BAPPENAS
Pelayanan Publik Dalam Persepsi
Masyarakat
Hasil Survei Persepsi Masyarakat Dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Editor : Agung Djojosoekarto, Henry M. P. Siahaan dan Natalia Hera Setiyawati
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah xii, 231 hlm.; 21 x 29,7 cm. Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia, Jakarta, @ Desember 2008 ISBN : 978-979-26-96631-8
Editor : Agung Djojosoekarto, Henry M. P. Siahaan dan Natalia Hera Setiyawati Tim Peneliti : Dan Satriana, Yayasan Kalyana Mandira, Bandung. Lilis Widaningsih, Universitas Pendidikan Indonesia-UPI, Bandung Siti Fatimah, Bandung Institute for Government Studies-BIGS, Bandung Muhammad Isro, Bappenas RI Nasokah, Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia Fridolin Berek, Lembaga Advokasi Kerakyatan-LAK, Bandung Dewi Haryani, Lembaga Advokasi Kerakyatan-LAK, Bandung Dwi Saputra, KP2KKN Jawa Tengah, Semarang Qoni’ Hajah Marfuah, KP2KKN Jawa Tengah, Semarang Jabir Alfaruqi, KP2KKN Jawa Tengah, Semarang Putu Wirata Dwikora, Bali Corruption Watch-BCW Bali Ikanedi, Bali Corruption Watch-BCW Bali Nyoman Sunarta, Bali Corruption Watch-BCW Bali
ii
Epilog : Suhirman Desain dan Penata Letak : Rakhmad Taufik
Diterbitkan oleh: Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia atas Kerjasama dengan Bappenas RI Desember 2008 Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia Jl. Brawijaya VIII No. 7 Kebayoran Baru, Jakarta 12160 Telp. 021-72799566 Fax . 021-7208519, 7225667 http: //www.kemitraan.or.id Bappenas RI Jl. Taman Suropati No. 2 Jakarta 10310-Indonesia Telp. 021-31936207,3909650 Fax. 021-3145374 http: //www.bappenas.go.id
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
KATA PENGANTAR Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia
Pelayanan publik yang prima merupakan salah satu hal yang dapat meminimalisir terjadinya praktek korupsi. Korupsi terjadi karena kualitas pelayanan publik yang tidak transparan, tepat waktu dan panjang prosedurnya. Satu sisi, masyarakat menuntut adanya pelayanan publik yang cepat dan tepat, namun di sisi lain, fakta pelayanan masih jauh dari yang diharapkan. Input masyarakat melalui evaluasi partisipatif terhadap pelayanan publik kepada pemerintah sebagai penyedia layanan adalah hal utama yang diperlukan dalam rangka mengetahui kelemahan dan kekurangan yang ada. Berdasarkan input tersebut, upaya perbaikan dapat dilakukan secara cermat dan tepat. Sehingga pelayanan publik yang disediakan dapat sesuai dengan kebutuhan warga negara. Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia dan Direktorat Hukum dan HAM-Bappenas RI bekerja sama dengan beberapa Pemerintah Daerah telah melakukan evaluasi partisipatif dalam rangka membangun transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik dengan metode Citizen Report Card (CRC). Kegiatan ini dilakukan di lima daerah, yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Pemalang, Kota Magelang dan Kabupaten Indramayu. Buku ini adalah kompilasi laporan hasil evaluasi terhadap pelayanan publik dengan menggunakan metode CRC yang dilakukan di lima daerah di atas. Kami berharap buku ini dapat menggambarkan realitas pelayanan publik yang sesungguhnya dari kacamata masyarakat. Selain itu, hal yang terpenting adalah hasil ini akan menjadi input bagi perbaikan pelayanan publik.
iii
Kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Direktorat Hukum dan HAM-Bappenas RI, Pemerintah Kota Denpasar, Pemerintah Kabupaten Jembrana, Pemerintah Kabupaten Pemalang, Pemerintah Kota Magelang dan Pemerintah Kabupaten Indramayu. Tak lupa juga kami sampaikan terima kasih kepada Dadang Trisasongko, Henry Siahaan, Natalia Hera Setiyawati, Nasokah, Elvi Dwisari Roli, Vidya Nafsil, dan Musa Parlindungan Gultom yang tergabung dalam tim ISaAC project (Integrited System and Anti Corruption) di Kemitraan yang telah bekerja keras dalam melaksanakan seluruh rangkaian program ini. Terima kasih dan penghargaan yang tinggi pula kami sampaikan kepada tim Technical Assistance: Dan Satriana, Lilis Widaningsih dan Siti Fatimah. Juga terima kasih kepada tim peneliti CRC di lima daerah: Fridolin Berek, Dewi Haryani, Dwi Saputra, Qoni’ Hajah Marfuah, Jabir Alfaruqi, Putu Wirata Dwikora, Ikanedi dan Nyoman Sunarta. Sekali lagi kami berharap hadirnya buku ini juga dapat memberikan manfaat bagi penciptaan tata kelola pemerintahan yang baik di daerah dan dapat menjadi referensi bagi pemangku kepentingan baik di tingkat lokal maupun nasional. Jakarta, 15 Desember 2008
Mohamad Sobary Direktur Eksekutif
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Daftar Isi Kata Pengantar Direktur Eksekutif Kemitraan .........................................
iii
Daftar Isi ..........................................................................................................
iv
Daftar Bagan ..................................................................................................
v
Daftar Grafik ...................................................................................................
vi
Daftar Tabel .....................................................................................................
ix
Daftar Singkatan ............................................................................................
xi
Citizen Report Card (CRC) dan Aplikasinya Sebagai Media Evaluasi Pelayanan Publik .................................................
1
Laporan Survei CRC Pelayanan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kota Denpasar ................................................................................................. 11 Laporan Survei CRC Pelayanan Administrasi Pertanahan Kabupaten Jembrana..................................................................................... 49
iv
Laporan Survei CRC Pelayanan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Magelang ................................................................................................ 94 Laporan Survei CRC Pelayanan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Kabupaten Pemalang .................................................................................... 131 Laporan Survei CRC Pelayanan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Kabupaten Indramayu ................................................................................... 165 Epilog: Beberapa Catatan Pemanfaatan Citizen Report Card (CRC) Untuk Monitoring Korupsi Dalam Pelayanan Publik ............................... 213 Daftar Pustaka ................................................................................................. 227
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Daftar Bagan Bagan 2.1 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Kota Denpasar ..................................................................................................................................
25
Bagan 2.2 Prosedur Pengurusan KTP di Kota Denpasar ................................................................
26
Bagan 3.1 Struktur Organisasi BPN Kab. Jembrana ...........................................................................
68
Bagan 3.2 Prosedur Layanan Administrasi Pertanahan ..................................................................
69
Bagan 4.1 Struktur Organisasi DPPM Kota Magelang ....................................................................
105
Bagan 6.1 Skema Perjalanan Citizen Report Card .............................................................................
173
Bagan 6.2 Struktur Organisasi DPPM Kab. Indramayu ....................................................................
180
v
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Daftar Grafik Grafik 2.1 Grafik 2.2 Grafik 2.3 Grafik 2.4 Grafik 2.5 Grafik 3.1 Grafik 3.2 Grafik 3.3 Grafik 3.4 Grafik 3.5 Grafik 4.1 Grafik 4.2 Grafik 4.3 Grafik 4.4 Grafik 4.5 Grafik 4.6 Grafik 4.7 Grafik 4.8
vi
Grafik 4.9 Grafik 4.10 Grafik 4.11 Grafik 4.12 Grafik 4.13 Grafik 4.14 Grafik 4.15 Grafik 4.16 Grafik 4.17 Grafik 4.18 Grafik 4.19 Grafik 4.20 Grafik 4.21 Grafik 4.22 Grafik 4.23 Grafik 4.24 Grafik 4.25 Grafik 4.26 Grafik 4.27 Grafik 4.28 Grafik 4.29 Grafik 4.30 Grafik 4.31 Grafik 4.32 Grafik 4.33 Grafik 4.34 Grafik 4.35
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................... Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan ........................................................ Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan................................................ Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Asal ....................................................... Penghubung Pengurusan KTP............................................................................................... Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................... Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ...................................... Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................... Proposri Reponden Yang Menggunakan Penghubung Dalam Setiap Tahapan Pengurusan Sertifikat Tanah ............................................................................... Pihak Penghubung yang Membantu Responden.................................................... Profil Responden Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin........................................... Profil Responden Berdasarkan Kategori Usia ................................................................ Profil Responden Berdasarkan Kategori Pekerjaan.................................................... Profil Responden Berdasarkan Besaran Pengeluaran Per Bulan........................ Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan................................................... Profil Responden Berdasarkan Besaran Asal Kecamatan ....................................... Proses Pengurusan IMB .............................................................................................................. Tempat Pertama Kali Responden Mendapat Informasi Mengenai Layanan IMB, Serta Lengkap Tidaknya Informasi Tersebut ................................... Alasan Responden Mengurus IMB ...................................................................................... Waktu Responden mengurus IMB ....................................................................................... Keperluan Masyarakat Mengurus IMB............................................................................... Informasi Layanan IMB ................................................................................................................ Informasi Aspek-Aspek Layanan IMB Yang Diketahui ............................................. Tempat Pengambilan Formulir ............................................................................................. Persyaratan Pengurusan IMB................................................................................................... Membuat Gambar Rencana Bangunan ........................................................................... Kesulitan Membuat Sendiri Gambar .................................................................................. Gambar Yang Dibuat Sendiri Diterima Atau Tidak..................................................... Pembuat Gambar ........................................................................................................................... Waktu Penyelesaian IMB ............................................................................................................ Kepuasan Terhadap Waktu Penyelesaian ........................................................................ Biaya Tidak Resmi............................................................................................................................ Besaran Biaya Yang Dikeluarkan ............................................................................................ Beban Biaya ........................................................................................................................................ Pengetahuan Terhadap Perhitungan Biaya.................................................................... Kunjungan Tim Teknis.................................................................................................................. Biaya Kunjungan Tim Teknis .................................................................................................... Biaya Yang Dikeluarkan Terkait Kunjungan Tim Teknis ............................................ Cara Pengurusan IMB ................................................................................................................... Alasan Tidak Mengurus Sendiri.............................................................................................. Petugas Perantara .......................................................................................................................... Keberadaan Petugas Perantara Merugikan Atau Menguntungkan................ Keluhan Responden Mengurus IMB................................................................................... Aspek-Aspek Yang Dikeluhkan............................................................................................... Penyampaian Keluhan ................................................................................................................
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
29 29 30 31 33 72 73 73 76 77 109 109 109 110 110 110 111 111 112 112 112 113 113 114 114 115 115 115 116 116 116 117 117 177 118 118 119 119 120 120 120 120 121 121 121
Grafik 4.36 Grafik 4.37 Grafik 4.38 Grafik 4.39 Grafik 4.40 Grafik 5.1 Grafik 5.2 Grafik 5.3 Grafik 5.4 Grafik 5.5 Grafik 5.6 Grafik 5.7 Grafik 5.8 Grafik 5.9 Grafik 5.10 Grafik 5.11 Grafik 5.12 Grafik 5.13 Grafik 5.14 Grafik 5.15 Grafik 5.16 Grafik 5.17 Grafik 5.18 Grafik 5.19 Grafik 5.20 Grafik 5.21 Grafik 5.22 Grafik 5.23 Grafik 5.24 Grafik 5.25 Grafik 5.26 Grafik 5.27 Grafik 5.28 Grafik 5.29 Grafik 5.30 Grafik 5.31 Grafik 5.32 Grafik 5.33 Grafik 6.1 Grafik 6.2 Grafik 6.3 Grafik 6.4 Grafik 6.5 Grafik 6.6 Grafik 6.7 Grafik 6.8 Grafik 6.9 Grafik 6.10 Grafik 6.11 Grafik 6.12
Bentuk Penyampaian Keluhan ............................................................................................... Tanggapan Petugas Layanan .................................................................................................. Penyampaian Keluhan ................................................................................................................ Alasan Tidak Menyampaikan Keluhan............................................................................... Perbaikan Layanan......................................................................................................................... Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................................... Profil Responden Berdasarkan Usia..................................................................................... Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan................................................... Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan ........................................................................ Profil Responden Berdasarkan Rata-Rata Pengeluaran .......................................... Profil Responden Berdasarkan Asal Kecamatan .......................................................... Responden Yang Mengurus Sendiri Dan Meminta Bantuan Orang Lain .... Alasan Responden Mengurus IMB ...................................................................................... Informasi Layanan IMB ................................................................................................................ Pengetahuan Responden Tentang Informasi Aspek-Aspek Layanan IMB .. Tahapan Pengurusan IMB ......................................................................................................... Tahapan Pengurusan IMB Untuk Rumah Tinggal....................................................... Tahapan Pengurusan IMB Untuk Bangunan Usaha .................................................. Pembuatan Gambar Rencana Bangunan ....................................................................... Kesulitan Membuat Gambar Rencana Bangunan ..................................................... Penerimaan Gambar Oleh Petugas..................................................................................... Yang Membantu Membuatkan Gambar ......................................................................... Waktu Penyelesaian IMB ............................................................................................................ Biaya Tidak Resmi............................................................................................................................ Besaran Biaya Tidak Resmi Yang Dikeluarkan................................................................ Keberatan Biaya Tidak Resmi ................................................................................................... Besaran Biaya Tidak Remsi Yang Dikeluarkan................................................................ Kunjungan Tim Teknis (UPT-DPU) ........................................................................................ Besaran Biaya Kunjungan Tim Teknis ................................................................................. Besaran Biaya Kunjungan Tim Teknis ................................................................................. Tingkat Keluhan .............................................................................................................................. Aspek Layanan Yang Dikeluhkan .......................................................................................... Penyampaian Keluhan ................................................................................................................ Cara Menyampaikan Keluhan................................................................................................. Penyampaian Keluhan ................................................................................................................ Respon Petugas ............................................................................................................................... Alasan Tidak Menyampaikan Keluhan............................................................................... Aspek-Aspek Usulan Perbaikan ............................................................................................. Komposisi Responden Menurut Jenis Kelamin ........................................................... Komposisi Responden Menurut Tingkat Pendidikan .............................................. Waktu Terakhir Mengurus IMB ............................................................................................... Alasan Mengurus IMB .................................................................................................................. Tingkat Kepentingan Mengurus IMB ................................................................................. Cara Mengurus IMB....................................................................................................................... Pengetahuan Tentang Syarat Pengurusan IMB ........................................................... Pengetahuan Tentang Tahapan Pengurusan IMB ...................................................... Waktu Mengurus IMB .................................................................................................................. Tingkat Kesulitan/Kemudahan Pemenuhan Syarat Pengurusan IMB............ Tingkat Kesulitan/Kemudahan melalui Tahapan Proses Pengurusan IMB.. Pengetahuan Jenis Biaya Pengurusan IMB.....................................................................
122 122 122 123 123 147 148 148 148 149 149 150 150 151 151 152 152 152 153 153 153 154 154 155 155 155 156 156 157 157 158 158 158 159 159 159 160 160 182 183 184 185 185 185 186 186 186 187 187 188
vii
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
viii
Grafik 6.13 Grafik 6.14 Grafik 6.15 Grafik 6.16 Grafik 6.17 Grafik 6.18 Grafik 6.19 Grafik 6.20 Grafik 6.21 Grafik 6.22 Grafik 6.23 Grafik 6.24 Grafik 6.25 Grafik 6.26 Grafik 6.27 Grafik 6.28 Grafik 6.29 Grafik 6.30 Grafik 6.31 Grafik 6.32 Grafik 6.33 Grafik 6.34 Grafik 6.35 Grafik 6.36 Grafik 6.37 Grafik 6.38 Grafik 6.39 Grafik 6.40 Grafik 6.41 Grafik 6.42 Grafik 6.43 Grafik 6.44
Pungutan Tidak Resmi ................................................................................................................. Jenis Pungutan Tidak Resmi IMB .......................................................................................... Besar Pungutan ............................................................................................................................... Waktu Pengurusan IMB............................................................................................................... Penghubung Yang Digunakan Dalam Mengurus IMB ............................................ Alasan Menggunakan Jasa Penghubung ....................................................................... Pungutan Tidak Resmi ................................................................................................................. Jenis Pungutan ................................................................................................................................ Besaran Biaya Tidak Resmi ........................................................................................................ Waktu Mengurus IMB .................................................................................................................. Kepuasan Menggunakan Jasa Penghubung ................................................................ Keramahan Sikap Petugas ........................................................................................................ Kemampuan Petugas Memberikan Penjelasan .......................................................... Ketepatan Waktu Petugas Dalam Mengurus IMB ...................................................... Alasan Kepuasan Responden ................................................................................................. Alasan Ketidakpuasan Responden ...................................................................................... Pengetahuan Tentang Informasi IMB................................................................................. Informasi Layanan IMB ................................................................................................................ Media Untuk Mendapatkan Informasi IMB .................................................................... Respon Terhadap Layanan Informasi tentang IMB.................................................... Alasan Kepuasan ............................................................................................................................. Alasan Ketidakpuasan ................................................................................................................. Pernah/ Tidaknya Memberikan Pengaduan .................................................................. Pengaduan Layanan Pengurusan IMB .............................................................................. Cara Menyampaikan Pengaduan ......................................................................................... Pemecahan Masalah atas Pengaduan............................................................................... Lamanya Waktu Penyelesaian Masalah Yang Diajukan Oleh Pemohon IMB ....... Alasan Puas/Tidak Puas atas atas tanggapan terhadap pengaduan dalam layanan IMB ....................................................................................................................................... Alasan Kepuasan ............................................................................................................................. Alasan Ketidakpuasan ................................................................................................................. Perlu Tidaknya Keterlibatan Kuwu/Kepala Desa Dan Camat Dalam Proses Pengurusan IMB .............................................................................................................................. Tahapan Dimana Kuwu/ Camat perlu Dilibatkan ......................................................
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
189 189 189 190 191 192 194 194 194 195 195 196 197 197 198 198 198 199 199 201 201 201 202 202 203 203 204 204 205 205 206 206
Daftar Tabel Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 2.13 Tabel 2.14 Tabel 2.15 Tabel 2.16 Tabel 2.17 Tabel 2.18 Tabel 2.19 Tabel 2.20 Tabel 2.21 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 3.15 Tabel 3.16 Tabel 3.17 Tabel 3.18 Tabel 3.19
Jumlah Pengguna Layanan KTP Kota Denpasar, 2007 .......................................... Sebaran Responden di Tiap Kecamatan ....................................................................... Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Denpasar Tahun 2007 ...................... Sebaran Responden Survei .................................................................................................... Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan................................... Pengetahuan Responden terhadap Jenis Layanan Kependudukan dan Catatan Sipil ..................................................................................................................................... Proporsi Responden yang Melakukan Pengurusan Sendiri ............................... Waktu Pengurusan KTP ............................................................................................................. Biaya untuk Setiap Jasa layanan Pembuatan KTP..................................................... Pemungutan Biaya Tidak Resmi untuk Setiap Jasa Layanan Pembuatan KTP.. Masalah yang Dihadapi Responden ................................................................................. Proporsi Reponden yang Mengadu dan Memberikan Uang Tambahan dalam Pemecahan Masalah ................................................................................................... Tingkat Kepuasan Layanan KTP ........................................................................................... Alasan Kepuasan Konsumen ................................................................................................. Alasan Ketidakpuasan Konsumen...................................................................................... Sebaran Informasi Pembuatan KTP ................................................................................... Informasi Terpenting Menurut Responden.................................................................. Media Sumber Informasi Pembuatan KTP .................................................................... Persepsi Responden Mengenai Media dengan Informasi Terlengkap........ Persepsi Responden Mengenai Media yang Paling Efektif ................................. Sumber Informasi Program Pemberantasan Korupsi............................................. Indikator Keluaran dan Hasil RAD PK Bidang Pertanahan ................................... Jumlah Pengguna Layanan Sertifikat Tanah, 2007 .................................................. Sebaran Responden Survei CRC Jembrana.................................................................. Standar Biaya Layanan Umum Kab. Jembrana........................................................... Sebaran Responden Survei .................................................................................................... Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Penghasilan .................................. Pengetahuan Responden akan Jasa Layanan Dokumen Pertanahan di Kabupaten Jembrana................................................................................................................. Penggunaan Jasa Layanan Sertifikat tanah 1 Tahun Terakhir .......................... Waktu Pengurusan Sertifikat ................................................................................................. Masalah yang Dihadapi Responden dalam Pengurusan Sertifikat Tanah ..... Penanganan Pengaduan Pengurusan Sertifikat Tanah ......................................... Pungutan Tidak Resmi ............................................................................................................... Besaran Biaya Pungutan Tidak Resmi Dari Responden yang Menggunakan Penghubung ................................................................................................ Tingkat Kepuasan Responden terhadap Sikap Petugas dan Fasilitas di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana..................................................................... Alasan Kepuasan Terhadap Kualitas Layanan ............................................................ Alasan Ketidakpuasan Layanan di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana................................................................................................................. Penilaian Kepuasan Responden Terhadap Layanan dalam Tahapan Proses Pengurusan Sertifikat Tanah .................................................................................. Alasan Ketidakpuasan Responden Terhadap Layanan Dalam Tahapan Proses Pengurusan Sertifikat Tanah .................................................................................. Sebaran Informasi Pengurusan Sertifikat Tanah ........................................................
19 20 22 28 30 31 32 34 34 35 36 37 38 39 39 40 41 41 42 43 43 56 58 59 64 72 74
ix
74 75 77 80 80 81 81 82 82 83 83 84 85
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Tabel 3.20 Tabel 3.21 Tabel 3.22 Tabel 3.23
x
Tabel 3.24 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9 Tabel 5.10 Tabel 5.11 Tabel 5.12 Tabel 5.13 Tabel 6.1 Tabel 6.2 Tabel 6.3 Tabel 6.4 Tabel 6.5 Tabel 6.6 Tabel 6.7 Tabel 6.8 Tabel 6.9 Tabel 6.10 Tabel 6.11 Tabel 6.12 Tabel 6.13 Tabel 6.14 Tabel 6.15 Tabel 6.16 Tabel 6.17 Tabel 6.19 Tabel 6.20 Tabel 6.21 Tabel 6.22
Media Sumber Informasi Pengurusan Sertifikat Tanah ......................................... Persepsi Responden Mengenai Media dengan Informasi Terlengkap........ Persepsi Responden terhadap Informasi Pengurusan Sertifikat Tanah yang Penting Diketahui ............................................................................................................ Persepsi Responden Mengenai Media yang Paling Efektif ................................. Sumber Informasi RAD-PK Kabupaten Jembrana ............................................................ Sebaran Responden Survey CRC Kota Magelang .......................................................... Pemanfaatan Lahan di Kota Magelang .................................................................................. Jumlah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Magelang ................................................. Layanan Perijinan di DPPM Kota Magelang ......................................................................... Layanan Non Perijinan di DPPM Kota Magelang .............................................................. Hasil Bidang Penanaman Modal.................................................................................................. Rekapitulasi Retribusi Bidang Perijinan dan Non Perijinan (Juni-Oktober 2007) .... Rekapitulasi Retribusi Perijinan dan Non-Perijinan Perbulan ................................... Sebaran Sampel Per Kecamatan.................................................................................................. Batas Wilayah Kabupaten Pemalang......................................................................................... Tata Guna Tanah .................................................................................................................................... Statistik Penduduk Menurut Jenis Kelamin .......................................................................... PDRB Kabupaten Pemalang ........................................................................................................... Komoditi Kabupaten Pemalang .................................................................................................. Ketersediaan Lahan ............................................................................................................................. Koefisien Luas Bangunan ................................................................................................................. Koefisien Tingkat Bangunan........................................................................................................... Koefisien Guna Bangunan ............................................................................................................... Koefisien Hierarkhi Kota/Wilayah ................................................................................................ Koefisien Jalan Menurut Fungsi Dan Sistem Jaringannya ........................................... Koefisien Kelas Bangunan................................................................................................................ Realisasi Penggurusan IMB di Dinas Perijinan dan Penanaman Modal (Januari 2007 – Mei 2008) ................................................................................................................ Sebaran Sampul Tiap Kecamatan ............................................................................................... Teknik Pengumpulan Data .............................................................................................................. Nama Ibu Kota Kecamatan dan Jarak Masing-Masing ke Ibukota Kabupaten dan Ibukota Propinsi ........................................................................................................................... Sebaran Jumlah Penduduk di Tiap Kecamatan, berdasarkan hasil pendataan pada akhir tahun 2006 ....................................................................................................................... Jenis-Jenis Perijinan yang Dilayani DPPM Kab.Indramayu .......................................... Komposisi Responden Menurut Jenis Pekerjaan .............................................................. Komposisi Responden Menurut Rata-rata Pengeluaran Bulanan .......................... Klasifikasi Bangunan ............................................................................................................................ Biaya Pengurusan IMB ........................................................................................................................ Biaya Tidak Resmi Dalam Setiap Tahapan Pengurusa IMB........................................... Kepuasan Dan Alasan Terhadap Proses Pengurusan ...................................................... Persyaratan Yang Diminta Penghubung Saat Mengurus IMB ................................... Keterlibatan Pemohon Dalam Pengajuan IMB Melalui Penghubung .................. Besaran Biaya Yang Dikeluarkan Melalui Penghubung ................................................. Alasan Kepuasan Dan Ketidakpuasan ...................................................................................... Keberadaan Petugas ........................................................................................................................... Intensitas Pemberian Informasi.................................................................................................... Kelengkapan Informasi yang Disediakan Media ............................................................... Pemecahan Masalah atas Pengaduan ..................................................................................... Desain Kerangka Advokasi ..............................................................................................................
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
86 86 87 87 88 100 102 103 106 106 107 107 107 136 138 138 139 141 141 142 145 145 146 146 146 146 173 174 175 176 177 181 183 183 184 188 190 191 192 193 193 196 196 200 200 203 210
Daftar Singkatan APBD APBN BAPPEDA BAPPEKO Bappenas BAWASDA BAWASKO BIGS BPN BPPT CRC CSO DIPENDA DPTPM DPU ICW IMB IPM KK KKN KORMONEV KTP MoU NGO PAC Pemkab Pemkot PPTSP RAD-PK RAN-PK SIAK SK SKPD UPPI
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Badan Perencanaan Kota Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Pengawas Daerah Badan Pengawas Kota Bandung Institute for Governance Studies Badan Pertanahan Nasional Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Citizen Report Card Civil Society Organization Dinas Pendapatan Daerah Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Dinas Pekerjaan Umum Indonesia Corruption Watch Ijin Mendirikan Bangunan Indeks Pembangunan Manusia Kartu Keluarga Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Kelompok Kerja Monitoring dan Evaluasi Kartu Tanda Penduduk Memorandum of Understanding Non Governmental Organization Public Affair Center Pemerintah Kabupaten Pemerintah Kota Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Surat Keputusan Satuan Kerja Perangkat Daerah Unit Layanan Perijinan dan Investasi
xi
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
xii
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 1 CITIZEN REPORT CARD (CRC) DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MEDIA EVALUASI LAYANAN PUBLIK
Bagian 1 CITIZEN REPORT CARD (CRC) DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MEDIA EVALUASI LAYANAN PUBLIK
1
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 1 CITIZEN REPORT CARD (CRC) DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MEDIA EVALUASI LAYANAN PUBLIK
Sebagai bangsa dan negara yang sedang dalam tahap mematangkan pemahaman dan penghayatan sistem demokrasi, partisipasi atau keterlibatan rakyat merupakan suatu hal yang cukup signifikan. Dalam sistem demokrasi, keberadaan rakyat sebagai subyek merupakan prasyarat yang tak terhindarkan. Artinya, tingkat pemahaman rakyat terhadap demokrasi, salah satunya diwujudkan dalam keterlibatan (partisipasi) mereka, mulai dari proses pembuatan (rancangan), penetapan, pelaksanaan hingga evaluasi (monitoring) sebuah aturan. Semakin tinggi tingkat keterlibatan rakyat sebagai subyek dari sistem demokrasi, pada akhirnya menunjukkan tingkat kepercayaan sekaligus kepuasan mereka terhadap penyelenggaraan layanan publik yang dilakukan oleh pemerintah. Oleh karena itu, demi menjaga berlangsungnya proses demokratisasi, dibutuhkan pengawasan yang secara langsung menempatkan rakyat sebagai subyek. Salah satu metode pengawasan layanan publik yang menempatkan rakyat sebagai subyek, dapat memakai metode Citizen Report Card (CRC). CRC merupakan metode evaluasi dan pengawasan layanan publik yang melibatkan masyarakat secara aktif dan intensif. Metode survei ini diadopsi dari sektor swasta yang sudah cukup lama diimplementasikan di beberapa negara. Namun demikian, di Indonesia metode CRC tergolong baru dibanding metode survei lainnya.
2
Buku ini merupakan kompilasi (kumpulan) laporan hasil survei dengan metode CRC. Salah satu hal yang penting diketahui adalah memahami metode CRC, bagaimana metode ini diimplementasikan serta perbedaannya dengan metode survei lainnya. Adapun beberapa poin yang akan dipaparkan dalam bagian ini adalah mengenai definisi, asal, implementasi dan hasil pelaksanaan metode CRC ini. Poin lain yang juga akan diuraikan adalah kelebihan CRC dibanding metode lainnya dalam survei, juga prinsip-prinsip CRC, serta penjelasan mengenai CRC sebagai media advokasi layanan publik.
Definisi CRC Secara sederhana, metode CRC dapat digambarkan seperti hubungan orangtua dan anak dalam bidang pendidikan di sekolah. Sebagai orangtua, tentu ingin selalu mengetahui perkembangan pendidikan anaknya. Salah satu caranya, yaitu lewat laporan tertulis dalam satu periode waktu tertentu yang diwujudkan dalam bentuk penerbitan sebuah rapor. Rapor dibuat oleh guru yang diberikan kepada orangtua peserta didik, baik per semester atau per catur wulan. Demikian halnya metode CRC ini. Warga dapat mengetahui perkembangan dan tingkat keberhasilan instansi maupun lembaga pemerintah dan non-pemerintah melalui CRC. Baik rapor siswa maupun CRC, keduanya memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk menyajikan informasi tentang suatu tingkat keberhasilan atau kemajuan. Report card (kartu penilaian) adalah sebuah kartu yang isinya merupakan penilaian masyarakat (konsumen) atas kualitas atau kinerja lembaga layanan publik. Tujuan kartu ini dibuat untuk memberikan penilaian atas jasa layanan publik. Diharapkan kartu ini dapat menjadi dasar mengubah layanan menjadi lebih baik. Metode Report Card untuk penilaian layanan publik pertama kali diperkenalkan oleh Samuel Paul pada Public Affair Center (PAC) dengan penelitian pertama dilakukan di Bengalore (India). Pada tahun 2002 dan 2005, BIGS (Bandung Institute for Governance Studies) telah memanfaatkan CRC sebagai metode penelitian yang melibatkan sedikitnya 400 responden. CRC merupakan metode survei partisipatif warga kota dalam menilai layanan publik umum) yang diselenggarakan pemerintah Kota Bandung. Aspek yang dinilai konsumen (warga kota) dalam survei ini adalah kualitas, efisiensi, dan masalah yang mereka hadapi ketika berinteraksi dengan penyelenggara layanan publik. Melalui survei ini, konsumen juga diminta membandingkan berbagai layanan umum dari dinas atau provider yang mereka terima. Pada dasarnya, hasil survei dengan metode CRC di Kota Bandung memberi gambaran tentang kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap layanan umum yang mereka terima.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 1 CITIZEN REPORT CARD (CRC) DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MEDIA EVALUASI LAYANAN PUBLIK
Satu hal yang perlu digarisbawahi bahwa CRC bukan berbentuk sebuah opini, melainkan kenyataan atau fakta yang dihadapi warga dalam memenuhi kebutuhan dasar melalui jasa layanan yang diberikan oleh pemerintah. Karena bukan opini, kepuasaan dan keluhan yang diungkapkan warga sebagai konsumen, perlu mendapaat perhatian demi perbaikan layanan. Bahkan, dapat sebagai dasar perumusan dan pelaksanaan kebijakan pengganti apabila dibutuhkan dan dianggap perlu. Dalam masyarakat demokratis, kebijakan terbaik harus dapat menjadi cerminan dari kehendak dan suara rakyat. Dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan, CRC dapat digunakan sebagai salah satu alat penting dalam monitoring akuntabilitas. Oleh karena itu seharusnya CRC dibuat secara berkala oleh organisasi pemerintah agar memeroleh umpan-balik dari masyarakat terhadap layanan yang mereka selenggarakan. CRC ini dapat dijadikan baseline untuk mengukur kemajuan atau kemunduran akuntabilitas layanan dari sisi konsumen. Selain itu kartu penilaian juga dapat digunakan sebagai alat perbandingan (benchmarking) kualitas layanan antara satu kota dengan kota lainnya. Citizen Report Card merupakan salah satu pendekatan atau metode dalam pengukuran kepuasan konsumen terhadap layanan publik. Tujuan utama report card adalah untuk kepentingan advokasi, yaitu perumusan strategi bagi peningkatan kualitas dan akuntabilitas layanan publik. Setidaknya ada tiga metode yang dapat digunakan dalam pemanfaatan CRC. Pertama, metode membaca buku mengenai penelitian dasar tentang pasar. Kedua, metode dengan menggunakan konsultan lokal (seperti peneliti akademis, perusahaan riset pasar, individu dengan keahlian teknis dalam pemasukan data atau analisis statistik, dll). Ketiga, metode dengan menggunakan peralatan riset survei yang ada dalam mengembangkan kuesioner.
Manfaat dan Kegunaan CRC CRC mampu menginformasikan umpan balik warga terhadap jasa layanan yang diberikan oleh penyedia layanan (provider) serta dapat memberikan gambaran tentang tingkat kepuasan masyarakat secara sederhana dan komunikatif. Manfaat CRC tidak sebatas pada pengukuran kepuasaan, tetapi juga pada pembahasan aspek spesifik interaksi antara agen atau penyedia layanan dengan warga dan pengidentifikasian isu-isu terkait yang muncul. Terkait dengan halhal yang lebih sederhana, CRC mampu mengidentifikasi isu strategis berkaitan kualitas layanan yang dinikmati oleh warga. Misalnya, (a) penyedia layanan yang dapat dipercaya; (b) tersedianya pengobatan gratis di rumah sakit umum; (c) jenis kesulitan yang dialami ketika bertransaksi dengan penyedia layanan untuk menyelesaikan masalah layanan; dan (d) kejelasan jumlah biaya yang digunakan dalam penyelenggaraan layanan umum.
3
Dalam interaksi antara pemerintah dengan warga masyarakat, CRC mampu menyediakan indikasi atau ukuran alternatif terkait penyelenggaraan layanan publik yang baik. CRC tidak saja dapat mengidentifikasi dan menginventarisasi umpan-balik rakyat dalam penyelenggaraan layanan publik, tetapi juga mampu menguji pilihan berbeda yang diharapkan rakyat dalam memecahkan suatu persoalan yang terkait dengan penyelenggaraan layanan publik. Di Bangalore India misalnya, CRC didesain dapat mengkaji kesediaan warga membayar lebih demi mendapat ijin pengelolaan sampah. Oleh karena itu CRC juga berguna memberikan alternatif kepada rakyat dalam perbaikan layanan publik. Adapun beberapa manfaat dan kegunaan dari metode CRC, seperti pernah dilakukan dalam penelitian di beberapa kota. CRC dapat digunakan untuk mengetahui gambaran umum tentang penyelenggaraan layanan. CRC menginformasikan umpan balik warga secara sederhana dalam mengindikasikan tingkat kepuasaan layanan. CRC merupakan ukuran kepuasan warga akan layanan umum.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 1 CITIZEN REPORT CARD (CRC) DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MEDIA EVALUASI LAYANAN PUBLIK
4
CRC tidak berhenti pada pengukuran kepuasaan, tetapi juga membahas aspek spesifik interaksi antara penyedia layanan dengan warga dan mengidentifikasi isu terkait yang muncul. CRC mampu mengidentifikasi isu strategis berkaitan dengan kualitas layanan yang dinikmati oleh warga. CRC mampu memberikan sudut pandang yang berbeda untuk mengidentifikasi potensi permasalahan dalam penyelenggaraan layanan publik. CRC tidak hanya mampu mengumpulkan umpan balik dalam penyelenggaraan layanan publik, tapi juga mampu mengidentifikasi tindak-lanjut atas umpan balik tersebut. CRC diselenggarakan guna menguji beberapa pilihan berbeda yang diharapkan rakyat, terkait upaya pemecahan masalah dalam penyelenggaraan layanan publik. CRC bukanlah opini. CRC mampu menyediakan gambaran umpan-balik rakyat secara komprehensif dan handal. CRC dapat menilai kualitas, efisiensi, kecukupan dan masalah yang dihadapi rakyat ketika berinteraksi dengan lembaga penyelenggara layanan publik. Rakyat yang merupakan konsumen beberapa jenis layanan publik yang berbeda dapat membandingkan kualitas dan karakteristik berbagai jasa layanan publik yang diterimanya. CRC dapat digunakan sebagai salah satu alat penting dalam monitoring akuntabilitas. CRC dapat dijadikan baseline untuk mengukur kemajuan atau kemunduran akuntabilitas layanan dari sisi konsumen. CRC dapat digunakan sebagai alat pembanding (benchmarking) kualitas layanan antara satu kota dengan kota lain. Dalam konteks yang lebih luas dan lebih substantif, CRC idealnya dapat digunakan untuk: 1. Memengaruhi perubahan dalam perumusan kebijakan dan implementasinya. 2. Memengaruhi pembuat kebijakan dan pelaksananya 3. Mengorganisasi opini dan partisipasi masyarakat 4. Memperjuangkan kepentingan masyarakat luas 5. Alat mewujudkan demokratisasi Kelebihan CRC Dibanding Metode Lain Penelitian kinerja layanan publik atau kinerja layanan pemerintah sudah sering dilakukan dengan memanfaatkan berbagai metode. Sebagian besar hasil penelitian tersebut berupa opini atau penilaian dari pakar atau ahli yang lebih banyak menggambarkan dan menganalisis kualitas layanan dari sudut pandang yang normatif. Sementara itu masih belum banyak dilakukan penelitian yang dapat menggambarkan fakta yang langsung diberikan oleh rakyat sebagai pengguna layanan publik secara empiris. Dengan kata lain, sebagian besar hasil penelitian tentang penyelenggaraan layanan publik adalah merupakan persepsi responden terhadap layanan publik. Di sini penentuan indikator dan instrumen yang digunakan didasarkan atas teori, bukan fakta atau kebutuhan masyarakat. Akibatnya, perumusan hasilnya atas dasar interpretasi seorang ahli dalam bahasa ilmiah yang seringkali sulit dipahami dan diimplementasikan untuk memengaruhi kebijakan atau memperbaiki kualitas penyelenggaraan layanan publik. Sementara itu dalam prosesnya, penelitian tersebut tidak banyak melibatkan masyarakat secara partisipatif selain sebagai responden. Oleh karena itu, dapat dimengerti apabila hasil penelitian tersebut kurang memberikan dampak secara langsung kepada masyarakat. Dengan kata lain, rakyat tidak merasa menjadi subyek dan tidak terwakili dengan hasil penelitian tersebut.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 1 CITIZEN REPORT CARD (CRC) DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MEDIA EVALUASI LAYANAN PUBLIK
Pada metode CRC, penentuan indikator dan perumusan instrumen penelitian didasarkan kebutuhan rakyat. Hal itu dilakukan lewat penggalian secara partisipatif dalam sebuah kelompok diskusi atau sarasehan (focus group discussion/FGD). Selain itu, penggalian kebutuhan rakyat dapat pula melalui survei pendahuluan terhadap layanan publik yang akan diteliti. Dengan demikian, dalam metode CRC ini, tingkat keterlibatan rakyat sangatlah terbuka luas. Hal tersebut disebabkan, layanan publik yang diberikan kepada rakyat seharusnya merupakan layanan terbaik sesuai kebutuhan, karena berprinsip partisipatori. Partisipasi ini mencakup keseluruhan proses pemanfaatan jasa layanan publik, mulai dari informasi yang didapat (sosialisasi dan transparansi), prosedur yang harus dilakukan, persyaratan yang harus dipenuhi, serta waktu dan biaya yang dibutuhkan. Oleh karenanya, hasil survei CRC tidak hanya berupa persepsi dan intrepretasi yang didasarkan pada teori. Namun berupa gambaran atau potret dari fakta empiris yang diberikan oleh rakyat sebagai pengguna jasa layanan tersebut. Adapun kelebihan metode CRC di antaranya, pertama, pengukuran kualitas layanan publik secara berkala, yang dapat diperbandingkan antar-jenis layanan, antar-waktu atau antar-wilayah. Perbandingan ini berguna sebagai patokan (benchmark) dalam pengukuran kelayakan atau kualitas layanan publik yang disediakan oleh suatu pemerintah lokal. Kedua, dengan pengukuran tersebut juga akan dapat ditentukan tingkat capaian atau keberhasilan layanan publik, sehingga dapat dipakai untuk meningkatkan kinerja layanan yang bersangkutan. Ketiga, adanya tingkatan dan pemeringkatan yang dibuat, dapat menjadi alat ukur bagi rakyat sebagai pembayar pajak untuk menilai layanan publik. Hasil pengukuran ini dapat dijadikan alat oleh rakyat dalam melakukan kritik atau masukan yang konstruktif atas kinerja layanan publik yang peringkatnya kurang baik.
5
Keempat, penilaian yang dibuat dapat dijadikan alat diagnosis dalam mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan suatu jenis layanan publik tertentu. Oleh karena itu, kartu penilaian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pembuat kebijakan dalam proses perumusan kebijakan penyelenggaraan layanan publik. Kelima, penelitian ini dapat dijadikan sarana advokasi dalam mengurangi kemungkinan korupsi di sektor publik. Sejalan dengan hal ini, World Bank pernah menyatakan bahwa kartu penilaian merupakan salah satu alat yang efektif dalam advokasi korupsi. Prinsip-Prinsip CRC Akuntabilitas pelayaan publik ditentukan oleh dua faktor. Pertama adalah voice. Artinya, seberapa besar sarana atau kesempatan bagi konsumen untuk melakukan protes bila terjadi masalah atau ketidakpuasan dalam layanan publik. Makin besar sarana untuk melakukan voice ini, semakin mendorong penyedia layanan publik meningkatkan kualitasnya. Kedua adalah exit. Artinya, kondisi yang di dalamnya. Sebut saja misalnya, jika seorang konsumen atau pengguna suatu layanan publik tidak suka atau tidak puas atas layanan yang ada, ia dapat memilih jenis layanan lain yang merupakan pengganti dari layanan tersebut. Contohnya, jika seorang tidak menyukai atau tidak puas dengan layanan kereta api, maka ia dapat memilih menggunakan jasa layanan bis antar-kota atau memakai mobil sewaan. Sebaliknya untuk kondisi exit yang rendah, misalnya terjadi dalam penggunaan jalan raya. Seseorang tidak dapat memilih alternatif lain jika dia merasa tidak puas atas kondisi jalan raya (misalnya karena macet), tetapi tetap dengan terpaksa menggunakan jalan tersebut. Semakin tinggi kondisi exit pada suatu layanan publik, semakin tinggi akuntabilitas layanan tersebut. Sementara tingginya akuntabilitas layanan akan meningkatkan kualitas layanan publik yang ada. Konsepsi report card sendiri dikembangkan atas dasar keinginan memperbaiki akuntabilitas
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 1 CITIZEN REPORT CARD (CRC) DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MEDIA EVALUASI LAYANAN PUBLIK
penyelenggaraan layanan publik yang dilakukan oleh pemerintah demi kepentingan rakyat sebagai pengguna jasa layanan. Melalui report card, masyarakat pengguna layanan dapat memberikan penilaian terhadap jasa layanan yang mereka terima. Diharapkan dapat terjadi proses timbal-balik antara provider dalam hal ini pemerintah sebagai penyelenggara layanan publik dengan rakyat pengguna jasa layanan publik. Dengan demikian, dalam penyelenggaraan CRC perlu diperhatikan sembilan faktor kritis yang dapat disebut sebagai prinsip-prinsip CRC. Pertama, konteks politik. Konteks politik sebuah negara akan menentukan tipe interaksi antara pemerintah dan warganya. Pola interaksi pemerintah dengan masyarakat sipil, media, kelompok bisnis, dan warga pada umumnya sangat dipengaruhi oleh konteks politik ini. Jika rakyat dapat berpartisipasi dan memengaruhi sebuah kebijakan pemerintah, CRC bisa menjadi mekanisme yang efektif menyuarakan pengalaman rakyat ketika menjadi pengguna sebuah layanan yang disediakan pemerintah. Jika sarana yang dimiliki warga untuk menyuarakan pendapat minim, baik melalui pemilu, diskusi publik, dan cara yang lainnya, maka institusi dan proses politik biasanya minim juga untuk bisa mengakomodasikan usulan warga. Dalam hal ini, CRC menjadi mekanisme yang kurang atau belum dikenal oleh pemerintah. Dalam kondisi seperti ini, penting mengenalkan CRC kepada pemerintah. Berilah penjelasan bahwa umpan-balik dari rakyat terkait layanan yang disediakan, sangat penting dipahami. Selain itu sebaiknya diupayakan agar rakyat bisa merasa nyaman, ketika memberi umpan-balik atas layanan yang disediakan pemerintah. Jika sebuah pemerintahan kelihatannya akan merintangi usaha ini, libatkanlah mereka sejak awal dalam proses pelaksanaan CRC. Walaupun mungkin nanti hasilnya akan minimal tetapi setidaknya mereka mau mendengarkan CRC dan memahami perspektif ini.
6
Kedua, faktor desentralisasi. Sudah menjadi tren bahwa pemerintah pusat mendesentralisasikan tanggung jawab penyelenggaraan layanan publik kepada daerah. Tujuan desentralisasi adalah memberikan keleluasaan yang lebih terhadap daerah dalam hal penentuan anggaran belanja daerah dan pengambilan keputusan pemerintah daerah, namun hasilnya masih belum menggembirakan. Di beberapa daerah memang kualitas layanan publik membaik seiring dengan adanya desentralisasi. Namun di sisi lain, desentralisasi juga telah meningkatkan penyalahgunaan dana. Pemerintah daerah juga gagal memperbaiki kualitas layanan publik, meski ada peluang desentralisasi. Oleh karena itu, dalam konteks CRC, pemahaman terhadap dampak desentralisasi menjadi penting. Harus diidentifikasi pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan layanan. Pelbagai usaha dirintis untuk memperbaiki layanan publik harus ditujukan pada institusi-institusi ini. Ketiga, faktor keamanan. Diskusi secara terbuka mengenai masalah yang dihadapi hanya akan berlangsung, jika peserta diskusi merasa aman. Seharusnya institusi hukum dan perangkat di bawahnya dapat menjamin keamanan bagi setiap individu yang terlibat dalam diskusi tersebut. Namun jika hukum dan perangkatnya lemah, pelaksanaan CRC dan diseminasi temuan menjadi sulit. Jadi penyelenggaraan CRC secara metodologi akan sulit, jika kebebasan berbicara masih menjadi persoalan. Keempat, faktor kebebasan warga menyuarakan pengalamannya. Terkait dengan isu keamanan, kebebasan mengemukakan pendapat terhadap kebijakan publik yang dibuat pemerintah juga merupakan isu penting. Dapatkah warga sebagai individu, baik miskin atau kaya, kuat atau lemah, mendiskusikan pengalaman mengenai layanan publik yang mereka terima secara terbuka? Pertanyaan ini harus bisa dijawab sebelum pelaksanaan CRC diputuskan. Pemanfaatan metode CRC bisa lebih efektif, jika warga secara individu dapat mengemukakan pendapatnya secara bebas terhadap kebijakan apapun yang dikeluarkan pemerintah tanpa perasaan takut. Umpan balik adalah pengalaman berharga yang direfleksikan responden. Jika warga takut mengomentari pemerintah, realiabilitas masukan yang dikemukakan responden atau warga
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 1 CITIZEN REPORT CARD (CRC) DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MEDIA EVALUASI LAYANAN PUBLIK
menjadi kurang dapat dipertanggung-jawabkan. Responden pada akhirnya mungkin akan menjawab pertanyaan dengan tidak akurat atau bahkan menolak diwawancarai. Kelima, faktor kehadiran Civil Society Organization (CSO). Di beberapa negara, CSO memiliki peran sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Keaktifan CSO mengindikasikan tingginya inisiatif warga. Hal ini sangat penting dalam penyelenggaraan CRC. CSO seperti ini dapat menyediakan beberapa layanan yang gagal disediakan oleh pemerintah. Selain itu, mereka juga dapat melakukan advokasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan, serta memberikan informasi penting kepada publik. Dengan demikian CSO yang terorganisir dengan baik, aktif, dan netral adalah CSO yang sesuai untuk berpartisipasi dalam tahapan penyelenggaraan CRC. Sementara kelompok CSO yang bias dalam praksisnya, bisa mengubah temuan CRC demi kepentingan mereka sendiri. Namun absennya kehadiran CSO akan membatasi pilihan-pilihan dalam mendistribusikan temuan CRC dan menindak-lanjuti dengan advokasi dan reformasi layanan publik. Keenam, kelompok atau Non Ggovernance Organization (NGO) yang profesional. Organisasi yang memiliki keahlian tertentu, sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan CRC. Keahlian ini sangat berkait dengan tahapan penyelelenggaraan CRC, terutama tahap metodologi. Kelompok akademisi atau kelompok peneliti independen, dapat membantu pelaksanaan CRC dari sisi metodologi. Untuk menjamin kualitas pengumpulan data, sebuah lembaga yang melakukan CRC, sebaiknya (a) memiliki keahlian dalam melakukan teknik survei ilmu-ilmu sosial, (b) memiliki pengetahuan memadai mengenai layanan publik di daerah programnya, (c) dapat mengembangkan desain sampling, dan (c) berpengalaman dalam melakukan kerja-kerja lapangan. Sementara untuk melengkapi analisis temuan, sebuah lembaga sebaiknya memiliki keahlian dalam mengumpulkan dan menginterpretasi data. Sedangkan untuk mengejar dampak, sebuah lembaga sebaiknya memiliki ruang publikasi, komunikasi, dan keahlian advokasi. Oleh karena itu, beberapa hal berikut patut menjadi catatan, khususnya dalam konteks penggalangan dukungan yang lebih luas.
7
Pertama, kualitas media. Sebuah media independen akan melakukan pengecekan alami baik terhadap pemerintah, kelompok bisnis, atau stakeholder lainnya di masyarakat. Selama tahap distribusi temuan CRC, peran media sangat penting. Hadirnya sebuah media independen sangat diperlukan dalam menjangkau audience yang lebih luas. Sebuah media lokal independen yang antuasias akan meningkatkan kemungkinan diseminasi temuan CRC menjadi semakin tepat waktu, tersebar secara luas, dan direspon secara positif. Hal ini diharapkan pada akhirnya akan berkembang pada isu-isu kualitas layanan. Sementara media yang dikontrol ketat pemerintah mungkin tidak akan mendukung proses distribusi temuan dengan tepat. Kedua, faktor orientasi kepemimpinan penyedia layanan. Efektivitas temuan CRC sangat bergantung pada orientasi kepemimpinan penyedia layanan. Temuan CRC akan efektif, jika penyedia layanan terbuka terhadap masukan-masukan eksternal dan memiliki kemauan memperbaiki layanan publik. Orientasi kepemimpinan penyedia layanan memperlihatkan kemauan mendengarkan dan merespon aspirasi rakyat. Jika lingkungan mendukung perubahan, masukan-masukan langsung dari rakyat dapat dijadikan bahan untuk melakukan perbaikan. Sementara itu, jika penyedia layanan tertutup terhadap pelbagai masukan rakyat, ditambah lagi enggan melakukan perbaikan layanan publik, penyedia layanan besar kemungkinan menolak temuan CRC. Bahksn, dampak penyelenggaraan CRC menjadi tidak signifikan. Jika sebuah kepemimpinan tidak responsif, CRC tetap bisa diselenggarakan dengan memberikan dampak yang cukup berarti. Cobalah gali apa sebenarnya kepentingan penyedia layanan, kemudian identifikasi juga figur yang memiliki otoritas yang mungkin tertarik dengan temuan-temuan CRC.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 1 CITIZEN REPORT CARD (CRC) DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MEDIA EVALUASI LAYANAN PUBLIK
Sisi baik dan buruk dari sebuah layanan publik, juga sebaiknya ditampilkan secara proporsional. Mengulang-ulang hasil temuan CRC, sebaiknya juga dilakukan agar bisa memengaruhi kebijakan dalam suatu kepemimpinan. Dalam situasi seperti ini, komitmen yang panjang baik dari lead institution maupun dari stakeholder yang lainnya sangat diperlukan. Ketiga, faktor kepentingan pemerintah dalam mengusung inisitiif. Walaupun layanan publik disediakan pada tingkat lokal (pemerintah daerah), pemerintahan yang lebih tinggi seperti pemerintah pusat dan provinsi, juga dapat mempengaruhi penyedia layanan di tingkat daerah. Pemerintahan pusat atau provinsi, bisa saja memengaruhi tekanan baik secara finansial atau yang lainnya untuk mulai memperbaiki layanan publik di tingkat daerah. Jika tingkat pemerintahan yang lebih tinggi mendukung usaha-usaha daerah memperbaiki layanan publik, mereka dapat mendorong reformasi perbaikan layanan berdasarkan temuan CRC. Jika pemerintah daerah tidak mendukung usaha ini, pemerintahan yang lebih tinggi sebenarnya dapat melakukan pelbagai tekanan tertentu guna memastikan penyelenggaraan CRC dapat dilakukan. Sementara itu, jika pemerintahan yang lebih tinggi tidak mendukung inisiatif daerah, implementasi temuan CRC menjadi lebih sulit dilakukan. Jika hal seperti ini terjadi, dukungan keuangan untuk mengimplementasikan reformasi layanan publik mungkin menarik dijajaki.
8
Proses Implementasi CRC Penelitian untuk mengukur kualitas jasa layanan yang diberikan pemerintahan kota dengan menggunakan metode report card, dilatarbelakangi adanya krisis pemerintahan, sulitnya membuat respon kolektif, dan keinginan mengubah keadaan dalam layanan publik. Report card disusun agar pemerintah lebih tanggap terhadap keinginan dan kebutuhan dari masyarakat. Report card berusaha mendobrak benteng monopolistik lembaga layanan publik yang dibentuk pemerintah nasional, negara dan lokal. Report card adalah sebuah kartu yang isinya merupakan penilaian rakyat (konsumen atas kualitas atau kinerja lembaga layanan publik). Kartu penilaian dibuat dengan tujuan melakukan penilaian atas jasa layanan publik dengan harapan dapat dijadikan dasar mengubah kondisi layanan menjadi lebih baik. Dalam melakukan CRC, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti, yang pada dasarnya relatif tidak jauh berbeda dengan penelitian survei lainnya. Namun demikian, yang perlu diperhatikan adalah agar proses survei kepada masyarakat dilakukan oleh surveyor yang memahami betul teknik penjaringan data dari masyarakat, tanpa melakukan manipulasi. Hasil survey report card harus benar-benar menggambarkan fakta yang dialami rakyat, ketika mendapatkan jasa layanan dari provider. Ada beberapa tahap dalam melakukan metode CRC. Pertama, tahap persiapan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini, data dari masing-masing provider yang akan disurvei, menentukan jenis jasa layanan yang akan disurvei, mempersiapkan dan melaksanakan FGD, mendapatkan rumusan indikator penelitian, membuat kisi-kisi instrumen. Tujuan dari diadakannya FGD ini adalah untuk mengidentifikasi kembali jenis dan ukuran layanan publik yang paling dibutuhkan atau paling penting bagi rakyat, dilihat dari sisi rakyat maupun sisi pemerintah, dan mempertemukan keinginan dari rakyat dengan keinginan dari pemerintah. Harus diperhatikan bahwa pada saat ini, rakyat sudah mengetahui bahwa pemerintah mempunyai hak melaksanakan pemerintahan karena diberi mandat oleh masyarakat (the power to govern). Dengan demikian rakyat tidak boleh lagi dianggap sekadar sebagai objek. Focus Group Discussion (FGD) dalam CRC ditujukan guna mengidentifikasi dan merumuskan indikator instrumen penelitian yang akan digunakan dalam survei (menjaring data primer dari rakyat pengguna layanan). Demi mendapatkan data kebutuhan dari masing-masing stakeholders,
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 1 CITIZEN REPORT CARD (CRC) DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MEDIA EVALUASI LAYANAN PUBLIK
FGD dapat dilakukan dua tahap, yaitu FGD khusus bagi provider (penyedia jasa layanan) dan FGD khusus bagi customer (masyarakat pengguna jasa layanan). Pemisahan pelaksanaan FGD ini dimaksudkan agar eksplorasi kebutuhan atau harapan dari masing-masing stakeholders dapat diakomodasikan secara maksimal. FGD dengan provider, dapat dilakukan untuk mengidentifikasi jenis jasa layanan yang diberikan, karakteristik layanan, karakteristik pelanggan atau konsumen jasa layanan, cakupan layanan, mekanisme serta tata laksana layanan. Sedangkan FGD dengan pelanggan atau konsumen, berfungsi mengidentifikasi kebutuhan atau harapan konsumen, masalah yang sering dialami konsumen, dan lain-lain. Kedua, tahap pelaksanaan. Keluaran yang diperoleh meliputi hasil survei secara keseluruhan. Antara lain, data tingkat penggunaan, data tingkat kepuasan, data peringkat tingkat penggunaan dan tingkat kepuasan, masalah atau keluhan, termasuk juga pemetaan data pada masing-masing wilayah survei. Pelaksanaan report card diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, baik dilihat dari sisi penawaran (lembaga penyelenggara layanan publik) maupun dari sisi permintaan (pengguna fasilitas layanan publik). Ketiga, tahap pelaporan dan advokasi. Keluaran yang diperoleh pada tahap ini adalah dokumen laporan hasil penelitian secara lengkap, berdasarkan hasil survei dan interpretasi hasil melalui proses diskusi dan wawancara mendalam. Pada tahapan terakhir dan terpenting ini, harus diperhatikan agar hasil CRC ini menjadi sebuah kerangka advokasi yang dilakukan secara sistematis, sehingga tujuan utama dari CRC dalam mendorong pemerintah sebagai penyedia jasa layanan dapat memperbaiki layanannya. Di sisi lain, advokasi yang dilakukan juga untuk meningkatkan atau mendorong partisipasi rakyat dalam memperbaiki kinerja layanan publik CRC sebagai Media Advokasi Layanan Publik Sebagai media advokasi layanan publik, CRC baru diperkenalkan oleh PAC (Public Affair Center) di Bangalore, India pada tahun 1990-an. CRC sebagai media advokasi merupakan perkembangan dari advokasi yang selama ini digunakan oleh kalangan NGO dalam mendesakkan perubahan. Sebelumnya banyak NGO melakukan advokasi dengan melibatkan numbers atau sejumlah orang dengan cara turun ke jalan dalam bentuk aksi massa. Dalam perkembangannya, numbers ini dimodifikasi dalam bentuk keterlibatan rakyat (responden) dalam survei CRC.
9
Dengan demikian, advokasi dengan menggunakan hasil CRC merupakan advokasi yang tetap melibatkan sejumlah warga sebagai penyampai pesan tanpa harus turun ke jalan dalam bentuk aksi massa. Selama ini, layanan publik merupakan ranah yang menjadi sasaran atau target CRC. Hal ini terjadi baik untuk CRC yang hanya melibatkan satu provider ataupun CRC yang melibatkan banyak atau multi-provider. Dengan demikian perbaikan layanan publik menjadi tujuan akhir dilaksanakannya CRC karena layanan publik yang baik atau yang memuaskan adalah harapan hampir semua rakyat di negara manapun. Sehingga penyelenggaraan CRC yang diinisiasi PAC ini, dengan cepat menyebar ke sejumlah negara, salah satunya adalah Indonesia. Ada beberapa lembaga penelitian di Indonesia yang sudah menyelenggarakan CRC. Di antaranya adalah BIGS (Bandung Institute of Governance Studies), ICW (Indonesia Corruption Watch), LGSP, dan Kemitraan. BIGS sudah menyelenggarakan CRC di kota Bandung untuk tahun 2002 dan 2005 di semua provider. Sementara ICW menyelenggarakan CRC di sektor pendidikan. LGSP melakukan CRC di beberapa tempat di wilayah programnya. Sementara Kemitraan melakukan CRC di beberapa sektor, di antaranya layanan perijinan, layanan administrasi kependudukan dan administrasi pertanahan. Keberhasilan Penyelenggaraan CRC Komitmen politik pemerintah atau penyelenggara layanan merupakan faktor paling penting dalam proses implementasi hasil-hasil CRC. Di Filipina, hasil CRC diadopsi untuk dijadikan basis
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 1 CITIZEN REPORT CARD (CRC) DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MEDIA EVALUASI LAYANAN PUBLIK
data dalam menjalankan penganggaran kinerja. Pengalokasian belanja publik juga dilakukan berdasarkan hasil CRC ini. Sementara di Bangladesh dan Ukraina, hasil CRC diadaptasi menjadi sistem peringkat tata pemerintahan yang baik. Keberhasilan lain dalam proses advokasi CRC adalah lahirnya pembentukan Bangalore Task Force oleh otoritas di Bangalore sehingga monitoring layanan publik dilakukan secara periodik oleh Task Force ini. Task Force ini diorganisir oleh institusi independen dan hasilnya diadopsi otoritas pemerintah untuk dijadikan bahan perbaikan dalam sistem insentif dan manajemen internal pemerintahan.
10
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
11
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
RANGKUMAN Pada bagian ini, akan dipaparkan hasil survei yang menyampaikan penilaian kepuasan warga terhadap layanan KTP (Kartu Tanda Penduduk) di Kota Denpasar. Layanan KTP tersebut tidak dapat dilepaskan dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi yang ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN-PK) 2004-2009. Pemerintah Kota Denpasar telah menyusun dan meneruskan langkahlangkah/upaya kongkrit mewujudkan layanan publik yang bersih dan bebas dari korupsi. Pemerintah Kota Denpasar telah mengembangkan berbagai inovasi penyempurnaan layanan publik, antara lain dengan mendirikan Dinas Perijinan sebagai institusi yang berdiri sendiri, sehingga dapat memberikan layanan yang lebih baik, efisien, murah dan lebih cepat. Termasuk beberapa inovasi yang diarahkan untuk mencegah tindakan yang mengarah korupsi dan melakukan beberapa pungutan tidak resmi dalam layanan pengurusan KTP. Layanan pengurusan KTP dipilih terutama didasari kepentingan untuk mengetahui efektivitas pengembangan layanan dan implementasi program pembaruan tata kelola pemerintahan yang lebih baik. Penyempurnaan layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar, meskipun sudah mendapatkan pujian dan penghargaan, dianggap masih membutuhkan masukan dan penilaian dari warga pengguna jasa tersebut.
12
Demi mendapat gambaran nyata perihal persepsi masyarakat terhadap layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar, dilakukanlah survei tingkat kepuasan warga dengan menggunakan pendekatan Citizen Report Card (CRC). Pendekatan ini dipilih karena survei CRC sudah teruji mampu memberikan ruang bagi warga berbicara dalam bentuk penilaian berdasarkan pengalaman warga dalam mengakses layanan publik. Survei CRC juga tidak berhenti hanya memberi masukan kepada penyelenggara layanan publik. Melalui survei CRC, partisipasi warga dalam pengambilan kebijakan publik menjadi semakin luas. Artinya, survei CRC menjadi salah satu cara dalam mendorong kekuatan rakyat menuntut layanan publik yang lebih baik. Tidaklah mengherankan, jika CRC seringkali dikategorikan sebagai penelitian advokasi. Pendekatan CRC dilakukan dengan mengombinasi metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, sebagai upaya memperkaya data dalam memahami persoalan layanan KTP di Kota Denpasar. Untuk itu kegiatan penggalian data dilakukan dengan dua kegiatan. Pertama, mengadakan diskusi kelompok terfokus atau focus group disscussion (FGD) bersama perwakilan pengguna dan penyelenggara. Kedua, survei terhadap pengguna jasa layanan pengurusan KTP tahun 2007-2008. Diskusi kelompok terfokus bersama penyelenggara dan pengguna jasa layanan pengurusan KTP, dilakukan secara terpisah. Dalam diskusi tersebut, setiap pihak mendiskusikan dan menyepakati indikator survei penilaian warga yang terdiri dari1: Penilaian kepuasan warga pada setiap tahap layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar. Pengetahuan warga dan sosialisasi mengenai layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar. Kemudahan warga mengakses layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar. Biaya pengurusan dan pungutan tidak resmi dalam proses pengurusan KTP di Kota Denpasar. Saluran dan penanganan pengaduan warga mengenai layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar. 1
Survei ini merupakan rangkaian program penerapan program aksi daerah tentang tata kelola pemerintahan yang baik, sehingga acuan utama penyusunan indikator survei adalah ruang lingkup program aksi daerah dalam rangka tata kelola pemerintah yang baik yang dimiliki Pemerintah Kota Denpasar.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Survei kuesioner dilakukan terhadap sampling pengguna jasa layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar, sejak tahun 2007 yang seluruhnya tercatat berjumlah 102.677 orang. Dari klarifikasi kuesioner, telah diolah kuesioner dari 321 responden. Kuesioner yang diolah adalah kuesioner dari responden yang mengalami langsung pada tahapan proses pengurusan KTP. Di dalam survei ini, ditemukan beberapa fakta yang dapat digunakan sebagai acuan perbaikan layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar. Pertama, hampir seluruh responden mengurus KTP sendiri. Hanya sedikit sekali responden yang menggunakan penghubung, ketika mengurus KTP mereka. Hal ini sudah sejalan dengan tujuan penyempurnaan layanan KTP di Kota Denpasar. Beberapa inovasi dan penyederhanaan mekanisme layanan memang bertujuan agar pengurusan KTP menjadi mudah dan murah, sehingga warga berminat mengurus sendiri dokumen KTP. Kedua, masalah utama yang dihadapi responden adalah proses yang berbelit-belit pada tahap pengurusan persyaratan KTP di banjar/lingkungan dan waktu pemrosesan yang lama saat pengurusan persyaratan KTP di kelurahan. Ketiga, meskipun menghadapi masalah, rupanya hanya sebagian kecil responden yang menemui masalah berniat menindaklanjuti penyelesaian masalah tersebut dengan melakukan pengaduan. Minat warga mengadukan masalah dapat disebabkan jenis permasalahan yang dihadapi tidak terkait dengan tugas dan wewenang Disdukcapil maupun jenis media komunikasi yang dianggap tidak membantu penyelesaian masalah secara langsung. Keempat, seluruh responden merasa puas dengan layanan petugas yang menerima pengaduan mereka. Namun perlu dicermati pula, responden memberikan uang tambahan dalam menyelesaikan masalah dalam proses pengurusan KTP ini. Kelima, pungutan di Kelian Banjar/Kepala Lingkungan. Responden diminta memberikan iuran yang tidak terkait dengan proses pengurusan KTP. Pungutan tidak resmi juga terjadi pada setiap tahapan proses pengurusan KTP.
13
Keenam, hampir seluruh responden mengaku puas dengan layanan pengurusan KTP. Baik pengurusan persyaratan di banjar/lingkungan, hingga pengurusan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar. Responden paling banyak menyatakan puas terhadap tahapan proses pengambilan KTP yang sudah jadi. Sedangkan responden paling sedikit menyetakan puas pada tahapan proses mengurus persyaratan pengurusan KTP di banjar/lingkungan. Salah satu kemungkinan yang memengaruhi kondisi tersebut adalah tidak adanya standar dan sulintya melakukan monitoring proses pengurusan persyaratan KTP di banjar/lingkungan maupun di kelurahan. Ketujuh, alasan utama kepuasan responden tersebut terkait dengan waktu layanan yang cepat, sekaligus tidak ada biaya tambahan. Hal ini sesuai tujuan perbaikan layanan kependudukan yang dilakukan Pemerintah Kota Denpasar yang mampu memangkas waktu layanan pengurusan KTP menjadi sangat singkat. Kedelapan, hanya sebagian kecil responden yang pernah menerima informasi tentang pembuatan KTP di Kota Denpasar. Informasi mengenai biaya pengurusan KTP, merupakan informasi yang paling tersebar luas di antara para responden. Sedangkan informasi mengenai cara pengaduan masalah dalam pengurusan KTP merupakan informasi yang paling sedikit diterima oleh responden. Kesembilan, hanya sebagian kecil responden yang mengetahui progam aksi daerah yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi. Sebagian besar responden mengakui mendapatkan informasi mengenai RAD-PK Pemerintah Kota Denpasar dari koran dan televisi.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Temuan survei mengenai kepuasan konsumen terhadap layanan KTP di Kota Denpasar, telah memunculkan beberapa gagasan perbaikan layanan pengurusan kependudukan di Kota Denpasar. Gagasan tersebut antara lain, pertama, memperluas jangkauan layanan KTP. Layanan KTP dapat didekatkan setidaknya sampai tingkat kecamatan, seperti yang sudah dilaksanakan di Kecamatan Denpasar Barat. Kedua, menyusun standar layanan dan biaya pengurusan dokumen di dusun/lingkungan dan desa/kelurahan yang terkait dengan pembuatan KTP. Pemerintah dapat berkoordinasi dengan Majelis Madya Desa Pakraman di Kota serta Majelis Alit Desa Pakraman di tingkat kecamatan untuk memfasilitasi pertemuan antara Kelihan Banjar Adat dan Kelihan Desa Pakraman se-Kota Denpasar untuk membahas serta menetapkan standar layanan dan biaya yang dapat dibebankan ke warga ketika mengurus dokumen terkait pengurusan KTP. Ketiga, mengoptimalkan layanan perpanjangan KTP melalui pesan singkat SMS (short message service) dan internet. Namun hal itu masih perlu diiringi kontrol pemerintah di tingkat desa. Tanpa kontrol dari pemerintah di lokasi pemukiman, justru kemudahan ini dapat dimanfaatkan oleh orang-orang yang sudah tidak berhak memegang KTP Kota Denpasar untuk tetap memiliki KTP Kota Denpasar. Keempat, sosialisasi pengurusan KTP. Sosialisasi mengenai KTP, terutama saluran pengaduan yang disediakan, masih perlu dilakukan. Sosialisasi dilakukan dengan melibatkan pihak banjar/ lingkungan dan kelurahan. Mereka adalah pihak yang efektif untuk menjadi sumber informasi.
14
Kelima, membenahi pengelolaan pengaduan pengurusan KTP. Mekanisme pengaduan melalui kotak saran dan internet, rupanya belum efektif mendorong warga mengadukan masalah layanan publik, khususnya berkaitan layanan dokumen kependudukan. Salah satu pembenahan dalam pengelolaan pengaduan adalah membuka lokasi pengaduan yang mudah dijangkau masyarakat, meningkatkan kapasitas petugas dalam mengelola pengaduan warga, dan menyampaikan secara terbuka tanggapan dan penyelesaian pengaduan sebagai upaya meningkatkan kepercayaan warga. Hasil temuan survei juga mendorong beberapa gagasan yang muncul dalam dialog bersama pihak pemerintah maupun Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar. Gagasan tersebut berkaitan dengan penyempurnaan sistem kependudukan, penyelarasan peraturan perundangan yang terkait pengurusan KTP, maupun gagasan untuk melaksanakan monitoring yang partisipatif secara berkala. Keenam, penerapan sistem Kependudukan Berbasis SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan) secara menyeluruh di Provinsi Bali. Di Kota Denpasar, administrasi kependudukan telah diterapkan SIAK. Bila seluruh daerah di Bali bisa menggunakan administrasi kependudukan berbasis SIAK ini, pemerintah dapat mencegah pembuatan KTP ganda, yang sering disalahgunakan untuk kepentingan tertentu. Ketujuh, menyelaraskan peraturan perundangan yang saling berbenturan, khususnya terkait pengurusan KTP. Satu masalah yang kadang-kadang muncul adalah adanya persyaratan dalam pembuatan sertifikat tanah yang mengharuskan orang yang bersangkutan memiliki KTP, sesuai peraturan di Badan Pertanahan Nasional/BPN (Surat Keputusan BPN No. 23/1997). Kedelapan, melakukan CRC secara berkala untuk layanan lain di lingkungan Pemerintah Kota Denpasar. Survei dengan metode CRC ini perlu dilakukan guna mengetahui persepsi masyarakat terhadap jenis layanan yang diberikan Pemkot Denpasar. Selain untuk mendapatkan masukan terhadap pelbagai pembenahan layanan publik, pendekatan CRC merupakan media yang membuka ruang partisipasi warga dalam pengambilan keputusan kebijakan publik.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
PENDA H U LUA N Latar Belakang Sebagai tindak-lanjut Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, telah disusun suatu Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN-PK) 2004-2009 dan aturan lain yang terkait. Hal itu kemudian ditindaklanjuti pemerintah daerah dengan menyusun rencana aksi daerah untuk mendukung percepatan pemberantasan korupsi. Artinya, sudah terbuka komitmen dan peluang melakukan langkah-langkah/upaya kongkrit yang akan dilakukan oleh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk mempercepat perbaikan/penyempurnaan kebijakan dan/atau kelembagaan dalam mewujudkan layanan publik yang bersih dan bebas dari korupsi. Menindaklanjuti berbagai peraturan perundangan dan kerja sama Pemerintah Kota Denpasar dan berbagai pihak, Pemerintah Kota Denpasar telah melakukan berbagai inovasi melalui kebijakan yang diarahkan untuk dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada warga. Salah satunya adalah menerbitkan Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45/2A/HK/2007 tentang Program Aksi Daerah Dalam Rangka Pembaruan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik di Pemerintah Kota Denpasar Tahun 2007. Dalam keputusan tersebut, secara konkrit diputuskan program aksi daerah dengan ruang lingkup yang meliputi: 1. Pelaksanaan peningkatan kapasitas pemerintah daerah; 2. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah; 3. Pelaksanaan peningkatan layanan publik; 4. Penetapan pakta integritas; 5. Pelaksanaan manajemen berbasis kinerja; 6. Pelatihan dan bimbingan teknis.
15
Selain itu Pemerintah Kota Denpasar juga mengembangkan berbagai inovasi untuk memperbaiki layanan publik. Inovasi tersebut diarahkan demi memenuhi harapan warga dalam memperoleh layanan lebih baik, sehingga mencegah tindakan yang mengarah pada korupsi dan pungutan tidak resmi dalam pemberian layanan kepada warga. Pemerintah Kota Denpasar menjadikan Dinas Perijinan sebagai institusi yang berdiri sendiri, sehingga dapat memberikan layanan lebih baik, efisien, murah dan lebih cepat. Untuk keterbukaan informasi dan penyediaan barang dan jasa pemerinatah, Pemerintah Kota Denpasar juga layanan e-commerce. Melalui layanan ini pemerintah secara terbuka mengumumkan proyek-proyek yang ditenderkan melalui internet, menyediakan jasa layanan informasi kepada pengrajin melalui website Pemerintah Kota, dan lain sebagainya. Khusus dalam pengurusan dokumen kependudukan, surat keputusan Walikota Denpasar tersebut mencanangkan penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Diharapkan melalui kegiatan tersebut, diperoleh keluaran berupa tertib administrasi kependudukan untuk menghasilkan peningkatan layanan yang semakin cepat, tepat, dan akurat2. Permasalahan kependudukan di Kota Denpasar mendapat perhatian dan termasuk dari lima isu pokok yang mendapat perhatian Pemerintah Kota Denpasar, selain kebersihan, lalu lintas, pariwisata, dan layanan. Hal itu tidak terlepas dari posisi strategis Kota Denpasar sebagai Ibu Kota Provinsi Bali yang menjadi pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan pariwisata yang menjadi daya tarik bagi urbanisasi dan migrasi orang luar kota. Dalam memberikan layanan yang lebih baik, Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil telah mengembangkan inovasi layanan dengan memanfaatkan 2 Lihat lampiran Surat Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45/2A/HK/2007 tentang Program Aksi Daerah Dalam Rangka Pembaharuan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Pemerintah Kota Denpasar.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
kecanggihan teknologi dan komunikasi. Warga yang akan memperpanjang dan pergantian KTP, dapat menggunakan layanan secara online melalui internet serta layanan pesan singkat melalui SMS (short message service). Pemerintah juga menyediakan layanan di luar kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, melalui penyediaan layanan di kecamatan dan layanan keliling. Terdapat mobil keliling yang menyediakan layanan di beberapa tempat tertentu, sehingga warga dapat menggunakan layanan ini tanpa harus pergi ke Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil. Dengan inovasi dan penyempurnaan layanan pengurusan KTP, Kota Denpasar telah mendapatkan apresiasi dan penilaian baik oleh pemerintah pusat maupun dari warga Kota Denpasar sendiri. Pemerintah memberikan apresiasi dan penilaian tinggi untuk upaya pemerintah Kota Denpasar mempercepat waktu pengurusan KTP. Warga sendiri mengakui pengurusan KTP sekarang lebih cepat dan mudah, sehingga warga berminat mengurus sendiri dan tidak menggunakan jasa penghubung3. Tujuan Survei Survei ini bertujuan mengetahui persepsi warga, terhadap layanan pemerintah Kota Denpasar, khususnya berkaitan dengan inovasi layanan dalam pengurusan KTP. Secara umum hasil survei ini membuka peluang dan mendorong pengembangan kontrol warga terhadap kinerja layanan publik. Terlebih lagi berkaitan tindak-lanjut dari MoU (memorandum of understanding) antara Bappenas dengan Pemerintah Kota Denpasar untuk melakukan percepatan dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.
