89
DAFTAR PUSTAKA
[AAK] Aksi Agraris Kanisius. 2005. Hijauan Makanan Ternak : Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Ahmad SN, Siswansyah DD, Swastika DKS. 2004. Kajian Sistem Usaha Ternak Sapi Potong di Kalimantan Tengah. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 7 (2):155-170. [Anonim]. 1992. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. ________. 2001. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 417/Kpts/OT.210/7/2001 tentang Pedoman Umum Penyebaran dan Pengembangan Ternak. Ashari E, Juarini E, Sumanto, Wibowo B, Suratman. 1995. Pedoman Analisis Potensi Wilayah Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Jakarta : Balai Penelitian Ternak dan Direktorat Bina Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Bamualim A, RB Wirdahayati. 2004. Profil dan Prospek Pengembangan Peternakan Sapi dan Kerbau di Pulau Sumatera. Prosiding Lokakarya Nasional Sapi Potong, Strategi Pengembangan Sapi Potong dengan Pendekatan Agribisnis dan Berkelanjutan. Yogyakarta 8-9 Oktober 2004. Bogor : Puslitbangnak, Balitbangtan. Hlm 179-187. [BPS] Badan Pusat Statistik, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota. 2004. Kabupaten Lima Puluh Kota dalam Angka 2004. Payakumbuh : BPS dan Bappeda Kabupaten Lima Puluh Kota. Barus B, Wiradisastra US. 2000. Sistem Informasi Geografi, Sarana Manajemen Sumberdaya. Bogor : Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian, IPB. Dasman RF. 1964. Wildslife Biology. New York : J. Wiley and Son. Inc. Dasman RF, Milton JP, Freeman H. 1977. Prinsip Ekologi untuk Pembangunan Ekonomi. Terjemahan. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Lima Puluh Kota. 2002. Laporan Statistik Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2002. Payakumbuh : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Lima Puluh Kota. . 2003. Laporan Statistik Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2003. Payakumbuh : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Lima Puluh Kota.
90
. 2004. Laporan Statistik Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2004. Payakumbuh : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Lima Puluh Kota. . 2005. Laporan Statistik Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2005. Payakumbuh : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Lima Puluh Kota. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal. 2004. Tata Cara Perencanaan Pengembangan Kawasan untuk Percepatan Pembangunan Daerah. Jakarta : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. [Ditjennak dan Balitnak] Direktorat Jenderal Peternakan dan Balai Penelitian Ternak. 1995. Petunjuk Pelaksanaan Analisis Potensi Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Buku II. Bogor : Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. [Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2005. Statistik Peternakan. Jakarta : Driktorat Jenderal Peternakan. Djaenudin D, Marwan H, Subagyo H, Mulyani A, Suharta N. 2003. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Bogor : Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak. Faisal Y. 2006. Langkah Operasional Swasembada Daging 2010. Informasi Agribisnis Sinar Tani. Edisi 13-19 September 2006 No. 3167 Tahun XXXVII. Jakarta : Departemen Pertanian. [FAO] Food and Agriculture Organization. 1976. A Framework For Land Evaluation. Wageningen : International Institute for Land Reclamation and Improvement. Harahap R. 2005. Pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan jagung yang ditanam diantara tanaman cendana (Santalum album L.). Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Agroland. Volume 12 (1):1-6. Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Bogor : Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Haryanto B, Ismeth I, Budi A, Kusumo D. 2002. Panduan Teknis Sistem Integrasi Padi-Ternak. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Hayati R, Munandar, Irmawati. 2006. Studi perakaran dan seleksi varietas jagung (Zea mays L.) pada kondisi defisien hara dengan metode kultur air. Jurnal Tanaman Tropika. Volume 9 (1):1-11.
