Mass berasal dari bahasa Inggris yang di terjemahkan yang artinya bangunan dalam jumlah yang banyak, a piece or amount of definite, shape or size, bulk or size 1 yang berarti suatu potongan atau jumlah terbatas, ukuran atau bentuk dan ukuran. “Massa perkotaan“ meliputi bangunan-bangunan, permukaan tanah dan obyek di dalam ruang yang dapat membentuk ruang kota dan membentuk pola kegiatan baik dalam skala besar maupun kecil. Di dalam hal ini massa perkotaan akan mempengaruhi bentuk dari ruang kota, sebab “ruang kota“ berkaitan dengan bentuk semua bangunan, skala dan suasana penutup ruang antar bangunan 2. Bangunan-bangunan secara individual dapat berperan besar dalam totalitas pembentukan kota. Dengan ada penataan tata bangunan dapat menciptakan ruang urban yang berhasil dalam hampir semua bentuk. Pokok dari ruang urban yang berhasil adalah proposilnya, lantai dan dindingnya dan aktivitas yang ada di dalamnya, maka dari hal tersebut ada beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan agar dapat terciptanya tata ruang kota yang nyaman, baik dan terintegrasi yang baik antara elemen-elemen perancangan kota yang akan membentuk suatu kota. Penataan tata bangunan dan bentuk bangunan menjadi elemen penting dalam perancangan suatu kota. Namun setelah itu perancangan lebih di utamakan pada ketinggian bangunan dan efek “bulk” tetapi faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan pada bangunan seperti warna, material tekstur dan fasade bangunan. Selama ini, faktor-faktor seperti warna, material, tekstrur dan fasade diserahkan langsung kepada
1 2
Pino, E., T, Wittermans, Kamus Inggris - Indonesia Shirvani, Hamid, Urban Design Process, 1985.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
individu arsitek dan kliennya. Penataan tata bangunan sering diabaikan, pada hal massa bangunan merupakan elemen yang mendasar dalam perencanaan ruang kota, bukan hanya dari program pengindahan saja. Pengendalian tata bangunan dalam perancangan kota yang baik dapat menciptakan ruang-ruang kota yang berkualitas, meningkatkan elemen berskala manusia di kota, membentuk keharmonisan dan keserasian antara setiap bangunan yang dapat menjadi landmark kota. Dalam hal ini akan diuraikan faktor-faktor yang penting dalam penataan tata bangunan. 2.1
Unsur-unsur yang mempengaruhi Bentuk dan Massa Bangunan 3
2.1.1
Intensitas bangunan Unsur-unsur yang termasuk dalam intensitas bangunan, yaitu: a.
Koefisien dasar bangunanKoefesien Dasar Bangunan/Building Coveragae Ratio (KDB/BCR), yang bertujuan untuk menemukan kepadatan bangunan. 1. Batasan KDB merupakan suatu nilai perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan dan luas daerah perencanaan. 2.
Nilai KDB ditetapkan berdasarkan tingkat pemanfaatan air tanah dan laju infiltrasi air tanah.
3.
Nilai KDB maksimum untuk peruntukkan perdagangan adalah 75% sedangkan standar KDB maksimum untuk fasilitas sosial adalah 40%.
3
Shirvani, Hamid, Urban Design Process, 1985.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
4.
Luas lahan terbangun atau lantai dasar maksimum dapat dihitung sebagai berikut: A = KDB Kawasan X Luas daerah rencana. A = Luas lantai dasar.
5.
Bila daerah rencana memiliki ketetapan nilai KDB berbeda, maka nilai KDB rata-rata dihitung dengan jalan menjumlah nilai KDB kali daerah rencana masing-masing lalu dibagi dengan total daerah rencana (Gambar 2.1). (DP1 X KDB1) + (DP2 X KDB2) + ……+ (DPn X KDBn) (DP1 + DP2 +……….+ DPn) DP = daerah rencana
Gambar 2.1 Contoh perhitungan KDB bangunan pada lahan 1000 m2 Sumber: Hasil pengamatan lapangan, tahun 2012 6.
Rumusan di atas merupakan rumusan yang dipakai dalam perhitungan koefisien dasar bangunan.
b.
Garis sempadan bangunan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
•
Garis Sempadan Bangunan membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan, dihitung dari batas terluar roil sampai batas terluar maka bangunan muka bangunan, yang berfungsi sebagai pembatas ruang.
•
Garis Sempadan ditentukan dengan pertimbangan ruang bebas pandang bagi pengendara.
•
Model perhitungan garis sempadan; Lebar jalan kurang dari 8 m Garis Sempadan = ½ lebar jalan.
•
Sempadan belakang ditentukan dapat dilalui kendaraan pemadam kebakaran atau minimal 3m.
•
Garis sempadan belakang bangunan akan mempengaruhi jarak antara bangunan di depan dan di belakangnya.
c.
Insentif luas lantai dasar bangunan Memberikan keuntungan tambahan luas lantai dasar bangunan. Insentif ini diberikan apabila developer memenuhi persyaratan peruntukkan lantai dasar yang diwajibkan, misalnya fungsi-fungsi retail disepanjang jalur utama pejalan kaki. Luas lantai bangunan yang ditempati oleh fungsifungsi tersebut dipertimbangkan untuk tidak diperhitungkan kedalam KLB kapling (Gambar 2.2).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.2 Contoh Perhitungan insentif KDB bangunan pada lahan 1000 m2
d. Koefisien lantai bangunan Koefesien Lantai Bangunan/Floor Area Ratio (KLB/FAR) yang bertujuan untuk mengupayakan ambang intensitas pembangunan secara merata. 1.
Batasan KLB merupakan suatu nilai hasil perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan dan luas daerah perencanaan. Batasan KLB dinyatakan tanpa satuan.
2. Model perhitungan KLB untuk suatu kawasan mengikuti model yang sama dengan perhitungan KDB. 3. KLB kawasan adalah 0,75-3,00 (adaptasi Pedoman Perencanaan Tata Bangunan DTK Jakarta) (Gambar 2.3). 4. Perhitungan KLB untuk suatu kawasan mengikuti model yang sama dengan perhitungan KDB pada bangunan lama/bersejarah. 5. Model KLB perhitungan pada suatu kawasan harus mengikuti keadaan atau konteks lingkungan yang ada di kawasan tersebut.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
e.
Ketinggian bangunan maksimum Perancangan ketinggian setiap kapling bergantung kepada konsep skyline kawasan secara keseluruhan. 1. Batasan ketinggian bangunan (KB) merupakan suatu nilai yang menyatakan jumlah nilai lantai maksimum daerah perencanaan, batasan KB dinyatakan dalam satuan lapis atau lantai (lantai dasar = lantai 1). 2. Penentuan jumlah lantai bangunan didasarkan pada pertimbangan keselamatan (cukup sinar matahari, sirkulasi
udara,
merasa
terlindungi dan lantai tertinggi harus dapat dijangkau oleh fasilitas pemadam kebakaran), keindahan (harmonis dengan bangunan lain dan membentuk skyline yang continue) dan arah pandangan ke lingkungan secara makro (langit) tidak terhalang oleh ketinggian bangunan. 3. Jumlah lantai bangunan dengan peruntukan komersial/perdagangan (dalam hal ini rumah toko) adalah maksimum 3 lantai dan jumlah
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
lantai bangunan dengan peruntukkan perkantoran dan jasa (bangunan tunggal) adalah maksimum 4 lantai. f.
Skala Skala berfungsi untuk mengkomunikasikan wujud sebuah bangunan atau ruang dengan menunjukkan pertimbangan perancang dan penggunaan yang bebas dari variabel-variabel arsitektur yang ada: bahan, teknologi, bentuk, ukuran, warna, tekstur, elemen dan prinsip perancangan.
g. Skyline Merupakan suatu garis dimana langit dan bumi bertemu. Fungsi utamanya adalah penghubung bangunan secara horizontal. Pada dekade terakhir muncul istilah yang paling baru, yakni “skyscraper”atau bangunan pencakar langit, yang kemunculannya semakin
berkembang tak
terbendung lagi. “skyscraper” atau bangunan pencakar langit berawal dari Mesopotamia Zigurat sampai Burj Dubai, yang merupakan menara unik dengan sistem struktur dan konstruksi luar biasa. Keberadaannya merupakan salah satu landmark kota Dubai. Dekade selanjutnya muncul menara dalam bentuk bangunan industri, cerobong asap, perapian yang berbentuk kerucut dan menara air. Keberadaan menara tersebut secara otomatis menjadi landmark kota duniawi. Poin utama dalam skyline adalah pandangan untuk memajukan kota yang tradisional menjadi kota modern, dan kota tidak hanya terpusat pada bangunan ibadah, tetapi juga berfungsi sebagai suatu pusat kemajuan industri suatu kota dengan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
menampilkan bangunan pencakar langit dan setelah revolusi industri, gedung pencakar langit menjadi landmark kota. Bangunan tinggi tidak hanya berfungsi sebagai rumah ibadah akan tetapi juga sebagai wadah pertemuan kelompok atau kekuatan politik dan ekonomi. h.
