DAFTAR LAMPIRAN No
Lampiran
Halaman
1
Foto-Foto Penelitian ............................................................................. 81
xvi
1
I
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Berdasarkan visi dan misi Provinsi Bali tahun 2009, prioritas
pembangunan Provinsi Bali sesuai dengan Pola Dasar Pembangunan Daerah Bali yang difokuskan pada tiga sektor yaitu pengembangan pertanian, pariwisata, dan industri kecil/kerakyatan. Dalam pengembangan sektor pertanian terdapat pembangunan sub sektor tanaman pangan yang memiliki tujuan yaitu meningkatkan produktivitas, kualitas dan keragaman produksi tanaman pangan, dan meningkatkan pendapatan petani (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2009). Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan ini dihadapkan pada beberapa tantangan yaitu kebutuhan pangan yang terus meningkat akibat dari peningkatan jumlah penduduk, selain kuantitas yang dituntut meningkat masyarakat sebagai konsumen pun menuntut kualitas produk, padahal kini lingkungan semakin lama semakin mengalami perubahan sehingga berpengaruh terhadap pembangunan tanaman pangan tersebut. Selain itu kini terdapat situasi bahwa telah terjadi alih fungsi lahan produktif ke non produktif dari tahun ke tahun. Tahun 2009 lahan pertanian Bali mencapai 356.023 hektar atau telah terjadi pengurangan sebesar 0,06 persen dari tahun sebelumnya 356.237 hektar.
1
2
Sedangkan lahan bukan pertanian mencapai angka 207.643 hektar atau terjadi peningkatan 0,10 persen dari tahun sebelumnya 207.429 hektar (BPS, 2010). Segala tantangan ini harus dapat diatasi melalui perencanaan yang lebih baik lagi mengingat peranan pertanian tanaman pangan yang secara strategis berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan pangan di dalam maupun luar negeri (Deptan, 2002). Namun, karena semakin terbatasnya lahan pertanian akibat terjadinya alih fungsi lahan dari tahun ke tahun maka pengembangan produksi tanaman pangan dilakukan dengan cara intensifikasi atau peningkatan hasil per satuan luas tanah. Dalam implementasinya di lapangan diwujudkan melalui kegiatan peningkatan mutu cara intensifikasi menerapkan anjuran 12 paket teknologi yaitu: 1) varietas unggul baru yang sesuai dengan lokasi, 2) benih bermutu, 3) olah tanah sempurna, 4) bibit muda dan pemeliharaan persemaian, 5) jumlah bibit 2-3 batang perlubang, 6) pemupukan N berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD), 7) Pemupukan P dan K berdasarkan status hara, 8) penggunaan bahan organik, 9) pengairan berselang, 10) pengendalian gulma secara terpadu, 11) pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT), 12) panen beregu dari pasca panen menggunakan alat rontok (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2008). Pembangunan pertanian tanaman pangan tidak akan pernah lepas dari permasalahan perbenihan seperti yang terlihat dalam 12 paket. Usaha peningkatan ketahanan pangan dan agribisnis takkan berhasil tanpa penggunaan
3
benih yang bermutu oleh petani . Benih yang bermutu adalah benih yang baik dan bermutu tinggi yang menjamin pertanaman bagus dan hasil panen tinggi serta yang telah memperoleh sertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan (BPSBTP). Dengan kata lain benih bermutu/bersertifikat berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan produktifitas hasil pertanian. Diketahui bahwa pada tahun 2007 hingga tahun 2009 Provinsi Bali mengalami kenaikan produktivitas tanaman padi yang berpengaruh kepada kenaikan produksi. Peningkatan produktivitas dan produksi tanaman Padi pada Provinsi Bali secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Padi Provinsi Bali Tahun 2007 s.d 2009 Luas panen/produktivitas/produksi Luas panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton)
2007 145 030 57,90 839 775
2008 143 999 58,37 840 465
2009 150 283 58,47 878 764
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2010)
Untuk dapat meningkatkan ketahanan pangan dan ketersediaan benih melalui penggunaan benih padi bermutu dan bersertifikat maka diperlukan upaya penangkaran benih padi yang dilakukan pemerintah, BUMN, swasta/pengusaha benih, balai benih atau kelompok penangkar benih. Salah satu penangkaran yang benih padi dilakukan oleh PT Pertani (Persero). Perusahaan ini merupakan salah satu BUMN penyedia benih bersertifikat. PT Pertani (Persero) tersebar di
4
beberapa wilayah di Indonesia salah satunya terdapat di Bali dengan lokasi Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung yang mengurusi bidang produksi dan daerah Hayam Huruk Denpasar yang mengurusi bidang pemasaran. PT Pertani (Persero) dalam melakukan penangkaran benih padi bersertifikat membentuk sebuah kemitraan dengan para petani penangkar di sekitar Desa Munggu maupun di luar Desa Munggu. Di dalam kemitraan dengan para petani PT Pertani (Persero) menjalankan fungsinya dalam hal memfasilitasi petani (pengadaan dan penyaluran sarana produksi) untuk melakukan kegiatan budidaya penghasil bahan baku benih padi bersertifikat. Sedangkan petani menjalankan fungsinya yaitu melakukan kegiatan budidaya penghasil bahan baku benih padi bersertifikat. Selain itu PT Pertani (Persero) ini juga melakukan fungsinya yaitu menampung hasil panen, pemrosesan calon benih menjadi benih padi, pemasaran ke petani konsumen benih padi dan mendaftarkan setiap benihnya untuk melakukan tahapan sertifikasi di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan. Pola kemitraan yang terjadi diantara PT Pertani (Persero) dengan petani dianggap tepat untuk mengatasi kekurangan yang dimiliki masing-masing pihak yang bermitra. Menurut Hafsah (1999), kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling menguntungkan dan saling memperkuat.
