DAKWAH MELALUI KESENIAN (DESKRIPSI PESAN DAKWAH DALAM KESENIAN TOPENG IRENG DI DESA KUWADERAN, KECAMATAN KAJORAN, KABUPATEN MAGELANG) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh: SETIATI PRIHATINI NIM: 117-13-014
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017
i
KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGAFAKULTAS DAKWAH Jalan Lingkar Salatiga KM. 2 Pulutan Sidorejo Salatiga 50716 http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail:
[email protected]
NOTA PEMBIMBING Lamp Hal
: 4 (empat) eksemplar : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth. Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga Di Salatiga Asslamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi maka naskah skripsi mahasiswa: Nama
: Setiati Prihatini
NIM
: 11713014
Judul
: DAKWAH MELALUI KESENIAN (DESKRIPSI PESAN DAKWAH DALAM KESENIAN TOPENG IRENG DI DESA KUWADERAN, KECAMATAN KAJORAN, KABUPATEN MAGELANG)
Dapat diajukan kepada Fakultas Dakwah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 10 Agustus 2017 Pembimbing,
Dra. Maryatin, M.Pd. NIP.19690402 1998032001
ii
KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGAFAKULTAS DAKWAH Jalan Lingkar Salatiga KM. 2 Pulutan Sidorejo Salatiga 50716 http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail:
[email protected]
PENGESAHAN SKRIPSI BERJUDUL DAKWAH MELALUI KESENIAN (DESKRIPSI PESAN DAKWAH DALAM KESENIAN TOPENG IRENG DI DESA KUWADERAN, KECAMATAN KAJORAN, KABUPATEN MAGELANG) Oleh: Setiati Prihatini NIM: 11713014 Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari , tanggal Agustus 2017, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana komunikasi Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Sidang
: ...................................
ttd .............................
Sekretaris Sidang
: Dra. Maryatin, M.Pd. .
ttd .............................
Penguji I
: ...................................
ttd .............................
Penguji II
: ...................................
ttd .............................
Salatiga,
Agustus 2017
Dekan Fakultas Dakwah
Dr. Mukti Ali, M. Hum NIP. 197509052001121001
iii
PERNYATAAN KEASLIAN Yang tanda tangan di bawah ini: Nama
:
Setiati Prihatini
NIM
:
117-13-014
Jurusan
:
Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas
:
Dakwah
Judul Skripsi
:
DAKWAH MELALUI KESENIAN (DESKRIPSI PESAN DAKWAH DALAM KESENIAN TOPENG IRENG DI DESA KUWADERAN, KECAMATAN KAJORAN, KABUPATEN MAGELANG)
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 10 Agustus 2017 Yang membuat pernyataan,
Setiati Prihatini 117-13-014
iv
اَلحَمدََللهَََربََاَلعَاَلَمَىن “Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam”
Hidup terasa lebih indah jika senantiasa selalu bersyukur Rasa syukur akan menambah nikmat yang sedikit dan melipat gandakan sesuatu yang banyak
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Bapak dan Ibu saya tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan kelancaran proses skripsi 2. Kedua kakak yang paling saya sayangi, Setiadi Prasetyo dan Setiawati Pratiwi yang terus memberikan semangat dan omelan-omelannya agar bisa segera menyelesaikan skripsi 3. Teman-teman (Aini, Huda, Mbak Sri, Wasi’, Fadhil, Adit, Teguh, Rina, Topan dan Bagus) seangkatan Komunikasi dan Penyiaran Islam 2013 yang selalu menemani dan membantu menyelesaikan skripsi ini 4. Teman satu kos (Auliya, Shinta, Windi, Itis dan Mbak Arin) yang selalu pindah-pindah tempat beberapa kali, terima kasih kalian selalu ada setiap saat susah dan khususnya saat senang 5. Terima kasih untuk semua pihak yang sudah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “DAKWAH MELALUI KESENIAN (DESKRIPSI PESAN DAKWAH DALAM KESENIAN TOPENG IRENG
DI DESA KUWADERAN,
KECAMATAN KAJORAN, KABUPATEN MAGELANG)”. Penulis menyadari penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga 3. Dra. Maryatin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang juga sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penulisan skripsi 4. Bapak dan Ibu Dosen yang serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini 5. Kepada Bapak Ibu penulis, Djentu Muhdjawat, Siti Kotimah dan kedua kakak penulis Setiadi Prasetyo juga Setiawati Pratiwi yang telah memberikan dukungan baik materi maupun non materi. 6. Kepada teman-teman Fakultas Dakwah angkatan 2013 khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam ‘13
vii
7. Kepada semua pihak yang telah mendukung penulis, semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan hingga bisa menyelesaikn skripsi ini Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan masukan dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 10 Agustus 2017 Penulis,
Setiati Prihatini
viii
ABSTRAK Prihatini, Setiati. 2017. Dakwah Melalui Kesenian (Deskripsi Pesan Dakwah Dalam Kesenian Topeng Ireng Di Desa Kuwaderan, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang). Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pemimbing: Dra. Maryatin, M.Pd. Kata Kunci: Pesan Dakwah, Topeng Ireng. Islam adalah sebagai agama yang paling sempurna. Dalam dakwah modern ini banyak metode yang dapat digunakan untuk menyebarkan agama Islam dan berdakwah. Salah satu dari beberapa banyak metode yang dapat digunakan untuk berdakwah yaitu memalui kesenian dan budaya yang sudah di desain dengan bertema Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan isi kesenian topeng ireng dan pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan atau field research. Subjek penelitian ini adalah grup kesenian Topeng Loreng Macan Kawedar yang ada di Desa Kuwaderan, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang. Objek penelitian ini adalah seniman Topeng Ireng. Penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan pesan-pesan dakwah dalam syair lagu yang dinyanyikan dan juga gerakan tari kesenian Topeng Ireng. Data yang diperoleh dengan teknik pencatatan, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng dapat ditinjau dari tiga aspek yakni; (1) pesan aqidah yang mengacu pada rukun iman (2) pesan syariah yang meliputi ibadah, thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji dan mu’amalah (3) pesan akhlak yang mencakup mahmudah dan madzmumah.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................
iv
MOTTO ....................................................................................................
v
PERSEMBAHAN .....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..............................................................................
vii
ABSTRAK ................................................................................................
ix
DAFTAR ISI .............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian...........................................................................
4
D. Manfaat Penelitian.........................................................................
5
E. Penegasan Istilah ...........................................................................
6
F. Tinjauan Pustaka ...........................................................................
7
G. Metode Penelitian ..........................................................................
9
H. Sistematika Penulisan ....................................................................
16
BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori ..............................................................................
17
1. Pesan Dakwah ........................................................................
17
x
2. Tinjauan Tentang Seni ...........................................................
20
a. Kesenian ..........................................................................
20
b. Kesenian Topeng Ireng ....................................................
29
B. Kesenian Sebagai Media Dakwah .................................................
31
BAB III GAMBARAN UMUM KESENIAN “TOPENG IRENG” A. Sejarah Kesenian Topeng Ireng ...................................................
35
B. Fungsi Kesenian Topeng Ireng ....................................................
45
C. Tujuan Kesenian Topeng Ireng .....................................................
49
D. Struktur Organisasi Kesenian Topeng Ireng Di Desa Kuwaderan
50
E. Temuan Penelitian .........................................................................
51
BAB IV PEMBAHASAN A. Isi Secara Umum Kesenian Topeng Ireng ....................................
53
B. Pesan-Pesan Dakwah Dalam Kesenian Topeng Ireng ..................
56
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................
72
B. Saran ..............................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 ....................................................................................
15
Gambar 3.1 ....................................................................................
36
Gambar 3.2 ....................................................................................
37
Gambar 3.3 ....................................................................................
37
Gambar 4.1 ....................................................................................
54
Gambar 4.2 ....................................................................................
54
Gambar 4.3 ....................................................................................
55
Gambar 4.4 ....................................................................................
67
Gambar 4.5 ....................................................................................
69
Gambar 4.6 ....................................................................................
70
Gambar 4.7 ....................................................................................
71
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Wawancara
Lampiran 2
Panduan Wawancara
Lampiran 3
Dokumentasi
Lampiran 4
Syair Lagu
Lampiran 5
Susunan Pengurus Group Kesenian Topeng Ireng Kuwaderan
Lampiran 6
Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi
Lampiran 7
Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 8
Surat Rekomendasi Izin Penelitian
Lampiran 9
Surat Keterangan Tempat Tinggal / Domisili
Lampiran 10
Piagam Pengesahan
Lampiran 11
Curriculum Vitae
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang universal dan selalu mendorong umatnya untuk menyeru atau berdakwah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Dakwah mengandung arti ajakan, menyeru, atau memanggil. Dalam arti luas berarti mengajak orang untuk meyakini dan mengamalkan ajaran agama Islam (Amin, 2009:1). Setiap muslim memiliki kewajiban, salah satuya kewajiban untuk berdakwah. Oleh karena itu, dakwah tidak hanya terbatas pada aktivitas lisan semata tetapi mencakup seluruh aktivitas lisan dan perbuatan yang ditunjukkan dalam rangka menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada Islam. Dakwah bisa dilakukan dengan berbagai macam cara dan dapat menggunakan media apa saja seperti dakwah bisa dengan cara ceramah di atas mimbar, dakwah bisa melalui kesenian, musik atau lagu bahkan di televisi pun sudah banyak menayangkan film-film yang berisikan pesan dakwah. Salah satu media pesan dakwah yang akan diteliti oleh penulis adalah berdakwah menggunakan kesenian atau kebudayaan. Karena dalam kebudayaan tersebut mengandung unsur tentang kesenian juga sekaligus terdapat unsur religi. Kesenian merupakan peninggalan budaya di setiap daerah yang memiliki karakteristik masing-masing di setiap daerah. Selain hal tersebut, dalam kesenian mengandung nilai-nilai moral yang ditujukan demi
kebaikan masyarakat, yang dikemas dalam bentuk hiburan. Media kesenian memang tidak seperti media yang lainnya. Memiliki banyak manfaat akan tetapi tidak mengurangi kelemahan yang ada, dikemas dalam bentuk hiburan yang saat ini mulai mengesampingkan hal-hal yang disampaikan dalam kesenian tersebut baik melalui lagu, atau dalam gerakan. Namun seiring berjalannya waktu, kini masyarakat hanya menganggapnya sebagai hiburan pelepas penat semata. Pesan yang akan disampaikan melalui kesenian tersebut sudah mulai samar-samar. Kebanyakan kesenian sekarang ini mulai mengedepankan gerakan atau tarian yang sudah di inovasi sedemikian rupa dan syair-syair lagu yang mulai meninggalkan pesan moral atau religi di dalamnya. Seperti yang kita tau, kesenian terbentuk untuk berbagai macam kepentingan salah satunya untuk menyiarkan ajaran agama Islam. Selain hal tersebut, kesenian memiliki berbagai macam bentuk dan karakteristik masing-masing setiap daerah. Kesenian menjadi ciri khas suatu daerah, tentunya kesenian memiliki peranan penting bagi daerah tersebut. Peranan menggambarkan bagaimana latar belakang daerah tersebut juga yang paling penting adalah mengajarkan nilai-nilai agama kepada masyarakat yang menikmati kesenian tersebut hingga dapat membentuk moral yang tidak menyimpang. Seperti kesenian di daerah Magelang, misalnya kesenian Dayakan, Kubro Siswo, Soreng, Jathilan, Kuntulan, Topeng Ireng dan masih banyak lainnya. Dari sekian banyak kesenian yang ada di Magelang ini, hampir semua kesenian memiliki karakteristik masing-masing. Namun hanya beberapa
2
kesenian yang sangat melekat dengan ajaran agama Islam salah satunya Kuntulan. Kesenian Kuntulan mungkin sudah sangat lekat dengan agama Islam, namun seperti yang kita tau masih banyak kesenian yang belum atau bahkan terlihat samar-samar ajaran-ajaran yang ada di dalam kesenian tersebut, salah satunya adalah kesenian Topeng Ireng. Di sini peneliti akan mengangkat tentang penelitian pesan dakwah dalam kesenian yaitu Topeng Ireng yang ada Desa Kuwaderan, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang. Kesenian Topeng Ireng merupakan peninggalan kebudayaan dari zaman penjajahan Belanda yang berkembang di daerah lereng gunung Merapi. Banyak kesenian-kesenian di Magelang yang keberadannya sudah mulai tersingkir dengan adanya budaya-budaya luar yang masuk. Namun Topeng Ireng masih berkembang sampai saat ini dan bisa menjaga eksistensinya di dunia kesenian. Kesenian ini adalah kesenian yang memiliki karakteristik yang salah satunya dari kostum yang dipakai saat menari yakni memakai bulu-bulu seperti suku indian. Selain hal tersebut, dalam kesenian ini juga banyak mengangkat lagu dengan tema Islami dan didukung dengan gerakan-gerakan yang mengisyaratkan untuk melaksanakan ajaran Islam, seperti dalam hal aqidah, akhlak dan syariah. Keunikan tersebut yang membuat kesenian ini mudah dikenali dan menarik perhatian masyarakat. Pesan aqidah, akhlak dan syariah yang terkandung dalam kesenian ini dapat berasal dari syair lagunya atau dari gerakan yang ditampilkan. Misal yang terkandung di pesan aqidah pada salah satu syair lagu dengan judul “Tangise Lereng Gunung Merapi”:
3
“Nanging Iman Islam, iku kang digowo, Nanging Iman Islam kang langkung sampurno...” (Hanya Iman Islam, yang dibawa, Hanya Iman Islam yang sudah sempurna...) Dari potongan syair diatas, mengandung pesan aqidah yang senantiasa mengajarkan kita untuk selalu beriman dengan ketetapan-ketetapan Nya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti memandang perlu mengetahui pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng, baik melalui syair lagu atau dari gerakan yang dilakukan kesenian tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut hal tersebut, yang dituangkan dalam skripsi dengan judul “ Dakwah Melalui Kesenian (Deskripsi Pesan Dakwah Dalam Kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang)”. B. Rumusan masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1.