91
Khanna P, Babu PR, George MS. 1999. Carrying-capacity as a basis for sustainable development. A case study of National Capital Region in India. Progress in Planning 52:101-163. Kurniati E, Hawa LC. 2003. Studi kesiapan petani untuk melaksanakan pengelolaan usahatani melalui pendekatan ekonomi sebagai perusahaan pertanian. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial (Social Science) Volume 15 (1):1324. Ma’sum M. 1999. Kemungkinan Penggunaan Data Satelit untuk Mengestimasi Produksi Pakan Ruminansia. Wartazoa, Buletin Ilmu Peternakan Indonesia 8 (1):15-19. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Deptan. Mulders MA. 2001. Advances in the application of remote sensing and GIS for surveying mountanious land. JAG Volume 3.Issue 1:3-10. Natasasmita A, Mudikdjo K. 1980. Beternak Sapi Pedaging. Dalam Rangka Penataran Rural Credit Project BRI Angkatan II. Jakarta : Unit Penataran Rural Credit Project-BRI. Nitis IM. 1995. Sistem Penyediaan Pakan Hijauan Menunjang Industri Peternakan yang Berkesinambungan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Cisarua Bogor 7-8 Nopember 1995, Jilid I hlm 203-211 Bogor : Puslitbangnak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Deptan. [NRC] National Research Council. 1984. Nutrient Requirement of Beef Cattle. 6th Rev.Ed. Washington DC : National Academy Press. Panuju DR, Rustiadi E. 2005. Dasar-Dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah. Penuntun Praktikum. Bogor : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. IPB. Prahasta E. 2005. Sistem Informasi Geografis. Konsep-Konsep Dasar. Edisi Revisi. Bandung : Penerbit Informatika. Riady M. 2004. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi Sapi Potong Menuju 2020. Prosiding Lokakarya Nasional Sapi Potong, Strategi Pengembangan Sapi Potong dengan Pendekatan Agribisnis dan Berkelanjutan. Yogyakarta 8-9 Oktober 2004. Bogor : Puslitbangnak, Balitbangtan. Hlm 3-6. Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2005. Diktat Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bogor : Fakultas Pertanian. IPB. Saragih B. 2000. Kumpulan Pemikiran Agribisnis Berbasis Peternakan. Bogor: PT. Loji Grafika Griya Sarana.
92
Setyono DJ. 1995. Analisis Struktur dan Perencanaan Tata Ruang Usaha Ternak Sapi Potong di Kabupaten Lombok Barat Propinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis. Bogor : Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD). IPB. Singarimbun M, Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : PT. Pustaka LP3ES Indonesia Sitorus SRP et al. 1997. Pengkajian Hukum tentang Tata Guna Tanah dan Tata Guna Air untuk Keperluan Peternakan. Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI. Sitorus SRP. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung : Penerbit Tarsito. Soemarwoto I. 1983. Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bagian II. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana. Jurusan. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB. Sofyan I. 2003. Kajian Pengembangan Bisnis Pengusahaan Kebun Rumput Gajah untuk Penyediaan Pakan pada Usaha Penggemukan Sapi Potong PD. Gembala Kabupaten Garut Jawa Barat. Bogor : Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB. Sri Kuning SW. 1999. Analisis Kebutuhan Budidaya Sapi Perah di Kabupaten Sleman D.I.Y. Skripsi. Bogor : Fakultas Peternakan IPB. Sugeng YB. 1998. Sapi Potong. Cetakan VI. Jakarta : Penebar Swadaya. Sugiarto, Siagian D, Sunaryanto LT, Oetomo DS. 2003. Teknik Sampling. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Sumanto, Juarini E. 2004. Potensi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Ternak Ruminansia di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Iptek sebagai Motor Penggerak Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis Peternakan. Bogor 4-5 Agustus 2004. Bogor : Puslitbangnak, Balitbangtan. Hlm 123-129. ____________. 2006. Pedoman Identifikasi Potensi Wilayah. Bogor : Balai Penelitian Ternak Ciawi. Suparini. 1999. Pengkajian Potensi Wilayah Kabupaten Bogor sebagai Wilayah Pengembangan Ternak Sapi Potong. Skripsi. Bogor : Fakultas Peternakan IPB.
