KITAB BERSUCI
1. “Dari Umar bin Al Khaththab -radhiyallahu ‘anhu- beliau berkata; aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung niat-niatnya dalam satu riwayat; tergantung niatnya-, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya untuk memperoleh dunia atau seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya."
2. “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah tidak akan menerima shalat yang dikerjakan oleh salah seseorang diantara kalian jika ia berhadats sampai orang tersebut wudhu”
3. “Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Abu Hurairah dan A’isyah radhiyallahu ‘anhum, mereka berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “celakalah bagi tumittumit (yang tidak terbasuh) akan masuk neraka”
4. “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “"Jika salah seorang dari kalian berwudlu hendaklah dengan memasukkan air ke dalam hidung, barangsiapa beristinja' dengan batu hendaklah dengan bilangan ganjil. Dan jika salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya, hendaklah membasuh kedua telapak tangannya sebelum memasukkannya dalam bejana (air wudlunya) sebanyak tiga kali, sebab salah seorang dari kalian tidak tahu ke mana tangannya bermalam.”. Dalam redaksi Imam Muslim: “maka hendaklah dia menghirup air dengan kedua lubang hidungnya”. Dalam satu redaksi: “Barangsiapa yang berwudhu maka hendaklah menghirup air dengan kedua lubang hidungnya”
5. “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jangan sekali-kali salah seorang dari kalian kencing pada air yang tidak mengalir, lalu mandi darinya.” Dan (dalam redaksi) Imam Muslim: “Janganlah salah seorang di antara kalian mandi dalam air yang menggenang (diam), sedang dia dalam keadaan junub.”
6. “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika anjing menjilat bejana seorang dari kalian, maka hendaklah ia cuci hingga tujuh kali.” Dan (dalam redaksi) Imam Muslim: "Sucinya bejana kalian apabila ia dijilat oleh anjing adalah dengan mencucinya tujuh kali, yang pertama dengan tanah.”
7. Dan (dalam redaksi) beliau (Imam Muslim) dalam hadits Abdullah bin Mughaffal; bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila seekor anjing menjilat pada suatu wadah, maka kalian cucilah ia tujuh kali, dan gosoklah dengan tanah pada pencucian yang kedelapan.”
8. “Dari Humran, budak Utsman bin Affan radhiyallalahu ‘anhuma; bahwa ia melihat 'Utsman bin 'Affan minta untuk diambilkan air wudlu. lalu ia menuang bejana itu pada kedua tangannya, lalu ia basuh kedua tangannya sebanyak tiga kali. Kemudian ia memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudlunya, kemudian berkumur, memasukkan air ke dalam hidung dan mengeluarkannya. Kemudian membasuh mukanya tiga kali, membasuh kedua lengannya hingga siku tiga kali, mengusap kepalanya lalu membasuh kedua kakinya sebanyak tiga kali. Setelah itu ia berkata, "Aku telah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berwudlu seperti wudluku ini, beliau lalu bersabda: "Barangsiapa berwudlu seperti wudluku ini, kemudian dia shalat dua rakaat dan tidak berbicara antara keduanya, maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu.”
9. “Dari ‘Amr bin Yahta Al-Mazini dari ayahnya, ia berkata; "Aku pernah menyaksikan 'Amr bin Abu Hasan bertanya kepada 'Abdullah bin Zaid tentang wudlunya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu ia minta diambilkan satu gayung air, kemudian ia memperlihatkan kepada mereka cara wudlu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia menuangkan air dari gayung ke telapak tangannya lalu mencucinya tiga kali, kemudian memasukkan tangannya ke dalam gayung, lalu berkumur-kumur, lalu memasukkan air ke hidung lalu mengeluarkannya kembali dengan tiga kali cidukan, kemudian memasukkan tangannya ke dalam gayung, lalu membasuh mukanya tiga kali, kemudian membasuh kedua tangannya dua kali sampai ke siku. Kemudian memasukkan tangannya ke dalam gayung, lalu mengusap kepalanya dengan tangan; mulai dari bagian depan ke belakang dan menariknya kembali sebanyak satu kali, lalu membasuh kedua kakinya.” Dalam satu riwayat: “ia memulai dengan kepala bagian depannya, hingga ia menjalankan keduanya sampai tengkuknya, kemudian menariknya kembali hingga kembali ketempat dimana ia memulainya.” Dan Dalam satu riwayat: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang kepada kami, lalu kami menyiapkan air dalam sebuah bejana yang terbuat dari tembaga. Ath-Thur adalah sejenis bejana.