Bagaimanakah isi kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang ?
2.
Apa saja pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang ?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Mendeskripsikan isi kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.
4
2.
Untuk mengetahui pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.
D. Manfaat penelitian 1.
Manfaat teoritis a) Penelitian ini diharapkan menambah khasanah keilmuan dalam bidang dakwah khususnya untuk Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Salatiga. b) Hasil penelitian tentang pesan dakwah dalam kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang diharapkan dapat menjadi acuan penelitian lanjutan tentang kesenian Topeng Ireng dan grup musik lainnya yang ingin menyebarkan ajaran agama Islam melalui media pementasan seni supaya lebih baik dari sebelumnya.
2.
Secara Praktis a) Bagi seniman Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan (tambahan referensi) serta pengetahuan tentang latar belakang kesenian Topeng Ireng yang dimiliki oleh masyarakat di Desa Kuwaderan, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. b) Bagi masyarakat Dengan penelitian ini dapat menjadi pengetahuan bagi masyarakat sekitar akan ajaran-ajaran agama Islam yang terkandung
5
dalam kesenian tersebut dan dapat menjaga keutuhan dari isi yang ada dalam kesenian tersebut. c) Bagi desa Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam memelihara serta mengembangkan kesenian Topeng Ireng. E. Penegasan Istilah 1.
Pesan Dakwah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006:883), pesan mengandung arti perintah, nasihat, suruhan, permintaan yang harus disampaikan kepada orang lain. Sedangkan dakwah ditinjau dari etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu دعوة- يدعوا- دعا, artinya mengajak, menyeru, memanggil. Menurut Warson Munawwir dalam Amin (2009:1) menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru (to propose), mendorong (to urge), dan memohon (to pray). Jadi pesan dakwah dapat diartikan sebagai nasihat atau perintah yang mengandung nilai ajaran agama Islam di dalamnya.
2.
Kesenian Topeng Ireng Kesenian adalah suatu hasil ekspresi hasrat manusia akan keindahan dengan latar belakang tradisi atau sistem budaya masyarakat pemilik kesenian tersebut.(Sutardi, 2007:49)
6
Menurut Bowo dalam sebuah wawancara yang peneliti lakukan (14/06/2017:17.2), Topeng Ireng sendiri berasal dari kata Toto Lempeng Irama Kenceng. Toto artinya menata, Lempeng berarti lurus, Irama berarti nada, Kenceng berarti keras. Oleh karena itu, dalam pertunjukan Topeng Ireng para penarinya berbaris lurus dan diiringi oleh musik berirama keras dan penuh semangat. Kesenian Topeng Ireng merupakan kesenian tradisional kerakyatan yang lahir dan berkembang di daerah lereng gunung Merapi. Eksistensi kesenian ini masih dijaga hingga saat ini oleh warga daerah Magelang. Jadi pesan dakwah dalam kesenian yang dimaksud adalah pesanpesan ajaran agama Islam yang terkandung dalam sebuah kesenian yaitu kesenian Topeng Loreng yang terdapat di Desa Kuwaderan, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang. Pesan yang `di ajarkan bisa tersirat melalui gerakan yang di tampilkan, syair lagu yang dinyanyikan atau bahkan adapula yang bisa diambil dari kostum yang dipakai saat pementasan. F. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang pesan-pesan dakwah dalam kesenian memang bukan pertama kali diteliti. Penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku serta artikel-artikel yang membahas tentang kesenian. Berikut kajian penelitian yang relevan dengan penelitian yang diangkat oleh penulis sebagai bahan referensi: 1.
Seni Drama Sebagai Media Dakwah (Studi Kasus pada Teater Wadas Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang) oleh Yusuf Afandi, 2012.
7
Skripsi ini membahas tentang seni drama yang digunakan sebagai media dakwah. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa beradakwah melalui seni drama sangatlah efektif karena melalui perkataan, gerakan dan adegan yang terangkai dalam pementasan tersebut maka pesan-pesan yang akan disampaikan dapat bermanfaat bagi penonton. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan. 2.
Perkembangan Koreografi Tari Topeng Ireng Grup Mahesa Jenar Di Dusun Besaran, Desa Congkrang, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah oleh Nurul Hidayah, 2015. Skripsi ini membahas tentang perkembangan koreografi tari Topeng Ireng Gruup Mahesa Jenar Di Dusun Besaran, Desa Congkrang, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Perkembangan itu dibagi menjadi 4 periode yaitu, tahun 1950-an, 1990-an, 2008-2009, dan 2010 an 2015. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
3.
Seni Sebagai Media Dakwah Dalam Persepsi Sanggar Nuun Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta oleh Muhammad Fakih Usman, 2010. Skripsi ini membahas tentang metode dakwah melalui media seni dalam sanggar Nuun Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian oleh Muhammad Fakih Usman menghasilkan metode dakwah dalam persepsi sanggar tersebut adalah model yang memakai seni berupa pentas musik, teater, puisi, dan pantomim. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode kualitatif.
8
Penelitian-penelitian diatas memiliki kaitannya dengan tema yang diangkat oleh penulis. Dari ketiga penelitian tersebut diatas memiliki karaker masing-masing. Penelitian pertama sama-sama mengangkat tema dakwah sebagai media seni, namun seni yang digunakan adalah seni drama. Untuk penelitian yang kedua dan ketiga hampir sama yaitu dengan mengangkat tema tentang kesenian dan menggunakan metode yang sama. Hanya objek yang dikaji berbeda, penelitian kedua menggunakan kesenian untuk meneliti perkembangan koreonya sedangkan yang ketiga mengangkat kesenian sendiri untuk menggali media dakwahnya dan kesenian yang dimaksud juga sedikit berbeda dari yang penulis angkat. Pada penelitian ini penulis lebih menekankan pada pesan dakwah yang terkandung dalam syair dan gerakan atau koreografinya. Kesenian tradisional ini, merupakan pentas seni dari cerita dan tradisi masyarakat dulu yang kemudian berkembang menjadi tarian sehingga terbentuk kesenian Topeng Ireng. G. Metode Penelitian 1.
Pendekatan dan jenis penelitian Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Field research adalah pengamatan terhadap fenomena yang diamati didasarkan pada fakta-fakta atau data yang dikumpulkan di lapangan (Bajari, 2015:58). Menurut Moeleng metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
9
dari orang-orang dan perilaku yang diamati (2011:3). Data-data yang diperoleh yaitu berupa kata-kata melalui informasi dari para pendukung, tulisan dan foto-foto yang diolah sedemikian rupa dari bentuk aslinya sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk deskriptif dan gambar secara sistematis, faktual, dan akurat. 2.
Kehadiran peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan, sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumendokumen lain yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian.
3.
Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dimulai pada bulan Maret sampai dengan penulisan laporan penelitian ini selesai. Dengan mengambil lokasi penelitian di desa Kuwaderan, kecamatan Kajoran, kabupaten Magelang.
4.
Sumber data a.
Primer Data yang diperoleh peneliti secara langsung. Dikumpulkan oleh peneliti sendiri, dengan cara mengamati proses saat latihan dan melakukan wawancara mendalam ke pelaku seni (Ruslan, 2010:29).
10
b.
Sekunder Data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data ini merupakan data tambahan untuk melengkapi data yang sudah ada. Data ini berupa buku dan referensi lainnya (Hasan, 2004:19).
5.
Prosedur pengumpulan data a.
Observasi Merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004:104). Observasi yang bertujuan untuk memastikan para seniman dan masyarakat yang mengetahui tentang sejarah kesenian Topeng Loreng yang dijadikan narasumber utama. Selain itu, juga dilakukan dengan pengamatan secara langsung dari pertunjukan kesenian Topeng Ireng di desa Kuwaderan.
b.
Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksut
tertentu.
Dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moeleng, 2011:186). Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data tentang hal-hal yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan kesenian Topeng Ireng yaitu tentang isi secara keseluruhan dan juga pesan-pesan yang terkandung dalam kesenian di Desa Kuwaderan tersebut. Dalam melakukan wawancara
11
peneliti telah menyiapkan beberapa daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber yaitu terdiri dari ketua, tokoh masyarakat, seniman dan juga penonton. c.
Dokumentasi Merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2008:329). Informasi diperoleh dari foto, dokumen audio visual, dan catatan iringan tari. Peneliti menggunakan alat (kamera) agar setiap penjelasan dari narasumber tidak terlewatkan dan peneliti juga mencatat beberapa istilah kata bahasa asing yang diucapkan oleh narasumber saat proses wawancara berlangsung. Dalam penelitian ini dokumentasi dibutuhkan untuk memperoleh data tambahan serta untuk memperkuat data-data yang yang telah diperoleh pada saat observasi dan wawancara.
6.
Analisis data Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, sehingga data-data digambarkan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat. Data-data yang terkumpul akan dianalisis secara kualitatif. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011:337), dalam melakukan analisis untuk melakukan penelitian kualitatif melalui beberapa tahapan yaitu: a.
Reduksi data Merupakan pemilihan serta informasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan, proses ini dilakukan penelitian dengan cara
12
menyeleksi data-data yang di dapat dari hasil wawancara dengan informan, hasil observasi di lapangan dan dokumentasi yang mendukung dan yang sesuai dengan tujuan penelitian. b.
Deskripsi data Berisi uraian objektif mengenai segala sesuatu hal yang terjadi atau terdapat dalam kesenian Topeng Ireng di desa Kuwaderan, kecamatan Kajoran, kabupaten Magelang. Deskripsi ini diusahakan bersifat faktual, yaitu menurut situasi dan keadaan yang sebenarnya.
c.
Penarikan kesimpulan Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan
yang
berupa
kalimat-kalimat.
Peneliti
menarik
kesimpulan dari data-data yang sudah terkumpul untuk dijadikan bahan pembahasan, yaitu tentang pesan dakwah dalam kesenian Topeng Ireng di desa Kuwaderan, kecamatan Kajoran, kabupaten Magelang. 7.
Pengecekan keabsahan data Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu untuk pengecekan atau sebagai perbandingan dari data itu (Moleong, 2007: 330).
13
Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono, 2012: 330). Ada tiga macam triangulasi yaitu sumber data, teknik pengumpulan data, dan waktu pengumpulan data (Sugiyono, 2008: 273). Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik pengumpulan data yaitu membandingkan dan mengecek informasi yang diperoleh dalam pendokumentasian, observasi, dan wawancara mendalam tentang kesenian Topeng Ireng. Dalam hal ini, untuk memperoleh data yang ada tentang kesenian Topeng Ireng meliputi sejarah, isi secara keseluruhan dari kesenian Topeng Ireng yang digunakan sumber dari hasil wawancara dan observasi. Data yang diperoleh melalui wawancara yang diupayakan berasal dari banyak responden yang kemudian dilakukan pengecekan, Sehingga data yang diperoleh akan benar-benar dipertanggungjawabkan. Pengecekan data tersebut dengan mewawancarai penari, tokoh masyarakat, masyarakat dan orang-orang yang berkompeten di bidang seni dan mengetahui tentang kesenian Topeng Ireng. Berikut gambar skema triangulasi data :
14
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Gambar 1.1 : Skema Triangulasi Data
Data yang telah dianalisis oleh peneliti kemudian disimpulkan dan dicocokkan dengan beberapa data yang diperoleh sehingga didapatkan ketegasan informasi (beberapa sumber data) dalam wawancara yang sudah dilakukan. Data yang diperoleh berasal dari banyak responden yang kemudian dipadukan, sehingga data yang diperoleh akan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. 8.
Tahap-tahap penelitian Tahap-tahap penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu: a.
Menentukan masalah penelitian, dalam tahap ini peneliti mengadakan pendahuluan terlebih dahulu.
b.