Skyline Perkotaan Skyline adalah tanda kota, identitas perkotaan dan merupakan satu cara untuk menggambarkan kemajuan perkotaan. Skyline perkotaan bertujuan untuk memusatkan bentuk kota dan menyorot bentuk kota. Skyline kota dapat dilihat dari ketinggian gunung sehingga ketinggian bangunan yang ada di suatu kota dapat dilihat dengan jelas. Ketinggian bangunan yang dibentuk dari ketinggian bangunan yang berbeda akan membentuk skyline kota. Di beberapa kota besar masih banyak ditemukan gedung pencakar langit yang tinggi dari melebihi skyline kota yang terbentuk.
2.1.2
Fasade bangunan/muka bangunan Fasade merupakan elemen penting yang menghadirkan berbagai pengalaman
kepada pengamat untuk dapat memilih pengalaman-pengalaman visual yang berbeda. Fasade dapat mengubah fokus pandangan kita, dengan berpindah dari satu lokasi pengamatan kelokasi pengamatan lain dan hal ini akan membuka peluang bagi kota untuk mendapatkan vista yang baru atau gambar yang baru. Kekayaan visual tergantung pada kontras dari elemen-elemen seperti jendela, dinding, material bangunan, warna, tekstur atau kontras terang dan gelap pada langit-langit bangunan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Kekayaan visual juga tergantung pada jumlah dari elemen-elemen yang dapat dilihat oleh pengamat. Fasade bangunan/muka bangunan sangat perlu ditata, karena 4: 1.
Wujud dari bangunan akan lebih mudah untuk dikenal/baca. Merancang massa dari bangunan harus dapat memberikan sifat menguatkan karakter dari suatu lokasi, sehingga dengan mudah dapat di kenal dan di baca. Massa bangunan yang dirancang saat sekarang ini harus dapat memberikan kekuatan karakter pada bangunan, karena bangunan yang di maksud secara visual harus dapat terintegrasi dengan lingkungan sekitarnya. Untuk mendukung sifat mudah dibaca, hal yang di perlukan adalah bagaimana kita dapat menafsirkan ketika suatu bangunan terkait dengan konteks lingkungannya sehingga dapat menguatkan karakter bangunan. Hal ini dapat di perkuat dengan adanya paths, nodes, landmark, edges yang ada disekitarnya.
2. Wujud dari bangunan akan lebih mudah untuk dikenal/dibaca berdasarkan kegunaan/fungsi bangunan. Dalam hal ini yang dipertimbangkan adalah bagaimana cara menempatkan suatu fasade dari bangunan dapat di baca oleh orang yang melintas pada bangunan tersebut. Penampilan dari muka bangunan dapat memberikan gambaran yang terperinci tentang fungsi bangunan tersebut. Contoh suatu bangunan balai kota perlu menunjukkan karakter dari bangunan tersebut, bahwa bangunan tersebut adalah balai kota. 4
Alcock, Bentley, Responsive Environments, 1980.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
3. Variasi Dalam hal ini yang dipertimbangkan adalah bagaimana cara membuat fasade dari bangunan secara lebih detail dan terperinci. Hal ini dilakukan, agar pada saat melintas pada bangunan tersebut orang dapat menikmati suatu keindahan yang di miliki oleh bangunan tersebut, sehingga mereka dapat menginterpretasikan sebagai sebuah faktor yang membuat seseorang merasa lebih bersemangat pada saat melintas atau melihat bangunan tersebut. 4. Peran dari fasade bangunan/muka bangunan jika dibuat lebih terperinci. hal ini perlu di lakukan agar memberikan tujuan yang spesifik pada perancangan fasade bangunan, dan hal ini dilakukan agar bangunan yang di rancang lebih erat dengan lingkungan yang ada, hal ini sangat perlu diperhatikan. 2.1.3 Unsur-unsur yang dapat mempengaruhi Fasade pada bangunan 5 Sebuah fasade harus didesain mengikuti konteks lingkungan yang ada di kawasan tersebut, sehingga akan menciptakan visual yang menarik dan indah.
a. Harmonis Harmonis adalah penyusunan elemen-elemen atau bagian-bagian dalam kesatuan 5
artistik
yang
teratur,
Ulrich Knaack, Tillmann Klein and Marcel Bilow, Thomas
menyenangkan
atau
kongruen.
Auer, Facades Principles Of Construction, 2007.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Keharmonisan muka bangunan perlu dirancang karena akan menghasilkan nilai estetika yang menarik maka hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Harmonis pada fasade bangunan dapat menunjukkan adanya hubungan antara elemen-elemen lainnya secara lebih detail. 2. Harmonis pada fasade bangunan mampu menguatkan karakter yang ada pada bangunan sehingga akan memperkaya unsur-unsur yang ada pada bangunan. 3. Elemen-elemen yang di gunakan pada setiap bangunan berbeda-beda, sehingga akan membentuk karakter visual yang berbeda pada bangunan. Harmonis pada bangunan dapat memberikan adanya hubungan pada setiap bangunan sehingga antara bangunan yang satu dengan bangunan yang lainnya memiliki hubungan. 4. Harmonis pada bangunan menunjukkan adanya ritme, datum, pengulangan dan transformasi. b. Kontras Perancangan dalam bangunan tidak boleh mengabaikan kontras, karena kontras dibutuhkan untuk menciptakan sebuah lingkungan yang menarik dan kreatif. Pemahaman yang baik mengenai kontras sangat dibutuhkan dan sifat-sifat dasarnya serta keterbatasannya, agar suatu kontras menjadi seimbang dengan konteksnya. Bangunan-bangunan yang bersifat kontras perlu dipisahkan satu dengan yang lain supaya arti konteksnya masih dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan, oleh karena itu perlu adanya
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
panduan perancangan fasade agar kawasan memiliki karakteristik visual yang memiliki kontribusin place pada ruang kota. Peristiwa visual tergantung pada kontras visual, yang dapat diciptakan oleh perbedaan nada atau warna pada satu atau dua bentuk yang terdapat pada permukaan bangunan atau variasi tiga dimensi yang ada pada bangunan. Efektifitas ini sangat mempengaruhi antara yang satu dengan lainnya dan ini tergantung pada dua faktor utama, yaitu: Ada dua faktor yang paling efektif agar kontras pada permukaan bangunan dapat dikatakan baik adalah: 1. Memposisikan bangunan, hal ini bertujuan untuk menonjolkan bagian mana dari bangunan yang akan menjadi sudut pandang utama pada saat orang melihat bangunan tersebut. Kontras dalam merancang bentuk massa dan fasade bangunan sangat perlu. 2. Kontras pada bangunan mampu menonjolkan unsur-unsur yang ada pada masing-masing bentuk bangunan dan menunjukkan adanya hubungan/keterkaitan antara unsur yang satu dengan yang lainnya yang dapat memberikan kesinambungan. 3. Kontras pada bangunan membedakan detail bangunan yang soft dan hard, keras dan lembut yang dimaksud adalah seperti, jendela, relief pada bangunan dan material lainnya yang di pakai pada bangunan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
4. Kontras pada bangunan akan memberikan karakter visual pada bangunan, sehingga akan memberikan pengalaman pada orang yang melihatnya atau melintas pada bangunan tersebut. 5. Kontras pada bangunan di gunakan untuk membedakan warna, level lantai bangunan dari permukaan tanah, tiga dimensi bangunan, garisgaris vertikal dan horizontal, dan material yang di pakai pada bangunan. 6. Bangunan yang bersifat kontras perlu dipisahkan satu dengan yang lainnya supaya arti konteksnya masih dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. 7. Pemahaman yang baik mengenai kontras sangat dibutuhkan dan sifat – sifat dasarnya serta keterbatasannya, agar suatu kontras menjadi seimbang dengan konteksnya. c. Material Material adalah elemen-elemen yang dipakai pada bangunan baik berupa bahan-bahan bangunan, struktur ataupun kontruksi yang dipakai pada bangunan. Material dalam merancang bentuk massa dan fasade bangunan yang ada di sekitar kawasan Pemuda sangat perlu karena: 1. Penggunaan material yang berbeda akan memberikan unsur-unsur yang berbeda pada bangunan, seperti jendela, pintu, penutup atap bangunan, lantai bangunan, konstruksi bangunan dan lain-lain.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2. Material pada bangunan akan berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, sebab material bangunan akan memberikan karakter visual pada bangunan dan untuk mempertegas fungsi dari bangunan tersebut. 3. Material dalam merancang bangunan sangat penting karena, material akan mempengaruhi suhu pada bangunan, efek yang ditimbulkan dari penggunaan material tersebut terhadap lingkungan disekitanya, yang disesuaikan dengan iklim lingkungan. d. Tekstur Salah satu dari elemen terpenting yang dapat dipakai seseorang perancang dalam menentukan skala pada bangunan. Di dalam hal ini tekstur adalah alat dimana kita dapat menentukan hubungan khusus dengan sebuah bangunan atau bahkan suatu bagian bangunan yang pada jarak dekat melengkapi perhubungan skala kita dengannya. Keanekaragaman tekstur, digunakan
dengan
keterampilan
perancang
yang
peka,
yang
memungkinkan suatu rangkaian menjadi lebih luas dan lebar dalam bentuk skala arsitektur bangunan yang ada di sekitar kawasan Pemuda yang tetap memperhatikan konteks lingkungan sebagai kawasan lama/bersejarah. e. Warna Pada rancangan bangunan, khususnya pada eksterior, adalah sering suatu cita rasa terbatas yang ditentukan oleh bahan-bahan yang dipakai. Mempergunakan rangkaian “alamiah” pada warna yang tersedia dalam
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
bahan bangunan adalah sebuah cara untuk menerapak disiplin pada rancangan bangunan. “Alamiah disini berarti bahwa tidak ada usaha dilakukan di dalam proses pembuatan untuk mengubah warna yang dihasilkan oleh bahan yang menyusun atau bahan yang dipakai Orr, Frank, Skala dalam arsitektur. Fungsi dari warna, yaitu: 1. Memberikan efek skala pada bangunan. 2. Memberikan ketegasan yang lebih tajam pada bentuk sehingga membantu seseorang sebagai pengamat untuk menegaskan hubungan fisik dengan bentuk. 3. Untuk menghiasi permukaan-permukaan yang akan terlihat didalam pancaran sinar matahari yang kuat, sehingga kehalusan bentuknya dan ketegasannya dapat lebih mudah dilihat. 2.1.4
Cara orang-orang mengartikan/menafsirkan suatu tempat Orang-orang mengartikan suatu tempat ketika tempat tersebut memiliki
makna atau arti tertentu, karena mereka pernah mengalami suatu kejadian atau melakukan sesuatu hal di tempat tersebut. Pada dasarnya orang-orang tidak belajar dari suatu tempat/ruang yang hampa sosial, akan tetapi orang-orang akan belajar dari suatu lingkungan dimana mereka pernah berada. Setiap orang akan mengartikan makna yang berbeda pada suatu tempat, walaupun masing-masing dari mereka pernah
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
berada di tempat yang sama. Ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu 6: 1. Pengalaman dari lingkungan mereka yang berbeda dengan kelompok yang lainnya. 2. Tujuan/kegiatan yang dilakukan dari masing-masing berbeda berbeda dengan kelompok lainnya. 2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keserasian Visual Terhadap Tata Bangunan Ada beberapa faktor mempengaruhi visual pejalan kaki terhadap tata bangunan di sekitarnya, yaitu: 1. Sudut bangunan terhadap jalan, Sky Exsposure Plan (SEP) (Gambar 2.4).
