untuk membentuk Dewan Penasehat Industri di bawah naungan Kementrian Perdagangan dan Industri), hendaknya diikutsertakan pula wakil-wakil dari sektor industri kecil dan menengah.44 Dari perspektif pengembangan masyarakat, respons terhadap krisis ekonomi ini ditujukan pada pengembangan pendekatan alternatif yang berupaya merelokasikan aktivitas ekonomi dalam masyarakat agar dapat mendatangkan keuntungan bagi masyarakat dan untuk merevitalisasi masyarakat lokal serta untuk memperbaiki kualitas kehidupan. Krisis ekonomi yag sedang berlangsung telah memaksa banyak orang dan masyarakat untuk mencari alternatif-alternatif tersebut. Dalam realisasinya, ekonomi mainstream tidak lagi berfungsi secara efektif untuk memenuhi kebutuhan mereka—kepentingan yang memuncak dalam pengembangan ekonomi masyarakat. (Shragge,1993).45 Pengembangan ekonomi masyarakat dapat memiliki bentuk-bentuk yang berbeda, tetapi bentuk ini dapat dikelompokkan menjadi dua kategori. Pertama, pendekatan yang lebih konservatif berupaya mengembangkan aktivitas ekonomi masyarakat sebagian besar dalam parameter konvensional.
44
Ronald Clapham, PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI ASIA TENGGARA, (Jakarta: LP3ES, 1991), hlm. 115. 45 Jim Ife, Frank Tesoriero, COMMUNITY DEVELOPMENT, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), hlm. 423.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
Sedangkan kategori kedua, pendekatan yang lebih radikal, yakni berupaya mengembangkan ekonomi berbasis—masyarakat alternatif.46 Karena itu, organisasi-organisasi masyarakat yang ada hendaknya didorong untuk memperluas tanggung jawab dan kegiatan mereka sehingga mencakup perusahaan kecil dan menengah. Integrasi organisasi-organisasi kecil ke dalam organisasi-organisasi besar di bidang umum dan industri lebih baik daripada berdiri sendiri-sendiri karena akan banyak peluang untuk berkomunikasi. Pemerintah hendaknya mendorong perkembangan organisasiorganisasi seperti itu, karena ribuan perusahaan kecil dan menengah yang ada tidak dapat langsung dijangkaunya, sebab petugas yang dibutuhkan akan banyak sekali dan biaya yang harus ditanggung akan tinggi. Jenis-jenis industri hendaknya juga membentuk organisasi pada tahap lokal dan daerah untuk bertukar informasi mengenai soal-soal teknis dan ekonomi. Langkahlangkah awal menuju otonomi yang sudah diambil, misalnya Medium and Small Enterprises Association of Malaysia (MESEAM), yang bermaksud menjalankan fungsi pelatihan, pemberi nasehat, dan penasehat keuangan dan bantuan teknik. Lembaga-lembaga yang ada, seperti kamar dagang dan industri dan himpunan-himpunan yang lain, hendaknya mendukung langkahlangkah seperti itu. Pengusaha menengah hendaknya didorong untuk membentuk kelompok-kelompok kerja, dengan tujuan-tujuan ekonomi dan sosial. Hasil-hasil yang lebih baik dalam jangka panjang lebih banyak dapat diharapkan dari prakarsa-prakarsa yang diambil oleh para pengelola 46
TESIS
Ibid, hlm. 424.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
perusahaan di sektor swasta daripada dari “klinik masalah” yang diusulkan pemerintah di Indonesia dan Malaysia, misalnya—disini sekelompok kecil pengusaha yang menghadapai masalah-masalah yang sama diharapkan dapat memecahkannya secara bersama-sama.47 2.1.4.7.
Menghapuskan Hambatan Untuk Memperoleh Kredit Di Negara-negara Asia Selatan dan Tenggara, seperti Indonesia dan
Malaysia, masalah keuangan yang dihadapi perusahaan kecil dan menengah lebih banyak berkisar pada masalah peluang untuk mendapatkan dana daripada masalah tidak tersedianya dana pada bank-bank pemerintah. Karena itu, mengikuti pemikiran dalam laporan Bank Dunia, 48 disarankan agar program kredit yang khusus dirancang untuk sektor golongan ekonomi lemah hendaknya diperbaiki sebagai berikut: 1. Bagian dana untuk “kredit kelompok” diberikan pula pada kelompok-kelompok industri yang tertentu, didukung dengan analisis sektor yang terinci dan jasa pemberian nasehat yang lebih intensif; 2. Prosedur pencairan dana disederhanakan sesuai dengan kemajuan yang dicapai proyek; 3. Menyediakan tenaga bank yang terlatih dan berpengalaman dalam jumlah yang memadai untuk diberi tanggung jawab dalam 47
Ronald Clapham, PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI ASIA TENGGARA, (Jakarta: LP3ES, 1991), hlm. 116. 48 World Bank, Indonesia. Cottage and Small Industry in the National Economy, Vol. 1: The Main Report. Project Department. East Asia and Pacific Regional Office. 1979. November. Hlm.63.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
penilaian
permintaan
kredit,
pengendalian
kredit,
dan
pengembalian kredit; 4. Tidak terlalu mengandalkan agunan barang dalam memberikan kredit tetapi makin banyak berpijak pada perkiraan pendapatan di masa datang; 5. Menaikkan pagu kredit bagi perorangan untuk membiayai proyekproyek besar; 6. Memperpanjang jagka waktu kredit; 7. Mengurangi keengganan lembaga-lembaga kredit memberikan kredit pada pengusaha baru dengan cara memberikan informasi yang lengkap mengenai potensi perusahaan bersangkutan untuk tumbuh.49 Sejak tahun 2011, statistik Bank Indonesia telah menggunakan definisi UMKM sesuai dengan UU No. 20 tahun 2008 yang mendefinisikan bahwa UMKM adalah usaha produktif berdasarkan kriteria aset dan/atau omzet usaha, dimana sebelumnya juga tercakup plafon kredit yang dapat diperoleh, termasuk kredit konsumtif di dalamnya. Berdasarkan statistik per definisi diatas, pertumbuhan kredit UMKM selama ini cukup baik, yang didukung oleh kondisi perekonomian yang kondusif pula. Hal ini tercermin dari realisasi penyaluran kredit UMKM di tahun 2012 yang mencapai sebesar Rp. 72, triliun atau tumbuh 15,1% dari 49
TESIS
Ronald Clapham, PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI ASIA TENGGARA, (Jakarta: LP3ES, 1991), hlm. 116.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
posisi tahun 2011 sebesar Rp. 479,89 triliun di tahun 2012. Namun sayangnya, berdasarkan segmentasi penyalurannya, menunjukkan bahwa kredit UMKM tersebut masih didominasi oleh kredit usaha menengah sebesar 48,6%, belum dominan kearah kredit kecil yang baru teralokasi sebesar 30,8%, dan bahkan untuk kredit mikro hanya teralokasi sebesar 20,6%, padahal notabene berpopulasi sekitar 54 juta pengusaha.50 Dari sisi kualitas kredit, NPL (Non Performing Loan) atau kredit tidak lancar UMKM per desember 2012 tercatat sebesar 3,4%, dengan NPL kredit tertinggi tersumbang dari kredit usaha kecil sebesar 4,78% jika dibandingkan dengan kondisi pada bulan desember 2011 terjadi penurunan NPL atau perbaikan kualitas kredit UMKM, yang nilai NPL-nya turun dari 3,63% menjadi 3,40% ditahun 2012.51 Di samping pemberian kredit secara langsung oleh lembaga-lembaga keuangan, pelepas uang tertentu dapat diajak serta untuk memperbaiki situasi keuangan, terutama keuangan penguasaha kecil. sektor perbankan dapat menaikkan volume kredit pelepas uang yang memberikan kredit untuk modal kerja pada perusahaan kecil. kelebihan pendekatan ini adalah bahwa pelepas uang mampu lebih turun lagi ke bawah ke tingkat perusahaan yang sangat kecil dan terpencil, dan umumnya mampu menilai keadaan keuangan dan masa depan perusahaan bersangkutan daripada staf bank. Hal yang khas 50
Budi Harsono, Tiap Orang Bisa Menjadi Pengusaha Sukses Melalui UMKM, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2014), hlm. 52. 51 Budi Harsono, Tiap Orang Bisa Menjadi Pengusaha Sukses Melalui UMKM, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2014), hlm. 63.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
dalam pendekatan ini adalah proses promosi perusahaan kecil yang dilakukan secara sangat terdisentralisasi yang melibatkan “perantara”, pendekatan ini dapat pula diterapkan ke bidang-bidang lain.52 2.1.4.8. Mengadakan Evaluasi Terhadap Rencana Evaluasi terhadap rencana pengembangan usaha penting dilakukan agar dapat di deteksi secara dini persoalan yang timbul dalam pengelolaan usaha. Hal ini penting dilakukan agar rencana yang tidak bisa dilaksanakan dapat segera diperbaiki dan sekaligus memperkirakan masalah apa yang mungkin akan muncul untuk diambil tindakan pencegahan.53 Sebuah usaha yang dirintis dari bentuk usaha yang kecil jika dimasa datang dapat dikembangkan menjadi besar, biasanya akan memiliki tingkat penyesuaian yang sangat tinggi terhadap berbagai perubahan yang terjadi yang berpengaruh terhadap dunia usaha. Daya tahan semacam ini belum tentu dimiliki oleh pengusaha yang besar sekalipun. Dengan kata lain sebuah usaha yang dirintis dari nol, akan memiliki dasar yang kuat untuk bertahan di masa sulit dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang terjadi. Pengembangan usaha ini pada dasarnya adalah tanggung jawab dari setiap pengusaha/wirausaha. Dalam pengembangan usaha ini termasuk bagi industri rumah tangga sangat membutuhkan pandangan ke depan (akan
52
Ronald Clapham, PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI ASIA TENGGARA, (Jakarta: LP3ES, 1991), hlm. 117. 53 Pandji Anoraga, PENGANTAR BISNIS: Pengelolaan Bisnis Dalam Era Globalisasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hlm. 66.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
dijadikan seperti apa usaha tersebut), motivasi dan tentu saja kreativitas. Jika semua ini dapat dilakukan oleh setiap wirausaha, maka besarlah harapan untuk dapat menjadikan usaha yang semula kecil menjadi skala menengah atau bahkan menjadi sebuah usaha yang besar.54 2.2. Penelitian Terdahulu Yang Relevan Penelitian terdahulu yang dijadikan bahan referensi mengenai penelitian tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah: 1. Tesis yang ditulis oleh Ari Ratna Kurniastuti, yang berjudul “Perlindungan Hukum Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dari Dampak Adanya Perjanjian ASEAN-CHINA Free Trade Area (ACFTA)”, tahun 2013. Penelitian ini diawali dengan adanya perjanjian ACFTA yang mulai berlaku pada 1 Januari 2010 banyak industri lokal yang termasuk di dalamnya adalah UMKM mendapatkan dampak yang luar biasa, mulai dari penurunan omset sampai ada yang gulung tikar. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia UMKM di anggap sektor yang mempunyai peranan penting. Sebagian besar jumlah penduduk Indonesia adalah berpendidikan rendah, sehingga kegiatan usaha yang dapat dilakukan adalah merupakan usaha kecil baik sektor tradisional maupun modern. Melihat kondisi ini diperlukan peran pemerintah
54
TESIS
Ibid, hlm. 67.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65
melalui hukum yang dibuatnya untuk memberikan perlindungan hukum terhadap UMKM. Tujuan penelitian dalam tesis ini adalah : 1). Untuk mengetahui dan menganalisa keberlakuan Perjanjian ACFTA dalam sistem hukum di Indonesia, 2). Untuk mengetahui dan menganalisa posisi perjanjian ACFTA jika terjadi konflik jika terjadi konflik hukum dengan peraturan
perundang-undangan
nasional
yang
memberikan
perlindungan terhadap UMKM, 3). Untuk mengetahui dan menganalisa bentuk perlindungan ideal yang diberikan hukum nasional terhadap UMKM dari dampak adanya perjanjian ACFTA. Kerangka dasar teoritis meliputi: Teori Harmonisasi, Teori Monisme dan Dualisme, Teori Penerapan Hukum Internasional dalam Hukum Nasional, Teori Perdagangan Bebas dan Teori Perlindungan Hukum. Perjanjian ACFTA ini memiliki dampak yang luas terhadap UMKM salah satunya di sektor pertanian, sehingga memicu munculnya peraturan perundang-undangan yang tujuannya melindungi kondisi ini. Gubernur Jawa Timur menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) No. 78 Tahun 2012 yang melarang impor seluruh produk holtikultura masuk ke wilayah Jawa Timur. Pergub ini ditanda tangani tanggal 1 Maret 2012 bertujuan membentengi seluruh produk petani dari serbuan produk holtikultura impor. Permendag No. 60/2012 soal impor holtikultura menyebutkan larangan terhadap 6 buah impor durian, nanas, melon, pisang, mangga, dan papaya
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
masuk ke Indonesia. Selain ke enam buah tersebut, pemerintah juga melarang impor 4 jenis sayur yaitu kubis, wortel, cabe, dan kentang, dan 3 jenis bunga impor yaitu krisan, anggrek, heliconia. Kedua peraturan tersebut jelas bertentangan dengan perjanjian ACFTA. Perjanjian ACFTA lebih diutamakan sebab sesuai dengan pasal 27 Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian Internasional. Perundang-undangan
nasional
tidak
boleh
dijadikan
alasan
pembenar atas pelanggaran, kegagalan perjanjian internasioal dan/atau mengesampingkan perjanjian internasional dan perjanjian ACFTA, ASEAN tampil atas nama Negara anggota ASEAN, maka perjanjian ACFTA ini mengikat Indonesia. 2. Tesis yang ditulis oleh I Gusti Ayu Made Aryastini, “Perlindungan Hukum Bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dalam Penerimaan Bantuan Permodalan Dari Perusahaan Modal Ventura Dengan Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) Bilyet Giro”, tahun 2015. Tesis ini berawal dari sanksi terhadap perusahaan modal Ventura bila Perusahaan Modal Ventura mengulur-ulur waktu pencairan bantuan modal setelah pemohon modal sudah menyetorkan kepesertaan modalnya, belum diatur dalam
Peraturan
18/PMK.010/2012
Menteri Keuangan tentang
(Permenkeu)
Perusahaan
Nomor
Modal Ventura.
Berdasarkan kekosongan norma tersebut permasalahan pertama dalam penelitian ini adalah tentang kedudukan Surat Pernyataan
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67
Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) dalam hal Perusahaan Modal Ventura tidak merealisasikan bantuan modal kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Permasalahan kedua adalah tentang tanggungjawab perusahaan Modal Ventura yang gagal merealisasikan bantuan modal kepada UMKM setelah menerbitkan Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP). Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian hukum normatif karena
beranjak
dari
kekosongan
norma
dalam
Permenkeu Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura yang belum mengatur sanksi terhadap perusahaan modal Ventura bila perusahaan modal Ventura mengulur-ulur waktu pencairan bantuan modal. Pendekatan penelitian terdiri dari pendekatan perundang-undangan,
pendekatan
konsep
dan
pendekatan kasus. Sumber bahan hukum dalam penelitian ini terdiri dari: primer, sekunder dan tersier. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis yuridis, yaitu analisis yang
mendasarkan
pada
teori-teori,
konsep
dan
peraturan
perundang-undangan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Kepastian Hukum dan Teori Hukum Perjanjian. Adapun konsep yang digunakan adalah Konsep Perlindungan Hukum, Konsep Modal
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68
Ventura, Konsep Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Konsep Pembiayaan pada Perusahaan Modal Ventura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kedudukan Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) dalam hal Perusahaan Modal Ventura tidak merealisasikan bantuan modal tidak mempunyai kekuatan mengikat sehingga UMKM tidak dapat melakukan tuntutan atau ganti rugi atas gagalnya realisasi bantuan modal; dan (2) Tanggungjawab Perusahaan Modal Ventura yang gagal merealisasikan bantuan modal kepada UMKM setelah menerbitkan Surat Pernyataan Jaminan
Kepastian
Pencairan (SPJKP) merupakan tanggungjawab karena adanya wanprestasi dari perusahaan modal Ventura sehingga seharusnya perusahaan modal Ventura membayar ganti rugi atas dasar gugatan dari UMKM yang berdasarkan Pasal 1365 BW/KUHPerdata oleh karena pihak perusahaan modal Ventura tidak mampu mencairkan bantuan modal terhadap UMKM. 3. Skripsi yang ditulis oleh Dani Danuar Tri U “Pengembangan Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) Berbasis Ekonomi Kreatif di Kota Semarang, tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk menggali berbagai informasi yang berkaitan dengan UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang dalam rangka merumuskan solusi untuk pengembangannya.
UMKM
kreatif
dianggap
mampu
mengembangkan Sumber Daya Manusia dengan berbekal pada ilmu
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69
pengetahuan, kreatifitas, inovasi serta
mampu mengembangkan
lapangan pekerjaan. Namun, UMKM
kreatif di Kota Semarang
masih belum mampu memberikan predikat khusus bagi kota ini. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan metodologi penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Data primer diperoleh dari informan penelitian yang terdiri dari 32 orang pelaku UMKM kreatif, pihak pemerintah, dan pihak akademisi pengamat UMKM. Data sekunder diperoleh dari berbagai data publikasi seperti Dinas Koperasi dan UMKM, Disperindag, serta Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM kreatif di Kota Semarang belum dapat dijadikan sebagai penopang utama perekonomian di Kota Semarang. Hal tersebut dikarenakan industri besar lebih mendominasi di kota ini. UMKM kreatif di Kota Semarang memiliki kemampuan yang terbatas serta mengalami permasalahan
dalam
pengembangan
usahanya.
Hal
ini
menyebabkan UMKM kreatif belum mampu memberikan ciri khas tersendiri bagi Kota Semarang. Permasalahan yang dihadapi UMKM kreatif di Kota Semarang antara lain permodalan, bahan baku dan faktor produksi, tenaga kerja, biaya transaksi, pemasaran,
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70
dan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). UMKM berbasis ekonomi kreatif memerlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk mencapai kemajuan di dunia usaha. Tidak hanya pemerintah dan pelaku UMKM itu sendiri, tetapi juga masyarakat perlu turut serta mengembangkannya.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL Berdasarkan hasil eksplorasi teori dan pemikiran ilmiah yang dikembangkan
dalam penelitan ini, maka dapat di abstraksikan dalam
kerangka berfikir penelitian sebagaimana bagan dibawah ini: Peran Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Proses Pemberdayaan
Model Strategi Pemberdayaan
Analisis Strategi UMKM
Masyarakat Ekonomi ASEAN
Gambar: 3.1.
Kerangka Berfikir Penelitian Peran Pemberdayaan Pelaku UMKM oleh Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis.
Pada kerangka berfikir penelitian ini dapat dijelaskan bahwa untuk menerapkan strategi pemberdayaan pelaku UMKM yang relevan maka dapat dijelaskan seperti dibawah ini:
71
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72
1. Peran Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis. Peran pengurus paguyuban sangat sentral dalam penelitian ini, selain sebagai fasilitator, mereka juga sebagai informan peneliti. Peran yang dimaksud adalah mengenai teknik-teknik pemberdayaan pelaku UMKM, baik teknik materi yang dibahas sampai menerapkan langkah pengorganisasian dan pendampingan pelaku UMKM. Adapun dalam teori 3 Aras (mikro, mezzo, makro) yang digunakan, Aras yang digunakan Pengurus Paguyuban dalam pemberdayaan pengrajin batik tulis menggunakan aras mezzo, karena sangat mudah untuk diterapkan terhadap pengrajin batik tulis bahkan pengrajin cenderung lebih senang terhadap strategi tersebut. Dengan adanya strategi tersebut pengrajin mendapatkan banyak pengalaman dan ilmu baru, yang bisa mereka terapkan terhadap usaha mereka agar tetap berjalan dengan baik. 2. Proses Pemberdayaan Dalam kerangka berfikir proses pemberdayaan ini, lebih di fokuskan kepada latar belakang pemberdayaan itu sendiri, seperti sejarah Kampung Batik Tulis Jetis, Perkembanganya, hingga atkitivas pemberdayaan yang diperoleh dari Pengurus Paguyuban. 3. Analisis Model Pemberdayaan Pelaku UMKM Analisis model pemberdayaan pelaku UMKM sangat diperlukan sebagai modul dari proses pemberdayaan itu sendiri. Dalam buku Edi
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73
Suharto, proses pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting) yakni: a. Aras Mikro, pemberdayaan pada aras ini dilakukan terhadap klien secara individu yang mana melalui bimbingan, konseling, stress management, dan crisis intervention. Dengan tujuan untuk membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. b. Aras Mezzo, pemberdayaan pada aras ini dilakukan terhadap sekelompok klien yang mana menggunakan kelompok sebagai media
intervensi.
Pendidikan,
pelatihan,
pengetahuan
dan
ketrmpilan merupakan strategi dalam meningkatkan kesadaran dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. c. Aras Makro, aras ini disebut juga sebagai strategi sistem besar karena perubahannya lebih terhadapa lingkungan yang lebih luas seperti
perumusan
kebijakan,
kampanye,
aksi
sosial,
dan
pengorganisasian masyarakat. Aras ini juga memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasisituasi mereka sendiri, dan juga untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.1 Terdapat beberapa tahapan kerangka berfikir dalam penelitian ini, antara lain:
1
TESIS
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 66-67.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
1. Kerangka berfikir secara deduksi, meliputi: a. Kualitas SDM yang sudah dikembangkan (kualitas yang dimiliki pelaku usaha). b. Tingkat kualitas SDM dibandingkan dengan teori dan modelmodel yang sudah dikembangkan sebelumnya. c. Kualitas individu pelaku usaha UMKM 2. Kerangka berfikir secara induksi, meliputi: Aspirasi pelaku UMKM diperoleh dari Focus Group Discussion (FGD) dengan pelaku UMKM, Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis, Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur, Diskoperindag Sidoarjo, pakar yang ahli di bidang Pengembangan Kualitas SDM UMKM.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB IV METODOLOGI
1.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif akan tetapi pendekatan yang di pakai adalah pendekatan Participatory Action Research (PAR) dan dikenal juga dengan singkatan Participatory Rural Appraisal (PRA)1. PRA Merupakan singkatan dari Participatory Rural Appraisal yang secara harafiah artinya pengkajian (keadaan) organisasi (secara) partisipatif. PRA
senantiasa berkembang, sehingga menurut Robert
Chambers yang mempromotori dan mengembangkanya, mungkin tidak perlu untuk memberikan definisi final. Robert Chambers mendefinisikannya sebagai:
“Sekumpulan
pendekatan
dan
metode
yang mendorong
organisasi/ lembaga untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan.” Pada awalnya Participatory Rural Appraisal (PRA) berkembang sebagai kumpulan metode atau teknik-teknik penelitian yang dilakukan oleh elemen organisasi sendiri, seperti yang didefinisikan oleh Robert Chambers di atas. PRA pada awalnya berkembang sebagai suatu alternatif bagi penelitian sosial yang dikritik sebagai tidak bermanfaat bagi organisasi karena hanya menggunakan organisasi sebagai obyek penelitian. Kalau pada 1
Robert Chambers. Rural Development; Putting The Last First (1983); Rural Appraisal: Rapid, Relaxed, and Participatory (1992) dan Whose Reality Counts?; Putting The First Last? (1997), hlm 1.
75
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76
penelitian
sosial,
agenda
penelitian
adalah
milik penelitinya,
juga
informasi hasil penelitian dibawa oleh peneliti untuk kepentingannya sendiri maupun kalangannya. Maka pada PRA, agenda “penelitian‟ dikembangkan oleh organisasi dengan difasilitasi oleh orang luar, sebagai proses refleksi kritis organisasi tentang situasi dan persoalan yang mereka hadapi. Informasi hasilnya, digunakan oleh organisasi untuk mengembangkan program aksi mereka. Karena proses perkembangan PRA pada awalnya seperti ini, tidak mengherankan bila banyak kalangan praktisi PRA (Konsultan) yang menggunakan PRA hanya pada kegiatan pengkajian (appraisal) saja. Sampai saat
ini pun masih banyak kalangan Konsultan yang
memperlakukan PRA secara demikian. Semula
PRA
lebih
banyak
diperlakukan sebagai metodologi pengkajian oleh (bersama) organisasi, baru pada perkembangan berikutnya PRA menjadi metodologi pendekatan program
yang
melainkan
lebih dari
sebagai
sebuah
sekedar untuk proses pengkajian organisasi, kerangka
partisipatif. Kemudian, praktek-praktek
kerja
pengembangan
penggunaan PRA
program
berkembang
pesat pada tahun 1990-an di kalangan Konsultan di seluruh dunia, dalam upaya untuk menemukan sebuah mendukung
proses
metodologi
perencanaan
pendekatan
yang
bisa
yang lebih terdesentralisasi dan
pengambilan keputusan secara lebih demokratis, dimana organisasi dimungkinkan untuk “belajar bersama”, menganalisis dan meningkatkan pengetahuannya, serta untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77
mereka
sendiri. 2 Dengan
demikian,
kegiatan
pengkajian (appraisal)
hanya merupakan bagian kecil dari penggunaan PRA karena PRA menjadi terintegrasi dalam keseluruhan siklus pengembangan program (mulai dari penjajakan
kebutuhan/need
pelaksanaan/pendampingan
masyarakat,
assessment, sampai
perencanaan,
monitoring-evaluasi
program). Dalam konteks penggunaan metodologi
pendekatan
ini, PRA
program
kemudian
berbasis
menjadi
organisasi (bottom-up
methodology) yang oleh kalangan Konsultan terus-menerus dimodifikasi dan diadaptasi,
serta
diperkaya
penggunaan metode/tekniknya,
metode
baik
dan
untuk
tekniknya,
penjajakan
terutama kebutuhan,
perencanaan, monitoring-evaluasi, maupun diskusi topikal. Setelah sepuluh tahun menjadi metodologi pengkajian dan metodologi pendekatan program partisipatif yang populer, PRA juga mulai mengkritisi kembali posisi ideologi dan kerangka teoritis yang melandasinya. Hal ini karena kalangan Konsultan sendiri melihat kecenderungan penggunaan PRA hanya pada penggunaan metode/teknik-tekniknya saja, baik untuk pengkajian maupun perencanaan dan monev (monitoring and evaluation).
PRA dikritisi kembali agar tidak bersifat intrumental dan
partisipasi yang dikembangkannya seharusnya
2
TESIS
partisipasi dikembangkan
tidak dalam
menjadi kerangka
teknis,
karena
pengembangan
Robert Chambers, Irene Guijt, 1995. PRA: Five Years Later, Where are We Now?, paper, hlm. 2.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78
perubahan sosial. Karena itu, Robert Chambers menyatakan bahwa PRA dalam
sepuluh
tahun
terakhir
sudah berkembang
juga
menjadi
paradigma, ideologi, dan filosofi di kalangan Konsultan. Metodologi PRA
bukan
lagi
hanya
sekedar
sebuah
metodologi
pendekatan
perencanaan dan pengkajian.3 Namun, pendapatnya ini ditentang oleh kalangan yang berpendapat lain: PRA masih belum bisa dikatakan sebagai suatu paradigma ataupun
ideologi,
karena
belum membangun
suatu
kerangka pikir yang lengkap. PRA sebenarnya masih lebih banyak seperti posisinya yang awal: kumpulan metode atau teknik kajian yang dimaksudkan sebagai sebuah alternatif bagi penelitian sosial yang digunakan di kalangan Konsultan.4 4.2. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data Data Primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama yang ada di lapangan,
5
dan data primer merupakan data pokok dari penelitian
perorangan, kelompok dan organisasi.6 Dalam hal penggalian data ini peneliti banyak menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban terkait faktor pendukung dan penghambat program pemberdayaan dari Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis. Adapun data primer ini 3
Ibid: Chambers, 1995 dan 1997. Hlm 2. Bill Coke, Uma Kothari, Ed, 2001. Participation; A New Tyranni?, hlm. 2. 47Hadari Nawawi, dan Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University, 1995), hal. 32 4
6
TESIS
Rosady ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi (PT. Rajagrafindo Persada, 2006), hal. 29
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79
diperoleh dengan melihat langsung objek yang akan diteliti bukan berasal dari pihak lain atau pihak kedua. Adapun objek disini adalah pengusaha UMKM yang terdaftar sebagai anggota Paguyuban Kampung Btik Tulis Jetis dan Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain biasanya berbentuk informan atau bacaan yang sudah ada. Selain itu data sekunder ini berbentuk data yang sudah tersedia misalnya laporan atas kinerja pegawai, profil pengusaha, struktur perusahaan dan berbagai literature yang mendukung. Sedangkan untuk informan disini bisa datang dari informan yang mana bukan merupakan pelaku utama akan tetapi oang lain misalnya: pelanggan, rekan bisnis para pengusaha UMKM, atau bahkan pengusaha UMKM itu sendiri. 2. Sumber Data Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi tentang maslaah penelitian. Menurut Lofland dan Loflan dalam bukunya Lexy. J. Moeloeng, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.7 Dari sumber data itu peneliti memperoleh keterangan yang berguna untuk mendukung proses deskripsi dan analisa penelitian, dan sumber data tersebut dapat berupa benda, perilaku manusia, tempat, dan lain sebagainya.