Pengumpulan data, pada tahap ini peneliti mulai dengan menentukan sumber data, yaitu buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan dari kesenian Topeng Ireng. Dan diakhiri dengan pengumpulan data dengan
menggunakan
metode
dokumentasi.
15
observasi,
wawancara
dan
c.
Penyajian data, menyajikan data yang diperoleh selama penelitian dan akhirnya ditarik suatu kesimpulan.
H. Sistematika Penulisan Adapun mengenai sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I
: Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
: Landasan teori, yang mencakup tentang deskripsi teori mengenai pesan, dakwah, dan kesenian.
BAB III : Gambaran umum, mengenai kesenian Topeng Ireng di desa Kuwaderan, mulai dari sejarah, tujuan, struktur organisasi dan temuan penelitian. BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan yang mencakup isi secara umum dari kesenian Topeng Ireng, pesan-pesan dakwah dalam kesenian Topeng Ireng. BAB V
: Merupakan bab penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.
16
17
BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pesan Dakwah Pesan merupakan salah satu unsur atau komponen dalam proses komunikasi. Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan yang disampaikan oleh komunikator adalah pernyataan sebagai panduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi keluhan, keyakinan, himbauan, anjuran dan sebagainya. Pesan yang dimaksut merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan (Effendy, 2005:18). Pengertian dakwah secara etimologi yang berasal dari bahasa Arab yaitu dakwah dan tabligh, hal tersebut merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut. Sedangkan dakwah secara terminologi dapat diartikan sebagai proses penyampaian yang merupakan usaha untuk mengubah way of thinking, way of feeling, dan way of life manusia sebagai sasaran dakwah kearah kualitas yang lebih baik (Amin, 2013:2-6). Pesan dalam ajaran islam adalah perintah, nasehat, permintaan, amanah yang harus disampaikan kepada orang lain. Sedangkan pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari al-Quran dan alHadist baik secara tertulis maupun bentuk-bentuk pesan risalah
(Tasmara, 1997:43). Seperti yang dijelaskan dalam Alquran (QS. AlAhzab (33) : 39) :
ََََََََََََََََََََََََََََََََََََََالَّذينَي ب لغونَرساَلتَاللَّهَوي ْخش ْونهَوَلَي ْخش ْونَأح ًداَإ ََّلَاللَّهََۗوكف ٰىَباللَّهَحسيب ََََََََََََ
Artinya:“(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan. (QS. Al Ahzab 33:39)
Moh. Natsir dalam Fiqh Ad-Dakwah membagi mengenai risalahrisalah Allah dalam tiga bagian pokok (Amin, 2013:108), yaitu : a. Menyempurnakan hubungan manusia dengan Khaliq-Nya b. Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesama manusia c. Mengadakan keseimbangan (tawazun) antara kedua itu dan mengaktifkan kedua-duanya sejalan dan terjalin. Pada dasarnya pesan dakwah itu adalah ajaran Islam itu sendiri. Menurut Amin (2013: 20) yang secara umum dikelompokkan menjadi: a. Pesan Akidah, meliputi Iman kepada Allah Swt. Iman kepada Malaikat-Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya, Iman kepada rasulrasulnya, Iman kepada Hari Akhir, Iman kepada Qadha dan Qadhar. b. Pesan Syariah meliputi ibadah thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji , serta mu’amalah. c. Pesan Akhlak meliputi akhlak terhadap Allah Swt., akhlak terhadap makhluk yang meliputi; akhlak terhadap manusia, diri sendiri,
18
tetangga, masyarakat lainnya, akhlak terhadap bukan manusia , flora, fauna dan sebagainya. Dakwah dengan sendirinya merupakan bagian dari ilmuilmu sosial, yang dirumuskan dan dikembangkan dengan mengikuti norma ilmiah dari ilmu-ilmu sosial (Anas, 2006:5). Menurut tesis Clifford Geertz, semua agama, termasuk Islam dipahami sebagai sistem budaya. Para neofundamentalis Islam dengan nada yang hampir sama telah menyampaikan penegasan bahwa hanya ada satu kebudayaan yang mencakup semua, yaitu Islam, yang valid untuk semua waktu, tempat dan orang (Tibi, 1999:11-12). Agar pesan dakwah dapat diterima dengan baik, yang diperlukan adalah sebuah media sebagai perantara dalam menyampaikan pesan-pesan tesebut. Kata media, berasal dari bahasa Latin, median, yang merupakan bentuk jamak dari medium yang secara etimologi berarti alat perantara. Secara umum mediamedia yang dapat digunakan sebagai media dakwah dikelompokkan menjadi: a. Media Visual Media yang dioperasikan untuk kepentingan dakwah melalui indera penglihatan yang meliputi: Overhead Proyektor (OHP), film slide, gambar dan foto.
19
b. Media Audio Alat-alat yang dapat dioperasikan sebagai sarana penunjang kegiatan dakwah yang ditangkap melalui indera pendengaran, antara lain: radio dan tape recorder. c. Media Audio Visual Media penyampaian informasi yang dapat menampilkan unsur gambar (visual) dan suara (audio) secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan dan informasi, meliputi: televisi, film atau sinetron, dan video. d. Media Cetak Media untuk menyampaikan informasi melalui tulisan yang tercetak, yang termasuk dalam media cetak adalah: buku, surat kabar, dan majalah.(Amin, 2013:113-124) 2. Tinjauan Tentang Seni a. Kesenian Kesenian berasal dari kata benda yakni seni. Secara etimologi kata seni berasal dari bahasa Belanda, genie. Dalam Koenen – Endepols – Bezoen, Handwoorddenboek der Nederlandse Taal, kata genie ternyata berasal dari bahasa Latin, genius. Contohnya: 1. het genie van Rembrandt; 2. Shakespeare was een groot genie. Rangkaian pikiran logisnya: seniman itu merupakan makhluk yang memiliki kelebihan; kehalusan jiwa yang tak tersamai oleh awam dalam menikmati dan
20
menciptakan keindahan menurut Sudarmaji. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian seni adalah suatu keterampilan yang diperoleh dari pengalaman, belajar, atau pengamatanpengamatan (Bahari, 2014:61-62). Koentjaraningrat memberikan pengertian kebudayaan sebagai “keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu”. Atau dengan kata lain bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari apa yang pernah dihasilkan oleh manusia karena pemikiran dan karyanya. Jadi kebudayaan merupakan produk budaya (Sudibyo dkk, 2013:29). Kebudayaan itu tidak akan lahir kalau tidak ada yang mendukungnya, dengan kata lain lahirnya kebudayaan bersamaan dengan lahirnya manusia. Manusia berusaha untuk mengubah, memberi bentuk serta menyusun pemberian alam sesuai dengan kebutuhan jasmani dan rokhaninya. Hasil usaha manusia inilah yang yang disebut dengan kebudayaan. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Dr. Kuntjoroningrat (Team Penulisan Naskah Pengembangan Media Kebudayaan Jawa Timur, 1977:9) yang mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang diatur oleh tata kelakuan yang harus diperoleh dengan belajar dan semuanya tersusun dalam peri kehidupannya.
21
Menurut
Lombart
dalam
Santosa
(2007:2)
setiap
kebudayaan ini akan mengalami proses adaptasi, modifikasi maupun pergeseran nilai-nilai yang berlaku. Penerimaan sosial atas unsur-unsur kebudayaan baru akan mendorong masyarakat yang bersangkutan untuk menyesuaikannya lebih lanjut sebelum terjadi penyerapan secara tuntas. Cepat atau lambannya kebudayaan berkembang tergantung dari minat dan kebutuhan serta daya tangkap masyarakat terhadap tantangan yang dihadapi. Kesenian adalah bagian dari kebudayaan. Dalam konteks komunikasi, kesenian merupakan media yang vital dari kebudayaan, karena mampu menyampaikan suatu komunikasi dengan masyarakatnya. Kesenian juga sebagai ungkapan kreativitas dari sebuah kebudayaan dan juga merupakan identitas bagi suatu daerah, karena mempunyai ciri dan latar belakang komunitas masyarakatnya (Kayam, 1981:36-39). Konsep adi luhung yang dikenakan pada kesenian tradisi (termasuk tari) Jawa. Adi: linuwih, melebihi segalanya atau mempunyai nilai lebih; luhung: luhur, tinggi melebihi yang lain dan juga bermakna. Para seniman tradisi (dan juga masyarakat Jawa) menempatkan adi luhung sebagai cita-cita yang diharapkan dan diyakini akan terwujud khususnya lewat kesenian. Konsep ini tidak hanya berlaku dalam masalah estetik,
22
tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis, religius, edukatif, spiritual dan ritual, yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia (Prabowo, 2007:10). Mengikuti pendapat para antropolog, dari segi wujudnya yaitu: Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan. Wujud ini masih bersifat sangat abstrak seperti terdapat pada setiap manusia yang tertuang dalam pikiran manusia, filsafat dan wahyu. Wujud kedua dari kebudayaan adalah suatu wujud kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dan masyarakat. Bagaimana sikap suatu kelompok masyarakat yang dilakukan turun temurun, cara-cara memahami
dan
melaksanakan
ritual
keagamaan
suatu
masyarakat tertentu seperti bagaimana praktek ibadah orang Islam di pedesaan. Dan wujud yang ketiga sebagai benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan berbentuk benda adalah yang paling kongkrit hasil cipta dan karsa manusia dibanding kedua wujud budaya yang sebelumnya (Sambas, 2007:27-28). Dari ketiga wujud kebudayaan tersebut diatas, dapat diturunkan lagi ke sub-sub yang lebih rinci menurut Koentjaraningrat (2002:203-204), yakni:
23
1) Bahasa Sebagai sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya. 2) Sistem Pengetahuan Dalam setiap kebudayaan, semua mempunyai sistem pengetahuannya
masing-masing,
isi
dari
sistem
pengetahuan dalam suatu kebudayaan merupakan uraian tentang cabang-cabang pengetahuan, diantaranya adalah pengetahuan tentang: a) Alam sekitarnya b) Alam flora di daerah tempat tinggalnya c) Alam fauna di daerah tempat tinggalnya d) Zat-zat, bahan mentah, dan ebnda-benda dalam lingkungannya e) Tubuh manusia f) Ruang dan waktu 3) Organisasi Sosial Di dalam hidupnya manusia selalu berkelompok, membentuk suatu komunitas dimana di dalamnyaterdapat aturan-aturan mengenai berbagai macam, aturan inilah yang kemudian disebut sebagai adat istiadat.
24
4) Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi Hal ini berkaitan dengan cara-cara membuat sesuatu, memproduksi, memakai dan memeliharasegala peralatan hidup tersebut. 5) Sistem Mata Pencarian Hidup Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan: berburu, meramu, beternak, bercocok tanam dan menangkap ikan. 6) Sistem Religi Religi merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat komponen yaitu: a) Pertama, emosi keagamaan yang membuat manusia menjadi religious. b) Kedua,
sistem
kepercayaan
yang
mengandung
keyakinan serta bayangan-bayangan manusia tentang sifat
Tuhan,
tentang
wujud
dari
alam
gaib
(supranatural). c) Ketiga, sistem upacara religius yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa, atau makhluk halus yang mendiami alam gaib d) Keempat, kelompok religius atau kesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan-bayangan manusia tentang sifat
Tuhan
25
sertatentang
wujud
alam
gaib
(supranatural) dan yang melakukan sistem upacaraupacara religius yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa, atau makhluk halus yang mendiami alam gaib. 7) Kesenian Adalah segala ekspresi hasrat manusia akan keindahan, kesenian dibagi menjadi dua, yaitu: a) Seni rupa adalah kesenian yang dinikmati manusia dengan mata b) Seni suara adalah kesenian yang dinikmati manusia dengan telinga. Sementara menurut Melville J. Herkovits kebudayaan memiliki empat unsur pokok, yaitu: 1) Sistem norma sosial 2) Organisasi ekonomi 3) Alat-alat 4) Lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) dan organisasi kekuatan (politik). Kesenian merupakan unsur pengikat yang mempersatukan pedoman-pedoman bertindak yang berbeda menjadi suatu desain yang utuh, menyeluruh dan operasional, serta dapat diterima sebagai sesuatu yang bernilai (Bahari, 2014:45).
