REPRESENTASI HAK MUSLIM DALAM FILM AIR MATA FATIMAH
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh: Thabitha Nasthy Dhiraja NIM: 1112051000141
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M
i
ABSTRAK Thabitha Nasthy Dhiraja NIM: 1112051000141 Representasi Hak Muslim dalam Film Air Mata Fatimah Film merupakan media komunikasi massa. Film merupakan alat informasi yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Akan tetapi tidak selalu hal-hal yang ditayangkan dalam film dapat dimengerti tanpa pengamatan yang mendalam. Air Mata Fatimah merupakan film drama religi yang diangkat dari sebuah kisah nyata. Film Air Mata Fatimah ini menggambarkan bagaimana Hamda dan Fatimah anak semata wayangnya yang memperjuangkan hak-hak keIslamannya. Film drama religi ini merupakan film yang berbeda dengan film lainnya, pasalnya film-film lain yang selama ini hadir lebih mengedepankan percintaan dan berbalut religi, sedangkan film Air Mata Fatimah lebih mengedepankan religi sosial. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana makna denotasi, konotasi dan mitos yang ada dalam film Air Mata Fatimah? Bagaimana perjuangan seorang anak gadis yang menuntut hak keIslamannya di representasikan film Air Mata Fatimah? Metodologi penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme dan pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan Metode penelitian yang digunakan adalah analisis semiotika Roland Barthes. Teknik pengumpulan data dengan wawancara yang diajukan kepada sutradara film Air Mata Fatimah. Teknik observasi berupa pengamatan dan pencatatan dengan cara menonton dan mengamati dialog dan adegan dalam film Air Mata Fatimah, kemudian mencatat dan menganalisisnya. Penulis juga melakukan teknik dokumentasi berupa pengumpulan dokumen-dokumen berupa film Air Mata Fatimah, serta referensi dari artikel, surat kabar, majalah, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penulisan ini. Penelitian ini menggunakan teori representasi Stuart Hall dan konsep semiotika Roland Barthes. Menurut Stuart Hall representasi merupakan perwakilan yang menghubungkan makna dan bahasa. Representasi dapat berwujud gambar, kata, cerita yang mewakili ide, emosi, fakta dan sebagainya. Dan bagaimana representasi tersebut dikaitkan dengan semiotika Roland Barthes yang mengembangkan semiotik menjadi dua tataran pertanda tentang makna yang terkandung dalam film. Barthes menjelaskan signifikasi tahap pertama merupakan hubungan penanda dan petanda yang disebut sebagai denotasi, kemudian konotasi adalah istilah untuk menunjukan signifikasi tahap kedua, pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos. Hasil penulisan mengacu kepada representasi hak muslim yang disampaikan melalui tokoh-tokoh, dialog, perilaku, karakter dan kejadian dalam film Air Mata Fatimah. Penulis menemukan bahwa film ini menggambarkan bagaimana perjuangan seorang gadis muslim yang menuntut hak-haknya yang terdapat dalam scene 21, scene 29-32, scene 43, scene 49-54, scene 55 dan scene 95. Film ini menggambarkan keterbatasan hak seorang gadis muslim dalam kemerdekaan beragama, tidak mendapatkan hak persamaan, dan tidak mendapatkan hak milik dan hak hidup. Keyword: Semiotika, Representasi, Film, Hak, Air Mata Fatimah
ii
KATA PENGANTAR bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji dan syujur kita panjatkan kepada Allah SWT. Dialah tempat bersandar, dan sumber hidup yang tanpa batas, Rahman dan Rahim tetap menghiasi asma-Nya, sehingga penulis diberikan kekuatan fisik dan psikis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Representasi Hak Muslim dalam Film Air Mata Fatimah”. Sholawat serta salam tetap tercurahkan atas penghulu umat Islam Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang telah membuka pintu keimanan yang bertauhidkan kebenaran dan pencerahan atas kegelapan manusia serta uswatun hasanah yang dijadikan sebuah pelajaran bagi muslim dan muslimah hingga akhir zaman. Pada kesempatan yang baik ini, izinkan penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih pada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Arief Subhan, M. A. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Dr. Suparto, P.hD. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Ibu Roudhonah, M. Ag. Serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Dr. Suhaimi, M. Si.
iii
2. Bapak Drs. Masran, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Ibu Fita Fathurokhmah, M. Si, Sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Gun Gun Heryanto, M. Si, Selaku Dosen Penasehat Akademik KPI E angkatan 2012 yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan proposal skripsi.. 5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mewariskan ilmu kepada penulis selama masa aktif perkuliahan. Semoga ilmu yang Bapak dan Ibu berikan bermanfaat bagi penulis dan menjadi amal baik yang akan terus mengalir. 6. COSMIC PRODUCTION, rumah produksi film Air Mata Fatimah yang telah memberikan izinnya kepada penulis untuk melakukan penelitian film produksinya. Serta Bapak Bayu Pamungkas Atmojo selaku Sutradara film Air Mata Fatimah yang telah meluangkan waktunya kepada penulis untuk diwawancarai. 7. Para staf Tata Usaha (TU) yang telah membantu surat-menyurat untuk penelitian skripsi ini. dan juga para staf perpustakaan yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas buku-buku referensi. 8. Kedua orang tua tercinta, Bapak Sobary Firmansyah dan Ibu Nani Nasution atas segala kasih sayang, perhatian, serta semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
iv
9. Sahabat tercinta, Falah Fachrani, Fitri Permatasari, Mia Kurnia yang selalu memberi dorongan, masukan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 10. Teman-teman seperjuangan KPI E 2012, Mudillah, Aisyah, Sarah, Syifa, Nenden, Dityan, Bilqis, Nufus, dan yang lainnya, yang telah bersama-sama berjuang masuk ke Universitas, dan selalu menjadi tempat bertukar pikiran serta berbagi pengalaman yang berharga selama berada di bangku kuliah. 11. Kawan-kawan KKN Al-Malika yang saat ini tengah berjuang juga menghadapi skripsi di fakultas masing-masing. 12. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga pasrtisipasi mereka dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan yang baik dari-Nya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
Thabitha Nasthy Dhiraja
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ A. B. C. D. E. F.
1
Latar Belakang Masalah ....................................................................... Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................ Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ Tinjauan Pustaka .................................................................................. Metodologi Penelitian .......................................................................... Sistematika Penulisan ..........................................................................
1 4 5 6 7 12
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP ..................
14
A. Teori Representasi Stuart Hall ............................................................. B. Ruang Lingkup Semiotika.................................................................... 1. Pengertian Semiotika ............................................................... 2. Semiotika Roland Barthes ........................................................ C. Konsep Hak Seorang muslim ............................................................... D. Tinjauan Tentang Film ......................................................................... 1. Pengertian Film ........................................................................ 2. Film Sebagai Media Komunikasi Massa.................................. 3. Jenis-Jenis Film ........................................................................ 4. Unsur-Unsur dalam Film ......................................................... 5. Struktur Film ............................................................................
14 17 17 20 22 24 24 26 26 28 30
BAB III GAMBARAN UMUM FILM AIR MATA FATIMAH ....................
33
A. B. C. D.
Sekilas Tentang Film Air Mata Fatimah .............................................. Sinopsis Film Air Mata Fatimah .......................................................... Profil Sutradara Film Air Mata Fatimah .............................................. Pemain Film Air Mata Fatimah............................................................ 1. Reyhanna Alhabsyi .................................................................. 2. Anindika Widya .......................................................................
33 34 36 36 36 38
vi
3. Reza Pahlevi ............................................................................. 4. Oka Sugawa ............................................................................. 5. Dwi Andhika ............................................................................ 6. Jajang C. Noer .......................................................................... E. Tim Produksi Film Air Mata Fatimah ..................................................
39 41 41 43 44
BAB IV TEMUAN ANALISIS DATA ...........................................................
46
A. Semiotika Cerita dalam Film Air Mata Fatimah .................................. 1. Scene 1 ..................................................................................... 2. Scene 2 ..................................................................................... 3. Scene 3 ..................................................................................... 4. Scene 4 ..................................................................................... 5. Scene 5 ..................................................................................... 6. Scene 6 ..................................................................................... B. Representasi Makna dalam Film Air Mata Fatimah ............................
46 46 51 61 65 72 76 79
BAB V PENUTUP ...........................................................................................
83
A. Kesimpulan .......................................................................................... B. Kritik dan Saran ...................................................................................
83 84
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
86
LAMPIRAN .....................................................................................................
88
vii
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Scene 1 .............................................................................................
47
Tabel 4.2 Scene 2 .............................................................................................
52
Tabel 4.3 Scene 3 .............................................................................................
61
Tabel 4.4 Scene 4 .............................................................................................
66
Tabel 4.5 Scene 5 .............................................................................................
73
Tabel 4.6 Scene 6 .............................................................................................
76
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes ..........................................................
21
Gambar 3.1 Bayu Pamungkas Atmodjo ...........................................................
36
Gambar 3.2 Reyhanna Alhabsyi ......................................................................
36
Gambar 3.3 Anindika Widya ...........................................................................
38
Gambar 3.4 Reza Pahlevi .................................................................................
39
Gambar 3.5 Oka Sugawa..................................................................................
41
Gambar 3.6 Dwi Andhika ................................................................................
41
Gambar 3.7 Jajang C. Noer ..............................................................................
43
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Komunikasi massa merupakan media yang sangat berpengaruh bagi manusia. Komunikasi massa bekerja seperti jarum hipodermik atau teori peluru yang banyak dicetuskan oleh pakar ilmu komunikasi, di mana kegiatan mengirimkan pesan sama halnya dengan tindakan menyuntikkan obat yang dapat langsung merasuk ke dalam jiwa penerima pesan.1 Salah satu bentuk media komunikasi massa yang paling diminati adalah film, karena melalui film pesan-pesan yang ingin disampaikan komunikator dapat disalurkan dan dapat diterima oleh komunikan dengan baik. Film yang menampilkan dan mempertunjukkan gambar-gambar hidup seolaholah memindahkan realitas ke atas layar besar. Maka tak heran apabila film menjadi media komunikasi massa yang paling banyak diminati dari dulu hingga saat ini. Film merupakan karya estetika sekaligus sebagai alat informasi yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Akan tetapi tidak selalu hal-hal yang ditayangkan dalam adegan pada film dapat dimengerti tanpa ada pengamatan yang mendalam, seringkali adegan yang muncul mengandung pesan yang diwakilkan oleh properti-properti yang di visualisasikan pada tayangan film itu sendiri. Film juga merupakan ekspresi atau pernyataan dari sebuah kebudayaan. Ia juga mencerminkan
1
Morrisan, Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, (Tanggerang: Ramdina Prakasa, 2005), h. 12
1
2
dan menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas terlihat dalam masyarakat.2 Maka dari itu terkadang kita harus lebih teliti dengan apa yang kita tonton sehingga dapat memahami apa yang ingin disampaikan dan dimaksud dari isi sebuah film. Pembuatan film tidaklah mudah dan tidak sesingkat saat kita menontonnya, tetapi membutuhkan waktu dan proses yang sangat panjang baik proses pemikiran maupun proses teknik. Proses pemikiran berupa pencarian ide atau gagasan cerita yang akan digarap, sedangkan proses teknik berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan ide atau gagasan menjadi sebuah film yang siap ditonton. Pencarian ide atau gagasan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengangkat kisah dari novel, kisah nyata, cerpen, puisi, dongeng atau bisa juga mengacu pada buku catatan pribadi. Maka film yang diangkat oleh penulis ialah film “Air Mata Fatimah” yang ide ceritanya diambil atau berasal dari sebuah kisah nyata yang pernah terjadi di daerah Sumatera. Film ini merupakan film drama religi yang mengisahkan tentang perjuangan Hamda dan anak semata wayangnya yang bernama Fatimah. Setiap hari mereka harus berjuang dengan kehidupan yang cukup memprihatinkan. Mereka tersisih dari keramaian penduduk desa dan tinggal di sebuah gubuk kecil di atas bukit yang jauh dari kehidupan perkampungan. Hal ini dikarenakan, Hamda yang berprofesi sebagai wanita tuna susila yang sering dicemooh dan diasingkan oleh warga.
2
Pranajaya, Film dan Masyarakat, Sebuah Pengantar, (Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman, 1992), h. 6
3
Hamda dan Fatimah yang terbuang menjadi menderita lahir dan batin karena profesi sang Ibu yang hina tersebut. Suatu hari Hamda mengalami dilema yang sangat serius ketika Fatimah tidak menginginkan baju bagus untuk dikenakan, melainkan ia ingin mempunyai Kitab Suci Al-Quran, mukena, sajadah, dan buku-buku Agama Islam. Tentu saja Hamda yang berprofesi sebagai wanita tuna susila tidak berani membelikan Fatimah alat-alat suci Islam dengan uang hasil ia bekerja. Ketika Hamda dan Fatimah hendak membeli alat-alat suci segera di usir dari toko dan di keroyok massa kampung tersebut karena dianggap tidak pantas untuk membeli barang tersebut mengingat pekerjaan sang ibu. Sebagai seorang muslim maka Fatimah memperjuangkan dan menuntut hak-haknya sebagai seorang muslim yang ingin mempelajari Agama Islam secara mendalam. Film religi ini merupakan film yang berbeda dengan film religi lainnya,
pasalnya
film-film
lain
yang
selama
ini
hadir
lebih
mengedepankan percintaan dan berbalut religi. Sedangkan film Air Mata Fatimah lebih mengangkat religi sosial yang benar-benar mengandung pesan moral Islam bagi penontonnya. Film ini dapat dikatakan sebagai media dakwah, karena film ini mengandung nilai-nilai Islam dalam rangka mengadakan suatu perbaikan umat dari kondisi buruk kepada kondisi yang lebih baik lagi. Dakwah saat ini tidak selalu hanya melihat para Dai‟ah yang memberikan tausyiah di depan mimbar dan forum majelis, melainkan sudah berkembang kepada era globalisasi modern seperti melalui media film. Dakwah adalah suatu kegiatan ajakan, baik berbentuk lisan maupun
4
tulisan (tingkah laku) dan sebagainya dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha memengaruhi orang lain, baik secara individu maupun kelompok, agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terrhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa unsur-unsur paksaan.3 Dengan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai makna simbolis mengenai representasi perjuangan gadis muslim yang menuntut hak-hak untuk mempelajari Agama Islam secara mendalam dalam film Air Mata Fatimah. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
sekaligus
dijadikan
sebagai
judul
skripsi
yaitu:
“REPRESENTASI HAK MUSLIM DALAM FILM AIR MATA FATIMAH” B.
