DAFTAR PUSTAKA
A. Argenti, Paul, Komunikasi Korporat (Corporate Communication), Edisi 5, Jakarta: Salemba Humanika (McGraw Hill), 2010. Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, 1998. -------------------, Komunikasi Politik : Konsep, Teori dan Strategi,
Jakarta :
Rajawali Pers, 2009. F. Rachmadi, Public Relations dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994. Firmanzah, Marketing Politik : Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008. ------------, Persaingan Legitimasi Kekuasaan, dan Marketing Politik : Pembelajaran Politik Pemilu 2009, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2010. Fitz Gerald, Maureeen and David Arnott, Marketing Communications Clasics, 2000. Flournoy, Don Michael, Analisis Isi Surat Kabar – Surat Kabar Indonesia, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1989. Harrisson, Kim, Strategic Public Relations a Practical Guide to Success, Second Edition, Australia : Vineyard Publishing Pty Ltd, 2001. Irawan, Handi, 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, Jakarta : Elex Media Komputindo PT, 2004.
78
79
Jefkins, Frank, Public Relations, edisi kelima, Erlangga, Jakarta, 2004. Kotler, Philip, Marketing Management, Prentice Hall, New Jersey, (the millenium edition) 2000. Kridalaksana, Harimurti (ed), Leksikon Komunikasi, Jakarta: Pradnya Paramitha, 1994. Krippendorf, Klaus, Analisis Isi, Jakarta: Rajawali Pers, 1991. Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta : Kencana, 2009. Martono, Nanang, Metode Penelitian Kuantitatf: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Cetakan 13, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009. Nasir, Moh., Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988. Ngurah Putra, I Gusti, Manajemen Humas, Yogyakarta, 1991. Nova, Firsan, Crisis Public Relations, Jakarta : Grasindo, 2009. Ole R. Holsti, Content Analysis for the Social Sciences and Humanities, Reading, MA: Addison-Wesley. 1969. Rakhmat, Jalalludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remadja Rosdakarya, 1991. -----------------------, Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1995. Ruslan, Rosady, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2006.
80
-------------------, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Edisi Revisi, Jakarta: Rajawali Pers, 2008. Saifuddin, Anwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar.Yogyakarta, 1998. Setiawan, Bambang, dkk. Metode Penelitian Komunikasi I. Jakarta: Universitas Terbuka, 1995. Stempel, Guide. Analisis Isi, Diterjemahkan oleh Jalaluddin Rakhmat dan Arko KS. Bandung : Arai Komunikasi. 1983. Suhandang, Kustadi, Public Relations Perusahan, Bandung: Karya Nusantara, 1973.
Sumber lain : Oetama, Jakob, Refleksi 44 Tahun Harian “Kompas”, Kompas Minggu 28 Juni 2009. Arsip Tim Pemenangan Pemilu DPP PKS, 2009.
Situs online : Website Partai Keadilan Sejahtera : www.pksejahtera.co.id Website Republika : www.republika.co.id
Foto 4x6
Curriculum Vitae Nama Lengkap
:
Roso Pramuji Widiya Haryanto.
Tempat Tanggal Lahir
:
Jakarta, 11 Maret 1972.
Jenis Kelamin
:
Laki-Laki.
Status
:
Menikah.
Istri
:
Ir. Sri Wahyuni, 23 Agustus 1970, S1Pertanian Universitas Muhammadiyah, Ibu Rumah Tangga.
Anak
:
Hazhiyah Nur Shadrina (Perempuan), 6 Pebruari 1996, Kelas 9 SMPIT AL MUBAROK, Pelajar.
Alamat
:
Komplek Peruri Jl. Lasiono Utomo Blok P No.3 Rt.003/03 Kelurahan Sudimara Timur, Kecamatan Ciledug Kodya Tangerang – 15151, Telpon : (021) 7316784, HP. 08159544275, e-mail :
[email protected],
[email protected].
Pendidikan Terakhir : 1. Sekolah Dasar Negeri 15 Pt, Lulus Th. 1984. 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 148 Jakarta, Lulus Th. 1987. 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 53 Jakarta, Lulus Th. 1990. 4. Universitas Mercu Buana, Fakultas Ilmu Komunikasi – Jurusan Public Relations, 2007. Kursus, Training dll. : 1. Kursus Komputer di Lembaga Pendidikan Komputer Terpadu (LPKT), Jakarta, 1989. 2. Kursus Bahasa Inggris di American College (AMECO), Jakarta, 1989. 3. Kursus Komputer di Rainbow Computer College, Bekasi, 1990. 4. Kursus Komputer di Lembaga Pendidikan Komputer Santo Antonius Jakarta, 1990. 5. Training Security Printing, PT. Wahyu Abadi, Jakarta, 1990. 6. Participant of National Seminar “Political Parties Following The General Election” By International Republican Institute (IRI), May 18-19, 2004. 7. Training Otonomi Daerah “Localogy” By Mr. Matsui Kazuhisa, Jakarta, 14 Agustus 2004. 8. Participant of Communication Training for DPR Fraction and Members’ Assistants By National Democratic Institute (NDI), April 4, 2005. 9. Peserta Seminar Lemhanas RI Kursus Singkat Angkatan (KSA) XIII “Mewujudkan Komunikasi Politik Yang Kondusif Antara Lembaga Eksekutif dan Legislatif Guna Menjaga Stabilitas Nasional Dalam Rangka Pembangunan Nasional”, Lemhanas RI, Jakarta – 23 Juni 2005. 10. Peserta Seminar Centre for Strategic and International Studies (CSIS), “Pilkada: Masalah dan Prospek”, CSIS, Jakarta – 30 Agustus 2005. 11. Participant of Effective Letter Writing Training for DPR Members’
Assistants By National Democratic Institute (NDI), July 4, 2006. 12. Peserta Seminar Nasional Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, “Pelaksanaan Konvensi PBB Menentang Korupsi : Pemberantasan Korupsi Di Sektor Swasta”, Jakarta – 4 Agustus 2006. 13. Peserta Seminar Nasional IKA-UNHAS, “Mencari Format Baru Sistim Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Yang Demokratis dan Efisien”, Jakarta – 5 Agustus 2006. 14. Peserta Seminar Nasional Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), “Mengamankan Pengiriman Uang dari Kejahatan Pencucian Uang”, Jakarta – 10 Agustus 2006. 15. Peserta Pelatihan Kearsipan dan Kesekretarisan Sekretariat Jenderal DPR-RI – UNDP, Jakarta – 9 Nopember 2006. 16. Peserta Seminar Nasional The Habibie Center – Hanns Seidel Foundation, “Memperbaiki Kualitas Pembuatan Undang-Undang di Indonesia”, Jakarta – 8 Maret 2007. 17. Peserta Temu Wicara Hukum Acara Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 79 Desember 2007. 18. Peserta Seminar Nasional Pemberantasan Korupsi, DPR/MPR/DPD RI, Jakarta, 27-28 Mei 2009. 19. Peserta Pembekalan Asisten Anggota DPR RI Periode 2009 – 2014, Jakarta 22 – 24 Juni 2010. Pengalaman Pekerjaan 1. 1990 – 1991 2. 1991 – 1992 3. 1992 – 1993 4. 1994 – 2001 5. 2000 – 2001 6. 2004 – 2009 7. 2009 – sekarang
: Data Entry Operator, PT. Bahana Mitra Buana. Operator Komputer, PT. Wahyu Abadi. Staff EDP, PT. Sandipala Arthaputra. Supervisor Operasional, PT. Tria Manunggal Perkasa. Manager Operasional, Kedai Ayam Bakar Pelangi. Assisten Anggota DPR-RI Periode 2004-2009. Assisten Anggota DPR-RI Periode 2009-2014.
Pengalaman Organisasi : 1. Remaja Masjid Jami’ Hayatul Islam, Jakarta, 1995. 2. Yayasan Islam Amal Shaleh, Jakarta, 1995. 3. Remaja Masjid Al-Hikmah Sudimara Timur, Tangerang, 1995-2001. 4. Yayasan Orbit, Jakarta, 2000-2002. 5. Yayasan Kharisma Insan, Tangerang, 2001. 6. Forum Komunikasi Asisten Anggota DPR-RI (FORKASTA) Lintas Fraksi Periode 2004-2009.
Jakarta, 11 Maret 2011
KECENDERUNGAN ISI PEMBERITAAN TENTANG CITRA FPKS DPR RI DI HEADLINE HARIAN UMUM REPUBLIKA CODING SHEET
NO
HARTONO
TANGGAL TERBIT
B. ARAH PEMBERITAAN ( + / N / - / TT-Tidak Terwakili )
A. MASALAH PEMBERITAAN
BERITA 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
1
+
+
+
TT
+
1
5-Jan-10
Pansus Kirim Surat Imbauan Nonaktif Boediono
2
15-Jan-10
Jusuf Kalla Diabaikan
1
+
+
+
TT
+
3
16-Jan-10
Pansus Tertekan
1
+
+
+
+
+
4
23-Jan-10
KSSK Dibidik Pansus
1
-
-
-
TT
-
5
25-Jan-10
Koalisi Pengaruhi Pansus
1
N
+
N
TT
N
6
3-Feb-10
SBY Geram Soal Kerbau
1
+
+
+
TT
+
7
4-Feb-10
Demokrat Ancam Koalisi
1
+
+
+
TT
+
8
6-Feb-10
Demokrat Ingin Reshuffle
1
+
+
+
TT
+
8-Feb-10
Golkar – PKS Didesak tak ubah Sikap
1
+
+
+
TT
+
9 10
9-Feb-10
Mayoritas Salahkan Bailout
1
+
+
+
TT
+
11
17-Feb-10
Tujuh Fraksi Pecah
1
+
+
+
TT
+
12
18-Feb-10
1
-
-
-
TT
-
13
22-Feb-10
Pansus Melemah Pansus Harus Tegas
1
+
+
+
TT
+
14
23-Feb-10
Pertemuan ’Cikeas’ Batal
1
+
+
+
TT
+
15
24-Feb-10
Boediono dan Ani Bersalah
1
+
+
+
TT
+
16
25-Feb-10
Ani Boediono Merasa Benar
1
+
+
+
TT
+
17
28-Feb-10
SBY Tolak Negosiasi
1
N
N
N
TT
N
18
3-Mar-10
Ricuh
1
+
+
+
TT
+
19
4-Mar-10
Bailout Bermasalah
1
+
+
+
TT
+
20
5-Mar-10
SBY Benarkan Bailout
1
N
N
N
TT
N
21
5-Mar-10
Menteri Partai Koalisi Siap Reshuffle
1
N
N
N
TT
N
22
12-Mar-10
KPK Bantah Pecah
+
+
+
TT
+
23
21-Mar-10
Israel Teroris
+
+
+
TT
+
24
29-Mar-10
DPR ’Adili’ KPK
-
-
-
TT
-
25
4-May-10
Kasus Pajak Sistemis
1
+
+
+
TT
+
26
6-May-10
Exit Strategy Bagi Sri Mulyani
+
+
+
TT
+
27
9-May-10
Kasus Century Jalan Terus
1
N
TT
TT
TT
TT
28
11-May-10
Setgab Mandul
+
+
+
TT
+
29
17-May-10
Polri Abaikan HAM
+
+
+
TT
+
30
27-May-10
KPK Selidiki Suap BI
+
+
+
TT
+
31
14-Jun-10
TDL Gratis Bagi Kaum Miskin
+
+
+
TT
+
32
18-Jun-10
Dana Aspirasi Diloloskan
1
+
+
+
TT
+
33
21-Jun-10
PKS Menjadi Nasionalis
1
-
-
-
TT
-
34
27-Jun-10
Mega Tolak Hak Pilih TNI
1
-
-
-
TT
-
35
23-Jul-10
Jakarta Rawan Listrik
1
+
+
+
TT
+
36
23-Jul-10
Darmin Gubernur BI
+
+
+
TT
+
37
18-Aug-10
Pidato tak beri Harapan
1
N
N
N
TT
N
38
24-Aug-10
Remisi Belum akan Diubah
+
+
+
TT
+
39
17-Oct-10
Menunggu Reshuffle
+
+
+
TT
+
40
26-Nov-10
Busyro: Tak Ada Kompromi
-
-
-
TT
-
41
3-Dec-10
Indonesia Usut WikiLeaks
+
+
+
TT
+
42
17-Dec-10
+
+
+
TT
+
1 1 1
1
1 1 1 1
1 1 1 1 1
Intelijen Harus Di Awasi JUMLAH
KETERANGAN : A. MASALAH PEMBERITAAN A1 = Politik A6 = Internasional A2 = Hukum A7 = Pendidikan A3 = Ekonomi A8 = Kesehatan A4 = Pertahanan A9 = Sosial A5 = Keamanan A10 = Agama
1 29
6
3
2
1
1
0
0
0
0
B. ARAH PEMBERITAAN B1 = Citra Identitas Perusahaan (Corporate Identity) B2 = Citra Reputasi (Reputation) B3 = Citra Tingkat Mutu Pelayanan (Level of Service) B4 = Citra Penampilan Fisik Perusahaan (Physical Environment - Tangible Cues) B5 = Citra Kontak Personal (Personnel Contact)
KECENDERUNGAN ISI PEMBERITAAN TENTANG CITRA FPKS DPR RI DI HEADLINE HARIAN UMUM REPUBLIKA CODING SHEET
ANANTO
TANGGAL TERBIT
BERITA
1
5-Jan-10
Pansus Kirim Surat Imbauan Nonaktif Boediono
2
15-Jan-10
Jusuf Kalla Diabaikan
3
16-Jan-10
Pansus Tertekan
4
23-Jan-10
KSSK Dibidik Pansus
5
25-Jan-10
Koalisi Pengaruhi Pansus
6
3-Feb-10
7
4-Feb-10
8 9
NO
B. ARAH PEMBERITAAN ( + / N / - / TT-Tidak Terwakili )
A. MASALAH PEMBERITAAN 1
1
2
3
4
5
1
+
+
+
TT
+
1
+
+
+
TT
+
1
+
+
+
+
+
-
-
-
TT
-
1
N
N
N
TT
N
SBY Geram Soal Kerbau
1
+
+
+
TT
+
Demokrat Ancam Koalisi
1
+
+
+
TT
+
6-Feb-10
Demokrat Ingin Reshuffle
1
+
+
+
TT
+
8-Feb-10
Golkar – PKS Didesak tak ubah Sikap
1
+
+
+
TT
+
10
9-Feb-10
Mayoritas Salahkan Bailout
+
+
+
TT
+
11
17-Feb-10
Tujuh Fraksi Pecah
1
+
+
+
TT
+
12
18-Feb-10
1
-
-
-
TT
-
13
22-Feb-10
Pansus Melemah Pansus Harus Tegas
1
+
+
+
TT
+
14
23-Feb-10
Pertemuan ’Cikeas’ Batal
1
+
+
+
TT
+
15
24-Feb-10
Boediono dan Ani Bersalah
1
+
+
+
TT
+
16
25-Feb-10
Ani Boediono Merasa Benar
1
+
+
+
TT
+
17
28-Feb-10
SBY Tolak Negosiasi
1
-
-
-
TT
-
18
3-Mar-10
Ricuh
1
+
+
+
TT
+
19
4-Mar-10
Bailout Bermasalah
1
+
+
+
TT
+
20
5-Mar-10
SBY Benarkan Bailout
1
N
N
N
TT
N
21
5-Mar-10
Menteri Partai Koalisi Siap Reshuffle
N
N
N
TT
N
22
12-Mar-10
KPK Bantah Pecah
23
21-Mar-10
Israel Teroris
24
29-Mar-10
DPR ’Adili’ KPK
25
4-May-10
Kasus Pajak Sistemis
26
6-May-10
Exit Strategy Bagi Sri Mulyani
27
9-May-10
Kasus Century Jalan Terus
28
11-May-10
Setgab Mandul
29
17-May-10
Polri Abaikan HAM
30
27-May-10
KPK Selidiki Suap BI
31
14-Jun-10
TDL Gratis Bagi Kaum Miskin
32
18-Jun-10
Dana Aspirasi Diloloskan
33
21-Jun-10
PKS Menjadi Nasionalis
34
27-Jun-10
Mega Tolak Hak Pilih TNI
1
35
23-Jul-10
Jakarta Rawan Listrik
36
23-Jul-10
Darmin Gubernur BI
37
18-Aug-10
Pidato tak beri Harapan
38
24-Aug-10
Remisi Belum akan Diubah
39
17-Oct-10
Menunggu Reshuffle
40
26-Nov-10
Busyro: Tak Ada Kompromi
41
3-Dec-10
Indonesia Usut WikiLeaks
42
17-Dec-10
Intelijen Harus Di Awasi JUMLAH
KETERANGAN : A. MASALAH PEMBERITAAN A1 = Politik A6 = Internasional A2 = Hukum A7 = Pendidikan A3 = Ekonomi A8 = Kesehatan A4 = Pertahanan A9 = Sosial A5 = Keamanan A10 = Agama
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
1 1 1 1
+
+
+
TT
+
+
+
+
TT
+
-
-
-
TT
-
+
+
+
TT
+
N
N
N
TT
N
N
N
N
TT
N
+
+
+
TT
+
+
+
+
TT
+
+
+
+
TT
+
+
+
+
TT
+
1
+
+
+
TT
+
1
+
+
+
TT
+
-
-
-
TT
-
1
+
+
+
TT
+
+
+
+
TT
+
1
N
N
N
TT
N
+
+
+
TT
+
+
+
+
TT
+
-
-
-
TT
-
+
+
+
TT
+
+
+
+
TT
+
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 25
7
6
2
1
1
0
0
0
0
B. ARAH PEMBERITAAN B1 = Citra Identitas Perusahaan (Corporate Identity) B2 = Citra Reputasi (Reputation) B3 = Citra Tingkat Mutu Pelayanan (Level of Service) B4 = Citra Penampilan Fisik Perusahaan (Physical Environment - Tangible Cues) B5 = Citra Kontak Personal (Personnel Contact)
KECENDERUNGAN ISI PEMBERITAAN TENTANG CITRA FPKS DPR RI DI HEADLINE HARIAN UMUM REPUBLIKA CODING SHEET
NO
ROSO PRAMUJI WIDIYA HARYANTO
TANGGAL TERBIT
B. ARAH PEMBERITAAN ( + / N / - / TT-Tidak Terwakili )
A. MASALAH PEMBERITAAN
BERITA 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
1
+
+
+
TT
+
1
5-Jan-10
Pansus Kirim Surat Imbauan Nonaktif Boediono
2
15-Jan-10
Jusuf Kalla Diabaikan
1
+
+
+
TT
+
3
16-Jan-10
Pansus Tertekan
1
+
+
+
+
+
4
23-Jan-10
KSSK Dibidik Pansus
1
-
-
-
TT
-
5
25-Jan-10
Koalisi Pengaruhi Pansus
1
+
+
+
TT
+
6
3-Feb-10
SBY Geram Soal Kerbau
1
+
+
+
TT
+
7
4-Feb-10
Demokrat Ancam Koalisi
1
+
+
+
TT
+
8
6-Feb-10
Demokrat Ingin Reshuffle
1
+
+
+
TT
+
9
8-Feb-10
Golkar – PKS Didesak tak ubah Sikap
1
+
+
+
TT
+
10
9-Feb-10
Mayoritas Salahkan Bailout
1
+
+
+
TT
+
11
17-Feb-10
Tujuh Fraksi Pecah
1
+
+
+
TT
+
12
18-Feb-10
1
-
-
-
TT
-
13
22-Feb-10
Pansus Melemah Pansus Harus Tegas
1
+
+
+
TT
+
14
23-Feb-10
Pertemuan ’Cikeas’ Batal
1
+
+
+
TT
+
15
24-Feb-10
Boediono dan Ani Bersalah
1
+
+
+
TT
+
16
25-Feb-10
Ani Boediono Merasa Benar
1
+
+
+
TT
+
17
28-Feb-10
SBY Tolak Negosiasi
1
N
TT
TT
TT
TT
18
3-Mar-10
Ricuh
1
+
+
+
TT
+
19
4-Mar-10
Bailout Bermasalah
1
+
+
+
TT
+
20
5-Mar-10
SBY Benarkan Bailout
1
N
TT
TT
TT
TT
21
5-Mar-10
Menteri Partai Koalisi Siap Reshuffle
1
N
TT
TT
TT
TT
22
12-Mar-10
KPK Bantah Pecah
23
21-Mar-10
Israel Teroris
24
29-Mar-10
DPR ’Adili’ KPK
25
4-May-10
Kasus Pajak Sistemis
26
6-May-10
Exit Strategy Bagi Sri Mulyani
1 1 1
+
+
+
TT
+
+
+
+
TT
+
-
-
-
TT
-
+
+
+
TT
+
1
+
+
+
TT
+
1
27
9-May-10
Kasus Century Jalan Terus
1
N
TT
TT
TT
TT
28
11-May-10
Setgab Mandul
1
+
+
+
TT
+
29
17-May-10
Polri Abaikan HAM
+
+
+
TT
+
30
27-May-10
KPK Selidiki Suap BI
+
+
+
TT
+
31
14-Jun-10
TDL Gratis Bagi Kaum Miskin
+
+
+
TT
+
32
18-Jun-10
Dana Aspirasi Diloloskan
1
+
+
+
TT
+
33
21-Jun-10
PKS Menjadi Nasionalis
1
-
-
-
TT
-
34
27-Jun-10
Mega Tolak Hak Pilih TNI
-
-
-
TT
-
35
23-Jul-10
Jakarta Rawan Listrik
+
+
+
TT
+
36
23-Jul-10
Darmin Gubernur BI
37
18-Aug-10
Pidato tak beri Harapan
38
24-Aug-10
Remisi Belum akan Diubah
39
17-Oct-10
Menunggu Reshuffle
40
26-Nov-10
Busyro: Tak Ada Kompromi
41
3-Dec-10
Indonesia Usut WikiLeaks
42
17-Dec-10
Intelijen Harus Di Awasi JUMLAH
KETERANGAN : A. MASALAH PEMBERITAAN A1 = Politik A6 = Internasional A2 = Hukum A7 = Pendidikan A3 = Ekonomi A8 = Kesehatan A4 = Pertahanan A9 = Sosial A5 = Keamanan A10 = Agama
1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
4
4
3
B. B1 B2 B3 B4 B5
1
1
0
0
0
+
+
+
TT
+
N
N
N
TT
N
+
+
+
TT
+
+
+
+
TT
+
-
-
-
TT
-
+
+
+
TT
+
+
+
+
TT
+
0
ARAH PEMBERITAAN = Citra Identitas Perusahaan (Corporate Identity) = Citra Reputasi (Reputation) = Citra Tingkat Mutu Pelayanan (Level of Service) = Citra Penampilan Fisik Perusahaan (Physical Environment - Tangible Cues) = Citra Kontak Personal (Personnel Contact)
KECENDERUNGAN ISI PEMBERITAAN TENTANG CITRA FPKS DPR RI DI HEADLINE HARIAN UMUM REPUBLIKA (Berdasarkan Persetujuan Antar Koder) B. ARAH PEMBERITAAN (POSITIF/NETRAL/NEGATIF) NO
TANGGAL TERBIT
BERITA
A. MASALAH PEMBERITAAN Hartono
Ananto
S
Corporate Identity
TS
Hartono
Ananto
S
Reputation TS
Hartono
Ananto
Level of Service S
TS
Hartono
Ananto
S
Personnel Contact
Phisycal Environment TS
Hartono
Ananto
S
TS
Hartono
Ananto
S
1
5-Jan-10
Pansus Kirim Surat Imbauan Nonaktif Boediono
2
15-Jan-10
Jusuf Kalla Diabaikan
3
16-Jan-10
Pansus Tertekan
1
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
+
+
4
23-Jan-10
KSSK Dibidik Pansus
1
1
1
-
-
1
-
-
1
-
-
1
TT
TT
1
-
-
1
5
25-Jan-10
Koalisi Pengaruhi Pansus
1
1
1
N
N
1
+
N
N
N
1
TT
TT
1
N
N
1
6
3-Feb-10
SBY Geram Soal Kerbau
1
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
7
4-Feb-10
Demokrat Ancam Koalisi
1
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
8
6-Feb-10
Demokrat Ingin Reshuffle
1
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
9
8-Feb-10
Golkar – PKS Didesak tak ubah Sikap
1
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
1
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
1
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1 1
1
1
10
9-Feb-10
Mayoritas Salahkan Bailout
1
3
11
17-Feb-10
Tujuh Fraksi Pecah
1
1
1
1
1
-
-
1
-
-
1
-
-
1
TT
TT
1
-
-
1
1
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
TS
12
18-Feb-10
13
22-Feb-10
Pansus Melemah Pansus Harus Tegas
14
23-Feb-10
Pertemuan ’Cikeas’ Batal
1
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
15
24-Feb-10
Boediono dan Ani Bersalah
1
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
16
25-Feb-10
Ani Boediono Merasa Benar
1
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
17
28-Feb-10
SBY Tolak Negosiasi
1
1
1
N
-
N
-
N
-
TT
TT
1
N
-
18
3-Mar-10
Ricuh
1
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
TT
TT
1
+
+
19
4-Mar-10
Bailout Bermasalah
1
3
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
20
5-Mar-10
SBY Benarkan Bailout
1
3
1
N
N
1
N
N
1
N
N
1
TT
TT
1
N
N
1
21
5-Mar-10
Menteri Partai Koalisi Siap Reshuffle
1
1
1
N
N
1
N
N
1
N
N
1
TT
TT
1
N
N
1
22
12-Mar-10
KPK Bantah Pecah
2
2
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
23
21-Mar-10
Israel Teroris
6
6
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
24
29-Mar-10
DPR ’Adili’ KPK
1
1
1
-
-
1
-
-
1
-
-
1
TT
TT
1
-
-
1
25
4-May-10
Kasus Pajak Sistemis
2
2
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
26
6-May-10
Exit Strategy Bagi Sri Mulyani
1
1
1
+
N
+
N
1
+
N
1
TT
TT
1
+
N
1
27
9-May-10
Kasus Century Jalan Terus
2
2
1
N
N
1
TT
N
1
N
1
TT
TT
1
TT
N
1
28
11-May-10
Setgab Mandul
1
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
29
17-May-10
Polri Abaikan HAM
5
5
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
30
27-May-10
KPK Selidiki Suap BI
2
2
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
31
14-Jun-10
TDL Gratis Bagi Kaum Miskin
3
3
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
32
18-Jun-10
Dana Aspirasi Diloloskan
1
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
33
21-Jun-10
PKS Menjadi Nasionalis
1
1
1
-
+
-
+
-
+
TT
TT
1
-
+
34
27-Jun-10
Mega Tolak Hak Pilih TNI
1
1
1
-
-
-
-
-
-
TT
TT
1
-
-
35
23-Jul-10
Jakarta Rawan Listrik
3
3
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
36
23-Jul-10
Darmin Gubernur BI
1
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
37
18-Aug-10
Pidato tak beri Harapan
3
3
1
N
N
1
N
N
1
N
N
1
TT
TT
1
N
N
1
38
24-Aug-10
Remisi Belum akan Diubah
2
2
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
39
17-Oct-10
Menunggu Reshuffle
1
1
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
40
26-Nov-10
Busyro: Tak Ada Kompromi
2
2
1
-
-
1
-
-
1
-
-
1
TT
TT
1
-
-
1
41
3-Dec-10
Indonesia Usut WikiLeaks
4
4
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
1
42
17-Dec-10
Intelijen Harus Di Awasi
4
4
1
+
+
1
+
+
1
+
+
1
TT
TT
1
+
+
JUMLAH
39
3
1
1
1 1
39
3
1
1 1
37
5
1 1
1 1
38
4
42
0
1 1
1
1 1
1 38
4
