KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Alah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah maka Jurnal TEKNOMATIKA Volume 4 Nomor 1 ini dapat kami terbitkan. Pada terbitan edisi ini kami menyajikan berbagai tulisan tentang informatika dan komputer dalam ruang lingkup yang luas. Dalam edisi ini para pembaca akan dapat menyimak tulisan-tulisan sebagai berikut: Aplikasi Manajemen Portfolio Menggunakan Model Mean Absolute Deviation (MAD) dan Algoritma Titik Interior, Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog) pada Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Mobile, Media Sosial Sebagai Penunjang Proses Perkuliahan, CALL dalam Pengajaran Bahasa Inggris, Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis untuk Mendeteksi Hama dan Penyakit pada Tanaman Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz), Masterplan Penerapan E-Learning Menggunakan Teknologi Data Grid dengan Pendekatan IT Governance Design Framework, ITIL (Information Technology Infrastructure Library)
Framework,
dan
Mengelola
Histori
Data
dengan
Pendekatan
Denormalisasi Database. Semoga apa yang kami sajikan dalam edisi ini dapat menjadi referensi para peminat bidang-bidang terkait dan bisa memberi manfaat dalam arti seluasluasnya kepada para pembaca. Tidak lupa kami berharap saran, kritik serta tulisan dari para pembaca untuk peningkatan penerbitan edisi selanjutnya.
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4 No. 1 Juli 2011
DAFTAR ISI
Aplikasi Manajemen Portfolio Menggunakan Model Mean Absolute Deviation (MAD) dan Algoritma Titik Interior (Chandra Kusuma Dewa)
1 - 12
Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog) pada Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Mobile (Fatsyahrina Fitriastuti)
13 - 30
Media Sosial Sebagai Penunjang Proses Perkuliahan (Ahmad Hanafi)
31 - 44
CALL dalam Pengajaran Bahasa Inggris (Ridwan Arif Nugroho)
45 - 50
Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis untuk Mendeteksi Hama dan Penyakit pada Tanaman Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz) (Arif Himawan)
51 - 68
Masterplan Penerapan E-Learning Menggunakan Teknologi Data Grid dengan Pendekatan IT Governance Design Framework (A. Sumardin, Jamaluddin, Halim Ashar)
69 - 76
ITIL (Information Technology Infrastructure Library) Framework (Abdul Jabbar Febianto, Ari Primanedi, Diah Ayu Retnani, Ibrahim Syawie)
77 - 88
Mengelola Histori Data dengan Pendekatan Denormalisasi Database (Damar Widodo)
89 - 93
APLIKASI MANAJEMEN PORTFOLIO MENGGUNAKAN MODEL MEAN ABSOLUTE DEVIATION (MAD) DAN ALGORITMA TITIK INTERIOR Chandra Kusuma Dewa Program Studi S2 Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
[email protected]
Intisari Penelitian ini adalah suatu penelitian yang berbasis pengembangkan aplikasi manajemen portfolio yang menggunakan algoritma titik interior untuk membantu proses pembentukan portfolio saham. Hal tersebut dilakukan agar resiko investasi dapat diturunkan. Penelitian dilakukan dengan cara mengembangkan aplikasi manajemen portfolio. Tahapannya adalah, permasalahan pembentukan portfolio terlebih dahulu dibawa ke bentuk Linear Programming (LP) dengan menggunakan metode Mean Absolute Deviation (MAD) yang selanjutnya diselesaikan dengan menggunakan algoritma titik interior dengan tujuan agar range ukuran permasalahan yang dapat diselesaikan menjadi lebih besar. Hasil penelitian selanjutnya berupa aplikasi manajemen portfolio saham dengan menggunakan model MAD dan algoritma Titik Interior. Kata Kunci: Manajemen Portfolio, Mean Absolute Deviation, Pemrograman Linier, Algoritma Titik Interior.