Batasan dan Rumusan Masalah Agar penelitian ini menjadi lebih terarah, maka penulis sengaja membatasi pengambilan adegan-adegan dalam film “Air Mata Fatimah” yang memiliki simbol dan merepresentasikan perjuangan Fatimah yang menuntut hak-haknya, dari total 95 scene menjadi 6 bagian yaitu scene 21, scene 29-32, scene 43, scene 49-54, scene 55 dan scene 95. Berdasarkan pembatasan masalah tadi, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
3
M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993) cet. Ke-2, h. 17
5
1. Bagaimana makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam film Air Mata Fatimah? 2. Bagaimana perjuangan seorang anak gadis yang menuntut hak keislamannya di representasikan film Air Mata Fatimah? C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitianya adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam film Air Mata Fatimah. b. Untuk mengetahui bagaimana perjuangan seorang anak gadis yang menuntut hak keIslamannya di representasikan dalam film Air Mata Fatimah. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademik Diharapkan
hasil
penelitian
ini
dapat
memberikan
kontribusi dan menjadi referensi di bidang ilmu komunikasi, bagi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), dalam mengembangkan penelitian skripsi menganalisis film dalam kajian semiotika.
6
b. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah diharapkan bisa memberikan deskripsi dalam membaca makna
yang
terkandung dalam sebuah film melalui kajian semiotika. Selain itu, dari segi praktis diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi praktisi perfilman terutama untuk memberikan sudut pandang lain dalam melihat sebuah film. D.
Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan yang ada di Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun beberapa skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, diantaranya yaitu: 1. Skripsi Sita Mawarni Murdiarti (109051000167) dengan judul “REPRESENTASI SIMBOL KEISLAMAN FILM MATA TERTUTUP KARYA GARIN NUGROHO”. Dalam skipsi tersebut penulis menganalisis simbol keIslaman dalam film Mata Tertutup. Penulis menggunakan model analisis semiotika Charles Sanders Pierce dan teori representasi. Kesamaan metode yang digunakan yaitu analisis teori reprentasi, yang kemudian dijadikan alasan penulis mengambil skripsi tersebut sebagai acuan. Akan tetapi tentu saja terdapat perbedaan dengan skripsi penulis, yaitu dari segi kasus yang diteliti dan teori yang digunakan.
7
2. Skripsi
Meta Yunita
Kusuma (109051000152) dengan
judul
“REPRESENTASI TOLERANSI UMAT BERAGAMA DALAM FILM SANG MARTIR”. Dalam skripsi tersebut penulis membahas tentang representasi toleransi umat beragama dalam film Sang Martir dengan menggunakan metode analisis semiotik Charles Sanders Pierce. Kesamaan pada teori representasi yang digunakanlah yang menjadi alasan penulis menjadikan skripsi tersebut sebagai acuan. Akan tetapi tentu saja selalu terdapat perbedaan skripsi penulis, yaitu dari segi kasus yang diteliti, metode analisis, dan objek penelitiannya. 3. Skripsi
Nurmalisa
Nazaroni
(1110051000114)
dengan
judul
“SEMIOTIKA JIHAD FI SABILILLAH „IBNU BATTUTAH‟ DALAM FILM JOURNEY TO MECCA”. Skripsi terakhir membahas mengenai analisis semiotik jihad Ibnu Battutah dalam film Journey to Mecca, menggunakan metode semiotika Roland Barthes. Kesamaan dalam menggunakan metode semiotika Roland Barthes lah yang menjadi alasan penulis menjadikan skripsi tersebut sebagai acuan. Sedangkan perbedaan dari skripsi tersebut ialah kasus yang diangkat dan objek yang berbeda. E.
Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Aliran ini melihat bahwa realitas ada
8
sebagai hasil konstruksi dari kemampuan berpikir seseorang.4 Maka analisis dalam pandangan kontruktivis ialah menemukan bagaimana realitas dikontruksi dan menggunakan cara apa kontruksi tersebut dibentuk. Paradigma ini dipakai peneliti untuk menggali makna dan pesan yang terkandung dalam film Air Mata Fatimah dan mengkontruksikan pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada penonton. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris yang bertujuan mengembangkan pengertian tentang individu dan kejadian dengan memperhitungkan konteks yang relevan.5 Penulis akan menggunakan data-data empiris lainnya untuk memberikan makna yang ingin disampaikan dalam film Air Mata Fatimah, agar penafsiran pesan dalam film Air Mata Fatimah tepat dengan isi pesan yang ingin disampaikan. 3. Metode Penelitian Metode
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
ialah
menggunakan analisis semiotik model Roland Barthes, yang berfokus pada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification). Yang mana signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara 4
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta; Bumi Aksara, 2013), h.48. 5 Mashuri dan M. Zainuddin, Metodelogi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif (Malang: Refika Aditama, 2008), hal. 13
9
signifer (penanda) dan signinified (petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna yang paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui
mitos
(myth).
Mitos
adalah
bagaimana
kebudayaan
menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.6 4. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitiannya adalah film Air Mata Fatimah. Adapun objek penelitiannya adalah potongan gambar dan dialog yang mengandung unsur
perjuangan hak keislaman seorang anak gadis
yang ada dalam film Air Mata Fatimah. 5. Sumber Data a. Data Primer Data primer berupa data yang diperoleh dari rekaman video film Air Mata Fatimah, yang kemudian dibagi per-scence dan dipilih adegan-adegan sesuai rumusan masalah, yang digunakan untuk penelitian. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen, atau literatur-literatur data yang mendukung data primer, seperti buku6
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.127-128
10
buku yang sesuai dengan penelitian, artikel koran, catatan kuliah, kamus istilah, internet dan sebagainya. 6. Teknik Pengumpulan Data Dalam memperoleh data penulis menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. a. Wawancara:
Teknik
wawancara
(interview)
adalah
teknik
pencarian data atau informasi mendalam yang diajukan kepada responden atau informan dalam bentuk pertanyaan.7 Penulis melakukan wawancara kepada pihak terkait, yang dapat membantu penulis guna menggali informasi lebih mendalam yang berkaitan dengan penulisan. Dalam penulisan ini data diperoleh dari wawancara kepada Produser Pelaksana film Air Mata Fatimah yaitu Bayu Pamungkas Atmodjo. b. Observasi: Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan sesaat atau pun mungkin dapat diulang.8 Observasi yang melakukan pengamatan secara langsung dan tidak terikat terhadap objek penelitian dan unit analisis dengan cara menonton dan mengamati secara teliti dialog-dialog, serta adeganadegan dalam film Air Mata Fatimah. Kemudian mencatat, memilih, dan menganalisisnya sesuai dengan model penelitian yang digunakan.
7
Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian: Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 79. 8 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan Ilmu sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 116.
11
c. Dokumentasi: Teknik dokumentasi adalah pengumpulan dokumendokumen berupa film Air Mata Fatimah, serta referensi-referensi yang didapat dari buku, atau artikel-artikel dari internet, surat kabar, majalah, jurnal catatan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penulisan ini. 7. Teknik Analisis Data Setelah data primer dan data sekunder terkumpul, kemudian teknik analisis data diklasifikasikan sebagai berikut:9 a. Reduksi Data: Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis, ia merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. b. Paparan Data: Tahapan penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data, penyajian data ialah sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajianpenyajian maka akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah 9
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualiatif, (Jakarta: Unversitas Indonesia, 1992), hlm. 16-19
12
mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut. c. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi): Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Kemudian, dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisis semiotik Roland Barthes. Dimana Roland mengembangkan semiotik menjadi denotasi, konotasi dan mitos. F.
Sistematika Penulisan Untuk mempermudah proses penulisan maka skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dengan sistematika sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN yang berisi Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penilitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II: LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP menjelaskan tentang semiotika, konsep semiotika Roland Barthes, representasi hak muslim, serta tinjauan tentang film. BAB III: GAMBARAN UMUM menguraikan gambaran umum tentang film Air Mata Fatimah, profil Sutradara film Air Mata Fatimah, tim produksi, dan profil pemain film Air Mata Fatimah. BAB IV: TEMUAN DAN ANALISA DATA merupakan hasil penelitian analisis semiotika terhadap film Air Mata Fatimah, berupa
13
identifikasi umum temuan data, makna konotasi, denotasi dan mitos dalam film Air Mata Fatimah dan representasi makna dalam film Air Mata Fatimah. BAB V: PENUTUP DAN KESIMPULAN merupakan akhir atau penutup dari penulisan skripsi ini, berisi kesimpulan dan saran-saran. Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap beberapa pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah.
14
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP A.
Teori Representasi Stuart Hall Stuart Hall beragumentasi bahwa representasi dipahami sebagai berikut:10 Representation: Cultural Representation and signifying Practice, “Representation connect meaning and language to culture...representation is an essential part of the process by wich meaning is produced and exchanged between member of culture.” Artinya: Perwakilan budaya dan praktek yang signifikan, “perwakilan menghubungkan makna dan bahasa atas kebudayaan... perwakilan merupakan bagian penting dari proses yang berarti dihasilkan dan ditukar diantara para anggota” Melalui representasi suatu makna diproduksi dan dipertukarkan antar anggota masyarakat. Jadi dapat dikatakan bahwa, representasi secara singkat adalah cara memproduksi makna. Representasi bekerja melalui sistem representasi, sistem ini terdiri dari dua komponen yang penting yakni konsep pikiran dan bahasa. Keduanya saling berkorelasi, konsep dari suatu hal yang diketahui dalam pikiran sehingga dapat mengetahui makna akan
hal
tersebut,
namun
tanpa
bahasa
tidak
akan
bisa
mengkomunikasikannya. Kemudian akan menjadi lebih rumit ketika tidak dapat mengungkapkan hal tersebut dengan bahasa yang dimengerti orang lain. Sistem representasi yang kedua adalah bekerja pada hubungan antara tanda dan makna. Konsep representasi sendiri bisa berubah-ubah, selalu ada pemaknaan baru. Representasi berubah akibat dari hal tersebut 10
Chris Baker, Cultural Studies: Teori dan Praktek, (Bantul: Kreasi Wacana Offset, 2000), h. 19
14
15
maka makna juga berubah. Setiap waktu terjadi proses negosiasi dalam pemaknaan. Jadi representasi adalah proses yang terus berkembang seiring dengan kemampuan intelektual dan kebutuhan para pengguna tanda yaitu manusia sendiri yang juga terus bergerak dan berubah. Oleh karena itu yang terpenting dalam sistem representasi adalah bahwa kelompok masyarakat tersebut dapat bertukar makna dengan baik yaitu kelompok masyarakat yang memiliki kesamaan latar belakang pengetahuan, sehingga dapat menciptakan pemahaman yang sama. Menurut Stuart Hall11 Member of same cultural must share concept, images, and ideas which enable them to think and feel about the world in roughly similiar ways. The must share, broadly speaking, the same „cultural codes‟ in this sense, thinking and feeling are themselves „system of respresentation‟. Artinya: Anggota dari budaya yang sama harus berbagi konsep, gambar, dan ide-ide yang dapat memungkinkan mereka untuk berfikir dan merasakan dunia dengan cara yang hampir sama. Konsep harus berbagi, secara umum, adalah „kode budaya‟ yang sama dalam hal ini, berpikir dan merasakan sendiri yang merupakan „sistem perwakilan‟. Berfikir dan merasa menurut Stuart Hall juga merupakan sistem representasi, sebagai sistem representasi maka berfikir dan merasa juga berfungsi untuk memaknai sesuatu. Oleh karena itu untuk dapat melakukan hal tersebut maka diperlukan latar belakang pemahaman yang sama terhadap konsep, gambar, dan ide (cultural code). Pemahaman terhadap sesuatu benda tersebut dapat sangat berbeda pada lompok lainnya. Karena pada dasarnya masing-masing masyarakat mempunyai cara tersendiri dalam memaknai sesuatu. Suatu kelompok 11
Chris Baker, Cultural Studies: Teori dan Praktik, h. 22
16
masyarakat yang memiliki pemahaman yang berbeda dalam memaknai kode-kode budaya tidak akan bisa memahami makna kelompok masyarakat lain. Konsep yang masih abstrak harus diterjemahkan dalam „bahasa‟ yang lazim, agar dapat dihubungkan antara konsep dan ide-ide tentang sesuatu dengan tanda dari simbol-simbol tertentu. Media sebagai suatu teks banyak menebarkan bentuk-bentuk representasi pada isinya. Oleh karena itu konsep (dalam pikiran) dan tanda (bahasa) menjadi bagian penting yang digunakan dalam proses kontruksi atau produksi makna. jadi dapat disimpulkan bawha representasi adalah suatu proses untuk memproduksi makna dari konsep yang ada dipikiran kita melalui bahasa. Proses produksi makna tersebut dimungkinkan dengan hadirnya sistem representasi. Menurut David Croteau dan William Hoynes, representasi merupakan hasil dari suatu proses penyeleksian yang menggaris bawahi hal-hal tertentu. Dalam representasi media, tanda yang akan digunakan untuk melakukan representasi tentang sesuatu yang mengalami proses seleksi.
Mana
yang sesuai
dengan
kepentingan-kepentingan
dan
pencapaian tujuan-tujuan komunikasi ideologisnya itu yang digunakan sementara tanda lain diabaikan.12 Representasi bukanlah suatu kegiatan atau proses statis tapi merupakan proses dinamis yang terus berkembang seiring dengan kemampuan intelekual dan kebutuhan para pengguna tanda yaitu manusia sendiri yang juga terus bergerak dan berubah. Representasi merupakan suatu proses usaha konstruksi. Karena pandangan-pandangan
12
Marcel Danesi, Pesan Tanda dan Makna, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 3
17
baru yang menghasilkan pemaknaan baru, juga merupakan hasil pertumbuhan konstruksi pemikiran manusia, melalui representasi makna diproduksi dan dikontruksi. Ini menjadi proses penandaan praktik yang membuat suatu hal bermakna sesuatu.13 Menurut pengertian di atas representasi adalah sebuah cara dimana memaknai apa yang diberikan pada benda yang digambarkan. Representasi merujuk kepada segala bentuk media terutama media massa terhadap segala apa yang dikonstruksikannya dan bagaimana kita memaknainya. B.
Ruang Lingkup Semiotika 1.