(1) Pansus Kirim Surat Imbauan Nonaktif Boediono Republika (Headline), Selasa 5 Januari 2010. JAKARTA — Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket Century DPR tetap mengirim surat imbauan nonaktif kepada Wakil Presiden Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam pemeriksaan kasus Century kepada pimpinan DPR. Padahal, sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai imbauan tersebut tidak perlu. ‘’Kami sudah mengirim surat imbauan tersebut ke pimpinan DPR,’‘ kata Ketua Pansus Idrus Marham, Senin (4/1) pagi. Tapi, hingga petang kemarin, pimpinan DPR mengaku belum menerima surat dari ketua pansus. Idrus menjelaskan, surat itu hanya berupa surat imbauan kepada yang bersangkutan. ‘’Dan bukan surat yang akan di layangkan kepada Presiden SBY untuk menonaktifkan Boediono dan Sri Mulyani,’‘ ujar Idrus. Artinya, kata dia, imbauan dimaksud sebagai kesadaran dari kedua pejabat negara tersebut karena tiga hal. Yakni, moral, akuntabilitas, serta keteladanan pejabat, dan merespons suasana kebatinan masyarakat. ‘’Bentuknya bisa cuti atau izin selama proses pemeriksaan,’‘ ujar politikus Partai Golkar ini. Ketua DPR Marzuki Alie mengaku belum menerima surat tersebut. ‘’Belum ada’‘ Namun, Marzuki menegaskan, kalau memang pansus mengirim surat nonaktif kepada pejabat, maka tindak lanjut imbauan kepada terperiksa itu harus melalui sidang paripurna. Idrus dapat memahami keputusan pimpinan DPR. Tapi, anggota pansus dari FPKS, Andi Rahmat, tidak sependapat kalau masalah ini harus dibawa terlebih dahulu ke sidang paripurna. ‘’Ini kan hanya imbauan, pakai mekanisme surat biasa dan bukan otoritas paripurna,’‘ kata Andi. Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Media Massa, Yopie Hidayat, mengatakan, tidak ada satu pun alasan untuk menonaktifkan Boediono. ‘’Karena nggak ada alasannya sama sekali,’‘ ujar Yopie kepada Republika. Menurutnya, ada tiga alasan Boediono tidak perlu merespons imbauan pansus. Pertama, penyelidikan kasus Century adalah proses politik terhadap kebijakan pemerintah yang sangat berbeda dengan proses hukum. Kedua, proses pemeriksaan di pansus tidak mengganggu kinerja Boediono sebagai wapres. ‘’Alasan ketiga, tak ada wewenang paksa undang-undang untuk Boediono menonaktifkan diri,’‘ tandasnya. Peneliti senior Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi, berpendapat, imbauan pansus akan terbentur prosedur formal. ‘’Sebab, Presiden menjalankan tipe kepemimpinan prosedural,’‘tuturnya. ■ m ikhsan/eh ismail/andri s/palupi aa, ed: zakyah
(2) Jusuf Kalla Diabaikan Republika (Headline), Jum’at 15 Januari 2010. JAKARTA — Mantan Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengaku tidak pernah diberi laporan oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan dan Bank Indonesia terkait keputusan pemberian dana talangan (bailout) Bank Century November 2008. ‘’Menkeu dan Gubernur Bank Indonesia tidak pernah menghubungi saya antara 13 November sampai 25 November 2008. Mereka baru melapor setelah putusan bailout diambil,’‘ ujar Jusuf Kalla, dalam pemeriksaan Pansus Angket Century di DPR, Jakarta, Kamis (14/1). Menurut Kalla, saat menerima laporan pada 25 November itu, dia kaget dan langsung memarahi Menkeu dan Gubernur BI, Boediono. ‘’Saya marah betul kenapa itu bisa terjadi, dan saya minta Boediono untuk melaporkan Robert Tantular (pemilik
Century) ke Mabes Polri,’‘ ujarnya. Namun, masih menurut Kalla, Boediono mengaku tak bisa melaporkan ke polisi lantaran tak memiliki dasar hukum. Keterangan ini berbeda dengan penjelasan Menteri Keuangan Sri Mulyani pada pemeriksaan Pansus, Rabu (13/1). Menkeu mengaku melaporkan kebijakan bailout me lalui pesan pendek (SMS) kepada Presiden dan diteruskan pada Wapres pada 21 November 2008. Pada 25 November 2008, Menkeu bersama Gubernur BI melapor secara lisan kepada Kalla. Selain itu, Surat Menkeu kepada SBY tertanggal 29 Agustus 2009 menyebutkan mantan wapres Jusuf Kalla sudah mengetahui keputusan bailout Century pada 22 November 2008, sehari setelah keputusan bailout. Tapi, Kalla membantah surat tersebut. ‘’Saya protes. Dia (menkeu) lapor ke saya 25 November, bukan 22 November,’‘ terang Kalla. Anggota Pansus dari FPKS, Andi Rahmat, menanyakan apakah Kalla merasa Sri Mulyani melakukan fait accompli melalui surat tersebut. Menurut Kalla, jika memang ada kesengajaan dia meminta Menkeu meminta maaf. Sementara itu, anggota Pansus dari Fraksi PDIP, Gayus Lumbuun, menilai langkah Menkeu Sri yang tidak melaporkan kejadian penting kepada Kalla selaku Presiden ad interim adalah bentuk pelanggaran. ■ andri s/palupi aa/antara, ed: zakyah
(3) Pansus Tertekan Presiden SBY bantah menekan parpol anggota koalisi. Republika (Headline), Sabtu 16 Januari 2010. JAKARTA — Sebagian anggota Pansus Angket Century mengaku telah mendapatkan beragam bentuk tekanan terkait proses pemeriksaan terhadap para saksi. Mulai dari upaya mengungkap kasus lama sampai penggantian anggota pansus. Andi Rahmat, anggota pansus dari FPKS, membenarkan adanya upaya membuka kasus lama yang menyeret dirinya. Tapi, menurutnya, hal itu tak berdampak. ‘’Karena itu, kasus lama sudah selesai.’‘ Namun, dia tak menampik menerima banyak ancaman dan intimidasi. ‘’Teguran (dari partai) tidak ada. Tapi, kalau ancaman melalui SMS, banyak,’‘ katanya, Jumat (15/1), di Jakarta. Dua anggota pansus dari FPKB, Marwan Ja’far dan Anna Muawanah, bahkan pada Rabu (13/1) sudah diganti. Fraksi PAN juga mengganti Chandra Tirta Widjaya. Salah satu fungsionaris parpol anggota koalisi yang tak mau menyebut namanya, mengaku partainya mendapat instruksi supaya ‘mengamankan’ pansus. Instruksi ini, lanjutnya, disikapi pimpinan parpol dengan mengganti kadernya di pansus. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, melalui Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, juga mengkritik pansus terkait etika para anggotanya. Presiden, kata Tifatul, mengaku prihatin terhadap etika anggota Pansus Century dalam memeriksa saksi, seperti Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani. ‘’Beliau prihatin sekali terhadap anggota pansus yang kurang etis bertanya,’‘ tutur Tifatul, Kamis (14/1). Ketua DPR, Marzuki Alie membenarkan. "Setiap pertanyaan dijawab, langsung dipotong. Ini tak proporsional," kata Marzuki. Menurutnya cara anggota pansus bertanya cenderung menginterogasi, dan harus dikoreksi. "Saya meminta panitia angket bekerja secara profesional sehingga mendapat keterangan substantif," kata Marzuki. Anggota pansus, Bambang Soesatyo, mengatakan pernyataan Presiden SBY itu bisa saja salah satu upaya menekan pansus. Soal etika pertanyaan, Bambang menilai, yang tidak etis hanyalah beberapa anggota. Secara umum pertanyaan anggota dinilainya wajar serta mengedepankan etika. Ganjar Pranowo, anggota pansus dari FPDIP, menambahkan, selain pernyataan Presiden, penarikan anggota, pengungkapan dosa anggota pansus, serta pengacau di dalam pemeriksaan, masih ada bentuk tekanan lain. “Yaitu, isu evaluasi parpol koalisi,
penerbitan ‘buku putih’ skandal Century, dan pemuatan iklan yang membenarkan langkah bailout.” Juru Bicara Kepresidenan, Julian A Pasha, membantah keprihatinan Presiden SBY atas etika anggota pansus merupakan bentuk peringatan atau tekanan. ‘’Tak ada warning. Tapi itulah kesan yang dirasakan,” ujar Julian. Ketua Pansus Century, Idrus Marham, melontarkan pendapat senada. Menurutnya, pelemahan pansus dalam rapat internal maupun pemeriksaan belum terjadi. ‘’Sebagai pimpinan pansus, belum lihat ada (pelemahan) itu. Semua rapat sesuai alur,’‘ jelas Idrus. Pengamat politik UI, Indra Jaya, menilai, rencana Presiden yang akan melakukan evaluasi terhadap koalisi merupakan peringatan agar koalisi terus menjaga kekompakan. ‘’Evaluasi ini merupakan tekanan politik,’‘ ujarnya. Boni Hargens, pengamat politik UI, meminta pansus tetap dikawal supaya tak lemah hingga akhir. Sebab, kata dia, mungkin sudah ada deal untuk menekan parpol anggota koaliasi. ‘’Bisa saja deal dengan reshuffle kabinet,’‘ paparnya. ■ palupi aa/dewo/eh ismail/andri s/antara/ m ikhsan s, ed: zakyah
(4) KSSK Dibidik Pansus Antarfraksi terbelah soal kebijakan bailout. Republika (Headline), Sabtu 23 Januari 2010. JAKARTA — Panitia Khusus (Pansus) Angket Century DPR sedang merumuskan kesimpulan sementara hasil pemeriksaan terhadap saksi-saksi dan sejumlah ahli ekonomi. Hasil kesimpulan sementara ini akan dimatangkan dalam rapat pleno Pansus pada Senin (25/1). Mantan anggota Komisi XI DPR yang juga saksi ahli Pansus, Dradjad H Wibowo, menilai, kesimpulan Pansus akan mengarah pada Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam penggelontoran dana bailout ke Bank Century (BC). ‘’KSSK-lah yang paling bertanggung jawab soal bailout BC. Ini mungkin salah satu kesimpulan Pansus,’‘ kata Dradjad, di Jakarta, Jumat (22/1). Ekonom senior itu kembali menjelaskan sejumlah kejanggalan proses bailout kebank milik Robert Tantular itu. Pertama, kata dia, KSSK belum memiliki dasar hukum tetap karena DPR menolak Peraturan Pengganti Undang-Undang (Perppu) soal KSSK. ‘’Dengan demikian, keberadaannya tidak sah, begitu pula putusan-putusannya.’‘ Kedua, lanjutnya, tidak ada plafon biaya untuk menyelamatkan BC. Ketiga, Dradjad menganggap pemerintah serius mengkaji opsi-opsi lain untuk BC. ‘’KSSK hanya terpaku pada dua opsi, yaitu mematikan bank atau menyuntik dana segar,’‘ bebernya. Wakil Ketua Pansus Century, Gayus Lumbuun, mengungkapkan pengambilan ke putusan rekomendasi dalam rapat paripurna dilakukan secara voting. Sebab, fraksi-fraksi di Pansus terbelah pandangan antara yang menilai kebijakan bailout adalah pelanggaran dan bukan pelanggaran. ‘’Akan ada dua kelompok fraksi, tapi saya tidak khawatir karena komitmen bersamanya adalah untuk membongkar kasus ini. Ada yang menilai pelanggaran, tidak, dan masih ragu-ragu. Jika itu yang terjadi, maka voting diambil,’‘ kata Gayus, di DPR. Fraksi PDIP, Fraksi Partai Gerindra, dan Fraksi Partai Hanura termasuk yang sementara ini menilai adanya pelanggaran terhadap kebijakan bailout. ‘’Ketiga fraksi kompak menilai kebijakan bailout tidak memiliki dasar hukum,’‘ kata anggota Pansus dari FPDIP, Eva Kusuma Sundari. Fraksi PD, Fraksi PPP, Fraksi PKB, dan Fraksi PAN sepakat menilai pengambilan kebijakan bailout adalah sah. ‘’Bailout itu sudah benar,’‘ kata M Thoha, dari FPKB. Jika akibat dari pengucuran bailout tersebut diduga terjadi pelanggaran, katanya, hal itulah yang harus diproses hukum.
Selanjutnya, kelompok ketiga ditempati Fraksi Partai Golkar dan Fraksi Partai Keadilan Sejahtara (PKS). Hingga kini, mereka berada dalam ‘wilayah abu-abu’. Ketua Pansus Century, Idrus Marham yang juga anggota FPG, menjelaskan, Partai Golkar tidak akan mengambil keputusan selama proses penyelidikan masih berlangsung. ‘’Kami fokus pada data dan fakta. Kalau nantinya memang ada yang harus bertanggung jawab berdasarkan data dan fakta selama pemeriksaan, itu konsekuensi,’‘ kata Idrus. Gayus mengaku tidak mengkhawatirkan terbelahnya sikap fraksi-fraksi di atas. Jika nantinya ada perbedaan pendapat antar fraksi di Pansus akan rumusan hingga rekomendasi, kata Gayus, dia akan mengusulkan pengelompokan. Yakni, lanjutnya, pengelompokan fraksi yang mempersalahkan kebijakan menjadi pidana dan korupsi; fraksi yang menganggap kebijakan bailout itu sah; dan kelompok fraksi yang menilai gabungan keduanya. ‘’Saya berharap kesimpulan sementara ini bisa dibawa ke Badan Musyawarah (Bamus) untuk dijadwalkan di Rapat Paripurna DPR pada 4 Februari 2010,’‘ katanya. ■ ed: zakyah
(5) Koalisi Pengaruhi Pansus Keputusan anggota dan fraksi sangat mungkin beda dalam kesimpulan. Republika (Headline), Senin 25 Januari 2010. JAKARTA — Fraksi partai koalisi pemerintah disinyalir memengaruhi keputusan penyusunan kesimpulan sementara Panitia Khusus (Pansus) Angket Century yang digelar Senin ini (25/1). Alasannya, 23 dari 30 anggota Pansus berasal dari partai koalisi. ‘’Saya tidak yakin Pansus hasilkan sesuatu yang dibutuhkan publik,’‘ ujar peneliti hukum Indonesia Corruption Watch (ICW), Febri Diansyah, di Jakarta, Ahad (24/1). Menurut Febri, karena jumlah anggota Pansus dari koalisi cukup banyak, tekanan untuk mengamankan kebijakan pemberian dana talangan (bailout) Bank Century sangat kental. ‘’Prediksi saya, sekitar 40 persen anggota Pansus telah ‘masuk angin’,’‘ katanya. Ia mewanti-wanti ada upaya pembelokan rekomendasi dan wacana hasil keputusan sementara Pansus diarahkan ke kasus perbankan. ‘’Ada gejala ditangani dengan UU Perbankan,’‘ ujar Febri. Jika Pansus memutuskan ke arah sana, nantinya yang terjerat hanya petinggi dan pengurus bank. UU Perbankan, katanya, juga rentan dilarikan pada urusan administrasi. Febri pun meragukan kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Menurutnya, KPK perlu mempertajam sejumlah alat bukti terkait pengambil kebijakan KSSK dan Gubernur BI saat itu. ‘’Bukan hanya pengawasan BI dan eksekutor KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan). Kalau ada pembelokan ke UU Perbankan, KPK harus tegakkan UU Tipikor,’‘ tandas Febri. Anggota Pansus dari FPG, Bambang Soesatyo, juga menilai adanya indikasi tirani partai koalisi mulai masuk Pansus. ‘’Pada penyampaian kesimpulan sementara nanti ada upaya membelokkan Pansus dengan mempermaklumkan pemerintah,’‘ bebernya. Ia mengungkap berbagai kejanggalan untuk menggembosi Pansus. Indikasi itu terlihat dari digantinya beberapa anggota Pansus beberapa waktu lalu. Serta, sulitnya usaha Pansus untuk mendapatkan dokumen dari Departemen Keuangan. ‘’Di antara anggota Pansus ada pro-kontra bailout. Saya harap saat ketuk palu rapat pleno, lima fraksi dalam Pansus kompak mengungkap kasus BC sesuai fakta dan data,’‘ tegasnya. Terkait kesimpulan sementara, Bambang mengungkap adanya aroma konflik kepentingan dalam penyaluran Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP) di Bank Indonesia dan Penyertaan Modal Sementara (PMS) dari KSSK. Pasalnya, kata dia, pengacara Depkeu, Arif Surowidjojo, ternyata merupakan pengacara salah satu deposan
terbesar BC, Budi Sampoerna, sekaligus Sampoerna Foundation. ‘’Ada motif menyelamatkan deposito Budi senilai Rp 1,5 triliun,’‘ ujarnya. Pansus, lanjut Bambang, juga telah menelusuri praktik canggih dalam penyaluran dana untuk deposan BC. Yakni, dengan menggunakan deposito fiktif dengan nama beberapa orang tanpa ada bukti setor. ‘’KPK harus telusuri deposito itu, jangan tergantung konstalasi politik,’‘ ujarnya. Anggota Pansus dari Fraksi PKS, Mukhammad Misbakhun, mengatakan, secara pribadi dia menganggap status BC sebagai bank berdampak sistemis sehingga pemberian dana bailout Rp 6,7 triliun adalah keliru. ‘’Sikap saya, BC tidak berdampak sistemis. Meski terjadi krisis, tetapi tidak sebesar yang dilaporkan,’‘ katanya. Ia juga menilai, patut diduga Gubernur BI ketika itu, Boediono, dan Menkeu Sri Mulyani membuat kebijakan yang salah. Meski menyatakan sikap ini merupakan sikap politik pribadi, namun Misbakhun berpendapat sikap fraksinya mirip dengan apa yang ia simpulkan. ‘’Tidak akan jauh dari itu,’‘ bebernya. Anggota Pansus dari FPPP, M Romahur muzy, mengatakan, keputusan anggota dan fraksi sangat mungkin berbeda. Sebab, kata Romahurmuzy, angket bekerja menggunakan pendekatan anggota. ‘’Bukan pendekatan fraksi. Usulan angket pun bukan berdasarkan fraksi,’‘ kata dia. Bagi PPP, tegas dia, kebenaran berada di atas koalisi. ‘’Koalisi tidak dibentuk untuk menutupi kebenaran.’‘ Ketua Fraksi PKS, Mustafa Kamal, mengatakan, fraksinya belum dapat mengambil kesimpulan atas hasil sementara Pansus. ‘’Karena masih menunggu pendalaman,’‘ terang Mustafa. Ketua Fraksi PDIP, Tjahjo Kumolo, menilai, seharusnya Pansus sudah bisa membuat sebuah kesimpulan sementara. KPK, menurutnya, juga harus cepat mengambil alih penyelidikan kasus BC karena dari hasil penelusuran Pansus sudah terlihat indikasi pelanggaran hukum dan penyalahgunaan wewenang. Penasihat KPK, Abdullah Hehamahua, meminta publik bersabar menunggu proses penyelidikan Century di KPK. ‘’Prosesnya belum sebulan. Tapi, kita telah memanggil beberapa orang dari pengawasan BI, Bank Century, dan Lembaga Penjamin Simpanan,” ucapnya. ■ palupi aa/m ikhsan s/c01/antara/indah w, ed: zakyah
(6) SBY Geram Soal Kerbau Aksi unjuk rasa menjadi topik pembahasan rapat kerja. Republika (Headline), Rabu 3 Februari 2010. JAKARTA — Kesekian kalinya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono gusar. Aksi unjuk rasa yang digelar pada 28 Januari 2010 menyambut 100 hari kinerja pemerintahan menyinggung perasaan SBY. Foto dirinya dibakar para demonstran dan ia disamakan dengan kerbau. ‘’Ada unjuk rasa dengan loudspeaker besar sekali, teriak SBY maling, Boediono maling, menteri-menteri maling. Tidak bisa diapa-apakan. Ada yang bawa kerbau, SBY badannya besar, malas, dan bodoh seperti kerbau,’’ ujar Presiden di Istana Kepresidenan, Cipanas, Selasa (2/2). Kegusaran Presiden dicurahkannya saat ia memberikan pengarahan dalam Rapat Kerja dengan gubernur seluruh Indonesia dan anggota Kabinet Indonesia Bersatu II. Presiden meminta aksi unjuk rasa seperti itu menjadi salah satu topik pembahasan dalam rapat kerja tersebut. Menurut Presiden, unjuk rasa dijamin kebebasannya, namun harus sesuai dengan pranata sosial, hukum, dan kepantasan. ‘’Mari kita bicarakan dengan baik tanpa mengganggu demokrasi itu sendiri,’’ ujarnya. Ini bukan kali pertama Presiden menyinggung aksi demo. Ketika demonstrasi pada 28 Januari 2010 berlangsung, Presiden berada di Pandeglang untuk meresmikan proyek infrastruktur kelistrikan. Ketika itu, Presiden menegaskan bahwa unjuk rasa harus
disampaikan secara santun dan sesuai dengan koridor hukum yang berlaku. ‘’Silakan dibahas dengan pikiran yang jernih untuk menyelamatkan demokrasi kita, untuk menyelamatkan budaya kita, untuk menyelamatkan peradaban bangsa,’’ katanya. Menurut Presiden, dunia luar bisa melihat apa yang terjadi di Indonesia dengan bantuan teknologi. Anggota DPR dari Partai Keadilan Sejahtera, Misbakhun, menilai Presiden seharusnya tak perlu mengomentari soal kerbau yang disamakan demonstran dengan SBY. ‘’Begitu saja kok dikomentari,’’ ujarnya, Selasa (2/2). ‘’Ini kan era demokrasi.’’ Pengamat politik Universitas Indonesia, Boni Hargens, juga mempunyai pendapat yang sama. Ia menegaskan, SBY tak paham esensi demokrasi. ‘’Presiden juga tidak bisa menjelaskan posisinya sebagai pribadi dan presiden,’’ ujar Boni. Pakar komunikasi Gun Gun Heryanto berharap SBY menahan komentarnya dan menganggap penggunaan simbol kerbau sebagai sebuah kritik. Gun Gun berpendapat, dengan dikomentarinya penggunaan kerbau dalam aksi unjuk rasa tersebut, maka SBY membuka adanya proses diskursus di tengah masyarakat. ‘’Masyarakat tadinya tidak tahu mengenai kerbau tersebut. Tapi, ketika dikomentari, maka terjadi news framing. Diperbincangkan di media dan masyarakat.’’ Namun, anggota DPR dari Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, mengatakan, kritik atas Presiden dan Wakil Presiden sebaiknya dilakukan dengan cara yang patut. ‘’Kalau caranya tidak patut itu bukan kritik,’’ ujarnya. Menyamakan Presiden dengan seekor kerbau dikatakan Anas tidak bisa dikategorikan kritik. ‘’Itu lebih pada kebencian,’’ katanya. Sementara demokrasi harusnya dijauhkan dari tendensi kebencian yang tak patut. Anas mengaku memahami sikap SBY yang kesal pada aksi itu. ■ ikhsan/indira/ratna p ed: irwan one
(7) Demokrat Ancam Koalisi PD menilai partai pendukung koalisi sudah berlebihan. Republika (Headline), Kamis 4 Februari 2010. JAKARTA — Partai Demokrat (PD) menginginkan sanksi bagi partai politik (parpol) koalisi pemerintah yang tak sejalan dengan arah koalisi. Indikasinya menguat wacana pemakzulan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun, keputusan sanksi mutlak berada di tangan SBY selaku Ketua Dewan Pembina PD. Demikian dikatakan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat, Amir Syamsudin, dan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Achmad Mubarok, secara terpisah, di Jakarta, Rabu (3/2). ‘’Saya sangat mengharapkan adanya sanksi bagi partai koalisi tersebut, namun itu bergantung pada Pak SBY,’’ kata Amir, kepada Republika. Seyogianya, partai koaliasi, kata Amir, bahu membahu membantu pemerintah di tengah kondisi krisis saat ini, ketika lembaga-lembaga negara dilecehkan sekelompok orang. Amir juga mengeluhkan solidaritas partai koalisi, sebab dia belum pernah mendengar atau melihat wujud komitmen dukungan partai koalisi ketika ada kelompokkelompok yang melecehkan lembaga-lembaga negara, khususnya Presiden. ‘’Justru mereka bukan mendinginkan situasi, tapi malah memanas-manasinya,’’ ucap Amir. Mubarok menambahkan, PD memang menilai partai koaliasi sudah berlebihan. Dari melemparkan isu bola liar pemakzulan di Panitia Khusus Angket Century, tidak mendukung stabilisasi pemerintah, hingga tidak ikut meredam upaya mengganggu kehormatan pemerintah khususnya kepada presiden. Karena itu, PD, tandas Mubarok, sedang menyusun mekanisme sanksi bagi partai koaliasi. Tentunya, setiap partai koalisi memiliki hitungan politik sendiri terkait proses di Pansus. Meskipun, lanjut dia, hitungan politik tersebut tetap bersandar pada tanggung jawab menjaga kehidupan kenegaraan yang berkesinambungan.