10. “Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam suka memulai dari sebelah kanan saat mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci dan dalam segala hal”
11. “Dari Nu’aim Al-Mujmir, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallallahu ‘alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda: “Sesungguhnya umatku akan dihadirkan pada hari kiamat dengan wajah berseri-seri karena sisa air wudlu, maka barangsiapa di antara kalian bisa memperpanjang cahayanya hendaklah ia lakukan.” Dan dalam redaksi Imam Muslim: "Aku melihat Abu Hurairah berwudlu, ia membasuh muka dan dan kedua tangannya hingga hampir sampai lengan, kemudian ia membasuh kedua kakinya hingga kedua betis. Kemudian ia berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya umatku akan dihadirkan pada hari kiamat dengan wajah berseri-seri karena sisa air wudlu, maka barangsiapa di antara kalian bisa memperpanjang cahayanya hendaklah ia lakukan.”
12. Dan dalam redaksi Imam Muslim: “Aku telah mendengar kekasihku shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perhiasan (cahaya) seorang mukmin adalah sejauh mana air wudlunya membasuh.”
Bab Adab Masuk WC dan Istijmar
13. Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan bahwa jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam hendak masuk WC berdo’a, “Allahumma inni a’udzu bika minal khubtsi wal khabaits (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari para setan perempuan dan laki-laki).1
14. Abu Ayyub Al Anshari Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan bahwa Rasullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,” Jika kalian mendatangi tempat buang air, maka janganlah buang hajat dan kencing dengan menghadap kiblat dan jangan pula membelakanginya. Akan tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat.” Abu Ayyub mengatakan, “Kami tiba di Syam, namun kami dapati WC di sana dibangun menghadap ke arah Ka’bah. Oleh karena itu, kami bergeser dari arah kiblat dan memomohon ampun kepada Allah Azza Wajalla.2
1 2
Muslim dalam Ath Thaharah (40), Nasaai dalam Ath Thaharah (149) Bukhari dalam Ash Shalat (394).
15. Abdullah bin Umar bin Al Khatab Radhiyallahu ‘Anhuma berkata, “Suatu hari aku naik di atas rumah Hafshah. Aku melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam buang hajat menghadap Syam dan membelakangi Ka’bah.” 3
16. Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan, “Dulu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memasuki WC. Aku dan orang yang sebaya denganku lantas membawakan kantong kulit berisi air beserta tombak pendek. Beliau lalu membersihkan kotoran dengan menggunakan air tersebut.” 4
17. Abu Qatadah Al Harits bin Rib’I Al Anshari Radhiyallahu ‘Anhuma menuturkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian memegangi kemaluannya dengan tangan kananya saat kencing. Tidak pula cebok dengan tangan kanannya. Jangan pula bernapas dalam wadah.” 5
3
Tirmidzi dalam Ath Thaharah (11) dengan lafal dari beliau, Bukhari dalam Al Wudhu (146) Bukhari dala Al Wudhu (152), Muslim dalam At Thaharah (70) 5 Muslim dalam Ath Thaharah (63) 4
18. Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melewati dua buah kuburan. Beliau lantas bersabda, “Dua orang penghuni kubur ini sedang disiksa. Keduanya disiksa lantaran perkara yang mereka sangka bukan dosa besar. Salah seorang di antara keduanya tidaklah bertabir ketika kencing. Sedangkan satunya lagi adalah orang yang suka mengadu domba.” Nabi lantas mengambil pelepah kurma yang basah dan membelahnya jadi dua bagian. Beliau lalu menancapkan di masing-masing kubur tersebut satu belahan. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa Anda melakukan hal ini?.” Nabi menjawab, “Semoga ini bisa meringankan (siksaan yang menimpa kedua orang ini) selama kedua belah pelepah itu belum kering.”6
BAB 2 Bersiwak
19. Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Sekiranya tidaklah memberatkan umatku, maka aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali hendak shalat.”7