Pengertian Semiotika Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan “tanda”. Dengan demikian semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. Umberto Eco menyebut tanda tersebut sebagai “kebohongan”, dalam tanda ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri. Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikontruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial. Hal ini dianggap sebagai pendapat yang cukup mengejutkan dan dianggap revolusioner, karena hal itu berarti tanda membentuk persepsi manusia, lebih dari sekedar merefleksikan realitas yang ada.14
13
Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), h. 123 14 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 87
18
Dalam arti lain semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Semiotika atau dalam istilah Roland Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak
dapat
dicampuradukkan
dengan
mengkomunikasikan
(to
communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal ini di mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.15 Terdapat beberapa tokoh yang menggeluti bidang semiotik atau semiotika, diantaranya sebagai berikut: 16 a. Charles Sanders Pierce: Pierce terkenal karena teori tandanya. Di dalam lingkup semiotika, Pierce, sebagaimana dipaparkan Lechte, seringkali mengulang-ngulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol. Dijelaskan, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Misalnya seperti potret dengan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau kenyataan, contohnya seperti asap sebagai penanda bahwa adanya api. Simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. b. Ferdinand de Saussure: Sedikitnya ada lima pandangan Saussure yang di kemudian hari menjadi peletak dasar dari strukturalisme Levi15 16
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 13-15 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 39-62
19
Strauss, salah satunya ialah Signifier (penanda) dan signified (petanda). Dengan kata lain penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Bisa juga disebut aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Sedangkan, petanda adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Bisa juga disebut aspek mental dari bahasa. Dalam tanda bahasa yang konkret, kedua unsur tadi merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepaskan. c. Roland Barthes: Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca. Konotasi, walaupun merupakan sifat asli dalam tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Secara panjang lebar Barthes mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua yang dibangun diatas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem ke-dua ini disebut Barthes dengan konotatif, yang di dalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama. Beberapa jenis semiotik umum yang digunakan dalam sebuah penelitian yang diantaranya adalah:17 a. Semiotik Pragmatik (semiotic pragmatic): Semiotik Pragmatik menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek. Dalam arsitektur, semiotik prakmatik 17
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Wacana Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 100
20
merupakan tinjauan tentang pengaruh arsitektur (sebagai sistem tanda) terhadap manusia dalam menggunakan bangunan. Semiotik Prakmatik Arsitektur berpengaruh terhadap indera manusia dan perasaan pribadi (kesinambungan, posisi tubuh, otot dan persendian. b. Semiotik
Sintaktik
menguraikan
(semiotic
tentang
kombinasi
syntactic): tanda
Semiotik tanpa
Sintaktik
memperhatikan
maknanya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek. Semiotik Sintaktik ini mengabaikan pengaruh akibat bagi subyek yang menginterpretasikan. Dalam arsitektur, semiotik sintaktik merupakan tinjauan tentang perwujudan arsitektur sebagai paduan dan kombinasi dari berbagai sistem tanda. c. Semiotik
Semantik
(semiotic
semantic):
Semiotik
Sematik
menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan „arti‟ yang disampaikan. Dalam arsitektur semiotik semantik merupakan tinjauan tentang sistem tanda
yang dapat
sesuai
dengan arti
yang
disampaikan. Hasil karya arsitektur merupakan perwujudan makna yang ingin disampaikan oleh perancangnya yang disampaikan melalui ekspresi wujudnya. 2.
Semiotik Roland Barthes Roland Barthes lahir pada tahun 1915 dari keluarga menengah protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayyonne, kota kecil dekat pantai Atlantik, di sebelah barat daya Prancis. Barthes dikenal sebagai
21
salah satu pemikir strukturalis yang rajin mempraktikkan model linguistik dan semiologi saussuren.18 Barthes adalah salah satu pegikut Saussure, Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus Barthes lebih tertuju pada gagasan signifikasi dua tahap (two order signification).
Gambar 2.1 Dalam gambar di atas, Barthes menjelaskan signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (penanda) dan signified (petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal, Barthes menyebutnya sebagai denotasi. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth).19
18
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 122 19 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 127-128
22
a. Makna Denotasi: Denotasi sebagai suatu hubungan tanda-isi sederhana atau makna yang paling nyata. Apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek. b. Makna Konotasi: konotasi adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. c. Makna Mitos: mitos adalah bagaimana menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. C.
Konsep Hak Seorang Muslim Muslim adalah seseorang yang menganut Agama Islam, ketika seseorang dikatakan sebagai muslim itu artinya ia memiliki hak untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Kewajiban seorang muslim ialah berilmu, beriman, berdakwah, berjihad dan beristiqomah. Berilmu yaitu mendalami Agama Islam dengan cara mempelajari ilmu fiqih, apabila kita mempelajari ilmu fiqih maka kita akan mengetahui mana yang diperintahkan dan mana yang harus ditinggalkan menurut ajaran Islam. Beriman ialah mempercayai adanya Allah, dan ketika orang beriman ia akan berjuang dijalan Allah. Amal ialah perbuatan yang sesuai dengan tuntutan syariatnya. Berdakwah adalah menyampaikan Islam dengan cara Bil-Hikmah, yaitu mengajak orang lain kepada kebaikan. Berjihad, berjuang dan berkorban dalam membela keagungan dan
23
kemuliaan Al-Islam. Istiqomah ialah konsisten, sabar, tabah dalam beragama Islam. Hak asasi manusia menurut pandangan Islam dapat dilihat dalam konteks penjabaran yang sama sebagaimana tercermin dengan Hak Asasi Manusia di dunia modern.20 a. Hak Hidup dan Hak Milik Hak paling utama bagi manusia adalah hak untuk hidup dan mempunyai hak atas apa yang dimilikinya. Kedua hak ini dijamin oleh Nabi yang mengatakan bahwa setiap Muslim adalah saudara. b. Hak Kebebasan Berpendapat dan Mengeluarkan pernyataan Hak ini telah dikenalkan Islam sejak semuka. Hak ini merupakan kebiasaan orang Islam untuk bertanya kepada Nabi tentang beberapa masalah yang berkenaan dengan suatu perintah Tuhan yang diwahyukan kepadaNya. Seiap pemerintahan Islam berada dalam urusan-urusan penting, baik melalui parlemen maupun melalui referendum. c. Amar bil-Ma‟ruf Hak manusia yang lain, yang dianugerahkan Islam secara khas adalah hak setaip Muslim untuk memerintahkan kebaikan kepada orang muslim yang lain dan mencegah mereka dari perbuatan jahat. Setiap muslim dapat menasehati muslim lainnnya untuk mengikuti tingkah laku yang benar dan mencegah perbuatan salah.
20
Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Asasi Manusia dalam Islam (Jakarta: Asia Foundation, 1987) h. 65
24
d. Hak Kemerdekaan Beragama dan Berkeyakinan Hak dasar manusia lainnya adalah hak kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Orang
Islam
tidak
hanya
diharuskan
untuk
menghormati kebebasan beragama dan berkeyakinan, mereka juga diharapkan bermurah hati terhadap non-muslim yang tidak menyerang dengan alasan Agama. e. Hak Persamaan Hak
manusia
lainnya
adalah
hak
persamaan.
Al-quran
menggambarkan idealisasinya tentang persamaan manusia seperti yang tertera pada ayat berikut ini:
“Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami jadikan kamu laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku, agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling muliah di sisi Allah adalah orang yang paling baik tingkah lakunya.” (Q.S. Al-Hujurat: 13) D.
Tinjauan Tentang Film 1.
Pengertian Film Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis yang dibuat dari selluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau tempat gambar yang positif (yang akan dimainkan di
25
bioskop).21 Sedangkan secara etimologis, film berarti moving image atau gambar bergerak. Awalnya, film lahir sebagai bagian dari perkembangan teknologi.22 Sedangkan menurut Hafied Cangara23, film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk sebuah acara yang disiarkan melalui televisi, dalam kemampuan visualisasinya dan disukung oleh audio yang khas, sangat efektif sebagai media hiburan dan juga sebagai media pendidikan serta penyuluhan dengan jangkauan tempat penonton yangn berbeda juga sangat luas. Karena itu film merupakan rekaman segala macam gambar hidup atau bergerak, dengan suara untuk mendukung gambar-gambar tersebut. Film saat ini juga menjadi media belajar manusia mengenai sejarah, tingkah laku manusia dan ilmu pengetahuan. Film bukan lagi sekedar hiburan karena dalam film mengangkat realita kehidupan yang ada dimasyarakat yang dikombinasikan dengan unsur hiburan dan pendidikan didalamnya. Film adalah bagian dari kehidupan sehari-hari kita, dalam banyak hal, bahkan cara kita berbicara dipengaruhi oleh metafora film.24 Jadi dapat disimpulkan bahwa film merupakan karya seni berupa gambar bergerak
yang
mengandung
hiburan
dan
pembelajaran
yang
dipertunjukkan lewat proyeksi atau media elektronik, yang dapat memberikan pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari manusia. 21
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 316 22 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotik Media, (Yogyakarta: Jalasutra 2010), h. 132. 23 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 138 24 John Vivian, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Prenada Media Group, 2008) h. 160
26
2.
Film Sebagai Media Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas.25 Komunikasi massa yang mengandalkan media massa memiliki fungsi utama yaitu menjadi penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat dan singkat.26 Sehingga dapat dipahami bahwa komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi dimana seorang komunikator dapat menjangkau ribuan atau lebih khalayak yang dilakukan melalui medium media massa. Film merupakan salah satu bentuk media komunikasi massa dari berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian. Seni film sangat mengandalkan teknologi sebagai bahan baku produksinya maupun dalam hal eksibisi kehadapan penontonnya.27 Ini berarti film dapat digunakan sebagai bentuk media komunikasi massa dan film dapat digunakan sebagai bentuk penyampaian pesan moral dan juga sebagai bentuk kritik sosial.
3.
Jenis-jenis Film Marcel Danesi mengatakan bahwa ada tiga jenis atau kategori utama film, yaitu film fitur, film dokumenter, dan film animasi.28
25
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006) h. 71 26 Burhan Bungin, h. 80 27 John Vivian, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Prenada Media Group, 2008) h. 160 28 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotik Media (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 134-135
27
a. Film Fitur Film fitur merupakan karya fiksi yang strukturnya selalu berupa narasi, yag dibuat dalam tiga tahap. Tahap praproduksi merupakan periode ketika skenario diperoleh. Skenario ini bisa berupa adaptasi dari novel, atau cerita pedek, cerita fiktif atau kisah nyata yang dimodifikasi, maupun karya cetakan lainnya, bisa juga yang ditulis secara khusus untuk dibuat fimnya. Tahap produksi merupakan masa berlangsungnya pembuatan film berdasarkan scenario pengambilan gambarnya tidak sesuai dengan urutan cerita, disusun menjadi suatu kisah yang menyatu. b. Film Dokumenter Film
dokumenter
merupakan
film
nonfiksi
yang
menggambarkan situasi kehidupan nyata dengan setiap individu menggambarkan perasaanya dan pengalamannya dalam situasi yang apa adanya, tanpa persiapan, langsung pada kamera atau pewawancara. Robert Claherty mendefinisikannya sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan”, creative treatment of actually. Dokumenter seringkali diambil tanpa skrip dan jarang sekali ditampilkan di gedung bioskop yang menampilkan film-film fitur. Akan tetapi, film jenis ini sering tampil di televisi. Dokumenter dapat diambil pada lokasi pengambilan apa adanya, atau disusun secara sederhana dari bahan-bahan yang sudah diarsipkan. Dalam kategori dokumenter, selain mengandung fakta, film dokumenter mengandung suyektivitas pembuatnya. Dalam hal ini pemikiran-
28
pemikiran, ide-ide, dan sudut pandang idealisme mereka. Dokumenter merekam adegan nyata dan faktual (tidak boleh merekayasa sedikitpun) untuk kemudian diubah menjadi sefiksi mungkin menjadi sebuah ceita yang menarik. c. Film Animasi Animasi adalah teknik pemakaian film untuk menciptakan ilusi gerakan dari serangkaian gambaran benda dua atau tiga dimensi. Penciptaan tradisional dari animasi gambar bergerak selalu diawali hampir
bersamaan
dengan
penyusunan
storyboard,
yaitu
serangkaian sketsa yang menggambarkan bagian penting dari cerita. Sketsa tambahan dipersiapkan kemudian untuk memberikan ilustrasi latar belakang, dekorasi serta tampilan dan karakter tokohnya. Pada masa kini, hampir semua film animasi dibuat secara digital dengan komputer. Salah satu tokoh yang legendaris adalah walt disney dengan film-film kartunnya seperti Mickey Mouse, Donald Duck, dan Snow White. 4.
Unsur-unsur dalam Film Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk, yakni unsur naratif dan unsur sinematik, dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain: a) Unsur Naratif Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Dalam hal ini unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu.
29
1. Tokoh Dalam film terdapat dua tokoh penting, yaitu utama dan pendukung. Tokoh utama sering diistilahkan sebagai tokoh protagonis, sedangkan tokoh pendukung biasa disebut dengan tokoh antagonis yang biasanya menjadi pemicu konflik. 2. Masalah dan Konflik Masalah di dalam film dapat diartikan sebagai penghalang yang dihadapi tokoh protagonis dalam meraih tujuannya. Permasalahan ini yang kemudian memicu konflik (konfrontasi) fisik atau batin dari luar diri tokoh protagonis ataupun dari dalam diri tokoh protagonis (konflik batin). 3. Lokasi dan waktu Tempat/ lokasi di dalam film biasanya berfungsi sebagai pendukung narasi di dalam scenario. Pemilihan lokasi dapat membangun cerita sehingga cerita dapat menjadi lebih realistis. Waktu dalam narasi film merupakan salah satu aspek penting dalam mmbangun cerita. Pagi, siang, sore dan malam dalam film memiliki makna sendiri sebagai pembangun suasana narasi film. b) Unsur Sinematik Adapun unsur sinematik meliputi aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film. Seperti mise en (scene), sinematografi, editing dan suara.
30
1. Mise en Scene Segala hal yang berada di depan kamera. Tujuannya untuk menimbulkan efek dramatis tertentu. Empat elemen pokok Mise en Scene yaitu, setting atau latar, tata cahaya, kostum dan make up, serta acting dan pergerakan pemain. 2. Sinematografi berasal dari bahasa Yunani “kinema” yang berarti gerakan dan “graphein” yaitu merekam. Artinya, pengaturan pencahayaan dan kamera ketika merekam gambar fotografis untuk suatu sinema. Sinematografi sangat erat hubungannya dengan objek yang diambil.29 3. Editing: transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya. 4. Suara: segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengarannya. 5.
Struktur Film Film jenis apapun panjang, pendek pasti memiliki struktur fisik yang dapat dibagi menjadi berikut:30 a. Shot Selama produksi film memiliki arti proses perekaman gambar sejak kamera diaktifkan (on) hingga kamera dihentikan (off) atau juga sering di istilahkan take (pengambilan gambar). Ementara shot setelah film telah jadi (pasca produksi) memiliki arti satu rangkaian gambar utuh yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar (editing).