Abstract This study is a research-based development of a portfolio management application using an Interior Point Algorithm to help portfolio formation process. This was done so that investment risk can be lowered. The research is conducted by developing a portfolio management application. Phases is, problems portfolio formation first brought to the form of Linear Programming (LP) using Mean Absolute Deviation (MAD) which was subsequently solved using interior point method with the aim that range size problems can be solved become larger. The result of this research is a stock portfolio management application using MAD model and Interior Point Method. Keywords: Portfolio Management, Mean Programming, Interior Point Method.
Absolute
Deviation,
Linear
1. Pendahuluan Untuk mengurangi resiko investasi saham, seorang investor dapat mengatur bagaimana dana yang dimiliki oleh investor tersebut nantinya akan diinvestasikan kedalam pasar modal. Berdasarkan teori portfolio, selanjutnya dapat dibentuk reksa dana dengan membagi-bagi dana investasi ke sejumlah saham-saham tertentu dengan mempertimbangkan analisis risk dan return yang dimiliki oleh masing-masing saham (Fahmi dan Hadi, 2009). Kegiatan membagibagi dana investasi ke saham-saham tertentu tersebut selanjutnya dinamakan sebagai diversifikasi. Sesuai dengan konsep portfolio, diversifikasi dapat
Aplikasi Manajemen Portfolio ........................................... Chandra Kusuma Dewa
2
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
mengurangi resiko tidak sistematis (unsystematic risk) dari investasi saham. (Sulistyastuti, 2002) Sebelum proses diversifikasi dapat dilakukan, setidaknya dibutuhkan proses analisis dari masing-masing data saham pembentuk portfolio sebagai acuan ataupun sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pembangunan portfolio saham. Setelah proses diversifikasi selesai dilakukan, dibutuhkan pula proses pengukuran terhadap kinerja dari portfolio yang telah dihasilkan. Oleh karena itu, kegiatan investasi saham selanjutnya diwujudkan sebagai urutan beberapa proses yang dimulai dari proses analisis terhadap data masing-masing saham pembentuk portfolio, proses seleksi portfolio (diversifikasi) serta proses pengukuran kinerja portfolio. Kumpulan proses-proses tersebut selanjutnya disebut sebagai proses manajemen portfolio. (Reilly dan Brown, 2002; Hartono, 2009) Untuk dapat membantu proses manajemen portfolio, dalam penelitian ini selanjutnya digunakan model Mean Absolute Deviation (MAD) (Konno dan Yamazaki, 1991). Model MAD merupakan sebuah model matematika yang memodelkan
permasalahan
seleksi
portfolio
kedalam
bentuk
Linear
Programming (LP). Dalam model MAD, proses analisis data saham dilakukan dengan menganalisis data historis untuk masing-masing saham pembentuk portfolio pada rentang periode tertentu. Metode mean digunakan untuk menganalisis return historis, sementara metode absolute deviation digunakan untuk menganalisis risk historis. Formulasi permasalahan LP dari model MAD selanjutnya diselesaikan dengan menggunakan Algoritma Titik Interior milik Karmarkar (1984) serta pengukuran kinerja portfolio dilakukan dengan menghitung nilai return aktual portfolio. Sistematika penulisan yang digunakan pada paper ini adalah sebagai berikut: pada bagian 2 akan dibahas mengenai tinjauan teori yang digunakan dalam penelitian, pada bagian 3 akan dibahas mengenai cara penelitian dilakukan, pada bagian 4 akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan serta pada bagian 5 akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran.
Chandra Kusuma Dewa ........................................... Aplikasi Manajemen Portfolio
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
3
2. Tinjauan Teori 2.1. Manajemen Portfolio Menurut Hartono (2009), manajemen portfolio adalah suatu proses yang dilakukan investor dalam mengatur uang yang telah digunakan untuk melakukan investasi dalam bentuk portfolio. Dalam hal ini, manajemen portfolio dapat dipandang sebagai kumpulan proses sistematis yang dinamis, sehingga nantinya proses manajemen portfolio tersebut dapat diaplikasikan oleh manajer investasi, bahkan dapat pula diaplikasikan oleh investor biasa yang tidak tertarik untuk menggunakan jasa dari manajer investasi. Reilly dan Brown (2002) juga menyatakan bahwa manajemen portfolio merupakan kumpulan proses-proses manajemen yang tidak pernah terhenti. Setelah proses pembentukan portfolio telah selesai dilakukan, maka pekerjaan selanjutnya yang harus dilakukan adalah dengan melakukan monitoring terhadap portfolio yang telah berhasil dibentuk serta melakukan penyesuaian terhadap portfolio yang telah dibentuk tersebut. Secara umum, proses-proses yang terjadi dalam manajemen portfolio digambarkan pada gambar 1.