7
TESIS
Lexy. J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Rosdakarya, 2005), hal. 32
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80
Adapun sumber data yang dipakai oleh peneliti dalam melengkapi data tersebut adalah: Informan, yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Keguanaan informasi bagi penelitian adalah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjaring, jadi sebagai sampling internal, karena informasi dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian yang ditemu oleh subjek lain.8 Adapun kriteria informan yang digunakan peneliti adalah orang-orang yang berperan dalam proses pemberdayaan pelaku UMKM Batik Tulis, baik mereka yang terlibat secara langsung seperti Pengurs Paguyuban maupun orang yang sifatnya mengetahui mengetahui program tersebut walaupun tanpa terlibat di dalam nya (narasumber). Informasi yang dipakai dalam penelitian diperoleh dari berbagai pihak, diantaranya: Tabel 4.1 Penentuan Informan dan Narasumber No
Nama Informan dan Narasumber
Status
1
Drs. Achmad Basuki. M.Si
Kabid UMKM Dinas Koperasi dan
(Narasumber)
UMKM Jatim
Soembogo Tjatur Palupi (Narasumber)
Staf SDM Dinas Koperasi dan UMKM
2.
Jatim.
8
TESIS
Ibid, hal. 132
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81
3.
Ismail (Narasumber)
Kabid UMKM Diskoperindag Sidoarjo.
4.
Nurul Huda (Informan)
Ketua Paguyuban Batik Tulis Jetis Sidoarjo (Pengusaha UMKM dan Anggota Dinas Koperasi)
5.
Zainal Afandi (Informan)
Sekretaris Paguyuban Batik Tulis Jetis
6.
Zainal Arifin (Informan)
Bendahara Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis
7.
H. Ischak (Informan)
Pengawas/ Anggota Paguyuban Batik Tulis Jetis
8.
Mursidi (Informan)
Anggota Paguyuban Batik Tulis Jetis
9.
Hj. M. Thoha (Informan)
Anggota Paguyuban Batik Tulis Jetis
10.
Ahyar (Informan)
Anggota Paguyuban Batik Tulis Jetis
11.
M. Yazid (Informan)
Anggota Paguyuban Batik Tulis Jetis
12.
Zainul Qodim (Informan)
Anggota Paguyuban Batik Tulis Jetis
13.
Ibrahim (Informan)
Anggota Paguyuban Batik Tulis Jetis
Maryam Sujono (Informan)
Anggota Paguyuban Batik Tulis Jetis
Isbachillah (Informan)
Anggota Paguyuban Batik Tulis Jetis
Dokumen, yaitu data yang tercantum dalam berbagai jenis dokumen yang dipakai oleh peneliti yaitu buku catatan atau tulisan, laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian. Maksudnya adalah untuk mengetahui spesifikasi pekerjaan tertentu (specific job task).
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82
1.1. Tahap-Tahap Penelitian Transformatif Tahap-tahap penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian agar peneliti tidak mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian antara lain: 1. Tahap 1: to Know Hal-hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah proses-proses inkulturasi yaitu membaur dengan seluruh elemen di perusahaan untuk membangun kepercayaan. Membaur bukan sekedar berkumpul dengan mereka, tetapi membaur untuk menyepakati proses bersama membentuk kelompok. Proses bersama melalui kelompok tersebut untuk menemukan problem pemberdayaan pengusaha UMKM melalui riset. Adapun tahap awal ini, karena masih melakukan proses mengetahui keadaan, belum melakukan analisis problem pemberdayaan pengusaha UMKM, maka yang dilakukan adalah mencari gambaran keadaan apa adanya secara detail, menyeluruh, dan mendalam.9 2. Tahap II: to Understand (Memahami Problem Pengusaha) Tahap to understand ini bertujuan untuk memahami persoalan utama perusahaan. Maka langkah-langkah yang ditemuh analisis bersama elemen perusahaan melalui proses focus group discussion (FGD). Tahap ini disebut 9
TESIS
Agus Afandi, PANDUAN PENYELENGGARAAN KULIAH KERJA NYATA (KKN) TRANSFORMATIF: Dengan Menggunakan Metodologi Participatory Action Research (PAR), (Surabaya: LPM UINSA Surabaya, 2013), hlm. 51.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83
juga dengan tahap dekodifikasi, yaitu tahap mensistematisasikan problemproblem perusahaan yang terjadi. Proses FGD tetap menggunakan tool (alat) untuk mempermudah teknik analisis, sekaligus membelajarkan kepada pengusaha. Oleh karena itu, penggunaan teknik sekaligus penggunaan media untuk pendidikan pegawai (popular) dalam rangka proses pendidikan kritis sangat penting. Beberapa teknik untuk mempermudah proses analisis dapat menggunakan teknik-teknik PRA berikut ini: A. Diagram Venn. Teknik ini digunakan untuk menganalisis relasi kuasa
pada
stakeholder.
Mengetahui
besaran
pengaruh
stakeholder (Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur) terhadap pengusaha UMKM, termasuk peran dan fungsinya pada mereka. B. Diagram Alur. Teknik ini digunakan untuk analisis alur atau hubungan antara para pihak. Sehingga diketahui besaran alur satu pihak dengan pihak lain. Contoh alur penilaian kinerja Dinas Koperasi dan UMKM, alur kepercayaan pengusaha terhadap Dinas Koperasi dan UMKM, dan sebagainya. C. Analisis Tata Guna, Tata Kuasa, dan Tata Kelola. Analisis ini digunakan untuk menganalisa asset pengusaha, dan apa yang terjadi pada asset tersebut. D. Teknik Analisis Pohon Harapan dan Pohon Masalah. Teknik pohon harapan dan pohon masalah merupakan teknik utama untuk
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84
merumuskan problem pengusaha yang dilanjutkan dengan teknik pohon harapan sebagai tujuan pemecahan masalah perusahaan. Perumusan ini merupakan proses yang sangat strategis, karena proses ini menentukan program utama yang akan dilakukan sebagai strategi pemecahan masalah perusahaan. Strategi ini bukan sekedar melakukan kegiatan, tetapi strategi ini dipilih untuk dapat memecahkan problem utama yang berpengaruh pada seluruh problem yang terjadi. Teknik analisis pohon masalah dan pohon harapan akan menghasilkan rumusan masalah dan rumusan tujuan yang menjadi struktur rumusan Logical Framework Approach (LFA). Rumusan ini akan menjadi alat utama melakukan perencanaan program pada tahap berikutnya.10
3. Tahap III: to Plann (Merencanakan Pemecahan Masalah Organisasi) Tahap to plann adalah tahap yang dilakukan untuk merencanakan aksi pemecahan masalah. Tahap ini sangat ditentukan oleh proses sebelumnya dalam merumuskan masalah, sebab pemecahan masalah harus didasarkan atas rumusan masalah yang terjadi. Bukan masalah yang disodorkan oleh organisasi untuk diselesaikan oleh peneliti. Dasar perencanaan program harus dari rumusan masalah dalam bentuk pohon masalah yang sudah disepakati melalui FGD. Perencanaan
10
TESIS
Ibid, hlm. 55.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85
program disusun berdasarkan rumusan masalah dan tujuan, yang strukturnya dibuat dengan model Logical Framework Approach (LFA). Perencanaan program ini bentuknya sebuah proposal dengan sistematika sebagai berikut: 1. Analisis hirarki maslaah, uraian analisis ini bersumber atau sama dengan Analisis pohon masalah. Selanjutnya diperkuat dengan uraian: inti masalah, masalah utama, penyebab utama, penyebab pendukung, atau akar masalah. Kemudian diuraikan dampak yang ditimbulkan, bahkan dampak yang massif dalam jangka panjang. Sehingga terdapat argumentasi bahwa problem ini harus segera diatasi dan dipecahkan karena mempengaruhi atau bahkan mengancam stabilitas organisasi ke depan. 2. Analisis tujuan, uraian ini bersumber atau sama dengan analisis pohon harapan. Selanjutnya dilengkapi dengan uraian: tujuan inti, harapan utama, strategi-strategi, dan dampak yang dihasilkannya. Uraikan perubahan apa yang terjadi seandainya strategi ini dijalankan, sehingga dapat menjaga tujuan dari organisasi ke depan. 3. Matrik analisis kelayakan strategis. Matrik ini digunakan untuk menganalisis kelayakan strategi sebuah program dilaksanakan. Bentuk programnya apa, capaian targetnya apa, respon suka atau tidaknya organisasi, kemungkinan dilaksanakannya, sumberdaya yang dibutuhkan, keberlangsungan (sustainability), pengaruh apa yang akan terjadi jika dilaksanakan.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86
4. Matrik Perencana Operasional (MPO) atau Matrik Rencana Kerja (MRK). Matrik ini merupakan bentuk operasional tentang program yang dilaksanakan. Komponen matrik berupa bentuk kegiatan, target atau capaian, jadwal pelaksanaan, penanggung jawab, support sumberdaya yang dibutuhkan, resiko atau asumsi. 5. Matrik Analisis Stakeholder. Matrik ini untuk menganalisis pihakpihak 6. terkait yang bisa berpartisipasi pada program yang akan dilaksanakan. Disebut juga dengan matrik analisis partisipasi. Komponen matrik ini berupa organisasi, individu yang terkait, karakteristik
organisasi,
individu,
kepentingannya
apa,
sumberdaya yang dibutuhkan apa, dan apa tindakan yang harus dilakukan. 7. Organisasi
pelaksana.
Penentuan
penanggung
jawab
dan
pelaksana program, yaitu pihak yang menjadi siapa dan melakukan apa. 8. Penganggaran, Sumber dan Pengeluaran (Budgeting). Uraian kebutuhan anggaran dan bahan yang dibutuhkan, dengan ansumsi sumber pemasukan dan asumsi pengeluaran.11
4. Tahap IV: to Action dan Reflection (Melakukan Program Aksi dan Penyadaran)
11
TESIS
Ibid, hlm. 57.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87
Tahap ke empat adalah tahap terakhir penelitian transformatif, maka aksi sebagai pemecahan problem organisasi, diharapkan mucul dari prose pendampingan ini. Tentu saja pilihan program praktis harus sesuai dengan hasil analisis problem dan perencanaan strategis yang di susunnya. Serta dengan memperhatikan potensi sumberdaya yang dimiliki, sehingga pelaksanaan
program
tidak
memberatkan
organisasi,
tetapi
justru
menciptakan kondisi yang terbangun dalam kesatuan yang saling gotong royong sebagai tradisi yang sudah dimiliki masyarakat kita. Program yang demikian itulah dalam tataran teoritis sebagai sebuah daur praktis, yaitu antara problem realitas dengan keinginan idealis terjadi keterkaitan dan kesinambungan secara simultan (sustainability). Dengan demikian maka implikasi program aksi memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat secara bertahap, sehingga muncul lah perubahan secara evolutif. Pada tahap terakhir ini, hal yang semestinya dilakukan adalah melakukan refleksi atas hasil proses selama pendampingan. Refleksi dibangun untuk mengkritisi kembali hal-hal yang pernah dilakukan dan pelajaran apa yang bisa diambil untuk menapak ke depan. Dengan demikian dibangunlah komitmen untuk melanjutkan program untuk menapak perubahan sehingga tidak terjadi keterputusan. Dari sini muncul pengetahuan baru dan komitmen baru antara pegawai dengan manajer, sehingga apa yang dilakukan selama ini bermakna bagi semuanya.12
12
TESIS
Ibid, hlm. 59.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88
1.2. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data yang akurat maka diperlukan beberapa metode untuk mengumpulkan data, sehingga data yang diperoleh berfungsi sebagai data yang valid dan obyektif serta tidak menyimpang. Maka metode yang digunakan adalah: 1.
Observasi Terlibat Peneliti akan terlibat di dalam aktivitas kerja di Paguyuban Kampung
Batik Tulis Jetis. Maksudnya adalah disini peneliti akan terlibat secara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam dalam proses pengumpulan atau penggalian data secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama. Wawancara ini akan dilakukan dengean frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. Setelah itu peneliti akan mengumpulkan dan mengklasifikasikan data yang diperoleh. 2. Indepth interview Disini indepth interview sama dengan wawancara Tanya jawab. Wawancara adalah percakapan dua orang atau lebih ada yang mengajukan pertanyaan dan ada yang menjawab pertanyaan atau biasa disebut Tanya jawab atau interview.13 Metode ini berfungsi untuk memperjelas data yang tidak bisa kita temui dilapangan secara langsung biasanya bisa berbentuk sejarah. Dalam hal ini masyarakat setempat yang menjadi objek sasaran utama wawancara. Wawancara ini dilakukan secara mendalam biasanya
13
TESIS
Soeharto dan Ana Retnoningsih, Kamus bahasa Indonesia Lengkap (Semarang: bintang Jaya), hal.557
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89
dikemas dalam bentuk cerita yang jauh dari keformalan atau mengalir apa adanya. Dalam indepth interview penulis telah membuat pedoman wawancara sesuai dengan teori 3 Aras pemberdayaan mengenai proses pemberdayaan itu sendiri. Berikut pedoman wawancara tersebut: Tabel 4.2: Pedoman Wawancara No
Objek Penelitian
Definisi
Pertanyaan Wawancara
1.
Kondisi pelaku
Aras Mikro: aras ini
1.Bagaimana kondisi
UMKM Batik Tulis
bertujuan untuk
pelaku UMKM
Jetis sebelum terjadi
memahami kondisi
sebelum adanya
proses pemberdayaan
pelaku UMKM
program
oleh Pengurus
sebelum terjadi
pemberdayaan dari
Paguyuban.
pemberdayaan
pengurus Paguyuban
melalui pendekatan
Kampung Batik
individu seperti
Tulis?
bimbingan,
2. Kapan program itu
konseling, stress
mulai dilaksanakan?
management, dan
3. Apa respon anggota
crisis intervention.
atas program tersebut? 4. Apakah proses pemberdayaan
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90
tersebut dapat di rasakan oleh pelaku UMKM?
2.
Analisa langkah dan
Aras Mezzo: aras ini
1. Apa bentuk
pemberdayaan yang di
bertujuan untuk
pemberdayaan di
lakukan oleh Pengurus
menganalisis langkah
bidang kelembagaan?
Paguyuban.
dan pemberdayaan
2. Apa bentuk dari
yang dilakukan oleh
pemberdayaan di
Pengurus Paguyuban
bidang kegiatan?
melalui pendekatan
3. apa bentuk
kelompok sebagai
pemberdayaan di
media intervensi.
bidang pendanaan?
Seperti pendidikan,
4. apa bentuk
pelatihan,
pemberdayaan di
pengetahuan, dan
bidang jaringan?
ketrampilan
5. siapa yang terlibat
merupakan strategi
dalam semua bentuk
dalam meningkatkan
pemberdayaan
kesadaran dalam
tersebut?
memecahkan permasalahan yang
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91
di hadapainya. 3.
Perubahan yang terjadi
Aras Makro: aras ini
1. Apakah dampak
setelah proses
bertujuan untuk
pemberdayaan
pemberdayaan oleh
menganalisis
tersebut dapat di
Pengurus paguyuban
perubahan setelah
rasakan oleh pelaku
pemberdayaan yang
UMKM?
dilakukan oleh
2.Bagaimana
Pengurus Paguyuban
perubahan yang
melalui pendekatan
terjadi setelah proses
sistem besar karena
pemberdayaan
dampak
tersebut?
perubahannya lebih
3. kebijakan apa saja
luas seperti
yang diambil selama
perumusan
proses
kebijakan, kampanye
pemberdayaan?
sosial, dan pengorganisasian pelaku UMKM.
3. Dokumentasi Maksud dari dokumentasi disini adalah peneliti mengumpulkan dokumen yang sudah ada dalam proses sebelumnya kemudian juga cocokan
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
92
dengan data yang sudah ada sekarang. Sedikit banyak dari tujuan ini adalah meneliti seberapa besar perbandingan data yang ada. 4. Rapid Rural Appraisal (RRA) Tahap ini merupakan salah satu tahap yang ada dalam proses penelitian. Hal ini karena RRA merupakan analisis awal secara menyeluruh dari kondisi organisasi. Analisis kondisi yang dimaksud adalah analisis problem organisasi, analisis relasi kuasa, dan analisis potensi SDM. 1.3. Teknik Analisa Data Yang dimaksud dengan analisa data yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data. Memilah-milah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola apa yang penting dengan apa yang dipelajari Susan Stainback, mengemukakan bahwa “Analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi. Spradley (1980) menyatakan bahwa “Analisis dalam penelitian jenis apapun, adalah merupakan cara berfikir. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola14
14
TESIS
Prof.Dr.Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Alfabeta Bandung 2010), hal. 244
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
93
Analisis data merupakan upaya untuk mencari dan menata secara system catatan hasil penelitian, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan menjadikannya temuan bagi orang lain yang dikaitkan dengan teori yang ada. 15 Peneliti disini menggunakan penelitian transformatif. Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian. Peneliti mengorganisasikan data yang masuk, baik berupa foto, gambar, dan dokumen. Analisa data data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan mengkategorikan data. Penulis mengelompokkan data-data yang sudah diperoleh, dalam hal ini data hasil wawancara mengenai proses pemberdayaan bagi pelaku UMKM yang di afilisiasi oleh Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis. 1.4. Teknik Validasi Data Agar hasil penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan, maka perlu pengecekan data, apakah data yang ditampilkan valid atau tidak. Adapun teknik yang dapat dilakukan untuk memperoleh kevalidan data adalah: 1. Ketekunan Dalam Keikutsertaan Dalam proses penelitian transformatif kualitatif khususnya yang berusaha menggambarkan dan menjelaskan apa saja yang ada dilokasi, maka ketekunan dalam keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam proses pengumpulan data. Keikutsertaan ini bukan hanya dilakukan untuk sementara waktu namun hingga proses penelitian ini selesai. Tujuan dari teknik ini 15
TESIS
Lexy. J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja rosdakarya, 2007), hal. 216
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
94
adalah agar data yang diperoleh bisa maksimal memenuhi syarat dan sesuai dengan realita yang ada. Tujuan lain dari proses ini adalah untuk mengantisipasi kesalahan data yang diperoleh pada saat penelitian berlangsung. Dalam proses ini kedekatan terhadap manajer area sangat dibutuhkan untuk menjalin rasa kepercayaan antara peneliti dan pegawai. 2. Triangulasi Data Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan
data
dengan
triangulasi,
maka
sebenarnya
peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.16 Secara umum triangulasi data mempunyai definisi pemerikasaan data kembali untuk mendapatkan keabsahan data yang diperoleh atau sebagai data pembanding.
Teknik
triangulasi
yang
biasa
dugunakan
adalah
membandingkan dengan sumber atau data lan.17 Adapun cara untuk memeriksa data tersebut adalah: a. Membandingkan data hasil dari pengamatan dengan data hasil wawancara. Ini dilakukan untuk mencari keabsahan data agar tidak terjadi kesalahan
16 17
TESIS
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Alfabeta Bandung, 2010), hal. 241 Ibid, hal. 330-331
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95
dalam data, karena biasanya antara data pengamatan dengan data hasil wawancara berbeda. b. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan dengan pegawai. Setiap manusia mempunyai kepentingan tersendiri terkadang hal tersebut bisa saja menimbulkan perselisihan pendapat. Oleh sebab itu membandingkan pendapat yang bersifat data antara orang yang satu dengan yang lain sangat diperlukan agar data yang diperoleh
benar-benar
valid
dan
dapat
dipertanggung
jawabkan
kebenarannya. c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang terkait didalamnya. d. Membandingkan perkataan seseorang dengan keadaan yang sesungguhnya ditempat penelitian itu terjadi.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB V GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
5.1. Kondisi Geografis Letak geografis Desa Jetis terletak di Kelurahan Lemah Putro Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Desa Jetis terletak kira-kira 0,75 km dari kecamatan. Desa Jetis mempunyai 4 batas wilayah desa, diantaranya adalah batasan sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Sidokumpul dan Magersari, sebelah selatan berbatasan dengan Banjarbendo dan Sidokare, sebelah timur berbatasan dengan Sidokumpul dan Pekauman, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Banjarbendo dan Jati. Desa Jetis Kelurahan Lemah Putro memiliki luas wilayah kira-kira 63.321 Ha. Desa Jetis ke kantor Kecamatan bisa ditempuh dengan jarak sekitar 0,75 km, dan lama perjalanan yang dibutuhkan adalah 0,25 jam jika menggunakan kendaraan bermotor sedangkan jika ditempuh dengan berjalan kaki membutuhkan waktu 0,35 jam. Jarak dari Desa Jetis ke Ibu Kota Kabupaten sekitar 1 km, lama perjalanan yang dibutuhkan adalah 0,25 jam jika menggunakan kendaraan bermotor dan jika berjalan kaki membutuhkan waktu setengah jam perjalanan. Jarak ke Ibu Kota Provinsi berjarak sekitar 25 km, lama perjalanan yang dibutuhkan adalah 1,5 jam jika menggunakan kendaraan bermotor dan jika berjalan kaki membutuhkan waktu 4 jam lamanya.