20. Hudzaifah bin Al Yaman Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bangun malam, beliau menggosok mulutnya dengan siwak.”8
6
Bukhari dalam Al Wudhu (8), Muslim dalam Ath Thaharah (111) Muslim dalam Ath Thaharah (42), Tirmidzi dalam Ath Thaharah (22) 8 Bukhari dalam Al Wudhu (245), Muslim dalam Ath Thaharah (46) 7
21. Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata, “Abdurrahman bin Abi Bakr Ash Shidiq Radhiyallahu ‘Anhuma masuk menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Ketika iti Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sedang bersandar ke dadaku. Abdurrrahman membawa siwak basah yang digunakannya untuk mengggosok giginya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menatap terus siwak tersebut. Aku lantas menga,bil siwak itu dan mematahkannya dengan gigi dan memperbaikinya. Aku menyerahkan siwak itu kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menggunakannya untuk menggosok gigi. Belum pernah aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menggosok gigi lebih baik daripada saat itu.setelah selesai, Beliau mengangkat tangan atau jarinya kemudian mengatakan, Di Ar Rafiiqul A’la’9, sebanyak tiga kali, kemudian beliau pun meninggal dunia.” Aisyah mengatakan, “ Beliau meninggal di antara tulang selangka dan ujung tenggoroanku.” Dalam lafal yang lain dikatakan, “Kulihat beliau memandangi siwak itu. Aku tahu bahwa beliu menyukai siwak. Aku pun mengatakan, ‘Maukah aku ambilkan siwak itu untukmu?’ Beliau pun memberikan isyarat dengan kepalanya yang berarti, ‘Ya.’” Lafal di atas adalah lafal yang diriwayatkan oleh imam Bukhari. Imam Muslim juga meriwayatkan lafal yang semacam itu.10
9
Yang dimaksud Ar Rafiiqul A’la ialah orang-orang yang disyaratkan dalam surat An Nisa;, “…bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahkan nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih; dan mereka itulah teman-teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An Nisa:69) 10 Bukhari dalam Al Maghazi (4438, 4449)
22. Abu Musa Al Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan, “Aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Ketika itu beliau sedang menggosok gigi dengan siwak basah. Dengan ujung siwak di lidahnya, beliau mengatakan, ‘U’, ‘u’. Siwak itu masih berada di dalam mulutnya, seakan-akan beliau hendak muntah.”11
BAB 3 Mengusap Sepatu
23. Al Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan, “Aku pernah bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam sebuah perjalanan. Aku pun turun untuk melepas kedua sepatu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Beliau bersabda, ‘Biarkan saja sepatu itu karena aku memakainya dalam keadaan suci.”12. Nabi lantas mengusap kedua sepatu tersebut.
24. Hudzaifah bin Al Yaman mengatakan, “Aku bersama Rasulullah dalam sebuah perjalanan. Beliau buang air kecil kemudian berwudhu dan mengusap sepatu.” (Hadits ini disampaikan secara ringkas)13
11
Abu Dawud dalam Ath Thaharah (45), Bukhari dalam Al Wudhu (75) Bukhari dalam Al Wudhu 13 Bukhari meriwayatkan secara lengkap dalam Ash Shalat (350) 12
BAB 4 Madzi dan Sejenisnya
25. Ali bin Thalib Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan, “Aku adalah seorang lelaki yang gampang keluar madzinya. Sementara aku merasa malu untuk bertanya langsung kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam karena putri beliau (adalah istriku). Aku lalu menyuruh Al Miqdad bin Al Aswad. Al Miqdad lantas bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Beliau pun menjawab, ‘Hendaknya dia membasuh kemaluannya dan berwudhu.’” Dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan, “Berwudhulah dan basuhlah kemaluanmu.” Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan, “Berwudhulah dan basuhlah kemaluanmu.”14
26. Abbad bin Tamim menuturkan bahwa Abdullah bin Zaid bin Ashim Al Mazini Radhiyallahu ‘Anhum menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ditanya tentang orang yang seolah-olah merasakan sesuatu ketika mengerjakan shalat. Nabi menjawab, “Janganlah dia pergi (membatalkan shalatnya) sebelum mendengar suara (kentut) atau mencium bau (kentut).” 15