Gambar 1 Proses-proses dalam manajemen portfolio
Pada gambar tersebut, terlihat bahwa proses manajemen portfolio pertama-tama diawali dengan tahapan analisis. Pada tahapan ini, selanjutnya dilakukan analisis terhadap risk dan return untuk masing-masing sekuritas pembentuk portfolio. Setelah tahapan analisis selesai dilakukan, maka hasil analisis tersebut akan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan pada tahapan pembentukan portfolio. Dalam tahapan pembentukan portfolio, dilakukan proses seleksi untuk masing-masing alternatif sekuritas dengan memperhatikan data batasan investasi pihak investor. Dalam tahapan ini pula akan ditentukan
Aplikasi Manajemen Portfolio ........................................... Chandra Kusuma Dewa
4
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
berapa besar porsi dana untuk setiap saham dari keseluruhan dana investasi. Gambaran tahapan pembentukan portfolio diilustrasikan pada gambar 2.
Gambar 2 Tahapan pembentukan portfolio
Pada gambar 2, terlihat bahwa proses pembentukan portfolio akan menerima dua buah input berupa list alternatif saham yang di dalamnya terdapat kumpulan saham-saham pembentuk portfolio serta data batasan investasi. Setelah melalui proses pembentukan portfolio, masing-masing saham dalam list alternatif saham akan diberikan alokasi dana. Setelah melalui tahapan ini, list alternatif saham selanjutnya disebut sebagai portfolio. Setelah portfolio berhasil terbentuk, proses terakhir yang ada dalam manajemen portfolio adalah pengukuran kinerja dengan mengukur tingkat return aktual portfolio. Jika dirasakan bahwa kinerja portfolio yang dihasilkan kurang maksimal, portfolio yang telah dihasilkan dapat disesuaikan dengan mengulang kembali proses analisis.
2.2. Model MAD untuk Membantu Proses Manajemen Portfolio Salah satu proses pokok yang terdapat dalam proses manajemen portfolio adalah proses seleksi portfolio (pembentukan portfolio). Secara umum, permasalahan seleksi portfolio (diversifikasi) dapat dilihat sebagai permasalahan bagaimana membentuk reksadana melalui pemilihan sejumlah aset (saham) sedemikian rupa sehingga resiko investasi dapat diminimalkan. (Tandelilin, 2010) Permasalahan seleksi portfolio pertama kali diperkenalkan oleh Markowitz (1952) yang menggunakan metode mean untuk melakukan analisis terhadap return historis serta menggunakan motode variance (simpangan baku) untuk melakukan analisis terhadap risk historis. Oleh karenanya, model seleksi portfolio
Chandra Kusuma Dewa ........................................... Aplikasi Manajemen Portfolio
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
5
milik Markowitz disebut sebagai model MV. Meskipun demikian, model matematika yang dihasilkan dari model MV untuk memodelkan permasalahan seleksi portfolio menjadi berbentuk Quadratic Programming (QP) karena analisis yang dipakai melibatkan model variance, sehingga kompleksitas model akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya variabel keputusan yang dipakai
dalam
model
tersebut.