29 30
Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 107 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 29-30
31
Sekumpulan shot biasanya dapat dikelompokkan menjadi sebuah adegan. Satu adegan bisa berjumlah belasan hingga puluhan shot. Satu shot dapat berdurasi kurang dari satu detik, beberapa menit, bahkan jam. b. Scene (adegan) Scene
adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang
memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi (cerita), tema, karakter, atau motif. Satu adegan umumnya terdiri dari dari beberapa shot yang saling berhubungan. Biasanya film cerita terdiri dari dari 30-35 adegan. c. Sequence (sekuen) Sekuen adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang utuh atau sebuah rangkaian adegan. Satu sekuen umumnya terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan. Dalam karya literatur, sekuen bisa diibarartkan bab atau sekumpulan bab. Film biasanya terdiri dari 8-15 sequence. Berikut ini adalah bentuk-bentuk tampilan yang terdapat dalam sinematografi, yakni jarak kamera terhadap obyek (type of shot), yaitu:31 1. Extreme Long Shot (ELS), merupakan jarak kamera yang paling jauh dari obyeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak. Teknik ini umumnya untuk menggambarkan sebuah obyek yang sangat jauh. 2. Long Shot (LS), pada long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun latar belakang masih dominan. Long shot sering
31
Himawan Pratista, Memahami Film, h. 104-106
32
digunakan sebagai establising shot, yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat. 3. Medium Long Shot (MLS), pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bahwah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan dan lingkungan sekitar reatif seimbang. 4. Medium Shot (MS), pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gesture serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame. 5. Medium Close Up (MCU), pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Adegan percakapan normal biasanya menggunakan jarak medium close up. 6. Close Up (CU), umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah obyek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas serta gesture yang mendetil. Close up biasanya digunakan untuk adegan dialog yang lebih intim. Close up juga memperlihatkan mendetil sebuah benda atau objek. 7. Extreme Close Up (ECU), pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetil bagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan lainnya atau bagian dari sebuah objek.
33
BAB III GAMBARAN UMUM FILM AIR MATA FATIMAH A. Sekilas Tentang Film Air Mata Fatimah Film Air Mata Fatimah merupakan film yang diangkat dari sebuah kisah nyata yang terjadi di daerah Sumatera Utara, yang sengaja tidak disebutkan secara spesifik dalam film ini yang dikarenakan menurut masyarakat asli cerita ini dianggap memilukan dan sebuah aib besar yang patut di sembunyikan. Film ini mengangkat cerita tentang seorang tuna susila yang ditinggal suaminya dan berjuang sendiri untuk menghidupi anak semata wayangnya. Film Air Mata Fatimah tidak hanya menyuguhkan dari sisi hiburan saja, melainkan juga memberikan banyak pesan moral dan sosial yang di presentasikan dan bisa dijadikan sebagai pembelajaran, seperti, “jangan menilai seseoran hanya dengan melihat pakaiannya”, “Allah tidak pernah tidur dan selalu melihat apa yang diperbuat oleh manusia” atau “jangan pernah membedakan manusia dengan manusia lainnya karena Allah yang Maha Kuasa saja tidak pernah membedakan makhluknya” dan sebagainya yang banyak erdapat dalam film Air Mata Fatimah ini. Film ini dapat dibilang berbeda dengan film drama religi lainnya, karena film ini lebih banyak mengangkat religi sosial apabila dibandingkan dengan film drama religi lainnya yang lebih mengedepankan percintaan lalu dibalut dengan religi. Film ini merupakan film drama religi yang digarap rumah produksi Cosmic Production, yang disutradarai OK Mahadi dan Bayu Pamungkas Atmodjo. Film ini juga diperankan oleh 33
34
artis-artis yang namanya sudah tak asing lagi di dunia perfilman seperti Reyhanna Alhabsi, Anindika Widya, Reza Pahlevi, Dwi Andhika dan Oka Sugawa. B. Sinopsis Film Air Mata Fatimah Drama religi yang tayang pada Oktober 2015 ini mengisahkan tentang perjuangan Hamda dan anak semata wayangnya yang bernama Fatimah. Setiap hari mereka harus berjuang dengan kehidupan yang cukup memprihatinkan. Mereka tersisih dari keramaian penduduk desa dan tinggal di sebuah gubuk kecil di atas bukit yang jauh dari kehidupan perkampungan. Hal ini dikarenakan, Hamda yang berprofesi sebagai wanita tuna susila yang sering dicemooh dan diasingkan oleh warga. Hamda dan Fatimah yang terbuang menjadi menderita lahir dan batin karena profesi sang Ibu yang dianggap hina tersebut. Pada suatu hari Hamda dibingungkan oleh permintaan Fatimah yang menginginkan Kitab Suci Al-Quran, mukena, sajadah, dan bukubuku Agama Islam. Tentu saja Hamda yang berprofesi sebagai wanita tuna susila tidak berani membelikan Fatimah alat-alat suci agama Islam dengan uang hasil ia bekerja. Kemudian hari Hamda dan Fatimah hendak membeli alat-alat suci yang berada di pusat perkampungan, akan tetapi pemilik toko tersebut langsung mengusir Hamda dan Fatimah dari toko dan mereka dikeroyok warga. Warga menganggap Hamda dan Fatimah tidak pantas untuk membeli barang tersebut mengingat pekerjaan sang ibu yang berprofesi sebagai tuna susila.
35
Sementara itu, di kampung tersebuat ada seorang guru ulama disegani dan terpandang yang bernama Guru Ali Daud. Mendengar kericuhan yang terjadi di pusat perkampungan tersebut Guru Ali Daud merasa perlu untuk menolong ibu dan anak tersebut. Guru Ali Daud mengutus anaknya (Ichsanudin) untuk mengajarkan Fatimah tentang Agama Islam, lalu Ichsanudin perintah Ayahnya dan membelikan perlengkapan seperti Al-Quran, mukena, tasbih dan buku-buku agama Islam. Namun niat baik tersebut disalahgunakan dan dimanfaatkan oleh Harunsyah, saingan Ali Daud saat muda untuk memperebutkan Hamda. Harusnyah memfitnah Ali Daud memilik hubungan khusus dengan Hamda, sedangkan Ichsanudin difitnah telah berbuat asusila dengan Fatimah. Sebagai seorang muslim yang haus akan ilmu maka Fatimah memperjuangkan dan menuntut hak-haknya sebagai seorang muslim yang ingin mempelajari Agama Islam secara mendalam walaupun cacian, hinaan, bahkan perlakuan tidak manusiawi yang kerap diterimanya tidak membuatnya gentar. Untuk membuktikan kepada para penduduk bahwa mereka tidak melakukan hal nista itu maka Fatimah diuji dengan membaca ayat Al-Quran di depan semua penduduk desa dan disaksikan para ahli kitab.
36
C. Profil Sutradara Film Air Mata Fatimah
Gambar 3.1 Bayu Pamungkas Atmodjo Bayu Pamungkas Atmodjo merupakan Sutradara sekaligus Produser pelaksana dalam film Air Mata Fatimah. Lahir di Mojokerto, 16 April 1971. Bayu Pamungkas saat ini bekerja di rumah produksi Cosmic Production yang menghasilkan karya yaitu film Air Mata Fatimah yang tayang pada tanggal 1 oktober 2015 lalu. Bayu Pamungkas menjabat sebagai Direktur Operasional di rumah produksi Cosmic Production. Mengawali karirnya sebagai Creative Programmer di radio PASS FM, lalu melanjutkan karirnya di dunia di sebuah rumah produksi yaitu Kakilangit FILM dengan jabatan sebagai Direktur Produksi yang kemudian menghasilkan karya berupa film Retak Gading pada tahun 2013, tidak hanya itu, Bayu juga banyak menghasilkan beberapa video kreatif. D. Pemain Film Air Mata Fatimah 1. Reyhanna Alhabsyi
Gambar 3.2 Reyhanna Alhabsyi
37
Nama lahir: Syarifah Reihan Afridila Al Habsyi Nama lain: Reyhanna Alhabsyi Tempat, tanggal lahir: Medan, Sumatra Utara, 16 April 199832 Pekerjaan: Aktris Tahun aktif: 2014 – sekarang Prestasi: Juara Miss Celebrity 2014 Film: Air Mata Fatimah Fatimah, sebagai Fatimah (2015) Reyhanna Al-Habsyi merupakan artis pendatang baru yang berasal dari Sumatera Utara. Reyhanna memulai karirnya melalui ajang bakat model Miss Celebrity yang tayang di stasiun TV Indosiar, dan memenangkan juara satu Miss Celebrity 2014. Setelah memenangkan ajang bakat tersebut Reyhanna mulai banyak mendapat tawaran foto majalah dan iklan. Kemudian Reyhanna mulai mencoba peruntungannnya dalam film layar lebar garapan Cosmic Production. Dalam film garapan Cosmic Production, Reyhanna dipercaya untuk memerankan peran utama dalam film yang berjudul Air Mata Fatimah. Film ini sukses membuat nama Reyhanna melambung tinggi dan mendapatkan banyak perhatian penonton. Tugas dalam film perdananya dalam film Air Mata Fatimah tidaklah mudah. Hampir di setiap scene Reyhanna harus berakting menangis dikarenakan ia harus memposisikan dirinya sebagai gadis yang selalu teraniaya oleh tekanan warga desa tempat tinggalnya. Aktingnya dalam film Air Mata Fatimah ini dibilang sukses memenuhi semmua permintaan sutradara termasuk dalam adegan-adegan yang dianggap sulit. 32
Profil dan Biodata Reyhanna Alhabsyi, artikel diakses pada tanggal 2 Agustus 2016 dari http://biodata-artis.com/profil-dan-biodata-reyhanna-alhabsyi-foto-terbaru-lengkap
38
2. Anindika Widya
Gambar 3.3 Anindika Widya Nama Lengkap: Anindika Widya Nama Komersil: Anindika Widya Tanggal Lahir: 21 Oktober 199233 Profesi: Aktris Anindika Widya, wanita kelahiran Madiun pada 21 Oktober 1992 ini merupakan seorang aktris muda berbakat tanah air yang sudah sering wara-wiri di industri perfilman dalam negeri. Anindika sendiri sebenarnya masih tergolong baru di dunia hiburan tanah air, namun berkat kemampuan aktingnya Anindika mampu menembuh karir sebagai aktris populer. Di industri perfilman dalam negeri sosok selebriti cantik yang satu ini memang sudah tergolong senior, bahkan ia pun sudah sangat sering tampil di layar kaca tanah air. Anindika memulai karirnya di dunia akting pada tahun 2010 yang lalu, kala itu ia memulai debutnya di industri film layar lebar. Ia pertama kali mendapat peran sebagai pemeran pendukung dalam film layar lebar berjudul „Mafia Insyaf‟ yang di bintangi dua artis cantik tanah air Indah Kalalo dan Atiqah Hasiholan. Di film ini
33
Profil dan foto Anindika Widya, artikel diakses pada tanggal 2 Agustus 2016 dari http://segiempat.com/entertainment/profil-selebriti/profil-anindika-widya/
39
Aninda memang hanya mendapat peran kecil namun dalam film tersebut ia berhasil membuktikan diri jika bakat aktingnya sangat mumpuni. Setelah ikut beperan sebagai pemeran pendukung, Anindika mulai mengembangkan karirnya ke film sinetron. Disinilah Anindika mulai mendapat banyak perhatian kalangan masyarakat. Ia ikut membintangi sinetron kolosal berjudul „Tutur Tinular‟ yang juga di binangi artis cantik Rosnita Putri. Di film ini ia mendapat peran sebagai Nari Ratihb terbilang cukup sempurna, bahkan beberapa produser film pun mulai kepincut dengan kemampuan akting Anindika. 3. Reza Pahlevi
Gambar 3.4 Reza Pahlevi Nama: Reza Pahlevi Tempat Lahir : Jakarta, Indonesia Tanggal Lahir : 23 Desember 1985 Pekerjaan : Aktor Tahun aktif: 2007-sekarang Film dan Sinetron yang pernah dibintangi oleh Reza Pahlevi
40
Filmografi:34 f. Jelangkung 3 (2007) g. Kuntilanak 3 (2008) h. Hantu Perawan Jeruk Purut (2008) i.
Pocong Kamar Sebelah (2009)
j.
Serigala Terakhir (2009)
k.
Ratu Kostmopolitan (2010)
l.
Taxi (2010)
m. Love Story (2011) n.
Dia Anakku (2011)
o.
Kuntilanak-Kuntilanak (2012)
p.
Air Mata Fatimah (2015)
q.
Takutnya Tuh DiSini (2015)
Reza Pahlevi adalah aktor kelahiran Jakarta, 23 Desember 1985. Reza mengawali karirinya di dunia perfilman Indonesia dengan membintangi Film Jelangkung 3 yang rillis pada tahun 2007 lalu. Setelah membintangi film Jelangkung 3, wajah Reza sering muncul menghiasi film-film baru Indonesia. Selain Film, Reza Pahlevi juga beberapa kali bermain untuk FTV, namun ia jarang sekali terlihat membintangi sinetron. Reza Pahlevi menikah dengan Astrilika Lintong atau yang lebih akrab disapa Ika Nico, pada tanggal 28 Agustus 2015. Astrilika Lintong sendiri diketahui adalah seorang vokalis dari gup band TQLA.
