OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS KOMODITAS DAN KEBUN KELAPA SAWIT MELALUI INTEGRASI DENGAN SAPI Ishak Manti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat
ABSTRACT Productivity Optimalisation of Oil Palm Plantation through Integration with Cattle . One effective methode to increase of productivity of oil palm plant and its plantation is integration with cattle . Many oil palm plantation in Indonesia and Malaysia was applicated the integration of oil palm and cattle. In 2003, this model namely " Integration System of Oil Palm-Cattle Bengkulu Model" was declared by the government as a National Model . There are some value added can be made which increasing of oil palm yield, efficiency of production cost, diversification of plantation products such as palm oil, cattel beef and organic fertilizer, eficiency of labor cost, decresing of pesticides use and optimalize using of plant and factory garbage dump . Base on study, the number of cattle in the oil plantation economically was 4 cattles per hectare for each family.
PENDAHULUAN Latar Belakang,
elapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan komodits andalan ekspor yang diharapkan dapat meningkatkan devisa negara Indonesia melalui sektor non-migas . Pengembangan usahatani kelapa sawit di Indonesia dilakukan oleh pemerintah, swasta, pekebun perorangan . Sebagian besar kepemilikan kebun kelapa sawit dikelola oleh pihak swasta yaitu + 50%, pemerintah (PTPN) ± 18% dan pekebun perorangan sebesar + 32% (Diwyanto, et at, 2003) Diharapkan dengan kondisi ini akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pekebun secara khusus dan rakyat Indonesia secara umum .
X
Potensi pengembangan kelapa sawit masih cukup besar, karena kondisi iktim yang mendukung dan lahan yang tersedia sangat luas . Kelapa sawit yang semuta banyak diusahakan di Sumatera kini tetah diperluas ke Jawa Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Setatan, Sulawesi Tengan dan Irian Jaya (Anonim, 1993) . Perkembangan luas kebun ketapa sawit dari tahun ke tahun di Indonesia cukup pesat . Pada tahun 1990 luas kebun ketapa sawit 1 .126 .677 ha, pada tahun 1996 seluas 2.249 .514 ha, tahun 1998 seluas 2.633 .899 ha dan tahun 2002 seluas 4.116 .000 ha, tingkat pertumbuhan mencapai 12,6% per tahun (Ditjen Perkebunan, 2002) . Besarnya minat masyarakat untuk berusahatani atau berkebun kelapa sawit didorong oteh semakin baiknya harga Crude Palm Oil (CPO) karena permintaan konsumen yang terus meningkat, baik di dalam maupun diluar negeri . Hai ini mungkin disebabkan oteh pemanfaatan produk kelapa sawit tidak saja sebagai bahan pangan tetapi juga untuk bahan bakar dan lain-lain . Selama ini penghasil minyak sawit terbesar di dunia adalah Malaysia, pada tahun 2001 adalah sebanyak + 12 juta ton, sedangkan Indonesia pada tahun yang sama hanya + 8 juta ton. Karena begitu pesatnya perkembangan penanaman ketapa sawit di Indonesia, maka pada tahun 2002 sudah melampaui luas tanam ketapa sawit di Malaysia . Pertumbuhan kebun kelapa sawit di Malaysia akan terkendala dengan ketersediaan lahan yang sempit, sehingga tahuntahun terakhir ini diperkirakan terjadi stagnasi . Oleh karena itu peluang dan pengembangan ketapa sawit di Indonesia sangat besar dan akan menjadi negara terbesar penghasil dan pengekspor minyak sawit serta produk ketapa sawit lainnya di dunia .