Papahristodoulou
dan
Dotzauer
(2004)
selanjutnya mengusulkan untuk tidak memodelkan permasalahan seleksi portfolio ke dalam model QP. Sebagai alternatif dari model MV milik Markowitz (1952), Konno dan Yamazaki (1991) selanjutnya memperkenalkan model MAD untuk memodelkan permasalahan seleksi portfolio. Dalam model ini, metode mean digunakan untuk menganalisis return historis, sementara metode absolute deviation digunakan untuk memodelkan risk historis. Meskipun menggunakan pendekatan yang sedikit berbeda, model pengukuran resiko menggunakan model absolute deviation dapat dikatakan memiliki tingkat pengukuran yang sama dengan model MV. (Konno dan Yamazaki, 1991; Papahristodoulou dan Dotzauer, 2004; Sartono dan Setiawan, 2006; Yu dkk, 2006) Secara matematis, model MAD dapat dijabarkan sebagai berikut:
Min s.t.
n n E ri wi E ri wi i 1 i 1 n wi ri i n1 ................................................ (1) w 1 i i 1 0 w 1, i 1,..., n i
Notasi: wi
= proporsi dana untuk asset saham ke-i
ri
= nilai return asset saham untuk periode ke-i
n
= jumlah total asset
α
= tingkat return minimum yang dikehendaki
Jika T
E (ri ) ri rit T .......................................................................... (2) t 1
Aplikasi Manajemen Portfolio ........................................... Chandra Kusuma Dewa
6
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
dengan T yang menyatakan jumlah periode analisis yang digunakan, maka persamaan (1) di atas menjadi:
Min s.t.
T
n
a t 1 i 1
it
wi T
n wi ri i n1 .......................................................... (3) w 1 i i 1 0 w 1, i 1,..., n i
dengan:
ait rit ri , i 1,..., n ; t 1,.., T ....................................................... (4) Agar fungsi objektif pada persamaan (3) menjadi berbentuk linear, maka dapat ditambahkan sebuah variable yt sehingga persamaan menjadi:
Min s.t.
T
y t 1
t
T
n y t ait wi 0, t 1,..., T i 1 n y a w 0, t 1,..., T it i t ........................................... (5) n i 1 wi ri i n1 wi 1 i 1 0 wi 1, i 1,..., N
2.3. Algoritma Titik Interior Untuk Menyelesaikan Model MAD Karena model MAD memanfaatkan perhitungan data historis berdasarkan jumlah periode tertentu, maka jumlah variabel keputusan dalam model tersebut selain dipengaruhi oleh jumlah asset saham yang dipilih dalam list alternatif saham, juga dipengaruhi oleh jumlah periode yang dipilih untuk melakukan proses analisis. Untuk itu, selanjutnya dipilih algoritma titik interior milik Karmarkar (1984), dengan alasan algoritma ini cocok untuk diimplementasikan pada model LP dengan skala cukup besar untuk mengantisipasi pemilihan jumlah periode analisis dan jumlah asset saham yang cukup besar pula. (Lustig, 1996; Agustaf, 2002; Dantzig dan Thapa, 2003; Szabo dan Kovacs, 2003)
Chandra Kusuma Dewa ........................................... Aplikasi Manajemen Portfolio
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
7
Misalkan selanjutnya diberikan model LP sebagai berikut:
min s.t.
z cx Ax 0 x1 x 2 ... x n 1 .............................................................. (6) x 0
dengan asumsi bahwa
1 n
1 1 n n
T
adalah feasibel ...................................................... (7)
dan
Nilai optimal z 0 ................................................................................ (8) maka langkah-langkah dalam algoritma titik interior dapat dijabarkan sebagai berikut: (Winston, 1994; Taha, 1996)
menentukan titik posisi awal yang dimulai dari daerah feasibel;
menghentikan iterasi jika nilai dari fungsi objektif mendekati batasan tertentu; jika tidak maka
menentukan titik baru dengan mengikuti persamaan sebagai berikut:
1 n Pada
I P
T
merupakan
panjang
I P T ( PP T ) 1 P Diag ( x k ) c T 1 1 .................. (9) n n c p n n 1 T
persamaan
di
atas,
|cp|
vektor
dari
( PP T ) 1 P Diag ( x k ) c T . P merupakan sebuah matriks dengan dimensi
(m + 1) x n dengan m baris pertama merupakan A[Diag(xk)] serta baris terakhir merupakan vektor satuan.