Gambar 2.4 Ratio 1:2 merupakan perbandingan minimum yang tepat antara tinggi bangunan dengan lebar jalan Sumber: Hedman & Andrew Jaszewaki 1984; 57-60 2. Variasi bentuk desain massa bangunan. 3. Adanya keserasian antara elemen-elemen yang ada pada bangunan (Gambar 2.5).
6
Alcock, Bentley, Responsive Environments, 1980.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.5 Diagram yang menunjukkan hubungan antara elemen-elemen bangunan dengan bangunan Sumber: Hamid, Shirvani 1985; 11-22 Permukaan suatu bangunan perlu disain, karena akan memberikan kesan tertentu pada saat orang yang melihatnya. Hal ini dilakukan untuk menguatkan karakter atau membandingkan karakter yang ada pada bangunan. Sehingga unsurunsur yang ada pada bangunan dapat memberikan karakter pada bangunan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, harus dilakukan analisa, antara lain yaitu: 1. Unsur-unsur yang ada pada bangunan (seperti detail dinding, jendela, pintu dan level lantai. 2. Hubungan antara unsur-unsur yang ada pada bangunan (seperti; vertikal atau horizontal, irama dan hubungannya dengan garis langit yang diciptakan oleh masing-masing ketinggian bangunan. 3. Adanya keserasian pada bangunan, yang dapat di ciptakan melalui hubungan antara bangunan yang satu dengan bangunan yang berada di sebelahnya sehingga keserasian visual terhadap bangunan akan tercipta. Dalam hal ini ada beberapa cara yang dapat di lakukan agar disain sebuah bangunan memiliki hubungan antar yang satu dengan yang lainnya. 4. Jika bangunan yang saling bersebelahan memiliki persamaan bentuk dan karakter, ini dapat digunakan sebagai titik awal dalam mendisain bangunan baru. Sisi bangunan yang dijadikan titik awal dalam mendisain
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA jika bangunan yang saling bersebelahan
bangunan dapat digabungkan dengan beberapa bentuk bangunan lainnya, sehingga bangunan-bangunan saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya (Gambar 2.26).
Gambar 2.6 Ilustrasi yang menunjukkan bagaimana caranya menghubungkan suatu disain baru untuk dipersatukan dengan bangunan 5. Penggunaan skala pada detail/ornamen lamabangunan yang disesuikan dengan Sumber: Bentley, Ian 1980; 84-85 skala bangunan. 6. Kemampuan jarak pandang terhadap permukaan bangunan dengan jarak tertentu, sehingga dapat di lihat dari berbagai posisi jalan pada suatu
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
kawasan pusat kota oleh pejalan kaki (Gambar 2.7 dan 2.8).
Gambar 2.7 Ilustrasi yang menunjukkan kemampuan jarak pandang pejalan kaki jika di lihat dari berbagai jarak pandang dengan ketinggian bangunan Sumber: Bentley, Ian 1980; 94-95
Gambar 2.8 Ratio perbandingan jarak minimum dan maksimum antara posisi pengamat (pejalan kaki) dengan ketinggian bangunan. Sumber: Bentley, Ian 1980; 95 7. Bentuk/wujud disain sebuah bangunan akan mempengaruhi visual pengguna jalan/pejalan kaki, karena akan di butuhkan waktu tertentu bagi pengamat/pengguna jalan kaki untuk dapat melihat keseluruhan dari permukaan bangunan sehingga akan di dapat serialvision (Gambar 2.9).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.9 Bentuk /wujud desain sebuah bangunan akan berpengaruh terhadap visual pengamat/pengguna jalan Sumber: Bantley, Ian 1980; 94-95 8. Keberadaan posisi bangunan juga mempengaruhi persentase visual pengamat/pengguna jalan/pejalan kaki untuk dapat melihat keseluruhan dari masing-masing sisi bangunan jika di lihat dari berbagai posisi, misalnya dari arah simpang empat, jalur satu arah, simpang tiga dan jika sisi bangunan di ampit dengan bangunan lainnya (Gambar 2.10).
Gambar 2.10 Berapa besar persentase sisi bangunan dapat di lihat dari berbagai posisi Sumber: Sumber: Bantley, Ian 1980; 94-95 2.1.6
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan pejalan kaki yang terkait
dengan penataan tata bangunan. Ada beberapa faktor mempengaruhi kenyamanan pejalan kaki terhadap tata bangunan di sekitarnya, yaitu: 1. Sudut bangunan terhadap jalan, Sky Exsposure Plan (SEP) (Gambar 2.11 dan 2.12).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.12 Ketinggian bangunan yang harmonis dengan lebar jalan menciptakan ruang teduh bagi pejalan dengan intensitas cahaya yang cukup untuk ruang dalam bangunan Sumber: Hedman & Andrew Jaszewaki 1984; 57-60 2. Garis sudut bangunan yang disesuaikan dengan kawasan yang ada. 3. Keadaan sudut bangunan yang disesuaikan dengan kondisi bangunan lama/bersejarah yang ada di kawasan tersebut.
4. Desain bentuk massa bangunan (Gambar 2.13). Permukaan area dinding yang luas dan tidak terputus-putus pada bangunan, memberikan kesan ukuran bangunan yang besar sekali dan tinggi terhadap pejalan kaki.
Bermacam-macam bangunan yang didirikan dengan adanya penambilan bentuk yang memperlihatkan maju dan mundurnya bangunan serta tinggi bangunan yang diatur dapat mengurangi kesan, bentuk bangunan yang besar dengan bangunan yang berada disebelahnya dan juga terhadap pejalan kaki.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.13 Petunjuk dalam mendisain bangunan yang menunjukkan hubungan antara bentuk/wujud bangunan dan penampilan bangunan. Sumber: Hamid, Shirvani 1985; 11-22 5. Property/perabot yang ada pada bangunan (Gambar 2.14 dan 2.15).
Gambar 2.14 Diagram yang menunjukkan batasan maksimum antara jalur sirkulasi pejalan kaki dengan property bangunan Sumber: Hamid, Shirvani 1985; 11-22
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.15 Penataan perabot yang ada pada bangunan dengan sirkulasi pejalan kaki akan memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki Sumber: Bantley, Ian 1980; 71-72 6. Garis Sempadan Bangunan (GSB 0/nol) yang memperlihatkan jarak antara jalur sirkulasi pejalan kaki dengan bangunan dan jalur sirkulasi kendaraan dengan bangunan (Gambar 2.16).
