5. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian pada analisis Bab IV tentang analisis faktor penentu Foreign Direct Investment otomotif di 5 negara ASEAN, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa research and development, interest rate (IR), dan krisis ekonomi tahun 2008 tidak menjadi faktor penentu FDI pada sektor otomotif di 5 negara ASEAN. Sedangkan variabel ketersediaan tenaga kerja, jumlah penjualan otomotif dalam negeri, produktivitas tenaga kerja, keterbukaan pasar, dan exchange rate merupakan faktor penentu dan yang mempengaruhi FDI pada sektor otomotif di 5 negara ASEAN. Ketersediaan tenaga kerja mempunyai pengaruh positif untuk menarik FDI pada industri otomotif untuk masuk ke 5 negara ASEAN (host country). Ketersediaan tenaga kerja yang relatif tinggi cenderung mempengaruhi penurunan tingkat upah sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Rendahnya biaya produksi akan mendorong investor untuk melakukan FDI. Oleh karena itu, ketersediaan tenaga kerja dapat mendorong FDI inflow pada industri otomotif yang masuk ke host countries. Penjualan otomotif dalam negeri mempunyai pengaruh positif untuk menarik FDI pada industri otomotif untuk masuk ke host countries. Penjualan otomotif yang relatif tinggi mencerminkan kondisi pasar mengalami pertumbuhan. Kondisi tersebut akan memotivasi investor untuk meningkatkan investasi. Oleh karena itu, penjualan otomotif dalam negeri yang relatif tinggi akan meningkatkan FDI inflow pada industri otomotif yang masuk ke host countries. Produktivitas tenaga kerja memiliki pengaruh positif untuk meningkatkan FDI pada industri otomotif untuk masuk ke host countries. Produktivitas tenaga kerja yang relatif baik di 5 negara ASEAN cenderung akan meningkatkan produktivitas perusahaan. Oleh karena itu, produktivitas tenaga kerja yang relatif baik akan meningkatkan FDI inflow pada industri otomotif yang masuk ke host countries. Openness (keterbukaan pasar) memiliki pengaruh positif untuk mendorong FDI pada industri otomotif untuk masuk inflow masuk ke host countries. Keterbukaan pasar adalah indikator host countries yang memiliki peran dalam aktivitas ekonomi internasional. Keterbukaan pasar akan mempermudah akses sehingga mendorong minat investor untuk berinvestasi ke host countries. Exchange rate (nilai tukar mata uang) memiliki pengaruh negatif terbesar pada pasar industri otomotif di 5 negara ASEAN. Nilai tukar mata uang yang melemah 51
akan menyebabkan pendapatan rill masyarakat menurun karena kenaikan tingkat harga-harga secara umum. Gejala tersebut akan direspons oleh perusahaan dengan cara mengurangi biaya pengeluaran atau mengurangi alokasi modal pada investasi. Oleh karena itu, nilai tukar mata uang yang melemah akan menurunkan FDI inflow pada industri otomotif ke host countries. Research and development (pengeluaran negara terhadap pengembangan inovasi) tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap masuknya FDI pada industri otomotif ke host countries. Pengeluaran pemerintah terhadap pengembangan teknologi belum tentu dapat mempengaruhi masuknya FDI ke suatu wilayah, karena klasifikasi sektor otomotif yang digunakan masih terlalu luas. Tingkat suku bunga (interest rate) tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap masuknya FDI pada industri otomotif ke host countries. MNCs yang menanamkan modal pada sektor otomotif di 5 negara ASEAN tampaknya tidak terlalu mempertimbangkan stabilitas makro ekonomi yang diukur melalui tingkat suku bunga. Dalam hal ini, MNCs lebih mementingkan faktor lain seperti ketersediaan sumber daya, ukuran pasar, dan efisiensi. Selain itu krisis ekonomi tahun 2008 juga tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap masuknya FDI pada industri otomotif ke host countries. Terjadinya krisis di Asia Tenggara pada tahun 1997 menjadi sebuah pelajaran bagi negaranegara, khususnya di wilayah Asia Tenggara. selain itu, dampak gelombang krisis 2008 relatif lebih kecil dibandingkan krisis pada tahun 1997. Oleh karena itu krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 tidak berpengaruh signifikan terhadap masuknya FDI pada industry otomotif ke host countries. Implikasi yang diharapkan setelah mengetahui determinan apa saja yang berpengaruh terhadap masuknya FDI pada sektor otomotif di 5 negara ASEAN adalah sebagai dasar penentu kebijakan bagi host countries terkait menarik minat investor untuk berinvestasi di 5 negara ASEAN. Diharapkan pemerintah 5 negara ASEAN dapat menyediakan fasilitas-fasilitas untuk menciptakan lingkungan investasi yang baik guna menarik minat investor asing berinvestasi di host countries. Adapun kebijakan-kebijakan yang diharapkan antara lain, menjaga stabilitas perekonomian yang dapat dilihat melalui tingkat fluktuasi nilai tukar mata uang dalam negeri. Stabilnya tingkat fluktuasi nilai tukar mata uang dalam negeri akan meningkatkan keyakinan investor untuk melakukan investasi di host countries. Selain itu, mengoptimalkan tingkat keterbukaan pasar seperti kemudahan akses keluar dan masuk dalam pasar. Semakin mudah akses keluar masuk dalam pasar di host countries, ini akan menarik investor untuk melakukan FDI. Kemudian meningkatkan 52
kualitas pendidikan dan menyediakan pendidikan yang mudah dijangkau masyarakat sehingga host countries memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik. Selain itu, terbentuknya AEC merupakan tahap selanjutnya bagi ASEAN menuju integrasi ekonomi. Melalui integrasi ekonomi ASEAN perekonomian di kawasan ASEAN akan menjadi lebih kuat. Hal ini juga akan menarik lebih banyak investor asing untuk mengembangkan investasinya salah satunya pada sektor otomotif di kawasan ASEAN.