93
Suratman, Ritung S, Djaenudin. 1998. Potensi Lahan untuk Pengembangan Ternak Ruminansia Besar di Beberapa Propinsi di Indonesia. Dalam Karama AS. (Editor). Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bidang Pedologi. Cisarua. 4-6 Maret 1997. Bogor : Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Hlm. 169-182 Suratman, Tuherkih E, Purnomo J. 2003. Potensi Lahan untuk Pengembangan Ternak Ruminansia Berdasarkan Karakteristik Biofisik Lahan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Prosiding Seminar Nasional. Teknologi Peternakan dan Veteriner. Iptek untuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani melalui Agribisnis Peternakan yang Berdaya Saing. Bogor. 29-30 September 2003. Bogor : Puslitbangnak, Balitbangtan. Hlm 250-256. Tapiador FJ dan Casanova JL. 2003. Land use mapping methodology using remote sensing for the regional planning directives in Segovia, Spain. Landscap and Urban Planning 62:103-115. Tarigan R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Thapa GB, Paudel GS. 2000. Evaluation of livestock carrying capacity of land resources in the Hills of Nepal based on total digestive nutrient analysis. Agriculture, Ecosystems and Environment 78:223-235. Amin M, Yanuarianto O, Hartadi H. 2002. Estimasi Nilai Cerna Energi Pakan Tunggal Jerami Kacang Tanah, Rumput Raja, dan Hijauan Jagung pada Sapi Peranakan Ongole. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Volume 1 (2):98-105, 106-114.
94
LAMPIRAN
95
Lampiran 1 Satuan Peta Tanah Kabupaten Lima Puluh Kota
Keterangan : Unit Lahan (Landunit) :
96
Lampiran 2 Peta curah hujan Kabupaten Lima Puluh Kota
97
Lampiran 3 Peta lereng dan elevasi Kabupaten Lima Puluh Kota 3.a. Peta Lereng
98
3.b. Peta Elevasi
99
Lampiran 4 Kriteria Kesesuaian Lahan Beberapa Tanaman Sumber Hijauan Makanan Ternak
4.a. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman Padi Sawah (Oryza sativa) Kualitas/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian Lahan S1
S2
S3
N
24 - 29 -
> 29-32 22- <24
> 32 - 35 18 - <22
> 35 < 18
<3 > 1500
3-<9 1200 - 1500
9 – 9.5 800 - < 1200
> 9.5 < 800
terhambat
terhambat
Cepat, sangat cepat
H,ah,s > 50
40 -50
Sedang, baik K,sh 25 - 40
(cm)
-
< 100 saprik
100 - 150 hemik
> 150 Hemik,saprik,fibrik
(f) (cmol/kg)
17 - 24 > 5.5 – 7.0 -
<5 > 8.0 – 8.5 4.0 - < 4.5 -
> 8.5
(%) (x) (%) (n) (%) (mg/100gr) (mg/100gr) (eh) (%) (b)
5 - <16 > 7.0 – 8.0 4.5 – 5.5 -
-
-
-
-
≥ 0.21 ≥ 41 ≥ 41
0.10 – 0.20 21 - 40 10 - 20
< 0.10 < 21 < 10
-
<3
3-8
> 8 - 15
> 15
Temperatur: -Rata-rata tahunan
(t) (ºC)
Ketersediaan Air : - Bulan kering - Curah Hujan/thn
(w) (<100 mm) (mm)
Media Perakaran : -Drainase
(r)