Gambar 2.16 Ilustrasi yang menunjukkan GSB bangunan (0/nol), sehingga tidak ada jarak batasan antara sirkulasi pejalan kaki dengan bangunan Sumber: Hamid, Shirvani 1985; 11-22 7. Elemen ruang publik yang berorientasi kepada pejalan kaki (Gambar 2.17).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.17 Elemen ruang publik yang berotientasi kepada pejalan kaki Sumber: Chiara. 1990;340 2.1.7
Aspirasi dan dekorasi dari fasade Pada
jalan
bergantung
pada
pemahaman
sebuah
jalan
itu
dari
pengembangannya, konteksnya, peraturan maupun fungsinya. Ditinjau dari aspek fungsional, jalan-jalan di kota secara umum dapat dikelompokkan dalam 3 tipe, yaitu: 1.
Civic Streets, yaitu jalan yang diperuntukan untuk umum. Jalan ini didominasi oleh bangunan-bangunan umum yang menjadi milik semua masyarakat kotanya, seperti teater, hall konser, museum, dan kantor pemerintah.
2.
Commercial Streets, yaitu jalan yang diperuntukan untuk kepentingan komersial. Jalan ini sering digunakan untuk mengidentifikasi kota. Contoh: Regent Street London. Hal-hal ini menjadi pertimbangan yang sangat perlu diperhatikan.
3.
Residential Streets, yaitu jalan untuk kawasan perumahan, yang mengambil tempat paling besar dalam area perkotaan.
2.18
Citra Kota Menurut Kevin Lynch, citra kota dapat dibagi dalam lima elemen, yaitu path
(jalur), edge (tepian), node (simpul), district (kawasan), serta landmark (tengeran).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Kelima elemen ini dapat tercipta pada skala bangunan, sehingga karakter sebuah kawasan dapat dikenal melalui bangun-bangunan yang ada di kawasan tersebut. a.
Path (Jalur) Path adalah merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan umum, yakni jalan, gang-gang, jalan transit, lintasan kereta api dan sebagainya. Path mempunyai identitas (Gambar 2.18).
Path (jalur) dipakai pada sebuah kawasan/koridor jalan agar sebuah fasad Gambar 2.18 Path pada skala bangunan Sumber: Bantley, Ian 1980; 46 bangunan memiliki sifat untuk mudah di baca, karena sebuah path (jalur) memiliki fungsi, yaitu: 1.
Path (jalur) di pakai untuk memperkuat karakter suatu kawasan atau bangunan sehingga akan lebih mudah untuk membedakan bangunan pada suatu kawasan dengan bangunan yang ada di kawasan lainnya.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2.
Path (jalur) akan menciptakan sebuah alur pandangan bagi pengamat pada saat melihat bangunan di suatu kawasan pusat kota.
b.
Edge (Batasan) Adalah elemen linier yang tidak dipakai/dilihat sebagai path. Edge berada pada antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linier, misalnya pantai, tembok, batasan antara lintasan kereta api, topografi, dan sebagainya. Edge lebih bersifat sebagai referensi daripada misalnya sumbu yang bersifat koordinasi (linkage). Edge merupakan penghalang walaupun
kadang-kadang
ada
untuk
masuk.
Edge
merupakan pengakhir dari sebuah district atau batasan sebuah district dengan yang lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontuinitas tampak jelas batasnya dari kondisi yang ada di sekitar lingkungan kawasan yang saling mendukung. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas yang membagi atau menyatukan sehingga batasan yang dibuat dari bangunan yang ada ataupun elemen kota lainnya dapat terlihat dan tergambar dengan jelas (Gambar 2.19).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.19 Edge pada skala bangunan Sumber: Chiara. 1990;340 c.
Nodes (Simpul) Merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah kearah atau aktivitas lain, misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar,taman, square dan sebagainya. (Catatan: tidak semua persimpangan jalan adalah sebuah node, yang menentukan adalah citra place terhadapnya). Node adalah suatu tempat di mana orang mempunyai perasaan ‘masuk’ atau ‘keluar’ dalam tempat yang sama. Node mempunyai identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki bentuk yang jelas (karena lebih mudah diingat), serta tampilan berbeda dari lingkungannya (fungsi dan bentuk) hal ini sangat mempengaruhi kondisikondisi yang ada di sekitar kawasan Pemuda (Gambar 2.20).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.20 Nodes pada skala bangunan Sumber: Bantley, Ian 1980; 53 Semua persimpangan jalan masing-masing memiliki potensi tersendiri untuk membentuk simpul-simpul jalan, akan tetapi tidak semua dari simpul-simpul jalan yang ada dapat dibuat menjadi sebuah nodes yang memiliki karakter tersendiri. Hal ini tergantung pada tiga faktor, yaitu: 1.
Jalan tersebut memiliki peranan atau fungsional sehingga persimpangan yang terbentuk oleh jalan memiliki karakter sendiri misalnya: memiliki sejarah, berada di kawasan komersil dan merupakan suatu kawasan di pusat kota) yang terdapat bangunan bersejarah atau bangunan lama sehingga sudut dari ruang kota yang ada dapat dibentuk dengan jelas, baik bentuk persimpangan atau bentuk simpul jalan lainnya yang ada di sekitar kawasan, terutama persimpangan yang ada di kawasan Pemuda.
2.
Aktivitas ruang publik sangat berpengaruh terhadap bangunan, sehingga memerlukan adanya penekanan dalam pengaturan fasade bangunan yang berada di persimpangan jalan.
3.
Dalam hal ini harus ada ketentuan,apakah simpul-simpul jalan yang membentuk persimpangan merupakan jalan utama atau tidak, sehingga
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
dapat ditetapkan apakah simpul jalan tersebut dapat dibentuk untuk menciptakan karakter sebuah bangunan untuk dapat mudah dibaca oleh pengguna jalan. Ketiga faktor ini dijelaskan pada masing-masing gambar (Gambar 2.21 dan 2.22). 1.
Pada alur ini bentuk persimpangan yang dibentuk oleh bangunan dapat meningkatkan adanya rasa terlingkupi , ketika mulai mendekati persimpangan, rute-rute sirkulasi yang di bentuk oleh bangunan menutup pandangan terhadap bangunan yang ada di depannya.
2.
Pada alur ini kurang baik karena akan mengurangi kemampuan bangunan untuk di lihat secara keseluruhan, karena bentuk persimpangan ini akan sangat minim untuk menciptakan suatu karakter bangunan yang berada di persimpangan
3.
Sudut kemiringan dan adanya set-back pada bangunan dapat membentuk arah pandang mata terhadap alur yang terbentuk oleh bangunan, sehingga cekungan yang dibentuk oleh bangunan akan tampak berlanjut yang memperlihatkan dengan jelas akhir dari sebuah nodes, sehingga orang akan mempunyai perasaan ‘masuk’ dan ‘keluar’ pada suatu tempat.
Gambar 2.21 Ilustrasi gambar bentuk persimpangan yang sesuai untuk dapat dijadikan sebuah nodes Sumber: Bantley, Ian 1980; 57 Gambar 2.21 Ilustrasi gambar bentuk persimpangan yang sesuai untuk dapat dijadikan sebuah nodes Sumber: Bantley, Ian 1980; 57
Pada bagian ini posisi yang tercipta oleh simpulsimpul dari bangunan memiliki fungsi tertentu sehingga sejauh mana kemampuan sebuah simpul yang diciptakan oleh sebuah bangunan dapat untuk mudah di baca. Dan hal ini tergantung pada memperkuat simpul ini tergantung pada dua faktor utama: 1. Peran fungsional dari penghubung jalan 2. Tingkatan terkaitan antara aktivitas publik dengan bangunan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.22 Ilustrasi gambar bentuk persimpangan yang sesuai untuk dapat dijadikan sebuah nodes Sumber: Bantley, Ian 1980; 58 d.
District (Kawasan) Merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi. Sebuah kawasan district memiliki cirri khas yang mirip (bentuk, pola dan wujudnya) dan khas pula dalam batasnya, di mana orang merasa harus mengakhiri dan memulainya. District dalam kota dapat dilihat sebagai referensi interior dan eksterior. Distrct mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen, serta fungsi dan posisinya jelas (introvert/ekstrover atau berdiri sendiri atau dikaitkan dengan yang lain, suasana ini akan mendukung kondisi-kondisi bangunan lainnya yang ada di sekitar kawasan Pemuda, karena bangunan ini akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap bangunan lainnya (Gambar 2.23).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.23 District pada skala bangunan Sumber: Bantley, Ian 1980; 59
e.
Landmark Merupakan titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk ke dalamnya karena bisa dilihat dari luar letaknya. Landmark adalah elemen eksternal dan merupakan bentuk visual yang menonjol pada kota, misalnya gunung atau bukit, gedung tinggi, menara, tanda tinggi, tempat ibadah, pohon tinggi dan sebagainya. Beberapa landmark letaknya dekat, sedangkan yang lain jauh sampai di luar kota. Beberapa landmark hanya mempunyai arti di daerah kecil dan dapat dilihat hanya di daerah itu, sedangkan landmark lain mempunyai arti untuk keseluruhan kota dan bisa di lihat dari mana-mana. Landmark adalah elemen penting dari bentuk kota karena membantu orang untuk mengorientasikan diri dari dalam kota dan membentu orang mengenali suatu daerah. Landmark mempunyai identitas yang lebih baik jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya, dan ada sekuens dari beberapa landmark untuk menciptakan rasa nyaman dalam orientasi, serta ada perbedaan skala masing-masing (Gambar 2.24).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.24 bangunan yang di jadikan landmark pada suatu kawasan pusat kota yang berada di persimpangan jalan Sumber: Bantley, Ian 1980; 60
Bangunan yang menonjol seperti gambar diatas merupakan landmark bangunan dari suatu kawasan pusat kota. Bangunan tersebut diletakan pada persimpangan jalan, walaupun pada prinsipnya sebuah landmark akan terlihat lebih utuh apabila diletakkan pada ketinggian atau posisi tertentu, sehingga dari berbagai posisi sudut pandang dapat dilihat. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan agar landmark bangunan pada sebuah kawasan district atau koridor yang di letakkan pada persimpangan jalan dapat dilihat dari berbagai posisi jalan yaitu: 1.