53
DAFTAR PUSTAKA Ambarsari, I., & Didit, P. (2005). Studi Tentang Penanaman Modal Asing di Indonesia. Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta, 6 (1), 26-47. ASEAN. (2007). ASEAN Economic Community Blueprint. Singapura: National University of Singapore. ASEAN. (2013). ASEAN Community in Figures. Jakarta: The ASEAN Secretariat Jakarta. ASEAN Automotive Federation. (n.d.). ASEAN automotive statistics. Diunduh 23 Januari 2017, dari ASEAN Automotive Federation: http://www.aseanautofed.com/statistics.html Atikah, F. (2008). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Integrasi Vertikal Industri Mobil di Indonesia. Repository Institute Pertanian Bogor, 1 (2), 1-109. Badan Koordinasi Penanaman Modal. (2016). Badan koordinasi penanaman modal indonesia statistik. Diunduh 23 Januari 2017, dari Badan Koordinasi Penanaman Modal: http://www.bkpm.go.id/id/investasi-di-indonesia/statistik Bank of Thailand. (n.d.). Bank of thailand statistics. Diunduh 23 Januari 2017, dari Bank
of
Thailand:
http://www2.bot.or.th/statistics/ReportPage.aspx?reportID=656&language=e ng Bangko Sentral ng Pilipinas. (n.d.). Bangko sentral ng pilipinas statistics. Diunduh 23 Januari
2017,
dari
Bangko
Sentral
ng
Pilipinas:
http://www.bsp.gov.ph/statistics/statpage01.asp Chow. (2008). Southeast Asia: The Role of Foreign Direct Investment Policies in Development. Ideas, 2 (4), 1-34. Claessens, S., Klingebiel, D., & Schmuckler, S. L. (2001). FDI and Stock Market Development : Complements or Substitutes?. Elsevier, 13 (3), 316-350. Desai, M. C., Foley, F., & Hines Jr., J. R. (2005). Foreign Direct Investment and The Domestic Capital Stock. American Economic Review, 95 (2), 33-38. Devi, P. N. (2013). Faktor-Faktor Penentu Aliran Masuk FDI di Indonesia Periode 2001-2013. Jurnal Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 14 (1), 75-92. 54
Dunning, J. H. (1981). International Productions and Multinational Enterprise. Journal of International Business Studies, 19 (1), 171-183. Faeth, I. (2009). Determinants of Foreign Direct Investment - A Tale of Nine Theoritical Models. Wiley, 23 (1), 165-196. Gujarati, D. (2003). Ekonometrika Dasar : Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Hausman, R., & Fernandez, A. E. (2000). Foreign Direct Investment : Good Cholesterol?. Ideas, 1 (8), 1-46. Ho, O. C. (2004). Determinants of Foreign Direct Investment in China : A Sectoral Analysis. Ideas, 38 (3), 1-33. Jhingan, M. L. (2000). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali Press. Karim, N. A., Winters, P. C., Coeli, T. J., & Fleming, E. (2003). Foreign Direct Investment in Manufacturing Sector in Malaysia. Inderscience Publishers, 5 (4), 1-14. Krugman, P. (1994). Competitiveness: A Dangerous Obssesion. Foreign Affairs, 73 (4), 28-44. Kuznet, S. (1955). Toward a Theory of Economic Growth. New York: Doubleday. Lipsey, R. (2002). Home and Host Country Effects of FDI. Economic Papers, 24 (1), 1-51. Raz, A. F., Indra, T. K., Artikasih, D. K., & Citra, S. (2014). Krisis Keuangan Global dan Pertumbuhan Ekonomi: Analisa dari Perekonomian Asia Timur. Jurnal Bank Indonesia, 15 (2), 1-20. Saragih, F. (2008). Dasar-Dasar Keuangan Internasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Trading Economics. (n.d). Trading economics indicators. Diunduh 23 Januari 2017, dari
Trading
Economics:
https://tradingeconomics.com/vietnam/car-
registrations?embed&embed UNCTAD. (1999). Foreign Direct Investment and The Challange of Development. New York: United Nations Conference on Trade and Development. Widarjono, A. (2009). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya : Edisi Ketiga. Yogyakarta: EKONISIA. 55
World Bank. (n.d.). World bank database. Diunduh 30 Januari 2017, dari World Bank: http://databank.worldbank.org/data/reports.aspx?source=worlddevelopment-indicators World Bank. (n.d.). World bank database. Diunduh 30 Januari 2017, dari World Bank: http://data.worldbank.org/indicator/PA.NUS.FCRF World Bank. (n.d.). World bank database. Diunduh 30 Januari 2017, dari World Bank: http://data.worldbank.org/indicator/FR.INR.RINR World Bank. (n.d.). World bank database. Diunduh 5 Februari 2017, dari World Bank: http://data.worldbank.org/indicator/NE.TRD.GNFS.ZS World Bank. (n.d.). World bank database. Diunduh 5 Februari 2017, dari World Bank: http://data.worldbank.org/indicator/SL.IND.EMPL.ZS
56