16
Bahkan, lebih jauh survei ini hendak mengetahui tingkat penilaian kepuasan warga terhadap layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar, setelah ada pengembangan inovasi layanan. Berikut permasalahan yang dialami warga dan pengelolaan pengaduan dalam layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar. Termasuk dalam hal ini, mengetahui pungutan di luar biaya resmi yang dialami warga selama mengakses layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar. Satu hal yang tak kalah pentingnya, survei ini juga ingin mengetahui, jangkauan sosialisasi layanan pengurusan KTP dan Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK). Korupsi dalam Layanan Publik Di samping penegakan hukum, korupsi dapat dicegah dengan mengembangkan sistem layanan publik yang tidak memberi peluang bagi praktek korupsi. Sejak didirikan Komisi Penanggulangan Korupsi (KPK), terkesan pemerintah Indonesia mempunyai komitmen yang baik terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi. Beberapa kasus korupsi yang mendapatkan perhatian yang besar mulai diungkap dan ditangani KPK. Dalam konteks pencegahan dan pemberantasan korupsi, dikenal dua pendekatan. Pendekatan pertama, memusatkan perhatian pada pemerintah, termasuk di dalamnya mendesak pembentukan dan perubahan undang-undang, penegakan hukum, dan penindakan terhadap para koruptor. Sedangkan pendekatan kedua, berpusat pada masyarakat. Prioritas pendekatan kedua ini adalah perubahan sosial. Pencegahan dan pemberantasan korupsi dilakukan dengan penguatan kesadaran masyarakat bahwa korupsi telah menyaplok hak publik untuk hidup sejahtera.4 Beberapa kalangan menilai, saat ini upaya pemberantasan korupsi lebih terfokus pada perubahan di tingkat elit. Belum banyak proses yang dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat. Padahal pencegahan dengan melibatkan masyarakat merupakan langkah strategis untuk menciptakan iklim yang bebas dari perilaku korupsi. 3 Apresiasi dan penilaian terhadap inovasi dan penyempurnaan pelayanan pengurusan KTP Kota Denpasar antara lain diberikan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Men-PAN). Dalam diskusi kelompok terfokus bersama perwakilan pengguna jasa pelayanan pengurusan KTP di Kota Denpasar (2/5/08), warga juga memberikan penilaian yang serupa terhadap kecepatan pelayanan pengurusan KTP. 4
Kedua pendekatan ini antara lain diuraikan oleh Faisal Djabbar, fungsional pada Deputi Pencegahan KPK seperti tulisannya Korupsi dan Pelayanan Publik yang dimuat dalam www.indonesia.go.id
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Korupsi dalam sektor layanan publik misalnya, menjadi salah satu gambaran dari belum selesainya pencegahan dan pemberantasan korupsi di sektor yang bersentuhan langsung dengan warga. Bukan hanya korupsi di elit dan bernilai politik. Padahal perhatian terhadap korupsi dalam layanan publik, akan memberikan dampak langsung terhadap warga. Meskipun korupsi di layanan publik jumlah satuannya kecil, namun layanan publik yang dikorupsi secara langsung sangat merugikan rakyat5. Layanan publik yang sarat dengan korupsi tentunya akan mengurangi kualitas layanan yang diterima warga secara langsung. Sebaliknya, pencegahan dan pemberantasan korupsi pada sektor layanan publik akan meningkatkan kualitas layanan yang diterima warga. Di sisi lain, pencegahan dan pemberantasan korupsi dalam layanan publik akan berdampak pada kesadaran rakyat untuk berperan dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi. Pada akhirnya, dengan menilai kualitas publik yang diterima, rakyat akan menyadari perannya berkaitan dengan pencegahan korupsi dalam layanan publik dan kemudian di sektor lainnya. Layanan publik sendiri menggambarkan bentuk dan jenis layanan pemerintah kepada warga atas dasar kepentingan umum. Pengertian layanan publik menurut pemerintah sendiri adalah segala kegiatan layanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara layanan publik (instansi pemerintah), sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima layanan maupun pelaksanaan ketentuan perundang-undangan6. Dalam surat keputusan tersebut, layanan publik selanjutnya dikelompokkan menjadi tiga kelompok layanan berdasarkan ciri-ciri, sifat, proses, dan produk layanan yang dihasilkan. Kelompok layanan dibagi dalam kelompok layanan adminsitratif, layanan barang, dan kelompok layanan jasa.
17
Kelompok layanan administrasi adalah segala bentuk layanan yang menghasilkan dokumen resmi yang dibutuhkan publik. Dalam kelompok layanan ini, termasuk penyediaan yang berkaitan dengan status kewarganegaraan maupun dokumen kepemilikan terhadap suatu barang. Dalam kelompok layanan kedua, antara lain penyediaan listrik, air bersih, jaringan komunikasi, maupun jenis barang lain yang digunakan oleh publik. Kelompok layanan ketiga, meliputi penyediaan jasa yang dibutuhkan publik seperti jasa layanan transportasi, kesehatan, pendidikan, maupun jasa komunikasi. Meskipun mempunyai nilai strategis dan merupakan kewajiban utama pemerintah, kualitas layanan publik di Indonesia masih jauh dari harapan warga. Layanan publik masih menunjukkan ketidakpastian. Mulai dari ketidakpastian prosedur, standar layanan, serta kepastian biaya. Hal ini bukannya tidak disadari pemerintah. Upaya perbaikan layanan publik sudah sejak lama diupayakan pemerintah. Tidak saja melalui penerbitan beberapa keputusan, pemerintah juga melakukan peningkatan kemampuan aparat dalam memberikan layanan. Itupun rupanya belum cukup. Berbagai kalangan menilai permasalahan layanan publik memang kompleks. Mulai dari pembenahan peraturan, lembaga, dan personal penyelenggara layanan sampai dengan peningkatan kontrol masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Salah satu tuntutan yang berkembang adalah akuntabilitas dan partisipasi warga dalam mengontrol kinerja pemerintah. Pada saat ini posisi dan partisipasi masyarakat dalam layanan 5 KPK sendiri sudah menyadari hal itu. Dikatakan oleh Ketua KPK, Antasari Azhar bahwa pihaknya akan mulai membidik para koruptor di sektor pelayanan publik guna menciptakan pelayanan masyarakat yang bebas dan bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Lihat berita Dampak korupsi di Pelayanan Publik Cukup Tinggi. Harian Suara Karya, Kamis 14 Agustus 2008. 6
Lihat keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
publik masih lemah. Rakyat misalnya, tidak banyak dilibatkan dalam menentukan standar layanan umum dan kekurangan akses informasi mengenai hak mereka dalam layanan publik. Rakyat juga belum mendapat ruang memadai untuk melakukan kontrol terhadap kinerja layanan publik. Hal ini tercermin antara lain dari lemahnya mekanisme saluran dan pengelolaan pengaduan warga terhadap layanan publik7. Padahal akuntabilitas diperlukan demi menjamin kinerja pemerintahan sesuai yang diinginkan. Dengan kata lain, akuntabilitas bertujuan menjamin agar prosedur, aktivitas dan keluaran dari kebijakan pemerintah memenuhi tujuan dan standar yang disepakati. Dalam perkembangan demokrasi, akuntabilitas tidak hanya pertanggung-jawaban kepada pemegang kekuasaan politik formal dan hukum. Pertanggung-jawaban kepada rakyat menjadi bagian yang banyak disoroti, terlebih dalam fokus pengembangan partisipasi yang dipandang sebagai inti demokrasi. Layanan publik harus sesuai kebutuhan dan kepuasan warga. Metode Survei Dalam rangka memberi ruang bagi rakyat berbicara, diperlukan suatu alat yang berpihak pada kepentingan rakyat. Citizen report card (CRC) atau kartu laporan rakyat merupakan salah satu alat yang dapat memberikan gambaran penilaian berdasarkan pengalaman rakyat dalam mengakses layanan publik. Artinya, CRC menggunakan perpektif dan kacamata rakyat. CRC bukanlah alat penelitian ilmiah semata. Bukan pula berhenti hanya memberi masukan kepada penyelenggara layanan publik. Melalui metode survei CRC, partisipasi rakyat dalam pengambilan kebijakan publik menjadi semakin luas. Baik pada tahap perumusan, penerapan, maupun evaluasi kebijakan pemerintah.
18
Survei CRC menjadi salah satu cara mendorong kekuatan rakyat menuntut layanan publik lebih baik. Tidak mengherankan, jika CRC seringkali dikategorikan sebagai metode penelitian advokasi. Hasil dari CRC menjadi alat yang menampung keluhan rakyat secara signifikan dan dapat dipertanggung-jawabkan. Rakyat akhirnya mempunyai alat untuk mengorganisasi diri dan melakukan tuntutan secara kolektif. Metode survei citizen report card merupakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif sebagai upaya memperkaya data memahami persoalan layanan KTP di Kota Denpasar. Pendekatan kuantitatif bertujuan mendapatkan data mengenai penilaian berbagai aspek layanan KTP di Kota Denpasar berdasarkan persentase jumlah pengguna jasa. Sedangkan pendekatan kualitatif bertujuan mengumpulkan keterangan lebih luas, mengenai beberapa aspek layanan KTP di Kota Denpasar. Pendekatan kualitatif dalam CRC ini akan membantu gambaran lebih detail mengenai persoalan layanan KTP di Kota Denpasar. Menentukan jenis layanan dan indikator survei Penentuan jenis layanan yang akan disurvei, terutama didasari kepentingan untuk mengetahui efektivitas pengembangan layanan dan implementasi program pembaruan tata kelola pemerintahan yang baik. Penyempurnaan layanan pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Kota Denpasar, meskipun sudah mendapatkan pujian dan penghargaan, belum mendapatkan masukan dan penilaian dari warga pengguna jasa tersebut. Pertimbangan lain memilih layanan pengurusan KTP sebagai jenis layanan yang disurvei, juga berkaitan permasalahan kependudukan di Kota Denpasar yang dianggap cukup penting, sehingga menjadi salah satu isu pokok yang menjadi perhatian pemerintah Kota Denpasar. 7 Persepsi ini dilandasi pemikiran bahwa pemerintah dirancang untuk melayani warga. Pandangan dan penilaian warga pada akhirnya merupakan masukan yang bernilai bagi pemerintah untuk menghasilkan keputusan dan sistem pelayanan yang responsif.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Indikator survei penilaian warga ditentukan bersama pihak penyelenggara layanan (pemerintah daerah) dan pengguna jasa layanan pengurusan KTP melalui diskusi kelompok terfokus secara terpisah. Acuan utama penyusunan indikator tersebut adalah ruang lingkup program aksi daerah dalam rangka tata kelola pemerintah yang baik yang dimiliki Pemerintah Kota Denpasar. Dari diskusi kelompok terfokus bersama penyelenggara dan pengguna jasa layanan KTP, disepakati empat indikator. Pertama, penilaian kepuasan rakyat pada setiap tahapan proses layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar. Termasuk memahami berbagai alasan rakyat yang menyatakan tingkat kepuasannya terhadap layanan yang diberikan. Kedua, kemudahan rakyat mengakses layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar. Kemudahan tersebut antara lain dilihat dari kemampuan mengakses layanan tanpa bantuan pihak lain, serta waktu yang dibutuhkan untuk mengurus KTP di Kota Denpasar. Ketiga, biaya pengurusan dan pungutan tidak resmi dalam proses pengurusan KTP di Kota Denpasar. Survei akan melihat biaya yang dikeluarkan warga dan peristiwa jenis pungutan tidak resmi di setiap tahapan proses pengurusan KTP di Kota Denpasar. Keempat, saluran dan penanganan pengaduan warga mengenai layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar. Termasuk permasalahan yang dialami rakyat di setiap tahap pengurusan KTP dan penilaian terhadap penanganan dan penyelesaian pengaduan yang disampaikan rakyat. Dalam memberikan masukan terhadap penerapan program aksi daerah pembaruan tata kelola pemerintahan yang baik, survei ini juga menggali pengetahuan rakyat dan sosialisasi mengenai program aksi daerah tersebut. Responden survei Survei dilakukan di wilayah Kota Denpasar yang mencakup empat kecamatan. Jumlah sampel akan diproporsikan dalam empat kecamatan, berdasarkan jumlah pengguna jasa layanan KTP di setiap kecamatan.
19
Survei akan dlaksanakan terhadap pengguna jasa layanan KTP pada tahun 2007-2008, setelah RAD-PK Kota Denpasar diberlakukan. Dalam kurun waktu tersebut, tercatat 102.677 pemohon KTP di Kota Denpasar pada tahun 2007 dengan sebaran berdasarkan kecamatan sebagai berikut: Tabel 2.1 Jumlah Pengguna Layanan KTP Kota Denpasar, 2007
No
Kecamatan
Denpasar Utara Denpasar Timur 2 Denpasar Barat 3 Denpasar Selatan 4 Jumlah 1
Jumlah Kelurahan 11 11 11 10 43
Jumlah pemohon KTP Tahun 2007 26.018 19.890 31.335 25.434 102.677
Teknik Sampling Penentuan atau pemilihan sample menggunakan rumus acak sederhana untuk populasi kecil yang sudah diketahui seperti dalam pengguna jasa KTP seperti survei di Kota Denpasar ini. Rumus yang dipakai adalah:
n=
Z2. (p(1-p)). N Z2. (p(1-p)) + (N-1).E2
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Z
:
p (1-p)
:
E
:
N n
: :
Mengacu pada nilai z (tingkat kepercayaan). Jika tingkat kepercayaan 90%, maka nilai z: 1,65. Jika tingkat kepercayaan 95%, maka nilai z: 1,96 Variasi populasi, dinyatakan dalam bentuk proporsi. Karena populasinya heterogen, maka proporsinya 0,5 Kesalahan sample yang dikehendaki (sampling error). Misal sampling error 5% atau 0,5. Jumlah populasi Jumlah minimal sampel/responden.
Pemilihan sample dalam survei di Kota Denpasar dilakukan dengan tingkat kepercayaan 90% (Z=1,645), proprosi=0,5, sampling error =5% dan N=102.667. Maka diperoleh hitungan sebagai berikut: n= n= n=
1,6452. (0,5(1-0,5)). 102.667 1,6452. (0,5(1-0,5)) + (102.667-1).0,052 69454.87 257.34 269.89
≈
270
Dalam mengantisipasi kemungkinan kesalahan pelaksaan di lapangan, dipersiapkan responden sebanyak 350 responden pengguna layanan KTP di Kota Denpasar yang diambil dari data pengajuan KTP di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar. Setelah melalui proses klarifikasi dan pemeriksaan, kuesioner yang dianggap layak diolah lebih lanjut sebanyak 321 responden yang tersebar di empat kecamatan dan mencakup 43 kelurahan/desa dengan proporsi sebaran setiap kecamatan sebagai berikut8:
20
Tabel 2.2 Sebaran Responden di Tiap Kecamatan No
Kecamatan
Jumlah pemohon KTP
Jumlah responden
1 Denpasar Utara 2 Denpasar Timur 3 Denpasar Barat 4 Denpasar Selatan Jumlah
26.018 19.890 31.335 25.434 102.677
81 63 98 79 321
Teknik Pengumpulan dan Analisa Data Data kuantitatif dan kualitatif akan dikumpulkan melalui wawancara dengan merujuk pada kuesioner (kombinasi pertanyaan tertutup dan terbuka). Secara khusus, dilakukan wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara dengan pihak penyelenggara dan responden terpilih untuk mendapatkan tambahan data kualitatif mengenai penyelenggaraan jasa layanan KTP dan temuan pelbagai permasalahan dalam proses pengurusan KTP. Termasuk di dalamnya, modus pungutan atau korupsi dalam layanan KTP di Kota Denpasar. Data kuantitatif dari kuesioner akan diolah untuk menghasilkan tabulasi dan analisa silang beberapa aspek yang dianggap saling berkaitan dengan penilaian jasa layanan KTP. Data kuantitatif selanjutnya akan disajikan dalam bentuk grafik untuk memperjelas gambaran mengenai penilaian jasa layanan KTP di Kota Denpasar. Data kualitatif secara deskriptif akan dianalisis untuk memperdalam data-data kuantitatif. Data akan disajikan dalam bentuk narasi yang tidak terpisah dengan penjelasan data kuantitatif. 8
Pemeriksaan kuesioner dilakukan ketika surveior mengembalikan kuesioner kepada tim inti program. Jika jawaban dalam kuesioner dianggap tidak lengkap atau tidak konsisten dengan alur pertanyaan keseluruhan, akan dikembalikan kepada surveior untuk dilengkapi atau meminta keterangan lebih lanjut dari responden. Kuesioner yang lolos dari pemeriksaan akan mengalami pemeriksaan lagi ketika proses data entry. Kuesioner yang diolah adalah kuesioner dari responden yang mengalami sendiri tahapan proses pengurusan KTP.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
PROFIL KOTA DENPASAR DAN PENYELENGGARA LAYANANNYA Sekilas Kota Denpasar Meskipun beberapa daerah lain di Provinsi Bali dikenal luas sebagai pusat kegiatan pariwisata, Kota Denpasar menempati posisi yang strategis sebagai pintu gerbang dan etalase Provinsi Bali. Sebagai Ibu Kota Provinsi Bali, kota ini menjadi pusat berbagai kegiatan dan memengaruhi perkembangan daerah lain di Provinsi Bali. Luas wilayah Kota Denpasar 12.778 Ha atau 2,18 persen dari luas wilayah Propinsi Bali atau 0,29 persen dari luas kepulauan Indonesia. Kota Denpasar berbatasan dengan Kabupaten Badung di sebelah utara, barat dan selatan. Sedangkan di sebelah timur kota ini berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan Selat Lombok. Setelah mengalami pemekaran wilayah pada tahun 2006, saat ini Kota Denpasar terdiri atas empat kecamatan; Denpasar Timur, Denpasar Barat, Denpasar Utara, dan Denpasar Selatan. Dalam wilayah Kota Denpasar, tedapat 27 desa dan 16 kelurahan dengan sebaran desa per kecamatan antara 10 sampai 11 kelurahan/desa. Sejak tahun 1958, ketika dijadikan pusat pemeritahan Provinsi Bali, Kota Denpasar mengalami pertumbuhan yang sangat cepat9. Baik secara fisik, ekonomi, maupun sosial budaya. Kondisi fisik Kota Denpasar dan sekitarnya, berkembang pesat dan menunjukkan ciri-ciri dan sifat perkotaan. Dalam sektor ekonomi dan sosial budaya, kota ini berkembang menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan pusat industri. Posisi Kota Denpasar yang strategis dengan pertumbuhan seperti ini, mengundang konsekuensi berupa tingkat urbanisasi dan migrasi penduduk ke Kota Denpasar yang tinggi. Tidak mengherankan, jika masalah kependudukan merupakan salah satu dari lima isu pokok yang mendapat perhatian Pemerintah Kota Denpasar10. Pemerintah Kota Denpasar telah mengantisipasi membanjirnya arus penduduk pendatang di Kota Denpasar, antara lain dengan menyusun perangkat aturan yang dikenakan bagi para penduduk pendatang.
21
Namun hal itu rupanya tidak menyurutkan minat banyak orang untuk berdatangan dan menetap di Kota Denpasar. Angka pertumbuhan penduduk tetap cukup tinggi yang mencapai angka ratarata 2,5 persen per tahun11. Begitu juga kepadatan penduduk Kota Denpasar dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 misalnya, jumlah dan kepadatan penduduk di Kota Denpasar digambarkan dalam tabel di bawah ini12.
9 Wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kota Denpasar pada mulanya merupakan pusat Kerajaan Badung. Sempat menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Badung dan mulai tahun 1958 Kota Denpasar dijadikan pula pusat pemerintahan bagi Provinsi Bali. 10
Lima isu yang menjadi perhatian dari Pemerintah Kota Denpasar meliputi kependudukan, kebersihan, lalu lintas, pariwisata, dan pelayanan 11
Diskusi dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar pada tanggal 19 September 2008
12
Sumber: Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar 31 Desember 2007
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Denpasar Tahun 2007
NO
KECAMATAN
JML
PENDUDUK
KK
KOTA DENPASAR
1 2
Denpasar Barat Denpasar Timur
52.231 34.224
LK 80.918 58.251
PR 77.401 54.310
JML 158.319 112.561
6.561 4.994
3
Denpasar Selatan
41.189
73.883
70.453
144.336
2.887
4
Denpasar Utara
45.068
76.920
72.816
149.736
4.812
TOTAL
172.712
289.972
274.980
564.952
4.421
Konsekuensi dari pertumbuhan kependudukan seperti ini adalah persoalan keterbatasan lahan, masalah ekonomi dan sosial. Pendatang tanpa ketrampilan dan tidak bermodal, membuat tumbuhnya sektor ekonomi informal. Akibatnya, mereka sangat rentan terhadap krisis ekonomi, memercepat jumlah pengangguran, dan sangat potensial sebagai pelaku kriminal. Termasuk problem yang berkaitan dengan layanan publik. Dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, tentulah Pemerintah Kota Denpasar dituntut melakukan terobosan dan inovasi kreatif, agar dapat melayani warga kota Denpasar yang selera dan tuntutannya mengalami pertumbuhan, sejalan pertumbuhan penduduk tersebut.
22
Tingginya tuntutan masyarakat akan layanan publik yang lebih baik dan profesional, kemungkinan berbanding lurus dengan beberapa variabel dari karakteristik penduduknya, seperti tingkat pendidikan yang relatif lebih baik, pendapatan per kapita yang juga rata-rata masuk dalam kategori golongan menengah, di mana bila dilihat dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia) 450 kabupaten/ kota yang ada di seluruh Indonesia, IPM Kota Denpasar berada pada urutan ke-23. Upaya Pembaruan Tata Kelola Pemerintahan dan Pemberantasan Korupsi di Kota Denpasar Berkaitan gencarnya pemberantasan korupsi serta upaya pemerintah membangun clean government and good governance, salah satu sumber yang perlu diperbaiki adalah sektor layanan publik. Karena jika layanan publik tidak memiliki standar biaya, waktu dan prosedur yang jelas, akan membuka peluang berlangsungnya ‘transaksi hitam’ berupa pungutan liar, pemerasan, penyuapan, dan sejenisnya. Dalam upaya memberikan layanan publik yang baik serta dalam kerangka membangun clean government and good governance, Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar melakukan berbagai kerjasama mengembangkan program pembaruan tata kelola pemerintahan yang baik. Di antaranya, pertama, MoU Pemkot Denpasar dengan Kementrian Negara Pendayagunaan Aparatur Pemerintah dan KPK tertanggal 14 Agustus 2006 Nomor: 188.45/ 03/ HK /2006 dan Nomor 107/ D.IV / 08 / 2006 mengenai pembaruan tata kelola pemerintahan yang baik. Kedua, MoU Pemkot Denpasar dengan Kementrian Negara Bappenas Nomor: NKB.001/M. PPN/01/2008//188.45/1/HK/2008 tentang Kerjasama Implementasi Sistem Aplikasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Nasional Dalam Proses Pengadaan Barang/Jasa Daerah. Implementasi kesepakatan tersebut, ditindaklanjuti dengan berbagai keputusan dan program Pemerintah Kota Denpasar. Di antaranya, pertama, Program aksi daerah pembaruan tata kelola pemerintahan yang baik melalui Surat Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45/2A/HK/2007
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
tentang Program Aksi Daerah Pemerintah Kota Denpasar dalam Rangka Pembaharuan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Pemerintah Kota Denpasar Tahun 2007. Program aksi daerah tersebut diperbarui setiap tahun guna mengembangkan kegiatan di pemerintah yang mencakup: pelaksanaan peningkatan kapasitas pemerintahan daerah, pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah, pelaksanaan peningkatan layanan publik, penetapan pakta integritas, pelaksanaan manajemen berbasis kinerja, dan pelatihan dan bimbingan teknis. Kedua, pembentukan Kelompok Kerja Monitoring dan Evaluasi (Monev) yang dikoordinir oleh Badan Pengawasan Daerah Kota Denpasar berdasarkan Surat Keputusan Walikota Denpasar Nomor: 188.45/336/Hk/2006 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Monitoring dan Evaluasi (MONEV) Program Aksi Daerah Dalam Rangka Percepatan Pemberantasan Korupsi di Lingkungan Pemerintah Kota Denpasar. Ketiga, laporan harta Kekayaan Pejabat melalui Peraturan Walikota Denpasar No.26/2006 Tentang Penetapan Pejabat Wajib Lapor Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) di Lingkungan Pemkot Denpasar. Keempat, penyederhanaan dan peningkatan layanan publik mengacu pada Permendagri No.24/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Layanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) untuk penyederhanaan layanan yang menyangkut kelembagaan, percepatan proses, dan transparansi dalam persyaratan perijinan maupun pembiayaan. Kelima, penerapan sistem ‘layanan satu pintu’ di Kota Denpasar. Beberapa langkah yang dilakukan, yakni membuat (a) Sekretariat Bersama Layanan Terpadu (Sekberyandu) berdasarkan Keputusan Walikotamadya KDH Tk.II Denpasar No.524/1998 tentang. Pembentukan Sekberyandu Pemerintah Kotamadya Tk.II Denpasar. (b) Pemkot Denpasar melakukan debirokratisasi dan deregulasi penyelenggaraan layanan perijinan yang mencakup 11 bidang perijinan yang dituangkan dalam Peraturan Walikota No.16/2005. (c) unit Layanan Terpadu (UPT) berdasarkan Peraturan Walikota No.2/2006 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja UPT Kota Denpasar. (d) Dinas Perijinan dengan. Perda Kota Denpasar No.6/2007 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Perijinan Kota Denpasar. (e) Dinas Perijinan menerapkan sistem absensi digital (Absensi Finger Print).
23
Keenam, E-Procurement dalam pengadaan barang dan jasa. Untuk mencapai pengadaan barang/ jasa pemerintah yang efisien, efektif, terbuka, kompetitif, tidak diskriminatif dan akuntabel, Pemerintah Kota Denpasar telah menggunakan sistem e-procurement, yaitu pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui teknologi informasi dan telekomunikasi. Pada saat ini pengadaan software untuk keperluan tersebut, masih dalam tahap perencanaan berkoordinasi dengan BAPPENAS. Ketujuh, peningkatan pengawasan. Peningkatan upaya pengawasan dan pembinaan aparatur telah diupayakan guna mendorong aparat pengawas, agar dalam melaksanakan tugasnya independen dari pengarah SKEPADA lain sehingga bisa bekerja secara obyektif. BAWASDA diarahkan menjadi quality assurance dalam penyelenggaraan tugas pemerintah kota di bidang layanan publik. Kedelapan, dibentuknya pusat informasi (call centre). Pembuatan pusat informasi ini, khususnya memberi informasi bencana kegawat-daruratan/save community di bidang kebakaran, kebanjiran, kecelakaan lalu lintas dan pohon tumbang dengan No.telp. 0361223333, sms 0361 8022232. Program call centre, ke depan dirancang sebagai pusat beragam informasi tentang Pemkot Denpasar. Kesembilan, pelaksanaan elektronik komersial (e-Commerce): Pemkot Denpasar memfasilitasi perdagangan produk pengrajin secara on line melalui URL:htpp://www.balidenpasartrading.com. Sampai akhir tahun 2007, sebanyak 56 pengrajin telah memanfaatkan e-Commerce ini. Kesepuluh, penerapan SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan) agar memberikan layanan pembuatan dokumen kependudukan secara cepat dan mengelola data kependudukan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
di Kota Denpasar. Salah satu inovasi yang dikembangkan adalah aplikasi jasa layanan KTP melalui SMS dan internet (htpp://kependudukan.denpasarkota.go.id/KTP). Kesebelas, penerapan Pakta Integritas. Pakta Integritas merupakan komitmen yang mutlak harus dilakukan dalam mencegah korupsi, khususnya terkait pengadaan barang/jasa maupun dalam pemberian layanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, penandatanganan Pakta Integritas mutlak dilakukan. Keduabelas, penyusunan perencanaan pembangunan. Hal ini berkaitan, khususnya dengan (a) keberadaan UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional mengisyaratkan proses perencanaan pembangunan daerah dapat menunjang keberhasilan pembangunan nasional. Selain itu, (b) berbasis aspirasi masyarakat. Sebab tujuan pembangunan adalah untuk kesejahteraan rakyat, maka rakyatlah yang paling mengerti kebutuhannya. Maka penyusunan APBD Kota Denpasar melalui usulan dari masyarakat melalui Musrenbang Desa/Kelurahan, Kecamatan, Forum SKEPADA, Forum Gabungan SKEPADA dan Musrenbang Kota. Untuk usulan program kegiatan yang bersumber dana APBD I, APBN dan dana lainnya diteruskan ke Musrenbang Provinsi untuk pembahasannya. Ketigabelas, sosialisasi paket regulasi tentang. Pengelolaan Keuangan Daerah. Beberapa langkah yang telah dilakukan, (a) pelaksanaan program sosialisasi paket regulasi tentang Pengelolaan Keuangan Daerah telah dilaksanakan oleh Pemkot Denpasar yang berkerjasama dengan BPKP Perwakilan Bali. (b) Sosialisasi Permendagri 59/2007 dan PP 58/2005 dilakukan dengan mendatangi seluruh SKEPADA di Lingkungan Pemkot Denpasar sesuai jadwal yang telah ditentukan dan melaksanakan pendampingan dalam pelaksanaan ketentuan tersebut selama satu tahun. (c) Melalui kegiatan ini, diharapkan semua SKEPADA terdorong mewujudkan Good Governace dan Clean Government, khususnya dalam pengelolaan keuangan daerah.
24
Sekilas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil merupakan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di Kota Denpasar yang bergerak di bidang pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Seperti SKPD lainnya, dinas ini berada langsung di bawah kendali dan wewenang Walikota Denpasar. Pada saat ini, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar memiliki kantor bersama dengan Dinas Perijinan Kota Denpasar di Jl. Surapati No. 4 Denpasar. Visi dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar adalah Terwujudnya Tertib Administrasi Kependudukan Dengan Layanan Prima Menuju Penduduk Berkualitas Yang Mendukung Pembangunan Kota Denpasar Berwawasan Budaya. Visi tersebut kemudian diterjemahkan dalam lima buah misi. Pertama, memantapkan tertib administrasi kependudukan dan catatan sipil dengan sistem menghimpun data, menertibkan identitas dan dokumen penduduk melalui penyempuranaan data base dalam program sistem informasi administrasi kependudukan. Kedua, mengembangkan dan memadukan kebijakan dan sistem informasi sehingga mampu menyediakan data dan informasi kependudukan secara lengkap, akurat dan memenuhi kepentingan publik dan pembangunan. Ketiga, mengembangkan pranata hukum (Perda), kepedulian dan peran serta masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan administrasi kependudukan. Keempat, meningkatkan manajemen pengelolaan dan layanan kependudukan dan catatan sipil. Kelima, menyusun perencanaan kependudukan sebagai dasar perencanaan dan perumusan kebijakan pembangunan daerah yang berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan penduduk. Untuk mencapai visi dan misi tersebut, dibentuk struktur organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar sesuai program dan kegiatannya.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Bagan 2.1 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Kota Denpasar Kepala Dinas
Bagian Tata Usaha Kelompok Jabatan Funsional
Sub Dinas Pelayanan Pendaftaran
Sub Bagian Perencanaan
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Dinas Pelayanan Pencatatan
Sub Dinas Mutasi dan Pengendalian Penduduk
Seksi Nomor Induk Kependudukan
Seksi kelahiran
Seksi Administrasi Penduduk
Seksi kartu Keluarga
Seksi perkawinan dan perceraian
Seksi Pengolahan Data dan Pelaporan
Seksi kartu Tanda Penduduk
Seksi Kematian , Pengakuan, dan Pengesahan Anak
Seksi Pengawasan dan Penyuluhan
Sub Bagian Keuangan
Adapun jenis-jenis layanan yang disediakan oleh Dinas ini adalah : • Permohonan Akta-akta Catatan Sipil • Permohonan KTP (KTP baru, perpanjangan, penggantian) • Legalisir fotokopi Akta-akta Catatan Sipil • Legalisir fotokopi KTP • Penerbitan Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara/Tetap (untuk warga negara asing)
25
Landasan layanan kependudukan dan catatan sipil yang menjadi acuan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil adalah Peraturan Daerah Kota Denpasar No 15 Tahun 2002 tentang Ketentuan Layanan Catatan Sipil Kota Denpasar. Dalam peraturan tersebut diatur hal-hal yang berkaitan dengan akta Catatan sipil yang mencakup bukti berupa catatan peristiwa penting kehidupan seseorang yaitu kelahiran, perkawinan, penceraian, pengakuan dan pengesahan anak, dan kematian. Peraturan mengenai pendaftaran penduduk yang digunakan sebagai acuan, telah mengalami beberapa kali perubahan. Ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dalam Kerangka Sistem Informasi Manajemen Kependudukan (SIMDUK) diubah untuk pertama kalinya dengan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk Dalam Kerangka Sistem Informasi Manajemen Kependudukan. Pada saat ini peraturan tersebut mengalami lagi perubahan, melalui Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 14 Tahun 2002 tentang Perubahan Kedua Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk Dalam Kerangka Sistem Informasi Manajemen Kependudukan (SIMDUK). Pada masa waktu mendatang akan dilakukan perubahan administrasi kependudukan, menindaklanjuti pembaruan dari pelaksanaan SIMDUK berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. Pada saat ini penjabaran Undang-undang tesebut sudah dituangkan dalam PP No 37 tahun 2007 serta Perpres Nomor 25 Tahun 2008. Untuk menindak-lanjutinya, Pemda Kota Denpasar saat ini sedang menyusun Perda tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Berkaitan dengan aksi daerah pembaruan tata kelola pemerintahan, terdapat kegiatan yang berkaitan langsung dengan sektor kependudukan. Pada tahun 2007, Pemerintah Kota Denpasar mencanangkan penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Diharapkan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
melalui kegiatan tersebut diperoleh keluaran berupa tertib administrasi kependudukan untuk menghasilkan peningkatan layanan yang semakin cepat, tepat, dan akurat13. Beberapa Inovasi Layanan Pengurusan KTP (Kartu Tanda Penduduk) Kota Denpasar Secara umum Pemerintah Kota Denpasar telah menyederhanakan proses dan waktu pengurusan KTP. Terutama untuk pengurusan perpanjangan dan pergantian KTP yang dapat diurus langsung di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar, tanpa perlu mengurus dokumen di pemerintah desa dan kecamatan. Alur pengurusan KTP yang baru, dapat dilihat dalam bagan di bawah ini. Sedangkan untuk perpanjangan dan pergantian KTP, proses pengurusan dimulai dengan penyerahan dokumen di kantor Kependudukan dan Catatan Sipil. Bagan 2.2 Prosedur Pengurusan KTP di Kota Denpasar
Mengurus surat pengantar dari kepala dusun/ lingkungan
Pengesahan surat pengantar di kantor desa/ kelurahan
Menyerahkan dokumen dan membyar di loket pendaftaran Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil
Pengambilan KTP yang sudah jadi
Pemotretan dan pencetakan KTP
26 Proses pengurusan KTP di kantor Kependudukan dan Catatan Sipil berlangsung seluruhnya dalam 1 hari (hari yang sama) jika persyaratan yang dibawa pemohon sudah lengkap. Diharapkan penyederhaaan ini mendorong warga untuk mengurus sendiri KTP mereka. Tidak menggunakan perantara seperti yang banyak terjadi sebelumnya. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa masalah bagi warga untuk mengakses layanan kependudukan tersebut. Beberapa masalah yang muncul antara lain:14 • Terjadinya antrian yang panjang karena Layanan yang terpusat di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar. • Masalah yang sering ditemukan, lemahnya kontrol terhadap proses di aparat terbawah. Misalnya penduduk yang belum memenuhi syarat untuk mendapatkan KTP tapi diloloskan dengan imbalan tertentu. • Masih ada calo/perantara yang berkeliaran, biasanya lewat jalur belakang, walaupun jumlahnya sudah berkurang sejak penerapan sistem yang baru sejak tahun 2007, dimana pemohon harus datang sendiri untuk difoto. • Besaran biaya yang beragam untuk mendapatkan Surat Pengantar dari Kelian Banjar/ Kepala Lingkungan dan Perbekel/Lurah. Dalam upaya memberikan layanan yang lebih baik dan lebih memuaskan masyarakat, Dinas Catatan Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Kota Denpasar tidak hanya menyederhanakan serta menetapkan standar layanan baku dalam hal biaya, waktu dan prosedur, tetapi juga melakukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan perkembangan teknologi modern, yakni menyediakan layanan melalui SMS (short message service) untuk perpanjangan KTP. 13
Lihat lampiran Surat Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45/2A/HK/2007 tentang Program Aksi Daerah Dalam Rangka Pembaharuan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Pemerintah Kota Denpasar. 14
Uraian mengenai masalah tersebut muncul dalam diskusi terfokus bersama pemerintah Kota Denpasar dan perwakilan warga Kota Denpasar pada tanggal 18 April 2008 dan 2 Mei 2008.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Warga Kota Denpasar yang ingin memperpanjang KTP tidak perlu datang ke kantor Catatan Sipil untuk memroses pendaftarannya, tetapi cukup dengan mengirimkan data-data yang diperlukan melalui telepon genggam. Dengan demikian, warga Kota Denpasar yang berada di luar Denpasar atau bahkan di luar Bali sekalipun, bisa mengurus pendaftaran perpanjangan KTP. Layanan melalui SMS ini dilakukan dengan cara mengetik DKC (spasi) DAFKTP (spasi) NAMA LENGKAP, kirim ke 3400 (khusus operator Telkomsel). Bahkan warga Kota Denpasar yang berada di Luar Propinsi atau di luar Negeri pada saat ini dapat memperpanjang KTP melalui Internet dengan membuka Website: www.denpasarkota.go.id. Di dalamnya ada ruang perpanjangan KTP on line. Pemohon perpanjangan KTP tinggal membuka dan mengisi format tersebut sesuai dengan identitasnya. Salah satu inovasi lain yang dikembangkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar adalah layanan KTP Keliling. Ketika mobil layanan keliling ini dioperasikan, respon masyarakat sangat positif. Dari tiga Desa yang telah disasar, yaitu Desa Peguyangan Kaja, Desa Kesiman Kertalangu dan Desa Sanur Kauh, antusias masyarakat sangat besar dengan rata-rata pencari KTP berjumlah 300 orang15. Di samping itu Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil telah membuka tempat layanan KTP di masing-masing kecamatan. Pada saat ini sudah dimulai layanan KTP di Kecamatan Denpasar Barat sejak. 12 Februari 2008. Diharapkan pada tahun 2008 akan dibuka layanan serupa di Kecamatan Denpasar dan dilanjutkan di Kecamatan Denpasar Selatan pada tahun 2009. Selain mengembangkan inovasi layanan KTP, di bawah koordinasi pengelolaan website Pemerintah Kota Denpasar, sekretariat pemerintah daerah dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar membuka ruang dialog melalui e-mail. Warga dapat mengirim e-mail jika ingin menanyakan, memberi saran, dan kritik terhadap layanan yang diberikan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Dalam web-site itu, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil secara terbuka memberikan jawaban. Artinya, yang mendapat informasi tidak hanya warga yang bertanya. Semua warga yang membuka website akan mendapat informasi tersebut.
27
Tidak mengherankan, dengan berbagai inovasi yang dikembangkan tersebut, indikator kinerja layanan administrasi kependudukan Kota Denpasar termasuk kategori baik berdasarkan penelitian Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan khususnya Direktorat Proyeksi dan Penyerasian Kebijakan Kependudukan yang mengadakan penelitian di tiga Kota, yaitu: Menado, samarinda dan Denpasar. Di antara ketiga kota tersebut, Kota Denpasar mendapat penilaian tertinggi16. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Men-PAN) memberikan apresiasi kepada layanan KTP di Kota Denpasar yang pembuatannya hanya membutuhkan waktu 9 menit.
15
Sumber: Berita Instansi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar. 19 Mei 2008
16
Sumber: Berita Instansi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar. 14 Septem-
ber 2006
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
TEMUAN LAPANGAN Bagian ini akan menyajikan temuan lapangan yang berupa tanggapan dari para responden yang terlibat dalam survei tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan KTP di Kota Denpasar. Bab ini akan diawali oleh profil dari responden survei. Pada bagian kedua, akan disajikan temuan yang menggambarkan tingkat pengetahuan responden mengenai layanan dokumen kependudukan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Kota Denpasar. Bagian ketiga akan menyajikan tingkat kepuasan responden terhadap layanan. Dalam bagian selanjutnya, akan dipaparkan tanggapan dari para responden survei mengenai prosedur penanganan pengaduan masalah dalam pembuatan KTP di Kota Denpasar. Dalam satu bagian sebelum penutup dari Bab ini, akan disajikan tanggapan dari responden mengenai sosialisai dan penyebaran informasi pembuatan KTP oleh pemerintah Kota Denpasar. Akhirnya, bab ini akan ditutup dengan penyajian temuan lapangan mengenai tingkat pengetahuan masyarakat akan Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Denpasar.
Profil Responden
28
Sebaran Wilayah Responden Wilayah survei tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan KTP Kota Denpasar, meliputi 47 desa di Kota Denpasar yang melibatkan 321 responden. Sebaran responden dalam survei ini tidak merata. Seperti terlihat dalam tabel 2.3, Kecamatan Denpasar Barat menjadi wilayah yang menyumbang responden terbesar, yaitu sebanyak 98 responden. Sedangkan Kecamatan Denpasar Timur merupakan kecamatan yang menyumbangkan jumlah responden terkecil, sebanyak 63 responden. Tabel 2.4 Sebaran Responden Survei No
Kecamatan dan Desa/Kelurahan
Jumlah Responden
1
Kecamatan Denpasar Barat
98
2
Kecamatan Denpasar Timur
63
3
Kecamatan Denpasar Selatan
79
4
Kecamatan Denpasar Utara
81
TOTAL
321
Sebaran jumlah responden, didasarkan pada proporsi sampel yang terpilih dengan jumlah pengajuan KTP dalam satu tahun terakhir di setiap kecamatan. Artinya, desa yang mempunyai populasi pengajuan KTP yang besar akan memiliki jumlah responden yang lebih besar pula. Karakteristik Jenis Kelamin Responden Jumlah responden laki-laki dan perempuan relatif seimbang. Pada awal survei, memang direncanakan ada perbandingan yang tidak terlalu menyolok antara responden laki-laki dan perempuan. Diharapkan komposisi yang relatif seimbang ini dapat mewakili pendapat dari kedua kelompok jenis kelamin. Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin relatif seimbang, seperti ditunjukkan dalam Grafik 2.1 di bawah ini:
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Grafik 2.1 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
n=321 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Komposisi responden berdasarkan latar belakang pendidikan, relatif mewakili semua jenjang pendidikan. Dari mulai tidak mengecap pendidikan sama sekali hingga jenjang pendidikan sarjana (S1), seperti ditunjukkan dalam Grafik 2.2 di bawah ini. Grafik 2.2 Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan
29
n=321 Bila dilihat dari tingkat pendidikan, mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir tamat Sekolah Menengah Umum dan yang setingkat, yaitu sebesar 153 repsonden (47,8%) dari total responden yang berpartisipasi dalam survei. Sedangkan jumlah responden terkecil sebesar 9 responden (2,8%) yang berasal dari jenjang pendidikan jenis pendidikan lain, seperti kursus dan pendidikan non-formal lain. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Untuk kepentingan survei pengelompokan jenis pekerjaan menjadi empat kelompok, yaitu:
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
1. 2. 3. 4.
Responden yang bekerja di kantor pemerintah/perusahaan sebagai pegawai Responden yang membuka usaha sendiri. Termasuk profesi jasa lepas Responden yang masih menempuh pendidikan Responden yang tidak bekerja, ibu rumah tangga, atau pekerja lepas
Secara lengkap komposisi responden berdasarkan jenis pekerjaan ditunjukkan dalam Grafik 2.3 di bawah ini. Grafik 2.3 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
30 n=321 Berdasarkan kelompok jenis pekerjaan tersebut, mayoritas responden survei ini bekerja sebagai wiraswasta atau profesi jasa lepas. Sebanyak 138 responden (42,9%) bekerja dalam kelompok jenis pekerjaan ini. Sedangkan jumlah responden yang bekerja sebagai pekerja kasar, jumlahnya paling sedikit hanya 8 responden (2,5%). Dengan komposisi pekerjaan seperti di atas, penghasilan responden setiap bulan dapat dikelompokkan seperti ditunjukkan dalam tabel 2.4 di bawah ini: Tabel 2.5 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan Penghasilan (perbulan)
Jumlah responden
Persentase
< Rp 500.000
34
10,5
Rp 500.000-Rp 1.000.000
137
42,7
Rp 1.000.000- Rp 5.000.000
149
46,4
Rp 5.000.000 Total
1 321
0,4 100 n=321
Sebagian besar responden berpenghasilan antara Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000. Sangat sedikit responden yang berpenghasilan di bawah Rp 500.000 dan juga berpenghasilan di atas Rp 5.000.000. Rupanya ini menunjukkan stratifikasi masyarakat di perkotaan yang banyak ditompang oleh kelompok menengah ekonomi.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Karakteristik Repsonden Berdasarkan Daerah Asal Kategori terakhir yang mencerminkan karakteristik responden dalam survei adalah asal daerah responden. Berdasarkan kategori ini, responden yang terlibat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu responden yang berasal dari Denpasar, Luar Denpasar namun masih dari Provinsi Bali dan responden yang berasal dari luar Provinsi Bali. Grafik 2.4 Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Asal
n=321 Pada Grafik 2.4 terlihat, komposisi keterwakilan responden dari ketiga wilayah tersebut dalam survei ini cukup merata. Responden yang berasal dari Denpasar merupakan kelompok terbesar yaitu sebanyak 120 responden (37,2%). Kelompok terbesar berikutnya adalah responden yang berasal dari luar Denpasar namun masih berasal dari Provinsi Bali yaitu sebesar 32,6 persen dari total responden. Sisanya merupakan responden yang berasal dari luar propinsi Bali yaitu sebanyak 97 responden atau sebesar 30,1 persen dari total responden.
31
Pengetahuan Mengenai Layanan Dokumen Kependudukan Dari berbagai layanan yang tersedia di Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar, lebih dari 30 persen responden mengetahui seluruh jasa layanan yang disediakan kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar seperti yang ditunjukkan tabel 2.5 di bawah ini. Tabel 2.6 Pengetahuan Responden terhadap Jenis Layanan Kependudukan dan Catatan Sipil
Jenis layanan yang diberikan
Jumlah Responden
Persentase responden yang mengetahui layanan
Permohonan akta-akta catatan sipil
208
64,8
Permohonan KTP
285
88,7
Legalisir fotocopy KTP
146
45,4
Legalisir/fotocopy akta-akta catatan sipil
126
39,4
Penerbitan surat keterangan pendaftaran penduduk sementara /tetap (untuk orang asing)
108
33,5
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Jasa layanan permohonan KTP merupakan jasa layanan yang paling dikenal secara luas oleh responden. Sebanyak 285 responden (88,7 persen) mengetahui layanan ini. Jenis layanan lain yang cukup dikenal masyarakat adalah layanan permohonan akta-akta catatan sipil yang dikenal oleh 64,8 persen responden. Ketiga layanan lain, yaitu legalisir KTP, akta catatan sipil, dan surat pendaftaran relatif kurang dikenal responden. Kurang dari 50 persen responden mengenal ketiga jenis layanan tersebut. Terutama jenis layanan penerbitan surat keterangan pendaftaran penduduk sementara/ tetap bagi orang asing. Jenis layanan ini hanya dikenal oleh 33, 5 persen responden17. Cara Mengurus KTP Responden adalah warga Kota Denpasar yang memanfaatkan layanan mengurus KTP dalam kurun waktu satu tahun terakhir18. Sebagian besar responden adalah warga yang mengurus KTP mereka dalam kurun waktu tiga bulan terakhir (40,5 persen). Sebagian kecil responden (23,4 persen) adalah warga yang menggunakan layanan mengurus KTP dalam waktu satu tahun terakhir. Berdasarkan jenis layanan pengurusan KTP yang pernah digunakan responden, sebagian besar responden adalah warga yang mengurus perpanjangan KTP, sebanyak 249 responden (77,6 persen). Sebanyak 68 repsonden (21,2 persen) mengurus pembuatan KTP baru. Sedangkan sisanya sebesar 4 orang responden (1,2 persen) mengganti KTP yang hilang atau rusak.
32
Mayoritas respoden menyatakan, mengurus KTP secara langsung tanpa melalui penghubung19. Responden paling banyak mengurus sendiri pengurusan KTP mereka pada tahap pemotretan dan pengambilan KTP yang sudah jadi. Pada kedua tahapan proses ini lebih dari 99 persen responden datang sendiri ke Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil seperti dilihat dalam tabel 2.6 di bawah ini20. Tabel 2.7 Proporsi Responden yang Melakukan Pengurusan Sendiri Tahapan
Frek
%
Mengurus surat pengantar dari Kepala Dusun/Dinas/Kepala Lingkungan
233
72,5
Mengurus surat pengantar dari Kepala Desa/Lurah
229
71,4
Pendaftaran permohonan KTP di Kantor Dinasdukcapil
319
99,3
Pemotretan
321
100
Pengambilan KTP yang sudah jadi
319
99,3 n=321
Pada tahapan pemotretan, ternyata seluruh responden mengaku mengurus sendiri proses tersebut. Termasuk responden yang menggunakan jasa penghubung pada tahapan pengurusan KTP lain. Penghubung paling banyak dimanfaatkan responden pada tahapan mengurus surat 17
Hal ini berkaitan dengan jenis layanan yang sering digunakan oleh responden dan warga pada umumnya. Penerbitan surat keterangan pendaftaran penduduk sementara/tetap bagi orang asing tentu saja jarang digunakan oleh warga umum. 18 Penetapan kurun waktu selama satu tahun terakhir ditetapkan sesuai dengan salah satu tujuan survei untuk melihat persepsi masyarakat terhadap penyempurnaan terbaru dalam pelayanan pengurusan KTP di Kota Denpasar yang dilakukan sejak tahun 2007 19 Jumlah warga yang mengurus sendiri KTP sejalan dengan tujuan penyempurnaan pelayananan dokumen kependudukan, khususnya KTP. Hal ini diakui oleh warga yang menjadi peserta diskusi kelompok. Mereka menganggap jumlah penghubung saat ini sudah jauh berkurang dibandingkan sebelum tahun 2007. 20
Pada proses pemotretan sebenarnya warga dapat mewakilkan dengan membawa photo yang sudah
jadi.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
pengantar dari Kepada Desa/ Lurah. Pada tahap ini sebanyak 71,4 persen responden mengaku mengurus sendiri. Sedangkan 28,6 persen responden pada tahap ini mengaku menggunakan jasa penghubung untuk mengurus surat pengantar mereka. Alasan responden yang mengurus KTP secara langsung adalah tidak perlu membayar uang jasa kepada pihak lain, sehingga menjadi murah. Mereka juga mengaku punya waktu luang untuk mengurus sendiri KTP sampai ke Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil. Sebaliknya, responden yang mengurus KTP dengan menggunakan penghubung beralasan tidak mempunyai waktu untuk melakukan pengurusan KTP sendiri. Mereka juga berpendapat bahwa biaya pengurusan KTP melalui penghubung tidak terlalu memberatkan. Pihak yang menjadi penghubung dalam pengurusan KTP, cukup bervariasi seperti terlihat dalam Grafik 2.5 di bawah ini21. Grafik 2.5 Penghubung Pengurusan KTP
33
Grafik 2.5 mengungkapkan bahwa Kepala Dusun/Kepala Lingkungan merupakan pilihan utama dari responden untuk mewakilkan pembuatan KTP-nya, sebanyak 53,1 persen responden atau sebanyak 15 orang mengakui hal ini. Pilihan kedua dari responden untuk mewakilkan pembuatan KTP adalah anggota keluarga dari responden sendiri (diungkapkan oleh 18,7 persen responden yang mewakilkan pembuatan KTP-nya, yaitu sebanyak 5 responden). Sedangkan yang menjadi alternatif terakhir adalah biro jasa. Hanya 3,1 persen dari responden (1 orang responden) yang memilih biro jasa untuk pembuatan KTP-nya.
Waktu Pengurusan KTP Hal lain yang terungkap dari survei ini adalah lamanya waktu pengurusan KTP. Ringkasan jawaban responden terhadap lamanya waktu pengurusan KTP, dapat dilihat pada tabel 2.7 sebagai berikut:
21
Ditanyakan kepada responden yang menggunakan penghubung pada pengurusan KTP. Jumlah responden setiap tahap akan berbeda. Lihat tabel 2.6.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Tabel 2.8 Waktu Pengurusan KTP Waktu Pengurusan
Frekuensi
%
Kurang dari 3 hari
295
91,9
3 hari -7 hari
17
5,2
7 hari - 14 hari
7
2,1
Lebih dari 14 hari
3
0,8
Tabel 2.7 mengungkapkan bahwa mayoritas responden menyelesaikan pengurusan KTP di Kota Denpasar, dalam waktu kurang dari 3 hari (91,9 persen). Baik responden yang mengurus sendiri maupun responden yang menggunakan jasa penghubung. Hal ini menunjukkan, penyederhanaan proses pengurusan KTP yang dikembangkan Pemerintah Kota Denpasar setidaknya sudah mampu mempercepat waktu pengurusan. Proses ini menunjukkan pula tidak ada perlakukan istimewa terhadap penghubung. Semua warga diperlakukan sama, harus mengikuti prosedur yang ditetapkan. Biaya Pengurusan KTP Responden mengakui bahwa dalam proses pengurusan KTP ada pungutan yang dianggap resmi, meski sebenarnya tidak terkait dengan jasa layanan KTP itu sendiri. Pungutan tersebut dianggap resmi, karena dipungut terbuka oleh lembaga resmi. Bahkan, beberapa responden mengaku mendapatkan bukti pembayaran dari pungutan tersebut. Kebiasaan tersebut dianggap responden sudah menjadi kebiasaan dan bagian dari kehidupan di lingkungan mereka.
34
Biasanya warga yang akan mengurus persyaratan KTP di Kelian Banjar/ Kepala Lingkungan diminta memberikan iuran untuk kas banjar. Responden tidak dapat menjelaskan dengan pasti, standar dan jumlah iuran terkait dengan pengurusan KTP22. Variasi besaran biaya yang dikeluarkan 321 responden terkait dengan pengurusan KTP secara detail dapat dilihat pada tabel 2.8 di bawah ini Tabel 2.9 Biaya untuk Setiap Jasa layanan Pembuatan KTP
Jasa layanan
Biaya
Frek
Jawaban Respoden (%)
Rp 1.000 - Rp 5.000 Rp 5.000 - Rp 15.000 Rp 15.000 - Rp 20.000 Rp 2.500 - Rp 5.000 Rp 5.000 - Rp 10.000 Rp 10.000 - Rp 20.000 > Rp 100.000 Rp 1.000 - Rp 6.000 Rp7.000 Rp 7.500 - Rp 15.000 > Rp 15.000
128 64 128 92 183 23 23 40 250 22 9
40 20 40 28,6 57,1 7,1 7,1 12,4 78 6,8 2,8
Pemotretan
-
0
0
Pengambilan KTP yang sudah jadi
Rp 1.000 - Rp 5.000 Rp 6.000 - Rp 7.000 > Rp 7.000
23 288 10
7,2 89,7 3,1
Mengurus surat pengantar dari Kepala Dusun/Dinas/Kepala Lingkungan Mengurus surat pengantar dari Kepala Desa/Lurah Pendaftaran permohonan KTP baru/ perpanjangan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
n=321 22
Walikota Denpasar sebenarnya sudah memberikan standar iuran di banjar yang besarnya sekitar Rp 16.000. Namun pemerintah daerah mengakui standar tersebut tidak sepenuhnya dipatuhi. Banjar/Desa Adat mempunyai hak otonomi menentukan peraturan desa yang disebut dengan Awig-awig termasuk dalam menentukan pungutan untuk keperluan Banjar/Desa Adat.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Dalam tahapan pengurusan surat pengantar dari Kepala Dusun/Dinas/Kepala Lingkungan, mayoritas responden (40 persen) mengeluarkan biaya antara Rp 1.000 sampai dengan Rp 5.000. Proporsi yang sama juga terjadi pada kelompok responden yang membayar antara Rp 15.000 sampai dengan Rp 20.000. Untuk jasa layanan selanjutnya, mengurus surat pengantar dari desa/kelurahan mayoritas respoden (57,1 persen) membayar antara Rp 5.000 sampai dengan Rp 10.000. Pada saat pendaftaran permohonan KTP baru/perpanjangan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, mayoritas responden (78 persen) mengeluarkan biaya sebesar Rp 7.000. Pada jasa layanan terakhir, yaitu pengambilan KTP, mayoritas responden (89,7 persen) mengakui membayar antara Rp 6.000 sampai dengan Rp 7.000. Selain biaya yang sifatnya resmi, sebagian kecil responden yang mengurus sendiri permohonan KTP-nya mengaku juga membayar biaya tidak resmi dalam pengurusan KTP di Kota Denpasar. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.9 berikut ini. Tabel 2.10 Pemungutan Biaya Tidak Resmi untuk Setiap Jasa Layanan Pembuatan KTP
Tahapan
Responden
Frek
Dipungut Bayaran (%)
Besar Pungutan
Frek
Jawaban Responden (%)
Mengurus surat pengantar dari Kepala Dusun/Dinas/ Kepala Lingkungan
233
6
2,6
Rp 15.000
6
100
Mengurus surat pengantar dari Kepala Desa/Lurah
229
15
6,4
Rp 10.000
10
75
Rp 20.000
5
25
Rp 1.000 – Rp 5.000
7
44,4
Rp 6000Rp 7000
7
44,4
>Rp. 7000
1
11,2
Pendaftaran permohonan KTP baru/perpanjangan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
319
15
4,7
Pemotretan
321
8
2,6
Rp 1.000
8
100
Pengambilan KTP yang sudah jadi
319
13
4,1
Rp 6.000
8
60
Rp 7.000
5
40
35
Tabel 2.9 ini memperlihatkan besaran biaya tidak resmi untuk setiap jasa layanan dalam permohonan KTP di Kota Denpasar cukup bervarisi. Terkecuali untuk jasa layanan pengusuran surat pengantar dari Kepala Dusun/Dinas/Kepala Lingkungan dan jasa layanan pemotretan. Untuk kedua jasa layanan tersebut, responden menyatakan hanya ada satu besaran biaya tidak resmi23. Layanan Pengaduan Masalah Pembuatan KTP Hal lain yang tercakup dalam survei adalah mengenai permasalahan yang dihadapi responden dalam proses pembuatan KTP di Kota Denpasar. Hal selanjutnya yang terungkap dalam survei yang berkaitan permasalahan pembuatan KTP, yakni mengenai layanan pengaduan masalah pembuatan KTP. Tabel 2.10 memperlihatkan berbagai masalah yang dihadapi responden dalam setiap tahap 23
Dalam pertemuan membahas hasil suevei ini pada tanggal 12 September 2008 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil mengklarifikasi mengenai pungutan tidak resmi dalam pemotretan. Dalam situasi yang reatif terbuka dan disaksikan umum, hampir tidak mungkin petugas melakukan pungutan tidak resmi. Mereka hanya mengakui, bahwa pungutan Rp 1.000 yang mungkin dianggap tidak resmi itu adalah tawaran jasa untuk melapis KTP mereka dengan plastik (laminating). Tawaran jasa tersebut sifatnya sukarela dan diumumkan tertulis di ruangan tersebut
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
pembuatan KTP di Kota Denpasar. Hasil survei memperlihatkan hanya sebagian kecil responden yang merasakan masalah pada setiap jasa layanan pembuatan KTP. Dari total responden hanya sekitar 32 responden (10 persen) yang merasakan adanya masalah pada proses pembuatan KTP. Dari lima jasa layanan dalam pembuatan KTP, hanya dua jasa layanan pertama yang paling mengalami masalah. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase responden yang mengalami masalah pada kedua jasa layanan ini dibandingkan dengan tiga jasa layanan lainnya. Tabel 2.11 Masalah yang Dihadapi Responden24 Responden yang Mengalami Masalah
Jasa layanan
A
B
C
Frek
%
Frek
%
Frek
%
Frek
%
Mengurus surat pengantar dari Kepala Dusun/Dinas/ Kepala Lingkungan
32
10
4
11,1
18
55,6
11
33,3
Mengurus surat pengantar dari Kepala Desa/Lurah
33
10,3
4
12,5
12
37,5
17
50
6
1,9
1
20
5
80
0
0
Pemotretan
4
1,2
1
25
0
0
3
75
Pengambilan KTP yang sudah jadi
5
1,6
1
25
0
0
4
75
Pendaftaran permohonan KTP di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
36
Masalah yang Dihadapi
Selain menggambarkan jumlah responden yang mengalami masalah, tabel di atas juga memperlihatkan jenis masalah yang dihadapi oleh responden. Hasil jawaban responden mengenai masalah yang dihadapi dalam pembuatan KTP dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu: Pungutan-pungutan; Proses berbelit-belit; dan Waktu pemrosesan yang lama. Tabel 2.10 memperlihatkan perbedaan masalah yang dialami responden dalam setiap jasa layanan pembuatan KTP di Kota Denpasar. Pada jasa layanan pertama pembuatan KTP, sebagian besar responden atau sekitar 18 responden yang mengalami masalah (55 persen) menganggap proses yang berbelit-belit adalah masalah utama dalam jasa layanan ini. Berbeda halnya dengan masalah yang dihadapi responden pada jasa layanan kedua, yaitu pengurusan surat pengantar dari Kepala Desa/Lurah. Masalah utama yang dirasakan responden adalah waktu pemrosesan yang lama. Hal ini dirasakan oleh 50 persen responden yang mengalami masalah, yaitu 17 responden. Untuk jasa layanan pembuatan KTP yang ketiga, masalah utama yang dirasakan oleh mayoritas responden adalah proses pengurusan yang berbelit-belit. Sebanyak lima responden yang mengalami masalah (80 persen) menyatakan masalah tersebut dalam tahapan proses pendaftaran permohonan KTP. 24
Proses dan masalah proses pengurusan surat pengantar di pemerintahan desa/ kelurahan maupun dusun/lingkungan seringkali berkaitan dengan peraturan dan kebiasaan yang berada di luar kendali dan wewenang Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Untuk dua jasa layanan terakhir, masalah yang paling sering dirasakan oleh responden adalah waktu pemrosesan yang lama. Sebanyak tiga orang responden yang memiliki masalah pada tahap tersebut (75 persen) merasakan hal ini. Rupanya hanya sebagian kecil responden yang memiliki masalah menindak-lanjuti penyelesaian dengan melakukan pengaduan. Hanya delapan responden saja yang pernah melakukan pengaduan masalah yang mereka hadapi pada tahap pengurusan surat pengantar di dusun/lingkungan dan kelurahan/desa. Seluruh responden yang mengadu, ternyata memberikan uang tambahan selama proses penyelesaian masalah mereka, seperti yang terlihat dalam tabel 2.11. Tabel 2.12 Proporsi Reponden yang Mengadu dan Memberikan Uang Tambahan dalam Pemecahan Masalah
Jasa layanan
Jumlah Sampel
Frek
(%)
Mengurus surat pengantar dari Kepala Dusun/Dinas/Kepala Lingkungan
32
3
10,5
Mengurus surat pengantar dari Kepala Desa/Lurah
33
5
15
Pendaftaran permohonan KTP baru/perpanjangan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
6
0
0
Pemotretan
4
0
0
Pengambilan KTP yang sudah jadi
5
0
0
37
Tabel tersebut memperlihatkan lebih banyak responden yang memberikan uang tambahan dalam menyelesaikan masalah dalam pembuatan KTP pada jasa layanan pertama dan kedua, dibandingkan dengan tiga jasa layanan lainnya. Pada jasa layanan pertama, sebanyak 10,5 persen responden yang memiliki masalah (tiga responden), mengakui memberikan uang tambahan pertama kepada petugas untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Untuk jasa layanan yang kedua, jumlah responden yang memberikan uang tambahan meningkat menjadi 15 persen (5 responden). Sedangkan untuk jasa layanan ketiga, keempat dan terakhir, semua responden mengaku tidak memberikan uang tambahan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal lain yang terungkap dalam survei adalah mengenai sifat pemberian uang tambahan dalam penyelesaian masalah. Temuan lapangan, mengungkapkan bila seluruh responden yang memberikan uang tambahan mengakui bahwa uang tambahan tersebut diminta oleh petugas, dengan besaran berkisar antara Rp 5.000,00 sampai dengan Rp 7.000,00. Hal terakhir yang terungkap dari survei dan berkaitan dengan layanan pengaduan masalah adalah tanggapan petugas yang menangani pengaduan masalah. Dari responden yang melakukan pengaduan, terdapat empat faktor yang menentukan kepuasan responden atas layanan pengaduan, yaitu: Perlakuan petugas, waktu penanganan keluhan, waktu penyelesaian masalah, dan efektivitas pertolongan petugas. Berdasarkan keempat faktor yang menentukan kepuasan penanganan masalah, seluruh responden yang pernah mengadukan masalah mereka menyatakan puas terhadap keempat faktor tersebut.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Tingkat Kepuasan Terhadap Layanan Selain bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai layanan kependudukan di Kota Denpasar, survei ini juga dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kualitas layanan kependudukan tersebut. Tabel 2.12 di bawah memperlihatkan gambaran umum dari tingkat kepuasan responden dalam mengurus KTP, terutama bagi mereka yang melakukan pengurusan sendiri. Seperti terlihat dalam tabel, hampir semua responden yang melakukan pengurusan sendiri menyatakan puas atas layanan KTP di Kota Denpasar untuk semua proses. Responden yang merasa puas terhadap layanan di setiap proses pengurusan KTP dapat terlihat dalam tabel 2.12 di bawah ini. Tabel 2.13 Tingkat Kepuasan Layanan KTP
Jasa layanan
Jumlah
Responden yang Puas Frek
38
%
Mengurus surat pengantar dari Kepala Dusun/Dinas / Kepala Lingkungan
233
203
87,1
Mengurus surat pengantar dari Kepala Desa/Lurah
229
205
89,5
Pendaftaran permohonan KTP baru/perpanjangan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
319
313
98,2
Pemotretan Pengambilan KTP yang sudah jadi
321 319
317 315
98,6 98,9
Responden paling banyak merasa puas pada tahapan layanan pengambilan KTP yang sudah jadi (98,9 persen). Perbedaan jumlah responden yang puas, terjadi pada tahapan pengurusan surat pengantar dari dusun/lingkungan sampai ke desa/kelurahan. Dibandingkan dengan kepuasan responden terhadap layanan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang mencapai persentase di atas 90 persen, tahapan pengurusan surat pengantar hanya mencapai persentase di bawah 90 persen. Adapun yang menjadi alasan kepuasan responden dapat dikelompokan kedalam tiga kategori yaitu: Layanan petugas yang baik; Waktu layanan yang cepat sekaligus tidak ada biaya tambahan; dan Biaya layanan yang murah. Dari ketiga kategori diatas, alasan kedua, yaitu waktu layanan yang cepat sekaligus tidak adanya biaya tambahan menjadi alasan utama di balik kepuasan konsumen atas layanan permohonan KTP di Kota Denpasar. Seperti dapat dillihat pada tabel 2.13 berikut. Alasan tersebut disebutkan oleh mayoritas responden yang melakukan pengurusan sendiri untuk setiap jasa layanan pembuatan KTP. Adapun alasan yang terakhir, yaitu biaya layanan yang murah merupakan alasan yang paling tidak dipilih oleh responden dalam menentukan tingkat kepuasan responden terhadap layanan KTP di Kota Denpasar.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Tabel 2.14 Alasan Kepuasan Konsumen Alasan A
Jasa layanan Jumlah Sampel
B
C
Frek
%
Frek
%
Frek
%
Mengurus surat pengantar dari Kepala Dusun/Dinas/Kepala Lingkungan
203
74
36,4
129
63,6
0
0
Mengurus surat pengantar dari Kepala Desa/Lurah
205
53
25,5
148
72,2
4
2,3
Pendaftaran permohonan KTP baru/perpanjangan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
313
79
25,3
227
72,4
7
2,3
Pemotretan
317
78
24,6
239
75,4
0
0
Pengambilan KTP yang sudah jadi
315
52
17
235
74,7
28
8,6
Selain itu, sebagian kecil responden merasa tidak puas terhadap layanan pembuatan KTP di Kota Denpasar. Seperti halnya alasan yang melatarbelakangi kepuasan responden, alasan ketidakpuasan responden terbagi kedalam tiga kategori yaitu: Layanan petugas kurang baik; Waktu layanan yang lama; dan Biaya layanan yang mahal.
39
Ketidakpuasan responden terutama terjadi pada tahapan pengurusan surat pengantar di dusun/ lingkungan maupun di desa/kelurahan. Lebih dari 60 persen yang menyatakan rasa tidak puas terhadap layanan KTP menyatakan tidak puas terhadap layanan pengurusan surat pengantar dii dusun/ lingkungan dan desa/kelurahan. Tingkat penilaian ketidakpuasan yang paling rendah ditujukan pada tahap proses pemotretan dan pengambilan KTP yang sudah jadi. Hanya empat responden saja yang menyatakan tidak puas terhadap layanan pada tahapan proses ini. Tabel 2.15 Alasan Ketidakpuasan Konsumen Alasan A
Jasa layanan
B
C
Jumlah Sampel
Frek
%
Frek
%
Frek
%
30
18
60
6
20
6
20
24
18
75
0
0
6
25
6
0
0
6
100
0
0
Pemotretan
4
0
0
4
100
0
0
Pengambilan KTP yang sudah jadi
4
0
0
4
100
0
0
Mengurus surat pengantar dari Kepala Dusun/Dinas/Kepala Lingkungan Mengurus surat pengantar dari Kepala Desa/Lurah Pendaftaran permohonan KTP baru/ perpanjangan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Dari ketiga alasan yang melatarbelakangi ketidakpuasan, layanan petugas yang kurang baik menjadi alasan utama ketidakpuasan konsumen atas layanan KTP di Kota Denpasar. Terdapat 18 orang (60 persen) responden yang tidak puas dengan layanan pada tahapan pengurusan surat pengantar di dusun/lingkungan menyebutkan layanan petugas yang kurang baik sebagai alasan ketidakpuasan mereka. Sebanyak 18 responden (75 persen) yang tidak puas dengan pengurusan surat pengantar di desa/kelurahan juga mengemukaan alasan yang sama. Alasan yang berbeda diungkapkan oleh responden untuk jasa layanan ketiga sampai jasa layanan terakhir, dalam pembuatan KTP di Kota Denpasar. Untuk tiga jasa layanan tersebut, para responden merasa waktu layanan yang lama menjadi satu-satunya alasan di balik ketidakpuasan mereka terhadap layanan pembuatan KTP di Kota Denpasar. Sosialisasi Informasi Layanan Pengurusan KTP Bagian ini akan mengungkap temuan lapangan yang berkaitan dengan penyebaran informasi mengenai pembuatan KTP di antara responden. Hal pertama yang diungkap dan berkaitan dengan penyebaran informasi tersebut adalah sebaran informasi dan sumber informasi yang terangkum dalam tabel 2.15. Tabel 2.16 Sebaran Informasi Pembuatan KTP
Jenis Layanan Informasi
40
Responden yang Menerima Informasi
Sumber Informasi (%)
Kades/ Lurah & Staf
Kelian Adat/ Dinas/ Kepala Lingkungan & Staf
Petugas
Teman/ Tetangga
Frek
%
Frek
%
Frek
%
Frek
%
Frek
%
Cara mengurus KTP di Kota Denpasar
75
23,4
16
21,1
29
38
27
36,6
3
4,3
Prosedur dan syarat pengurusan KTP
118
36,7
33
28,4
49
41,2
24
20,6
12
9,8
Biaya pengurusan KTP
97
30,1
38
39,2
51
52,6
1
1,4
7
6,8
Lokasi pengurusan KTP
59
18,5
14
23,3
37
62,7
0
0
8
14
Cara pengaduan masalah dalam pembuatan KTP
28
8,7
7
25
15
55
4
15
1
5 n=321
Tabel 2.15 memperlihatkan hanya sebagian kecil responden yang pernah menerima informasi yang berhubungan dengan pembuatan KTP di Kota Denpasar. Dari lima jenis informasi yang tertera pada kolom di atas, informasi mengenai biaya pengurusan KTP merupakan informasi yang paling tersebar luas di antara para responden. Informasi ini pernah diterima oleh sekitar 37 persen responden (118 responden). Di lain pihak, informasi mengenai cara pengaduan masalah dalam pengurusan KTP merupakan informasi yang paling sedikit diterima oleh responden. Hanya 8,7 persen (28 responden) dari responden menyatakan pernah menerima informasi ini.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Selanjutnya, mengenai sumber informasi pengurusan KTP di Kota Denpasar. Tabel 2.15 memperlihatkan bahwa kelian adat/dinas/kepala lingkungan berikut stafnya merupakan sumber informasi utama bagi responden. Hal ini dinyatakan oleh mayoritas responden untuk setiap jenis layanan informasi mengenai pengurusan KTP. Sebaliknya, teman atau tetangga merupakan sumber informasi yang paling tidak populer di mata responden, di mana hanya sebagian kecil responden yang mengakui mendapat setiap jenis layanan informasi melalui teman atau tetangga. Terkecuali untuk jenis layanan informasi mengenai lokasi pengurusan KTP. Untuk informasi jenis ini, para responden melihat petugas bukanlah sebagai sumber informasi. Temuan lapangan memperlihatkan tidak satu pun responden merasa pernah mendapatkan informasi mengenai lokasi pengurusan KTP dari petugas. Dari segi tingkat kepentingan, diantara lima jenis informasi diatas, responden merasa informasi yang paling penting adalah informasi mengenai prosedur dan syarat pengurusan KTP. Seperti terlihat pada tabel 2.16, sebanyak 184 responden (57,2 persen) menempatkan informasi ini di tempat pertama. Informasi kedua yang dianggap cukup penting oleh responden adalah informasi mengenai cara mengurus KTP. Hal ini diutarakan oleh 91 responden (28,4 persen). Sedangkan informasi yang dianggap paling tidak penting oleh responden adalah informasi mengenai cara pengaduan masalah dalam pembuatan KTP, yang hanya dipilih oleh satu responden saja (0,3 persen). Tabel 2.17 Informasi Terpenting Menurut Responden Jenis Layanan Informasi
Frekuensi
%
Cara mengurus KTP di Kota Denpasar
91
28,4
Prosedur dan syarat pengurusan KTP
184
57,2
Biaya pengurusan KTP
37
11,5
Lokasi pengurusan KTP
8
2,6
Cara pengaduan masalah dalam pembuatan KTP
1
0,3
41
n=321
Selain empat sumber informasi yang disebutkan, responden juga mengakui mendapatkan informasi mengenai pembuatan KTP di Kota Denpasar dari media lainnya, seperti koran, radio, televisi, dan lain-lain Tabel 2.18 Media Sumber Informasi Pembuatan KTP Jenis Media
Frekuensi
%
Koran
95
29,5
Radio
81
25,2
Televisi
182
56,7
Spanduk/baliho
17
5,2
Stiker/poster/selebaran
5
1,5
Buku saku
0
0
16
5,1
Papan pengumuman di kantor Kependudukan dan Catatan Sipil
151
46,9
Papan pengumuman di kantor camat/lurah/kepala desa/banjar/dinas/ lingkungan
197
61,5
Sosialisasi langsung dari klian/lingkungan/lurah/kecamatan/petugas
240
Internet
74,7
n=321
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Dari berbagai media tersebut, sosialisasi langsung oleh klian/lingkungan/ lurah/kecamatan/ petugas merupakan media utama responden. Media ini dipilih oleh 240 responden (74,7 persen) dalam memperoleh informasi mengenai layanan pengurusan KTP. Jenis media kedua sumber responden memperoleh informasi layanan pengurusan KTP adalah papan pengumuman di kantor-kantor pemimpin daerah atau pemimpin lokal seperti camat, lurah, kepala desa, kepala banjar, kepala dinas dan lingkungan. Hal ini diutarakan oleh 197 responden (61,5 persen). Media utama yang ketiga adalah televisi, hal ini diungkapkan oleh 182 responden (56,7 persen). Hanya sebagian kecil responden yang merasa pernah mendengar informasi mengenai layanan pengurusan KTP dari stiker, poster atau selebaran. Bahkan tidak satupun responden merasa pernah mendapatkan informasi mengenai layanan KTP ini dari buku saku. Dari segi kelengkapan informasi yang diberikan, sebagian besar responden memilih tiga jenis media sebagai jenis media yang mampu memberikan informasi yang lengkap. Seperti terlihat pada tabel 3.16 dibawah, ketiga jenis media tersebut adalah sosialisasi langsung oleh pemimpin masyarakat (94,8 persen), papan pengumuman di kantor Kependudukan dan Catatan Sipil (94,4 persen), dan terakhir adalah papan pengumuman di kantor-kantor pemerintahan atau pemimpin lokal (91,4 persen). Tabel 2.19 Persepsi Responden Mengenai Media dengan Informasi Terlengkap Jenis Media
42
Frekuensi
%
Koran
157
48,9
Radio
216
67,4
Televisi
234
72,8
Spanduk/baliho
107
33,3
Stiker/poster/selebaran
107
33,3
0
0
Internet
148
46,2
Papan pengumuman di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
303
94,4
Papan pengumuman di kantor camat/lurah/kepala desa/banjar/dinas / lingkungan
293
91,4
Sosialisasi langsung dari klian/lingkungan/lurah /kecamatan/petugas
304
94,8
Buku saku
n=321
Adapun spanduk/baliho dan stiker/poster/selebaran, dianggap sebagai media yang tidak mampu memberikan informasi yang lengkap mengenai layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar. Kedua media tersebut masing-masing dipilih oleh 33,3 persen responden. Hal terakhir yang terungkap dalam survei dan berhubungan dengan sosialisasi layanan pengurusan KTP adalah persepsi dari responden mengenai jenis media yang dianggap paling efektif dalam menyebarkan informasi mengenai layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar. Hal tersebut terangkum dalam tabel 2.19 dibawah. Dari tabel dapat dilihat terdapat tiga jenis media yang dianggap sebagai media penyebaran informasi yang paling efektif oleh responden. Yang pertama adalah sosialisasi langsung dari pemimpin lokal atau pemerintahan dianggap media penyebaran informasi yang paling efektif oleh responden. Hal ini diungkapkan oleh oleh 155 responden (48,3 persen). Media kedua yang dianggap paling efektif dalam penyebaran informasi adalah televisi yang diungkapkan oleh 84
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
responden (26,2 persen). Media ketiga adalah papan pengumuman di kantor pemerintahan dan pemimpin lokal yang dipilih oleh 35 responden (10,9 persen). Tabel 2.20 Persepsi Responden Mengenai Media yang Paling Efektif
Jenis Media
Frek
%
Koran
12
3,7
Radio
5
1,6
Televisi
84
26,2
Spanduk/baliho
4
1,2
Stiker/poster/selebaran
6
1,9
Buku saku Internet
1 5
0,3 1,5
Papan pengumuman di kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Papan pengumuman di kantor camat/lurah/kepala desa/banjar/dinas / lingkungan Sosialisasi langsung dari klian/lingkungan/lurah/kecamatan/petugas
14
4,4
35
10,9
155
48,3
n=321 Pengetahuan Mengenai Program Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi di Kota Denpasar Hal terakhir yang coba digali dari survei adalah tingkat pengetahuan responden mengenai program aksi daerah pemberantasan korupsi melalui pembaruan tata kelola pemerintahan yang baik. Informasi yang terungkap dalam survei mencakup pengetahuan responden terhadap program aksi ini dan sumber informasi yang diterima reponden.