Bangunan harus di buat lebih menonjol dan lebih tinggi dari bangunan yang ada di sekitarnya.
2.
Fasade pada bangunan merupakan titik awal untuk disain bangunan baru selanjutnya sehingga tercipta keserasian visual.
3.
Jalur
yang
di
ciptakan
oleh
bangunan,
lebih
baik
agak
melingkar/membentuk bujur di bandingkan jika jalur yang tercipta oleh bangunan berbentuk lurus.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
4.
Jalan yang di bentuk lebih baik agak melengkung, hal ini di lakukan sebagai pertimbangan, karena bangunan yang berada di persimpangan tidak mungkin kelihatan dari berbagai posisi jalan, akan tetapi jika di buat jalur jalan yang melengkung bangunan yang menjadi landmark agar dapat di lihat pada awal dan akhir dari sebuah district kawasan pada koridor jalan.
5.
Agar bangunan dapat dilihat dengan jelas, harus di buat jarak dengan perhitungan tertentu pada bangunan sehingga dari berbagai posisi bangunan dapat dilihat oleh pengamat (Gambar 2.25).
Gambar 2.25 Ratio perhitungan jarak-jarak bangunan sehingga landamark pada suatu kawasan pusat kota/koridor jalan tertentu dapat dibuat. Sumber: Bantley, Ian 1980; 61 2.1.9
Bentuk massa akan mempengaruhi bentuk ruang Pengelompokan bangunan secara bersama-sama memiliki dinamika sendiri
dibandingkan satu bangunan saja. Cara menghubungkan massa bangunan akan sangat mempengaruhi lingkungan di dalam kesatuannya. Sistem menghubungkan massa memiliki dinamika tersendiri karena di dalam proses itu terikat bentuk-bentuk ruang
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
yang sifatnya sangat berbeda. Lihatlah bagaimana dengan berbagai massa dapat di bentuk ruang yang sangat berbeda bentuk dan ukurannya. Cara penghubung ruang akan sangat mempengaruhi suasana di dalam lingkungannya. Ada beberapa tipe bentuk massa sehingga akan mempengaruhi bentuk ruang, yaitu: 1.
Blok-blok kecil dengan jumlah yang banyak akan berdampak terhadap berkurangnya rasa keterlingkupan yang terbentuk antara massa bangunan dengan ruang yang terbentuk. Akan tetapi hal ini dapat selesaikan dengan bentuk dinding, ataupun pohon, tetapi ini tidak dapat memperkuat hubungan antara aktivitas di dalam bangunan dengan jalan sehingga kesan yang ditimbulkan dari bangunan lebih sedikit (Gambar 2.26).
2.
Gambar 2.26 Bentuk massa bangunan dengan ruang yang terbentuk Keterlingkupan ruang akan lingkungan dapat lebihyang mudah dicapai dengan tidak adanyasuatu kesatuan dengan tercipta Sumber: Bantley, Ian 1980; 52 bentuk yang diciptakan oleh massa bangunan yang tidak terblokblok/menyatu antara yang satu dengan yang lainnya (Gambar 2.27).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.27 Bentuk massa bangunan dengan ruang yang terbentuk yang memperlihatkan adanya kesatuan dengan lingkungan yang tercipta Sumber: Bantley, Ian 1980; 52 2. Bentuk massa bangunan yang terblok-blok dan tidak beraturan akan berdampak terhadap ruang yang tercipta dan visual terhadap bangunan yang ada di sekitarnya sehingga sudut pandang terhadap bangunan menjadi terblok-blok, bentuk massa bangunan yang terpisah-pisah membuat pandangan tidak menjadi fokus untuk menciptakan suatu jalan cerita/serial vision yang diciptakan oleh bangunan tersebut. Pada lingkungan kota kondisi ini masih banyak ditemukan, terutama di kota besar yang terdapat bangunan besar dan bertingkat sehingga tidak adanya penciptaan keserasian bangunan dengan lingkungan yang ada di sekitarnya, sehingga tidak tercipta pandangan yang baik (Gambar 2.28).
Gambar 2.28 Bentuk massa bangunan yang terblok-blok dan tidak beraturan akan mempengaruhi ruang yang terbentuk dan visual terhadap bangunan Sumber: Bantley, Ian 1980; 52 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
4.
Hubungan antara bentuk massa bangunan dengan ruang yang di ciptakan memiliki satu kesatuan dan rasa terlingkupi akan menciptakan sebuah jalur/path untuk lebih mudah dibaca/dimengerti apabila adanya keterlingkupan yang di ciptakan dari bangunan. Pada gambar pertama ruang dan
massa bangunan dengan ruang
yang diciptakan tidak
memiliki rasa keterlingkupan sedangkan gambar yang kedua ruang dan massa bangunan. 5.
Hubungan dengan ruang yang tercipta adanya keterkaitan sehingga membentuk rasa terlingkupi.
6.
Hubungan antara ruang dengan massa bangunan, dimana dinding bangunan diartikan sebagai alur yang akan mengarahkan pandangan, terhadap bangunan sehingga simpul/persimpangan yang terbentuk oleh bangunan terputus atau tidak terputus.
Simpul/persimpangan yang terbentuk dapat di baca karena adanya pelebaran sudut pada jalur utamaSimpul/persimpangan terlihat lebih jelas dari jalur utama untuk masuk kedal am. Efek ini memperkuat kemungkinan untuk melihat langsung jalur sirkulasi yang mengarahkan untuk keluar.Tingkat hubungan antar ruang dengan massa bangunan yang terbentuk harus dipertimbangkan karena dalam hal ini ruang yang tercipta sangat berlawanan, karena akan menghilang kemampuan suatu bangunan untuk dipandang lebih jelas oleh pemakai.
1
2
3
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.29 Hubungan antara bentuk massa bangunan dengan ruang yang tercipta akan berpengaruh terhadap identitas sebuah node/simpul untuk lebih mudah di baca Sumber: Bantley, Ian 1980; 52 2.1.10 Jenis panduan penataan bangunan Panduan pengendalian penataan tata bangunan dapat bersifat preskriptif maupun kinerja. Panduan preskriptif memberikan kerangka/batasan kerja yang ketat. Misalnya, memberikan persyaratan koefisien lantai bangunan 12 yang berarti luas lantai tidak boleh lebih 12 kali luas lahan yang direncanakan. Sedangkan panduan kinerja memberikan ukuran, kriteria dan cara penghitungannya, serta memberikan keleluasaan. Misalnya, menentukan daya dukung infrastruktur untuk melayani tambahan kegiatan suatu bangunan (Shirvani. 1985; 150-152). Dikarenakan telah memiliki aturan yang ketat, panduan perskriptif tidak memberikan peluang banyak interpretasi dan keleluasaan kepada pengendali keputusan. Panduan kinerja yang hanya memberikan kriteria dan cara penghitungannya, memungkinkan pengambilan keputusan memiliki keleluasaan interpretasi yang lebih banyak. Dengan perbedaan sifat tersebut, maka hal-hal yang perlu dikendalikan (diatur) secara ketat, lebih baik dibuat dalam bentuk panduan yang bersifat preskriptif. misalnya kegiatan preservasi memerlukan ukuran-kuran yang jelas dan ketat. Hal-hal yang berkembang dengan cepat dimana kemungkinannya banyak variasi dan tidak diatur secara ketat akan lebih sesuai dikendalikan (diatur) dengan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
panduan yang bersifat kinerja. Pilihan jenis panduan untuk setiap komponen perancangan di kawasan Pemuda baik pada bangunan lama/bersejarah dan pada bangunan baru yang nantinya akan mengatur elemen-elemen perancangan yang ada di sekitar kawasan (Tabel 2.1). Tabel 2.1 Komponen yang dikendaliakan dan pilihan jenis panduan Komponen yang diatur
Peruntukan lahan bangunan
Jenis panduan
Jenis kegiatan KDB
Tinggi bangunan Garis sempadan Set-back Pelestarian
Kinerja
Pertimbangan keterangan Memungkinkan terdapat banyak variasi kegiatan.
Perspektif Perspektif Perspektif Perspektif Perspektif
mempertahankan bangunan yang ada di sekitar kawasan Pemuda.
