1
Dakwah dalam Fase Tafa’ul wa Kifah12 Oleh: Rira Nurmaida
Pendahuluan Dalam Legacy of Islam, Sir Thomas Arnold mengutip catatan Ibnu Hauqal, seorang ahli geografi yang menggambarkan kekuasaan Islam pada tahun 975 Masehi “Panjangnya wilayah kekuasaan Islam pada masa kami ialah terbentang dari batas-batas Farghana, melewati Khurasan, al-Jibal (Media), 'Iraq dan Arabia hingga pesisir Yaman, yang dapat ditempuh dalam perjalanan selama empat bulan. Sementara lebarnya dimulai dari daerah yang mulanya dikuasai Romawi melewati Syria, Mesopotamia/ Iraq, Fars dan Kirman, sejauh wilayah al-Mansura di lepas pantai Samudera Hindia, yang juga menghabiskan waktu perjalanan empat bulan untuk menempuhnya . Sementara daerah Afrika Utara dan Andalus itu seperti bagian lengannya (sleeve) dari suatu pakaian….” Itulah pencapaian luasnya kekuasaan Islam yang diraih dalam tempo lebih kurang selama tiga abad saja sejak Rasulullah mulai menyebarkan Islam di Makkah. Dimulai seorang diri, beliau kemudian menyeru sebagian kecil dari masyarakat Mekkah, lalu menjadi sebuah kelompok (kutlah), dan kemudian menjadi kepala negara dengan bai’at yang diberikan oleh para pemimpin suku Aus dan Khazraj dan hijrah ke Madinah dan selanjutnya melanjutkan ekspansi ke jazirah Arab melalui futuhat (bukan penjajahan). Penyebaran Islam pun dilanjutkan para khalifah penerusnya hingga mencapai luasan area yang menakjubkan. Ada tiga tahap perjuangan dalam dakwah yang ditempuh Rasulullah saw. bersama para sahabatnya. Pertama, tahap pembinaan dan pengkaderan (marhalah tatsqif); kedua, tahap interaksi dan perjuangan (marhalah tafaul wal kifah); ketiga, tahap penerimaan kekuasaan (marhalah istilamul hukm) untuk menerapkan Islam secara praktis dan menyeluruh, sekaligus menyebarkan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Tiga tahapan inilah yang menjadi metode dakwah Rasul yang merupakan metode shahih untuk diikuti oleh para pengemban dakwah yang ingin melanjutkan kehidupan Islam.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu..” (QS Al-Ahzab [33]: 21) Tabel 1 Bagan Perjalanan Dakwah Rasulullah SAW(Sumber: Hizbut Tahrir Indonesia » Langkah Menegakkan Kembali Khilafah.htm)
Tahapan metode Pembinaan dan Pengkaderan
1 2
Aksi melakukan rekrutmen secara individual dan mengumpulkan mereka dalam kelompok terorganisasi.
Target
Tantangan
Membentuk kelompok proses kaderisasi yang politik yang masih awal dan bergerak terorganisasi (hizb-as- agak lambat siyasi) yang siap mengemban dakwah.
Disampaikan dalam kajian politik bulanan Maret 2010 Ver.01 Rev.02.1703
2 melakukan pembinaan intensif Membentuk kader terhadap sahabat-sahabat yang memiliki pola pikir dan pola tindak sebagai kader awal. Islam Interaksi dan Perjuangan Politik
Menyampaikan dakwah secara Membentuk terbuka dalam rangka kesadaran umum dan opini umum di tengah pembinaan umat masyarakat tentang Islam dan kerusakan sistem yang ada.
Perlawanan dan penindasan dari dari penguasa-penguasa Makkah: penganiayaan, propaganda , pemboikotan total
Menyerang ide-ide (keyakinan, tradisi, hukum-hukum) yang rusak di tengah masyarakat Makkah
Penerimaan masyarakat terhadap ide-ide Islam dan penolakan mereka terhadap ide-ide jahiliyah.
Masyarakat Mekkah yang masih belum bisa menerima ide-ide perubahan Rasulullah dan masih mendukung penguasa kafir
Membongkar kepalsuan para penguasa Makkah
Gerakan massal berupa dukungan dan tuntutan penerapan Islam.