26
Menurut Levi-Strauss dalam Bahari (2014:46-47) bahwa kesenian dapat menjadi satuan-satuan integrasi menyeluruh secara organik, di mana gaya-gaya, kaidah-kaidah estetik, organisasi sosial, dan agama, secara struktural saling berkaitan. Menurut Rapoport, dilihat dari sudut pedoman, estetika dan sistem simbol memberi pedoman terhadap berbagai pola perilaku manusia yang berkaitan dengan keindahan, yang pada dasarnya mencakup kegiatan berkreasi dan berapresiasi. Pertama, estetika dan sistem simbol menjadi pedoman bagi seniman untuk mengekspresikan kreasi artistiknya, dan berdasarkan pengalamannya mampu memanipulasi media guna menyajikan karya seni. Kedua, estetika dan simbol memberi pedoman bagi penikmat atau pemakai seni (konsumen) untuk menyerap karya seni tersebut, yang berdasarkan pengalaman mereka dapat melakukan apresiasi dengan cara menyerap karya seni untuk menumbuhkan kesan-kesan atau pengalaman estetik tertentu. Tersirat bahwa, estetika dan sistem simbol menjadi pedoman bagi terwujudnya suatu komunikasi estetik antara pencipta dan penikmat melalui karya seni yang diciptakan dalam ruang lingkup kebudayaan ynag bersangkutan. Karena kebutuhan estetik setiap kelompok tidak selalu sama, di samping lingkungan di mana kelompok itu tinggal juga tidak senantiasa sama, maka setiap kelompok masyarakat akan mengembangkan strategi untuk pemuasan kebutuhan estetiknya masing-masing (Bahari, 2014:47-48). Wujud dari kesenian ini bermacam-macam, seperti (Bahari, 2014:48-58): 1) Seni Musik Seni musik atau seni suara adalah seni yang dapat diterima melalui indera pendengaran.
27
2) Seni Tari Seni tari merupakan seni yang dapat diserap melalui indera penglihatan, di mana keindahannya dapat dinikmati dari gerakan-gerakan tubuh, terutama gerakan kaki dan tangan, dengan ritme-ritme yang teratur, yang diiringi oleh irama musik yang diserap melalui indera pendengaran. Suyadi berpendapat dalam buku (Mengenal Seniman Tari Dan Karawitan Jawa: 1992) bahwa semua gaya tari itu baik entah itu gaya Yogyakarta, Surakarta, Sunda ataupun Bali. Masing-masing tari mempunyai keindahan sendiri-sendiri menurut ritme, iringan dan pelakunya. Perkembangan seni tari sekarang ini kurang memuaskan, meskipun secara kuantitatif diakui lebih baik. Bukti yang ditonjolkan ialah amat minimnya penari-penarik klasik yang baik sekarang ini. Keterbatasan penari dan guru seni tari jelas menjadi hambatan perkembangan seni tarinya. 3) Seni Drama (Theater) Seni drama atau theater merupakan jenis seni pertunjukan yang audio visual karena dapat diserap melalui indera penglihatan dan pendengaran. Tentunya kesenian ini memiliki berbagai macam fungsi menurut Widyastutieningrum (2007:125-219), diantaranya:
28
1) Sebagai Sarana Ritual Kalangan masyarakat Indonesia yang dalam tata kehidupannya masih mengacu pada nilai-nilai budaya agraris, serta masyarakat yang memeluk agama yang dalam kegiatan ibadahnya sangat melibatkan kesenian. 2) Sebagai Hiburan Pribadi Indonesia sangat kaya akan tari-tarian yang berfungsi sebagai hiburan pribadi. Pertunjukan jenis ini sebenarnya tidak ada penontonnya karena penikmat tari hiburan pribadi harus melibatkan diri di dalam pertunjukan (art of participation). 3) Sebagai Presentasi Estetis Untuk menampilkan sebuah pertunjukan di atas panggung menuntut biaya yang tidak sedikit. Seni tari misalnya memerlukan perlengkapan untuk sang penari sampai keperluan panggung. Pada umumnya fungsi sebagai presentasi estetis ini, penyandang dana produksinya (production cost) adalah para pembeli tiket. b. Kesenian Topeng Ireng Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat, kesenian Topeng Ireng mulai berkembang di tengah masyarakat lereng Merapi Merbabu sejak zaman penjajahan Belanda dan dilanjutkan perkembangannya tahun 1960-an. Pada saat zaman
29
Pemerintahan Belanda, pemerintah jajahan pada masa lalu melarang
masyarakat
berlatih
silat
sehingga
warga
mengembangkan berbagai gerakan silat itu menjadi tarian rakyat. Nama Topeng Ireng sendiri berasal dari kata Toto Lempeng Irama Kenceng. Toto artinya menata, Lempeng berarti lurus, Irama berarti nada, Kenceng berarti keras. Oleh karena itu, dalam pertunjukan Topeng Ireng para penarinya berbaris lurus dan diiringi oleh musik berirama keras dan penuh semangat. Tarian itu diiringi dengan musik gamelan dan tembang Jawa yang intinya menyangkut berbagai nasihat tentang kebaikan hidup dan penyebaran agama Islam. Setelah itu perkembangan Seni pertunjukan Topeng Ireng berkembang apabila umat Islam membangun masjid atau mushola, sebelum mustaka (kubah) dipasang maka mustaka tersebut akan diarak keliling desa. Kirab tersebut akan diikuti oleh masyarakat di sekitar masjid dengan tarian yang diiringi rebana dan syair puji-pujian. Dalam perjalanannya kesenian tersebut berkembang menjadi kesenian Topeng Ireng. Tarian ini sebagai wujud pertunjukan seni tradisional yang memadukan syiar agama Islam dan ilmu beladiri atau pencak silat. Selain sebagai pertunjukan yang menggambarkan tentang kehidupan masyarakat pedesaan yang
30
tinggal di lereng Merapi Merbabu, juga sebagai syiar agama Islam. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Topeng_Ireng B. Kesenian sebagai media dakwah Seni dengan misi dakwah, yaitu seni yang menyampaikan makna pesan berupa nilai-nilai Islam yang di dalam interaksi sosialnya berusaha membawa audiens ke arah perubahan budaya yang lebih baik mendekati kebenaran syariat dan akidah Islam (Amin, 2013:247). Secara teori, Islam memang tidak mengajarkan seni dan estetika (keindahan), namun tidak berarti Islam anti seni. Ungkapan bahwa Allah adalah jamil (indah) dan mencintai jamal (keindahan) serta penyebutan Allah pada diri-Nya sebagai
ِ ِ السمواة واال ْر ض ّ ُ بدعmerupakan penegasan
bahwa Islam menghendaki kehidupan indah dan tidak lepas dari seni (Amin, 2013:245-246). Ruang sempit yang menghubungkan antara seni dan dakwah adalah terletak pada kesamaan penyuaraan makna pesan yang dikandung dan yang termediasikan oleh aspek fisik atau materi atau aspek permukaan sebagai lambang atau simbol, yang di dalam dakwah Islamiyyah materi pesan itu terungkapkan melalui media, metode, teknis, bahasa dan sebagainya (Amin, 2013:247). Kesenian lahir sebagai salah satu media dakwah dalam penyebaran agama Islam. Diperkenalkan dan disebarkan kepada umat manusia melalui
31
aktifitas dakwah, dengan tidak menggunakan cara kekerasan dan paksaan. Yang sesuai dengan ayat al quran: (QS. Al Baqarah (2) : 256) :
ََالر ْشدَمنَالْغيََۚفم ْنَي ْكف ْرَبالطَّاغوتَوي ْؤم ْن ُّ َلَإ ْكراهَفيَالدينََۖق ْدَت ب يَّن َاست ْمسكَبالْع ْروةَالْوثْق ٰىََلََانْفَاََلَاََۗواللَّهَسميٌََليمى ْ باللَّهَف قد Artinya:“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah 2:256) Berbagai
kesenian,
sebenarnya
bisa
dimanfaatkan
untuk
menyebarkan pesan-pesan dakwah Islam. Musik, wayang kulit, kesenian tradisional bahkan film lebih bersifat populer, merakyat, dan kondisional. Apa yang ada di masyarakat pada waktu itu dapat diangkat ke permukaan bersama pesan-pesan dakwah Islam (Amin, 2013:250). Seperti kesenian Topeng Ireng yang mempunyai dua sasaran yaitu sasaran internal dan sasaran eksternal. Sasaran internal yaitu bagi pelaku seni (pemusik, penyanyi atau pembawa lagu, penari) disamping dapat menikmati keindahan di dalamnya juga dapat mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Sedangkan sasaran eksternalnya bagi masyarakat sekitarnya terutama masyarakat pemudanya. Masyarakat pada umumnya lebih respon terhadap sesuatu yang sifatnya lebih indah dan menghibur. Walaupun respon masyarakat atau penikmat kesenian dalam menginterpretasikan kandungan kesenian ini relative, dalam artian tergantung dari pemahaman masing-
32
masing. Namun kesenian ini tetap dapat membawa misi mengajarkan ajaran agama Islam. Menurut beberapa responden kurang memahami maksut dari kandungan-kandungan
tersebut,
namun
mereka
tetap
mempunyai
pandangan tersendiri dalam menginterpretasikan maksut tersebut. Karena menurut sebagian dari mereka, dalam kesenian inilah mereka memiliki kesempatan untuk menyampaikan ajaran agama Islam walau hanya satu ayat. Seperti yang sudah dijelaskan dalam hadis Nabi: (HR. Al-Bukhari)
َبَلِّغُواَعنِّىَول ْوَآية Artinya: “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) Lembaga dakwah sekarang ini tak hanya berpusat di masjid-masjid, di forum-forum diskusi, pengajian dan semacamnya. Dalam pengertian demikian, dakwah harus mengalami desentralisasi kegiatan. Harus berada di bawah, di pemukiman kumuh, rumah-rumah sakit, di teater-teater, di studio-studio film, musik, di kapal laut, kapal terbang, di pusat-pusat perdagangan, ketenagakerjaan, di
pabrik-pabrik, di
tempat-tempat
pembangunan gedung pencakar langit, di bank-bank, di pengadilan, dan sebagainya (Muis, 2001:133). Agar pesan dapat diterima dengan baik diperlukan sebuah media, begitu juga dengan kegiatan berdakwah, media merupakan instrumen atau
33
alat yang penting agar pesan yang akan disampaikan mudah dipahami dan dimengerti dengan baik oleh si penerima. Kesenian dalam hal ini termasuk ke dalam media audio visual. Awal proses masuknya Islam di Indonesia khususnya di Jawa Tengah, para penyebar agama Islam yakni Walisongo, yang tidak lain adalah dengan menggunakan seni sebagai media dalam mengembangkan dakwah Islam. Dengan kata lain, dakwah melalui media ini sudah berkembang sejak awal. Yang kemudian semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
34
35
BAB III GAMBARAN UMUM KESENIAN “TOPENG IRENG”
A.
Sejarah Kesenian Topeng Ireng Seni Tarian Topeng Ireng berawal dari cerita rakyat Magelang sebelum pada akhirnya berkembang ke daerah yang lain. Topeng Ireng muncul tahun 1960 di Tuksongo Borobudur, kemudian berkembang di 21 Kecamatan. Masing-masing Kecamatan punya group kesenian, ada yang 1 atau bahkan lebih. Kesenian Topeng Ireng ini perkembangannya cukup pesat. Topeng Ireng banyak digemari karena busananya bagus, gerak tari dan iringan musik mudah untuk dipelajari. Tema untuk syiar agamis dengan melalui lagu-lagu syair
agama
yang
lagu-lagunya
tersebut
dibuat
sendiri.
Dalam
perkembangannya, lagu campursari mulai masuk. Namun terkadang syairnya mulai menyimpang, sehingga perlu untuk diluruskan. Lagu-lagu biasanya untuk menyampaikan pesan terhadap lingkungan masyarakat, misalnya pesan tentang KB atau politik. Makna dari Tari Topeng Ireng erat kaitannya dengan tari keprajuritan. Sebutan Dayakan adalah cara untuk memudahkan menyebut tarian Topeng Ireng, karena didasarkan pada penampilan penari Topeng Ireng saat pertunjukan. Gerakan-gerakan Tarian Topeng Ireng tidak memiliki aturan yang baku hanya terkadang muncul gerakan-gerakan yang merupakan ciri khas tarian masyarakat. Ciri khas tersebut adalah adanya hentakan kaki dan
gerakan yang diulang-ulang. Serta gerakan yang ada dalam tarian ini tidak lepas dari alunan musik dan notabene tarian ini mengikuti alunan musik. Dari keseluruhan penari kesenian ini tidak lepas dari keidentikannya dengan prajurit yang berseragam yang memakai sepatu boot yang melambangkan ketegasan. Sedangkan untuk riasan pemainnya terkesan coret-coret berbagai warna. Riasan yang dipakai dipusatkan di bagian mata yaitu perpaduan antara warna putih dan hitam yang lebih banyak yang menggambarkan seperti muka singa yang terkesan liar dan kuat karena singa itu adalah raja hutan, juga ada gambaran harimau dengan menggunakan warna lain yang merupakan gambaran sifat prajurit yang garang dan pemberani. Dalam tata rias tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tarian ini menggambarkan sekelompok prajurit yang gagah berani, tangguh, kuat, dan tegas dalam melawan penjajah.