3. Cara Penelitian Penelitian selanjutnya dilakukan dengan mengembangkan aplikasi manajemen portfolio dengan menggunakan model MAD dan algoritma titik interior yang berbasis web dengan menggunakan bahasa pemrograman C# pada ASP.NET 2.0. Selain itu, karena model MAD membutuhkan proses analisis data saham, serta dibutuhkan pengukuran kinerja portfolio, pada aplikasi yang dikembangkan akan digunakan server Yahoo! Finance sebagai sumber data yang digunakan dalam aplikasi sebagai server penyedia data historis saham.
Aplikasi Manajemen Portfolio ........................................... Chandra Kusuma Dewa
8
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian yang akan disajikan di sini adalah dalam bentuk DFD dari aplikasi serta contoh hasil output dari aplikasi. Aplikasi yang dikembangkan selanjutnya dapat diakses melalui alamat http://manajemenportfolio.heliohost.org. Diagram konteks dari aplikasi yang dikembangkan selanjutnya disajikan pada gambar 3, DFD Level 1 disajikan pada gambar 4.
Gambar 3 Diagram Konteks Aplikasi
Gambar 4 DFD Level 1 aplikasi manajemen portfolio
Chandra Kusuma Dewa ........................................... Aplikasi Manajemen Portfolio
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
9
Contoh output dari aplikasi selanjutnya disajikan pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 1 Output Menu Pembentukan Alternatif
No 1 2 3 4 5
Kode ASGR.JK BBCA.JK BDMN.JK ELSA.JK SMCB.JK
Emitten Astra Graphia Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Dnamon Tbk Elnusa Tbk Holcim Indonesia Tbk
Tabel 2 Property Portfolio Terbentuk
Jumlah Periode Analisis
12 Bulan
Dana Investasi
Rp. 150.000.000
Return Harapan Minimal
3%
Tanggal Analisis Terakhir
15-06-2010
Tabel 3 Output Menu Pembentukan Portfolio
No 1 2 3 4 5
Kode ASGR.JK BBCA.JK BDMN.JK ELSA.JK SMCB.JK
Alokasi Dana Rp. 27.885.481 Rp. 26.636.860 Rp. 17.313.387 Rp. 23.968.922 Rp. 54.195.347
Tabel 4 Output Menu Kinerja Portfolio
No 1 2 3
Tanggal 13-07-2010 12-07-2010 09-07-2010
Return Aktual Rp. 1.314.720 Rp. 1.904.350 Rp. -264.581
Aplikasi pertama-tama akan meminta user untuk membentuk list alternatif saham untuk memulai proses manajemen portfolio. Misalkan user memilih beberapa saham yang terdapat pada tabel 1, selanjutnya user dapat mulai melakukan proses analisis data saham dengan menentukan jumlah periode analisis serta data terkait batasan investasi user seperti dana investasi serta return harapan minimal sebagaimana terlihat pada tabel 2. Aplikasi selanjutnya akan mulai melakukan proses analisis terhadap risk dan return historis dengan memanfaatkan data historis masing-masing saham yang didapat dari server Yahoo! Finance.
Aplikasi Manajemen Portfolio ........................................... Chandra Kusuma Dewa
10
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
Pada proses pembentukan portfolio, model MAD dari permasalahan seleksi portfolio selanjutnya diselesaikan dengan menggunakan algoritma titik interior dan hasilnya adalah alokasi dana untuk masing-masing saham sebagaimana terlihat pada tabel 3. Terakhir, aplikasi dapat mengukur tingkatan kinerja portfolio dengan menghitung return aktual portfolio saat ini dengan sekali lagi memanfaatkan data yang didapatkan dari server Yahoo! Finance. Kinerja portfolio diperlihatkan pada tabel 4.