43
Hanya sebagian kecil responden mengetahui ada program aksi daerah yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi melalui tata kelola pemerintahan yang baik. Hanya 49 responden (15,4 persen) yang mengetahui Pemerintah Kota Denpasar mempunyai program tersebut. Mereka mendapatkan informasi tersebut dari sumber informasi seperti dilihat pada tabel 2.20 berikut. Tabel 2.21 Sumber Informasi Program Pemberantasan Korupsi Jenis Media
Frekuensi
%
Koran
151
46,9
Radio
13
4,2
Televisi
131
40,8
Spanduk/baliho
6
2
Papan pengumuman di kantor pemerintahan
6
2
Sosialisasi langsung dari iklan dan petugas pemerintah
13
4,1
n=321 Tabel tersebut memperlihatkan sebagian besar responden mengaku mendapatkan informasi mengenai program aksi daerah yang dilaksanakan Pemerintah Kota Denpasar dari Koran dan Televisi. Masing-masing dipilih oleh 46,9 persen responden dan 40,8 persen responden.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Survei ini berusaha menyajikan potret kepuasan konsumen sebagai salah satu indikator penting akuntabilitas layanan publik Pemerintah Kota Denpasar. Dari survei ini, ada beberapa kesimpulan yang terkait dengan layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar. Pertama, secara umum tidak terlihat korelasi yang signifikan antara karakteristik dan latar belakang repsonden dengan tingkat kepuasan, permasalahan, maupun biaya yang dikeluarkan dalam pengurusan KTP di Kota Denpasar. Artinya, layanan KTP sudah menjangkau dan dapat diakses berbagai kelompok warga Kota Denpasar. Namun demikian, berbagai pungutan yang terjadi pada proses pengurusan KTP oleh berbagai pihak, berpotensi menjadi hambatan bagi warga dari keluarga tidak mampu mendapatkan haknya dalam memperoleh dokumen kependudukan. Apalagi dokumen kependudukan, termasuk KTP, menjadi dasar dan acuan bagi untuk mengakses berbagai program dan akses layanan publik lainnya. Kedua, hampir seluruh responden mengurus KTP sendiri. Secara keseluruhan responden yang mengurus KTP sendiri mencapai 90,3 persen. Hanya sedikit saja responden yang menggunakan penghubung untuk mengurus KTP mereka. Alasan utama responden, mengurus sendiri adalah murah dan waktu pengurusan yang tidak lama. Artinya, hal itu sudah sejalan dengan tujuan dari penyempurnaan mekanisme layanan KTP agar pengurusan KTP menjadi mudah dan murah dan warga berminat datang sendiri untuk mengurus KTP.
44
Ketiga, hanya sebagian kecil dari 321 orang responden (10 persen) yang mengalami masalah, ketika mengurus pembuatan KTP. Masalah yang dihadapi terutama pada saat mengurus surat pengantar dari dusun/lingkungan (10 persen) maupun pada saat mengurus surat pengantar di desa/kelurahan (10,3 persen). Keempat, masalah utama yang dihadapi responden yang menghadapi masalah (sebanyak 32 orang responden) adalah proses yang berbelit-belit pada tahap pengurusan persyaratan KTP di banjar/ lingkungan (55,6 persen) dan waktu pemrosesan yang lama saat pengurusan persyaratan KTP di kelurahan (50 persen). Masalah yang sama, dalam persentase lebih kecil juga terjadi pada tahapan pemotretan dan pengambilan KTP yang sudah jadi. Kelima, meskipun menghadapi masalah, rupanya hanya sebagian kecil responden yang menindaklanjuti dengan pengaduan. Hanya delapan orang responden saja yang pernah melakukan pengaduan masalah yang mereka hadapi pada tahap pengurusan surat pengantar di dusun/ lngkungan dan kelurahan/desa. Beberapa hal yang menyebabkan responden tidak mengadukan bisa saja disebabkan jenis masalah dan media pengaduan yang disediakan. Permasalahan yang dihadapi, seringkali disebabkan aspek yang tidak berkaitan dengan kewenangan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Mungkin warga tidak merasa ada manfaatnya, jika diadukan kepada pihak Disdukcapil. Selain itu, media yang disediakan terkesan tidak dapat langsung membantu penyelesaian masalah. Padahal Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil merasa sudah menyediakan kotak saran sendiri, maupun media komunikasi lain (internet dan SMS) yang dikelola bersama dengan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) lain. Keenam, seluruh responden merasa puas dengan layanan petugas yang menerima pengaduan mereka. Baik tanggapan petugas, waktu penganangan keluhan, waktu penyelesaian masalah, maupun efektivitas pertolongan petugas. Penilaian kepuasan tertinggi untuk layanan petugas yang menerima pengaduan diberikan responden untuk pengaduan pada tahap pengurusan persyaratan KTP di banjar/ lingkungan. Namun perlu dicermati pula, ada responden yang
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
memberikan uang tambahan dalam menyelesaikan masalah dalam pembuatan KTP. Terutama saat menyelesaikan masalah pada tahap pengurusan persyaratan KTP di banjar/ lingkungan dan kelurahan. Sebanyak 10,5 persen responden yang memiliki masalah, mengaku memberikan uang tambahan pertama kepada petugas untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi di banjar/lingkungan. Ada 15 persen responden yang memberikan uang tambahan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi ketika mengurus persyaratan KTP di kelurahan. Ketujuh, seluruh responden yang memberikan uang tambahan mengakui bahwa uang tambahan tersebut diminta oleh petugas, dengan besaran antara Rp 5.000 sampai dengan Rp 7.000. Kedelapan, biasanya warga yang akan mengurus persyaratan KTP di kelian banjar/kepala lingkungan diminta memberikan iuran untuk kas banjar. Responden tidak dapat menjelaskan dengan pasti standar dan jumlah iuran terkait dengan pengurusan KTP. Besaran biaya yang dikeluarkan responden paling besar adalah Rp 20.000. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada setiap tahapan proses pengurusan KTP selalu ada pungutan biaya tidak resmi yang jumlahnya berkisar Rp 1.000 sampai dengan Rp 20.000. Kesembilan, hampir seluruh responden mengaku puas dengan layanan pengurusan KTP. Baik pengurusan persyaratan di banjar/lingkungan hingga pengurusan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar. Lebih dari 90 persen repsonden mengatakan puas terhadap layanan di seluruh tahapan proses pengurusan KTP. Kesepuluh, tingkat kepuasan paling tinggi dirasakan responden pada tahapan proses pengambilan KTP yang sudah jadi (98,9 persen). Sedangkan tingkat kepuasan paling rendah dirasakan responden pada tahapan proses mengurus persyaratan pengurusan KTP di banjar/ lingkungan (90,2 persen). Salah satu kemungkinan yang memengaruhi kondisi tesebut adalah tidak adanya standar dan sulintya melakukan monitoring proses pengurusan persyaratan KTP di banjar/ lingkungan maupun di kelurahan.
45
Kesebelas, alasan utama kepuasan responden tersebut terkait dengan waktu layanan yang cepat, sekaligus tidak adanya biaya tambahan. Sedangkan biaya murah yang selama ini menjadi salah satu ‘kekuatan’ layanan pengurusan KTP di Kota Denpasar ternyata bukan alasan utama kepuasan responden terhadap layanan KTP di Kota Denpasar. Hal ini sesuai dengan perbaikan layanan kependudukan yang dilakukan Pemerintah Kota Denpasar yang mampu memangkas waktu layanan pengurusan KTP menjadi sangat singkat. Keduabelas, responden yang menyatakan tidak puas terhadap pengurusan persyaratan di banjar/ lingkungan dan kelurahan mencapai 18 orang. Alasan ketidakpuasaan mereka dilatarbelakangi alasan layanan petugas yang kurang baik dalam pengurusan persyaratan KTP di banjar/ lingkungan dan kelurahan/desa. Alasan lain yang disebutkan adalah biaya yang dianggap mahal saat mengurus persyaratan KTP di banjar/lingkungan dan kelurahan. Meskipun Pemerintah Kota Denpasar menganggap biaya pengurusan KTP sudah diupayakan murah dan terjangkau, namun beberapa pungutan di tahapan proses pengurusan KTP dapat menjadi hambatan bagi warga dari kelompok keluarga miskin mendapatkan hak mereka memperoleh dokumen kependudukan. Ketigabelas, hal yang perlu diperhatikan adalah tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak puas dengan layanan yang diberikan di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar. Keempatbelas, hanya sebagian kecil responden yang pernah menerima informasi yang berhubungan dengan pembuatan KTP di Kota Denpasar. Informasi mengenai biaya pengurusan KTP merupakan informasi yang paling tersebar luas diantara para responden (36,7 persen). Sedangkan informasi mengenai cara pengaduan masalah dalam pengurusan KTP merupakan informasi yang paling sedikit diterima oleh responden (8,7 persen).
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
Kelimabelas, pihak yang paling aktif menjadi sumber informasi adalah kelian adat/dinas/kepala lingkungan berikut stafnya. Petugas dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil bukanlah sebagai sumber informasi. Tidak satu pun responden merasa pernah mendapatkan informasi mengenai lokasi pengurusan KTP dari petugas. Keenambelas, informasi yang paling dianggap penting oleh responden adalah informasi mengenai prosedur dan syarat pengurusan KTP. Sedangkan informasi yang dianggap paling tidak penting oleh responden, yaitu informasi mengenai cara pengaduan masalah dalam pembuatan KTP. Ketujuhbelas, hanya sebagian kecil responden (15,4) yang mengetahui RAD-PK Pemerintah Kota Denpasar. Sebagian besar responden mengakui mendapatkan informasi mengenai RAD-PK Pemerintah Kota Denpasar dari Koran dan Televisi.
46
Rekomendasi Dari beberapa temuan survei kepuasan konsumen terhadap layanan KTP di Kota Denpasar, ada beberapa isu yang perlu didiskusikan lebih lanjut guna perbaikan layanan pengurusan kependudukan di Kota Denpasar: 1. Menyebarkan layanan KTP. Layanan KTP dapat didekatkan setidaknya sampai tingkat kecamatan, seperti yang sudah dilaksanakan di Kecamatan Denpasar Barat. Perlu didukung rencana Pemkot Denpasar membuka kantor layanan di Kecamatan Denpasar Barat pada bulan Oktober 2008, selanjutnya di Denpasar Selatan pada tahun 2009. Penyederhaan proses pengurusan KTP adalah penyederhanaan administrasi dan teknis. Misalnya dengan memperbanyak jumah loket layanan (termasuk penyelenggaraan layanan di luar kantor Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan), mempercepat prosedur pesetujuan dan klarifikasi. 2. Menyusun standar layanan dan biaya pengurusan dokumen di dusun/lingkungan dan desa/kelurahan yang terkait dengan pembuatan KTP. Pemerintah belum dapat mengendalikan dan memperbaiki rangkaian proses pengurusan KTP yang dimulai dari tingkat lingkungan/banjar dinas/banjar adat maupun Desa Pakraman. Pemerintah Kota Denpasar perlu menyusun standar layanan pengurusan persyaratan KTP di banjar hingga kelurahan, lebih khusus lagi menyangkut beaya-beaya yang dapat dipungut di masing-masing tahapan. Berkoordinasi dengan Majelis Madya Desa Pakraman di Kota serta Majelis Alit Desa Pakraman di tingkat Kecamatan, Pemerintah Kota dapat memfasilitasi pertemuan antara Kelihan Banjar Adat dan Kelihan Desa Pakraman seKota Denpasar bertemu untuk membahas serta menetapkan standar layanan dan biaya yang dapat dibebankan ke warga masyarakat yang mengurus dokumendokumen terkait pengurusan KTP. Sekalipun bukan merupakan wewenangnya, Pemerintah Kota Denpasar tentu tidak bisa melepaskan begitu saja bilamana warga Kota Denpasar dibebani pungutan dengan jumlah yang bervariasi antara Rp 100.000 sampai Rp 450.000, seperti dikeluhkan oleh masyarakat dan muncul pula dalam FGD (focus group discussion) dengan masyarakat pengguna layanan, sekalipun menurut survei, jumlahnya sangat kecil. 3. Mengoptimalkan layanan perpanjangan KTP melalui SMS dan internet. Namun hal itu masih perlu diiringi kontrol pemerintahan di tingkat desa. Tanpa kontrol dari pemerintahan di lokasi pemukiman, justru kemudahan ini dapat dimanfaatkan oleh orang yang sudah tidak berhak memegang KTP Kota Denpasar untuk tetap memiliki KTP Kota Denpasar. 4. Sosialisasi mengurus KTP. Sosialisasi mengenai KTP, terutama saluran pengaduan yang disediakan, masih perlu dilakukan. Sosialisasi dilakukan dengan melibatkan pihak banjar/lingkungan dan kelurahan. Mereka adalah pihak yang efektif untuk menjadi sumber informasi 5. Membenahi pengelolaan pengaduan pengurusan KTP. Sampai saat ini belum ada standar mekanisme penyelesaian atas pengaduan warga. Warga lebih banyak mengandalkan kedekatan dengan petugas di kantor Dinas Kependudukan dan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
5.
6.
7.
8.
Catatan Sipil atau instansi terkait lainnya. Mekanisme pengaduan melalui kotak saran dan internet rupanya belum efektif untuk mendorong warga mengadukan masalah layanan publik, khususnya berkaitan dengan layanan dokumen kependudukan. Salah satu pembenahan dalam pengelolaan pengaduan adalah mengembangkan fungsi salah satu loket untuk menampung dan mengelola pengaduan warga, meningkatkan kapasitas petugas dalam mengelola pengaduan warga, dan menyampaikan secara terbuka tanggapan dan penyelesaian pengaduan sebagai upaya meningkatkan kepercayaan warga. Selain gagasan yang berdasarkan pada temuan langsung survei tersebut, hasil temuan survei juga mendorong beberapa gagasan yang muncul dalam dialog bersama pihak pemerintah maupun Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar. Gagasan tersebut berkaitan dengan penyempurnaan sistem kependudukan, penyelarasan peraturan perundangan yang terkait pengurusan KTP, maupun gagasan untuk melaksanakan monitoring yang partisipatif secara berkala. Penerapan sistem Kependudukan Berbasis SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan) secara menyeluruh di Provinsi Bali. Untuk Kota Denpasar, administrasi kependudukannya telah menerapkan SIAK. Kini bahkan sedang dirancang satu pilot project untuk empat buah desa di Denpasar, dengan cara memberikan pelatihan mengenai sistem berbasis SIAK ini terhadap petugas di desa/kelurahan. Bila seluruh daerah di Bali bisa menggunakan administrasi kependudukan berbasis SIAK ini, pemerintah dapat mencegah pembuatan KTP ganda, yang sering disalahgunakan untuk kepentingan tertentu. Sebab, dengan SIAK ini, data administratif kependudukan terintegrasi secara online di seluruh Bali, sehingga apabila ada orang yang sudah punya KTP mencoba membuat KTP lagi, identitasnya dapat dideteksi serta ‘ditolak’ oleh sistem yang menggunakan teknologi komputer tersebut. Menyelaraskan peraturan perundangan yang saling berbenturan, khususnya terkait pengurusan KTP. Satu masalah yang kadang-kadang muncul adalah adanya persyaratan dalam pembuatan sertifikat tanah yang mengharuskan orang yang bersangkutan memiliki KTP, sesuai dengan peraturan di BPN (Surat Keputusan BPN No. 23/1997). Hal ini mengharuskan orang yang membeli tanah di beberapa lokasi yang berbeda harus memiliki KTP di beberapa lokasi yang berbeda, yang mengharuskan mereka berganti-ganti KTP setiap kali membeli tanah di tempat yang berbeda. Sekalipun terlihat sederhana, peraturan ini terkesan cukup memberatkan, karena pembuatan KTP baru harus memenuhi sejumlah persyaratan, mulai dari memasukkan nama yang bersangkutan di Kartu Keluarga (KK) serta rangkaian proses selanjutnya sampai ke Catatan Sipil. Masalah ini perlu dicarikan solusi, dengan menyelaraskan peraturan perundangan, agar tidak sampai terjadi situasi yang ‘memaksa’ masyarakat membuat KTP ganda yang merupakan pelanggaran. Melakukan CRC secara berkala untuk layanan lain di lingkungan Pemerintah Kota Denpasar. Survei dengan pendekatan CRC ini perlu dilakukan, guna mengetahui persepsi masyarakat terhadap jenis layanan yang diberikan oleh berbagai instansi dalam wewenang Pemkot Denpasar, serta guna mencari masukan untuk melakukan pembenahan yang sejalan dengan visi clean government dan good governance. Selain itu, CRC merupakan media untuk membuka dialog dan meningkatkan peran dan partisipasi warga dalam pengambilan kebijakan publik.
47
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 2 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA DENPASAR
DAFTAR PUSTAKA Alexander Abe, Perencanaan Daerah Partisipatif, Pondok Edukasi, Solo, 2002. Danang Widoyoko, Luki Djani, dkk., Saatnya Warga Melawan Korupsi: Citizen Report Card Untuk Pendidikan, Indonesian Corruption Watch (ICW), Jakarta, 2006. Roem Topatimasang, Merubah Kebijakan Publik, Read Book, Yogyakarta, 2001. Suhirman dan Endah Apriani, Bila Warga Menilai: Potret Kepuasan Konsumen Layanan Publik Kota Bandung, Bandung Institute for Governancance Studies (BIGS), Bandung, 2002. Suhirman, Kerangka Hukum Perencanaan dan Penganggaran Daerah di Indonesia. Peluang dan Tantangan untuk Partisipasi Publik, Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM), Bandung, 2005. W Gulo, Metodologi Penelitian, Grasindo, Jakarta, 2002. Faisal Djabbar, Korupsi dan Layanan Publik (artikel), www.indonesia.go.id Samuel Paul, Making Voice Work:The Report Card on Bangalore’s Public Services, Public Affair Centre Banglore, Supported by the Bank. Improving Local Governance and Service Delivery: Citizen Report Card Learning Tool Kit, Asian Development Bank and Asian Development Bank Institute, 2005. Peningkatan Kualitas Layanan Publik Melalui partisipasi Masyarakat Dalam Rangka Mewujudkn Kepemerintahan yang baik. Pengalaman Praktis di Kabupaten Solok, Kabupaten Bima, dan Kota Bima. Kerjasama Kementerian Pendayagunaan Aparatur Begara Republik Indonesia dan Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ).
48
The Third Citizen report Card On Public Services in Banglore, Public Affairs Centre. Bangalore. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003. Peraturan Daerah Kota Denpasar No 14 Tahun 2002 tentang Perubahan Kedua Peraturan Daerah Kota Denpasar No 6 Tahun 1996 Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk Dalam Kerangka Sistem Informasi Manajemen Kependudukan (SIMDUK). Surat Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45/2A/HK/2007 tentang Program Aksi Daerah Dalam Rangka Pembaharuan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Pemerintah Kota Denpasar. MOU Pemkot Denpasar dengan Kementrian Negara Pendayagunaan Aparatur Pemerintah dan KPK tertanggal 14 Agustus 2006 Nomor: 188.45/ 03/ HK /2006 dan Nomor 107/ D.IV/08/2006 mengenai pembaharuan tata kelola pemerintahan yang baik. MOU Pemkot Denpasar dengan Kementrian Negara Bappenas Nomor: NKB.001/M. PPN/01/2008//188.45/1/HK/2008 tentang Kerjasama Implementasi Sistem Aplikasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Nasional Dalam Proses Pengadaan Barang/ Jasa Daerah Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar, 31 Desember 2007 Dampak korupsi di Layanan Publik Cukup Tinggi, Harian Suara Karya, Kamis 14 Agustus 2008. Berita Instansi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar, 14 September 2006 Berita Instansi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar, 19 Mei 2008.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
49
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
RANGKUMAN Sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, telah disusun suatu Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RANPK) 2004 – 2009. Beberapa daerah sudah melakukan implementasi dalam bentuk Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD PK) berupa langkah-langkah kongkrit yang akan pemerintah daerah untuk mempercepat perbaikan/penyempurnaan kebijakan dan/atau kelembagaan untuk mewujudkan layanan publik yang bersih dan bebas dari korupsi. Pemerintah Kabupaten Jembrana telah memiliki Peraturan Bupati Jembrana Nomor 14 Tahun 200 tentang Rencana Aksi Daerah pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kabupaten Jembrana 20072010 yang difokuskan pada bidang pertanahan dan bidang perijinan. Bahkan lebih jauh lagi, Tim Koormonev Kabupaten Jembrana telah menyusun dokumen Rencana Tindak Lanjut Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kabupaten Jembrana 2007-2010. Untuk rencana aksi di Bidang Pertanahan, Pemerintah Kabupaten Jembrana ingin membuat kesepakatan dengan Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk perluasan akses informasi layanan dokumen pertanahan dan memperbaiki mekanisme dokumen pertanahan. Upaya ini memang perlu dilakukan. Kantor BPN Jembrana yang melayani pengurusan sertifikat tanah merupakan instansi vertikal yang mempunyai keterkaitan struktural dengan Kantor BPN di tingkat nasional. Survei ini merupakan rangkaian untuk mendukung program aksi daerah di Kabupaten Jembrana dengan memberikan kesempatan pada warga memberikan penilaian terhadap layanan pemerintah, khususnya dalam pengurusan sertifikat di kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana.
50 Survei dilakukan dengan pendekatan citizen report card yang mengombinasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk data memahami persoalan layanan sertifikat tanah di Pemerintah Kabupaten Jembrana1. Untuk itu kegiatan penggalian data dilakukan dua kegiatan, yaitu 1) Focus Group Disscussion (FGD) bersama perwakilan pengguna dan penyelenggara 2)survei terhadap pengguna jasa layanan pengurusan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana sejak tahun 2007 . Kegiatan survei dimulai dengan kegiatan diskusi kelompok terfokus, baik dengan penyelenggara layanan maupun perwakilan pengguna jasa layanan pengurusan dokumen pertanahan. Dalam diskusi kelompok dan wawancara dengan Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana disepakati lima jenis layanan dokumen pertanahan yang akan disurvei. Pilihan tersebut didasarkan pada jumlah pengguna layanan dan sorotan luas terhadap layanan yang diberikan. Selain itu disepakati indikator survei yang mencakup 1) sosialisasi dan akses informasi layanan pengurusan dokumen pertanahan, 2) kesamaan akses layanan dan perlakukan petugas, 3) pungutan biaya tidak resmi pada setiap tahap layanan pengurusan dokumen pertanahan dan 4) Mekanisme pengelolaan dan penyelesaian pengaduan layanan. Survei dilakukan terhadap 326 pengguna jasa pengurusan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana yang dipilih dari 5.991 warga yang mengurus sertifikat sejak Tahun 2007. Responden tersebar di lima kecamatan dan 49 desa/kelurahan. Dari survei diperoleh temuan fakta sebagai berikut: Pertama, hampir seluruh responden (88 persen) mengaku pernah menggunakan penghubung dalam mengurus dokumen pertanahan di kantor 1
Pendekatan ini dipilih karena survei CRC sudah teruji mampu memberikan ruang bagi warga berbicara dalam bentuk penilaian berdasarkan pengalaman warga dalam mengakses layanan publik. Artinya survei CRC menggunakan perpektif warga. Survei CRC juga tidak berhenti hanya memberi masukan kepada penyelenggara layanan publik. Melalui survei CRC, partisipasi warga dalam pengambilan kebijakan publik menjadi semakin luas. Artinya survei CRC menjadi salah satu cara untuk mendorong kekuatan warga untuk menuntut layanan publik yang lebih baik. Tidak mengherankan jika CRC seringkali dikategorikan sebagai penelitian advokasi.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Badan Pusat Pertanahan. Penghubung banyak berperan pada tahapan proses di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana, mulai tahapan proses penyerahan berkas sampai pengurusan sertifikat setelah pengukuran. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dengan pemakaian penghubung adalah pengembangan mekanisme layanan yang tidak mendorong konflik kepentingan dan mengabaikan kesetaraan dalam pemberian layanan. Kedua, alasan responden menggunakan penghubung adalah waktu layanan yang lebih cepat dibandingkan bila mengurus sendiri, meski biaya yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi. Memang terdapat perbedaan waktu pengurusan yang dialami responden yang mengurus sendiri dibandingkan responden yang menggunakan jasa penghubung. Alasan ini, terkait pula dengan jumlah responden yang menggunakan jasa penghubung ketika memasuki tahapan proses di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana, memberi gambaran mengenai persepsi warga yang melihat proses pengurusan sertifikat tanah masih memakan waktu lama dan dapat dipersingkat oleh kelompok tertentu. Ketiga, responden yang menghadapi masalah hanya sebesar 6 persen dari responden yang mengurus sendiri proses mengurusan sertifikat tanah. Sebagian besar responden yang menghadapi masalah tersebut mengaku mempunyai masalah pada saat mengurus dokumen di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana, terutama pada saat pengambilan sertifikat yang sudah jadi. Keempat, masalah yang dihadapi sebagian besar responden adalah petugas yang tidak profesional dan tidak ramah. Pungutan tidak resmi muncul, sebagai masalah pada tahapan proses pengukuran tanah dan pengurusan sertifikat setelah pengukuran. Kelima, hanya ada delapan responden yang pernah mengadukan masalah mereka. Mereka merasa puas terhadap tanggapan dan penyelesaian pengaduan tersebut. Meskipun seluruh responden mengaku, memberikan uang tambahan secara sukarela yang besarnya berkisar antara Rp 10.000 sampai Rp 150.000.
51
Keenam, minimnya pengaduan terkait juga dengan jenis informasi yang diterima responden. Dibandingkan informasi lain mengenai pengurusan sertifikat tanah, hanya sedikit responden yang pernah mendapatkan informasi mengenai mekanisme pengaduan. Ketujuh, sebesar 40 persen responden yang mengurus sendiri sertifikat tanah mengaku diminta pungutan tidak resmi yang sebagian besar jumlahnya berkisar antara Rp 100.000-Rp 150.000. Pungutan tidak resmi ini terjadi pada seluruh tahapan proses pengurusan sertifikat tanah. Baik proses yang dikelola komunitas dan pemerintah desa, maupun pada tahapan proses yang dikelola Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana secara langsung. Kedelapan, persentase responden paling besar mengaku diminta pungutan tidak resmi pada saat pengurusan lanjutan dari perbekel/lurah (44,6 persen). Persentase responden paling kecil (0,6 persen) mengaku diminta uang pungutan tidak resmi adalah saat penyerahan berkas permohonan. Kesembilan, lebih dari 83 persen responden yang mengurus sendiri pemberian permohonan sertifikat tanah merasa puas terhadap sikap petugas dan dan fasilitas yang tersedia di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Mayoritas responden mengaku puas pada fasilitas dan layanan di ruang tunggu (93,4 persen). Sebaliknya paling sedikit responden yang menyatakan puas pada ketersediaan informasi di kantor (83,3 persen). Kesepuluh, sebanyak 81,6 persen responden yang mengurus sendiri pemberian berkas permohonan sertifikat merasa puas terhadap kualitas layanan pengurusan dokumen di kantor tersebut. Sebagian besar responden menyebutkan prosedur pengurusan tidak berbelit-belit sebagai alasan kepuasan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
mereka(43,3 persen). Sebagian kecil responden menyebutkan biaya pengurusan yang terjangkau sebagai alasan kepuasan mereka(3,3 persen). Ini memberikan gambaran persepsi warga bahwa pengurusan sertifikat tanah masih mahal harganya. Kesebelas, persentase responden yang merasa puas dengan layanan pada seluruh tahapan proses pengurusan sertifikat tanah mencapai 90 persen dari responden yang mengurus sendiri pada setiap tahapan proses pengurusan sertifikat tanah. Bahkan untuk jasa layanan pengurusan lanjutan dari perbekel atau lurah dan pengurusan lanjutan silsilah di Kantor Kecamatan, seluruh responden menyatakan puas. Prosentase responden paling kecil menyatakan puas pada tahapan proses pengurusan sertifikat setelah pengukuran (90,9 persen). Keduabelas, hanya sebagian kecil responden yang pernah menerima informasi yang berhubungan dengan pembuatan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana. Sebagian besar responden yang menerima informasi tersebut menyebutkan informasi mengenai prosedur dan syarat-syarat pengurusan sertifikat tanah sebagai informasi yang pernah mereka terima. Sebagian besar informasi tersebut diterima responden dari petugas desa. Hanya sedikit responden yang menganggap intenet (J-Net) dan baliho/spanduk sebagai media yang menyampaikan informasi lengkap dan efektif. Ketigabelas, hanya sebagian kecil masyarakat yang mendapat informasi mengenai RAD-PK. Sebagian besar responden mengakui mendapatkan informasi mengenai RAD-PK melalui sosialisasi langsung aparat adat dan pemerintah, televisi dan pertemuan masyarakat di banjar/lingkungan.
52
Dari beberapa temuan survei kepuasan konsumen terhadap layanan pengurusan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana, ada beberapa isu yang perlu didiskusikan lebih lanjut untuk perbaikan layanan pengurusan sertifikat tanah berupa: Melakukan kajian penyempurnaan layanan. Alasan ketidakpuasan layanan di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana adalah proses pengurusan yang lama, prosedur berbelit, dan pungutan tidak resmi. Untuk mengatasi hal ini, perlu dikaji kemungkinan memanfaatkan salah satu potensi berupa inovasi layanan satu loket yang sudah diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana selama ini. Menghilangkan pungutan tidak resmi. Pungutan tidak resmi ada di setiap tahapan proses pengurusan sertifikat. Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana perlu mengembangkan mekanisme untuk menghilangkan pungutan tidak resmi pada tahapan proses pengurusan sertifikat tanah yang dikelola langsung oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Terutama pada tahap pengkuran dan pengurusan sertifikat setelah pengukuran. Selain itu, bersama Pemerintah Kabupaten Jembrana memfasilitasi pertemuan antar-desa pakraman melalui majelis desa pakraman untuk menyepakati standar layanan dan pungutan desa yang bersamaan dengan layanan pengurusan dokumen pemerintah. Mengurangi pemakaian penghubung. Tahapan proses yang dianggap ‘kritis’ sehingga membutuhkan penghubung adalah tahapan proses mulai dari pemberian berkas permohonan sampai pengurusan lanjutan setelah pengukuran. Untuk meningkatkan akses warga tanpa perlu tergantung pada penghubung dapat digagas dua strategi. Strategi pertama, melakukan sosialisasi mengenai penyempurnaan layanan pengurusan sertifikat tanah yang selama ini telah dikembangkan. Strategi kedua, Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana mengontrol dan menjamin pemenuhan standar kerja, waktu, dan biaya seluruh tahapan proses di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Terutama pada tahapan yang dianggap ‘kritis’. Tidak ada ‘keistimewaan’ layanan kepada penghubung. Sosialisasi mengenai layanan dan pengaduan. Masih sedikit masyarakat yang tidak mendapat informasi mengenai pengurusan dokumen pertanahan (di bawah 26 persen). Informasi diberikan dengan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
mempertimbangkan media yang efektif dan melibatkan sumber informasi di komunitas. Membenahi mekanisme pengaduan. Disusun standar mekanisme penyampaian dan penyelesaian pengaduan warga. Termasuk memperbaiki profesionalisme pegawai penerima pengaduan. Hal yang penting adalah meningkatkan kepercayaan warga dengan mengembangkan mekanisme pengaduan yang nyaman, transparan, dan cepat memberikan tanggapan terhadap pengaduan yang disampaikan warga. Termasuk mengumumkan mengenai tindak-lanjut pengaduan secara berkala untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap keseriusan tanggapan pemerintah pada pengaduan mereka.
53
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
PENGANTAR Latar Belakang Sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, telah disusun suatu Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RANPK) 2004-2009. Beberapa daerah sudah melakukan implementasi dalam bentuk Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD PK) berupa langkah-langkah kongkrit yang akan pemerintah daerah lakukan untuk mempercepat perbaikan/penyempurnaan kebijakan dan/atau kelembagaan untuk mewujudkan layanan publik yang bersih dan bebas dari korupsi. Pemerintah Kabupaten Jembrana telah memiliki Peraturan Bupati Jembrana Nomor 14 Tahun 200 tentang Rencana Aksi Daerah pemberantasan Korupsi (RAD-PK) oleh menindaklanjuti rencana aksi tersebut dengan menyusun dokumen Rencana Tindak Lanjut Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kabupaten Jembrana 2007-2010. Kegiatan rencana aksi daerah tersebut difokuskan pada bidang pertanahan dan bidang perijinan usaha di bidang insvestasi dan penanaman modal. Selanjutnya monitoring dan pelaksanaan rencana aksi dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Percepatan Pemberantasan Korupsi di Lingkungan Kabupaten Jembrana.
54
Dalam bidang perijinan, Pemerintah Kabupaten Jembrana merencanakan aksi untuk meningkatkan koordinasi penyempurnaan sistem layanan perijinan satu loket yang telah berjalan dan melayani 62 jenis item. Aksi yang dilakukan adalah: 1. Perbaikan mekanisme perijinan usaha di bidang investasi dan penanaman modal 2. Perbaikan mekanisme penerbitan dokumen di bidang kependudukan dan tenaga kerja Sedangkan dalam Bidang Pertanahan, Pemerintah Kabupaten Jembrana merencanakan aksi berupa: 1. Membangun MoU antara Pemerintah Kabupaten Jembrana dengan Kantor Badan Pertanahan serta komponen masyarakat yang berkepentingan dalam hal perluasan akses informasi layanan dokumen pertanahan 2. Memperbaiki mekanisme dokumen pertanahan. Berbeda dengan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang langsung berada dalam koordinasi pemerintah daerah, posisi dan peran kantor pertanahan Kabupaten Jembrana agak berbeda. Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana merupakan instansi vertikal yang secara struktural terkait dengan Kantor Badan Pertanahan Nasional. Dalam posisi seperti ini, tentu saja Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana tidak dapat melakukan inovasi secepat yang dilakukan instansi pemerintah daerah. Sekalipun Bupati Jembrana membuka diri dan mempersilakan Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana memanfaatkan sistem yang telah ada tersebut untuk memperbaiki layanan terhadap masyarakat yang mengurus dokumen pertanahan. Melalui penandatanganan MoU (memorandum of understanding) atau Nota Kesepahaman antara Bappenas dengan Pemerntah Kabupaten Jembrana pada 29 April tahun 2008 yang lalu2, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jembrana didorong serta berkomitmen melakukan RAD-PK terkait wewenang serta tugasnya guna menyediakan layanan pengurusan sertifikat yang memiliki standar layanan tertentu. Tentunya peyempurnaan ini akan mendorong layanan menjadi lebih efisien, lebih cepat, biaya yang transparan dan masuk akal. Tidak ada penyalahgunaan jabatan dan wewenang. 2
Penandatanganan kesepahaman tersebut bersamaan dengan pelaksanaan survei Citizen Report Card (CRC) yang merupakan kerjasama antara Bappenas, Kemitraan dan Bali Corruption Watch.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Tujuan Survei Tujuan utama survei ini adalah mengetahui persepsi masyarakat terhadap layanan pemerintah, khususnya dalam pengurusan sertifikat di kantor BPN Jembrana. Survei ini merupakan upaya untuk melibatkan warga dalam mengontrol serta mendorong perbaikan terhadap kinerja dan komitmen pemerintah kabupaten Jembrana. Terlebih lagi setelah MoU (memorandum of understanding) antara Bappenas dengan Pemerintah Kabupaten Jembrana untuk melakukan percepatan pencegahan dan pemberantasan korupsi. Adapun tujuan khususnya, (1) ingin mengetahui penilaian kepuasan warga terhadap layanan pengurusan sertifikat di kantor BPN Jembrana, (2) mengetahui penilaian warga terhadap kinerja aparat dalam memberikan layanan pengurusan sertifikat di Kantor pertanahan Kabupaten Jembrana, (3) mengetahui fenomena pungutan di luar biaya resmi dalam layanan pengurusan sertifikat di kantor pertanahan Kabupaten Jembrana, serta (4) secara aktif melibatkan partisipasi masyarakat mengontrol serta mendorong pemerintah daerah melakukan layanan publik yang lebih baik dan mencerminkan clean governance and good governance. Kerangka Pemikiran Sesuai visi para pendiri bangsa yang telah mendirikan negara kita, setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh layanan dari penyelenggara negara, tanpa membeda-bedakan kelas, etnis, agama, profesi, maupun afiliasi politiknya. Namun dalam prakteknya, seringkali masyarakat merasakan bahwa layanan aparat penyelenggara negara tidak sejalan dengan harapan tersebut. Apalagi karena penyelenggara negara masih diwarnai oleh penyimpangan yang menyebabkan layanan tidak efisien, mahal, cenderung korup, dan mengabaikan hak-hak warga dalam layanan publik. Padahal sejak lama berkembang wacana mengenai hak warga dalam layanan publik yang meliputi3: 1. Mendapatkan layanan yang berkualitas sesuai asas dan tujuan layanan 2. Mengetahui sistem, mekanisme, dan prosedur layanan 3. Mendapatkan tanggapan atas keluhan yang diajukan 4. Mendapatkan advokasi, perlindungan dan pemenuhan layananan
55
Untuk mengatasi masalah ini diperlukan partisipasi masyarakat, untuk melakukan dorongan serta tekanan kepada penguasa, agar mereka melakukan langkah-langkah menuju clean government and good governance. Salah satu karakteristik pemerintah yang baik tersebut adalah akuntabilitas. Akuntabilitas ini bertujuan memberikan jaminan agar prosedur dan keluaran dari kebijakan pemerintah memenuhi kebutuhan dan standar yang disepakati. Pertanggung-jawaban tidak saja diajukan kepada ‘atasan’ atau pihak yang mempunyai otoritas politik. Pertanggung-jawaban diberikan kepada warga. Kebijakan dan layanan publik haruslah sesuai kebutuhan dan kepuasan warga4. Apalagi selama ini posisi dan partisipasi masyarakat dalam layanan publik masih lemah. Masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam menentukan standar layanan umum dan tidak pernah ada kejelasan prosedur penyampaian pengaduan. Begitu juga informasi terhadap akses layanan publik yang masih minim diakses warga5. 3
Wacana ini sudah mengemuka antara lain sejak pembahasan RUU Layanan Publik pada tahun 2005, seperti yang dicatat Pusat Informasi dan Komunikasi Departemen Hukum dan Hak Asasi manusian RI. 4
Dasar pemikiran ini antara lain menjadi latar belakang survei penilaian kepuasan warga yang dilakukan beberapa lembaga di Indonesia seperti Indonesian Curruptin Watch (ICW) dan Bandung Institute of Governance Studies (BIGS). Lihat Bila Warga Menilai: Potret kepuasan Konsumen Layanan Publik Kota Bandung 2002. Suhirman dan Endah Apriani. BIGS. 2003 dan Saatnya Warga Melawan Korupsi: Citizen Report Card Untuk Pendidikan. Danang Widoyoko, dkk. Indonesian Corruption Watch, 1996. 5 Kondisi seperti itu antara lain disampaikan oleh Ajeng Kesuma Achmad dari Masyarakat Peduli Layanan Publik ketika memberikan pendapat dalam diskusi tentang Rancangan Undang-undang (RUU) Layanan Publik. Ditambahkan oleh Andrinov Chaniago (Universitas Indonesia) yang menilai perlu ada landasan hukum yang menjadi alat dalam memaksa lembaga dan aparat publik memberikan layanan yang baik (lihat Tempo 25 April 2007).
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Di sisi lain, dalam perkembangan demokrasi hingga saat ini mendorong agar akses dan ruang untuk partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan penilaian kinerja layanan publik semakin terbuka. Ketimpangan dalam kesempatan pada akhirnya akan membuat ketimpangan akses warga terhadap layanan publik. Kebijakan dan layanan publik hanya dapat dinikmati oleh kelompok yang mempunyai kemampuan dan kesempatan lebih dibandingkan kelompok warga lainnya6. Metode Survei Agar masyarakat memiliki ruang serta instrumen untuk melakukan partisipasi yang aktif dalam mengontrol kebijakan pemerintah, survei dengan pendekatan citizen report card (CRC) merupakan metode yang secara empirik telah terbukti cukup efektif mendorong pembenahan di tubuh pemerintah. CRC bukanlah alat penelitian ilmiah semata. Bukan pula berhenti hanya memberi masukan kepada penyelenggara layanan publik. Melalui survei CRC, partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik menjadi semakin luas. Baik pada tahap perumusan, penerapan, maupun evaluasi kebijakan pemerintah. Survei CRC menjadi salah satu cara untuk mendorong kekuatan warga untuk menuntut layanan publik yang lebih baik. Tidak mengherankan jika CRC seringkali dikategorikan sebagai penelitian advokasi. Hasil dari CRC menjadi alat yang menampung keluhan warga secara signifikan dan dapat dipertanggung-jawabkan. Warga akhirnya mempunyai alat mengorganisasi diri dan melakukan tuntutan secara kolektif.
56
Survei CRC merupakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif sebagai upaya memperkaya data memahami persoalan layanan sertifikat tanah di Pemerintah Kabupaten Jembrana. Pendekatan kuantitatif bertujuan mendapatkan data mengenai penilaian berbagai aspek layanan sertifikat tanah berdasarkan prosentase jumlah pengguna jasa. Sedangkan pendekatan kualitatif bertujuan mengumpulkan keterangan lebih luas mengenai beberapa aspek layanan sertifikat tanah. Pendekatan kualitatif dalam CRC ini akan membantu gambaran yang lebih detail mengenai persoalan dalam layanan sertifikat tanah. Menentukan Jenis Layanan dan Indikator Survei Penentuan jenis layanan yang akan disurvei, didasarkan pada kepentingan implementasi dan monitoring pelaksanaan RAD-PK Kabupaten Jembrana. Berkaitan dengan hal ini, isu pertanahan menjadi salah satu fokus dari RAD-PK Kabupaten Jembrana pada tahun 2007-2010. Sebelum melaksanakan diskusi kelompok terfokus (FGD), peneliti membahas Peraturan Bupati Jembrana Nomor 14 Tahun 2007 Tentang Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi Kabupaten Jembrana 2007-2010. Dalam RAD-PK tersebut, rencana aksi di bidang pertanahan diharapkan mencapai indikator keluaran dan hasil sebagai berikut: Tabel 3.1 Indikator Keluaran dan Hasil RAD PK Bidang Pertanahan Indikator keluaran
Indikator hasil
1
1.
2
Terbangunnya MoU, perluasan akses informasi layanan dokumen pertanahan Mekanisme penerbitan dokumen pertanahan yang cepat, non-diskriminatif, tranparan, dan akuntabel serta dengan harga yang terjangkau dalam bentuk peraturan bidang pertanahan 6
2.
Adanya MoU perluasan akses informasi layanan dokumen layanan Masyarakat pencari dokumen pertanahan lebih mudah dalam mengurus dokumen tanpa dibebani biaya ekstra/pungutan liar
Di sisi lain gagasan demokrasi yang partisipatif berfokus pada prinsip dan dan bertujuan untuk memberdayakan warga dan memperkuat kapasitas kelompok warga (Lihat Saatnya Warga Melawan Korupsi: Citizen Report Card Untuk Pendidikan. Danang Widoyoko, dkk. Indonesian Corruption Watch, 1996).
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Pertimbangan lain menjadikan layanan pengurusan dokumen pertanahan sebagai layanan publik yang disurvei, berkaitan dengan survei penilaian kepuasan warga yang dilakukan sebelumnya. Setiap tahun Pemerintah Kabupaten Jembrana bekerjasama dengan Universitas Airlangga melakukan survei kepuasan warga terhadap layanan publik. Sampai saat ini layanan pengurusan dokumen pertanahan belum pernah disurvei. Di sisi lain, layanan perijinan sudah menerapkan perijinan satu loket. Sehingga tidak ada kontak antara pengguna dan penyelenggara layanan publik. Sementara di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana masih cukup panjang. Pihak pemberi dan pengguna layanan masih ada kontak sehingga membuka peluang ‘negosiasi’. Dari berbagai jenis layanan Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana, survei akan memfokuskan pada jenis layanan yang banyak diakses warga. Berdasarkan data dari Badan Pertanahan Nasional, layanan yang dominan diakses warga di kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Jembrana adalah pengurusan sertifikat tanah yang mencakup: Pengukuran Peralihan hak Hak tanggungan/roya. Pendaftaran tanah pertama kali. Aspek penatagunaan tanah Penggantian sertifikat. Penggabungan sertifikat. Surat Keputusan Pemberian Hak. Selain menentukan jenis layanan yang akan disurvei, pada tahap awal survei ditetapkan indikator penilaian kepuasan secara bersama-sama antara penyelenggara layanan dan warga pengguna layanan. Penyepakatan indikator survei penilaian disepakati melalui diskusi kelompok terfokus yang diselenggarakan secara terpisah. Dalam diskusi tersebut diperoleh beberapa indikator survei layanan pengurusan dokumen pertanahan, yaitu: Sosialisasi dan akses informasi mengenai layanan pengurusan dokumen pertanahan Kesamaan akses layanan dan perlakukan petugas terhadap warga yang mengurus sendiri dan menggunakan penghubung pada setiap tahap layanan pengurusan dokumen pertanahan Penekanan pungutan biaya tidak resmi pada setiap tahap layanan pengurusan dokumen pertanahan Mekanisme pengelolaan dan penyelesaian pengaduan layanan pengurusan dokumen pertanahan
57
Karakter Responden Survei dilakukan di wilayah Kabupaten Jembrana yang mencakup lima kecamatan. Jumlah sampel akan diproporsikan dalam lima kecamatan dan 49 desa/ kelurahan berdasarkan jumlah pengguna layanan pengurusan sertifikat tanah di setiap kecamatan. Survei akan dlaksanakan terhadap pengguna jasa layanan pengurusan sertifikat tanah pada tahun 2007. Pada tahun 2007 tercatat 5.991 pemohon sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana dengan sebaran berdasarkan kecamatan sebagai berikut:
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Tabel 3.2 Jumlah Pengguna Layanan Sertifikat Tanah, 2007 No
Kecamatan
Jumlah Kelurahan
1 Melaya 2 Negara 3 Jembrana7 4 Mendoyo 5 Pekutatan Jumlah
10 11 9 10 9 49
Jumlah pemohon sertifikat tanah Tahun 2007 757 3.808 Pemekaran Jembrana 1.055 371 5.991
Teknik Sampling Pemilihan atau penentuan sample menggunakan rumus acak sederhana untuk populasi kecil yang sudah diketahui, seperti dalam pengguna jasa pengurusan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana ini. Rumus yang dipakai adalah:
n=
58
Z2. (p(1-p)). N Z2. (p(1-p)) + (N-1).E2
Z
:
Mengacu pada nilai z (tingkat kepercayaan). Jika tingkat kepercayaan 90%, maka nilai z: 1,65. Jika tingkat kepercayaan 95%, maka nilai z: 1,96
p (1-p)
:
E
:
N n
: :
Variasi populasi, dinyatakan dalam bentuk proporsi. Karena populasinya heterogen, maka proporsinya 0,5 Kesalahan sample yang dikehendaki (sampling error). Misal sampling error 5% atau 0,5. Jumlah populasi Jumlah minimal sampel/responden.
Pemilihan sample untuk survei di Kabupaten Jembrana dilakukan dengan tingkat kepercayaan 90% (Z=1,645), proprosi=0,5, sampling error =5% dan N=102.667. Maka diperoleh hitungan sebagai berikut:
n=
1,6452. (0,5(1-0,5)). 5.991 1,6452. (0,5(1-0,5)) + (5.991-1).0,052
n=
4052.95 15.65
n=
258.95
≈ 259
Untuk mengantisipasi kemungkinan kesalahan pelaksaan di lapangan, maka dipersiapkan responden sebanyak 350 responden yang diambil dari data warga yang pengajuan sertifikat tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana sejak Tahun 2007. Setelah melalui proses klarifikasi dan pemeriksaan, kuesioner yang dianggap layak untuk diolah lebih lanjut sebanyak 326 responden yang tersebar di lima kecamatan (termasuk Kecamatan Pemekaran Negara dan Jembrana) dengan proporsi sebaran setiap kecamatan sebagai berikut7:
7 Penyeleksian kuesioner dimulai ketika surveyor mengembalikan kuesioner kepada tim inti program. Jika jawaban dalam kuesioner dianggap tidak lengkap atau tidak konsisten dengan alur pertanyaan keseluruhan, akan dikembalikan kepada surveior untuk dilengkapi atau meminta keterangan lebih lanjut dari responden. Kuesioner yang lolos dari pemeriksaan akan mengalami pemeriksaan lagi ketika memasuki proses “data entry”. Kuesioner yang diolah adalah kuesioner dari responden yang mengurus sendiri (mengalami sendiri) tahapan proses pengurusan sertifikat tanah.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Tabel 3.3 Sebaran Responden Survei CRC Jembrana No 1 2 3
Kecamatan Melaya Negara/Jembrana Mendoyo
4 Pekutatan Jumlah
Jumlah pemohon Sertifikat Tanah Tahun 2007 757 3.808 1055
61 162 64
371 5.991
39 326
Jumlah responden
Selanjutnya, setiap pengguna jasa layanan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana akan dipilih secara purposive random sampling dilakukan dengan teknik mengundi. Teknik Pengumpulan dan Analisa Data Berkaitan dengan survei ini, pertama-tama dikumpulkan dari data primer yang diperoleh dari Pemkab Jembrana dan BPN Jembrana, sementara data sekunder diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap responden menggunakan kuesioner, untuk memperoleh data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dari kuesioner akan diolah untuk menghasilkan tabulasi dan analisa silang beberapa aspek yang dianggap saling berkaitan dengan penilaian jasa layanan sertifikat tanah. Data kuantitatif selanjutnya akan disajikan dalam bentuk grafik untuk memperjelas gambaran mengenai penilaian jasa layanan sertifikat tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Data kualitatif secara deskriptif akan dianalisis untuk memperdalam data-data kuantitatif. Data akan disajikan dalam bentuk narasi yang tidak terpisah dengan penjelasan data kuantitatif.
59
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
PROFIL KABUPATEN JEMBRANA DAN LAYANAN PERTANAHAN Sekilas Kabupaten Jembrana Jembrana merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Bali yang terletak di belahan barat pulau Bali membentang dari arah barat ke timur, tepatnya pada 8o 09’30”– 8o 28’02” LS dan 114o 25’53” – 114o 56’38” BT dengan batas – batas wilayah sebagai berikut : 1.
Sebelah Utara
:
Pegunungan yang berbatasan dengan Kab. Buleleng.
2.
Sebelah Selatan
:
Samudra Indonesia.
3.
Sebelah Barat
:
Selat Bali.
4.
Sebelah Timur
:
Kabupaten Tabanan.
Jumlah Penduduk Kabupaten Jembrana Tahun 2007 adalah 265.268 jiwa yang terdiri dari laki-laki 132.269 jiwa dan perempuan berjumlah 132.999 jiwa. Dari jumlah tersebut persebarannya tidak merata di semua kecamatan. Sebagian besar terdapat di Kecamatan Negara berkisar 47.69 persen. Hal ini seiring dengan status Kecamatan Negara sebagai Ibukota Kabupaten Jembrana. Kalau dibandingkan dengan jumlah penduduk Tahun 2006 jumlah penduduk Kabupaten Jembrana bertambah sebanyak 4.477 jiwa atau sekitar 1,71 persen. Kalau dilihat perbandingan penduduk laki-laki dengan perempuan (sex ratio) menunjukan angka 100 persen. Ini berarti bahwa setiap 100 orang perempuan hanya bisa dipasangkan dengan 100 orang laki-laki.
60
Hasil penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Jembrana Tahun 2006 mencapai 70,44 naik menjadi 70,62 pada Tahun 2007. Penghitungan IPM Kecamatan Tahun 2007 bervariasi dengan nilai IPM tertinggi Kecamatan Negara (71,80) dan terendah di Kecamatan Melaya dan Pekutatan, masing masing sebesar 69,37. Peringkat IPM Kecamatan secara keseluruhan adalah Negara, Mendoyo, Pekutatan dan Melaya. Artinya, keberhasilan pembangunan manusia di Jembrana berdasarkan peringkat kecamatan, paling berhasil di Kecamatan Negara dan kurang berhasil di Kecamatan Melaya dan Pekutatan. Kabupaten Jembrana masih berada di atas rata-rata Bali yang dalam menggunakan pendapatan perkapita perbulannya untuk makanan 53,55 persen dan untuk non-makanan 46,45 persen. Proses Pembangunan Kabupaten Jembrana yang berlangsung selama ini, selain telah menghasilkan kemajuan juga masih menyisakan banyak permasalahan baik permasalahan yang mendasar maupun permasalahan yang berkembang dewasa ini. Reformasi yang berjalan sebagaimana amanat UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah memberi perubahan yang lebih baik. Meskipun demikian, berbagai permasalahan mendasar menuntut perhatian khusus dalam membangun kedepan, di antaranya adalah: (1) masih lemahnya karakter bangsa; (2) belum terbangunnya sistem pembangunan, pemerintahan, dan pembangunan berkelanjutan; (3) belum berkembangnya nasionalisme kemanusiaan serta demokrasi politik dan ekonomi; (4) belum terejawantahkan nilai-nilai utama kebangsaan dan belum berkembangnya sistem yang memungkinkan masyarakat untuk mengadopsi dan memaknai nilai-nilai kontemporer secara bijaksana; serta (5) kegamangan dalam menghadapi masa depan serta rentannya sistem pembangunan, pemerintahan dalam menghadapi perubahan. Berbagai permasalahan mendasar tersebut memberikan sumbangan yang besar bagi pelurusan sistem pemerintahan di daerah. Penanganan yang tidak sistemik terhadap permasalahan mendasar tersebut dapat melahirkan persoalan baru yang berkembang dewasa ini baik di bidang ekonomi, sosial, politik, kelembagaan, maupun keamanan. Permasalahan mendasar ini perlu ditangani secara berkelanjutan dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Pemecahan terhadap permasalahan baru yang berkembang dewasa ini, harus pula merupakan langkah awal pemecahan masalah mendasar tersebut.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Berdasarkan permasalahan, tantangan, serta keterbatasan yang dihadapi Kabupaten Jembrana, ditetapkan Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Jembrana, yaitu: Terwujudnya Masyarakat Jembrana yang Sejahtera, Berkeadilan. Indikator Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2006-2010 adalah: 1. Terwujudnya kehidupan masyarakat yang sejahtera dengan kualitas hidup yang memadai. 2. Terwujudnya masyarakat yang berkeadilan dengan layanan publik yang adil, akuntabel baik dalam pengadaan infrastruktur, layanan informasi, komunikasi maupun sosial budaya. 3. Terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa, semangat gotong-royong dengan menjamin perbedaan adat-istiadat maupun agama. 4. Terwujudnya masyarakat yang menjunjung supremasi hukum dengan aparatur pemerintah bersih, efektif dan efisien. Selanjutnya berdasarkan visi pembangunan tersebut ditetapkan empat Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Jembrana, yaitu: 1. Meningkatkan kualitas hidup (quality of life) melalui peningkatan kualitas pendidikan, peningkatan derajat kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat (perekonomian). 2. Peningkatan layanan umum (public services) meliputi peningkatan infra struktur, sarana fisik seperti jalan, listrik, jaringan air bersih, peningkatan layanan administrasi dan komunikasi serta peningkatan sosial budaya. 3. Membangun semangat persatuan dan kesatuan bangsa, gotong-royong, serta harmonisasi antar seluruh lapisan masyarakat dalam heterogenitas agama, suku dan adat istiadat. 4. Mewujudkan supremasi hukum dan menciptakan pemerintahan yang bersih, efektif dan efisien.
61
Identifikasi Rencana Tata Ruang Kabupaten Jembrana memiliki lahan seluas 84180 Ha, yang dibedakan menurut penggunaannya, yaitu tanah sawah 6.559 Ha, tanah bukan sawah 77.621 Ha. Tanah bukan sawah ini juga terdiri dari lahan kering 77.544 Ha dan lahan lainnya 77 Ha. Dari tahun 2004-2005 terjadi pergeseran penggunaan lahan sawah, yaitu berkurang seluas 454 Ha atau sekitar 6,47 persen. Sejalan dengan perkembangan pembangunan di Kabupaten Jembrana, ruang yang berfungsi sebagai wadah untuk melakukan berbagai kegiatan pembangunan menjadi sangat penting dan perlu diperhatikan. Dari segi penataan ruang pada dasarnya merupakan salah satu kewenangan dan tugas pemerintah yang dimaksudkan untuk mengatur potensi, kegiatan masyarakat, mobilitas/ pergerakan dan kecenderungan perkembangannya secara harmonis dan saling mendukung satu dengan yang lain dalam suatu wujud tata ruang. Mengacu pada Peraturan Daerah Tingkat I Bali Nomor 4 Tahun 1999 tentang Perubahan Peraturan Daerah Tingkat I Bali Nomor 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Bali, Pemerintah Kabupaten Jembrana telah menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2010 dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 7 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jembrana. Kabupaten Jembrana telah terfokuskan pada penggunaan ruang yang dijabarkan dalam bentukbentuk kawasan, yaitu penggunaan ruang diberi fungsi tertentu dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan ruang dalam hubungannya dengan pemanfaatan, peningkatan produktivitas, dan konservasi kelestarian lingkungan. Wilayah Kabupaten Jembrana dengan luas 84.180 Ha dibagi dalam tiga kawasan, yaitu: 1. Kawasan Non Budidaya dengan luas 41.809 Ha (49,66 persen) meliputi : • Hutan Lindung seluas : 34.312,80 Ha • Hutan Swaka Marga satwa seluas : 4.502,90 Ha
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
62
• Hutan Produksi Terbatas seluas : 2.610,20 Ha • Hutan Produksi Tetap seluas : 383,10 Ha 2. Kawasan Budidaya Pertanian dengan luas 33.730,Ha (40,07 persen), meliputi : • Tanaman Lahan Basah/Sawah seluas : 9.751,06 Ha • Tanaman Lahan Kering seluas : 420,00 Ha • Tanaman Tahunan/Perkebunan : 23.192,03 Ha • Perikanan/Pertambakan : 367,53 Ha 3. Kawasan Budidaya Non Pertanian dengan luas 8.640,38 Ha (10,27 persen), meliputi: • Pariwisata seluas : 3.218,47 Ha. • Industri seluas : 625,00 Ha. • Pelabuhan seluas : 9,80 Ha. • Bendungan seluas : 87,00 Ha. • Permukiman : 4.700.11 Ha. Berdasarkan fungsi Kabupaten Jembrana terbagi dalam beberapa kawasan, yaitu: 1. Kawasan Pariwisata ada 2 lokasi : • Kawasan Pariwisata Candikusuma yang meliputi Desa Tuwed, Desa Tukadaya, Desa Banyubiru, dan Desa Baluk dengan luas seluruhnya 4.930,00 Ha • Kawasan Pariwisata Perancak meliputi Desa Perancak, Desa Air Kuning, Desa Yeh Kuning, Desa Delodbrawah, Desa Penyaringan, Desa Yeh Embang, Desa Yeh Embang Kangin, Desa Yeh Sumbul, Desa Medewi, dan Desa Pulukan dengan luas seluruhnya 20.010,00. Kedua kawasan ini masing-masing sudah memiliki Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). 2. Kawasan Industri Pengambengan yang meliputi Desa Pengambengan, Desa Tegalbadeng Barat, Desa Tegalbadeng Timur, sebagian Desa Baluk di Kecamatan Negara dengan luas seluruhnya 625,00 Ha. 3. Kawasan Perkotaan yaitu Kota Kabupaten (Kota Negara) yang meliputi 11 Desa/ Kelurahan, dengan luas wilayah perencanaan seluruhnya 9.965,56 Ha dengan rincian sebagai berikut : • Kelurahan Baler Bale Agung dengan luas perencanaan 1.075,00 ha • Kelurahan Pendem dengan luas perencanaan 1.366,00 ha. • Kelurahan Dauhwaru dengan luas perencanaan 2.221,00 ha. • Desa Batuagung dengan luas perencanaan 2.768,00 ha. • Desa Dangin Tukadaya dengan luas perencanaan 466,14 ha. • Kelurahan Banjar Tengah dengan luas perencanaan 103,00 ha. • Kelurahan Loloan Barat dengan luas perencanaan 42,52 ha. • Kelurahan Lelateng dengan luas perencanaan 676,40 ha. • Kelurahan Loloan Timur dengan luas perencanaan 324,80 ha. • Desa Budeng dengan luas perencanaan 259,10 ha. • Kelurahan Sangkaragung dengan luas perencanaan 663,60 ha. Inovasi Layanan Satu Atap ke Satu Loket Sejak lama prinsip memberikan layanan yang optimal dan sederhana kepada para pemohon ijin menjadi acuan pengembangkan kualitas layanan perijinan. Hasilnya pada Tahun 2006 dari jumlah pemohon yang masuk sejumlah 161 pemohon ijin, terealisasi 161 pemohon (100 persen). Angka tersebut meningkat menjadi 170 pemohon pada Tahun 2007. Selanjutnya penataan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan sebagaimana fungsi birokrasi selaku pelayan masyarakat mutlak untuk dilaksanakan dalam rangka menciptakan efisiensi dan efektivitas layanan. Kegiatan layanan administrasi yang telah dilakukan di Kabupaten Jembrana pada Tahun 2006 yang berkelanjutan pada tahun berikutnya adalah layanan perijinan satu loket, mengasuransikan seluruh penduduk yang ber-KTP Jembrana dengan asuransi kematian Rp 1.000.000 dan pemberian santunan kematian Rp 500.000 yang tidak tercakup dalam asuransi kematian. Sistem layanan satu loket yang dikenal di Jembrana sekarang, diatur dalam Perda Kabupaten
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Jembrana No. 2 tahun 2006. Sistem layanan ini berawal dari sistem layanan satu atap yang diatur dalam Perda Kabupaten Jembrana No. 9 tahun 2000 tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah. Berdasarkan Perda tersebut, Seksi Layanan Umum memiliki tugas pokok dan fungsi melayani 22 jenis layanan perijinan, tujuh jenis layanan administrasi kependudukan dan catatan sipil, termasuk Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan Kartu Keluarga (KK). Sejalan dengan dinamika kebijakan pemerintah pusat terkait dengan restrukturisasi birokrasi pemerintahan daerah, Perda nomor 9 tahun 2000 kemudian digantikan oleh Perda nomor 10 tahun 2003. Melalui Perda ini, layanan umum bidang perijinan, administrasi kependudukan dan catatan sipil berada di bawah Dinas Informasi Komunikasi dan Perhubungan. Jenis layanan umum yang diberikan kepada masyarakat kemudian mengalami penambahan dari yang sebelumnya hanya 22 jenis layanan perijinan menjadi 50 jenis layanan perijinan. Sedangkan untuk layanan administrasi kependudukan dan catatan sipil tetap tujuh jenis , termasuk KTP dan KK. Visi dan misi layanan yang dikembangkan ketika itu adalah untuk menciptakan layanan yang prima kepada masyarakat. Oleh karena itu, salah satu terobosan yang dilakukan oleh Dinas ini adalah mengembangkan pola layanan satu atap dengan didukung oleh Dinas teknis lainnya yang terkait dengan obyek ijin. Layanan prima dalam layanan umum yang dimaksud adalah layanan yang cepat, tepat, benar dan bersih sesuai prosedur, memiliki standar waktu dan standar biaya. Cepat mengandung makna mengerjakan sesuatu sesuai target waktu yang telah ditentukan. Tepat bermakna sesuai permintaan/permohonan yang diajukan. Benar bermakna sesuai aturan-aturan yang berlaku, dan bersih bermakna bebas dari adanya unsur-unsur korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Beberapa waktu kemudian, struktur Pemkab kembali mengalami perubahan, Perda nomor 10 tahun 2003 digantikan dengan Perda nomor 2 tahun 2006. Dalam perda ini, layanan umum ditempatkan dalam Bidang Layanan Umum Dinas Informasi Komunikasi, Layanan Umum, Perhubungan dan Data (Dinas Inkom Yanum HubDat).
63
Pola layanan yang dikembangkan pun tidak lagi berupa pola layanan satu atap. Karena gagasan dan ide yang inovatif dari Kepala Daerah dan stakeholders yang didukung oleh perkembangan teknologi informasi, dikembangkanlah pola layanan satu loket (one stop service). Dalam sistem layanan satu loket ini pemohon cukup mendatangi satu gedung, satu kantor dan satu loket untuk mendapatkan layanan. Guna mendukung pola layanan tersebut, diterapkan konsep ‘ban berjalan’. Setiap berkas permohonan yang masuk akan melewati tahapannya, mulai dari verifikasi sampai pada tahapan akhir, yakni pengesahan/penandatanganan ijin oleh kepala dinas. Tujuan digunakannya konsep ini, demi menghindari tumpang-tindihnya penanganan berkas permohonan yang dimungkinkan bisa menghambat proses penyelesaian perijinan. Selain itu, dengan konsep ini juga dimungkinkan setiap petugas lebih berfokus pada tugas dan posisinya masing-masing. Saat ini, jumlah layanan yang diberikan sudah mencapai 63 jenis. Terdiri dari 54 jenis layanan perijinan, tujuh jenis layanan administrasi kependudukan dan catatan sipil termasuk KTP dan KK, serta dua jenis layanan lain-lain yang terdiri dari layanan pembuatan AK.I (kartu kuning) dan layanan kedaruratan (ambulan gratis). Layanan yang diberikan kepada masyarakat ini menerapkan standar layanan yang berskala nasional dan internasional serta bersertifikat ISO 9001-2000. Dalam buku Layanan Umum Pemkab Jembrana yang diterbitkan oleh Dinas Inkom Yanum HubDat, tercantum jelas standar biaya dalam proses layanan umum yang disertai standar prosedur maupun standar waktu. Selain itu, warga dapat mengakses infromasi tersebut melalui touch screen yang disediakan di setiap dinas layanan yang bersangkutan.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Tabel 3.4 Standar Biaya Layanan Umum Kab. Jembrana
64
No.
Jenis Layan Peijinan
Standar Biaya
1.
Persetujuan Prinsip
Besarnya tarif retribusi ditentukan oleh Tim Kordinasi Pengkajian Penanaman Modal Kabupaten dengan mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Setinggi-tingginya 0,25 persen dan serendah-rendahnya 0,1 persen dari total investasi yang meliputi: harga tanah, nilai bangunan, perlengkapan, dan penunjang usaha.
2.
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
Retibusi dipungut berdasarkan prosentase dari harga taksiran nilai bangunan, sesuai dengan Peraturan Bupati nomor 20 tahun 2005. Koefisien faktor penggali sesuai dengan Kepmen Kimpraswil nomor 332/Kpts/M/2002.
3.
Ijin HO (Gangguan)
Besarnya biaya adalah tiga permil dari total investasi atau penafsiran Tim HO dan setingi-tingginya Rp 500.000 ditambah SP3 (sumbangan pihak ketiga). Sedangkan biaya administrasi pendaftaran ulang sebesar Rp 12.500 ditambah SP3. Setiap permohonan dan pendaftaran ulang ijin dikenai uang Leges.
4.
Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD)
Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual eksploitasi bahan galian golongan C. Nilai jual dihitung dengan mengalikan volume/ tonase hadil produksi dengan nilai pasar/harga standar barang. Nilai pasar atau harga standar ditetapkan secara periodik oleh bupati sesuai harga rata-rata yang berlaku dilokasi setempat. Tarif pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian paling tinggi 15 persen, dan tarif pajak ditentukan oleh Bupati. Selain itu ada juga iuran tetap eksploitasi sebesar Rp 5.000, dan iuran tetap eksploitasi sebesar Rp 15.000/tahun.
5.
Ijin Lokasi
Biaya layanan berupa sumbangan pihak ke tiga.
6.
Ijin Usaha dan Tanda Daftar Usaha (TDU) perusahaan penggilingan Padi, Huller dan Penyosohan beras
7.
Ijin Pemasangan Reklame
Pengenaan retibusi berdasarkan daya kuda mesin terpasang yang tertuang dalam ijin/tanda daftar usaha hasil pengecekan di lapangan. Pemohon dikenakan biaya retribusi sebesar Rp 5.000 untuk satu daya kuda mesin terpasang serta biaya administrasi sebesar Rp 50.000. Ditentukan oleh SK Bupati no.252 tahun 2004. Tata cara penghitungannya adalah sebagai berikut: NP = Mx NSRx SPx 25%. NP = jumlah pajak M = ukuran/volume media reklame NSR = nilai sewa reklame SP = sudut pandang 25% adalah tarif pajak.
8.
Ijin Usaha Hotel
Rp 100.000/kamar
9.
Ijin Usaha Pondok Wisata
Rp 250.000
10.
Ijin Usaha Rumah Makan/ Restoran/ Warung Wisata Rekomendasi/Ijin Pemakaian Gedung Mendapa Kesari
Rp 250.000
12.
Rekomendasi/Ijin Pemakaian Tanah Lapang
13.
Ijin Usaha Peternakan
Stadion Pecangakan: 1. pacuan kuda Rp 375.000 2. kegiatan komersil Rp 225.000 3. pembinaan olah raga Rp 37.500 Tanah Lapang Negara 1. kegiatan komersil Rp 225.000 2. pembinaan olah raga Rp 37.500 Tanah Lapang Dauh Waru 1. kegiatan komersil Rp 225.000 2. pembinaan olah raga Rp 37.500 Rp 300.000
14.
Ijin Pendaftaran Peternakan Rakyat
11.
Umum Rp 300.000 Instansi Pemerintah Rp 150.000 Organisasi Sosial Rp150.000
Rp 100.000
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
15.
Ijin Pemotongan Ternak, Penanganan Daging Serta Hasil Ikutannya
Ijin pemotongan ternak, antara Rp 50.000 sampai Rp 100.000/5 thn tergantung dari jenis hewan. Ijin pengusaha daging, antara Rp.50.000 sampai Rp 100.000/5 thn tergantung dari status usahanya. Retribusi pemeriksaan ulang daging, bahan asal hewan dari luar kabupaten, antara Rp.100 sampai dengan Rp 500/Kg tergantung jenis hewan.
16.
Ijin Usaha Perikanan
Tergantung dari jenis usaha, apakah termasuk jenis budidaya, pembenihan atau pengumpulan, penyimpangan dan pengangkutan hasil perikanan. Tarif antara Rp 7500 sampai Rp 150.000.
17.
Surat Penangkapan Ikan (SPI)
Retribusi perunit penangkapan ikan tergantung jenis alat tangkap dan nama alat tangkap ikan.Tarif antara Rp 10.000 sampai Rp 75.000 Sedangkan ijin kapal perikanan antara Rp 1.000 sampai Rp 2.000 tergantung dari jenis kapal.
18.
Tanda Daftar Ijin Usaha Perikanan Ijin Penebangan Kayu Rakyat
Sumbangan pihak ketiga.
20.
Tergantung dari jenis pohon dan kayu. Tarif antara Rp 500 sampai Rp 15.000/pohon. Angkutan kayu, tergantung dari jenis kayu apakah olahan atau gelondongan. Tarif antara Rp 12.500 sampai Rp 25.000/pohon Digolongkan sebagai retribusi lain-lain. Untuk pengusaahan di habitat asli dan buatan diatur Keputusan Bupati yang besarnya Rp.300.000
21.
Ijin Pengusahaan burung walet
22.
Surat Ijin Jasa Konstruksi (SIUJK)
Tergantung kelas, biaya antara Rp 100.000 sampai dengan Rp 350.000
23.
Pengesahan Nomor Kode Tenaga Teknik (NKTT) Rekomendasi Ijin Keramaian Tanda Daftar Usaha VCD Rental Ijin Menyelenggarakan Kursus SIUP
Rp 10.000
24. 25. 26. 27.
Berupa sumbangan pihak ketiga.
65
Rp 75.000 Rp 50.000
30.
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Ijin Usaha Industri (IUI) dan Tanda Daftar Industri Tanda Daftar Gudang
Tergantung dari nilai investasi. Besarnya antara Rp 50.000 sampai dengan Rp 400.000 Tergantung dari bentuk usaha. Tarif antara Rp 30.000 sampai dengan Rp 2.500.000 Tergantung dari nilai investasi. Besarnya antara Rp 50.000 sampai dengan Rp 400.000 Rp 500/M2
31.
Ijin Apotek
Rp 500.000
32.
Ijin Optical
Rp 300.000
33.
Rp 300.000
36.
Ijin Praktek Berkelompok Dokter Umum Ijin Praktek Berkelompok Dokter Gigi Ijin Balai Pengobatan/RSB/ BKIA Ijin Balai Pengobatan Gigi
37.
Ijin Unit Transfusi Darah
Rp 200.000
38. 39.
Ijin Tukang Gigi Ijin Praktek Fisioterapi
Rp 100.000 Rp 100.000
40.
Ijin Praktek Perorangan Dokter dan Dokter Gigi Surat Ijin Praktek Bidan Sertifikat Penyuluhan
Dokter Rp 200.000/lokasi Dokter Spesialis Rp 300.000/lokasi Rp 150.000 (data tidak tersedia) Rp 100.000
44.
Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Ijin Toko Obat
Rp 300.000
45.
Ijin Salon Kecantikan
Rp 150.000
28. 29.
34. 35.
41. 42. 43.
Rp 300.000 Balai Pengobatan dan BKIA Rp 500.000 Rumah Sakit Bersalin Rp 750.000 Rp 300.000
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
46.