34
Profil Lengkap Reza Pahlevi, Artikel diakses pada tanggal 2Agustus 2016 dari http://ketemulagi.com/profil-lengkap-reza-pahlevi-aktor-indonesia/
41
4. Oka Sugawa
Gambar 3.5 Oka Sugawa Nama: Ida Bagus Made Oka Sugawa Tempat, Tanggal Lahir: Semarang, 9 september 197735 Pekerjaan: Aktor Tahun Aktif: 1995-sekarang Filmografi:
Lupus (1995)
Maling Kutang (2009)
Potong Bebek Angsa
My Idiot Brother (2014)
Air Mata Fatimah (2015)
5. Dwi Andhika
Gambar 3.6 Dwi Andhika Nama asli : Muhammad Dwi Andhika 35
Oka Sugawa, diakses pada tanggal 2 Agustus 2016 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Oka_Sugawa
42
Tanggal lahir : 03 April 198636 Lahir: Bandung, Jawa Barat, Indonesia Pekerjaan: Actor dan Model Tahun Aktif: 2000-sekarang Zodiac : Aries Filmografi:
Me vs High Heels (2005)
Hantu (2007)
Oh baby (2008)
Surat Kecil Untuk Tuhan (2011)
3 Semprul Mengejar Surga (2013)
Tendangan Si Madun 3 (2013)
Gol (2005)
Hikmah 2 (2005)
Muhammad Dwi Andhika akrab disapa Dwi Andhika adalah seorang actor Indonesia kelahran Bandung 3 April 1986. Andika mengawali karier keartisaanya menjadi bintang Model dan pernah menjadi juara favorit dalam ajang Cover Boy pada tahun 2000. Namanya mulai terkenal dimasyakat saat ia mulai terjun kedunia Presenter, debut pertamanya di dunia presenter saat ia membawakan acara yang berjudul Planet Rmaja, setelah terbilang sukses di dunia presenter andika pun melangkahkan kakinya ke duania seni peran. Sinetron perdananya yang
36
Biodata Dwi Andhika, diakses pada tanggal 2 Agustus 2016 dari http://www.wowkeren.com/seleb/dwi_andhika/profil.html
43
pernah ia bintangi berjudul 3 Semprul Mengejar Surge. Dari sanalah namanya di besarkan dan terkenal seperti sekarang ini. 6. Jajang C. Noer
Gambar 3.7 Jajang C. Noer Nama Asli: Lidia Djunita Pamuntjak Tanggal Lahir: 28 Juni 1952 Tempat Lahir: Paris, Perancis Kewarganegaraan: Indonesia Ayah: Nazir Datuk Pamuntjak Suami: Arifin C. Noer (sutradara, meninggal 1995) Filmografi:
Terminal Cinta (1978)
7 Hati 7 Cinta 7 Wanita (2010)
Khalifah (2011)
Mata Tertutup (2011)
Dilema (2012)
Cinta Tapi Beda (2012)
Belenggu (2013)
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (2013)
What They Don't Talk About When They Talk About Love (2013)
44
Dan banyak lainnya
Prestasi:37
Drama Seri Terbaik Piala Vidia 1997 (Bukan Perempuan Biasa)
Aktris Terbaik Cinefan Award 2002 (Eliana Eliana)
Aktris Terbaik IKJ Award 2012
Pemeran Utama Wanita Terunggul, Apresiasi Film Indonesia 2012 (Mata Tertutup)
Dan banyak lainnya Jajang C Noer (lahir dengan nama Lidia Djunita Pamoentjak, juga
dikenal dengan nama Jajang Pamuntjak; lahir di Paris, Perancis, 28 Juni 1952; umur 64 tahun) adalah seorang sutradara dan aktris film asal Indonesia. Ia juga adalah putri tunggal dari tokoh nasional pergerakan kemerdekaan Indonesia Nazir Datuk Pamoentjak. Jajang C. Noer adalah pemenang Festival Film Indonesia tahun 1992 dalam kategori Aktris Pendukung Terbaik melalui film Bibir Mer. Suaminya adalah Arifin C. Noer, sutradara film asal Indonesia yang meninggal dunia pada Mei 1995. E. Tim Produksi Film Air Mata Fatimah Sebuah Film tidak akan terbentuk tanpa adanya tim produksi yang bekerja, dan tim produksi di dalam film Air Mata Fatimah adalah: Sutradara
: Bayu Pamungkas Atmodjo : OK. Mahadi
Produser 37
: Aunuroup
Jajang C Noer, diakses pada tanggal 2 Agustus 2016 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Jajang_C._Noer
45
Executive Produser
: Wawan R. Kosim : Devie Muharna. SE
Produser Pelaksana
: Bayu Pamungkas Atmodjo
Line Produser
: Asep Anwar Zaetu
Supervisi Kreatif
: OK. Mahadi
Ide Cerita dan Penulis : OK. Mahadi Skeneraio : Bayu Pamungkas Atmodjo Supervisi Pasca Produksi : Irat Gustafiano Penyunting Gambar
:Asep Anwar Zaetu
Penata Musik
: Muhammad Fitri
Penata Kamera
: Marno Jawir
Penata Artistik
: Yon A. Danarso
Casting
: Pippo Projectz
Penata Suara
: MaulanaYudistira : Olick N Roll
Cast
: Reyhanna Alhabsyi sebagai Fatimah Remaja : Anindika Widya sebagai Hamda : Reza Pahlevi sebagau Harunsyah : Oka Sugawa sebagai Ali Daud : Dwi Andhika sebagai Ichsanudin Remaja : Jajang C. Noer sebagai Nenek Yafi Tessa sebagai Fatimah Kecil
46
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A.
Analisis Semiotika Film Air Mata Fatimah Film merupakan karya estetika sekaligus sebagai alat informasi yang bisa
menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Mengingat bahwa tidak selalu hal-hal yang ditayangkan dalam adegan pada film dapat dimengerti tanpa ada pengamatan yang mendalam, seringkali adegan yang muncul mengandung pesan yang diwakilkan oleh properti-properti yang di visualisasikan pada tayangan film itu sendiri. Maka dari hal tersebut, dalam kesempatan ini penulis mencoba menganalisis film Air Mata Fatimah menggunakan semiotika Roland Barthes, yakni mencari makna denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat dalam film Air Mata Fatimah. 1.
Scene 1 Adegan ini menggambarkan saat Fatimah yang sudah beranjak dewasa
sadar akan keinginannya yaitu ingin mempelajari Islam secara mendalam, maka ia meminta seperangkat alat suci yaitu mukena, sajadah, kitab suci Al-Quran, tasbih dan buku-buku keIslaman lainnya. Ketika sudah beranjak dewasa Fatimah sadar akan hak-nya yang bebas untuk memperdalam Agama yang dianutnya, maka Fatimah meminta permintaan tersebut pada Ibunya. Namun, Hamda yang sadar akan pekerjaannya sebagai tuna susila, yang mendapatkan uang hasil dari pekerjaan yang tidak halal maka Hamda berperang dengan batinnya sendiri, antara membeli perlengkapan suci dengan uang haram atau tidak membelikan dan menghalangi hak anaknya sebagai seorang muslim.
46
47
Tabel 4.1 Visual
Dialog
Type of Shot
Hamda: Permintaanmu Long itu
terlalu
Shot,
berebihan menampilkan
Fat..
utuh
secara
Fatimah
Hamda
dan
yang
sedang
duduk, (memperlihatkan bagaimana saat Hamda dan
Fatimah
sedang
berbicara serius) Fatimah:
Al-Quran, Close Up, digunakan
mukena, sajadah dan untuk
melihat
tasbih
ekspresi
itu
berlebihan? butuh kenapa
terlalu bagaimana
Fatimah keberharapan Fatimah.
jawaban Ibu
Bu,
merasa
berat untuk memenuhi permintaan Fatimah? Hamda: (diam)
Close Up, menonjolkan raut wajah Hamda yang termenung
setelah
mendengar permintaan
48
Fatimah. Hamda:
Kamu
tahu Close Up, menampilkan
kan, Ibumu ini seorang ekspresi sedikit marah pelacur?
Kamu
bayangkan
bisa atas
bagimana anaknya
tanggapan kampung
permintaan yang
orang diberatkan ketika
karena
kita profesi Hamda sebagai
akan membeli benda- tuna susila. benda
suci
itu,
sedangkan mereka tahu darimana uang yang Ibu dapatkan
untuk
membelinya. Fatimah:
Begitu Close Up, menampilkan
hinakah hidup kita bu..
wajah
sedih
karena
pupus harapan Fatimah yang
menginginkan
hak-hak
keislamannya
terpenuhi.
Denotasi: Pada gambar pertama menampilkan Fatimah dan Hamda yang sedang duduk yang memperlihatkan Fatimah dan Hamda sedang berbicara serius, Hamda berkata “permintaanmu itu terlalu berlebihan Fat..”. Pada gambar kedua
49
menampilkan wajah Fatimah dengan ekpresi mengharapkan dan juga terdapat bagian belakang kepala Hamda, pada gambar ini Fatimah membalas perkataan Ibunya “Al-Quran, mukena, sajadah dan tasbih itu terlalu berlebihan? Fatimah butuh jawaban Bu, kenapa Ibu merasa berat untuk memenuhi permintaan Fatimah?”. Pada gambar ketiga menampilkan Hamda yang menunduk dan termenung dan diam tak berkata. Gambar keempat menampilkan wajah Hamda yang sedikit marah kepada Fatimah dan mengatakan “Kamu tahu kan, Ibumu ini seorang pelacur? Kamu bisa bayangkan bagimana tanggapan orang kampung ketika kita akan membeli benda-benda suci itu, sedangkan mereka tahu darimana uang yang Ibu dapatkan untuk membelinya”. Dan pada gambar terakhir menampilkan Fatimah yang menangis ke arah Ibunya dan berkata “Begitu hinakah hidup kita bu..”. Konotasi: Hamda dan Fatimah sedang duduk di teras, rumah mereka berada di salah satu pedesaan kecil yang terletak di daerah Sumatera Utara. Berawal dari permintaan Fatimah yang memberatkan Hamda atas permintaanya berupa AlQuran, mukena, sajadah dan tasbih yang terdapat pada gambar kedua. Hamda yang merasa hina dengan profesi yang ia kerjaan merasa berat atas permintaan anaknya yang sangat mustahil itu. Hamda merasa bahwa uang hasil ia bekerja merupakan uang haram dan tidak pantas digunakan untuk membeli benda-benda suci seperti yang diminta Fatimah. Terlebih lagi hamda berfikir apabila Hamda dan Fatimah membeli benda-benda suci tersebut warga desa tidak akan membiarkannya begitu saja karena warga desa mengetahui apa profesi dan bagaimana cara Hamda menghidupi anak semata wayangnya. Fatimah yang sedih
50
setelah mendengar penjelasan dan pengertian yang diberikan Ibunya menangis tersedu karena merasa permintaannya yang sulit terpenuhi, sedangkan menurut Fatimah permintaannya tersebut sangat sederhana dan itu merupakan hak Fatimah sebagai seorang gadis yang memeluk Agama Islam. Fatimah yang menagis disini menunjukkan bahwa keinginan Fatimah yang sederhana ternyata susah untuk dipenuhi Ibunya. Mitos: Film Air Mata Fatimah ini merupakan kisah nyata yang pernah terjadi di daerah Sumatera Utara pada Tahun 1960-an. Nama desa yang tidak pernah disebutkan
ini
dirahasiakan
karena
dianggap
sebuah
aib
yang
patut
disembunyikan keberadaannya. Desa tempat lahirnya cerita Fatimah ini mayoritas atau bahkan semua warganya memeluk Agama Islam yang sangat kuat, sehingga ketika ada seseorang seperti Hamda yang berprofesi sebagai tuna susila maka segera langsung diasingkan dari kehidupan warga desa. Hamda yang hidup tanpa suaminya terpaksa menjalani profesi sebagai tuna susila untuk menghidupi anak semata wayangnya yaitu Fatimah, walaupun ia sebenernya merasa jijik dengan profesinya itu. Menurut sudut pandang Agama Islam memang uang yang didapat dari sesuatu yang tidak diridhoi oleh Allah adalah uang haram, maka tidak sepantasnya kita membeli benda-benda suci dengan uang haram tersebut dan digunakan untuk beribadah karena itu sangat tidak pantas. Landasan pemikiran ini berdasarkan hadist dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda:
51
Artinya: Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu Thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang Thoyyib (baik). (HR. Muslim no. 1015) Berdasarkan hadits di atas, maka apabila membeli sebuah benda-benda suci seperti Al-Quran, sajadah dan mukena dengan uang haram maka Allah tidak akan memerima amalan ibadahnya karena benda-benda erbut bukan dibeli dengan sesuatu yang thoyyib. 2.
Scene 2 Scene ini menggambarkan saat pada akhirnya Hamda memberanikan diri
turun ke pusat kehidupan desa untuk membeli benda-benda suci seperti permintaan dan keinginan Fatimah yang sebelumnya. Dengan berbekal uang hasil ia bekerja maka Hamda memberanikan diri pegi bersama Fatimah ke sebuah toko perlengakapan Agama Islam. Namun sedalam perjalanan ke toko tersebut, Hamda dan Fatimah di perlakukan tidak manusiawi oleh warga desa. Lemparan batu, cacian dan makian yang dilontarkan kepada Hamda dan juga Fatimah mereka dapatkan. Sesampainya di toko, mereka pun tidak disambut dengan baik oleh Bibi pemilik toko, usiran dan hinaan bertubi-tubi yang mereka dapat. Akan tetapi perlakuan yang didapatkan Fatimah dan Ibunya tetap dijalani dengan tegar, sabar dan ikhlas, karena Fatimah ingin haknya sebagai seorang muslim yang berhak mempelajari Islam secara lebih mendalam.
52
Tabel 4.2 Visual
Dialog
Type of Shot
Warga: Hey pelacur, Long
Shot,
ngapain kalian kesini. menampilkan Dasar pelacur..
secara
utuh bagian belakang Fatimah dan Hamda serta warga-warga di pasar yang mencaci dan melemparkan batu ke arah
Fatimah
dan
Close
Up,
Hamda. Fatimah dan Hamda: Medium
(tetap berjalan ke arah menonjolkan
raut
toko yang di tuju)
dan
wajah
Fatimah
Hamda yang ketakutan.
Warga: Apa kamu ke Medium
Shot,
pasar?
tubuh
Mungkin menampilkan
pelacur ini ke pasar dari pinggang ke atas, untuk kemenyan
membeli dan dan ekpresi
menonjolkan kemarahan
kembang tujuh rupa warga atas kehadiran
53
untuk
menarik Fatimah dan Hamda di
perharian lelaki hidung pasar. belang.
Lihat
Ibunya
saja
seorang
pelacur, anaknya juga akan menjadi pelacur. Warga: Dasar pelacur Medium pergi sana!
Shot,
menonjolkan
raut
wajah
dan
Fatimah
Hamda yang takut dan sedih. Ichsanudin:
(diam, Medium
memperhatikan
Shot,
menampilkan
raut
Fatimah dan Hamda wajah Ichsanudin yang yang dipojokkan)
merasa kasihan kepada Fatimah dan Hamda.
Fatimah: Bu.. (melihat Medium
Shot,
ke arah toko peralatan menonjolkan
ekspresi
keagamaan)
bahagia
senang
dan
ketika akhirnya melihat dan
bisa
perlengkapan keagamaan.
membeli
54
Fatimah: (menyentuh Medium tasbih)
Shot,
menampilkan kebahagiaan
Fatimah
yang berada di toko keagamaan. Hamda:
(diam Medium
Close
memperhatikan
menonjolkan
anaknya)
wajah
Up, raut
Hamda
yang
terharu bahagia. Fatimah:
Medium
Alhamdulillah akhirnya
Shot,
Bu, menampilkan ekspresi
kesampaian bahagia Fatimah dan
juga
keinginan Hamda
Fatimah
yang
untuk memperhatikan
memiliki
Al-Quran, anaknya
mukena,
sajadah, ekspresi
dengan sedih
dan
tasbih dan buku-buku terharu. Dengan latar di Agama. Bibi:
dalam toko. Hey
pelacur, Medium
mau apa kalian kesini?
Shot,
menampilkan ekspresi kaget dan marah Bibi melihat
kedatangan
Fatimah dan Hamda.
55
Hamda:
Medium
Shot,
Assalamualaikum Bi, menampilkan
raut
kami
dan
mau
membeli wajah
Hamda
mukena, sajadah, Al- Fatimah yang takut. Quran,
tasbih
buku-buku
dan
Agama,
ada? Bibi:
Apa?!
Tidak Medium
salah dengar saya?