96
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97
5.2. Keadaan Demografi Keadaan Demografi Desa Jetis Kelurahan Lemah Putro jika dilihat dari jumlah penduduk. Jumlah penduduknya pada tahun 2015 tercatat sebanyak 13.930 jiwa. Dengan rincian jenis kelamin laki-laki sebanyak 6.799 jiwa dan jenis perempuan sebanyak 7.131 jiwa, serta jumlah kepala keluarga 3231 jiwa. Penduduk Desa Jetis rata-rata penduduk asli desa itu sendiri. Sedangkan jumlah penduduk Desa Jetis menurut jumlah usia adalah sebagai berikut, jumlah penduduk berusia 0-12 bulan berjumlah 60 orang, usia 1-5 tahun berjumlah 564 orang, usia 6-10 tahun berjumlah 573 orang, usia 11-18 tahun berjumlah 1481 orang, usia 19-50 tahun berjumlah 10.659 orang, dan usia 50 tahun keatas berjumlah 653 orang.1 1. Pendidikan Masyarakat Desa Jetis Pendidikan dapat dijadikan tolak ukur sejauh mana tinggi rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Di Desa Jetis Kelurahan Lemah putro Pendidikan tidak hanya diperoleh secara formal, melainkan juga diperoleh melalui pendidikan non formal. Oleh sebab itu, biasa dikatakan bahwa semakin banyak masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, maka semakin banyak pula tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh masyarakat, begitu juga sebaliknya. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Jetis digolongkan menjadi dua macam yaitu tingkat pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pada tingkat pendidikan formal jumlah masyarakat yang tidak tamat SD 1691
1
TESIS
Data Monografi Desa Jetis Kelurahan Lemah Putro Kecamatan Sidoarjo Tahun 2015
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98
orang, jumlah masyarakat yang berpendidikan sampai tamat SD sebanyak 3305 orang, jumlah masyarakat yang berpendidikan sampai tamat SMP/SLTP sebanyak 4034 orang, jumlah masyarakat yang berpendidikan sampai tamat SMA/SLTA sebanyak 2385 orang, jumlah masyarakat yang berpendidikan akhir D1-D3 sebanyak 375 orang, jumlah masyarakat yang berpendidikan akhir S1-S3 sebanyak 191 orang, dan 1756 orang masih dalam tahap sekolah, sedangkan anak-anak yang masih belum sekolah sebanyak 193 orang. Dari data diatas dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat Desa Jetis berpendidikan akhir SMP/SLTP yang jumlahnya 4034 orang. Dari banyaknya masyarakat yang berpendidikan akhir SMP/SLTP maka masyarakat Desa Jetis tergolong masyarakat yang mempunyai SDM yang cukup baik. Selain pendidikan formal, masyarakat Desa Jetis juga ada yang berpendidikan non formal. Seperti mengaji diniyah dan TPQ/TPA. Di Desa Jetis terdapat beberapa sarana pendidikan, baik sarana pendidikan formal maupun non formal. Sarana pendidikan formal terdiri dari gedung sekolah Play Group sebanyak 3 gedung, TK sebanyak 7 gedung, dan gedung SD sebanyak 4 gedung. Sedangkan pendidikan non formal ada gedung TPQ/TPA terdapat 2 gedung. 2. Perekonomian Masyarakat Desa Jetis Masyarakat Desa Jetis Kelurahan Lemah putro memiliki bermacammacam pekerjaan, ada yang bekerja sebagai PNS, TNI, POLRI, Guru, Pengrajin industri rumah tangga, pedagang, buruh pabrik dan toko, pengusaha kecil dan menengah, dan lain-lain.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
99
Tetapi sebagian besar masayarakat Desa Jetis bekerja sebagai karyawan swasta yang berjumlah 1478 orang, sebagian dari mereka ada juga yang bekerja sebagai PNS sebanyak 422 orang, bekerja sebagai TNI sebanyak 12 Orang, bekerja sebagai POLRI sebanyak 18 orang, bekerja sebagai guru sebanyak 36 orang, bekerja sebagai dokter 9 orang, bekerja sebagai pengacara 6 orang, bekerja sebagai pengrajin sebanyak 45 orang, bekerja sebagai pedagang sebanyak 49 orang, bekerja sebagai pengusaha kecil dan menengah sebanyak 2 orang, sebagai pensiunan sebanyak. Dan masih banyak lagi berbagai macam pekerjaan yang lain.2 Dengan banyaknya masyarakat yang bekerja sebagai karyawan swasta, keadaan perekonomian masyarakat Desa Jetis bisa dikatakan menengah kebawah. Hal ini dapat diketahui peneliti dari hasil wawancara peneliti dengan Rima Sa’du (23 thn) yang bekerja sebagai Ibu rumah tangga rata-rata anggaran yang dibutuhkan untuk belanja sehari adalah 30.000,-, dengan Khoiriyah (48 thn) yang bekerja sebagai Guru SMA rata-rata anggaran yang dibutuhkan untuk belanja sehari adalah 40.000,-, dengan Tutik (51 thn) yang bekerja sebagai pengrajin batik rata-rata anggaran yang dibutuhkan untuk belanja sehari adalah 30.000,-.3 Dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat Desa Jetis, dapat diprediksi bahwa pengeluaran sehari-hari masyarakat Desa Jetis untuk anggaran belanja tergolong masyarakat yang mempunyai kebutuhan konsumtif yang tinggi, itu belum pengeluaran yang tak terduga. 2 3
TESIS
Data Monografi Desa Jetis Kelurahan Lemah Putro Kecamatan Sidoarjo Tahun 2015 Hasil wawancara dengan Rima Sa’du, Khoiriyah, dan Tutik, pada tanggal 07 Januari 2016
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100
3. Kondisi Sosial dan Budaya Desa Jetis Dalam kehidupan sosial, masyarakat Desa Jetis dikenal sebagai masyarakat yang suka bermusyawarah. Baik masalah desa, masyarakat, maupun masalah pribadi. Selain itu, mereka juga merupakan masyarakat yang ramah, mempunyai rasa solidaritas yang tinggi dan suka bergotong royong. Sikap ini terlihat dari aktifitas mereka dalam semua kegiatan kemasyarakatan yang terdapat di Desa Jetis baik dalam segi sosial seperti kerja bakti, perbaikan jalan desa, makam, madrasah maupun dari segi keagamaan seperti menghadiri hajatan, perkawinan, ta’ziyah, dan lain-lain. Meskipun letak Desa Jetis yang berada ditengah-tengah kota Sidoarjo tidak lantas menghilangkan tradisi dan agama masyarakat, hal ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam berbagai upacara seni dan budaya keagamaan. Umumnya budaya keagamaan yang ada di masyarakat Jawa, masih ada hingga kini. Diantara budaya kehidupan masyarakat Desa Jetis Kecamatan Sidoarjo adalah sebagai berikut: Tradisi Khaul, Tradisi Muludan, Upacara Pelet Kandung, Selamatan Bayi. 4. Kondisi Keagamaan Desa Jetis Penduduk Desa Jetis Kelurahan Lemah Putro mayoritas beragama Islam, hal ini terlihat dari 13.930 jiwa islam menempati tingkat tertinggi yakni, Islam 11873 orang, Kristen 993 orang, Katolik 837 orang, Hindu 71 orang, Budha 79 orang, lain-lain 77 orang. 4 Di Desa Jetis terdapat sarana untuk beribadah diantaranya adalah Masjid sebanyak 1 (satu) buah, akan
4
TESIS
Data Monografi Desa Jetis Kelurahan Lemah Putro Kecamatan Sidoarjo tahun 2015
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
101
tetapi masjid yang terletak di Desa Jetis ini hanya dikhususkan untuk orang Muhammadiyah, jadi jika ada masyarakat Jetis yang ingin sholat ke masjid maka dia harus ke desa tetangga yakni Desa Kauman, dan selain masjid, Desa Jetis juga mempunyai musholla sebanyak 6 (enam) buah. Jika ditinjau dari segi keagamaan, dapat disimpulkan bahwa penduduk Desa Jetis Kecamatan Sidoarjo mayoritas beragama Islam dan sebagian besar bermazdhab Syafi'i. Bila ditinjau dari aktifitas keagaman dapat dikatakan bahwa mayoritas keislaman penduduk Desa Jetis sangat kuat. Terbukti dengan antusiasnya mereka mengikuti berbagai aktifitas keagamaan baik berupa kegiatan harian, mingguan, bulanan dan tahunan sehingga dengan adanya kegiatan tersebut, syiar Islam di desa Jetis menjadi semakin semarak. 5.3. Kampung Batik Tulis Jetis 5.3.1. Sejarah Kampung Batik Tulis Jetis Batik tulis tradisional Sidoarjo yang berpusat di Jetis telah ada sejak tahun 1675, setahun setelah Masjid Jamek dibangun. Masjid tersebut sekarang bernama Al Abror, berada di Desa Kauman. Kala itu seorang yang konon masih keturunan raja dikejar-kejar penjajah dan lari ke Sidoarjo. Sayangnya sampai sekarang belum ada data akurat, siapa sebenarnya dan dari mana pria yang menyamar sebagai pedagang dan dikenal dengan panggilan Mbah Mulyadi keturunan Raja Kediri tersebut. Makam beliau masih ada di masjid yang kini sedang dipugar di Kawasan Kauman tersebut. Bersama pengawalnya, Mbah Mulyadi mengawali berdagang di "Pasar Kaget" yang kini dikenal dengan nama "Pasar Jetis". Selain memberi
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
102
pelajaran mengaji dan mempelajari Al-Quran serta selalu mengajak shalat berjamaah, Mbah Mulyadi juga melakukan pendekatan kepada masyarakat setempat dengan memberikan pelatihan keterampilan membatik. Seiring dengan perkembangan penduduk, serta kian ramainya perdagangan di Pasar Jetis, kawasan ini ini banyak didatangi para pedagang dari luar daerah, diantara para pendatangnya pedagang asal Madura yang semakin banyak berdagang di Pasar Jetis, mereka sangat menyukai batik tulis buatan warga jetis. Mereka sering memesan batik tulis dengan permintaan motif dan warna khusus khas Madura. Itu sebabnya batik tulis asal Jetis ini kemudian dikenal orang sebagai batik corak Madura. Batik tradisional Jetis dikenal sebagai batik tulis halus, yang kemudian coraknya berkembang menjadi corak khas batik Jetis yang berwarna warni dan didominasi oleh flora dan fauna, motifnya antara lain motif burung merak, kupu-kupu, bunga kenongo, kembang bayem dan sebagainya. Dan latarnya bermotif beras kutah, abangan, ijoan (gaya madura), krubutan, cecekan, dan sunduk kentang. Dari motif yang mencolok tersebutlah yang dapat membedakan batik tulis Jetis dengan batik tulis yang lain. Pada tahun 1970-an, industri batik Sidoarjo menjadi salah satu tiang penopang ekonomi utama dari hampir seluruh rumah tangga di Kampung Jetis. Sebagai gambaran, sesuai
dengan informasi
yang diperoleh
diperkirakan sebagian besar (sekitar 90%) dari penduduk di Jetis, khususnya kaum perempuan, bekerja sebagai perajin, pengusaha atau pekerjaan lain yang terkait dengan batik. Namun demikian, pada masa sekarang
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
103
diperkirakan kurang dari 10% penduduk perempuan yang masih bekerja sebagai pembatik. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya penutupan usaha yang mengancam kelestarian usaha dan budaya batik Sidoarjo. Diperkirakan usaha batik di Sidoarjo yang jumlahnya tidak kurang dari 100 perajin telah merosot tajam menjadi hanya sekitar 17-an usaha kecil batik di Jetis pada akhir Desember 2007.5 Hingga saat ini jumlah pengerajin batik di Desa Jetis sudah mencapai kurang lebih 45 pengrajin. Batik Tulis Jetis kini sudah dipasarkan hampir keseluruh kota yang ada di Indonesia, hal tersebut dilakukan melalui pameran-pameran yang diikuti oleh pengrajin batik tulis Desa Jetis. Ada pula pameran yang memang sengaja dikirim oleh pihak pemerintah daerah dengan tujuan agar batik tulis Jetis bisa dikenal masyarakat luas. Tidak hanya di Indonesia batik tulis Jetis kini sudah mulai kebeberapa negara seperti Cina, Amerika, Belanda, dan beberapa lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Eni (45 thn): ” Saat ini batik tulis Jetis sudah banyak tersebar keseluruh penjuru Indonesia bahkan bukan hanya di Indonesia, batik tulis desa ini sudah mulai mencoba pasar luar negeri. Seperti yang saya lakukan pada bulan kemarin, saya baru datang dari Negara Cina untuk mengikuti pameran disana, bahkan ada beberapa pengrajin juga yang sudah ke Amerika dan beberapa negara lainnya. Tujuan kami Cuma satu kami ingin memperkenalkan batik tulis Sidoarjo pada seluruh dunia, dan menunujukkan pada mereka bahwa Indonesia tidak hanya memiliki batik tulis Jogja ataupun Solo, tapi masih ada batik tulis Sidoarjo yang kualitasnya tidak kalah dari batik tulis lainnya. Ketika kami mengikuti pameran sebisa mungkin kami harus memamerkan berbagai macam motif, karena di desa ini setiap rumah produksi memiliki corak dan motif masing-masing.”6 5
Hasil wawancara dengan H. M. Nur Wahyudi, pengusaha sekaligus pengrajin batik tulis, pada tanggal 21 januari 2016. 6 Hasil wawancara dengan Eni, pengusaha sekaligus pengrajin batik tulis, pada tanggal 29 Januari 2016 pada pukul 09.30 WIB di ruang tamu rumahnya.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
104
Dalam membuat batik tulis, alat dan bahan yang harus disiapkan adalah: 1. Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun) 2. Canting sebagai alat pembentuk motif 3. Gawangan (tempat untuk menyampirkan kain) 4. Lilin (malam) yang dicairkan 5. Panci dan kompor kecil untuk memanaskan 6. Larutan pewarna Sedangkan tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis meliputi: Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa disebut molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbedabeda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap dipakai disini adalah motif yang sudah menjadi khas Batik Tulis Jetis Sidoarjo. Membuat design atau motif ini dapat menggunakan pensil. Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan (lilin) malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi) dengan mengikuti pola tersebut. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena. Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
105
Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan warna pertama dan kedua. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan. Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah digambar terkena warna, karena bagian atas kain tersebut masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik tersebut telah siap untuk digunakan. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.7 5.3.2. Proses Berdirinya Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis 7
TESIS
Hasil wawancara dengan Tutik (51 thn), selaku pengrajin batik tulis, proses wawancara dilakukan di tempat membatik pada tanggal 25 Januari 2016 pukul 14.00 WIB
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
106
Sebelum membentuk sentra kampung batik pada tahun 2004 pemerintah mengadakan event seminar yang melibatkan semua pengrajin dan pembudidaya potensi yang ada di Kota Sidoarjo seperti pengrajin tas, sepatu, budidaya telur asin, jamur, dan lain-lain. Dari sini pemerintah juga melibatkan pengrajin batik tulis Jetis sebagai salah satu potensi Kota Sidoarjo, meskipun tidak semua pengrajin diikutsertakan. Dan tiga orang pengrajin yang di ikut sertakan harus mampu menunjukkan hasil kerajinan mereka kepada tamu hadir dalam seminar tersebut. Banyak tamu undangan yang meskipun berasal dari kota Sidoarjo tapi mereka tidak tahu akan keberadaan batik tulis Sidoarjo yang ada di Desa Jetis, dengan sabar dan teliti para pengrajin harus mampu menjelaskan akan keberadaan batik tulis yang ada di Desa Jetis. Masih pada tahun yang sama yakni pada tahun 2004 ketika salah satu pengrajin yang bernama Ibu Eni mengikuti sebuah seminar yang juga diadakan oleh pemerintah kota Sidoarjo yang juga dihadiri langsung oleh wakil bupati Sidoarjo yang pada saat itu dijabat oleh Bpk. Saiful Illah, ibu Eni memberanikan diri untuk berbicara langsung kepada pak Saiful mengenai batik tulis Jetis. Karena ibu Eni merasa peran pemerintah masih sangat rendah, beliau menyatakan kepada orang nomer dua di Sidoarjo tersebut untuk
segera
memberikan
tindakan
yang
mampu
mensejahterakan
masyarakat pengrajin batik tulis Sidoarjo yang ada di Desa Jetis agar tidak punah dimakan zaman. Ibu Eni mengatakan kepada Bpk. Saiful: “Tidak adakah tindakan dari pemerintah untuk kami para pengrajin batik tulis Desa Jetis agar kami mampu mempertahankan dan
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
107
meningkatkan produksi batik tulis kami, dan juga agar kami tidak merasa kesulitan dalam hal memasarkan kain batik tulis kami. Karena seperti yang kami ketahui bapak Saiful sendiri juga dilahirkan di Sidoarjo dan bahkan sering memakai batik tulis karya Desa Jetis, kami hanya minta kepada bapak untuk sedikit bertindak demi kelanjutan batik tulis Sidoarjo yang juag merupakan budaya Indonesia”.8 Tapi hal tersebut tidak lantas memunculkan keinginan wakil bupati bapak Saiful untuk segera bertindak, atau bisa disebut juga tidak ada tindakan apapun. Pada tahun 2008 akhirnya timbul keinginan dari Ibu Win yakni istri dari bupati Sidoarjo Pak Win, untuk bisa mensejahterakan kehidupan para pengrajin dengan mendirikan Kampung Batik Jetis Sidoarjo dengan harapan keberadaannya dapat menambah penghasilan para pengrajin karena sudah banyak orang yang tahu akan keberadaan batik tulis di Desa Jetis ini. Selain itu ada pula bantuan yang bersifat meterial atau bantuan dana bagi para pengrajin, dengan harapan mereka mampu menambah produksi mereka dengan kualitas yang semakin baik. Ada juga pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada para pengrajin seperti pelatihan membatik bagi yang belum mahir dalam membatik, dan tentunya juga melibatkan pengrajin yang memang berasal dari Desa Jetis sendiri untuk memberikan pelatihan. Selain pelatihan membatik dari Pengurus Paguyuban, Pemerintah juga andil memberikan pelatihan dalam bidang
manajemen
agar
para
pengrajin
mampu
menyeimbangkan
pengeluaran dengan pemasukan dengan baik, terutama bagi pengurus koperasi yang diharuskan ikut dalam pelatihan tersebut. 8
TESIS
Hasil wawancara dengan Eni, pengusaha sekaligus pengrajin batik tulis, pada tanggal 14 Februari 2016 pada pukul 10.30 WIB di ruang tamu rumahnya.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
108
Sejarah Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis sendiri sangat erat kaitannya dengan koperasi batik tulis Jetis. Berawal dari inisiatif kaum muda Jetis yang membentuk sebuah paguyuban guna membantu para pengusaha untuk memasarkan hasil batik mereka dengan harga yang sepantasnya. Tanggal 16 April 2008 Paguyuban Batik Sidoarjo (PBS) resmi berdiri. Tapi keberadaan paguyuban tersebut belum mampu sepenuhnya membantu masyarakat pengrajin batik tulis, karena kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap paguyuban bentukan kaum pemuda tersebut. Upaya kaum muda tak berhenti begitu saja. Mereka terus mengupayakan organisasi pembantu paguyuban hingga akhirnya mendirikan sebuah koperasi.9 Koperasi Batik Tulis Sidoarjo diresmikan pada 31 Desember 2008. Koperasi ini masih bertahan hingga sekarang dan memiliki sebuah outlet sebagai showroom sekaligus menampung batik hasil pengerajin anggotanya. Yang melatar belakangi berdirinya koperasi ini memang sepenuhnya dikarenakan rasa prihatin masyarakat terutama kaum pemuda karena semakin merosotnya jumlah pengrajin di Desa Jetis, dengan harapan setelah di dirikannya koperasi ini maka semakin baik pula kondisi yang dialami masyarakat pengrajin batik tulis. “ Proses berdirinya tidaklah semudah mendirikan paguyuban, karena disini kaum pemuda sekaligus pengurus koperasi harus menanamkan kepercayaan kepada masyarakat pengrajin batik, kepercayaan tersebut memang tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. Karena seperti yang kita ketahui selama ini rasa kepercayaan masyarakat pengrajin batik tulis yang mana didominasi oleh orang tua sangatlah susah untuk percaya dengan anak muda, 9
Hasil wawancara dengan Zainal Afandi (50 thn), sekretaris Koperasi Batik Tulis Sidoarjo, pada tanggal 21 Januari 2016
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
109
yang mana kaum pemuda sekarang sudah terkenal dengan sifat mereka yang suka membuat keonaran dan tidak jauh dengan dunia malam yang penuh dengan kerusakan. Tapi kami percaya setiap niat baik pasti akan berbuah kebaikan baik pula, meskipun butuh waktu yang tidak sebentaruntuk mendapatkan kepercayaan tersebut sehingga kami dapat meyakinkan para pengrajin untuk bergabung dengan koperasi ini. Sampai saat ini jumlah pengrajin yang sudah bergabung dengan kami kurang lebih 45 pengrajin batik tulis.”10
Tabel 5.1 Daftar Anggota Paguyuban Batik Tulis Jetis No 1.
Nama H. Ach. Saichu
Merek Batik BARRO
Alamat/ Telepon Jetis Gg. HI/119 Telp. 0318054718
2.
H. Nur Wahyudi
AZIZAH
Jetis Gg. HI/115 Telp. 0318967236.
3.
Mursidi
MURNI
Jetis Gg. HI/122 Telp. 0318966184.
4.
Hj. M Thoha
DAUN
Jetis Gg. III/90 Telp. 0318925490.
5.
Hj. Musyhafa’ah
NAMIROH
Jetis Gg. III/102 Telp. 0318921101.
6.
Nurul Tholiah
YASSYAROH
Jetis Gg. III/114.
7.
Ahyar
BAROKAH
Jetis Gg. III/103A.
8.
M. Yazid
RACHMAD
Jetis Gg. IV/150 Telp.
10
Hasil wawancara dengan Fuad (31 thn), tokoh pemuda Desa Jetis, pada tanggal 01 Februari 2016, dijalanan Desa Jetis pada pukul 15.40-16.50 WIB.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
110
0318944689. 9.
Ibrahim
BRAHIM SALAM
Jetis Gg. IV
10.
Maryam Sujono
DUNIAWANITA
Jetis Gg. IV
11.
H. Ishak
HI
Jetis Gg. II/70 Telp. 0318969670.
12.
Zainal Affandi
KAMSATUN
Jetis Gg. II/91A Hp. 085230576571.
13.
Zainul Qodim
AMALI CH
Jetis Gg. II/64 Telp. 03172680822.
14.
Nurul Huda
AL HUDA
Jetis Gg. II/64 Hp. 0852307225506.
15.
Musafa’ah
AMALI S
Jetis Gg. II/70A Telp. 03172680822.
16.
Isbachillah
KAMSATUN
Jetis Gg. II/91A Telp. 0318952464.
17.
Zainal Arifin
AMRI JAVA
Jl. Pasar Jetis 17 Telp. 0318952434.
18.
19.
Karyastutik R
H. Miftah
ROEMAH
BATIK
Jetis Gg. III/98 Telp.
LOEWESAN
0318963518.
DAHLIA
Jl. Pasar Jetis 14 Telp. 0318951592.
20.
TESIS
Adnan
ADAM
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
Jetis Gg. II/66.
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
111
21.
Hj. Jauhariyati
ANANDA
Jl. Pasar Jetis 33 Telp. 0318941482.
22.
Hj. Mariyam
AMRI
Jetis Gg. III/116 Telp. 0318964235.
23.
Kusnan
BAROKAH
Jabon
24.
Muhammad
SALAM
Sukodono
25.
Bakar
ABU BAKAR
Sukodono
26.
Tito Desman
KENONGO
Jl. Kartini 18-20 Telp. 03170963118.
27.
Astri Kunto
SHAFFAMARCEAU
Perum. BCF Sekawan Molek VII. I/A23 Telp. 03171118117.
28.
H. Hartono
SARI KENONGO
Jl.
Raya
Kenongo
Timur 05. Tulangan. Telp. 0318852274. 29.
Erwin Benny
ROEMAH
BATIK
WIESANTI
Jl.
Raya
Pagerwojo
Kav. 1 No. 05 Telp. 03160492588.
30.
Budi Seniawan
PATRANG
Jl.
Raya
Kenongo
KENCANA
01/01. Tulangan Telp. 0318852227.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
112
Dalam menyusun program pemberdayaan itu sendiri, Pengurus Paguyuban mempunyai tujuan, sasaran, output, outcome, dan keuntungan dari keberadaan Kampung Batik Tulis Jetis. Tujuan yang ingin dicapai melalui program pemberdayaan Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis sebagai berikut: 1. Tujuan pemberdayaan yang dilakukan oleh pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis adalah untuk melestarikan kearifan lokal yang berbentuk kerajinan batik tulis. Selain itu, Kampung Batik Tulis Jetis Sidoarjo harus tetap ada sampai kapanpun karena keberadaannya di Desa Jetis sangat membantu perekonomian masyarakat terutama pengrajin batik tulis. Dan masyarakat juga berharap kampung ini mampu bertahan hingga kelak anak cucu para pengrajin batik tulis. 2. Pembangunan kapasitas untuk para pengrajin batik tulis juga untuk mendukung upaya pengrajin untuk dapat bersaing di tingkat global, terutama pada saat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Upaya pembangunan kapasitas dalam bentuk soft skill dan juga hard skill juga sudah dilakukan secara berkesinambungan. Training soft skill lebih di fokuskan kepada bidang manajemen dan pemasaran, dimana dalam hal ini peran pemerintah melalui Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur dan Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan Kabupaten Sidoarjo sangat sentral. Sedangkan training hard skill lebih difokuskan kepada bidang kualitas batik tulis itu sendiri, seperti memenuhi produk Standar Nasional Indonesia (SNI) bahkan ASEAN. Manfaat training soft skill ini juga
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
113
dirasakan pengrajin melalui inovasi bisnis, seperti pembuatan barcode pada setiap item batik, bahkan pembuatan website untuk para pengrajin secara personal. Hampir semua training soft skill ini di fasilitatori oleh swasta, dalam hal ini pihak PT. Telkom Indonesia area Sidoarjo bertindak sebagai fasilitator. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai melalui program pemberdayaan Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis bukan hanya kepada para pengrajin yang sudah terdaftar sebagai anggota Paguyuban dan yang sudah mempunyai brand saja, tetapi sasaran pemberdayaan ini juga di peruntukkan kepada para pengrajin pemula atau mereka yang belum mempunyai brand sendiri. Karena tujuan dari pemberdayaan itu sendiri adalah untuk mempertahankan keberadaan Batik Tulis Jetis, sehingga manfaat program dari pemberdayaan itu sendiri juga harus dapat dirasakan oleh semua masyarakat Desa Jetis. Para pengrajin yang belum bergabung dengan Paguyuban Batik Tulis Jetis juga dapat merasakan pendapatannya bertambah, dan mereka juga bisa meminjam uang di Koperasi Batik Tulis untuk modal usaha mereka. Jika sasaran dan tujuan program pemberdayaan sudah di tetapkan, maka output yang ingin dicapai adalah dengan tersusunnya rencana program pemberdayaan secara berkesinambungan yang berlangsung setiap tahun. Karena dampak dari tersusunnya program tersebut, masyarakat terutama para pengrajin batik tulis akan mampu meningkatkan produksi batik tulis, dan
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
114
pengrajin juga mampu mempertahankan batik tulis tersebut di Desa Jetis ini tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas dari batik tulis tersebut. Output lain dari program pemberdayaan ini adalah pelaku UMKM/pengrajin batik tulis Desa Jetis mampu mengenalkan dan mempromosikan hasil kerajinan mereka kepada masyarakat luas, karena seseorang pengrajin bukan hanya pintar dalam membatik tapi mereka juga harus pintar dalam berbicara dan berwawasan luas apalagi hal-hal yang berhubungan dengan batik tulis Desa Jetis seperti halnya sejarah, dan lainlain. Adapun outcome yang ingin dicapai melalui program pemberdayaan Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis adalah para Pelaku UMKM/pengrajin batik tulis di Desa Jetis mampu meningkatkan produksi mereka dengan hasil yang baik bahkan lebih baik dari sekarang, dan pengrajin batik tulis juga harus mampu mempertahankan motif-motif yang sudah menjadi ciri khas kota Sidoarjo. Bahkan para pengrajin tidak berhenti berkreasi dalam batik tulis mereka sehingga mereka menciptakan motif-motif baru lainnya. Outcome yang kedua ialah terjadinya peningkatan minat remaja Desa Jetis untuk membatik. Tingkat keinginan anak-anak remaja Desa Jetis tentang membatik harus ditambah, dan mereka harus mau belajar untuk membatik karena hal tersebut juga demi kelanjutan kampung batik tulis tersebut pada tahun-tahun berikutnya. Karena jika minat mereka semakin berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali maka tidak menutup kemungkinan kampung
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
115
batik tulis atau bahkan pengrajin batik tulis di desa ini akan semakin habis dan akan hanya tinggal sejarah saja. Jika semua faktor tersebut sudah di penuhi, maka akan terjadi peningkatan pendapatan asli Desa Jetis. Sedangkan outcome yang terakhir tentu saja mengenai Koperasi Batik Tulis Jetis yang selama ini menjadi sandaran pelaku UMKM/Pengrajin dalam bidang ekonomi. Harapan dari outcome ini adalah koperasi yang ada saat ini terus mampu membantu para pengrajin dalam mensejahterakan hidup mereka meskipun itu secara tidak langsung. Setelah selesai menetapkan tujuan, sasaran, output, dan outcome, maka keuntungan yang ingin dicapai melalui program pemberdayaan Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis sebagai berikut: 1. Meningkatnya kapasitas SDM (Sumberdaya Manusia) pengrajin batik tulis Jetis. 2. Terbukanya lapangan kerja dan mengurangi penganguran. 3. Membantu
peran
Pemerintah
dalam
melestarikan
kearifan
lokal.