Gambar 3.1: Foto riasan Topeng Ireng (Foto: Huda, 2017) 36
Gambar 3.2: Keseragaman sepatu boot dengan hiasan lonceng (Foto: Adit, 2017) Alat musik yang digunakan sebagai pengiring dalam tari Topeng Ireng ini diantaranya adalah jidhor, seruling, dhogdhog dan bendhe. Melalui beberapa alat musik yang mudah dijumpai tersebut, komunitas kesenian Topeng Ireng ini mempertahankan tradisinya. Dengan tujuan awal sebagai alatsyiar agama Islam, para pemusik dalam kelompok tersebut membuat beberapalagu yang di dalamnya terkandung tema-tema diantaranya lagu perkenalan, lagu bernuansa pesan religi, lagu bernuansa pesan moral dan lagu bernuansa sosial.
Gambar 3.3: Foto alat musik Topeng Ireng (Foto: Arum, 2017) 37
Berikut beberapa lagu yang mengandung pesan religi dan moral saat mengiringi tari Topeng Ireng: 1.
Atur Wilujeng Atur wilujeng ingkang samio rawuh Ingkang rawuh mriki anemi wong sepuh Kito ngormati nabi panutan Nabi Muhammad Nabi kang pungkasan Engkang mernoto poro menungso Engkang printah kito supoyo ngedohi dosa Di Timur Matahari mulai bercahaya Bangun dan berdiri kawan semua Marilah mengatur barisan kita Segala pemuda Islam Indonesia Kita pemuda Islam Indonesia (2x) Ingatlah pada kwajiban kia Mari bekerja bersama-sama Menjunjung agama Islam yang se termulya Dengan sungguh kami mencari ilmunya Supaya kita bisa unggul derajatnya Di dalam dunia dan akhiratnya Mudah-mudahan bisa masuk Surga... Tinggi gunung kampung melayung Sarung melingkar, sarung melingkar di pinggir kali Sarang burung di puncak kayu Saya melihat, saya melihat terlalu tinggi Mendung-mendung menjahit sarung Benangnya ikat, benangnya ikat jarumnya putus Do elingo wong urip iku sedelo Ojo wegah ojo sungkan podo poso Yen ra poso akhire bakal nelongso Sebab urip ninggal poso abot dunyo Ngelingo yen wis nunggang ning bandoso Wis ra biso arep tobat karo kondo Miwah manggon ning ngisor kayu Sembojo anetepi arep nangis ora ditompo Sebab urip ngibadahe sio-sio Ra netepi dawuhe Kang Moho Mulyo Senajan arep sambat karo kondo Wis ra ono sing melasi sopo-sopo... A gejobo Malaikat kang tumeko, Le ing teko, toto-toto arep nggodho Do wediyo Neraka kang pitung werno Do nyadongngo Swargo kang tumpang songo, Pitukone Suwargo kudu sing sabar
38
Katekane cobane seko kersane ALLAH Ini Negri namanya Jawi kalau Agami nama Islami Agama Islam sudahlah terang atas dawuhe dari pangeran 2.
Tangise Lereng Gunung Merapi Sekarat pati banget larane Naliko uripe akeh maksiate Lali maring Rahmat kang Diparengake Opo maneh lali maring sembahyange Uwis cukup Gusti, Merapi dadi bukti Akeh korban nganti, sing tumekan pati Kabeh iki gambaran opo den uji, dateng manungso ing, Lereng Gunung Merapi (reff) Aku krungu jerit, aku krungu tangismu Percoyo pancen perih, lan loro batinku Uwis cukup Gusti, iki papelingmu, manungso ra hiso, mungkiri Kuasa-Mu Kabeh wargo atine koyo diiris Olehe nyekseni, dunyo lagi nangis Mulo ayo poro, dulur kang winasis, Enggal dikon ndongo iku wis wasis Sanguning pati dudu emas raja brana, Tegal, sawah, pekarangan kang ombo, Nanging Iman Islam, iku kang digowo, Nanging Iman Islam kang langkung sampurno...
3.
Jawa Timur Uwis pancen dadi nyoto, Jawa Timur gek dadi perkoro, Maksiat amargo bondo, sengketa tanah aparat karo wargo, Sing gedekke maksiate, Kabeh do ora ngaku salahe Amung rebutan bandane, ora ngelingi warga bebentene Ora nyono-ora ngiro, Jawa Timur dadi perkoro, Njur sing disalahke sopo, sengketa tanah kadung urusan dowo, Mulo konco angelingi bondo dunyo ora digowo mati, Mulo enggal eling Gusti, lan perintahe pada dilakoni
4.
Lindu Jawa Timur Pancen nyoto jagad iki uwis tuwo Pacobaning nang ndonyo maneko warno Mung sayange manungsane durung kroso Iseh nglakoni mung tumindak angkoro murko Indramayu pacobaning wektu bengi
39
Saiki ning pacobaning ing Kediri, Gunung Kelud ngamuk sajak soyo medeni Poro wargo kabeh dijak pada nungsi Jawa Timur kepiye nasib wargane Sidoharjo durung rampung atasi lumpure Aduh Gusti jagad kok dadi kongene, mboten kiat anggo nglampai dawuhane Wargo kabeh ayo enggal podo emut Sing ngelingke Jawa Timur Gunung Kelud, Enggal elingo mumpung durung kebacut Lan do elingo jagad iki soyo ciut... 5.
Gendok Anakku Gendok Anakku... Tabahno atimu, iki pacoba kanggomu Rungokno bapakmu Atimu tatakno, bapak ngerti atimu loro Amargo kasmoro, pangorbananmu wis di sio-sio (reff) Nanging saiki kudu tabahing ati Mugo-mugo biso nyembadani Nanging saiki kudu tabahing ati Mugo-mugo biso nyembadani Uwis lilakno, jodo soko sing kuwoso Manungso karining nrimo Percoyo bapakmu mung welasing Kuoso (2x)...
6.
Wali Songo Pancen nyoto ono tlatah tanah Jowo Agama Islam iku pancen luwih utomo Ngawintuni sing nyebar poro Wali Songo, kang nduwe gelar Raden Sahid Sunan Kalijogo Anggone nyebar lewat seni wewayangan, Susah payah akeh bebal lan ugo ujian, ning nyatane Wali Songo sih sembodo, anggen critakke Rukun Islam ing wewayangan... 1. Syahadat 2 (loro) den gambarke Raden Janoko 2. Sholat kang kuat den gambarke Werkudoro, kang biso ngrampungi perkoro cacah agomo, naliko lagi perang tempur brotoyudho 3. Bayare zakat den ginambar Raden Arjuno 4. Raden Puntodewo iku gambarane poso 5. Yen pungkasane munggah haji lamun kuwoso, ginambar Kresno dadi Raja ing Ngastino Yo ngono kui Rukun Islam gambaran Pendowo...
7.
Paripurno Sampun paripurno, kulo paring pari sedo
40
Bilih lepat nyuwun ngapuro, kulo wakil saking kadang mudo Amung pamuji, paring kersane Gusti Niki kesenian, saking Desa Kuwaderan Topeng Loreng iku jenenge Kajoran iku jeneng Kecamatane Mugi Gusti Allah, Sing Kuwoso paring ngijabahi Mugi nikmat saha Rahmat, kang Diparengake dateng umat Muhammad... Peralatan yang digunakan berupa gamelan, peluit, kostum dan alat make up. Selain itu ada beberapa hal yang harus disediakan untuk menunjang salah satu jenis tarian Siluman yang berbau mistik, untuk menghormati para leluhur supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Disediakan sesajen yang berupa kelapa muda, bunga 7 rupa, darah dari ayam jago, ketan, hasil bumi, kopi, teh, susu, telur ayam jawa, dan yang paling penting adalah jenang merah dan jenang putih. Tidak ada rincian jelas dari setiap komponen yang dijadikan sesajen tersebut, namun menurut sesepuh desa komponen yang terpenting adalah jenang putih dan jenag merah, jenang putih yang melambangkan kesucian diamana setiap apa yang dilakukan warga desa dalam setiap kegiatannya mendapat imbalan yang baik pula, berkah dunia dan akhirat. Sedangkan untuk jenang merah digambarkan sebagai keburukan yang ada di sekitar kita yang seharusnya dijauhi namun harus tetap diingat sebagai pelajaran kalau kita tidak boleh mendekat ataupun melakukan hal yang buruk karena akan berakibat burup pula pada kehidupan di dunia dan diakhirat. Penari dalam satu kelompok antara 16-20 orang, termasuk kepala suku. Penari dalam Topeng Ireng ada yang dewasa maupun yang masih anak-anak. Menurut salah satu tokoh masyarakat (Bp.Kandar) seni Tari Topeng Ireng merupakan salah satu seni dari kota Magelang yang menggambarkan prajurit
41
di jaman Belanda dahulu, gambaran tersebut berupa sekelompok prajurit yang sedang berperang melawan Belanda dengan menggunakan coretan-coretan hitam di wajahnya untuk menyempurnakan penyamaran para prajurit di hutan, dari situlah nama Topeng Ireng berasal. Namun ada persepsi lain bahwa asal mula Seni Tarian Topeng Ireng tersebut berasal dari para prajurit yang sedang menari setiap ada waktu istirahat di medan perang sebagai hiburan dengan masih berpenampilan seperti saat berperang melawan Belanda. Setelah itu tarian tersebut dibawa oleh para prajurit dan diajarkan kepada masyarakat sekitar Magelang dan dengan mudah masyarakat Magelang menggandrungi tarian tersebut, namun masyarakat Magelang pada saat itu menambahkan kostum yang menarik, dengan gabungan antara kepala angsa dan bulu ayam untuk hiasan kepala dan lonceng-lonceng kecil yang cukup banyak di kaki yang memungkinkan setiap gerakan dari sang penari mengeluarkan bunyi yang sangat meriah, hal tersebut menjadikan seni Tari Topeng Ireng mudah diterima oleh masyarakat Magelang. Tari Topeng Ireng di Magelang tersebut diwariskan secara turuntemurun dari jaman penjajahan Belanda sampai sekarang sehingga tetap terjaga ke asliannya dan tetap ditampilkan dalam acara adat tententu. Kesenian tersebut berkembang hingga ke pelosok-pelosok daerah yang ada di Magelang atau daerah disekitarnya. Salah satu daerah yang masih menjaga kelestarian kesenian tersebut adalah Desa Kuwaderan Kecamatan Kajoran yang ada di Magelang. Pada awalnya kesenian ini dibentuk, di desa tersebut untuk memenuhi persyaratan dari desa yang mewajibkan bagi setiap
42
dusunnya menampilkan kesenian saat memperingati hari Kemerdekaan RI. Setiap dusun memiliki kesenian masing-masing yang akan ditampilkan dalam acara tersebut, namun ada dua dusun yang mengangkat kesenian ini. Dusun Krajan I dan Krajan II, untuk membedakan antara Topeng Ireng dari dua dusun tersebut maka mereka memberikan nama dan karakteristik bagi kesenian Topeng Ireng itu. Dari dua Dusun tersebut yang masih menjaga kelestarian dan ke eksistensiannya hingga sampai saat ini yaitu kesenian dari Dusun Krajan II. Dusun ini membentuk paguyuban bagi kesenian tersebut untuk menjaga kelangsungan dari kesenian tersebut. Paguyuban ini sudah berdiri sejak tahun 1998, yang diketuai oleh Hadi Wibowo dan diberi nama “Topeng Loreng”. Nama Topeng Loreng sendiri berasal dari kata Toto Titi Lempeng Luhuring Kuwaderan. Toto artinya menata, Titi berarti cermat, Lempeng berarti lurus, Luhuring berarti leluhur, Kuwaderan diambil dari nama Desa Kuwaderan. Belum lama ini, ada tambahan nama yang disematkan dalam paguyuban kesenian Topeng Ireng ini yakni Topeng Loreng Macan Kawedar. Macan diambil dari nama dalam tarian kesenian itu sendiri yakni macan, dan Kawedar sendiri berasal dari nama desa kuwaderan. Namun ada juga yang berpendapat bahwa Kawedar berasal dari lukisan wajah yang kemudian diaplikasikan dalam tarian dengan wajah yang dilukis. Awal mula kesenian Topeng Ireng bisa sampai di desa ini dan berkembang yakni dulu kesenian ini sedang dalam masa kejayaan. Kemudian para pemuda belajar dari seorang guru yang berasal dari lahirnya kesenian ini
43
yaitu di Borobudur. Para pemuda tersebut mengajarkan hal yang sama kepada pemuda warga masyarakat desa Kuwaderan. Seiring berjalannya waktu gerakan tari tersebut kemudian di modifikasi sedikit demi sedikit tanpa menghilangkan unsur aslinya supaya masyarakat yang menonton tidak jenuh dan ini menjadi karakteristik bagi paguyuban ini. Banyak nilai-nilai yang terkandung dalam tarian Topeng Ireng seperti: 1. Nilai Sosial: Hiburan, biasanya merupakan hiburan ringan pelepas lelah untuk menghilangkan kejenuhan dari rutinitas sehari-hari. Pengikat solidaritas, melalui Topeng Ireng dapat meningkatkan solidaritas antar pemain dan masyarakat penontonnya sekaligus mengenalkan Topeng Ireng kepada mata umum. Media interaksi sosial, terwujud dari adanya hubungan antar anggota kesenian, anggota kesenian dengan pengurus, dan anggota kesenian dengan warga. 2. Nilai Keagamaan Melalui syair-syair lagu yang dilantunkan mengandung nilai-nilai dakwah. Pada dahulu kala tarian tersebut digunakan oleh para sunan selain untuk hiburan jugasebagai media dakwah, mengajarkan ajaran agama Islam. Serta dalam musiknya yang menggunakan gamelan dan tembang Jawa yang mengandung nasehat kebaikan hidup dan penyebaran agama Islam.