Ketika ditanya apakah sanksinya berupa pencopotan (reshuffle) menteri di Kabinet Indonesia Bersatu II dari partai koaliasi, Mubarok menjawab, ‘’Bentuknya macammacam.’’ Mubarok menjelaskan, sebelum diberi penetapan sanksi, PD akan memberikan teguran secara tertulis terhadap semua partai pendukung koalisi. Kemudian, menggelar pertemuan bersama untuk mengonfirmasi kondisi terakhir di tiap-tiap partai koalisi. Namun anggota Pansus dari Fraksi PKS, Fachri Hamzah, menilai, pernyataan Amir Syamsuddin sebagai pernyataan ngawur. ‘’Dalam koalisi tidak ada subordinasi, memang dia (Amir) siapa bisa kasih sanksi ke orang lain,’’ kata Fachri. Fachri menegaskan, koalisi yang dibangun PKS bersama Partai Demokrat adalah untuk membangun pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih. Proses penyelidikan kasus Century oleh Pansus, tegasnya, mendukung program tersebut. Ketua DPP Partai Golkar yang juga Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso, menegaskan, koalisi bukan berarti Golkar harus selalu membebek pada kemauan PD. Priyo mengakui, tidak terlalu merisaukan ancaman sanksi terhadap partai koalisi. ‘’Ada pelanggaran kasus Century, sehingga Golkar akan membiarkan apa adanya,’’ tegasnya. Sementara itu, organisasi sayap Partai Persatuan Pembangunan, yakni Persaudaraan Muslim Indonesia (Parmusi) mendesak PPP keluar dari koalisi jika dinilai tidak menguntungkan. Terutama, kasus politisasi penetapan ketua MPP PPP yang juga mantan menteri sosial, Bachtiar Chamsyah, sebagai tersangka kasus dugaan korupsi impor sapi. ‘’Kalau memang tanda ke arah politisasi sangat kuat, saya mendesak supaya pimpinan pusat Parmusi meminta PPP menarik diri dari koalisi. Tidak ada manfaatnya kalau begini,’’ tegas ketua Parmusi, Lukman Hakim. Menurut Akbar Tanjung, ketua Dewan Penasihat Golkar, PG tidak pernah berniat untuk melakukan pemakzulan kepada Presiden SBY maupun Wapres Boediono. ‘’Sebab, bagaimanapun Golkar adalah partai koalisi yang selalu siap memberikan dukungan bagi pemerintahan kini,’’ katanya. Pengamat politik dari UI, Boni Hargens, menilai, kalaupun ada sanksi, maka reshuffle kabinet menjadi senjata pamungkas Presiden SBY untuk menertibkan partai berkoalisi. ‘’Reshuffle kabinet, kartu truf Presiden dalam menertibkan kawan-kawan koalisi di Pansus,’’ kata Boni. ■ andri s/rosyid n/yasmina h ed: zakyah
(8) Demokrat Ingin Reshuffle PPP dan Golkar siap jika ada perombakan kabinet Republika (Headline), Sabtu 6 Februari 2010. JAKARTA — Gerah dengan partai koalisi, pimpinan Partai Demokrat mengusulkan adanya reshuffle kabinet. Usulan ini dilontarkan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Amir Syamsuddin, di Gedung DPR, Jumat (5/2). Menurut Amir, usulan tersebut disampaikannya ketika menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Pimpinan Partai Demokrat diwakili Amir bersama Anas Urbaningrum (ketua PD/ketua Fraksi PD DPR) dan Muhammad Jafar Hafsah (ketua PD/wakil ketua Komisi IV DPR) pada Kamis (4/2), pukul 13.00 di Istana Negara. ‘’Saat itu kami menghadap Presiden untuk melaporkan perkembangan kasus Bank Century,’’ kata Amir. Dalam pertemuan tersebut, Amir meminta Presiden untuk mencopot menterimenteri dari partai anggota koalisi yang dinilai sudah tidak sejalan. Menurut Amir, Presiden berkata, ‘’Akan mempertimbangkannya dengan sebaikbaiknya.’’ Amir meminta usulan perombakan kabinet tidak dianggap sebagai trik. Apalagi, menurut Amir, beberapa hari sebelum itu ia bertemu dengan Anis Matta, sekjen PKS. Saat itu, menurut Amir, Anis meyakinkan bahwa apa yang dilakukan PKS sesuai arahan SBY.
Berbeda dengan Amir, Ketua DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, tetap meminta partai koalisi pendukung pemerintah untuk kompak. ‘’Spirit Partai Demokrat adalah agar peserta koalisi konsisten dan konsekuen dengan kontrak koalisi,’’ kata Anas, kepada Republika, Jumat (5/2). Anas juga meluruskan pernyataan Amir soal usulan reshuffle. Menurut Anas, yang dimaksud Amir adalah harapan agar peserta koalisi kompak. Anggota DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS), Mukhammad Misbakhun, ketika menanggapi usulan Amir, justru meminta Partai Demokrat untuk tak mencampurkan-baurkan posisi menteri dan posisi anggota fraksi dalam koalisi. Dikatakannya, menteri-menteri di kabinet bertugas sesuai kebijakan Presiden, sedangkan anggota parlemen bertugas sesuai kebijakan partai. PKS juga sedari awal tidak pernah mengawali pembicaraan soal wacana pemakzulan Presiden. Pansus sekalipun dianggapnya tidak pernah membahas wacana itu. ‘’Sebenarnya Presiden yang mulai duluan (membahas pemakzulan),’’ katanya. DPR secara serius menginginkan kisruh Bank Century diselidiki secara tuntas lewat mekanisme Pansus. ‘’Menutup bangkai tikus masih bisa, kalau ngumpetin bangkai gajah itu yang susah.’’ Sikap Partai Golkar terhadap usulan Demokrat adalah pasrah. Ketua DPP Partai Golkar, Priyo Budi Santoso, mengatakan, Partai Golkar tidak bisa menahan keinginan jika ada usulan perombakan kabinet. ‘’Tetapi, sebagai partai politik besar kami akan mengkalkulasikan sikap politik kami seandainya perombakan terjadi terhadap menteri dari Golkar,’’ katanya, mengancam. Sama dengan Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga menyatakan kesiapannya soal pergantian menteri. ‘’Partai koalisi tidak pernah bisa bersikap terhadap perombakan,’’ kata Sekretaris Fraksi PPP, Romahur muzy. Menanggapi semua usulan dan wacana reshuffle, Juru Bicara Kepresidenan, Julian A Pasha, menyatakan Presiden belum memberikan sikap. Keputusan untuk menyusun ulang kabinet itu tetap merupakan hak prerogatif Presiden. Ngebet Rupanya ada cerita lain di balik wacana reshuffle. Menurut Ketua DPP Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, beberapa kawan partainya ada yang ngebet ingin menduduki jabatan menteri. ‘’Kawan-kawan juga mulai panas. Pak Jafar Hafsah ingin jadi Menteri Pertanian, Anas (Urbaningrum) juga kepingin jadi menteri,’’ kata Ruhut, Jumat (5/2). Selain membocorkan keinginan kader Partai Demokrat, Ruhut juga menginformasikan bahwa pertemuan antara ketua umum partai koalisi pendukung pemerintah atas permintaan anggota partai koalisi. Isi pertemuannya, kata Ruhut, anggota partai koalisi meminta agar menteri-menterinya tidak digusur dari kabinet. ‘’Lobilobi supaya tidak di reshuffle,’’ kata Ruhut. Namun, hal itu dibantah Amir Syamsuddin. ‘’Nggak ada itu, nggak ada (usulan menteri untuk reshuffle—Red),’’ kata Amir. Amir juga menjamin pertemuan ketua-ketua umum partai koalisi pada Kamis (4/2) malam, bukan upaya Partai Demokrat memengaruhi sikap partai koalisi di Panitia Khusus Angket Century. Pertemuan yang berlangsung di kediaman Menko Perekonomian Hatta Rajasa tersebut, kata Amir, berlangsung kondusif. Pertemuan antarpartai koalisi ini telah berlangsung tiga kali. Pertama, pada Desember 2009, lalu Januari 2010, dan terakhir Kamis malam (4/2) di kediaman Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Hatta Rajasa. ■ indira r/andri s/ikhsan s/yasmina ed: irwan one
(9) Golkar – PKS Didesak tak ubah Sikap Republika (Headline), Senin 8 Februari 2010. JAKARTA — Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) meminta Partai Golkar (PG) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) konsisten dengan sikapnya dalam pandangan awal fraksi saat rapat Pansus Angket Century, hari ini (8/2), di DPR RI, Jakarta. Kesimpulan sementara PG dan PKS bahwa terjadi penyimpangan dan pelanggaran hukum dalam pengucuran dana talangan (bailout) ke Bank Century (BC) merupakan fakta penting yang perlu diungkap sejelas-jelasnya. ‘’PKS dan Golkar tidak memiliki pintu mundur. Pembelotan dari apa yang disampaikan selama ini justru akan mencemarkan kedua partai ini pada masa datang,’’ ujar Direktur Eksekutif Lima, Ray Rangkuti. Sementara itu, kemarin, Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan (DPP PPP) menggelar rapat pengurus harian yang membahas persoalan kebangsaan, termasuk sikap PPP jelang pandangan fraksi. Rapat yang dipimpin Ketua Umum Suryadharma Ali di kantor PPP itu dihadiri sejumlah petinggi partai, di antaranya Lukman Sai fuddin, Irgan Chairul Mahfiz, Akhmad Muqowam, M Roma hurmuziy, dan Ahmad Farial. PPP, menurut Wakil Sekjen DPP PPP, M Romahurmuziy, menilai, mekanisme pandangan awal fraksi itu tak lazim. ‘’Apalagi, pemeriksaan para saksi masih ber lanjut,’’ kata Roma hurmuziy, yang juga anggota Pansus. DPP meminta Fraksi PPP agar melakukan kajian menyeluruh dengan mempertimbangkan seluruh data dan fakta temuan. Namun, lanjutnya, ‘’PPP juga minta kadernya di pansus tak menutupi kebenaran atas nama kepentingan koalisi.’’ Sebelumnya, Wakil Ketua Pansus, Gayus Lumbuun, mengatakan, fraksi-fraksi akan menyampaikan pandangan awal terhadap skandal BC berdasarkan pemeriksaan saksi-saksi serta data dan dokumen yang dimiliki. ‘’Pan dangan awal itu meliputi kebijakan terhadap akuisisi dan merger BC, pemberian FPJP (Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek), serta PMS (penyertaan modal sementara),’’ kata Gayus. Ray menilai, partai politik harus menunjukkan keberanian dan ketegasan dalam mengungkap kebenaran skandal Century. Sehingga, tak perlu khawatir kadernya direshuffle karena berbeda sikap dengan Partai Demokrat (PD) dalam kesimpulan di Pansus Century. ‘’Upaya Pansus masih sejalan dengan keinginan presiden, yaitu mengungkap kasus Century sejelas-jelasnya,’’ katanya. ■ indira rezkisari/antara, ed: zakyah
(10) Mayoritas Salahkan Bailout Partai Demokrat anggap pandangan awal tak ada substansinya. Republika (Headline), Selasa 9 Februari 2010. JAKARTA — Mayoritas fraksi di DPR RI menilai ada indikasi pidana korupsi dalam proses pemberian Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP), Penyertaan Modal Sementara (PMS), dan pengucuran bailout ke Bank Century (BC). Dari sembilan fraksi, hanya Fraksi Partai Demokrat (FPD) dan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) yang menilai bailout tak melanggar. Begitulah pandangan awal fraksi-fraksi dalam Rapat Pansus Angket Century, di Jakarta, Senin (8/2). ‘’Temuan-temuan itu akan menjadi dasar Pansus untuk merumuskan kesimpulan akhir pada Sidang Paripurna DPR. Perbedaan pandangan sebagai posisi masingmasing (fraksi),’’ kata Ketua Pansus Century, Idrus Marham.
Achsanul Qosasih, anggota Pansus dari FPD, menyimpulkan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait BC tak tepat. Pemeriksaan BPK juga dianggap tidak memenuhi Standar Pemeriksaan Kekayaan Negara (SPKN). Meskipun, dia mengaku terjadi kesalahan dalam merger tiga bank menjadi BC serta lemahnya pengawasan Bank Indoensia (BI) ke BC hingga terjadi pelanggaran. Terkait kucuran PMS ke BC, FPD menilai tidak ada kerugian negara. ‘’Tapi, kami mendukung proses hukum bila ada tindak pidana terkait pembobolan dana BC,’’ ujarnya. FPKB menilai, bailout dan pengucuran PMS harus dilihat dalam kasus adanya resesi global. ‘’Kami meyakini pemberian PMS tidak terbukti melawan hukum,’’ kata Agus Sulistiyono, juru bicara FPKB. FPKB juga setuju langkah hukum. Sementara itu, meski menjadi bagian koalisi pemerintahan, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (FPPP), Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN), Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS), dan Fraksi Partai Golkar (FPG) justru berkesimpulan adanya indikasi tindak pidana korupsi dalam proses pemberian FPJP, PMS, dan bailout. Sedangkan, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDIP), Fraksi Partai Gerindra, dan Fraksi Partai Hanura sudah sejak awal menyatakan adanya pelanggaran hukum pada ketiga proses tersebut. Ketujuh fraksi itu mewakili 66,6 persen kekuatan di Pansus. FPKS menyatakan ada 56 temuan penyimpangan yang dikerucutkan dalam 14 macam pada kasus Century. ‘’Berbagai pelanggaran yang terjadi secara berkesinambungan dan simultan tersebut, diduga kuat perbuatan melawan hukum,’’ tegas Andi Rahmat, anggota Pansus yang juga juru bicara FPKS. FPPP melihat ada enam indikasi pelanggaran dalam merger dan akuisisi. Terkait FPJP, tercatat ada enam indikasi penyimpangan yang melanggar pasal tentang tindak pidana korupsi serta UU Perbankan. Kemudian, FPDIP menyebutkan 70 indikasi penyimpangan skandal BC. FPD menambah daftar indikasi penyimpangan dari 54 menjadi 59 pelanggaran saat paparan awal fraksi. Ke-59 indi kasi itu meliputi tindak pidana perbankan, pencucian uang, dan tindak pidana korupsi. Meski saling berbeda, Idrus yakin Pansus dapat menyampaikan kesimpulan akhir pada 2 Maret nanti. Ketua FPD, Anas Urbaningrum, menilai pandangan awal tidak diatur dalam prosedur Pansus. ‘’Secara substantif tidak ada urgensi tinggi soal pandangan awal itu,’’ tandasnya. Ia yakin, seluruh partai koalisi akan tetap utuh hingga pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono berakhir. ■ ed: zakyah
(11) Tujuh Fraksi Pecah Partai Demokrat terus lakukan lobi-lobi. Republika (Headline), Rabu 17 Februari 2010. JAKARTA — Indikasi perpecahan ditujuh fraksi yang selama ini keras dalam kasus Bank Century makin terlihat. Kemarin, baru empat fraksi kembali mendeklarasikan adanya tindak pidana korupsi dalam kasus bailout Bank Century (BC). Dua fraksi belum menegaskan kembali sikapnya, sementara Fraksi PAN mengisyaratkan berubah sikap. Dalam pandangan awal fraksi, Senin (8/2) lalu, tujuh dari sembilan fraksi menilai adanya indikasi tindak pidana korupsi dalam proses pemberian Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP), Penyertaan Modal Sementara (PMS), serta pengucuran dana talangan (bailout) ke Bank Century. Ketujuh fraksi itu adalah Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Hanura, Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Golkar (PG). Hanya PD dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang menilai bailout benar.
Selain PDIP, hingga kemarin, PPP, PG, dan PKS masih konsisten. ‘’(Sikap) Fraksi kami tetap. PPP menilai, transaksi fiktif di BC terjadi secara sporadis,’’ ujar anggota pansus dari FPPP, M Roma hurmuziy, Selasa (16/2). Gerindra dan Hanura meski belum bersikap, menurut Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung, dipastikan tetap menolak bailout. PAN juga belum memberikan kejelasan. Namun, Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa, mengatakan, sikap Fraksi PAN dalam pandangan awal tidak menggambarkan sikap partai secara final. ‘’Belum ada kesimpulan, belum ada rekomendasi,’’ ujar Hatta yang juga menko perekonomian itu. Partai Demokrat terus melakukan lobi-lobi terkait dengan kasus Century ini. Kemarin, staf khusus Presiden SBY, Andi Arief, menemui Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung. Lobi-lobi tingkat fraksi dan pimpinan antarparpol juga digelar. Achsanul Qosasi, anggota pansus dari FPD, mengklaim sikap fraksinya yang membenarkan penyelamatan BC tak berubah. Namun, dia akui terdapat pelanggaran dalam merger tiga bank menjadi Bank Century. Achsanul memperkirakan, sikap fraksi yang sampai kemarin masih 7-2, bakal berubah menjadi 5-4. Sekjen PDI Perjuangan mengatakan, jika sikap sejumlah parpol berubah dalam pandangan akhir nanti, itu bertolak belakang dari penilaian publik. ‘’Sikap mereka (tujuh fraksi) tak bisa bertolak belakang,’’ tegas Pramono. Ketua Pansus Century, Idrus Marham, menegaskan, agenda pansus pada Rabu ini adalah laporan fraksi terhadap hasil investigasi bailout yang belum disampaikan pada pandangan awal. Usai agenda itu, katanya, anggota pansus akan dibagi dalam tim kecil yang berisi 15 orang untuk merumuskan rekomendasi pansus. ‘’Temuan awal pansus menjadi dasar penegak hokum untuk menindaklanjuti indikasi pelanggaran,’’ katanya. ■ indira r/andri s/yasmina h/palupi aa, ed: zakyah
(12) Pansus Melemah Hanura dan Golkar usulkan tim pemantau aliran dana. Republika (Headline), Kamis 18 Februari 2010. JAKARTA — Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket Century benar-benar masuk angin. Jika pada pandangan awal fraksi-fraksi posisi 7-2, pada pandangan tengah yang digelar Rabu (17/2) skor berubah menjadi 4-5. Bank Indonesia (BI), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan direksi Bank Centry (BC) dituding empat fraksi sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam penyelamatan BC. Pengurus Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), yang memberikan izin pencairan dana talangan (bailout) ke BC senilai Rp 6,76 triliun, hanya disinggung satu fraksi. Keempat fraksi yang menyebut kesalahan tiga institusi adalah Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (PDIP), Partai Golkar (PG), Partai Gerindra, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). FPG juga menyebut KSSK ikut bersalah. Sementara, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Hanura, Partai Demokrat (PD), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) hanya mengarahkan kesalahan pada manajemen BC. Padahal, dalam pandangan awal fraksi, Senin (8/2) lalu, semua fraksi menyalahkan BI. Juru bicara FPDIP yang juga anggota Pansus, Hendrawan Supratikno, menyatakan, kasus BC mengandung empat dugaan pidana yakni pidana perbankan, pidana umum, pidana pencucian uang, dan pidana korupsi yang bersumber dari Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) dan Penyertaan Modal Sementara (PMS).