Sebaliknya Pemerintah tidak bosan untuk membantu para pengrajin batik tulis dalam mempertahankan keberadaan batik tulis di Desa Jetis Sidoarjo ini, karena selain menjadi sumber ekonomi masyarakat, batik tulis juga merupakan kebudayaan Bangsa Indonesia yang patut dipertahankan keberadaannya.11 5.3.3. Mekanisme Pelaksanaan Program Pemberdayaan Kampung Batik Tulis Jetis 11
Hasil wawancara dengan Ir. Nurul Huda, selaku ketua Paguyuban Batik Tulis Jetis, pada tanggal 14 April 2016, di rumahnya pukul 19.30-20.30 WIB.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
116
Proses pemberdayaan yang dilakukan Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis di Desa Jetis terhadap pengrajin batik tulis memang tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan, karena keyakinan Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis haruslah kuat bahkan tidak cukup itu saja mereka juga harus banyak belajar tentang kondisi nyata para pengrajin batik tulis. Hal tersebut dilakukan agar pengrajin batik tulis faham dan mengerti akan maksud dan tujuan dari Pengurus Paguyuban tersebut. Tujuan dari Pengurus Paguyuban disini adalah untuk menyelesaikan masalah tentang keterpurukan batik
tulis
di
Desa
Jetis,
dan
mereka
mencoba
untuk
kembali
memperbaikinya. Berbagai kesulitan pun dialami oleh Pengurus Paguyuban, mulai dianggap remeh dan diabaikan oleh pengrajin sudah dialami oleh Pengurus Paguyuban. Bahkan mereka sempat merasa dihina karena dianggap tidak akan pernah mampu memperbaiki nilai ekonomi pengrajin batik tulis. Semua ini di terjadi karena para pengrajin masih mempunyai pemikiran secara tradisional, dalam arti mereka lebih suka mengelola bisnis mereka sesuai dengan cara mereka sendiri. Tetapi Pengurus Paguyuban tidak lantas diam begitu saja, mereka terus berusaha untuk meyakinkan pada pengrajin bahwa program
pemberdayaan
ini
mampu
mendatangkan
benefit
secara
berkesinambungan karena program pemberdayaan ini di fasilitatori oleh pihak Pemerintah dan BUMN. Banyak langkah yang dilakukan Pengurus Paguyuban mulai dari merangkul beberapa pengrajin, terutama Pak Huda yang dianggap mampu
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
117
untuk membantu mereka dalam meyakinkan pengrajin batik tulis bahwa batik tulis juga mampu menghasilkan jika dilakukan dengan benar. Pengurus Paguyuban juga berusaha untuk terus menumbuhkan jiwa dan semangat pengrajin batik tulis untuk terus mempertahankan apa yang sudah mereka lakukan selama ini. Beberapa langkah untuk mewujudkan keinginan mereka pun dilakukan, dan hal yang menjadi halangan bagi usaha mereka selalu saja mengenai dana. Dengan bantuan dari beberapa pengrajin yang sudah mempunyai brand, akhirnya Pengurus Paguyuban mampu mengumpulkan masyarakat pengrajin batik tulis untuk bermusyawarah bersama, dengan tujuan untuk mengetahui keinginan dari mereka apalagi yang mengenai kelanjutan batik tulis di desa mereka. Hal tersebut sesuai dengan pengertian dari pengorganisasian itu sendiri bahwa pengorganisasian akan dapat dikatakan berhasil jika proses pengorganisasian tersebut melibatkan masyarakat sekitar. Tindakan yang dilakukan Pengurus Paguyuban dengan melibatkan beberapa pengrajin batik tulis (yang sudah mempunyai brand) untuk mengorganisir pengrajin batik tulis di Desa Jetis sangat benar, dan hal tersebut terbukti dengan baik. Masyarakat pengrajin berani menunjukkan diri mereka dan berusaha untuk memperbaiki kebutuhan mereka, apalagi yang berhubungan dengan
kerajinan
batik
tulis
yang
memang
harus
dipertahankan
keberadaannya. Walaupun pada dasarnya pada pemberdayaan tersebut masih ada campur tangan pihak atas atau pemerintah seperti pihak kelurahan, Dinas
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
118
Koperasi tingkat kabupaten Sidoarjo hingga Provinsi Jawa Timur, dalam memberi bantuan dana untuk modal awal pendirian paguyuban. Namun, modal awal itu hanya untuk memancing keseriusan pengrajin batik tulis dalam melestarikan batik tulis di Desa Jetis, dan juga membuktikan kepada Pemerintah
bahwa mereka mampu untuk mengolah dana yang telah
diberikan dengan sebaik-baiknya. Banyaknya bantuan dari Pemerintah membuat Pengurus Paguyuban Batik Tulis kembali membuat langkah yang sangat besar dari awal proses pemberdayaan, yakni meyakinkan pengrajin. Tapi untuk kedua kalinya memang tidak sesulit yang pertama, mungkin hal tersebut dikarenakan para pengrajin sudah melihat usaha yang keras dari Pengurus Paguyuban. Apalagi para pengrajin juga membutuhkan kesejahteraan dan bahkan sangat ingin kesejahteraan tersebut ada pada diri pengrajin batik tulis. Sampai akhirnya koperasi batik tulis Jetis pun resmi di dirikan atas persetujuan dari dinas koperasi dan pemerintah setempat, dengan harapan koperasi benar-benar mampu mensejahterakan pengrajin batik. Selain mendirikan koperasi batik tulis Jetis, langkah-langkah pemberdayaan di lanjutkan dengan penyuluhan dan pelatihan yang diadakan oleh Pengurus Paguyuban dengan bantuan beberapa pengrajin, hal tersebut untuk memunculkan potensi-potensi dari masyarakat Desa Jetis agar mau berpartisipasi untuk kemajuan desa mereka. Berbagai penyuluhan pun dilakukan mulai dari pentingnya melestarikan batik tulis sampai nilai batik tulis terhadap Desa Jetis atau bahkan terhadap keluarga mereka. Selain
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
119
penyuluhan, pelatihan pun diadakan secara rutin baik untuk pengrajin yang sudah mampu dengan tujuan mengasah lagi kemampuan mereka, tapi juga terhadap penerus-penerus muda pengrajin batik tulis. Seperti
yang
telah
dikatakan
diatas
bahwa
dalam
proses
pengorganisasian pengrajin yang dilakukan Pengurus Paguyuban tidaklah mudah seperti membalik telapak tangan, bahkan dalam proses nya terjadi beberapa kali perubahan dan perpecahan. Tapi pengorganisasian pengrajin batik tulis memang membutuhkan proses, dan pendapat yang mengatakan bahwa proses pengorganisasian haruslah bermula dengan cara terjun langsung ke lokasi sehingga kita dapat mengetahui permasalahan yang terjadi, karena dengan begitu maka kita dapat mengetahui penyelesaian apa yang harus dilakukan untuk permasalahan tersebut. Yang dilakukan oleh Pengurus Paguyuban disini pun jelas mengapa mereka melakukan proses pengorganisasian pengrajin batik tulis, karena mereka tahu permasalahan apa yang terjadi pada potensi di Desa Jetis, yakni semakin terpuruknya nilai jual batik tulis sehingga banyak diantara pengrajin batik tulis di Desa Jetis yang memutuskan untuk gulung tikar. Jadi proses pengorganisasian awal yang dilakukan adalah meyakinkan pengrajin seperti yang tertulis diawal, hal tersebut sangat diperlukan karena dalam proses pengorganisasian haruslah di mulai dari masyarakat itu sendiri, jadi disini pengorganisir (Pengurus Pguyuban) memulai dari pengrajin batik tulis apakah mereka mau melakukan perubahan dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi secara bersama yang mana melalui jalan musyawarah bersama.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
120
Ketika terjadi musyawarah untuk membahas masalah tersebut, semua pengrajin
diperbolehkan
mengeluarkan
keluh
kesah
mereka
atas
permasalahan tersebut. Karena dengan saling bicara maka baik fasilitator dan pengrajin saling mengetahui apa yang sedang terjadi sehingga dapat disimpulkan dan dicarikan jalan yang terbaik atas masalah tersebut. Dari kagagalan-kegagalan pada program pemberdayaan yang telah terjadi, Pengurus Paguyuban dan pengrajin mencoba mencari jalan yang terbaik
sehingga
diputuskan
untuk
membentuk
koperasi
dengan
kepengurusan yang baru. Setiap tindakan memang diharuskan ada kelanjutankelanjutan dari tindakan tersebut, karena jika tindakan tersebut berhenti tanpa dievaluasi kekurangan dan kelebihannya, maka tindakan tersebut tidak akan berjalan dengan baik bahkan pengorganisasian ataupun pemberdayaan tersebut dianggap gagal. Tapi hal tesebut tidak terjadi pada langkah Pengurus Paguyuban dan pengrajin batik tulis Desa Jetis yang berupa koperasi batik tulis, karena keberadaanya yang masih dipertahankan hingga kini dan juga memiliki kepengurusan yang baik pula. Peran seorang pengorganisir masyarakat memang tidak banyak, karena mereka hanya memfasilitasi masyarakat. Hal ini terlihat jelas karena sebagian besar yang mengolah dan menjalankan koperasi adalah pengrajin batik tulis itu sendiri, beberapa Pengurus Paguyuban hanya membantu. Begitu juga ketika ada pelatihan ataupun penyuluhan yang banyak berperan saat ini adalah pengrajin itu sendiri, sedangkan Pengurus Paguyuban hanya sesekali ikut berperan dalam kegiatan tersebut. Bahkan hal tersebut sudah
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
121
menjadi tanggung jawab mereka sebagai pengrajin batik tulis terhadap kemajuan dan kemunduran batik tulis di Desa Jetis, dan juga kesejahteraan pengrajin batik tulis di desa ini.12 Semua yang dilakukan oleh Pengurus Paguyuban secara tidak langsung sudah melibatkan semua asset yang ada di desa ini. Asset bukan hanya sebuah benda, tapi semua hal yang dapat menguntungkan masyarakat. Maka hal tersebut dapat dikatakan asset, karena asset dapat berupa orang, benda, atau bahkan sumber daya seperti lingkungan misalnya. Disini Pengurus Paguyuban memulai dari diri mereka sendiri sebagai masyarakat desa yang berani menunjukkan keinginan mereka untuk melakukan perubahan meskipun mereka dalam jumlah kecil. Tapi mereka berusaha mampu
untuk
menunjukkan
keinginan
tersebut
agar
benar-benar
terealisasikan dengan benar. Mereka juga berhasil melibatkan asset-asset yang lain seperti pengrajin, lingkungan, terutama batik tulis yang menjadi asset utama Desa Jetis. Dari semua asset-asset diatas, kini masyarakat baik yang bekerja sebagai pengrajin ataupun bukan dapat sama-sama menikmati hasilnya. Karena bentuk keberhasilan yang jelas tampak seperti adanya koperasi batik tulis, kampung batik tulis yang mempermudah masyarakat luas untuk mengetahui keberadaan batik tulis di Desa Jetis, dan hal penting lainnya adalah keberadaan batik tulis yang kian dikenal masyarakat luar kota bahkan manca negara. 12
Hasil wawancara dengan Zainal Arifin (30 thn), proses wawancara dilakukan diruang tamu rumahnya, pada tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 08.00-11.00 WIB
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
122
Batik tulis menjadi asset utama yang harus dikembangkan, tapi semua itu tidak akan ada gunanya tanpa melibatkan asset penting lainnya yakni pengrajin batik tulis itu sendiri, karena tanpa adanya pengrajin maka tidak akan ada batik tulis begitu juga sebaliknya. Disini Pengurus Paguyuban sudah berhasil membawa kedua-duanya. Selain itu lingkungan dan masyarakat pun sama pentingnya, karena dengan lingkungan yang mendukung dengan baik maka jalan dari pemberdayaan akan baik pula. Sampai akhirnya semua usaha yang dilakukan diakui oleh pemerintah dengan diresmikannya kampung batik tulis di Desa Jetis, hingga saat ini. Kelanjutan koperasi pun masih dijaga baik oleh semua pengurus, baik itu yang berasal dari kalangan pengrajin batik tulis ataupun dari Pengurus Paguyuban. Meskipun tidak semua Pengurus Paguyuban mengambil peran yang sama tapi kebanggaan yang diperoleh mereka bernilai sama, apalagi ketika mereka melihat
pengrajin batik tulis yang sudah mulai sejahtera
hingga sekarang. Hingga
saat
ini
koperasi
masih
berjalan
meskipun
dalam
perjalanannya tidak selalu berjalan baik, tapi koperasi masih mampu mensejahterakan pengrajin. Bahkan pelatihan pun masih dilakukan terhadap pengrajin yang masih pemula, hal tersebut dilakukan untuk memunculkan pengrajin-pengrajin baru. 13 Semua hal tersebut memang tidak lepas dari peran Pengurus Paguyuban, pengrajin dan pemerintah yang mampu
13
Hasil wawancara dengan Ir. Nurul Huda (62 tahun), proses wawancara dilakukan diteras rumahnya pada tanggal 14 April 2016 pukul 19.30-20.30 WIB.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
123
mengambil peran masing-masing sesuai tempat dan kemampuan sehingga pemberdayaan tersebut dapat berjalan dengan baik.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB VI PEMBAHASAN 1.1. Kondisi Pelaku UMKM Kampung Batik Tulis Jetis Sidoarjo Sebelum Terjadi Proses Pemberdayaan Oleh Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis.
Sebelum dibentuknya Kampung Batik Tulis Jetis dan berdiri nya Koperasi Batik Tulis, memang sudah ada kerajinan batik di desa Jetis dan ada beberapa dari masyarakat yang bekerja sebagai pengrajin batik tulis. Tapi bertambah tahun bukannya semakin meningkat jumlah pengrajin dan kain batik yang dihasilkan, bahkan semakin menurun drastis dari tahun ke tahun. Tidak hanya berhenti disana saja, bahkan banyak diantara pengusaha batik tulis yang ikut gulung tikar. Karena selain tidak dapat menghasilkan produksi batik yang bagus yang berdampak kepada sulitnya pemasaran batik tulis tersebut, sehingga beberapa pengusaha batik tulis memilih beralih usaha. Sulitnya pemasaran sangat dirasakan oleh pengrajin batik, sehingga produksi mereka semakin berkurang pula bahkan berhenti untuk membatik, dan memilih untuk bekerja yang lain yang mereka anggap pekerjaan lain lebih menghasilkan dan menjamin kehidupan mereka. Jadi kegiatan batik hanya mereka anggap sebagai sebagai hobi yang tidak dapat menghasilkan nilai ekonomi bagi keluarga mereka, hobi tersebut dapat muncul dan dapat pula hilang dengan cepatnya. Seperti yang dikatakan oleh Pak Giso (60 thn) mengatakan:
124
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
125
“Dulu waktu saya kecil banyak dari masyarakat desa yang bekerja sebagai pengrajin termasuk orang tua saya, karena menurut mereka selain mengisi waktu luang batik tulis tersebut dapat menghasilkan nlai-nilai ekonomi buat keluarga. Ada pula yang berpendapat bahwa hal tersebut merupakan potensi yang sudah diturunkan oleh nenek moyang Desa Jetis yang harus dipertahankan. Tapi semakin tahun jumlah pengrajin semakin berkurang, dan hal ini sangat memprihatinkan karena batik tulis sudah menjadi ciri khas desa ini dan sangat disayangkan pula banyak anak muda sekarang yang semakin enggan untuk mempertahankan kebudayaan Indonesia ini.”1 Selain masalah pembiayaan, salah satu kesulitan terbesar pengarajin batik tulis adalah soal pemasaran. Pengrajin kesulitan untuk memasarkan hasil kerajinan mereka karena kurangnya akses pendukung yang dapat membantu mereka, harga jual hasil kain batik tulis masyarakat sama sekali tidak sesuai dengan kerja keras masyarakat dalam pembuatan batik tulis yang memang tidak memakan waktu sebentar karena membutuhkan waktu 2-3 bulan untuk menghasilkan kain batik tulis. Selain itu batik tulis Desa Jetis memang belum banyak diketahui masyarakat umum, jadi butuh waktu yang cukup lama untuk memasarkan dan memperkenalkan kain batik tulis tersebut. Untuk membantu para pengrajin yang masih terbilang kecil dalam hal pemasaran, para pengrajin tersebut menjual hasil kerajinan mereka kepada beberapa pengrajin yang sudah memiliki nilai jual kebeberapa kota. Hal tersebut mereka lakukan untuk menekan nilai kerugian dan juga untuk menambah nilai ekonomi keluarga, meskipun harga yang ditawarkan tidak terlalu tinggi yang mana biasanya untuk satu kain batik bisa dihargai Rp. 80.000-Rp. 150.000, dan itu pun tergantung bahan dan jenis batik tulis
1
Hasil wawancara dengan Pak Giso (60 thn), proses wawancara dilakukan di tempat nglorot kain batik pada tanggal 14 April 2016 pukul 10.00 WIB
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
126
tersebut. Seperti yang dituturkan oleh Ibu Eni salah satu pengusaha batik tulis: “Sebelum ada kampung batik tulis memang sudah ada yang bekerja menjadi pengrajin batik, meskipun tidak sebanyak sekarang. Tapi yang menjadi permasalahannya adalah mereka juga kesulitan untuk memasarkan hasil batik tulis mereka, biasanya untuk pengrajin yang masih dikatakan pengrajin kecil menjual hasil kerajinan mereka kepada pengrajin yang sudah memiliki nama atau pengrajin yang lebih besar dan mampu memasarkan kain batik tulis mereka dengan baik. Meskipun nilai jual yang ditawarkan juga tidak terlalu tinggi, karena mereka juga harus menutupi biaya-biaya yang tidak terduga seperti transportasi, dan biaya-biaya lainnya”.2 Batik Tulis Jetis memang sempat Berjaya dengan menguasai beberapa pasar besar di Surabaya, akan tetapi tanpa tata kelola secara baik akhirnya banyak sesama pengrajin dari Jetis harus bersaing di satu pasar saja, sehingga dampak dari persaingan tersebut justru menurunkuan harga batik tulis Jetis itu sendiri. “Dulu batik Jetis banyak dijual di Pasar Pabean, Surabaya,” cerita Zainal Afandi, sekretaris Koperasi Batik Tulis Sidoarjo, ketika ditemui outlet koperasi sekitaran Jalan Pasar Jetis. Lebih lanjut pria berkacamata ini bercerita, “Karena semua pengerajin mengirim batik ke pasar tersebut, pedagang disana semakin menekan harga jualnya.” Hal ini menyebabkan batik Jetis tumpah-ruah di satu pasar saja.”3 6.1.1. Kondisi Secara Ekonomi Pengrajin Batik Tulis Jetis Sebelum Terjadi Pemberdayaan Oleh Pengurus Paguyuban
Masyarakat Desa Jetis tergolong masyarakat yang ekonominya kelas menengah kebawah, rata-rata mata pencaharian masyarakat adalah sebagai 2
Hasil wawancara dengan Eni, pengusaha sekaligus pengrajin batik tulis, pada tanggal 09 April 2016 pada pukul 11.00 WIB di ruang tamu rumahnya 3 Hasil wawancara dengan Zainal Affandi, sekretaris koperasi batik tulis jetis, pada tanggal 26 april 2016, pukul 19.30 di kantor koperasi.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
127
karyawan swasta seperti buruh pabrik, pegawai toko, atau pekerjaan serabutan lainnya. Dari semua pekerjaan-pekerjaan tersebut jika dijumlahkan sekitar 1478 orang,4 karena Desa Jetis memang dekat dengan pertokoan dan pabrik-pabrik yang melimpah di Kota Sidoarjo. Masyarakat Desa Jetis menyadari, bahwa penghasilan yang diperoleh tiap hari atau tiap bulannya dapat dikatakan kurang dari cukup. Jika dihitung dengan pengeluaran makan setiap harinya yang terkadang berkisar antara Rp. 20.000-Rp. 40.000 itupun belum termasuk biaya-biaya yang tak terduga lainnya. Seperti halnya yang dikatakan oleh Is (47 thn), seorang pengrajin batik di Desa Jetis mengatakan: “Saya bekerja sebagai pengrajin batik di tempat salah satu pengusaha batik, sedangkan suami saya bekerja serabutan terkadang becak tapi terkadang juga bekerja sebagai kuli bangunan yang mana penghasilannya pun tidak tentu. Jika sedang ramai ya Alhamdulillah, tapi kalau sedang sepi ya disyukuri saja. Jadi untuk menutupi kekurangan biaya sehari-hari, saya membantu suami dengan bekerja sebagai pengrajin batik ditempat Bu Eni ini. Meskipun imbalan yang diberikan tidak banyak dan terkadang masih kurang, tetapi lumayan untuk nambah-nambah penghasilan dan dapat menutupi kekurangan. Tiap bulannya terkadang saya memperoleh Rp. 400.000-800.000 dari hasil membatik, karena jika saya tidak kerja maka dari mana saya menutup kekurangan yang untuk makan satu hari saja bisa sampai Rp. 20.000-Rp. 30.000 belum biaya lainnya. Jadi kalau hanya mengandalkan hasil kerja suami saja bisa-bisa anak-anak saya tidak makan karena tidak cukup”.5 Menjadi pengrajin batik tulis bukan hanya digeluti oleh kaum ibu atau perempuan saja, ada pula yang dikerjakan oleh kaum laki-laki karena proses nglorot terbilang proses yang berat sehingga lebih pantas untuk dikerjakan
4
Data Monografi Desa Jetis Kelurahan Lemah Putro Kecamatan Sidoarjo Tahun 2015. Hasil wawancara dengan Is, proses wawancara dilakukan di tempat kerja sambil membatik, pada tanggal 14 April 2016 pukul 11.00. WIB. 5
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
128
kaum laki-laki. Tetapi tidak banyak orang yang bekerja sebagai nglorot kain batik, karena selain proses yang melelahkan dan juga harus berhadapan dengan api dan bersiap dengan hawa panas tersebut. Sehingga jumlah orang yang bekerja pada bagian ini masih bisa dihitung dengan hitungan jari. Seperti yang dikatakan oleh Pak Giso (60 thn), mengatakan: “Saya bekerja sebagai penglorot kain batik tulis kurang lebih 18 tahun, pekerjaan ini memang butuh tenaga besar makanya masih jarang orang yang mau bekerja pada bagian ini. Saya bekerja pun tidak setiap hari, tetapi jika ada panggilan saja, karena jika sudah waktunya nglorot baru saya dipanggil jika belum waktunya ya saya bekerja serabutan yang penting menghasilkan uang. Untuk masalah biaya pun tergantung dari jumlah kain batik tulis yang dikerjakan, dan biasanya untuk satu kainnya saya dibayar Rp.300.000-500.000 saja itupun kalau ramai”.6
6.1.2. Kondisi Secara Sosial Pengrajin Batik Tulis Jetis Sebelum Terjadi Pemberdayaan Oleh Pengurus Paguyuban
Meskipun hidup ditengah kota masyarakat Desa Jetis secara sosial tergolong Desa yang rasa solidaritas sosial kemasyaraktannya tinggi, baik itu masyarakat yang bekerja sebagai pengrajin batik ataupun bukan mereka sama-sama membantu, karena menrut mereka selama mereka masih tinggal di desa yang sama maka tidak ada kata perbedaan bagi mereka. Bahkan mareka harus saling membantu dan bergotong royong antara satu dengan yang lainya. Seperti yang dikatakan Fuad (32 thn) selaku tokoh pemuda Desa Jetis mengatakan: “ Warga Desa Jetis tergolong masyarakat yang taraf sosialnya baik, karena meskipun desa ini berada di tengah kota bukan berarti kita 6
Hasil wawancara dengan Giso, proses wawancara dilakukan di tempat kerja sambil nglorot kain batik, pada tanggal 14 April 2016 pukul 10.00. WIB
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
129
saling acuh satu sama lain, bahkan karena kita hidup di desa yang berada ditengah kota kita harus memupukkan dalam diri atau anak cucu kita untuk saling membantu dan saling percaya satu sama lain. Seperti jika ada kerja bakti di desa maka sebelumnya kita harus merapatkan dahulu hari apa yang pantas untuk bekerja bakti agar semua warga bisa hadir semua, biasanya kita lebih memilih hari minggu, karena pada hari ini semua orang yang bekerja pasti libur. Begitu juga ketika ada tetangga yang ada hajatan, tetangga yang lain akan turut membantu dengan sukarela. Bahkan ketika ada tetangga yang sakit tetangga yang lain secara bergantian menjenguk dan mendo’akan untuk sembuh. Apalagi kalau ada yang meninggal pastinya mereka melayat bersamasama. Meskipun seperti yang kita tahu tidak semua orang bisa begitu apalagi kita hidup dikota yang setiap orang memiliki kesibukan yang berbeda pula, tapi jika sebagian besar masyarakat desa ini memiliki rasa yang sama itu sudah menjadi keuntungan tersendiri bagi desa terutama masyarakat desa ini.”7 Masalah sosial kemasyarakatan memang sangat diperlukan didalam kehidupan masyarakat, karena hidup ditengah-tengah masyarakat diperlukan adanya kerukunan dan tanggung jawab bersama. Manusia pada dasarnya tidak lepas dari kehidupan sosial, karena manusia tidak mampu untuk hidup secara sendiri-sendiri atau pribadi. Terutama hidup dilingkungan desa yang berada ditengah keramaian kota, kagiatan partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam kelancaran pembangunan sosial pada diri manusia secara pribadi dan nantinya akan dapat berkembang menjadi kehidupan sosial kemasyarakatan yang baik.
Kampung Batik Tulis Jetis sendiri juga membawa dampak sosialekonomi bagi warga sekitarnya, bahkan dari luar kota Sidoarjo. Salah satu nya adalah Ibu Saniyem yang berasal dari Kabupten Tulungagung Jawa Timur. Ibu Saniyem merupakan salah satu pembatik rumahan di sentra 7
Hasil wawancara dengan Fuad (32 thn) tokoh pemuda Desa Jetis, proses wawancara dilakukan di warung kopi pada tanggal 15 April 2016 pukul 20.00 WIB.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
130
industri Kampung Batik Tulis Jetis. Perempuan yang membatik sejak masih remaja itu mengaku sehari mampu menyelesaikan satu hingga tiga lembar kain. Namun, terkadang dia membutuhkan tiga hari untuk menyelesaikan satu lembar Ketika
kain itu,
ia
meninggalkan
untuk kampung
motif halamannya
tertentu. di
Kabupaten
Tulungagung, Jatim, yang tak memberinya peluang kerja. Dia hijrah menjadi pembatik di kota yang berjarak lebih dari 100 kilometer dari kampungnya demi mendulang rupiah.8
Selain mendatangkan manfaat secara sosial-ekonomi bagi warga sekitar, pelaku UMKM/pengrajin batik tulis juga merefleksikan sebuah pesan bagi generasi muda akan kehidupan sosial masyarakat Sidoarjo di dalam motif batik tulis. Seperti yang di katakana oleh Zainal affandi selaku sekretaris Koperasi Batik Tulis; “Pergeseran motif batik Sidoarjo terjadi perlahan. “Motif batik Jetis sekarang ada kembang bayem, pecah kopi, beras wutah, kembang tebu,”. Semua motif tersebut memiliki filosofi yang erat kaitannya dengan kabupaten Sidoarjo. Lantas ia menjelaskan motif kembang tebu muncul karena Sidoarjo memiliki lima pabrik gula. Motif beras wutah dilatarbelakangi adanya dua penggilingan padi di Sidoarjo di masa lalu namun tetap saja kurang dibandingkan kebutuhan masyarakat akan beras. Dulu orang-orang di pedalaman Sidoarjo bercocok tanam kopi, inilah yang filosofi di balik motif pecah kopi. Sedangkan motif kembang bayem muncul karena dulu Sidoarjo adalah pemasok sayursayuran terutama bagi masyarakat Surabaya.9
8
Http://travel.compas.com/read/2015/05/28/094300127/Batik.Tulis.Jetis.Yang.Menghidupi. diakses pada hari jumat tanggal 12 April 2016 pukul 19.00 WIB. 9 Hasil wawancara dengan Zainal Affandi, sekretaris koperasi batik tulis jetis, pada tanggal 26 april 2016, pukul 19.30 di kantor koperasi.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
131
1.2. Proses Pemberdayaan Pelaku UMKM Baik Dari Aspek Pemberdayaan Kelembagaan,
Pemberdayaan
Kegiatan,
Pemberdayaan
Terhadap
Pendanaan, Hingga Pemberdayaan Jaringan 6.2.1. Membangun Kesadaran Pelaku UMKM Batik Tulis Jetis Proses pemberdayaan tidak akan dapat berjalan dengan baik, jika di dalamnya tidak di dukung oleh program yang baik pula. Pengurus Paguyuban menyadari akan hal tersebut sehingga mereka bermusyawarah dengan para pengrajin untuk menganalisa program yang bersifat jangka panjang. Selain untuk mempersiapkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), program tersebut juga untuk membangun kapasitas pengrajin agar semakin kompeten. Semua
hasil
musyawarah
dari
Pengurus
Paguyuban
dan
pelaku
UMKM/pengrajin telah dibuat dalam bentuk analisa Logical Framework Approach (LFA) yang di dalamnya menjelaskan mengenai; 1. Analisa Situasi, 2. Analisa Masalah, 3. Analisa Tujuan, 4. Analisa Alternatif Strategi/Program, 5. Analisa Kelayakan Strategis, 6. Analisa Stakeholder, 7. Analisa Partisipasi, 8. Aktifitas Perencanaan, 9. Dan Budgeting. Analisa logical framework approach (LFA) ini dimulai dengan membuat analisa pohon masalah untuk mengidentifikasi masalah yang ada pada Paguyuban Batik Tulis Jetis. Teknik analisa pohon masalah merupakan teknik utama untuk merumuskan problem paguyuban yang dilanjutkan dengan teknik pohon harapan sebagai tujuan pemecahan masalah paguyuban. Perumusan ini merupakan proses yang sangat strategis, karena proses ini menentukan program utama yang akan dilakukan sebagai strategi pemecahan
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
132
masalah paguyuban. Strategi ini bukan sekedar melakukan kegiatan, tetapi strategi ini dipilih untuk dapat memecahkan masalah utama yang berpengaruh pada seluruh problem yang terjadi. Teknik analisa pohon masalah dan pohon harapan akan menghasilkan rumusan masalah dan rumusan tujuan yang menjadi struktur rumusan logical framework approach (LFA). Rumusan ini akan menjadi alat utama melakukan perencanaan program pada tahap berikutnya. Langkah pertama yang dibahas dalam analisa pohon masalah ini adalah menentukan pusat masalah, dimana setelah melakukan focus group discussion pusat masalah berada pada belum merata nya manfaat pemberdayaan dari program-program sebelumnya, sehingga mempengaruhi program pemberdayaan yang akan disusun oleh Pengurus Paguyuban. Analisa pohon masalah tidak hanya menentukan pusat masalah, tetapi juga menentukan masalah utama, penyebab, dan faktor penyumbang, yang semua dari faktor ini mampu menghadirkan dampak negatif. Setelah pusat masalah berhasil diidentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menentukan masalah utama dimana terdapat dua faktor yang mempengaruhi. Yaitu tidak adanya evaluasi berkala untuk program yang sudah berjalan dan kurang nya wadah musyawarah antara Pengurus Paguyuban dan seluruh pelaku UMKM/pengrajin berkenaan dengan program yang berkaitan dengan inovasi bisnis & pemasaran. Yang menjadi penyebab dari kedua faktor ini adalah: (1). perlu biaya tambahan untuk melakukan evaluasi dari program yang sudah berjalan, (2).