Shot,
menonjolkan
raut
wajah
dan
marah
keberatan. Bibi:
Heh
pelacur, Long
kamu fikir saya mau menampilkan
Shot, penjual
menjual barang-barang toko yang marah dan suci ini sama kamu? mengusir Fatimah dan Lebih baik kamu dan Hamda dengan latar di anakmu sekarang pergi dalam toko. dari
sini!
kalian
Jangan membuat
usahaku ini menjadi na‟as dan sial karena dikotori
manusia-
manusia kotor macam kamu. Pergi!
56
Hamda:
Bi,
ijinkan Medium
kami
membelinya, menampilkan
kami mohon Bi..
dan
Shot,
yang
Hamda memohon
kepada penjual toko. Bibi: Marni, Irna, usir Medium pelacur
ini!
Shot,
Pergi memperlihatkan
kalian, pergi!
penjual
toko
yang
semakin
geram
dan
menyuruh pegawainya untuk
mengusir
Fatimah dan Hamda secara paksa. Warga: dasar pelacur! Long Pergi sana! Pergi!
Shot,
menampilkan
para
warga yang mengusir Fatimah dan Hamda secara Hamda
paksa
hingga
terjatuh
ke
tanah.
Denotasi Pada gambar pertama menampilkan Fatimah dan Hamda yang dicaci dan dihina saat datang ke pasar, terlihat warga yang berkata kasar yang berkata “Hey pelacur, ngapain kalian kesini. Dasar pelacur..”.
Pada gambar kedua terlihat
57
Fatimah dan Hamda yang menunduk akibat terkena lemparan-lemparan batu dari warga desa. Gambar ketiga menampilkan tiga gadis desa yang mencaci dan menghina kedatangan dan keberadaan Fatimah dan Hamda di pasar dan berkata “Apa kamu ke pasar? Mungkin pelacur ini ke pasar untuk membeli kemenyan dan kembang tujuh rupa untuk menarik perharian lelaki hidung belang. Lihat saja Ibunya seorang pelacur, anaknya juga akan menjadi pelacur”. Gambar keempat menonjolkan raut sedih dan takut Fatimah yang berlindung dalam pelukannya Ibunya. Gambar kelima menampilkan seorang pemuda bernama Ichsanudin yang menampilkan ekspresi prihatin dengan perilaku yang diterima Fatimah dan Hamda. Gambar keenam memperlihatkan ekspresi muka Fatimah yang berubah menjadi senang. Gambar ketujuh menonjolkan ekpresi Fatimah yang bahagia ketika menyentuh tasbih dan berada di dalam toko. Gambar kedelapan menonjolkan ekpresi terharu Hamda. Gambar kesembilan menampilkan Hamda yang sedang melihat Fatimah bahagia dan berkata “Alhamdulillah Bu, akhirnya kesampaian juga keinginan Fatimah untuk memiliki Al-Quran, mukena, sajadah, tasbih dan buku-buku Agama”. Gambar kesepuluh menampilkan penjual toko yang kaget dan berteriak “Hey pelacur, mau apa kalian kesini?”. Gambar kesebelas menampilkan Hamda yang merangkul Fatimah sembari menjelaskan maksud kedatangannya ” Assalamualaikum Bi, kami mau membeli mukena, sajadah, Al-Quran, tasbih dan buku-buku Agama, ada?”. Gambar kedua belas terlihat penjual toko yang tidak terima dan marah “Apa?! Tidak salah dengar saya?”. Gambar ketiga belas menampilkan penjual toko yang mengusir Fatimah dan Hamda dengan latar di dalam toko dan berkata “Heh pelacur, kamu fikir saya mau menjual barang-barang suci ini sama kamu? Lebih baik kamu dan anakmu
58
sekarang pergi dari sini! Jangan kalian membuat usahaku ini menjadi na‟as dan sial karena dikotori manusia-manusia kotor macam kamu. Pergi!”. Gambar keempat belas memperlihatkan Hamda yang memohon kepada penjual toko sembari memeluk Fatimah, hamda memohon dengan nada sedih “Bi, ijinkan kami membelinya, kami mohon Bi..”. Gambar kelima belas memperlihatkan penjual toko yang mulai geram dan menyuruh karyawannya untuk mengusir Hamda dan Fatimah “Marni, Irna, usir pelacur ini! Pergi kalian, pergi!”. Gambar keenam belas menampilkan Hamda yang terjatuh ke tanah akibat usiran paksa warga. Konotasi Hamda
dan
Fatimah
yang
pada
akhirnya
memutuskan
untuk
memberanikan diri datang ke pasar untuk membeli benda-benda suci seperti AlQuran, mukena, sajadah, tasbih dan buku-buku agama Islam. Sepanjang perjalanan Hamda dan Fatimah mendapat cacian, makian, hinaan bahkan lemparan batu yang sangat tidak manusiawi, hal ini dikarenakan warga desa yang tidak suka dan tidak menerima keberadaan Hamda dan Fatimah di pasar. Warga desa beranggapan bahwa tujuan Hamda dan Fatimah datang ke pasar ialah untuk membeli kemenyan dan kembang tujuh rupa, yang menurut kepercayaan kebudayaan warga desa setempat ialah untuk menarik perhatian lelaki. Akan tetapi Hamda dan Fatimah tetap tegar dan terus berjalan untuk memenuhi maksud dan tujuan mereka datang ke pasar tersebut. Sesampainya di dalam toko, Fatimah sangat senang sekali karena ia merasa bahwa pada akhirnya dia bisa mendapatkan keinginannya untuk memperdalam keIslamannya dan mempunyai Al-quran, sajadah, mukena, tasbih dan buku-buku agama Islam. Akan tetapi yang mereka dapatkan adalah usiran secara kejam yang dilakukan oleh pemilik toko. Lalu,
59
ketika keluar dari toko Hamda dan Fatimah mendapatkan perlakuan yang lebih kejam lagi. Pada scene ini telah menunjukan bahwa perlakuan-perlakuan warga desa kepada Fatimah dan Hamda merupakan hal yang sangat tidak manusiawi. Tidak hanya cacian yang mereka dapatkan tetapi juga lemparan-lemparan batu, bahkan salah satu warga sampai berani mendorong Hamda hingga terjatuh ke tanah. Mitos Menurut pandangan kebudayaan lokal yang muncul di scene ini, mempercayai bahwa kemenyan dan kembang tujuh rupa merupakan alat mistik yang digunakan untuk memenuhi ritual-ritual untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan umum. Kemenyan adalah sebuah benda berbentuk kristal keruh berwarna coklat maupun putih yang biasa dibakar. Bagi masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai tradisi, tentunya sesajen atau sesaji bukanlah sebuah hal yang dianggap kuno dan aneh, melainkan hal tersebut dinilai sangat sakral. Ritual yang merupakan warisan dari budaya Hindu dan Budha ini, dahulu biasa dilakukan untuk memuja para dewa, roh tertentu atau penunggu tempat yang dianggap keramat. Ritual ini menghidangkan aneka makanan, bunga-bungaan atau buah-buahan di lokasi yang dinilai memiliki daya spiritual itu, yang diyakini mampu menolak malapetaka dan mendatangkan rezeki. Tuna susila memang merupakan pekerjaan yang sangat tidak bermoral dan diharamkan dalam Agama Islam. Akan tetapi, sebagai sesama manusia tidaklah baik untuk melakukan perbuatan yang tidak manusiawi dengan cara main hakim sendiri seperti warga desa yang ada dalam cerita Air Mata Fatimah. Hamda yang
60
merupakan seorang janda, menjadi sebagai tuna susila karna ia harus menghidupi anaknya seorang diri dan tidak mempunyai cara lain selain berprofesi seperti itu. Maka seharusnya warga desa tersebut merangkulnya dengan mengulurkan tangan untuk membantunya sehingga keluar dari problema tersebut dan Hamda mungkin tidak akan berprofesi menjadi tuna susila untuk menghidupi anak semata wayangnya. Seperti yang diketahui bahwa anak yatim adalah anak yang ditinggal mati ayahnya. Anak seperti inilah yang dikatakan yatim dan punya keutamaan untuk ditolong karena penanggung nafkahnya (yaitu ayahnya) sudah tiada. Jika ada yang menikahi janda karena ingin menolong anaknya, maka ia akan dapat keutamaan besar menyantuni anak yatim. Hadits keutamaan menyantuni anak yatim adalah berikut:
“Kedudukanku dan orang yang menanggung anak yatim di Surga bagikan ini” (Beliau merapatkan jari telunjuk dan jari tengahnya, namun beliau regangkan antara keduanya). (HR. Bukhari no. 5304). Sudah seharusnya kita sesama umat yang beragama Islam harus memegang teguh dan saling membantu, terutama apabila ada seorang janda yang ditinggal oleh suaminya dan menghidupi anak yatim seorang diri. Bukannnya mencemooh, menyaniaya dengan perbuatan yang tidak manusiawi dan mengasingkannya dari peradaban dunia seperti yang terjadi dalam film Air Mata Fatimah ini. Disinilah konflik yang terjadi antara intrapribadi atau batiniah Hamda yang terpaksa dan sangat berat hati menjadi wanita tuna susila, dengan
61
masyarakat surau Sumatera Utara yang tidak membantu malah mengasingkan, mencemooh, menghina, bahkan menganiaya secara tidak manusiawi. 3.
Scene 3 Scene ini menggambarkan saat Fatimah yang akhirnya mendapatkan
kiriman berupa Al-Quran, sajadah, mukena, tasbih dan buku Agama dari Ichsanudin. Namun ketika Ichsanudin mengantarkan benda suci tersebut ke tempat tinggal Fatimah, ada seorang warga yang melihat Ichsanudin dan menyebarkan berita tidak benar bahwa Ichsanudin datang ke tempat tinggal Fatimah dan Hamda hanya untuk berbuat asusila dengan Fatimah. Warga desa itu langsung melaporkan hal tersebut kepada Harunsyah, lelaki jahat yang memiliki dendam pada ayah Ichsanudin yaitu Guru Ali Daud. Tabel 4.3 Visual
Dialog
Ichsanudin:
Type of Shot
(berjalan Long Shot,menampilkan
menaiki bukit)
Ichsanudin secara utuh yang menaiki bukit dengan membawa bendabenda suci ditanganya.
Hasan:
(melihat Extreme Long
Ichsanudin dari jauh)
Shot¸Hasan yang terlihat kecil dengan latar gunung. Long Shot, menampilkan
62
Hasan: Anak Guru Ali secara utuh Hasan yang Daud bang, anak itu sedang berbicara dengan sudah terpengaruh dan Harunsyah dengan latar berani datang ke gubuk halaman rumah Hamda dan Fatimah. Harusnyah. Dia sudah tertarik untuk berbuat
susila.
melihatnya
Saya sendiri
hingga anak itu masuk kedalam gubuk Hamda dan Fatimah. Warga:
sekarang lah Medium Shot,
waktunya membalas
untuk menampilkan wajah jahat sakit
hati yang sedang menghasut
abang kepada Ali Daud, Harunsyah. bukankah
ini
kesempatan yang abang tunggu? Harunsyah: Ali daud, Medium Shot, saatnya
kubalaskan Menonjolkan ekpresi
dendam
yang termakan hasutan dan
kupendam tahun.
puluhan ingin melakukan balas dendam.
63
Denotasi Gambar pertama menampilkan Ichsanudin yang sedang menanjak menaiki bukit. Gambar kedua terlihat seorang warga bernama Hasan yang sedang memerhatikan dari jauh. Gambar ketiga menampilkan hasan yang sedang memberitahu kejadian yang ia lihat kepada Harunsyah, terlihat hasan yang sedang manghasut Harunsyah dan berkata “Anak Guru Ali Daud bang, anak itu sudah terpengaruh dan berani datang ke gubuk Hamda dan Fatimah. Dia sudah seperti orang kebanyakan sudah tertarik untuk berbuat susila. Saya melihatnya sendiri hingga anak itu masuk kedalam gubuk Hamda dan Fatimah”, adegan ini memiliki latar halaman rumah Harusnyah. Gambar keempat terlihat teman Harunsyah yang jahat menghasut Harusnyah, “sekarang lah waktunya untuk membalas sakit hati abang kepada Ali Daud, bukankah ini kesempatan yang abang tunggu?”. Gambar kelima Harunsyah yang sudah terhasut dan terlihat merencanakan sesuatu sambil bergumam “Ali daud, saatnya kubalaskan dendam yang kupendam puluhan tahun”. Konotasi Pada gambar petama menunjukkan ketulusan Ichsanudin yang ingin memberikan perlengkapan suci untuk Fatimah yang ingin memperdalam agama Islam. Ichsanudin datang sendiri ke rumah Fatimah untuk memberikan perlengkapan suci tersebut. Namun, hal ini disalahgunakan oleh seorang warga bernama Hasan yang merupakan orang kepercayaan Harunsyah. Setelah melihat Ichsanudin yang mendatangi rumah Fatimah dan Hamda, Hasan segera bergegas dan melaporkan kejadian itu kepada Harunsyah. Harunsyah memiliki dendam
64
yang dipendamnya selama puluhan tahun dengan Guru Ali Daud karena semasa mudanya merebutkan Hamda. Akan tetapi Hamda tidak menyukai Harunsyah, dan akhirnya Harusnyah menjadi dendam dengan Guru Ali Daud. Harunsyah adalah orang terkaya di desa tersebut dan memiliki watak yang sangat sombong juga jahat. Maka ketika ada kesempatan yang sangat bagus, Harusnyah tidak berfikir dua kali untuk melaksanakan rencana balas dendamnya dengan memfitnah Harunsyah dengan Fatimah yang berbuat tindakan asusila di gubuk mereka yang terletak di atas bukit tersebut. Mitos Fitnah merupakan suatu kegiatan menyiarkan berita tanpa dasar kebenaran, dengan tujuan untuk mencemarkan nama baik seseorang, hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan sang pemfitnah itu sendiri. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan fitnah kepada orangorang mukmin laki-laki dan perempuan, kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang sangat pedih”. (Q.S. al-Buruj: 10) Fitnah merupakan suatu kebohongan besar yang sangat merugikan dan termasuk dalam dosa besar. Oleh karenya, Islam melarang umatnya memfitnah sebab fitnah adalah haram. Allah SWT berfirman:
65
Artinya: “Wahai orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, (sehingga kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah sebagian kamu menggunjing setengahnya yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? ( Jika demikian kondisi mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Jadi patuhilah larangan-larangan tersebut) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q. S. Al-Hujarat : 12). Berdasarkan firman-firman Allah di atas maka sudah sangatlah jelas bahwa perbuatan fitnah merupakan perbuatan yang sangat di benci oleh Allah dan fitnah hukumnya adalah haram, apabila kita melakukan perbuatan yang sangat dilarang oleh Allah tersebut kita akan mendapatkan azab jahanam yaitu neraka yang amat pedih. 4.