44
3. Nilai Ekonomi Walaupun keberadaan Topeng Ireng hanya merupakan sebuah kesenangan dan hiburan belaka, namun dibalik itu ada hal yang didapatkan dari pendukung kesenian tersebut yaitu materi, seperti dengan mendapatkan honor dari setiap pentas dan mengajar kelompok kesenian dari desa lain. Selain itu juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk berjualan dan pengelolaan lahan parkir oleh pemuda setempat. 4. Nilai Politik Tari “Topeng Ireng” mengajarkan kepada setiap penikmatnya kalau hidup didunia itu kita tidak sendiri masih banyak orang lain,sebagai mahkluk sosial kita harus salingtolong-menolong dan gotong royong. Juga mengajarkan cara berorganisasi yang baik. 5. Nilai Spiritual Dalam masyarakat Jawa umumnya dalam setiap kegiatanya tidak jauh dengan adanyakepercayaan animisme dan dinamisme. Namun menurut sumber (Bp.Kandar) dalam tarian “Topeng Ireng” tersebut tidak ada ajaran spiritual khusus yang terkandung, hanya saja tari tersebut diharapkan dapat membangkitkan rasa cinta budaya Jawa dikalangan para remaja. B.
Fungsi Kesenian Topeng Ireng Kesenian Topeng Ireng dalam masyarakat desa Kuwaderan selain memiliki fungsi sebagai hiburan juga berfungsi sebagai sarana komunikasi
45
dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan pelestari budaya. Adapun fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Hiburan Setelah mengalami perkembangan, fungsi kesenian Topeng Ireng lebih luas lagi. Kesenian Topeng Ireng mempunyai banyak peminat, hal tersebut terbukti dengan semakin seringnya kesenian Topeng Ireng dipentaskan dalam acara-acara atau hajatan. Dalam acara yang bersifat sosial, kesenian Topeng Ireng dipentaskan untuk memperingati hari-hari besar nasional di antaranya dalam rangka acara HUT RI. Dalam peristiwa budaya, kesenian Topeng Ireng dipentaskan untuk acara syukuran, perkawinan, festival budaya, dan pawai budaya. 2. Sarana Komunikasi dalam Kehidupan Sosial Fungsi sosial pertunjukan kesenian Topeng Ireng tergambar pada penyajiannya yang tidak terlepas dari penonton dan anggota dalam kesenian tersebut, hampir semua warga ikut berpartisipasi di dalamnya. Kesenian Topeng Ireng dipentaskan dalam acara hajatan atau acara-acara sosial, sehingga kesenian ini mengandung nilai-nilai sosial yang bersifat mengajak untuk berkumpul dan bergembira. Rasa solidaritas kehidupan di pedesaan dan perilaku masyarakat sangat penting menjunjung tinggi nilai kebersamaan, gotong royong, dan tolong menolong. 3. Ekonomi Ekonomi yang dimaksudkan menyangkut nilai nominal sebagai pemenuhan kebutuhan manusia. fungsi ekonomi yang melekat pada
46
kesenian Topeng Ireng dapat dirasakan oleh para pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya ketika ada pementasan kesenian Topeng Ireng ini. Banyaknya masyarakat yang datang untuk melihat pementasan tersebut merupakan peluang yang bisa ditangkap oleh para pedagang untuk menjajakan dagangannya di sekitar tempat pementasan. Pertumbuhan ekonomi jelas dirasakan juga oleh anggota kesenian Topeng Ireng. Setiap kelompok tersebut ketika diminta untuk pentas dan kemudian mendapatkan bayaran, uang dari hasil pentas tersebut sebagian dimasukkan kas paguyuban yag akan digunakan untuk menambah atau perawatan alat musik, kostum dan pembelian make up. Selanjutnya sisa dari uang tersebut dibagikan kepada para pemain baik penari maupun penabuh, dibagi rata baik nominalnya kecil maupun besar sebagai pengganti uang lelah. Dalam pengelolaan uang, dianggarkan juga dana sosial yang akan digunakan jika salah satu kelompok kesenian atau masyarakat sekitar mengalami musibah seperti sakit dan meninggal dunia. 4. Pendidikan Pendidikan tidak hanya bisa dilakukan di sekolah formal. Pendidikan seperti kedisiplinan menjalankan tugas bermasyarakat dan belajar mencintai kebudayaan setempat juga merupakan aplikasi pendidikan dalam masyarakat. Dalam kesenian Topeng Ireng tidak hanya mementingkan bagian tentang pementasan saja tetapi juga di dalamnya terdapat usaha regenerasi.
47
Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, kesenian tradisi Topeng
Ireng
berhasil
menarik
anak-anak
untuk
bersedia
mempertahankanya. Anak-anak dengan kemauan sendiri bersedia untuk dilatih berkesenian Topeng Ireng. Kurang lebih satu kali dalam seminggu, tepatnya pada hari minggu, anak-anak berkumpul untuk berlatih kesenian tersebut. Dengan disiplin mereka mengikuti instruksi pelatih. Mereka diajarkan untuk bekerjasama dengan kelompok dan menyadari pentingnya melestarikan kebudayaan. 5. Sebagai Pelestari Budaya Kesenian Topeng Ireng merupakan bentuk kesenian tradisional kerakyatan di desa Kuwaderan. Kesenian Topeng Ireng juga merupakan salah satu bentuk apresiasi masyarakat desa yang terinspirasi dari kesenian terdahulu. Kesenian tersebut mulai disenangi dan dipelajari masyarakat lingkungannya karena kesenian ini sederhana. Fungsi Pelestarian kesenian tradisional Topeng Ireng merupakan pencerminan bahwa dengan ditandainya pertunjukan kesenian tersebut, masyarakat telah melakukan pelestarian kesenian tradisional secara otomatis. Hal itu merupakan sesuatu yang bersifat positif mengingat pada masa
sekarang ini
sebagian
masyarakat
banyak
yang sudah
meninggalkan tradisi yang bersifat kerakyatan, dengan harapan baik seniman maupun masyarakat setempat dapat ikut serta dalam menjaga kesenian Topeng Ireng dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, tetap
48
dilaksanakannya kesenian Topeng Ireng tersebut menandakan terjadinya pelestarian yang berlangsung secara alami. C.
Tujuan Kesenian Topeng Ireng Menjaga kelangsungan hidup berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia terutama di daerah Magelang ini. Banyak hal positif yang bisa diambil manfaatnya dari kesenian ini. Mereka dapat mengambil makna dari segi manapun misalnya; dari segi sejarah, koreografinya, unsur Islaminya, hiburannya dan masih banyak yang bisa diambil dari kesenian ini. Jadi kesenian sangat fleksibel bagi siapa saja dan tidak membatasi seseorang. Tentunya kesenian ini dikembangkan dengan memiliki tujuan bagi paguyuban itu sendiri, desa maupun bagi masyarakat luas yang ikut menikmati kesenian Topeng Ireng ini. Tujuan dari kesenian ini adalah: 1.
Untuk memupuk rasa gotong royong dalam masyarakat
2.
Menjaga dan melestarikan budaya jawa
3.
Mengajarkan kepada tunas-tunas muda tradisi jawa
4.
Memperlihatkan sebagai sarana hiburan seni-seni Jawa kepada masyarakat
49
D.
Struktur Organisasi Kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan Ketua Hadi Wibowo
;;’l’;
Sekretaris
Bendahara Seksi-seksi
Mugo Santoso
Sie. Perlengkapan
Sie. Humas
1. Solihin 2. Prastyo 3. Andri 4. Kaeroman 5. Kokoh
1. 2. 3. 4.
Anggota 1. Rifa’udin 2. Romadlon 3. Sikemi 4. Soli 5. Juwanto 6. Ropison 7. Miftakhudin 8. Slamet W 9. Teguh 10. Mustajab 11. Huda 12. Matamifudin 13. Urip
50
Marsudi Eni Salim Yoko
Fahrur Yanto
Sie. Keamanan 1. Soli 2. Ndoli 3. Mugo 4. Juwanto
E.
Temuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan informan yang sesuai dengan fokus penelitian sebagai sumber data penelitian. 1.
Isi secara umum tentang kesenian Topeng Ireng Berikut hasil penelitian dan observasi yag telah dilakukan secara langsung di lapangan mengenai bagaimana isi secara keseluruhan dari kesenian Topeng Ireng. Dari hasil wawancara dengan beberapa informan yang sesuai dengan fokus penelitian, penulis menemukan beragam jawaban dari beberapa informan tersebut antara lain: Menurut bapak Hadi Wibowo selaku ketua paguyuban “Topeng Loreng Macan Kawedar” menanggapi masalah diatas sebagai berikut: “Nama Topeng Ireng berasal dari kata Toto Lempeng Irama Kenceng. Toto artinya menata, Lempeng berarti lurus, Irama berarti nada, Kenceng berarti keras. Kesenian ini bermula dari gerakan seni tari dan silat yang kemudian digabungkan menjadi satu dan dimodifikasi dengan diiringi gamelan dan lagu-lagu. Kata silat sendiri diambil dari shalat yang tidak terlepas dari serangkaian tata cara berwudhu.” Selaras dengan hasil wawancara diatas, bapak Kandar selaku tokoh masyarakat yang memahami tentang kesenian mengungkapkan: “Topeng Loreng ini berasal dari perkumpulan seni tari Dayakan. Topeng Loreng sendiri bermakna Toto Titi Lempeng Luhuring Kuwaderan. Kemudian nama tersebut menjadi Topeng Loreng Macan Kawedar. Kawedar yang berarti dari lukisan wajah dan diambil dari sejarah pembukaan desa Kuwaderan. Di kesenian Topeng Ireng ini terdapat tiga babag; Rodat, Mondholan dan Siluman.”
51
Sedangkan menurut Riyan yang berperan sebagai penari dalam kesenian Topeng Ireng juga mengungkapkan: “Macan yang berasal dari sebuah tarian yang bernama macan, sedangkan Kawedar diambil dari nama desa Kuwaderan.” 2.
Pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng Adapun pesan-pesan yang terkandung dalam kesenian tersebut adalah: Menurut bapak Hadi Wibowo: “Kesenian ini bermula dari gerakan seni tari dan silat yang kemudian digabungkan menjadi satu dan dimodifikasi dengan diiringi gamelan dan lagu-lagu. Kesenian ini bukan hanya membawa hiburan untuk penonton tetapi juga membawa pesan islami di dalamnya. Banyak dalam lagu-lagu yang dibawakan yang mengandung pesan dakwah.” Tidak jauh berbeda dari yang di sampaikan oleh bapak Hadi Wibowo, menurut Auliya Putri sebagai penikmat kesenian tradisional ini mengungkapkan bahwa: “mengajarkan lagu-lagu islami seperti yang mengajarkan rukun islam dengan tokoh pandawa,”
52
53
BAB IV PEMBAHASAN
A. Isi Secara Umum Kesenian Topeng Ireng Dalam pementasan kesenian Topeng Ireng ini dibagi menjadi tiga babag, yang diantaranya adalah babag Rodat, Mondholan, dan Siluman. 1. Babag Rodat terdapat beberapa gerakan inti seperti gerak hentakan kaki seolah-olah
seperti
serombongan
prajurit
yang
keluar
dari
persembunyiannya untuk menghadapi musuh dengan membawa sifat tegas, keras, tidak terkalahkan, dan berani menghadapi segala tantangan. Hentakan kaki tersebut menggambarkan gertakan yang keras dalam menghadapi musuh di depannya. Sehingga hanya dengan hentakan kaki saja musuh akan takut terhadapnya. Gerak yang lain adalah gerak satu kaki diangkat dan tangan dinaikkan ke atas, dalam gerakan ini secara subjektif menggambarkan para pemain Topeng Ireng adalah prajurit yang memiliki kemampuan beladiri yang baik. Kemampuan bela diri ini mereka tunjukkan ketika gertakan sudah tidak mampu membuat pihak musuh gentar. Gerakan yang lain adalah gerak berjongkok menundukkan badan. Gerakan ini menggambarkan bahwa prajurit merupakan bawahan dari raja yang memerintah. Jadi mereka memiliki sifat sendhika dhawuh terhadap
pemimpinnya
ataupun
kedudukannya daripada mereka.
seseorang
yang
lebih
tinggi
Gambar 4.1: Babag Rodat (Foto: Teguh, 2017) 2. Babag Mondholan adalah para pengombyong yang diartikan sebagai para pengikut. Dengan kebiasaannya mereka menyanyi, menari, dan melucu. Dalam babak ini biasanya pemain memakai blangkon mondholan dan tidak ada gerakan khusus seperti babag Rodat. Kostum yang dipakai pun cukup sederhana karena mereka berperan sebagai para pengombyong atau pengikut
Gambar 4.2: Foto babag mondholan (Foto: Teguh, 2017) 54
3. Babag Siluman ini merupakan penggambaran dari gangguan-gangguan yang dihadapi. Gangguan ini berwujud hewan-hewan liar dan buas seperti macan, singa, sapi liar, banteng, dan sebagainya. Gerakan ini juga mengandung nasihat bahwa manusia jangan bertingkah laku seperti hewan yang tidak beradab, tidak berakal, sehingga hidupnya menjadi siasia. Kostum yang digunakan saat pementasan sangatlah unik. Berbeda dari kesenian-kesenian lain. Kostum Topeng Ireng ini menggunakan topi dari bulubulu seperti suku indian dan juga memakai sepatu yang dihias dengan lonceng yang jumlahnya tidak sedikit, sehingga menghasilkan suara hentakan kaki yang tegas. Penunjang penampilan lainnya adalah make up yang dihias ke wajah para penari seperti para prajurit saat menghadapi perang.