Surat Ijin Kerja Perawat
Rp 10.000
47. 48.
Surat Ijin Praktek Perawat Ijin Lab. Kesehatan Swasta
Rp 150.000 Rp 500.000
49.
Ijin Usaha Pengelolaan Tower/Menara Antena Ijin Penimbunan/ Penyimpanan BBM Rekomendasi Ijin Penutupan/Penggunaan jalan
Tergantung jenis dan tingginya. Biaya antara Rp 100.000 sampai dengan Rp 1.000.000 Berupa sumbangan pihak ketiga sebesar Rp 1.000.000 (untuk SPBU). Diluar SPBU disesuaikan dengan volume BBM dalam tangki. Untuk tujuan komersil dikenakan biaya berupa SP3 sedangkan non komersil tidak dikenakan biaya.
Ijin Usaha Angkutan Kendaraan Umum Ijin Trayek Angkutan Pedesaan
Ijin baru Rp 96.000, perpanjangan dikenakan biaya SP3
50. 51.
52. 53.
54. 55.
66
56.
Ijin Insidentil Pengujian Kendaraan Bermotor Akta Kelahiran
57.
Akta Perkawinan
58.
Akta Perceraian
59.
Akta Pengangkatan Anak
60. 61. 62.
Akta Kematian KTP KK
63.
AKI (kartu kuning)
Sesuai dengan jumlah tempat duduk. 1 s.d 8 orang Rp 30.000 8 s.d 14 orang Rp 40.000 Rp 5.000 Tergantung jenis dan asal kendaraan. Biaya antara Rp 2.000 sampai Rp 27.000 Gratis Tergantung jenis. Biaya antara Rp 24.000 sampai Rp 75.000 ditambah SP3 Rp 1.500 Terlambat lapor Rp 101.500 Tidak terlambat Rp 76.500 Terlambat lapor Rp 75.000 Tidak terlambat Rp. 50.000 Keduanya ditambah biaya SP3 sebesar Rp 1.500 Rp 5.000 Gratis Pengganti kartu KK Rp 1.055 dan formulir Rp 300/Lbr dipungut di kantor desa/kelurahan Gratis
Berdasarkan data dari Bagian layanan Umum Dinas Inkom Yanum HubDat Pemkab Jembrana, jumlah permohonan perijinan yang masuk di loket perijinan hingga September 2007 mencapai 8.066 buah. Jenis perijinan yang paling banyak diajukan adalah Surat Tanda Uji Kendaraan Bermotor yang jumlahnya mencapai 3.950 buah. Dari total jumlah permohonan yang masuk, berkas yang sudah diproses mencapai 7.899 buah. Sedangkan yang sudah diterbitkan/disahkan sebanyak 7.853 buah. Total penerimaan dari layanan perijinan dari Januari hingga September 2007 mencapai Rp 1.509.168.717,88. Masyarakat Jembrana yang menggunakan layanan satu loket tersebut, umumnya mengatakan cukup puas. Hasil survei yang dilakukan pada 2006, terhadap responden yang mengaku mengurus langsung dokumen yang dibutuhkan ke Kantor Layanan Satu Loket, terdapat 84,75 persen responden mengatakan puas terhadap layanan yang diberikan8. Rinciannya adalah: yang mengatakan puas terhadap layanan dari petugas ada 87 persen, puas dengan sistem dan standar prosedur ada 89 persen, puas dengan standar biaya ada 84 persen, dan puas dengan standar waktu ada 79 persen. Upaya Mempercepat Pemberantasan Korupsi di Kabupaten Jembrana Pasca-reformasi 1998/1999, salah satu masalah yang belum berhasil ditangani oleh pemerintah adalah pencegahan maupun penanganan secara kuratif terhadap korupsi. Pemerintah memang telah mengeluarkan berbagai produk hukum untuk mencegah tindak pidana korupsi. Kenyataannya, kebocoran anggaran negara masih saja berlangsung, seiring berjalannya otonomi daerah.
8
Survei dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 2007
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Bila diidentifikasi secara umum, hambatan dalam pemberantasan korupsi meliputi antara lain: 1. Hambatan struktural (koordinasi yang lemah, ego sektoral yang kuat, pengawasan yang lemah, sistem pengendalian yang lemah). 2. Hambatan kultural (sikap sungkan dan tepa selira yang keliru terhadap perilaku yang menyimpang). 3. Hambatan instrumental (adanya peraturan perundangan yang tumpang tindih dan bisa dijadikan celah untuk melindungi perilaku korupsi) 4. Hambatan manajemen (diabaikannya prinsip clean government and good governance). Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, Pemerintah Kabupaten Jembrana menetapkan rencana pemberantasan korupsi melalui Peraturan Bupati Jembrana Nomor 14 Tahun 2007 tentang Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kabupaten Jembrana 2007-2010. Lebih jauh peraturan tersebut dintindak-lanjuti dalam Rancana Tindak Lanjut Rencana Aksi Daerah pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kebupaten Jembrana 2007-20109. Tujuan rencana tindak-lanjut tersebut adalah mencegah korupsi, memberantas korupsi serta melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan upaya pemberantasan korupsi di Kabupaten Jembrana. Dalam dokumen rencana tindak-lanjut tersebut diuraikan beberapa hal mengenai: 1. Hambatan, tantangan, dan peluang pemberantasan korupsi berdasarkan hasil berbagai seminar dan temuan di tingkat nasional maupun daerah 2. Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk pencegahan dan pemberantasan korupsi di Kabupaten Jembrana. 3. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD-PK yang berisi pembentukan Tim Koormonev, wewenang dan tugas monitoring dan evaluasi RAD-PK. Dalam dokumen tersebut, pencegahan korupsi dilakukan dengan pembenahan sistem layanan, seperti layanan satu loket untuk pengurusan ijin, guna mencegah birokrasi yang berbelit serta pungutan liar yang mungkin terjadi. Sementara dalam pengadaan barang dan jasa, sesuai Keppres No. 80/2003 (yang diubah menjadi Perpres No. 6 tahun 2006) tentang Pengadaan Barang dan Jasa, Kabupaten Jembrana menerapkan Sisdur Pengadaan Barang dan Jasa yang menutup celah untuk tindak pidana korupsi. Antara lain dengan penerapan OE, standar harga yang direvisi setiap tiga bulan serta sistem pergudangan.
67
Pencegahan korupsi dalam Rencana Tindak Lanjut RAD-PK 2007-2010 diprioritaskan pada sebagai berikut: 1. Meningkatkan koordinasi pencegahan dan pemberantasan korupsi internal di Pemkab Jembrana maupun instansi vertikal melalui Keputusan Bupati No. 278/Bawasda/2008 untuk Kormonev Inpres No. 5/2004 dan Keputusan Bupati No. 288/Bawasda/2008 untuk Monev APBD. 2. Desain ulang layanan publik melalui layanan satu loket dengan sisdur perijinan yang jelas dan pasti. 3. Memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi pada kegiatan pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia. 4. Menguatkan pemberdayaan perangkat pendukung dalam pencegahan korupsi. Berkaitan dengan pemberantasan korupsi, terkait RAD-PK 2007-2010, penindakannya diprioritaskan pada sektor pembangunan yang rawan penyimpangan. Dalam hal ini, prioritas pemberantasan korupsi ditujukan pada: 1. Dukungan pemerintah daerah pada percepatan penanganan tindak pidana korupsi 2. Peningkatan dukungan terhadap lembaga penegak hukum 3. Peningkatan kualitas auditor 4. Pengembangan sistem pengawasan internal dan eksternal 9
Rencana tindak-lanjut ini disusun oleh Tim Koor Monev Kabupaten Jembrana pada tahun 2008.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan RAD-PK Berkaitan dengan hal ini, telah diterbitkan SK Bupati tentang Tim Kormonev, sesuai Inpres No. 5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi dan Surat Keputusan Bupati tentang Tim Monev APBD. Pada tahun 2008 SK Bupati tentang Monev ditetapkan berdasarkan SK No. 278/ Bawasda/2008. Adapun susunan Tim Kormonev Kabupaten Jembrana, terdiri atas Penanggung Jawab, Wakil Penanggung Jawab, Koordinator Umum, Ketua Harian, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Ketua Pokja I, II dan III, Anggota serta staf administrasi, masing-masing dengan wewenang dan tugas yang telah diatur secara terinci dan jelas, sedemikian rupa agar dapat dievaluasi melalui laporan rutin yang diwajibkan kepada aparat penyelenggara negara mulai dari tingkat desa/kelurahan, camat dan SKPD (satuan kerja perangkat daerah) Kabupaten Jembrana melalui Bawasda Jembrana, paling lambat tanggal lima setiap bulan. Selanjutnya, Bawasda melaporkan hasil monitoring dan evaluasi tersebut kepada Bupati selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan, lalu Bupati melaporkannya kepada Gubernur selambat-lambatnya dua minggu setelah berakhirnya triwulan bersangkutan. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 4 tahun 2005, tanggal 16 Mei 2006 bab II pasal 29, Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepada Badan Pertanahan Nasional melalui Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional. Kantor Pertanahan Kabupaten dipimpin oleh seorang Kepala Kantor, Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang menangani masalah non teknis, demikian juga dua Kepala Urusan di bawah Kepala Sub Bagian yang menangani masalah non teknis, lima Kepala Seksi yang menangani masalah teknis, dibantu oleh beberapa Kepala Sub Seksi.
68
Bagan 3.1 Struktur Organisasi BPN Kab.Jembrana Badan Pertanahan Nasional
Kantor Wilayah Pertanahan Provinsi Bali
Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kepala Urusan Perencanaan dan Keuangan
Kepala Seksi Survey , Pengukuran, dan Pemetaan
Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah
Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan
Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan
Kepala Urusan Umum dan Kepegawaian
Kepala Seksi Sengketa, Konflik, dan Perkara
Kepala Sub-Seksi Pengukuran dan Pemetaan
Kepala Sub -Seksi Penetapan Hak Tanah
Kepala Sub-Seksi Penatagunaan tanah dan kawasan tertentu
Kepala Sub-Seksi Pengendalian Pertanahan
Kepala Sub-Seksi Sengketa dan Konflik Pertanahan
Kepala Sub-Seksi Tematik dan Potensi Tanah
Kepala Sub -Seksi Pengaturan Tanah Pemerintah
Kepala Sub-Seksi Landreform dan konsolidasi tanah
Kepala Sub-Seksi Pemberdayaan Masyarakat
Kepala Sub-Seksi Perkara Pertanahan
Kepala Sub -Seksi Pendaftaran Hak Kepala Sub -Seksi Peralihan, Pembebanan, Hak dan PPAT
Hubungan kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana dengan Pemerintah Kabupaten Jembrana adalah hubungan yang bersifat koordinatif, karena wilayah tugas Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana berada dalam wilayah Pemkab Jembrana. Dengan hirarki seperti ini, dapat dimengerti bilamana keinginan masyarakat Jembrana maupun jajaran pemerintahannya untuk menggabungkan layanan pengurusan sertifikat tanah oleh Kantor Pertanahan Kabupaten
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Jembrana dengan sistem layanan perijinan satu loket yang telah ditangani oleh Pemkab Jembrana memerlukan koordinasi vertikal dengan Pusat Pertanahan dan pemerintah pusat. Selama ini Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana sudah melaksanakan sistem layanan empat loket, dimana tujuannya menghindari antrian dari masyarakat dalam hal pengurusan layanan di bidang pertanahan yang mencapai 78 jenis layanan. Sehingga dengan sistem empat loket ini Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana bisa melayani masyarakat secara cepat dan tepat, karena di keputusan Ka. BPN No. 1/2005 tentang standar prosedur operasi pengaturan dan layanan, sudah ditentukan waktu penyelesaian masing-masing kegiatan. Masyarakat datang ke kantor pertanahan dengan tujuan yang berbeda dan dapat digolongkan menjadi empat, yaitu: 1. Meminta informasi mengenai masalah pertanahan 2. Mengajukan warkah-warkah untuk permohonan pendaftaran 3. Membayar kewajibannya sebagai pemohon setelah warkah-warkah yang mereka ajukan disetujui 4. Mengambil sertifikat karena permohonan yang diajukan sudah selesai diproses. Masing-masing kegiatan tersebut sudah disediakan loket tersendiri, untuk kelancaran layanan terhadap masyarakat. Salah satu contoh penyempurnaan mekanisme tiga loket dapat dilihat dalam bagan alur di bawah ini. Bagan 3.2 Prosedur Layanan Administrasi Pertanahan Pemohon mendapat informasi persyarakatan dan proses dari Loket 1
Pemohon mengurus persyaratan dokumen di dusun/ lingkungan
Desa/ lurah mengetahui persyaratan dokumen pemohon
Camat mengetahui persyaratan dokumen pemohon
Sertifikat dicatat dan diserahkan kepada pemohon di Loket 4
Permohonan di proses di kantor pertanahan kabupaten
Pemohon membayar biaya di Loket 3 dan mendapatkan kuitansi
Pemohon menyerahkan persyaratan dokumen di Loket 2 dan mendapatkan tanda terima
69
Inovasi Layanan di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Jembrana memberikan 78 jenis layanan dokumen pertanahan. Menurut data tahun 2007, tercatat ada 5.991 warga masyarakat Jembrana yang menggunakan layanan di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Ada enam jenis layanan yang banyak diakses masyarakat dan mendapat sorotan masyarakat adalah: 1. Peralihan hak 2. Hak tanggungan/roya 3. Pendaftaran tanah pertama kali 4. Penggantian sertifikat 5. Penggabungan sertifikat 6. SK Pemberian Hak Telah terbit Peraturan Kepala Badan Pertanahan RI No. 6 tahun 2008 tentang Penyederhanaan dan Percepatan Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Layanan Pertanahan untuk Jenis Layanan Pertanahan Tertentu, yang menunjukkan bahwa BPN terus berusaha meningkatkan layanan di bidang pertanahan, dimana dalam peraturan di atas ada 14 jenis layanan yang disederhanakan, yaitu: 1. Pemeriksaan (pengecekan) sertifikat 2. Peralihan hak jual beli 3. Peralihan hak pewarisan 4. Peralihan hak hibah 5. Peralihan hak pembagian hak bersama
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Hapusnya tanggungan Hapusnya hak tanggungan/roya Pemecahan sertifikat-perorangan Pemisahan sertifikat-perorangan Penggabungan sertifikat-perorangan Perubahan hak milik untuk rumah tinggal dengan ganti blanko Perubahan hak milik untuk rumah tinggal tanpa ganti blanko, dan Ganti nama
Untuk menindaklanjuti peraturan tersebut Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Bali telah mengeluarkan Surat Keputusan No. 68 tahun 2008 tanggal 16 Juli 2008 tentang kewenangan menandatangani buku tanah dan sertifikat pada Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota se-Bali. Ada beberapa kegiatan yang diatur kewenangannya untuk menandatangani buku tanah dan sertifikat. Satu contoh saja, seperti roya, dahulu yang berhak menandatangani adalah Kepala Kantor, setelah SK tersebut penandatanganan diserahkan kepada Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah. Di samping pembagian tugas, hal ini bertujuan memotong jalur agar lebih singkat dan cepat penyelesaiannya. Sebelum keluarnya peraturan terbaru tersebut, dari tahun ke tahun Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana berusaha meningkatkan kinerja serta memberikan layanan yang lebih baik. Bila pada tahun 2006, permohonan yang masuk adalah 3.593 permohonan dan berhasil diselesaikan adalah 3.142 sertifikat, termasuk 250 sertifikat prona (program nasional), di tahun 2007 permohonan yang masuk adalah 5.991 yang berhasil diselesaikan 5.913, termasuk 1000 sertifikat prona.
70
Kemudian, berdasarkan Keppres No. 34 tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan, dalam rangka pelaksanaan Ketetapan MPR RI No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, untuk mewujudkan konsepsi, kebijakan dan sistem pertanahan nasional yang utuh dan terpadu, beberapa kewenangan di bidang pertanahan dialihkan menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota seperti diatur dalam pasal 2 ayat 1. Adapun kewenangan yang pelaksanaannya diberikan ke Pemerintah Kabupaten/Kota adalah: a. Pemberian ijin lokasi; b. Penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembanguan, penyelesaian sengketa tanah garapan; c. Penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan; d. Penetapan subyek dan obyek retribusi tanah, serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee; e. Penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat; f. Pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong; g. Pemberian ijin membuka tanah; h. Perencanaan penggunaan tanah wilayah Kabupaten/Kota; Pada ayat 3 pasal 2 tersebut lebih ditegaskan lagi bahwa kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) yang bersifat lintas Kabupaten/Kota dalam satu provinsi, dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi yang bersangkutan. Untuk meningkatan layanan yang lebih memuaskan masyarakat, BPN merencanakan satu program bernama Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah (LARASITA) yang diagendakan mulai tahun 2009 yang akan datang. LARASITA ini merupakan layanan menjemput bola, dengan menyediakan tenaga Kantor Pertanahan untuk berkeliling ke desa-desa, guna memberikan layanan kepada masyarakat. Selain guna memberikan layanan yang lebih baik, layanan langsung ke lapangan ini juga dimaksudkan menyampaikan informasi mengenai mekanisme maupun masalah pertanahan yang mungkin dialami oleh masyarakat.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
TEMUAN LAPANGAN Bagian ini akan menyajikan temuan lapangan, berupa tanggapan para responden yang terlibat dalam survei kepuasan masyarakat terhadap layanan dokumen pertanahan pada umumnya dan sertifikat tanah pada khususnya di Kabupaten Jembrana. Bab ini akan diawali oleh profil dari responden survei. Pada bagian kedua, akan disajikan temuan yang menggambarkan tingkat pengetahuan responden mengenai layanan dokumen kependudukan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Jembrana. Bagian ketiga akan menyajikan tingkat kepuasan responden terhadap layanan. Dalam bagian selanjutnya akan dipaparkan tanggapan dari para responden survei mengenai prosedur penanganan pengaduan masalah dalam pembuatan dokumen pertanahan di Kabupaten Jembrana. Dalam satu bagian sebelum penutup dari Bab ini, akan disajikan tanggapan dari responden mengenai sosialisai dan penyebaran informasi pembuatan dokumen pertanahan yang dikhususkan pada sertifikat tanah oleh pemerintah Kabupaten Jembrana. Akhirnya bab ini akan ditutup dengan penyajian temuan lapangan mengenai tingkat pengetahuan masyarakat akan Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana. Profil Responden Profil responden digunakan sebagai faktor yang kemungkinan berpengaruh pada penilaian mereka terhadap tingkat kepuasaan, cara pengurusan dokumen pertanahan, pengaduan masalah layanan, maupun pengeluaran biaya. Beberapa kelompok kriteria reponden yang digunakan dalam survei ini adalah: Sebaran wilayah responden Jenis kelamin responden Tingkat pendidikan responden Jenis pekerjaan responden
71
Meskipun tidak terlihat pengaruh yang signifikan karakteristik responden terhadap cara pengurusan, tingkat kepuasan, maupun biaya tidak resmi, karakteristik responden ini memberikan gambaran latar belakang dari hasil temuan, terutama berkaitan dengan penilaian tingkat kepuasan dan masalah yang dihadapi responden ketika mengakses layanan pengurusan sertifikat tanah. Sebaran Wilayah Responden Wilayah survei kepuasan masyarakat terhadap layanan dokumen pertanahan Kabupaten Jembrana meliputi lima kecamatan yang melibatkan 326 responden. Dari jumlah responden yang ditentukan sebesar 350 orang, hanya 326 kuesioner yang dianggap layak untuk diolah dan dianalisa lebih lanjut10. Seperti terlihat dalam tabel 3.1. Kecamatan Negara menjadi kecamatan dengan responden terbesar, yaitu sebanyak 102 respoden. Sedangkan Kecamatan Pekutatan merupakan kecamatan dengan jumlah responden responden terkecil, yaitu 39 responden. Sedangkan jumlah responden yang terlibat pada survei ini untuk tiga kecamatan lainnya relatif seimbang berkisar pada 60 responden.
10
Kuesioner yang dianggap tidak layak diolah dan dianalisa antara lain disebabkan karena tidak lengkap, tidak konsisiten sesuai dengan alur pertanyaan, maupun responden yang tidak sesuai dengan kriteria.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Tabel 3.5 Sebaran Responden Survei
No 1
Nama Kecamatan Jembrana
Jumlah Responden 60
% 18.4
2 3 4 5
Melaya Mendoyo Negara Pekutatan Total
61 64 102 39 326
18.7 19.6 31.3 12.0
Sebaran jumlah responden yang tidak merata ini didasarkan oleh pertimbangan sebaran populasi pengguna jasa pengurusan sertifikat tanah dari masing-masing kecamatan yang menjadi wilayah survei. Dengan menggunakan perhitungan simple random sampling, kecamatan dengan populasi yang lebih besar dari kecamatan lainnya akan memiliki jumlah responden lebih besar. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sebagian besar responden yang terlibat dalam survei ini berjenis kelamin laki-laki, seperti terlihat pada Grafik 3.1 berikut ini. Grafik 3.1 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
72
n=326 Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin tersebut, berdasarkan data pengajuan permohonan pengurusan sertifikat tanah, kemungkinan besar berkaitan dengan tradisi kepemilikan tanah yang masih dikuasai sebagian besar oleh laki-laki. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Komposisi responden berdasarkan latar belakang pendidikan relatif mewakili semua jenjang pendidikan. Dari mulai tidak mengecap pendidikan sama sekali hingga jenjang pendidikan sarjana (S1), seperti ditunjukkan dalam Grafik 3.2 di bawah ini.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Grafik 3.2 Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
n=326 Mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir tamat Sekolah Menengah Umum dan yang setingkat, yaitu sebesar 36,8 persen dari total responden yang berpartisipasi dalam survei. Sedangkan jumlah responden yang tidak sekolah atau mengikuti pendidikan di luar jenjang pendidikan formal jumlahnya paling sedikit. Hanya 1,2 persen responden yang mengaku tidak pernah mengenyam bangku sekolah formal dan mengikuti pendidikan non-formal. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Untuk kepentingan survei, jenis pekerjaan dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu: 1. Repsonden yang bekerja di kantor pemerintah/ perusahaan sebagai pegawai 2. Repsonden yang membuka usaha sendiri. Termasuk profesi jasa lepas 3. Responden yang masih menempuh pendidikan 4. Repsonden yang tidak bekerja, ibu rumah tangga, atau pekerja lepas
73
Komposisi responden berdasarkan jenis pekerjaan secara lengkap ditunjukkan dalam Grafik 3.3 di bawah ini. Grafik 3.3 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
n=326 Grafik 3.3 memperlihatkan mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta/ profesi, yaitu sebesar 43,3 persen dari total responden yang terlibat atau sebanyak 141 responden.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Sedangkan kelompok terkecil adalah mereka yang berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa yaitu sebesar 0,6 persen dari total responden atau sebanyak dua responden. Dengan komposisi pekerjaan seperti itu, penghasilan responden setiap bulan ditunjukkan dalam tabel di bawah ini: Tabel 3.6 Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Penghasilan Penghasilan (perbulan)
Jumlah responden
< Rp 500.000 Rp 500.000-Rp 1.000.000 Rp 1.000.000- Rp 5.000.000 Rp 5.000.000
Persentase
31
9,5
149 140 6
45,7 42,9 1,9
n=326 Berdasarkan kategori ini responden dibagi dalam empat kelompok penghasilan, yaitu responden yang berpenghasilan kurang dari Rp 500.000; responden yang berpenghasilan di antara Rp 500.000 dan Rp 1000.000; responden yang berpenghasilan Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000; dan yang terakhir adalah kelompok responden yang berpenghasilan melebihi Rp 5.000.000.
74
Sebagian besar responden berasal dari kelompok kedua dan ketiga, masing-masing berjumlah 45,7 persen dan 42,9 persen dari total responden survei. Sedangkan jumlah responden yang terkecil berasal dari kelompok penghasilan ke empat. Hanya 1,9 persen responden mengaku mempunyai penghasilan Rp 5.000.000 setiap bulannya. Pengetahuan dan Pemanfaatan Jasa Layanan Dokumen Pertanahan Dari berbagai layanan yang tersedia di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana, layanan peralihan hak merupakan jasa layanan yang paling dikenal secara luas oleh responden. Seperti terlihat pada tabel 3.7, sebanyak 217 responden (66,6 persen) menyatakan mengetahui layanan ini. Jenis layanan lainnya yang cukup dikenal masyarakat adalah jasa layanan pendaftaran tanah pertama kali. Sebanyak 149 responden (45,7 persen) mengaku mengetahui layanan ini. Jasa layanan yang cukup dikenal oleh responden selanjutnya adalah jasa layanan penggantian sertifikat yang diketahui oleh 123 responden (37,7 persen) menyatakan hal tersebut Di lain pihak, tingkat pengetahuan responden terhadap keempat jasa layanan lainnya, dapat dikatakan cukup rendah. Hal ini terlihat dari hasil survei yang memperlihatkan mayoritas responden tidak mengetahui jasa layanan hak tanggungan/roya, jasa layanan penggabungan sertifikat dan jasa layanan SK Pemberian Hak. Tabel 3.7 Pengetahuan Responden akan Jasa Layanan Dokumen Pertanahan di Kabupaten Jembrana Jasa Layanan Peralihan hak Hak tanggungan/roya Pendaftaran tanah pertama kali Penggantian sertifikat Penggabungan sertifikat SK Pemberian Hak n=326
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Frekuensi 217 104 149 123 68 61
Proporsi Responden yang Mengetahui Layanan (%) 66,6 31,9 45,7 37,7 20,9 18,7
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Selain diperoleh data mengenai tingkat pengetahuan responden akan jasa layanan dokumen pertanahan, hasil survei juga mengungkapkan waktu terakhir kali responden menggunakan jasa layanan dokumen tersebut11. Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa mayoritas responden, sebanyak 169 responden (51,8 persen) menggunakan jasa tersebut dalam waktu satu tahun terakhir. Sebagian kecil responden, sebanyak 89 responden (27,3 persen) menggunakan jasa tersebut dalam waktu tiga bulan terakhir. Sisanya, menggunakan jasa tersebut dalam kurun waktu enam bulan terakhir. Adapun jenis layanan yang digunakan, sebanyak 277 responden (85 persen) pernah menggunakan jasa peralihan hak. Sebanyak 126 responden (38,7 persen) pernah melakukan pendaftaran tanah untuk pertama kali. Sebanyak 96 responden (29,4 persen) pernah melakukan pengantian sertifikat. Sisanya menggunakan jasa lain yang disediakan kantor Badan pertanahan dengan komposisi sebagai berikut: Tabel 3.8 Penggunaan Jasa Layanan Sertifikat tanah 1 Tahun Terakhir Jumlah Pengguna Layanan 277
85
Hak tanggungan/roya
47
14,4
Pendaftaran tanah pertama kali
126
38,7
Penggantian sertifikat
96
29,4
Jasa Layanan Peralihan hak
%
Penggabungan sertifikat
15
4,6
SK Pemberian Hak
34
10,4
75
n=326 Cara Mengurus Dokumen Pertanahan dan Sertifikat Tanah Informasi lain yang terungkap dari survei adalah informasi mengenai cara pengurusan dokumen di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana yang digunakan responden. Untuk mengurus sertifikat tanah, secara umum responden melalui tahapan proses berikut ini: 1. Mengurus surat pengantar untuk silsilah di kantor kelian banjar/kepala lingkungan. 2. Pengurusan lanjutan dari perbekel/lurah. 3. Penyerahan berkas permohonan sertifikat tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. 4. Pengukuran tanah oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. 5. Pengurusan sertifikat tanah (selain pengukuran) termasuk penggambaran di Pertanahan Kabupaten Jembrana. 6. Pengambilan sertifikat tanah yang sudah jadi. Untuk melalui proses tersebut, pemilik tanah dapat mengurus sendiri maupun mewakilkan kepada orang lain (menggunakan penghubung). Keberadaan penghubung dalam pengurusan sertifikat tanah memang dimungkinkan. Selama penghubung tersebut membawa berkas yang sudah lengkap dan surat kuasa dari orang yang diwakilinya12. 11 Batasan waktu penggunaan jasa layanan digunakan untuk menyeleksi responden yang menggunakan jasa pengurusan dokumen pertanahan pada satu tahun terakhir, sesuai dengan penetapan Peraturan Bupati Jembrana Nomor 14 Tahun 2007 tentang RAD-PK kabupaten Jembrana 2007-2010. 12 Dari wawancara dengan pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana, perundang-undangan dan peraturan yang ada memungkinkan penghubung mewakili pemilik tanah selama memenuhi kelengkapan dan mendapatkan kuasa dari pemilik tanah. Salah satu penghubung yang disebut dalam peraturan perundangan sebagai pihak yang membantu pengurusan dokumen pertanahan adalah Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT).
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Secara keseluruhan, sebanyak 287 responden (88 persen) mengaku pernah menggunakan penghubung dalam mengurus dokumen pertanahan di kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Sebesar 39 responden (12 persen) mengaku sama sekali tidak pernah menggunakan penghubung dalam mengurus dokumen pertanahan. Responden yang mengaku menggunakan penghubung didasari alasan bahwa waktu pengurusan lebih cepat, meskipun harus membayar biaya yang lebih mahal. Sedangkan responden yang mengurus sendiri dokumen pertanahan punya alasan sebaliknya. Biaya yang dikeluarkan akan lebih murah jika mengurus sendiri. Jika mencermati cara pengurusan di setiap tahapan proses pengurusan sertifikat tanah, sebagian dari 287 responden yang mengaku menggunakan penghubung, sebenarnya juga melakukan pengurusan sendiri pada beberapa tahapan proses pengurusan sertifikat tanah. Komposisi responden yang mengurus sendiri pada tahapan pengurusan sertifikat tanah tertentu dapat dilihat dalam Grafik 3.4 di bawah ini. Grafik 3.4 Proposri Reponden Yang Menggunakan Penghubung Dalam Setiap Tahapan Pengurusan Sertifikat Tanah
76
n=287 (responden yang mengaku menggunakan penghubung dalam mengurus sertifikat tanah) Grafik tersebut memperlihatkan bahwa penghubung banyak digunakan membantu responden pada setiap tahap proses pengurusan tanah. Penghubung paling banyak membantu atau mewakili repsonden dalam tahapan proses pengukuran tanah. Sebanyak 98,2 persen responden yang mengaku pernah menggunakan penghubung, dalam tahapan proses ini mewakilkan kepentingan mereka kepada penghubung. Pada tahap pengambilan sertifikat tanah yang sudah jadi, ternyata responden yang mengurus sendiri jumlahnya cukup besar. Pada tahap ini, mereka tidak mewakilkan kepada penghubung untuk berhubungan dengan Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Sebesar 41,7 persen dari total responden yang menggunakan penghubung ternyata datang sendiri untuk mengambil sertifikat tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Bagi responden yang menggunakan penghubung dalam melakukan pengurusan sertifikatnya, Biro Jasa/PPAT merupakan pilihan utama responden seperti terlihat pada Grafik 3.5.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Grafik 3.5 Pihak Penghubung yang Membantu Responden
n=287 Sebanyak 224 responden (78 persen) yang menggunakan penghubung memercayakan pengurusan sertifikat tanahnya pada Biro Jasa/PPAT. Selain Biro Jasa/PPAT, Perbekel/ Lurah dan anggota keluarga/tetangga juga termasuk orang yang cukup banyak dimintai tolong untuk membantu mengurus sertifikat tanah. Bahkan ada hal yang menarik, ternyata ada responden yang mengaku menggunakan jasa pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana sebagai penghubung dalam mengurus sertifikat tanah. Padahal hal tersebut termasuk hal yang dilarang untuk mengurangi konflik kepentingan dan menjaga profesionalisme tugas layanan yang diberikan13.
77
Waktu Pengurusan Sertifikat Tanah Hal lain yang terungkap dari survei ini adalah lamanya waktu pengurusan sertifikat tanah. Ringkasan jawaban responden terhadap lamanya waktu pengurusan sertifikat tanah. Seperti terlihat pada tabel 3.9, terdapat perbedaan waktu pengurusan antara responden yang mengurus sertifikat sendiri dan responden yang mewakilkan pembuatannya kepada orang lain. Tabel 3.9 Waktu Pengurusan Sertifikat Kelompok Responden Waktu Pengurusan
Mengurus Sendiri
Mewakilkan
Frekuensi
%
Frekuensi
%
Kurang dari satu bulan2
2
5,1
29
10,1
Satu bulan-tiga bulan
14
35,9
112
39
Tiga bulan-enam bulan
17
43,6
94
32,8
Lebih dari enam bulan
6
15,4
52
18,1
39
287
n1=39, n2=287 13 Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana menegaskan bahwa pegawai Kantor Pertanahan Jembrana tidak diperbolehkan menjadi penghubung mengurus dokumen pertanahan. Meskipun tidak menyangkal kemungkinan ada pegawai yang memberikan jasa penghubung, namun perlu ada klarifikasi mengenai penilaian tersebut. Seringkali ada kesalahan persepsi masyarakat terhadap bantuan yang diberikan. Pegawai yang hendak membantu calon yang datang ke kantor disangka sebagai penghubung yang meminta imbalan atau memberikan keistimewaan kepada orang tertentu. Padahal pertolongan yang diberikan wajar dan menjadi bagian dari layanan kepada semua warga yang datang.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Responden yang menggunakan penghubung cenderung lebih cepat menyelesaikan proses pengurusan sertifikat tanah, dibandingkan responden yang melakukan pengurusan sendiri. Sebagian besar responden (39 persen) yang menggunakan penghubung dapat menyelesaikan pengurusan sertifikat tanah dalam waktu antara satu hingga tiga bulan. Sedangkan responden yang melakukan pengurusan sendiri sebagian besar (43,6 persen) menyelesaikan pengurusan sertifikat tanah dalam waktu antara tiga sampai enam bulan lamanya. Namun sebenarnya, sebaran waktu pengurusan sertifikat tanah ini relatif merata. Prosentase responden di setiap kelompok waktu pengurusan relatif sama. Baik responden yang mengurus sendiri maupun responden yang menggunakaan jasa penghubung. Perbedaan waktu pengurusan sertifikat tanah seperti yang disampaikan responden di atas, memperjelas alasan responden yang menggunakan jasa penghubung. Alasan menggunakan penghubung agar waktu pengurusan lebih cepat memang dirasakan dalam pengalaman responden. Masalah dan Penanganan Pengaduan
78
Masalah ketika mengakses pengaduan yang tercakup dalam survei adalah mengenai permasalahan yang dihadapi responden dalam proses pembuatan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana. Tabel 3.10 memperlihatkan berbagai masalah yang dihadapi responden dalam setiap tahap pembuatan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana. Hasil survei memperlihatkan hanya sebagian kecil responden yang merasa menghadapi masalah pada setiap jasa layanan pembuatan sertifikat tanah. Hanya 19 responden (6 persen) yang mengaku menghadapi masalah dalam pengurusan sertifikat tanah. Bahkan pada saat pengurusan dokumen di perbekel/lurah, tidak ada satupun responden yang mengaku menghadapi masalah selama pengurusan. Dari tujuh tahap layanan dalam pembuatan sertifikat, hanya tiga jasa layanan terakhir yang secara relatif bisa dikatakan lebih bermasalah dari jasa layanan lainnya. Jasa layanan tersebut adalah tahapan proses pengukuran tanah, pengurusan sertifikat setelah pengukuran, dan pengambilan sertifikat yang sudah jadi. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase responden yang mengalami masalah pada ketiga jasa layanan tersebut dibandingkan dengan empat jasa layanan lainnya. Tabel 3.10 Masalah yang Dihadapi Responden dalam Pengurusan Sertifikat Tanah
Jasa layanan Pengurusan surat pengantar untuk silsilah
Jumlah Sampel3
Responden yang bermasalah
76
1
Masalah yang Dihadapi (%) A
B 0
C 0
100
Pengurusan lanjutan dari perbekel/lurah
68
0
0
0
0
Pemberian berkas permohonan
51
2
50
50
0
Pengukuran tanah4
44
3
33,3
66,7
0
Pengurusan sertifikat tanah setelah pengukuran
46
3
0
33,3
66,7
Pengambilan sertifikat yang sudah jadi
157
10
16,7
50
33,3
Selain menggambarkan jumlah responden yang mengalami masalah, tabel tersebut juga memperlihatkan jenis masalah yang dihadapi responden. Hasil jawaban responden mengenai masalah yang dihadapi dalam pembuatan sertifikat tanah dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu:
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Petugas yang sulit ditemui; Adanya pungutan tidak resmi oleh petugas; Petugas tidak profesional dan tidak ramah. Untuk pengurusan surat pengantar untuk silsilah, sebagian besar responden yang bermasalah pada tahapan proses tersebut menyebutkan petugas yang tidak profesional dan tidak ramah adalah masalah yang mereka hadapi dalam jasa layanan ini. Dalam tahap pemberian berkas permohonan, terdapat dua masalah yang dirasakan responden. Kesulitan menemui petugas dan pungutan tidak resmi oleh petugas merupakan masalah yang diungkapkan oleh masing-masing satu responden yang menghadapi masalah dalam tahapan proses tersebut. Sama halnya untuk jasa layanan pengukuran tanah. Kesulitan menemui petugas dialami oleh 33,3 persen responden yang memiliki masalah. Sedangkan masalah pungutan tidak resmi oleh petugas dialami 66,7 persen responden yang menghadapi masalah pada tahapan proses tersebut. Selanjutnya, untuk jasa layanan pengurusan sertifikat tanah setelah pengukuran, masalah yang dihadapi sebagian besar responden adalah petugas yang tidak profesional dan tidak ramah. Masalah tersebut dihadapi oleh 66,7 persen responden yang memiliki masalah pada tahapan proses tersebut. Terakhir, ketika mengambil sertifikat yang sudah jadi, sebagian responden menyatakan pungutan tidak resmi oleh petugas sebagai menjadi masalah yang mereka hadapi. Hal ini dialami oleh lima orang responden atau setengah dari total responden yang memiliki masalah pada tahapan proses tersebut.
79
Penanganan Pengaduan Rupanya hanya sedikit responden yang mempunyai masalah kemudian mengajukan pengaduan. Pada semua tahapan pembuatan sertifikat, hanya delapan responden saja yang mengadukan masalah yang dihadapinya. Adapun masalah yang diadukan adalah masalah layanan yang tidak profesional, dengan cara mendatangi langsung petugas. Bila dilihat dari keefektifannya, pengaduan dari responden memiliki pengaruh yang besar pengaduan dalam memecahkan masalah yang dialami responden. Hal ini terlihat dari teratasinya masalah yang dihadapi semua responden setelah yang bersangkutan melakukan pengaduan. Ternyata dalam meminta bantuan pemecahan masalah yang dihadapi, seluruh responden mengaku memberikan uang tambahan dalam penyelesaian pembuatan sertifikat tanah. Uang tambahan tersebut diberikan secara sukarela dengan jumlah berkisar Rp 10.000 sampai Rp 150.000. Temuan lapangan juga mengindikasikan bahwa responden yang melakukan pengaduan, merasa puas dengan layanan pengaduan di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Adapun faktor yang mendukung kepuasan responden tersebut adalah sebagai berikut: Perlakuan petugas yang baik; Waktu penanganan keluhan yang cukup singkat; Waktu penyelesaian keluhan yang cukup singkat; dan Efektivitas pertolongan petugas yang cukup tinggi. Secara rinci penanganan masalah pengaduan tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.11 di bawah ini.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Tabel 3.11 Penanganan Pengaduan Pengurusan Sertifikat Tanah
Frek Responden punya masalah
Frek Responden mengadu
Masalah selesai (%)
1
0
0
0
0
Pemberian berkas permohonan
2
Pengukuran tanah
Tahapan layanan
Mem beri uang tambahan (%)
Besar dan sifat pemberian
Besaran (Rp)
Suka rela
Di minta
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
100
100
50.000
100
0
3
1
100
100
10.000
100
0
Pengurusan sertifikat setelah pengukuran
3
2
100
100
300.000
100
0
Pengambilan sertifikat
10
4
100
100
10.000
100
0
Pengurusan surat pengantar untuk silsilah Pengurusan lanjutan dari Perbekel/ Lurah
Pungutan Tidak Resmi Temuan lapangan juga mengungkapkan ada pungutan tidak resmi di setiap tahapan proses pengurusan sertifikat tanah.
80
Tabel 3.12 Pungutan Tidak Resmi
Jumlah Sampel
Frekuensi
Proporsi Jawaban Responden yang Dipungut Biaya Tidak Resmi (%)
Pengurusan surat pengantar untuk silsilah
76
34
44,3
Pengurusan lanjutan dari perbekel/lurah
68
30
44,6
Pemberian berkas permohonan
51
1
0,6
Pengukuran tanah
44
5
10,6
Pengurusan sertifikat tanah
46
2
3,9
Pengambilan sertifikat yang sudah jadi
157
35
22,1
Jasa Layanan
Dari tabel 3.12 terlihat pada seluruh tahapan proses pengurusan sertifikat tanah terdapat pungutan tidak resmi. Baik proses yang dikelola komunitas dan pemerintah desa, maupun pada tahapan proses yang dikelola Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana secara langsung. Jumlah responden paling banyak diminta membayar pungutan tidak resmi pada saat pengurusan surat pengantar untuk silsilah dan pengurusan lanjutan dari perbekel. Lebih dari 40 persen responden yang mengurus sendiri pada tahapan proses tersebut diminta membayar pungutan tidak resmi14. 14 Pungutan tidak resmi di komunitas dan pemerintah desa termasuk pungutan dan sumbangan untuk kepentingan komunitas, banjar, maupun desa. Pungutan tersebut tidak terkait langsung dengan administrasi pertanahan. Hanya saja seringkali dibebankan pada saat warga memerlukan dokumen untuk mengurus sertifikat tanah. Setiap desa mempunyai otonomi menentukan aturan desa, termasuk pungutan kepada warga.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Sedangkan ketika mengurus proses di kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana, responden yang diminta membayar pungutan tidak resmi jumlahnya relatif sedikit. Namun pada saat mengambil sertifikat tanah yang sudah jadi, cukup banyak responden yang mengurus sendiri tersebut diminta membayar pungutan tidak resmi (22,1 persen). Besaran pungutan tidak resmi cukup bervariasi. Untuk jasa layanan pemberian berkas permohonan sertifikat tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana, pungutan tidak resmi yang diminta berjumlah Rp 300.000. Untuk jasa pengukuran tanah, besaran pungutan tidak resmi sangat bervariasi dengan kisaran antara Rp 10.000 sampai Rp 1.250.000. Mayoritas responden mengaku diminta membayar pungutan tidak resmi antara Rp 100.000-Rp 150.000. Pada tahapan proses pengurusan sertifikat tanah setelah pengukuran, para responden mengaku diminta membayar pungutan tidak resmi antara Rp 200.000 sampai dengan Rp 300.000. Pada tahapan proses terakhir, yaitu tahapan pengambilan sertifikat yang sudah jadi, para responden mengaku diminta membayar pungutan tidak resmi antara Rp 100.000 sampai Rp 200.000. Selain responden yang mengurus sendiri, rupanya responden yang menggunakan penghubung juga diminta membayar pungutan tidak resmi di setiap tahap proses pengurusan sertifikat tanah. Responden yang menggunakan penghubung tidak dapat memberi rincian besaran pungutan tidak resmi. Mereka hanya dapat mengungkapkan keseluruhan biaya tidak resmi yang dikeluarkan selama proses pembuatan sertifikat tanah. Besaran biaya pungutan tidak resmi dari responden yang menggunakan penghubung dapat dilihat pada tabel 3.13. Tabel 3.13 Besaran Biaya Pungutan Tidak Resmi Dari Responden yang Menggunakan Penghubung
81
Besaran Biaya
Frekuensi
%
< Rp 1.000.000,00
35
32,9
Rp 1.000.000,00 - Rp 2.000.000,00
43
40,8
Rp 2.000.000,00 - Rp 3.000.000,00
17
15,8
> Rp 3.000.000,00
11
10,5
n=106 Tabel 3.13 diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden yang menggunakan penghubung membayar antara Rp. 1.000.000 sampai dengan Rp. 2.000.000. (40,8%). Temuan mengenai biaya ini menegaskan opini responden terhadap penggunaan jasa penghubung. Biaya yang dikeluarkan jika menggunakan penghubung memang lebih mahal daripada mengurus sertifikat tanah sendiri. Termasuk dalam membayar pungutan tidak resmi. Tingkat Kepuasan Terhadap Layanan Dokumen Pertanahan dan Setifikat Tanah Selain penilaian kepuasan terhadap penanganan pengaduan layanan, survei ini secara khusus menggali penilaian tingkat kepuasan repsonden terhadap: • Sikap petugas dan fasilitas di Kantor Kabupaten Jembrana. • Kualitas layanan di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. • Kualitas layanan di setiap tahapan proses pengurusan sertifikat tanah. Pada bagian sebelumnya sudah diketahui seluruh responden yang melakukan pengaduan mengaku puas terhadap tanggapan pengaduan yang disampaikannya. Untuk sikap petugas dan fasilitas di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana, tingkat kepuasan seluruh responden jauh
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
lebih tinggi lagi. Di atas 80 persen responden mengaku puas dengan layanan dan fasilitas di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana, seperti terangkum pada tabel 3.1415. Tabel 3.14 Tingkat Kepuasan Responden terhadap Sikap Petugas dan Fasilitas di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana
Puas Jasa Layanan
Tidak puas
Responden Frek
(%)
Frek
(%)
Sikap petugas
51
44
87,1
7
12,9
Ketersediaan informasi
51
42
83,3
9
16,7
Fasilitas ruang tunggu
51
48
93,4
3
6,6
Waktu penanganan berkas
51
44
86,7
7
12,9 n=51
82
Tabel 3.14 memperlihatkan secara umum responden yang mengurus sendiri pemberian berkas permohonan sertifikat tanah merasa puas terhadap layanan dan fasilitas untuk pengurusan dokumen pertanahan yang tersedia di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Hal ini dapat disimpulkan dari sangat tingginya jumlah responden yang merasa puas, yaitu di atas 83 persen terhadap sikap petugas dan fasilitas di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Mayoritas repsonden merasa puas terhadap fasilitas ruang tunggu (93,4 persen). Sebaliknya, paling sedikit responden yang merasa puas terhadap ketersediaan informasi di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana (83,3 persen). Untuk kualitas layanan di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana, sebanyak 42 responden atau 81,6 persen dari responden yang mengurus sendiri pada tahapan proses pemberian berkas permohonan sertifikat merasa puas akan kualitas layanan pengurusan sertifikat tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Adapun yang menjadi alasan kepuasan responden tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.15. Tabel 3.15 Alasan Kepuasan Terhadap Kualitas Layanan di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana
Alasan Kepuasan
Frekuensi
(%)
Proses pengurusan yang cepat
13
30,1
Biaya pengurusan yang terjangkau Proses pengurusan yang mudah Prosedur pengurusan yang tidak berbelit-belit
1 10 18
3,3 23,3 43,3 n=42
Tabel 3.15 memperlihatkan bahwa prosedur pengurusan dokumen yang tidak berbelit-belit menjadi alasan kepuasan sebagian besar responden pengguna jasa di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Hal ini diungkapkan oleh sekitar 43 persen responden yang merasa puas. Di sisi lain, hanya sebagian kecil responden yang menyatakan puas dengan alasan biaya pengurusan dokumen yang terjangkau (3,3 persen). 15 Responden yang memberikan penilaian terdapat tahapan proses di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana adalah responden yang mengurus sendiri (termasuk responden yang menggunakan penghubung pada tahapan proses yang lain) pada tahapan proses penyerahan berkas permohonan. Tahapan proses ini merupakan tahapan penting karena berkaitan penerimaan dan pemeriksaan permohonan. Termasuk pembayaran.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Responden yang merasa tidak puas terhadap kualitas layanan dokumen pertanahan di Kabupaten Jembrana berjumlah 9 orang atau 18,4 persen dari responden yang mengurus sendiri pada tahapan proses pengurusan sertifikat di kantor pertanahan. Alasan ketidakpuasan mereka dapat dilihat pada tabel 3.16. Tabel 3.16 Alasan Ketidakpuasan Layanan di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana Alasan Ketidakpuasan
Frekuensi
(%)
Proses pengurusan yang lama
3
33,3
Banyak pungutan tidak resmi
3
33,3
Prosedur pengurusan yang berbelit-belit
3
33,3 n=9
Tabel tersebut memperlihatkan tiga alasan ketidakpuasan responden akan layanan pengurusan dokumen pertanahan di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana, yaitu proses pengurusan yang lama, banyaknya pungutan tidak resmi dan prosedur pengurusan yang berbelit-belit. Terakhir, survei juga mengungkapkan penilaian tingkat kepuasaan atau ketidakpuasan responden terhadap terhadap kualitas layanan di setiap tahapan proses pengurusan sertifikat tanah. Informasi penilaian kepuasan responden terhdap tahapan proses pengurusan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana dapat dilihat pada tabel 3.17 berikut16: Tabel 3.17 Penilaian Kepuasan Responden Terhadap Layanan dalam Tahapan Proses Pengurusan Sertifikat Tanah Jumlah Sampel
Frek
Responden yang Puas (%)
A
B
C
D
Pengurusan surat pengantar untuk silsilah
76
74
97
30,0
0
23,3
46,7
Pengurusan lanjutan dari perbekel/lurah
68
68
100
29,2
0
16,1
54,8
Pemberian berkas permohonan
51
48
93,9
20,7
3,4
24,1
51,8
Pengukuran tanah
44
41
93,9
27,6
3,4
27,6
41,4
Pengurusan sertifikat tanah setelah pengukuran
46
42
90,9
32,1
3,6
10,7
53,6
Pengambilan sertifikat yang sudah jadi
157
153
97,2
39,4
0
27,3
33,3
Jasa Layanan
83
Alasan (%)
Tabel 3.17 memperlihatkan bahwa tingkat kepuasan responden terhadap pengurusan sertifikat tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana sangat tinggi. Secara keseluruhan jumlah responden yang puas mencapai lebih dari 90 persen dari total responden yang mengurus sendiri sertifikat tanah pada setiap tahapan proses pengurusan sertifikat tanah. Bahkan untuk jasa layanan pengurusan lanjutan dari perbekel atau lurah dan pengurusan lanjutan silsilah di kantor kecamatan, seluruh responden menyatakan puas. Prosentase responden yang paling sedikit puas terdapat pada tahapan proses pengurusan sertifikat tanah setelah pengukuran (90,9 persen).
16 Responden yang menjawab mengenai penilaian kepuasan dalam tahapan proses pengurusan sertifikat tanah adalah responden yang mengurus sendiri pada tahapan proses tersebut. Jumlah responden pada setiap tahapan proses pengurusan sertifikat tanah berbeda-beda.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Alasan yang mendukung kepuasan responden untuk layanan pembuatan sertifikat tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana terbagi menjadi empat kelompok, yaitu: Proses pengurusan yang cepat; Biaya pengurusan yang terjangkau; Proses pengurusan yang mudah; dan Prosedur pengurusan yang tidak berbelit-belit. Dari keempat alasan tersebut, sebagian besar responden menyatakan prosedur pengurusan yang tidak berbelit-belit menjadi alasan kepuasan mereka. Hal ini terlihat dari mayoritas responden yang menyatakan hal ini untuk setiap tahapan proses layanan pengurusan sertifikat tanah. Sebaliknya biaya pengurusan yang terjangkau menjadi alasan kepuasan paling sedikit responden yang menyatakan puas terhadap layanan di setiap tahapan proses pengurusan sertifikat tanah. Masih terdapat sebagian kecil responden yang mengurus sendiri sertifikat tanah merasa tidak puas terhadap layanan sebagian besar tahapan proses pengurusan sertifikat tanah. Hanya pada tahapan prose pengurusan lanjutan dari perbekel/lurah semua responden merasa puas. Terdapat empat alasan di balik ketidakpuasan responden tersebut, yaitu: Proses pengurusan yang lama; Biaya pengurusan yang mahal; Banyak pungutan tidak resmi; dan Prosedur pengurusan yang berbelit-belit
84
Seperti terlihat dalam tabel 3.18, proses pengurusan yang lama dan prosedur pengurusan yang berbelit sebagai alasan ketidakpuasan sebagain besar responden terhadap layanan di sebagian besar tahapan proses pengurusan sertifikat tanah. Pungutan tidak resmi yang menjadi alasan ketidakpuasan responden hanya disebutkan pada tahapan proses pengukuran tanah. Tabel 3.18 Alasan Ketidakpuasan Responden Terhadap Layanan Dalam Tahapan Proses Pengurusan Sertifikat Tanah Jumlah Responden yang Tidak Puas 2
A
B
C
D
100
0
0
0
0
-
0
0
0
Pemberian berkas permohonan
3
66,7
0
0
33,3
Pengukuran tanah
3
0
0
66,7
33,3
Pengurusan sertifikat tanah setelah pengukuran
4
0
25
0
75
Pengambilan sertifikat yang sudah jadi
4
100
0
0
0
Jasa Layanan Pengurusan surat pengantar untuk silsilah Pengurusan lanjutan dari perbekel/lurah
Alasan (%)
Sosialisasi Informasi Layanan Pengurusan Sertifikat Tanah Bagian ini akan mengungkap temuan lapangan yang berkaitan penyebaran informasi mengenai pembuatan sertifikat tanah di antara responden. Hal pertama yang diungkap dan berkaitan dengan penyebaran informasi tersebut adalah sebaran informasi dan sumber informasi yang terangkum dalam tabel 3.19.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Tabel 3.19 Sebaran Informasi Pengurusan Sertifikat Tanah
Jenis Layanan Informasi
Responden yang Menerima Informasi Frek
%
Sumber Informasi (%) Petugas Dusun
Petugas Desa
Petugas Kecamatan
Petugas Kantor Pertanahan
Lain nya
Prosedur dan syarat-syarat pengurusan sertifikat tanah
44
13,6
10,9
28,3
23,9
10,9
26,1
Waktu pengurusan sertifikat tanah
30
9,2
-
28,1
25
12,5
34,4
42
12,9
2,4
33,3
23,8
9,5
31
15
4,5
5,3
10,5
26,3
15,8
42,1
Biaya pengurusan sertifikat tanah Cara pengaduan masalah dalam pembuatan sertifikat tanah
n=326
Tabel 3.19, memperlihatkan hanya sebagian kecil responden yang pernah menerima informasi yang berhubungan dengan pembuatan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana. Prosentase responden yang mengaku mendapatkan informasi besarnya tidak melebihi 14 persen dari total responden yang mengurus sertifikat tanah. Dari empat jenis informasi yang tertera pada kolom diatas, informasi mengenai prosedur dan syaratsyarat pengurusan sertifikat tanah merupakan informasi yang paling tersebar luas di antara para responden. Informasi ini pernah diterima oleh sekitar 13,6 persen responden. Sedangkan informasi mengenai cara pengaduan masalah dalam pengurusan sertifikat tanah merupakan informasi yang paling sedikit diterima responden. Hanya 4,5 persen dari total responden menyatakan pernah menerima informasi ini.
85
Selanjutnya adalah mengenai sumber informasi pengurusan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana. Tabel 3.15 memperlihatkan sumber informasi yang menyampaikan berbagai informasi terkait pengurusan sertifikat tanah kepada responden. Sebagian besar responen yang menerima informasi prosedur dan syarat-syarat pengurusan sertifikat tanah, menyebutkan petugas desa sebagai sumber informasi tersebut (28,3 persen). Sebagian besar responden menyebutkan berbagai pihak lain di luar petugas pemerintah dan dusun yang memberikan informasi mengenai waktu pengurusan sertifikat tanah (34,4 persen). Selanjutnya untuk informasi mengenai biaya pengurusan sertifikat tanah, mayoritas responden (33,3 persen) menunjuk petugas desa sebagai sumber informasi mereka. Hal yang terakhir, yaitu informasi mengenai cara pengaduan masalah dalam pembuatan sertifikat tanah, mayoritas responden (42,1 persen) mendapatkan informasi tersebut dari sumber selain petugas pemerintahan dan Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Selain empat sumber informasi yang disebutkan, responden juga mengakui mendapatkan informasi mengenai pembuatan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana dari media lainnya, termasuk media massa.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Tabel 3.20 Media Sumber Informasi Pengurusan Sertifikat Tanah Jenis Media
Frek
%
Koran
18
5,6
Radio
17
5,3
Televisi (Jimbawarna TV)
32
9,9
Spanduk/baliho
1
0,4
Internet (J-Net) Papan pengumuman di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana Papan pengumuman di kantor camat/lurah/kepala desa/ banjar/ dinas/lingkungan Sosialisasi langsung dari klian/lingkungan/lurah/ kecamatan/ petugas
1 36
0,4 11,1
31
9,4
65
20
n=326
86
Dari berbagai media tersebut, masyarakat mendapatkan informasi sertifikasi pertanahan dari klian/lingkungan/lurah/kecamatan/petugas secara langsung (20 persen). Sebaliknya, hanya sedikit responden yang mengatakan baliho/spanduk dan internet (J-Net) sebagai sumber media informasi pengurusan sertifikat tanah. Hanya 0,4 persen dari seluruh responden yang menyebutkan kedua jenis media tersebut sebagai sumber informasi pengurusan sertifikat tanah. Dari segi kelengkapan informasi yang diberikan, sebagian besar responden melihat televisi sebagai media yang memberikan informasi lengkap (32,2 persen). Adapun internet dan stiker/poster/selebaran dianggap sebagai media yang tidak mampu memberikan informasi yang lengkap mengenai layanan pengurusan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana. Hanya di bawah dua persen responden yang melihat kedua media tersebut memberikan informasi yang cukup lengkap tentang pengurusan sertifikat tanah. Tabel 3.21 Persepsi Responden Mengenai Media dengan Informasi Terlengkap
Jenis Media
Frek
%
Koran
28
8,5
Radio
51
15,6
Televisi (Jimbawarna TV)
105
32,2
Stiker/poster/selebaran
10
3,0
Internet (J-Net)
9
2,9
Papan pengumuman di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana
98
30,0
Papan pengumuman di kantor camat/lurah/kepala desa/banjar/dinas/ lingkungan
90
27,5
Sosialisasi langsung dari klian/lingkungan/lurah /kecamatan/petugas
154
47,2 n=326
Dari segi tingkat kepentingan, sebagian besar responden menilai informasi yang paling penting adalah informasi mengenai prosedur dan syarat-syarat pengurusan sertifikat tanah. Sebanyak 58,2 persen dari total responden menempatkan informasi ini di tempat pertama. Sedangkan sebagian kecil responden yang menilai informasi mengenai cara pengaduan masalah dalam pembuatan sertifikat tanah sebagai informasi yang penting. Informasi tersebut dianggap penting hanya oleh 0,9 persen dari total responden.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Tabel 3.22 Persepsi Responden terhadap Informasi Pengurusan Sertifikat Tanah yang Penting Diketahui Jenis Layanan Informasi
Frek
%
Prosedur dan syarat-syarat pengurusan sertifikat tanah
190
58,2
Waktu pengurusan sertifikat tanah
20
6,0
Biaya pengurusan sertifikat tanah
114
34,9
Cara pengaduan masalah dalam pembuatan sertifikat tanah
3
0,9 n=326
Hal terakhir yang terungkap dalam survei dan berhubungan dengan sosialisasi layanan pengurusan sertifikat tanah, adalah persepsi dari responden mengenai jenis media yang dianggap paling efektif dalam menyebarkan informasi mengenai layanan pengurusan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana. Hal tersebut terangkum dalam tabel 3.23. Tabel 3.23 Persepsi Responden Mengenai Media yang Paling Efektif Jenis Media
Frek
%
Koran Radio Televisi (Jimbawarna TV)
13 8 52
4,1 2,5 15,8
Spanduk/baliho Stiker/poster/selebaran Buku saku
2 6 6
0,6 1,9 1,9
Papan pengumuman di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana
6
1,9
Papan pengumuman di kantor camat/lurah/kepala desa/banjar/dinas/ lingkungan
31
9,5
Sosialisasi langsung dari klian/lingkungan/lurah /kecamatan/petugas
201
61,7
87
n=326
Dari tabel dapat dilihat, terdapat dua jenis media yang dianggap sebagai media penyebaran informasi yang paling efektif oleh responden. Sebagain besar responden menganggap sosialisasi langsung dari pemimpin lokal atau pemerintahan sebagai media penyebaran informasi yang paling efektif (61,7 persen). Sebagian kecil responden menganggap spanduk dan baliho sebagai media yang efektif dalam penyebaran informasi adalah spanduk dan baliho (0,6 persen). Pengetahuan Mengenai RAD-PK Kabupaten Jembrana Hal terakhir yang coba digali dari survei ini adalah tingkat pengetahuan responden mengenai RAD-PK Pemerintah Kabupaten Jembrana. Kebijakan ini secara tidak langsung, akan memengaruhi layanan pengurusan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana. Ada dua informasi yang terungkap oleh survei mengenai RAD-PK Pemeritah Kabupaten Jembrana, yaitu pengetahuan masyarakat mengenai RAD-PK dan sumber informasi mengenai RAD-PK tersebut. Untuk informasi pertama, hanya sebanyak 30,1 persen responden mengetahui adanya RAD-PK Pemerintah Kabupaten Jembrana. Adapun mengenai sumber informasi mengenai RADPK tersebut, dapat dilihat pada tabel 3.24 berikut.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Tabel 3.24 Sumber Informasi RAD-PK Kabupaten Jembrana Jenis Media
Frek
%
Koran
17
5,3
Radio
7
2,1
Televisi
96
29,5
Stiker/poster/selebaran
4
1,1
Papan pengumuman di kantor pemerintahan Papan pengumuman di kantor camat/lurah/kepala desa/banjar/dinas/ lingkungan Sosialisasi langsung dari klian/lingkungan/lurah /kecamatan/petugas
21
6,3
7
2,1
99
30,5
Pertemuan masyarakat di banjar/lingkungan
75
23,1 n=326
Tabel tersebut memperlihatkan sebagian besar responden mengakui mendapatkan informasi mengenai RAD-PK Pemerintah Kabupaten Jembrana dari sosialisasi langsung aparat adat dan pemerintah, televisi dan pertemuan masyarakat di banjar/lingkungan.
88
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Survei ini berusaha menyajikan potret kepuasan rakyat terhadap layanan pembuatan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana. Beberapa hal yang ditemukan dalam survei tersebut adalah: a. Tidak ada korelasi yang signifikan antara karakteristik dan latar belakang repsonden dengan tingkat kepuasan, permasalahan, dalam pengurusan dokumen pertanahan dan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana. Latar belakang responden yang sebagian besar berpenghasilan kurang dari Rp 5.000.000/ bulan mempengaruhi penilaian mereka terhadap kepuasan layanan pengurusan sertifikat tanah. Hanya satu orang responden yang menyatakan biaya pengurusan sertifikat itu terjangkau. Artinya, meskipun sebagian besar responden menggunakan jasa penghubung yang lebih mahal, hal itu tidak berkaitan dengan kemampuan ekonomi yang lebih baik. Penggunaan jasa penghubung didasari alasan untuk mempercepat pengurusan sertifikat tanah. b. Hampir seluruh responden (88%) mengaku pernah menggunakan penghubung dalam mengurus dokumen pertanahan di kantor Badan Pusat Pertanahan. Meskipun dalam beberapa tahap proses pengurusan sertifikat tanah mereka juga mengurus sendiri. Terutama pada tahapan proses saat pengambilan sertifikat yang sudah jadi. Dalam tahap ini responden yang mengurus sendiri meningkat jumlahnya menjadi 41,2 persen dari seluruh responden. Penghubung banyak berperan pada tahapan proses di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana, mulai tahapan proses penyerahan berkas sampai pengurusan sertifikat setelah pengukuran. c. Sebagian besar responden yang menggunakan penghubung menggunakan biro jasa/ PPAT untuk mewakili mereka mengurus sertifikat tanah (77,8%). Ada juga responden yang mengaku menggunakan jasa penghubung dari pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana sebagai penghubung untuk mengurus sertifikat tanah (2%). Penggunaan penghubung dalam pengurusan dokumen pertanahan, terutama PPAT sesuai peraturan perundangan untuk membantu pemerintah dalam pengurusan tanah (hal itu tidak berlaku untuk pegawai kantor pertanahan). d. Alasan responden menggunakan penghubung adalah waktu layanan yang lebih cepat dibandingkan bila mengurus sendiri, meski biaya yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi. Memang terdapat perbedaan waktu pengurusan yang dialami responden yang mengurus sendiri dibandingkan responden yang menggunakan jasa penghubung. Pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana membenarkan hal tersebut. Hal itu disebabkan antara lain, karena penghubung lebih aktif mencari informasi perkembangan proses pengurusan sertifikat warga. e. Keberadaan penghubung perlu dibatasi mekanisme layanan yang tidak mendorong konflik kepentingan dan mengabaikan kesetaraan dalam pemberian layanan. Meskipun keberadaan penghubung sesuai peraturan perundangan, namun perlu dijamin bahwa keberadaan penghubung menjadikan akses langsung warga menjadi terhambat dan dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi. Selain itu, memperhatikan alasan penggunaan penghubung dan penggunaan jasa penghubung saat memasuki tahapan proses pengurusan di Kantor Pertanahan, memberi gambaran persepsi bahwa pengurusan sertifikat membutuhkan waktu lama dan dapat dipersingkat oleh kelompok tertentu. f. Hanya sedikit responden yang menghadapi masalah selama mengakses layanan pengurusan sertifikat tanah. Hanya sebesar enam persen dari responden yang mengurus sendiri proses mengurusan sertifikat tanah. Sebagian besar responden yang menghadapi masalah tersebut mengaku menghadapi masalah pada saat mengurus dokumen di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana, terutama pada saat pengambilan sertifikat yang sudah jadi. g. Masalah yang dihadapi sebagian besar responden adalah petugas yang tidak
89
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
h.
i.
j.
k.
l.
m.
90
n.
o.
p.
q.
r.
s.
profesional dan tidak ramah. Pungutan tidak resmi muncul sebagai masalah pada tahapan proses pengukuran tanah dan pengurusan sertifikat setelah pengukuran. Hanya ada delapan orang responden yang pernah mengadukan masalah mereka. Mereka merasa puas terhadap tanggapan dan penyelesaian pengaduan tersebut. Meskipun seluruh responden mengaku memberikan uang tambahan secara sukarela yang besarnya berkisar antara Rp 10.000 sampai Rp 150.000. Minimnya pengaduan terkait juga dengan jenis informasi yang diterima responden. Dibandingkan informasi lain yang terkait pengurusan sertifikat tanah, hanya sedikit responden yang pernah mendapatkan informasi mengenai mekanisme pengaduan. Sebesar 40 persen responden yang mengurus sendiri sertifikat tanah mengaku diminta pungutan tidak resmi yang sebagian besar jumlahnya berkisar antara Rp 100.000-Rp 150.000. Pungutan tidak resmi ini terjadi pada seluruh tahapan proses pengurusan sertifikat tanah. Baik proses yang dikelola komunitas dan pemerintah desa, maupun pada tahapan proses yang dikelola Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana secara langsung. Prosentase responden paling besar mengaku diminta pungutan tidak resmi pada saat pengurusan lanjutan dari perbekel/lurah (44,6 persen). Prosentase responden paling kecil (0,6 persen) mengaku diminta uang pungutan tidak resmi adalah saat penyerahan berkas permohonan. Pungutan tidak resmi di komunitas dan pemerintah desa termasuk pungutan dan sumbangan untuk kepentingan komunitas, banjar, maupun desa. Pungutan tersebut tidak terkait langsung dengan administrasi pertanahan. Hanya saja seringkali dibebankan pada saat warga memerlukan dokumen untuk mengurus sertifikat tanah. Lebih dari 83 persen responden yang mengurus sendiri pemberian permohonan sertifikat tanah merasa puas terhadap sikap petugas dan dan fasilitas yang tersedia di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Mayoritas responden mengaku puas pada fasilitas dan layanan di ruang tunggu (93,4 persen). Sebaliknya paling sedikit responden yang menyatakan puas pada ketersediaan informasi di kantor (83,3 persen). Sebanyak 81,6 persen responden yang mengurus sendiri pemberian berkas permohonan sertifikat merasa puas terhadap kualitas layanan pengurusan dokumen di kantor tersebut. Sebagian besar responden menyebutkan prosedur pengurusan tidak berbelit-belit sebagai alasan kepuasan mereka (43,3 persen). Sebagian kecil responden menyebutkan biaya pengurusan yang terjangkau sebagai alasan kepuasan mereka (3,3 persen). Repsonden yang menyatakan tidak puas terhadap kualitas layanan di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana, menyampaikan tiga alasan ketidakpuasan mereka, yaitu pengurusan yang lama, banyak pungutan tidak resmi, dan prosedur pengurusan yang berbelit. Prosentase responden yang merasa puas dengan layanan pada seluruh tahapan proses pengurusan sertifikat tanah mencapai 90 persen dari responden yang mengurus sendiri pada setiap tahapan proses pengurusan sertifikat tanah. Bahkan untuk jasa layanan pengurusan lanjutan dari perbekel atau lurah dan pengurusan lanjutan silsilah di kantor kecamatan, seluruh responden menyatakan puas. Prosentase responden yang paling kecil menyatakan puas terhadap tahapan proses pengurusan sertifikat setelah pengukuran (90,9 persen). Hanya sebagian kecil responden yang pernah menerima informasi yang berhubungan dengan pembuatan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana. Informasi mengenai cara pengaduan masalah dalam pengurusan sertifikat tanah adalah informasi diterima oleh responden dengan prosentase yang paling rendah. Sebagian besar informasi tersebut diterima responden dari petugas desa. Hanya sedikit responden yang menganggap intenet (J-Net) dan baliho/spanduk sebagai media yang menyampaikan informasi lengkap dan efektif. Hanya sebagian kecil masyarakat yang mendapat informasi mengenai RAD-PK.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Sebagian besar responden mengakui mendapatkan informasi mengenai RAD-PK melalui sosialisasi langsung aparat adat dan pemerintah, televisi dan pertemuan masyarakat di banjar/lingkungan. Rekomendasi Dari beberapa temuan survei kepuasan konsumen terhadap layanan pengurusan sertifikat tanah di Kabupaten Jembrana, ada beberapa isu yang perlu didiskusikan lebih lanjut demi perbaikan layanan pengurusan sertifikat tanah berupa: Melakukan kajian penyempurnaan layanan. Alasan ketidakpuasan layanan di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana adalah proses pengurusan yang lama, prosedur berbelit, dan pungutan tidak resmi. Itu pula yang melatar-belakangi warga banyak menggunakan jasa penghubung. Dalam mengatasi hal ini, perlu dikaji menyempurnakan layanan dengan memanfaatkan layanan satu loket yang sudah diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana selama ini. Memang hal tersebut masih perlu mempertimbangkan posisi Kantor Pertanahan kabupaten Jembrana yang mempunyai struktur vertikal dengan Kantor Badan Pertanahan Nasional. Kajian meliputi aturan perundangan mengenai kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah, aturan perundangan terkait layanan dokumen pertanahan di daerah, maupun kajian mengenai efektivitas penggabungan layanan dokumen pertanahan ke dalam sistem layanan satu loket Kabupaten Jembrana. Menghilangkan pungutan tidak resmi. Pungutan tidak resmi ada di setiap tahapan proses pengurusan sertifikat. Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana perlu mengembangkan mekanisme untuk menghilangkan pungutan tidak resmi pada tahapan proses pengurusan sertifikat tanah yang dikelola langsung oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Terutama pada tahapan proses pengukuran tanah dan pengurusan sertifikat setelah pengukuran. Sedangkan untuk menghilangkan pungutan pada tahapan proses lainnya, kantor pertanahan perlu melakukan sosialisasi biaya resmi yang menjadi standar BPN termasuk standar biaya pengurusan di tingkat pemerintahan desa. Selain itu, perlu bersama Pemerintah Kabupaten Jembrana memfasilitasi pertemuan antar-desa pakraman melalui majelis desa pakraman. Dalam pertemuan ini disepakati dapat diusulkan membuat standar pungutan desa yang bersamaan dengan layanan pengurusan dokumen pemerintah. Aturan sosial dalam masyarakat perlu dihargai. Namun dalam proses pengurusan dokumen publik perlu dipisahkan antara kewajiban sosial kepada komunitas dengan hak warga mendapatkan layanan publik dari pemerintah. Mengurangi pemakaian penghubung. Alasan menggunakan penghubung adalah mengurus sertifikat dengan cepat, meskipun harus membayar dengan jumlah yang bisa melebihi sepuluh kali lebih besar dibandingkan mengurus sendiri. Tahapan proses yang dianggap ‘kritis’ sehingga membutuhkan penghubung adalah tahapan proses mulai dari pemberian berkas permohonan sampai pengurusan lanjutan setelah pengukuran. Salah satu upaya meningkatkan akses warga tanpa perlu tergantung pada penghubung, dapat digagas dua strategi. Strategi pertama, melakukan sosialisasi mengenai penyempurnaan layanan pengurusan sertifikat tanah yang selama ini telah dikembangkan sehingga dapat diakses tanpa menggantungkan pada penghubung. Terutama pada tahapan proses di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Strategi kedua, Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana mengontrol dan menjamin pemenuhan standar kerja, waktu, dan biaya seluruh tahapan proses di Kantor Pertanahan Kabupaten Jembrana. Terutama pada tahapan yang dianggap ‘kritis’. Tidak ada ‘keistimewaan’ layanan kepada penghubung. Semua pihak yang mengurus dokumen pertanahan harus mengikuti proses dan biaya sesuai standar. Penegakan aturan yang melarang pegawai kantor pertanahan berperan sebagai penghubung juga harus dilakukan dengan tegas.
91
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Sosialisasi mengenai layanan dan pengaduan. Masih sedikit masyarakat yang tidak mendapat informasi mengenai pengurusan dokumen pertanahan (di bawah 26 persen). Ketidaktahuan ini memberi kontribusi yang signifikan pada penggunaan penghubung dalam mengurus dokumen pertanahan. Peningkatan partisipasi warga dalam kontrol pertama-tama dilakukan dengan sosialisasi melalui informasi di kantor, papan pengumuman, dan televisi yang masih dianggap media yang efektif menjangkau masyarakat. Sosialisasi perlu melibatkan petugas kecamatan dan petugas desa. Mereka berdua merupakan pihak yang aktif dan menjadi sumber informasi utama bagi masyarakat. Membenahi mekanisme pengaduan. Sampai saat ini belum ada standar mekanisme penyelesaian atas pengaduan warga, padahal mekanisme pengaduan merupakan hal yang penting guna mendapatkan masukan perbaikan layanan publik. Termasuk memperbaiki profesionalisme pegawai penerima pengaduan. Sosialisasi mengenai saluran dan mekanisme pengaduan yang sebenarnya sudah dimiliki Pemerintah Kabupaten Jembrana. Hal yang penting adalah meningkatkan kepercayaan warga dengan mengembangkan mekanisme pengaduan yang nyaman, transparan, dan cepat memberikan tanggapan terhadap pengaduan yang disampaikan warga. Termasuk mengumumkan mengenai tindak lanjut pengaduan secara berkala untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap keseriusan tanggapan pemerintah pada pengaduan mereka.
92
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
Daftar Pustaka Abe, Alexander., Perencanaan Daerah Partisipatif, Pondok Edukasi, Solo, 2002. Widoyoko, Danang, Luki Djani, dkk., Saatnya Warga Melawan Korupsi: Citizen Report Card Untuk Pendidikan, Indonesian Corruption Watch (ICW), Jakarta, 2006. Topatimasang, Roem, Merubah Kebijakan Publik. Read Book, Yogyakarta, 2001. Suhirman dan Endah Apriani, Bila Warga Menilai: Potret Kepuasan Konsumen Layanan Publik Kota Bandung, Bandung Institute for Governancance Studies (BIGS), Bandung, 2002. Suhirman, Kerangka Hukum Perencanaan dan Penganggaran Daerah di Indonesia, Peluang dan Tantangan untuk Partisipasi Publik, Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM), Bandung, 2005. Gulo, W., Metodologi Penelitian, Grasindo, Jakarta, 2002 Djabbar, Faisal., Korupsi dan Layanan Publik (artikel), www.indonesia.go.id. Paul, Samuel, Making Voice Work:The Report Card on Bangalore’s Public Services, Public Affair Centre Banglore, Supported by the Bank. Improving Local Governance and Service Delivery: Citizen Report Card Learning Tool Kit, Asian Development Bank and Asian Development Bank Institute, 2005. Peningkatan Kualitas Layanan Publik Melalui Partisipasi Masyarakat Dalam Rangka Mewujudkan Kepemerintahan yang baik. Pengalaman Praktis di Kabupaten Solok, Kabupaten Bima, dan Kota Bima, Kerjasama Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia dan Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ). The Third Citizen Report Card On Public Services in Banglore, Public Affairs Centre, Bangalore.
93
Semua Bisa Seperti Jembrana: Kisah Sukses Sebuah Kabupaten Meningkatkan Kesejahteraan Rakyatnya, Yayasan TIFA, 2005. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 Peraturan Bupati Jembrana Nomor 14 Tahun 2007 Tentang Rencana Aksi Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kabupaten Jembrana 2007-2010 Rencana Tindak Lanjut Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kabupaten Jembrana 2007-2010, Tim Koormonev Kabupaten Jembrana. 2008 Dampak Korupsi di Layanan Publik Cukup Tinggi, Harian Suara Karya, Kamis 14 Agustus 2008.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 3 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN ADMINISTRASI PERTANAHAN KABUPATEN JEMBRANA
94
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) 95 KOTA MAGELANG
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
RANGKUMAN Bisa dipastikan, hampir semua warga nomral akan berhubungan dengan urusan ijin mendirikan bangunan (IMB). Sejauh mana layanan yang telah diselenggarakan mampu menjawab kepuasan yang diharapkan warga, di Kota Magelang diadakanlah survei dengan metode Citizen Report Card (CRC). Metode CRC dipilih karena CRC merupakan sebuah metodologi penelitian yang dioperasionalkan melalui pengumpulan pengalaman masyarakat (penelitian kuantitatif, melalui survei lapangan) yang kemudian dianalisis secara kualitatif untuk melengkapi hal-hal yang tidak bisa dikuantifikasikan. CRC juga merupakan jenis penelitian yang menggabungkan dua kelompok kepentingan sebagai sumber dalam menarik kesimpulan serta menyusun rekomendasi, yakni kelompok penyedia layanan (provider) serta kelompok pengguna layanan (user). Sehingga apa yang tersaji dari hasil penelitian CRC ini merupakan hasil yang bisa dipertanggungjawabkan serta merupakan kompromi yang baik antara penyedia dan pengguna layanan. CRC dilakukan terhadap layanan pengurusan permohonan IMB yang diselenggarakan oleh Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (DPTPM), yang saat ini namanya telah diganti menjadi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BP2T). Survei dilakukan terhadap 298 responden pengguna layanan IMB, sesuai data dari DPTPM yaitu pemohon IMB pada periode Juni 2007-Mei 2008. Survei CRC di Kota Magelang ini bertujuan mencari masukan dari masyarakat untuk substansi RADPK yang dilakukan secara partisipatif. Dalam hal ini, sebagai tahapan awal yang diupayakan adalah perbaikan layanan publik di sektor perijinan. Hasil survei ini diharapkan memberikan kontribusi positif bagi penyempurnaan RAD-PK di Kota Magelang. Output dari kegiatan ini adalah adanya hasil survei persepsi masyarakat Kota Magelang dalam mengurus permohonan IMB, yang menjadi input bagi pemerintah daerah dalam melakukan perbaikan kualitas layanan IMB.
96
Serangkaian agenda yang diselenggarakan untuk menghasilkan output tersebut adalah sosialisasi RAD-PK dan penandatangan kesepakatan bersama antara Pemerintah Kota Magelang dan Direktorat Hukum dan Hak Asasi Manusia Badan Perencanaan Pembangunan Nasional tentang Dukungan Terhadap Pelaksanaan Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Kota Magelang, yang dilaksanakan pada 3 Maret 2008. Focus Group Discussion Provider pada 29 April 2008, dan Focus Group Discussion User, 30 April 2008. Training Surveyor dilaksanakan 26-27 Juni 2008 dan dilanjutkan Distribusi Kuesioner tanggal 28 Juni–12 Juli 2008. Selanjutnya dilakukan entry data, koding dan analisis data, yang akan dilanjutkan tahap penulisan laporan. Rangkaian terakhir adalah launching hasil survei CRC terhadap pemerintah maupun masyarakat luas. Dalam kegiatan sosialisasi dan penandatangan kesepakatan bersama, telah dihasilkan nota kesepakatan yang ditanda-tangani oleh Walikota Magelang serta Direktur Hukum dan Hak Asasi Manusia Bappenas. Dalam FGD provider telah dihasilkan penjelasan tentang kondisi layanan yang diselenggarakan oleh DPTPM. Sementara dalam FGD user, didapatkan beberapa pengalaman dalam mengurus IMB yang kemudian dijadikan indikator dalam menyusun kuesioner. Selanjutnya dilakukan rekruitmen surveyor. Di Kota Magelang, direkrut 10 orang surveyor untuk melakukan distribusi kuesioner. Sebelumnya, telah dilakukan training surveyor guna memberikan pembekalan bagi surveyor dalam melakukan distribusi kuesioner. Hasil dari distribusi kuesioner tersebut telah dilakukan koding serta analisis yang kemudian dijadikan draft laporan. Hasil dari draft laporan penelitian yang disusun ini kemudian dilakukan consultative meeting yang menghasilkan rekomendasi yang disusun bersama dengan provider. Kemudian dilanjutkan dengan launching draf laporan mencari masukan dari publik untuk penyusunan laporan akhir penelitian yang saat ini tersaji. Adapun rekomendasi yang dihasilkan dalam survei CRC tersebut adalah: Perlu regulasi untuk mengatur tata kelembagaan, meminimalisir penggunaan jasa perantara, mengurangi biaya tidak resmi dan memperpendek prosedur layanan. Membuat pola sosialisasi yang efektif dan tepat sasaran. Dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk mempermudah akses masyarakat dalam pengurusan IMB. Mengubah citra DPTPM dengan memberikan layanan yang prima, sehingga menjadi lembaga layanan yang murah, ramah, transparan, cepat.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap hari, kita memerlukan beragam layanan, baik barang maupun jasa, untuk memenuhi kehidupan yang berkualitas. Dalam bidang tertentu, negara menguasai penyediaan layanan tersebut (monopolistic public goods). Dalam bidang perijinan dan sertifikasi, termasuk di dalamnya adalah ijin mendirikan bangunan (IMB) merupakan layanan yang menjadi kewenangan mutlak negara. Dalam segi ini, negara wajib mengelola sumber daya yang dimiliki dan mengalokasikannya demi kesejahteraan warga melalui layanan publik yang berkualitas. Filosofi dari sebuah layanan adalah memberikan jasa yang terbaik demi kepuasan konsumen (masyarakat pengguna). Dengan kata lain, konsumen adalah raja. Dalam konteks IMB adalah memberikan pelayanan yang berkualitas dalam proses pengurusan IMB. Baik dalam hal ketepatan waktu, sampai pada perilaku petugas dalam melaksanakan layanan tersebut. Tapi benarkah dalam pengurusan IMB di Kota Magelang ini masih berlaku hukum konsumen adalah raja? Praktik korupsi dalam layanan publik sepertinya sudah menjadi fenomena yang umum terjadi. Saking umumnya, bahkan hal itu tidak lagi dirasa sebagai korupsi, melainkan sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam pengurusan layanan publik. Korupsi sekarang ini serasa telah terstruktur dan membudaya. Untuk itu, pemberantasan korupsi merupakan agenda yang paling mendesak dilakukan. Akan tetapi, karena korupsi ini sudah terstruktur dan membudaya, korupsi tidak dapat dilawan dengan penegakan hukum semata. Bayangkan, seandainya seluruh koruptor di Indonesia harus diadili dan dikirim ke penjara, diperlukan proses yang sangat lama untuk proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pengadilan. Belum lagi jika terpidana mengajukan banding dan kasasi. Alhasil, menyeret koruptor ke penjara, dibutuhkan waktu bertahun-tahun. Kalaupun berhasil, belum tentu penjara yang ada dapat menampung seluruh koruptor.
97
Oleh karena itulah, di samping penegakan hukum, korupsi sebaiknya diberantas dengan menata kembali birokrasi dalam layanan publik dalam suatu sistem yang tidak memberikan peluang sama sekali terhadap praktik korupsi. Dalam situasi seperti ini, peran masyarakat menjadi sangat penting. Masyarakat adalah korban dari tindak pidana korupsi. Karena itu masyarakat memiliki legitimasi yang kuat melakukan perlawanan. Salah satu metode yang dapat dipergunakan adalah melalui kartu laporan. Kartu laporan dapat memberikan penilaian terhadap kualitas dan tingkat korupsi dalam layanan publik. Melalui kartu laporan, masyarakat dapat memperolah gambaran yang utuh tentang kondisi layanan publik yang seharusnya merupakan hak masyarakat sebagai warga negara. Saat ini, pemberantasan korupsi merupakan agenda utama pemerintah. Beberapa produk hukum yang dikeluarkan sebagai realisasi dari keinginan ini adalah telah diterbitkannya Keppres No. 7 tahun 1999 tentang Laporan Kinerja. Inpres No. 5 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dan juga Inpres No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang ditindak-lanjuti dengan rencana aksi nasional pemberantasan korupsi (RAN-PK) yang berisi langkah-langkah/upaya kongkrit yang akan dilakukan oleh pemangku kepentingan (stakeholder) untuk mempercepat perbaikan/ penyempurnaan kebijakan dan/atau kelembagaan mewujudkan layanan publik yang bersih dan bebas dari korupsi. Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN–PK) 2004-2009 ini di daerah kemudian diturunkan menjadi Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD–PK). Sebagai bagian dari pelaksanaan RAD-PK, Kota Magelang telah menerbitkan Peraturan Walikota Magelang Nomor 33 Tahun 2007 tentang Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kota Magelang Tahun 2007-2010, serta Peraturan Walikota Magelang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Rencana Tindak Lanjut RAD-PK Kota Magelang Tahun 2007-2010.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Hal ini merupakan gambaran bahwa pada saat ini telah berkembang paradigma baru dalam pemberantasan korupsi yang bergeser dari pola penindakan/penanganan monoton menuju pola pencegahan. Sebagai filosofi bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati, pencegahan diharapkan akan lebih efektif dalam upaya pemberantasan korupsi. Pencegahan diasumsikan akan lebih bisa menyentuh akar permasalahan dengan cara meminimalisasi kemungkinan terjadinya korupsi. Dalam hal ini, Kota Magelang bersama beberapa daerah lain telah menjadi pilot project area program kerjasama Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS-RI) dalam program RAN-PK yang didukung oleh Partnership Kemitraan. Untuk itu telah dilaksanakan pertemuan dengan pemerintah daerah dan organisasi masyarakat sipil untuk menyusun kerjasama dan agenda bersama dalam melaksanakan RAD-PK. Salah satu hal penting yang muncul dalam pertemuan tersebut adalah keterlibatan masyarakat sipil dalam upaya pemberantasan korupsi di daerah. Untuk itu perlu dibuat suatu kegiatan yang partisipatif untuk menggali masukan dari masyarakat. Kegiatan yang sudah disepakati adalah survei persepsi masyarakat melalui Citizen Report Card (CRC). Sebagai realisasi dari pelaksanaan Survei CRC tersebut, telah dilaksanakan kesepakatan bersama (Memorandum of Understanding) antara BAPPENAS-RI dengan Pemerintah Kota Magelang tentang dukungan Pemkot Magelang terhadap pelaksanaan Survei Persepsi Masyarakat melalui Citizen Report Card di Kota Magelang, yang dilaksanakan pada hari Selasa, 4 Maret 2008 yang ditandatangani oleh Direktur Hukum dan Hak Asasi Manusia BAPPENAS-RI, Ibu Diani Sadiawati, SH.,LLM dan Walikota Magelang, Bapak Fahriyanto.
98
Setelah penandatanganan nota kesepakatan tersebut, kemudian dilakukan pertemuan stakeholder mencari sektor layanan publik di Kota Magelang yang akan dilakukan survei. Dalam kegiatan tersebut, isu yang paling menonjol dan yang disampaikan peserta untuk dilakukan survei adalah terhadap layanan pengurusan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang diselenggarakan oleh Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (DPTPM) Kota Magelang. Karena diasumsikan, yang paling banyak terjadi praktik korupsi adalah dalam sektor perijinan. Rangkaian Survei CRC pasca-meeting stakeholder tersebut adalah riset kualitatif yang dilakukan melalui studi dokumen, yaitu aturan-aturan yang terkait dengan IMB, wawancara dengan stake holder terkait, dan dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD). FGD dilaksanakan terhadap provider/penyedia layanan serta masyarakat sebagai pengguna layanan. Focus Group Discussion (FGD) dilakukan untuk mengunpulkan bahan-bahan untuk pengembangan CRC. Dalam FGD tersebut, diambil indikator yang akan dijadikan bahan kuesioner yang disebar kepada sample yang terpilih. FGD provider dilaksanakan pada Selasa, 29 April 2008, dihadiri unsur Badan Perencanaan Kota (BAPPEKO) Kota Magelang, unsur Badan Pengawas Kota (BAWASKO) Kota Magelang, unsur DPTPM Kota Magelang, Camat se-Kota Magelang serta unsur dari Akademisi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Sedangkan FGD user dilaksanakan pada Rabu, 30 April 2008, diikuti masyarakat yang memiliki pengalaman dalam mengurus IMB di Kota Magelang. Dalam FGD user tersebut, disusun indikator yaitu terkait dengan transaparansi informasi, prosedur dan persyaratan permohonan IMB, gambar, waktu penyelesaian IMB, biaya pengurusan IMB, layanan dan perilaku petugas, petugas perantara, keluhan dan pengaduan, serta kepuasan umum dan perbaikan. Instrumen tersebut kemudian diolah menjadi kuesioner yang disebar kepada pengguna layanan IMB yang terpilih menjadi sample.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Tujuan CRC Tujuan survei ini, satu, memperoleh informasi dari masyarakat tentang pengalaman mereka terkait dengan layanan pengurusan IMB yang pernah dialami. Dua, menyusun rekomendasi perbaikan layanan pada layanan pengurusan IMB yang diselenggarakan Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (DPTPM) Kota Magelang, saat ini DPTPM telah menjadi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Magelang. Survei ini dilakukan untuk mengukur kualitas layanan pengurusan IMB di Kota Magelang. Pengukuran tersebut dilakukan berdasarkan analisa yang diambil dari pengalaman responden dalam mengurus layanan tersebut. Dari penilaian tersebut akan disusun tingkat kualitas layanan yang diberikan. Hasil pengukuran dan pemeringkatan ini disebut sebagai report card (kartu penilaian). Survei ini berguna untuk : Sebagai alat akuntabilitas (UU No. 25 Tahun 2004 tentang SPPN). Sebagai alat ukur bagi masyarakat untuk menilai tingkat kualitas layanan, yang dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan atas kinerja layanan. Sehingga mendorong perubahan layanan yang lebih baik. Untuk menentukan capaian atau keberhasilan layanan, sehingga dapat meningkatkan kinerja. Penilaian yang dibuat dapat dijadikan alat diagnosa dalam mengukur kelemahan dan kelebihan layanan. Karena itu, kartu peniliaian ini dapat digunakan sebagai bahan dasar bagi pembuatan kebijakan. Sebagai alat pengungkap biaya-biaya tertutup. Karena dapat dijadikan sebagai alat ukur kualitas, penelitian ini dapat dijadikan alat untuk advokasi dalam mengurangi kemungkinan korupsi di sektor layanan publik.
99
Populasi Populasi survei CRC layanan IMB di Kota Magelang ini adalah para pengguna layanan IMB pada bulan Juni 2007-bulan Mei 2008 atau kira-kira satu tahun setelah Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (DPTPM) Kota Magelang dibentuk. Dari data yang diperoleh dari kantor DPTPM, ada 298 pengguna yang sudah mengajukan permohonan IMB. Dari data inilah, kami membuat kerangka sample, lantas menentukan respondennya secara acak. Teknik Sampling dan Teknik Wawancara Teknik sampling yang digunakan dalam survei CRC ini adalah teknik sampling stratifikasi proporsional. Implementasi teknik ini dimulai dengan membuat kerangka sample dan mengklasifikasikan semua data pengguna tersebut ke dalam kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Magelang. Setelah itu penentuan responden dilakukan di setiap kecamatan dengan menggunakan teknik acak sederhana. Teknik wawancara yang dilakukan dalam survei CRC ini adalah wawancara tatap muka langsung terhadap responden terpilih. Wawancara terhadap responden ini dilakukan selama kurang lebih dua minggu. Besaran sample Besaran sample yang diambil untuk dijadikan responden dalam survei CRC di kota Magelang ini adalah diperoleh dari rumus berikut ini:
n=
Z2. (p(1-p)). N Z2. (p(1-p)) + (N-1).E2
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Rumus ini digunakan untuk populasi kecil atau populasi diketahui yang ditandai dengan tersedianya kerangka sample. Pengambilan sample-nya mensyaratkan acak sederhana. Keterangan Rumus: mengacu pada nilai z (tingkat kepercayaan). Jika tingkat kepercayaan 90 persen, maka nilai z: 1,65. Jika tingkat kepercayaan 95 persen, maka nilai z: 1,96 Variasi populasi, dinyatakan dalam bentuk proporsi. Karena populasinya heterogen, maka proporsinya 0,5 Kesalahan sampel yang dikehendaki (sampling error). Dalam survei ini, E: 5 persen atau 0,5.
Z
:
p (1-p)
:
E
:
N
:
Jumlah populasi.
N
:
Jumlah minimal sampel/responden.
Dengan tingkat kepercayaan 95 persen, proporsi 0,5, sampling error 5 persen, dan N 298, maka jumlah minimal sampelnya adalah 169. Sebaran Sampel CRC/Wilayah CRC Sample sebanyak 190 tersebar di tiga kecamatan, dengan jumlah dan sebaran sample bisa dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.1 Sebaran Responden Survey CRC Kota Magelang
100
No
Kecamatan
Jumlah Sample
1.
Magelang Utara
76 Responden
2.
Magelang Tengah
53 Responden
3.
Magelang Selatan
61
esponden
Tahapan Kegiatan CRC Setelah ditandatanganinya RAD-PK Kota Magelang, lalu ditindaklanjuti dalam bentuk memorandum of understanding sebagai upaya merealisasikan komitmen pemerintah Kota Magelang untuk memperbaiki layanan perijinan terutama di bidang ijin mendirikan bangunan (IMB). MoU tersebut dilakukan oleh BAPPENAS-RI dengan Pemerintah Kabupaten Pemalang. Isi yang terpenting dalam MoU tersebut adalah persetujuan dan dukungan Pemerintah Kota Magelang terhadap pelaksanaan Survei terhadap pengalaman masyarakat dalam mengurus ijin mendirikan bangunan (IMB) melalui metode Citizen Report Card (CRC). Penandatanganan MoU ini dilaksanakan pada hari Selasa, 4 Maret 2008 Pihak BAPPENAS diwakili oleh Direktur Hukum dan Hak Asasi Manusia BAPPENAS-RI, Dianni Sadiawati, SH, LLM dan Pemerintah Kota Magelang dilakukan langsung oleh Walikota Magelang, Fahriyanto. Setelah penandatanganan nota kesepakatan, kemudian dilakukan meeting stakeholder mencari sektor layanan publik di Kota Magelang yang akan dilakukan survei. Dalam kegiatan tersebut, issu yang paling menonjol dan yang disampaikan peserta untuk dilakukan survei adalah terhadap layanan pengurusan IMB yang diselenggarakan oleh Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (DPTPM) Kota Magelang yang instansi tersebut sudah berubah menjadi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT). Pilihan ini didasarkan pada asumsi bahwa permasalahan yang paling banyak terjadi adalah di sektor perijinan. Pertemuan dengan stakeholder diperoleh kesepakatan tentang aspek yang akan disurvei, yakni IMB dan membatasi responden yang mengurus IMB pada bulan Juni 2007-Mei 2008. Pertemuan ini membicarakan jadwal FGD baik dengan pengguna layanan maupun penyedia layanan.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Rangkaian langkah berikutnya setelah meeting dengan stakeholder adalah mencari data-data kualitatif, yakni pengumpulan dokumen kebijakan dan aturan perijinan mengurus IMB, melakukan kajian melalui studi dokumen terhadap kebijakan dan aturan-aturan yang terkait dengan IMB dan wawancara. Setelah meeting dengan stakeholder terkait, dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD). FGD dilaksanakan dua tahap. Pertama dengan penyedia layanan (provider) dan kedua dengan pengguna layanan (user). Focus Group Discussion tahap pertama (user) dilakukan guna mengumpulkan bahan-bahan yang akan dirumuskan menjadi indikator-indikator survei. Masukan-masukan yang didapatkan dari responden akan diterjemahkan dalam bentuk kuesioner yang akan disebar kepada sample yang terpilih. FGD Provider dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 29 April 2008, yang dihadiri oleh unsur Badan Perencanaan Kota (BAPPEKO) Kota Magelang, unsur Badan Pengawas Kota (BAWASKO) Kota Magelang, unsur DPTPM Kota Magelang, Camat se-Kota Magelang serta unsur dari Akademisi. FGD user dilaksanakan pada Rabu, 30 April 2008, diikuti masyarakat yang memiliki pengalaman dalam mengurus IMB di Kota Magelang. Dalam FGD user tersebut, disusun indikator-indikator yaitu terkait dengan transaparansi informasi, prosedur dan persyaratan permohonan IMB, gambar, waktu penyelesaian IMB, biaya pengurusan IMB, pelayanan dan perilaku petugas, petugas perantara, keluhan dan pengaduan, serta kepuasan umum dan perbaikan. Instrumen-instrumen tersebut kemudian diolah menjadi kuesioner yang disebar kepada pengguna layanan IMB yang terpilih menjadi sample. Tahap selanjutnya, penyusunan kuesioner dilanjutkan dengan pelatihan bagi surveyor di Magelang, 26-27 Juni 2008. Kegiatan pelatihan bagi surveyor ini merupakan pembekalan yang diberikan terkait pelaksanaan survei CRC di lapangan. Pembekalan ini terkait dengan materi tentang apa dan bagaimana CRC, CRC pada layanan IMB Kota Magelang, teknik melakukan survei serta teknik wawancara dengan responden. Pembekalan ini merupakan langkah awal pelaksanaan survei lapangan. Dan persiapan untuk menyebar kuesioner ke pengguna layanan. Setelah itu dilakukan pengumpulan data dari lapangan dan pengolahan data.
101
Berikutnya, workshop report writing di Semarang, 22-25 Agustus 2008. Dalam kegiatan ini, dilakukan eksplorasi hasil temuan, mencari masukan-masukan dan penyusunan laporan akhir. Setelah itu, dilakukan consultative meeting dengan pihak Pemerintah Kota Magelang, dilanjutkan launching hasil akhir survei terhadap pengalaman masyarakat dalam mengurus IMB di Magelang.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
LOKASI DAN OBYEK SURVEI Profil Kota Magelang 0 0 Dari sudut astronomi, Kota Magelang terletak antara 110 12’ 30” dan 110 12’ 52” bujur timur dan 0 0 antara 7 26’ 18” dan 7 30’ 9” lintang selatan. Kota Magelang terletak di ketinggian 380 meter di atas permukaan laut. Kota Magelang terletak di tengah Provinsi Jawa Tengah, dikelilingi Kabupaten Magelang, dengan batas Sungai Elo di sebelah timur, Sungai Progo di sebelah barat. Kecamatan Secang membatasi Kota Magelang di sebelah utara dan Kecamatan Mertoyudan di sebelah selatan. Luas Kota Magelang yang hanya 1.812 Hektar menjadikan daerah tersempit di Provinsi Jawa Tengah. Topografinya mayoritas datar, dan sedikit bergelombang sampai curam. Dengan ketinggian 350 meter diatas permukaan laut, Kota Magelang memiliki hawa yang cenderung 0 0 sejuk, antara 17 - 32 C. Sebagai sebuah kota, sebagian besar lahan di Kota Magelang dipergunakan sebagai lahan pemukiman/perkampungan, yaitu sebesar 73 persen. Luas penggunaan lahan sebagai tempat tinggal ini, secara perlahan selalu meningkat, karena jumlah penduduk Kota Magelang yang secara perlahan selalu bertambah. Kota Magelang merupakan salah satu daerah tingkat II di provinsi di Jawa Tengah yang terletak di tengah wilayah Kabupaten Magelang. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Secang, sebelah timur dengan Kecamatan Tegalrejo, sebelah selatan dengan Kecamatan Mertoyudan dan sebelah barat dengan Kecamatan Bandongan. Luas wilayah Kota Magelang 18,12 km2. Seluas 24,038 Ha merupakan luas hutan negara, yaitu luas gunung Tidar. Gunung Tidar terletak di tengah Kota Magelang dan merupakan pusat pendidikan akademi militer. Sampai dengan akhir tahun 2007, penggunaan lahan di Kota Magelang tercatat sebagai berikut :
102 Tabel 4.2 Pemanfaatan Lahan di Kota Magelang
Untuk lahan sawah dengan pengairan teknis seluas 213,09 Hektar Untuk lahan tanah kering seluas 1.598,91 Hektar terdiri dari Pekarangan/lahan untuk bangunan dan halaman 1.324,36 hektar Tegal/kebun/ladang/huma 13,43 hektar Kolam/empang/tabat 6,68 Hektar Perkebunan/hutan rakyat 99,56 Hektar Industri 51,97 Hektar Lain-lain (makam dsb) 102,91 Hektar. Secara administratif, Kota Magelang terbagi menjadi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Magelang Utara, Kecamatan Magelang Tengah dan Kecamatan Magelang Selatan. Dari 3 kecamatan tersebut, didalamnya terdiri atas 17 kelurahan, sebagai berikut : Tabel 4.3 Jumlah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Magelang
Kecamatan Magelang Utara : 1.
Kelurahan Kramat Utara
2.
Kelurahan Kramat Selatan
3.
Kelurahan Kedungsari
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
4.
Kelurahan Wates
5.
Kelurahan Potrobangsan
Kecamatan Magelang Tengah : 1.
Kelurahan Magelang
2.
Kelurahan Cacaban
3.
Kelurahan Kemirirejo
4.
Kelurahan Gelangan
5.
Kelurahan Panjang
6.
Kelurahan Rejowinangun Utara
Kecamatan Magelang Selatan : 1.
Kelurahan Tidar Utara
2.
Kelurahan Tidar Selatan
3.
Kelurahan Rejowinangun Selatan
4.
Kelurahan Magersari
5.
Kelurahan Jurangombo Utara
6.
Kelurahan Jurangombo Selatan
Pada tahun 2006, di Kota Magelang tercatat 14 perusahaan industri besar dengan 1.260 tenaga kerja. Sedangkan industri kecil tercatat 1.674 perusahaan dengan 6.930 tenaga kerja. Dibanding tahun sebelumnya jumlah industri kecil tersebut naik 3,59 persen dan jumlah tenaga kerja meningkat 2,27 persen.
103
Menurut hasil registrasi tahun 2006, jumlah penduduk Kota Magelang sebesar 118.646 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sejumlah 57.124 jiwa dan perempuan 61.522 jiwa. Jumlah penduduk Kota Magelang dari tahun ke tahun selalu bertambah dengan laju pertambahan sekitar 0,7 persen per tahun dan di dominasi oleh perempuan. Tapi karena luas Kota Magelang yang tidak bertambah, tentu angka kepadatan penduduk akan meningkat. Apalagi dilihat dari jumlah migrasi keluarmasuk. Setiap tahun jumlah yang masuk selalu lebih besar dari yang keluar. Ini menandakan banyak masyarakat luar Kota Magelang yang menaruh harapan besar untuk hidup dan berusaha di Kota Magelang. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai non petani yang terbagi menjadi bidang perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel, bidang industri pengolahan, bidang bangunan dan bidang angkutan, pergudangan dan komunikasi. Bisa dimaklumi karena luas lahan pertanian yang semakin berkurang dari tahun ke tahun. Dari segi pendidikan terakhir, jumlah penduduk tidak lulus Sekolah Dasar dan hanya lulus Sekolah Dasar masih fluktuatif. dengan kata lain, belum bisa ditekan. Ini merupakan tantangan bagi masyarakat dan Pemerintah Kota Magelang untuk lebih menyukseskan wajib belajar sembila tahun. Dari sisi tata ruang, Kota Magelang dibagi menjadi 5 (lima) Bagian Wilayah Kota (BWK). Pola pemanfaatan lahan terdiri dari permukiman, perkantoran, sekolah dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan sedikit kawasan lindung. Dilihat dari penggunaan tanah di Kota Magelang adalah sebagai berikut :
Tanah sawah pengairan teknis 214,46 Ha Pengairan ½ teknis 214,46 Ha Tanah kering yang digunakan untuk bangunan dan gedung 1.322,4 Ha Tegal, kebun ladang 13,95 Ha Kawasan lindung 99,50 Ha
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Kolam/ empang 6,68 Ha Kawasan Industri 51,97 Ha Jalan makam dan lain- lain 1.2,91 Ha Potensi Alam Sumber daya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pembangunan dan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan. Kegiatan pertanian di Kota Magelang semakin lama makin terkurangi karena kebutuhan lahan untuk permukiman, sehingga pada tahun 2005 luas lahan pertanian tinggal 480 Ha dengan prediksi gabah kering 2.490 ton atau setara dengan 1.693 ton beras, sedangkan untuk lahan kering luasnya ± 8 Ha ditanami palawija. Sementara di bidang kehutanan, Kota Magelang tidak memiliki hutan produksi. Di bidang perikanan, budi daya perikanan air tawar cukup berkembang di Kota Magelang. Kolam/ empang untuk air tawar ±6,68 Ha dengan jenis ikan karper dan lele dumbo dengan produksi ratarata per tahun ± 450.000 ekor. Sedangkan di bidang peternakan, karena keterbatasan lahan di kota maka peternakan tidak bisa dikembangkan. Jenis ternak yang ada adalah sapi potong, domba, ayam ras, ayam buras dan itik. Peternakan di Kota Magelang tidak mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat Magelang. Untuk itu, kekurangannya disuplai dari luar kota. Sampai saat ini di Kota Magelang belum ditemukan bahan tambang dalam bentuk apapun. Sedangkan untuk sumber energi listrik, di Kota Magelang hanya ada gardu transaksi (pembagi jaringan) untuk wilayah Kota/Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Purworejo dari INTER KONEKSI jaringan listrik Jawa dan Bali.
104
Kota Magelang banyak memiliki potensi industri, baik industri kecil, menengah sampai unggulan. Dari banyak macam potensi industri yang ada, di antaranya komoditas unggulan Kota Magelang, yaitu getuk, roti/kue, kerupuk, sarung gloyor, rokok kretek, tahu, kayu/laminating board, mainan anak, kerajinan pelepah pisang, dan kerajinan kerang.
Kerangka Hukum Dan Kelembagaan Perijinan Latar Belakang Pembentukan DPTPM Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (DPTPM) Kota Magelang merupakan perangkat daerah penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang memiliki tugas pokok memberikan layanan administrasi perijinan dan non perijinan tertentu dan layanan di bidang penanaman modal kepada masyarakat yang telah dilimpahkan oleh Walikota Magelang. DPTPM Kota Magelang memiliki tanggung jawab dan kewajiban di dalam proses administrasi, sementara pembinaan teknis dan pengawasan menjadi kewajiban dan tanggung jawab Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang secara teknis terkait dengan DPTPM. DPTPM mulai melaksanakan kegiatan mulai tanggal 28 Juni 2007. Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Magelang dalam menyelenggarakan dan melaksanakan tugas, fungsi dan kewenangannya didasarkan pada: 1. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. 3. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 4. Peraturan Pemerintah No 65 Tahun 2005, Tentang Standar Pelayanan Prima. 5. Permendagri No 24 Tahun 2006, Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP). 6. Peraturan Daerah Kota Magelang No 1 Tahun 2007 Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah No 5 Tahun 2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Magelang.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
7. 8.
Peraturan Walikota Magelang No 23 Tahun 2006 Tentang Standar Pelayanan Prima. Peraturan Walikota Magelang No 11 Tahun 2007 Tentang Pedoman Uraian Tugas Jabatan Struktural Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Magelang. 9. Keputusan Walikota Magelang No 068.2/36.d/112 tahun 2007 Tentang Penetapan Jenis Pelayanan Perijinan dan Non Perijinan Pada Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Magelang. 10. Keputusan Kepala Dinas Pelayanan Terpadu Dan Penanaman Modal Kota Magelang Nomor 551.21/06/297 Tanggal 2 Juli 2007 tentang Prosedur Pelayanan Perijinan Dan Non Perijinan yang Dikelola Dinas Pelayanan Terpadu Dan Penanaman Modal Kota Magelang. Maksud dan tujuan dibentuknya Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Magelang, yakni melakukan penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan perijinan dan non perijinan serta bidang penanaman modal. Baik menyangkut kecepatan proses, kepastian biaya, kejelasan prosedur maupun transparansi. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah: Mewujudkan layanan publik yang cepat, murah, mudah, transparan, pasti dan terjangkau. Meningkatkan hak-hak masyarakat terhadap layanan publik. Meniadakan biaya ekonomi tinggi dan meniadakan praktek KKN. Visi Dan Misi DPTPM Visi Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Magelang adalah ”Pelayanan Prima dan Investasi yang Dinamis.“ Untuk mewujudkan visi tersebut, Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Magelang, telah menetapkan tiga misi sebagai berikut: Meningkatkan kualitas layanan publik di bidang perijinan, non perijinan dan penanaman modal. Meningkatkan kualitas pengembangan investasi daerah. Meningkatkan hubungan kerjasama yang baik dengan instansi terkait, daerah kabupaten/kota, provinsi dan pemerintah serta dengan masyarakat dunia usaha.
105
Struktur organisasi yang ditetapkan pada Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Magelang, digambarkan sebagai berikut : Bagan 4.1 Struktur Organisasi DPPM Kota Magelang
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Berdasarkan Keputusan Walikota Magelang Nomor 068.2/36.d/112 tahun 2007 ada 31 jenis perijinan dan 6 jenis non perijinan yang ditangani Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Magelang. DPTPM melayani kegiatan di bidang penanaman modal dan kegiatan-kegiatan pelayanan perijinan dan non-perijinan, sebagamana diuraikan sebagai berikut. Tabel 4.4 Layanan Perijinan di DPPM Kota Magelang No.
106
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Kewenangan Tanda Tangan
Jenis Layanan Perijinan
Ijin Usaha Jasa Kontruksi (SIUJK) Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Ijin Pemakaian Kios/los Pasar Baru Ijin reklame di luar spanduk, leaflet, selebaran dan banner Ijin Penyelenggara Rumah Bersalin Ijin Penyelenggara Balai Pengobatan Ijin Penyelenggara Balai Kesehatan Ibu dan Anak Ijin Penyelenggara Apotek Ijin Penyelenggara Optikal Ijin Penyelenggara Laboratorium Kesehatan Swasta Ijin Penyelenggara Pedagang Eceran dan Obat Ijin Penyelenggara Depot Air Minum Isi Ulang Ijin Penyelenggara Salon Kecantikan Ijin Penyelenggara Pemulasaraan Jenazah Ijin Pengobatan Trasdisional Ijin Praktek Ahli Kecantikan Ijin Penyelenggara Pusat Kesehatan Jasmani Ijin Pelayanan Ambulance dan Evakuasi Pasien Ijin Usaha Perdagangan (IUP) Ijin Usaha Industri (IUI) Ijin Minuman Beralkohol Ijin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung. Ijin Daftar Ulang Pemakaian Tempat Dasaran, Kios atau Los. Ijin Pemindahan Pemakaian Tempat Dasaran, Kios atau Los Balik nama IMB Ijin Ganggunan (HO) Ijin Usaha Angkutan Ijin Trayek Ijin Perubahan dan/atau Perpanjangan Masa Berlaku Trayek Perpanjangan Ijin Kartu Pengawasan Ijin Pemakian Tempat Kios Terminal
Walikota Magelang Walikota Magelang Walikota Magelang Walikota Magelang Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM
Tabel 4.5 Layanan Non Perijinan di DPPM Kota Magelang No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Layanan Non Perijinan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Kartu Tanda Penduduk (KTP) Akta Kependudukan dan Catatan Sipil Tanda Daftar Industri (TDI) Tanda Daftar Gudang (TDG) Retribusi Sewa Rumah Dinas
Kewenangan Tanda Tangan Ka.Disperindag Camat Ka.Dinas Kependudukan & Capil Kepala DPTPM Kepala DPTPM Kepala DPTPM
Pemerintah Kota Magelang memberikan perhatian khusus kepada pimpinan dan staf DPTPM, antara lain berupa:
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pemberian insentif khusus kepada karyawan/karyawati DPTPM. Pemberian Jasa Operasional OSS kepada karyawan/karyawati DPTPM. Pemberian honor survei pemeriksaan lapangan layanan perijinan kepada anggota tim dari DPTPM dan SKPD terkait. Pemberian honor kepada tim khusus penanganan pengaduan masyarakat bagi karyawan/karyawati DPTPM dan SKPD terkait. Pemberian pakaian seragam khusus yang berbeda dengan seragam PNS pada umumnya. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan, yang mulai dilaksanakan pada tahun 2007 dengan menggunakan APBD Tahun 2007 Perubahan.
Hasil yang dicapai dengan adanya DPTPM sebagai layanan satu atap adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Bidang Penanaman Modal
Tabel 4.7 Rekapitulasi Retribusi Bidang Perijinan dan Non Perijinan (Juni-Oktober 2007)
107
Tabel 4.8 Rekapitulasi Retribusi Perijinan dan Non-Perijinan Perbulan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Standar Layanan Publik Ijin Mendirikan Bangunan Persyaratan Pelayanan 1. Pemohon mengisi PIMB (Permohonan IMB). 2. Fotokopi bukti kepemilikan atas tanah/sertifikat. 3. Peta situasi bangunan (denah, tampak depan, tampak samping, potongan memanjang/ melintang). 4. Gambar rencana bangunan. 5. Perhitungan konstruksi beton. 6. Surat Persetujuan tetangga. Waktu Penyelesaian Layanan Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan ijin IMB adalah 15 hari yang dihitung setelah persyaratan lengkap. Biaya Layanan Biaya layanan dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini: SKRD IMB = Rp. 11.000 + (1,1 % x NB) NB = K x HB HB = LLB x SHB K = KLB x KGB x KKB x KSB x KLLB x KTB
108
Keterangan : Angka 11.000 didapat dari Rp. 1.000,00 beaya formulir pendafataran dan Rp. 10.000 biaya papan nomor IMB (lihat Pasal 8 SK Walikota No. 9 Tahun 2002 tentang juklak Perda No 13 Tahun 2000). Angka 1,1 % didapat dari : 0,05 0,05 1%
: : :
biaya pemeriksaan gambar biaya pengawasan. biaya sempadan (lihat Pasal 7 Perda No. 13 Tahun 2000) surat Ketetapan Retribusi Daerah Ijin Mendirikan Bangunan.
SKRD
:
NB HB LLB SHB
: : : :
Nilai Bangunan Harga Bangunan Luas Lantai Bangunan Standar Harga Bangunan (lihat Pasal 9 SK Walikota No. 9 Tahun 2002 tentang juklak Perda No 13 Tahun 2000)
K KLB KGB KKB KSB
: : : : :
Koefisien Koefisien Letak Bangunan Koefisien Guna Bangunan Koefisien Klasifikasi Bangunan Koefisien Status Bangunan
KLLB
:
Koefisien Luas Lantai Bangunan
KTB
:
Koefisien Tingkat Bangunan Nilai koefisien dapat dilihat ada lampiran perda No. 13 Tahun 2000 tentang Retribusi IMB.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
ANALISIS DAN TEMUAN POKOK Profil Responden Temuan terhadap profil responden yang disurvei berjumlah 190 orang, dalam survei ini menunjukan bahwa hampir dua pertiganya (68,4 persen) adalah berjenis kelamin laki-laki dan responden perempuan sebanyak 32 persen. Hal ini menunjukan laki-laki sebagai kepala rumah tangga lebih banyak mengambil peran dalam pengurusan perijinan. Grafik 4.1 Profil Responden Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin
Dari sampel yang disurvei, mayoritas responden yang mengurus IMB adalah berusia produktif (72 persen), sedangkan kalangan non produktif yang mengurus sebanyak 28 persen. Grafik 4.2 Profil Responden Berdasarkan Kategori Usia
109
Sementara dari sisi pekerjaan, mayoritas adalah pegawai swasta (61 persen), disusul dari responden dari kalangan PNS sebesar 18 persen. Dari sisi pendidikannya, mayoritas responden berpendidikan sekolah menengah ke atas (43 persen) disusul responden berpendidikan tinggi atau lulusan universitas sebanyak 31 persen. Grafik 4.3 Profil Responden Berdasarkan Kategori Pekerjaan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Begitu juga dengan aspek pendapatan/penghasilan responden dan berkolerasi dengan responden berusia produktif, mayoritas dari kalangan berpenghasilan menengah ke atas atau rata-rata pengeluaran perbulan antara Rp 1.000.000-Rp 5.000.000 sebesar 67 persen. Sedangkan 24 persen responden menyatakan pengeluaran tiap bulan antara Rp 500.000-Rp 1.000.000. Grafik 4.4 Profil Responden Berdasarkan Besaran Pengeluaran Per Bulan
Berdasarkan tingkat pendidikan responden, jumlah terbesar adalah lulusan SMA/sederajat yaitu sebanyak 43 persen, selanjutnya S1/sederajat 31 persen, D3/sederajat 11 persen, SMP/sederajat 8 persen, S2/sederajat 4 persen, S3/sederajat dan SD/sederajat masing-masing 1 persen. Sisanya yaitu 2 persen lainnya. Grafik 4.5 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
110
Mengenai daerah atau kecamatan dimana responden mengajukan IMB adalah hampir tersebar merata di ketiga kecamatan, dengan urutan Magelang Utara 40 persen, Magelang Selatan 32 persen dan Magelang Tengah 28 persen. Grafik 4.6 Profil Responden Berdasarkan Besaran Asal Kecamatan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Responden Menggunakan Jasa Perantara Dalam Mengurus Layanan IMB Salah satu temuan menonjol dalam survei ini adalah tingginya penggunaan jasa perantara oleh pengguna, dengan persentase yang sebesar 58 persen (Grafik 4.7). Dengan demikian jika asumsi dasar layanan diselenggarakan untuk memenuhi kewajiban negara dalam memberikan pelayanan publik terbaik kepada warganya, patut dipikirkan ulang karena pelaku pengurusan IMB ternyata para jasa perantara atau orang selama ini menyebutnya sebagai calo. Jadi penikmat adanya layanan ini adalah calo bukan warga. Grafik 4.7 Proses Pengurusan IMB
Kantor Kecamatan Dan Brosur Adalah Sarana Sosialisasi Yang Efektif Dari grafik 4.8 dapat diamati bahwa media atau sarana yang memuat informasi layanan IMB secara lengkap adalah leaflet/brosur/buku saku dan kantor kecamatan. Dengan demikian mediamedia tersebut dapat dijadikan alat sosialisasi yang cukup efektif oleh penyedia layanan untuk menyampaikan informasinya dengan lengkap.
111
Grafik 4.8 Tempat Pertama Kali Responden Mendapat Informasi Mengenai Layanan IMB, Serta Lengkap Tidaknya Informasi Tersebut
Pengalaman Masyarakat Tentang Layanan IMB Transparansi Informasi Hampir semua responden menyatakan memenuhi aturan sebagai alasan mengurus IMB (83 persen). Kredit merupakan alasan yang paling mengemuka sebagai alasan pengguna mengurus IMB pada FGD dengan pengguna. Namun temuan survei, alasan mengajukan kredit ini hanya diajukan oleh 4 persen responden. Alasan memenuhi aturan adalah alasan yang dipilih mayoritas responden dalam mengurus IMB (lihat grafik 4.9). Temuan ini mengindikasikan bahwa mayoritas responden
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
merupakan masyarakat yang taat terhadap aturan. Temuan ini juga diperkuat dengan temuan yang ada di grafik 4.10, hampir setengah dari responden mengurus IMB sebelum mendirikan bangunan. Grafik 4.9 Alasan Responden Mengurus IMB
Grafik 4.10 Waktu Responden mengurus IMB
112
Temuan lain yang mengemuka adalah untuk keperluan apa masyarakat mengurus IMB, sebanyak 64 persen menyatakan untuk rumah tinggal dan sebanyak 36 persen untuk keperluan usaha. Hal itu menunjukan Kota Magelang sebagai kota jasa yang aman dan nyaman cukup diminati untuk melakukan investasi. Grafik 4.11 Keperluan Masyarakat Mengurus IMB
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Responden Tidak Mendapat Informasi IMB Melalui Media Cetak/Elektronik Tidak ada satu responden pun yang menjawab media cetak/elekronik sebagai sarana untuk mendapatkan informasi IMB (0 persen). Beberapa sarana informasi lainnya yang digunakan responden adalah baliho, pamflet, papan himbauan, internet, dan sebagainya seperti yang tertera dalam grafik 4.12. Satu hal yang patut digaris-bawahi di sini adalah leaflet/brosur dan kantor kecamatan merupakan sarana informasi yang sangat lengkap (100 persen) jika dibandingkan dengan sarana-sarana lainnya. Dengan demikian leaflet/brosur dan kantor kecamatan sangat penting perannya dalam menyosialisasikan informasi layanan IMB. Berikut ini adalah beberapa tabel frekuensi yang terkait dengan sarana informasi. Grafik 4.12 Informasi Layanan IMB
113 Prosedur dan Persyaratan Permohonan IMB Mayoritas responden Tidak mengetahui rincian biaya dan waktu penyelesaian IMB. Ada dua aspek pengurusan IMB yang informasinya banyak tidak diketahui pengguna. Kedua aspek ini adalah biaya (60%) dan waktu penyelesaian IMB (65 persen). Kedua aspek ini juga sering muncul ketika tim peneliti melakukan FGD dengan pengguna satu bulan sebelum penyelenggaraan survei dilakukan. Grafik 4.13 Informasi Aspek-Aspek Layanan IMB Yang Diketahui
Mayoritas Responden Mengambil Formulir Layanan IMB Di Kantor DPTPM Tempat atau loket yang paling sering digunakan responden untuk mengambil formulir persyaratan IMB adalah kantor DPTPM (84 persen). Namun demikian kecamatan pun masih relevan untuk dijadikan tempat pengambilan formulir IMB, terlepas dari sedikitnya pengguna yang mengandalkan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
kecamatan untuk keperluan ini (1 persen). Yang menarik adalah angka lainnya yang mencapai 15 persen. Setelah ditelusuri angka 15 persen ini terdiri dari DPU dan Dinas Tata Kota. Grafik 4.14 Tempat Pengambilan Formulir
Membuat gambar rencana bangunan merupakan salah satu persyaratan yang sulit dipenuhi oleh responden. Untuk mengurus IMB, sesuai Perda Kota Magelang No. 5 Tahun 2001 tentang Bangunan dan Ijin Mendirikan Bangunan, DPTPM mengeluarkan sejenis leaflet yang menjelaskan syarat-syarat membuat IMB. Persyaratan ini kami rangkum dalam tabel 4.15 untuk ditanyakan kepada responden. Hasilnya seperti yang tertera pada tabel 4.15.
114
Dari enam persyaratan yang disediakan, mengisi blanko merupakan syarat yang paling mudah, 100 persen responden menjawab mudah. Sementara gambar dan perhitungan beton merupakan persyaratan yang memiliki tingkat kesulitan 9 persen dan 18 persen. Hal itu sejalan ketika tim peneliti melakukan FGD dengan pengguna, yang menyatakan membuat gambar sendiri tanpa spesikasi teknis akan ditolak dan diminta untuk memperbaikinya. Grafik 4.15 Persyaratan Pengurusan IMB
Gambar Mayoritas responden menggunakan jasa perantara untuk menggambar. Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan gambar rencana bangunan merupakan salah satu persyaratan yang sulit dipenuhi responden. Hal itu mengakibatkan mayoritas responden lebih suka meminta bantuan orang lain untuk membuatkan gambar (58 persen). Sedangkan pihak-pihak yang sering diminta bantuan untuk membuatkan gambar adalah arsitek, petugas DPU dan petugas DPTPM.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Namun demikian bukan tidak mungkin seorang pengguna membuat sendiri gambar bangunannya seperti tertera dalam grafik 4.16 sebesar 48 persen. Namun sayang, 20 persen responden yang membuat sendiri gambar rencana bangunan, gambarnya tidak diterima oleh petugas layanan. Berikut ini adalah tabel-tabel yang relevan dengan gambar. Grafik 4.16 Membuat Gambar Rencana Bangunan
Grafik 4.17 Kesulitan Membuat Sendiri Gambar
115
Grafik 4.18 Gambar Yang Dibuat Sendiri Diterima Atau Tidak
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Grafik 4.19 Pembuat Gambar
Waktu Penyelesaian IMB Mayoritas responden membutuhkan waktu lebih dari sebulan untuk mendapatkan IMB. Walaupun peraturan mengatakan bahwa IMB dapat diselesaikan dalam waktu 15 hari atau bahkan lebih cepat, faktanya lebih dari sepertiga responden atau 78 persen membutuhkan waktu lebih dari sebulan untuk mendapatkan IMB (lihat grafik 4.20). Oleh karena itu dapat dimaklumi mengapa kepuasan responden terhadap waktu penyelesaian berbeda tipis antara yang puas dan yang tidak, 42 persen menyatakan puas dan 58 persen menyatakan tidak puas, selengkapnya tersaji pada grafik 4.21. Grafik 4.20 Waktu Penyelesaian IMB
116
Grafik 4.21 Kepuasan Terhadap Waktu Penyelesaian
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Biaya Pengurusan IMB Seperlima responden menyatakan ada biaya tidak resmi. Salah satu tujuan diselenggarakannya CRC adalah mengungkap biaya tidak resmi dalam penyelenggaraan layanan publik. Biaya-biaya ini juga muncul dalam penelitian ini (Grafik 2.5.1.1). Sebesar 20 persen responden menyatakan ada biaya-biaya yang dikeluarkan selain biaya resmi. Biaya-biaya ini berkisar antara di bawah Rp 100.000 dan di atas Rp 500.000. Adanya biaya-biaya yang tidak resmi ini tentu membuat layanan publik tampak tidak ramah dihadapan pengguna. Minimnya pengetahuan pengguna terhadap biaya IMB terekam dengan baik dalam survei ini (2.5.1.4). Di mana 64 persen responden tidak mengetahui biaya pengurusan IMB. Walaupun pemerintah Kota Magelang sudah membuat leaflet yang salah satunya memuat bagaimana cara menghitung biaya IMB, rupanya informasi ini tidak begitu efektif untuk menyosialisasikan pengurusan IMB kepada pengguna. Grafik 4.22 Biaya Tidak Resmi
117 Grafik 4.23 Besaran Biaya Yang Dikeluarkan
Grafik 4.24 Beban Biaya
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Grafik 4.25 Pengetahuan Terhadap Perhitungan Biaya
Pelayanan dan Perilaku Petugas Petugas Mengingatkan Masyarakat Untuk Mengurus IMB (13 persen) Masyarakat yang melakukan kegiatan pembangunan, tetapi belum mengurus IMB dikunjungi oleh petugas penyedia layanan untuk mengingatkan agar masyarakat segera mengurus IMB, hal itu ditunjukan sebanyak 13 persen responden menyatakan diingatkan petugas untuk mengurus IMB. Kunjungan petugas kepada responden juga untuk memberitahukan persyaratan pengajuan IMB sudah lengkap sebanyak 39 persen dan memberitahukan bahwa persyaratan belum lengkap dan harus segera sipenuhi sebanyak 19 persen.
118
Grafik 4.26 Kunjungan Tim Teknis
Kunjungan tim teknis juga memerlukan biaya yang dikeluarkan responden, dimana sebanyak 8 persen responden mengeluarkan biaya terkait kunjungan tim teknis. Terlepas dari kecilnya persentase ini dalam survei. Namun yang jelas, responden mengakuinya. Dalam salah satu kesempatan wawancara dengan petugas tim teknis, memang mereka mengakui bahwa mereka membebankan pendanaan kunjungan teknis lapangan ini kepada pengguna dengan alasan bahwa biaya operasional untuk kegiatan ini sudah tidak ada lagi dalam template anggaran saat ini. Berikut ini adalah tabel-tabel yang erat kaitannya dengan layanan dan perilaku petugas.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Grafik 4.27 Biaya Kunjungan Tim Teknis
Grafik 4.28 Biaya Yang Dikeluarkan Terkait Kunjungan Tim Teknis
119
Petugas Perantara Mayoritas responden menggunakan petugas perantara. Sudah menjadi rahasia umum, banyak warga menggunakan jasa perantara untuk mengurus IMB. Dalam survei ini, temuan-temuan terkait jasa perantara memunculkan hal yang sama juga. Seperti yang tertera pada di bawah ini. Lebih dari setengahnya, responden menyatakan bahwa IMB-nya diuruskan orang lain (58 lebih). Grafik 4.29 Cara Pengurusan IMB
Terkait dengan alasan mengapa menggunakan jasa perantara, hampir setengahnya (49 lebih) responden menjawab sibuk ketika ditanya mengenai alasan tidak mengurus sendiri IMB-nya.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Grafik 4.30 Alasan Tidak Mengurus Sendiri
Beberapa profesi yang memberikan jasa ini adalah seperti yang tertera di grafik berikut, yaitu pegawai PU, pegawai DPTPM, dan developer. Grafik 4.31 Petugas Perantara
120
Terkait apakah perantara ini menguntungkan atau merugikan, hampir semua (89 persen) responden yang menjawab bagian ini merasa diuntungkan dengan kehadiran para petugas perantara tersebut. Grafik 4.32 Keberadaan Petugas Perantara Merugikan Atau Menguntungkan
Keluhan Dan Pengaduan Hampir separuh responden menyatakan ada keluhan ketika mengurus IMB. Sebanyak 48 persen responden menyatakan ada keluhan ketika mengurus IMB, angka persentase ini hampir sebanding
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
dengan responden yang tidak mengeluh (52 persen), Besarnya persentase yang hampir seimbang itu, mengindikasikan ketidak-puasan responden, dan harus diperhatikan oleh penyedia layanan. Grafik 4.33 Keluhan Responden Mengurus IMB
Aspek-aspek waktu layanan sebesar 94 persen dan rincian biaya pengurusan IMB sebesar 51 persen adalah aspek-aspek yang dikeluhkan oleh mayoritas responden. Grafik 4.34 Aspek-Aspek Yang Dikeluhkan
121
Dalam survei ini, 62 persen responden menyampaikan keluhan. Sedangkan sisanya yaitu 38 persen tidak menyampaikan keluhan. Grafik 4.35 Penyampaian Keluhan
Adapun cara yang dipilih untuk menyampaikan keluhan itu adalah disampaikan langsung kepada petugas sebagai sarana mayoritas responden penyampaian keluhan.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Grafik 4.36 Bentuk Penyampaian Keluhan
Hal itu berkolerasi dengan ditanggapinya keluhan responden itu oleh petugas sebesar 67 persen. (tersaji pada tabel 4.39). Grafik 4.37 Tanggapan Petugas Layanan
122
Keluhan tersebut rata-rata disampaikan kepada petugas DPTPM sebagaimana dalam tabel berikut: Grafik 4.38 Penyampaian Keluhan
Adapun bagi responden yang tidak menyampaikan keluhan, bisa dilihat dalam tabel di bawah ini.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Grafik 4.39 Alasan Tidak Menyampaikan Keluhan
Usulan Perbaikan Waktu dan biaya merupakan dua aspek yang paling dikehendaki responden untuk diperbaiki. Waktu penyelesaian pembuatan IMB dipercepat dan biaya diturunkan adalah dua aspek yang paling diharapkan responden untuk segera diperbaiki. Dimana 55 persen responden menghendaki waktu penyelesaian dipercepat dan 15 persen biaya diturunkan. Hal itu berkorelasi dengan aspekaspek yang paling banyak dikeluhkan responden yang juga menyangkut waktu dan biaya.
123 Grafik 4.40 Perbaikan Layanan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Pertama, kurang transparan dan komunikatif. Hal ini terbukti dengan adanya sebagian besar responden yang masih belum mengetahui rincian biaya, penggunaan jasa perantara dan mengurusnya di kecamatan, tidak langsung ke DPTPM. Motivasi mayoritas masyarakat mengurus IMB untuk mematuhi aturan perlu terus mendapat dukungan. Dalam FGD provider serta dalam consultative meeting, disampaikan bahwa DPTPM telah melaksanakan serangkaian agenda sosialisasi terkait dengan bagaimana proses untuk menempuh permohonan IMB. Sosialisasi ini dilakukan di antaranya adalah melalui launching, penyebaran leaflet/bufflet, sosialisasi di kantor kelurahan, running class serta pemasangan baliho di beberapa tempat di kota. Akan tetapi dalam survei ditemukan, mayoritas responden tidak mengetahui prosedur maupun rincian biaya serta waktu penyelesaian IMB. Pada dasarnya, dalam brosur/pamflet itu memuat informasi yang lengkap tentang pengurusan IMB. Akan tetapi masyarakat justru jarang yang mendapatkan informasi IMB ini dari brosur atau pamflet. Rata-rata mereka mendapatkan informasi IMB ini dari papan pengumuman di kantor kecamatan. Notabene informasi tersebut tidak lebih lengkap dari pada di pamflet/brosur atau kantor DPTPM langsung. Berangkat dari sinilah barangkali mereka merasa tidak ada waktu mengurus IMB. Sehingga merasa lebih baik menggunakan jasa perantara saja. Karena akan terlalu rumit dan memakan waktu kalau mengurus sendiri.
124
Dalam paradigma layanan, semakin baik sebuah layanan maka akan semakin sedikit orang yang menggunakan jasa perantara. Karena penggunaan jasa perantara merupakan gambaran sebuah pelayanan yang sulit dilakukan oleh pengguna layanan. Baik karena prosedurnya yang tidak jelas, waktunya lama dan sebagaimana. Sehingga orang merasa malas mengurus sendiri karena tidak mau repot. Paradigma yang berkembang di masyarakat saat ini adalah mengurus sendiri IMB itu sulit dan merepotkan. Dengan demikian, jika asumsi dasar layanan diselenggarakan untuk memenuhi kewajiban negara dalam memberikan layanan publik terbaik kepada warganya, patut dipikirkan ulang. Karena pelaku pengurusan IMB, ternyata para jasa perantara atau orang selama ini menyebutnya sebagai calo. Jadi penikmat adanya layanan ini adalah calo bukan warga. Selain itu, pada dasarnya esensi diadakannya IMB adalah untuk alasan keamanan serta keindahan tata kota. Sehingga dalam pengajuan IMB ini masyarakat akan mendapatkan masukan terkait dengan tata kota serta bangunan gedung yang baik dan aman. Akan tetapi dalam hal ini masyarakat mengurus IMB hanya sebatas untuk memenuhi aturan. Bukan karena ingin mendapatkan advice terkait dengan bagaimana agar bangunan itu baik dan aman. Dengan demikian, pikiran dasar IMB ini tidak sampai pada masyarakat. Dengan kata lain masyarakat merasa tidak butuh dengan adanya IMB. Pemohonan IMB ini dilakukan sebatas karena aturannya memang mengharuskan demikian. Bukan karena masyarakat butuh masukan agar bangunannya baik dan aman. Kedua, penentu kebijakan untuk diterbitkannya IMB belum ada di satu lembaga. Didirikannya DPTPM di Kota Magelang dimaksudkan sebagai layanan perijinan satu pintu. Jadi masyarakat hanya melalui DPTPM saja untuk mengurus IMB. Akan tetapi pada kenyataannya untuk mengurus IMB ini masih harus berurusan dengan DPU serta tanda tangan Walikota yang membutuhkan waktu lama. Sehingga ini membuat prosedur menjadi lama dan melelahkan. Dalam FGD user juga keluar pendapat bahwa seharusnya DPTPM itu diberi kewenangan penuh. Karena yang dirasakan masyarakat itu masyarakat mengurus IMB di DPTPM tetapi masih ada
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
kendala tarik ulur kewenangan antara DPU dan DPTPM. Sehingga masyarakat merasa banyak dirugikan dalam segi pembengkakan biaya serta panjangnya waktu pengurusan. Ketiga, sebagian responden masih menghadapi kesulitan masalah gambar rencana bangunan dan perhitungan konstruksi beton. Gambar rencana bangunan merupakan isu yang sangat menonjol dalam FGD user yang diselenggarakan beberapa waktu lalu. Dalam FGD tersebut disampaikan berbagai pengalaman peserta terkait dengan kesulitan memenuhi persyaratan gambar. Kesulitan ini sebagian besar dialami oleh mereka yang menggambar sendiri. Gambar yang dibuat sendiri tanpa spesikasi teknis akan ditolak dan diminta memperbaikinya. Sehingga dalam membuat gambar ini, pemohon rata-rata menggunakan jasa perantara untuk menggambarkan. Termasuk di antaranya adalah jasa perantara dari oknum DPU itu sendiri. Dalam FGD disampaikan bahwa jika gambar itu digambarkan akan mudah diterima. Tidak seperti kalau menggambar sendiri. Sekalipun itu tidak seperti bangunan aslinya. Keempat, mayoritas responden membutuhkan waktu lebih dari satu bulan untuk mendapatkan IMB. Tiga perempat lebih responden (78 persen) membutuhkan waktu lebih dari sebulan untuk mendapatkan IMB. Hal ini tidak sesuai ketentuan yang ada, yaitu maksimal 15 hari. Dalam SOP layanan perijinan Kota Magelang disebutkan bahwa batas maksimal layanan akan selesai dalam 15 hari. Kelima, masih ada biaya tidak resmi dalam mengurus IMB (baik yang menggunakan jasa perantara maupun mengurus sendiri). Korupsi yang berkaitan dengan kekuasaan beroperasi pada 2 aspek, yaitu pertama pencurian kekayaan negara ketika negara ada proyek. Kedua, menjual ijin-ijin (legalitas). Dalam hal ini IMB merupakan jenis operasi korupsi yang kedua, yaitu penjualan ijin. IMB merupakan obyek potensial korupsi. Dalam IMB bertemu dua kepentingan antara birokrat dan pengguna layanan. Di satu sisi, birokrat memanfaatkan kerumitan prosedur dan tidak transparan, sementara tak ada kompetensi yang diberikan kecuali selembar surat, agar pembangunan tidak dipermasalahkan. Di sisi lain, pengguna menginginkan memperoleh ijin yang cepat, dengan berbagai alasan. Barangkali pertemuan kedua hal itulah, sektor IMB rentan terjadi korupsi.
125
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa seperlima responden (20 persen) menyatakan ada biaya yang dikeluarkan selain biaya resmi, ketika mengurus permohonan IMB, yang berkisar antara di bawah Rp 100.000, dan di atas Rp 500.000. Adanya biaya yang tidak resmi ini tentu membuat layanan publik tampak tidak ramah di hadapan pengguna. Hal ini mungkin terkait dengan minimnya pengetahuan responden tentang biaya pengurusan IMB. Barangkali juga terkait sosialisasi yang tidak sampai kepada masyarakat, walaupun pemerintah Kota Magelang sudah membuat leaflet yang salah satunya memuat bagaimana cara menghitung biaya IMB. Rupanya informasi ini tidak begitu efektif untuk menyosialisasikan pengurusan IMB kepada pengguna. Keenam, perilaku petugas layanan bagus, santun, dan stand by di tempat. Setiap hari layanan, selalu ada petugas DPTPM yang stand by di tempat. Meskipun petugasnya tidak cukup banyak untuk melayani pemohon yang datang sehingga pemohon harus mengantri dalam waktu yang lama, akan tetapi sikap dan posisinya yang selalu ada di tempat membuat nyaman orang yang akan mengajukan permohonan IMB. Ketujuh, mayoritas responden menggunakan petugas perantara dalam mengurus IMB. Setengah lebih responden (58%) menggunakan jasa perantara dalam mengurus permohonan IMB. Mereka menggunakan jasa perantara paling banyak alasannya karena tidak sempat. Satu hal yang menarik, jasa perantara ini juga diberikan oleh pegawai PU dan juga pegawai DPTPM. Hal ini menarik karena ternyata ada beberapa oknum petugas layanan yang nyambi menjadi petugas perantara. Hal ini membuat ragu apakah oknum petugas ini bisa memberikan layanan yang sama antara yang menggunakan jasa dia sebagai perantara dengan yang mengurus sendiri tanpa perantara.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Banyaknya responden yang menggunakan petugas perantara dalam mengurus IMB ini juga menyiratkan pandangan bahwa layanan pengurusan IMB belum prima. Karena semakin prima sebuah layanan, tentu akan semakin sedikit pula yang menggunakan jasa perantara dalam mengurusnya. Hal ini dikuatkan dengan temuan survei bahwa hampir semua responden (89 persen) merasa diuntungkan dengan adanya petugas perantara ini. Karena kehadiran petugas perantara ini membuat pemohon tidak repot. Dengan kata lain, berarti pengurusan IMB itu menyita waktu dan repot. Hal ini perlu menjadi perhatian karena pada dasarnya prinsip layanan adalah memberikan layanan yang mudah, murah dan singkat. Rekomendasi Pertama, perlu regulasi yang mengatur tata kelembagaan, meminimalisir penggunaan jasa perantara, mengurangi biaya tidak resmi dan memperpendek prosedur layanan. Layanan satu pintu merupakan hasil dari koreksi atas layanan banyak tempat yang ternyata menimbulkan banyak permasalahan. Seperti berbelit-belit, merepotkan, boros biaya serta rentan terjadinya penyimpangan dalam layanan. Didirikannya DPTPM dalam pengurusan perijinan IMB merupakan upaya yang dilakukan menjawab problem tersebut. Yaitu, maksud didirikannya DPTPM adalah untuk melakukan penyederhanaan penyelenggaraan layanan perijinan dan non perijinan, serta bidang penanaman modal. Baik menyangkut kecepatan proses, kepastian biaya, kejelasan prosedur maupun transparansi. Hal ini dilakukan dengan tujuan mewujudkan layanan publik yang cepat, murah, mudah, transparan, pasti dan terjangkau; meningkatkan hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik; serta meniadakan biaya ekonomi tinggi dan meniadakan praktek KKN.
126
Akan tetapi dalam prakteknya, layanan IMB belum di satu pintu atau satu lembaga yaitu DPTPM. Dalam hal ini pengurusan masih terkait dengan dinas lain yaitu DPU dan tanda tangan walikota. Hal ini tentu akan membuat proses menjadi lebih panjang jika dibandingkan apabila ditangani satu lembaga saja. IMB memang sangat terkait dengan teknik (arsitektur/sipil) yang notabene sekarang berada di bawah DPU. Sehingga untuk pengurusannya harus terkait dengan DPU. Mungkin prosedurnya akan bisa menjadi lebih pendek jika petugas teknis ini juga ditempatkan ke DPTPM, sehingga pengurusan teknis juga sudah akan selesai di DPTPM. Kemudian terkait dengan tanda tangan walikota mungkin akan lebih pendek waktu pengurusan IMB jika tanda tangan itu tidak di walikota tapi dilimpahkan di kepala DPTPM. Karena mengantri tanda tangan Walikota tentu jauh lebih panjang daripada mengantri tanda tangan kepala dinas. Sehingga pengurusan IMB akan selesai hanya dengan mengurusnya di DPTPM saja. Selain itu waktu penyelesaiannya juga akan lebih singkat. Karena pengurusan yang lambat dan repot merupakan salah satu penyebab maraknya penggunaan jasa perantara. Dengan metode seperti ini adalah salah satu cara meminimalisir penggunaan jasa perantara dalam mengurus IMB. Selain itu prosedur yang ringkas tentu juga akan memberikan sumbangan mengurangi biaya tidak resmi. Kedua, membuat pola sosialisasi yang efektif dan tepat sasaran. Dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk mempermudah akses masyarakat dalam pengurusan IMB. Selama ini, pemerintah telah melakukan serangkaian agenda sosialisasi terkait dengan pengurusan IMB. Akan tetapi masyarakat masih banyak yang tidak tahu bagaimana mengurusnya termasuk di dalamnya adalah rincian biaya yang harus dikeluarkan untuk mengurus IMB. Minimnya pengetahuan ini tentu akan membuka peluang terjadinya praktek yang menyimpang. Ke depan, mungkin perlu membuat pola sosialisasi yang lebih efektif dan tepat sasaran. Salah satu yang muncul dalam diskusi adalah pembuatan kalender yang gambarnya adalah bagaimana mengurus IMB. Ketiga, mengubah citra DPTPM dengan memberikan layanan yang prima sehingga menjadi
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
lembaga layanan yang murah, ramah, transparan, cepat. Selama ini, yang tergambar dalam benak masyarakat adalah bahwa mengurus IMB itu mahal, lama dan merepotkan, masyarakat banyak yang memilih tidak usah mengurus IMB saja. Kalaupun harus mengurus IMB, lebih baik menggunakan jasa perantara saja. Karena mengurus sendiri akan repot. Inilah yang banyak terjadi di benak masyarakat. Hal ini adalah terkait dengan citra bahwa pengurusan IMB itu mahal dan repot. Padahal belum tentu kenyataannya demikian. Ke depan, mungkin dilakukan upaya mengubah citra bahwa layanan IMB itu cepat, murah dan mudah. Hal ini perlu dilakukan dengan memberikan layanan yang prima, sehingga menjadi lembaga layanan yang mudah, murah, ramah, transparan dan cepat.
127
Daftar Pustaka
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Brannen, Julia, Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Pustaka Pelajar Yogyakarta, Cet. VI, 2005. Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kuantitatif, Prenada Media Group, Jakarta, Cet. 3, 2008. Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial, Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. AUP, Surabaya, 2001. Cochran, William G., Teknik Penarikan Sampel, UI Press, Jakarta, 1991. Dwiyanto, Agus, Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2005. Eriyanto, Metodologi Polling Memberdayakan Suara Rakyat, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999. Eriyanto, Teknik Sampling Analisis Opini Publik, LkiS, Yogyakarta, 2007. Faisal, Sanapiah, Dasar-Dasar Menyusun Angket, Usana Offset Printing, Surabaya, 1981. Ghozali, Imam, Statistik Non-Parametrik, Undip. Semarang, Cet. 3, 2002. Myrdal, Gunnar, Obyektivitas Penelitian Sosial, LP3ES, Jakarta, 1981. Hendradi, C. Tri. Statistik Six Sigma dengan Minitab. ANDI, Yogyakarta, 2006 Junaidi, Purnawan. Pengantar Analisis Data, Rineka Cipta, Jakarta, 1995. Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Research Sosial, Alumni. Bandung, tt.
128
Koentjoroningrat, Metode Penggunaan Data Pengalaman Pribadi, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1977. Kurniawan, Luthfi J., dkk., Paradigma Kebijakan Pelayanan Publik., In-TRANS Publising. Malang, Cet. 1, 2008. Mardalis, Drs. Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal, Sinar Grafika Offset, Jakarta, Cet. 5, 2002. Nazir, M. Metode Penelitian, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988. Patton, Micahel Quinn, Metode Evaluasi Kualitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1991. Prasojo, Eko, Irfan Ridwan Maksum dan Teguh Kurniawan, Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah: Antara Model Demokrasi Lokal dan Efisiensi Struktural. Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI, Depok, 2006. Rangkuti, Freddy, Riset Pemasaran, Gramedia, Jakarta, 2002. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1989 Strauss, Anselm dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Pustaka Pelajar. Yogyakarta, Cet. 2, 2007. Sudjana, Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiyah, PT. Sinar Baru Algesindo. Bandung, 2001. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 1997. Tayibnapis, Farida Yusuf, Evaluasi Program, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2000. Tri Hendradi, Cornelius, Kupas Tuntas Analisis Regresi, ANDI, Yogyakarta, 2007. Umar, Husein. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Ghalia Indonesia. Jakarta. 2003 Umar, Husein. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2002 Widoyoko, Danang, dkk. Saatnya Warga Melawan Korupsi. Indonesia Corruption Watch. Jakarta. 2006
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
Peraturan Perundangan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang-undang Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 13 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 5 tahun 2001 tentang Bangunan dan Ijin Mendirikan Bangunan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 9 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Magelang Tahun 2005 – 2010 Peraturan Walikota Magelang Nomor 33 Tahun 2007 tentang Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kota Magelang Tahun 2007-2010 Peraturan Walikota Magelang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Rencana Tindak Lanjut (RTL) Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD PK) Kota Magelang tahun 2007 – 2010
129
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 4 LAPORAN SURVEI CRC PELAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KOTA MAGELANG
130
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
131
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
RINGKASAN Kabupaten Pemalang merupakan daerah yang dipilih sebagai pilot project area dalam program percepatan pemberantasan korupsi dalam program Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN-PK). Dalam hal ini agenda yang diprioritaskan adalah serangkaian langkah yang dilakukan melalui semangat mewujudkan layanan publik yang berkualitas dan bebas korupsi. Salah satu hal penting yang mencuat dalam pelbagai rangkaian pertemuan terkait dengan pelaksanaan RAN-PK ini adalah perlunya keterlibatan masyarakat sipil dalam upaya pemberantasan korupsi di daerah, yang dilakukan melalui survei citizen report card (CRC). CRC merupakan sebuah metodologi penelitian yang dioperasionalkan melalui pengumpulan pengalaman masyarakat (penelitian kuantitatif, melalui survei lapangan) yang kemudian dianalisis secara kualitatif untuk melengkapi hal-hal yang tidak bisa dikuantifikasikan. CRC juga merupakan jenis penelitian yang menggabungkan dua kelompok kepentingan sebagai sumber dalam menarik kesimpulan serta menyusun rekomendasi, yakni kelompok penyedia layanan (provider) serta kelompok pengguna layanan (user). Sehingga apa yang tersaji dari hasil penelitian CRC ini merupakan hasil yang bisa dipertanggungjawabkan serta merupakan kompromi yang baik antara penyedia dan pengguna layanan. Dan di Kabupaten Pemalang, survei CRC ini dilakukan terhadap layanan pengurusan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang diselenggarakan DIPENDA - UPPI Kabupaten Pemalang. Saat ini berganti nama menjadi UPT-Disperindagkop. Survei ini melibatkan 300 responden pengguna layanan IMB pada tahun 2007.
132
Survei CRC di Kabupaten Pemalang ini bertujuan mencari masukan dari masyarakat untuk substansi RAD-PK yang dilakukan secara partisipatif. Dalam hal ini, sebagai tahapan awal yang diupayakan adalah perbaikan layanan publik di sektor perijinan. Hasil survei ini diharapkan memberikan kontribusi positif untuk penyempurnaan RAD-PK di Kabupaten Pemalang. Output kegiatan ini adalah adanya hasil survei persepsi masyarakat Kabupaten Pemalang dalam mengurus permohonan IMB, hasil analisis dari survei tersebut, serta draf rekomendasi kepada Pemerintah Kabupaten Pemalang terkait perbaikan layanan pengurusan IMB. Serangkaian agenda yang diselenggarakan untuk menghasilkan output tersebut adalah: Sosialisasi tentang RAD-PK dan penandatangan kesepakatan bersama antara Pemerintah Kabupaten Pemalang dan Direktorat Hukum dan Hak Asasi Manusia Badan Perencanaan Pembangunan Nasional tentang dukungan terhadap pelaksanaan survei persepsi masyarakat dengan metode citizen report card (CRC) di Kabupaten Pemalang, yang dilaksanakan pada 1 April 2008. Focus Group Discussion provider pada 7 Mei 2008, dan Focus Group Discussion user pada 8 Mei 2008, pelatihan surveyor dilaksanakan pada 2-3 Juli 2008, dilanjutkan distribusi kuesioner tanggal 4-15 Juli 2008. Selanjutnya dilakukan entry data, koding dan analisis data. Kemudian workshop penulisan laporan pada 22-25 Agustus 2008 yang akan dilanjutkan tahap penulisan laporan. Rangkaian terakhir adalah launching hasil survei CRC terhadap pemerintah maupun masyarakat luas yang dilaksanakan pada 4 September 2008. Dalam FGD provider telah dihasilkan penjelasan tentang kondisi layanan yang diselenggarakan oleh UPPI-DIPENDA. Dalam FGD user didapatkan pengalaman dalam mengurus IMB yang kemudian dijadikan indikator dalam menyusun kuesioner. Selanjutnya adalah rekruitmen surveyor. Di Kabupaten Pemalang direkrut 15 orang surveyor untuk melakukan distribusi kuesioner. Dengan sebelumnya, telah dilakukan training surveyor untuk memberikan pembekalan surveyor dalam melakukan distribusi kuesioner. Hasil dari distribusi kuesioner tersebut telah dilakukan koding serta analisis yang kemudian dijadikan draf laporan. Hasil dari draf laporan penelitian yang disusun ini kemudian dilakukan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
consultative meeting yang menghasilkan rekomendasi yang disusun bersama dengan provider. Kemudian dilanjutkan dengan launching draf laporan guna mencari masukan dari publik untuk penyusunan laporan akhir penelitian yang saat ini tersaji. Adapun rekomendasi yang dihasilkan dalam survei CRC tersebut adalah sebagai berikut : Untuk meningkatkan kualitas layanan pengurusan IMB di Kabupaten Pemalang dibutuhkan peningkatan SDM dan penambahan personil agar bisa mengatasi keterlambatan waktu layanan yang ada. Dengan tenaga-tenaga yang lebih trampil, berbagai tugas pokok layanan perijinan bisa diselesaiakan dengan tepat waktu dan murah. Perlu memberdayakan (memberikan pendidikan/latihan khusus) di setiap daerah (kecamatan) untuk membantu proses pengurusan IMB agar lebih cepat. Masyarakat lebih mudah mendapatkan informasi yang lengkap serta mendapatkan kemudahan dalam mengurus persyatan-persyaratan IMB. Mengingat masih belum tersosialisasikannya persyaratan, prosedur dan hal-hal yang terkait dengan pengurusan IMB maka dibutuhkan upaya-upaya penambahan dan peningkatan sarana informasi kepada masyarakat sampai ke pihak-pihak pengguna layanan. Dengan demikian, sosialisasi akan lebih bisa mengenai sasaran bukan hanya di kalangan pejabat pemerintah dan pegawai desa/kelurahan saja. Perlu diupayakan adanya model-model baru layanan pengurusan IMB misalnya dengan melakukan layanan keliling bergilir di daerah-daerah dengan menggunakan mobil seperti layanan SIM oleh pihak kepolisian. Ini adalah bentuk jemput bola dari penyedia layanan sehingga masyarakat semakin mudah mengurus IMB.
133
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam bidang perijinan dan sertifikasi, termasuk di dalamnya adalah ijin mendirikan bangunan (IMB) merupakan layanan yang menjadi kewenangan mutlak negara. Dalam segi ini, negara wajib mengelola sumber daya yang dimiliki dan mengalokasikannya demi kesejahteraan warga melalui layanan publik yang berkualitas. Filosofi dari sebuah layanan adalah memberikan jasa yang terbaik demi kepuasan konsumen (masyarakat pengguna layanan). Dengan kata lain, pengguna layanan adalah raja. Dalam konteks IMB adalah memberikan layanan yang berkualitas dalam proses pengurusan IMB. Baik dalam hal ketepatan waktu, sampai pada perilaku petugas dalam melaksanakan layanan tersebut. Tapi benarkah dalam pengurusan IMB di Kabupaten Pemalang ini masih berlaku hukum pengguna layanan adalah raja? Dalam praktek sehari-hari, pengurusan perijinan masih banyak mengandung/ diindikasikan ada praktik korupsi. Bahkan masyarakat berasumsi dalam layanan publik, korupsi sepertinya sudah menjadi fenomena yang umum terjadi. Saking umumnya, hal itu tidak lagi dirasa sebagai korupsi melainkan sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam pengurusan layanan publik. Banyak pengamat dan aktivis anti-korupsi berkesimpulan bahwa sekarang ini korupsi serasa telah terstruktur dan membudaya. Untuk itu, pemberantasan korupsi merupakan agenda yang paling mendesak untuk dilakukan. Akan tetapi, karena korupsi ini sudah terstruktur dan membudaya, maka korupsi tidak dapat dilawan dengan penegakan hukum semata.
134
Untuk itu, di samping dengan penegakan hukum, korupsi sebaiknya diberantas dengan pencegahan atau menata kembali birokrasi dalam layanan publik dalam suatu sistem yang tidak memberikan peluang sama sekali terhadap praktik korupsi. Dalam situasi seperti ini, peran masyarakat menjadi sangat penting. Masyarakat adalah korban dari tindak pidana korupsi dan karena itu masyarakat memiliki legitimasi yang kuat melakukan perlawanan. Salah satu metode yang dapat dipergunakan adalah melalui kartu laporan (report card). Kartu laporan dapat memberikan penilaian terhadap kualitas dan tingkat korupsi dalam layanan publik. Melalui kartu laporan, masyarakat dapat memperolah gambaran yang utuh tentang kondisi layanan publik yang seharusnya merupakan hak masyarakat sebagai warga negara. Saat ini, pemberantasan korupsi merupakan agenda utama pemerintah. Beberapa produk hukum yang dikeluarkan sebagai realisasi dari keinginan ini adalah diterbitkannya Keppres Nomor 7 tahun 1999 tentang Laporan Kinerja. Inpres Nomor 5 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dan juga Inpres Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang ditindaklanjuti dengan rencana aksi nasional pemberantasan korupsi (RAN-PK) yang berisi langkah-langkah/upaya kongkrit yang akan dilakukan oleh pemangku kepentingan (stakeholder) untuk mempercepat perbaikan/ penyempurnaan kebijakan dan/atau kelembagaan untuk mewujudkan layanan publik yang bersih dan bebas dari korupsi. Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN–PK) 2004-2009 ini di masing-masing daerah kemudian diturunkan menjadi Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD–PK). Sebagai bagian dari pelaksanaan RAD-PK, Kabupaten Pemalang telah menerbitkan Peraturan Bupati Pemalang Nomor 67 Tahun 2007 tentang Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kabupaten Pemalang Tahun 2007-2011. Hal ini merupakan gambaran bahwa pada saat ini telah berkembang paradigma baru dalam pemberantasan korupsi yang bergeser dari pola penindakan/penanganan monoton menuju pola pencegahan. Sebagai filosofi bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati, pencegahan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
diharapkan akan lebih efektif dalam upaya pemberantasan korupsi. Pencegahan diasumsikan akan lebih bisa menyentuh akar permasalahan dengan cara meminimalisasi kemungkinan terjadinya korupsi. Dalam hal ini, Kabupaten Pemalang bersama beberapa daerah lain telah menjadi pilot project area program kerjasama Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS-RI) dalam program RAN-PK yang didukung oleh Partnership (Kemitraan). Untuk itu telah dilaksanakan pertemuan dengan pemerintah daerah dan organisasi masyarakat sipil untuk menyusun kerjasama dan agenda bersama dalam melaksanakan RAD-PK. Salah satu hal penting yang muncul dalam pertemuan tersebut adalah keterlibatan masyarakat sipil dalam upaya pemberantasan korupsi di daerah. Untuk itu perlu dibuat suatu kegiatan yang partisipatif untuk menggali masukan dari masyarakat. Kegiatan yang sudah disepakati adalah survei persepsi masyarakat melalui citizen report card (CRC). Tujuan CRC Tujuan penelitian ini, pertama, memperoleh informasi dari masyarakat tentang pengalaman mereka terkait dengan layanan pengurusan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang pernah dialami di Kabupaten Pemalang. Kedua, untuk menyusun rekomendasi untuk perbaikan sistem layanan pada layanan pengurusan IMB yang diselenggarakan oleh DIPENDA - UPPI Kabupaten Pemalang. Yang sekarang berganti nama menjadi UPT-Disperindagkop. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kualitas layanan pengurusan IMB di Kabupaten Pemalang. Pengukuran tersebut dilakukan berdasarkan analisa yang diambil dari pengalaman responden dalam mengurus layanan tersebut. Dari penilaian tersebut akan disusun tingkat kualitas layanan yang diberikan dan diharapkan ada upaya peningkatan kualitas layanan. Hasil pengukuran dan pemeringkatan ini disebut sebagai report card (kartu penilaian).
135
Penelitian ini dapat digunakan: 1. Sebagai alat akuntabilitas (UU No. 25 Tahun 2004 tentang SPPN) 2. Sebagai alat ukur bagi masyarakat untuk menilai tingkat kualitas layanan, yang dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan atas kinerja layanan. Sehingga mendorong perubahan layanan yang lebih baik. 3. Untuk menentukan capaian atau keberhasilan layanan, sehingga dapat meningkatkan kinerja. 4. Penilaian yang dibuat dapat dijadikan alat diagnosa dalam mengukur kelemahan dan kelebihan layanan. Karena itu, kartu peniliaian ini dapat digunakan sebagai bahan dasar bagi pembuatan kebijakan. 5. Sebagai alat pengungkap biaya-biaya tertutup. Karena dapat dijadikan sebagai alat ukur kualitas, penelitian ini dapat dijadikan alat untuk advokasi dalam mengurangi kemungkinan korupsi di sektor layanan publik. Metodologi CRC Survei persepsi masyarakat terhadap layanan IMB di Kabupaten Pemalang ini akan dilaksanakan di 14 (empat belas) kecamatan pada wilayah Kabupaten Pemalang. Kabupaten Pemalang adalah kabupaten dengan luas wilayah seluas 111.530 Ha, dengan jumlah penduduk sebesar 1.352,796 jiwa. Kabupaten Pemalang dibagi menjadi 14 (empat belas) kecamatan, yaitu Ampelgading, Bantarbolang, Belik, Bodeh, Comal, Moga, Pemalang, Petarukan, Pulosari, Randudongkal, Taman, Ulujami, Warungpring, dan Kecamatan Watukumpul. Populasi survei CRC layanan IMB di Kabupaten Pemalang ini adalah para pengguna layanan IMB pada tahun 2007 atau kira-kira satu tahun setelah UPPI (Unit Layanan Perijinan Investasi) dibentuk. Dari data yang diperoleh dari kantor UPPI, ada 449 pengguna yang sudah mengajukan permohonan IMB. Dari data inilah, kami membuat kerangka sample, serta menentukan respondennya secara acak.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Teknik sampling yang digunakan dalam survei CRC ini adalah teknik sampling stratifikasi proporsional. Implementasi teknik ini dimulai dengan membuat kerangka sample dan mengklasifikasikan semua data pengguna tersebut ke dalam kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Pemalang. Setelah itu penentuan responden dilakukan di setiap kecamatan dengan menggunakan teknik acak sederhana. Teknik wawancara yang dilakukan dalam survei CRC ini adalah wawancara tatap muka langsung terhadap responden terpilih. Wawancara terhadap responden ini dilakukan selama kurang lebih dua minggu. Besaran sample yang diambil untuk dijadikan responden dalam survei CRC di Kabupten Pemalang ini adalah diperoleh dari rumus berikut ini: Z2. (p(1-p)). N Z2. (p(1-p)) + (N-1).E2
n=
Rumus ini digunakan untuk populasi kecil atau populasi diketahui yang ditandai dengan tersedianya kerangka sampel. Dan pengambilan sampelnya mensyaratkan acak sederhana. Keterangan Rumus:
136
Z
:
mengacu pada nilai z (tingkat kepercayaan). Jika tingkat kepercayaan 90%, maka nilai z: 1,65. Jika tingkat kepercayaan 95%, maka nilai z: 1,96
p (1-p)
:
Variasi populasi, dinyatakan dalam bentuk proporsi. Karena populasinya heterogen, maka proporsinya 0,5
E
:
N
:
Kesalahan sampel yang dikehendaki (sampling error). Dalam survei ini, E: 5% atau 0,5. Jumlah populasi.
N
:
Jumlah minimal sampel/responden.
Dengan tingkat kepercayaan 95 persen, proporsi 0,5, sampling error 5 persen, dan N 449, maka jumlah minimal sampelnya adalah 208 orang. Sebaran Sample CRC/Wilayah CRC Sample sebanyak 300 tersebar di 14 kecamatan. Adapun nama dan jumlah bisa dilihat dalam tabel berikut : Tabel 5.1 Sebaran Sampel Per Kecamatan No
Kecamatan
Jumlah Sample
Ampelgading
9
Bantarbolang
1
Belik
9
Bodeh
12
Comal
47
Moga
9
Pemalang
86
Petarukan
28
Pulosari
1
Randudongkal
17
Taman Ulujami
26 46
Warungpring
8
Watukumpul
1
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Tahap Kegiatan CRC Setelah ditanda-tanganinya RAD-PK Kabupaten Pemalang, lalu ditindak-lanjuti dalam bentuk (memorandum of understanding) sebagai upaya merealisasikan komitmen pemerintah Kabupaten Pemalang memperbaiki layanan perijinan terutama di bidang ijin mendirikan bangunan (IMB). MoU tersebut dilakukan oleh BAPPENAS-RI dengan Pemerintah Kabupaten Pemalang. Isi yang terpenting dalam MoU tersebut adalah persetujuan dan dukungan Pemkab Pemalang terhadap pelaksanaan survei terhadap pengalaman masyarakat dalam mengurus ijin mendirikan bangunan (IMB) melalui metode citizen report card (CRC). Penandatanganan MoU ini dilaksanakan pada Selasa, 1 April 2008. Pihak BAPPENAS diwakili oleh Dirjen Hukum dan HAM BAPPENAS-RI, Dianni Sadiawati, SH.,LLM dan Pemkab Pemalang dilakukan langsung oleh Bupati Pemalang, HM. Machroes, SH. Setelah penandatanganan nota kesepakatan, kemudian dilakukan meeting stakeholder untuk mencari sektor layanan publik di Kabupaten Pemalang yang akan dilakukan survei. Dalam kegiatan tersebut, isu yang paling menonjol dan yang disampaikan peserta untuk dilakukan survei adalah terhadap layanan pengurusan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang diselenggarakan oleh Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) - Unit Layanan Perijinan dan Investasi (UPPI) Kabupaten Pemalang yang instansi tersebut sudah berubah menjadi UPT dan di bawah Disperindagkop. Pilihan ini didasarkan pada asumsi yang paling banyak terjadi masalah adalah dalam sektor perijinan. Pertemuan dengan stakeholder diperoleh kesepakatan tentang aspek yang akan disurvei yakni IMB dan membatasi responden yang mengurus IMB pada tahun 2007. Pertemuan ini membicarakan jadwal FGD baik dengan user maupun stakeholder. Rangkaian langkah berikutnya setelah meeting dengan stakeholder adalah mencari data-data kualitatif yakni pengumpulan dokumen kebijakan dan aturan perijinan mengurus IMB, melakukan kajian melalui studi dokumen terhadap kebijakan dan aturan-aturan yang terkait dengan IMB dan wawancara.
137 Setelah meeting dengan stakeholder terkait, dilanjutkan focus group discussion (FGD). FGD dilaksanakan dua tahap. Pertama dengan penyedia layanan (provider). Kedua dengan pengguna layanan (user). FGD tahap pertama bersama user dilakukan untuk mengumpulkan bahan-bahan yang akan dirumuskan menjadi indikator survei. Masukan-masukan yang didapatkan dari responden akan diterjemahkan dalam bentuk kuesioner yang akan disebar kepada sample yang terpilih. FGD tahap kedua bersama provider dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 7 Mei 2008, yang dihadiri oleh unsur Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Pemalang, unsur Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) Kabupaten Pemalang, unsur Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) - Unit Layanan Perijinan dan Investasi (UPPI) Kabupaten Pemalang, Dinas Pekerjaan Umum, serta Camat di wilayah Kabupaten Pemalang. FGD user dilaksanakan pada Kamis, 8 Mei 2008, diikuti masyarakat yang memiliki pengalaman dalam mengurus IMB di Kabupaten Pemalang. Dalam FGD user tersebut, disusun indikatorindikator yaitu terkait dengan transparansi informasi, prosedur dan persyaratan permohonan IMB, gambar, waktu penyelesaian IMB, biaya pengurusan IMB, layanan dan perilaku petugas, petugas perantara, keluhan dan pengaduan, serta kepuasan umum dan perbaikan. Instrumen-instrumen tersebut kemudian diolah menjadi kuesioner yang disebar kepada pengguna layanan IMB yang terpilih menjadi sample. Tahap berikutnya adalah penyusunan kuesioner dilanjutkan pelatihan surveyor di Pemalang, 2-3 Juli 2008, diikuti 15 surveyor dan persiapan untuk menyebar kuesioner ke pengguna layanan. Setelah itu dilakukan pengumpulan data dari lapangan dan pengolahan data. Tahap Selanjtunya, workshop report writing in Semarang yang intinya kegiatan ini adalah melakukan eksplorasi hasil temuan, mencari masukan-masukan dan penyusunan laporan akhir. Kemudian dilakukan consultative meeting dengan pihak Pemkab Pemalang dan dilanjutkan launching hasil akhir survei terhadap pengalaman masyarakat dalam mengurus IMB di Pemalang.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
LOKASI DAN OBYEK SURVEI Profil Kabupaten Pemalang Pemalang adalah salah satu kabupaten yang secara administratif termasuk dalam Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pemalang dibagi menjadi 14 (empat belas) kecamatan; Ampelgading, Bantarbolang, Belik, Bodeh, Comal, Moga, Pemalang, Petarukan, Pulosari, Kecamatan Randudongkal, Kecamatan Taman, Kecamatan Ulujami, Kecamatan Warungpring, dan Kecamatan Watukumpul. Pemalang terletak di antara Pekalongan dan Tegal. Dari ibukota Provinsi Jawa Tengah (Semarang) jaraknya kurang lebih 133 km ke arah barat. Sedangkan dari ibukota negara (Jakarta) jaraknya kurang lebih 348 km ke arah timur. Sementara dari Pekalongan jaraknya kurang lebih 31 km ke arah barat. Dan dari Tegal jaraknya kurang lebih 30 km ke arah timur. Secara astronomis, Pemalang terletak di antara 109°17²30¢-109°40²30¢ bujur timur (BT) dan 8°52²30¢-7°20²11¢ lintang selatan (LS). Kabupaten yang luasnya 111.500 hektar ini sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa; sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga; sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tegal; dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan. Tabel 5.2 Batas Wilayah Kabupaten Pemalang
138
Arah timur
:
Kabupaten Pekalongan(35 km)
Arah barat
:
Kabupaten Tegal(30 km)
Arah utara
:
Laut Jawa
Arah selatan
:
Kabupaten Purbalingga(234 km)
Adapun tata guna lahan Kabupaten Pemalang adalah sebagai berikut : Tabel 5.3 Tata Guna Tanah
Tata guna tanah Kampung/permukiman Industri Sawah Tanah kering Kebun campuran Perkebunan Hutan Semak, padang rumput Lahan kosong, rusak Perairan dan lainnya
13,207.00 ha 191.10 ha 39,688.00 ha 76.00 ha 17,576.00 ha 1,219.00 ha 23,790.00 ha 48.00 ha 120.00 ha 5,466.00 ha
Topografinya bervariasi mulai dataran, pantai, rendah, hingga tinggi (pegunungan). Dataran pantai yang ketinggiannya 1-5 meter dari permukaan air laut terletak di bagian utara. Dataran rendah yang ketinggiannya 6-15 meter dari permukaan air laut juga berada di bagian utara. Kemudian, dataran yang ketinggiannya 16-212 meter dari permukaan air laut berada di bagian tengah dan selatan. Sedangkan, dataran yang ketinggiannya mencapai 213-925 meter dari permukaan air laut berada di lembah dan perbukitan Gunung Slamet. Dataran ini juga berada di bagian selatan. Jenis tanahnya terdiri atas: alluvial, regosol, dan lestasol. Jenis tanah alluvial mendominasi daerah
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
dataran rendah; jenis regosol yang terdiri atas batu-batuan pasir dan intermedier ada di daerah perbukitan sampai gunung; dan jenis lestasol yang berupa batu bekuan pasir dan intermedier juga berada di perbukitan dan gunung. Iklim yang menyelimuti daerah Pemalang sama seperti daerah lainnya di Indonesia pada umumnya, yaitu tropis yang ditandai oleh adanya dua musim (penghujan dan kemarau). Musim penghujan biasanya dimulai pada bulan Oktober-Maret, sedangkan musim kemarau biasanya dimulai pada bulan April-September. Banyaknya curah hujan perbulan rata-rata 66 milimeter. Sedangkan, temperaturnya rata-rata berkisar 30° celcius. Sesuai dengan iklimnya yang tropis maka flora yang ada di sana pada umumnya sama dengan daerah-daerah lain di Indonesia, seperti: jati, kelapa, bambu, tanaman buah (rambutan, manggis, durian, dan lain sebagainya), padi, dan tanaman palawija (jagung, kedelai, mentimun, kacang panjang, dan lain sebagainya). Fauna yang ada di sana juga pada umumnya sama dengan daerah lain di Indonesia, seperti: sapi, kerbau, kambing, ayam, dan berbagai jenis binatang melata. Binatang buas (harimau) sudah sangat langka (kalau tidak dapat dikatakan sudah tidak ada lagi). Konon, di masa lalu binatang ini sering keluar-masuk kampung, khususnya perkampungan yang di daerah pegunungan (daerah Belik dan Watukumpul). Populasi Penduduk Penduduk Kabupaten Pemalang berjumlah 1.352.798 jiwa. Tingkat kepadatannya rata-rata 1.213 jiwa perkilometer persegi. Mereka tersebar di 14 kecamatan yang tergabung di dalamnya. Jumlah penduduk perempuannya ada 683.097 jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-lakinya ada 669.699 jiwa. Ini artinya, jumlah penduduk perempuan lebih banyak ketimbang jumlah penduduk laki-laki. Salah satu faktornya adalah kaum lelakinya, khususnya para pemudanya banyak yang mengadu nasib ke Jakarta dan banyak pula yang kemudian menjadi penduduk di sana. Jumlah penduduk tersebut jika dilihat berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan, khususnya mereka yang telah berumur 6 tahun ke atas, sebagian besar hanya tamat sekolah dasar (SD). Mereka jumlahnya mencapai 509.830 jiwa dari 1.247.646 jiwa. Urutan kedua adalah mereka yang belum tamat SD (284.275 jiwa), disusul tamat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) sejumlah 178.559 jiwa, tidak/belum sekolah sejumlah 136.004 jiwa, tamat sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) sejumlah 106.160 jiwa, dan akademi/perguruan tinggi sejumlah 32.817 jiwa (Kabupaten Pemalang dalam angka 2007:41).
139
Adapun Statistik penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Pemalang dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 5.4 Statistik Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun
2003
2004
Statistik penduduk Jumlah pria
-
665,302
Jiwa
Jumlah wanita
-
673,81
Jiwa
1,339,112
Jiwa
Jumlah total
0
Pertumbuhan penduduk
-
Kepadatan penduduk
-
-
% 1,323.36
Per km2
Sosial Budaya Masyarakat Pemalang adalah pendukung kebudayaan Jawa. Sebagaimana masyarakat pendukung kebudayaan Jawa lainnya, mereka dalam berkomunikasi juga menggunakan bahasa Jawa. Akan tetapi, dengan dialek ‘Jawa-Pemalangan’ yang termasuk dalam kategori dialek ‘Banyumasan’. Dialeknya yang khas inilah (berbeda dengan orang Yogya dan Solo) yang kemudian membuat
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
orang Pemalang sering disebut sebagai wong ngapak, karena jika mengucapkan kata-kata tertentu, ‘bapak’ misalnya, maka pengucapan huruf k-nya sangat kental (kentara). Hal ini berbeda dengan orang Jawa-Yogya dan Jawa-Solo yang pengucapan huruf ‘k’-nya nyaris tak terdengar. Selain itu, ada juga yang menyebutnya sebagai ‘Jawa kowek’ dan ‘Jawa reang’. Bisa jadi, sebutan yang terakhir sangat erat kaitannya dengan suara yang relatif keras dan irama yang relatif cepat, sehingga memberi kesan berisik (reang). Hal ini berbeda dengan suara dan irama orang JawaYogya dan Jawa-Solo yang relatif lembut dan lambat dalam bertutur atau bertegur sapa, sehingga terkesan teduh dan tidak berisik (halus). Oleh karena itu, masyarakat Pemalang menyebut bahasa Jawa yang diucapkan oleh orang Yogya dan Solo adalah bandek, yaitu suatu istilah untuk bahasa Jawa yang halus. Ada satu hal yang perlu dicatat berkenaan dengan bandek, karena ternyata di beberapa kecamatan yang tergabung dalam Kabupaten Pemalang, seperti: Petarukan, Ampelgading, Comal, dan Ulujami, masyarakatnya menggunakan bandek-Pekalongan dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Ini artinya, masyarakat yang ada di Kecamatan Petarukan dan Ampelgading dalam berkomuniskasi menggunakan bandek. Dengan perkataan lain, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Pemalang sebagian menggunakan dialek Jawa-ngapak (masyarakat kecamatan: Moga, Warungpring, Pulosari, Belik, Watukumpul, Bantarbolang, Randudongkal, Pemalang, dan Taman) dan sebagian Jawa-bandek (Bodeh, Petarukan, Ampelgading, Comal, dan Ulujami).
140
Prinsip keturunan yang dianut oleh masyarakat pemalang adalah bilateral, yaitu suatu sistem penarikan garis keturunan melalui nenek-moyang laki-laki dan wanita secara serentak (Soekamto, 1983:56). Artinya, yang dianggap sebagai kerabatnya adalah kerabat dari pihak laki-laki dan pihak perempuan. Sedangkan, istilah yang digunakan untuk menyebut atau menyapa kerabatnya antara lain: bapak (istilah untuk menyebut orangtua laki-laki), sima (istilah untuk menyebut orangtua perempuan), side lanang (istilah yang digunakan untuk menyebut orangtua laki-laki ayah dan ibu), side wadon (istilah yang digunakan untuk menyebut orangtua perempuan ayah dan ibu), lek atau paman (istilah yang digunakan untuk menyebut adik laki-laki ayah dan ibu), bibi (istilah yang digunakan untuk menyebut adik perempuan ayah dan ibu), kakang (istilah yang digunakan untuk menyebut saudara tua laki-laki), mbakyu (istilah yang digunakan untuk menyebut saudara tua perempuan), dan edi (istilah yang digunakan untuk menyebut saudara muda baik laki-laki maupun perempuan). Sistem perkawinan yang mereka anut adalah bebas. Artinya, tidak hanya membatasi pada daerah sendiri (indogami-daerah), tetapi juga membolehkan orang kawin dengan gadis atau jejaka dari daerah lain. Sedangkan, tempat tinggal yang dianut setelah perkawinan adalah matrilokal (pengantin baru tinggal di rumah orangtua atau dekat dengan kerabat pihak perempuan). Di masa lalu seorang pengantin lelaki baru bekerja seperti sediakala ketika hari perkawinan sudah mencapai hari ketujuh. Selama itu sang pengantin hanya bersih-bersih halaman rumah (pagi dan sore hari). Namun, dewasa ini hal itu dapat dikatakan tidak dilakukan lagi karena pada umumnya setiap keluarga tidak mempunyai halaman yang cukup luas. Disamping itu, pepohonan-pepohonan besar dan rumpun-rumpun bambu telah banyak yang ditebangi dan berganti menjadi perumahan. Padahal, di tahun 60-an banyak rumah yang halamannya cukup luas. Pemalang, sebagaimana telah disinggung pada bagian depan, wilayahnya dilalui oleh jalur pantura. Ramainya jalur ini ditambah dengan relatif dekatnya dengan ibukota negara, membuat masyarakatnya terbiasa kontak dengan pendukung budaya lain. Oleh karena itu, masyarakatnya relatif terbuka. Artinya, menerima siapa saja yang datang, berusaha, dan bermukim di daerahnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika di Pemalang ada “Kampung Arab” dan “Pecinan”. Pada masa lalu orang-orang yang status sosialnya tinggi adalah yang memiliki harta benda yang berlimpah dan orang-orang yang pengetahuan agamanya (Islam) dalam/luas. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika di masa lalu banyak orangtua yang mengirim anaknya ke pesantren, seperti: Kaliwungu (Semarang), Kraprak (Yogyakarta), dan Lasem (Jawa Timur). Namun, dewasa ini
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
yang termasuk dalam status sosial tinggi adalah tidak hanya orang-orang yang memiliki kekayaan dan pengetahuan agama saja, tetapi juga pendidikan formal yang tinggi. Ini artinya, orang-orang yang hanya memiliki kekayaan, pengetahuan agama, dan pendidikan formal yang sedang-sedang saja temasuk dalam status sosial sedang (menengah). Sedangkan, mereka yang tidak atau kurang mampu, baik dalam kekayaan, pengetahuan agama, dan pendidikan formal termasuk dalam status sosial yang rendah, seperti: tukang becak, songgol, dan buruh tani. Potensi Ekonomi Kabupaten Pemalang berpotensi ekonomi oleh karena sektor perikanan dan perkebunan. Komoditi utamanya adalah kakao, tebu, dan perikanan tangkap. Hasil perkebunan meliputi kakao 150.00 ton (2004 dari lahan seluas 629.00 ha, dan tebu 272,660.00 ton (2003) dari lahan seluas 3,430.00 ha. Produk perikanan menghasilkan 9,925.00 ton ikan tangkap (2004). Sektor perikanan nampaknya akan berkembang karena didukung oleh pelabuhan pemalang. Dalam data BPS tahun 2005, pendapatan domestik regional bruto Kabupaten Pemalang adalah sebagai berikut : Tabel 5.5 PDRB Kabupaten Pemalang
Tahun
-
2004
Rupiah (juta)
%
Rupiah (juta)
%
Pertanian
-
-
1,216,021
0.00
Pertambangan
-
-
49,492
0.00
Industri pengolahan
-
-
773,581
0.00
Listrik dan air bersih
-
-
41,618
0.00
Bangunan
-
-
106,085
0.00
Perdagangan, hotel, restoran
-
-
1,217,912
0.00
Angkutan/komunikasi
-
-
146,485
0.00
Bank/keu/perum
-
-
185,253
0.00
Jasa
-
-
374,274
0.00
Total
0
Laju pertumbuhan
141
4,110,721
-
-
Adapun komoditi Kabupaten Pemalang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 5.6 Komoditi Kabupaten Pemalang No
Sektor / komoditi
Unggulan/ Tidak
1
Primer-perikanan:perikanan tangkap
Unggulan
2
Primer-perkebunan:kakao
Unggulan
3
Primer-perkebunan:tebu
Unggulan
Deskripsi Produksi tahun terakhir (2004) : 9,925.00 ton Produksi tahun terakhir (2004) : 150.00 ton Produksi tahun terakhir (2003) : 272,660.00 ton
Adapun ketersediaan lahannya adalah sebagai berikut:
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Tabel 5.7 Ketersediaan Lahan Sektor/komoditi
Luas lahan/potensi
Perikanan: perikanan tangkap
Potensi yang sudah digunakan (ton/tahun): 9,925
Perkebunan: kakao
Lahan yang sudah digunakan (ha): 629
Perkebunan: tebu
Lahan yang sudah digunakan (ha): 3,430
Untuk kebutuhan bisnis, pemerintah Kabupaten Pemalang menyediakan sarana dan prasarana yang meliputi sarana pelabuhan, sarana telekomunikasi, hotel, perbankan maupun lembaga keuangan non perbankan, maupun sarana kesehatan. Kebijakan Layanan Publik Kabupaten Pemalang Ada beberapa aturan yang terkait dengan pengurusan IMB. Di antaranya, pertama, Keputusan Bupati Pemalang Nomor 503/01.AE/08/Dip tentang Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Teknis Layanan Perijinan dan Investasi pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pemalang. Peraturan ini berisi tentang susunan keanggotaan tim pengarah tim teknis perijinan dan investasi pada dinas pendapatan daerah kabupaten pemalang. Tim pengarah terdiri dari 18 orang yang berasal dari berbagai dinas. Sedangkan tim teknis terdiri dari 14 orang.
142
Kedua, Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 503/ 5.A/08/ Dip tentang Pembentukan Tim Pelaksana Layanan Perijinan dan Investasi pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pemalang. Peraturan ini berisi tentang susunan keanggotaan tim pelaksana layanan perijinan dan investasi pada dinas pendapatan daerah Kabupaten Pemalang tahun 2008. Tim ini terdiri dari 9 orang. Yaitu 1 orang untuk kepala UPPI dan sisanya adalah pelaksana pengurusan jenis ijin tertentu. Ketiga, Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 6 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung. Perda ini berisi tentang aturan bangunan gedung. Keempat, Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan. Kelima, Peraturan Bupati Pemalang Nomor 67 Tahun 2007 tentang Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kabupaten Pemalang Tahun 2007-2011. Perda ini berisi tentang serangkaian rencana dalam rangka mendukung dan mewujudkan pemberantasan korupsi. Pasca-Peraturan Bupati Pemalang Nomor 20 Tahun 2008, Kelembagaan Layanan Perijinan Terpadu Dialihkan Ke Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pemalang. Kebijakan tersebut tertuang Perbup berikut. Pertama, Peraturan Bupati Pemalang Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pembentukan Unit Layanan Terpadu Pada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pemalang. Kedua, Peraturan Bupati Pemalang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Pengalihan Pengelolaan Layanan Perijinan Terpadu Kepada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pemalang. Ketiga, Peraturan Bupati Pemalang Nomor 188.4/ 134/ Hk tentang Pendelegasian dan Kewenangan Penandatanganan Perijinan Terpadu Kepada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pemalang.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Dasar Hukum IMB Kabupaten Pemalang Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 6 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan. Standar Operating Procedure Layanan Perijinan Kabupaten Pemalang Standar operating procedure (SOP) atau biasa disebut sebagai prosedur tetap (protap) merupakan serangkaian instruksi tertulis yang didokumentasikan dari aktivitas rutin dan berulang dan dilakukan oleh suatu organisasi. Secara singkat, SOP merupakan pedoman baku mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, di mana dan oleh siapa dalam proses pelaksanaan kegiatan. Dalam lingkup layanan, pengembangan dan penggunaan SOP merupakan bagian integral dari sistem layanan prima yang dilakukan pegawai dengan tepat dan menjamin konsistensi kualitas dan integritas layanan yang dihasilkan. SOP dibentuk sebagai petunjuk bagi masyarakat dan pemerintah/aparat. Standar operating procedure dikeluarkan sebagai upaya untuk melakukan reformasi sistem penyelenggaraan pemerintah dengan penerapan good governance melalui paradigma yang berorientasi pada layanan publik. Tujuan utama dari paradigma ini adalah memberikan kepuasan pada masyarakat sebagai pelanggan pemerintah. SOP disiapkan dalam rangka untuk memperbaiki kinerja layanan publik dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan dan mendukung standar layanan untuk mencapai kepuasan masyarakat. Standar layanan di Kabupaten Pemalang tersebut sekurang-kurangnya meliputi: 1. Prosedur layanan. Prosedur layanan publik harus sederhana tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan, serta diwujudkan dalam bentuk bagan alur (flow chart) yang dipampang dalam ruangan layanan. 2. Persyaratan teknis dan administrasi layanan. Persyaratan teknis dan administratif haruslah sesuai/relevan dengan jenis layanan, minimal/sederhana, tidak duplikasi, sudah diinformasikan/dipublikasikan secara jelas dan diletakkan di dekat loket layanan. 3. Rincian biaya layanan. Kepastian dan rincian biaya layanan publik harus diinformasikan secara jelas dan diletakkan di dekat loket layanan. Pembayaran hendaknya diterima oleh unit yang mengelola keuangan/bank yang ditunjuk oleh pemerintah unit layanan. Setiap pungutan yang ditarik dari masyaratkat harus disertai tanda bukti resmi sesuai jumlah yang dibayarkan. 4. Waktu penyelesaian layanan. Waktu penyelesaian layanan adalah jangka waktu penyelesaian suatu layanan publik mulai dari dilengkapinya persyaratan teknis dan atau persyaratan administratif sampai dengan selesainya suatu proses layanan. Unit layanan instansi pemerintah dalam memberikan layanan harus berdasarkan nomor urut permintaan layanan (asas: first in first out/FIFO). Waktu penyelesaian layanan publik harus diinformasikan secara jelas dan diletakkan di depan loket. 5. Penanggung jawab layanan. Pejabat atau petugas yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan layanan dan atau menyelesaikan keluhan/persoalan/sengketa harus diberikan tanda khusus di lokasi layanan dan diwajibkan memakai tanda pengenal dan papan nama di meja/tempat kerja petugas. Pejabat/petugas yang memberikan layanan dan menyelesaikan keluhan harus dapat menciptakan citra positif terhadap penerima layanan.
143
Landasan hukum diterbitkannya SOP perijinan ini adalah: Kepmen pan 63/kep/m.pan/7/2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan layanan publik.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Kepmen pan 25/kep/m.pan/2/2004 tentang pedoman umum penyusunan ikm unit layanan instansi pemerintah. Standar operating procedure layanan perijinan di DIPENDA-UPPI Kabupaten Pemalang dikelompokkan menjadi 2 jenis. Pertama, perijinan terstruktur, yaitu layanan perijinan yang memerlukan survei lapangan dan dikoordinasikan secara teknis dengan perangkat daerah/instansi terkait yang mempunyai kewenangan teknis, yang meliputi : Ijin prinsip/rekomendasi Ijin lokasi Ijin mendirikan bangunan Ijin gangguan/HO Ijin usaha industri (IUI) Tanda daftar industri (TDI) Kedua, perijinan tidak terstruktur, yaitu layanan perijinan yang tidak memerlukan survei lapangan dan dapat diselesaikan langsung oleh DIPENDA-UPPI Kabupaten Pemalang, yang meliputi : Ijin tempat usaha tanpa gangguan/non HO. Surat ijin usaha perdagangan. Tanda daftar perusahaan. Ijin usaha atau tanda daftar perusahaan penggilingan padi, huller dan penyosohan beras. Ijin usaha pariwisata. Ijin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet. Ijin reklame.
144
Prosedur Perijinan IMB Ijin mendirikan bangunan merupakan salah satu dari kategori perijinan terstruktur. Arus prosedur permohonan IMB adalah sebagai berikut : Pemohon mengajukan permohonan tertulis melalui front office. Berkas permohonan yang telah lengkap dan memenuhi syarat yang telah ditentukan, diterima dan dicatat oleh petugas front office. Petugas front office menyerahkan berkas permohonan yang telah lengkap dan memenuhi persyaratan kepada petugas pemroses. Maksimal lima hari kerja sejak berkas permohonan diterima dari front office, tim teknis sudah melaksanakan cek lokasi. Tim teknis mengadakan rapat kajian terhadap hasil cek lapangan berupa keputusan tim/berita acara pemeriksaan. Berkas permohonan yang telah disetujui diserahkan ke bagian pemroses untuk dilakukan pencetakan ijin. Bagian pemroses mengajukan ijin yang sudah tercetak dimintakan paraf kepala UPPI untuk selanjutnya ditandatangani kepala dinas pendapatan daerah Kabupaten Pemalang. Pemohon membayar biaya retribusi ijin. Syarat Permohonan IMB a. Syarat Permohonan IMB Untuk Bangunan Rumah: 1. Foto kopi KTP. 2. Surat pengantar ijin dari desa/ kelurahan. 3. Surat pernyataan persetujuan tetangga. 4. Bukti kepemilikan tanah/ status tanah (bila tanah bukan milik sendiri dibuat surat pernyataan dari pemilik tanah). 5. Gambar rencana bangunan. 6. Foto copy SPPT. 7. Perhitungan konstruksi bila bangunan bertingkat.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
b.
Syarat Permohonan IMB Untuk Bangunan Usaha: 1. Foto kopi KTP. 2. Surat pengantar ijin dari desa/ kelurahan. 3. Surat persetujuan tetangga. 4. Rekaman surat ijin lokasi. 5. Gambar teknik (situasi, denah, tanpak, potongan, detail khusus. 6. Untuk banguanan bertingkat dan konstruksi kuda-kuda dengan bentang >10m disertai perhitungan konstruksi. 7. Rekaman akte pendirian perusahaan. 8. Surat kuasa. 9. Rekaman sertifikat. 10. Rekaman tanda pelunasan PBB tahun terakhir. 11. Surat pernyataan permohonan tentang kesanggupan mematuhi persyaratan teknis bangunan sesuai dengan pedoman teknis bagi perusahaan industri di lokasi kawasan industri yang disetujui Bupati.
Waktu Pengurusan IMB. Waktu penyelesaian lima hari kerja setelah permohonan lengkap. Sementara itu, biaya Pengurusan IMB menggunakan rumus hitung biaya pengurusan IMB adalah Index harga bangunan x 0,25% x luas bangunan x koefisien, yang meliputi : Koefisien luas bangunan. Koefisien tempat bangunan. Koefisien guna bangunan. Koefisien letak kota/wilayah. Koefisien kelas bangunan. 1.
145
Koefisien kelas jalan. Adapun bobot/koefisien tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 5.8 Koefisien Luas Bangunan
No
Luas Bangunan
Koefisien
1
Bangunan dengan luas s/d 100 m2.
1.00
2
Bangunan dengan luas s/d 250 m2.
1.10
3
Bangunan dengan luas s/d 500 m2.
1.20
4
Bangunan dengan luas s/d 1000 m2.
1.30
5
Bangunan dengan luas > 100 m2.
1.50
Tabel 5.9 Koefisien Tingkat Bangunan No
Tingkat Bangunan
Koefisien
1
Bangunan 1 lantai
1.00
2
Bangunan 2 lantai
1.20
3
Bangunan 3 lantai
1.30
4
Bangunan 4 lantai ke atas
1.50
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Tabel 5.10 Koefisien Guna Bangunan No
Guna Bangunan
Koefisien
1
Bangunan sosial
0.50
2
Bangunan perumahan
1.00
3
Bangunan fasilitas umum
1.00
4
Bangunan pendidikan
0.75
5
Bangunan kelembagaan / kantor
1.20
6
Bangunan perdagangan dan jasa
1.40
7
Bangunan industri
1.40
8
Bangunan khusus
1.60
9
Bangunan lain-lain
1.60
Tabel 5.11 Koefisien Hierarkhi Kota/Wilayah No
146
Hierarkhi kota / wilayah
Koefisien
1
Kota I
1.20
2
Kota II
1.00
3
Desa I
0.90
4
Desa II
0.80
5
Industri I
1.20
6
Industri II
1.00
7
Kawasan lindung I
1.40
8
Kawasan lindung II
1.40
9
Kawasan pengembangan I
1.00
10
Kawasan pengembangan II
0.80
11
Pariwisata I
0.80
12
Pariwisata II
0.80
Tabel 5.12 Koefisien Jalan Menurut Fungsi Dan Sistem Jaringannya No
Kelompok jalan
Koefisien
1
Bangunan di pinggir jalan arteri primer
1.50
2
Bangunan di pinggir jalan arteri sekunder
1.40
3
Bangunan di pinggir jalan kolektor primer
1.30
4
Bangunan di pinggir jalan kolektor sekunder
1.20
5
Bangunan di pinggir jalan lokal primer
1.10
6
Bangunan di pinggir jalan lokal sekunder
0.90
7
Bangunan di pinggir jalan lingkungan
0.80
Tabel 5.13 Koefisien Kelas Bangunan No
Kelas bangunan
Koefisien
1
Bangunan permanen
2
Bangunan semi permanen
0.75
3
Bangunan sementara
0.50
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
1.00
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
A.
ANALISIS DAN TEMUAN POKOK CITIZEN REPORT CARD (CRC) PADA LAYANAN IMB KABUPATEN PEMALANG
Pada bulan Juni sampai bulan Juli 2008 telah diselenggarakan citizen report card (CRC) pada layanan IMB di Kabupaten Pemalang. CRC yang dilaksanakan Tim Inti Jawa Tengah ini merupakan survei kuantitatif dan kualitatif dengan melibatkan sejumlah responden yang penentuan sampelnya dilakukan secara acak. Pertanyaan-pertanyaan yang diformulasi dalam kuesioner disusun berdasarkan masukan baik dari provider maupun dari user melalui Focus Group Discussion (FGD) yang pelaksanaannya dilakukan secara partisipatif. Populasi dari survei ini adalah pengguna layanan ijin mendirikan bangunan (IMB) pada tahun 2007. Kerangka sampel disusun berdasarkan data pengguna layanan IMB pada tahun 2007 yang ada di kantor Unit Layanan Perijinan dan Investasi (UPPI). Penentuan sampel dilakukan dengan sampling acak stratifikasi. Metode pengambilan data dilakukan dengan tatap muka langsung terhadap responden terpilih dengan dipandu instrumen CRC berupa kuesioner. Dengan sampling error sebesar 5 persen, proporsi 0,5, tingkat kepercayaan 95 persen, dan jumlah populasi 449, maka jumlah responden yang diambil dalam survei ini adalah minimal 208. Dalam survei CRC ini melibatkan 253 responden yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pemalang. Berikut ini adalah beberapa temuan pokoknya.
Informasi Umum Profil Responden Temuan terhadap profil responden yang disurvei berjumlah 300 orang, dalam survei ini menunjukan bahwa hampir seperempatnya (77 persen) adalah berjenis kelamin laki-laki dan responden perempuan sebanyak 23 persen. Hal ini menunjukan laki-laki sebagai kepala rumah tangga lebih banyak mengambil peran dalam pengurusan perijinan.
147
Grafik 5.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari sampel yang disurvei, mayoritas responden yang mengurus IMB adalah berusia produktif (51 persen), sedangkan kalangan non produktif yang mengurus sebanyak 49 persen.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Grafik 5.2 Profil Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan tingkat pendidikan responden, jumlah terbesar adalah lulusan SMA/sederajat yaitu sebanyak 27 persen, selanjutnya S1/sederajat 25 persen, SD/sederajat 18 persen, SMP/sederajat 11 persen, D3/sederajat 5 persen, S2/sederajat 4 persen, Sisanya yaitu 10 persen lainnya. Grafik 5.3 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
148
Sementara dari sisi pekerjaan, mayoritas adalah PNS (32 persen), kemudian swasta 26 persen, wirausaha 20 persen, petani/peternak/nelayan 5 persen, buruh 4 persen, TNI/POLRI dan pensiunan masing-masing 3 persen dan pedagang kecil 2 persen, sisanya lainnya yaitu 5 persen. Grafik 5.4 Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Sedangkan rata-rata pengeluaran responden adalah Rp 1.000.000–Rp 5.000.000 sebesar 51 persen, Rp 500.000-Rp 1.000.000 sebesar 38 persen, di bawah Rp 500.000 sebesar 8 persen, dan di atas Rp 5.000.000 sebesar 3 persen. Grafik 5.5 Profil Responden Berdasarkan Rata-Rata Pengeluaran
Mengenai daerah atau kecamatan tempat responden mengajukan IMB adalah Kecamatan Pemalang 88 responden, Comal 47 responden, Ulujami 46 responden, Taman 26 responden, Petarukan 24 responden, Randudongkal 19 responden, Bodeh 13 responden, Moga 10 responden, Ampelgading dan Belik masing-masing 9 responden, Warungpring 28 responden dan Pulosari 1 responden. Grafik 5.6 Profil Responden Berdasarkan Asal Kecamatan
149
Cara Mengurus IMB Mayoritas responden menggunakan jasa perantara dalam mengurus layanan IMB (70 persen). Salah satu temuan menonjol dalam survei ini adalah tingginya penggunaan jasa perantara oleh pengguna, dengan persentase yang cukup fantastis, 70 persen (grafik 5.7). Dengan demikian jika asumsi dasar layanan diselenggarakan untuk memenuhi kewajiban negara dalam memberikan layanan terbaik kepada warganya, patut dipikirkan ulang karena pelaku pengurusan IMB ternyata para jasa perantara. Jadi penikmat adanya layanan ini sebetulnya adalah perantara bukan warga. Ada beberapa argumentasi yang bisa dikedepankan untuk memaknai tingginya peran perantara dalam mengurus IMB. Pertama, bisa dimaknai bahwa layanan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Pemalang belum benar-benar prima. Sebab kalau layanan pengurusan IMB sudah benar-benar prima, jasa perantara tidak lagi dibutuhkan. Masyarakat langsung bisa mengurus sendiri ke kantor layanan IMB (UPPI).
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Kedua, pengguna layanan sudah terkesan bahwa mengurus IMB sendiri itu rumit dan lama sehingga lebih suka memilih menggunakan jasa perantara. Ketiga, belum meratanya informasi tentang tata cara pengurusan IMB sehingga banyak masyarakat belum memahami secara baik masalah IMB. Grafik 5.7 Responden Yang Mengurus Sendiri Dan Meminta Bantuan Orang Lain
Motivasi Mengurus IMB Sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka membuat atau mengurus IMB adalah untuk memenuhi aturan. Motivasi sebagian besar responden untuk mengurus IMB adalah karena taat pada peraturan (78 persen). Jumlah itu terdiri dari yang mengurus sendiri atau pun menggunakan jasa perantara. Sedangkan urutan jumlah berikutnya adalah mereka mengurus IMB karena untuk mengajukan kredit (11 persen) dan agar bangunan tidak digugat (10 persen).Hanya 1 persen yang mengurus IMB untuk mendapatkan masukan mengenai bagaimana cara membangun rumah tinggal atau usaha yang baik.
150
Dengan fakta seperti ini, bisa dimaknai bahwa pengguna layanan mayoritas tidak mendapatkan service tentang bagaimana mendirikan bangunan yang baik dan benar. Mereka kurang mengerti apa tujuan dan kegunaan mengurus IMB. Hal ini bisa dilihat dalam grafik 5.8. Grafik 5.8 Alasan Responden Mengurus IMB
Transparansi Informasi Media Sumber Informasi Responden tidak menggunakan internet untuk mendapatkan informasi IMB. Tidak ada satu responden pun yang menjawab internet sebagai sarana untuk mendapatkan informasi IMB (0 persen). Beberapa sarana informasi lainnya yang digunakan responden adalah baliho, pamflet, papan himbauan, radio, TV, surat kabar, dan sebagainya seperti yang tertera dalam grafik 5.9. Satu hal yang patut digaris-bawahi di sini adalah kantor kecamatan merupakan sarana informasi yang sangat lengkap (90 persen) jika dibanding sarana-sarana lainnya. Dengan demikian kantor kecamatan sangat penting perannya dalam menyosialisasikan informasi layanan IMB. Tempat penting berikutnya adalah kantor Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan selanjutnya kantor kelurahan.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Berdasarkan fakta seperti ini maka memberdayakan kantor kecamatan dan kelurahan untuk bisa memberikan layanan secara maksimal menjadi penting. Berikut ini adalah beberapa tabel frekuensi yang terkait dengan sarana informasi. Grafik 5.9 Informasi Layanan IMB
Informasi Biaya Sebagian besar responden tidak mengetahui rincian biaya layanan IMB (62%). Prosentase ini merupakan jumlah keseluruhan dari 100 persen responden (baik yang mengurus sendiri atau yang menggunakan jasa perantara). Belum diketahuinya rincian biaya menandakan bahwa informasi tentang biaya pengurusan IMB masih belum transparan atau belum merata ke semua lapisan masyarakat. Yang urgent lagi dengan tidak diketahuinya rincian biaya pengurusan IMB akan membuka peluang terjadinya pungutanpungutan liar (pungli) atau biaya tidak resmi yang sering disebut juga biaya siluman.
151
Ketidaktahuan cara mengurus dan lamanya waktu penyelesaian IMB menempati urutan kedua. Artinya dengan ketidaktahuan cara mengurus dan berapa lama waktu selesainya, sangat memungkinkan terjadinya permainan dalam penyelesaian IMB. Waktu penyelesaian pengurusan IMB dan cara pengurusan menempati urutan nomor dua dengan persentase 58 persen. Tidak diketahuinya tata cara pengurusan dan waktu penyelesaian oleh responden memiliki dua makna. Pertama, mungkin sosialisasinya yang belum merata ke semua lapisan masyarakat. Kedua, membuka peluang adanya penyelesaian pengurusan IMB yang molor (tidak tepat waktu) dan rumitnya birokrasi sehingga orang tidak perlu mengetahui tata cara pengurusan. Berikut ini adalah tabel frekuensi yang relevan dengan pengetahuan informasi biaya. Grafik 5.10 Pengetahuan Responden Tentang Informasi Aspek-Aspek Layanan IMB
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Prosedur dan Persyaratan Hampir semua responden menyatakan bahwa prosedur dan persyaratan dalam mengurus IMB mudah (80 persen hingga 99 persen). Namun terdapat sedikit perbedaan terkait dengan pemenuhan persyaratan untuk gambar. Kesulitan membuat gambar untuk usaha tidak muncul (0 persen). Sementara 8 persen responden untuk rumah tinggal masih kesulitan untuk memenuhinya. Berikut ini adalah grafik yang terkait dengan prosedur dan persyaratan sebagai berikut : Grafik 5.11 Tahapan Pengurusan IMB
Grafik 5.12 Tahapan Pengurusan IMB Untuk Rumah Tinggal
152
Grafik 5.13 Tahapan Pengurusan IMB Untuk Bangunan Usaha
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Persyaratan Gambar Mayoritas responden meminta bantuan orang lain untuk memenuhi persyaratan gambar (62 persen). Beberapa profesi yang membuat gambar ini adalah arsitek, pegawai DPU, dan pegawai UPPI. Namun demikian bukan tidak mungkin seorang pengguna membuat sendiri gambar bangunannya (38 persen). Namun sayang, hampir sepertiga responden yang membuat sendiri gambar ini, gambarnya tidak diterima (dipersulit) oleh petugas layanan. Masalah jasa perantara baik dalam pengurusan IMB maupun pembuatan gambar bangunan merupakan persoalan krusial dalam pengurusan IMB. Oleh karena itu harus dicarikan solusi bagaimana mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap jasa perantara tersebut. Hal ini penting sebab kalau tidak dicarikan solusi, maka niat baik (good will) pemerintah dalam bidang layanan IMB tidak akan memiliki makna. Sebab maksud baik pemerintah menyediakan layanan publik yang cepat, murah dan berkualitas tidak akan bisa dirasakan langsung masyarakat karena hal itu sangat tergantung pada permainan perantara. Berikut ini adalah tabel-tabel yang relevan dengan gambar. Grafik 5.14 Pembuatan Gambar Rencana Bangunan
153
Grafik 5.15 Kesulitan Membuat Gambar Rencana Bangunan
Grafik 5.16 Penerimaan Gambar Oleh Petugas
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Ada hal yang menarik terkait dengan masalah pembuatan gambar rencana bangunan yang dibuatkan oleh orang lain. Dari data yang ada responden yang membayar di atas Rp 500.000, untuk jasa pembuatan gambar rencana bangunan 12 persen dibuatkan oleh tenaga profesional dan 25 persen dibuatkan oleh petugas UPT DPU. Berarti biaya gambar rencana bangunan yang dibuatkan oleh petugas UPT DPU yang di atas Rp 500.000, lebih banyak daripada dibuatkan tenaga profesional. Bisa dilihat dalam tabel. Grafik 5.17 Yang Membantu Membuatkan Gambar
154
Waktu Penyelesaian IMB Mayoritas responden (54 persen) dari yang mengurus sendiri (30 persen) dari jumlah keseluruhan responden, terbukti mendapatkan IMB di atas 22 hari setelah semua berkas persyaratan diserahkan ke loket UPPI. Lamanya waktu pengurusan ini relevan dengan kecenderungan mayoritas responden (70 persen) dari keseluruhan responden memilih menggunakan jasa perantara. Padahal dalam standart opration prosedure (SOP) batas waktu paling lama pengurusan IMB bila persyaratan sudah lengkap hanya 22 hari. Bahkan untuk waktu sekarang bila persyaratan sudah lengkap bisa diselesaikan dalam waktu tiga hari. Grafik 5.18 Waktu Penyelesaian IMB
Lamanya mengurus IMB di atas batas waktu yang telah ditetapkan oleh UPPI disebabkan adanya dua institusi layanan yakni UPPI dan DPU. Mayoritas pengguna layanan mengurus IMB itu hanya sampai ke DPU. Dari kantor DPU ke kantor UPPI diselesaikan oleh DPU. Dengan adanya tenggang waktu yang melebihi batas 22 hari mungkin yang lama bukan di UPPI tetapi bisa juga di kantor DPU. Bahkan di kalangan masyarakat Kabupaten Pemalang, kantor UPPI kurang dikenal sebab yang mereka ketahui saat mengurus IMB adalah di kantor DPU.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Biaya Pengurusan IMB Hampir seperempat responden menyatakan mereka mengeluarkan biaya-biaya selain yang tertera di kwitansi resmi (21 persen). Jumlah ini merupakan persentase dari jumlah keseluruhan responden (baik yang mengurus sendiri maupun lewat jasa perantara). Data ini memang tidak ada separuh apalagi mayoritas responden. Tetapi perlu diingat bahwa walaupun hanya 21 persen hal itu bisa dipahami bahwa dalam pengurusan IMB masih terjadi pungutan-pungutan di luar biaya yang resmi. Grafik 5.19 Biaya Tidak Resmi
Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk biaya tidak resmi tersebut sebagaimana dalam tabel di bawah ini. Grafik 5.20 Besaran Biaya Tidak Resmi Yang Dikeluarkan
155
Dampak dari masih adanya pungutan liar dalam pengurusan IMB menimbulkan sepertiga responden merasa keberatan terhadap pungutan biaya tidak resmi ini. Grafik 5.21 Keberatan Biaya Tidak Resmi
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Temuan ini penting untuk menjadi perhatian bagi penyedia layanan (provider) agar upaya pemberian layanan yang prima tidak mengalami kegagalan. Berikut ini adalah tabel-tabel yang terkait dengan biaya layanan IMB. Terkait dengan pengetahuan responden tentang penghitungan biaya, mayoritas responden (74 persen) tidak tahu penghitungannya. Grafik 5.22 Besaran Biaya Tidak Remsi Yang Dikeluarkan
156
Layanan dan Perilaku Petugas Petugas perantara dalam pengurusan IMB dapat juga berasal dari pegawai pemerintah, dalam hal ini staf penyedia layanan, seperti temuan yang tertera di grafik 5.23. Sembilan persen responden menyatakan bahwa ada kunjungan teknis yang pada akhirnya menawarkan jasa pengurusan IMB. Adanya petugas perantara yang berasal dari PNS juga sempat muncul ketika penyelenggaraan FGD provider digelar. Malah pemerintah daerah Kabupaten Pemalang berkomitmen menyelesaikan hal ini melalui pendisiplinan Kode Etik Pegawai Negeri. Grafik 5.23 Kunjungan Tim Teknis (UPT-DPU)
Dengan adanya hasil 9 persen responden pernah ditawari dari UPT-DPU berarti di samping menjalankan tugas sebagai pelayan masyarakat juga merangkap menjadi penyedia jasa perantara pengurusan IMB. Terkait dengan biaya yang dikeluarkan responden ketika dikunjungi tim teknis juga dijawab oleh 5 persen responden. Jumlah 5 persen itu merupakan jumlah dari responden yang mengurus sendiri (30 persen) dari 100 persen responden. Terlepas dari kecilnya persentase ini dalam survei . Namun yang jelas, responden mengakuinya.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Grafik 5.24 Besaran Biaya Kunjungan Tim Teknis
Dalam salah satu kesempatan wawancara dengan petugas tim teknis, memang mereka mengakui bahwa mereka membebankan pendanaan kunjungan teknis lapangan ini kepada pengguna dengan alasan bahwa biaya operasional untuk kegiatan ini sudah tidak ada lagi dalam template anggaran saat ini. Dengan adanya biaya untuk kunjungan tim teknis sebaiknya biaya tersebut dimasukan ke dalam biaya resmi sehingga hitungannya menjadi jelas. Mengapa demikian? Sebab jumlah tersebut cukup berarti yakni 83 persen memberikan uang biaya pada petugas tim teknis antara Rp 100.000-Rp 300.000. Grafik 5.25 Besaran Biaya Kunjungan Tim Teknis
157
Keluhan dan Pengaduan Sepertiga lebih responden menyatakan ada keluhan ketika mengurus IMB (38 persen). Walaupun angka persentase ini tidak sebesar angka prosentase yang mengatakan tidak mengeluh (62 persen), namun perlu diingat bahwa sekecil apa pun data dalam suvey CRC sangat bermakna dan perlu diperhatikan oleh penyedia layanan. Artinya keberadaannya tidak bisa diabaikan begitu saja. Penyedia layanan tidak boleh hanya berpegangan pada prosentase mayoritas saja dan menyimpulkan bahwa layanan sudah tidak perlu diperbaiki sebab data-data sebelumnya menyebutkan masih ada beberapa aspek layanan yang perlu diperbaiki.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Grafik 5.26 Tingkat Keluhan
Aspek-aspek persyaratan, biaya, dan petugas layanan adalah aspek-aspek yang dikeluhkan oleh mayoritas responden (57-62 persen). Survei ini hanya menjaring kotak saran dan petugas sebagai sarana penyampaian keluhan. Padahal diakui oleh penyedia layanan sendiri bahwa keberadaan kotak saran selama ini belum efektif untuk dijadikan sarana penyampaian keluhan. Grafik 5.27 Aspek Layanan Yang Dikeluhkan
158
Dalam survei ini, 62 persen responden menyampaikan keluhan. Sedangkan sisanya yaitu 38 persen tidak menyampaikan keluhan. Grafik 5.28 Penyampaian Keluhan
Beberapa cara yang dilakukan untuk menyampaikan keluhan adalah menyampaikan langsung, memasukkan ke kotak saran, menelpon petugas, mengirim SMS dan lain-lain.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Grafik 5.29 Cara Menyampaikan Keluhan
Keluhan tersebut paling banyak disampaikan kepada camat. Penyampaian keluhan terlihat pada grafik berikut. Grafik 5.30 Penyampaian Keluhan
159
Aspek–aspek di atas perlu mendapatkan perhatian karena berkaitan dengan unsur-unsur penting dalam layanan. Bagaimana masalah persyaratan, biaya dan petugas layanan bisa diperbaiki. Untuk persyaratan dan biaya agar tidak menimbulkan keluhan bisa diperpendek birokrasinya serta memangkas pungutan-pungutan yang tidak resmi. Perihal petugas layanan kiranya perlu dilakukan pelatihan peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan pelatihan psikologi layanan publik. Terkait dengan tanggapan petugas, 60 persen menyatakan bahwa keluhannya tidak ditanggapi oleh petugas. Grafik 5.31 Respon Petugas
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
Temuan lainnya terkait dengan keluhan dan pengaduan ini adalah banyaknya responden (83 persen) yang tidak menyampaikan keluhan karena mereka tidak tahu bagaimana mekanisme penyampaian keluhan. Grafik 5.32 Alasan Tidak Menyampaikan Keluhan
Dengan demikian penyedia layanan harus mempermudah bagaimana cara menyampaikan keluhan, dengan demikian akan lebih mudah diketahui seberapa banyak orang yang menyampaikan keluhan. Penyedia layanan bisa bekerjasama dengan pihak-pihak penyedia jasa komunikasi untuk bisa menyediakan layanan SMS gratis.
160
Dari sini akan diketahui respon dari keluhan masyarakat tersebut dan menjadikan keluhan sebagai input untuk perbaikan layanan. Usulan Perbaikan Waktu dan biaya merupakan dua aspek yang paling dikehendaki responden untuk diperbaiki. Walaupun dalam beberapa bagian sebelumnya responden cukup sering menyatakan ketidakpuasannya terhadap petugas layanan, responden tidak menempatkan aspek ini dalam urutan pertama upaya perbaikan. Hanya sedikit responden (3 persen) menghendaki petugas layanan ada di tempat berada di urutan terakhir, yaitu urutan keenam. Urutan kesatu dan kedua aspek yang paling mendesak diperbaiki adalah waktu (30 persen) dan biaya (24 persen). Grafik 5.33 Aspek-Aspek Usulan Perbaikan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Pengurusan ijin mendirikan bangunan adalah bagian penting dari bentuk layanan publik. Pemerintah Kabupaten Pemalang dengan tegas telah memasukan masalah layanan pengurusan IMB merupakan bagian layanan publik yang mendapatkan prioritas. Layanan publik di negara maju memang menjadi salah satu tolok ukur perwujudan good governance. Semakin baik layanan publiknya, semakin baik pula pemerintah dalam melayani rakyatnya. Sebaliknya, semakin kurang baik layanan publik di suatu pemerintahan maka semakin kurang baik pula pemerintah dalam melayani kebutuhan warganya. Atau bisa diistilahkan lain, semakin baik layanan publik maka semakin kecil kecenderungan terjadinya korupsi. Sebaliknya, semakin buruk sebuah layanan publik berarti semakin besar kecenderungan terjadinya korupsi. Sebagai bentuk layanan publik yang menjadi prioritas di Kabupaten Pemalang, maka kami telah melakukan survei tentang pengurusan IMB yang melibatkan 253 responden. Dari hasil survei itu bisa disimpulkan sebagai berikut : Pertama, transparansi informasi. Salah satu persoalan penting dalam layanan publik adalah bagaimana masyarakat bisa mendapatkan informasi secara lengkap, menyeluruh dan mudah. Hal ini penting karena lengkap, menyeluruh dan mudah mendapatkan informasi akan mendorong masyarakat untuk partisipasi mengurus IMB semakin tinggi. Di sisi lain, reformasi birokrasi dan penataan lembaga-lembaga pemerintah yang pada intinya akan membantu percepatan proses layanan publik harus diketahui secara baik dan benar oleh masyarakat. Inilah yang belum terjadi di Kabupaten Pemalang. Sebagian besar masyarakat mendapatkan informasi pengurusan ijin dari kantor kecamatan bukannya dari Unit Layanan Perijinan dan Investasi (UPPI) yang sekarang menjadi Unit Layanan Terpadu (UPT). Bahkan banyak masyarakat yang mengurus IMB hanya sampai Dinas Pekerjaan Umum (DPU) saja dan tidak meneruskan sampai UPT sehingga yang dikenal banyak adalah DPU bukan UPT.
161
Kedua, prosedur dan persyaratan. Salah satu hal penting sebagai tolok ukur sebuah layanan publik itu murah, cepat dan mudah adalah jika prosedur dan persyaratannya mudah dipenuhi. Secara umum responden yang mengurus sendiri mengatakan prosedur dan persyaratan mudah dipenuhi. Tetapi ketika pertanyaan lebih didetilkan kepada masalah prosedural dan persyaratan kebanyakan responden mengalami kesulitan. Misalnya, masalah persyaratan gambar. Sebagian besar responden yang mengurus sendiri mengatakan mengalami kesulitan. Padahal masalah gambar adalah persyaratan penting untuk bisa diproses dan disyahkannya sebuah surat IMB. Ketiga, waktu dan biaya. Satu hal yang paling mendapatkan sorotan utama atau menjadi tolokukur lebih riil sebuah layanan publik itu baik atau tidak adalah terkait dengan waktu dan biaya. Semakin pendek waktu dan semakin ringan biaya berarti semakin prima sebuah layanan. Sebaliknya semakin lama dan semakin mahal maka semakin jelek layanan publik yang diberikan pemerintah. Dari data responden yang ada mayoritas mengatakan pengurusan IMB belum tepat waktu. Di mana batas waktu 22 hari yang menjadi ukuran maksimal paling lama sebuah layanan perijinan ternyata masih banyak yang selesaianya lebih dari 22 hari. Lebih menyedihkan lagi, seperempat dari responden yang mengurus sendiri masih mengeluarkan uang atau biaya-biaya tidak resmi. Masih ada pungutan tidak resmi ini sekecil apa pun persenetasenya dan sekecil apa pun nominalnya menjadikan semakin kurang baik layanan perijinan yang diberikan. Oleh karena itu tidak bisa dianggap sepele dan wajar. Keempat, jasa perantara. Diidealkan semakin baik sebuah layanan publik maka akan menarik partisipasi masyarakat untuk mengurus sendiri kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
perijinan. Semakin banyak publik yang menggunakan jasa perantara meskipun tidak bisa sertamerta dikatakan layanannya buruk tetapi setidaknya menyimpan permasalahan mengapa masyarakat tidak mau mengurus sendiri? Di Kabupaten Pemalang, meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk memberikan layanan publik terutama pengurusan IMB, namun faktanya mayoritas responden 70 persen dari (253) mengurus IMB lewat jasa perantara. Mengapa mereka mengurus IMB lewat jasa perantara? Diperoleh jawaban, mereka sibuk, tidak sempat dan masih dianggap rumit. Pengakuan bahwa masih dianggap rumit dalam mengurus IMB perlu mendapatkan perhatian serius. Kelima, petugas layanan dan perbaikan. Berdasarkan responden yang mengurus sendiri, lebih dari sepertiga respon mengatakan ada keluhan dalam mengurus IMB. Memang keluhan itu tidak dialami oleh mayoritas responden, karena kebanyakan responden adalah menggunakan jasa perantara. Di sisi lain meskipun kecil jumlahnya yang mengalami keluhan, hal ini perlu diperhatikan untuk perbaikan layanan IMB ke depan. Kecilnya jumlah itu harus disikapi dan diposisikan sebagai in put untuk meningkatkan kualitas layanan ke depan. Salah satu perbaikan yang diharapkan dari responden yang berjumlah sepertiga tersebut adalah penurunan biaya dan percepatan waktu. Dari sini dapat dipahami bahwa ke depan masalah biaya baik yang resmi maupun tidak resmi serta sebab-sebab yang menimbulkan waktu pengurusan IMB lebih lama perlu direspon lebih serius dan mendasar untuk diperbaiki. Meskipun banyak kekurangan yang dimiliki, namun menurut pengakuan mayoritas responden yang mengurus sendiri petugas penyedia layanan selalu sopan dan ada di tempat setiap mengurus IMB. Ini tentu saja modalitas yang perlu dipertahankan dan dikembangkan ke depan demi terciptanya layanan yang prima.
162
Rekomendasi Berdasarkan beberapa kesimpulan tersebut, kami merekomendasikan: Untuk meningkatkan kualitas layanan pengurusan IMB di Pemalang dibutuhkan peningkatan SDM dan penambahan personil agar bisa mengatasi keterlambatan waktu layanan yang ada. Dengan tenaga-tenaga yang lebih trampil maka berbagai tugas pokok layanan perijinan bisa diselesaiakan dengan tepat waktu dan murah. Perlu memberdayakan (memberikan pendidikan/latihan khusus) di tiap-tiap daerah (kecamatan) untuk membantu proses pengurusan IMB agar lebih cepat. Masyarakat lebih mudah mendapatkan informasi yang lengkap serta mendapatkan kemudahan dalam mengurus persyatan-persyaratan IMB. Mengingat masih belum tersosialisasikannya persyarata, prosedur dan hal-hal yang terkait dengan pengurusan IMB maka dibutuhkan upaya-upaya penambahan dan peningkatan sarana informasi kepada masyarakat sampai ke pihak-pihak pengguna layanan. Dengan demikian, sosialisasi akan lebih bisa mengenai sasaran vukan hanya di kalangan pejabat pemerintah dan pegawai desa/kelurahan saja. Perlu diupayakan adanya model-model baru layanan pengurusan IMB misalnya dengan melakukan layanan keliling bergilir di daerah-daerah dengan menggunakan mobil seperti layanan SIM oleh pihak kepolisian. Ini adalah bentuk jemput bola dari penyedia layanan sehingga asyarakat semakin mudah mengurus IMB.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
DAFTAR PUSTAKA Brannen, Julia, Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. VI, 2005. Bungin, Burhan, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Prenada Media Group, Cet. 3, 2008. Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial, Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, Surabaya: AUP, 2001. Cochran, William G., Teknik Penarikan Sampel, Jakarta: UIP, 1991. Dwiyanto, Agus. Mewujudkan Good Governance melalui Layanan Publik, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005. Eriyanto, Metodologi Polling Memberdayakan Suara Rakyat, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999. Eriyanto, Teknik Sampling Analisis Opini Publik, Yogyakarta: LKiS, 2007. Faisal, Sanapiah, Drs. Dasar-Dasar Menyusun Angket, Surabaya: Usana Offset Printing, 1981. Ghozali, Imam. Statistik Non-parametrik, Semarang: Undip, Cet. 3, 2002. Gunnar Myrdal. Obyektivitas Penelitian Sosial, LP3ES, Jakarta, 1981. Hendradi, C. Tri. Statistik Six Sigma dengan Minitab, Yogyakarta: ANDI, 2006. Junaidi, Purnawan, Pengantar Analisis Data, Jakarta: Rineka Cipta, 1995. Kartono, Kartini. Pengantar Metodologi Research Sosial, Bandung: Alumni, tt. Koentjoroningrat, Metode Penggunaan Data Pengalaman Pribadi, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1977. Kurniawan, Luthfi J., dkk. Paradigma Kebijakan Layanan Publik, Malang: In-TRANS Publising, Cet. 1, 2008.
163
Mardalis. Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Sinar Grafika Offset, Cet. 5, 2002. Nazir, M. Metode Penelitian, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 1988. Patton, Micahel Quinn. Metode Evaluasi Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1991. Prasojo, Eko, Irfan Ridwan Maksum dan Teguh Kurniawan. Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah: Antara Model Demokrasi Lokal dan Efisiensi Struktural, Depok: Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI, 2006. Rangkuti, Freddy. Riset Pemasaran, Jakarta: Gramedia, 2002. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989. Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. 2, 2007. Sudjana, Nana. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiyah, Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo, 2001. Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta, 1997. Tayibnapis, Farida Yusuf. Evaluasi Program, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000. Tri Hendradi, Cornelius. Kupas Tuntas Analisis Regresi, Yogyakarta: ANDI, 2007. Umar, Husein. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003. Umar, Husein. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002. Widoyoko, Danang, dkk. Saatnya Warga Melawan Korupsi, Jakarta : Indonesia Corruption Watch, 2006. Peraturan Perundangan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 5 LAPORAN SURVEI CRC TERHADAP LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PEMALANG
164
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang-undang. Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 6 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 67 Tahun 2007 tentang Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kabupaten Pemalang Tahun 2007-2011. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pembentukan Unit Layanan Terpadu Pada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pemalang. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Pengalihan Pengelolaan Layanan Perijinan Terpadu Kepada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pemalang. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 188.4/134/Hk tentang Pendelegasian dan Kewenangan Penandatanganan Perijinan Terpadu Kepada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pemalang. Keputusan Bupati Pemalang Nomor 503/01.AE /08/Dip tentang Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Teknis Layanan Perijinan dan Investasi pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pemalang. Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 503/ 5.A/ 08/ Dip tentang Pembentukan Tim Pelaksana Layanan Perijinan dan Investasi pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pemalang. Standar Operating Procedure Layanan Perijinan Kabupaten Pemalang.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
165
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
RANGKUMAN Pelaksanaan survei persepsi masyarakat tentang kualitas layanan pengurusan IMB di Kabupaten Indramayu dengan menggunakan metode citizen report card (CRC) terkait erat dengan upaya pencegahan terjadinya tindak korupsi. Melalui survei ini diharapkan terungkap berbagai realita dalam layanan pengurusan IMB yang kemudian dijadikan feed back untuk perbaikan proses layanan bagi masyarakat. Perbaikan proses dan kualitas layanan tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya tindak korupsi. Untuk melaksanakan survei tersebut, terlebih dahulu dilakukan diskusi dengan Dinas Perijinan dan Penanaman Modal (DPPM) selaku provider (penyedia jasa layanan) pengurusan IMB maupun perwakilan masyarakat sebagai user (pengguna/pemohon) IMB. Focus group discussion (FGD) yang dilakukan pada 11 Juni 2008, menghasilkan kesepahaman tentang lima indikator kualitas layanan publik yang kemudian dikembangkan menjadi 47 point pertanyaan dalam survei. Selanjutnya, untuk melaksanakan survei, para surveyor diberikan pemahaman dan pembekalan tentang metode CRC, mengapa dan bagaimana survei menggunakan metode kartu penilaian (report card) dilakukan. Pelatihan dilakukan selama dua hari, 4-5 Juli 2008, melibatkan 15 orang surveyor, tim inti dan technical assistance untuk pelaksanaan CRC di Kabupaten Indramayu.
166
Selain FGD, penyusunan kuisener dan pembekalan survei, pada tahap awal ini tim inti juga melakukan pendampingan pada mitra pemerintah daerah dalam rangka penyusunan Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK). Pendampingan ini dilakukan di Kabupaten Indramayu dan Kota Bandung. Sedianya, pelaksanaan survei juga diharapkan dapat terlaksana di Kota Bandung. Namun hingga penanda-tanganan kesepakatan di Indramayu sudah mulai dilakukan pada tanggal 3 Juni 2008, mitra pemerintah daerah Kota Bandung belum dapat memberikan kepastian dukungan untuk pelaksanaan kegiatan di Kota Bandung. Oleh karena itu, atas kesepakatan dengan pihak Kemitraan dan Bappenas, tim inti memfokuskan perhatian untuk pelaksanan CRC di Kabupaten Indramayu. Pelaksanaan survei lapangan berlangsung pada 9-19 Juli 2008. Selama 10 hari tersebut, surveyor berada di lokasi guna melakukan quality control terhadap proses survei. Quality control dimulai dari proses mengecek data responden, kualifikasi surveyor maupun melakukan pengecekan langsung (spot check) ketika para surveyor sedang melakukan wawancara dengan para responden. Beberapa hal penting yang diperoleh selama pelaksanaan survei lapangan ini antara lain: • Data pemohon IMB yang dijadikan basis populasi tidak dilengkapi dengan alamat yang memudahkan surveyor. Tim inti kemudian menggantikan data tersebut dengan data yang lebih lengkap dari DPPM. • Lokasi survei ternyata berbeda-beda sehingga para surveyor meminta kompensasi biaya yang berbeda. Untuk hal ini, tim kemudian berkoordinasi dengan Kemitraan sehingga untuk beberapa kecamatan yang jauh, ada perbedaan honor surveyor. • Beberapa surveyor menemui kendala utama yang sama, yakni responden tidak mau memberikan jawaban baik untuk seluruh pertanyaan maupun untuk beberapa pertanyaan saja. Dalam mengatasi hal ini, surveyor menggantikan responden yang lain sedangkan untuk beberapa pertanyaan yang tidak dijawab, tetap dianalisa. Secara umum beberapa responden tersebut bukan tidak dapat memberikan jawaban karena pertanyaan yang diajukan mengarah pada penilian responden atas prilaku dan kualitas layanan pemerintah. Dalam hal ini, masih nampak bahwa masyarakat belum berani memberikan penilaian kepada pemerintah. Fakta ini, di pihak lain, menjadi motivasi lanjutan bagi para surveyor lokal untuk mendorong warga agar berani memberikan penilaian. Dengan demikian, penggunaan kartu penilaian (report card) sangat membantu warga dalam memberikan penilaian yang jujur tentang integritas, kapasitas pemerintah maupun kualitas layanan yang diterima.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Secara teknis, masing-masing surveyor diberikan kuota sebanyak 23 responden. Meski demikian tidak semua surveyor dapat mencapai kuota tersebut. Namun ada juga yang melampaui kuota tersebut. Paling sedikit mendapatkan 16 responden dan paling banyak mencapai 30 responden. Capaian yang bervariasi ini sangat dipengaruhi oleh kapasitas personal dan terlebih karena metode survei CRC tidak sebatas menyebarkan angket melainkan proses wawancara. Hingga tanggal 19 Juli, dari total 350 responden yang dituju, tercapai 337 responden sehingga tim memberikan tambahan waktu kepada lima surveyor yang secara sukarela menyelesaikan proses survei terhadap 13 responden yang belum tercapai. Hal menarik yang perlu dicatat dalam pelaksanaan survei ini antara lain: • Bawasda, selaku penanggung jawab pelaksanaan survei ini sangat memberikan dukungan bagi tim, terutama dengan adanya komitmen mendorong pelaksanaan survei serupa di bidang-bidang yang lain pada tahun mendatang melalui skema pembiayaan dari APBD Kabupaten Indramayu. • Secara khusus, penerimaan yang baik dari DPPM sebagai satuan kerja perangkat daerah yang hendak disurvei menjadi motivasi bagi tim inti untuk mendorong keberhasilan survei. Hasil survei diharapkan dapat menjadi masukan bagi DPPM untuk memperbaiki kualitas layanan termasuk juga kapasitas dan prilaku petugas DPPM sehingga mencapai tujuan yang diharapkan masyarakat. Berdasarkan hasil survei dan diskusi pendalaman hasil survei, terdapat beberapa temuan pokok sebagai berikut: Pertama, pemahaman masyarakat tentang IMB ternyata masih rendah. Kebanyakan warga mengurus IMB hanya untuk memenuhi persyaratan administratif ketika berurusan dengan pihak lain tanpa ada pemahaman yang mendalam tentang mengapa mereka harus mengurus IMB. Hal ini ditunjukkan oleh hasil survei yang menyatakan bahwa 64 persen dari total responden yang disurvei mengurus IMB hanya untuk memenuhi aturan yang berlaku. Bahkan kebanyakan (44 persen dari total responden) mengurus IMB setelah bangunan didirikan.
167
Rendahnya pemahaman ini bukan tanpa sebab. Salah satu penyebab utama adalah tidak adanya sanksi bagi pihak yang melanggar aturan (tidak membuat IMB). Hingga kini, penerapan sanksi sulit dilakukan karena pengurusan IMB tidak terkait langsung dengan keseharian aktifitas kehidupan masyarakat Faktor lain yang merupakan penyebab lemahnya kesadaran masyarakat ini adalah nilai urgensi IMB bagi warga. Sebagian warga mengatakan bahwa pengurusan IMB bukan merupakan kebutuhan utama. Bahkan, ada atau tidak ada IMB masyarakat masih dapat melaksanakan aktivitas, termasuk mendirikan bangunan (terutama hunian) sekaligus memanfaatkan bangunan tersebut. Kedua, rendahnya pemahaman masyarakat tentang layanan IMB, berkaitan juga dengan intensitas sosialisasi informasi yang sangat kurang. Hasil survei menjelaskan bahwa 73 persen dari total responden yang disurvei menyatakan bahwa mereka tidak pernah mendapatkan layanan informasi tentang IMB. Dengan kata lain, sejak terbentuknya DPPM sosialisasi tentang IMB kepada masyarakat hanya mencapai nilai 27 persen atau 2,7 dalam rentang nilai 1-10. Menurut pihak DPPM (catatan wawancara dengan Kepala Bidang Perijinan, DPPM, September 2008) kurangnya sosialisasi tentang IMB ini disebabkan oleh dua faktor utama, pertama prasarana dan sarana kegiatan DPPM belum memadai. Kedua, minimnya dana program sosialisasi. Kedua hal ini perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana kerja satu hingga dua tahun mendatang. Selain itu juga diharapkan sosialisasi tentang layanan IMB dilakukan secara berkala dan terus menerus. Ketiga, berdasarkan aturan yang berlaku, lamanya pengurusan IMB ditetapkan 14 hari. Namun kenyataan (dari hasil survei) baik yang mengurus sendiri maupun menggunakan jasa penghubung, 49 persen responden mengatakan bahwa pengurusan IMB melampaui batas waktu 14 hari yang ditentukan. Hal ini dibenarkan oleh DPPM walaupun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Pertama, kebanyakan pemohon menganggap bahwa 14 hari yang dimaksud dihitung sejak mereka datang ke DPPM padahal 14 hari yang dimaksud adalah sejak berkas-berkas persyaratan dinyatakan lengkap dan diserhkan ke Front Office DPPM. Kedua, seringkali setelah SK IMB terbit pemohon tidak segera mengambil SK IMB. Kemungkinan ketika ditanyakan berapa lama mengurus IMB, responden akan menjawab lebih dari 14 hari terlepas dari fakta-fakta di atas. Keempat, berdasarkan hasil analisis, 8 persen dari total responden yang mengurus sendiri dan 10 persen dari total responden yang menggunakan jasa penghubung mengatakan masih ada pungutan yang tidak resmi di luar biaya resmi dalam pengurusan IMB, yakni biaya administrasi (pengesahan), biaya gambar dan biaya retribusi. Bahkan lebih jauh lagi, menurut sebagian warga (8 persen dari total responden yang mengurus sendiri) menyatakan bahwa pungutan tidak resmi paling sering terjadi pada tahapan pengambilan SK IMB (60,52 persen). Secara khusus, terdapat beberapa catatan yang perlu diperhatikan sebagai bahan evaluasi dan dalam rangka membangun layanan publik yang ideal: Pertama, penggunaan jasa penghubung. Hasil survei menyatakan bahwa lebih banyak pemohon ( 69 persen) mengggunakan jasa penghubung dalam pengurusan IMB daripada yang mengurus sendiri (31 persen). Sebagian besar pemohon mengaku jasa penghubung yang mereka gunakan adalah ‘Dinas Perijinan’.
168
Menurut DPPM, penyebutan Dinas Perijinan sebagai penghubung ini perlu diklarifikasi. Hal ini diperkuat oleh catatan survei yang menyatakan bahwa responden yang menggunakan jasa penghubung menyebut semua aparat berseragam PNS yang sering menguruskan IMB sebagai petugas dan Dinas Perijinan. Aparat-aparat berseragam ini sering mendatangi warga yang sedang membangun hunian dan menanyakan IBM. Hal ini diklarifikasi oleh DPPM dengan mengatakan bahwa Dinas tidak melakukan praktik percaloan dilapangan. DPPM hanya turun ke lapangan ketika pengecekan kondisi bangunan setelah berkas pengajuan IMB diterima Dinas. Bagi PNS (pemda) yang mengaku Dinas Perijinan mereka pasti bukan dari DPPM karena pakaian DPPM khusus berdasi dan berwarna biru. Sehubungan dengan itu, pihak DPPM mengharapkan agar setiap pemohon yang menggunakan jasa penghubung dalam mengurus IMB, perlu membuat surat kuasa atau surat penugasan. Kedua, keterlibatan PU. Cipta Karya. Sebagian pemohon yang menggunakan jasa penghubung menyebutkan ‘petugas perijinan’ sebagai pihak penghubung. Kebanyakan responden mengatakan bahwa salah satu petugas perijinan yang menemui mereka adalah petugas dari PU Cipta Karya. Menurut DPPM, keterlibatan PU Cipta Karya sangat mungkin terjadi karena beberapa alasan. Pertama, sebelum ada DPPM, kewenangan mengurus IMB merupakan kewenangan PU Cipta Karya. Kedua, meskipun DPPM terbentuk, PU Cipta Karya tetap ada. Hal ini disebabkan oleh pilihan model penggabungan berbagai kewenangan perijinan yang dahulu berada di beberapa SKPD yang kini merupakan kewenangan DPPM. Dijelaskan pula, model DPPM bukan merupakan merger dari beberapa SKPD. Dengan demikian, patut diduga bahwa aparat/pegawai PU Cipta Karya masih terlibat dalam pengurusan IMB. Apalagi, PU Cipta Karya memiliki Kantor Cabang Dinas di semua kecamatan. Ketiga, masyarakat belum mengetahui sepenuhnya bahwa kewenangan pengurusan IMB berada di DPPM. Dengan demikian ketika ada petugas/aparat dari PU Cipta Karya yang mengatasnamakan petugas perijinan, masyarakat memilih menggunakan PU Cipta Karya (terutama cabang dinas) sebagai jasa penghubung. Ketiga, salah satu persoalan penting yang perlu mendapat perhatian serius adalah belum harmonisnya peraturan-peraturan yang terkait dengan Perda IMB. Peraturan terkait yang dimaksud adalah peraturan tentang Rencana Tata Ruang maupun peraturan tentang pengelolaan lingkungan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
hidup. Hal ini dipandang penting karena sesungguhnya kebijakan tentang IMB berhubungan erat dengan ‘zoning regulasi’ yang mengatur tentang peruntukkan lahan maupun Rencana Umum dan Rencana Detail Tata Ruang Kota. Keterkaitan antar-kebijakan tersebut semestinya merupakan kepastian hukum yang harus dijamin oleh pemerintah. Namun kenyataannya, banyak peraturan yang masih tumpang tindih. Akibatnya, penerapan sanksi atas suatu peraturan seringkali berbenturan dengan peraturan yang lainnya. Hingga kini, RUTR Kabupaten Indramayu belum diperbarui dan lebih jauh lagi semua kecamatan di Indramayu belum memiliki RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) Kecamatan. Hal ini di satu sisi menghambat penerapan kebijakan IMB secara utuh karena masyarakat tidak mendapatkan kejelasan tentang peruntukan lahan maupun batasan-batasan lain seperti building coverage rate (cakupan wilayah yang boleh dibangun pada setiap persil lahan), batasan tentang ketinggian bangunan di setiap kawasan berdasarkan RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) di masing-masing kecamatan, dan berbagai kebijakan lain. Ke depan, upaya harmonisasi kebijakan ini harus menjadi salah satu prioritas pembaruan. Berdasarkan beberapa temuan tersebut, muncul gagasan yang dapat dijadikan sebagai kerangka advokasi untuk perubahan dan perbaikan ke depan. Gagasan-gagasan untuk perubahan dan perbaikan ke depan antara lain: Menyinkronkan berbagai kebijakan yang terkait dengan penerapan kebijakan layanan pengurusan IMB Meningkatkan pelaksanaan program sosialisasi tentang layanan IMB. Memastikan kewenangan pengurusan IMB oleh SKPD yang diberikan mandat (sesuai tupoksi masing-masing) Memperbaiki mekanisme kerja internal DPPM Menyamakan persepsi tentang batas waktu 14 hari pengurusan IMB
169
Kelima hal tersebut dapat dikembangkan menjadi program strategis Dinas Perijinan untuk beberapa tahun sampai mencapai kualitas layanan prima. Untuk itu, pelaksanaan CRC diharapkan dapat dilakukan setiap tahun agar dapat diperoleh potret nyata tentang capaian perubahan dan perbaikan yang dilakukan setiap tahun. Untuk itu, kegiatan CRC perlu diakomodir dalam Renja dan RKA DPPM sehingga mendapat dukungan dana dalam pelaksanaan setiap tahun. Selain rekomendasi untuk DPPM, hasil survei di DPPM merupakan pilot project yang dapat dijadikan model oleh SKPD-SKPD lain. Oleh karena itu, perlu ada proses transformasi pengetahuan tentang melakukan CRC, terutama di kalangan pemerintah Kabupaten Indramayu. Dengan demikian, pada gilirannya nanti, CRC dapat diakomodasi oleh pemerintah menjadi salah satu model monitoring dan evaluasi kualitas layanan publik di Kabupaten Indramayu.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
PENDAHULUAN Latar Belakang Beberapa prinsip dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) adalah adanya transparansi, akuntabilitas dan responsivitas dalam penyelenggaraan pemeritahan. Transparansi dalam layanan publik menunjuk pada sistem informasi yang dikembangkan sehingga memungkinkan masyarakat dapat mengakses berbagai informasi mengenai layanan publik. Akuntabilitas adalah standar dan prosedur yang digunakan pemerintah dalam mempertanggungjawabkan tindakannya kepada rakyat selaku pemilik mandat. Sedangkan responsivitas administrasi pemerintahan adalah kemampuan dalam penyelenggara layanan publik untuk pro-aktif dalam memecahkan persoalan yang dihadapi oleh pemilik mandat. Secara lebih khusus, Samuel Paul (1991) menyatakan bahwa akuntabilitas adalah spektrum pendekatan, mekanisme dan praktek yang digunakan oleh pihak yang berkepentingan (stakeholders) untuk menjamin pemerintahan ada pada tingkat dan tipe kinerja yang diinginkan. Akuntabilitas bertujuan menjamin agar prosedur, aktivitas dan keluaran dari kebijakan pemerintah memenuhi tujuan dan standar yang telah ditetapkan. Akuntabilitas pemerintah akan tercermin dari penyelenggaraan layanan publik karena pada kegiatan penyelenggaraan layanan publik, hubungan antara pemerintah (sebagai penyedia/penyelenggara layanan publik) dan masyarakat (sebagai pelanggan) menjadi nyata. Hubungan ini juga mencerminkan bagaimana kualitas penerima mandat dan pemberi mandat terjalin dengan baik.
170
Secara hukum, prinsip akuntabilitas ini kemudian diakomodir dalam UU No.28 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sebagai salah satu asas pemerintahan. Menurut UU 28 tahun 2000, akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian, dalam hal layanan publik akuntabilitas harus dilihat dari sisi pelanggan baik dalam kapasitasnya sebagai konsumen dan atau selaku pemberi mandat terhadap pemerintah. Berkenaan dengan akuntabilitas ini, pemerintah telah menyusun sebuah pedoman evaluasi kepuasan masyarakat terhadap layanan publik melalui Ketetapan MenPAN No. Kep/25/M. PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Layanan Instansi Pemerintah. Indeks ini disusun dengan menggunakan 14 indikator yang meliputi prosedur layanan, persyaratan layanan, kejelasan petugas layanan, kedisiplinan petugas layanan, tanggung jawab petugas layanan, kemampuan petugas layanan, kecepatan layanan, keadilan mendapatkan layanan, kesopanan dan keramahan petugas, kewajaran biaya layanan, kepastian biaya layanan, kepastian jadwal layanan, kenyamanan lingkungan dan keamanan layanan. Sejalan dengan indikator IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) di atas, maka penggunaan metode citizen report card (CRC) dalam survei kepuasan masyarakat akan lebih memperdalam penilaian masyarakat tentang kualitas layanan publik. Melalui kartu penilaian, masyarakat dapat memberikan informasi mengenai kualitas jasa, kualitas interaksi dengan petugas layanan publik serta penilaian berdasarkan kriteria tertentu maupun masalah layanan yang diterima dan sejauhmana masalah tersebut dapat diatasi oleh penyelenggaran layanan publik. Pada akhirnya kartu penilaian dapat memberikan dasar dalam merumuskan strategi peningkatan kinerja penyelenggara layanan publik. Kinerja layanan publik, sangat erat kaitannya dengan upaya pemberantasan korupsi. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa layanan yang baik, tentu terlepas dari berbagai penyalahgunaan wewenang maupun bebas dari praktek KKN yang menunjuk pada prilaku korupsi. Sehubungan dengan itu, sejak tahun 2004 pemerintah telah menetapkan Inpres Nomor 5 Tahun
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Upaya percepatan pemberantasan korupsi ini kemudian diwujud-nyatakan dalam penyusunan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN PK). Sejak tahun 2006, pemerintah melalui Bappenas mulai mendorong adanya penyusunan dan pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD PK) baik di tingkat provinsi maupun kota/kabupaten. Sebagai upaya perwujudan upaya pemberantasan korupsi tersebut, secara khusus pemerintah Jawa Barat telah menyusun dan menetapkan RAD PK Propinsi dan kini mulai diupayakan penyusunan RAD PK di tingkat kota/kabupaten. Salah satu kabupaten yang menjadi pilot project penyusuan RAD PK tersebut adalah Kabupaten Indramayu yang turut menandatangani kesepakatat bersama tentang gerakan percepatan pemberantasan korupsi di Jawa Barat, 28 November 2007. Titik berat RAD PK lebih diarahkan pada upaya pencegahaan pemberantasan korupsi melalui perbaikan mekanisme dan kualitas layanan publik. Untuk itu, CRC hendak dilakukan sebagai bagian dari proses advokasi layanan publik. Dalam hal ini, Kabupaten Indramayu telah menetapkan Dinas Perijinan dan Penanaman Modal (DPPM)sebagai salah satuan kerja perangkat daerah yang akan disurvei. Pemilihan DPPM ini terutama didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut. Pertama, DPPM baru terbentuk setahun (30 Januari 2007) melalui Perda Nomor 2 Tahun 2007. Dengan demikian, survei ini sekaligus merupakan evaluasi satu tahun DPPM. Kedua, DPPM merupakan SKPD yang terbentuk setelah ada penggabungan berbagai SKPD sehingga ada 44 jenis layanan perijinan yang terpusat di DPPM. Seringkali muncul anggapan bahwa proses perijinan adalah proses transaksi uang semata. Padahal perijinan merupakan instrumen kebijakan yang mengarah pada pengaturan tindakan publik agar tidak bertindak semaunya. Proses perijinan lebih merupakan instrumen pengendalian, sekaligus pembentukan sikap patuh masyarakat. Dengan demikian, survei ini diharapkan dapat mengungkap berbagai fakta dalam proses perijinan sehingga dapat dirumuskan agenda untuk perubahan dan perbaikan pelayan di masa yang akan dating.
171
Tujuan dan Kelauran Pelaksanaan CRC di Dinas Perijinan dan Penanaman Modal Kabupaten Indramayu difokuskan pada layanan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan). Dengan demikian survei ini ditujukan mengukur kualitas layanan pengurusan IMB di Kabupaten Indramayu berdasakan persepsi pengguna layanan. Oleh karena itu, output (keluaran) yang hendak dicapai antara lain: Data dan informasi tentang standar prosedur dan tingkat pemenuhan (tingkat kepuasan) standar proses layanan IMB di Kabupaten Indramayu. Data dan informasi tentang masalah yang dihadapi masyarakat (sebagai pengguna layanan) ketika mengurus IMB serta tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pengurusan IMB. Gagasan atau usulan (feed back) dari masyarakat pengguna tentang perubahan dan perbaikan dalam rangka peningkatan kualitas layanan perijinan di Kabupaten Indramayu, khususnya dalam pengurusan IMB. Kerangka Konseptual Report Card adalah sebuah metode survei partisipatif yang dilakukan untuk mendapatkan penilaian tentang performance/kualitas layanan, sekaligus umpan-balik (feed back) dari pengguna jasa layanan publik. Dalam hal ini, CRC bukan sebuah opini yang diperoleh dari khalayak (publik) melainkan fakta yang diperoleh dari masyarakat pengguna (actual users) jasa layanan tertentu (Swarnim Wagle, Janmejay Singh and Parmesh Shah, Social Development Department, World Bank. 2002) Pada hakikatnya CRC merupakan penerapan survei kepuasan konsumen (costumer satisfaction survei) yang umumnya dilakukan oleh perusahaan swasta seperti hotel, restaurant, travel, jasa taksi dan lain semacamnya. Biasanya konsumen diberikan semacam angket yang diisi langsung pada saat
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
mendapatkan layanan. Angket tersebut ditujukan untuk mengumpulan pengalaman konsumen berkaitan dengan layanan yang diterima; apakah konsumen merasa puas, apakah ada persoalan dan bagaimana persoalan tersebut dapat diselesaikan. Dengan demikikan survei ini ditujukan untuk mendapatkan umpan balik dari konsumen sehingga hasilnya dapat dipergunakan sebagai masukan untuk pembenahan pada bagian-bagian tertentu yang dianggap banyak persoalan atau tidak memuaskan konsumen. Dalam konteks dunia usaha, survei seperti ini menjadi keharusan bagi perusahaan untuk memenangkan persaingan dengan perusahaan lain. Meski demikian, ada perbedaan yang sangat mendasar. Costumer satisfaction survei didesain oleh pihak pemberi jasa (provider) sedangkan CRC didesain secara partisipatif dengan melibatkan pihak penerima jasa (user). Lebih jauh lagi, CRC dilakukan untuk menilai kualitas layanan publik yang dilakukan oleh negara/pemerintah. Dalam hal ini, CRC merupakan sebuah bentuk penilaian atas pelaksanaan mandat yang diberikan oleh masyarakat (as the principal) kepada pemerintah (as the agent) dalam penyelenggaraan layanan publik. Sebagai sebuah metode, sebenarnya CRC cukup mudah (sederhana), namun memiliki kekuatan legitimasi yang besar dari pengguna jasa layanan dalam upaya mendesakan agenda untuk perbaikan mekanisme dan kualitas layanan. Melalui pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif, CRC dapat menyediakan basis data yang lengkap tentang penilaian maupun usulan agenda yang secara pro-aktif dapat didialogkan oleh masyarakat, CSO maupun pemerintah lokal untuk mendorong perubahan dan atau perbaikan layanan publik.
172
Menurut ADB dan ADBI 1(2007) ada empat manfaat metode CRC yakni: Sebagai alat diagnosa (as a diagnostic tool). Metode CRC dapat menyediakan data kualitatif dan kuantitatif tentang standar layanan yang berlaku sekaligus tingkat ketercapaian maupun kesenjangan layanan yang terjadi pada satu atau beberapa jenis layanan. Sebagai alat akuntabilitas (as an accountability tool). Metode CRC dapat mengungkap tingkat ketercapaian layanan sebagai bagian pelaksanaan tanggung jawab pemerintah sebagai penyedia jasa layanan dalam mencapai standar yang sudah ditetapkan atau diharapkan oleh masyarakat selaku pemberi mandat. Sebagai alat pembanding/penentu nilai tertingi (as a benchmarking tool). CRC yang dilakukan secara periodik dapat dipakai untuk menentukan nilai tertinggi kualitas layanan publik yang berguna untuk perubahan dan perbaikan tiap waktu. Sebagai alat pengungkap adanya bias pembiayaan /pungutan liar. (to reveal hidden cost). Melalui CRC, masyarakat dapat mengungkap adanya biaya-biaya tidak resmi/ ekstra di luar biaya-biaya resmi yang suda ditetapkan, ketika menggunakan jasa layanan publik tertentu. Merujuk pada manfaat tersebut, pada hakikatnya CRC merupakan alat bantu untuk advokasi layanan publik. Dengan kata lain, CRC tidak selesai pada saat laporan survei dipublikasikan. Namun hal yang paling penting adalah bagaimana rekomendasi dari hasil survei ini bisa dijadikan desakan untuk perubahan atau perbaikan mekanisme dan kualitas layanan publik. Dalam pemahaman yang demikian maka secara metodologis, Swarnim Waglé, Janmejay. Singh and Parmesh Shah (2002) menggambarkan skema CRC sebagai berikut2
1
ADB : Asian Development Bank; ADBI : Asian Development Bank Institute
2
Citizen Report Card Surveys - A Note on the Concept and Methodology. Social Development Notes: Participation and Civic Engagement. Note No. 91 February 2004
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Bagan 6.1 Skema Perjalanan Citizen Report Card Running a CRC initiative
The ‘Science’ • Define scope • Select sample • Questionnaire design • Field Testing • Data Collection • Data Analysis • Report Writing
• • • • • • •
The ‘Art’ Media campaign Building awareness Keep issues alive Public hearings Constructive criticism Negotiation Interface meetings
Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Secara khusus, obyek studi adalah layanan IMB yang dikelola oleh Dinas Perijinan dan Penanaman Modal. Meski demikian, proses survei dilaksanakan di 31 Kecamatan yang ada di Kabupaten Indramayu3. Berdasarkan data Dinas Perijinan dan Penanaman Modal Kabupaten Indramayu, sampai bulan Mei 2008, terdapat 960 IMB yang sudah diterbitkan. Setelah diverifikasi, dari 960 pemohon IMB ini, hanya ada 915 pemohon yang dapat dijadikan data populasi. Secara rinci, pengguna jasa sejak terbentuknya Dinas Perijinan dan Penanaman Modal pada bulan Januari 2007, dapat dilihat pada tabel berikut.
173
Tabel 6.1 Realisasi Penggurusan IMB di Dinas Perijinan dan Penanaman Modal (Januari 2007 – Mei 2008) Tahun 2007
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Jumlah 86 100 40 44 82 52 57 47 45 37 80 51
2008
Januari Februari Maret April Mei
36 70 35 44 54
Sub Total
721
239 960 Sumber : Dinas Perijinan dan Penanaman Modal 3
Secara lebih rinci lokasi studi dan profil Dinas Perijinanan diuraikan pada Bab 2 laporan ini
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling. Berdasarkan hasil verifikasi terhadap 960 user maka jumlah populasi (N) yang digunakan sebesar 915, tersebar di 31 kecamatan dan 313 desa/keluran kelurahan. Pada tingkat kepercayaan 95 persen dan sampling error (E) 5 persen maka dengan menggunakan Rumus Slovin, besaran sampel (n) dihitung sebagai berikut :
N
n=
1 + N (E)
n=
915
=
2
1 + 915 (0,05)
915
2
= 278,327 = 278
3,2875 Untuk menghitung sebaran sampel di masing-masing kecamatan dilakukan proporsi sederhana berdasarkan sub-populasi (umum, hunian, hunian dan umum, instalasi) pengguna layanan IMB di masing-masing kecamatan. Proporsi ini dihitung dengan cara sebagai berikut:
Jumlah sampel pada strata A di Kecamatan A
Jumlah sub populasi A di Kecamatan A X Jumlah sampel
= Jumlah populasi keseluruhan di 31 Kecamatan
174
Contoh : Jumlah sub populasi (berdasarkan klasifikasi bangunan) Umum di Kecamatan Anjatan =15, maka jumlah sampel untuk strata Umum di Kecamatan Anjatan = Dengan
15
=
sebanyak (Lihat tabel 6.2)
X 278 = 4.557377 = 5
915
cara demikian (proporsi sederhana) diperoleh sebaran populasi 289 di 31 Kecamatan.
Tabel 6.2 Sebaran Sampel Tiap Kecamatan Jumlah Kecamatan
Jumlah Populasi
Jumlah Sample
31 Kecamatan
915
289
Sumber : Hasil Perhitungan data di DPPTPM Berdasarkan perhitungan proporsi sederhana, diperoleh sampling (n) sebesar 289. Kuesioner yang disebar berjumlah 350, hal ini dilakukan untuk menjaga apabila terjadi kesalahan/kerusakan kuesioner. Indikator Penelitian Jenis layanan publik yang dinilai dalam CRC di Kabupaten Indramayu adalah layanan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikelola oleh Dinas Perijinan dan Penanaman Modal. Oleh karena itu, indikator yang dipakai untuk mengukur kualitas layanan IMB dihasilkan dari focus group discussion (FGD) bersama pemerintah selaku provider maupun masyarakat selaku user/pengguna. FGD yang dilakukan pada 11 Juni 2008, telah menghasilkan lebih dari 7 indikator yang kemudian dirangkum menjadi lima indikator dalam survei ini yaitu: Tingkat pemahaman masyarakat tentang Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Tingkat pengetahun serta pernyataan kepuasan masyarakat tentang syarat, prosedur dan biaya pengurusan IMB Penilaian masyarakat tentang kapasitas dan prilaku petugas pengurus IMB Penilaian masyarakat tentang intensitas dan efektivitas sosialisasi maupun transparansi informasi tentang layanan IMB. Tingkat pengaduan masyarakat tentang layanan IMB. Teknik Pengumpulan Data Metode CRC berakar pada teknik penelitian kuantitatif, tetapi ditingkatkan dengan temuantemuan kualitatif yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Meskipun banyak orang mengatakan bahwa tidak mungkin menggabungkan metode kualitatif dan kuantitaif dalam satu waktu penelitian. Kenyataannya dalam CRC banyak sekali ditemukan kelebihan pendekatan survei kuantitatif CRC yang diturunkan dari penggunaan metode kualitatif. Penelitian kualitatif dipergunakan untuk mendapatkan gambaran utuh tentang situasi layanan publik, mulai dari kebijakan umum, persoalan yang dihadapi oleh pemerintah sebagai provider dan inisiatif perbaikan, hingga pendapat beberapa konsumen tentang layanan publik tersebut. Sementara penelitian kuantitatif dipergunakan untuk mendapatkan gambaran umum berupa tingkat kepuasan konsumen dan korupsi dalam layanan publik. Metode pengambilan data kualitatif dilakukan dengan studi dokumen, wawancara mendalam dan FGD. Studi dokumen dan wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui kondisi umum, terutama kebijakan pemerintah dalam layanan publik. Studi dokumen dilakukan dengan penelusuran seluruh dokumen terkait layanan publik, seperti petunjuk pelaksanaan (juklak). Secara singkat, teknik pengumpulan data dapat diuraikan sebagai berikut. Tabel 6.3 Teknik Pengumpulan Data No
Jenis Data
Teknik
Data yang dicari/diperoleh
1
Data Kualitatif
Studi Dokumen
Kebijakan tentang IMB di Kab. Indamayu
Focus Group Discussion
Respon secara langsung, dari masyarakat sebagai user/ konsumen dan respon dari staf penyelenggara layanan publik sebagai provider. Daftar dan prioritas masalah yang terjadi dalam pengurusan IMB
Wawancara mendalam
Informasi mendalam tentang layanan IMB. Gagasan di balik peraturan tentang IMB
Survei
Tingkat kepuasan masyarakat (pengguna jasa layanan IMB) Peringkat antara institusi penyelenggaran layanan publik.
2
Data Kuantitatif
175
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Skema pada gambar 1, menjelaskan bahwa CRC bukan hanya sebuah studi akademik biasa, tetapi lebih merupakan penelitian untuk advokasi. Asian Development Bank (2002) dalam Kumpulan Modul tentang Memperbaiki Pemerintahan Lokal dan Penyediaan Layanan Publik yang Pro Poor melalui CRC menyebutkan enam tahapan CRC sebagai berikut : Assesment Kondisi Lokal Pre Survei (Survei Pendahuluan) Pelaksanaan Survei Analisisi Hasil Survei Penulisan Laporan Akhir Diseminasi Temuan Survei
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
DESKRIPSI UMUM KABUPATEN INDRAMAYU4 Kabupaten Indramayu terletak pada 107o 52’ -108o36’ Bujur Timur dan 6015’ – 6040’. Lintang Selatan. Luas wilayah Indramayu mencapai 204.011 Ha, terdiri dari 115,029 Ha (56,38 persen) tanah sawah dan 88,892 Ha (43,62 persen) tanah kering. Letaknya yang membentang sepanjang 114 KM di pesisir Pantai Utara Pulau Jawa membuat suhu udara di kabupaten ini cukup tinggi, yaitu berkisar antara 180C-280C dengan rata-rata curah hujan (sepanjang tahun 2006) sebesar 61,06 mm. Secara geografis batas wilayah Kabupaten Indramayu adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Sumedang dan Cirebon, sebelah barat dengan Kabupaten Subang dan sebelah timur dengan Laut Jawa dan Kabupaten Cirebon. Secara administratif wilayah Kabupaten Indramayu dibagi dalam 31 kecamatan. Yang terdiri dari 302 desa dan delapan kelurahan. Berdasarkan data BPS tahun 2006, kecamatan yang paling jauh dari ibukota kabupaten adalah Kecamatan Gantar sedangkan kecamatan yang paling dekat adalah Kecamatan Indramayu. Jarak masing-masing ibukota kecamatan dengan Ibukota Kabupaten Indramayu secara rinci diuraikan pada tabel berikut Tabel 6.4 Nama Ibu Kota Kecamatan dan Jarak Masing-Masing ke Ibukota Kabupaten dan Ibukota Propinsi Jarak ke Ibukota
176
No
Kecamatan
Ibukota Kecamatan
1
Haurgeulis
Haurgeulis
63
223
2
Gantar
Gantar
71
215
3
Kroya
Kroya
48
213
4
Gabuswetan
Gabuswetan
42
207
5
Cikedung
Rajasinga
34
195
6
Terisi
Terisi
32
193
7
Lelea
Lelea
16
177
8
Bangodua
Bangodua
28
174
9
Tukdana
Tukdana
24
170
10
Widasari
Widasari
20
166
11
Kertasemaya
Tulungagung
26
154
12
Sukagumiwang
Sukagumiwang
34
146
13
Krangkeng
Krangkeng
28
185
14
Karangampel
Karangampel
22
179
15
Kedokanbunder
Kedokanbunder
27
184
16
Juntinyuat
Juntikebon
17
184
17
Sliyeg
Sliyeg
21
170
18
Jatibarang
Bulak
17
163
19
Balongan
Balongan
8
188
20
Indramayu
Margadadi
0
180
21 22 23 24
Sindang Pasekan Cantigi Lohbener
Sindang Pasekan Panyingkiran Kidul Lohbener
2 4 14 10
178 184 190 170
4
Kabupaten (KM)
Propinsi (KM)
Sumber : Rencana Pembanguna Jangka Menengah Kabupaten Indramayu 2006-2010
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
25 26 27 28 29 30 31
Arahan Losarang Kandanghaur Bongas Anjatan Sukra Patrol
Arahan Lor Jangga Eretanwetan Margamulya Anjatan Sukra Patrol
17 24 33 46 50 52 59
178 185 194 207 210 215 222
Sumber : Indramayu dalam Angka, 2006 Aspek Kependudukan Berdasarkan pencatatan pada akhir tahun 2006, jumlah penduduk Kabupaten Indramayu mencapai 1.709.128 jiwa, terdiri dari 870.895 jiwa (50,96 persen) laki-laki dan 838.233 jiwa (49,04 persen) perempuan. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Indramayu (101.723 jiwa) sedangkan jumlah penduduk tersedikit berada di Kecamatan Pasekan (23.133 jiwa). Sebaran jumlah penduduk berdasarkan kecamatan, pada akhir tahun 2006 dapat dilihat pada tebel berikut ini. Tabel 6.5 Sebaran Jumlah Penduduk di Tiap Kecamatan, berdasarkan hasil pendataan pada akhir tahun 2006 No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Haurgeulis Gantar Kroya Gabuswetan Cikedung Terisi Lelea Bangodua Tukdana Widasari Kertasemaya Sukagumiwang Krangkeng Karangampel Kedokanbunder Juntinyuat Sliyeg Jatibarang Balongan Indramayu Sindang Pasekan Cantigi Lohbener Arahan Losarang Kandanghaur Bongas Anjatan Sukra Patrol
91,041 65,210 62,411 57,681 38,876 52,287 48,730 27,694 53,298 35,175 59,178 34,268 66,386 63,543 43,930 82,760 58,966 70,466 39,766 101,723 49,918 23,713 23,133 54,481 33,364 56,666 84,881 45,448 85,653 44,940 53,542
Jumlah Penduduk (jiwa)
Jumlah
1,709,128
177
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Potensi Ekonomi Daerah Kondisi geografis Kabupaten Indramayu yang berada pada jalur pantura yang merupakan jalur utama perekonomian nasional, sangat potensial bagi laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi ini di satu sisi sangat dipengaruhi oleh potensi sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Indramayu. Potensi alam yang sangat strategis dalam pengembangan perekonomian adalah potensi kewilayahan, di samping memiliki areal yang luas juga jenis tanahnya subur dan mengandung gas serta minyak. Luas wilayah Kabupaten Indramayu tercatat seluas 204.011 Ha terdiri atas 115,029 Ha (56,38 persen) tanah sawah terdiri dari: irigasi teknis sebesar 70.304 Ha, 15.235 Ha setengah teknis, 2.770 Ha irigasi sederhana PU dan 2.208 Ha irigasi non PU, dimana 22.130 Ha di antaranya adalah sawah tadah hujan. Sedangkan luas tanah kering di Kabupaten Indaramayu tercatat seluas 88.982 Ha atau sebesar 43,62 persen. Sumber daya alam lainnya yang tidak kalah penting dan potensial memengaruhi tatanan budaya dan pola hidup masyarakat, di antaranya ketersediaan air. Air yang ada di Kabupaten Indramayu meliputi air permukaan dan air tanah. Sesuai kebiajakan penyediaan air baku untuk irigasi, maka di Kabupaten Indramayu dibagi menjadi dua bagian layanan irigasi, yaitu daerah irigasi yang mendapat pasokan air dari Bendung Rentang, DI Cipanas I, DI Cipanas II dan bendung-bendung kecil lainnya berada di bawah pengelolaan Dinas Pengairan Kabupaten Indramayu, sedangkan daerah irigasi yang mendapatkan pasokan air dari sistem Waduk Jatiluhur di bawah pengelolaan PJT II Jatiluhur Seksi Patrol.
178
Ketersediaan air baku baik yang berasal dari pengairan irigasi sangat potensial untuk pengembangan pertanian dan budidaya perikanan maupun serapan laut di sepanjang pantai 114 KM yang baik pula untuk pengembangan perikanan jenis tertentu seperti udang, bandeng dan jenis ikan lainnya yang sejenis. Dengan pantai yang panjang tersebut juga berpotensi untuk memfasilitasi para nelayan mengakses penangkapan ikan di perairan laut. Pada tahun 2005 dengan jumlah pengelola kegiatan perikanan sebanyak 68.166 orang, tercatat hasil tangkapan sebanyak 97.961 ton atau naik 6,52 persen bila dibandingkan dengan produksi tahun 2004 yang mencapai 91.968 ton. Hasil laut di Indramayu yang memiliki potensi dikembangkan adalah bawal putih, sirip hiu, tulang hiu, tenggiri, ikan mayung, rajungan, kakap merah, teri nasi, cumi-cumi dan kuniran. Sedangkan untuk perikanan darat adalah udang windu bandeng. Selain itu saat ini di Indramayu tepatnya di Kecamatan Cantigi juga telah dikembangkan budidaya biota laut berupa budidaya rumput laut yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri pengelolaan. Saat ini pemerintah Kabupaten Indramayu telah mengembangkan kawasan industri terbatas Balongan serta industri di wilayah Losarang, Kandanghaur dan Sukra dalam rangka mengembangkan industri hilir migas dan manufaktur serta pusat pembangkit tenaga listrik hilir migas dan manufaktur serta pusat pembangkit tenaga listrik dari batubara, sehingga dengan dikembangkannya zona industri dan kawasan terbatas ini diharapkan akan dapat memberikan multipliyer effect terhadap berkembangnya kegiatan lain seperti perdagangan dan jasa. Jumlah industri sedang pada tahun 2005 adalah 330 unit usaha, jauh meningkat dibandingkan pada tahun 2004, yaitu sebanyak 131 unit usaha Industri kecil kerajinan di Kabupaten Indramayu saat ini telah berkembang pesat, hal ini disebabkan adanya aspek budaya serta nilai seni dalam setiap kerajinan yang dihasilkan. Dimana aspekaspek tersebut saat ini berkembang dan juga diarahkan kepada aspek ekonomi rakyat. Pelbagai aspek tersebut saat ini berkembang dan juga diarahkan kepada aspek ekonomi dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat. Industri kecil batik Indramayu merupakan salah satu industri kerajinan yang cukup berkembang dan memiliki prosepek investasi yang cukup menjanjikan. Motif batik klasik Indramayu terdapat 190 jenis motif, yang telah didaftarkan hak ciptanya 143 jenis motif, 50 jenis motif telah mendapatkan sertifikat hak cipta, dan 93 jenis motif lagi sedang dalam proses
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
penyelesaian. Seiring dengan perkembangan zaman, motif batik tersebut telah berkembang sesuai perkembangan yang ada. Batik Indramayu memiliki peluang pasar yang sangat luas, saat ini wilayah pemasaran hasil produksinya tidak hanya pasar domestik saja tetapi hingga pasar luar negeri yaitu Jepang, Malaysia, Kanada dan Amerika. Lokasi sentra produksi yang berpotensi dikembangkan adalah Kelurahan Paoman dan Desa Pabean Udik di Kecamatan Indramayu, serta Desa Penganjang, Desa Babadan dan Desa Terusan di Kecamatan Sindang. Kerangka Hukum dan Kelembagaan Perijinan Latar Belakang Pembentukan Dinas Perijinan dan Penanaman Modal Dinas Perijinan dan Penanaman Modal (DPPM) dibentuk pada 2 Februari 2007, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 sebagai bentuk implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Layanan Terpadu Satu Pintu, dengan tugas pokok melaksanakan kewenangan pemerintah di bidang perijinan dan penanaman modal. (Hal 1, Rencana Strategis DPPM 2006-2010) Pembentukan DPPM, terutama dilandasi alasan lambatnya investasi pembangunan di Kabupaten Indramayu. Satu hal yang disebut sebagai penyebab lambatnya investasi ini adalah proses perijinan yang terlalu panjang, lama, melalui berbagai ‘pintu’ dan mahal. Alasan lain adalah tuntutan efektivitas pelayan publik Dinas Perijinan dan Penanaman Modal Kabupaten Indramayu dalam menyelenggarakan dan melaksanakan tugas, fungsi dan kewenangannya didasarkan pada: Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pembentukan Dinas Perijinan dan Penanaman Modal Kabupaten Indramayu Peraturan Bupati Indramayu Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Ruang Kerja Dinas Perijinan dan Penanaman Modal Kabupaten Indramayu Peraturan Bupati Indramayu Nomor 3 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Layanan Perijinan pada Dinas Perijinan dan Penanaman Modal Kabupaten Indramayu Peraturan Bupati Indramayu Nomor 7 tahun 2007 tentang Pakaian Harian Pegawai di Lingkungan Dinas Perijinan dan Penanaman Modal Kabupaten Indramayu.
179
Visi, Misi dan DPPM Visi Dinas Perijinan dan Penanaman Modal (berdasarkan Rencana Strategis Dinas dan Penanaman Modal Kabupaten Indramayu) tahun 2006-2010 adalah “Mewujudkan Layanan Prima Perijinan Terpadu sebagai Pendorong Peningkatan Invetasi”. Sebagai upaya mewujudkan visi tersebut, Dinas Perijinan dan Penanaman Modal Kabupaten Indramayu telah menetapkan tiga misi utama yakni: Meningkatkan profesionalisme SDM Dinas Perijinan dan Penanaman Modal Memberikan layanan prima kepada masyarakat Meningkatkan kerja sama promosi dan pengembangan investasi. Sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 2 Tahun 2007, Susunan Organisasi DPPM digambarkan sebagai berikut:
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Bagan 6.2 Struktur Organisasi DPPM Kab. Indramayu KEPALA
KA BAG TU
Jabatan Fungsional
KASUBBAG
KABID BINA PROGRAM
Kasi Perencanaan,evaluasi & Pelaporan Kasi Penelitian & Pengembangan
KASUBBAG KEUANGAN
Kabid Penanaman Modal
KABID PERIJINAN
Kasi Layanan Perijinan
Kasi Pengembangan, Pengawasan dan Pengendalian investasi
Kasi Penanganan & Pengaduan
Kasi Informasi, Promosi, dan kerjasama Investasi UPTD
180
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2Tahun 2007, Dinas Perijinan dan Penanaman Modal Kabupaten Indramayu sebagai unsur penunjang dan pelaksana pemerintah yang berarda di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Indramayu melalui Sekretaris Daerah, memiliki tugas pokok melaksanakan kewenangan pemerintah daerah di bidang perijinan dan penanaman modal Sejalan dengan tugas pokok tersebut, DPPM memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Perumusan kebijakan dalam layanan perijinan, pertumbuhan dan perkembangan kegiatan penanaman modal 2. Perumusan perencanaan teknis, pelaksanaan koordinasi, pengendalian dan pengawasan di bidang perijinan dan penanaman modal 3. Pelaksanaan teknis operasional layanan di bidang perijinan dan penanaman modal 4. Pelaksanaan layanan teknis administrasi ketatausahaan 5. Pelaksanaan pengelolaan UPTS 6. Pelaksanaan kegiatan lain di bidang perijinan dan penanaman modal sesuai kebijakan Bupati Sesuai peraturan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 2 tahun 2007 tentang pembentukan Dinas Perijinan dan Penanaman Modal Kabupaten Indramayu dan Peraturan Bupati nomor 3 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Dinas Perijinan dan Penanaman Modal Kabupaten Indramayu, Pemerintah Kabupaten Indramayu telah menerapkan Penyelenggaraan Layanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP). Dalam hal ini, penyelenggaraan perijinan yang proses pengelolaannya (mulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap penerbitan dokumen) dilakukan secara terpadu dalam satu tempat dengan menganut prinsip kederhanaan, transparan, akuntabel, dan menjamin kepastian biaya, waktu serta kejelasan prosedur. Sejalan dengan prinsip layanan terpadu satu pintu, kewenangan jenis perijinan yang dilayani DPPM terdiri dari 44 jenis layanan, sebagaimana diuraikan pada tabel berikut ini.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Tabel 6.6 Jenis-Jenis Perijinan yang Dilayani DPPM Kab.Indramayu No
Jenis
Dasar Hukum
1
Surat Ijin Prinsip
Perbub No.3 Tahun 2007
2
Surat Ijin Usaha Perdagangan
Perda No.26 Tahun 2001
3
Surat Ijin Usaha Industri
Perda No. 27 Tahun 2001
4
Surat Ijin Tenpat Usaha
Perda No. 1 Tahun 2004
5
Surat Ijin Gangguan/HO
Idem
6
Tanda Daftar Perusahaan
Perda No. 29 Tahun 2001
7
Surat Ijin Mendirikan Bangunan
Perda No. 2 Tahun 2001
8
Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi
Perda No. 13 Tahun 2006
9
Surat Ijin Mendirikan Rumah Sakit
Perda No. 21 Tahun 2002
10
Surat Ijin Mendirikan Laboratorium Swasta
Idem
11
Surat Ijin Mendirikan Toko Obat
Idem
12
Surat Ijin Mendirikan Apotik
Idem
13
Surat Ijin Mendirikan Balai Pengobatan Swasta
Idem
14
Surat Ijin Mendirikan Klinik Radiologi Swasta
Idem
15
Surat Ijin Mendirikan Rumah Sakit Swasta
Idem
16
Surat Ijin Pertambangan Umum
Perda No. 3 Tahun 2002
17
Surat Ijin Pembukaan Kantor Perwakilan Perusahaan Di Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi
Idem
18
Surat ijin Mendirikan SPBU, Depot Lokal/Pangkalan Minyak Tanah
Idem
19
Surat Ijin Pengumpulan dan Penyaluran Pelumas Bekas
Idem
20
Surat Ijin Penunjang Tenaga listrik
Idem
21
Surat Ijin Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Sendiri
Perda No.5 Tahun 2002
22
Surat Ijin Pengambilan Air Bawah Tanah
Perda No.4 Tahun 2002
23
Surat Ijin Pengeboran Air Bawah Tanah
Idem
24
Surat Ijin Eksplorasi Air Bawah Tanah
Idem
25
Surat Ijin Lokasi
Perda No.8 Tahun 2003
26
Surat Ijin Penetapan Lokasi
Perda No.3 Tahun 2007
27
Surat Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah
Perda No.9 Tahun 2002
28
Surat Ijin Pengesahan SitePlan
Perda No.3 Tahun 2007
29
Surat Ijin Rumah Potong/Pasar Hewan
Perda No.12 Tahun 2002
30
Surat Ijin Usaha Peternakan
Idem
31
Surat Ijin Usaha Jasa Pariwisata
Perda No.12 tahun 2006
32
Surat Ijin Pengusahaan Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata
Idem
33
Surat Ijin Usaha Pengediaan Akomodasi
Idem
34
Surat Ijin Penyediaan Makanan dan Minuman
Idem
35
Surat Ijin Penyediaan Angkutan Wisata
Idem
36
Surat Ijin Penyediaan Sarana Wisata Tirta
Idem
37
Surat Ijin Pengusahaan Sanggar Kesenian Komersial
Idem
38
Surat Ijin Pengusahaan Angkutan
Perda No. 4 tahun 2005
39
Surat Ijin Trayek
Idem
40
Surat Ijin Usaha Perikanan
Perda No.10 Tahun 1998
41
Surat Ijin Usaha Pembenihan Udang
Perda No.16 Tahun 2005
42
Surat Ijin Usaha Budidaya Tambak Dan Tempat Penjualan Hasil Tambak
Idem
43
Surat Ijin Usaha Pengelolaan Hasil Ikan
Idem
44
Surat Ijin Penyelenggaraan Reklame
Perbup No.3 Tahun 2007
181
Jumlah layanan perijinan sampai akhir tahun 2007 telah diterbitkan 7.455 dokumen. Sedangkan retribusi akhir tahun 2007 Rp 1.993.342.861 dari target Rp 1.603.444.500 hasil capaian (124,32 persen).
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Penghargaan yang telah diperoleh atas prestasi penyelenggaraan layanan terpadu (satu Pintu (PPTSP), berdasarkan peraturan menteri dalam negeri Nomor 24 tahun 2006 sebagai berikut: 1. Berdasarkan Surat dari Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah/Regional Autonomy Watch (KPPOD) yang bekerjasama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Nomor Ref.Ext-0771-280907, perihal penilaian untuk pemberian penghargaan instansi layanan terpadu satu pintu Kab/Kota Terbaik 2007 bahwa Kabupaten Indramayu telah ditetapkan menjadi 20 besar dari 150 Daerah Penyelenggara Layanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP). 2. Berdasarkan Surat dari Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 022/499/org. Tanggal 27 November 2007 Kabupaten Indramayu telah menerima Penghargaan dari Gubernur Jawa Barat sebagai wujud komitmen bupati/walikota yang telah menyelenggarakan Layanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) diserahkan kepada Bupati Indramayu, 29 November 2007, di Bandung.
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG LAYANAN IMB DI KAB. INDRAMAYU Profil Responden Total responden yang disurvei berjumlah 345 orang. Secara detail, profil responden dibagi berdasarkan beberapa kategori, yakni komposisi berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan jumlah pengeluaran bulanan.
182
Menurut jenis kelamin, seperti nampak pada grafik 6.1, dari total sample yang disurvei, sebagian besar responden adalah laki-laki atau sebanyak 256 orang (74 persen) dan responden perempuan 90 orang (26 persen). Hal ini menunjukkan, pengurusan ijin lebih banyak dilakukan oleh kaum lakilaki yang menurut suatu pemahaman tertentu (patriaki), laki-laki dianggap sebagai kepala rumah tangga. Grafik 6.1 Komposisi Responden Menurut Jenis Kelamin
Komposisi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden (29 persen) berpendidikan S-1/lebih tinggi, 24 persen tamat D-3/Diploma, 19 persen tamat SLTA/sederajat, sementara sisanya tamat SD (9 persen) dan tidak pernah bersekolah 5% (Grafik 6.2). Dari komposisi tersebut, terlihat sebagian besar responden (di atas 50 persen berpendidikan menengah ke atas.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Grafik 6.2 Komposisi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Komposisi Menurut Jenis Pekerjaan Berdasarkan mata pencaharian/pekerjaan sebagian besar responden yang disurvei terdiri dari dua kategori, pertama, kategori besar yaitu 30 persen adalah PNS, 28 persen pemilik toko/pengusaha. Sementara lainnya terdiri dari 12 persen karyawan/pegawai swasta, 7 persen petani/buruh tani dan kedua, kategori kecil meliputi pensiunan PNS 3 persen TNI/Polri 1 persen. Pemilik hotel/ restaurant/penginapan 1 persen, eksportir/pedagang besar 1 persen, pedagang kecil/asongan 1 persen. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 6.7 Komposisi Responden Menurut Jenis Pekerjaan No.
Jenis Pekerjaan Petani/ Buruh tani Nelayan Peternak Buruh bangunan Pedagang kecil/ Asongan PNS Karyawan/ Pegawai swasta Pensiunan tentara/ polisi Pengusaha/ pemilik toko Eksportir/ Pedagang besar Pemilik hotel/ restoran/wisma/ penginapan Pensiunan PNS Polisi/ Tentara Lain-lain Jumlah
Jumlah 24 0 0 1 5 103 42 0 98 2 4 10 2 54 345
Prosentase 6,96 0,00 0,00 0,29 1,45 29,86 12,17 0,00 28,41 0,58 1,16 2,90 0,58 15,65 100
183
Komposisi Responden Berdasarkan Besaran Pengeluaran Komposisi responden berdasarkan pengeluaran dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6.8 Komposisi Responden Menurut Rata-rata Pengeluaran Bulanan No.
Rata-rata Pengeluaran Bulanan
Jumlah
Prosentase
1. 2. 3. 4. 5. 6. Jumlah
≤ 500.000 Antara 500.000-1.000.000 Antara 1.000.000-5.000.000 Antara 5.000.000-10.000.000 Antara 10.000.000-20.000.000 >20.000.000
6 45 247 23 7 7 345
1,74 13,04 71,59 6,67 2,03 2,03 100
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Pemahaman Masyarakat tentang Layanan IMB Kapan Terakhir Mengurus IMB Pada grafik 6.3 sebagian besar responden (43 persen), merupakan responden yang mengurus IMB lebih dari 1 tahun yang lalu, 24 persen mengurus IMB antara 6-9 bulan yang lalu, 16 persen mengurus IMB antara 3-6 bulan yang lalu dan 17 persen yang mengurus IMB kurang dari 3 bulan sebelum pelaksanaan survei ini. Secara lengkap, persentase pengurusan IMB berdasarkan waktu (kapan) masyarakat menguruskan IMB, melalaui Dinas Perijinan dan Penanaman Modal. Grafik 6.3 Waktu Terakhir Mengurus IMB
184
Klasifikasi Bangunan Tabel 6.9 menggambarkan kelompok responden yang didasarkan pada klasifikasi bangunan klasifikasi. Dari hasil survei menunjukkan sebagian besar (27 persen) merupakan bangunan umum dengan luas bangunan antara 100-300m2., 17 persen merupakan bangunan hunian dengan luas antara 100-300m2 ,11 persen merupakan bangunan umum dan hunian. Tabel 6.9 Klasifikasi Bangunan Klasifikasi bangunan No
Umum
Luas bangunan
Jlm
Hunian
%
Jlm
Umum & Hunian %
Jlm
%
Instalasi Jlm
%
1
< 100 m2
41
11.88
32
9.28
20
5.80
0
0
2
100 – 300 m2
93
26.96
60
17.39
37
10.72
0
0
3
2
300 – 500 m
23
6.67
4
1.16
10
2.90
1
0.29
4
> 500 m2
10
2.90
3
0.87
1
0.29
1
0.29
9
2,61
Tidak Menjawab
Alasan Mengurus IMB Pada grafik 6.4 sebagian besar responden (64 persen) memberikan alasan mengurus IMB hanya untuk memenuhi aturan yang berlaku, 26 persen responden mengurus IMB atas kesadaran sendiri, sementara 10 persen mengurus IMB dengan alasan menjamin keamanan bangunan (agar tidak digusur). Meski demikian, lebih dari 90 persen responden mengatakan bahwa tetap penting membuat IMB.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Grafik 6.4 Alasan Mengurus IMB
Penting Tidaknya Mengurus IMB Pada grafik 6.5 dari total responden yang menjawab penting/tidaknya mengurus IMB, sebanyak 92 persen menjawab ya, 6 persen menjawab tidak dan sisanya sebanyak 2 persen tidak menjawab pertanyaan. Grafik 6.5 Tingkat Kepentingan Mengurus IMB
185
Cara Mengurus IMB Pada grafik 6.6, sebagian besar responden (69 persen) menggunakan jasa penghubung dalam mengurus IMB, sementara 31 persen responden mengurus sendiri. Grafik 6.6 Cara Mengurus IMB
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Jawaban Responden yang Mengurus Sendiri Pengetahuan Tentang Syarat Pengurusan IMB Meskipun mengurus sendiri, sebagian besar responden tidak memberikan jawaban dan menjawab tidak tahu tentang persyaratan mengurus IMB. Hal ini menunjukkan masih lemahnya pengetahuan masyarakat responden terhadap pengurusan IMB yang disediakan Dinas Perijinan dan Penanaman Modal. Pada grafik 6.7, 69 persen responden tidak memberikan jawaban, 25 persen yang menyatakan bahwa mereka mengetahui syarat-syarat mengurus IMB dan 6 persen menjawab tidak tahu. Grafik 6.7 Pengetahuan Tentang Syarat Pengurusan IMB
186 Pengetahuan Tentang Tahapan Mengurus IMB Pada grafik 3.8 69 persen responden tidak memberikan jawaban, 25 persen menyatakan bahwa mereka mengetahui tahapan pengurusan IMB dan 6,38 persen menyatakan tidak tahu tahapan mengurus IMB. Grafik 6.8 Pengetahuan Tentang Tahapan Pengurusan IMB
Kapan Mengurus IMB Berdasarkan aturan yang berlaku, seharusnya pengurusan IMB dilakukan sebelum pembangunan dimulai. Akan tetapi, pada grafik 6.9, sebagian besar responden (44 persen) mengurus IMB setelah selesai membangun, 31 persen responden mengurus IMB bersamaan dengan proses
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
mendirikan bangunan dan hanya 25 persen dari total responden yang menyatakan bahwa mereka menguruskan IMB sebelum mulai mendirikan bangunan. Grafik 6.9 Waktu Mengurus IMB
Dari tujuh persyaratan pengurusan IMB, sebagian besar responden (70 persen) menjawab mudah dipenuhi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Grafik 6.10 Tingkat Kesulitan/Kemudahan Pemenuhan Syarat Pengurusan IMB
187
Tingkat Kemudahan/Kesulitan Melalui Tahapan Proses Pengurusan IMB Pada grafik 6.11 sebagian besar responden (85 persen) menyatakan bahwa semua tahapan proses pengurusan IMB mudah dipunuhi. Bahkan ada tahapan yang dinyatakan 100 persen mudah dipenuhi yakni pengambilan dan pengisian formulir permohonan pengurusan IMB. Grafik 6.11 Tingkat Kesulitan/Kemudahan melalui Tahapan Proses Pengurusan IMB
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Informasi Tentang Biaya Pengurusan IMB Pada grafik 6.12 sebagian besar responden (56 persen) menyatakan bahwa mereka pernah mendapatkan informasi yang jelas tentang biaya-biaya pengurusan IMB, sedangkan 44 persen yang lain mengatakan, tidak pernah mendapatkan informasi tentang jenis-jenis biaya pengurusan IMB. Grafik 6.12 Pengetahuan Jenis Biaya Pengurusan IMB
188
Besaran Biaya Pengurusan IMB Pada tabel 6.10 diuraikan bahwa besaran biaya pengurusan IMB yang dikeluarkan responden bervarias mulai dari yang lebih kecil dari Rp 500.000 (31,18 persen) sampai yang paling tinggi, Rp 20.000.000 (1,08 persen). Tabel 6.10 Biaya Pengurusan IMB Biaya Administrasi
Biaya Gambar
Biaya Retribusi
Total
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
≤ 500.000
2
50
3
75
2
100
29
Antara 500.000 – 1.000.000
2
50
1
25
0
0
32
34,41
Antara 1.000.000 – 5.000.000
0
0
26
27,96
Antara 5.000.000 – 10.000.000
0
0
4
4,30
Antara 10.000.000-20.000.000
0
0
1
1,08
>20.000.000
0
0
1
1,08
93
100
4
4
2
%
Pungutan-Pungutan Lain Selain Biaya Resmi. Selain biaya resmi, indikasi adanya pungutan lain masih dialami responden meskipun hanya delapan persen (10 orang) dari total responden yang disurvei. Pada grafik 6.13 dapat lihat bahwa 81 persen (87 orang) menjawab tidak ada pungutan tidak resmi yang diminta kepada mereka, 12 persen (13 orang) responden tidak memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Sedangkan tujuh persen (delapan orang) responden menjawab ada pungutan liar.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Grafik 6.13 Pungutan Tidak Resmi
Jenis dan Besaran Pungutan Tidak Resmi Pada grafik 6.14 sebagian besar respoden, yaitu 87 persen (94 orang) tidak menjawab pertanyaan ini. Ada lima persen (lima orang) responden menjawab untuk lain-lain, empat persen untuk transportasi, kuwu/camat dan satu persen untuk gambar. Grafik 6.14 Jenis Pungutan Tidak Resmi IMB
189
Pada grafik 6.15 dari total responden yang menjawab ada pungutan lain di luar pungutan resmi, 38 persen responden menjawab besaran antara Rp 50.000-Rp100.000, 31 persen responden kurang atau sama dengan Rp 50.000. Terdapat 23 persen responden menjawab Rp 100.000-Rp 500.000, serta delapan persen responden menjawab lebih besar dari Rp 500.000. Grafik 6.15 Besar Pungutan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Ada dan Tidak Ada Pungutan Tidak Resmi Ditahapan Pengajuan IMB Dari total responden yang menjawab ada pungutan di luar pungutan resm pada tahap pengurusan IMB. Pada tabel 6.11 menunjukan bahwa 62 persen responden menjawab pungutan tidak resmi terjadi pada pengambilan SK IMB, 53 persen responden menjawab pada saat pengecekan lapangan oleh petugas dan pembuatan gambar situasi dan gambar perencanaan bangunan. Sebaliknya tidak ada pungutan terjadi pada saat pengambilan dan pengisian formulir sama sekali tidak terjadi pungutan liar atau 100 persen respon menjawab tidak ada pungutan, diikuti pada saat melengkapi syarat pengajian sebesar 71 persen. Tabel 6.11 Biaya Tidak Resmi Dalam Setiap Tahapan Pengurusa IMB Ada
190
Tidak
Total
Jml
%
Jml
%
Jml
Pengambilan dan pengisian formulir permohonan
0
0
6
100
6
Melengkapi persyaratan pengajuan
2
28,57
5
71,43
7
Pengembalian formulir
0
0
6
100
6
Pemeriksaan persyaratan
3
33,33
6
66,67
9
Pengecekan lapangan oleh petugas
5
55,56
4
44,44
9
Pembuatan gambar situasi dan gambar rencana bangunan
5
55,56
4
44,44
9
Perhitungan dan penetapan biaya retribusi
2
28,57
5
71,43
7
Pembayaran biaya pengurusan dan retribusi
1
14,29
6
85,71
7
Pengambilan SK IMB
5
62,50
3
37,50
8
Lamanya Mengurus IMB Pada grafik 6.16 sebagian besar responden (47 persen) menjawab lebih dari 14 hari, 36 persen (39 orang) responden menjawab kurang dari 14 hari, 13 persen (14 orang) responden menjawab tepat 14 hari dan empat persen responden (empat orang) tidak memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Grafik 6.16 Waktu Pengurusan IMB
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Menyangkut tingkat kepuasan setelah melalui semua tahapan pengurusan IMB, tabel 6.12 sebagian besar responden (94 persen) menjawab puas karena alasan syarat mudah dipenuhi, 88 persen responden puas karena alasan kompetensi petugas, 74 persen responden menjawab puas karena biaya murah. Alasan responden tidak puas, 36 persen responden menjawab tidak puas karena alasan tidak tepat waktu, 26 persen responden menjawab karena alasan biaya murah, dan 12 persen responden menjawab tidak puas karena faktor kompetensi dan keramahan petugas. Tabel 6.12 Kepuasan Dan Alasan Terhadap Proses Pengurusan
Puas Jumlah
Tidak Puas %
Jumlah
%
Syarat & proses mudah dipenuhi
49
94,23
3
5,77
Tepat waktu
25
64,10
14
35,90
Biaya murah
14
73,68
5
26,32
Petugas kompeten dan ramah
7
87,50
1
12,50
Total
95
23
Responden Yang Menggunakan Jasa Penghubung Penghubung yang digunakan dalam mengurus IMB, ditunjukkan pada grafik 3.15. Yaitu, sebesar 37 persen (128 orang) responden tidak menjawab pertanyaan ini, 29 persen (100 orang) responden menjawab petugas perijinan, 19 persen (66 orang) menjawab menggunakan jasa saudara atau teman, sedangkan sembilan persen (32 orang) responden menggunakan biro jasa. Sisanya, enam persen responden menjawab aparat desa atau camat.
191
Grafik 6.17 Penghubung Yang Digunakan Dalam Mengurus IMB
Grafik 6.18, menunjukkan alasan penggunaan jasa penghubung dalam pengurusan IMB. Sebagian besar responden (42 persen) menggunakan jasa penghubung, karena tidak cukup waktu mengurus sendiri, 36 persen menjawab tidak paham prosedur sedangan alasan untuk cepat dan mudah hanya sebesar 22 persen.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Grafik 6.18 Alasan Menggunakan Jasa Penghubung
192
Persyaratan yang diminta oleh penghubung untuk mengurus IMB, dari tujuh persyaratan yang dibutuhkan, secara umum responden diminta syarat-syaratnya. Tabel 6.13, menunjukkan 96,98 persen responden menjawab diminta KTP yang masih berlaku dan salinan bukti kepemilikan tanah, sedangkan 3,2 persen lainnnya tidak diminta. Sementara itu, 64,79 persen responden diminta salinan ijin penggunan tanah, sedangkan 35,21 persen lainnya tidak diminta, 51,21 persen responden diminta salinan akte pendirian perusahaan sedangkan sisanya 48,79% responden tidak diminta. Sebanyak 96,52 persen responden diminta salinan kepemilikan tanah, sedangkan 3,48 persen responden tidak diminta. Sejumlah 90,43 persen responden diminta tanda pelunasan PBB tahun terakhir, sedangkan sisanya 9,57 persen responden tidak diminta. Sebanyak 83,48 persen responden diminta persetujuan ijin tetangga sedangkan 16,52 persen responden tidak diminta, 88,70 persen responden diminta gambar situasi dan gambar rencana bangunan yang telah diteliti dan disahkan oleh tenaga ahli sedangkan sisanya 11.30 persen responden tidak diminta. Tabel 6.13 Persyaratan Yang Diminta Penghubung Saat Mengurus IMB
Persyaratan Foto copy KTP pemohon yang masih berlaku Foto copy ijin/rekomendasi peruntukkan penggunaan tanah (untuk kegiatan komersial) Foto copy Akte Pendirian Perusahaan (untuk yang berbadan hukum) Foto copy bukti kepemilikan tanah Foto copy tanda pelunasan PBB tahun terakhir Persetujuan ijin tetangga Gambar situasi dan gambar rencana bangunan yang telah diteliti dan disahkan oleh Tenaga Ahli
Tidak Diminta
Total
Jml 225
Diminta % 96,98
Jml 7
% 3,02
Jml 232
138
64,79
75
35,21
213
106 222 208 192
51,21 96,52 90,43 83,48
101 8 22 38
48,79 3,48 9,57 16,52
207 230 230 230
204
88,70
26
11,30
230
Menyangkut keterlibatan pemohon yang menggunakan jasa penghubung dalam mengurus IMB, secara keseluruhan responden menjawab terlibat dalam pengurusan IMB yang menggunakan jasa penghubung. Pada tabel 6.14, tercatat 38 persen responden terlibat dalam pengambilan dan pengisian formulir permohonan sedangkan 63 persen responden tidak terlibat, 58 persen responden menjawab mereka terlibat dalam melengkapi persyaratan pengajuan, sedangkan 42 persen tidak terlibat. Sebanyak 14 persen responden mengaku terlibat dalam pengembalian formulir sedangkan 86 persen responden mengaku tidak terlibat. Sebanyak 26 persen responden, terlihat dalam pemeriksaan persyaratan, sedangkan 74 persen responden mengaku tidak terlibat. Sejumlah 56 persen responden menjawab terlibat dalam pengecekan lapangan oleh petugas sedangkan 44 persen responden menjawab tidak terlibat. Sebesar 26 persen responden terlibat
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
dalam pembuatan gambar dan situasi dan gambar rencana bangunan, sedangkan 74 persen responden tidak terlibat. Sebanyak 29 persen responden terlibat dalam penghitungan dan penetapan biaya retribusi sedangkan 71 persen responden tidak terlibat. Sebesar 39 persen responden menyatakan terlibat dalam pembayaran biaya pengurusan dan restribusi sedangkan 61 persen menyatakan tidak terlibat. Sejumlah 14 persen responden menjawab terlihat dalam pengambilan SK IMB, sedangkan 86 persen menyatakan tidak terlibat sama sekali. Tabel 6.14 Keterlibatan Pemohon Dalam Pengajuan IMB Melalui Penghubung Terlibat Tahapan Proses Pengurusan
Tidak Terlibat
Total
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
Pengambilan dan pengisian formulir permohonan
85
36,80
146
63,20
231
Melengkapi persyaratan pengajuan
132
57,89
96
42,11
228
Pengembalian formulir
31
13,66
196
86,34
227
Pemeriksaan persyaratan
58
25,66
168
74,34
226
Pengecekan lapangan oleh petugas
127
55,70
101
44,30
228
Pembuatan gambar situasi dan gambar rencana bangunan Perhitungan dan penetapan biaya retribusi Pembayaran biaya pengurusan dan retribusi
59
25,99
168
74,01
227
65
28,63
162
71,37
227
88
38,94
138
61,06
226
Pengambilan SK IMB
32
13,97
197
86,03
229
193
Pada tabel 6.15 dari total responden yang menjawab, menujukkan bahwa 47 persen responden menjawab besaran biaya yang dikeluarkan antara Rp 500.000-Rp 1.000.000, 25 persen responden menjawab antara Rp 1.000.000-Rp 5.000.0000, dan 23 persen responden menjawab kurang dari Rp 500.000. Tabel 6.15 Besaran Biaya Yang Dikeluarkan Melalui Penghubung
Jumlah
%
Jumlah
%
Biaya Retirbusi Jumlah
≤ 500.000
0
0
0
0
49
23,33
Antara 500.000 – 1.000.000
0
0
0
0
98
46,67
Antara 1.000.000 – 5.000.000
0
0
0
0
53
25,24
Antara 5.000.000 – 10.000.000
0
0
0
0
6
2,86
Antara 10.000.000-20.000.000
0
0
0
0
3
1,43
> 20.000.000
0
0
0
0
1
0,48
210
100
Biaya (Rp.)
Biaya Administrasi
Biaya Gambar
Total %
Pada grafik 6.19, sebanyak 50 persen responden menjawab tidak ada pungutan tidak resmi, 33 persen responden menjawab tidak tahu, sembilan persen responden menjawab ada, dan tujuh persen responden tidak menjawab.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Grafik 6.19 Pungutan Tidak Resmi
Pada grafik 6.20, menunjukkan bahwa jenis dan besaran pungutan tidak resmi sebagian besar responden (92 persen) tidak menjawab pertanyaan ini. Sedangkan enam persen responden menjawab untuk transportasi, sisanya satu persen responden menjawab lain-lain, rokok, dan uang lelah. Grafik 6.20 Jenis Pungutan
194
Adapun untuk besaran biaya, pada grafik 6.21, dari total responden yang menjawab, menujukkan bahwa 41 persen responden menjawab besaran pungutan kurang dari Rp 50.000, 30 persen responden menjawab antara Rp 50.000-Rp 100.000, dan 29 persen responden menjawab Rp 100.000-Rp 500.000. Grafik 6.21 Besaran Biaya Tidak Resmi
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Kisaran waktu yang dibutuhkan untuk pengurusan IMB, ditunjukkan pada grafik 6.22. Tercatat 47 persen responden menjawab lebih dari 14 hari, 30 persen responden menjawab kurang dari 14 hari, dan 17 persen responden menjawab 14 hari dan 6 persen responden tidak menjawab pertanyaan tersebut. Grafik 6.22 Waktu Mengurus IMB
Menyangkut alasan tingkat kepuasan, ditunjukkan pada grafik 6.23. Sebesar 73 persen responden menjawab puas, dan 27 persen responden menjawab tidak puas. Grafik 6. 23 Kepuasan Menggunakan Jasa Penghubung
195
Ketika ditanya megenai alasan kepuasan dan ketidakpuasan, maka pada tabel 6.16, 47 persen responden menjawab puas pada pemenuhan syarat dan proses, 31 persen responden menjawab puas karena tepat waktu, 15 persen responden menjawab puas karena biaya murah, dan tujuh persen responden menjawab petugas kompeten dan ramah. Sebaliknya 50% responden menjawab tidak puas karena tidak tepat waktu, 40% responden menjawab biaya mahal, enam persen responden menjawab petugas tidak kompeten dan kurang ramah, dan empat persen responden menjawab syarat dan proses sulit dipenuhi.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Tabel 6.16 Alasan Kepuasan Dan Ketidakpuasan Puas
Tidak Puas Jml
%
Jml
%
Syarat&proses mudah dipenuhi
92
46,70
Syarat&proses sulit dipenuhi
3
4,17
Tepat Waktu
62
31,47
Tidak tepat waktu
36
50,00
Biaya Murah
30
15,23
Biaya mahal
29
40,28
Petugas kompeten dan ramah
13
6,60
Petugas tidak kompeten dan kurang ramah.
4
5,56
197
100
72
100
Kapasitas dan Prilaku Petugas (Mengurus Sendiri) Keberadaan Petugas Di Kantor Pada tabel 6.17, dari jumlah responden yang menjawab, 91 persen responden menjawab petugas selalu berada di tempat, hanya sembilan persen responden yang menjawab petugas tidak berada di di tempat. Tabel 6.17 Keberadaan Petugas
196 Keberadaan Petugas
Jumlah
%
Ya,selalu berada di tempat
95
91,35
Tidak selalu berada di tempat
9
8,65
Total
104
100
Sikap Petugas Ketika Menerima Pemohon IMB Pada grafik 6.24, tercatat 98 persen responden menjawab ramah, hanya lima persen responden yang menjawab tidak ramah, sedangkan sisanya lima persen responden tidak menjawab. Grafik 6.24 Keramahan Sikap Petugas
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Kemampuan Petugas Dalam Memberikan Penjelasan Pada grafik 6.25, terhitung 75 persen responden menjawab petugas memiliki kemampuan memberikan penjelasan, 20 persen responden menjawab petugas tidak memiliki kemampuan, dan lima persen responden yang tidak menjawab pertanyaan ini. Grafik 6.25 Kemampuan Petugas Memberikan Penjelasan
Ketepatan waktu mengurus IMB oleh petugas, berdasarkan penilaian responden, ditunjukkan pada grafik 6.26. Dari 31 persen responden yang mengurus sendiri, 64 persen menyatakan petugas dari Dinas Perijinan dan Penanaman Modal dapat memenuhi ketentuan, dimana proses pengurusan IMB, hanya membutuhkan waktu 14 hari, 33 persen menjawab tidak dapat memenuhi ketentuan dan tujuh persen tidak menjawab pertanyaan.
197
Grafik 6.26 Ketepatan Waktu Petugas Dalam Mengurus IMB
Alasan puas dan tidak puas atas kapasitas dan prilaku petugas layanan IMB, dinampakkan pada grafik 6.27 memperlihatkan bahwa jawaban alasan kepuasan responden, 43 persen responden menjawab petugas ramah dan kompeten, 11 persen responden menjawab bahwa petugas tidak meminta biaya tambahan, dan tiga persen responden menjawab lain-lain.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Grafik 6.27 Alasan Kepuasan Responden
Pada grafik 6.28, jawaban alasan ketidakpuasan responden, 52 persen responden menjawab petugas tidak kompeten, 26 persen responden menjawab petugas tidak ramah, 13 persen responden meminta biaya tambahan, dan 9 persen responden menjawab lain-lain. Grafik 6.28 Alasan Ketidakpuasan Responden
198
Pengetahuan informasi tentang layanan IMB, dapat dicermati dalam grafik 6.29, 50 persen responden menyatakan tidak mengetahui adanya informasi tentang layanan IMB sedangkan 50 persen responden lagi menyatakan pernah mengetahui adanya informasi tentang layanan IMB. Grafik 6.29 Pengetahuan Tentang Informasi IMB
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Pada grafik 6.30, sebagian besar responden (69 persen) menyatakan tidak pernah mendapatkan informasi tentang layanan IMB, sementara 25 persen menyatakan pernah mendapatkan informasi IMB dan enam persen tidak memberikan jawaban. Grafik 6.30 Informasi Layanan IMB
Sementara itu, pada grafik 6.31, menggambarkan dari 25 persen responden yang menjawab pernah mendapat informasi, tujuh persen responden menjawab mendapatkan informasi melalui pengumuman, enam persen responden menjawab melalui koran lokal, enam persen responden menjawab melalui leaflet/brosur, sementara sisanya menjawab mendapatkan informasi melalui radio lokal, surat edaran, buku saku, pamflet, spanduk dan baliho.
199
Grafik 6.31 Media Untuk Mendapatkan Informasi IMB
Intensitas Pemberitaan Pada tabel 6.19, 18 persen responden mendapatkan informasi dari koran lokal setiap sekali dalam setahun, 50 persen setiap enam bulan sekali, 17 persen setiap tiga bulan sekali dan 33 persen setiap sebulan sekali. Responden yang mendapatkan informasi dari radio lokal sebanyak dua persen mendapatkan setiap setahun sekali, 25 persen setiap enam bulan sekali, 25 persen setiap tiga bulan sekali dan 24 persen setiap sebulan sekali.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Responden yang mendapat informasi dari pengumuman 23 persen setiap setahun sekali, 17 persen setiap tiga bulan sekali dan 20 persen setiap sebulan sekali. Responden yang mendapatkan informasi melalui leaflet/ brosur 27 persen setiap sekali dalam setahun, empat persen setiap enam bulan sekali dan 33 persen setiap sebulan sekali. Responden yang mendapat informasi dari surat edaran tujuh persen sekali dalam setahun. Responden yang mendapat informasi dari buku saku 14 persen sekali dalam setahun. Responden yang mendapatkan informasi dari pamflet lima persen setiap sebulan sekali. Tabel 6.19 Intensitas Pemberian Informasi 1 x dalam setahun
Media
200
Setiap 6 bulan sekali
Setiap 3 bulan sekali
Setiap sebulan sekali
Jml
Koran lokal Radio lokal Pengumuman Leaflet/ brosur Surat Edaran Buku saku Pamflet Spanduk Baliho
Jml 10 1 13 15 4 8 0 3 2
% 17,86 1,79 23,21 26,79 7,14 14,29 0,00 5,36 3,57
Jml 2 1 0 0 0 0 0 1 0
50 25 0 0 0 0 0 25 0
% 2 3 2 4 0 0 0 1 0
% 16,67 25,00 16,67 33,33 0,00 0,00 0,00 8,33 0,00
Jml 7 5 4 0 0 0 1 2 2
% 33,33 23,81 19,05 0,00 0,00 0,00 4,76 9,52 9,52
Jumlah
56
100
4
100
12
100
21
100
Pada tabel 6.20, dari total responden yang menjawab media informasi dari koran lokal, 40 persen menjawab lengkap dan 60 persen menjawab tidak lengkap. Responden yang menjawab dari pengumuman, 16 persen menjawab lengkap dan 84 persen menjawab kurang lengkap. Responden yang menjawab dari leaflet/brosur, 50 persen menjawab lengkap dan 50 persen lagi menjawab kurang lengkap. Responden yang menjawab surat edaran, menyatakan 19 persen lengkap dan 81 persen tidak lengkap. Responden yang menjawab buku saku 50 persen menyatakan lengkap dan 50 persen lagi menjawab kurang lengkap. Responden yang menjawab pamflet tujuh persen menyatakan lengkap dan 93 persen menyatakan kurang lengkap. Responden yang menjawab spanduk enam persen menyatakan lengkap dan 94 persen kurang lengkap. Sedangkan responden yang menjawab baliho enam persen menyatakan dan 94 persen menyatakan kurang lengkap. Tabel 6.20 Kelengkapan Informasi yang Disediakan Media Media Informasi
Lengkap
Koran lokal Radio lokal Pengumuman Leaflet / brosur Surat Edaran Buku saku Pamflet Spanduk Baligho
Jumlah 17 10 7 17 6 15 2 2 2
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Kurang Lengkap % 39,53 25,64 15,56 50,00 19,35 50,00 6,67 5,88 5,88
Jumlah 26 29 38 17 25 15 28 32 32
% 60,47 74,36 84,44 50,00 80,65 50,00 93,33 94,12 94,12
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Alasan puas/tidak puas terhadap layanan informasi tentang IMB, ditunjukkan pada grafik 6.32. Dari 27 persen responden yang mendapatkan informasi IMB, 80 persen menyatakan tidak puas dan 20 persen menyatakan puas. Sebanyak 43 persen menyatakan puas dengan alasan informasi tentang IMB yang mereka dapatkan mudah dipahami dan 65 persen responden menyatakan ketidakpuasannya, dikarenakan informasi IMB sulit didapatkan. Grafik 6.32 Respon Terhadap Layanan Informasi tentang IMB
Sedangkan 80 persen menyatakan tidak puas dan 20 persen menyatakan puas. 43 persen menyatakan puas dengan alasan informasi tentang IMB yang mereka dapatkan mudah dipahami dan 65 persen responden menyatakan ketidakpuasannya, dikarenakan informasi IMB sulit didapatkan. Grafik 6.33 Alasan Kepuasan
201
Grafik 6.34 Alasan Ketidakpuasan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Sementara itu, berkaitan dengan efektifnya media yang digunakan untuk menyosialisasikan IMB, 15,69 persen responden menjawab koran lokal sebagai media efektif, 14,74 persen menyatakan pengumuman sebagai media efektif sosialisasi, 11,81 persen menyatakan spanduk sebagai media efektif sosialisasi. Perihal mekanisme pengaduan masyarakat, pada grafik 3.34, menunjukkan 86 persen tidak memberikan pengaduan, 11 persen tidak menjawab pertanyaan dan sebayak tiga persen pernah memberikan pengaduan. Grafik 6.35 Pernah/ Tidaknya Memberikan Pengaduan
202 Sementara itu, dalam tahapan menyampaikan pengaduaan layanan pengurusan IMB, dari tiga persen responden yang pernah memberikan pengaduan terpetakan bahwa pengaduan paling besar disampaikan pada tahapan pengambilan SK IMB (25 persen) dan perhitungan dan penetapan biaya (16,67 persen). Sedangkan pada tahapan proses pengurusan IMB lainnya, rata-rata tingkat pengaduan hanya mencapai 8,33 persen. Secara lebih rinci, dapat dilihat pada tabel berikut. Grafik 6.36 Pengaduan Layanan Pengurusan IMB
Menyangkut cara menyampaikan pengaduan, dari 10 responden yang mengatakan pernah menyampaikan pengaduan, semuanya disampaikan secara langsung (lisan) kepada petugas perijinanan. Hal ini juga diperkuat oleh kenyataan bahwa hingga kini belum ada media pengaduan yang memudahkan masyarakat memberikan pengaduan (wawancara).
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Grafik 6.37 Cara Menyampaikan Pengaduan
Di pihak lain, menyinggung pemecahan masalah atas pengaduan, dari 11 responden yang mengadukan permasalahan, sebagian besar mendapatkan pemecahan masalah. Hanya pada perhitungan dan penetapan biaya restibusi dan pengambilan SK IMB yang tidak seluruhnya mendapatkan pemecahan masalah. Tabel 6.21 Pemecahan Masalah atas Pengaduan Masalah Pengambilan dan pengisian formulir permohonan Melengkapi persyaratan pengajuan Pengembalian formulir Pemeriksaan persyaratan Pengecekan lapangan oleh petugas Pembuatan gambar situasi dan gambar rencana bangunan Perhitungan dan penetapan biaya retribusi Pembayaran biaya pengurusan dan retribusi Pengambilan SK IMB
Ya Jumlah 1 1 1 1 1
% 100 100 100 100 100
Tidak Jumlah 0 0 0 0 0
1
100
0
0
1 1 3
33,33 100 60
2 0 2
66,67 0 40
% 0 0 0 0 0
203
Grafik 6.38 Pemecahan Masalah atas Pengaduan
Di pihak lain, perihal lamanya waktu penyelesaian masalah yang diajukan oleh pemohon IMB, meski hanya tiga persen dari total responden yang mengatakan bahwa mereka pernah memberikan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
pengaduan tapi nyatanya kasus yang mereka sampaikan baru terselesaikan setelah mereka menunggu lebih dari satu tahun. Dari tiga persen responden (10 orang), tersebut 60 persen tidak menjawab pertanyaan, 20 persen mengatakan bahwa kasus mereka baru ada penyelesaian setelah lewat satu tahun, 10 persen mengatakan antara satu-dua bulan dan hanya 10 persen mengatakan kasus mereka terselesaikan dalam waktu kurang dari satu bulan. Grafik 6.39 Lamanya Waktu Penyelesaian Masalah Yang Diajukan Oleh Pemohon IMB
204
Sementara menyoal alasan puas/tidak puas atas tanggapan terhadap pengaduan dalam layanan IMB, hal menarik yang diungkapkan di sini bahwa dari tiga persen responden yang memberikan pengaduan ada yang merasa puas dan ada juga yang merasa tidak puas. Sebanyak 30 persen menyatakan puas dan 70 persen menyatakan tidak puas. 57 persen responden mengatakan tidak puas karena tanggapan, 29 persen mengatakan puas karena masalah mereka terselesaikan dan ada 14 persen responden yang tidak puas karena sikap/perilaku petugas yang menurut mereka kurang ramah. Grafik 6.40 Alasan Puas/Tidak Puas atas atas tanggapan terhadap pengaduan dalam layanan IMB
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Grafik 6.41 Alasan Kepuasan
Grafik 6.42 Alasan Ketidakpuasan
205
Perlu tidaknya keterlibatan kuwu/kepala desa dan camat dalam proses pengurusan IMB, ditunjukkan pada grafik 6.43 kurang lebih 49 persen responden dari 346 yang disurvei menyatakan bahwa camat dan kuwu perlu dilibatkan, 41 persen menyatakan tidak perlu dan 10 persen tidak menjawab pertanyaan. Pernyataan tentang keterlibatan cama atau kuwu dalam pengurusan IMB lebih banyak disampaikan oleh responden yang berasal dari beberapa kecamatan yang jauh dari ibukota Kab. Indramayu seperti Arahan, Gantar, Haur Geulis, Patrol, Sukra.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Grafik 6.43 Perlu Tidaknya Keterlibatan Kuwu/Kepala Desa Dan Camat Dalam Proses Pengurusan IMB
206
1.1.1. Tahapan Dimana Kuwu/Camat Perlu Dilibatkan Keterlibatan kuwu/camat diharapkan lebih besar pada beberapa tahapan seperti pada saat pengambilan formulir (11,81 persen) melengkapi persyaratan pengajuan (29,75 persen), pemeriksaan persyaratan (12,45 persen) serta pengecekan lapangan oleh petugas (18,57 persen). Grafik 6.44 Tahapan Dimana Kuwu/ Camat perlu Dilibatkan
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
KERANGKA REFORMASI LAYANAN IMB DI INDRAMAYU Pertama, secara umum, dapat dikatakan bahwa masyarakat menyatakan puas terhadap layanan pengurusan IMB yang dikelola oleh DPPM. Hal ini didasarkan pada penilaian yang disampaikan oleh seluruh responden yang disurvei, baik yang mengurus sendiri (31 persen) maupun yang menggunakan jasa penghubung (69 persen) dalam mengurus IMB. Dari 108 responden yang mengurus sendiri 80,5 persen menyatakan puas atas kualitas layanan pengurusan IMB dengan berbagai alasan 51,58 persen menyatakan puas karena syarat dan proses pengurusan IMB mudah dipenuhi, 26,32 persen puas karena pengurusannya tepat waktu, 14,74 persen puas karena biaya murah dan 7,37 persen menyatakan puas karena petugas yang kompeten. Meski demikian ada sebesar 19,5 persen responden yang menyatakan tidak puas dengan berbagai alasan. Sejumlah 60,87 persen dari total responden yang menggunakan jasa penghubung, tidak puas karena pengurusan IMB tidak tepat waktu, 21,74 persen tidak puas karena biaya mahal, 13,04 persen tidak puas karena syarat dan proses tidak mudah dan hanya 4,35 persen yang tidak puas karena petuga tidak kompeten. Secara khusus, berkaitan dengan kapasitas dan perilaku petugas, dari 31 persen responden yang mengurus sendiri 80 persen menyatakan puas dan 20 persen menyatakan tidak puas. Berdasarkan alasan yang kepuasan maupun ketidakpuasan, terdapat beberapa kelompok responden. Sebanyak 43 persen menyatakan puas karena petugas ramah, 43 persen menyatakan puas karena petugas tanggap dan cekatan, 11 persen puas karena petugas tidak memungut biaya tambahan dan tiga persen puas karena beberapa alasan lain. Sebaliknya, dari 20 persen yang tidak puas, kebanyakan menganggap petugas kurang kompeten (52 persen), 26 persen tidak puas karena petugas tidak ramah, 13 persen tidak puas karena petugas masih memungut biaya tambahan dan 9 persen tidak puas karena alasan-alasan lain.
207
Berkenaan dengan proses sosialisasi atau transparansi informasi 80 persen dari total responden yang pernah mendapatkan informasi tentang layanan IMB menyatakan tidak puas dan hanya 20 persen yang menyatakan puas. Dari 80 persen (276) responden yang tidak puas terhadap sosialisasi informasi, 65 persen tidak puas karena informasi sulit didapatkan, 27 persen tidak puas karena informasi yang disampaikan kurang lengkap, enam persen tidak puas karena informasi yang disampaikan sulit dipahami dan dua persen tidak puas karena alasan lain. Dari 20 persen (69) responden yang puas, 42 persen menyatakan puas karena informasi yang disampaikan mudah dipahami, 39 persen menyatakan tidak puas karena informasi mudah diperoleh, 17 persen menyatakan puas karena informasi yang disampaikan cukup lengkap dan dua persen menyatakan puas karena alasan-alasan lain. Terkait dengan pengaduan masyarakat 86 persen dari total responden yang disurvei tidak memberikan pengaduan, 11 persen tidak menjawab pertanyaan dan sebanyak tiga persen yang pernah memberikan pengaduan. Dari tiga persen (10) responden yang pernah memberikan pengaduan, 70 persen menyatakan tidak puas terhadap tanggapan atas pengaduan yang mereka sampaikan dan hanya 30 persen yang menyatakan puas atas tanggapan yang diberikan. Dari 70 persen yang menyatakan tidak puas terhadap tanggapan atas pengaduan yang mereka berikan, 57 persen menyatakan tidak puas karena tanggapan yang lambat, 29 persen tidak puas karena masalah tidak terselesaikan, dan 14 persen tidak puas karena menurut mereka, petugas tidak ramah. Dari 30 persen yang menyatakan puas, 34 persen puas karena pengaduan mereka cepat ditanggapi, 33 persen menyatakan puas karena masalah yang mereka adukan dapat diselesaikan dan 33 persen lainnya puas karena berbagai alasan. Kedua, isu strategis menyangkut reformasi layanan pengurusan IMB. Berdasarkan hasil survei dan diskusi pendalaman hasil survei, terdapat beberapa catatan yang dapat dijadikan isu strategis dalam perbaikan layanan pengurusan IMB. Di antaranya:
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
a.
Pemahaman masyarakat tentang IMB ternyata masih rendah. Kebanyakan warga mengurus IMB hanya untuk memenuhi persyaratan administrative ketika berurusan dengan pihak lain tanpa ada pemahaman yang mendalam tentang mengapa mereka harus mengurus IMB. Hal ini ditunjukkan oleh hasil survei yang menyatakan bahwa 64 persen dari total responden yang disurvei mengurus IMB hanya untuk memenuhi aturan yang berlaku. Bahkan kebanyakan (44 persen dari total responden) mengurus IMB setelah bangunan didirikan. Rendahnya pemahaman ini bukan tanpa sebab. Salah satu penyebab utama adalah tidak adanya sanksi bagi pihak yang melanggar aturan (tidak membuat IMB). Hingga kini, penerapan sanksi sulit dilakukan karena pengurusan IMB tidak terkait langsung dengan keseharian aktivitas kehidupan masyarakat. Faktor lain yang merupakan penyebab lemahnya kesadaran masyarakat ini adalah nilai urgensitas IMB bagi warga. Sebagian warga mengatakan bahwa pengurusan IMB bukan merupakan kebutuhan utama. Bahkan, ada ada tidak ada IMB masyarakat masih dapat melaksanakan aktivitas, termasuk mendirikan bangunan (terutama hunian) sekaligus memanfaatkan bangunan tersebut.
b.
Rendahnya pemahaman masyarakat tentang layanan IMB, berkaitan juga dengan intensitas sosialisasi informasi yang sangat kurang. Hasil survei menjelaskan bahwa 73 persen dari total responden yang disurvei menyatakan bahwa mereka tidak pernah mendapatkan layanan informasi tentang IMB. Atau dengan kata lain, sejak terbentuknya DPPM sosialisasi tentang IMB kepada masyarakat hanya mencapai nilai 27 persen atau 2,7 dalam rentang nilai 1-10. Menurut pihak DPPM (Catatan Wawancara dengan Kepala Bidang Perijinan, DPPM) kurangnya sosialisasi tentang IMB ini disebabkan oleh dua faktor. Pertama, prasarana dan sarana kegiatan DPPM belum memadai. Kedua, minimnya dana program sosialisasi. Kedua hal ini perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana kerja satu hingga dua tahun mendatang. Selain itu juga diharapkan sosialisasi tentang layanan IMB dilakukan secara berkala dan terus-menerus.
c.
Berdasarkan aturan yang berlaku, lamanya pengurusan IMB ditetapkan 14 hari. Namun kenyataan (dari hasil survei) baik yang mengurus sendiri maupun menggunakan jasa penghubung, 49 persen responden mengatakan bahwa pengurusan IMB melampaui batas waktu 14 hari yang ditentukan. Hal ini dibenarkan oleh DPPM walaupun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kebanyakan pemohon menganggap bahwa 14 hari yang dimaksud dihitung sejak mereka datang ke DPPM padahal 14 hari yang dimaksud adalah sejak berkas-berkas persyaratan dinyatakan lengkap dan diserhkan ke Front Office DPPM. Kedua, seringkali setelah SK IMB terbit pemohon tidak segera mengambil SK IMB. Kemungkinan ketika ditanyakan berapa lama mengurus IMB, responden akan menjawab lebih dari 14 hari terlepas dari fakta-fakta di atas.
208
d.
Berdasarkan hasil analisis, delapan persen dari total responden yang mengurus sendiri dan 10 persen dari total responden yang menggunakan jasa penghubung mengatakan masih ada pungutan yang tidak resmi di luar biaya resmi dalam pengurusan IMB yakni biaya administrasi (pengesahan), biaya gambar dan biaya retribusi. Bahkan lebih jauh lagi, menurut sebagian warga (delapan persen dari total responden yang mengurus sendiri) menyatakan bahwa pungutan tidak resmi paling sering terjadi pada tahapan pengambilan SK IMB (60,52 persen). Secara khusus, terdapat beberapa catatan yang perlu diperhatikan (Hasil Konsultatif Meeting) yakni : a. Penggunaan Jasa Penghubung Hasil survei menyatakan bahwa lebih banyak pemohon (69 persen) mengggunakan jasa penghubung dalam pengurusan IMB daripada yang mengurus sendiri (31 persen).
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
b.
c.
Sebagian besar pemohon mengaku jasa penghubung yang mereka gunakan adalah “Dinas Perijinan”. Menurut DPPM, penyebutan Dinas Perijinan sebagai penghubung ini perlu diklarifikasi. Hal ini diperkuat oleh catatan survei yang menyatakan bahwa responden yang menggunakan jasa penghubung menyebut semua aparat berseragam PNS yang sering menguruskan IMB sebagai petugas dan Dinas Perijinan. Aparat-aparat berseragam ini sering mendatangi warga yang sedang membangun hunian dan menanyakan IBM. Hal ini diklarifikasi oleh DPPM dengan mengatakan bahwa Dinas tidak melakukan praktik percaloan dilapangan. DPPM hanya turun ke lapangan ketika pengecekan kondisi bangunan setelah berkas pengajuan IMB diterima Dinas. Bagi PNS (pemda) yang mengaku Dinas Perijinan mereka pasti bukan dari DPPM karena pakaian DPPM khusus berdasi dan berwarna biru. Sehubungan dengan itu, pihak DPPM mengharapkan agar setiap Keterlibatan PU. Cipta Karya Sebagian pemohon yang menggunakan jasa penghubung menyebutkan “Petugas Perijinan” sebagai pihak penghubung. Persepsi tentang “petugas perijinan” dan sebagian responden menyebutkan dengan jelas petugas perijinan yang dimaksud adalah Petugas dari PU Cipta Karya. Menurut DPPM, keterlibatan PU Cipta Karya sangat mungkin terjadi karena beberapa alasan. Pertama, sebelum ada DPPM, kewenangan mengurus IMB merupakan kewenangan PU Cipta Karya. Kedua, meskipun DPPM terbentuk, PU Cipta Karya tetap ada. Hal ini disebabkan oleh pilihan model penggabungan berbagai kewenagan perijinan yang dulunya berada di beberapa SKPD yang kini merupakan kewenangan DPPM. Dijelaskan pula bahwa model DPPM bukan merupakan “merger” dari beberapa SKPD. Dengan demikian, patut diduga bahwa aparat/pegawai PU Cipta Karya masih terlibat dalam pengurusan IMB. Apalagi, PU Cipta Karya memiliki Kantor Cabang Dinas di semua kecamatan. Ketiga, masyarakat belum mengetahui sepenuhnya bahwa kewenangan pengurusan IMB berada di DPPM. Dengan demikian ketika ada petugas/aparat dari PU Cipta Karya yang mengatasnamakan petugas perijinan, masyarakat memilih menggunakan PU Cipta Karya (terutama cabang dinas) sebagai jasa penghubung. Salah satu persoalan penting yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah belum harmonisnya peraturan-peraturan yang terkait dengan Perda IMB. Peraturan-peraturan terkait yang dimaksud adalah peraturan-peraturan tentang Rencana Tata Ruang maupun peraturan-peraturan tentang pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini dipandang penting karena sesungguhnya kebijakan tentang IMB berhubungan erat dengan “Zoning Regulasi” yang mengatur tentang peruntukkan lahan maupun Rencana Umum dan Rencana Detail Tata Ruang Kota. Keterkaitan antara kebijakan-kebijakan di atas semestinya merupakan kepastian hukum yang harus dijamin oleh pemerintah. Namun dalam kenyataannya, banyak peraturan yang masih tumpang tindih. Akibatnya penerapan sanksi atas suatu peraturan seringkali berbenturan dengan peraturan yang lainnya. Hingga kini, RUTR Kabupaten Indramayu belum diperbarui dan lebih jauh lagi semua kecamatan di Indramayu belum memiliki RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) Kecamatan. Hal ini di satu sisi menghambat penerapan kebijakan IMB secara utuh karena masyarakat tidak mendapatkan kejelasan tentang peruntukan lahan maupun batasan-batasan lain seperti building coverage rate (cakupan wilayah yang boleh dibangun pada setiap persil lahan), batasan tentang ketinggian bangunan di setiap kawasan berdasarkan RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) di masingmasing kecamatan, dan berbagai kebijakan lain. Ke depan, upaya harmonisasi kebijakan ini harus menjadi salah satu prioritas pembaharuan.
209
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Rancanggan Strategi Advokasi untuk Perbaikan, Perubahan dan Peningkatan Layanan Pengurusan IMB Advokasi pada hakikatnya merupakan upaya yang sistematik, terarah dan terpadu yang dilakukan secara sadar dan terus-menerus untuk mengubah dan atau memperbaiki suatu keadaan dari yang tidak baik di masa sekarang menjadi lebih baik di masa mendatang. Sasaran advokasi, umumnya meliputi dua hal penting, yakni perubahan pada substansi atau materi kebijakan dan perubahan pada perilaku atau kebiasaan yang sudah ada. Berkenaan dengan layanan pengurusan IMB sebagai sebuah bentuk layanan publik, maka perubahan dan perbaikan layanan pengurusan IMB merupakan sebuah kerja advokasi yang perlu dilakukan terus-menerus. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah menemukan dan menyepakati isu strategis untuk membangun kerja advokasi yang sistemik, terarah dan terpadu. Berdasarkan temuan survei, analisis dan consultative meeting bersama Dinas Perijinan dan Penanaman Modal, beberapa isu strategis yang dimaksud antara lain: Masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang IMB Intensitas sosialisasi informasi yang sangat kurang Pengurusan IMB masih melampaui batas waktu 14 hari yang ditentukan. Masih adanya pungutan yang tidak resmi di luar biaya resmi Keterlibatan PU. Cipta Karya dalam proses pengurusan IMB di luar kewenangan memberikan rekomendasi Belum harmonisnya peraturan-peraturan yang terkait dengan Perda IMB.
210
Rancangan strategi advokasi untuk keenam isu strategis tersebut dikelompokkan berdasarkan kategori masalah dan sasaran serta pilihan model advokasi yang dapat dengan melibatkan berbagai pihak. Secara ringkas, desain kerangka advokasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.22 Desain Kerangka Advokasi Pilihan Model Advokasi
Usulan Bentuk Kerja dan PihakPihak Terkait
Menyinkronkan berbagai kebijakan yang terkait dengan penerapan kebijakan layanan pengurusan IMB
Litigasi
Legal drafting Pihak terkait: LSM Perguruan Tinggi Konsultan Hukum Konsultan perencanaan (tata ruang)
Meningkatkan pelaksanaan program sosialisasi tentang layanan IMB.
Non Litigasi
Workshop penyusunan program sosialisasi layanan IMB secara partisipatif.
Substansi Dasar Permasalahan
Tujan dan sasaran advokasi perubahan
Belum harmonisnya peraturanperaturan yang terkait dengan layanan pengurusan IMB
Belum tersedia/ direvisi-nya Perda tentang RUTR, RDTR dan RTBL Kecamatan
Sosialisasi tentang layanan IMB masih sangat minim
Belum tersedia dana yang cukup untuk mendukung program sosialisasi yang terusmenerus. Belum tersedianya prasaranan dan sarana yang mendukung pelaksanaan program sosialisasi
Isu Strategis
Sasaran: Perumusan program dan penetapan alokasi anggaran untuk pelaksanaan program sosialisasi oleh DPPM
Kampanye regular tentang layanan tentang IMB melalui berbagai media Pelibatan media komunikasi kultural dan media komunitas untuk pelaksanaan sosialisasi informasi tentang layanan pengurusan IMB
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
Masih terlibatnya PU Cipta Karya dalam pengurusan IMB, di luar kewenangan terbatas memberikan rekomendasi atas permintaan DPPM
Benturan kebijakan dan prilaku personal
Memastikan kewenangan pengurusan IMB oleh SKPD yang diberikan mandat (sesuai tupoksi masing-masing)
Litigasi dan Non Litigasi
Legal drafting Penerapan sanksi bagi oknum yang melanggar peraturan
Masih ada pungutan tidak resmi
Ketidaktegasan sanksi bagi pihak yang melakukan pungutan
Menegakkan aturan pengurusan IMB dan memperbaiki integritas petugas perijinan
Litigasi dan Non Litigasi
Investigasi pelaku pungutan tidak resmi dan pemberian sanksi yang tegas. Penyadaran bagi masyarakat agar tidak memberikan pungutan tidak resmi. Pembinaan bagi petugas agar tidak memungut biaya tidak resmi
Pengurusan IMB melewati batas waktu yang ditetapkan 14 hari
Komitmen dan kompetensi petugas.
Memperbaiki mekanisme kerja internal DPPM
Non Litigasi
Penyusunan SOP (standar operational procedure)
Perbedaan persepsi tentang 14 hari pengurusan IMB
Menyamakan persepsi tentang batas waktu 14 hari pengurusan IMB
Tidak terbangunnya pemahaman tentang mengapa masyarakat harus mengurus IMB.
Membangun pemahaman yang utuh tentang perlunya mengurus IMB dan mendorong perubahan perilaku masyarakat.
Tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang IMB, masih rendah
Perilaku masyarakat yang mengurus IMB hanya sekedar untuk memenuhi aturan.
211
Diskusi komunitas untuk penyamaan persepsi masyarakat Non litigasi
Kampanye akademik tentang perlunya IMB Sosialisasi tentang layanan IMB secara terpadu, terus menerus melalui berbagai media informasi; terutama media komunitas.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 6 LAPORAN SURVEI CRC LAYANAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN INDRAMAYU
212
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 7 | EPILOG BEBERAPA CATATAN PEMANFAATAN CITIZEN REPORT CARD (CRC) UNTUK MONITORING KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Bagian 7 EPILOG BEBERAPA CATATAN PEMANFAATAN 213 CITIZEN REPORT CARD (CRC) UNTUK MONITORING KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 7 | EPILOG BEBERAPA CATATAN PEMANFAATAN CITIZEN REPORT CARD (CRC) UNTUK MONITORING KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
1.
214
CRC dan Perbaikan Layanan Publik
Sebagaimana dikemukakan dalam laporan di lima Kabupaten/Kota lokasi Studi –yaitu: Kota Denpasar, Kabupaten Jembrana, Kota Magelang, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Pemalang, CRC pada dasarnya merupakan instrumen untuk monitoring layanan publik oleh warga.1 Karena itu ada beberapa karakteristik dari survei CRC dibanding dengan survei lainnya yaitu: a. Instrumen survei CRC dibangun berdasarkan hasil dialog –dalam studi ini disebut sebagai diskusi kelompok terfokus- dengan warga. Karena itu instrumen survei banyak mengungkap isu-isu lokal yang dianggap penting oleh warga dalam forum dialog. b. CRC bukan merupakan opini melainkan fakta. Artinya, informasi yang didapat dari hasil survei merupakan pengalaman langsung warga dalam layanan publik. Ini berbeda dengan survei persepsi korupsi yang dilakukan oleh beberapa survei yang lebih memuat pendapat orang mengenai korupsi. c. Monitoring layanan publik yang dilakukan melalui CRC, lebih berorientasi pada penilaian terhadap outcome layanan publik. Hal ini berarti penilaian mungkin mengabaikan aspek-aspek teknis dari penyediaan layanan publik yang seringkali menjadi perhatian utama penyelenggaran layanan. d. Hasil CRC tidak dapat langsung diterjemahkan ke dalam kebijakan. Hasil CRC lebih merupakan alat diagnosa persoalan untuk kemudian ditelusuri penyebab dan altrenatif solusinya. e. Karena hasil CRC merupakan diagnosa awal, maka kebehasilan CRC sangat ditentukan oleh kemampuan intermediary (NGO), warga, dan pemerintah dalam menindak-lanjuti hasil temuan. Hal ini berkaitan dengan strategi advokasi. Dalam strategi advokasi, perlu diperhatikan aspek-aspek penting yang mendukung atau menghambat advokasi yaitu: 1) kapasitas NGO yang memiliki perhatian terhadap isu-isu layanan publik, 2) ada atau tidak adanya masyarakat warga yang sadar dan aktif memperjuangkan kepentingannya, 3) kesiapan pemerintah melakukan reformasi layanan publik, dan 4) ada atau tidak adanya media masa yang memiliki perhatian mempublikasikan layanan publik. Kelima karakteristik CRC sebagaimana dikemukakan tersebut, dapat menjelaskan kelebihan sekaligus kelemahan dari metode CRC. Kelebihan CRC adalah dapat menutupi kelemahan sistem monitoring layanan publik yang diterapkan di Indonesia saat ini yaitu: a. Monitoring layanan publik saat ini lebih banyak dilakukan oleh penyedia itu sendiri baik oleh SKPD yang bertanggung jawab terhadap unit layanan publik maupun oleh badan pemerintah yang bertindak sebagai pengawas eksternal. Tentu saja pengawasan jenis ini perlu dilakukan, tetapi diperlukan suara langsung dari warga sebagai alat kontrol darin instrumen yang telah ada saat ini. b. Karena dilakukan oleh lembaga penyedia itu sendiri, maka orientasi monitoring dan evaluasi lebih pada aspek input, proses/prosedur dan penyerapan dana dari unitunit layanan publik. CRC mengisi kekosongan ini dengan lebih mengorientasikan diri pada outcome layanan publik terhadap masyarakat. c. Intrumen monitoring yang dikembangakan merujuk pada pedoman-pedoman yang dibuat di tingkat pusat. Karena itu instrumen yang digunakan bersifat seragam. Padahal, belum tentu instrumen tersebut cocok untuk seluruh wilayah. Perlu instrumen monitoring dan evaluasi yang dapat mengungkap aspek-aspek lokal dari layanan publik. Di samping kelebihannya, metode CRC juga menyisakan kelemahan. Di antaranya adalah: 1 Pembahasan mengenai konsep dan tahapan operasional CRC sebagai instrumen monitoring layanan publik lihat Suhirman, Panduan Citizen Report Card: Monitoring Layanan Publik oleh Warga. Kemitraan: Jakarta tahun 2008.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 7 | EPILOG BEBERAPA CATATAN PEMANFAATAN CITIZEN REPORT CARD (CRC) UNTUK MONITORING KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
a.
Hasil CRC dari satu daerah tidak dapat dibandingkan dengan daerah lain. Terutama jika daerah tersebut memiliki karakteristik sosial budaya yang berbeda. Hal ini disebabkan CRC mengungkap penilaian warga. Dan penilaian warga terhadap layanan publik sangat dipengaruhi oleh preferensi dan ekspektasi terhadap kualitas layanan publik tersebut. Di dua daerah yang layanan publiknya relatif sama, mungkin dinilai berbeda oleh warganya, jika warga di dua daerah tersebut memiliki ekspektasi yang berbeda terhadap layanan publik. Karena informasi yang diperoleh masih bersifat diagnosa, maka masih diperlukan jalan panjang menjadikan rekomendasi ke dalam kerangka aksi yang lebih kongkrit. Untuk itu keberhasilan CRC dalam melakukan perbaikan layanan publik sangat ditentukan kemampuan advokasi dari NGO dan warga yang menginginkan perbaikan.
b.
Penjelasan mengenai kelebihan dan kelemahan ini, perlu penulis kemukakan untuk menunjukkan manfaat metode CRC, sekaligus menghindari harapan yang terlalu berlebihan dari penggunaan metode ini. Dengan kata lain, penulis ingin menegaskan bahwa serangkaian temuan dan rekomendasi yang ditemukan dalam studi ini menjadi tidak ada artinya, jika tidak ditindak-lanjuti dengan langkah yang lebih konkrit untuk menurunkan rekomendasi ke dalam kerangka aksi.
2.
CRC sebagai Instrumen Pemberantasan Korupsi
Di banyak negara, metode CRC digunakan sebagai instrumen advokasi memperbaiki efektivitas dan efisiensi penyediaan layanan publik. Aspek-aspek yang berusaha untuk diperbaiki terutama adalah: 1) cakupan layanan, 2) kualitas layanan, 3) tarif yang sesuai kemampuan membayar (ability to pay) dan kemauan membayar (wilingness to pay) warga, 4) respon petugas layanan publik dalam melakukan hubungan dengan warga, 5) masalah-masalah yang dihadapi warga dalam layanan publik, dan 6) respons penyelenggara layanan pulik terhadap keluhan warga.2 Berdasarkan temuan hasil survei atas keenam aspek di atas, maka NGO, masyarakat dan penyedia layanan publik dapat bersama-sama memperbaiki layanan publik sehingga lebih efektif dan efisien.
215
Karena itu menjadi tantangan tersendiri ketika metode CRC digunakan di lima daerah –Kabupaten Jembrana, Kota Denpasar, Kota Magelang, Kabupaten Pemalang, dan Kabupaten Indramayu- sebagai instrumen monitoring dan input rencana aksi pemberantasan korupsi di daerah (RAD-PK). Hal ini disebabkan, sesuai karakteristiknya, temuan korupsi hasil CRC bukan merupakan opini melainkan cerminan dari fakta yang dihadapi oleh warga pengguna layanan publik. Ini berbeda dengan survei lain yang berdasarkan pada opini. Di sisi lain, perlu modifikasi yang cukup mendasar bagi penerapan CRC yang tadinya berorientasi pada efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan layanan publik menjadi sebagai instrumen untuk mendiagnosa dan mengurangi korupsi. Berdasarkan beberapa literatur, aspek-aspek penting yang harus diungkap dalam mengidentifikasi adanya praktek-praktek korupsi adalah: 1) ketertutupan informasi, 2) pembayaran tidak sah untuk mempercepat proses pengurusan atau untuk mengganti persyaratan (speed money), 3) ketiadaan mekanisme yang memungkinkan pengguna layanan untuk menggunakan penyedia layanan yang lain (exit), dan 4) lemahnya mekanisme penyampaian keluhan terhadap penyedia layanan publik (voice), 5) tidak berfungsinya sanksi bagi pelaku tindak pidana korupsi. Jika CRC mau digunakan untuk memerangi korupsi, maka survei ini setidaknya harus mengungkap kelima aspek di atas.3 2
Beberapa negara yang intensif menggunakan CRC sebagai alat monitoring layanan publik misalnya India, beberapa negara bagian di Amerika Serikat, dan beberapa pemerintahan lokal Inggris. 3
Pembahasan detil mengenai aspek-aspek korupsi dan pemberantasannya lihat Klitgaard, R. 1988. Controling Corruption. The Regents of the University of California, California.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 7 | EPILOG BEBERAPA CATATAN PEMANFAATAN CITIZEN REPORT CARD (CRC) UNTUK MONITORING KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Untuk memahami secara lebih detil keempat potensi tersebut perlu juga diidentifikasi dimana, kapan, dan siapa yang menjadi pelaku sekaligus korban korupsi. Secara lebih operasional dalam desain survei keempat aspek tersebut perlu dikaitkan dengan informasi mengenai: 1) lokasi kejadian, 2) pendidikan korban, 3) pendapatan korban, dan 4) jenis pekerjaan korban. Keempat aspek di atas merupakan data dasar survei yang dapat dicross-tabel denga komponen-komponen yang ingin diungkap dalam menganalisis terjadinya korupsi. Dengan melakukan cross-table ini maka dapat diketahui dimana (misalnya kecamatan apa atau unit apa) dan kelompok sosial mana yang rentan terhadap korupsi.
3.
Beberapa Catatan Atas Temuan
Sebagaimana dapat dilihat dalam laporan, survei yang dilakukan di lima lokasi mencoba mengungkap jenis dan pola korupsi dalam layanan publik dengan fokus yang berbeda yaitu: 1) layanan KTP di Kota Denpasar, 2) layanan sertifikat pertanahan di Kabupaten Jembrana, 3) layanan IMB di Kota Magelang, Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Indramayu.
216
Meskipun berbeda-beda, ketiga layanan yang menjadi fokus survei memiliki karakteristik yang sama. Pertama, seluruh layanan publik adalah layanan yang bersifat administratif. Ini berarti layanan yang disurvei bukan berupa barang, melainkan jasa sebagai instrumen pengendalian. Artinya, bukan hanya warga yang diuntungkan melalui layanan ini –misalnya memiliki kepastian hukum atas tanah dan bangunan- melainan pemerintah juga mengambil manfaat berupa pengendalian dan penataan atas kawasan.4 Kedua, layanan publik bersifat monopolistik, yaitu hanya diselenggarakan oleh pemerintah. Secara teroritik, layanan yang bersifat monopolistik adalah layanan yang paling rentan terhadap korupsi, karena warga tidak bisa keluar dari layanan ini seburuk apapun layanan yang diberikan oleh pemerintah. Karena itu mekanisme untuk mereduksi korupsi dari sisi warga adalah mengefektifkan mekanisme penyampaian keluhan (voice).5 Sebagai konsekuensi dari karakteristik jenis layanan yang disurvei, maka ada beberapa hal yang sebaiknya diungkap dalam survei ini. Pertama, karena berupa jasa administratif, pemahaman warga terhadap prosedur pengurusan merupakan aspek yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas layanan. Untuk itu informasi mengenai cakupan dan kedalaman informasi yang diketahui masyarakat mengenai layanan sangat penting. Selain itu konsekuensi dari ketidaktahuan terhadap prosedur –misalnya munculnya jasa perantara- juga perlu diungkap. Kedua, adanya pembayaran atau pungutan tidak sah untuk mempercepat proses atau menutupi persyaratan yang tidak terpenuhi. Ketiga, masalah yang dihadapi oleh warga dalam layanan publik dan cara mengatasi masalah tersebut. Keempat, mekanisme penyampaian keluhan oleh warga dan respons terhadap keluhan tersebut oleh penyelenggara layanan publik. Meskipun dilakukan di lokasi dan jenis layanan publik yang berbeda –kecuali untuk layanan KTP- tampaknya ada beberapa kesimpulan umum dari hasil survei ini dalam kaitannya dengan kejadian dan potensi korupsi yaitu: a. Hanya sebagian kecil responden yang pernah menerima informasi yang berhubungan dengan layanan publik dalam pengurusan KTP, sertifikat tanah dan ijin mendirikan bangunan (IMB) (tidak lebih dari 30 persen responden di 4 Berdasarkan alasan ini beberapa ahli mengemukakan bahwa layanan perijinan sebaiknya tidak dikenakan tarif. Pengenaan tarif apalagi dengan target pencapaian tertentu dapat mengurangi fungsi utama perijinan sebagai instrumen pengendalian. Pembahasan mengenai konsep ijin dan konsekwensinya dalam administrasi publik dapat dilihat dalam Hadjon, P.M.dkk. 1995. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 5 Pembahasan mengenai karakteristik layanan publik dan mekanisme akuntabilitasnya dapat dilihat dalam Samuel Paul, Paul, Samuel. 1991. Accountability in Public Services: Exit, Voice, and Capture. Working Papers No. 614, World Bank, Washington, D.C.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 7 | EPILOG BEBERAPA CATATAN PEMANFAATAN CITIZEN REPORT CARD (CRC) UNTUK MONITORING KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
seluruh lokasi survei). Ada berbagai sumber informasi yang tempat responden mendapatkan informasi. Tetapi informasi yang berasal dari komunikasi tatap muka –seperti kepala desa dan kantor kecamatan- masih tetap menjadi yang utama. Selain intensitas informasi, komunikasi tatap muka juga dianggap oleh responden sebagai sumber informasi yang lengkap. Ini berbeda dengan informasi mengenai RAD-PK. Sebagian besar responden mengakui mendapatkan informasi mengenai RAD-PK justru dari koran dan televisi. Temuan ini menjelaskan bahwa –selain Kota Denpasar- karakteristik utama lokasi survei yang masih berkarakter perdesaan atau komunal sehingga media komunikasi langsung lebih efektif. Media komunikasi mungkin akan berbeda jika survei dilakukan di kota-kota besar. b. Kecuali untuk KTP, hampir seluruh responden tidak mengerti persyaratan, prosedur dan tarif untuk mengurus sertifikat tanah dan ijin mendirikan bangunan (IMB). Ada dua cara yang dilakukan oleh warga sebagai pengguna layanan dalam menghadapi situasi ini. Pertama, menggunakan jasa perantara. Ini cara termudah bagi pengguna untuk keluar dari situasi ini, karena dengan cara ini dia mendapatkan kepastian harga dan waktu layanan. Satu hal yang menarik dari laporan ini, pihak yang menjadi perantara yang banyak digunakan oleh pengguna adalah aparat itu sendiri, baik di tingkat komunitas (kepala desa), kecamatan, maupun kantor layanan. Keputusan ini masuk akal mengingat merekalan yang memiliki informasi yang lengkap, memiliki cukup waktu dan memiliki akses terhadap pengambil keputusan. Jasa perantara ini terutama dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang dianggap rumit oleh responden. Dengan demikian, wajar jika lebih dari 50 persen responden menggunakan jasa perantara untuk IMB dan pengurusan sertifikat tanah dan hanya sebagian kecil saja responden (10 persen) yang menggunakan jasa perantara untuk pengurusan KTP. Kedua, belajar mengenai prosedur layanan dengan langsung mengurus layanan itu sendiri (learning by doing). Sayang, hasil survei dalam laporan tidak dapat menunjukkan karakteristik dari responden yang menggunakan jasa perantara dibandingkan dengan responden yang mengurus sendiri layanan publik. c. Ada variasi besaran masalah yang dihadapi oleh responden yang merngurus layanan publiknya sendiri (10-40 persen). Seperti dapat dilihat dalam laporan di lima kabupaten/kota, masalah yang dihadapi terutama berkaitan dengan waktu, prosedur yang berbelit-belit pada tahapan proses dan biaya yang tidak seusai tarif resmi. Survei di lima kabupaten/kota juga menunjukkan bahwa meskipun menghadapi masalah, hanya sebagian kecil responden tersebut yang menyampaikan pengaduan. Beberapa hal yang menyebabkan responden tidak mengadukan masalah adalah jenis masalah dan media pengaduan yang disediakan. Dari segi jenis, permasalahan yang dihadapi seringkali tidak berkaitan dengan kewenangan penyelenggara layanan (ini terjadi dalam pengurusan KTP dan sertifikat tanah) atau mereka merasa percuma mengadukan masalah kepada media yang disediakan penyedia layanan -seperti kotak saran, SMS dan internetkarena kurang yakin masalah akan ditanggapi. Ini juga menjawab pertanyaan mengapa responden yang mengadu lebih senang langsung mengadukan masalah kepada petugas lapangan yang dihadapi dan meminta penyelesaian atas masalah langsung di tempat. d. Hampir seluruh responden merasa puas dengan layanan petugas yang menerima pengaduan mereka. Baik tanggapan petugas, waktu penanganan keluhan, waktu penyelesaian masalah, maupun efektivitas pertolongan petugas. Namun perlu dicermati pula, ada responden yang memberikan uang tambahan dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, dalam proses penyelesaian masalah tidak jarang terjadi negosiasi antara masyarakat pengguna layanan dengan aparat yang diselesaikan dengan pembayaran sejumlah uang tidak resmi. Jika fungsi utama sertifikat tanah dan IMB adalah sebagai instrumen pengendalian pembangunan kawasan, tentu saja kecenderungan penyelesaian masalah
217
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 7 | EPILOG BEBERAPA CATATAN PEMANFAATAN CITIZEN REPORT CARD (CRC) UNTUK MONITORING KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
218
melalui negosiasi ini perlu segera dicegah. Beberapa studi mengenai perkotaan banyak dipicu oleh tidak berfungsinya IMB sebagai instrumen pengendalian pembangunan perumahan. Selain itu, proses negosiasi yang berujung pada harga akan menghambat masyarakat miskin untuk mengakses hak dasar mereka atas perumahan yang legal.6 e. Ada variasi responden yang memberikan uang tambahan di luar tarif resmi untuk layanan publik di lima daerah survei. Untuk KTP, responden yang memberikan uang tambahan sangat sedikit tapi untuk IMB sampai 40 persen. Temuan ini menunjukkan bahwa semakin kompleks prosedur mendapatkan layanan, akan semakin besar kemungkinan terjadinya korupsi. Angka 40 persen untuk responden yang memberikan uang tambahan untuk IMB juga sangat serius mengingat angka ini bisa menghambat fungsi pengendalian kawasan dan akses masyarakat terhadap perumahan. Sayang, data yang ada dalam studi ini tidak melakukan tabel silang (cross-table) untuk mengetahui kepada kelompok sosial mana kecenderungan korupsi ini terjadi. f. Dari segi jumlah, bayaran tidak resmi (suap/korupsi) yang dikeluarkan responden tidak besar yaitu kurang dari Rp 20.000 untuk KTP dan kurang dari Rp 500.000 untuk sertifikat tanah dan IMB. Beberapa bayaran di luar tarif juga dimaklumi oleh responden sebagai iuran untuk dana komunitas (misalnya KTP), kontribusi kekurangan biasanya operasional pengecekan data (untuk IMB dan sertifikat tanah). Untuk itu responden juga banyak yang menyatakan tidak keberatan dengan pembayaran uang tersebut. Tapi beberapa responden justru melakukan suap untuk menutupi masalah yang mereka hadapi. Meskipun secara angka survei ini menunjukkan gejala ini masih kecil, tetapi gejala ini merupakan bibit korupsi yang meluas jika tidak diantisipasi dengan cepat oleh penyelenggara layanan. g. Hampir seluruh responden mengaku puas dengan layanan publik yang disediakan pemerintah (80-97 persen). Angka ini bisa menunjukan dua hal. Pertama, mungkin saja kepuasan warga ini merupakan hasil dari reformasi layanan publik yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Sebagaimana dikemukakan dalam laporan, studi ini dilakukan pada layanan-layanan yang telah direformasi dan responden yang disurvei adalah yang menggunakan layanan selama masa reformasi tersebut. Jika ini yang terjadi, dapat disimpulkan bahwa reformasi yang dilakukan pemerintah daerah telah direspons positif oleh warga. Kedua, mungkin saja respons ini merupakan fungsi dari preferensi masyarakat yang masih rendah terhadap layanan publik. Ini menyebabkan ekspektasi mereka terhadap kualitas layanan juga tidak terlalu tinggi. Jika ini yang terjadi maka kampanye mengenai standar layanan publik perlu dilakukan oleh seluruh pihak untuk meningkatkan kualitas preferensi warga terhadap layanan publik. g. Alasan utama kepuasan responden terkait dengan waktu layanan yang cepat dan tidak berbelit-belit. Sedangkan responden yang menyatakan tidak puas menyatakan alasan ketidakpuasaan mereka dilatar-belakangi alasan layanan petugas yang kurang baik dan waktu penyelesaian layanan yang masih di atas waktu yang dijanjikan. Alasan lain yang disebutkan adalah biaya yang dianggap mahal. Meskipun beberapa pemerintah telah berupaya menetapkan harga layanan semurah mungkin, namun beberapa tarif ini dapat menjadi hambatan bagi warga dari kelompok keluarga miskin. Sekali lagi laporan ini tidak menyebutkan kelompok masyarakat mana yang puas dan kelompok masyarakat mana yang tidak puas terhadap layanan yang diberikan oleh pemerintah.
6
Studi yang mendalam mengenai rumitnya mengurus IMB yang menyebabkan banyak orang miskin tidak memiliki akes legal terhadap perumahan dan akhirnya berdampak pada semrawutnya pembangunan kota-kota ditunjukkan dengan baik oleh Hernando de Soto dalam studinya di kota-kota Cile (1990). Fenomena ini nampaknya terjadi di hampir semua Negara Berkembang.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 7 | EPILOG BEBERAPA CATATAN PEMANFAATAN CITIZEN REPORT CARD (CRC) UNTUK MONITORING KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Berbagai temuan survei yang ditemukan dalam studi ini nampaknya telah mampu mengungkap fakta korupsi dalam layanan publik, berbagai potensi korupsi dan implikasinya terhadap pengelolaan kawasan suatu daerah. Kelemahan utama dari studi ini adalah tidak terungkapnya dimana –baik dari sisi lokasi maupun dalam tahapan- dan kelompok sosial apa yang rentan terhadap korupsi. Studi ini juga tidak mengungkap data sekunder mengenai cakupan layanan, misalnya dengan membandingkan total bangunan dengan bangunan yang memiliki IMB. Atau mengungkap mengenai tanah-tanah yang belum bersertifikasi. Informasi ini penting diungkap untuk memberikan petunjuk yang lebih operasional dalam upaya-upaya pemberantasan korupsi.
4.
Beberapa Catatan Atas Rekomendasi
Berdasarkan pada berbagai temuan survei, para penulis laporan juga memberikan beberapa rekomendasi. Rekomendasi tersebut telah dikonfirmasi baik dengan masyarakat maupun dengan penyelenggara layanan publik. Beberapa rekomendasi yang penting untuk memberantas dan mencegah korupsi di antaranya: a. Memperluas penyebaran informasi mengenai pentingnya dan prosedur mengurus KTP, sertifikat tanah dan IMB. Perluasan informasi ini dilakukan dengan media tatap muka –yang saat ini menjadi modus utama komunikasi warga- maupun dengan jaringan media masa, radio dan televisi lokal. Penyebaran informasi juga sebaiknya melibatkan organisasi komunitas seperti banjar/lingkungan dan kelurahan. Merujuk pada hasil survei mereka adalah pihak yang efektif untuk menjadi sumber informasi. b. Menyebarkan layanan semakin dekat kepada masyarakat. Hal ini dilakukan untuk mencegah panjangnya prosedur yang menyebabkan layanan rentan terhadap praktek-praktek korupsi. Pelayanan KTP dan perijinan setidaknya dapat didekatkan sampai tingkat kecamatan. Upaya mendekatkan layanan juga perlu diikuti penyederhanaan aspek administrasi dan teknis tanpa mengurangi peran IMB dan sertifikat sebagai instrumen pengendalian. Ini dapat dilakukan misalnya dengan memperbanyak jumah loket layanan untuk mempercepat prosedur persetujuan dan klarifikasi. c. Menyusun standar layanan dan biaya pengurusan dokumen di dusun/lingkungan dan desa/kelurahan yang terkait dengan pembuatan KTP, sertifikat tanah, dan IMB. Survei ini menunjukan bahwa sampai saat ini pemerintah daerah belum dapat mengendalikan dan memperbaiki rangkaian proses pengurusan KTP, sertifikat tanah dan IMB yang dimulai dari tingkat lingkungan/banjar/kelurahan. Pemerintah daerah perlu menyusun standar layanan pengurusan persyaratan KTP, sertifikat tanah dan IMB dari mulai tingkat banjar/kelurahan sampai KTP, sertifikat dan IMB keluar berserta dengan biaya-biaya yang dibebankan kepada masyarakat pengguna di masing-masing tahapan. Sebagaimana yang telah menjadi praktek yang berhasil di beberapa negara, standar dan biaya tersebut sebaiknya dibuat dengan melibatkan warga, sehingga warga dapat mengemukakan preferensinya ata layanan baik dalam proses maupun biaya. Dengan demikian standar yang dikeluarkan merupakan standar yang telah disepakati antara pemerintah dan warga.7 d. Membenahi pengelolaan pengaduan pengurusan KTP. Sampai saat ini belum ada standar mekanisme penyelesaian atas pengaduan warga. Warga lebih banyak mengandalkan kedekatan dengan petugas di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil atau instansi terkait lainnya. Mekanisme pengaduan melalui kotak saran dan internet rupanya belum efektif mendorong warga mengadukan masalah layanan publik, khususnya berkaitan dengan layanan dokumen kependudukan.
219
7
Kesepakatan antara pemerintah dan warga mengenai standar layanan publik di beberapa negara disebut Piagam Warga (Citizen Charter).
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 7 | EPILOG BEBERAPA CATATAN PEMANFAATAN CITIZEN REPORT CARD (CRC) UNTUK MONITORING KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Salah satu pembenahan dalam pengelolaan pengaduan adalah mengembangkan fungsi salah satu loket untuk menampung dan mengelola pengaduan warga, meningkatkan kapasitas petugas dalam mengelola pengaduan warga, dan menyampaikan secara terbuka tanggapan dan penyelesaian pengaduan sebagai upaya meningkatkan kepercayaan warga. Dengan kesepakatan ini, diseminasi informasi layanan publik lebih mudah karena masyarakat sudah terlibat dalam proses penyusunannnya. e. Penerapan sistem administrasi layanan KTP, sertifikat tanah, dan perijinan secara terpadu. Sistem administrasi ini diharapkan makin mempercepat proses layanan sekaligus juga mendorong layanan publik yang lebih transparan. f. Menyelaraskan peraturan perundangan yang saling berbenturan. Berbagai peraturan hendaknya mendukung layanan publik yang lebih baik dan bukannya membuat orang melanggar peraturan. Contoh yang menarik dikemukakan dalam loporan ini adalah adanya persyaratan dalam pembuatan sertifikat tanah yang mengharuskan orang yang bersangkutan memiliki KTP, sesuai peraturan di BPN (Surat Keputusan BPN No. 23/1997). Hal ini mengharuskan orang yang membeli tanah di beberapa lokasi yang berbeda harus memiliki KTP di beberapa lokasi yang berbeda, yang mengharuskan mereka berganti-ganti KTP setiap kali membeli tanah di tempat yang berbeda. Sekalipun terlihat sederhana, peraturan ini terkesan cukup memberatkan, karena pembuatan KTP baru harus memenuhi sejumlah persyaratan, mulai dari memasukkan nama yang bersangkutan di Kartu Keluarga (KK) serta rangkaian proses selanjutnya sampai ke Catatan Sipil. Masalah ini perlu dicarikan solusi, dengan menyelaraskan peraturan perundangan, agar tidak sampai terjadi situasi yang ‘memaksa’ masyarakat membuat KTP ganda yang merupakan pelanggaran. g. Melakukan CRC secara berkala untuk layanan lain di lingkungan Pemerintah Kota Denpasar. Survei dengan pendekatan CRC ini perlu dilakukan guna mengetahui penilaian masyarakat terhadap jenis layanan yang diberikan oleh berbagai instansi dalam wewenang Pemkot Denpasar, serta guna mencari masukan untuk melakukan pembenahan-pembenahan yang sejalan dengan visi clean government and good governance. Selain itu CRC merupakan media untuk membuka dialog dan meningkatkan peran dan partisipasi warga dalam pengambilan kebijakan publik.
220
Berbagai masukan yang dikemukakan tampaknya cukup lengkap. Sayang, hampir semua rekomendasi bersifat terlepas dan belum memberikan kerangka kerja mengenai bagaimana reformasi tersebut diimplementasikan ke dalam aksi. Untuk membuatnya lebih implementatif, rekomendasi di atas nampaknya perlu dikategorikan ke dalam strategi implementasi dari sisi pengawasan dan strategi implementasi dari sisi permintaan. Sebagai contoh di bawah ini, penulis akan mencoba mendeskripsikan strategi implementasi peningkatan akuntabilas layanan perijinan (dalam laporan ini studi kasus yang diambil terutama adalah IMB).
5.
Strategi Implementasi dari Sisi Penawaran
Langkah pertama yang harus ditempuh adalah melakukan evaluasi hukum dan peraturan sebagai dasar kebijakan serta evaluasi aransemen kelembagaan pelaksana perijinan. Hukum dan peraturan harus menetapkan secara tegas prosedur dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan ijin/sertifikat. Salah satu klausul yang harus ada dalam instrumen hukum dan peraturan adalah kepastian status hukum dan sanksi bagi masyarakat atau pengembang yang melanggar ijin yang telah ditetapkan. Bersamaan dengan revisi hukum dan peraturan mengenai perijinan ditentukan lembaga yang akan bertindak sebagai penyedia jasa pemrosesan ijin. Salah satu aspek yang menarik dari
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 7 | EPILOG BEBERAPA CATATAN PEMANFAATAN CITIZEN REPORT CARD (CRC) UNTUK MONITORING KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
studi ini adalah banyaknya perantara yang dalam pengurusan IMB dan Sertifikat tanah untuk mengurus aspek teknis dari perijinan. Menurut penulis jasa perantara ini di dalam dirinya sendiri tidak jelek. Pertama, hadirnya jasa perantara merupakan konsekuensi tidak efisiennya sistem layanan yang monopolistik. Kedua, kehadiran jasa perantara dapat mengatasi masalah biaya oportunitas pengurusan ijin sendiri dibanding dengan diurus pihak lain yang lebih profesional. Ketiga, layanan publik yang bersifat administrasi juga tidak dapat menghambat hadirnya pihak lain (entry barier) untuk menjadi penyedia jasa pengurusan administrasi sepanjang yang diurus adalah aspek-aspek teknis, misalnya pengukuran tanah dan penialaian standar gedung. Yang penting adalah bagaimana pihak-pihak di luar pemerintah harus dapat bekerja sesuai dengan syarat-syarat dan standar yang ditentukan oleh pemerintah. Ini berarti pemerintah harus menetapkan syarat-syarat lembaga yang dapat diakreditasi menjadi penyedia jasa pemrosesan ijin berikut prosedur untuk memperoleh akreditasi. Setelah merevisi peraturan dan penentuan sistem penawaran jasa layanan, maka pemerintah harus mulai melaksanakan kebijakan. Karena kebijakan ini merupakan kebijakan yang baru, maka diperlukan adanya tahap transisi. Pada tahap ini pemerintah menyusun standar pelaksanaan dan sistem kontrol dalam penawaran jasa pemrosesan. Sedangkan pada tingkat kelembagaan pemerintah mulai merevisi unit kerja/dinas yang memberikan jasa layanan, membentuk lembaga kontrol dan akreditasi, serta melakukan kampanye kepada pihak-pihak untuk menarik mereka terjun di bidang jasa layanan. Pada tahap ini, proses pemberian jasa layanan tidak terhenti karena dinas/unit kerja yang ada sekarang tetap menjalankan fungsinya sebagai pemberi jasa pemrosesan administrasi. Setelah seluruh instrumen hukum, standar, dan sistem kontrol terbentuk maka pemerintah dapat menerapkan pemberian jasa pemrosesan. Pada tahap ini, di tingkat kelembagaan diharapkan telah muncul sektor swasta/masyarakat yang bergerak di bidang jasa pemrosesan adminsitrasi dan unit kerja/dinas pemerintah bertindak sebagai salah satu kompetitor dalam pemberian jasa pemrosesan ijin. Pada tahap ini juga telah berjalan sistem kontrol dan lembaga yang memberikan akreditasi terhadap swasta dan unit kerja/dinas pemerintah pemberi jasa pemrosesan ijin.
221
Sebagai luaran dari penerapan kebijakan ini adalah dapat berfungsinya sistem hukum, peraturan, dan standard kerja yang berperan dalam mengefisienkan pengurusan ijin/sertifikat tanah. Sedangkan di tingkat pelaksanaan terjadi peningkatan kualitas pemrosesan ijin/ sertifikat.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
SISI PENAWARAN
SISI PERMINTAAN
Kebijakan
Kinerja Pelaksanaan
Evaluasi dukungan dan kesadaran stakeholders
Evaluasi Kinerja Pelaksanaan
Evaluasi Hukum & peraturan
Pelibatan stakeholders
Penentuan alternaf lembaga pelaksana
Swasta jasa usaha layanan proses ijin
Kontrol dan peran serta stakeholders
Kampanye kepada swasta
Kampanye untuk Meningkatkan kontrol dan
Umpan balik
peran serta stakeholders
Penerapan kontrol dan akreditasi
Pembentukan lembaga kontrol & akeditasi
Refisi unit kerja pemerintah
Unit kerja pemerin-tah sebagai salah satu kompetor
Penerapan hukum, standard, dan kontrol
Penyusunan standard
Revisi Hukum & peraturan pelaksanaan & kontrol
MODEL
TRANSISI
REFISI
222
Publik
EVALUASI
Dukungan dan kesadaran stakeholders meningkat
Peningkatan kualitas proses layanan
Hukum, peraturan, dan standard mengefisienkan pasar
LUARAN
Bagian 7 | EPILOG BEBERAPA CATATAN PEMANFAATAN CITIZEN REPORT CARD (CRC) UNTUK MONITORING KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Strategi Implementasi Peningkatan Akuntabilitas Layanan Umum Perijinan
Peta Permasalahan
Bagian 7 | EPILOG BEBERAPA CATATAN PEMANFAATAN CITIZEN REPORT CARD (CRC) UNTUK MONITORING KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
6. Strategi Implementasi dari Sisi Permintaan Penerapan rekomendasi dari sisi permintaan merupakan hal yang sama pentingnya dengan penerapan dari sisi penawaran. Rekomendasi dari sisi permintaan pada dasarnya adalah memberikan kebebasan pada pelanggan untuk dapat menyuarakan keluhan (voice), memilih jasa pemrosesan ijin yang paling sesuai dengan kepentingannya (exit), dan mengontrol penyedia jasa pemrosesan perijinan dari penyimpangan. Langkah pertama, melakukan evaluasi terhadap dukungan dan kesadaran pelanggan terhadap layanan yang sedang berjalan. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dipahami peta permasalahan. Sebagaimana dikemukakan alam laporan, masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat adalah: tidak dilibatkannya dalam proses penetapan kebijakan layanan publik, tidak adanya media untuk menyalurkan keluhan, tidak ada alternatif bagi pelanggan untuk memilih penyedia jasa yang lain sehingga ia harus meminta ijin kepada unit kerja/dinas pemerintah yang ada meskipun layanan yang diberikan tidak sesuai dengan harapan dan tidak ada mekanisme untuk menghindar dari pemerasan yang dilakukan oleh pegawai unit kerja/dinas pemerintah. Masalah tersebut di samping merugikan pelanggan juga merugikan pemerintah. Pelanggan rugi karena kehilangan waktu dan biaya pengurusan ijin. Sedangkan pemerintah rugi karena kredibilitasnya akan turun di mata masyarakat. Untuk menjamin agar masalah teratasi maka sebaiknya pelanggan sebagai stakeholders dilibatkan dalam tahap revisi instrumen kebijakan dan kelembagaan perijinan/sertifika. Pada tahap ini dapat dipahami keluhan, kesadaran, dan aspirasi pelanggan mengenai bagaimana kebijakan perijinan dirancang dan diterapkan. Kesulitan utama pada tahap ini adalah kesulitan dalam mendefinisikan pelanggan. Hal ini disebabkan tidak ada asosiasi yang mewakili pelanggan perijinan atau pelanggan jasa layanan pemerintah. Untuk mengatasi hal ini pemerintah dapat mengundang organisasi non-pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat yang kompeten serta perguruan tinggi dalam kegiatan merefisi dan mendesain kebijakan perijinan.
223
Pada tahap transisi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan perguruan tinggi di dorong untuk melakukan kampanye untuk meningkatkan kontrol dan peran serta pelanggan dalam pelaksanaan kebijakan layanan publik yang telah dirancang. Kampanye ditekankan pada penyadaran kepada masyarakat mengenai hak-haknya sebagai pelanggan untuk dapat menyuarakan keluhan terhadap jasa pemrosesan ijin, untuk memilih alternatif pemrosesan ijin, dan menolak pemerasan yang dilakukan oleh pegawai pemerintah atau swasta yang melakukan pemerasan. Kampanye juga harus menunjukkan dengan tegas lembaga atau unit kerja mana yang dapat dijadikan sebagai penyalur keluhan dan aspirasi pelanggan. Sebagai medium kampanye dapat digunakan radio, koran, televisi, atau seminar. Dengan kampanye yang intensif, maka ketika kebijakan layanan diterapkan sesuai desain maka kontrol dan peran serta pelanggan telah meningkat. Kontrol pelanggan dinyatakan dalam bentuk penyampaian keluhan, penolakan terhadap bentuk layanan di bawah standar, dan penggunaan hak untuk mendapatkan layanan alternatif bila pemberi jasa tidak sesuai harapan. Sedangkan peran serta pelanggan dinyatakan dalam peningkatan jumlah pelanggan yang menganggap memiliki ijin merupakan suatu kewajiban masyarakat untuk mencapai kesejahteraan bersama. Sebagai luaran dari kebijakan ini adalah meningkatnya dukungan dan kesadaran pelanggan terhadap kebijakan perijinan yang telah dilaksanakan. Tingkat dukungan dan kesadaran pelanggan merupakan umpan balik bagi analis kebijakan untuk melakukan evaluasi dan memetakan permasalahan kebijakan.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 7 | EPILOG BEBERAPA CATATAN PEMANFAATAN CITIZEN REPORT CARD (CRC) UNTUK MONITORING KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
7. Catatan Akhir Dari temuan studi dan rekomendasi nampaknya CRC dapat menjelaskan beberapa fenomena korupsi sekaligus juga mengidentifikasi berbagai rekomendasi untuk mencegah korupsi. Tetapi untuk menjadikan rekomendasi lebih bermanfaat menjadi kerangka aksi tampaknya perlu diskusi antara NGO, pemerintah dan warga. Yang perlu didiskusikan terutama adalah kebijakan, standar dan prosedur layanan publik yang dapat mencegah tarjadinya asimetri informasi, monopoli layanan, dan mekanisme pengaduan. Kesepakatan kerangka aksi ini perlu disebarluaskan dan diimplementasikan secara konsisten baik oleh pemerintah maupun pengguna layanan publik. Kecuali Kota Denpasar, studi ini dilakukan di daerah-daerah yang kegiatan ekonominya didominasi oleh pertanian –kecuali Denpasar- karena itu persoalan sertifikat tanah dan IMB mungkin belum menjadi aset yang penting bagi warga. Selain itu preferensi warga terhadap kualitas layanan juga masih rendah, karena umumnya masyarakat pedesaan masih memiliki oportunity cost yang rendah. Hal ini menyebabkan mereka tidak begitu komplain dengan prosedur dan jangka waktu layanan yang relatif masih lama. Untuk perlu dilakukan survei di wilayah-wilayah kota besar sehingga gambaran mengenai layanan di bidang KTP, IMB dan sertifikat tanah dapat diketahui di berbagai daerah secara lengkap.
224
Disamping persebaran wilayah, survei juga perlu dilakukan untuk layanan publik yang lain terutama layanan publik yang bersifat final good (barang yang langsung dapat dikonsumsi). Dengan demikian dapat dibandingkan kualitas layanan jasa dengan barang langsung (misalnya air minum, pengelolaan sampah, penyediaan bibit) di satu kota. Dengan perbandingan tersebut satu kota dapat merancang reformasi kebijakan dan kelembagaan publik secara menyeluruh sekaligus juga mencegah terjadinya korupsi dalam bidang-bidang layanan publik.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 7 | EPILOG BEBERAPA CATATAN PEMANFAATAN CITIZEN REPORT CARD (CRC) UNTUK MONITORING KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Daftar Pustaka Suhirman, Panduan Citizen Report Card: Monitoring Layanan Publik oleh Warga, Kemitraan,: Jakarta, 2008. Klitgaard, R., Controling Corruption.,The Regents of the University of California, California, 1988. Hadjon, P.M.dkk., Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press,, Yogyakarta, 1995.. Samuel Paul, Paul, Samuel, Accountability in Public Services: Exit, Voice, and Capture., Working Papers No. 614, World Bank, Washington, D.C., 1991.
225
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
Bagian 7 | EPILOG BEBERAPA CATATAN PEMANFAATAN CITIZEN REPORT CARD (CRC) UNTUK MONITORING KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
226
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA 227
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Buku Abe, Alexander., Perencanaan Daerah Partisipatif, Solo: Pondok Edukasi, 2002. Berita Instansi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar, 14 September 2006 Berita Instansi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar, 19 Mei 2008. Brannen, Julia, Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Cet. VI, 2005. Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial, Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: AUP, 2001. Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Prenada Media Group, Cet. 3, 2008. Cochran, William G., Teknik Penarikan Sampel, Jakarta: UI Press, 1991. Dampak korupsi di Layanan Publik Cukup Tinggi, Harian Suara Karya, Kamis 14 Agustus 2008. Danang Widoyoko, Luki Djani, dkk., Saatnya Warga Melawan Korupsi: Citizen Report Card Untuk Pendidikan, Jakarta: Indonesian Corruption Watch (ICW), 2006. Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar, 31 Desember 2007 Djabbar, Faisal., Korupsi dan Layanan Publik (artikel), www.indonesia.go.id. Dwiyanto, Agus. Mewujudkan Good Governance melalui Layanan Publik, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005. Eriyanto, Teknik Sampling Analisis Opini Publik, Yogyakarta: LKiS, 2007.
228
Eriyanto, Metodologi Polling Memberdayakan Suara Rakyat, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999. Eriyanto, Teknik Sampling Analisis Opini Publik, Yogyakarta: LkiS, 2007. Faisal Djabbar, Korupsi dan Layanan Publik (artikel), www.indonesia.go.id Faisal, Sanapiah, Dasar-Dasar Menyusun Angket, Surabaya: Usana Offset Printing, 1981. Ghozali, Imam. Statistik Non-parametrik, Semarang: Undip, Cet. 3, 2002. Gulo, W., Metodologi Penelitian, Jakarta: Grasindo, 2002 Gunnar Myrdal. Obyektivitas Penelitian Sosial, Jakarta: LP3ES, 1981. Hendradi, C. Tri. Statistik Six Sigma dengan Minitab. Yogyakarta: ANDI, 2006 Improving Local Governance and Service Delivery: Citizen Report Card Learning Tool Kit, Asian Development Bank and Asian Development Bank Institute, 2005. Junaidi, Purnawan, Pengantar Analisis Data, Jakarta: Rineka Cipta, 1995. Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Research Sosial, Bandung: Alumni., tt. Koentjoroningrat, Metode Penggunaan Data Pengalaman Pribadi, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1977. Kurniawan, Luthfi J., dkk. Paradigma Kebijakan Layanan Publik, Malang: In-TRANS Publising, Cet. 1, 2008. Mardalis, Drs. Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Sinar Grafika Offset, Cet. 5, 2002. Myrdal, Gunnar, Obyektivitas Penelitian Sosial, Jakarta: LP3ES, 1981. Nazir, M. Metode Penelitian, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 1988. Patton, Micahel Quinn. Metode Evaluasi Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1991.
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Paul, Samuel, Making Voice Work:The Report Card on Bangalore’s Public Services, Public Affair Centre Banglore, Supported by the World Bank. Prasojo, Eko, Irfan Ridwan Maksum dan Teguh Kurniawan. Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah: Antara Model Demokrasi Lokal dan Efisiensi Struktural, Depok: Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI, 2006. Rangkuti, Freddy. Riset Pemasaran, Jakarta: Gramedia, 2002. Roem Topatimasang, Merubah Kebijakan Publik, Yogyakarta: Read Book, 2001. Samuel Paul, Making Voice Work:The Report Card on Bangalore’s Public Services, Public Affair Centre Banglore, Supported by the Warld Bank. Semua Bisa Seperti Jembrana: Kisah Sukses Sebuah Kabupaten Meningkatkan Kesejahteraan Rakyatnya, Yayasan TIFA, 2005. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989. Standar Operating Procedure Layanan Perijinan Kabupaten Pemalang. Strauss, Anselm dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet. 2, 2007. Sudjana, Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiyah, Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo, 2001. Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta, 1997. Suhirman dan Endah Apriani, Bila Warga Menilai: Potret Kepuasan Konsumen Layanan Publik Kota Bandung, Bandung: Bandung Institute for Governancance Studies (BIGS), 2002. Suhirman, Kerangka Hukum Perencanaan dan Penganggaran Daerah di Indonesia. Peluang dan Tantangan untuk Partisipasi Publik, Bandung: Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM), 2005.
229
Tayibnapis, Farida Yusuf. Evaluasi Program, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000. The Third Citizen report Card On Public Services in Banglore, Public Affairs Centre. Bangalore. Topatimasang, Roem, Merubah Kebijakan Publik. Yogyakarta: Read Book, 2001. Tri Hendradi, Cornelius. Kupas Tuntas Analisis Regresi, Yogyakarta: ANDI, 2007. Umar, Husein. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Ghalia Indonesia. Jakarta. 2003 Umar, Husein. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002. W Gulo, Metodologi Penelitian, Jakarta: Grasindo, 2002. Widoyoko, Danang, Luki Djani, dkk., Saatnya Warga Melawan Korupsi: Citizen Report Card Untuk Pendidikan, Jakarta: Indonesian Corruption Watch (ICW), 2006.
Peraturan Perundangan
Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 503/ 5.A/ 08/ Dip tentang Pembentukan Tim Pelaksana Layanan Perijinan dan Investasi pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pemalang. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 Peningkatan Kualitas Layanan Publik Melalui Partisipasi Masyarakat Dalam Rangka Mewujudkan Kepemerintahan yang baik. Pengalaman Praktis di Kabupaten Solok, Kabupaten Bima, dan Kota Bima, Kerjasama Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Republik
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia dan Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ). Peraturan Bupati Jembrana Nomor 14 Tahun 2007 Tentang Rencana Aksi Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kabupaten Jembrana 2007-2010 Peraturan Bupati Pemalang Nomor 188.4/134/Hk tentang Pendelegasian dan Kewenangan Penandatanganan Perijinan Terpadu Kepada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pemalang. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pembentukan Unit Layanan Terpadu Pada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pemalang. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Pengalihan Pengelolaan Layanan Perijinan Terpadu Kepada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pemalang. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 67 Tahun 2007 tentang Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kabupaten Pemalang Tahun 2007-2011. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 6 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan. Peraturan Daerah Kota Denpasar No 14 Tahun 2002 tentang Perubahan Kedua Peraturan Daerah Kota Denpasar No 6 Tahun 1996 Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk Dalam Kerangka Sistem Informasi Manajemen Kependudukan (SIMDUK).
230
Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 13 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 5 tahun 2001 tentang Bangunan dan Ijin Mendirikan Bangunan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 9 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Magelang Tahun 2005 – 2010 Peraturan Walikota Magelang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Rencana Tindak Lanjut (RTL) Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD PK) Kota Magelang tahun 2007 – 2010 Peraturan Walikota Magelang Nomor 33 Tahun 2007 tentang Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) Kota Magelang Tahun 2007-2010 Surat Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45/2A/HK/2007 tentang Program Aksi Daerah Dalam Rangka Pembaharuan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Pemerintah Kota Denpasar. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang-undang
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen Lainnya MOU Pemkot Denpasar dengan Kementrian Negara Bappenas Nomor: NKB.001/M. PPN/01/2008//188.45/1/HK/2008 tentang Kerjasama Implementasi Sistem Aplikasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Nasional Dalam Proses Pengadaan Barang/Jasa Daerah MOU Pemkot Denpasar dengan Kementrian Negara Pendayagunaan Aparatur Pemerintah dan KPK tertanggal 14 Agustus 2006 Nomor: 188.45/ 03/ HK /2006 dan Nomor 107/ D.IV/08/2006 mengenai pembaharuan tata kelola pemerintahan yang baik.
231
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah
DAFTAR PUSTAKA
232
PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSEPSI MASYARAKAT Hasil Survei Persepsi Masyarakat dengan Metode Citizen Report Card di Daerah