5. Kesimpulan dan Saran Dari hasil penelitian, analisis dan perancangan sistem, serta implementasi dan pengujian terhadap aplikasi manajemen portfolio yang telah dikembangkan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Aplikasi yang telah dikembangkan mampu menerapkan model MAD untuk memodelkan permasalahan seleksi portfolio. 2. Aplikasi yang telah dikembangkan mampu menerapkan algoritma titik interior untuk menyelesaikan model MAD dari permasalahan. Terdapat beberapa saran untuk pengembangan lebih lanjut dari implementasi sistem ini, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Aplikasi
dapat
dikembangkan
secara
lebih
lanjut
dengan
lebih
memperhatikan tingkatan return ataupun resiko untuk masing-masing user. Dengan demikian hasil rekomendasi portfolio yang dihasilkan dapat disesuaikan untuk masing-masing user yang memiliki batasan tingkatan return dan resiko yang berbeda-beda. 2. Tinjauan analisis terhadap nilai return harapan selanjutnya dapat diperluas, misalkan dengan menggunakan metode peramalan yang lebih kompleks seperti metode regresi, jaringan syaraf tiruan, dan sebagainya dibandingkan hanya dengan menggunakan metode rata-rata biasa. 3. Dapat dilakukan studi empiris mengenai kesesuaian metode yang dipilih dengan ouput dari aplikasi yang dihasilkan.
Chandra Kusuma Dewa ........................................... Aplikasi Manajemen Portfolio
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
11
Daftar Pustaka Agustaf, R., 2002, Primal Dual Algoritma dalam Program Linear: Simpleks Versus Interior Point, Tesis, Jurusan Ilmu-Ilmu MIPA UGM, Yogyakarta. Dantzig, G.B. dan Thapa, M.N., 2003, Linear Programming 2: Theory and Extensions, Springer-Verlag, Inc., New York. Fahmi, I. dan Hadi, Y.L., 2009, Teori Portofolio dan Analisis Investasi: Teori dan Soal Jawab, Alfabeta, Bandung. Hartono, J., 2009, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, edisi keenam, BPFE YOGYAKARTA, Yogyakarta. Karmarkar, N., 1984, A New Polynomial-Time Algorithm for Linear Programming, Combinatorica, 4, 4, 373-395. Konno, H. dan Yamazaki, H., 1991, Mean-Absolute Deviation Portfolio Optimization Model and Its Applications to Tokyo Stock Market, Management Science, 5, 37, 519-531. Lustig, I.J., 1996, Barrier Algorithms for Linear Programming, Proceedings of the Fifth INFORMS Computer Science Technical Support Conference, Dallas, 7- 10 Januari 1996. Markowitz, H., 1952, Portfolio Selection, Journal of Finance, 1, 7, 77-91. Papahristodoulou, C. dan Dotzauer, E., 2004, Optimal Portfolios Using Linear Programming Models, The Journal of the Operational Research Society, 11, 55, 1169-1177. Reilly, F. dan Brown, K., 2002, Investment Analysis and Portfolio Management, South-Western College Publishing, New York. Sartono, R.A. dan Setiawan, A.A., 2006, VaR Portfolio Optimal: Perbandingan Antara Metode Markowitz dan Mean Absolute Deviation, Jurnal Siasat Bisnis, 1, 11, 37-50. Sulistyastuti, D.R., 2002, Saham dan Obligasi: Ringkasan Teori dan Soal Jawab, Penerbit UAJY, Yogyakarta. Szabó, Z. dan Kovács, M., 2003, On Interior-Point Methods and Simplex Method In Linear Programming, Analele Stiintifice ale Universitatii Ovidius Constanta, 11, 155-162. Taha, H.A., 1996, Riset Operasi: Suatu Pengantar, edisi kelima, diterjemahkan oleh: Daniel Wirajaya, Binarupa Aksara, Jakarta. Tandelilin, E., 2010, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, edisi pertama, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Aplikasi Manajemen Portfolio ........................................... Chandra Kusuma Dewa
12
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
u, M., Inoue, H. dan Shi, J., 2006, Portfolio Optimization Problems with Linear Programming Models, Proceedings of the 2006 China International Conference in Finance, Xi‟an, 17-20 Juli 2006. Winston, W.L., 1994, Operation Research: Applications and Algorithms, Duxbury Press, California.