14 15
Muslim dalam Al Haidh (17, 19), Bukhari dalam Al Ghusi (269) Bukhari dalam Al Wudhu (137), Muslim dalam Haidh (98)
27. Ummu Qais binti Mihshan Al Asadiyah menuturkan bahwa dirinya mendantangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dengan membawa anak laki-lakinya yang masih kecil dan belum makan sesuatu (selain ASI, pent.). Nabi mendudukkan anak itu di atas pangkuannya. Bayi itu lantas ngompol di atas pakaian Nabi. Beliau meminta air lalu memercikkan air tersebut pada pakaiannya dan tidak membasuhnya.16
28. Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘Anha mengatakan bahwa ada bayi laki-laki yang dibawa kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Bayi itu lantas ngompol di atas pakaian beliau. Beliau lalu meminta air dan memercikkan air tersebut pada kencing (yang mengenai baju, pent.). Dalam riwayat Imam Muslim dikatakan, “Beliau lantas memercikkannya pada kencing (yang mengenai pakaiannya) tersebut dan tidak mencucinya,”17
29. Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan, “Ada seorang Arab badui dating dan kencing di salah satunya bagian masjid. Para sahabat menghardiknya, akan tetapi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melarang mereka. Tatkala orang itu selesai kencing, Nabi
16 17
Bukhari dalam Al Wudhu (223), Nasaai dalam Ath Thaharah (300) Bukhari dalam Al Wudhu (222), Muslim dalam Ath Thaharah (101)
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam meminta seember air kemudian disiramkan pada (tempat yang terkena kencing tersebut, pent.).”18
30. Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan bahwa dirinya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Fitrah (yang berupa amalan) ada lima, yaitu; khitan, mencukur bulu kemaluan, menggunting kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.”19
BAB 5 Mandi Janabah
31. Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bertemu dengannya di salah satu jalan kota Madinah. Ketika itu dia dalam keadaan junub. Abu Hurairah mengatakan, “Aku menghindar dari beliau dan pergi mandi. Aku lantas menemui beliau.” Nabi bersabda, “Dimanakah kamu tadi wahai Abu Hurairah?” “Aku tadi sedang junub karena itu aku enggan duduk-duduk denganmu dalam keadaan tidak suci, “ jawab Abu Hurairah.
18 19
Bukhari dalam Al Wudhu (221) Bukhari dalam Al Libas (5889), Muslim dalam Ath Thaharah (257)
Nabi bersabda, “Mahasuci Allah, sesungguhnya seorang muslim –dalam riwayat lain, mukmin- tidaklah najis.”20
32. Aisyah Radhiyallahu ‘Anha menuturkan bahwa jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam hendak mandi janabah, maka beliau membasuh kedua telapak tangannya lantas berwudhu seperti wudhu untuk shalat, kemudian menyela-nyela rambutnya dengan kedua tangannya hingga manakala beliau merasa yakin bahwa beliau telah membasuhi kulit kepalanya, beliau mengguyurnya dengan air sebanyak tiga kali, kemudian membasuh anggota tubuh yang lainnya.21
33. Aisyah mengatakan, “Aku pernh mandi bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dari satu bejana dan kami menciduk air dari bejana itu berbarengan.”22
34. Maimunah bin Al Harits Radhiyallahu ‘Anhuma, isteri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, mengatakan, “Aku meletakkan air untuk mandi janabah bagi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa 20
Bukhari dalam Al Ghusl (285) Bukhari dalam Al Ghusl (285), Nasaai dalam Al Ghusl dan At Tayammum 22 Bukhari dalam Al Ghusl (273), Nasaai dalam Ath Thaharah (232) 21
Sallam. Beliau lantas menuangkan (air) dengan tangan kanannya pada tangan kirinya sebanyak dua atau tiga kali. Beliau lalu membasuh kemaluannya. Beliau menepukkan tangan pada tanah atau tembok –sebanyak dua atau tiga kali-. Beliau lantas berkumur-kumur, memasukkan air dalam hidung, membasuh wajah dan kedua lengannya, lantas membasuh anggota tubuh yang lainnya. Beliau lalu membasuh dan mencuci kedua kakinya.” Maimunah berkata, “Aku lantas mendatangi beliau dengan membawa kain, akan tetapi beliau tidak menghendakinya. Beliau kemudian mulai mengusap air dengan kedua tangannya.”23