- Tekstur - Kedalaman efektif Gambut : - Ketebalan - Kematangan Retensi hara : - KTK - pH - C Organik Toksisitas - Alkalinitas/ESP Hara Tersedia : - N Total - P2O5 - K2O Bahaya Erosi : - Lereng Bahaya Banjir : - Genangan Penyiapan Lahan : - Batuan Permukaan - Singkapan Batuan
(cm)
K < 25
-
F0 - 1
F2
F3
> F4
(lp) (%)
<3
3 - 15
> 15 – 40
.> 40
(%)
<2
2 - 10
> 10 - 25
> 25
Keterangan : Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat berat
100
4.b. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman Jagung (Zea mays) Kualitas/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian Lahan S1
S2
S3
N
24 - 26 -
> 29-32 22- <24
> 32 - 35 18 - <22
> 35 < 18
<3 > 1500
3-<9 1200 - 1500
9 – 9.5 800 - < 1200
> 9.5 < 800
terhambat
terhambat
Cepat, sangat cepat
H,ah,s > 50
40 -50
Sedang, baik K,sh 25 - 40
(cm)
-
< 100 saprik
100 - 150 hemik
> 150 Hemik,saprik,fibrik
(f) (cmol/kg)
17 - 24 > 5.5 – 7.0 -
<5 > 8.0 – 8.5 4.0 - < 4.5 -
> 8.5
(%) (x) (%) (n) (%) (mg/100gr) (mg/100gr) (eh) (%) (b)
5 - <16 > 7.0 – 8.0 4.5 – 5.5 -
-
-
-
-
≥ 0.21 ≥ 41 ≥ 41
0.10 – 0.20 21 - 40 10 - 20
< 0.10 < 21 < 10
-
<3
3-8
> 8 - 15
> 15
Temperatur: -Rata-rata tahunan
(t) (ºC)
Ketersediaan Air : - Bulan kering - Curah Hujan/thn
(w) (<100 mm) (mm)
Media Perakaran : -Drainase
(r)
- Tekstur - Kedalaman efektif Gambut : - Ketebalan - Kematangan Retensi hara : - KTK - pH - C Organik Toksisitas - Alkalinitas/ESP Hara Tersedia : - N Total - P2O5 - K2O Bahaya Erosi : - Lereng Bahaya Banjir : - Genangan Penyiapan Lahan : - Batuan Permukaan - Singkapan Batuan
(cm)
K < 25
-
F0 - 1
F2
F3
> F4
(lp) (%)
<3
3 - 15
> 15 – 40
.> 40
(%)
<2
2 - 10
> 10 - 25
> 25
Keterangan : Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat berat
101
4.c. Kriteria kesesuaian kahan untuk tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae) Kualitas/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian Lahan S1
S2
S3
N
25 - 27 -
20-25 27- 30
18 - 20 30-34
< 18 >34
1100-1600 300-400 >80 <50
1600-1900 200-300 800 - < 1200
> 1900 <200 < 800
H,ah,s <15 > 75
H,ah,s 15-35 50-75
Sh, ak 35-55 25 - 50
K >55 < 25
>16 >35 > 6.7 – 7.0
-
-
<5.0 >7.5 <0.8
> 8.5
>1.2
<16 <35 5.0 – 6.0 7.0 – 7.5 0.8-1.2
-
-
-
-
<8 sr
8-16 r-sd
16-30 b
> 30 sb
F0
-
-
> F1
<5 <5
5 - 15 5 - 15
15 – 40 15 - 25
.> 40 > 25
Temperatur: -Rata-rata tahunan
(t) (ºC)
Ketersediaan Air : - Curah hujan pada masa pertumbuhan - Kelembaban
(w) (mm)
400-1100
(%)
50-80
Media Perakaran : - Tekstur - Bahan Kasar - Kedalaman tanah Retensi hara : - KTK - Kejenuhan Basa - pH H2O - C Organik Toksisitas - Alkalinitas/ESP Bahaya Erosi : - Lereng -Bahaya Erosi Bahaya Banjir : - Genangan Penyiapan Lahan : - Batuan Permukaan - Singkapan Batuan
(r) (%) (cm) (nr) (cmol) (%) (%) (x) (%) (eh) (%)
-
(fh) (lp) (%) (%)
Keterangan : Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat berat