190
Ishak Manti
Dalam upaya pengembangan usahatani kelapa sawit banyak kendala yang dihadapi terutama bagi pekebun perorangan (perkebunan rakyat) . Secara umum masatah yang dihadapi adatah rendahnya produktivitas balk komoditas kelapa sawit maupun produktivitas lahan kebunnya . Saat ini penerapan konsep agribisnis di kebun kelapa sawit perlu dilakukan, sehingga produktivitas dari komoditas yang diusahakan bisa optimal dan dicari peluangpeluang untuk mendapatkan nitai tambah agar pendapatan juga optimal . Tujuan
Tujuan dari tutisan ini adalah untuk menginformasikan potensi, masalah dan peluang pengembangan komoditas kelapa sawit, memerlukan strategi yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan produktivitas komoditas maupun lahan kebunnya serta peluang mendapatkan nitai-nilai tambah dengan menerapkan teknologi inovasi terkini yaitu mengintegrasikan dengan ternak sapi, sehingga pendapatan pekebun dapat ditingkatan secara optimal . POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT Potensi
Pengembangan suatu komoditas sangat tergantung terutama pada kesesuaian iklim dan kesesuaian Lahannya . Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas yang mempunyai kemampuan beradaptasi Luas . Secara umum kelapa sawit tumbuh baik pada lahan kering dataran rendah dengan keasaman tanah normal (pH 5,0-6,5) , kedalaman efektif tanah (solum tanah >75 cm) serta drainase balk, ketinggian tempat <700 meter diatas permukaan taut (mdpl), temperatur berkisar antara 20-35°C dengan temperatur optimum 25-28°C . Curah hujan berkisar dari 1 .250-4 .000 mm/tahun, yang optimum adalah 1 .700-2 .500 mm/tahun (iklim basah) dengan distribusi merata sepanjang tahun dan bulan kering kurang dari 2 butan (Mulyani et at, 2003) . Luas lahan kering yang mempunyai ketinggian <700 mdpl di Indonesia (26 Propinsi) seluas 87 .293 .000 ha, yang termasuk daerah beriklim basah seluas 78 .144 .900 ha dan beriklim kering hanya setuas 9 .220 .000 ha . Ketersediaan lahan beriklim basah ini adalah sebagai potensi pengembangan (program ekstensifikasi) kelapa sawit, walaupun sebagian lahan tersebut sudah digunakan untuk perkebunan tanaman lain dan untuk kegiatan non-pertanian lainnya . Hasit survey kesesuaian tahan untuk kelapa sawit oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat tahun 1991 dan 1997, bahwa Luas lahan yang sesuai untuk kelapa sawit di 9 Propinsi (Sumut, Riau, Bengkutu, Katbar, Kalteng, Kaltim, Sulteng, Sulsel, Papua) 44,7 juta ha, sedangkan di 16 Propinsi utama adalah seluas 51,4 juta ha (Mulyani, 2003), sampai tahun 2002 Luas kebun sawit baru mencapai 4 .116 .000 ha, jadi informasi ini mengindikasikan masih luasnya ketersediaan lahan untuk mengembangkan ketapa sawit di Indonesia ini yaitu >40 juta ha . Kendala
Usahatani ketapa sawit terutama bagi pekebun perorangan (perkebunan rakyat) adalah masih rendahnya produktivitas tanaman, hat ini disebabkan oleh ; 1) sulitnya mendapatkan bibit unggul yang bermutu, 2) keterbatasan modal untuk pembelian bibit dan biaya pemeliharaan, 3) adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan 4) rendahnya penguasaan teknotogi . Terbatasnya ketersediaan bibit unggul bermutu di lapangan, mendorong petani menggunakan bibit asalan, atau bibit yang tidak jelas asal usutnya . Dengan demikian banyak tanaman yang tidak berbuah dan umur berproduksi juga pendek . Modal merupakan faktor utama untuk keberhasilan usahatani kelapa sawit, terutama dalam pengadaan bibit yang bermutu dan biaya pemeliharaan mencakup pemupukan,
Prosiding Peternakan 2006
191