35. Abdullah bin Umar menuturkan bahwa Umar bin Al Khathab Radhiyallahu ‘Anhuma mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami diperbolehkan tidur dalam keadaan junub?” Nabi menjawab, “Boleh, jika dia sudah berwudhu maka dia boleh tidur meskipun dalam keadaan junub.”24
36. Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anha, isteri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mengatakan bahwa Ummu Sulaim, isteri Abu Thalhah, menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidaklah malu untk menjelaskan kebenaran. Apakah seorang wanita itu diwajibkan mandi jika dia mimpi basah? “ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Ya, jika dia memang melihat air (di pakaiannya).25
23
Bukhari dalam Al Ghusl Bukhari dalam Al Ghusl (287) 25 Bukhari dalam Al Ghusl (282), Muslim dalam Al Haidh (32) 24
37. Aisyah Radhiyallahu ‘Anha mengatakan, “Aku membasuh mani (yang mani basah) yang mengenai pakaian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Beliau lantas keluar untuk shalat padahal basahan air masih tampak pada pakaiannya.” Dalam riwayat Imam Muslim dikatakan, “Aku mengerik mani (yang sudah kering) dari pakaian Rasulullah, lantas beliau pakai untuk shalat.”26
38. Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anha menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Jika seseorang menindih empat anggota tubuh istrinya27 kemudian memasukkan kemaluannya pada kemaluan isterinya, maka dia wajib mandi. “ Dalam riwayat Imam Muslim dikatakan, “Walaupun dia tidak mengeluarkan air mani.”28
26
Bukhari dalam Al Wudhu (299), Muslim dalam Ath Thaharah (108) Kiasan untuk menggauli isteri, pent 28 Bukhari dalam Al Ghusl (291), Muslim dalam Al Haidh (525) 27
39. Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Al Husain bin Ali Radhiya”llahu ‘Anhum menuturkan bahwa dirinya dan bapaknya berada di dekat Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘Anhuma. Ketika itu ada banyak orang berada di sekitarnya yang bertanya tentang masalah mandi. Jabir menjawab, “Engkau cukup dengan menggunakan satu sha’ air.” Ada seorang mengatakan, “Itu tidak cukup bagiku.” Jabir mengatakan, “Air seukuran itu telah mencukupi orang yang memiliki rambut lebih lebat darimu dan lebih baik darimu –yang dimaksud adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Nabi lantas mengimami kami dengan satu pakaian.”29 Dalam lafal yang lain dikatakan, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mengguyur kepalanya dengan tiga kali.” Muhammad bin Ali mengatakan bahwa orang yang berkata, “itu tidak cukup bagiku” adalah Al Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib Radhiya”llahu ‘Anhum, dan bapaknya bernama Muhammad bin Al Hanafiyah.”30
29
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan tidak diriwayatkan oleh Imam Muslim
30
Bukhari dalam Al Ghusl (252,247)
BAB 6 Tayamum
40. Imran bin Hushain Radhiya”llahu ‘Anhu menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melihat seseorang yang menyingkir dan tidak mengerjakan shalat bersama yang lain. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam lantas bertanya, “Wahai fulan, apa yang menghalangingu untuk mengerjakan shalat bersama yang lain?” Orang itu menjawab, “Duhai Rasulullah, aku lagi junub padahal sedang tidak ada air.” Nabi bersabda, “Kamu bisa menggunakan permukaan bumi. Itu sudah cukup bagimu.”31
41. Ammar bin Yasir Radhiya”llahu ‘Anhuma menuturkan bahwa dirinya diutus Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam untuk suatu keperluan. Namun, dia kemudian junub dan tidak mendapatkan air. Dirinya lantas bergulung-gulung dengan tanah sebagaimana binatang. Setelah itu, dia menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan menceritakan hal itu kepada beliau. Nabi bersabda, “Sesungguhnya engkau cukup berbuat dengan kedua tanganmu sebagai berikut.”