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
133
Dana bantuan dari stakeholder harus sesuai dengan proposal yang sudah diajukan sehingga tidak mungkin Pengurus mengubah program hanya karena adanya evaluasi, (3). Pengurus merasa sudah membuat program yang berkaitan dengan inovasi bisnis dan pemasaran, dan yang terakhir (4). Belum adanya standar resmi MEA untuk batik tulis, yang membuat pelaku UMKM/pengrajin menjadi pesimis. Sedangkan faktor penyumbang yang berhasil diidentifikasi meliputi; (1). Pengurus Paguyuban bersikukuh hanya hanya mengalokasikan dana untuk program pemberdayaan bukan untuk evaluasi program, (2). Pengurus hanya ingin evaluasi dilakukan di akhir periode, (3). Belum pastinya jadwal pelatihan untuk program yang berkaitan dengan inovasi bisnis dan pemasaran dari stakeholder terutama dari instansi BUMN, dan yang terakhir (4). Pelaku UMKM/pengrajin mendesak agar segera ditetapkan standar resmi batik tulis untuk MEA. Setelah berhasil mengidentifikasi pusat masalah, masalah utama, penyebab, dan faktor penyumbang, maka muncul dua dampak negatif dari semua faktor ini. Dampak yang pertama adalah tingkat kepercayaan pelaku UMKM/pengrajin yang semakin menurun terhadap Pengurus Paguyuban sehingga mereka lebih suka mengelola bisnis sesuai cara mereka sendiri. Dan yang kedua, terhambatnya program-program pemberdayaan yang sudah disusun oleh Pengurus Paguyuban yang telah menjalin kerja sama dengan pihak Pemerintah, BUMN, dan Swasta.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
134
Langkah selanjutnya untuk memberikan solusi terhadap semua permasalahan yang telah di bentuk dalam analisis pohon masalah, maka Pengurus Paguyuban beserta pelaku UMKM/pengrajin membuat analisis pohon harapan. Analisis pohon harapan selanjutnya dilengkapi dengan uraian: tujuan inti, harapan utama, strategi-strategi, dan dampak yang dihasilkannya. Langkah pertama dalam analisis pohon harapan adalah menentukan tujuan akhir/inti, dimana tujuan akhir dari analisis pohon harapan adalah para pelaku UMKM/pengrajin mampu mengimplementasikan 5 program utama pemberdayaan agar mereka bisa berdaya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sedangkan cara untuk mengidentifikasi tujuan akhir adalah; (1). Pemberdayaan melalui ajang pameran, (2). Pelatihan di bidang teknik membatik, (3). Pelatihan dibidang manajemen usaha, (4). Pelatihan informasi teknologi, dan (5). Program bagi mahasiswa sebagai mitra kerja UMKM. Identifikasi tujuan akhir juga mempunyai beberapa tujuan, tujuan tersebut di antaranya: (1). Membangun relasi atau jaringan untuk mengatasi kesulitan pelaku UMKM/pengrajin dalam bidang pemasaran, (2). Menambah ketrampilan pelaku UMKM/pengrajin untuk menguasai motif-motif batik terbaru dan kekinian, (3). Pelaku UMKM/pengrajin mampu mengelola bisnis dengan baik dan benar, (4). Menguasai pemasaran via digital technology, dan yang terakhir (5). Menambah wawasan pelaku UMKM/pengrajin dari berbagai disiplin ilmu oleh mahasiswa.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
135
Adapun cara yang melatarbelakangi terbentuknya beberapa tujuan adalah: (1). Menggandeng stakeholder yang peduli dengan Kampung Batik Tulis Jetis, seperti instansi Pemerintah, BUMN, atau Swasta, (2). Menggandeng pengusaha yang sukses dibidang garmen untuk berbagi ilmu kepada pelaku UMKM/pengrajin, (3). Mendatangkan trainer dari Dinkop Jatim atau Dinas Pariwisata Sidoarjo, (4). Memaksimalkan dana CSR dari berbagai instansi untuk mengembangkan website Kampung Batik Tulis Jetis, dan yang terakhir (5). Menerima sebanyak-banyaknya mahasiswa magang yang disalurkan dari berbagai instansi. Bagian selanjutnya dari kerangka logical framework approach (LFA) adalah membuat matrik analisis kelayakan strategis, matrik ini digunakan untuk menganalisis kelayakan strategi sebuah program dilaksanakan. Bentuk programnya apa, capaian targetnya apa, respon suka atau tidak nya paguyuban, kemungkinan dilaksanakannya, sumberdaya yang dibutuhkan, keberlangsungan (sustainability), pengaruh apa yang akan terjadi jika dilaksanakan (secara ekonomi, sosial, dan lain-lain). Dalam matrik analisis kelayakan strategis, Pengurus Paguyuban berserta pelaku UMKM/pengrajin sepakat untuk membuat alternatif strategi program diluar 5 program pemberdayaan yang sudah disusun oleh Pengurus Paguyuban. Alternatif strategi program tersebut mempunyai tujuan untuk membuat program pemberdayaan alternatif sesuai dengan keinginan kedua kelompok, baik kelompok masyarakat tradisional dan kelompok masyarakat moderen. Alternatif strategi program ini sangat disukai dan ada hasrat dari
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
136
masing-masing pihak untuk mengembangkannya, karena waktu yang disediakan oleh Pengurus Paguyuban bersifat tidak terbatas, atau diluar 5 program utama pemberdayaan dari Pengurus Paguyuban. Adapun sumberdaya yang tersedia bagi alternatif strategi program meliputi 3 (tiga) aspek; dana, fasilitas/peralatan, dan staf yang mumpuni. Untuk aspek dana dan fasilitas/peralatan, sumberdaya yang tersedia sangat mencukupi dan semuanya juga telah tersedia. Bahkan untuk staf yang mumpuni pun juga tersedia karena Pengurus Paguyuban telah dibantu oleh anggota paguyuban dan juga kaum pemuda Desa Jetis. Bagian selanjutnya dari kerangka logical framework approach (LFA) adalah membuat matrik perencanaan operasional (MPO) atau matrik rencana kerja (MRK). Matrik ini merupakan bentuk operasional tentang program yang dilaksanakan. Komponen matrik berupa bentuk kegiatan, target atau capaian, jadwal pelaksanaan, penanggungjawab, support sumber daya yang dibutuhkan, resiko atau asumsi. Matrik perencanaan operasional (MPO) sendiri berisi tentang hasil dari analisis pohon harapan/analisis tujuan yang akan dikembangkan menjadi kegiatan yang terstruktur. Matrik perencanaan operasional (MPO) memiliki 5 (lima) hasil yang diantaranya; (1). Pengrajin membutuhkan solusi dalam bidang pemasaran, (2). Pengrajin perlu menambah skill untuk motif terbaru dan kekinian, (3). Pengrajin juga membutuhkan skill untuk mengelola bisnis mereka, (4). Pengrajin perlu menguasai teknologi di zaman serba digital technology seperti sekarang ini, (5). Berbagai disiplin ilmu dari mahasiswa
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
137
yang
magang
sangat
berarti
bagi
pengembangan
SDM
pelaku
UMKM/pengrajin. Dari hasil matrik perencanaan operasional (MPO) yang pertama, memiliki 2 (dua) agenda kegiatan beserta sub-kegiatan. Kegiatan yang pertama adalah mengikuti segala bentuk pameran yang diadakan oleh Pemerintah maupun Swasta, target dari kegiatan ini adalah terlaksananya rencana dengan sukses dan Pengurus Pagyuban menjadi penanggung jawabnya. Sedangkan sub-kegiatan pada kegiatan yang pertama adalah, melakukan focus group discussion (FGD) dan sosialisasi kepada anggota paguyuban/pelaku UMKM, dimana target dari sub-kegiatan yang pertama ini adalah untuk tercapainya kesepahaman dan kesepakatan antar anggota dengan penanggung jawab Bapak Ir. Nurul Huda, M.Agr. Selanjutnya untuk sub-kegiatan yang kedua adalah menyusun “kalender pameran” sebagai jadwal kegiatan resmi pelaku UMKM dengan target dapat tersusunnya rencana pelaksanaan dan Pengurus Paguyuban selaku penanggung jawabnya. Sedangkan kegiatan yang kedua adalah mengkoordinir anggota yang ingin mengajukan proposal pembiayaan selama pameran kepada Koperasi Batik Tulis Jetis, Diskoperindag Sidoarjo, dan klinik Dinkop Jatim. Dari kegiatan yang kedua ini memiliki 2 (dua) sub-kegiatan, sub-kegiatan yang pertama adalah mengatur dana yang turun dari instansi yang diajukan oleh pelaku UMKM/pengrajin, dimana penanggung jawab dari sub-kegiatan ini Pengurus Paguyuban dibantu oleh kaum pemuda Desa Jetis. Adapun subkegiatan yang kedua adalah melakukan evaluasi atas kegiatan yang sudah
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
138
dilakukan bersama, dengan harapan dari sub-kegiatan ini mampu menumbuhkan tingkat partisipatif dari Pengurus Paguyuban, anggota, dan kaum pemuda Desa Jetis. Selanjutnya, dari hasil matrik perencanaan operasional (MPO) yang kedua memiliki 1 (satu) kegiatan dengan 3 (tiga) sub-kegiatan. Kegiatan dari hasil MPO yang kedua ini bertujuan untuk menyusun jadwal pelatihan dengan target hadirnya langkah kongkrit yang ditimbulkan setelah focus group discussion (FGD). Kegiatan ini sendiri di kelola oleh Pengurus Paguyuban dan dibantu oleh anggota dengan biaya yang dikeluarkan mencapai Rp. 500.000. Adapun sub-kegiatan yang pertama dari hasil kegiatan yang kedua adalah mengkoordinir pengrajin (lama) atau pengrajin pemula yang ingin mengikuti program pelatihan. Sub-kegiatan ini memiliki target untuk mampu meyakinkan kelompok masyarakat tradisional yang selama ini selalu kontra dengan program pemberdayaan dari Pengurus Paguyuban. Sedangkan subkegiatan yang kedua, membuat prototype motif batik terbaru yang sedang diminati oleh pasar. Sub-kegiatan yang kedua ini bahkan telah dianggarkan oleh Pengurus Paguyuban sebesar Rp. 1.000.000. Dan yang terakhir subkegiatan yang ketiga, untuk menampilkan hasil pelatihan peserta yang mengikuti
pelatihan
kepada
masyarakat
Desa
Jetis
dengan
target
memunculkan kebutuhan akan berprestasi dari masyarakat Desa Jetis. Hasil ketiga dari matrik perencanaan operasional (MPO) memiliki satu kegiatan dengan 2 (dua) sub-kegiatan. Kegiatan yang pertama dari hasil
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
139
ketiga MPO bertujuan untuk menyusun jadwal pelatihan yang akan diajukan kepada Dinkop Jatim atau Diskoperindag Sidoarjo. Kegiatan ini di dukung oleh Pengurus Paguyuban dan anggota dengan biaya mencapai Rp. 500.000, dengan asumsi biaya yang dikeluarkan adalah bentuk partisipatif dari anggota untuk membangun iklim organisasi yang lebih baik. Sedangkan sub-kegiatan yang pertama, mengkoordinir pengrajin (lama) atau pemula yang ingin mengikuti program pelatihan. Target dari subkegiatan ini Pengurus Paguyuban mampu menindak lanjuti langkah dari anggota dan menubuhkan solusi kongkrit dari langkah ini. Dan sub-kegiatan yang terakhir, membagi mahasiswa magang dalam program “pelatihan manajemen usaha” dari Dinkop Jatim kepada pelaku UMKM/pengrajin. Penanggung jawab dari sub-kegiatan ini adalah Pengurus Paguyuban dibantu oleh kaum pemuda Desa Jetis dengan asumsi bahwa ini adalah langkah terakhir dari partisipasi anggota paguyuban, dengan harapan mampu membuka kesadaran anggota lain yang belum sepihak dengan mereka. Hasil ke 4 (empat) dari matrik perencanaan operasional (MPO) memiliki 1 (satu) kegiatan dengan 3 (tiga) sub-kegiatan. Kegiatan dari hasil ketiga MPO ini adalah melakukan focus group discussion (FGD) dan sosialisasi akan program pelatihan informasi teknologi dari PT. Telkom, PLN, dan juga Diskoperindag Sidoarjo. Kegiatan ini sendiri memiliki anggaran sebesar Rp. 500.000 dengan asumsi biaya yang dikeluarkan adalah bentuk partisipasi dari anggota untuk membangun paguyuban menjadi lebih baik.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
140
Adapun sub-kegiatan yang pertama dari hasil yang ketiga, melakukan pendataan kepada anggota yang belum memiliki website dan brand, atau anggota yang ingin mengikuti pelatihan media promosi. Target dari subkegiatan yang pertama adalah mampu meyakinkan kelompok masyarakat tradisional dengan penanggung jawab dari Pengurus Paguyuban. Selanjutnya sub-kegiatan yang kedua mengadakan evaluasi dari program pelatihan informasi teknologi dengan biaya mencapai Rp. 500.000, dengan asumsi langkah dari evaluasi ini mampu menghadirkan solusi yang terbaik untuk program pelatihan informasi teknologi selanjutnya. Dan sub-kegiatan yang terakhir melakukan evaluasi terhadap dana corporate social responsibility (CSR) selama pelatihan informasi teknologi. Sub-kegiatan yang terakhir ini juga melibatkan kaum pemuda Desa Jetis dengan asumsi untuk membangun budaya partisipatif antara masyarakat Desa Jetis, bahkan Pengurus Paguyuban menganggarkan biaya sebesar Rp. 750.000 bagi sub-kegiatan ini. Dan yang terakhir hasil yang ke 5 (lima) dari matrik perencnaan operasional (MPO) memiliki 1 (satu) kegiatan dengan 2 (dua) sub-kegiatan. Kegiatan yang pertama dari hasil ke 5 (lima) MPO adalah membagi mahasiwa magang dari berbagai instansi untuk para anggota, yang mana dalam kegiatan ini Pengurus Paguyuban di bantu oleh kaum pemuda untuk mengelolanya dan kegiatan ini juga telah dianggarkan sebesar Rp. 500.000. Sedangkan sub-kegiatan yang pertama, membuat buku evaluasi/penilaian dan sertifikat kepada para mahasiswa yang magang, dan anggaran dari subkegiatan yang pertama ini mencapai Rp. 1.000.000. Sub-kegiatan yang
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
141
terakhir, mengadakan evaluasi dari program mahasiswa sebagai mitra kerja UMKM. Sub-kegiatan ini mempunyai target untuk mampu membangun kesadaran dari pelaku UMKM dan mungkin ini langkah terakhir dari partisipatif anggota paguyuban, dengan harapan mampu membuka kesadaran anggota lain yang belum sepihak dengan mereka. Dan bagian terakhir dari kerangka logical framework approach (LFA) berisi tentang matrik analisa partisipasi (MAP). Matrik ini menganalisis pihak-pihak terkait yang bisa berpartisipasi pada program yang akan dilaksanakan. Disebut juga dengan matrik analisis partisipasi. Komponen matrik ini berupa organisasim kelompok, individu siapa yang terkait, karakteristik
organisasi,
kelompok,
individu,
kepentingannya
apa,
sumberdaya yang dimiliki apa, sumberdaya yang dibutuhkan apa, dan apa tindakan yang harus dilakukan. Dalam matrik analisa partisipasi (MAP) terdapat 4 (empat) organiasi/kelompok yang terlibat; (1). Konsultan Manajemen ISO, (2). Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Surabaya, (3.) PT. Telkom Indonesia, (4). PT. Perusahaan Listrik Negara. Dan dari ke 4 (empat) organisasi/kelompok ini sama-sama memiliki karakteristik, kepentingan utama, sumberdaya yang dimiliki, sumberdaya yang dibutuhkan, dan tindakan yang harus dilakukan. Bagi organisasi yang pertama, Konsultan Manajemen ISO, mereka memiliki karakteristik sebagai konsultan eksternal Pengurus Paguyuban. Kepentingan utama dari organisasi ini adalah menghubungkan program
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
142
dengan tenaga ahli dan mereka juga siap menyediakan tenaga ahli di bidang manajerial ketika Pengurus Paguyuban melakukan pelatihan bagi anggota. Syarat untuk menjadikan organisasi ini sebagai tenaga ahli pun juga sangat mudah, yaitu Pengurus Paguyuban hanya perlu mengajukan proposal permohonan sebagai narasumber pelatihan. Sedangkan organisasi yang kedua, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Surabaya mempunyai karakteristik sebagai mahasiswa, akademi, dan perguruan tinggi. Kepentingan utama dari organisasi ini adalah sebagai fasilitator program pelatihan informasi teknologi, dan mereka juga siap menyediakan tenaga ahli di bidang IT untuk mendampingi pelaku UMKM/pengrajin yang mengikuti program pelatihan informasi teknologi. Mereka juga datang secara sukarela dan sangat partisipatif, sehingga Pengurus Paguyuban hanya perlu mengakomodir keinginan mereka untuk bekerja sama dengan pelaku UMKM/pengrajin. Organisasi yang ketiga, PT. Telkom Indonesia. Organisasi ini mempunyai karakteristik sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan kepentingan utama dari organisasi ini adalah untuk menyalurkan dana CSR bagi Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis. Sumberdaya yang dimiliki oleh organisasi ini berupa supervisor program yang membantu untuk mengawal distribusi dana CSR dan mengontrol Pengurus Paguyuban dalam penyerahan data statistik anggota, sehingga dana CSR bisa tersalurkan dengan baik. Dan organisasi yang terakhir, PT. Perusahaan Listrik Negara. Karakteristik organisasi ini adalah sebagai Badan Usaha Miliki Negara
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
143
(BUMN) dan kepentingan utamanya juga untuk menyalurkan dana CSR bagi Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis. Sumberdaya yang dimiliki oleh organisasi ini berupa supervisor program yang membantu untuk mengawal distribusi dana CSR dan mengontrol Pengurus Paguyuban dalam penyerahan data statistik anggota, sehingga dana CSR bisa tersalurkan dengan baik.10 6.2.2. Bentuk Pemberdayaan di Bidang Kelembagaan Salah satu bentuk pemberdayaan di bidang kelembagaan adalah dengan mengakomodir keinginan pelaku UMKM yang ingin mempunyai brand batik sendiri. Dengan mempunyai brand batik sendiri, mereka akan lebih mudah untuk menjalankan bisnis nya, seperti mendapatkan bantuan kredit dari Bank atau pengajuan dana CSR (coorporate social responsibility) dari perusahaan hingga memasarkan hasil produk batik tersebut dalam setiap kegiatan pameran. Proses untuk mendapatkan brand bagi pelaku UMKM sendiri terbilang mudah, mereka hanya mendaftarkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) kepada Pengurus Paguyuban yang selanjutnya di daftarkan ke Diskoperindag Kabupaten Sidoarjo. Sedangkan proses yang menunggu waktu lama adalah pengakuan dari Dirjen Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) yang di terbitkan melalui sertifikat. Pemberdayaan di bidang kelembagaan sendiri memang tidak lepas dari di resmikannya Desa Jetis sebagai Kampung Batik Tulis oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 16 April 2008. Setelah peresmian tersebut, 10
Hasil dokumentasi logical framework approach (LFA) setelah FGD antara Pengurus Paguyuban dengan anggota sebelum pelaksanaan 5 (lima) utama program pemberdayaan tahun 2012.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
144
pelaku UMKM Batik Tulis lambat laun merasakan dampak positif dari peresmian tersebut. Yang melatar belakangi berdirinya Kampung Batik Tulis adalah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, karena seperti yang telah diketahui saat ini bahwa Sidoarjo tengah dilanda musibah yang tidak berujung dan tidak tahu kapan akan berakhir yakni lumpur lapindo. Lumpur lapindo mengakibatkan potensi Sidoarjo hampir menutup usahanya, yakni Tanggulangin yang terkenal dengan kerajinan tas dan sepatunya. Dengan alasan tersebut akhirnya Pemerintah ingin memunculkan potensi-potensi Sidoarjo yang tersembunyi dan belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Kampung-kampung potensi pun dibentuk seperti kampung jamur, telur asin, kampung logam, kampung batik, ada juga yang lainnya. Dengan bermunculannya kampung-kampung tersebut Pemerintah berharap dapat meningkatkan dan memperbaiki perekonomian kota Sidoarjo, terutama masyarakat yang ada disekitar Kampung tersebut. Selain alasan tersebut Pemerintah dan juga pengrajin batik tulis merasa perihatin akan menurunnya produksi batik tulis di Desa Jetis, banyak pula para pengrajin yang mulai gulung tikar karena tidak tahu lagi harus bagaimana menjalankan usaha mereka. Bermodal rasa prihatin tersebut para pengrajin akhirnya mengajukan agar ada tindakan dari Pemerintah untuk menindak lanjuti masalah tersebut. Yang akhirnya keluhan yang dilontarkan oleh masyarakat didengar oleh Ibu Win selaku istri Pak Win (bupati Sidoarjo
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
145
pada saat itu), dan menjadikan Desa Jetis sebagai Kampung Batik Tulis Jetis Sidoarjo sampai saat ini.11 6.2.3. Bentuk Pemberdayaan di Bidang Kegiatan Dalam
setiap
pelaksanaan
program
pemberdayaan,
Pengurus
Paguyuban selalu melibatkan beberapa pihak yang memang mempunyai kepedulian terhadap batik tulis. Baik dari instansi Pemerintah, BUMN, Swasta, hingga Perguruan Tinggi. Semua itu dilakukan untuk menambah kompetensi pelaku UMKM agar semakin kompeten. Kerja sama dengan berbagai pihak ini sudah dimulai sejak tahun 2008, jauh sebelum UNESCO menetapkan Batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi pada tanggal 2 Oktober 2009. Kerja sama di bidang kegiatan memang di awali dengan program pameran tahunan Batik (Adiwasa) yang diselenggarakan di Thamrin City Jakarta sejak tahun 2008. Berangkat dari pameran Adiwasa tersebut, Pengurus Paguyuban kemudian mendapatkan pengalaman mengenai teknik membatik yang bersifat kontemporer, baik dari segi corak hingga teknik itu sendiri. Dari segi corak dan motif, motif naga dan burung phoenix sangat diminati oleh pasar yang notabene didominasi oleh etnis Tionghoa. Sehingga semakin banyak pengrajin yang membuat motif tersebut untuk memenuhi selera pasar. Sedangkan pada teknik membatik, lebih ditekankan pada kualitas bahan batik, seperti malam, kain mori kualitas super, dan yang terbaru penggunaan 11
Hasil wawancara dengan Zainal Affandi dan Eni, selaku pengusaha dan pengrajin batik tulis pada tanggal 26 April 2016 pukul 14.30 WIB.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
146
kain sutra dan katun sebagai bahan dasar kain batik. Untuk merealisasikan program tersebut dengan baik, maka Pengurus Paguyuban bekerja sama dengan Diskoperindag, Dinpar Sidoarjo, SMK, Perguruan Tinggi, untuk melatih pengrajin agar dapat mendapatkan keahlian yang dibutuhkan.12 Penguatan di bidang hard skill saja belum cukup, penguatan di bidang soft skill pun juga perlu dilakukan agar pemberdayaan dapat berjalan secara berkesinambungan. Maka, Pengurus Paguyuban juga mengintensifkan kegiatan yang bersifat pelatihan Informasi Teknologi (IT). Kampung Batik Tulis Jetis adalah salah satu tempat produksi batik tulis tradisional khas Sidoarjo. Permasalahannya, tidak banyak masyarakat yang tahu tentang tempat ini sehingga dari segi ekonomi belum bisa dijadikan sebagai mata pencaharian utama bagi masyarakat Jetis. Padahal, pesatnya perkembangan informasi dan teknologi saat ini memungkinkan untuk membuat media promosi guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat, khususnya bagi para pengrajin. Untuk membantu program pelatihan informasi teknologi, Pengurus Paguyuban sejak tahun 2010 bekerja sama dengan PT. Telkom, PLN, dan berbagai Perguruan Tinggi membuat beberapa program yang berbasis IT, salah satunya adalah dengan penyediaan website dan design bagi pengrajin. Dalam 3 tahun terakhir ini, tercatat Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Surabaya yang intensif memberikan program pelatihan IT.
12
Hasil wawancara dengan Ir. Nurul Huda, selaku pengusaha dan ketua paguyuban batik tulis pada tanggal 22 April 2016 pukul 19.30 WIB.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
147
Kegiatan dari hasil pelatihan tersebut kemudian pengrajin bersama STIKOM berhasil membuat optimalisasi media untuk mengenalkan Kampung Batik Tulis Jetis dan pencitraan di masyarakat, seperti mendesain logo, mendesain reklame, booklet, bahkan sign system Kampung Batik Tulis Jetis, dan website. Desain reklame berguna untuk pengenalan dan pencitraan di masyarakat. Desain reklame menjadi media promosi yang efektif dengan menggunakan konsep yang matang. Konsep reklame didasarkan pada perilaku pasar dan kondisi Batik Tulis Jetis Sidoarjo. Oleh karena itu, konsep desain reklame ini adalah “survival” dengan harapan produk lokal Sidoarjo ini terus survive ditengah gempuran globalisasi. Perancangan desain vektor seorang gadis yang dibalut khas busana batik khas Yuk Sidoarjo sebagai jatidiri kota tersebut. Media reklame ditempatkan di titik-titik yang dianggap strategis seperti perempatan Sidokare, jalan utama menuju Kampung Batik Tulis Jetis. Selain itu juga bisa ditempatkan di pusat Kota Sidoarjo. Sedangkan booklet berfungsi sebagai media informasi kepada masyarakat untuk mengetahui informasi batik lebih detail kepada para pengunjung Kampung Batik Tulis Jetis. Booklet ini berisi tentang sejarah KBTJ, galeri foto batik tulis, suasana KBTJ, proses pembuatan batik tulis, peta lokasi KBTJ, dan daftar anggota pengrajin/pelaku UMKM batik tulis beserta alamat mereka. Cover depan dan belakang menunjukkan logo Kampung Batik Tulis Jetis dan gambar vektor seorang perempuan dengan dibalut batik jetis Sidoarjo. Hal ini memudahkan pembaca untuk mengenal
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
148
dan mengingat Kampung Batik Tulis Jetis sebagai pusat batik tulis khas Sidoarjo . Media promosi lainnya adalah sign system. Media ini berfungsi sebagai penunjuk arah sekaligus memberikan ingatan pada pengunjung dan calon pembeli. Pada sign gapura di desain dengan motif batik pada pilar gapura dan plat gapura. Desain gapura ini disertai logo pada posisi atas gapura sehingga mempunyai point interest yang cukup kuat karena warna merah yang kontras dengan ekor yang menonjol diluar bingkai gapura. Pada sign penunjuk arah dan keberadaan galeri batik tulis, didesain dengan plat yang memiliki motif lekukan “kembang bayem”. Didalam plat ditanamkan motif batik, info lokasi, info nama galeri beserta logo KBTJ dengan tujuan untuk melekatkan ingatan pengunjung atau calon pembeli.13 6.2.4. Bentuk Pemberdayaan di Bidang Pendanaan 6.2.4.1. Peran Sentral Dari Koperasi Batik Tulis Jetis Tidak jauh berbeda dengan pemberdayaan yang dilakukan oleh Pengurus Paguyuban, koperasi juga melakukan hal yang sama, atau mungkin dikarenakan beberapa pengurus koperasi adalah Pengurus Paguyuban sehingga tindakan yang dilakukan juga tidak ada perbedaan. Untuk menarik simpati pelaku UMKM/pengrajin agar menjadi anggota koperasi memang tidak sesulit apa yang dilakukan paguyuban, karena sebagian besar anggota koperasi adalah anggota paguyuban.
13
TESIS
Nugraha, Bahruddin, Aziz, 2013, Perancangan Branding Kampung Batik Tulis Jetis Sidoarjo Sebagai Upaya Melestarikan Produk Budaya Lokal, Jurnal Desain Komunikasi Visual STIKOM, Vol. 1, No. 1, Art Nouveau, hlm. 31-36.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
149
Mulai dari meyakinkan anggotanya tentang tujuan dari koperasi tersebut, Koperasi Batik Tulis Sidoarjo juga melakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah pelatihan manajemen keuangan dengan mendatangkan orang yang memang ahli dalam bidang tersebut, dengan tujuan agar para pengrajin tidak merasa kesulitan dalam mengolah keuangan mereka, yang berdampak terhadap kerugian. Koperasi juga membantu para pengrajin dalam hal pemasaran hasil kerajinan mereka, dengan cara mencari pelanggan sebanyak-banyaknya. Bahkan koperasi juga melibatkan para pengrajin dalam setiap pameran baik yang diadakan oleh pemerintah daerah ataupun propinsi, bahkan negara sekalipun. Berbagai cara dilakukan mulai dari melibatkan setiap kain batik tulis dari semua rumah produksi yang ada di Desa Jetis ini, dengan tujuan agar masyarakat mengenal semua motif yang dimiliki oleh Desa Jetis. Bahkan ketika kampung batik kedatangan tamu penting pemerintahan ataupun tamu yang berasal dari negara luar, maka Pak Huda selaku ketua koperasi berusaha untuk mengorganisir para pengrajin yang memiliki rumah produksi kain batik tulis untuk menyiapkan kain batik tulis mereka guna diperkenalkan kepada tamu tersebut. Tidak hanya itu saja para tamu juga diperlihatkan tentang bagaiman proses pembuatan batik tulis itu sendiri, dan hal tersebut sangat bermanfaat dalam hal pemasaran secara langsung agar para pembeli tertarik dan berminat dengan batik tulis mereka. Para pengurus koperasi juga sering pula mengumpulkan para pengrajin untuk bermusyawarah bersama guna membahas permasalahan-
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
150
permasalahan yang mereka hadapi selama ini. Tujuan dari musyawarah ini adalah selain untuk menguatkan tali silaturahmi dari setiap anggota juga untuk mencari penyelesaian atas permasalahan tersebut agar tidak berlarutlarut dan merugikan pengrajin batik tulis itu sendiri. Dalam
kepengurusan
koperasi
batik
tulis,
para
pengrajin
mempercayakannya kepada beberapa pengrajin yang dianggap sudah mampu dalam bidangnya, baik itu sebagai ketua, sekertaris, bendahara, ataupun pengawas. Tetapi bukan hanya sesama pengrajin saja yang terlibat dalam kepengurusan koperasi, para pengrajin juga melibatkan para anak muda yang dinilai mampu untuk meneruskan koperasi tersebut dan ditempatkan sesuai dengan kemampuan mereka pada saat ini. Beberapa pengurus memang berasal dari kalangan anak muda, tetapi para anggota koperasi batik tulis juga tidak lantas membeda-bedakan mereka dengan pengurus koperasi lainnya yang berasal dari kalangan pengrajin itu sendiri. Gambar 6.1.: Susunan Kepengurusan Koperasi Batik Tulis Sidoarjo Ketua: Ir. Nurul Huda
Sekertaris: Zainal Affandi a.