Mendatangi elit-elit politik yang Mengambil alih kekuasaan dari berpengaruh di masyarakat penguasa status quo (jahiliyah) Penerimaan Kekuasaan dan Penerapan hukum oleh Negara
Rasulullah mendirikan negara Islam dan membangun masyarakat Islam
Menerapkan hukum-hukum Islam secara kaffah
Berdirinya Daulah Islam yang didasarkan pada aqidah Islam dan menerapkan hukumhukum Islam yang sempurna
Daulah yang masih awal sehingga mendapat gangguan stabilitas baik dari dalam ataupun dari luar negeri Koalisi musuh-musuh daulah baik dalam opini maupun perang fisik
Menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru alam Konsolidasi dan pengembangan daulah hingga menjadi adidaya
Demikianlah ikhtisar tahapan dakwah yang dilalui Rasulullah saw dan para sahabatnya. Pada pembahasan berikutnya, kita akan memfokuskan bahasan terkait fase kedua. Adapun dalam menjalani fase ini yaitu tafa’ul wa kifah, Rasulullah dan para Sahabat mengalami masa-masa yang sulit. Syaikh
3 Taqiyuddin an Nabhani menulis dalam kitab Daulah Islamiyah bahwa fase ini merupakan yang paling dahsyat di antara yang lainnya. Pada masa ini dibutuhkan sikap lantang, terus terang, dan menantang. Tekanan dari kaum kafir Qurays saat itu semakin kuat dan memberatkan. Hal ini merupakan karakter khusus yang melekat pada tahapan interaksi, karena pada saat itu dakwah dilakukan secara terbuka, tidak hanya menyeru orang-orang dengan kesiapan tertentu namun menyentuh seluruh lapisan manusia, resistensi akan muncul dari tatanan sosial yang ada dan hidup saat itu. Hal itu terjadi pada masa Rasulullah saw berdakwah, juga saat ini.
Yang Ingin Dicapai pada Fase Tafa’ul wa Kifah Aktivitas dakwah sesungguhnya adalah menyampaikan pemahaman Islam kepada masyarakat terkait pemikiran, pandangan, dan hukum-hukum Islam agar mereka menerimanya, melaksanakannya dan memperjuangkannya. Hal ini dilakukan oleh pengemban dakwah dan partai politik Islam yang shahih sebagaimana dicontohkan Rasulullah hingga hari kiamat. Akan tetapi tatacara pelaksanaannya berbedabeda terkait tahapan dakwah yang dilaluinya. Apakah pada masa awal, pertengahan, atau akhir fase dakwahnya yakni ketika Islam tegak dalam institusi negara. Pada fase kedua dakwah, yaitu tafaul wa kifah, terdapat sejumlah target khusus yang harus diupayakan pencapaiannya secara optimal, antara lain: 1. Menanamkan mafahim, maqayis, dan qanaah yang baru di tengah-tengah masyarakat. Hal ini dilakukan dengan serius oleh partai untuk dapat melakukan dharbu alaqat antara masyarakat dengan penguasa sehingga terbentuk masyarakat baru yang memegang teguh mafahim, maqayis dan qanaat Islam. 2. Menjadikan ideologi partai diemban oleh umat. Berbeda dengan fase sebelumnya, tujuan utama yang ingin dicapai dalam fase kedua adalah dukungan umat penuh yang akan menghantarkan pada penyerahan kekuasaan untuk menegakkan Islam secara kaffah Dengan demikian tidaklah cukup bila hanya mengumpulkan umat di sekeliling partai, tapi perlu diupayakan dengan sungguh-sungguh agar umat memahami, menerima, dan menjadikan ideologi partai sebagai ideologinya, di mana ia akan berjalan, mengemban, dan memperjuangkan ideologi tersebut bersama-sama partai. 3. Aktifitas peleburan merupakan sebuah langkah untuk menyatukan pemikiran, pandangan dan keyakinan umat secara kolektif yang direalisasikan melalui kontak produktif. Hal ini terbagi dalam dua target yaitu perbanyakan kader dan pembentukan kesadaran umum.i 4. Memperoleh basis dukungan massa (Qa’idah Sya’biyah) 5. Thalab An Nushrah, merupakan aktivitas yang dilakukan saat tekanan dakwah semakin berat dan mengancam keberlangsungan dakwah. Rasulullah saw. pun mengontak para pemimpin kabilah di sekitar Makkah, mengajak mereka masuk Islam dan melindungi beliau saw. dan melindaungi dakwah Islam serta siap menanggung resiko melawan kebengisan orang-orang Quraisy. Rasul juga menyeru para pemuka kabilah-kabilah Arab lainnya. Thalabun nushrah bertujuan untuk mendapatkan himayah/perlindungan dakwah dan jalan menuju kekuasaan untuk istilamul hukm.
4
Tahapan-tahapan dalam Fase Tafa’ul wa Kifah 1. Muhawalah Mukhatabah Membuka peluang untuk dapat menapak titik tolak dakwah (nuqthah inthilaq) yang merupakan titik tolak untuk melakukan aktivitas mukhathabatu al-ummah. Ini dilakukan dengan secara langsung mulai mengetuk pintu masyarakat agar terbuka. Pada saat ini kelompok dakwah dikenalkan sebagai sebuah partai politik agar masyarakat bisa merasakan kehadirannya. Aktivitas khusus yang dilakukan antara lain : Tatsqif Murakaz, Tatsqif Jama’iy Kasyf alKhuththath, dan Tabanniy Mashalih al-Umah. Keempat aktivitas ini dilakukan tanpa ditujukan untuk melakukan dlarbul ‘alaqat. 2. Mukhatabah Mubasyarah Melanjutkan aktivitas sebelumnya dengan ditujukan untuk melakukan dlarbul ‘alaqat. Partai sudah tidak lagi memilah-milah bentuk interaksi. Seluruh interaksi antara penguasa dan rakyat harus dipukul. Pada fase ini wajib menghindari deraan-deraan sadis yang sangat menyiksa dan mempengaruhi partai. Dalam fase ini pula terdapat tonggak memasuki masyarakat (dukhul mujtama’)dengan aktivitas: Tatsqif Murakaz, Tatsqif Jama’I, Shira’ al-Fikr, Kifah Siyasiy. Perlu dijelaskan bahwa terdapat perbedaan antara kifah siyasi dengan shira’ul fikri. Kifah siyasi dilakukan untuk menangani isu-isu kemaslahatan umat yang aktual dan perpolitikan masa kini (jangka pendek). Hal ini terkait aspek-aspek seperti: membongkar persekongkolan negaranegara kafir; menentang para penguasa dengan cara membongkar kejahatan mereka ; memberi nasihat dan kritik serta berusaha mengubah tingkah laku mereka setiap kali mereka melahap hak-hak umat, melalaikan salah satu urusan umat, atau menyalahi hukum Islam. Sementara kemaslahatan umat dan perpolitikan jangka panjang dihadapi dengan shira’ul fikri. Dengan melakukan kedua hal ini secara konsisten, keberhasilannya dapat dilihat ketika umat menjadikan hizb sebagai pemimpin dalam penyelesaian masalah terkait kemaslahatan umat dan berbagai urusan politiknya. Gambaran dari kepemimpinan ini adalah ketika umat sudah menyerahkan kepercayaan pada partai untuk menjawab permasalahan-permasalahan mereka, mendengar, dan mengadopsi pandangan-pandangan partai terkait sejumlah permasalahan politik dan kemaslahatan mereka. 3. Tafa’ul Tam. Pada fase ini pembinaaan dalam bentuk tatsqif murakkaz dan tatsqif jama’iy masih terus dilakukan, namun ada beberapa aktivitas khusus yang dilakukan, antara lain: 1. Membangun qaidah sya’biyyah, pada tahap inilah partai menyiapkan umat dengan kesiapan yang riil agar secara massal dan bersemangat terdorong untuk memihak pada pandangan dan pemikiran partai yang berkaitan dengan urusan dan kemaslahatan mereka. Dukungan sejumlah figur yang terkait langsung dengan pengurusan kemaslahatan itu harus diraih, juga dukungan publik seutuhnya, hingga terbentuklah basis dukungan massa dari mayoritas masyarakat kepada partai; 2.