penyiangan dan pengendalian OPT . Bagi petani yang tidak termasuk dalam sistem PIR, sangat merasa kesulitan untuk mendapatkan kredit atau modal balk untuk pemeliharaan maupun untuk pengadaan bibit . Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terutama hama serangga sangat berpengaruh terhadap produksi, . Beberapa jenis hama yang termasuk hama penting adatah 1) ulat api, menyerang daun mempunyai delapan spesies yaitu Sethotose asigna, Setora nitens, Darna trina, Ploneta diducta, Birthamuta chara, Those bisura, Trichogvia semitascia dan Thosea vitusta, 2) ulat kantong, menyerang daun terdiri dari tiga spesies yaitu Mahasena carbetti, Metisa plana dan Cremasthopsyche pendata, 3) kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) yang menyerang pucuk, 4) rayap (Coptotermes curvignathus) yang menyerang akar dan sebagian batang dan 5) tikus (Ratus argentiventer, R . tiomanicus dan R . r . diardii) yang menyerang buah (Bakti, 2002) . Kerugian yang ditimbutkan oleh serangan hama tersebut di atas sangat bervariasi disetiap lokasi tergantung kepada efektifitas teknologi pengendalian yang diterapkan, kalau tidak melakukan pengendalian secara preventif dan tidak menerapkan komponen teknologi PHT secara terpadu bisa menimbulkan kerusakan yang sangat berat . Penguasaan teknologi budidaya dan pengendalian hama relatif masih rendah, disamping itu juga terbatasnya kemampuan modal untuk mengadakan pupuk, pestisida dan bahan-bahan lainnya sehingga teknologi yang sudah dikuasaipun tidak bisa diterapkan . Peluang
Peluang peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit dan produktivitas lahan kebunnya masih cukup besar . Ada dua program utama yang bisa dilakukan yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi . Program intensifikasi lebih kepada penerapan teknologi pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan perlindungan tanaman dari serangan hama-penyakit secara efektif, sehingga peningkatan produktivitas tanaman bisa optimal . Saat ini rata-rata produktivitas kelapa sawit nasional ± 2,69 ton/ha pada perkebunan rakyat, 2,87 ton/ha pada perkebunan swasta dan 4,59 ton/ha pada perkebunan milik negara . Hat ini terlihat kesenjangan hasil antara perkebunan rakyat dan swasta dengan perkebunan negara cukup besar yaitu >1,5 ton/ha . Luas kebun kelapa sawit rakyat saat ini 1,22 juta ha, kebun swasta 2,35 juta ha dan Luas kebun negara hanya 0,55 juta ha . Asumsi kalau dari total tuas kebun rakyat dan swasta (3,57 juta ha) bisa ditingkatkan produktivitasnya mencapai 1 ton/ha saja, berarti petuang peningkatan produktivitas kelapa sawit metalui intensifikasi bisa mencapai 3,57 juta ton per tahun . Program intensifikasi juga bisa dilakukan dengan mengintegrasikannya dengan sapi, sehingga Limbah ketapa sawit yang ada dilahan seperti pelepah dan daun sawit serta rumput pengganggu dapat digunakan sebagai sumber pakan sapi, disamping itu kotoran sapi akan dapat digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman sawit . Intercroping kelapa sawit dengan tanaman lain juga sudah dilakukan, seperti dengan tanaman pangan pada saat tanaman sawit masih muda (Partohardjono, 2003), dengan tanaman jati (Purba et at, 2003) serta dengan tanaman obat-obatan atau jamu-jamuan (Yusron dan Januwati, 2003) . Dengan demikian produktivitas lahan kebun kelapa sawit secara optimal bisa dimanfaatkan dan akan memberikan nilai tambah terhadap pendapatan pekebun . Program Ekstensifikasi
Peningkatan produksi kelapa sawit melalui ekstensifikasi atau meLalui perLuasan tanam sangat besar, karena ketersediaan Lahan yang cocok retatif cukup Luas . Menurut asumsi Mulyani el at, 2003 bahwa peluang perluasan tanam bisa mencapai 7,8 juta ha . Seandainya dari 7,8 juta ha bisa menghasilkan seperti hasil pada kebun rakyat yaitu 2,69 ton/ha, berarti peluang peningkatan produksi melalui ekstensifikasi ini bisa sebesar 7,8 juta ha x 2,69 ton/ha yaitu + 20 .98 juta ton per tahun .
1 92
Ishak Mant!