Gambar 4.3: Kostum Topeng Ireng pada Babag Rodat (Foto: Huda, 2017)
55
Alat musik yang digunakan sebagai pengiring dalam tari Topeng Ireng ini diantaranya adalah seruling, jidhor. Para pemusik menciptakan beberapa lagu untuk mengiringi tarian tersebut. B. Pesan-pesan Dakwah dalam Kesenian Topeng Ireng Materi dakwah atau pesan dakwah meliputi aqidah, syariat, dan akhlak. Ketiga materi dakwah tersebut menjadi acuan dalam melakukan penelitian ini untuk mendeskripsikan pesan-pesan dakwah yang ada dalam kesenian Topeng Ireng ini. Pesan-pesan dakwah tersebut disiratkan melalui syair lagu yang dinyanyikan untuk mengiringi kesenian dan beberapa gerakan yang ditampilkan. Berikut adalah beberapa paparan mengenai pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng. 1. Dalam lagu yang berjudul “Atur Wilujeng” ini pada syair yang berbunyi: a. Pesan Akhlak: “Atur wilujeng ingkang samio rawuh Ingkang rawuh mriki anemi wong sepuh” (Selamat datang bagi yang sudah datang Yang datang kesini adanya orang tua) “Kita pemuda Islam Indonesia Ingatlah pada kwajiban kia Mari bekerja bersama-sama Menjunjung agama Islam yang se termulya” Dari kutipan lagu tersebut diatas, dapat dipahami bahwa kutipan tersebut mengandung pesan akhlak yang didalamnya menggambarkan perbuatan baik seperti menghormati orang yang lebih tua dengan memberikan salam kepada mereka yang sudah hadir menonton kesenian Topeng Ireng ini. Dan pada kutipan yang kedua
56
menggambarkan bagaimana kita sebagai pemuda Islam harus bersama-sama menjunjung tinggi agama kita dan tak lupa pula dengan kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan. b. Pesan syariah: “Do elingo wong urip iku sedelo Ojo wegah ojo sungkan podo poso Yen ra poso akhire bakal nelongso Sebab urip ninggal poso abot dunyo Ngelingo yen wis nunggang ning bandoso” (Pada ingatlah orang hidup hanya sementara Jangan tidak mau jangan sungkan untuk berpuasa Sebab tak puasa berakibat sengsara Ingatlah saat sudah menaiki keranda) Dalam kutipan syair tersebut diatas, mengandung muatan pesan syariah. Yang mana dalam kutipan tadi menjelaskan salah satu rukun Islam tentang berpuasa dan akibat jika melanggar hukum tersebut. Dalam Al Quran juga telah disebutkan bahwa:
َياَأيَُّاَالَّذينَآمنواَكتبََل ْيكمَالَياََكماَكتبََلىَالَّذينَم ْنَقَ ْبلك ْم
لعلَّك ْمَت تَّقون
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu sekalian untuk berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertakwa.”(QS. Al Baqarah : 126) c. Pesan Aqidah: “Kito ngormati nabi panutan Nabi Muhammad Nabi kang pungkasan Engkang mernoto poro menungso Engkang printah kito supoyo ngedohi dosa” (Kita menghormati nabi tauladan Nabi Muhammad Nabi yang terakhir Yang menata para manusia
57
Yang memerintah supaya kita menjauhi dosa) Dalam beberapa kutipan syair lagu diatas terdapat muatan pesan aqidah, yang mana dalam kutipan syair yang pertama tersebut mengajarkan bahwa sebagai manusia dianjurkan untuk meneladani Nabi Muhammad sebagai suri tauladan, memerintahkan agar kita untuk menjauhi dosa. Seperti yang sudah tertera dalam rukun iman yang keempat yaitu iman kepada Rasul Allah. Sebagaimana Al Quran telah menjelaskan dalam surat Al Ahzab ayat 21:
ََاِْر ْ َلق ْدَكانَلك ْمَفيَرسولَاللهَأ ْسوةَحسنةَلم ْنَكانَي َْرجوَاللهَوالْيَ ْو
وذكرَاللهَكث ًيرا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al Ahzab : 21) “Dengan sungguh kami mencari ilmunya Supaya kita bisa unggul derajatnya Di dalam dunia dan akhiratnya Mudah-mudahan bisa masuk Surga” Penggalan syair diatas menggambarkan rukun iman yang kelima yakni iman kepada hari akhir. Meyakini adanya Surga dan Neraka
yang menjadi tempat tinggal kelak di akhirat. Dalam kutipan diatas menjelaskan bahwa orang yang berilmu dan mengamalkan ilmu tersebut dan berguna bagi orang lain akan diangkat derajatnya di dunia dan akhirat. Dalam agama Islam menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap umat, tidak memandang usia atau jenis kelamin seseorang. Dalam surat Al Mujadalah ayat 11 juga sudah dijelaskan:
58
َ ين َءا َمنُوا من ُك ْم َوالَّذ َ ا ْرفَع هللاُ الَّذ ٍ ين أُوتُوا ا ْلع ْل َم د ََر َجا ت َوهللاُ ب َما َ ُت َ ْع َمل ُُ ير ُ ون َخب Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmupengetahuan beberapa derajat” (Q.s. al-Mujadalah : 11) “A gejobo Malaikat kang tumeko, Le ing teko, toto-toto arep nggodho” (Kecuali malaikat yang datang, Datangnya, bersiap-siap untuk bertanya) Kutipan yang ketiga menceritakan tentang iman kepada Malaikat Allah yakni meyakini bahwa nanti datang saatnya kita akan ditanya oleh Malaikat Munkar dan Nakir di akhirat kelak. “Agama Islam sudahlah terang atas dawuhe dari pangeran” (Agama Islam sudahlah benar atas perintah-Nya dari Pangeran) Kutipan yang keempat dari lagu yang pertama ini menggambarkan bagaimana agama Islam sudah menjadi agama yang terang dengan perintah dari Allah SWT. Seperti dalam Al Quran surat Al Maidah ayat 3:
َاْل ْسَلََدينًا ْ الْي ْوََأ ْكملْتَلك ْمَدينك ْمَوأتْم ْمتََل ْيك ْمَن ْعمتيَورضيتَلكم Artinya: “… Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu…”(al-Maidah :3)
59
2. Dalam judul lagu “Tangise Lereng Gunung Merapi” di kutipan syair berikut. a. Pesan syariah “Sekarat pati banget larane Naliko uripe akeh maksiate Lali maring Rahmat kang Diparengake Opo maneh lali maring sembahyange” (Sakaratul maut sangat sakit Ketika hidup banyak bermaksiat Lupa dengan Rahmat yang diberikan Apa lagi lupa dengan ibadahnya) Di kutipan diatas bermuatan pesan syariah. Dalam kutipan tersebut menceritakan bagaimana saat kita lalai dalam bersyukur apalagi dalam
beribadah
kepada-Nya.
mengakibatkan sangat
Bermaksiat
sakitnya saat
semasa
menghadapi
hidup
detik-detik
menjelang ajal menjemput atau yang lebih dikenal dengan sakaratul maut. b. Pesan Aqidah Dalam syair lagu yang kedua ini terdapat tiga kutipan yang mengandung muatan pesan aqidah. “Uwis cukup Gusti, Merapi dadi bukti Akeh korban nganti, sing tumekan pati Kabeh iki gambaran opo den uji, dateng manungso ing, Lereng Gunung Merapi” (Sudah Cukup Ya Allah, Merapi menjadi bukti Banyak korban yang, sampai bertemu ajal Semua ini gambaran dari yang diujikan, kepada manusia di Lereng Gunung Merapi)
60
Kutipan yang pertama menceritakan tentang rukun iman yang terakhir yakni Qadha dan Qadhar. Meyakini tentang segala ketetapan yang diberikan oleh Allah. Dalam kutipan yang pertama tersebut menggambarkan bagaimana yang terjadi dengan Gunung Merapi yang menjadi bukti sampai menelan banyak korban. Semua ini menjadi bukti bagi masyarakat lereng Gunung Merapi bahwa setiap kelakuan yang dilakukan pasti akan berakibat baik buruk tergantung apa yang kita tanam. “Uwis cukup Gusti, iki papelingmu, manungso ra hiso, mungkiri Kuasa-Mu” (Sudah cukup Ya Allah, ini pengingat-Mu, manusia tidak bisa, mengelak Kuasa-Mu) Kutipan kedua diatas tersebut menggambarkan bagaimana kekuasaan yang dimiliki oleh Sang Pencipta yang sudah tidak dipungkiri lagi oleh manusia. “Sanguning pati dudu emas raja brana, Tegal, sawah, pekarangan kang ombo, Nanging Iman Islam, iku kang digowo, Nanging Iman Islam kang langkung sampurno” (Bekalnya mati bukan emas raja brana, Kebun, sawah, pekarangan yang luas, Namun Iman Islam, itulah yang dibawa, Namun Iman Islam yang sudah sempurna) Yang terakhir dari judul lagu ini menceritakan bahwa Iman Islam itu sudah sangat sempurna dan Iman Islam inilah yang nantinya akan dibawa sebagai bekal di akhirat nanti. Bukan harta benda yang dimiliki semasa hidupnya.
61
c. Pesan Akhlak “Kabeh wargo atine koyo diiris Olehe nyekseni, dunyo lagi nangis Mulo ayo poro, dulur kang winasis, Enggal dikon ndongo iku wis wasis” (Semua warga hatinya seperti di iris Karena menyaksikan, dunia yang sedang menangis Maka ayo semua, sanak saudara yang ... Segera berdoa itu sudah pantas) Pada kutipan tersebut diatas mengandung pesan dakwah yang bermuatan pesan akhlak. Yang menggambarkan tentang perasaan melihat kejadian yang terjadi akibat ulah manusia yang semakin semena-mena. Ujian yang diberikan membuat masyarakat bersimpati atas kejadian yang menimpa lereng Gunung Merapi. Maka dengan mendoakan saudara-saudara yang sedang terkena musibah tersebut sudah sangat pantas. 3. Dalam lagu yang berjudul “Jawa Timur” a. Pesan Akhlak “Sing gedekke maksiate, Kabeh do ora ngaku salahe Amung rebutan bandane, ora ngelingi warga bebentene” (Yang dibesar-besarkan hanya maksiatnya, Semua tidak mengakui kesalahannya, Hanya merebutkan harta benda, tidak ingat akan orang disekitarnya) Pada
kutipan
diatas,
yang
mengandung
pesan
akhlak.