Bendahara: Zainal Arifin
Pengawas: H. Ischak Adnan
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
151
Beberapa anak muda yang menjadi pengurus koperasi juga tidak lantas berbagga diri, karena mereka juga harus pintar mengatur para pengrajin dan juga berusaha keras untuk memberdayakan pengrajin batik tulis yang mana hal tersebut mereka lakukan demi kelanjutan pengrajin batik tulis dikemudian hari. Seperti yang dikatakan Zainal Arifin (34 thn), selaku bendahara koperasi batik tulis Sidoarjo mengatakan: “Menjadi pengurus koperasi batik tulis memang sebuah kebanggaan tapi juga beban yang berat bagi kami terutama saya yang masih terbilang muda dalam urusan ini. Disini saya harus mampu mengatur keuangan yang menjadi masa depan pengrajin batik tulis di Sidoarjo, dan saya juga harus mampu mempertahankan keberadaan batik tulis di desa saya ini agar batik tulis tetap ada sampai saya tua kelak yang mana hal tersebut akan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri buat saya”.14 Untuk masalah pendanaan memang dianggap hal yang paling riskan dan sulit dibicarakan, karena dana yang digunakan oleh koperasi batik tulis Sidoarjo adalah uang sisa dari dana paguyuban. Paguyuban batik tulis menerima dana bantuan dari pemerintah sebanyak Rp.100.000.000, dan dana tersebut harus dibagikan kepada semua pengrajin batik tulis yang ada di Sidoarjo. Setelah semuanya dibagikan tersisa uang Rp. 20.000.000 yang akhirnya menimbulkan kericuhan tentang dana dari para pengrajin batik tulis. Dengan berbagai usaha agar pertengkaran antara anggota paguyuban dan pengrajin lainnya tidak berkepanjangan, akhirnya beberapa anak pemuda dan pengrajin batik tulis di Desa Jetis memutuskan untuk membentuk 14
Hasil wawancara dengan Zainal Arifin (34 thn), proses wawancara dilakukan diruang tamu rumahnya, pada tanggal 29 April 2016 pada pukul 08.00-10.00 WIB.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
152
koperasi bermodalkan dana Rp. 20.000.000 tersebut. Bermusyawarah dengan semua pengrajin batik tulis pun sudah dilakukan agar tidak menimbulkan kecurigaan dikemudian hari, dari beberapa proses yang lumayan panjang akhirnya keputusan sudah didapatkan dan persetujuan untuk mengunakan sisa dana paguyuban untuk membentuk koperasi pun dilakukan. Metode bagi hasil pun digunakan oleh pengurus koperasi agar antara dua belah pihak tidak ada yang merasa dirugikan. Metode tersebut digunakan dengan berbagai pertimbangan, diantaranya yakni pengurus koperasi harus mempertimbangkan biaya sewa tempat yang digunakan sebagai kantor koperasi dan juga dana operasional seperti transportasi dan lain-lain. Karena ketika koperasi memilih untuk mengikutsertakan batik anggotanya dalam sebuah seminar maka koperasi juga membutuhkan dana operasional, begitu juga ketika mengirim barang tersebut keluar kota untuk dipasarkan kepada pelanggan. Hal tersebut sudah menjadi yang terbaik untuk kedua belah pihak baik itu pengrajin batik tulis dan juga koperasi, karena dengan demikian keduanya dapat berjalan dengan seimbang. Pengrajin merasa diuntungkan karena barang mereka tetap terjual atau dipasarkan dengan baik tentunya dengan untung yang sudah diperkirakan, dan koperasi pun demikian tidak merasa dirugikan oleh biaya bahkan koperasi tetap berjalan dengan baik. Koperasi dapat menghasilkan uang yang tidak sedikit setiap bulannya, uang yang dihasilkan dari memasarkan kain batik tulis keberbagai kota bahkan keberbagai negara bisa mencapai ratusan juta. Tetapi semua itu
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
153
kembali lagi ke kesepakatan awal dibentuknya koperasi yakni bagi hasil sesuai pertimbangan yang harus melihat dana-dana yang keluar untuk kebutuhan memasrakan kain batik tulis, bukan hanya itu saja tapi 10% dari hasil tersebut harus disisihkan untuk kelanjutan koperasi. Karena jika tidak demikian koperasi tidak bisa berlanjut dikarenakan tidak adanya dana pemasukan. Diatas sudah dijelaskan tentang modal utama yang harus dimiliki oleh koperasi yakni modal keuangan, tetapi selain bicara modal keuangan kita juga harus bicarakan tentang modal yang lainnya yakni modal sosial yang dimiliki oleh koperasi. Modal sosial yang harus dimiliki oleh koperasi adalah kepercayaan antara pengurus dan anggota koperasi tersebut, hal itu pula yang tengah diberikan koperasi batik tulis kepada setiap pengrajin. Karena dengan saling percaya maka interaksi merekapun dapat berjalan dengan baik. Setiap organisasi dibentuk pasti tidak luput dari sebuah permasalahan, tapi hal tersebut akan kembali baik jika setiap anggota dan pengurusnya saling percaya satu dengan yang lainnya. Mereka juga saling bekerja sama untuk memajukan batik tulis yang ada di Desa Jetis, dan tentunya tetap berusa untuk menghidupkan koperasi batik tulis agar tetap terus bisa membantu para pengrajin batik tulis yang ada di Desa Jetis kelak. Dengan adanya kerja sama yang baik antara keduanya maka tidak akan ada yang dinamakan atasan dan bawahan karena mereka saling menguatkan dan melengkapi kekurangan masing-masing.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
154
1.2.4.2. Peran Pendukung DISKOPERINDAG Sidoarjo Dalam Membantu Permodalan Pelaku UMKM/Pengrajin Tingginya persaingan ditengah arus globalisasi membuat UMKM harus mampu menghadapi tantangan global, sehingga pemberdayaan UMKM menjadi semakin penting. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu alternatif yang dipilih Pemerintah dalam upaya mengurangi pengangguran, pengentasan kemiskinan, dan pemerataan pendapatan. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 pasal 1 ayat 8 tentang
Usaha
Kecil,
Mikro,
dan
Menengah
menyatakan
bahwa
pemberdayaan adalah usaha yang dilakukan oleh Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam bentuk penumbuhan iklim usaha pembinaan dan pengembangan sehingga usaha kecil mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Salah satu bentuk peran yang secara intensif diberikan oleh Diskoperindag Sidoarjo kepada pelaku UMKM/pengrajin adalah dengan memberikan fasilitasi akses permodalan guna memberikan kemudahan untuk para pengrajin. Bentuk akses permodalan yang diberikan oleh pihak Diskoperindag dan ESDM Sidoarjo ini adalah pinjaman yang diberikan berupa pinjaman selama setahun sekali dengan bekerja sama dengan Bank Jatim, dan memberikan bunga 6% dengan jaminan atau tanpa jaminan. Namun kemudahan akses modal ini tidak dirasakan oleh semua pengrajin,
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
155
dikarenakan ketersediaan jaminan fisik seringkali jadi masalah dalam akses permodalan usaha kecil batik.15 6.2.5. Bentuk Pemberdayaan di Bidang Jaringan Hampir seluruh kegiatan pemberdayaan yang di lakukan oleh Pengurus Paguyuban selalu melibatkan pihak luar (instansi-instansi). Semua itu bertujuan untuk menambah jaringan para pelaku UMKM/pegrajin agar siap menghadapi era globalisasi dengan di mulai nya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Bidang jaringan sangat erat kaitannya dengan pemasaran, sehingga setelah mengidentifikasi permasalahan tersebut, Pengurus Paguyuban mempunyai inisiatif dengan menggandeng beberapa pengusaha baik dari dalam atau luar negeri untuk membantu pemasaran hasil batik tulis Desa Jetis. Beberapa kali pengrajin mengikuti pameran tahunan produk garmen atau tekstil di Thamrin City Jakarta, yang notabene acara tersebut di prakarsai oleh mayoritas pengusaha dari Tiongkok. Pameran ini telah diikuti oleh pengrajin dari Desa Jetis sejak tahun 2008 dan tetap bertahan hingga kini. Bagi Pengurus Paguyuban, membangun jaringan dengan pengusaha lokal juga tidak kalah pentingnya dengan membangun jaringan dengan pengusaha asing, sehingga atas inisiatif beberapa pengusaha lokal yang intensif berbisnis di bidang garmen atau tekstil maka pada tahun 2008 hingga sekarang terdapat pameran yang berisi tentang produk kerajinan kain se-
15
TESIS
Arum Mayangsari, 2015, Dampak Pemberdayaan Pengrajin Batik Oleh DISKOPERINDAG Dan ESDM Terhadap Peningkatan Kesejahteraan UMKM Batik Jetis Sidoarjo, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303-341X, Vol. 3, No. 3, September-Desember 2015, hlm. 296.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
156
Nusantara. Pameran ini diberi nama Smesco (Small Medium Enterprise Cooperative) Fair yang diadakan setiap tahun di Jakarta. Smesco Fair sendiri memiliki fungsi dan tujuan untuk membantu pelaku UMKM yang bergerak di bidang garmen atau tekstil, seperti; 1. sebagai pelaksana layanan informasi pasar, 2. Penyedia sarana pemasaran, 3. penyedia konsultasi pemasaran, 4. sebagai inkubasi pemasaran, 5. peningkatan keterampilan manajemen dan teknik pemasaran, dan terakhir 6. sebagai pelaksana layanan promosi produk, jaringan pemasaran dan distribusi produk. Pihak Pemerintah pun juga memiliki andil dalam membangun jaringan bagi pelaku UMKM/pengrajin. Melalui Diskoperindag Sidoarjo mereka secara intens dan kontinyu melakukan pembinaan bagi para pengrajin melalui akses promosi ke luar negeri, salah satunya Ibu Astri Kunto selaku pemilik Batik Kunto yang sempat mendapatkan promosi ke Tianjin, Tiongkok. Dimana dengan akses promosi yang dibuka selebar-lebarnya oleh pihak Pemerintah semakin menambah pendapatan dan omset perbulan. Akan tetapi akses promosi tersebut tidak semua pengrajin merasakannya, namun secara keseluruhan pembinaan yang diberikan oleh Pemerintah dapat meningkatkan kesejahteraan pengrajin, dan hasil yang didapatkan adalah para pengrajin mengalami peningkatan kesejahteraan melalui peningkatan omset. 1.3. Perubahan Yang Terjadi Setelah Proses Pemberdayaan Pelaku UMKM Kampung Batik Tulis Jetis 6.3.1. Dampak Pemberdayaan di Bidang Kelembagaan dan Jaringan
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
157
Sesudah ada kampung batik tulis banyak hal yang berubah dari Desa Jetis, selain semakin bertambahnya jumlah pengrajin batik tulis makin mudah pula alur pemasaran yang dilakukan para pengrajin. Hal tersebut dikarenakan Desa Jetis sendiri sudah manjadi sentra batik di Sidoarjo, makin banyak orang yang tahu dan mulai mengenal batik tulis Sidoarjo bahkan banyak pengunjung yang berdatangan ke Kampung Batik Tulis Jetis Sidoarjo. Cara yang paling sering dilakukan oleh para pengusaha batik tulis untuk melayani para pembeli adalah dengan menunjukkan langsung bagaimana cara kerja dari pengrajin batik tulis dalam membuat kain batik tulis. Karena dengan cara tersebut dapat pula mendongkrak nilai jual batik tulis, bahkan nilai jualnya kini mencapai dua kali lipat dari sebelum adanya kampoeng batik tulis yakni berkisar Rp. 200.000-Rp. 300.000 itupun tergantung bahan dan jenis kain batik tulis tersebut. Menurut Eni (49 thn) mengatakan: “Sesudah ada kampung batik tulis membuat kami para pengrajin batik tulis lebih mudah untuk memasarkan hasil batik tulis kami, dan kini masyarakat pun mulai mengenal batik tulis Sidoarjo. Banyak pula pengunjung yang berdatangan untuk melihat langsung proses pembuatan kain batik tulis, yangmana hal tersebut juga berpengaruh dalam pemasaran batik tulis. Satu hal yang paling menguntungkan lainnya adalah makin bertambahnya minat masyarakat untuk menjadi pengrajin batik tulis, dan hal ini terbukti semakin bertambahnya para pengrajin batik tulis Jetis Sidoarjo”.16 Menurut Zainal Afandi (54 thn), sekretaris Koperasi Batik Tulis Sidoarjo mengatakan:
16
Hasil wawancara dengan Eni (49 thn), pengusaha sekaligus pengrajin batik tulis, pada tanggal 29 April 2016 pada pukul 19.30 WIB di ruang tamu rumahnya
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
158
“Adanya kampung batik tulis Sidoarjo sangat membantu dan juga mampu mengangkat nilai ekonomi masyarakat terutama para pengrajin batik tulis, dan hal tersebut dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi selama ini mulai dari sebelum berdirinya kampoeng batik tulis sampai sesudah berdirinya kampoeng batik tulis, maka kita akan dapat melihat manfaat dan keuntungan yang masyarakata terima”.17
Kampung batik tulis selain membantu perekonomian pengrajin batik tulis juga mampu meningkatkan nilai perekonomian masyarakat lainnya. Karena dengan adanya kampung batik tulis sering kali menarik perhatian dari para pengunjung untuk melihat langsung proses pembuatan batik tulis, dan hal tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat lainnya untuk berjualan makanan dan minuman disana, sehingga mampu menambah penghasilan mereka. 6.3.2. Dampak Pemberdayaan di Bidang Pendanaan Setelah ada pemberdayaan yang dilakukan Pengurus Paguyuban, apalagi dengan dibentuknya koperasi, pengrajin batik tulis merasakan keuntungan hasil minimal 5%-10%. Pengrajin batik tulis tidak perlu khawatir lagi dengan pemasaran karena selain mereka memasarkan sendiri hasil kerajinan batik tulis mereka, para pengrajin juga dibantu koperasi untuk memasarkan terutama untuk keluar kota. Koperasi juga membantu mencarikan client bagi pengrajin yang menampung hasil kerajinan mereka. Semua hal tersebut tidak lepas dari pemberdayaan yang dilakukan oleh Pengurus Paguyuban dalam meyakinkan mereka untuk tidak takut bergabung dengan koperasi, dan berani berinovasi dalam memunculkan kreasi-kreasi baru pada kerajinan mereka agar bernilai jual tinggi. Dari 17
Hasil wawancara dengan Zainal Afandi (54 thn), sekretaris Koperasi Batik Tulis Sidoarjo, pada tanggal 26 April 2016, diruang tamu rumahnya pada pukul 18.20-20.30 WIB
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
159
pemberdayaan tersebut kini pengrajin batik mulai merasakan kesejahteraan karena selain mendapatkan nilai-nilai ekonomi bagi keluarga mereka, kini jumlah pengrajin pun mulai bertambah meskipun tidak banyak tapi jumlah tersebut sudah mampu mempertahankan kebudayaan atau warisan nenek moyang mereka. 6.3.3. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Pelaku UMKM Batik Tulis Setelah mengikuti program-program pemberdayaan dari Pengurus Paguyuban, yang dapat dirasakan oleh pelaku UMKM/ pengrajin dan masyarakat sekitar Desa Jetis adalah: 1. Pengurus Paguyuban yang dibantu oleh kaum pemuda dapat menjalankan penyuluhannya terhadap warga masyarakat pengrajin batik tulis yang tidak ikut bergabung dalam koperasi batik tulis dan juga warga sekitar untuk turut melestarikan budaya batik tulis di Desa Jetis dengan harapan keberadaanya dapat menambah nilai ekonomi bagi masyarakat. 2. Pelaku UMKM/Pengrajin yang tidak ikut bergabung dalam koperasi juga dapat merasakan pendapatannya bertambah, dan juga bisa meminjam uang di koperasi batik tulis untuk modal usaha mereka. 3. Hasil kerajinan batik tulis mereka lebih mudah dipasarkan baik itu dengan bantuan koperasi ataupun penjualan secara pribadi, dengan harga yang sama tanpa mengalami penurunan.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
160
4. Kini pengrajin batik tulis tidak hanya mencari pelanggan tapi mereka juga dicari oleh pengrajin lain, baik untuk membeli hasil kerajinan mereka atau untuk melatih membatik diberbagai tempat. 5. Pelaku UMKM/Pengrajin batik tulis di Desa Jetis saat ini sudah merasakan kesejahteraan dari perjuangan meraka selama bekerja sebagai pengrajin batik tulis. 6.3.4. Jasa-Jasa Dari Para Stakeholder Atas Berdirinya Kampung Batik Tulis Jetis Berdirinya Kampung Batik Tulis Jetis memang tidak lepas dari peran orang-orang yang hebat, tapi disini semua orang bisa dikatakan orang yang hebat baik itu pelaku UMKM/pengrajin, masyarakat, ataupun pemerintah. Dikatakan demikian karena mereka semua memiliki peran mereka masing-masing dan sesuai dengan kemampuan mereka. Peran pelaku UMKM/pengrajin disini adalah ketika mereka selalu berusaha untuk mempertahankan batik tulis yang sudah dikerjakan oleh nenek moyang mereka hingga turun temurun, dengan terus meproduksi batik tulis meskipun dengan jumlah kecil sekalipun sudah merupakan peran yang besar, karena hal tersebut merupakan tindakan yang melestarikan budaya. Meskipun sedikit demi sedikit pengrajin mulai menutup usaha mereka dan berhenti untuk membatik, tapi sebagian lagi mempertahankan budaya tersebut meskipun hasil yang diperoleh tidak besar. Dari tindakan pelaku UMKM/pengrajin yang tidak lantas menyerah tersebut sudah merupakan peran yang sangat besar hingga terbentuknya
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
161
kampung batik tulis, karena tanpa adanya tindakan pengrajin tersebut maka tidak akan ada kampung batik tulis. Meskipun tidak sebesar peran pengrajin masyarakat Desa Jetis yang bukan pengrajin pun memiliki peran terhadap terbentuknya kampoeng batik tulis, meskipun hanya bersifat dukungan terhadap para pengrajin. Dari tangan Pemerintahlah keinginan pelaku UMKM/pengrajin batik tulis dapat terlaksanakan dengan baik, karena akhirnya Pemerintah meresmikan Desa Jetis sebagai Kampung Batik Tulis Jetis Sidoarjo meskipun waktu yang dibutuhkan tidak sebentar, dan melalui proses yang cukup lama. Jadi jika dikatakan siapa yang paling berperan maka semua orang mengambil perannya masing-masing dengan baik dan sesuai kemampuan. Pernyataan tersebut sesuai dengan penuturan Zainal affandi, yang mengatakan: “Jika dikatakan siapa yang paling berperan dan berjasa atas berdirinya kampung batik tulis tersebut, maka kita tidak akan bisa menilainya siapa yang paling besar dan kecil. Karena setiap orang menempati peran mereka sesuai porsi dan kemampuan mereka, meskipun peran tersebut berupa dukungan. Pengrajin, masyarakat, dan pemerintah sangat berperan dan semuanya berperan dengan baik tanpa ada katakata siapa yang lebih besar dan siapa yang lebih kecil. Pada intinya kita semua dapat menikmati peran-peran tersebut dengan baik, dan juga memanfaatkan hasil dari peran-peran tersebut pula”.18
6.3.5. Harapan
Pelaku
UMKM/Pengrajin
Batik
Tulis
Setelah
Pemberdayaan Yang Dilakukan Oleh Pengurus Paguyuban 1. Kampung Batik Tulis Jetis Sidoarjo tetap ada sampai kapanpun karena keberadaannya di Desa Jetis ini sangat membantu perekonomian masyarakat
18
Hasil wawancara dengan Zainal Afandi (54 thn), sekretaris Koperasi Batik Tulis Sidoarjo, pada tanggal 29 April 2016, diruang tamu rumahnya pukul 18.20-20.30 WIB
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
162
terutama pengrajin batik tulis, dan kampung ini mampu bertahan hingga kelak anak cucu para pengrajin batik tulis. 2. Masyarakat terutama para pengrajin batik tulis mampu terus memproduksi batik tulis, dan pengrajin juga mampu mempertahankan batik tulis tersebut di Desa Jetis ini tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas dari batik tulis tersebut. 3. Pemerintah tidak bosan untuk membantu para pengrajin batik tulis dalam mempertahankan keberadaan batik tulis di Desa Jetis Sidoarjo ini, karena selain menjadi sumber ekonomi masyarakat batik tulis juga merupakan kebudayaan Bangsa Indonesia yang patut dipertahankan keberadaannya. 2. Pengrajin batik tulis Desa Jetis haruslah mampu mengenalkan dan mempromosikan hasil kerajinan mereka kepada masyarakat luas, karena seorang pengrajin bukan hanya pintar dalam membatik tapi mereka juga harus pintar dalam berbicara dan berwawasan luas apalagi hal-hal yang berhubungan dengan batik tulis Desa Jetis seperti halnya sejarah, dan lainlain. 3. Pengrajin batik tulis di Desa Jetis ini mampu meningkatkan produksi mereka dengan hasil yang baik bahkan lebih baik dari sekarang, dan pengrajin batik tulis juga harus mampu mempertahankan motif-motif yang sudah menjadi ciri khas kota Sidoarjo. Bahkan para pengrajin tidak berhenti berkreasi dalam batik tulis mereka sehingga mereka menciptakan motif-motif baru lainnya. 4.
Tingkat keinginan anak-anak remaja Desa Jetis tentang membatik harus ditambah, dan mereka harus mau belajar untuk membatik karena hal tersebut
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
163
juga demi kelanjutan kampung batik tulis tersebut pada tahun-tahun berikutnya. Karena jika minat mereka semakin berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali maka tidak menutup kemungkinan kampung batik tulis atau bahkan pengrajin batik tulis di desa ini akan semakin habis dan akan hanya tinggal sejarah saja. 5. Koperasi yang ada saat ini terus mampu membantu para pengrajin dalam mensejahterakan hidup mereka meskipun itu secara tidak langsung. 6. Pengurus Paguyuban beserta Pemerintah hendaknya segera membuat standar kain batik untuk skala ASEAN, karena pelaku UMKM/pengrajin menjadi pesimis menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) jika tidak ada standar resmi yang diakui Negara-negara ASEAN. 7. Pemerintah melalui Diskoperindag Sidoarjo mampu menghapus peraturan untuk memberikan jaminan fisik bagi pelaku UMKM/Pengrajin yang ingin mengajukan pinjaman modal kepada Diskoperindag dan Bank Jatim dengan bunga 6%.