Anggota Pansus dari Gerindra, Ahmad Muzani, menegaskan Direktur Pengawasan BI lalai dalam pengawasan terhadap BC, hingga dana mengalir ke pihak tak bertanggung jawab. ‘’Diduga ini melibatkan orang dalam di BC, dari kepala cabang, teller, customer service, dan direksi,’’ katanya. Komisioner LPS, lanjut Muzani, juga tak melaksanakan amanat UU LPS yang diubah menjadi Perppu. Fraksi PG, kata anggota FPG, Bambang Soesatyo, mencium adanya konspirasi antara direksi BC dan pihak lain dalam pengucuran aliran dana Century. ‘’Telah terjadi tindakan konspiratif melawan hukum antara pihak internal BC dan pihak lain.’’ Fungsionaris PAN, Patrialis Akbar, menegaskan bahwa pihak yang harus bertanggung jawab adalah perbankan. Sebagai bagian dari pemerintah, Patrialis menegaskan bahwa semua tindakan yang dilakukan pemerintah memiliki dasar hukum. FPKS masih ragu menyebutkan nama penanggung jawab. Antar anggota FPKS tak saling sepaham. Anggota FPKS, Fahri Hamzah, menginginkan penyebutan nama disampaikan di kesimpulan akhir Pansus. Sedangkan, anggota lain FPKS, Andi Rahmat, justru menghendaki penyebutan nama saat itu. Pandangan FPKS merujuk pada sembilan penyimpangan. Sementara, Fraksi Hanura dan FPG mengusulkan pembentukan tim khusus pemantau aliran dana Century yang belum terungkap. Agenda berikut Pansus adalah menggelar pandangan akhir, Senin depan (22/2), rapat Badan Musyawarah, Kamis (25/2). Hasilnya disampaikan dalam Sidang Paripurna DPR RI, pada Selasa (2/3). ■ indira r/andri s/m ikhsan s/palupi aa, ed: zakyah
(13) Pansus Harus Tegas Wiranto mencium adanya perubahan sikap fraksi. Republika (Headline), Senin 22 Februari 2010. JAKARTA — Agenda rapat Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket Century memasuki detik penentuan. Senin (22/2) malam ini, semua fraksi akan menyampaikan pandangan akhir pada rapat pleno Pansus di DPR. Hingga semalam, proses lobi politik terus berlanjut untuk memengaruhi pandangan akhir. Anggota Pansus dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS), Andi Rahmat, meminta rekannya harus berani menyebut nama pejabat yang bertanggung jawab dalam pengucuran dana talangan (bailout) ke Bank Century (BC). Jika tak berani, katanya, Pansus akan dicap banci. ‘’Jika nggak menyebutkan nama, bancilah Pansus ini,’’ ujar Andi di Jakarta, Ahad (22/2). Andi memastikan FPKS akan menunjuk Menkeu Sri Mulyani dan mantan gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono sebagai pihak yang bertanggung jawab. FPKS, lanjutnya, akan terus proaktif menyebut nama lain yang dianggap bersalah berdasarkan fakta-fakta di lapangan. ‘’Penyebutan nama ini bukan berarti mendakwa seseorang, tapi bagian proses yang terjadi dan akuntabilitas di hadapan publik bahwa pejabat publik ini tidak boleh sembunyi,’’ kata Andi. Jika kualitas kesimpulan lebih rendah dari yang diketahui publik, kata Andi yang juga anggota Tim Inisiator Angket Century, ia khawatir Pansus ataupun DPR disebut sebagai cleaning service. ‘’Kalau Pansus gagal, kami yang pertama kali akan diludahi rakyat,’’ katanya. Sebelumnya, Bambang Soesatyo dari Fraksi Partai Golkar (FPG) mengatakan pihaknya siap menunjuk Sri dan Boediono. FPG juga menyebut Raden Pardede sebagai sekretaris KSSK dan perwakilan unit kerja presiden (UKP3R) Marsilam Simanjuntak sebagai orang yang terindikasi. Sekjen DPP PKS, Anis Matta, menekankan partainya tidak akan goyah dengan berbagai lobi soal kesimpulan akhir. ‘’PKS menghargai semua lobi politik yang dilakukan berbagai kalangan dari Demokrat. Tapi, kami akan tetap konsisten menyatakan
kebenaran dalam kasus Century. Menyebut semua pelanggaran dan pihak-pihak yang bertanggung jawab, baik institusi maupun pribadi,’’ kata Anis kepada Republika, kemarin. Sikap tegas PKS dan Golkar tak menular ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sekjen PPP, Irgan C Mahfiz, mengatakan, partainya mengambil sikap menyebut institusi sebagai pengemban kesalahan. ‘’Banyak pihak terkait,’’ ujarnya. BI, Komite Stabilitas Sistem Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan, dan Bank Century, kata Irgan, sebagai penanggung jawab karena mengambil keputusan tidak tepat. Namun, Irgan membantah, sikap kurang tegasnya tersebut akibat lobi politik. ‘’PPP tak mau bermain-main dengan ekspektasi rakyat yang berharap kasus ini tuntas,’’ sergahnya. Sementara itu, Andi dan Bambang mengendus adanya perubahan fraksi jelang pandangan akhir. Andi tak menyebut nama fraksi. Namun, dia berharap, semua fraksi tetap konsisten dengan skor pandangan awal, 7-2. Sebab, Bambang menduga, salah satu fraksi dari partai oposisi berubah sikap. Dia juga berharap, Fraksi Partai Amanat Nasional dan FPPP tetap dalam komitmennya. Dalam pandangan awal, tujuh fraksi menilai terjadi pelanggaran. Fraksi Partai Demokrat (FPD) dan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) menilai tak melanggar. Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Wiranto, juga mencium gelagat perubahan sikap fraksi. Usai pandangan akhir, Pansus akan menyelesaikan laporan kesimpulannya, Rabu (24/2), dan ke Badan Musyawarah (Bamus) DPR, Kamis (25/2). Laporan Pansus itu dibahas dalam rapat paripurna DPR pada 2 Maret. ■ indira r/m ikhsan s/antara/sadewo, ed: zakyah
(14) Pertemuan ’Cikeas’ Batal Partai Demokrat merasa ditinggalkan koalisi dalam kasus Century. Republika (Headline), Selasa 23 Februari 2010. JAKARTA — Pertemuan partai politik (parpol) anggota koalisi pemerintahan, tadi malam (22/2), di kediaman Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, di Puri Cikeas Indah, Bogor, batal digelar. Pembatalan dikarenakan tak semua pimpinan parpol hadir. Pertemuan itu hanya digelar untuk pertemuan internal PD. “Karena sejumlah (pimpinan) parpol belum hadir. Mereka mengusulkan, kalau pimpinan tak lengkap, lebih baik pertemuan ditunda,’’ ujar Anas Urbaningrum, ketua DPP PD. Anas juga menepis pertemuan tersebut sebagai upaya menekan parpol anggota koalisi. Seperti diketahui, Selasa (23/2) malam, rapat Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket Century, dijadwalkan akan menggelar pandangan akhir fraksi. Anas menambahkan, PD sudah berulang kali menggelar pertemuan dengan partai koalisi. Termasuk, pertemuan rutin dengan fraksi-fraksi koalisi. Tadinya, pimpinan parpol yang diundang berasal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Golkar (PG), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Amanat Nasional (PAN). Namun, sumber Republika di DPR menyebutkan, pertemuan tersebut kuat untuk memengaruhi pandangan akhir fraksi. ‘’Karena yang memanggil Presiden, jadi sulit menolak,’’ ujarnya. Ketika dikonfirmasi, Sekretaris Jenderal PG, Idrus Marham, membantah pertemuan itu terkait kasus Bank Century (BC). ‘’Itu hanya pertemuan partai, bukan pansus,’’ kilah Idrus. Karena pertemuan partai, pejabat PG yang hadir adalah Ketum PG, Aburizal Bakrie. Anggota Pansus dari FPDIP, Maruarar Sirait, menilai pertemuan di Cikeas itu membuktikan adanya tekanan kepada parpol. ‘’PDIP tak akan terpengaruh dengan pertemuan itu,’’ ujarnya.
Sehingga, pembacaan sikap akhir, kata Maruarar, bisa membuktikan ada tidaknya tekanan terhadap partai-partai koalisi. Jika sikap akhir partai koalisi ternyata berubah, kata dia, bisa dipastikan ada tekanan. Dalam perkembangan lain, anggota Pansus dari FPG, Bambang Soesatyo, mengatakan, sikap anggota fraksi sesuai komando ketum partai. ‘’Tergantung lobi-lobi di atas,’’ ucapnya. Walaupun, menurut Bambang, dalam pandangan akhir nanti malam, FPG akan menyebutkan 30-an nama pejabat yang terlibat skandal BC. Nama-nama tersebut, katanya, akan direkomendasikan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau Kepolisian RI. Di antara nama-nama tersebut adalah pemilik dan pimpinan BC, pimpinan Bank Indonesia (BI), dan anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Serta, nama pejabat Bank Mutiara (dulu BC). Anggota Pansus dari FPKS, Andi Rahmat, juga mengungkap ada 30-an nama pejabat yang bertanggung jawab. ‘’Saya yakin 110 persen sikap PKS tak akan berubah,’’ katanya. Sejumlah nama yang disebut, kata Andi, adalah Aulia Pohan, Boediono, dan Sri Mulyani. ‘’Pelanggaran harus ada yang bertanggung jawab,’’ ujarnya. Peneliti Indobarometer, M Qodari, menilai, masih ada tiga kemungkinan skor dalam pansus, yakni 7-2, 5-4, atau 6-3. ‘’Namun, ketiga skor itu masih lebih banyak fraksi yang menyatakan ada kesalahan dalam bailout BC,’’ katanya. Dari fraksi-fraksi koalisi, Qodari masih belum mengetahui sikap tegas FPAN dan FPPP. Sementara itu, Ketua Majelis Pertimbangan PAN, Amien Rais, menegaskan agar anggota pansus menegak kan kebenaran. ‘’Kalau pansus goyah, ancaman mudah bergerak,’’ ujarnya. Sedangkan, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat, Amir Syamsudin, mengakui PD merasa ditinggalkan rekan koalisi dalam memperjuangkan kebenaran kasus Bank Century. Padahal, kata dia, seharusnya partai koalisi bekerja sama. ‘’Demokrat berjuang sendirian,’’ katanya. Tetapi, Amir menghormati perbedaan pendapat partai lain dalam koalisi. ■ fitriyan z/yasmina h/indira r/m ikhsan s, ed: zakyah.
(15) Boediono dan Ani Bersalah Boediono anggap Pansus Century bukan pengadilan. Republika (Headline), Rabu 24 Februari 2010. JAKARTA — Nama mantan gubernur Bank Indonesia (BI), Boediono, dan mantan ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Sri Mulyani, akhirnya disebut dalam paparan pandangan akhir fraksi pada rapat Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket Century DPR RI, di Jakarta, tadi malam (23/2). Selain keduanya, sejumlah fraksi juga menyebut nama lima mantan pejabat BI. Mereka dianggap paling bertanggung jawab dalam pengucuran dana talangan (bailout) ke Bank Century (BC). FPDIP menuding Boediono dan Sri Mulyani bersalah atas kebijakan bailout. Sedangkan kesalahan mantan pejabat BI adalah dalam proses merger dan akuisisi. ‘’Pihak-pihak yang terlibat harus diproses hukum oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepolisian, dan Kejaksaan Agung,’’ kata Maruarar Sirait, juru bicara FPDIP. Juru bicara FPKS, Andi Rahmat, menyatakan, kesalahan berlangsung sejak merger hingga bailout ke BC. ‘’Disimpulkan proses merger, akuisisi, sampai bailout ada dugaan penyimpangan,’’ kata Andi. Hingga tadi malam, hanya dua fraksi, FPDIP dan FPKS, yang berani menyebut nama sebagai penanggung jawab bailout BC. Fraksi Partai Golkar hanya menyebut inisial serta nama lembaga yang dianggap bertanggung jawab. Sedang, Fraksi Partai Amanat Nasional mengingkari janjinya menyebut nama. Juru bicara FPAN, Asman Abnur, hanya mengakui kelemahan dalam bailout.
Sementara itu, Fraksi Partai Demokrat tetap menilai kebijakan bailout adalah benar. ‘’Faktanya setelah kebijakan itu Indonesia keluar dari krisis,’’ kata juru bicara FPD, Achsanul Qosasih. Dalam pandangan akhirnya, FPD mengeluarkan tujuh kesimpulan dan empat rekomendasi. Mengomentari penyebutan namanya, Wakil Presiden, Boediono, menganggap Pansus Century bukanlah pengadilan. Maka, kata dia, jika ada pernyataan dan penyebutan nama orang yang dianggap melanggar hukum, itu seharusnya dilakukan lembaga hukum. ‘’Pansus itu politisi, dan tidak seharusnya ambil alih tugas hakim,’’ kata Boediono kepada Republika, seperti disampaikan juru bicaranya, Yopie Hidayat. ■ yasmina h/palupi aa/andri s/ed: zakyah
(16) Ani Boediono Merasa Benar Boediono merasa tak gentar hadapi kasus Century. Republika (Headline), Kamis 25 Februari 2010. JAKARTA — Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati (Ani) mengaku tetap tenang meski empat fraksi menyebut namanya sebagai pihak yang diduga bertanggung jawab dalam ka sus Bank Century (BC). Sebagai mantan ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), dia tetap yakin bahwa kebijakan bailout ke BC sesuai mandat dan wewenang dalam Perppu Nomor 4/2008. ‘’Tugas ke tua (KSSK) memang mencegah krisis. Jadi, memang saya bertanggung jawab mencegah krisis. Kalau dilihat dari hasilnya, saya rasa banyak yang berpendapat bahwa krisis itu bisa kita cegah,’’ ujar Sri Mulyani di Jakarta, Rabu (24/2). Selain Sri Mulyani, dalam agenda pandangan akhir di Pansus Century, Selasa (23/2) malam, empat fraksi, yakni FPDIP, FPKS, FPG, dan Fraksi Hanura, juga menyebutkan nama mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono sebagai pihak yang diduga paling bertanggung jawab. Menanggapi hasil kesimpulan empat fraksi tersebut, Ani mengaku akan mempelajarinya. Sebab, kata dia, kebijakan bailout telah memperhitungkan berbagai sumber data sesuai krisis 2008 lalu. Karena itu, katanya, kebijakan tersebut bukan dibuat untuk kepentingan pribadi atau kelompok. ‘’Sikap saya tidak berhubungan dengan persentase Pansus. Sikap saya bekerja berdasarkan mandat rakyat yang di berikan Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono). Saya tak bersalah,’’ terang Ani. Bahkan, menkeu mengakui, pihaknya merasa senang telah dievaluasi. Asalkan, ucapnya, evaluasi berjalan secara objektif berdasarkan kinerja dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang ada. Ani menambahkan, sejak awal seharusnya masalah Century masuk dalam ranah hukum. Apakah dari pemilik atau manajemen yang diduga menyalahgunakan kewenangan. Karena itu, ujarnya, penyelamatan Century jangan dicampuradukkan dengan kasus tindakan kriminal yang terjadi. ‘’Karena saat itu krisis, kalau hukum berjalan bersama tidak perlu ada hiruk pikuk politik,’’ kata dia. Soal tuntutan yang ingin memintanya mundur dari jabatan, menkeu menyerahkan sepenuhnya kepada Presiden. Tak gentar Boediono, yang saat ini menjabat Wakil Presiden, merasa tak gentar mendorong penyelesaian kasus bailout ini. Sebab, dirinya yakin kebijakan bailout yang dibuatnya 100 per sen benar dan tidak bersalah. Bahkan, Boediono siap mendukung proses hokum dalam bentuk apa pun, termasuk kesiapannya dimintai keterangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). ‘’Agar kasus ini segera dituntaskan,’’ ujar Juru Bicara Wapres, Yopie Hidayat, kepada Republika, kemarin. Meskipun empat fraksi menyebutkan nama Sri dan Boediono sebagai penanggung jawab bailout, Presiden SBY enggan memberi ko mentar. ‘’Tadi saya bicara dengan
beliau dan Bapak Presiden tidak berkomentar,’’ ujar Juru Bicara Kepresidenan, Julian A Pasha. Dalam perkembangan lain, BI kecewa dengan pandangan akhir fraksi dalam Pansus Century yang menyebutkan sejumlah nama mantan pejabat BI. ‘’Kami sudah bekerja secara proporsional dan dengan niat baik. Kami tidak terlalu senang dengan pandangan fraksi,’’ ujar Deputi Gubernur BI, Budi Rochadi. Saat ini, kata Budi, BI dalam posisi netral. Ketua MPP Partai Amanat Na sional (PAN), Amien Rais, meminta Boediono dan Sri Mulyani segera mengundurkan diri. Amien juga me ngaku kecewa terhadap FPAN yang tak menyebut nama. Namun, anggota pansus dari FPAN, Tjatur Sap to Edi, berjanji akan berusaha lebih baik di sidang paripurna pada 2 Maret. Di sisi lain, Pansus Century membentuk tim perumus yang diketuai Mahfudz Siddiq untuk mengkompilasi hasil kesimpulan dan rekomendasi dari fraksi-fraksi. Hasil akhir rumusan diserahkan ke sidang pa ripurna DPR RI. ■ teguh f/m ikhsan/andri s/indira/c01/yasmina h/palupi aa ed: zakyah
(17) SBY Tolak Negosiasi Ical berharap, ke depan koalisi akan semakin baik. Republika (Headline), Ahad 28 Februari 2010. JAKARTA—Menjelang sidang paripurna Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket Bank Century DPR yang akan berlangsung pada Selasa (2/3), sejumlah politikus partai politik (parpol) merapat ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mereka mengajak Presiden SBY untuk melakukan negosiasi politik atau tukar guling kasus. Namun, dengan tegas, Presiden SBY menolak aksi tukar guling kasus tersebut. “Ada yang datang (ke Presiden SBY) lewat beberapa jalur. Kami akan mengubah posisi di pansus. Tapi, tolong kasus pajak atau kasus hukum itu jangan dilanjutkan,” ujar Staf Khusus Presiden Bidang Hukum, Denny Indrayana, di Jakarta, Sabtu (27/2). Menanggapi tawaran-tawaran politik yang datang kepadanya, lanjut Denny, Presiden SBY pun dengan tegas menolak. Denny mengungkapkan, Presiden SBY tetap pada prinsip yang dipegangnya. “Saat itu, saya berada di Cikeas. Presiden SBY berkata, ‘Itu yang saya punya. Itu prinsip bagi saya. Kalau yang dinegosiasikan masalah hukum, saya tidak mau. No deal,’” kata Denny sambil menirukan ucapan Presiden SBY saat negosiasi berlangsung. Menurut Denny, apa yang dilakukan politisi parpol tersebut bukanlah jalur politik yang sehat. Namun, Denny tidak menampik bahwa komunikasi politik acap kali dilakukan dalam kehidupan berpolitik. Namun, transaksi politik yang dilakukan tidak bermakna negatif. Saat ditanyakan wartawan, siapakah politisi parpol yang dimaksudnya tersebut, Denny enggan menjawab. Ia hanya mengatakan bahwa bola panas Century ini meluncur ke permukaan karena ada beberapa pihak yang mungkin kecewa dengan penunjukan Boediono (Boedi) sebagai wakil presiden dan Sri Mulyani (Ani) sebagai menteri keuangan. “Pansus Century bisa jadi sebagai alat untuk mencederai Pilpres 2009. Hal ini karena Pansus Century adalah bentuk kekecewaan power sharing. Maka, dengan adanya Pansus Century ini, siapa tahu bisa ada reshuffle atau pergantian kabinet. Pansus kan muncul pada Desember 2009 setelah kabinet terbentuk,” pungkas Denny. Lebih lanjut, Denny menuturkan mengapa Pansus Angket Century ini baru muncul setelah empat bulan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II terbentuk. Ia mempertanyakan mengapa tidak saat kampanye Pilpres 2009 berlangsung. Terlebih lagi, kasus Bank Century sebenarnya terjadi di pengujung 2008.
“Ini (Pansus Century) adalah upaya-upaya untuk melakukan langkah-langkah politik. Pansus Century sebagai proses politik silakan jalan, tapi mudah-mudahan tidak mengorbankan orang-orang baik, seperti Pak Boedi dan Ibu Ani,” tandas Denny. Pada kesempatan yang sama, Direktur Indo Barometer, M Qodari, mengatakan, aksi tukar guling kasus ini sangatlah sulit dilakukan. Menurutnya, secara politik hal ini juga terbilang riskan untuk dilakukan. Koalisi Di sisi lain, Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar), Aburizal Bakrie (Ical), berharap, kedepan koalisi semakin kuat. Apalagi setelah adanya kasus Bank Century yang sudah hampir mencapai tahap akhir di pansus. “Dengan adanya kasus Century ini, blessing-nya koalisi akan semakin kuat,” ujar Aburizal Bakrie, Sabtu (27/02), ketika keluar dari ruang Rapat Kerja Nasional (rakernas) Partai Golkar 2010. Menurutnya, masalah yang harus dihadapi oleh koalisi tidak hanya menyangkut Bank Century, tetapi masih banyak masalah-masalah yang berkaitan langsung dengan rakyat. Misalnya, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. “Boleh berbeda pendapat di satu hal, tapi pendapat lain kita bisa sama. Apalagi demi mempertahankan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), UUD 45, Pancasila, dan bhineka tunggal ika,” ujar Ical. Mantan presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Tifatul Sembiring, mengimbau partai-partai anggota koalisi Partai Demokrat memperbaiki komunikasi politiknya. Ia mengaku, komunikasi yang terjadi selama ini membawa partai-partai salah paham akan kondisi politik terkini. ‘’Komunikasi politik koalisi harus diperbaiki. (Kami) kadang-kadang misunderstanding,’’ kata Tifatul usai penobatan gelar Datuak Tumengguang, Sabtu (27/2) siang. ■ C08 ed: ginting
(18) Ricuh Pansus sudah identifikasi pihak yang di duga bertanggung jawab dalam kasus Century. Republika (Headline), Rabu 3 Maret 2010. JAKARTA — Sidang Paripurna DPR dengan agenda pembacaan rekomendasi Pansus Hak Angket Bank Century, berakhir ricuh. Kericuhan dipicu ketika Ketua DPR, Marzuki Alie, menutup sidang yang menandakan sidang paripurna berakhir, usai pembacaan rekomendasi Pansus Century. Padahal, saat itu, masih banyak anggota DPR yang mengajukan interupsi, usai Ketua Pansus Century, Idrus Marham, membacakan rekomendasi dan laporan akhir Pansus. Sejumlah anggota dewan meminta rapat paripurna segera mengambil putusan, meski lewat voting. Namun, anggota yang lain, memandang sidang paripurna hanya pemberian laporan hasil kerja Pansus. Perdebatan itu memicu kericuhan. Marzuki juga berkukuh sidang paripurna sudah berakhir setelah ketua Pansus Century membacakan laporan akhir dan rekomendasi. Karena, agenda sidang paripurna hanya dua sesuai ketetapan Badan Musyawarah (Bamus). Pertama, pelantikan Wakil Ketua DPR, Taufik Kurniawan, dan pembacaan laporan Pansus Century. Marzuki kemudian mengetuk palu tanda berakhirnya sidang paripurna. Namun, penutupan sidang tidak melibatkan tiga Wakil Ketua DPR, yakni Priyo Budi Santoso, Pramono Anung, dan Anis Matta. Tak lama setelah menutup sidang paripurna, Marzuki didekati seorang politisi. Dia melempar sebuah buku berwarna putih ke arah Marzuki. Buku itu kemudian mengenai gelas berisi air di depan Marzuki sehingga airnya tumpah. Tak lama, sejumlah politisi lain mengejar pelempar dan memeluknya untuk mencegah aksi lebih lanjut.
Dua Opsi Pansus, kata Idrus, menawarkan dua opsi yang bisa diputuskan anggota dewan, yakni Opsi A dan B. Opsi B sebelumnya merupakan opsi C yang kemudian digeser. Opsi A antara lain menyebutkan proses hukum pelanggaran pemberian FPJP dan PMS. Sedang opsi B menyebutkan proses hukum pejabat terkait kasus Century. Terkait dengan pihak-pihak yang diduga bertanggung jawab, panitia angket mengidentifikasi pihak-pihak tersebut. ‘’Fraksi Partai Golkar, Fraksi PDIP, Fraksi PKS, dan Fraksi Partai Hanura dalam pandangannya menyebutkan nama-nama, Fraksi PPP menyebutkan unit kerja dalam institusi, dan Fraksi Partai Gerindra menyebutkan pejabat yang bertanggung jawab. Nama-nama tersebut tercantum dalam matriks,’’ kata Idrus. Fraksi PDIP enggan mengomentari insiden kericuhan di sidang Paripurna DPR. Fraksi PDIP fokus memenangkan voting saat pengambilan keputusan Panitia Khusus (Pansus) Angket Century pada Rabu (3/3). “Kami yakin akan memenangkan voting besok,” kata Anggota Fraksi PDIP, Maruarar Sirait. Di luar gedung DPR/MPR, sekitar lima ribu demonstran juga bentrok dengan ribuan petugas kepolisian. Massa demonstran melemparkan botol air minum mineral dan batu ke arah petugas. Petugas membalasnya dengan menembakkan gas air mata dan menyemprotkan air. Bentrok fisik pun tak terhindarkan. Hingga tadi malam, polisi mengamankan tujuh demonstran yang diduga membuat kerusuhan di beberapa daerah. Ribut-ribut di sidang paripurna juga berimbas ke Makassar, Sulsel. ■ indira/c02/stevy/ c01/fitriyan/ratna/ ikhsan/asan/ andina, ed: zakyah
(19) Bailout Bermasalah FPPP mengambil keputusan yang mengejutkan. Republika (Headline), Kamis 4 Maret 2010. JAKARTA — DPR RI akhirnya menilai, kebijakan pemberian Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP) dan Penyertaan Modal Sementara (PMS) ke Bank Century (BC) sebagai kebijakan yang memiliki kesalahan. Kesalahan juga terdapat pada pelaksanaannya sehingga kasus ini perlu diselidiki aparat hukum. Keputusan tadi malam itu merupakan hasil voting akhir tentang penentuan Opsi A dan Opsi C yang akhirnya diungguli Opsi C. ‘’Hasil Pansus Angket Century ini kita jadikan sebagai keputusan paripurna. Opsi C yang disetujui DPR dinyatakan sah,’’ ujar Marzuki Alie, ketua Sidang Paripurna DPR RI, tadi malam (3/3). Ucapan Marzuki akhirnya disepakati sebagian besar anggota dewan. Marzuki kemudian mengetuk palu dan mengesahkan putusan ini diiringi tepuk tangan semua anggota. Hasil akhir pemungutan suara sebagai berikut. Opsi C dipilih sebanyak 325 orang dari Fraksi Partai Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa (hanya satu anggota), dan Partai Hanura. (Tabel) Sementara itu, Opsi A atau menganggap kebijakan bailout untuk BC serta pelaksanaannya tak bersalah hanya didukung 212 suara. Dukungan dari Fraksi Partai Demokrat 148 orang, Partai PKB (25), dan PAN (39). Hasil ini tidak jauh beda dengan pandangan akhir fraksi di awal paripurna. Pada saat itu, lima fraksi, yakni FPG, FPDIP, FPKS, F-Gerindra, dan F-Hanura, secara tegas memilih Opsi C. FPPP mengambil keputusan yang mengejutkan. Sebanyak 32 dari 38 total pasukan PPP awalnya memilih Opsi A. Namun, PPP balik badan dan membelot dari Demokrat. ‘’Sebanyak 32 dari 38 orang memilih Opsi C,’’ kata Marzuki saat sidang. Sikap PPP ini berbeda jauh dengan sikap di awal yang mendukung penuh Fraksi Demokrat. Gema takbir serta sorak-sorai hadirin pun menggema saat semua anggota FPPP berdiri untuk mendukung Opsi C. Partai koalisi pemerintah ini pun semakin blak-blakan
membelot koalisi yang dipimpin oleh Partai Demokrat. ‘’Allahu Akbar!’’ teriak anggota dewan menyambut Opsi C yang dipilih oleh PPP. Pada voting tahap pertama, hanya satu dari 34 anggota FPPP yang memilih Opsi C, yaitu Ahmad Kurdi Muhkhri. Tapi, hasil voting tahap II menunjukkan ada 32 anggota FPPP yang berdiri memilih Opsi C. Sebelumnya, lobi pimpinan fraksi selama tujuh jam menghasilkan tiga opsi, yakni Opsi A, Opsi C, dan Opsi AC atau gabungan dua opsi tersebut. Namun, Op si AC yang diusulkan FPD yang didukung FPKB, FPPP, dan FPAN akhirnya kandas. Pendukung alternatif yang menolak Opsi AC kalah suara. Berdasarkan hasil perhitungan dalam voting yang digelar di gedung DPR, Jakarta, Rabu (3/3) malam, pendukung alternatif kedua yang menyetujui Opsi AC hanya 246 suara. Sementara itu, yang memilih alternatif pertama ada 294 orang. Seperti dugaan sebelumnya pendukung Opsi AC hanya FPD, FPAN, FPKB, dan FPPP. Bahkan, anggota FPKB dan FPPP ada yang membelot. Rapat paripurna melakukan voting atas dua alternatif. Alternatif pertama adalah memilih Opsi A dan C, sementara alternatif kedua menyertakan Opsi AC, gabungan A dan C. Voting di lakukan secara langsung. Caranya, anggota dewan berdiri jika menyetujui masing-masing alternatif. Masing-masing fraksi ditunjuk satu saksi dalam perhitungan suara. Sementara itu, dengan hasil paripurna ini, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani bakal kikuk menghadapi DPR. Padahal, dia harus selalu berkonsultasi dengan DPR. ‘’Menteri keuangan akan kikuk sehingga berpengaruh pada kinerja,’’ ujar pengamat politik, Fachry Ali. Menurutnya, implikasi kemenangan Opsi C sangat bergantung pada bagaimana seorang pejabat negara menjaga hubungan baik dengan DPR. Namun, hal serupa tidak akan terjadi pada Wakil Presiden Boediono. Karena, dia tidak harus berkonsultasi dengan DPR. Selain itu, potensi pemakzulan juga tertutup karena sudah tidak dijadikan program DPR. ‘’Opsi sidang istimewa kan tidak ada,’’ kata Fachry. Pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi, menyatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus siapkan strategi win win solution dengan keputusan ini. ‘’Agar biaya politik ke depan lebih kecil,’’ ujarnya. Bagi Burhanuddin, pilihan C akan membuat SBY harus memilih antara membuang Partai Golongan Karya (Golkar) atau Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam koalisi. Pasalnya, kemenangan Opsi C bisa dikatakan sebagai akibat pengkhianatan Golkar dan PKS di koalisi. ‘’Tapi, SBY tidak punya nyali politik untuk membuang dua-duannya,’’ ujarnya. Karena, kekuatan politik pemerintah akan goyah jika kehilangan pendukung. ■ rosyid n/indira r/andri s/, ed: zakyah
(20) SBY Benarkan Bailout Sikap partai koalisi yang berseberangan dinilai bentuk pengkhianatan Republika (Headline), Jumat 5 Maret 2010. JAKARTA — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tetap berkeyakinan bahwa kebijakan pengucuran dana talangan (bailout) ke Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun adalah tindakan yang benar. ‘’Penyelamatan Bank Century merupakan keputusan yang tepat karena dilakukan tanpa benturan kepentingan, termasuk niat jahat, seperti suap dan korupsi, kecuali penyelamatan,’’ ujar SBY dalam pidato resmi di Istana Negara, Kamis (4/3) malam. Presiden juga menilai, laporan akhir Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket Bank Century tak bisa menjadi alat bukti dalam proses hukum, apalagi untuk menyeret pihakpihak yang bertanggung jawab. Pasalnya, menurut Presiden SBY, temuan itu harus ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku. ‘’Temuan hak angket merupakan keputusan politik dan tidak dapat menjadi alat bukti di depan pengadilan,’’ katanya.