Strategi Optimalisasi Produktivitas Kelapa Sawit dan Lahan Kebunnya Strategi yang perlu dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas kelapa sawit dan kebunnya adalah mencari suatu model yang secara ekonomi menguntungkan yaitu terjadinya efisiensi input produksi, tetapi bisa meningkatkan outputnya . Disamping itu juga secara ekologi dapat diterima, seperti pemanfaatan timbah dan mengurangi penggunaan pestisida berbahan aktif kimia buatan yang akan menimbulkan pencemaran lingkungan . Salah satu model yang sudah terbukti berhasit dalam hat peningkatan produktivitas kelapa sawit, peningkatan produktivitas Lahan kebunnya dan sekaligus juga peningkatan efektifitas tenaga kerja pemanen sawit yaitu melakukan integrasi kelapa sawit dengan sapi (sapi Bali) . Keberhasitan ini sudah dibuktikan oteh suatu perusahaan swasta di Propinsi Bengkulu yaitu PT . Agricinal, dan pada tahun 2003 telah dicanangkan secara nasional suatu model integrasi yaitu "Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi Model Bengkulu " . Model ini juga merupakan suatu pengembangan agribisnis integrasi yang memadukan antara tanaman dan ternak, terutama adalah pengembangan ternak sapi di tahan perkebunan kelapa sawit . Model integrasi kelapa sawit-sapi yang sudah dicanangkan ini perlu disosialisasikan, agar bisa dikembangkan terutama pada Lahan kebun kelapa sawit rakyat . Penerapan integrasi ini tidak saja meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit, lahan kebunnya tetapi juga mendapat penambahan pendapatan dari pemetiharaan sapi . Dengan demikian apa yang menjadi kendala bagi petani kelapa sawit selama ini dapat diatasi dengan metakukan integrasi kelapa sawit-sapi tersebut
Implementasi dan Nilai Tambah Integrasi Kelapa Sawit-Sapi Implementasi Implementasi model integrasi kelapa sawit-sapi sudah banyak dilakukan terutama di perusahaan besar seperti PT .Tribakti Sarimas di Riau (Suharto, 2003) dan di Malaysia (Awaludin dan Masumi, 2003) . Menurut Suharto, 2003 intergrasi kelapa sawit dengan sapi dapat menghasilkan beberapa produk unggulan disamping kelapa sawit itu sendiri juga menghasilkan emas merah yaitu daging sapi, emas putih yaitu susu sapi dan emas hitam yaitu pupuk kandang . Dengan demikian Lahan kebun sawit sangat potensiat untuk dijadikan kawasan pengembangan sapi, sehingga swasembada daging dapat diwujudkan . Petaksanaan integrasi kelapa sawit-sapi sudah cukup berkembang di PT . Agricinal, Propinsi Bengkulu . Jumlah sapi (sapi Bali) pada tahun 1996 hanya 6 ekor dan setiap tahun terus meningkat, maka pada tahun 2003 sudah mencapai 2 .814 ekor yang diadakan oleh perusahaan dan dikreditkan kepada pekerja (pemilik sapi adalah pekerja) . Pengelolaan sapi sepenuhnya oleh pekerja dan diawasi oteh perusahaan Integrasi kelapa sawit dengan sapi merupakan dua komonen yang saling membutuhkan, keberadaan sapi di perkebunan sawit akan memanfaatkan limbah yang berada di Lahan kebun kelapa sawit yaitu daun, petepah, tandan kosong sawit, rumput pengganggu (gulma) dapat digunakan sebagai pakan ternak, sedangkan timbah dari pabrik seperti serat perasan, lumpur sawit (solid) dan bungkil sawit dapat dimanfaatkan sebagai konsentrat makanan ternak sapi (Sitompul, 2003 ; Suharto, 2003) . Disamping itu sapi sangat berperan dalam hat peningkatan efisiensi tenaga kerja untuk pengangkutan Tandan Buah Sawit (TBS) dari pohon ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasit) dan juga sebagai pengahasit pupuk organik serta biogas (Sitompul, 2003) .