6.4. Analisis Hasil Penelitian 6.4.1. Pengorganisasian Pelaku UMKM Batik Tulis Dari deskripsi penyajian data mengenai peran Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis dalam pemberdayaan pelaku UMKM batik tulis di Desa Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Peneliti memberikan analisis berdasarkan teori pemberdayaan model pembangunan yang berpusat pada rakyat dan pengorganisasian masyarakat.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
164
Model pendekatan pembangunan yang berpusat pada rakyat lebih menekankan pada pemberdayaan, yakni menekankan pengalaman masyarakat dalam sejarah penjajahan dan posisinya dalam tata ekonomi internasional.19 Menurut Korten dan Carner dalam bukunya Harry Hikmat menyatakan bahwa konsep pembangunan yang berpusat pada rakyat memandang inisiatif kreatif dari rakyat sebagai sumber daya pembangunan yang paling utama dan memandang kesejahteraan material dan spiritual mereka sebagai tujuan yang ingin dicapai oleh proses pembangunan. Tiga tema penting yang dianggap sangat meentukan bagi konsep perencanaan pembangunan yang berpusat pada rakyat, yaitu: 1. Penekanan pada dukungan dan pembangunan usaha-usaha swadaya kaum miskin guna menangani kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri. 2. Kesadaran bahwa sektor modern merupakan sumber utama bagi pertumbuhan ekonomi yang konvensional, tetapi sektor tradisional menjadi sumber utama bagi kehidupan sebagian besar rumah tangga miskin. 3. Kebutuhan adanya kemampuan kelembagaan yang baru dalam usaha membangun kemampuan para penerima bantuan yang miskin demi pengelolaan yang produktif dan swadaya berdasarkan sumber-sumber daya lokal.20 Seperti halnya pemberdayaan yang ada di Desa Jetis ini, yaitu atas inisiatif dari masyarakat yakni Pengurus Paguyuban dengan bantuan beberapa pengrajin batik tulis itu sendiri untuk mendirikan kelompok 19 20
TESIS
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Bandung: Humaniora Press, 2006), hal. 91 Ibid, hal. 92
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
165
swadaya masyarakat yang dalam hal ini berbentuk koperasi batik tulis. Karena Pengurus Paguyuban dan pengrajin batik tulis di Desa Jetis sudah mengetahui posisi ekonomi mereka dalam kondisi ekonomi yang terbilang menengah kebawah, yang mana penghasilan mereka hanya terbatas bahkan untuk kebutuhan sehari-hari sekalipun, dan salah satu penghasilan untuk menambah pendapatan adalah bekerja sebagai pengrajin batik tulis yang sudah ada dari dulu. Akan tetapi keberadaannya sebagai penghasil batik tulis masih belum diketahui masyarakat luas dan baru diketahui keberadaanya pada tahun 2008 yakni setelah diresmikannya Desa Jetis sebagai Kampung Batik Tulis Sidoarjo. Dalam permasalahan perekonomian salah satu alternatifnya adalah berangkat dari diri individu manusia itu sendiri dengan melihat kemampuan yang dimiliki masyarakat dapat mengembangkan potensinya dan akan berusaha dengan sendirinya apabila ada kemauan yang keras, tetapi semua itu tidaklah mudah dan bahkan tidak akan terwujud apabila tidak ada hasrat dan inisiatif masyarakat untuk menggerakkan secara bekerja bersama-sama untuk membangun perekonomian desa. Dari sinilah dibutuhkan adanya suatu bentuk kelompok organisasi yang dapat membantu dan mendampingi masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Kelompok organisasi yang ada di Desa Jetis ini berupa koperasi batik tulis Sidoarjo yang perannya sangat penting untuk membantu dan mendukung keinginan masyarakat pengrajin batik tulis untuk meningkatkan nilai perekonomian mereka. Tetapi pengrajin
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
166
batik tulis pun tidak lantas boleh melupakan perjuangan beberapa anak muda dalam memberdayakan pengrajin batik tulis dan melestarikan kebudayaan membatik di desa mereka yakni Desa Jetis. Peran Pengurus Paguyuban Batik Tulis di Desa Jetis dalam pengorganisasian pengrajin batik tulis sebenarnya lebih kelihatan bentuknya yakni berupa koperasi batik tulis. Pengurus Paguyuban beserta pemuda desa membentuk koperasi dengan tujuan agar para pengrajin tidak lagi mengalami kesulitan baik dalam hal pemasaran ataupun alasan kekurangan modal sekalipun, dengan adanya koperasi mereka berharap dapat mensejahterakan pengrajin batik tulis. Dengan dibentuknya kepengurusan yang jelas bahkan selain pemuda yang terlibat disana, mereka juga melibatkan beberapa pengrajin batik tulis itu sendiri. Sesuai tata aturan yang ada pada koperasi para pengurus melanjutkan koperasi dari 10% hasil penjualan batik tulis, dengan alasan dari 10% tersebutlah kelanjutan koperasi, dan para pengrajin juga dapat meminjam modal untuk usaha mereka agar tidak gulung tikar. Peran Pengurus Paguyuban dalam pengorganisasian pengrajin batik tulis menggunakan model pendampingan secara langsung yang mana fasilitator
tinggal
dilokasi
kelompok
atau
masyarakat
yang
akan
dikembangkan. Hal tersebut bisa terjadi karena memang Pengurus Paguyuban yang melakukan pengorganisasian berasal dari desa Jetis sendiri, jadi lebih mempermudah dan membuat mereka lebih total dalam melakukan pengorganisasian.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
167
Pengurus paguyuban di harapkan oleh masyarakat untuk mampu menggerakkan pengrajin batik tulis agar bisa terus melestarikan batik tulis yang ada di desa mereka, karena batik tulis juga merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat. Selain itu Pengurus Paguyuban juga mampu membantu untuk membentuk koperasi dari modal sisa uang bantuan yang diberikan kepada pengrajin melalui paguyuban, yang mana koperasi tersebut mampu membantu masyarakat pengrajin batik tulis dalam meningkatkan pendapatan dan dapat meningkatkan sikap kemandirian dari masyarakat pengrajin batik tulis. Dengan satu ketua, koperasi ini masih berjalan sampai saat ini, meskipun di dalam perjalanannya juga menemui kendala-kendala. Peran yang sudah ditunjukkan oleh Pengurus Paguyuban melalui pembentukan koperasi batik tulis adalah untuk dapat mendukung apapun yang diharapkan anggotanya, serta rasa solidaritas didalam anggotaanggotanya. Selain itu, peran yang sudah dilakukan oleh Pengurus Paguyuban adalah dapat mengembangkan inovasi masyarakat dalam menanggulangi
masalah-masalah
penghasilan
penduduk
Desa
Jetis
khususnya pengrajin batik tulis. Bahkan saat ini dengan bantuan dari pak Huda mereka dapat membentuk tempat pelatihan bagi anak-anak remaja usia sekolah mulai dari TK sampai SMA bahkan tingkat mahasiswa juga ada jika memang berkenan. Dengan demikian selain mereka juga dapat belajar lebih baik dalam membatik, mereka juga belajar mengajar dan berinteraksi dengan masyarakat luas.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
168
Meskipun keberadaan koperasi ini atas dasar dana bantuan dari pemerintah kota, tetapi para pengurus dan anggota berusaha untuk terus membuktikan kepada pemerintah bahwa mereka mampu meningkatkan penghasilan para pengrajin batik tulis di Desa Jetis ini. Koperasi batik tulis juga inigin membuktikan bahwa dana tersebut akan sangat bermanfaat karena memberikan nilai kesejahteraan terhadap anggotanya, begitu juga terhadap pengrajin batik tulis yang bukan anggota koperasi sekalipun. Dalam mengorganisir masyarakat memang tidaklah mudah karena seorang pengorganisir masyarakat harus benar-benar tahu karakteristik masyarakat yang akan diorganisir, bahkan pengorganisir masyarakat harus tahu tentang masalah yang ada di lingkungan masyarakat tersebut. Hal tersebut sesuai pengertian pengorganisasian masyarakat yang dijelaskan oleh Jo Hann Tan dan Roem Topatimasang, bahwa pengorganisasian masyarakat diartikan sebagai suatu kerangka proses menyeluruh untuk memecahkan permasalahan tertentu ditengah rakyat, sehingga bisa juga diartikan sebagai suatu cara pendekatan bersengaja dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka memecahkan berbagai masalah masyarakat tersebut.21 Bahkan pengorganisir masyarakat dapat dikatakan berhasil jika sang pahlawan adalah masyarakat itu sendiri dan bukannya sang pengorganisir lain yang berasal dari masyarakat tersebut. Begitu juga usaha yang sudah dilakukan oleh Pengurus Paguyuban yang ada di Desa Jetis dalam mengorganisir pengrajin batik tulis. Proses 21
Jo Hann Tan, dan Roem Topatimasang, Mengorganisir Rakyat: Refleksi Pengalaman Pengorganisasian Rakyat di Asia Tenggara (Jogjakarta: SEAPCP-REaD, 2003), hal 5
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
169
pengorganisasian yang dilakukan Pengurus Paguyuban di Desa Jetis terhadap pengrajin batik tulis memang tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan, karena keyakinan kaum pemuda haruslah kuat bahkan tidak cukup itu saja mereka juga harus banyak belajar tentang keinginan pengrajin batik tulis. Hal tersebut dilakukan agar pengrajin batik tulis paham dan mengerti akan maksud dan tujuan dari Pengurus Paguyuban tersebut. Berbagai kesulitan pun dialami oleh Pengurus Paguyuban, mulai dianggap remeh dan diabaikan oleh pengrajin sudah dialami oleh Pengurus Paguyuban. Bahkan mereka sempat merasa dihina karena dianggap tidak akan pernah mampu memperbaiki nilai ekonomi pengrajin batik tulis. Tetapi tidak lantas diam disana saja, Pengurus Paguyuban tetap terus berusaha untuk meyakinkan pada pengrajin masih adapula Pengurus Paguyuban yang peduli dengan kebudayaan terutama yang berhubungan dengan desa mereka sendiri. Banyak langkah yang dilakukan Pengurus Paguyuban tersebut mulai dari merangkul beberapa pengrajin, terutama Pak Huda yang dianggap mampu untuk membantu mereka dalam meyakinkan pengrajin batik tulis bahwa batik tulis juga mampu menghasilkan jika dilakukan dengan benar. Pengurus Paguyuban juga berusaha untuk terus menumbuhkan jiwa dan semangat pengrajin batik tulis untuk terus mempertahankan apa yang sudah mereka lakukan selama ini. Dengan bantuan dari beberapa pengrajin akhirnya Pengurus Paguyuban mampu mengumpulkan masyarakat pengrajin batik tulis untuk bermusyawarah bersama, dengan tujuan untuk mengetahui keinginan dari mereka apalagi yang mengenai kelanjutan batik tulis di desa mereka.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
170
6.4.2. Pemberdayaan Pelaku UMKM Batik Tulis Analisis model pemberdayaan pelaku UMKM sangat diperlukan sebagai modul dari proses pemberdayaan itu sendiri. Dalam buku Edi Suharto, proses pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting) yakni: 1. Aras Mikro, pemberdayaan pada aras ini dilakukan terhadap klien secara individu yang mana melalui bimbingan, konseling, stress management, dan crisis intervention. Dengan tujuan untuk membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. 2. Aras Mezzo, pemberdayaan pada aras ini dilakukan terhadap sekelompok klien yang mana menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan, pelatihan, pengetahuan dan keterampilan merupakan strategi dalam meningkatkan kesadaran dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. 3. Aras Makro, aras ini disebut juga sebagai strategi sistem besar karena perubahannya lebih terhadapa lingkungan yang lebih luas seperti perumusan kebijakan, kampanye, aksi sosial, dan pengorganisasian masyarakat. Aras ini juga memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan juga untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.22
22
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 66-67
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
171
Aras yang digunakan Pengurus Paguyuban dalam pemberdayaan pengrajin batik tulis menggunakan aras mezzo, karena sangat mudah untuk diterapkan terhadap pengrajin batik tulis bahkan pengrajin cenderung lebih senang terhadap strategi tersebut. Dengan adanya strategi tersebut pengrajin mendapatkan banyak pengalaman dan ilmu baru, yang bisa mereka terapkan terhadap usaha mereka agar tetap berjalan dengan baik. Dan pendidikan serta pelatihan yang diberikan dapat menjauhkan usaha mereka dari hal yang tidak mereka harapkan yakni gulung tikar, apalagi sejak didirikannya koperasi lebih mempermudah Pengurus Paguyuban dalam melakukan pemberdayaan guna mensejahterakan masyarakat pengrajin batik tulis Peran sentral Pengurus Paguyuban Batik Tulis di Desa Jetis dalam memberdayakan pengrajin batik tulis sebenarnya lebih kelihatan bentuknya yakni berupa koperasi batik tulis. Pengurus Paguyuban beserta pemuda desa membentuk koperasi dengan tujuan agar para pengrajin tidak lagi mengalami kesulitan baik dalam hal pemasaran ataupun alasan kekurangan modal sekalipun, dengan adanya koperasi mereka berharap dapat mensejahterakan pengrajin batik tulis. Namun diluar koperasi batik tulis, Pengurus Paguyuban juga mempunyai program pemberdayaan yang bersifat jangka panjang. Seperti program: 1. Pemberdayaan melalui ajang Pameran, 2. Pelatihan di bidang teknik membatik, 3. Pelatihan di bidang manajemen usaha, 4. Pelatihan informasi teknologi, dan 5. Program bagi mahasiswa sebagai mitra kerja UMKM.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
172
Program-program ini sudah lama di siapkan oleh Pengurus Paguyuban ketika akan menyambut kehadiran ACFTA (ASEAN-CHINESE FREE TRADE AGREEMENT) pada tahun 2010. Dan program ini terus di intensifkan untuk menyambut MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang sudah bergulir pada akhir 2015. 6.4.3. Pengembangan Kapasitas (Capacity Building) Pelaku UMKM Batik Tulis Pengembangan kapaitas yang sudah dilakukan oleh Pengurus Paguyuban kepada pelaku UMKM batik tulis di Desa Jetis memang masih dalam tahap tingkatan individual. Karena memang kendala utama dari proses pengembangan kapasitas bagi pelaku UMKM adalah tingkat partisipasi yang kurang, sehingga untuk melanjutkan ke tahap tingkatan sistem dan tingkatan institusional atau keseluruhan satuan Pengurus Paguyuban masih belum mampu melaksanakannya. Partisipasi merupakan salah satu persyaratan yang sangat penting karena menjadi dasar seluruh rangkaian kegiatan pengembangan kapasitas. Partisipasi dari semua level, tidak hanya level bawah (pelaku UMKM) tetapi juga level atas (Pengurus). Kesepakatan di antara mereka sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan program, maka sudah semestinya inisatif partisipasi ini dibangun sejak awal hingga akhir program pengembangan kapasitas dalam rangka menjamin kontinuitas program. Selain faktor partisipasi yang rendah dari pelaku UMKM, faktor inovasi juga menghambat proses pengembangan kapasitas yang berjalan
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
173
stagnan dalam tahap tingkatan individual. Kurang nya inovasi dari beberapa program-program pemberdayaan yang sudah di susun oleh Pengurus Paguyuban membuat tidak semua pelaku UMKM merasakan dampak dan manfaat dari program pemberdayaan tersebut. Sehingga hal ini membuat proses pengembangan kapasitas tidak bisa berjalan ke tahap selanjutnya dan terkesan berjalan di tempat.23 Program-program yang di rasa kurang inovasi adalah programprogram yang berkaitan dengan pelatihan informasi teknologi serta program kemitraan kerja UMKM, baik dari kalangan mahasiswa atau pengusaha. Di zaman serba digital technology seperti sekarang ini, pengusaha juga ingin mengembangkan bisnis nya dengan basis teknologi, seperti membuat website, membuat desain brand bisnis batiknya, sampai keinginan untuk membuat aplikasi online yang khusus memasarkan hasil kerajinan batik tulis Jetis dalam bentuk sistem aplikasi android. Tentu saja inovasi yang positif ini perlu dipertimbangkan oleh Pengurus Paguyuban untuk menumbuhkan tingkat partisipasi dari anggota nya, sehingga dalam pelaksanaan programprogram pemberdayaan selanjutnya tidak ada lagi alasan untuk tidak mendukung program yang sudah disusun oleh Pengurus. Dalam proses pengembangan kapasitas, inovasi juga merupakan persyaratan lain yang tidak kalah penting dan mendesak. Harus diakui bahwa inovasi adalah bagian dari program pengembangan kapasitas, khususnya
23
TESIS
Arum Mayangsari, Dampak Pemberdayaan Pengrajin Batik Oleh DISKOPERINDAG dan ESDM Terhadap Peningkatan Kesejahteraan UMKM Batik Jetis Sidoarjo, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Volume 3 Nomor 3 September-Desember 2015, hlm. 294.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
174
dalam rangka menyediakan berbagai alternatif dan metode pengembangan kapasitas yang bervariasi, dan menyenangkan. Hampir tidak mungkin terjadi pengembangan kapasitas tanpa diikuti oleh inovasi (karena capacity building merupakan bentuk dari sebuah inovasi). Pengembangan mengabaikan, menghambat ataupun tidak memberikan ruang terhadap inovasi. Inovasi penting karena pekerjaan bukanlah sesuatu yang statis sifatnya, tetapi justru dinamis sesuai dengan tuntutan publik yang kian tinggi. Dari hasil analisis penelitian mengenai pengembangan kapasitas, dapatlah dikemukakan bahwa pengembangan kapasitas yang efektif harus dilaksanakan secara efektif dan berkesinambungan pada 3 (tiga) tingkatantingkatan, yaitu:
Tingkatan sistem, seperti kerangka kerja yang berhubungan dengan pengaturan,
kebijakan-kebijakan
dan
kondisi
dasar
yang
mendukung pencapaian obyektivitas kebijakan tertentu;
Tingkatan
institusional
struktur organisasi-organisasi,
atau
proses
keseluruhan pengambilan
satuan,
contoh
keputusan
di
dalam organisasi-organisasi, prosedur dan mekanisme-mekanisme pekerjaan, pengaturan sarana dan prasarana, hubungan-hubungan dan jaringan-jaringan organisasi;
Tingkatan individu dan
TESIS
individual,
contohnya
persyaratan-persyaratan,
ketrampilan-ketrampilan pengetahuan,
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
tingkah
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
175
laku, pengelompokan pekerjaan dan motivasi-motivasi dari pekerjaan orangorang di dalam organisasi-organisasi.24
24
Riyadi Soeprapto, MS, The Capacity Building For Local Government Toward Good Governance, (World bank,2010). Atau bisa di akses http://pengembangan-kapasitas.blogspot.com/2012/08/konsepumum-pengembangan-kapasitas.html?m=1.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
176
BAB VII PENUTUP 1.1.
Kesimpulan
1. Sebelum terjadi proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Pengurus Paguyuban, pelaku UMKM/pengrajin sangat mengeluhkan mengenai masalah pemasaran dan pembiayaan. Pelaku UMKM/pengrajin kesulitan untuk memasarkan hasil kerajinan mereka karena kurangnya akses pendukung yang dapat membantu mereka, harga jual hasil kain batik tulis masyarakat sama sekali tidak sesuai dengan kerja keras masyarakat dalam pembuatan batik tulis yang memang tidak memakan waktu sebentar karena membutuhkan waktu 2-3 bulan untuk menghasilkan kain batik tulis. Selain itu batik tulis Desa Jetis memang belum banyak diketahui masyarakat umum, jadi butuh waktu yang cukup lama untuk memasarkan dan memperkenalkan kain batik tulis tersebut. Untuk membantu pembiayaan para pengrajin yang masih terbilang kecil, para pengrajin mempunyai inisiatif untuk menjual hasil kerajinan mereka kepada beberapa pengrajin yang sudah memiliki nilai jual kebeberapa kota. Hal tersebut mereka lakukan untuk menekan nilai kerugian dan juga untuk menambah nilai ekonomi keluarga, meskipun harga yang ditawarkan tidak terlalu tinggi yang mana biasanya untuk satu kain batik bisa dihargai Rp. 80.000-Rp. 150.000, dan itu pun tergantung bahan dan jenis batik tulis tersebut. 2. Dalam proses pemberdayaan, Pengurus Paguyuban melakukan focus group discussion
TESIS
(FGD)
dengan
para
pelaku
UMKM/pengrajin
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
untuk
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
177
menganalisa program yang bersifat jangka panjang. Selain untuk mempersiapkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), program tersebut juga untuk membangun kapasitas pengrajin agar semakin kompeten. Semua hasil focus group discussion (FGD) dari Pengurus Paguyuban dan pelaku UMKM/pengrajin telah dibuat dalam bentuk analisa Logical Framework Approach (LFA) yang di dalamnya menjelaskan mengenai; 1. Analisa Situasi, 2. Analisa Masalah, 3. Analisa Tujuan, 4. Analisa Alternatif Strategi/Program, 5. Analisa Kelayakan Strategis, 6. Analisa Stakeholder, 7. Analisa Partisipasi, 8. Aktifitas Perencanaan, 9. Dan Budgeting. 2. Beberapa program pemberdayaan yang sudah di buat oleh Pengurus Paguyuban memang sudah memberikan manfaat dan dampak yang baik bagi pelaku UMKM/pengrajin, seperti: (1). Pemberdayaan di bidang kelembagaan yang menghasilkan terbentuknya Kampung Batik Tulis Jetis, dan mengakomodir keinginan pelaku UMKM yang ingin mempunyai brand batik sendiri. (2). Pemberdayaan di bidang kegiatan yang menghasilkan penguatan kompetensi hard skill dan soft skill dari kegiatan pelatihan informasi teknologi yang diikuti oleh pelaku UMKM batik tulis. (3). Pemberdayaan di bidang pendanaan yang menghasilkan kredit bagi pelaku UMKM dari peran sentral Koperasi Batik Tulis Jetis serta peran pendukung dari DISKOPERINDAG Sidoarjo. (4). Pemberdayaan di bidang jaringan yang menghasilkan bertambahnya jaringan bagi pelaku UMKM yang ingin mengikuti pameran, baik skala nasional maupun
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
178
internasional. Seperti contoh pameran adiwasa (nasional), pameran produk garmen atau tekstil di Thamrin City Jakarta (internasional), dan SMESCO (small medium enterprise cooperative) fair di gedung KEMENKRAF Jakarta. Namun dampak baik tersebut belum merata dirasakan oleh seluruh pelaku UMKM/pengrajin di karenakan terdapat 2 (dua) kelompok masyarakat di Desa Jetis. Yaitu kelompok masyarakat moderen, dan kelompok masyarakat tradisional. Kelompok masyarakat tradisional adalah kelompok yang mempertahankan keaslian batik tulis Jetis yang notabene sangat kontra dengan 5 (lima) program utama pemberdayaan dari Pengurus Paguyuban. Kelompok ini beranggapan bahwa batik tulis Jetis yang menjadi warisan leluhur harus diperlakukan dan dilestarikan dengan baik sehingga tidak keluar dari aslinya. Sedangkan kelompok masyarakat moderen adalah kelompok masyarakat yang mempertahankan batik tulis Jetis sesuai dengan konteks zaman nya. Cara pandang mereka sangat dinamis karena mampu menyelerasikan antara warisan budaya dengan kemajuan digital technology. 1.2. Saran 1.2.1. Saran Secara Akademik Untuk Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti Kampung Batik Tulis Jetis diharapkan mampu mengakomodir keinginan dari kedua kelompok masyarakat Desa Jetis, yaitu kelompok masyarakat tradisional dan kelompok masyarakat moderen. Kelompok tradisional beranggapan bahwa batik tulis Jetis yang menjadi warisan leluhur harus diperlakukan dan dilestarikan
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
179
dengan baik sehingga tidak keluar dari aslinya. Sedangkan kelompok masyarakat moderen adalah kelompok masyarakat yang mempertahankan batik tulis Jetis sesuai dengan konteks zaman nya. Cara pandang mereka sangat dinamis karena mampu menyelerasikan antara warisan budaya dengan kemajuan digital technology. Kedua kelompok ini sama-sama ingin melestarikan Batik Tulis Jetis, namun yang membedakan keduanya adalah cara pandang mereka dalam melestarikan dan mengenalkan produk batik kepada masyarakat sehingga berdampak kepada kontribusi ekonomi.
1.2.2. Saran Untuk Kebijakan Selanjutnya 1. Diharapkan Pemerintah melalui Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (KEMENKRAF) segera membuat peraturan yang berkaitan dengan standar resmi kain batik tulis, yang nanti nya peraturan tersebut juga di gunakan sebagai standar resmi kain batik ASEAN. 2. Diharapkan
Pemerintah
melalui
Diskoperindag
Sidoarjo
mampu
menghapus peraturan untuk memberikan jaminan fisik bagi pelaku UMKM/Pengrajin yang ingin mengajukan pinjaman modal kepada Diskoperindag dan Bank Jatim dengan bunga 6%. 3. Diharapkan Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis mampu melakukan studi banding ke sentra batik yang ada di Indonesia. Diharapkan dari kegiatan studi banding tersebut Pengurus Paguyuban mampu mencontoh ide-ide kreatif dan kiat sukses dari pelaku UMKM/pengrajin sentra batik tersebut.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB VII PENUTUP 1.1.
Kesimpulan
1. Sebelum terjadi proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Pengurus Paguyuban, pelaku UMKM/pengrajin sangat mengeluhkan mengenai masalah pemasaran dan pembiayaan. Pelaku UMKM/pengrajin kesulitan untuk memasarkan hasil kerajinan mereka karena kurangnya akses pendukung yang dapat membantu mereka, harga jual hasil kain batik tulis masyarakat sama sekali tidak sesuai dengan kerja keras masyarakat dalam pembuatan batik tulis yang memang tidak memakan waktu sebentar karena membutuhkan waktu 2-3 bulan untuk menghasilkan kain batik tulis. Selain itu batik tulis Desa Jetis memang belum banyak diketahui masyarakat umum, jadi butuh waktu yang cukup lama untuk memasarkan dan memperkenalkan kain batik tulis tersebut. Untuk membantu pembiayaan para pengrajin yang masih terbilang kecil, para pengrajin mempunyai inisiatif untuk menjual hasil kerajinan mereka kepada beberapa pengrajin yang sudah memiliki nilai jual kebeberapa kota. Hal tersebut mereka lakukan untuk menekan nilai kerugian dan juga untuk menambah nilai ekonomi keluarga, meskipun harga yang ditawarkan tidak terlalu tinggi yang mana biasanya untuk satu kain batik bisa dihargai Rp. 80.000-Rp. 150.000, dan itu pun tergantung bahan dan jenis batik tulis tersebut. 2. Dalam proses pemberdayaan, Pengurus Paguyuban melakukan focus group discussion
(FGD)
dengan
para
pelaku
UMKM/pengrajin
untuk
180
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
181
menganalisa program yang bersifat jangka panjang. Selain untuk mempersiapkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), program tersebut juga untuk membangun kapasitas pengrajin agar semakin kompeten. Semua hasil focus group discussion (FGD) dari Pengurus Paguyuban dan pelaku UMKM/pengrajin telah dibuat dalam bentuk analisa Logical Framework Approach (LFA) yang di dalamnya menjelaskan mengenai; 1. Analisa Situasi, 2. Analisa Masalah, 3. Analisa Tujuan, 4. Analisa Alternatif Strategi/Program, 5. Analisa Kelayakan Strategis, 6. Analisa Stakeholder, 7. Analisa Partisipasi, 8. Aktifitas Perencanaan, 9. Dan Budgeting. 2. Beberapa program pemberdayaan yang sudah di buat oleh Pengurus Paguyuban memang sudah memberikan manfaat dan dampak yang baik bagi pelaku UMKM/pengrajin, seperti: (1). Pemberdayaan di bidang kelembagaan yang menghasilkan terbentuknya Kampung Batik Tulis Jetis, dan mengakomodir keinginan pelaku UMKM yang ingin mempunyai brand batik sendiri. (2). Pemberdayaan di bidang kegiatan yang menghasilkan penguatan kompetensi hard skill dan soft skill dari kegiatan pelatihan informasi teknologi yang diikuti oleh pelaku UMKM batik tulis. (3). Pemberdayaan di bidang pendanaan yang menghasilkan kredit bagi pelaku UMKM dari peran sentral Koperasi Batik Tulis Jetis serta peran pendukung dari DISKOPERINDAG Sidoarjo. (4). Pemberdayaan di bidang jaringan yang menghasilkan bertambahnya jaringan bagi pelaku UMKM yang ingin mengikuti pameran, baik skala nasional maupun
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
182
internasional. Seperti contoh pameran adiwasa (nasional), pameran produk garmen atau tekstil di Thamrin City Jakarta (internasional), dan SMESCO (small medium enterprise cooperative) fair di gedung KEMENKRAF Jakarta. Namun dampak baik tersebut belum merata dirasakan oleh seluruh pelaku UMKM/pengrajin di karenakan terdapat 2 (dua) kelompok masyarakat di Desa Jetis. Yaitu kelompok masyarakat moderen, dan kelompok masyarakat tradisional. Kelompok masyarakat tradisional adalah kelompok yang mempertahankan keaslian batik tulis Jetis yang notabene sangat kontra dengan 5 (lima) program utama pemberdayaan dari Pengurus Paguyuban. Kelompok ini beranggapan bahwa batik tulis Jetis yang menjadi warisan leluhur harus diperlakukan dan dilestarikan dengan baik sehingga tidak keluar dari aslinya. Sedangkan kelompok masyarakat moderen adalah kelompok masyarakat yang mempertahankan batik tulis Jetis sesuai dengan konteks zaman nya. Cara pandang mereka sangat dinamis karena mampu menyelerasikan antara warisan budaya dengan kemajuan digital technology. 1.2. Saran 1.2.1. Saran Secara Akademik Untuk Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti Kampung Batik Tulis Jetis diharapkan mampu mengakomodir keinginan dari kedua kelompok masyarakat Desa Jetis, yaitu kelompok masyarakat tradisional dan kelompok masyarakat moderen. Kelompok tradisional beranggapan bahwa batik tulis Jetis yang menjadi warisan leluhur harus diperlakukan dan dilestarikan
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
183
dengan baik sehingga tidak keluar dari aslinya. Sedangkan kelompok masyarakat moderen adalah kelompok masyarakat yang mempertahankan batik tulis Jetis sesuai dengan konteks zaman nya. Cara pandang mereka sangat dinamis karena mampu menyelerasikan antara warisan budaya dengan kemajuan digital technology. Kedua kelompok ini sama-sama ingin melestarikan Batik Tulis Jetis, namun yang membedakan keduanya adalah cara pandang mereka dalam melestarikan dan mengenalkan produk batik kepada masyarakat sehingga berdampak kepada kontribusi ekonomi.
1.2.2. Saran Untuk Kebijakan Selanjutnya 1. Diharapkan Pemerintah melalui Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (KEMENKRAF) segera membuat peraturan yang berkaitan dengan standar resmi kain batik tulis, yang nanti nya peraturan tersebut juga di gunakan sebagai standar resmi kain batik ASEAN. 2. Diharapkan
Pemerintah
melalui
Diskoperindag
Sidoarjo
mampu
menghapus peraturan untuk memberikan jaminan fisik bagi pelaku UMKM/Pengrajin yang ingin mengajukan pinjaman modal kepada Diskoperindag dan Bank Jatim dengan bunga 6%. 3. Diharapkan Pengurus Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis mampu melakukan studi banding ke sentra batik yang ada di Indonesia. Diharapkan dari kegiatan studi banding tersebut Pengurus Paguyuban mampu mencontoh ide-ide kreatif dan kiat sukses dari pelaku UMKM/pengrajin sentra batik tersebut.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA Abbas, Anwar, 2010, Bung Hatta dan Ekonomi Islam, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. Afandi, Agus, 2013, PANDUAN PENYELENGGARAAN KULIAH KERJA NYATA (KKN) TRANSFORMATIF: Dengan Menggunakan Metodologi Participatory Action Research (PAR), (Surabaya: LPM UINSA Surabaya). Anoraga, Pandji, 2007, PENGANTAR BISNIS: Pengelolaan Bisnis Dalam Era Globalisasi, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Budiman, Arif, 2000, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Coke, Bill, Uma Kothari, 2001, Participation; A New Tyranni?. Chambers, Robert, 1997, Rural Development; Putting The Last First (1983); Rural Appraisal: Rapid, Relaxed, and Participatory (1992) dan Whose Reality Counts?; Putting The First Last?. Clapham, Ronald, 1991, Pengusaha Kecil dan Menengah Di Asia Tenggara, Jakarta: LP3ES. Etzioni, A, 1964, Modern Organization, New York: Prentice-Hall Englewood Cliffs Fahrudin, Adi, Pengembangan Partisipasi, dan Penguatan Kapasitas Masyarakat, Bandung: Humaniora Handoko, Hani, 2013, MANAJEMEN, (Yogyakarta: BPFE-Anggota IKAPI) Harsono, Budi, 2014, Tiap Orang Bisa Menjadi PENGUSAHA SUKSES Melalui UMKM, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Huraerah, Abu, 2001, Pengorgnisasian dan Pengembangan Masyarakat: Model dan strategi Pembangunan berbasis Kerakyatan, Bandung: Humaniora Hikmat, Harry, 2006, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Humaniora Press. Ibn Khaldun, Abd ar-Rahman, al muqaddamah, Tunisl al Daru al Tunisiyatu li al Nasyri. Ife, Jim, Tesoriero, Frank, 2006, Community Development, Yogyakarta: Pustaka Belajar Irwan, Djamal Zoer’aini, 2003, Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekologi Komunitasdanlingkungan,Jakarta:BumiAksarahttp://free.vlsm.org/v12/sponsor/Spons orPendamping/Praweda/Biologihttp://rantanie.blogspot.com/2009/04/ekologihubungan-dengan-ilmu-lain. Html
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Littlejohn, W, S, 1999, Theories of Human Communication, 6th Edition, Belmont, CA: Wadsworth. N/A Koentjaraningrat, 1986, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia Marsden, K, 1981 (September), “Creating the Right Environment for Small Firms”, in economic Development and the Private Sector, article prepared for finance and development, World Bank. Moeloeng, J, Lexy, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya Moustakas, Clark, 1994, Phenomenological Research Methods, California: SAGE Pubications Nadhir, M, 2009, Memberdayakan Orang Miskin Melalui Kelompok Swadaya Masyarakat, Sidoarjo: Yapsem Nawawi, Hadari, Hardari, Martini, 1995, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University. Philips, Rhonda, Pittman, H, Robert, 2009, An Introduction to Community Development, USA and Canada: Routledge Pranowo, Santiono, 2005, Memberdayakan Masyarakat Desa, Majalah Gema Delta, Edisi 22 Ruslan, Rosady, 2006, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, PT. RajaGrafindo Persada Salim, Agus, 2006, Teori dan Penelitian Paradigma, Yogyakarta: Tiara Wacana Lucie Setiana, 2001, Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat, Bogor: Ghalia Indonesia Soeharso, dan, retnoningsih, Ana, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Semarang: Bintang Jaya Soekanto, Soerdjono, 1993, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Soegiyono, 2010, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta Suharto, Edi, 2006, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: Refika Aditama Suharto, Edi, 2009, Membangun Masyarakat Memberayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung: Refika Aditama Suharto, Edi, 2010, Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial, Bandung: Alfabeta
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Swasono, Sri-Edi, 2007, Indonesia is not for sale: Sistem Ekonomi Nasional Untuk Sebesarbesar Kemakmuran Rakyat, Demokrasi Ekonomi-Ekonomi Kelembagaan, Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Tan, Hann, Jo, dan, Topatimasang, Roem, 2003, Mengorganisir Rakyat: Refleksi Pengalaman Pengorganisasian Rakyat di Asia Tenggara, Jogjakarta: SEAPCD-REaD Witono, Hari, dkk, 2006, Pemberdayaan Masyarakat Modul Para Aktivis Masyarakat, Sidoarjo: Paramulia Press The Father of the Founding Fathers, karena pemikiran politiknya telah berkembang dan menjadi satu strategi untuk mencapai Indonesia Merdeka. Lihat Sri-Edi Swasono (ed.) Bung Hatta Bapak Kedaulatan Rakyat, (Jakarta: Yayasan Hatta, 2002)
Website http://www.jawapos.com/read/2016/04/15/24101/desa-ini-disiapkan-jadi-sentra-batik-tulis. http://pressreader.com/indonesia/jawa-pos/2015/205/282656096383339/textview. http://pengembangan-kapasitas.blogspot.com/2012/08/konsep-umum-pengembangankapasitas.html?m=1. http://research.upi.edu/operator/uploads/s_adp_053617_chapter2(1). Http://travel.compas.com/read/2015/05/28/094300127/Batik.Tulis.Jetis.Yang.Menghidupi. http://rantanie.blogspot.com/2009/04/ekologi-hubungan-dengan-ilmu-lain.Html.