31
Bukhari dalam At Tayammum (348), Nasaai dalam Ath Thaharah (319)
Nabi lantas menepukkan kedua telapak tangan ke tanah sekali, lalu mengusapkan tangan kiri pada tangan kanan, mengusap punggung kedua telapak tangan dan wajahnya.”32
42. Jabir bin Abdullah Al Anshari Radhiya”llahu ‘Anhuma menuturkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Aku diberi lima perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelumnya. (Lima perkara tersebut adalah) aku diberi pertolongan dengan ketakutan (musuh) sebulan lamanya, bumi ini dijadikan untukku sebagai masjid dan alat bersuci sehingga siapa pun dari umatku ini yang mendapatkan waktu shalat telah tiba, maka hendaknya dia shalat. Selanjutnya, harta rampasan perang dihalalkan untukku padahal belum pernah dihalalkan kepada siapa pun sebelumku. Di samping itu, aku diberi syafaat. Terakhir, setiap Nabi diutus khusus untuk kaumnya sedang aku diutus untuk seluruh manusia.”33
BAB 7 Haid
32 33
Muslim dalam Al Haidh (112) Bukhari dalam At Tayammum (335)
43. Aisyah Radhiya”llahu ‘Anha menuturkan bahwa Fatimah binti Abu Hubaisy bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dengan berkata, “Sesungguhnya aku mengalami istihadhah34 dan aku tidak pernah suci, apakah aku diperkenankan minggalkan shalat?” Nabi menjawab, “Tidak boleh, sesungguhnya itu darah yang keluar dari ujung bawah rahim. Akan tetapi tinggalkanlah shalat pada hari yang biasanya engkau haid, kemudian mandilah dan kerjakan shalat.” Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Itu bukanlah darah haid. Jika masa haid telah tiba, maka tinggalkanlah shalat pada saat itu. Jika masanya telah habis, maka bersihkanlah darah tersebut darimu, lalu kerjakanlah shalat.”35
44. Aisyah Radhiya”llahu ‘Anha menuturkan bahwa Ummu Habibah mengalami istihadhah selama tujuh tahun. Karena itu dia lantas bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tentang permasalahannya. Beliau lalu memerintahkannya untuk mandi. Beliau bersabda, “Itu adalah darah yang keluar dari ujung bawah rahim.” Maka Ummu Habibah mandi setiap kali hendak shalat.36
45. Aisyah Radhiya”llahu ‘Anha mengatakan, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dari sebuah bejana padahal kami berdua sedang junub.”37
34
Istihadhah adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita secara terus-menerus di luar masa haidh, pent Bukhari dalam Al Haidh (306), Muslim dalam Al Haidh (333) 36 Bukhari dalam Al Haidh (327) 37 Bukhari dalam Al Haidh (299) 35
46. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memerintahkanku, kemudian aku bersarung (menutupi pusar hingga lutut). Nabi lalu mencumbuiku sementara aku sedang haid.38
47. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam juga pernah mengeluarkan kepalanya kepadaku ketika beliau sedang I’tikaf. Aku lantas membersihkannya sementara aku sedang haid.39
48. Aisyah Radhiya”llahu ‘Anha mengatakan, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersandar di pangkuanku, padahal aku sedang haid, kemudian beliau membaca Al-Qur’an.”40
49. Muadzah binti Abdullah menuturkan bahwa dirinya pernah bertanya kepada Aisyah Radhiya”llahu ‘Anha. Muadzah berkata, “Mengapa orang haid harus mengganti puasa pada hari yang lain akan tetapi tidak mengganti shalat pada hari yang lain?” Aisyah berkata, “Apakah engkau termasuk kelompok Haruriyah41? Muadzah menjawab, “Aku bukanlah seorang Haruriyah, tetapi aku sekadar bertanya.” Aisyah menjawab, “ Kami pernah mengalami haid. Kami perintahkan untuk mengqadha puasa. Namun, kami tidak diperintahkan untuk mengqadha shalat.”42
38
Bukhari dalam Al Haidh (300) Bukhari dalam Al Haidh (301) 40 Bukhari dalam Al Haidh (301) 41 Nama haruriyah dinisbahkan kepada suatu daerah dekat Kufah yang bernama Harura’. Dari daerah itulah muncul salah satu kelompok dari Khawarij yang pertama kali memerangi Ali bin Abu Thalib. Oleh karena itu, Khawarij juga dikenal sebagai Haruriyah. (Taisir Alam Syarah Umdatul Ahkam: 176) 42 Muslim dalam Al Haidh (335) 39