Apalagi, kata SBY, hasil penyelidikan Pansus Century telah mengesampingkan semua tuduhan bahwa seolah penyelamatan Century merupakan kedok semata untuk mengalirkan uang kepada partai politik tertentu dan sejumlah nama lainnya. ‘’Semua itu tidak terbukti dan memang tidak pernah ada,’’ paparnya. Presiden menganggap perlu dinyatakan secara tegas agar semua pihak dari berbagai latar belakang politik serta partai tidak boleh menistakan atau mencemarkan nama baik pejabat yang bertanggung jawab dalam kebijakan bailout Century. Terkait sikap partai-partai pendukung koalisi yang berseberangan, Presiden menganggap masalah koalisi bukan prioritasnya. “Prioritas utama menyukseskan program prorakyat. Bukan isu lain seperti koalisi,” katanya. Saat Presiden menyampaikan pidatonya, tampak hadir Ibu Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II. Termasuk menteri dari partai koalisi, yakni Menkominfo Tifatul Sembiring (dari PKS), Suryadharma Ali (PPP), dan Agung Laksono (Golkar). Boediono dan Sri Mulyani menjadi sorotan foto dan kamera. Keduanya tampak tenang menjelang pembacaan pidato presiden itu. Mengenakan kebaya hijau, Sri justru beberapa kali bersenda gurau dengan menteri lainnya sebelum presiden tiba. Sementara itu, Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Media, Heru Lelono, percaya bahwa Presiden SBY tak akan mencopot Sri Mulyani Indrawati dan Boediono meskipun mayoritas anggota DPR menyatakan keduanya bertanggungjawab dalam kasus Bank Century (BC). ‘’Justru, sikap partai koalisi yang berseberangan dengan Partai Demokrat merupakan bentuk pengkhianatan,’’ ujar Heru. Bachtiar Effendy, pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, menilai, pidato presiden adalah terlambat. Seharusnya, kata dia, pidato itu disampaikan sebelum Pansus Century terbentuk. ‘’Sebenarnya, pidato itu bagus sekali karena menjelaskan mengapa kebijakan itu diambil. Sayangnya terlambat,’’ katanya. Bachtiar juga melihat, pidato itu tak berseberangan dengan hasil dari pansus ataupun paripurna. Namun, ucapnya, hasil paripurna menyatakan kebijakan bailout salah dan Presiden SBY menjelaskan tidak ada kesalahan. Terkait aliran dana yang dinyatakan tak terbukti, menurut Bachtiar, bukannya tak terbukti, melainkan belum terbukti karena belum ditelusuri akibat dari waktu yang terbatas. Sebaliknya, pengamat politik, Fachry Ali, menilai bahwa pidato presiden dianggap benar. ‘’Sebab, ia mengajak masyarakat untuk memahami situasi krisis finansial AS,’’ katanya. Sebelum Presiden SBY menggelar pidato, kemarin pagi, Wakil Presiden Boediono juga menanggapi hasil rapat pansus. Ia menegaskan dua hal mengenai dirinya. Pertama, kata dia, semua pejabat negara, siapa pun, wajib tunduk kepada hukum dan menjunjung tinggi amanah rakyat. Kedua, kata mantan gubernur BI itu, di segala zaman Tuhan selalu berpihak pada kebenaran. Sedangkan, Menkeu Sri Mulyani mengatakan, dalam kasus pemberian dana talangan Bank Century, itu dilakukan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki berdasarkan undang-undang. Namun, tambah Sri, sejak awal ia setuju bahwa proses hukum harus dilakukan terhadap siapa saja yang diduga melakukan tindakan pidana. Ia meminta semua pihak harus menghormati putusan DPR. ■ yasmina h/m ikhsan s/c12/stevy, ed: zakyah
(21) Menteri Partai Koalisi Siap Reshuffle Republika (Headline), Jumat 5 Maret 2010. JAKARTA — Sejumlah menteri dari partai koalisi pemerintah mengaku siap direshuffle oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Sikap itu muncul setelah tiga partai koalisi mendukung Opsi C yang menyebut kebijakan bailout Bank Century diduga bermasalah dalam Sidang Paripurna DPR RI, Rabu (3/3) malam. Meskipun, mereka masih beranggapan bahwa tindakan partainya yang memilih putusan tersebut bukanlah bentuk pengkhianatan. Tiga partai itu adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Golkar (PG). Sedangkan, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ikut Partai Demokrat (PD), memilih Opsi A, yang menyebutkan sikap bailout benar. Menteri Komunikasi dan Informatika yang juga mantan presiden PKS, Tifatul Sembiring, menyatakan, kebijakan perombakan kabinet merupakan hak prerogatif presiden sesuai sistem pemerintahan presidensial. ‘’Sekali lagi, itu hak prerogatif presiden. Kalau masalah koalisi, silakan bicara dengan DPP PKS. Saya sekarang di eksekutif. Saya menteri dan pembantu presiden,’’ kata Tifatul di Istana Negara, Jakarta, Kamis (4/3), menanggapi isu reshuffle. Ia juga memahami presiden dapat melakukan reshuffle sepanjang dinilai perlu dilakukan dan terkait dengan kinerja menteri. Selain Tifatul, menteri dari PKS adalah Suswono (menteri pertanian), Salim Segaf Al Jufri (menteri sosial), dan Suharna Surapranata (menteri riset dan teknologi). Hal senada dikatakan oleh Ketua Umum PPP, Suryadharma Ali. Ia mengaku siap jika dicopot dari posisinya sebagai menteri agama di Kabinet Indonesia Bersatu II akibat sikap Fraksi PPP yang memilih Opsi C. ‘’Iya. Kalau saya menjadi menteri, ya siap direshuffle,’’ kata Suryadharma sambil menekankan adalah hak presiden merombak menterinya. Sehingga, jelas Suryadharma, ada kasus ataupun tidak ada dalam perkara Century, kalau presiden memandang perlu ada reshuffle, tetap dilakukan. ‘’Demikian juga berkoalisi atau tidak berkoalisi. Kalau di-re shuffle, ya akan dilakukan,’’ ungkapnya. Apakah PPP bisa disebut berkhianat terkait sikapnya di sidang paripurna? ‘’Silakan saja kalau ada pandangan seperti itu,’’ jawab Surya dharma. Sebenarnya, sikap Fraksi PPP itu, jelas dia, untuk menengahi dua sikap yang memiliki perbedaan tipis. Sementara itu, Salim Segaf Al Jufri dan Suharso Monoarfa (menteri perumahan rakyat dari PPP) menegaskan, sikap PKS dan PPP di sidang paripurna bukan bentuk pengkhianatan terhadap koalisi. ‘’Tidak ada pengkhianatan. Pansus (Panitia Khusus Angket Century) itu bukan lembaga peradilan, itu paling penting. Tapi, untuk menjelaskan apa yg terjadi, saya pikir itu pendapat buat menjelaskan apa yg terjadi,’’ jelas Salim. Menurut dia, Indonesia Negara demokrasi, tetapi tetap pada komitmen. Perbedaan sikap juga merupakan komitmen. Menurut Salim, pihaknya tidak menerima teguran dari Presiden terkait sikap partainya di sidang paripurna. ‘’Tak ada sama sekali,’’ ucapnya. ■ m ikhsan s/indira r, ed: zakyah
(22) KPK Bantah Pecah KPK belum pernah memvoting satu perkara pun. Republika (Headline), Jumat 12 Maret 2010. JAKARTA — Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membantah tudingan pihaknya tidak satu suara dalam mengusut kasus Bank Century. Pelaksana Tugas Ketua KPK, Tumpak Hatorangan Panggabean, menegaskan pihaknya satu suara mengusut Century. “Tidak benar berita itu. Pimpinan KPK tidak pernah melakukan voting (pengambilan suara) kasus Bank Century,” kata Tum pak, Kamis (11/3) di KPK. Ia me nanggapi isu yang dilontarkan anggota Fraksi PDIP, Eva Kusuma Sundari. Eva mendengar ada perselisihan di internal KPK terkait perlu tidaknya menindak lanjuti kasus Century.
Dikabarkan ada dua pimpinan KPK yang setuju meningkatkan status kasus Century ke penyidikan, dua pimpinan tidak setuju dan satu abstain. Mengendus perselisihan ini, Eva mengusulkan Komisi Anggaran DPR (XI) menahan anggaran KPK bila lembaga antikorupsi itu tidak serius bekerja. Eva menegaskan pihaknya mendapat informasi dari internal KPK terkait perpecahan itu. ‘’Sumber kami valid,’’ katanya pada Republika, Kamis malam. Selain itu, ia juga mencermati pernyataan yang dilontarkan pimpinan KPK. Beberapa hari belakangan ini, pernyataan itu berbeda. ‘’Pak Jasin pernah berkata kalau kasus Bank Century 30 persen terindikasi korupsi. Tapi sehari kemudian dibantah oleh Pak Johan Budi. Ini kan memperlihatkan ada dinamika internal di KPK,’’ jelasnya. Eva juga mengakui sudah dihubungi oleh pimpinan KPK terkait pernyataannya. Anggota Komisi Hukum (III) DPR dari FPKS, Nasir Jamil, akan meminta kejelasan KPK atas penyelidikan kasus Bank Century. Komisi III telah mengimbau KPK segera memberikan sinyal positif ke publik bahwa KPK bersungguh-sungguh menindaklanjuti rekomendasi DPR soal Century. Nasir mengaku kecewa dengan kabar yang menyebutkan Pimpinan KPK saat ini tidak solid menyikapi Century. Nasir mengingat kan KPK, kasus Bank Century bisa dimanfaatkan pihak tertentu sebagai alasan merevisi UU KPK. “Jika KPK dinilai tidak berhasil menangani kasus Century, kemudian UU KPK direvisi, KPK bisa dilumatkan. Jangan sampai Pimpinan KPK sekarang membuat sejarah buruk bagi KPK,” katanya, memperingatkan. Menghadapi tudingan ini, pimpinan KPK menegaskan pihaknya belum pernah memvoting satu perkara pun. Semua perkara yang masuk KPK, papar Tumpak, diusut secara profesional sesuai dengan fakta hukum yang telah diperoleh oleh tim yang menangani kasus perkara. Pimpinan KPK mengundang DPR meninjau langsung kinerja lembaga anti korupsi. ‘’KPK tak pernah bekerja tak serius,” tegas Wakil Ketua KPK Bidang Penindakan Bibit Samad Rianto. Ia menyesalkan anggota DPR yang mengeluarkan pernyataan tanpa mengecek kebenarannya ke KPK. ‘’Mestinya mereka bisa tanya ke kita atau cek on the spot ke KPK,” ujar Bibit. Lamanya proses penyelidikan maupun gelar perkara karena ada banyak peristiwa yang perlu dikaji dalam proses bailout. “Gelar perkara masih perlu dilanjutkan. Yang jadi wilayah KPK itu akan dijabarkan lebih rinci dan ada yang harus didalami dari keterangan tambahan,”imbuh Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah. Panjangnya pengusutan kasus ini, ujar Chandra, disebabkan rangkaian peristiwa skandal Bank Century itu banyak. Dari sembilan temuan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan bakal dipecah serta dianalisis lagi menjadi satu peristiwa sendiri. Chandra menerangkan, misalnya dalam rangkaian peristiwa Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP), masih ada beberapa peristiwa turunannya yang belum selesai dirinci satu per satu. Mekanismenya, ujar Chandra, jika ada beberapa peristiwa selesai, tim penyelidik dan pimpinan membuat kesimpulan. Kemudian tiap kesimpulan dalam peristiwa itu dianalisis bersama hingga menghasilkan kesimpulan akhir. “Expose untuk analisis seluruh peristiwa belum selesai,”kata Chandra. ■ indah/andri/m ikhsan ed: stevy
(23) Israel Teroris Dunia Islam dan Kristen harus menolak Zionisme. Republika (Headline), Ahad 21 Maret 2010. JAKARTA — Tindakan bangsa Israel mencaplok tanah Palestina dan upaya mereka menghancurkan Masjidil Aqsa merupakan bentuk teroris sesungguhnya. Hal itu diungkapkan oleh tokoh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nurwahid, di hadapan sekitar puluhan ribu massa kader dan simpatisan PKS dalam aksi peduli Palestina di Monas, Jakarta, Sab tu (20/3). “Zionisme merupakan teroris sesungguhnya. Teroris yang menjajah bangsa Palestina,” tegas Hidayat. Mantan ketua MPR itu menilai, masalah bangsa Israel bukan hanya urusan satu bangsa. Namun, sudah merupakan permasalahan dunia. Israel tidak hanya menghancurkan rumah ibadah umat Muslim, namun juga gereja-gereja milik umat Kristiani. “Mereka bukan hanya mencaplok tanah umat Muslim. Tanah wakaf gereja turut dirampas. Karena itu, dunia Barat, termasuk umat Kristiani, juga harus bersatu padu menolak Zionisme Israel,” jelas Hidayat. Apa yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Presiden AS Barack Obama dengan mengecam tindakan Israel yang terus membangun permukiman Yahudi di tanah Palestina, kata Hidayat, tidaklah cukup. Namun, harus ada upaya-upaya lain untuk menghadirkan keadilan di muka bumi ini. “Tapi, bagaimana mereka mampu menghadirkan keadilan dan ini merupakan kesempatan emas,” ujar Hidayat. Dalam kesempatan itu, Hidayat juga mengimbau seluruh elemen nasional agar bersatu padu menolak apa yang dilakukan oleh Israel kini. Nahdlatul Ulama yang akan melakukan muktamar diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi yang salah satu isinya membela bangsa Palestina. Begitu juga dengan Muhammadiyah yang akan merayakan hari jadinya yang ke-100. “Kita berharap, seluruh ulama dapat bersama-sama membela Palestina,” imbau Hidayat. Sementara itu, politikus senior PDIP, Sabam Sirait, yang memberikan orasi pada aksi itu juga mengimbau seluruh kader PDIP untuk menolak berbagai bentuk penjajahan, termasuk penindasan yang dilakukan oleh bangsa Israel terhadap Palestina. “Saya meminta, di sini, anggota dewan dari PKS untuk mengajak anggota PDIP bersama menolak berbagai bentuk penjajahan,” ajak nya. Sabam juga menceritakan pengalamannya ketika tengah berada di Timur Tengah. Saat itu, dia bersama rombongan parlemen yang dipimpin oleh Akbar Tandjung tengah mengadakan kunjungan kerja. “Saya bilang waktu itu, kalau kita menginap di Tel Aviv, kita sama saja mengakui Israel. Akhirnya, rombongan menginap di Yerusalem,” ceritanya. Sejak pukul 12.00, lebih dari sekitar 10 ribu kader dan simpatisan PKS yang mayoritas berseragam putih memadati lapangan Monumen Nasional (Monas). Teriakan kecaman terhadap Israel berkali-kali dilontarkan. “Palestina, Palestina, bebaskan, bebaskan! Israel, Israel, hancurkan, hancurkan!” Seruan nasyid (lagu) perjuangan Palestina pun turut dikumandangkan. Salah satunya adalah lagu We Will Not Go Down yang dipopulerkan oleh Michael Heart. Setelah mendengarkan orasi dari beragam tokoh, massa dan simpatisan PKS kemudian melakukan long march ke Bundaran HI sekitar pukul 15.00. Massa PKS yang terdiri atas kaum laki-laki, perempuan, dan anak-anak itu berjalan sambil membawa berbagai atribut PKS serta bendera Palestina. Mereka juga berorasi, takbir, dan teriakan mendukung Palestina bergema di sepanjang jalan menuju Bundaran HI. Panjang massa yang beraksi itu mencapai lebih dari tiga kilometer sehingga praktis sepanjang jalan ke arah Bundaran HI tertutup dan hanya menyisakan jalur busway yang terlihat dipadati sejumlah mobil dan motor.
Menurut Kepala Badan Humas PKS, Ahmad Mabruri, kepada Antara, setelah melakukan aksi Solidaritas Palestina di Monas, long march menuju ke Bundaran HI. Massa akan kembali ke Monas sebelum membubarkan diri. ■ ed: ginting
(24) DPR ’Adili’ KPK Penolakan Menkeu diperiksa di kantor KPK dikritisi. Republika (Headline), Kamis 29 April 2010. JAKARTA — Hujan kritikan menerpa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi III (Hukum) DPR, Rabu (28/4). Para politisi DPR mencecar kinerja KPK yang mereka anggap lamban menangani sejumlah kasus penting. Beberapa kasus yang banyak disinggung seperti pemanggilan Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani dalam hal Bank Century; kelanjutan penyelidikan Bank Century; mafia pajak; kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior BI tahun 2004; kasus dugaan korupsi Gubernur Sumatra Utara, Syamsul Arifin; serta kasus Bupati Boven Digoel (Papua), Yusak Yaluwo. Situasi rapat pun berlang sung sengit. Rapat yang dimulai sejak Rabu siang itu diwarnai interupsi, perdebatan, dan saling lempar argumentasi terkait kasus yang ditangani KPK, maupun perdebatan antar politisi. Anggota Komisi III dari Fraksi Partai Demokrat, Pieter Zulkifli Simabuea, mempertanyakan keseriusan KPK mengusut kasus suap pemilihan Miranda Goeltom sebagai Deputi Gubernur Senior BI. Ia gusar, karena KPK baru menjadikan empat orang sebagai tersangka. Pieter juga menerima informasi soal para bankir dan pengusaha yang mensponsori Miranda waktu itu. Wakil Ketua KPK Bidang Penindakan, Bibit Samad Rianto, menjawab, KPK tetap mengembangkan kasus itu untuk menjaring tersangka baru. ‘’Korlapnya [koordinator lapangan] kita ambil dulu, lalu berkembang ke pemberinya,’’ kata Bibit. Anggota Komisi III dari FPDIP, Gayus Lumbuun, tak puas dengan jawaban Bibit. Ia mempermasalahkan mengapa KPK tidak mengutamakan proses hukum pada pemberi suap. Wakil Ketua KPK Bidang Penindakan, Chandra M Hamzah, mencoba meyakinkan Gayus bahwa si pemberi suap akan terungkap dalam persidangan. Adang Daradjatun, anggota Komisi III dari FPKS, yang istrinya disebut-sebut terlibat dalam kasus Miranda Goeltom, tak terlihat dalam rapat kali ini. Anggota DPR juga sempat menegur Chandra karena ia terlihat sibuk ‘bermain’ dengan telepon selulernya saat rapat tengah berlangsung. Chandra lantas meminta maaf. Soal perkembangan kasus Bank Century, KPK sudah meminta keterangan pada 90 orang. Mereka berasal dari BI, Bank Century, Lembaga Penjamin Simpanan, Kementerian Keuangan, dan unsur terkait lainnya. Anggota DPR lantas menggiring masalah Century ke rencana pemeriksaan Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani, Kamis (29/4) ini. Anggota Fraksi Hanura, Syarifudin Suding, mempermasalahkan mengapa KPK tidak memeriksa keduanya di KPK. ‘’Seharusnya keduanya dipanggil ke KPK karena asas equality before the law [kesamaan di hadapan hukum],’’ katanya. Anggota Fraksi Golkar, Bambang Soesatyo, tidak mempermasalahkan pemeriksaan Boediono di Kantor Wapres, tapi tetap gusar soal Sri Mulyani tak mau ke KPK. ‘’Permintaan Sri Mulyani untuk dimintai keterangan di kantornya tak bisa dipahami,’’ kata Bambang. Ia membandingkan saat KPK memeriksa mantan gubernur BI Burhanuddin Abdullah dan besan Presiden yang juga mantan deputi gubernur BI, Aulia Pohan. Keduanya mau datang ke KPK. Wakil Ketua KPK Bidang Pencegahan, M Jasin, berdalih, pemeriksaan keduanya sesuai Pasal 25 ayat 2 UU 30 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Dalam pasal ini, KPK bisa membuat sistem yang mendukung kelancaran kerjanya. ‘’Tak ada dalam satu UU pun yang mengharuskan proses meminta keterangan dalam penyelidikan harus di KPK,’’ tegas Chandra. Perdebatan juga terjadi antara Wakil Ketua Komisi III, Aziz Syamsuddin, dengan pimpinan KPK soal kasus dugaan korupsi APBD Kabupaten Langkat 2000 - 2007. Tersangka kasus ini adalah mantan bupati Langkat yang sekarang Gubernur Sumut, Syamsul Arifin. “Tercium bau tak sedap dalam kasus ini,’’ kata Aziz. KPK membantah mengambil alih kasus ini dari Kejaksaan Tinggi Sumut. Praperadilan KPK Kasus praperadilan Bibit-Chandra tak luput dari sorotan. Politisi Fraksi Gerindra, Desmon Mahesa, mempertanyakan hal ini. Bibit menjawab lugas, ‘’Kalau status kasus saya dan Pak Chandra begini terus, bagaimana bisa tercapai targetnya.’’ Pelaksana Harian Ketua KPK, Haryono Umar, menjelaskan, KPK menganggap perkara yang disangkakan ke Bibit dan Chandra tak pernah terjadi. ‘’Kasus ini tak memengaruhi KPK karena bekerja sesuai sistem yang terbagi sesuai bidang tugas.’’ ■ ed: stevy maradona
(25) Kasus Pajak Sistemis Pengawasan internal Ditjen Pajak lemah. Republika (Headline), Selasa 4 Mei 2010. JAKARTA — Kejahatan pajak kian merebak. Kementerian Keuangan merilis sejumlah kasus pajak yang melibatkan wajib pajak (WP) badan/perusahaan di sejumlah daerah dengan total kerugian negara mencapai triliunan rupiah. ‘’Kita sudah memeriksa 100 WP badan di berbagai kota, seperti Medan, Jakarta, Bandung, dan Surabaya,’’ ungkap Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam jumpa pers di Ditjen Pajak, Senin (3/5). Menkeu mengumumkan tiga kasus pajak yang sedang diusut aparat hukum dan Ditjen Pajak. Kasus pertama melibat kan Grup PHS asal Sumatra Utara dengan nilai pajak Rp 300 miliar. Kasus kedua melibatkan konsultan pajak di Jakarta berinisial SOL senilai Rp 247 miliar. Kasus ketiga dengan biro jasa W pimpinan TKB senilai Rp 60 miliar. Ketiga kasus memiliki modus serupa, yaitu pemalsuan faktur pajak. Menkeu mengakui oknum pegawai Ditjen Pajak kerap terlibat kejahatan pajak. ‘’Permasalahan yang ada saat ini bersifat sistemis, struktural, dan di sinyalir sudah cukup lama,’’ katanya. Direktur Intelijen dan Penyidikan Dit jen Pajak, Pontas Pane, menilai, negara rugi triliunan rupiah dalam kasus pemalsuan faktur pajak. ‘’Bayangkan, tiga kasus saja sudah mencapai Rp 500 miliar sampai Rp 600 miliar. Belum yang lainnya yang jumlah kerugiannya bisa lebih besar,’’ ujar Pontas. Menurut Pontas, penyidikan terhadap 100 WP ini berlangsung sejak 2009. Untuk kasus SOL sudah P21 dan siap disidang. Untuk Grup PHS dan TKB kini masih dalam proses. Khusus kasus PHS, pimpinannya sudah masuk dalam red notice Ditjen Imigrasi. Pontas juga menyatakan, sejumlah WP badan besar terlibat kejahatan pajak. Namun, ia tak mau merincinya. Pengawasan lemah Keterlibatan pegawai pajak tak terlepas dari fungsi pengawasan internal Ditjen Pajak. Ketua Komisi Pengawas Perpajakan (KPP), Anwar Suprijadi, menilai, pengawasan internal Ditjen Pajak bermasalah. ‘’Salah satu kelemahan dalam Ditjen Pajak adalah soal pengawasan sehingga penyimpangan dapat terjadi,’’ ungkap Anwar.