Jurnal Arum Mayangsari, 2015, Dampak Pemberdayaan Pengrajin Batik Oleh DISKOPERINDAG Dan ESDM Terhadap Peningkatan Kesejahteraan UMKM Batik Jetis Sidoarjo, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303-341X, Vol. 3, No. 3, September-Desember 2015. Nugraha, Bahruddin, Aziz, 2013, Perancangan Branding Kampung Batik Tulis Jetis Sidoarjo Sebagai Upaya Melestarikan Produk Budaya Lokal, Jurnal Desain Komunikasi Visual STIKOM, Vol. 1, No. 1, Art Nouveau. Kumalasari,Y.Y., A.Suryono., Rozikin,M, 2014, Pembinaan Dan Pemberdayaan Pengrajin Batik, Jurnal Administrasi Publik, Vol.2, No.1. World Bank, Indonesia, 1979 (November), Cottage and Small Industry in the National Economy, Vol. 1: The Main Report. Project Department. East Asia and Pacific Regional Office. African Capacity Building Foundation (ACBF), 2001, Capacity Needs Assessment : A Conceptual Framework, in ACBF Newsletter, Vol. 2, p. 9-12.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar 1: Reklame Kampung Batik Tulis Jetis
Gambar 2: Mural/Lukisan di Dinding Yang Bermotif Khas Batik Tulis Jetis
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gmbar 3: Proses Melukis Dengan (lilin) Malam Menggunakan Canting Yang di Lakukan Ibu-Ibu Desa Jetis
Gambar 4: Pak Giso yang Sedang Melakukan Proses Nglorot, Dimana Kain Yang Telah Berubah Warna di Rebus Air Panas Untuk Menghilangkan Malam Yang Menempel Pada Kain Batik.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 5: Proses Penjemuran Kain Batik Tulis
Gambar 6: Batik Tulis Motif Burung Merak dan Cipret Putih
Gambar 7: Batik Tulis Motif Bunga Merah
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Batik Tulis Desa Jetis Banyak di Dominasi oleh Motif Flora dan Fauna
Gambar 8: Hasil Desain Reklame dari Kerjasama Antara Pengurus Paguyuban Dengan STIKOM Surabaya
Gambar 9: Penulis Sedang Mengikuti Proses Pewarnaan Motif Batik Untuk Kain Batik Yang Sudah Kering
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ANALISIS POHON MASALAH
Tingkat kepercayaan pengrajin yang semakin menurun terhadap pengurus paguyuban sehingga mereka lebih suka mengelola bisnis dengan cara mereka sendiri.
AIRLANGGA
Terhambatnya program-program pemberdayaan yang sudah disusun oleh pengurus paguyuban, yang telah menjalin kerja sama dengan pihak Pemerintah, BUMN, dan Swasta.
Belum meratanya manfaat pemberdayaan dari program-program sebelumnya sehingga mempengaruhi program pemberdayaan yang akan disusun pengurus paguyuban. Tidak adanya evaluasi berkala untuk program yang sudah berjalan
Perlu biaya tambahan untuk melakukan evaluasi dari program yang sudah berjalan.
Pengurus paguyuban bersikukuh hanya mengalokasikan dana untuk program pemberdayaan bukan untuk evaluasi program.
TESIS
Dana bantuan dari stakeholder harus sesuai dengan proposal yg sudah diajukan, sehingga tidak mungkin pengurus mengubah program hanya karena adanya evaluasi.
Pengurus hanya ingin evaluasi dilakukan di akhir periode.
Kurangnya wadah musyawarah antara pengurus paguyuban & seluruh pengrajin berkenaan dengan program yg berkaitan dengan inovasi bisnis & pemasaran.
Pengurus merasa sudah membuat program yang berkaitan dengan inovasi bisnis dan pemasaran. Belum pastinya jadwal pelatihan untuk program yang berkaitan dengan inovasi bisnis & pemasaran dari stakeholder, terutama dari BUMN.
Belum adanya standar resmi MEA untuk batik tulis, yang membuat pengrajin menjadi pesimis.
Dampak negatif
Pusat masalah
Masalah utama
Penyebab
atau
Pengrajin mendesak agar supaya di tetapkannya standar resmi batik tulis untuk MEA.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
Faktor penyumbang
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Memberikan rasa optimis kepada pengrajin untuk dapat bersaing dalam menghadapi MEA.
Hirarchi Analisa Tujuan
Mampu menjadi partner bisnis yang bagus bagi pihak Pemerintah, BUMN, dan Swasta.
Mampu mengimplementasikan 5 program utama pemberdayaan pengrajin batik tulis agar mereka bisa berdaya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Pemberdayaan melalui ajang pameran
Pelatihan di bidang teknik membatik.
Pelatihan dibidang manajemen usaha.
Membangun relasi/jaringan untuk mengatasi kesulitan pengrajin dalam bidang pemasaran.
Menambah ketrampilan pengrajin untuk menguasai motifmotif batik terbaru dan kekinian.
Pengrajin mampu mengelola bisnis dengan baik dan benar.
Menggandeng stakeholder yg peduli dengan kampong batik tulis jetis, seperti: Pemerintah, BUMN, dan Swasta.
Menggandeng pengusaha yang sukses di bidang garmen untuk berbagi ilmu kepada pengrajin.
Mendatangkan trainer dari Dinkop Jatim/ Dinas Pariwisata Sidoarjo.
Pelatihan informasi teknologi.
Dampak positif
Tujuan akhir
Cara & tujuan
Program bagi mahasiswa sebagai mitra kerja UMKM.
Cara
TESIS
Menguasai pemasaran via digital technology.
Memaksimalkan dana CSR dari berbagai instansi untuk mengembangkan website kampung batik tulis jetis.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
Menambah wawasan pengrajin dari berbagai disiplin ilmu oleh mahasiswa.
Menerima sebanyakbanyaknya mahasiswa magang yang disalurkan dari berbagai instansi.
tujuan
Cara
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RINGKASAN NARATIVE PROGRAM Program/Proyek: Pemberdayaan Pelaku UMKM Batik Tulis Jetis Tujuan Akhir (Goal)
Tercapai nya 5 program utama permberdayaan pelaku UMKM Batik Tulis Jetis dan Pengurus Paguyuban mampu mengimplementasikan 5 program utama pemberdayaan pengrajin batik tulis agar mereka bisa berdaya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Tujuan (purpose)
Menindaklanjuti beberapa program yang telah disusun bersama.
Hasil (Result/out put)
1. Pengrajin membutuhkan solusi dalam bidang pemasaran.
4. Pengrajin perlu menguasai teknologi di zaman serba digital technology seperti sekarang ini.
TESIS
2. Pengrajin perlu menambah skill untuk motif terbaru dan kekinian.
3. Pengrajin juga membutuhkan skill untuk mengelola bisnis mereka.
5. Berbagai disiplin ilmu dari mahasiswa yang magang sangat berarti bagi pengembangan SDM pengrajin.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
Kegiatan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Keg. 1.1.: Mengikuti segala bentuk pameran yang di adakan oleh pemerintah maupun swasta.
Keg. 1.1.1.: Melakukan FGD dan sosialisasi kepada anggota paguyuban/ pelaku UMKM..
Keg. 1.1.2.: Menyusun “kalender pameran” sebagai jadwal kegiatan resmi pelaku UMKM. Keg. 1.2.: mengkoordinir anggota yang ingin mengajukan proposal pembiayaan selama pameran kepada Koperasi Batik Tulis Jetis, Diskoperindag Sidoarjo, dan Klinik UMKM Dinkop Jatim..
Keg. 2.1.: Menyusun jadwal pelatihan yang akan di ajukan kepada Dinas Pariwisata Sidoarjo.
Keg. 2.1.1.: Mengkoordinir pengrajin (lama) atau pengrajin pemula yang ingin mengikuti program pelatihan.
Keg.2.1.2.: Membuat prototype motif batik terbaru yang sedang diminati oleh pasar.
Keg. 2.1.3.: Menampilkan hasil pelatihan peserta yang mengikuti pelatihan kepada masyarakat Jetis.
Keg. 3.1.: Menyusun jadwal pelatihan yang akan di ajukan kepada Dinkop Jatim atau Diskoperindag Sidoarjo.
Keg. 3.1.1.: Mengkoordinir pengrajin (lama) atau pengrajin pemula yang ingin mengikuti program pelatihan.
Keg. 3.1.2.: Membagi mahasiswa magang dalam program “pelatihan manajemen usaha” dari Dinkop Jatim kepada pelaku UMKM.
Keg. 3.1.3.: Melakukan evaluasi berkala dalam setiap pelaksanaan program “pelatihan manajemen usaha”.
Keg. 1.2.1.: mengatur dana yang turun dari instansi yang di ajukan oleh pelaku UMKM.
Keg. 1.2.2.: Melakukan evaluasi atas semua kegiatan yang telah dilakukan bersama..
Keg. 4.1.: Melakukan FGD dan sosialisasi akan program pelatihan informasi teknologi dari PT. Telkom, PLN, dan juga Diskoperindag Sidoarjo.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
Keg. 5.1.: Membagi mahasiswa magang dari berbagai instansi untuk para anggota.
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Keg. 4.1.1.: Melakukan pendataan kepada anggota yang belum memiliki website dan brand, atau anggota yang ingin megikuti pelatihan media promosi.
Keg. 4.1.2.: Mengadakan evaluasi dari program pelatihan informasi teknologi.
Keg. 5.1.1.: Membuat buku evaluasi/penilaian dan sertifikat kepada para mahasiswa yang magang.
Keg. 4.1.2.: Mengadakan evaluasi dari program mahasiswa sebagai mitra kerja UMKM.
Keg. 4.1.: Melakukan evaluasi terhadap dana CSR selama pelatihan informasi teknologi.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
MATRIK LOGICAL FRAMEWORK (MLF)
Ringkasan Narasi
Indikator Tujuan
Cara Mem-verifikasi
Asumsi Penting
Tujuan Akhir/Goal:
1. Mampu mengimplementasikan 5 program utama pemberdayaan pengrajin batik tulis agar mereka bisa berdaya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
1. Melakukan penyusunan program pemberdayaan secara partisipatif.
1. Mengundang seluruh elemen masyarakat Desa Jetis yang selama ini berbeda pandangan mengenai pemberdayaan Batik Tulis, yakni kelompok masyarakat tradisional dan kelompok masyarakat modern.
Tujuan/Purpose:
Di era MEA yang persaingannya sangat ketat, para pengrajin juga harus mempunyai pemikiran yg modern, seperti menambah wawasan tentang digital technology dan juga 1. usaha. Karena dampak dari 2 faktor manajemen tersebut juga mampu mengurangi kesulitan pengrajin dalam hal pemasaran dan pembiayaan.
Menggandeng sebanyak-banyaknya stakeholder yang fokus pada pengembangan program ini, baik dari kalangan Pemerintah, BUMN, maupun Perguruan Tinggi.
Hasil/Output
Membentuk kapasitas pelaku UMKM Batik
Mengontrol program-program pemberdayaan baik yang akan di susun maupun program yang sedang berjalan.
Seluruh program pemberdayaan mendapatkan apresiasi yang positif dari berbagai stakeholder, seperti bentuk peduli pihak BUMN melalui dana CSR-nya, kemudian pihak Perguruan Tinggi yang menempatkan mahasiswa nya untuk magang, hingga pihak Pemerintah yang menyediakan jaringan seluas-luas nya untuk bidang pameran batik tulis. Kendala utama memang dari adanya dua pola pikir warga Desa Jetis yang berseberangan. Tapi dengan banyaknya stakeholder yang turun tangan, Pengurus Paguyuban optimis bisa menyatukan mereka melalui program pemberdayaan yang telah di susun.
Tulis untuk kompeten baik dari segi hard skill maupun soft skill.
Kegiatan:
TESIS
Dibuat Matrik Perencanaan Operasional (MPO)
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
Rekomendasi-rekomendasi
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
MATRIK PERENCANAAN OPERASIONAL (MPO) ATAU MATRIK RENCANA KERJA (MRK) Hasil 1
: Pengrajin Membutuhkan Solusi Dalam Bidang Pemasaran
No. Keg
Kegiatan dan Sub-kegiatan
Target
1.1.
Mengikuti segala bentuk pameran yang diadakan oleh Pemerintah maupun Swasta.
1.1.1.
1.1.2.
1.2.
TESIS
Support Sumber Daya Yang diperlukan Personel Material/ Beaya Peralatan
Resiko/
1 2
Jadwal Pelaksanaan Pen. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jawab
Terlaksananya rencana dengan sukses.
X X
X X
Pengurus Paguyuban
Semua Pengurus dan anggota paguyuban.
Fasilitas, manual, materi instruksional, peralatan instruksional.
-
Langkah ini disetujui oleh kedua belah pihak di Desa Jetis yang selama berseberangan.
Melakukan FGD dan sosialisasi kepada anggota paguyuban/ Pelaku UMKM.
Tercapainya kesepahaman dan kesepakatan antar anggota.
X X
X X
Nurul Huda
Semua Pengurus Paguyuban
Laptop, Proyektor, Papan tulis, dan konsumsi.
Rp. 500.000
adanya perbedan pendapat dan pandangan dari kelompok masyarakat tradisional dan kelompok masyarakt modern.
Menyusun “kalender pameran” sebagai jadwal kegiatan resmi pelaku UMKM.
Tersusunnya rencana pelaksanaan
Pengurus Pagyuban
Semua Pengurus dan anggota paguyuban
Laptop, dan data anggota.
-
Pengurus Paguyuban
Semua Pengurus dan anggota paguyuban
Laptop,konsumsi, dan data anggota.
Rp. 300.000
Mengkoordinir anggota yang ingin mengajukan proposal pembiayaan selama pameran kepada Koperasi Batik Tulis Jetis, Diskoperindag Sidoarjo, dan
X
X
X
X
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
Asumsi
Sudah di setujui oleh semua pihak.
Pengurus Koperasi harus cermat dalam memberikan nominal bantuan, karena dampak nya akan sanat besar bagi kesenjangan sosial antar pelaku UMKM.
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
klinik Dinkop Jatim.
TESIS
1.2.1.
Mengatur dana yang turun dari instansi yang diajukan oleh pelaku UMKM.
1.2.2.
Melakukan evaluasi atas semua kegiatan yang telah dilakukan bersama.
X
X
X
X
Pengurus Paguyuban
Pengurus Paguyuban, anggota, dan Kaum Pemuda Desa Jetis.
Data statistik anggota selama masa pengajuan proposal. Dan juga konsumsi
Pengurus Paguyuban
Pengurus dan anggota paguyuban.
Data statistik selama masa kegiatan.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
Rp. 500.000
-
Pengurus paguyuban juga mengajak Kaum Pemuda dalam mengawal dana yang turun sebagai pembelajaran atas transparansi keuangan organisasi.. Sedang dalam pembahasan oleh Pengurus dan anggota paguyuban.
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Hasil 2
: Pengrajin Perlu Menambah Skill Untuk Motif Terbaru dan Kekinian.
No. Keg
Kegiatan dan Sub-kegiatan
Target
2.1.
Menyusun jadwal pelatihan
Hadirnya langkah kongkrit yang ditimbulkan pasca FGD.
2.1.1.
Mengkoordinir pengrajin (lama) atau pengrajin pemula yang ingin mengikuti program pelatihan.
Mampu meyakinkan kelompok masyarakat tradisional.
2.1.2.
Membuat prototype motif batik terbaru yang sedang diminati oleh pasar.
Terlaksananya agenda dengan baik.
2.1.3.
Menampilkan hasil pelatihan peserta yang mengikuti pelatihan kepada masyarakat Jetis.
Munculnya kebutuhan akan berprestasi dari masyarakat Jetis.
TESIS
1
2
3
Jadwal Pelaksanaan Pen. 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jawab
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Support Sumber Daya Yang diperlukan Personel Material/ Beaya Peralatan
Resiko/
Pengurus Paguyuban.
Anggota Paguyuban.
Biaya yang dikeluarkan adalah bentuk partisipatif dari anggota untuk membangun organisasi ini menjadi yang lebih baik.
Pengurus Paguyuban.
Anggota Paguyuban
Pengurus dan Anggota Paguyuban.
Pengurus dan Anggota Paguyuban.
Pengurus Paguyuban.
Pengurus dan Anggota Paguyuban, serta melibatkan Kaum Pemuda.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
Laptop, LCD, proyektor, papan tulis, kertas karton, alat-alat tulis serta konsumsi. -
Rp. 500.000.
Asumsi
-
-
Maket, spanduk, diagram, poster/ banner, brosur, dll.
Rp. 1.000.000
Langkah selanjutnya adalah to action guna merealisasikan visi dan misi yang telah disepakati bersama.
konsumsi
Rp. 750.000
-
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Hasil 3
: Pengrajin Juga Membutuhkan Skill Untuk Mengelola Bisnis Mereka
No. Keg
Kegiatan dan Sub-kegiatan
3.1.
Menyusun jadwal pelatihan yang akan diajukan kepada Dinkop Jatim atau Diskoperindag Sidoarjo.
Terealisasinya FGD dengan baik.
3.1.1.
Mengkoordinir pengrajin (lama) atau pemula yang ingin mengikuti program pelatihan.
Pengurus paguyuban mampu menindak lanjuti langkah dari anggota dan menumbuhkan solusi konkrit dari langkah ini.
3.1.2.
Membagi mahasiswa magang dalam program “pelatihan manajemen usaha” dari Dinkop Jatim kepada pelaku UMKM.
Mampu membangun kesadaran dari pelaku UMKM.
TESIS
Target
Jadwal Pelaksanaan Pen. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jawab
Support Sumber Daya Yang diperlukan Personel Material/ Beaya Peralatan
Resiko/
X X X
Pengurus Paguyuban.
Pengurus dan Anggota Paguyuban.
Biaya yang dikeluarkan adalah bentuk partisipatif dari anggota untuk membangun iklim organisasi yang lebih baik.
Pengurus Paguyuban.
Pengurus dan Anggota Paguyuban.
Pengurus Paguyuban
Pengurus dan Anggota Paguyuban dan Kaum Pemuda.
X
X
X
X
X X
X
X
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
Laptop, LCD, proyektor, papan tulis, kertas karton, alat-alat tulis serta konsumsi.
Rp. 500.000.
-
Data pegawai paguyuban.
-
-
Asumsi
-
Ini adalah langkah terakhir dari partisipatif anggota paguyuban, dengan harapan mampu membuka kesadaran anggota lain yang belum sepihak dengan mereka.
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Hasil 4
: Pengrajin Perlu Menguasai Teknologi di Zaman Serba Digital Technology Seperti Sekarang Ini.
No. Keg
Kegiatan dan Sub-kegiatan
4.1.
Melakukan FGD dan sosialisasi akan program pelatihan informasi teknologi dari PT. Telkom, PLN, dan juga Diskoperindag Sidoarjo.
Hadirnya langkah kongkrit yang ditimbulkan pasca FGD.
4.1.1.
Melakukan pendataan kepada anggota yang belum memiliki website dan brand, atau anggota yang ingin mengikuti pelatihan media promosi.
Mampu meyakinkan kelompok masyarakat tradisional.
4.1.2.
Mengadakan evaluasi dari program pelatihan informasi teknologi.
Terlaksananya agenda dengan baik.
4.1.3.
Melakukan evaluasi terhadap dana CSR Selama pelatihan informasi teknologi.
Munculnya kebutuhan akan berprestasi dari masyarakat Jetis.
TESIS
Target 1
2
3
Jadwal Pelaksanaan Pen. 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jawab
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Support Sumber Daya Yang diperlukan Personel Material/ Beaya Peralatan
Resiko/
Pengurus Paguyuban.
Anggota Paguyuban.
Laptop, LCD, proyektor, papan tulis, kertas karton, alat-alat tulis serta konsumsi.
Biaya yang dikeluarkan adalah bentuk partisipatif dari anggota untuk membangun organisasi ini menjadi yang lebih baik.
Pengurus Paguyuban.
Anggota Paguyuban
Data Anggota paguyuban
Pengurus Paguyuban
Pengurus dan Anggota Paguyuban.
Laptop, LCD, proyektor, papan tulis, kertas karton, alat-alat tulis serta konsumsi.
Rp. 500.000
Diharapkan dari langkah evaluasi ini mampu menghadirkan solusi yang terbaik untuk program pelatihan IT selanjutnya.
Pengurus Paguyuban.
Pengurus dan Anggota Paguyuban, serta melibatkan Kaum Pemuda.
konsumsi
Rp. 750.000
Untuk membangun budaya partisipatif antara masyarakat Desa Jetis, maka semua pihak harus dilibatkan dalam evaluasi dana CSR yang masuk pada setiap tahun nya.
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
Rp. 500.000.
-
Asumsi
-
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Hasil 5: Berbagai Disiplin Ilmu Dari Mahasiswa Magang Sangat Berarti Bagi Pengembangan SDM Pengrajin No. Kegiatan dan Target Jadwal Pelaksanaan Pen. Support Sumber Daya Yang diperlukan Keg Sub-kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jawab Personel Material/ Beaya Peralatan 5.1.
Membagi mahasiswa magang dari berbagai instansi untuk para anggota
Terealisasinya FGD dengan baik.
5.1.1.
Membuat buku evaluasi/penilaian dan sertifikat kepada para mahasiswa yang magang.
Tercapai nya agenda ini dengan baik.
5.1.2.
Mengadakan evaluasi dari program mahasiswa sebagai mitra kerja UMKM.
Mampu membangun kesadaran dari pelaku UMKM.
TESIS
X X X
X
X
X
X
X X
X
X
Resiko/ Asumsi
Pengurus Paguyuban.
Pengurus dan Anggota Paguyuban dan Kaum Pemuda.
Laptop, LCD, proyektor, papan tulis, kertas karton, alat-alat tulis serta konsumsi.
Rp. 500.000.
Biaya yang dikeluarkan adalah bentuk partisipatif dari anggota untuk membangun iklim organisasi yang lebih baik.
Pengurus Paguyuban.
Pengurus dan Anggota Paguyuban.
Laptop, LCD, proyektor,printer, papan tulis, kertas karton, alatalat tulis.
Rp. 1.000.000
-
Pengurus Paguyuban
Pengurus dan Anggota Paguyuban dan Kaum Pemuda.
Data pegawai paguyuban.
-
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
Ini adalah langkah terakhir dari partisipatif anggota paguyuban, dengan harapan mampu membuka kesadaran anggota lain yang belum sepihak dengan mereka.
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
MATRIK ANALISA KELAYAKAN STRATEGI (MAKS) Alternaatif Strategi Program
1.
Membuat program pemberdaya an alternative
Disukai/ Ada hasrat
Disukai
Waktu Yang Tersedia
Sumber Daya Yang Tersedia Dana
Kemungkinan Pencapaian Tujuan
Fasilitas/ peralatan
Staf yang mumpuni
Tersedia
Semua
Sangat
mencu
pengurus
kupi
-
Kelayakan Secara Politis Situasi Lokal
Situasi Nasional
Situasi Internasional
kondusif
-
-
Keberlangsungan (Sustainability)
Pengaruh pada kelompok Akar Rumput Secara Ekonomi
Secara Sosial
Setelah FGD semua
Gagasan
Gagasan “kompetisi”
mungkin
anggota kedua belah
“kompetisi” ini
ini juga dapat menjadi
paguyuba
karena kedua
pihak wajib membuat
sangat di tunggu
wadah berbagi sesame
n dan
belah anggota
kolom treatment
kedua belah
masyarakat Desa Jetis
juga
sebelumnya
anggota, karena
yang tetap teguh
sesuai
anggota
sepakat
solusi ini dianggap
dengan pendirian
dengan
yang
cara terbaik dari
masing-masing.
dibantu
penyelesaian
kedua
oleh
ketidak
kelompok,
Kaum
sepahaman
Kelompok
Pemuda
anggota.
Masyarakat
Desa.
keinginan
Tradisional dan Kelompok Masyarakat Modern.
Kesimpulan :
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
ACHMAD NASIKHUL ULUM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
MATRIK ANALISA PARTISIPASI (MAP) 1
2
3
4
5
6
Organisasi/kelompok
Karakteristik
Kepentingan Utama
Sumber Daya Yang Dimiliki
Tindakan Yang Harus dilakukan
Konsultan Manajemen ISO
Konsultan Eksternal Pengurus Paguyuban
Menghubungkan program dengan tenaga ahli
Tenaga ahli bidang manajerial.
Sumber Daya Yang Dibutuhkan -
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Surabaya
Mahasiswa, Aakademisi, Perguruan Tinggi
Fasilitator Program Pelatihan Informasi Teknologi
Tenaga ahli di bidang IT
Anggota Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis.
Mereka datang secara sukarela dan partisipatif, sehingga pengurus paguyuban hanya perlu mengakomodir keinginan mereka.
PT. Telkom Indonesia
Badan Usaha Milik Negara
Menyalurkan dana CSR untuk Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis.
Supervisor program.
Anggota Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis.
Pengurus Paguyuban harus menyerahkan data statistik anggota, sehingga dana CSR bisa tersalurkan dengan baik.
PT. Perusahaan Listrik Negara
Badan Usaha MIlik Negara
Menyalurkan dana CSR untuk Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis.
Supervisor Program
Anggota Paguyuban Kampung Batik Tulis Jetis
Pengurus Paguyuban harus menyerahkan data statistik anggota, sehingga dana CSR bisa tersalurkan dengan baik.
TESIS
PERAN PENGURUS PAGUYUBAN...
Mengajukan permohonan menjadi narasumber pelatihan
ACHMAD NASIKHUL ULUM