102
4.d. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman Ubi Kayu (Manihot uttilissima) Kualitas/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian Lahan
Temperatur: -Rata-rata tahunan Ketersediaan Air : - Bulan kering - Curah Hujan/thn
(t) (ºC) (w) (bln) (mm)
Media Perakaran : - Tekstur - Kedalaman efektif Retensi hara : - KTK liat - pH
(r)
- C Organik Bahaya Erosi : - Lereng - Bahaya Erosi Bahaya Banjir : - Genangan Penyiapan Lahan : - Batuan Permukaan - Singkapan Batuan
(cm) (nr) (cmol) (%) (eh) (%)
S1
S2
S3
N
22 - 28
28-30
18-20
< 18
3,5-5 1000-2000
5-6 600-1000 2000-3000
6-7 500-600 3000-5000
>7 < 500 >5000
ah,s > 100
H,ah 75-100
sh 50-75
K < 50
>16 20 5.2-7.0 >0.8
≤16 4.8 – 5.2 7.0-7.6 ≤0.8
<4.8 >7.6 -
-
<8 sr
8-16 r-sd
16-30 b
> 30 sb
F0
-
-
> F1
<5 <5
5 - 15 5 - 15
15 - 40 15 - 25
> 40 > 25
(b) (lp) (%) (%)
Keterangan : Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat berat
103
4.e. Kriteria kesesuaian kahan untuk tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas) Kualitas/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian Lahan S1
S2
S3
N
Temperatur: -Rata-rata tahunan
(t) (ºC)
22 - 25
25-30 20-22
30-35 18-20
< 35 <18
Ketersediaan Air : - Bulan kering - Curah Hujan/thn
(w) (bln) (mm)
3,5-5 800-1500
- Lama bulan kering - Kelembaban wkt panen Ketersediaan Oksigen - Drainase Media Perakaran : - Tekstur - Bahan Kasar - Kedalaman efektif Retensi hara : - KTK liat - pH H2O
(bln) (%)
<3 <75
5-6 600-800 1500-2500 3-4 75-85
6-7 400-600 2500-4000 4-6 >85
>7 < 400 >4000 >6 -
(oa)
Baik-agak terhambat
Agak cepat
terhambat
Sangat terhambat, cepat
ah,s <15 >75
H,ak 15-35 50-75
ah 35-55 20-50
K < 20
>16 4.8-5.2 8.2-8.4 >0.8
≤16 <4.8 >8.4 ≤0.8
<4.8 >7.6 -
-
<8 sr
8-16 r-sd
16-30 b
> 30 sb
F0
-
F1
> F2
<5 <5
5 - 15 5 - 15
15 - 40 15 - 25
> 40 > 25
- C Organik Bahaya Erosi : - Lereng - Bahaya Erosi Bahaya Banjir : - Genangan Penyiapan Lahan : - Batuan Permukaan - Singkapan Batuan
(r) (%) (cm) (nr) (cmol) 5.2-8.2 (%) (eh) (%) (b) (lp) (%) (%)
Keterangan : Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat berat
104
4.f. Kriteria kesesuaian lahan untuk Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Kualitas/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian Lahan
Temperatur: -Rata-rata tahunan
(t) (ºC)
Ketersediaan Air : - Curah Hujan/thn
(w) (mm)
- Kelembaban Ketersediaan O2 : - Drainase
(%) (oa)
Media Perakaran : - Tekstur - Kedalaman efektif Retensi hara : - KTK liat - Kejenuhan Basa - pH H2O - C Organik Bahaya Erosi : - Lereng - Bahaya erosi Bahaya Banjir : - Genangan Penyiapan Lahan : - Batuan Permukaan - Singkapan Batuan
S1
S2
S3
N
20 - 28 -
18-20 28-30
16-18 30-38
<16 >38
1700-2000