Contoh lemahnya pengawasan, ungkap Anwar, ada pada Direktorat Kepatuhan Internal Transformasi Sumber Daya Aparatur. Jumlah anggota direktorat ini delapan orang, tetapi seluruhnya ditugasi mengawasi kantor pusat, yaitu tiga orang mengawasi kepatuhan internal dan lima orang mengawasi sumber daya aparatur. ‘’Kenapa tidak dialihkan? Yang tiga orang tetap dipertahankan, nah yang lima orang sebaiknya disebar ke kantor wilayah. Dengan cara ini pengawasan bisa diperkuat,’’ jelas Anwar. Anwar juga mengungkap zona ke nikmatan di Ditjen Pajak. Yang dimaksud dengan zona ini adalah Direktorat Keberatan dan Banding. Anwar mengusul kan memeriksa ulang putusan pajak maupun pemeriksaan yang lebih berkualitas di direktorat ini. Anggota Komisi Keuangan Negara (XI) DPR, Andi Rahmat, mencium kuatnya aroma kerja sama kejahatan antara WP badan dan aparat pajak. Politisi FPKS ini meminta pada masa mendatang Komisi Pengawasan Perpajakan bisa lebih optimal. Pengamat perpajakan, Darussalam, mengusulkan agar pemerintah melibatkan dan mendengar suara WP untuk lebih mengefektifkan pengawasan. ‘’Kalau sengketasengketa kecil bisa diminimalisasi, otomatis tidak akan membesar seperti saat ini dan banyak oknum bermain, ’’ ungkapnya. Kemenkeu membentuk Tim Gabungan yang terdiri atas Inspektorat Bidang Investigasi (IBI), Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur (KITSDA), serta Komite Pengawasan Perpajakan. Tim akan menganalisis data dan akses informasi data pajak sampai tingkat yang sangat rinci dan rahasia untuk mendapatkan alat bukti yang investigatif. Pengusutan pun dilakukan terhadap pegawai Ditjen Pajak aktif maupun non aktif, dari tingkat jabatan yang paling rendah hingga tertinggi. ■ c08 ed: stevy maradona
(26) Exit Strategy Bagi Sri Mulyani Republika (Headline), Kamis 6 Mei 2010. Beragam reaksi muncul menyusul mundur dan pindahnya Menkeu Sri Mulyani ke Bank Dunia. ‘’Ini bentuk dukungan politik luar biasa dari Bank Dunia. Tidak lazim Bank Dunia menawari menteri yang sedang menjabat dan dalam pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),’’ ujar anggota Komisi Keuangan DPR dari FPDIP, Eva Kusuma Sundari, Rabu (5/5). Anggota Tim Sembilan inisiator Hak Angket Bank Century dari FPKS, Andi Rahmat, berpendapat, tawaran Bank Dunia datang pada waktu yang kurang tepat. ‘’Ini sebenarnya proses normal di lembaga tersebut. Tapi, jangan sampai ini dianggap sebagai exit strategy pemerintah dalam menyikapi proses hukum skandal Bank Century,’’ katanya. Dari sudut pandang positif, kata Andi, mundurnya Menkeu bisa menjadi solusi kebuntuan hubungan Sri Mulyani sebagai wakil pemerintah dengan DPR. Dalam beberapa kali rapat di DPR, sejumlah fraksi walk out karena menilai Sri Mulyani tidak lagi layak mewakili pemerintah terkait kasus Century. Bagi Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (DPP) Partai Hanura, Fuad Bawazier, pengunduran diri Sri Mulyani sejalan dengan hasil Pansus Angket Bank Century. ‘’Mudah-mudahan, segera diikuti pengunduran diri (Wakil Presiden) Boediono,’’ katanya. Ekonom Econit, Hendri Saparini, mencium aroma kerja sama politik antara pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Bank Dunia. Penawaran jabatan managing director dilakukan untuk menyelamatkan reputasi Sri Mulyani. ‘’Ini exit strategy Agar Sri Mulyani tidak terlihat bersalah dalam kasus Century,’’ katanya. Di sisi lain, Hendri merasa wajar Bank Dunia memilih Sri Mulyani karena yang bersangkutan memiliki kebijakan utang luar negeri yang pro Bank Dunia.
Sementara itu, Ketua Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan, Kuntoro Mangkusubroto, menyayangkan keputusan Sri Mulyani. ‘’Kita menyayangkan. Dalam suasana seperti ini, seorang menteri meninggalkan cabinet itu patut disayangkan,’’ kata Kuntoro. Ia menilai, kinerja Sri Mulyani baik dan profesional. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM) dan Koperasi, Sandiaga Uno, berharap keputusan Sri untuk mundur menjadi penyelesaian terbaik dari semua kontroversi selama ini. Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP, Taufik Kiemas, meminta Wapres Boediono tidak terpengaruh atas mundurnya Sri Mulyani. Wakil Ketua MPR, Hajriyanto Tohari, menambahkan, mundurnya Sri Mulyani kemungkinan menimbulkan dampak psikologi politik. Sementara itu, terkait calon pengganti Sri, Pjs Ketua Umum Kadin, Adi Taher, mengatakan, haruslah tokoh yang bisa menurunkan suku bunga kredit. Alasannya, pelaku usaha kesulitan meningkatkan daya saing produk Indonesia dengan suku bunga tinggi. "Yang kita butuhkan itu investasi. Karena itu, kita perlu orang yang memperjuangkan bunga (kredit) lebih rendah, yang selama ini sudah dirintis," katanya.Syarat lainnya, lanjut Adi, adalah tokoh yang mengerti makroekonomi sekaligus memahami mikro ekonomi. "Akademisi itu kan terlalu makro (ekonomi), harus ada segi praktiknya juga, peduli terhadap sektor riil juga." Namun, Adi menyebut, pihaknya belum memiliki usulan nama menkeu pengganti Sri Mulyani. Dia mengingatkan, wacana kriteria menkeu yang disebutkannya tadi berdasarkan rumor pergantian yang tengah marak diperbincangkan.Wakil Ketua Komite Tetap Kerja Sama Perdagangan Regional Kadin Indonesia, Franky Sibarani, berharap, Presiden mengambil menkeu baru dari kalangan profesional nonparpol.Menkeu baru juga harus diterima kalangan dalam dan luar negeri, seperti sosok Sri Mulyani. "Selama ini, kita terlena dengan figurnya Sri. Dia itu ideal," katanya.Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia, Urip Th muryono, berharap, pengganti Sri adalah tokoh yang pro-rakyat dan proindustri. Sementara itu. ekonom BNI,Ryan Kiryanto, berharap, Presiden segera menunjuk pengganti menkeu agar tidak terjadi spekulasi yang justru berdampak negatif. "Sekarang, Presiden SBY tentu sudah punya figur-figur yang tepat untuk menggantikan Sri Mulyani sebagai menkeu yang baru dan sebaiknya menkeu yang baru segera ditetapkan," katanya.Ekonom UGM. Sri Adiningsih, mengusulkan calon menkeu baru memiliki kapasitas lebih tinggi atau minimal sama dengan Sri Mulyani."Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus secepatnya mencari pengganti Sri Mulyani. Tidak boleh lowong karena tugas menteri keuangan sangat menentukan jalannya perekonomian," katanya.Ekonom Indef, Aviliani, berpendapat, mundurnya Sri Mulyani tidak akan berpengaruh signifikan terhadap perekonomian Indonesia jangka panjang.Siapa calon yang tepat? Aviliani mengajukan nama Darmin Nasution. Saat ini Darmin menjabat sebagai deputi Gubernur Senior Bank Indonesia.Sejumlah nama lain yang muncul adalah Kepala Badan Kebijakan Rskal Kemenkeu, Anggito Abimanyu, dan Ekonom Chatib Basri. Terhadap nama-nama ini, Ekonom Ul Faisal Basri, menilai positif.
(27) Kasus Century Jalan Terus Partai Demokrat tetap akan memegang kendali koalisi. Republika (Headline), Ahad 9 Mei 2010. JAKARTA — Pembentukan sekretariat bersama partai koalisi tak memengaruhi sikap Partai Golkar dalam kasus Century. Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, menegaskan, akan tetap mengawal proses hukum terhadap kasus Bank Century. Menurut Ical, sapaan akrab Aburizal, bagi Partai Golkar, proses hukum kasus Bank Century tidak boleh berhenti atau dihentikan. ‘’Saya tegaskan lagi, proses hukum terus berjalan. Posisi seseorang tidak menyebabkan proses hukum berhenti,’’ kata Ical di Jakarta, Sabtu (8/5).
Ical mengakui, ia sempat membicarakan soal Century dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dalam perbincangan itu, kata Ical, dirinya dan SBY sepakat siapa pun tak bisa menghentikan proses hukum kasus Century. Ihwal mundurnya Sri Mulyani dari jabatan menteri keuangan, menurut Ical, bukan karena deal politik antara Golkar dan SBY. Kamis (6/5) lalu, Ketua DPP Partai Golkar, Priyo Budi Santoso, sempat mengisyaratkan memetieskan kasus Bank Century setelah mundurnya Sri Mulyani dari jabatan menkeu. ‘’Mau dipetieskan juga Golkar tidak masalah,’’ kata Priyo. Menurut Ical, SBY belajar dari pengalaman gonjang-ganjing kasus Bank Century di DPR. Atas dasar itu, SBY menentukan format koalisi baru dengan membentuk sekretariat bersama. • Kesepakatan politik Menurut Ical, dalam format koalisi yang • Membentuk sekretariat gabungan lama, partai pendukung tidak bisa selalu partai koalisi mendukung kebijakan pemerintah. Salah satu • Koalisi di pemerintahan dan contohnya, pengusutan secara politis kasus parlemen Bank Century lewat panitia khusus (pansus). • Isu-isu dan agenda strategis dilaksanakan bersama Dalam format koalisi yang baru, PARTAI KOALISI PEMERINTAH kebijakan-kebijakan yang akan diambil • Partai Demokrat pemerintah didiskusikan terlebih dahulu di • Partai Golkar antara partai koalisi. • Partai Keadilan Sejahtera Akibatnya, kata Ical, partai koalisi bisa • Partai Persatuan Pembangunan membela kebijakan tersebut dengan senang • Partai Amanat Nasional hati. • Partai Kebangkitan Bangsa Dalam pertemuan di Cikeas, Kamis (6/5) malam, menurut Ical, Presiden menjelaskan forum koalisi tidak dimaksudkan menyamakan persepsi. Yang paling penting, kata Ical, kebijakan pemerintah didiskusikan dulu dengan partai koalisi. ‘’Sehingga, semua solid. Semua tahu apa yang dibela,’’ kata Ical. KESEPAKATAN
KOALISI
Oligarki Namun, saat ada kemesraan antara Partai Golkar dan pemerintah, salah satu politikus dari Partai Golkar, Agun Gunanjar Sudarsa, justru mengkritiknya. ‘’Saya melihat, jangan-jangan Golkar kembali ke Orde Baru. Karena, koalisi yang digagas sekarang bisa menimbulkan oligarki kekuasaan,’’ kata Agun, Sabtu (8/5). Menurut Agun, pemilihan Ical sebagai ketua mengindikasikan adanya deal antara penguasa dan pengusaha. Sementara pengamat politik, Burhanuddin Muhtadi, menilai, pembentukan format koalisi gaya baru ini sebagai pertanda rujuk Partai Golkar dan Demokrat. Namun, ia sepakat akurnya kedua partai ini berpotensi membuat iri anggota koalisi yang lain. ‘’Dengan pengangkatan Ical, tentu akan ada format koalisi yang baru diikuti dengan kontrak ulang,’’ kata Burhanuddin. Burhanuddin menjelaskan, bentuk kontrak ulang koalisi ini dalam waktu dekat akan terlihat jika Presiden SBY melakukan reshuffle kabinet. Golkar kemungkinan akan diberikan porsi lebih besar dalam reshuffle tersebut, sedangkan partai anggota koalisi lainnya yang masih dianggap ‘nakal’ oleh Demokrat akan didepak. ■ ed: irwan
(28) Setgab Mandul Soliditas koalisi bisa lebih buruk. Republika (Headline), Selasa 11 Mei 2010. JAKARTA — Pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) menjadi ujian pertama efektivitas sekretariat gabungan (setgab) partai koalisi pendukung pemerintah. Sayangnya, kandidat yang dijagokan Partai Demokrat dalam pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia di Komisi XI DPR kandas. Dalam pemungutan suara secara tertutup Senin (10/5), Krisna Wijaya yang didukung oleh Demokrat mendapat 24 suara dari 53 anggota Komisi Ke uang an DPR. Sisa 29 suara bulat memenangkan Halim Alamsyah, sehingga kandidat ketiga yaitu Perry Warjiyo sama sekali tidak mendapat suara. Dengan hasil pemilihan ini, Ketua DPP PDIP, Maruarar Sirait, menilai, setgab tidak akan efektif dalam menjaga keutuhan koalisi. ‘’Siapa yang diusulkan koalisi? Efektif atau tidak koalisi jadi nya?’’ sindir Maruarar, Senin (10/5). Sebelumnya, anggota Komisi XI DPR dari FPDIP, Dolfi Ofp, mengakui dia mendukung Halim. Pengamat politik Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, melihat, hasil pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia akibat komunikasi politik yang tak mulus di setgab partai koalisi. Posisi setgab ternyata tidak sekuat apa yang digembar-gemborkan. ‘’Set gab terbukti mandul,’’ katanya. Menurutnya, komunikasi dan perencanaan tidak melibatkan semua anggota koalisi. Bila tak segera diselesaikan, niat setgab menstabilkan politik bisa berbalik. ‘’Bisa membuat soliditas koalisi lebih buruk,’’ kata Burhan. Seandainya koalisi solid, sekurangnya 40 suara di Komisi XI DPR sudah di tangan. Wakil Ketua Komisi XI DPR dari Fraksi Partai Demokrat (FPD), Achsanul Qosasi, tidak menampik fraksinya mendukung Krisna Wijaya. ‘’Ya, kami solid 14 orang,’’ tegas Achsanul. Wakil Sekjen PPP, M Romahurmuzy, mengatakan, suara PPP untuk Krisna Wijaya sudah bulat. ‘’Saya menjamin PPP tetap utuh, PPP tidak ke mana-mana,’’ kata Romahurmuzy. Menurutnya, PPP, Demokrat, PAN, dan PKB sepakat mendukung komisaris Bank Danamon itu. Sekjen PAN, Taufik Kurniawan, juga menegaskan bahwa Demokrat, PAN, dan PKB solid dalam pemilihan Deputi Gubernur BI. ‘’PAN selalu mengedepankan etika dan fatsun politik,’’ tegas Taufik. Dia berharap penataan koalisi harus diperbaiki. Namun, dia juga mengingatkan bahwa anggota koalisi sebenarnya diberi kebebasan asalkan tak menyentuh hal substansial dan fundamental dalam kepentingan koalisi. Apakah pemilihan deputi gubernur BI termasuk masalah substansial dan fundamental? ‘’Biar masyarakat yang menilai,’’ kata Taufik. Hanya Golkar dan PKS yang belum jelas. Tak satu pun politisi Golkar berhasil dihubungi untuk mengonfirmasi apakah mereka memang mendukung Halim. Sementara Wakil Ketua Komisi XI dari FPKS, Shohibul Iman, mengatakan, pemilihan ini ditentukan oleh tiga fraksi besar, yaitu Demokrat, Golkar, dan PDIP. Soal fraksinya sendiri, Iman mengatakan, ‘’PKS solid.’’ Tapi, dia menolak menyebut calon yang mereka dukung. Sumber Republika menyatakan PKS memberikan seluruh suaranya untuk Halim. Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PKS, Andi Rahmat, mengatakan, keputusan pemilihan diserahkan kepada setiap anggota. ‘’Susah menebak PKS memilih siapa, Golkar memilih siapa. Ini politisi semua. Swing (goyang) sekali,’’ kata Andi. ■ palupi/indira/c21/stevy, ed:rahmad bh
(29) Polri Abaikan HAM Teroris punya prinsip lebih baik mati daripada tertangkap hidup. Republika (Headline), Senin 17 Mei 2010. JAKARTA—Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengecam aksi polisi yang menembak mati atau menangkap semena-mena terduga teroris. Menurut Komnas HAM, tindakan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror melampaui nilai-nilai HAM. “Tindakan Densus 88 sudah kebablasan. Tindakan brutal Densus 88 telah merampas hak hidup warga Negara dan mengakibatkan hilangnya hak atas rasa aman dalam masyarakat,” kata Syafrudin Ngulma Simeulue, komisioner Komnas HAM, saat dihubungi Republika, Ahad (16/5). Syafrudin menambahkan, aksi Densus 88 Antiteror justru membuat teror baru, terutama bagi keluarga korban. Anak-anak korban mengalami trauma. Hak atas kesejahteraan dan pendidikan keluarga korban terampas. Syafrudin mengkhawatirkan, bila tidak bisa dikendalikan, tindakan Densus 88 Antiteror akan memicu tragedy kemanusiaan. Ia mengacu pada peristiwa penembakan misterius (petrus) di rezim Soeharto. “Aksi Densus 88 justru menebar teror. Siapa pun yang dicurigai langsung dihabisi, padahal mereka belum tentu teroris,” kata Syafrudin. Wakil Ketua Komnas HAM, Nur Kholis, meminta keluarga korban yang tewas atau diperlakukan semena-mena melapor ke Komnas HAM. Menurutnya, keluarga korban berhak atas informasi yang jujur dan benar dari aparat, terkait penangkapan atau penembakan, apakah langkah aparat itu sudah sesuai hukum. Laporan keluarga korban ini akan menjadi bukti pemanggilan awal bila benar ada perlakuan tidak adil. “Jika terbukti, Komnas HAM akan merekomendasikan prosesnya ke ranah hukum,” ungkap Nur Kholis. Mengomentari aksi penembakan terduga teroris yang marak selama lima bulan terakhir ini, Nurkholis mengatakan, pihaknya terus memantau apakah telah terjadi pelanggaran HAM. Ia mengakui, Komnas HAM belum mengambil kesimpulan. ‘’Tetapi, penangkapan harus sesuai dengan KUHAP dan standard operating procedure polisi sendiri,” katanya. Densus 88 Antiteror dalam setahun terakhir memang aktif menggerebek teroris. Penggerebekan tak jarang disusul baku tembak yang mengakibatkan jatuh korban jiwa dari pihak teroris ataupun polisi. Dalam lima bulan terakhir, peluru Densus 88 Antiteror sudah memakan sedikitnya 13 korban jiwa, mayoritas dari penggerebekan di Aceh. Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri membela langkah tembak mati teroris oleh anak buahnya. Menurut Kapolri, polisi memperhitungkan prinsip para tersangka teroris. “Mereka punya prinsip lebih baik mati daripada tertangkap hidup,” ungkap Kapolri, Jumat lalu. Kapolri mencontohkan, ada perempuan yang tertangkap hidup-hidup dalam penggerebekan di Solo. Ketika di rumah sakit, perempuan itu malah marah-marah kepada perawat karena tidak dibiarkan mati. Kapolri lantas berharap, masyarakat, termasuk Komnas HAM, mengerti tindakan Densus 88 saat beroperasi. Masalah baru Wakil Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras), Haris Azhar, menilai, tindakan Polri yang menembak ataupun menangkap orang yang diduga teroris secara brutal tak membuahkan solusi. Apalagi, mereka masih diduga, belum terbukti lewat proses peradilan yang adil. “Menumpas teroris adalah sebuah keharusan. Namun, harus sesuai hokum dan menjamin tidak melanggar hak asasi,” ujar Haris.