Prosiding Peternakan 2006
1 93
Nilai Tambah Sistem Integrasi Usaha perkebunan kelapa sawit yang dipadukan dengan sapi merupakan suatu sistem managemen agribisnis terpadu yang dapat memberikan keuntungan optimal . Hat ini karena 1) adanya diversifikasi produk usahatani yaitu disamping minyak sawit juga dihasilkan daging dan pupuk organik, 2) dapat menurunkan biaya produksi ketapa sawit terutama sebagai alat bantu pengangkutan TBS didalam kebun dan pengangkutan pupuk dari rumah ke kebun ., 3) menurunkan biaya pemeliharaan kebun karena rumput pengganggu sudah dimakan oleh sapi sehingga mengurangi penggunaan herbisida, kotoran sapi dipakai sebagai pupuk organik sehingga mengurangi penggunaan pupuk buatan, 4) meningkatkan pendapatan metalui pemanfaatan limbah seperti daun, pelepah, tandan buah kosong, Lumpur sawit dan bungkil sawit . Berdasarkan potensi tahan kebun kelapa sawit untuk penyediaan pakan untuk sapi adatah sebagai berikut ; 1) biomas dari tanaman kelapa sawit, setiap hektar kebun sawit dapat menampung ± 130 pokok tanaman bila jarak tanam 9x9 m, satu pohon sawit menghasilkan 22 pelepah/tahun, bobot pelepah setelah dikupas 2,2 kg, sehingga setiap hektar dapat menghasilkan pelepah segar untuk pakan 9 ton/ha/tahun, selain itu adatah daun dengan bobot 0,5 kg/pelepah, sehingga jumlah daun yang dihasilkan mencapai 1,43 ton/ha/tahun, bobot tandan kosong sawit mencapai 3,68 ton/ha/tahun, 2) penghasit pakan hijauan dari rumput (gulma) sebanyak 5 ton/ha (pada tanaman sawit berumur + 10 tahun) 3) penanaman rumput (king grass) pada lahan kosong akibat sawitnya mati atau ditebang karena tidak produktif, biasanya kematian tanaman sawit mencapai 10 batang per hektar, sehingga jumlah jumlah rumput king grass yang bisa ditanam mencapai ± 1 .520 rumpun/ha (Sitomput, 2003) . Produk yang dihasilkan dari buah kelapa sawit adalah, dari 1000 kg tandan buah segar (TBS) menghasilkan 250 kg minyak sawit, 294 kg lumpur sawit, 180 kg serat perasan dan 35 kg bungkil sawit (Mathius et at, 2003) . Berdasarkan potensi yang ada di Lahan kebun sawit balk dari biomas ketapa sawit, rumput gulma, rumput hijauan yang bisa ditanam serta limbah yang bisa dimanfaatkan, telah dianalisa bahwa satu hektar lahan bisa menampung sapi Bali sebanyak 4 ekor (Sitomput, 2003) . Ketayakan skala usaha pemeliharaan sapi Bali per KK yang menguntungkan adalah sebanyak 7 ekor (6 ekor betina dan 1 ekor jantan) (Manti, et at, 2003) . Nitai tambah lain dari integrasi sawit sapi ini adalah produksi pupuk organik (kompos) dari kotoran sapi . Satu ekor sapi Bali mampu menghasilkan kotoran sebanyak 4-5 ton tahun, kalau dijadikan kompos menjadi + 2 ton/ekor/tahun . Sejumlah kompos ini mampu memupuk lahan kebun setuas 1 hektar . Kalau satu KK memelihara 7 ekor sapi, maka jumlah pupuk kompos yang dihasitkan sebanyak 14 ton/ tahun, atau mampu memupuk kebun sawit setuas 7 hektar/tahun . Pemanfaatan lain dari kotoran sapi adalah sebagai sumber energi untuk penerangan rumah tangga metatui pembuatan biogas . KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari tulisan ini dapat diambit beberapa kesimpulan ; 1 . Penerapan usahatani integrasi komoditas kelapa sawit dengan sapi Bali adalah merupakan suatu usaha agribisnis yang memberi keuntungan ganda secara optimal, mencakup peningkatan produtivitas tanaman dan tahan serta adanya efisiensi biaya produksi dan pemeliharaan . 2 . Potensi lahan kebun sawit (biomas tanaman) untuk penyediaan pakan mampu menampung sebanyak 4 ekor sapi per hektar
1 94
Ishak Manti