Tabel 2.1 (Lanjutan) Komponen yang diatur
Pembongkaran (demolition)
Jenis panduan
Kinerja
Pertimbangan keterangan lama/bersejarah yang menjadi karaktersitik dan identitas kawasan bersejarah Untuk mempertahankan keberadaan bangunan lama/bersejarah yang menjadi karaktersitik dan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Tata massa bangunan Sirkulasi
Tata informasi
Orientasi
Kinerja
Pejalan
Kinerja
Kendaraan
Kinerja
Parkir
Kinerja
Konstruksi
Perspektif
identitas kawasan bersejarah dan keselamatan masyarakat dan lingkungan Memerlukan penyeragaman. Menghindari perbedaan interpretasi Perlu pengaturan yang ketat untuk menghindari kemacetan dan keselmatan bagi pengendara dan pemakai lainnya Memerlukan pengaturan yang ketat dalam pelaksanaannya Untuk menjamin keselamatan masyarakat dan lingkungan di
Tabel 2.1 (Lanjutan) Komponen yang diatur
Jenis panduan
Bentuk
Kinerja
Ukuran
Kinerja
Pertimbangan keterangan sekitarnya dan untuk mendukung keindahan lingkungan Memungkinkan banyaknya variasi Untuk memperhatikan ketersediaan ruang serta kesesuaian dengan karakteristik
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Penempatan
Perspektif
Jumlah
Perspektif
Orientasi
Kinerja
lansekap/lingkungan serta faktor keselamatan Untuk mewujudkan keindahan lingkungan, keefektifan penyampaian informasi dan keselamatan bagi masyarakat (pejalan/pengendara) dan lingkungan sekitarnya Untuk menjamin keselamatan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya dan untuk mendukung keindahan lingkungan Untuk meningkatkan keefektifan penyampaian informasi dan
Tabel 2.1 (Lanjutan) Komponen yang diatur
Perlengkapan jalan Lansekap
Jenis panduan
Pencahayaan
Kinerja
Ruang terbuka
Kinerja Kinerja
Pertimbangan keterangan keindahan lingkungan Pertimbangan keselamatan, keindahan dan keefektifan penyampaian informasi
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Sumber: Hasil analisa, tahun 2012
2.5
Urban Friendly corridor Urban friendly corridor sebuah peri-kehidupan di pusat kota yang humanis,
manusiawi dan bersahabat telah dikemukan oleh tokoh-tokoh gerakan arsitektur modern yang tergabung dalam CIAM Congres International of Architecture Modern. Ide tersebut mengarah kepada penghormatan lebih terhadap nilai-nilai manusiawi. Adapun ide tentang sebuah peri-kehidupan di pusat kota yang humanis tersebut dilatar-belakangi oleh pembangunan kota yang dititik-beratkan pada pembangunan jalan-jalan untuk kendaraan bermotor dan bangunan-bangunan tinggi sebagai simbol dari kemakmuran. Peri-kehidupan di pusat kota yang humanis merupakan usaha untuk mensejajarkan kembali manusia (pejalan kaki) dengan kendaraan bermotor dalam haknya untuk mempergunakan ruang kota dan menikmati arsitekturnya. Suatu hal yang sangat tragis yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia adalah tidak diperhatikannya kepentingan manusia di jalan sebagai ruang kota yang nyaman, aman, dan sehat bagi pejalan kaki. Keadaan yang tidak nyaman dan aman yang dialami oleh pejalan kaki juga berdampak kepada ketidak-nyamanan dan ketidakamanan bagi pengendara kendaraan. Keadaan tragis tersebut tidak terkecuali juga terjadi di kota Medan. Jalan-jalan yang ada di kota merupakan ruang kota yang memaparkan hampir semua kejadian kehidupan perkotaan. Oleh karena itu, kota akan disebut baik, aman, dan nyaman jika jalan-jalannya baik, aman, dan nyaman. Ahli perkotaan bernama Donald Appleyard dalam bukunya “Livable Streets” (1981)
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
menegaskan bahwa orang akan selalu tinggal dan menjalani kehidupan di jalan, yaitu suatu tempat dimana anak-anak pertama kali mengenal dunia, bertemu dengan para tetangga, dan merupakan pusat sosialisasi dari sebuah kota. Disamping itu jalan juga menjadi jalur transportasi dengan segala kebisingan, polusi, sampah, becek, dan lumpur. Jalan juga tempat dimana orang asing mengganggu dan tempat kriminalitas terjadi. “Urban friendly corridor” merupakan perencanaan sebuah koridor Kota yang bersahabat adalah suatu konsep ideal tentang sebuah koridor kota yang menempatkan manusia/masyarakat penghuninya sebagai “tuan rumah” yang dapat merasakan kemakmuran, kenyamanan, kesehatan dan keamanan secara adil dan merata, dalam prinsip-prinsip kota yang berkesinambungan. Dapat dikatakan juga ruang kota yang bersahabat adalah “City for All” atau ruang kota untuk semua, baik untuk orang yang miskin, kaya, tua, muda, sehat, sakit, mampu, cacat, dan lain-lain. Sebagai kebalikannya, kota yang tidak bersahabat adalah kota yang secara langsung maupun tidak langsung mendeskriminasikan/mengesampingkan manusianya. Peran kota saat ini telah berubah, yaitu menjadi sebuah mesin besar yang merongrong kenyamanan, keamanan, kemakmuran, dan kesehatan. David Sucher, dalam “City Comforts How To Build an Urban Village” (1995) mengatakan “Manusia adalah alat ukur dari dunia, sehingga kenyamanan manusia adalah ukuran keberhasilan sebuah kota”. 2.2.1
Prinsip –prinsip dalam urban friendly corridor Adapun prinsip-prinsip dalam Urban Friendly corridor adalah sebagai
berikut:
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2.2.1.1 Prinsip satu keseimbangan dengan alam Keseimbangan dengan alam menekankan pada pemanfaatan sumber daya dan mengeksploitasinya.
Prinsip
ini
menegaskan
penilaian
lingkungan
untuk
mengidentifikasi zona kawasan dan ekosistem yang dapat ditingkatkan melalui konservasi, pengendalian kepadatan, perencanaan penggunaan lahan dan ruang terbuka desain (McCarg: 1975). 2.2.1.2 Prinsip kedua keseimbangan dengan tradisi Tradisi ini dimaksudkan untuk mengintegrasikan aset budaya yang ada, menghormati praktek-praktek tradisional pada suatu lingkungan (Spreiregen: 1965). Kearifan tradisional dalam tata letak pemukiman yang di tuangkan kedalam rencana pembangunan, dalam simbol dan tanda-tanda lainnya melalui dekorasi dan motif bangunan. Prinsip ini menghormati sistem yang ada pada sebuah bangunan selama bertahun-tahun, adaptasi terhadap iklim, keadaan sosial, untuk bahan yang tersedia dan teknologi. Hal ini dilakukan menggambarkan kembali gaya arsitektur dan motif yang dirancang untuk mengkomunikasikan nilai-nilai budaya ada. 2.2.1.3 Prinsip tiga teknologi tepat guna Teknologi tepat guna menekankan pada penggunaan bahan bangunan , teknik konstruksi, infrastruktur dan sistem manajemen proyek yang sesuai dengan konteks lokal. 2.2.1.4 Prinsip keempat keramahtamahan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Prinsip keempat menjelaskan interaksi sosial melalui ruang publik, dalam hirarki tempat yang diciptakan untuk hiburan pribadi, persahabatan, percintaan, rumah tangga, "bertetangga," masyarakat dan kehidupan sipil (Jacobs: 1993). Dalam hal ini masyarakat bersifat interaktif, sosial dan menawarkan banyak kesempatan untuk berkumpul dan bertemu satu dengan lainnya dan hal ini dapat dicapai melalui desain dan masyarakat yang beroperasi dalam hirarki dari hubungan sosial yang spesifik pada ruang. Hirarki dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu sistem tingkatan sosial, dengan setiap tingkatan memiliki tempat fisik yang sesuai dalam struktur permukiman. 2.2.1.4.1 Sebuah tempat bagi individu Menciptakan tempat-tempat yang menarik, seperti hutan kota, perbukitan perkotaan, sungai yang tenang dan taman-taman umum dan taman di mana orang dapat melarikan diri untuk bermeditasi dan berkontemplasi. Ruang ini dapat juga berupa
halaman pada interior bangunan umum, atau bahkan ruang baca
perpustakaan. 2.2.1.4.2 Sebuah tempat untuk persahabatan Dalam hal ini dijelaskan bahwa pada sebuah kota harus ada ruang untuk "indah, intim persahabatan "di mana komunikasi bisa terjadi. Prinsip ini menegaskan bahwa tempat tersebut tidak akan ada secara alami dalam sebuah perkotaan modern. Mereka harus menjadi bagian dari desain inti perkotaan, satu pusat perkotaan dan lingkungan, di mana orang dapat bertemu dengan teman-teman dan berbicara isu-isu kehidupan, kesedihan, kegembiraan dan dilemma. Ini merupakan bagian penting bagi
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
kehidupan emosional rakyat di mana persahabatan dapat berkembang dan tumbuh. Pada beberapa hal masih banyak ditemukan ruang kota yang tidak bersahabat dengan kondisi lingkungan yang ada, ini akan berdampak pada kenyaman masyarakat lingkungan yang ada di sekitar kawasan tersebut dan perancangan kota tersebut. 2.2.1.4.3 Sebuah tempat bagi lingkungan Hal ini merupakan kehidupan social, bahwa perilaku masyarakat mengambil dimensi baru dan kelompok-kelompok belajar untuk hidup damai di antara satu sama lain. Melalui lingkungan bahwa antara rumah tangga dan individu yang beragam. Ini adalah dasar rasional bagi hubungan sosial dalam kelompok sosial yang lebih besar dan dalam masyarakat, hal-hal yang dianggap beberapa orang tidak penting hal itu sangat berpengaruh bagi kehidupan kelangsungan dari kehidupan kota tersebut secara berkelanjutan dengan tetap memperhatikan elemen-elemen perancangan kota.