1400-1700 2000-3000 65-75
1100-1400 3000-5000 75-85
< 1100 >5000 <85
Baik sampai agak terhambat
Agak cepat
Terhambat,cepat
Sangat terhambat, cepat
H,ah,s,ak > 50
H,ah,s,ak >50
K,sh 30-50
K < 30
>16 >50 5.8 – 7.0
<35 >5.5 >7.5 -
-
>0.4
≤16 35-50 5.5 – 5.8 7.0 – 7.5 ≤0.4
-
<8 sr
8-16 r,sd
16-30 b
> 30 sb
F0
F1
F2
> F3
<5 <5
5 - 15 5 - 15
15 – 40 15 - 25
.> 40 > 25
<65
(r) (cm) (nr) (cmol) (%) (cmol/kg) (%) (eh) (%) (fh) (lp) (%) (%)
Keterangan : Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat berat
105
4.g. Kriteria kesesuaian lahan untuk Rumput Setaria (Setaria spachelata)
Kualitas/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian Lahan
Temperatur: -Rata-rata tahunan
(t) (ºC)
Ketersediaan Air : - Curah Hujan/thn
(w) (mm)
- Kelembaban Ketersediaan O2 : - Drainase
(%) (oa)
Media Perakaran : - Tekstur - Bahan kasar - Kedalaman efektif Retensi hara : - KTK liat - Kejenuhan Basa - pH H2O - C Organik Bahaya Erosi : - Lereng - Bahaya erosi Bahaya Banjir : - Genangan Penyiapan Lahan : - Batuan Permukaan - Singkapan Batuan
S1
S2
S3
N
20 - 28 -
18-20 28-30
16-18 30-38
<16 >38
1200-2000
1000-1200 2000-3000 65-75
700-1000 3000-5000 75-85
< 700 >5000 <85
Baik sampai agak terhambat
Agak cepat
Terhambat,cepat
Sangat terhambat, cepat
H,ah,s,ak <15 > 50
H,ah,s,ak 15-35 >50
K,sh 35-55 30-50
K >55 < 30
>16 >50 5.8 – 7.0
<35 >5.5 >7.5 -
-
>0.4
≤16 35-50 5.5 – 5.8 7.0 – 7.5 ≤0.4
-
<8 sr
8-16 r,sd
16-30 b
> 30 sb
F0
F1
F2
> F3
<5 <5
5 - 15 5 - 15
15 – 40 15 - 25
.> 40 > 25
<65
(r) (%) (cm) (nr) (cmol) (%) (cmol/kg) (%) (eh) (%) (fh) (lp) (%) (%)
Keterangan : Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat berat
106
4.h. Kriteria kesesuaian lahan untuk Rumput Alam
Kualitas/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian Lahan
Temperatur: -Rata-rata tahunan
(t) (ºC)
Ketersediaan Air : - Curah Hujan/thn
(w) (mm)
Ketersediaan O2 : - Drainase
(oa)
Media Perakaran : - Tekstur - Kedalaman efektif Retensi hara : - KTK liat - pH tanah Bahaya Erosi : - Lereng - Bahaya erosi Bahaya Banjir : - Genangan Penyiapan Lahan : - Batuan Permukaan - Singkapan Batuan
S1
S2
S3
N
20 - 30 -
>30-35 18-20
>35-40 12-18
>40 <12
1500-4000
>4000 - 5000 1000 - <1500
>5000 – 6000 400 - <1000
>6000 <400
agak terhambat, sedang, baik
Agak cepat, terhambat
Sangat terhambat,cepat
Sangat cepat
s > 30
k 20 - <30
h 15 - 20
< 15
17-24 5.0 – 6.5
5-16 >6.5 – 7.0 4.5 - 4.9
<5 >7.0-8.5 <4.5
>8.5
<8 sr
8-16 r
16-30 s
> 30 b
F0
F1
F2
> F3
<5 <5
5 - 15 5 - 15
15 – 40 15 - 25
.> 40 > 25
(r) (cm) (nr) (cmol) (cmol/kg) (eh) (%) (fh) (lp) (%) (%)
Keterangan : Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat berat
107
4.i. Kriteria kesesuaian lahan untuk Kelompok Leguminosa
Kualitas/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian Lahan