Anggota Komisi Hukum DPR dari FPKS, Nasir Jamil, mengatakan, Polri harus memprioritaskan menangkap teroris hidup-hidup. Tindakan polisi menembak mati orang yang diduga teroris justru memutus aliran informasi terorisme. Penangkapan teroris dengan gaya tembak mati pun dikhawatirkan menimbulkan lebih banyak lagi benih teroris. ‘’Ini seperti di Aceh. Ketika pemerintah membunuh GAM, justru lebih banyak GAM bermunculan,’’katanya. Mantan ketua PBNU, KH Hasyim Muh zadi, menilai polisi arogan dengan menembak mati para teroris. Hasyim meminta pemerintah harus melibatkan masyarakat untuk memberantas teroris, terutama ormas Islam dan tokoh lintas agama. “Amerika Serikat saja sudah mengubah caranya menangani teroris menjadi lebih manusiawi. Indonesia malah memburuk,’’ katanya. Ketua Majelis Ulama Indonesia Jatim, KH Abdhus homad, mengkritik Polri yang kerap menyebut tersangka teroris dengan gelar ustaz. “Tidak usah menggunakan sebutan ustazlah. Sebut saja namanya bin siapa gitu saja. Kalau selalu menggunakan ustaz dan istilah Islam lainya, seakan-akan Islam sengaja diseret-seret terus ke dalam isu terorisme,” katanya. ■ indah wulandari/rahmat basarah/indira/masduki/c01/antara ed: stevy maradona
(30) KPK Selidiki Suap BI BI mengaudit Direktorat Peredaran Uang. Republika (Headline), Kamis 27 Mei 2010. JAKARTA—Kasus dugaan suap yang menimpa pejabat Bank Indonesia (BI) dalam pencetakan uang plastik (polimer) pecahan Rp 100 ribu tahun 1999 di Australia segera ditindaklanjuti ke ranah hukum. Polri akan bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menyelidiki kasus ini. Wakadiv Humas Polri, Brigjen Zainuri Lubis, menyatakan, selain dengan KPK, Polri juga akan berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung. “Nanti, koordinasi dengan lintas hukum, misalnya, Polri direktur tipikor, kejaksaan juga tipikor, kemudian KPK,” ungkap Zainuri di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (26/5). Namun, Zainuri mengungkapkan, Polri masih menunggu konfirmasi dari BI, mengingat kasus itu melibatkan internal BI. Polri juga akan melakukan pertemuan incidental dengan BI. KPK sendiri juga siap mendalami kasus ini. “Tanpa diminta, kalau ada informasi dari pemberitaan, tentu penggalian informasi akan dilakukan,” kata Juru Bicara KPK, Johan Budi, kepada Antara. Koran the Age menulis bahwa KPK sudah mengawasi kasus ini selama dua tahun. ‘’Kita sudah mengetahui inti kasus ini. Sudah jelas indikasi adanya penyuapan,’’ kata Johan kepada the Age. BI juga telah menghubungi contact person-nya di Australia untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas terkait identitas pejabat BI berinisial M dan S yang disebut menerima suap 1,3 juta dolar AS atas pemenangan tender cetak uang itu. “Kami sudah menghubungi kontak kami di Australia. Tapi, dia menolak memberikan informasi karena persoalan ini masih disidik kepolisian,” kata Kepala Biro Humas BI, Difi A Johansyah. Audit oleh Direktorat Audit Internal terhadap proses lelang pencetakan uang itu di Direktorat Peredaran Uang (DPU) BI juga sedang digenjot. “Semua do kumen lelang waktu itu sudah di tangan audit internal,” kata Difi. Menurut Deputi Gubenur BI, Budi Rochadi, penelusuran sementara di DPU belum ditemukan indikasi penyimpangan. Pengadaan pecahan Rp 100 ribu plastik itu melalui
tender dengan membentuk panitia lelang terdiri beragam direktorat, termasuk DPU. Dewan Gubernur BI, ujar dia, tidak terlibat dalam pengadaan uang rutin semacam itu. Australia dipilih sebagai pencetak uang karena saat itu baru perusahaan Securency International milik bank sentral Australia yang mampu. Bahan polimer dipilih karena usia pemakaian bisa 2,5 kali usia kertas meskipun harganya dua kali lipat harga bahan kertas. Na mun, kata Budi, ternyata banyak kelemahan uang plastik, yaitu mudah di palsu serta rentan terhadap cuaca dan pola penyimpanan. Anggota Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI), Rama Pratama, mengatakan, BSBI bisa proaktif mencari data dan meminta informasi terkait dugaan keterlibatan dua pejabat BI berinisial S dan M. “BSBI bisa mengagendakan pertemuan dengan direktorat terkait,” kata dia. DPR memilih menunggu DPR masih bersikap lunak atas kasus ini. Menurut anggota Komisi XI dari FPKS, Andi Rahmat, kasus ini baru dugaan suap dan proses hukumnya masih berlangsung di Australia sehingga pengumpulan bukti di Indonesia akan sulit dilakukan. “Lebih baik kita tunggu sampai selesai. Karena, sistem hukum di sana memungkinkan kita mendapatkan semua datanya setelah ada keputusan hukum,” papar Andi, yang juga menilai kredibilitas sistem hukum Australia relatif lebih baik daripada Indonesia. Dia menganalogikan sikap menunggu ini dengan kasus hukum dugaan suap perusahaan Inggris Innospec Ltd ke pejabat migas Indonesia dan Pertamina senilai 8,5 juta dolar AS. “KPK kan tinggal datang ke Inggris setelah ada putusan hukum. Semua data kasus itu bisa didapat,” kata dia. Wakil Ketua Komisi XI DPR, M Sohibul Iman, pun berpendapat, saat ini belum ada alasan bagi DPR untuk meminta keterangan dari BI. “Tapi, dari dugaan kasus ini, mekanisme kontrol internal BI harus diperkuat.” ■ ed: rahmad bh
(31) TDL Gratis Bagi Kaum Miskin Biaya penyambungan listrik dinilai masih terlalu mahal Republika (Headline), Senin 14 Juni 2010. JAKARTA—Soal listrik terus menjadi sorotan. Setelah ingin menaikkan tarif dasar listrik (TDL) pada Juli nanti dan rencana menyubsidi listrik ke pelanggan kecil, kali ini PT PLN (Persero) mewacanakan listrik gratis bagi masyarakat tidak mampu. Dirut PLN, Dahlan Iskan, menyatakan sudah menghitung potensi keuntungan dan kerugian PLN bila membagi setrum gratis ke pelanggan kelas 450 VA. Secara umum, ia mengklaim, PLN bisa meraup untung kalau listrik 450 VA di bagi gratis dengan syarat pelanggan listrik diatas 450 VA dikenakan tarif mendekati keekonomian. Perhitungan PLN mengacu pada data pelanggan. Sampai akhir tahun ini, PLN menargetkan pelanggan sebanyak 42,1 juta. Sekitar 20 juta pelanggan dari total ini adalah kelas 450 VA. Pelanggan kelas ini diperkirakan menyalakan lima lampu ditambah dengan TV, radio, VCD, penanak nasi, bergantian dengan setrika, dan kipas angin. Dalam skema tarif subsidi sekarang, tiap pelanggan hanya membayar listrik seharga Rp 650 per kwh. Sementara itu, harga keekonomian listrik sebesar Rp 1.250 per kwh. Bila PLN menggratiskan total 20 juta pelanggan kelas 450 VA, kata Dahlan, perusahaannya merugi Rp 1,5 triliun. “Tapi, bisa dapat Rp 30 triliun jika 20 juta pelanggan yang lain bayar normal atau mendekati Rp 1.000 per kwh,” kata Dahlan dalam diskusi “Pengaruh Ke naikan TDL terhadap Industri dan Pertumbuhan Ekonomi” yang diadakan oleh Forum Diskusi Wartawan Keuangan dan Moneter, Sabtu (12/6). Perhitungan harga pokok produksi untuk keekonomian sekitar Rp 1.000 kwh ini sudah menghitung tingkat efisiensi PLN, seperti pengurangan kebocoran (korupsi),
efisiensi pengadaan barang, sampai pengurangan gaji atau jumlah pegawai yang terlalu tinggi. Dahlan mengatakan, wacana bagi-bagi listrik gratis mencuat gara-gara penolakan DPR setiap ada rencana kenaikan TDL. “Semua alasan yang menolak kenaikan TDL selalu mengatakan membela orang miskin. Kalau begitu, mengapa tidak kita gratiskan saja sekalian (listriknya),” ujarnya. Dahlan mengakui, usulannya ini sulit diterima. Karena itu, dia meminta pihak yang menolak kenaikan TDL jangan mengeksploitasi masyarakat miskin. Anggota Komisi VI DPR dari FPKS, Zulkieflimansyah, menilai, usulan listrik gratis dari PLN sebagai terobosan yang baik. “Ini gagasan yang baik dan pro rakyat kecil. Sudah saatnya pemerintah tidak membebani rakyat kecil,” ungkap Wakil Sekjen DPP PKS ini. Namun, pengamat kelistrikan, Fabby Tumiwa, menilai, PLN ingin dilihat bisa melakukan kebijakan populis lewat wacana ini. Ia meminta pemerintah berhati-hati bila ingin menerapkan kebijakan listrik gratis. Kebijakan listrik gratis, jelas Fabby, diterapkan di Afrika Selatan. Namun, tidak seluruh biaya listrik gratis, hanya 30 kwh pertama yang bebas biaya dan pelanggan 450 VA tidak semua dikategorikan masyarakat miskin. “Bukan memberi listrik kepada mereka yang sudah punya listrik,” kata Fabby. Pada saat yang sama, banyak masyarakat di luar Pulau Jawa yang belum merasakan nikmatnya setrum listrik bagi kehidupan. Ia memperkirakan, ada 100 juta masyarakat Indonesia yang belum menikmati listrik. “Masalah utamanya adalah banyak orang miskin yang enggak bisa nyambung listrik karena biaya sambungannya mahal. Bisa mencapai Rp 1,5 juta sampai dengan Rp 2 juta,” katanya. ■ joko sadewo/cepi setiadi/antara, ed: stevy maradona
(32) Dana Aspirasi Diloloskan Pemerintah tidak akan meneruskan pembahasan dana aspirasi. Republika (Headline), Jumat 18 Juni 2010. JAKARTA — Fraksi-fraksi di DPR sepakat meloloskan pembahasan dana aspirasi senilai Rp 8,4 triliun di Sidang Paripurna, Kamis (17/6) siang. Dana yang dibungkus dengan nama Program Percepatan dan Pemerataan Pembangunan Daerah Pemilihan ini menjadi catatan yang dibacakan oleh Badan Anggaran DPR dan menunggu persetujuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membacakan nota keuangan pada 16 Agustus mendatang. Ketua Badan Anggaran DPR, Harry Azhar Aziz, membacakan usulan dana aspirasi yang diusung Fraksi Partai Golkar pada bagian akhir laporannya. Ulah Harry langsung memicu interupsi dari berbagai fraksi. Anggota DPR dari Fraksi PAN, Fauzan Salim, mengatakan, DPR dan pemerintah harusnya membenahi payung hukumnya dulu sebelum membahas, apalagi mengesahkan usulan dana aspirasi. Ahmad Muzani dari Fraksi Partai Gerindra, meminta sidang Paripurna DPR mengklarifikasi persetujuan Badan Anggaran terkait usulan Fraksi Partai Golkar itu. Wakil Ketua Badan Anggaran dari Fraksi PDIP, Olly Dondo kambey, tegas menolak usulan Golkar. “Fraksi PDIP tidak menyetujui usulan tersebut.” Anggota FPPP, Lukman Hakim Saifudin, menengahi dengan membiarkan catatan dana dibacakan dengan alasan baru laporan pendahuluan dan tidak mengikat. Bila ingin menolak, ia menyarankan lewat panitia kerja RAPBN 2011. Wakil Ketua DPR yang menjadi pimpinan Sidang Paripurna, Pramono Anung, menegaskan, usulan dana aspirasi belum disahkan menjadi keputusan DPR. Menurut Pramono, sidang sekadar mencatat usulan Golkar sebagai bahan pembahasan di Panja RABPN 2011 dengan pemerintah.
“Dana aspirasi baru usulan awal dan dalam bentuk catatan dari Partai Golkar. Jadi, bukan kesimpulan Paripurna DPR,” kata Pramono. Peneliti senior Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menilai, langkah DPR mencantumkan dan membacakan dana aspirasi dalam laporan Badan Anggaran adalah upaya mengulur waktu. Ini mengacu pada pernyataan FPPP dan FPDIP dalam siding paripurna bahwa nasib dana aspirasi baru diputuskan di Panja RAPBN 2011. ‘’Memang ada kesan ini mengulur waktu sampai ada ketegasan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,’’ kata Burhan. Ia meyakini, di level Panja RAPBN 2011 akan terjadi lobi-lobi politik untuk meloloskan dana aspirasi atau dalam bentuk program lain. ‘’Logika politiknya, dana Rp 15 miliar untuk tiap daerah pemilihan tidak merugikan partai manapun, malah berpotensi melanggengkan kursi politisi di DPR,’’ katanya. Burhan menilai Presiden SBY akan mencari jalan tengah yang bisa diterima Golkar maupun parpol yang menolak dana. Kontroversi dana aspirasi bergulir sejak awal bulan ini. Di mulai dari usulan Fraksi Partai Golkar dan Fraksi Partai Demokrat agar pemerintah menyediakan dana Rp 15 miliar per daerah pemilihan. Belakangan, FPD berbalik arah menolak kucuran dana aspirasi. FPAN dan FPKS, malah tegas berseberangan dengan Golkar. Di dunia politik, dana aspirasi memang lazim, tetapi efektivitasnya diragukan. Presiden AS Barack Obama mengkritisi pengucuran dana yang disebut gentong babi (pork barrel) ini. Sejumlah DPRD, seperti Sumbar, juga menjalankan kebijakan itu, tetapi dikritisi karena tak jelas kegunaan dan audit dananya. Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan, pemerintah tidak akan meneruskan pembahasan usulan dana aspirasi yang diajukan FPG. Alasannya, akan membuat ketimpangan pembangunan karena dana terpusat di Pulau Jawa. “(Dana) itu tidak dibahas. Tidak akan menjadi dasar untuk membuat nota keuangan,” kata Agus di DPR. Wakil Ketua DPR dari FPG, Priyo Budi Santoso, mengatakan, nasib dana aspirasi ada di tangan Presiden SBY. “Kalau tidak disetujui, ya masak kami terus ngotot. Kami akan legowo,” kata Priyo. ■ ed: stevy maradona
(33) PKS Menjadi Nasionalis Perubahan paradigma yang penting meskipun terlambat. Republika (Headline), Senin 21 Juni 2010. JAKARTA—Musyawarah Nasional ke-2 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menandai perubahan platform partai dakwah ini. PKS kini berlabel partai Islam nasionalis walaupun mengaku tak mengikuti tren partai tengah, seperti Partai Demokrat, sang pemenang Pemilu 2009 yang mengusung slogan nasionalis religius. “Islam itu kan bagian dari nasionalisme,” kata Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq, seusai penutupan Musyawarah Nasional ke-2 PKS, Ahad (20/6). Dia menggeleng ketika ditanya apakah PKS telah bergeser dari partai sayap kanan ke jalur tengah. Sebagai partai nasionalis, Luthfi menjelaskan bahwa kewajiban partai politik untuk menggandeng komponen bangsa sesuai proporsionalitas. Melalui amendemen anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, PKS membuka pintu bagi tokoh di luar kader partai, bahkan non-Muslim, untuk memperkuat partai. Keanggotaan partai hanya dibagi dua kategori, yakni sebagai kader dan anggota. Kader terikat dengan aturan partai dan system berbasis dakwah. Sementara itu, anggota adalah semua WNI yang terikat pada organisasi partai. Luthfi menambahkan, perubahan ini bukan hanya untuk meraih target tiga besar pada Pemilu 2014, tetapi karena banyak pendukung PKS dari kalangan non-Muslim. “Yang jelas, kami tetap melaksanakan ajaran Islam dan menerima kalangan non-Muslim merupakan bagian dari ajaran Islam,” katanya.
Namun, pengamat politik Arbi Sanit menilai, perubahan menuju partai Islam nasionalis merupakan langkah tanggung PKS yang tak menyentuh hal fundamental sehingga tidak akan membawa perubahan besar. Jika serius melakukan perubahan, harusnya menyasar hal fundamental partai, seperti basis ideologi dan basis massa. “Ini seperti orang jalan di tempat. Yang bergerak hanya kakinya, sedangkan kepala dan badannya tidak bergerak,” kata Arbi sambil mengingatkan bahwa upaya pencitraan sebagai partai yang bergeser ke tengah juga pernah dilakukan PAN dan PKB. “Tapi kan gagal. Ternyata tidak efektif.” Upaya akomodasi kalangan non-Muslim, menurut Arbi, hanya akan mengarah ke pengurus PKS di daerah-daerah yang mayoritas non-Muslim. Akhirnya yang terekrut hanya pemimpin pinggiran, sedangkan basis massanya tak tersentuh. Berbeda dengan Arbi, pengamat politik Fachry Ali menganggap bahwa langkah PKS ini merupakan lompatan yang penting karena selama ini basis PKS adalah keumatan. “Ini perubahan yang paradigmatic ketika mencantol ke nasionalisme walaupun agak terlambat,” kata Fachry. Fachry mengingat kan, PKS bukan kelanjutan dari partai politik Islam lampau, seperti Masyumi, PSII, dan Perti. Cantolan PKS adalah gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang bercita-cita mengislamkan dunia. Dengan latar belakang tersebut, ketika mencantolkan diri kenasionalis, jelas terjadi perubahan PKS dari partai dakwah menjadi partai politik yang memakai strategi kompromistis. Dengan perubahan ini, menurut Fachry, pengikut partai nasionalis, seperti PDIP, relative bisa menerima PKS. ■ ed: rahmad bh
(34) Mega Tolak Hak Pilih TNI DPR perlu menanyakan kesiapan TNI untuk memilih. Republika (Headline), Ahad 27 Juni 2010. JAKARTA — Wacana pemberian hak pilih terhadap anggota TNI tidak berjalan mulus. Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, mengatakan, TNI belum saatnya diberi hak pilih dalam pemilu. “Sebagai wacana, itu baik. Tapi, sebagai ketua umum (DPP PDIP,-Red) saya berpendapat, karena TNI sudah memperoleh hak yang istimewa sebagai warga negara, itu belum saatnya,” kata Megawati di sela-sela peluncuran program Sahabat Biopori di Jakarta, Sabtu (26/6). Menurut Mega, TNI memiliki hak istimewa, yaitu memperoleh izin negara untuk menggunakan dan mengangkat senjata. TNI seharusnya lebih melihat peran utamanya sebagai pengawal negara. Selain itu, menurut Mega, hak pilih TNI belum saatnya diberikan karena reformasi di tubuh TNI serta agenda reformasi di Indonesia belum berjalan dengan baik. Senada dengan PDIP, Partai Gerindra dan Partai Hanura juga menolak pemberian hak pilih bagi TNI. Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Hanura, Abdilla Fauzi, TNI adalah alat Negara yang harus bersikap netral dan berada di atas seluruh kepentingan golongan. Abdilla menjelaskan, jika anggota TNI sudah menjadi partisipan, itu sudah tidak netral lagi sehingga fungsi TNI sebagai alat negara menjadi lemah karena tidak berdiri di atas seluruh kepentingan golongan. Menurut Fauzi, meskipun Partai Hanura didirikan oleh seorang jenderal, sikap Partai Hanura tegas meminta anggota TNI tidak menggunakan hak pilihnya. Sikap yang sama juga dikemukakan Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani. Menurut dia, TNI sebagai alat negara merupakan garda terakhir untuk menyelamatkan negara pada saat warga negara Indonesia terlibat konflik membela kepentingan golongannya. Namun, sikap PDIP, Hanura, dan Gerindra ini ditentang partai-partai pendukung koalisi pemerintah. Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI, Mustafa
Kamal, mengatakan, pemberian hak pilih kepada anggota TNI sah-sah saja. Hak pilih merupakan hak dasar warga Negara yang telah memenuhi syarat. Golkar pun sependapat. Ketua Bidang Politik dan Legislatif DPR Partai Golkar, Priyo Budi Santoso, justru menyambut baik usulan pemberian hak pilih kepada anggota TNI. “Wacana pemberian hak pilih kepada anggota TNI adalah pikiran yang progresif,” kata Priyo. Sementara itu, Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, menyatakan, hak pilih TNI bisa digunakan jika TNI sudah siap. “Jika memang sudah siap, bisa disepakati untuk dituangkan ke dalam Undang-Undang Pemilu,” katanya kepada Republika, Sabtu (26/6). Anas menjelaskan, pada Pemilu 2004 dan 2009 sesungguhnya status hak pilih anggota TNI sudah diakui dan dipulihkan. Anas menyarankan, supaya tidak mendatangkan masalah pada saat pembahasan RUU pemilu untuk 2014, pemerintah dan DPR perlu menanyakan dan mengonfirmasi kepada panglima TNI dan seluruh kepala staf angkatan, apakah mereka siap memilih atau tidak. Menanggapi pro-kontra hak pilih ini, Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso menyatakan, penggunaan hak pilih TNI menunggu undang-undang. “Tunggu undangundang,” kata Djoko Santoso seusai menghadiri peringatan puncak Hari Anti Narkoba Internasional 2010 di Jakarta, Sabtu (8/6). Pemilu 2019 Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Ikrar Nusa Bakti, menyarankan sebaiknya hak pilih TNI dilakukan setelah Pemilu 2014. “Paling cepat 2019,” katanya, Sabtu (26/6). Ikrar mempertimbangkan kedudukan Susilo Bambang Yudhoyono yang masih menjabat sebagai presiden. Apalagi, latar belakangnya terkait dengan dunia militer. Hal ini, katanya, dilakukan untuk menghindari upaya membangun dinasti kekuasaan dari ranah militer. “Hak pilih ini bisa dilakukan jika sudah tidak ada lagi jenderal yang jadi penguasa,” katanya. Wacana penggunaan hak pilih TNI ini sudah muncul sejak 2009 lalu. Berawal dari keinginan mantan panglima TNI, Jenderal Endriartono Sutarto, agar anggota TNI menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2009. Pada Pemilu 2004, TNI/Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) tidak menggunakan hak pilihnya. Hal tersebut dituangkan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR) Nomor VII/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI dan Polri. UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu pun ikut menegaskan hal tersebut. ■ antara/c32/c22 ed: irwan arief
(35) Jakarta Rawan Listrik Selama lima tahun terakhir ada Sembilan trafo yang meledak. Republika (Headline), Jumat 23 Juli 2010. JAKARTA — Warga Ibu Kota kembali menghadapi ancaman pemadaman bergilir selama dua bulan pasca rusaknya trafo di PLTU Muara Karang. PLN mengaku, wilayah DKI Jakarta rawan listrik karena trafo (current transformer-CT) cadangan baru datang pada Oktober. “Tingkat kerawanannya antara tidak ada masalah hingga sangat gawat,” kata Dirut PLN, Dahlan Iskan, Kamis (22/7). Menurut Dahlan, jika tidak ada masalah maka listrik di Jakarta akan aman. “Tapi kalau ada yang meledak seperti kemarin, ya bakal seperti ini, akan ada pemadaman.”
Trafo di pembangkit Muara Karang, Rabu (21/7), meledak yang mengakibatkan 12 persen wilayah Ibu Kota gelap gulita. Hingga kini belum diketahui penyebab ledakan. Sebagian wilayah Jakarta Utara pun masih mengalami mati lampu. Sebelumnya, pada 29 September 2009, trafo di Gardu Induk Cawang, Jakarta Timur, juga meledak dan membuat kebakaran hebat. Akibat ledakan itu, DKI Jakarta dan sekitarnya harus mengantre menikmati listrik selama dua bulan. PLN baru bisa mendatangkan trafo cadangan dari Surabaya lewat jalan laut. Butuh waktu sebulan bagi trafo cadangan untuk mencapai Cawang. Dahlan mengatakan, kondisi kelistrikan Jakarta saat ini ‘agak aman’ karena tertolong oleh musim hujan. Suhu yang relatif tidak terlalu panas membuat kondisi trafo ‘adem’. “Jika bukan musim hujan, dari dua bulan yang lalu mungkin sudah ada CT yang meledak, apalagi di Jakarta suhunya tengah naik,” katanya. Pengusaha hanya bisa pasrah melihat situasi seperti ini. Apalagi pada 1 Juli lalu PLN baru menaikkan tarif dasar listrik industri maksimal 18 persen. Ketua Umum Kadin DKI Jakarta, Eddy Kuntadi, mengkhawatirkan ancaman pemadaman merugikan sektor UMKM. “Kami masih menghimpun angka pastinya, tapi diperkirakan bisa merugikan omset hingga Rp 200 miliar per hari,’’ katanya. Ketua Asosiasi Peng usaha Indonesia, Sofjan Wanandi, meminta pasokan listrik ke industri tidak terganggu akibat masalah trafo.“Yang penting pasokan ke industri aman. Kita berharap PLN segera memperbaiki dan secepatnya menyelesaikan masalah ini.” Kerap rusak PLN mengakui merek trafo yang meledak kemarin kerap rusak. Dari catatan PLN sejak 2005 di seluruh Jawa, trafo merek ABB asal Swedia itu sudah sembilan kali meledak. “Kenapa meledak, dari sisi teknis tidak bisa dijelaskan. Padahal, CT ini merek terkenal,” kata Dahlan. Di Jakarta sekarang setidaknya ada 1.480 CT. PLN sedang memeriksa kondisi semua trafo tersebut. ABB adalah perusahaan alat-alat listrik berat asal Swedia yang berkantor pusat di Zurich, Swiss. Perusahaan ini sudah bergelut di industri listrik selama 120 tahun. Sejumlah proyek terkenal yang mereka tangani adalah menyediakan trafo listrik untuk Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, membuat trafo terbesar di dunia untuk Cina, dan trafo untuk menara tertinggi di dunia, Burj Khalifa, Dubai. Dahlan menambahkan, PLN sudah melakukan tender pengadaan enam trafo IBT, namun trafonya baru bisa terpasang pada Oktober 2010. Harga per trafo mencapai Rp 67 miliar. Untuk mendatangkan trafo ke Jakarta, total biaya yang dikeluarkan PLN mencapai Rp 420 miliar. Anggota Komisi Energi (VII) DPR Satya W Yudha mengkritik mekanisme pembelian trafo PLN yang tidak mempertimbangkan situasi kegawatan. “Padahal, sebetulnya bisa dimintakan dispensasi kepada Presiden, apalagi ini untuk kondisi krisis,” katanya. Sementara itu, anggota Komisi Energi lainnya, Zulkieflimansyah, menghargai langkah PLN menempuh jalur tender, walau memakan waktu, ketimbang membeli langsung yang akan menguntungkan pihak asing. ■ ed: stevy maradona
(36) Darmin Gubernur BI Republika (Headline), Jumat 23 Juli 2010. JAKARTA –- Darmin Nasution akhirnya disetujui menjadi Gubernur Bank Indonesia (BI) oleh Komisi XI DPR secara aklamasi, Kamis (22/7) malam. Tumpukan catatan dilampirkan dalam keputusan hasil uji kelayakan dan kepatutan yang berlangsung alot selama dua hari.