2.2.1.4.4 Sebuah tempat untuk komunitas Secara historis, masyarakat adalah suku yang berbagai adat istiadat sosial dan pola perilaku budaya. Di daerah perkotaan kontemporer masyarakat terbentuk dari orang yang beragam, akan tetapi setiap orang memiliki kebutuhan umum untuk bernegosiasi dan mengelola pengaturan spasial mereka melalui prinsip ini disebut ikatan sosial yang ditemukan dalam manajemen komunitas keamanan, sumber daya dan ruang sosial. 2.2.1.4.5 Prinsip lima efisiensi
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Prinsip efisiensi menjelaskan keseimbangan antara konsumsi sumber daya seperti energi, waktu dan sumber daya fiskal, dengan tetap memperhatikan kenyamanan, keselamatan, keamanan, akses, kepemilikan lahan, produktivitas dan kebersihan. 2.2.1.6 Prinsip enam skala manusia Prinsip ini menekankan pada pola perkotaan untuk berorientasi berdasarkan dimensi antropometri. Aksioma taat perencanaan kota dan perancangan kota telah menjadi tempat berkumpulnya masyarakat ramai, trotoar pejalan kaki dan ruang publik di mana orang dapat bertemu secara bebas. Pinsip ini juga menjelaskan penggunaan skala pejalan kaki bergerak pada jalur yang bertentangan dengan skala mobil di jalan bebas hambatan. Hal-hal ini juga perlu dilakukan pada bangunan yang ada di sekitarnya fasad bangunan agar mendorong visibilitas pergerakan pejalan pada level orang memandang bangunan tersebut.
2.2.1.7 Prinsip tujuh matriks peluang Prinsip ini bertujuan untuk meningkatkan akses ke tempat tinggal, perawatan kesehatan dan pengembangan sumber daya manusia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan dan kondisi higienis. Kota merupakan mesin pertumbuhan ekonomi dan hal ini berkaitan dengan produk perkotaan tahunan yang dapat menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan dan keseimbangan kota dalam perdagangan dan hal ini lebih penting bagi individu yang menetap di kota. Beberapa hal yang terkadang perlu diketahui bahwa kota merupakan mesin pertumbuhan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
ekonomi dan hal ini berkaitan dengan produk perkotaan tahunan yang dapat menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan dan keseimbangan kota dalam perdagangan dan hal ini lebih penting bagi individu yang menetap di kota. 2.6
Studi Banding
2.6.1
Ramblas Barcelona Ramblas Barcelona adalah salah satu jalan terbaik di dunia. Jalan ini berada di
pusat kota Barcelona dengan ketinggian bangunan 5-7 lantai, dengan membaginya menjadi tiga bagian, yaitu jalur sirkulasi kendaraan di sebelah kiri dan kanan, sedangkan pedestrian besar berada di tengah-tengah, jalur sirkulasi dengan pepohonan sebagai pendukung pemandangan. Ramblas sangat terkenal dengan suasana lingkungan yang diciptakan dari bangunan yang ada di sekitar kawasan. Bangunan lama/bersejarah di kawasan ini masih sangat terpelihara dengan baik, karena konteks lingkungan yang ada di kawasan masih dipertahankan (Gambar 2.30).
Gambar 2.30 Ramblas, Barcelona Sumber: WWW.Google.Com
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Ramblas dirancang untuk kegiatan berjalan kaki dan hal itu berhasil, baik dari lebar jalan, panjangnya jalan dan peletakkan street furniture di kawasan tersebut (Gambar 2.31).
Gambar 2.31 Kegiatan berjalan kaki di Ramblas Barcelona Sumber: WWW.Google.Com Kondisi kawasan yang ada di Ramblas dapat dilihat pada potongan jalan yang menggambarkan kondisi lingkungan yang ada di sekitar kawasan. Lebar jalan yang ada di sekitar kawasan memiliki lebar yang cukup memadai dengan bangunanbangunan yang melingkupi kawasan yang membuat suasana menjadi lebih menarik dan nyaman serta kegiatan aktifitas yang ada di sekitar kawasan (Gambar 2.32).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.32 Potongan jalan Ramblas Barcelona Sumber: Jacob .B. Allan, 1991: 93 Lebar pedestrian yang berada di tengah memiliki lebar yang bervariasi, yaitu antara 11 - 13 meter dan terdapat pepohonan di sepanjang jalur pedestrian, jarak antar pohon memiliki jarak 6 meter dan dari pinggir bahu jalan memiliki jarak 60 cm. Jalur sirkulasi kendaraan di bagi menjadi dua arah, masing-masing memiliki jarak yang bervariasi antara 4,5 – 10 meter. Terdapat jalan setapak sepanjang bangunan dengan ukuran yang bervariasi 3 – 6 meter. Total keseluruhan sirkulasi, baik untuk jalur kendaraan, jalan setapak dan pedestrian memiliki lebar 31 meter. Pepohonan di sepanjang pedestrian membentuk susunan yang teratur dan indah sehingga suasana lingkungan yang tercipta terasa nyaman.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Café dengan struktur kain layar yang temporer di sediakan sepanjang bagian dari jalur pedestrian yang luas, selama musim semi dan musim panas (Gambar 2.33).
Gambar 2.33 Café di sepanjang pedestrian Ramblas Barcelona Sumber: WWW.Google.Com Ramblas, Barcelona dirancang dengan spesial, dengan sangat mengesankan sebagai ruang publik. Di tengah-tengah kepadatan bangunan dan banyaknya aktivitas orang-orang baik di dalam maupun di luar ruangan, ruang publik di rancang untuk menciptakan suatu kegiatan hiburan dan sosialisasi yang menyenangkan dengan tetap memperhatikan lingkungan di sekitarnya. Bangunan-bangunan pada jalan ini memiliki ketinggian yang hampir sama yaitu sekitar 5-7 lantai (24 meter) dan jalan didominasi oleh Bangunan-bangunan retail/toko yang fasadenya terdiri dari jendelajendela dan entrance dengan arsitektur bangunan gotik. Sepanjang pedestrian terdapat tempat duduk, lampu-lampu taman yang menghiasi Ramblas, Barcelona pada malam hari, aneka barang-barang yang dipamerkan dan dijual, atraksi menarik dari sekelompok orang untuk menciptakan suasan yang menyenangkan dan menarik dan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
hal ini dilakukan untuk menciptakan suasana yang berbeda dari jalan-jalan besar di kota lainnya, sehingga pada saat seseorang dating ke Ramblas, Barcelona orangorang akan merasakan suasana berbeda yang diciptakan di lingkungan Ramblas, Barcelona dan pada simpul-simpul jalan di buat bagian yang berbeda sehingga saat seseorang berjalan di pedestrian tersebut awal dan akhir dari pedestrian tersebut akan lebih mudah diingat oleh orang-orang melintas dengan kendaraan ataupun berjalan kaki di kawasan tersebut. 2.6.2
Regent Street London
Regent Street London merupakan salah satu jalan yang terkenal di pusat kota London pada tahun 1800s oleh arsitek yang bernama John Nash yang merancangan dengan baik, sehingga jalan ini merupakan salah satu jalan yang terkenal di dunia. Adanya sirkulasi pejalan kaki yang dirancang dengan baik, dengan tiang-tiang yang merupakan bagian dari struktur bangunan yang membentuk kolonade (Gambar 2.34 dan 2.35).
Gambar 2.34 Regent Street London Sumber: WWW.Google.Com
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.35 Jalur sirkulasi di Regent Street London Sumber: WWW.Google.Com Regent Street, London memiliki jalur sirkulasi kendaraan dan jalur sirkulasi pejalan kaki, untuk jalur sirkulasi kendaraan memiliki lebar 16 meter dan untuk jalur sirkulasi pejalan kaki memiliki lebar 5,4 meter dan total keseluruhan memiliki lebar 26 meter, dengan lebar jalan yang memadai di sekitar kawasan menciptakan lingkungan yang menarik dan nyaman (Gambar 2.36).