Menceritakan bagaimana perilaku buruk seseorang yang hanya
62
mementingkan harta benda di dunia dan tidak peduli akan lingkungan sekitar. Seperti dalam Al Quran surat Al A’raf ayat 56:
ِ وال تُ ْف ِس ُدوا فِي ْاْل ْر َصَل ِحها و ْادعُوهُ خ ْوفًا وطم ًعا ۚ إِن ر ْحمت الل ِه ق ِريب َِِ الْ ُم ْْ ِسِِن ْ ِض ب ْعد إ Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Al A’raf : 56) b. Pesan Aqidah “Mulo konco angelingi bondo dunyo ora digowo mati, Mulo enggal eling Gusti, lan perintahe pada dilakoni” “Maka teman mengingat harta dunia tidak dibawa mati, Maka segeralah mengingat Allah, dan menjalankan perintahnya” Dalam kutipan tersebut mengandung pesan aqidah. Dijelaskan bahwa kita sebagai umat-Nya untuk segera mengingat kepada sang Maha Kuasa dan menjalankan apa yang di perintahkan oleh Allah. Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 21 juga menerangkan bahwa:
َياَأيَُّاَالنَّاسَا َْبدواَربَّكمَالَّذيَِلقك ْمَواَلَّذينَم ْنَق ْبلك ْمَلعلَّك ْمَت تَّقون Artinya:“Hai manusia, sembahlah Rabbmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”. (Al Baqarah: 21) 4. Dalam lagu yang berjudul “Lindu Jawa Timur” a. Pesan Aqidah “Wargo kabeh ayo enggal podo emut Sing ngelingke Jawa Timur Gunung Kelud, Enggal elingo mumpung durung kebacut Lan do elingo jagad iki soyo ciut” (Ayo semua para warga segera ingat
63
Yang mengingatkan Jawa Timur Gunung Kelud Segera ingatlah sebelum terlanjur Dan pada ingatlah dunia ini semakin kecil) Bermuatan pesan aqidah, kutipan diatas menjelaskan bahwa untuk segera kembali dan mengingat Allah Sang Maha Pencipta dunia dan seisinya. Sebelum bencana-bencana yang lain seperti Gunung Kelud yang mengingatkan. 5. Dalam lagu yang berjudul “Gendok Anakku” a. Pesan Akhlak “Nanging saiki kudu tabahing ati” (Namun sekarang harus bersabar) Kutipan diatas bermuatan pesan akhlak. Yang menjelaskan bahwa kita harus selalu bersabar dalam segala keadaan. Seperti ayat berikut ini:
َواَاصبرواَوصابرواَورابطواَواتَّقواَاللَّهَلعلَّك ْمَت ْفلحون ْ ياأيَُّاَالَّذينَءامن Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.” (Ali ‘Imran:200) b. Pesan Aqidah “Uwis lilakno, jodo soko sing kuwoso Manungso karining nrimo Percoyo bapakmu mung welasing Kuoso” (Sudah lupakan, jodoh di tangan Tuhan Manusia hanya bisa menerima Percaya bapakmu hanya meminta belas kasih dari yang Maha Kuasa)
64
Bermuatan pesan aqidah, kutipan ini mengajarkan untuk senantiasa berserah diri kepada Allah. Menerima apa saja kehendak Nya dengan lapang dada, karena rencana Allah lebih indah dari apa yang kita kira. 6. Dalam lagu yang berjudul “Wali Songo” a. Pesan Aqidah “Agama Islam iku pancen luwih utomo” (Agama Islam itu memang yag lebih utama) Kutipan
diatas
mengandung
pesan
aqidah.
Yang
mana
mengajarkan bahwa agama Islam ini memang sudah menjadi agama yang paling utama. b. Pesan Syariah “Susah payah akeh bebal lan ugo ujian, ning nyatane Wali Songo sih sembodo, anggen critakke Rukun Islam ing wewayangan... 1. Syahadat 2 (loro) den gambarke Raden Janoko 2. Sholat kang kuat den gambarke Werkudoro, kang biso ngrampungi perkoro cacah agomo, naliko lagi perang tempur brotoyudho 3. Bayare zakat den ginambar Raden Arjuno 4. Raden Puntodewo iku gambarane poso 5. Yen pungkasane munggah haji lamun kuwoso, ginambar Kresno dadi Raja ing Ngastino Yo ngono kui Rukun Islam gambaran Pendowo...” (Sulit banyak cobaan dan juga ujian, namun nyatanya Wali Songo masih bisa, dengan menceritakan Rukun Islam dalam wewayangan... 1. Syahadat 2 (dua) yang digambarkan Raden Janaka 2. Shalat yang kuat digambarkan Werkudara, yang bisa menyelesaikan masalah soal agama, saat perang tempur bratayudha 3. Membayar zakat digambarkan oleh Raden Arjuna 4. Raden Puntadewa itu gambaran dari berpuasa 5. Dan yang terakhir naik haji, digambarkan oleh Kresna yang menjadi raja di Ngastina 65
Ya seperti itu Rukun Islam yang digambarkan oleh Pandawa) Dalam kutipan diatas mengandung muatan pesan syariah. Yang berisi tentang Rukun Islam yang digambarkan oleh tokoh wewayangan yaitu pandawa. 7. Dalam lagu yang berjudul “Paripurno” a. Pesan Akhlak Dalam judul lagu yang terakhir ini hanya memiliki satu pesan yaitu pesan yang bermuatan akhlak, yang terdapat dalam dua kutipan seperti dibawah ini: “Bilih lepat nyuwun ngapuro, kulo wakil saking kadang mudo Amung pamuji, paring kersane Gusti” (Kalau ada salah minta maaf, saya wakil dari pemuda Hanya memuji, apa yang akan diberikan oleh Allah) Pada kutipan tersebut menjelaskan bagaimana etika kita kepada sesama. Walaupun mungkin tidak ada kesalahan yang dilakukan namun kita harus senantiasa meminta maaf kepada sesama. “Mugi Gusti Allah, Sing Kuwoso paring ngijabahi Mugi nikmat saha Rahmat, kang Diparengake dateng umat Muhammad” (Semoga Allah, Yang Kuasa mengabulkan Semoga nikmat dan rahmat, yang diberikan kepada ummat Nabi Muhammad) Dalam kutipan yang terakhir tersebut diatas, memang sama-sama mengandung pesan yang bermuatan akhlak. Namun yang pertama mengajarkan bagaimana akhlak terhadap sesama. Sedangkan yang terakhir ini mengajarkan bagaimana akhlak kita terhadap Sang 66
Pencipta. Pada kutipan yang terakhir ini menjelaskan bagaimana kita harus mensyukuri nikmat dan rahmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita. 8. Dalam gerakan a. Dalam gerakan yang pertama di gambar 4.4 ini mengandung pesan dakwah di dalamnya. Yang mana dalam gerakan ini seperti membungkukkan badan yang memiliki filosofi sendhika dhawuh terhadap pemimpin. Yang mana kita harus tunduk dan taat terhadap peraturan yang telah ditetapkan. Dan melaksanakan apa saja yang diperintah oleh pemimpin tersebut.
Gambar 4.4: Foto gerakan Topeng Ireng (Foto: Huda, 2017)
67
Seperti yang telah dijelaskan dalam Alquran dalam surat AnNisa ayat 59:
ََۖيَاْل ْمرَم ْنك ْم ْ واَالرسولَوأول َّ ياَأيَُّاَالَّذينَآمنواَأطيعواَاللَّهَوأطيع Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamu...” (QS. An-Nisa: 59)
b. Dalam gerakan yang kedua ini di gambar 4.5 terlihat seperti melakukan aksi ilmu bela diri yakni silat. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Bowo dalam wawancara dengan penulis, bahwa kesenian ini memang berawal dari seni tari dan silat yang kemudian digabungkan menjadi satu. Silat sendiri bisa diartikan dengan kata shalat yang tidak terlepas dari wudhu. Dalam berwudhu tangan kanan dan tangan kiri saling membantu sama lain, dan pada saat membasuh kaki digunakan untuk kebaikan. Dari gerakan wudhu teresebut lah menjadi terciptanya gerakan bela diri untuk melindungi diri dari musuh yang kemudian diangkat menjadi tarian dalam kesenian Topeng Ireng ini.
68
Gambar 4.5: Foto gerakan tari Topeng Ireng Foto: (Aini, 2017) c. Pada gerakan yang ketiga di gambar 4.6 hampir sama dengan gerakan sendhika dhawuh seperti pada gambar yang pertama. Hanya ditambah dengan gerakan memohon kepada pemimpin atau Sang Pencipta. Seperti halnya dalam gerakan memohon ampunan harus tetap rendah diri.
69
Gambar 4.6: Foto gerakan tari Topeng Ireng Foto: (Adit, 2017) d. Pada gambar yang keempat di gambar 4.7 terlihat para pemain Topeng Ireng sedang berkumpul. Dapat diartikan gerakan ini merupakan sebuah gerakan bermusyawarah atau berunding. Dalam Islam musyawarah adalah jalan untuk mencapai hasil yang mufakat tidak dengan cara yang merusak keutuhan masyarakat. Seperti dalam surat Asy Syura ayat 38:
ِ ِ ِ اه ْم يُِْ ِف ُقون ُ ِ ْاستجابُوا لربِِّه ْم وأق ُاِوا الصَلة وأ ِْ ُرُه ْم ُشور ٰى ب ْن ِ ُه ْم وِما رزق ْ َوالذي Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)
seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS Asy Syura : 38)
70
Gambar 4.7: Foto gerakan tarian Topeng Ireng Foto : (Teguh, 2017)
71
72
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pesan dakwah dari suatu kesenian dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Banyak kesenian yang memiliki unsur pesan dakwah diantaranya kesenian Topeng Ireng. Kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian ini adalah: 1. Isi secara keseluruhan dalam kesenian Topeng Ireng ini memiliki tiga babag tarian saat pementasan. Satu, babag Rodat memiliki gerakan yang terstruktur dan menceritakan kisah para parjurit pada masa penjajahan Belanda. Kedua, babag Mondholan disisipkan candaan dan nyanyian yang sesuai dengan cerita yang diangkat yakni sebagai pengombyong atau pengikut. Ketiga, babag Siluman yang tanpa ada gerakan khusus, mereka memerankan tokoh siluman atau hewan-hewan yang menari tak beraturan mengikuti iringan musik. 2. Pesan-pesan dakwah yang ada dalam gerakan dan syair lagu kesenian Topeng Ireng ini meliputi tiga macam pesan dakwah yakni: pesan aqidah meliputi rukun Iman yang berjumlah enam yaitu; Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitab Allah, Iman kepada Rasul Allah, Iman kepada Hari Akhir, dan juga Iman kepada Qadha dan Qadhar. Namun dalam pesan aqidah ini peneliti tidak menemukan adanya kategori pesan yang meliputi Iman kepada Kitab Allah. Dalam pesan akhlak memiliki kategori; akhlak mahmudah dan akhlak
madzmumah yakni akhlak terhadap Allah Swt., akhlak terhadap makhluk yang meliputi; akhlak terhadap manusia, diri sendiri, tetangga, masyarakat lainnya, akhlak terhadap bukan manusia , flora, fauna dan sebagainya. Pada pesan dakwah yang terakhir yaitu pesan syariah yang memiliki kategori; ibadah, thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji , serta mu’amalah. B. Saran Berdasarkan dari penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Peneliti berharap kepada pemain kesenian Topeng Ireng mampu menyampaikan pesan-pesan dakwah syair lagu dan gerakan yang bisa dipahami oleh penonton. 2. Bagi masyarakat khususnya Desa Kuwaderan dapat menjaga berlangsungnya kesenian Topeng Ireng ini agar dapat menjadi media dakwah. 3. Peneliti berharap di masa datang banyak peneliti-peneliti lain yang akan meneliti tentang pesan dakwah dalam kesenian tradisional, karena selain ikut melestarikan kesenian tersebut juga dapat menguak pesanpesan yang terkandung pada kesenian tersebut.
73
DAFTAR PUSTAKA Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. _________________. 2013. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. Ahmad, Amrullah. 1983. Dakwah Islam dan Perubahan Sosisal, Suatu Kerangka Pendekatan dan Permasalahan. Yogyakarta : PLP2M. Anas, Ahmad. 2006. Paradigma Dakwah Kontemporer. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. Bahari, Nooryan. 2014. Kritik Seni (Wacana, Apresiasi dan Kreasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bajari. 2015. Metode Penelitian Komunikasi, Prosedur, Tren, dan Etika. Bandung: Simbiosa Rakatama Media. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1991. Mengenal Seniman Tari Dan Karawitan Jawa. Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional. Effendy, Onong Uchana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Kayam, Umar. 1981. Seni Tradisi Masyarakat. Jakarta : Sinar Harapan. Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Yogyakarta: Absolut Jogja. Miles B. & Huberman A. 1993. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press. Moeleng, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. ______________. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Muis, Andi Abdul. 2001. Komunikasi Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Prabowo, Wahyu Santoso dkk. 2007. Sejarah Tari (Jejak Langkah Tari di Pura Mangkunagaran). Surakarta: Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta: Rineka Cipta.
74
Ruslan, Rosady. 2010. Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Sambas, Syukriadi & Acep Aripudin. 2007. Dakwah Damai (Pengantar Dakwah Antarbudaya). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Santoso. 2007. Etnomusikologi Nusantara : Perspektif Dan Masa Depannya. Surakarta: ISI Press Surakarta. Sudibyo, dkk. 2013. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: Alfabeta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. ________. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. ________. 2012. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sutardi, Tedi. 2007. Antropologi Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI. Bandung: PT. Setia Purna Inves. Tasmara, Toto. 1997. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama. Team Penulisan Naskah Pengembangan Media Kebudayaan Jawa Timur. 1977. Sejarah Seni Budaya Daerah Jawa Timur. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Tibi, Bassam. 1999. Islam Kebudayaan Dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Widyastutieningrum, Sri Rochana. 2007. Penulisan Kritik Tari. Solo: ISI Press Solo. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Topeng_Ireng (Diakses pada tanggal 4 Mei jam 15.47 WIB)
75