Temperatur: -Rata-rata tahunan
(t) (ºC)
Ketersediaan Air : - Curah Hujan/thn
(w) (mm)
- Kelembaban Ketersediaan O2 : - Drainase
(%) (oa)
Media Perakaran : - Tekstur - Bahan kasar - Kedalaman efektif Retensi hara : - KTK liat - Kejenuhan Basa - pH H2O - C Organik Bahaya Erosi : - Lereng - Bahaya erosi Bahaya Banjir : - Genangan Penyiapan Lahan : - Batuan Permukaan - Singkapan Batuan
S1
S2
S3
N
20 - 28 -
18-20 28-30
16-18 30-38
<16 >38
1500-2000
900-1500 2000-2500 65-75
600-900 2500-3000 75-85
< 600 >3000 <85
Baik sampai agak terhambat
Agak cepat
Terhambat,cepat
Sangat terhambat, cepat
H,ah,s,ak <15 > 75
H,ah,s,ak 15-35 50-75
K 35-55 40-50
K >55 < 40
>16 >50 5.8 – 7.0
<35 >5.5 >7.5 -
-
>0.4
≤16 35-50 5.5 – 5.8 7.0 – 7.5 ≤0.4
-
<8 sr
8-16 r,sd
16-30 b
> 30 sb
F0
F1
F2
> F3
<5 <5
5 - 15 5 - 15
15 – 40 15 - 25
.> 40 > 25
<65
(r) (%) (cm) (nr) (cmol) (%) (cmol/kg) (%) (eh) (%) (fh) (lp) (%) (%)
Keterangan : Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat berat
108 Lampiran 5 Luas wilayah menurut ukuran lerengnya pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota
0% - 3% (ha) AKABILURU BUKIT BARISAN GUGUAK GUNUANG OMEH HARAU KAPUR IX LAREH S. HALABAN LUAK MUNGKA PANGKALAN K BARU PAYAKUMBUH SITUJUAH L. NAGARI SULIKI Luas Menurut Lereng
279 3,110 7 2,036 34 78 913 1,324 3,563 120 46 11,510
3% - 8% (ha) 3,202 1,026 2,055 682 1,823 815 1,757 2,457 1,068 12,321 480 1,513 348 29,547
8% - 16% (ha) 2,023 2,282 1,581 6,024 5,064 1,852 3,081 2,141 3,049 11,997 1,088 1,858 1,315 43,355
16% - 30% (ha) 1,579 2,991 2,853 8,720 7,078 6,293 3,805 1,437 3,266 21,016 398 1,899 4,104 65,439
30% - 40% (ha) 2,765 5,083 3,047 7,581 9,456 21,232 2,578 1,891 3,066 19,329 199 1,512 6,931 84,670
> 40% (ha) 1,233 3,360 265 4,634 1,988 20,081 759 2,008 906 2,703 155 461 1,038 39,591
Luas/Kecamatan (ha) 11,081 14,742 12,911 27,648 27,445 50,307 12,058 10,847 11,355 68,690 5,883 7,363 13,782 274,112
109 Lampiran 6 Tabel indeks daya dukung (IDD) dan kriteria lahan di Kabupaten Lima Puluh Kota
Kecamatan
Payakumbuh Akabiluru Luak Lareh S. Halaban Situjuah L.Nagari Harau Guguak Mungka Suliki Bukik Barisan Gunuang Omeh Kapur IX Pangkalan Jumlah
Populasi sapi (Ekor) 2,533 2,315 17,186 10,548 2,144 5,342 6,213 1,305 2,471 6,053 867 647 966 58,590
Faktor Konversi
0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70
Jumlah Populasi (ST) 1,773 1,621 12,030 7,384 1,501 3,739 4,349 914 1,730 4,237 607 453 676 41,013
Kebut. Pakan Minimun (Ton BKC/th)
Kebut Pakan Ternak (Ton BKC/th)
0.9125 0.9125 0.9125 0.9125 0.9125 0.9125 0.9125 0.9125 0.9125 0.9125 0.9125 0.9125 0.9125
1,617.95 1,478.71 10,977.56 6,737.54 1,369.48 3,412.20 3,968.55 833.57 1,578.35 3,866.35 553.80 413.27 617.03