Gambar 2.36 Potongan jalan Regent Street London Sumber: Jacob .B. Allan, 1991: 162
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Bentuk jalan yang di bentuk berbentuk diagonal dengan bentuk yang beraturan. Skala bangunan yang yang jelas yang disesuaikan dengan lebar jalan, sehingga adanya satu kesatuan dan terlingkupi antara jalan dengan bangunan yang terbentuk dan fungsi bangunan di kawasan ini adalah bangunan komersial. Ketinggian bangunan memiliki tinggi yang sama, yaitu antara 6 – 7 lantai sekitar 70 kaki (21 meter). Material yang digunakan pada bangunan, yaitu sejenis batu alam atau batu gamping dengan warna keabu-abuan dan dipadukan dengan warna coklat. Bangunan dirancang dengan mengekspos kolom-kolom bangunan, pintu masuk utama dan bangunan di sekitar Regent Street, London banyak menggunakan jendela serta dinding bangunan yang direlief (Gambar 2.37).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.37 Tampak bangunan Regent Street London Sumber: WWW.Google.Com 2.6.3
Castro Street Mountain California Castro Street Mountain California merupakan suatu jalan yang terkenal di
California dan sudah ada sejak tahun 1990 yang dikonsep dalam tingkatan yang fleksibilitas dengan disain yang kuat dan jelas. Jalan ini didisain dalam tiga tingkatan, yaitu: untuk trotoar kakilima, parkir kendaraan dan jalur sirkulasi kendaraan. Dalam disain, trotoar pejalan kaki yang didisain secara lebih efektif untuk memisahkan pejalan kaki dari parkir kendaraan. Castro Street Mountain California memiliki lebar keseluruhan 24 meter, jalur sirkulasi pejalan kaki masing-masing di sebelah kanan dan kiri memiliki lebar 3 meter, sedangkan untuk jalur sirkulasi kendaraan dan parkir kendaraan memiliki lebar 18 meter (Gambar 2.38 dan 2.39).
Gambar 2.38 Castro Street Mountain California Sumber: WWW.Google.Com
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.39 Potongan jalan Castro Street Mountain California Sumber: Jacobtrotoar .B. Allan, 1991: 168 Pepohonan di sepanjang jalur di arahkan untuk memberikan transisi fleksibel antara zona trotoar pejalan kaki dengan zona parkir kendaraan. Kawasan ini dirancang dengan baik dengan fungsi bangunan komersial, café dan retail yang memusatkan aktivitas pada trotoar kakilima dengan tetap memberikan ruang untuk jalur sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan. Hal ini dapat meningkatkan vitalitas ekonomi di kawasan tersebut, tetapi tidak dalam kaitan disain jalan melainkan suatu disain yang melakukan pendekatan yang disesuaikan dengan penggunaan lahan dan konteks lingkungan di kawasan tersebut (Gambar 2.40).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2.6.4
Gambar 2.40 Kegiatan komersial di Castro Street Mountain California Sumber: WWW.Google.Com Bahnhofstrasse Zurich Bahnhofstrasse Zurich merupakan salah satu jalan yang terkenal yang ada di
Negara Switzerland dan jalan ini berkembang sejak tahun 1860. Bahnhofstrasse, zurich merupakan salah satu tempat pusat perbelanjaan dengan retail-retail toko area ini dirancang khusus dengan mengorganisir kegiatan berbelanja dengan berjalan kaki. Tranportasi di sekitar kawasan adalah kereta api yang melintasi kawasan tersebut. Kawasan ini memiliki lebar jalan 7 meter dan hanya dilewati oleh kereta api, sedangkan untuk jalur pedestrian pejalan kaki disebelah kanan dan kiri masingmasing memiliki lebar 9 meter sehingga total keseluruhan sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan memiliki lebar 25 meter (Gambar 2.41 dan 2.42).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.41 Bahnhofsrasse, Zurich Sumber: WWW.Google.Com
Gambar 2.42 Potongan jalan Bahnhofsrasse Zurich Sumber: Jacob .B. Allan, 1991: 168
2.6.5
Braga Bandung Jalan Braga di Kota Bandung terletak di jantung kota dan berhimpitan dengan
Jalan
Asia
Afrika
yang
dikenal
dengan
Gedung
Merdeka.
Jalan ini memiliki panjang sepanjang lebih kurang 700 meter. Di sisi kanan dan kiri Jalan Braga terdapat kompleks pertokoan yang memiliki arsitektur dan tata kota yang tetap mempertahankan ciri arsitektur lama pada masa Hindia Belanda. Tata letak pertokoan tersebut mengikuti model yang ada di Eropa sesuai dengan perkembangan kota Bandung pada masa itu (1920-1940-an) sebagai kota mode yang cukup termasyhur seperti halnya kota Paris pada saat itu. Identitas Braga dengan Art Deconya akan dikembangkan menjadi tema arsitektural Braga City Walk.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Direncanakan Braga City Walk dapat menjadi tempat rendevouz berbagai tataran waga kota, yang akhirnya diharapkan dapat menjadi ciri baru (new landmark) tujuan wisata khas kota Bandung. Fasilitas retail akan mengadopsi konsep lifestyle Center. Lifestyle shopping adalah trend terbaru cara masyarakat berbelanja setelah trend shopping center (tahun 80-an) dan trend Malleisure space. Oleh karenanya lifestyle center bukan saja akan menjadi tempat belanja yang nyaman tapi juga menjadi pusat akulturasi budaya lokal dan lokal budaya metropolis. Luas lifestyle center ini meliputi 20.000 m², yang tersebar di 3 lantai bangunan. Kekhasan Braga City Walk yang akan menjadi daya tarik utama masyarakat adalah disediakannya plaza terbuka (open-air plaza) yang dapat digunakan untuk berbagai acara. Plaza terbuka ini direncanakan seperti plaza terbuka kota-tua di Eropa. Braga adalah salah satu jalan di pusat Kota Bandung. Pada masa kolonial jalan ini sangat prestisius. Seperti halnya Ochard Road di Singapura atau Ginza di Tokyo. Ketika itu jalan Braga yang khas seperti kota-kota tua di Eropa menjadi daya tarik tersendiri bagi pelancong yang berkunjung ke Bandung. Sejak jaman kolonial hingga akhir 70-an Braga dikenal sebagai CBD-nya Bandung. Jalan Braga dikenal sebagai kawasan berbelanja paling elit di Bandung. Namun kini kepopulerannya mulai surut. Braga kalah bersaing dengan pusat belanja baru lainnya. Seperti Bandung Super Mall, Bandung Indah Plaza, atau Istana Plaza. Braga memiliki potensi yang sangat besar untuk kembali menjadi CBD-nya Kota Bandung. Lokasinya yang strategis pada lingkungan historis memberikan peluang untuk menjadi bukan saja tempat yang indah tapi juga menjadi tempat yang menarik.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Ruang Jalan Braga sebagai sebuah kawasan pertokoan elit dengan kondisi lingkungan yang nyaman bagi pejalan kaki baik untuk tujuan belanja maupun sekadar jalan-jalan. Proporsi ruang yang terbentuk menurut Dibyo Hartono dkk, adalah sebuah proporsi yang sangat baik dengan perbandingan ketinggian di dua sisi Jalan dan lebar jalannya proposional terhadap skala manusia.Sepanjang jalan ruang Braga terdapat berbagai peninggalan karya arsitektur dalam bentuk bangunan dengan berbagai gaya style. Tetapi mempunyai proporsi dan harmonisasi yang baik, sehingga menimbulkan kesan sebagai satu kesatuan yang dinamis dan adanya keterkaitan di dalam kawasan yang berkesinambungan dengan bangunan yang ada di sekitar kawasan dengan tetap memperhatikan elemen lainnya (Gambar 2.43 dan 2.43).
Gambar 2.43 Braga Bandung Sumber: WWW.Google.Com
Gambar 2.44 Pertokoan di sepanjang Jl. Braga Bandung UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Sumber: WWW.Google.Com
2.6.6
Boulevard Saint-Michel Boulevard Saint Michel merupakan salah satu jalan yang terkenal di kota
Luxembourg. Jalan ini memiliki lebar keseluruhan 100 kaki (30 meter) yang terdiri dari sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki yang masing-masing memiliki lebar 7,2 meter. Ketinggian bangunan di kawasan ini memiliki ketinggian yang sama, yaitu lima lantai. Terdapat pepohonan sebagai pendukung pemandangan yang ada di sepanjang trotoar kakilima, setiap pohon memiliki jarak antara pohon yang satu dengan pohon yang lainnya, yaitu sekitar 5,10 meter dengan ketinggian pohon mencapai 9,5 meter (Gambar 2.45 dan 2.46).
Gambar 2.45 Boulevard Saint-Michel Luxembourg Sumber: WWW.Google.Com
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.46 Potongan jalan Boulevard Saint-Michel Luxembourg Sumber: Jacob .B. Allan, 1991: 8 Kawasan ini di rancang untuk kegiatan berbelanja dan hiburan sehingga di kawasan ini banyak terdapat toko-toko yang menjual berbagai macam perlengkapan mulai dari toko pakaian sampai dengan toko furniture dan café. Trotoar kakilima di sediakan juga tempat duduk dengan banyak bangku dan meja dengan tetap memperhatikan jarak dengan jalur sirkulasi pejalan kaki (Gambar 2.47).
Gambar 2.47 Kegiatan di sekitar Boulevard SaintMichel Luxembourg Sumber: WWW.Google.Com Di kawasan ini ketinggian bangunan rata-rata 5 lantai, fasade bangunan banyak menggunakan jendela dengan ukuran yang besar dan panjang, warna
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA