Daftar Pustaka Adney, B., Baker, J., 1996. Measurement of Cellulase Activities. Chemical Analysis and Testing Task Laboratory Analytical Procedure (LAP-006). Brown, R.C., 2003. Biorenewable Resources. Iowa State Press. Cao, N.J., Krishnan, M.S., Du, J.X., Gong, C.S., Ho, N.W.Y., Chen, Z.D., Tsao, G.T., 1996. Ethanol Production From Corn Cob Pretreated By The Ammonia Steeping Process Using Geneticakky Engineered Yeast. Biotechnology Letters, 18, 1013 - 1018. Chaplin, M., 2004. Glucose from Cellulose. London South Bank University, Faculty of Engineering, Science and The Built Environment. Darnoko, P.G., 1995. Pembuatan Pulp Dari Tandan Kosong Sawit Dengan Penambahan Surfaktan. Dietrich Fengel, G.W., 1984. Kayu; Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Ibrahim, M., 1998. Clean Fractionation of Biomass - Steam Explosion and Extraction. Faculty of The Virginia Polytechnic Institute and State University Kim, T.H., Lee, Y.Y., 2006. Fractionation Of Corn Stover By Hot-water and Aqueous Ammonia Treatment. Bioresource Technology, 97, 224 - 232 Mosier, N., Wayman, C., Dale, B., Elander, R., Lee, Y.Y., Holtzapple, M., Landisch, M., 2005. Features Of Promising Technologies For Pretreatment of Lignocellulosic Biomass. Bioresource Tecnology, 96, 673 - 686. Palonen, H., 2004. Role Of Lignin In The Enzymatic Hydrolysis Of Lignocellulose VTT Biotechnology. Helsinki University of Technology, Finland Perez, J., Munoz-Dorado, J., Rubia, T.d.l., Martinez, J., 2002. Biodegradation and Biological Treatments of Cellulose, Hemicellulose, and Lignin: an Overview. Int. Microbiology 5, 53-63.
47
R.L, H., E, A., E.L, J.v.R., S, H., 2003. Lignocellulose Biotechnology : Issues Of Bioconversion and Enzyme Production. African Journal of Biotechnology, 2, 602 - 619. Sjöström, E., 1998. Kimia Kayu; Dasar-dasar dan Penggunaan. Edisi 2 ed. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Soerawidjaja, T.H., 2005. Kuliah Pengantar Teknologi Kemurgi. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung, Bandung, pp. 3-7. Soerawidjaja, T.H., 2005. Pangkalan / Basis Sumber Daya Biomassa. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung, Bandung, pp. 2-5. Soerawidjaja., T.H., Z.I.E.Amiruddin, A., 2007. Mengantisipasi Pemanfaatan Bahan Lignoselulosa Untuk Pembuatan Bioetanol : Peluang dan Tantangan. Seminar Nasional Diversifikasi Sumber Energi Untuk Mendukung Kemajuan Industri Dan Sistem Kelistrikan Nasional, UNS – Surakarta. Sun, Y., Cheng, J., 2002. Hydrolysis of Lignocellulosic Material for Ethanol Production: A Review. Bioresource Technology, 83, 1 - 11. Ullman, 2003. Ullman's Encyclopedia of Industrial Chemistry. 6 ed. Wiley. Walter, A., Cale, F.R., Bolzan, P.D., Piacente, E., Borgeds, K., Cunha, 2007. Market Evaluation : Fuel Ethanol. IEA Bioenergy. Wyman, C.E., 1996. Handbook On Bioethanol; Production and Utilization. Taylor & Francis, Washington, DC. Zand, S.J., 1941. Kapok ; A Survey Of Its History Cultivation And Uses, Forest Hills, New York.
48
49
Lampiran A Prosedur Penelitian Prosedur pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Bahan lignoselulosa dicuci dengan menggunakan air, setelah dianggap bersih dari debu kemudian dikeringkan dalam oven bertemperatur 50oC selama ± 24 jam. b. Timbang bahan sebanyak ± 20 gram, letakkan pada beaker glass 1000 ml. c. Buat larutan NH4OH 5%, tuangkan larutan ini pada beaker glass yang berisi bahan sampai bahan terendam sempurna. d. Rendam bahan selama 24 jam. e. Saring dan cuci bahan, cek dengan kertas pH universal sampai air cucian netral. f. Keringkan didalam oven selama 24 jam pada temperatur ± 50oC. g. Timbang berat bahan setelah dikeringkan, catat berat bahan tersebut. h. Masukkan bahan hasil perendaman ke dalam labu destilasi 2000 ml. i. Buat larutan HCl 0,3 M, tuang kedalam labu destilasi yang berisi bahan. Bahan harus terendam semua dalam larutan HCl. j. Pasang peralatan ekstraksi refluks seperti gambar III.3. k. Lakukan ekstraksi selama 1 jam pada temperatur 98 – 100 oC. l. Saring dan cuci bahan, cek dengan kertas pH universal sampai air cucian netral. m. Keringkan didalam oven selama 24 jam pada temperatur ± 50oC. n. Timbang, catat berat akhir bahan. o. Cuplik bahan (sampel) yang telah mengalami perlakuan awal sebanyak ± 2 gram, masukkan sampel kedalam erlenmeyer 200 ml yang tertutup. p. Tambahkan buffer sitrat 50 ml (sampai bahan terendam sempurna). q. Masukkan kedalam penangas air yang bertemperatur 50oC dan biarkan sampai terjadi penyesuaian temperatur. r. Tambahkan 5 ml enzim selulase, biarkan selama 48 jam s. Setiap 12 jam dilakukan sampling dan uji kadar glukosa yang terbentuk akibat proses enzimatik tersebut, dengan menggunakan metoda ShafferSomogyi.
49
Lampiran B Analisa Kadar Glukosa (Metoda Titrimetrik Shaffer-Somogyi)
Reagen Shaffer-Somogyi-1952 Tigapuluh (30) gram garam Rochele (kalium natrium tartrat tetrahidrat, KNaC4H4O6.4H2O), 30 gram Na2CO3 dan 40 mL NaOH 1 M dilarutkan ke 200 mL akuades panas. Sambil diaduk, larutan ini ditambah larutan 8,0 gram CuSO4.5H2O dalam 80 mL akuades. Larutan ini dididihkan untuk mengusir udara. Larutan 180 gram Na2SO4 dalam 500 mL akuades dididihkan kemudian didinginkan. Larutan ini dicampurkan ke dalam larutan berkupri-sulfat. Kemudian, larutan 8 gram KI dalam air secukupnya dan 25 mL larutan 1/6 M KIO3 (0,892 gram dalam 25 mL larutan) ditambahkan secara berurutan. Larutan gabungan ini diencerkan sampai persis 1 L dengan akuades yang baru didihkan. Larutan 0,005+ M natrium tiosulfat Duapuluh lima (25) gram Na2S2O3.5H2O dilarutkan ke akuades dingin tetapi baru didihkan, kemudian 0,1 gram Na2CO3 ditambahkan. Larutan ini didiamkan selama satu hari dan kemudian distandarisasi. Untuk membuat larutan 0,005+ M natrium tiosulfat, 50 mL larutan 0,1+ M natrium tiosulfat tersebut dan 5 mL larutan 1 M natrium hidroksida dipipet ke labu takar 1 L, kemudian akuades ditambahkan sampai mencapai batas. Larutan 0,005+ M natrium tiosulfat ini tidak tahan lama, karena itu hanya boleh dibuat secukupnya untuk keperluan satu-dua hari dari stok larutan 0,1+ M.
Larutan indikator pati Satu (1) gram pati dilarutkan ke 100 mL akuades mendidih.
Larutan indikator fenol merah Seratus (100) mg fenol merah dilarutkan ke 28 mL larutan 0,01 M NaOH kemudian larutan ini diencerkan sampai 250 mL dengan akuades.
50
Larutan indikator fenolftalein Satu (1) gram fenolftalein dilarutkan ke 1 L alkohol 70-90% (%-v).
Prosedur Larutan glukosa standar dibuat dengan konsentrasi 0,5-3,0 mg/mL. Larutan stok yang dipakai adalah larutan glukosa 10 mg/mL yakni 100 mL larutan mengandung 1 gram glukosa (pa). Data pembuatan variasi konsentrasi glukosa terdapat pada tabel berikut. Larutan glukosa 10 mg/mL (mL) 2,5 5,0 7,5 10,0 12,5 15,0
Akuades (mL) 47,5 45,0 42,5 40,0 37,5 35,0
Konsentrasi glukosa (mg/mL) 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Kurva standar glukosa dibuat menggunakan 1 mL dari larutan glukosa standar yang telah dibuat dan 1 mL akuades sebagai larutan blangko.
Satu (1) mL sampel dari hasil enzimatik ditambahkan dengan 4 mL akuades dan 5 mL reagen Shaffer-Somogyi-1952 dipipet secara berurutan ke tabung reaksi berukuran 25 x 200 mm. Tabung reaksi tersebut disumbat dengan tutup gelas dan isinya dikocok dengan hati-hati supaya tercampur baik tanpa “menghirup” udara
51
secara berlebihan. Kemudian tabung reaksi bertutup tersebut ditenggelamkan ke dalam air mendidih, diusahakan agar permukaan isi tabung berada kira-kira 5 cm di bawah permukaan air mendidih dan dibiarkan demikian selama 20 menit. Setelah 20 menit berlalu, tabung tersebut diangkat dan dibenamkan ke air dingin selama kira-kira 3 menit hingga temperaturnya menjadi 25-30°C. Dari buret, 1,5 mL larutan 1 M asam sulfat dikucurkan ke tiap tabung (sambil dikocok) sehingga iodin yang terbebaskan akan mengoksidasi kembali semua tembaga yang telah tereduksi. Lima (5) menit setelah penambahan asam sulfat ini, tabung dikocok sekali lagi. Kelebihan iodin dalam tiap tabung dititrasi dengan larutan 0,005+ M natrium tiosulfat sambil mengoyang-goyangkan isi tabung tersebut. Jika warna larutan isi tabung sudah menjadi kuning muda, dua tetes larutan indikator pati serta dua tetes larutan indikator fenol merah ditambahkan, kemudian titrasi dituntaskan sampai warna biru pati-iodin sirna. Catat volume titran yang dibutuhkan.
Persamaan reaksi
IO3- + 5I- + 6H+ → 3I2 + 3H2O Cu2O + 2H+ + I2 → 2Cu2+ + 2I- + H2O 22I2 + 2SO 2 3 → 2I + S4O6
52
Lampiran C Hasil Lengkap Analisa Kadar Glukosa Hasil analisa kadar glukosa selengkapnya dapat dilihat dalam tabel dan gambar dibawah ini: % Perolehan
[Glukosa] (mg/ml) 0 Tandan Kosong Sawit Tanpa treatment HCl NH3 4,542 M Dietilamin 2,9 M Isopropilamin 1,751 M NH3 2,9 M + HCL NH3 4,542 M + HCL Dietilamin 2,9 M + HCl Isopropilamin 1,751 M + HCl
12
24
36
48
0 0 0 0 0 0 0 0
0.04 0.26 0.31 0.56 0.71 0.60 0.69 0.75
0.20 0.49 0.76 0.73 0.95 0.76 0.79 0.83
0.49 0.71 0.83 0.80 0.99 0.86 1.03 0.88
0.49 0.99 0.99 1.07 1.02 1.18 1.11 1.39
14.00 28.29 28.29 30.57 29.14 33.71 31.71 39.71
0
0.72
0.91
1.02
1.35
38.57
Tongkol Jagung
0
2.05
2.27
3.12
3.26
93.14
Filter Paper
0
2.36
3.34
3.5
3.5
100.00
53