5
Setiap hektar sawah membutuhkan 25 kg benih padi maka untuk luas panen sebesar 150.000 ha/tahun dibutuhkan sekitar 3.750 ton/tahun benih padi. PT Pertani (Persero) sebagai satu-satunya produsen benih padi di Provinsi Bali hanya mampu menghasilkan 2000 ton/tahun benih padi bersertifikat. Ini artinya PT Pertani (Persero) masih belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan benih padi di Provinsi Bali. Oleh sebab itu dibutuhkan kemitraan yang lebih luas lagi dengan para petani penangkar untuk dapat memenuhi kebutuhan benih di Provinsi Bali. Australian Centre for International Agriculture Research (ACIAR ) pada tahun 2004 telah melakukan penelitian sebelumnya tentang PT Pertani (Persero). Hasil penelitian ini lebih mengarah kepada keutungan kotor/Gross Margin dan laba dari kemitraan petani dengan PT Pertani (Persero) sebagai penentu factor keikutsertaan petani dalam kontrak. Sehingga penelitian ini memfokuskan pada pihak petani dan bukan pada PT Pertani (Persero). Penelitian ini juga tidak mengungkapkan bentuk dari kemitraan yang terjalin antara PT Pertani (Persero) dengan petani dan kemitraan serta pihak-pihak dalam pemasaran benih padi (Patrick, 2004). Mengingat pentingnya benih padi bersertifikat serta perlunya sebuah kerjasama yang saling menguntungkan antara petani kecil dengan pengusaha sebagaimana diuraikan diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang
6
Mekanisme sertifikasi dan model kemitraan dalam proses produksi serta pemasaran benih padi PT Pertani (Persero) di Bali.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
suatu masalah yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana mekanisme untuk memperoleh sertifikasi benih padi pada PT Pertani (Persero) di Provinsi Bali? 2. Bagaimana model kemitraan dalam proses produksi dan pemasaran benih padi bersertifikat pada PT Pertani (Persero) di Provinsi Bali?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dipaparkan di atas,
tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui mekanisme untuk memperoleh sertifikasi benih padi pada PT Pertani (Persero) di Provinsi Bali. 2. Untuk mengetahui model kemitraan dalam proses produksi dan pemasaran benih padi bersertifikat pada PT Pertani (Persero) di Provinsi Bali.
7
1.4
Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, diharapkan akan bermanfaat
bagi penulis dan perusahaan selaku obyek penelitian. Jika diuraikan maka manfaat dari penelitian ini yaitu : 1. Bagi kalangan akademik seperti dosen, mahasiswa dan peneliti penelitian ini dapat menambah pengetahuan ilmiah dan pengalaman, serta sebagai bahan referensi
maupun
informasi
untuk
penelitian
lebih
lanjut
dalam
pengembangan dibidang pertanian. 2. Manfaat praktis, sebagai masukan bagi perusahaan dan petani sebagai pelaku ekonomi merupakan bahan pertimbangan dalam menjalankan usaha bersama dibidang agribisnis.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup masalah yang sesuai dengan rumusan permasalahan yang
diajukan adalah bagaimana prosedur sertifikasi benih padi yang diproduksi PT Pertani (Persero) di Bali. Kedua adalah bagaimana PT Pertani (Persero) menjalin kerjasama dengan para pihak yang terkait dalam kegiatan sertifikasi, produksi dan pemasaran hasil produksinya.