DD
IDD Kemamp. Wilayah
1.04 7.51 0.28 1.71 0.54 7.02 3.13 5.67 4.24 3.00 18.88 33.15 21.70 107.86
919.10 6,081.45 1,664.50 6,305.16 407.08 13,127.37 6,805.33 2,589.65 3,663.62 6,347.24 5,730.36 7,507.17 7,337.60 221,1831.9
(Kg/ST) 1,838.20 12,162.90 3,329.01 12,610.32 814.17 26,254.75 13,610.66 5,179.30 7,327.24 12,694.49 11,460.72 15,014.33 14,675.20 136,971.29
Sumber : Data Base Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Tanaman Pangan Kab. Lima Puluh Kota Tahun 2006
dan Hasil Olahan Peta digital
IDD
Kapasitas Penambahan Ternak (ST) (854) 4,461 (10,366) (1,078) (1,094) 9,388 2,456 1,676 1,934 2,110 5,123 7,054 6,661 27,473
Kriteria
kritis aman sangat kritis rawan sangat kritis aman aman aman aman aman aman aman aman
110
LQ Kec. Lareh S Halaban
LQ Kec. Situjuah
LQ Kec. Harau
LQ Kec. Guguak
LQ Kec. Mungka
LQ Kec. Suliki
LQ Kec. Bukik Barisan
LQ Kec.Gn Omeh
Sapi
0.42
1.66
11.53
2.14
1.48
0.93
0.57
0.06
1.41
1.90
1.80
0.76
5.25
2
Kerbau
0.44
3.28
5.03
2.05
1.99
1.24
0.57
0.12
2.17
1.22
5.21
3.56
10.20
3 4
Kambing Ayam Buras
0.45 0.62
2.05 1.11
0.85 1.74
2.42 0.61
3.94 2.01
2.02 1.42
0.42 0.45
0.19 0.07
1.49 1.49
1.23 6.18
2.85 5.73
4.68 5.92
11.84 1.16
5
Ayam Ras Petelur
1.16
0.60
0.33
0.54
0.60
0.89
1.03
1.41
1.06
0.02
0.00
0.01
0.22
6
Ayam Ras Pedaging
0.69
2.72
0.65
3.93
1.21
1.00
1.72
0.14
0.00
0.06
0.00
0.13
4.07
7
Itik
0.91
2.07
9.70
1.22
3.84
1.27
0.59
0.12
0.63
0.99
3.32
2.09
1.60
Sumber : Data Statistik Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2005
LQ Kec. Pangkalan
LQ Kec. Luak
1
No.
LQ Kec. Kapur Sembilan
LQ Kec. Akabiluru
NILAI LQ LQ Kec. Payakumbuh
KOMODITI TERNAK
Lampiran 7 Hasil perhitungan LQ berdasarkan kepadatan ekonomi peternakan tahun 2005
111
LUAK
LAREH S.HALABAN
SITUJUAH L.NAGARI
HARAU
GUGUAK
MUNGKA
SULIKI
BUKIK BARISAN
GN. OMEH
KAPUR IX
PANGKALAN
-0.19 -0.89 0.23 -0.52 0.31 -0.42 0.07
AKABILURU
0.77 0.77 0.77 0.77 0.77 0.77 0.77
Differential Shift © PAYAKUMBUH
Sapi Kerbau Kambing Ayam Buras Ayam Ras Petelur Ayam Ras Pedaging Itik
Proportional Shift (b)
Komoditi Ternak
Komponen Share (a)
Lampiran 8 Hasil perhitungan SSA berdasarkan data populasi peternakan tahun 2005
-0.18 -0.28 -0.78 -0.54 2.76 -0.30 -1.16
-0.54 -0.05 -0.58 -0.73 5.98 0.00 -0.31
1.06 0.49 -0.83 -0.46 0.14 0.00 1.37
0.06 0.32 -0.59 0.10 0.27 3.12 0.29
-0.23 -0.46 0.36 -0.23 0.00 0.00 -0.06
1.32 0.61 2.12 0.94 8.74 8.18 3.52
1.53 1.63 2.87 0.77 17.95 5.11 1.40
0.38 0.38 2.82 1.05 1.27 0.12 7.13
1.41 0.92 4.07 2.58 1.18 0.00 8.00
1.79 0.84 2.40 3.73 4.80 0.00 2.20
0.90 1.76 3.63 0.81 0.00 0.00 0.97
2.70 1.56 2.21 2.01 0.00 0.10 2.97
1.34 0.89 10.71 0.12 1.00 0.00 0.56
Sumber : Data Statistik Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2005