Scene 4 Scene ini menggambarkan Fatimah yang senang mendapatkan Al-quran,
mukena, sajadah, tasbih dan buku-buku Agama. Ketika Fatimah hendak ingin memperdalam ilmunya tentang Agama Islam di pondok pesantren Guru Ali Daud, ia di halangi oleh warga-warga desa yang sudah termakan hasutan Harunsyah dan semua peralatan suci Fatimah di rampas secara paksa. Fatimah merasa dirampas hak-haknya oleh para warga yang main hakim sendiri dengan membeda-bedakan status Fatimah yang seorang anak dari tuna susila dan melarang Fatimah untuk memperdalam Ilmu keagamaan.
66
Tabel 4.4 Visual
Dialog
Type of Shot
Hamda: Fatimah, apa Extreme yang
Lonf
menjadi menampilkan
tujunmu, tidak akan yang
Shot, Fatimah
menuruni
bukit
lepas
dari dengan membawa benda-
perjuanganmu
Fat. benda suci dengan latar
Lakukan
apa
yang bukit-bukit yang luas.
menjadi impianmu. Fatimah:
(berjalan Long Shot, menampilkan
dengan riang)
sosok
Fatimah
yang
memakai
pakaian
muslimah
yang
menggenggam Al-Quran, mukena,
sajadah
dan
tasbih. Fatimah: mereka?
Mau
apa Medium
Shot,
menampilkan
bagian
pinggang ke atas. (saat Fatimah
memalingkan
muka serta menonjolkan raut wajah Fatimah yang kaget dan was-was)
67
Warga: Kurung anak Long Shot, menampilkan pelacur itu!
Fatimah dari belakang dan segerombolan warga yang menghalangi.
Fatimah:
Saya Medium
Shot,
memang
anak menampilkan warga yang
pelacur, tetapi salah marah dan mengelilingi saya apa? Bibi:
Fatimah.
Jelas
salah.
kamu Medium
Kesalahan memperlihatkan
kamu adalah kamu yang tidak berhak untuk Fatimah barang-barang yang badan
Shot,
suci wajah
menmpel dan
Bibi
memojokkan dengan yang
raut penuh
di amarah.
tangan
kamu! Fatimah: Ibu-ibu dan Medium bapak-bapak
Shot,
menampilkan
semuanya,
saya pinggang
keatas.
memang anak
dari Fatimah
di
seorang pelacur yang warga) kalian sishkan dari kehidupan
kalian,
tetapi apakah salah
ukuran (saat hadang
68
jika saya memiliki Al-Quran
untuk
membaca
dan
menafsirkan
ayat-
ayatnya? salah
Apakah jika
saya
mengenakan mukena untuk
mendirikan
shalat? Saya memang anak
dari
seorang
pelacur, tetapi saya dan ibu saya tidak pernah
berhenti
memuji Allah.
kebesaran Saya
Fatimah
bukan
Az-Zahra
putri Rasulullah dan bukan pula Fatimah Ibnu
Khatab
membacakan Thaha
yang surat
dalam
Al-
Quran
sehingga
membuat
kakanya
Umar Ibnu Khatab
69
masuk Islam. Bibi:
Ayo
jangan
semua Close
Up,menampilkan
terpengaruh wajah seseorang dalam
sama omongan anak ukuran pelacur
ini!
gausah
penuh.
Kamu Menampilkan
ekspresi
ceramah penuh amarah.
depan kita semua yah Fatimah! Ayo ambil Al-Quran Rampas
itu! sajadah,
mukena dan tasbih, ayo! Bibi:
Semua
yang Medium
Close
kamu pakai adalah menampilkan palsu
dan
Up,
gambaran
penuh dua orang dari batas dada
kemunafikkan! Pergi ke atas. kamu!
Denotasi Gambar pertama menampilkan Fatimah yang menuruni bukit dan terdengar suara dengungan Hamda yang menyemangati Fatimah, ia berkata “Fatimah, apa yang menjadi tujunmu, tidak akan lepas dari perjuanganmu Fat. Lakukan apa yang menjadi impianmu”. Gambar kedua memperlihatkan Fatimah yang sedang bahagia dengan Al-quran, mukena, sajadah dan tasbih yang berada
70
dalam genggamannya. Gambar ketiga menampilkan Fatimah yang menunduk dan berfikir, terlihat perubahan raut Fatimah yang senang menjadi was-was, hal ini diperjelas dengan gumaman “Mau apa mereka?“. Gambar keempat menampilkan bagian tubuh Fatimah dari belakang dan di hadang oleh warga yang berseru “Kurung anak pelacur itu!”. Gambar kelima menampilkan Fatimah yang di kelilingi warga dan Fatimah pun bertanya kepada warga “Saya memang anak pelacur, tetapi salah saya apa?“. Gambar keenam memperlihatkan Bibi yang melawan perkatan Fatimah “Jelas kamu salah. Kesalahan kamu adalah kamu tidak berhak untuk barang-barang suci yang menmpel di badan dan tangan kamu!”. Kemudian pada gambar ketujuh terlihat Fatimah menjelaskan dengan sangat tenang “Ibu-ibu dan bapak-bapak semuanya, saya memang anak dari seorang pelacur yang kalian sishkan dari kehidupan kalian, tetapi apakah salah jika saya memiliki Al-Quran untuk membaca dan menafsirkan ayat-ayatnya? Apakah salah jika saya mengenakan mukena untuk mendirikan shalat? Saya memang anak dari seorang pelacur, tetapi saya dan ibu saya tidak pernah berhenti memuji kebesaran Allah. Saya bukan Fatimah Az-Zahra putri Rasulullah dan bukan pula Fatimah Ibnu Khatab yang membacakan surat Thaha dalam Al-Quran sehingga membuat kakanya Umar Ibnu Khatab masuk Islam”. Gambar kedelapan menampilkan wajah geram Bibi yang penuh amarah dan membalas perkataan Fatimah “Ayo semua jangan terpengaruh sama omongan anak pelacur ini! Kamu gausah ceramah depan kita semua yah Fatimah! Ayo ambil Al-Quran itu! Rampas sajadah, mukena dan tasbih, ayo!”. Gambar kesembilan menampilkan Bibi yang sedang mencaci Fatimah, dan juga terlihat baju Fatimah yang menjadi compangcamping.
71
Konotasi Fatimah berencana mempelajari dan memperdalam Agama Islam di pondok pesantren Guru Ali Daud. Ketika menuruni bukit Fatimah merasa sangat senang karena pada akhirnya apa yang diimpikannya tercapai, dan juga dengan berbekal semangat dari sang Ibu, Fatimah pun merasa percaya diri menuruni bukit dengan memakai pakaian muslim, dan membawa perlengkaan suci. Namun pada setengah perjalanan Fatimah dihadang oleh para warga yang sudah terhasut oleh berita fitnah yang disebarkan Harunsyah bahwa Fatimah dan Ichsanudin telah melakukan hal tidak bermoral di dalam gubuk rumahnya yang terletak di atas bukit. Para warga yang terhasut tersebut mengamuk dan merasa tidak terima bahwa orang yang tidak suci dan telah melakukan perbuatan zinah tidak pantas memiliki benda-benda suci seperti Al-Quran, mukena, sajadah, tasbih bahkan untuk datang ke pondok pesantren dan mempelajari Agama Islam pun tidak pantas. Berlandaskan pemikiran para warga yang beanggapan Fatimah penuh kemunafikkan, maka para warga yang diketuai oleh Bibi menyuruh warga untuk merampas benda-benda suci milik Fatimah dan mengkroyok Fatimah hingga membuat bajunya menjadi compang-camping. Status Fatimah yang merupakan anak dari seorang Ibu yang berprofesi sebagai tuna susila bukan hal yang menjadikan halangan Fatimah untuk tidak mendapatkan haknya sebagai seorang muslim. Sebaliknya, Fatimah berhak untuk menuntut mendapatkan hak-haknya kembali sebagai seorang gadis muslim.
72
Mitos Merampas hak orang lain adalah perbuatan zhalim, dan kezhaliman adalah kegelapan di hari kiamat. Ghasb secara bahasa artinya mengambil sesuatu secara zhalim, sedangkan menurut istilah fuqaha adalah mengambil atau menguasai hak orang lain secara zhalim dan aniaya dengan tanpa hak. Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zhalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. Mereka datang bergegas-gegas dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.” (QS. Ibrahim: 42-43) Ketika seseorang telah berani mengambil barang atau hak milik orang lain sekecil apapun, maka orang tersebut harus bersiap kehilangan bahkan kehilangan yang akan dirasakan akan jauh lebih besar. berhati-hatilah untuk tidak mengambil atau merampas hak orang lain karena cepat atau lambat seseorang tersebut akan mendapat ganjaran yang lebih besar dari Allah SWT.
5.
Scene 5 Scene ini menggambarkan para warga yang berdiskusi dengan para ulama
ditengah lapangan yang luas. Para ulama ini bertanya kepada warga mengapa warga merampas benda-benda suci dari Fatimah. Disana juga mucul Ichsanudin yang membela Fatimah danmengambil kembali barang-barang milik Fatimah yang telah dirampas warga
73
Tabel 4.5 Visual
Dialog
Type of Shot
Bibi: Tadi saya sudah Medium mengatakanya Mualim, terlalu
Shot,
guru menampilkan
ubuhnya pinggang najis
memegang
dari ke
atas.
untuk Memperlihatkan
empat
benda- orang
benda suci itu.
yang
sedang
berbicara.
Guru Mualim: Apakah Medium
Close
Up,
kalian lebih berhak menampilkan tiga orang atas benda-benda itu? ulama Apa
benar
benda- berbicara.
benda yang Bibi dan kalian kalian setiap
katakan
tadi
pergunakan harinya
di
rumah? Mana yang lebih
baik
seorang
anak pelacur
bernama Fatimah atau kalian
yang
mengatakan
lebih
berhak
atas
benda-
yang
sedang
74
benda itu? Saya tidak mau
dipersalahkan
Allah! Ichsanudin: (mengambil
Medium
Shot,
benda- menampilkan Ichsanudin
benda milik Fatimah)
dari
bagian
pinggang
sampai ke atas yang sedang benda-benda
mengambil milik
Fatimah. Denotasi Gambar pertama menampilkan Bibi yang sedang berbicara dengan tiga ulama, pada gambar ini bibi berkata “Tadi saya sudah mengatakanya guru Mualim, ubuhnya terlalu najis untuk memegang benda-benda suci itu”. Gambar kedua menampilkan Guru Mualim yang berkata “Apakah kalian lebih berhak atas benda-benda itu? Apa benar benda-benda yang Bibi dan kalian katakan tadi kalian pergunakan setiap harinya di rumah? Mana yang lebih baik anak seorang pelacur bernama Fatimah atau kalian yang mengatakan lebih berhak atas benda-benda itu? Saya tidak mau dipersalahkan Allah!”. Gambar ketiga menampilkan Ichsanudin yang sedang mengambil benda-benda milik Fatimah. Konotasi Para warga yang sudah berbondong-bondong merampas benda-benda milik Fatimah bertemu dengan tiga ulama di sebuah lapangan besar. Disana para
75
ulama bertanya dan menginterogasi apa yang telah dilakukan warga terhadap Fatimah. Namun Bibi yang mengetuai pergerakan ini tetap merasa benar dengan apa yang dilakukannya, namun salah satu ulama tersebut yang bernama Guru Mualim menasehati warga bahwa apa yang dilakukan mereka adalah perbuatan yang salah, karena mereka telah merampas hak-hak Fatimah dan telah membedabedakan Fatimah hanya karena Fatimah seorang anak pelacur. Guru Mualim berkata bahwa beliau tidak mau dipersalahkan Allah atas kelakuan para warga yang membeda-bedakan dan memojokkan Fatimah. Mitos Sebagai sesama manusia bahkan sesama muslim tidak diperkenan baginya untuk membeda-bedakan sesamanya karena Allah SWT Sang Pencipta pun tidak pernah membeda-bedakan makhluknnya. Seperti dalam firmannya yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Hujurat 49:11) Allah mengajarkan kepada kita bahwa semua manusia disisi Allah adalah sama, tidak ada bedanya yang kaya dengan yang miskin, yang kuat dan yang
76
lemah, maupun antara lelaki dan perempuan. Karena bagi Allah yang membedakannya hanyalah ketakwaan manusia itu sendiri. Masyarakat yang dikehendaki Al-Qur‟an adalah masyarakat yang sederajat dan mempunyai hak serta kewajiban yang sama. Jika ada manusia yang memiliki kemampuan dan kekuatan, maka tidak diperkenankan menggunakan kekuatannya untuk mengejek ataupun menindas orang-orang yang lemah. Maka sungguhlah aneh apabila manusia yang terbuat dari tanah menjadi sombong dengan membeda-bedakan orang lain, sedangkan Allah yang menciptakan mereka tidak pernah membedabedakan satu dengan yang lainnya. Manusia tidak diperkenankan untuk menggunakan kekuatannya untuk mengejek ataupun menindas orang-orang yang lemah. Seharusnya, kekuatan itu hendaknya dipergunakan untuk melindungi kebenaran, menyebarkan keadilan dan menghapuskan segala bentuk penindasan. Scene 6 Scene ini menggambarkan Fatimah yang mengaji di depan warga desa untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak asusila dengan Ichsanudin melainkan belajar mengaji dan memperdalam agama Islam. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah dan membersihkan namanya dari tuduhan-tuduhan kotor. Tabel 4.6 Visual
Dialog
Type of Shot
77
Fatimah: surat
(membaca Medium
Shot,
At-Thaha menamplkan
dengan khusyuk dan yang murrotal)
Fatimah
duduk
membaca
dan
Al-Quran
dengan memakai pakaian muslim. Warga desa: (terdiam Medium dan
Shot,
mendengarkan menampilkan raut wajah
Fatimah mengaji)
warga desa yang merasa menunduk karena merasa malu dan bersalah.