“Apakah pemilihan bisa dengan mufakat?” tanya Wakil Ketua Komisi XI DPR dari FPKS Surahman Hidayat, Kamis (22/7) malam. Atas pertanyaan itu, serentak terdengar jawaban ‘Bisaaaa’ dari ruang sidang Komisi XI DPR. Sebelumnya, para anggota Komisi XI DPR sempat pesimistis keputusan bisa diambil melalui mekanisme aklamasi. Pengambilan keputusan yang dijadwalkan berlangsung pukul 19.30 WIB baru dimulai lewat pukul 20.30 WIB. Meski sudah mendapat jawaban keputusan bisa diambil secara aklamasi, perdebatan sesama anggota komisi terus terjadi hingga lewat pukul 21.00 WIB. Mereka berdebat mengenai perlu tidaknya pandangan atau catatan dari setiap fraksi untuk keputusan terpilihnya Darmin. Pada awalnya Murady Darmansjah dari Fraksi Partai Hanura mempertanyakan bagaimana mungkin pemilihan melalui pemungutan suara (voting) memberikan catatan. Tetapi, ketika pemilihan sudah disetujui menggunakan aklamasi, kembali pemberian catatan dari setiap fraksi juga digugat. Arif Budimanta dari Fraksi PDIP berpendapat bahwa catatan tetap harus dilampirkan. “Jangan memberikan cek kosong. Ini juga merupakan amanat rakyat,” kata dia. Meski demikian, tetap saja catatan dipersoalkan dari sisi bagaimana mengontrol implementasi dari catatan yang juga dianggap sebagai kontrak politik. Setelah melewati perdebatan tersebut, disepakati setiap kelompok fraksi menyampaikan pandangan atau catatan masing-masing. Seluruh fraksi sepakat meminta Darmin mengundurkan diri jika terbukti terlibat skandal Bank Century. Bedanya, ada yang meminta pengunduran diri dilakukan saat ditetapkan sebagai tersangka, sebagian yang lain meminta pengunduran diri dilakukan ketika sudah menjadi terdakwa. Catatan selain terkait Century, umumnya menyangkut perbaikan kinerja BI dan keberpihakan ke sektor riil. ■ ed: rahmad bh
(37) Pidato Tak Beri Harapan DPR menilai kemiskinan di sejumlah provinsi sudah gawat. Republika (Headline), Rabu 18 Agustus 2010. JAKARTA — Pidato rutin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait Nota Keuangan dan RAPBN 2011 di depan DPR pada Senin (16/8) mendapat beragam tanggapan. Ada yang menilai isi pidato itu cukup baik. Namun, ada pula yang menilai pidato itu belum bisa membangkitkan harapan masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik. “Itu pidato rutin sehingga banyak cerita keberhasilan. Sayangnya, tidak terlihat adanya terobosan menangani masalah-masalah riil di masyarakat,” kata Guru Besar Komunikasi UI, Ibnu Hamad, Selasa (17/8). Ia menjelaskan, pidato Presiden memiliki beragam isu yang dikemas menjadi satu. Ibnu menilai, dalam membungkus aneka isu itu, Presiden tampak kesulitan menempatkan isu kepemimpinan mengelola harapan masyarakat. “Pernyataan-pernyataan seperti apa masalah bangsa, mau dibawa kemana bangsa ini, dan kepemimpinan untuk menyelesaikan masalah tidak terlihat. Justru, jadinya pidato biasa,” katanya. Pengamat ekonomi IPB, Iman Sugema, menambahkan, pidato ekonomi presiden selama lebih dari 60 menit itu terkesan datar. “Tidak terlihat fokusnya,” kata Iman. Hal ini ia sayangkan karena pidato Presiden harusnya bisa menciptakan optimisme di masyarakat. Minimal ada harapan di masyarakat kalau satu tahun ke depan hidup mereka akan lebih baik. Memang Presiden SBY sempat menyinggung sejumlah prioritas pembangunan seperti infrastruktur, menggerakkan sektor riil dan keuangan, reformasi birokrasi, dan menurunkan tingkat kemiskinan serta pengangguran. Namun, kata dia, tak terlihat kesinambungan antar prioritas.
“Jadinya, terasa pidato itu ‘gunting tempel’ dari sana-sini. Tidak nyambung,” katanya. Presiden SBY pada Senin (16/8) di depan DPR dan DPD menjabarkan keterangan pemerintah atas RAPBN 2011 dan Nota Keuangan. Presiden membuka pidato dengan menggarisbawahi masalah harga-harga bahan pokok dan nilai tukar rupiah. Menurut Presiden, perkembangan inflasi di dalam negeri harus diwaspadai. Pemerintah akan melakukan operasi pasar, menjaga kecukupan pasokan dan ketersediaan barang, mengamankan stok di daerah, menjaga kelancaran distribusi barang. Ketum PDIP, Megawati Soekarno putri, mengkritik pidato Presiden dengan mengatakan, “Banyak permasalahan yang justru tidak diucapkan.” Seperti insiden terkini Indonesia – Malaysia, maraknya ledakan elpiji, dan reformasi politik. Politikus Fraksi PPP, Roma hurmuziy, memberi nilai tujuh bagi pidato SBY. Anggota DPR dari FPKS Andi Rahmat berpendapat, target pertumbuhan adalah angka aman. “Ada rally di pasar modal dan investasi. Kalau bisa mengendalikan, ekonomi bisa mencapai 7,7 persen,” katanya. Sementara itu, Ketua DPR Marzuki Alie menilai, kemiskinan di Papua, Papua Barat, Maluku, Gorontalo, NTT, dan NTT sudah turuntemurun. Ia meminta pemerintah tidak menangani masalah kemiskinan ini dengan program dan kegiatan yang tidak menyeluruh. ■ indira rezkisari/yasmina hasni/m ikhsan shiddieqy/teguh firmansyah ed: stevy maradona
(38) Remisi Belum akan Diubah Remisi dan grasi terhadap koruptor tak membuat jera. Republika (Headline), Selasa 24 Agustus 2010. JAKARTA — Kementerian Hukum dan HAM belum akan merevisi aturan pemberian keringanan hukuman (remisi) dan pengampunan (grasi) bagi terpidana korupsi. “Masukan masyarakat mengenai revisi Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan tentunya masukan bagi Kemenkumham. Khususnya Ditjen Pemasyarakatan. Sejauh mana perkembangannya, kita lihat ke depan,” kata Kabiro Humas Kemenkumham Martua Batubara, Senin (23/8). Selain menunggu perkembangan, Martua juga mengatakan, revisi aturan remisi harus berjalan lewat Program Legislasi Nasional di DPR. Ia menyinggung soal UU Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang di dalamnya terdapat aturan bahwa narapidana berhak mendapat keringanan hukuman. Tanpa ada perubahan di dua aturan itu, Martua menegaskan, Kementerian Hukum dan HAM tetap memberlakukan aturan remisi yang sama bagi koruptor. “Menkumham mengikuti pemikiran yang berkembang sejalan dengan prinsipprinsip hukum dan demokrasi. Remisi merupakan ketentuan universal dan tanpa diskriminasi,” katanya. Sementara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka sidang kabinet paripurna meminta para pembantunya bersikap responsif terhadap isu di masyarakat dan menjelaskannya agar tidak terjadi simpang siur informasi. “Saya berharap saudara sebagai bagian dari pemerintahan dan kabinet tekun dan proaktif merespons masalah ini dengan baik, jangan bersembunyi dan diam,” kata Presiden. Pegiat antikorupsi mendesak pemerintah merevisi aturan remisi dan grasi bagi koruptor. Pada peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus lalu, pemerintah mengurangi masa hukuman 330 terpidana korupsi dan 11 di antaranya bisa langsung bebas. Termasuk mantan deputi gubernur Bank Indonesia Aulia Pohan. Kemudian mantan bupati Kutai Kertanegara Syaukani Hassan Rais, dan mafia kasus Arthalyta Suryani (Ayin) yang sebelumnya tertangkap basah menikmati sel mewah di penjara.
Sementara Ketua DPR Marzuki Alie mengklaim Aulia Pohan tak terbukti menggunakan uang negara untuk memperkaya diri sendiri. Namun, Komisi Pemberantasan Korupsi menegaskan, Aulia Pohan bersalah dan dijerat UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Wakil Ketua KPK Bidang Pencegahan M Jasin mengatakan, PP tentang Remisi belum sejalan dengan UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK. Dalam UU ini, korupsi dikategorikan kejahatan luar biasa. Namun, di PP tentang Remisi Pasal 1 ayat 3 ditegaskan, terpidana korupsi berhak mendapat remisi asal berkelakuan baik dan sudah menjalani sepertiga masa tahanannya. “PP tentang remisi itu mestinya satu semangat dengan undang-undangnya,” kata Jasin. Juru Bicara KPK Johan Budi mengusulkan agar pemerintah memperberat syarat remisi terpidana korupsi. “Kita menganggap korupsi itu kejahatan luar biasa. Harusnya, syarat remisi diperberat, harus dilihat juga, misalnya, korupsi sudah bertriliun-triliun,” katanya. Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Nasir Jamil menilai, PP remisi didesain khusus untuk kompromistis terhadap koruptor. “PP itu perlu direvisi karena banci terhadap koruptor,” tegas Nasir. Wakil Ketua DPR dari PDIP, Pram ono Anung mengatakan segera memanggil Menkumham Patrialis Akbar untuk dimintai penjelasan soal remisi. Koordinator Investigasi Indonesia Corruption Watch Tama S Langkun menegaskan, remisi dan grasi untuk koruptor akan meniadakan efek jera. Apalagi berdasarkan data ICW, tren korupsi terus meningkat. Pada semester I 2010, tercatat sebanyak 176 kasus korupsi dengan kerugian negara Rp 2,1 triliun. Sementara sepanjang 2009 ada 86 kasus dengan kerugian negara Rp 1,17 triliun. ■ m ikhsan shiddieqy ed: stevy maradona
(39) Menunggu Reshuffle Alasan politis akan lebih kental mewarnai perombakan kabinet. Republika (Headline), Ahad 17 Oktober 2010. JAKARTA – Teka-teki apakah ada reshuffle (perombakan) kabinet menjelang satu tahun Kabinet Indonesia Bersatu II sepertinya terjawab. Dua staf Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu Heru Lelono dan Daniel Sparingga memastikan bahwa Presiden sudah melakukan evaluasi kinerja para menterinya. Heru tak mengelak jika evaluasi itu terkait dengan usia Kabinet Indonesia Bersatu II yang sudah memasuki usia satu tahun pada 20 Oktober 2010 mendatang. Dia juga tidak menampik jika evaluasi besar itu berujung pada reshuffle. “Menteri dalam melaksanakan program kerjanya itu ada yang tercapai dan ada yang tidak,” ujar Heru, Sabtu (16/10), kepada Republika. Heru menjelaskan, Presiden melakukan evaluasi kabinet berdasarkan tiga aspek, yakni kontrak kerja, penilaian Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), dan masukan dari masyarakat. Staf Khusus Presiden lainnya, Daniel Sparringga, menegaskan bahwa perombakan kabinet merupakan kewenangan penuh Presiden dan jika itu pun terjadi merupakan hal yang biasa dan wajar. Sementara itu, pengamat politik Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi, mengatakan, berkaca dari pengalaman sebelumnya, Presiden Yudhoyono kemungkinan besar akan melakukan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II pada satu tahun pemerintahannya bersama Wakil Presiden Boediono. Namun, alasan politis akan lebih kental mewarnai perombakan kabinet dibandingkan alasan penilaian kinerja meskipun di depan publik Presiden Yudhoyono memakai alasan kinerja. “Perombakan itu lebih kental dengan nuansa politis. Di depan publik, Yudhoyono akan pakai alasan kinerja. Tapi, di belakang layar sesungguhnya lebih kental alasan politis,” katanya.
Ia memperkirakan sejumlah menteri yang mewakili partai politik akan ditarik dari kabinet dan digantikan oleh kalangan profesional. “Tetapi, menteri dari kelompok professional itu tetap memiliki kedekatan dengan partai politik,” tuturnya. Menurut dia, banyak menteri KIB II yang layak mendapatkan ‘kartu merah’, bukan hanya rapor merah. “Tetapi, banyak menteri yang layak dapat kartu merah itu terselamatkan oleh partai politik yang menaunginya,” kata Burhan. Dari 34 menteri di Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, menurut dia, 19 orang berasal dari partai politik, sedangkan 15 menteri yang nonpolitis, justru miss match. “Presiden belum menempatkan orang yang tepat pada posisinya,” kata Burhanuddin. Akibatnya, rakyat sulit berharap banyak terhadap kinerja pemerintahan. Politis Ketua Umum DPP Partai Golkar, Aburizal Bakrie atau Ical, menyarankan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam mengevaluasi jajaran kabinetnya, tidak melihat latar belakang partai politik seorang menteri. “Saran saya kalau mengevaluasi kabinet tidak melihat latar belakang parpol seorang menteri,” katanya, seusai menghadiri peringatan HUT ke-46 Partai Golkar di Surabaya, Sabtu (16/10). Namun, Ical tetap berharap kader yang tergusur bisa digantikan oleh kader Partai Golkar yang lain. “Kalau bisa, kader Golkar yang tergusur digantikan oleh kader Golkar lainnya,” ucapnya berharap. Sementara itu, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthfi Hasan Ishaaq, berpendapat adanya reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II tidak akan menyelesaikan persoalan yang ada di pemerintahan. “Kalau mau evaluasi kinerja menterinya, evaluasinya harus secara komprehensif. Sekarang ini yang menjadi sorotan adalah pelayanan publik,” kata Luthfi, seusai menghadiri acara Musyawarah Wilayah (Muswil) PKS DKI Jakarta ke-2, di Jakarta, Jumat (15/10) malam. Luthfi mengatakan, bila rencana perombakan dikaitkan dengan isu politik, akan memperhangat situasi politik saat ini. ■ c31 ed: irwan ariefyanto
(40) Busyro: Tak Ada Kompromi Bekerja hanya setahun, Busyro diminta maksimal. Republika (Headline), Jumat 26 Nopember 2010. JAKARTA — Busyro Muqoddas terpilih menjadi ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang baru lewat hasil voting di Komisi Hukum (III) DPR, Kamis (25/11). Busyro pun berjanji dalam kepemimpinannya tidak akan ada kompromi bagi korupsi. “Dalam kesempatan ini saya mendeklarasikan, tidak ada kompromi dalam penegakan hukum. Prinsipnya, semua orang sama di mata hukum,” kata Busyro dalam jumpa pers menanggapi putusan DPR, Kamis (25/11) sore. Busyro juga menegaskan, sebagai penegak hukum, ia akan berani berseberangan dengan pihak manapun, termasuk bila terjadi dengan Istana Negara. “Kalau sudah di wilayah hukum. Ada fakta hukum didukung dengan bukti-bukti. Ya, sudah kita jalan saja,” kata dia. Dalam voting pemilihan ketua KPK, Busyro memperoleh 43 suara, sementara kandidat lainnya Bibit Samad Rianto memperoleh 10 suara, dan Mochamad Jasin memperoleh dua suara. Haryono Umar dan Chandra M Hamzah tidak memperoleh suara. Tidak ada suara abstain dalam voting ketua KPK. Sebelum pemungutan suara dilaksanakan, sempat muncul usulan dari Wakil Ketua Komisi III DPR dari FPKS, Fahri Hamzah, untuk menetapkan Busyro menjadi ketua KPK secara aklamasi. Namun, usulan Fahri diganjal protes oleh Fraksi Golkar, sementara delapan fraksi lainnya mendukung usul PKS. Politikus Golkar, Nudirman Munir, mengatakan, cara aklamasi tak cocok dengan prinsip demokrasi. Padahal, sebelumnya Fraksi Partai Golkar turut mengaklamasi keputusan jabatan ketua KPK kali ini hanya berlaku setahun.
Lantaran tidak tercapai kata mufakat, Ketua Komisi III Benny K Harman mengambil langkah voting. Sebelumnya, Busyro juga menyingkirkan Bambang Widjojanto dalam pemilihan calon pimpinan KPK lewat voting 34 suara melawan 20 suara dan satu suara abstain. Bambang mengaku tidak kecewa karena tak lolos jadi pimpinan KPK. “Masalahnya bukan kecewa atau tidak.” Ia berpesan dua hal kepada Busyro. Pertama, tantangan terberat KPK adalah mengembalikan kepercayaan publik pada penegakan hukum. Kedua, KPK harus melakukan polling untuk memilah mana kasus yang perlu diprioritaskan. Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie mengatakan, Busyro adalah pilihan terbaik. Ical mengharapkan, kepemimpinan KPK yang baru bisa memberikan gairah baru dalam menyelesaikan kasus-kasus besar. “Busyro orangnya tenang. Insya Allah bisa selesaikan kasus-kasus yang tersisa,” kata Ical. Ical mengingatkan kerja KPK bukanlah kerja individual, melainkan bersifat kolektif. Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejakgung, Babul Khoir Harahap, berharap kepemimpinan Busyro bisa membuat kerja sama Kejakgung-KPK berjalan lebih baik. “Diharapkan hubungan KPK dengan kejaksaan bisa lebih bersinergi kembali,” katanya. Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch, Emerson F Juntho, menyoroti waktu setahun untuk memberantas korupsi dan memimpin KPK sangat sulit untuk optimal. “Minimal pimpinan KPK diberi kesempatan bekerja selama empat tahun,” kata Emerson. Pengamat politik Charta Politika Yunarto Wijaya menilai, DPR memilih Busyro karena nyaman dengan gayanya yang moderat dan tidak agresif. Ia mengkhawatirkan karakter Busyro akan dimanfaatkan oleh DPR sehingga KPK tidak cukup agresif. ■ fitriyan zamzami/antara ed: stevy maradona
(41) Indonesia Usut WikiLeaks Pemerintah merasa tidak khawatir. Republika (Headline), Jumat 3 Desember 2010. JAKARTA — Dokumen soal Indonesia yang dibocorkan WikiLeaks perlahan mulai terkuak. Di antara 3.059 dokumen yang diperoleh dari Kedutaan Besar AS di Jakarta, beberapa sudah bisa diakses. Ketiga dokumen itu di buat dalam format analisis Congressional Research Service, lembaga think tank Kongres AS. Dokumen CRS ini biasanya menjadi dasar bagi Senat dan DPR AS dalam mengambil kebijakan. Isinya antara lain mengenai tekanan Pemerintah AS kepada Pemerintah Indonesia agar mau menerima pasukan perdamaian internasional pasca referendum di Timor Timur. Tekanan ini disertai ancaman pemutusan bantuan ekonomi dan militer. Kemudian, masih dilatihnya pasukan khusus TNI AD Kopassus oleh pasukan khusus AS pascatragedi Santa Cruz 1991 tanpa sepengetahuan Kongres AS yang telah memutus bantuan militer bagi Indonesia. Sedangkan dokumen ketiga mengenai analisis hasil pemilu 2004. Pemerintah Indonesia sedang menelusuri apa saja data intelijen Amerika yang dibocorkan oleh WikiLeaks. Hal ini ditegaskan Menko polhukam Djoko Suyanto saat di hubungi Republika, Kamis (2/12). “Kami sedang menelusuri isi dari yang dibocorkan. Dari angka ribuan itu, kan ada klasifikasi rahasia, terbatas, dan bebas. Saya sudah memerintahkan Menkominfo untuk menelusuri itu,” kata Djoko. Saat ditanya bagaimana sikap Indonesia terhadap WikiLeaks, Djoko menegaskan Pemerintah Indonesia baru akan bersikap setelah mengetahui apa isi dari dokumen yang dibocorkan. “Bagaimana tindakan kita, ya setelah itu,” papar Djoko.
Mengenai hubungan Indonesia dan AS dengan dibocorkannya data rahasia oleh WikiLeaks tersebut, menurut Djoko, hubungan kedua negara tak terganggu. “Tadi, Duta Besar AS juga datang pada saya. Tidak ada masalah, tidak ada konsekuensi diplomatik. Nah, AS kan pihak yang dibocorkan, menurut saya, termasuk korban juga. Jadi, kita periksa dulu isinya,” kata Djoko. Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah mengatakan, Pemerintah Indonesia tidak khawatir mengenai kebocoran informasi tentang Indonesia yang dilansir WikiLeaks. “Tentunya yang lebih khawatir seharusnya Amerika Serikat,” kata Faizasyah. Dia mengaku belum mengetahui secara pasti isi kebocoran informasi soal Indonesia sehingga belum bisa mengomentari. Meski demikian, Faizasyah mengakui pihaknya tetap memantau pemberitaan soal itu. Faizasyah juga menjelaskan, pemerintah juga tak merasa perlu berinisiatif mencari info itu ke Pemerintah AS. “Kalau ada hal yang perlu dikomunikasikan, Pemerintah AS akan berkomunikasi dengan Kementerian Luar Negeri.” Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, juga meminta pemerintah tidak panik menyikapi bocoran WikiLeaks. “Pemerintah abaikan saja informasi WikiLeaks,” kata Mahfudz. Menurut dia, informasi WikiLeaks belum bisa dipertanggungjawabkan. ■ wulan tunjung palupi/andri saubani/ crsreports/wikileaks ed: rahmad budi harto
(42) Intelijen Harus Di Awasi Republika (Headline), Jumat 17 Desember 2010. JAKARTA — Setelah sekian lama tertunda, Rancangan Undang-Undang (RUU) Intelijen Negara akhirnya disetujui DPR sebagai RUU inisiatif dewan yang akan dibahas dalam periode kerja 2011. Secara aklamasi, anggota dewan menyetujui usulan ini dalam rapat paripurna DPR, Kamis (16/12). Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan, RUU Intelijen harus dilandasi semangat melindungi warga negara. Karena itu, dalam proses penggodokan nanti, DPR akan mengakomodasi pasal-pasal yang konstruktif dalam melindungi hak kemanusiaan. “RUU ini memiliki perspektif dasar perlindungan kemanusiaan. Ada beberapa usulan yang kontroversi telah di-drop,” kata Dia menjelaskan, pasal yang mengundang kontroversi adalah soal mekanisme penyadapan dan penangkapan oleh aparat intelijen. Selain itu, ada beberapa usulan RUU yang masih multitafsir. Di antaranya soal mekanisme operasi intelijen. Kemudian, soal objek operasi intelijen yang menyasar pada ancaman, tantangan, dan hambatan terhadap kedaulatan negara. Menurut Mahfudz, hal yang multitafsir itu akan dibahas secara lanjut dalam proses penggodokan RUU di parlemen. "Itu yang nanti dibahas secara lebih tajam dalam proses pembahasan RUU. Intinya, tidak boleh ada operasi intelijen yang mengganggu hak-hak dasar manusia," kata politikus dari Fraksi PKS itu. Draf RUU Intelijen sebenarnya sudah rampung disusun para akademisi sejak 2005 lalu yang kemudian menjadi RUU inisiatif DPR. RUU ini sudah dimasukkan dalam program legislasi nasional tahun 2006. Sebelumnya, sempat muncul draf RUU Intelijen versi Badan Intelijen Negara (BIN) yang diam-diam beredar ke anggota DPR, namun kemudian menuai banyak penolakan. Mahfudz pun mengakui, jika RUU Intelijen Negara kali ini tidak akan jauh berbeda dengan draf tahun 2006. Namun, DPR juga akan mengatur secara lebih detail mekanisme kegiatan intelijen negara. Komisi I DPR akan memasukkan sejumlah ide seperti mekanisme pengawasan dan aturan intelijen negara. Bentuknya adalah komite khusus pengawas intelijen yang akan mengawal badan intelijen agar bertugas sesuai UU. Menanggapi disetujuinya RUU Intelijen Negara, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) memberi apresiasi. Menurut Kontras, UU yang
mengatur kinerja intelijen harus didukung karena selama ini belum ada aturan kuat yang mengakomodasi intelijen negara. "Selama ini aturan intelijen negara hanya tercantum dalam instruksi presiden. Dan itu sangatlah rapuh dalam menunjang kinerja intelijen," kata Koordinator Kontras Haris Azhar. Senada dengan Mahfudz, Haris berharap RUU Intelijen memiliki semangat utama melindungi hak asasi manusia. "Kinerja intelijen harus diarahkan untuk melindungi warga negara. Idealnya memang hal itu diatur dalam undang-undang," ujarnya. Kontras pun mendesak agar RUU Intelijen juga mampu mengatur koordinasi antarseluruh komponen intelijen negara. Haris menilai, selama ini koordinasi antara intelijen setiap lembaga tidak terkoordinasi dengan baik. Selain itu, pengawasan kerja intelijen menjadi tema yang harus dituangkan dalam aturan. Setiap intelijen diharap mampu mempertanggungjawabkan kerjanya pada atasan masing-masing. "Dalam hal ini, atasan tertinggi adalah presiden RI." Kontribusi pengawasan elemen di luar intelijen diharapkannya mampu diakomodasi dalam aturan baru nanti sehingga tercipta akuntabilitas intelijen negara. Kontras berharap, Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi Yudisial, dan lembaga kemanusiaan lain dapat berperan dalam proses akuntabilitas lembaga intelijen. Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai mengatakan, saat ini intelijen Indonesia dinilai lemah terutama dalam mencegah tindak terorisme. Menurut dia, ada dua hal yang bisa memperkuat intelijen, yaitu dana dan kewenangan yang besar sehingga bisa memperoleh informasi yang akurat. Untuk itu, dia berharap dalam RUU Intelijen ini aparat intelijen juga diberi kewenangan menginterogasi tersangka teroris untuk mendapatkan informasi akurat. Selama ini, selain tidak bisa menangkap, aparat intelijen juga tak bisa menginterogasi teroris. "Jalan moderat bisa mencontoh Australia, intelijen bisa menginterogasi teroris saat penahanan oleh kepolisian atas izin dari jaksa agung," kata Ansyaad.