Melakukan review terhadap tsaqafah partai dan menurunkannya dalam derivat yang lebih konseptual ketimbang normatif. Hal ini dilakukan untuk mempertegas pandangan partai pada persoalan-persoalan tertentu terkait pengurusan kemaslahatan umat. Namun yang perlu diperhatikan, dalam hal ini partai hendaknya tidak terjebak sampai mengurusi hal
5 teknis dan tetek bengek pengurusan kemaslahatan umat tersebut. Maksudnya, tanggung jawab partai dalam pengurusan maslahat umat ini sebatas dalam merumuskan kerangka politik dan konsep besar pengaturan yang diderivatkan dari tsaqafah partai dan bersumber dari dalil-dalil syara’. Bentuk akhirnya misalnya berupa garis-garis besar haluan, atau rancangan undang-undang dan sebagainya. Tidak begitu rinci hingga, katakanlah semacam rencana pembangunan instalasi nuklir di sejumlah titik untuk perkara energi,dll. Hal-hal yang lebih rinci itu diserahkan kepada individu untuk mengembangkannya. Partai justru memberi motivasi tinggi pada para intelektual untuk mengembangkan konsepsi dalam tataran teknis hingga siap diimplementasikan ketika daulah tegak; 3. Adanya target langsung untuk memperoleh kekuasaan melalui tangan umat. Serangan pemikiran pada para penguasa dilakukan dengan tegas sehingga terputuslah hubungan umat dengan penguasanya. Serangan yang dimaksud di sini dilakukan dengan tetap berpedoman pada pemikiran-pemikiran yang diadopsi dan diturunkan pada realitas yang terjadi, bukan dengan cara lain. Selain serangan langsung pada penguasa, partai pun menyerang keadaan buruk yang menimpa umat akibat penerapan sistem-sistem kufur. Juga melemahkan sandaran yang memperkokoh kekuasaan tersebut. Pihak-pihak yang menjadi sandaran kekuasaan diserang pemikiran kufurnya lalu dipahamkan pada pemikiran partai agar dapat diperoleh dukungannya dan memperlemah penguasa yang memberlakukan sistem kufur. Indikator keberhasilan pada fase ini tentu saja adalah kesediaan umat untuk mengambil kekuasaan dan diserahkan kepada partai. Peran Aktif Pengemban Dakwah Sebagaimana disinggung sebelumnya, karena ini merupakan fase yang sangat menantang dan krusial maka para pengemban dakwah, aktivis partai maupun para pelajar harus memiliki komitmen tinggi dan keseriusan dalam menjalankan peran penting mereka. Sekali lagi, tafa’ul tidaklah memiliki makna yang lain kecuali membawa masyarakat secara terencana dengan kerja keras yang terus-menerus supaya umat menjadi pemikiran yang dipahamkan oleh partai kepada mereka sebagai pemikiran mereka sendiri melalui berbagai uslub yang benar kemudian mereka membawa pemikiran itu dalam diri mereka dan memperjuangkannya bersama partai. Inilah yang membedakan tafa’ul dengan tahapan sebelumnya. Karena itu pengemban dakwah dalam aktivitasnya di partai politik berperan sebagai pemegang simpul umat yang secara kontinu melakukan ittishol hayyi (kontak produktif) untuk mendapatkan dukungan riil dari mereka, ia juga dengan sungguh-sungguh meningkatkan kesadaran politik umat dengan mengubah metode berpikir mereka kemudian mengubah kaidah berpikir mereka dengan Islam sehingga mereka memiliki kesadaran untuk mengatur kemaslahatan mereka dengan kaidah tersebut. Untuk mencapai target pengambilalihan kekuasaan, ia pun melakukan dharbu ‘alaqat dengan mengkritik habis mafahim maqayis, qanaat yang fasad yang masih mengikat umat dengan penguasanya, hingga hilang kepercayaan umat dan mereka mengambil kekuasaannya dari para penguasa itu. Bersamaan dengan itu dilakukan pula penyebaran mafahim, maqayis dan qanaat Islam di tengah umat, sehingga umat menuntut perubahan radikal dalam kehidupan mereka (yaitu agar hidup mereka seutuhnya diatur oleh ideologi Islam). Mereka pun kemudian siap untuk menyerahkan kekuasaan pada partai agar beralih pada tahapan selanjutnya yakni istilamil hukmi. Alhamdulillah. Wallahu a’lam bishshawab
6
Referensi: [1] Takatul Hizbiy [2] Dukhul Mujtama’ [3] Nuqthah inthilaq [4] Nasyroh Tafa’ul [5] Daulah Islam [6] The Legacy of Islam [7] Ringkasan Tahrik Syasi dan Uslub li Kasbil Ummah i
…Da'wah semacam ini bertujuan agar manusia meyakini terhadap mabda' tersebut yang merupakan satu-satunya mabda' bukan yang lain. Serta bertujuan mewujudkan kesadaran umum melalui mabda', maka berubahlah halaqoh pertama menjadi suatu kutlah lalu berubah menjadi hizb mabda' ini yang akan tumbuh secara wajar dalam dua aspek, yang pertama perbanyakan benih-benih dengan pembentukan benih-benih lain yang meyakini mabda' atas dasar kesadaran dan pemahaman yang sempurna; kedua, pembentukan kesadaran umum melalui mabda' di tengah umat secara keseluruhan dan dari kesadaran umum ini terbentuk penyatuan pemikiran dan pendapat... (at-Takatul Hizb)