3 . Produk unggulan lain dari sistem integrasi selain minyak sawit, daging sapi tetapi juga pupuk organik, sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk buatan 4 . Implementasi integrasi sawit sapi juga berdampak positif terhadap lingkungan, karena semua limbah tanaman dan limbah pabrik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak Saran Perlu adanya sosialisasi atau percontohan model integrasi sawit sapi ini di lahan kebun perorangan (perkebunan rakyat), sehingga mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi petani secara umum . DAFTAR PUSTAKA Anonim . 1993 . Forum Komunikasi Kelapa Sawit 1 . Pusat Penelitian Ketapa Sawit . Pertemuan Teknis Budidaya Kelapa Sawit, Medan . Awaludin, R dan S . H, Masumi . 2003 . Systematic Beef Cattle Integration in Oil Palm Plantation with Emphasis on The Utilization of Undergrowth . Prosiding Lokakarya Nasional . Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Bengkulu, 9-10 September 2003 : hat . 23-35 . Bakti, D . 2002 . Kajian Aspek Biologi Coptotermes Curvignothus Holmgren Sebagai Dasar Penegndalian Rayap Pada Pertanaman Kelapa Sawit . Disertasi Doctor (Dr) pada Universitas Gajah Mada, Yogyakarta : 129 hat . Diwyanto, K, D . Sitomput ., I . Manti ., I .W. Mathius dan Soentoro . 2003 . Pengkajian Pengembangan Usaha Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Prosiding Lokakarya Nasional . Sistem Integrasi Ketapa Sawit-Sapi . Bengkulu, 9-10 September 2003 : hat . 11-23 . Ditjen Perkebunan . 2002 . Statistik Perkebunan Kelapa Sawit 2002 . Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta . Manti, I ., Azmi, E . Priyotomo ., D . Sitompul . 2003 . Kajian Sosial Ekonomi Sistem Integrasi Sapi dengan Kelapa Sawit (SISKA) . Prosiding Lokakarya Nasional . Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Bengkutu, 9-10 September 2003 : hat . 245-260 . Mathius, I . W ., D . Sitompul ., B .P . Manutrung dan Azmi . 2003 . Produk Somping Tanaman dan Pengolahan Buah Kelapa Sawit Sebagai Bahan Dasar Pakan Komplit untuk Sapi ; Suatu Tinjauan . Prosiding Lokakarya Nasional . Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Bengkulu, 910 September 2003 : hat . 120-128 Mulyani„ A ., F . Agus dan A . Abdurachman . 2003 . Kesesuaian Lahan Untuk Kelapa Sawit di Indonesia . Prosiding Lokakarya Nasionat . Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Bengkulu, 910 September 2003 : hat . 89-102 . Partohardjono, S . 2003 . Integrasi Tanaman Kelapa Sawit dengan Tanaman Pangan Jagung don Ubi Kayu di Lahan Kering . Prosiding Lokakarya Nasional . Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Bengkulu, 9-10 September 2003 : hat . 75-80 Purba, R ., Jayusman dan Z . Poeloengan . Pengembangan Polo Tanam Intercroping Kelapa Sawit (Elaeis Gueneensis Jacq) dan Jati (Tectona Grandis) . Prosiding Lokakarya Nasional . Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Bengkulu, 9-September 2003 : hat . 167-174 .
Prosiding Peternakan 2006
195
Sitompul, D . Desain Pembangunan Kebun dengan Sistem Usaha Terpadu Ternak Sapi Bali . Prosiding Lokakarya Nasionat . Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Bengkulu, 9-10 September 2003 : hat . 81-87 . Suharto . 2003 . Pengalaman Pengambangan Usaha Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit di Riau . Prosiding Lokakarya Nasional . Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Bengkulu, 9-10 September 2003 : hat . 57-66 . Yusron . M ., M . Januwati . 2003 . Pemonfaatan Lahan pada Kelapa Sawit Muda dengan TemuTemuan sebagai Tanaman Selo . Prosiding Lokakarya Nasional. Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Bengkulu, 9-10 September 2003 : hat . 199-210 .
1 96
Ishak Manti