Harunsyah: (terdiam)
Medium
Close
Up,
menampilkan raut wajah Harunsyah yang merasa malu. Hamda:
(tersenyum Medium
bahagia)
Close
menampilkan
Up,
ekspresi
Hamda yang senang dan bahagia) Fatimah: (Tersenyum Medium mengarah ke Ibunya
Close
menampilkan bahagia Fatimah
Up,
ekspresi
78
Denotasi Gambar pertama menampilkan Fatimah yang sedang duduk dan membaca Al-Quran dengan khusyuk. Gambar kedua menampilkan warga desa yang menunduk. Gambar ketiga menampilkan Harunsyah dengan wajah merenung. Gambar keempat menampilkan Hamba yang tersenyum bahagia. Gambar kelima menampilkan Fatimah yang melihat ke arah Ibunya dengan tersenyum bahagia. Konotasi Fatimah yang dituduh Harunsyah telah melakukan perbuatan susila dengan Ichsanudin diharuskan membuktikan kepada warga desa bahwa apabila ia dapat mengaji dengan lancar dan benar maka ia terbukti tidak melakukan perbuatan susila melainkan belajar mengaji dan memperdalam agama Islam dengan Ichsanudin. Fatimah yang duduk dihadapan para warga desa, mengaji surat Thaha dengan lancar dan murrotal. Warga desa yang mendengarkannya merasa malu dan merasa bersalah karena telah percaya dengan tuduhan-tuduhan palsu yang membuat nama Fatimah dan Ichsanudin menjadi kotor. Setelah mendengar suara mengaji Fatimah para warga percaya bahwa Fatimah dan Ichsanudin tidak melakukan perbuatan susila. Harunsyah yang melihat danmendengarkan Fatimah pun merasa malu bahwa Fatimah dapat membuktikkan kebenarannya. Fatimah dan Hamda merasa bahagia akhirnya dapat membuktikkan kebenaran dan mebersihkan tuduhan-tuduhan yang didapat Fatimah. Dengan ini, Fatimah bebas mendapatkan hak-haknya sebagai muslim yaitu mendapatkan kemerdekaanya dalam memeluk agama Islam, inilah hasil yang didapat Fatimah dan Hamda yaitu buah kesabaran dan tawakal.
79
Mitos Seringkali dijumpai dalam firman-Nya, Allah Ta‟ala menyandingkan antara tawakal dengan orang-orang yang beriman. Hal ini menandakan bahwa tawakal merupakan perkara yang sangat agung, yang tidak dimiliki kecuali oleh orang-orang mukmin. Hal ini merupakan bagian dari ibadah hati yang akan membawa pelakunya ke jalan-jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Seperti firman Allah tentang tawakal ketika disandingkan dengan orang-orang beriman adalah:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal (QS. Al Ma‟idah: 11). B.
Representasi Makna dalam Film Air Mata Fatimah Berlandaskan
pemahaman
representasi
yaitu
pemaknaan
dan
penggambaran pada suatu hal menjadi sesuatu yang memiliki makna tertentu dan disepakati secara universal. Pemaknaan bisa disamakan bila kita memiliki pengalaman yang sama dan pengalaman sendiri berkaitan dengan budaya yang ada.
Juga berdasarkan pengertian dari hak seorang muslim yaitu berhak
menjalankan segala kewajibannya sebagai penganut Agama Islam, seperti memiliki hak berkeyakinan dan beragama. Jadi representasi hak muslim adalah bagaimana hak-hak seorang muslim tersebut digambarkan atau dimaknai secara luas penggambaran-penggambaran
80
tersebut berdasarkan pengalaman atau budaya yang terbentuk. Maka penulis akan meneliti penggambaran yang ada dalam cerita yaitu perjuangan-perjuangan yang dilakukan Fatimah untuk menuntut hak-haknya sebagai seorang muslim yang terdapat dalam film Air Mata Fatimah. Film Air Mata Fatimah merupakan film garapan Cosmic Production. Film ini tidak hanya sekedar film biasa, namun juga menjadi tuntutan bagi seluruh khalayak. Film ini diambil dari kisah yang pernah terjadi di daerah Sumatera pada tahun 1960-an. Film ini mengandung banyak representasi hak seorang muslim yang diwakilkan oleh peran Fatimah yang menuntut dan memperjuangkan hakhaknya sebagai seorang muslim, seperti: 1.
Keterbatasan hak seorang gadis muslim dalam kemerdekaan beragama Film ini merepresentasikan bahwa seorang anak gadis bernama Fatimah
yang menginginkan Al-Quran, mukena, sajadah, tasbih dan buku agama yang bertujuan untuk memperdalam keagamaannya itu tidak bisa didaptkan dengan mudah. Fatimah yang berstatus anak seorang pelacur tidak bisa mendapatkan haknya dalam kemerdekaan beragama. Penduduk desa dimana Fatimah tinggal tidak memperbolehkan Fatimah untuk memiliki benda-benda suci dan mempelajari Agama Islam secara mendalam di pondok pesantren yang ada di desa ia tinggal. Walaupun Fatimah memiliki benda-benda itu dengan cara yang halal yaitu diberikan oleh seorang pemuda bernama Ichsanudin pun tetap saja para warga tidak memperbolehkan dan merampas benda-benda suci tersebut. 2.
Tidak mendapatkan hak persamaan Hak mendapatkan persamaan dalam film ini direpresentasikan dengan
Fatimah dan Hamda yang tidak mendapatkan hak persamaan dalam cerita ini.
81
Hamda dan Fatimah yang dikucilkan dan diasingkan dari kehidupan warga desa. Fatimah yang dibedakan dianggap tidak pantas untuk memiliki benda-benda suci lantaran status pekerjaan Ibunya yang berprofesi sebagai tuna susila. Hak manusia lainya adalah hak persamaan. Secara lahiriah memang manusia lahir dengan bentuk yang berbeda-beda akan tetapi manusia pada dasarnya adalah sama dan sederajat. Seperti yang tertera dalam Al-Quran menggambarkan idealisasinya tentang persamaan manusia dalam ayat dibawah ini:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami jadikan kamu laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-sukuagar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling baik tingkah lakunya.” (Q.S. 49:13) Demikian, satu satunya keunggulan yang dinikmati seseorang manusia atas manusia lain ditentukan oleh tingkah laku kebajikannya. Prinsip yang sama juga diucapkan Nabi dalam khotbahnya di hadapan orang-orang Islam pada peristiwa Haji Wada‟, ketika ia bersabda:38 “Hai manusia, Tuhan kamu satu, ayahmu pun satu. Tidaklah orang Arab lebih tinggi daripada orang non-Arab, sebagaimana seoorang non-Arab tidak lebih tinggi daripada seorang Arab, begitu juga tidaklah seorang berkulit cokelat menikmati keunggulan atas seorang berkulit hitam, sebaliknya tidaklah seoorang berkulit hitam menikmati keunggulan atas seorang berkulit cokelat, kecuali dengan kesalehan” 3. Tidak mendapatkan hak hidup dan hak milik Tidak mendapatkan hak hidup di representasikan saat para warga yang mengeroyok Hamda dan Fatimah di pasar dengan hinaan, cacian, makian, 38
Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Asasi Manusia dalam Islam (Jakarta: Asia Foundation, 1987) h. 70
82
emparan batu bahkan dorongan yang hingga menyebabkan Hamda jatuh ke tanah. Kemudian warga yang yang merampas benda-benda suci (Al-Quran, mukena, sajadah, dan tasbih) milik Fatimah ketika Fatimah dalam perjalanan menuju pondok pesantren Guru Ali Daud. Hak yang paling utama bagi manusia adalah hak untuk hidup danmempunyai hak atas apa yang dimilikinya. Kedua hak ini dijamin oleh Nabi, dalam khotbahnya di hadapan masyrakat pada peristiwa Haji Wada‟. Ia berkata:39 “Darah dan hak milikmu merupakan hal yang amat suci hingga kamu bertemu dengan Tuhan, sebagaimana hari ini dan bulan ini adalah suci... ketahuilah bahwa setiap Muslim adalah bersaudara. Yang boleh diambil adalah apa yang diberikannya kepada kamu dengan sukarela.”
39
Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Asasi Manusia dalam Islam, h. 65
83
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Setelah mengamati dan menganalisis bab sebelumnya, penyimpulan hasil
pada skripsi ini mengacu kepada permasalahan yang ada yaitu Representasi Hak Muslim dalam film Air Mata Fatimah. Representasi Hak Muslim ini disampaikan melalui tokoh-tokoh yang berperan dalam film, dalam bentuk dialog, perilaku, karakter dan kejadian dalam film tersebut. Maka kesimpulan terhadap permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Makna Denotasi Analisis film Air Mata Fatimah memiliki makna denotasi sebagai film yang menggambarkan bagaimana keterbatasan hak-hak seorang gadis muslim yang memiliki Ibu dengan status sosial tuna susila. Film ini merepresentasikan hak seorang gadis muslim yang diwakilkan oleh peran Fatimah yang menuntut dan memperjuangkan hak-haknya sebagai seorang muslim, seperti: a) Keterbatasan hak seorang gadis muslim dalam kemerdekaan beragama. b) Tidak mendapatkan hak persamaan. c) Tidak mendapatkan hak hidup dan hak milik. 2. Makna Konotasi Makna konotasi yang terdapat dalam film Air Mata Fatimah digambarkan bagaimana seorang gadis muslim yang tidak bersalah ini selalu mendapatkan perlakuan yang tidak adil dan tidak manusiawi saat menuntut hak-haknya. Gadis itu berjuang menuntut haknya seperti gadis muslim lainnya yang memiliki Al83
84
Quran, mukena, sajadah, tasbih dan buku-buku agama untuk memperdalam ilmu tentang agama islamnya. Dalam cerita ini juga digambarkan bagaimana perjuangan-perjuangan Fatimah dalam menuntut hak kemerdekaan dalam beragama dan berkeyakinan. Akan tetapi mengingat status sosial Ibunya yang sebagai tuna susila, gadis tersebut mendapatkan banyak rintangan-rintangan seperti yang terdapat pada potongan-potongan scene yang ditampilkan. Seperti pada scene kedua yang menceritakan rintangan Hamda dan Fatimah saat hendak membeli perlengkapan suci, Hamda dan Fatimah tidak diterima kedatangannya oleh para warga dan di usir dari pasar dengan cara yang tidak manusiawi. Kemudian juga ada pada scene-scene berikutnya yang mampilkan ketika Hamda dan Fatimah di finah, dan juga para warga yang merampas barang-barang Fatimah. 3. Mitos Dari hasil analisis data mitos pada keenam scene film Air Mata Fatimah yaitu menjelaskan bagaimana seorang gadis bernama Fatimah yang tidak mendapatkan kebebasan dalam memeluk agamanya sehingga Fatimah berjuang untuk
mendapatkan
hak-haknya
sebagai
seorang
muslim
yang
dapat
memperdalam agamanya. Selain itu juga menjelaskan bagaimana Islam tidak mengajarkan untuk merampas hak orang lain, membedakan-bedakan sesama manusia dan juga tidak mengajarkan untuk menghalangi orang lain dalam kebebasan beragama dan berkeyakinan. B.
Kritik dan Saran Kritikan penulis terhadap film ini terdapat pada bahasa panggilan kasar
yang terdapat sepanjang dialog film Air Mata Fatimah. Seperti seringnya
85
penggunaan kata “pelacur” yang tidak di sensor dimulai dari awal film hingga akhir film. Kurangnya bahasa asli yang menampilkan budaya Sumatera Utara dalam film ini. Menurut penulis, akan lebih baik apabila sutradara memilah dengan bijak bagaimana penggunaan kata-kata yang baik dan benar yang akan digunakan selama proses pembuatan film. Dan juga akan lebih terasa bahwa cerita Fatimah ini merupakan cerita yang diangkat dari kisah nyata apabila bahasa yang digunakan dalam film ini adalah bahasa daerah sumatera utara.
86
DAFTAR PUSTAKA Arifin, M. (1993). Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (1989). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Bina Aksara. Baker, C. (2000). Cultural Studies: Teori dan Praktek. Bantul: Kreasi Wacana Offset. Bungin, B. (2006). Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cangara, H. (2003). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Danesi, M. (2010). Pengantar Memahami Semiotik Media. Yogyakarta: Jalasutra. Danesi, M. (2010). Pesan, Tanda dan Makna. Yogyakarta: Jalsutra. Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Hikmat, M. M. (2011). Metodelogi Penelitian: Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. J. Moleong, L. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mashuri. (2008). Metodelogi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatis. Malang: Refika Aditama. Miles, M. B. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia. Morissan. (2005). Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tanggerang: Ramdina Prakasa. Nasional, P. B. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Nasution, H. (1987). Hak Asasi Manusia dalam Islam. Jakarta: Asia Foundation. Pranajaya. (1992). Film dan Masyarakat, Sebuah Pengantar. Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman. Pratista, H. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. 86
87
Rumidi, S. (2009 ). Metodologi Penelitian: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan Ilmu sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Sobur, A. (2006). Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sobur, A. (2006). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sukandarrumidi. (2009). Metodologi Penelitian: Komunikasi, Kebijakan Politik, dan Ilmu sosial lainnya . Jakarta: Kencana.
Ekonomi,
Vivian, J. (2008). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Prenada Media Group. Wibowo. (2011). Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Zainuddin, M. (2008). Metodelogi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Malang: Refika Aditama. Referensi Lain: http://biodata-artis.com/profil-dan-biodata-reyhanna-alhabsyi-foto-terbarulengkap, diakses pada tanggal 2 Agustus 2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Jajang_C._Noer, diakses pada tanggal 2 Agustus 2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Oka_Sugawa, diakses pada tanggal 2 Agustus 2016. http://ketemulagi.com/profil-lengkap-reza-pahlevi-aktor-indonesia/, diakses pada tanggal 2 Agustus 2016. http://segiempat.com/entertainment/profil-selebriti/profil-anindika-widya/, diakses pada tanggal 2 Agustus 2016. http://www.wowkeren.com/seleb/dwi_andhika/profil.html, diakses pada tanggal 2 Agustus 2016.
88
LAMPIRAN A. Daftar Pertanyaan Wawancara 1. Apa tujuan Cosmic Production mengangkat film Air Mata Fatimah? 2. Berapakah total scene yang terdapat dalam film Air Mata Fatimah? 3. Pada scene berapakah adegan Fatimah dan Hamda yang sedang melakukan dialog ketika Fatimah meminta dibelikan perlengkapan suci kepada Ibunya? 4. Pada scene berapakah adegan yang menampilkan Fatimah dan Hamda saat di pasar yang hendak membeli perlengkapan suci? 5. Pada scene berapakah adegan yang menampilkan Hasan yang sedang menghasut Harunsyah untuk balas dendam? 6. Pada scene berapakah yang menampilkan Fatimah yang hendak turun datang ke pondok pesantren Guru Ali Daud namun dihalangi oleh warga desa? 7. Pada scene berapakah yang menampilkan adegan guru Mualim yang menegor para warga yang merampas perlengkapan suci Fatimah? 8. Apakah ideologi yang diangkat dalam film Air Mata Fatimah? B. Daftar Jawaban Wawancara 1. Tujuan mengangkat film ini adalah ingin menyuguhkan tontonan drama religi yang berharap kedepannya bisa jadi tuntunan dan panutan. 2. Total scene yang terdapat dalam film Air Mata Fatimah: 95 Scene (belum termasuk montage 10 scene) 3. Scene 21 4. Scene 29-32
88
89
5. Scene 43 6. Scene 49-54 7. Scene 55 8. Ideologi film Air Mata Fatimah adalah “Jangan pernah menilai keimanan seseorang hanya dengan melihat dari pakaian, pekerjaan, ekonomi, atau masa lalunya. Karena hanya Allah SWT yang berhak”.
90
91
92
93