Chandra Kusuma Dewa ........................................... Aplikasi Manajemen Portfolio
APLIKASI OPAC (ONLINE PUBLIC ACCESS CATALOG) PADA SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN BERBASIS MOBILE Fatsyahrina Fitriastuti Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta
[email protected]
Abstract The development of the library world is supported by the development of information technology. Until now, there were some problems in the library world is trying to be approached by using information technology. With the advances in information technology now, especially seen from the development of programming languages, it is possible to do inter-library resource sharing or integration of library information systems in libraries located far apart. This integration combines the existing modules in each instance the acquisition or procurement system, pengkatalogan, circulation, catalog access by the public or known by the name of the OPAC (Online Public Access Catalog), and interlibrary loan. Of all the modules or sub-system is the most important for the wearer is sub OPAC system, which memungkankan online access to the catalog so that it can be accessed by anyone and at any time without being limited by space and time. The resulting system will be accessible through the web either by personal computers (PCs), laptops, cell phones, or PDAs. Through this application user or member can browse your library perpustaakaan or search for books or other library collections needed and to know the location of the library where books are sought can be obtained by users. Application Online Public Access Catalog (OPAC)-based mobile can be accessed either via the internet online or through mobile phones is expected to overcome these kesulitasn. This system will facilitate access catalog of library collections such as searching by author, keyword, publisher, see a resume or abstract of the book, and obtain information in the library where books are located and the number ekslempar are still available. So that user can directly go to the TBM in accordance with the location obtained from the system. Kata Kunci: OPAC, PHP, MySQL, Cascading Style Sheet (CSS), Javascript.
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perpustakaan merupakan tempat orang membaca dan mencari referensi dengan berbagai kategori buku. Perkembangan dunia perpustakaan didukung oleh perkembangan teknologi informasi. Hingga saat ini tercatat beberapa masalah di dunia perpustakaan yang dicoba didekati dengan menggunakan teknologi informasi. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi sekarang, terutama dilihat dari perkembangan bahasa pemrograman, maka dimungkinkan untuk melakukan resource sharing antar perpustakaan atau integrasi sistem informasi perpustakaan pada perpustakaan-perpustakaan yang lokasinya
Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog) ................... Fatsyahrina Fitriastuti
14
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
berjauhan. Integrasi ini memadukan modul-modul yang ada di masing-masing sistem misalkan akuisisi atau pengadaan, pengkatalogan, sirkulasi, pengaksesan katalog oleh umum atau yang dikenal dengan nama OPAC (Online Public Accsess Catalog), dan peminjaman antar perpustakaan. Dari semua modul atau sub sistem ini yang paling penting bagi pemakai adalah sub sistem OPAC, yang memungkinkan pengaksesan online ke katalog sehingga dapat diakses oleh siapa saja dan kapan saja tanpa dibatasi ruang dan waktu. Berdasar uraian di atas, penelitian ini akan merancang dan membangun satu aplikasi OPAC pada sistem informasi perpustakaan terintegrasi dengan berbasis mobile information system. Sistem yang dihasilkan nanti dapat diakses melalui web baik dengan personal computer (PC), laptop, telepon seluler, ataupun PDA. Melalui aplikasi ini user atau anggota perpustakaan dapat menelusuri koleksi perpustakaan atau mencari buku atau koleksi perpustakaan lainnya yang dibutuhkan dan mengetahui lokasi di perpustakaan manakah buku yang dicari bisa diperoleh user. Implementasi dari aplikasi ini dapat diterapkan di perpustakaan apa saja, baik antar perpustakaan sekolah, antar perpustakaan perguruan tinggi ataupun perpustakaan milik pemerintah Untuk implementasi aplikasi OPAC pada sistem informasi perpustakaan terintegrasi yang berbasis mobile, studi kasus akan diterapkan pada Taman Bacaan Mayarakat (TBM) Kota Yogyakarta. Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota bekerjasama dengan Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah mencanangkan program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang berbasis Rukun Warga (RW) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Tujuan utama dari program TBM ini adalah menarik minat baca masyarakat dengan mendekatkan TBM di tengah-tengah masyarakat. Saat ini telah berdiri sekitar 170 Taman Bacaan Masyarakat yang tersebar di Kota Yogyakarta. Lokasi perpustakaan yang cukup berjauhan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan jika ingin mengetahui atau meminjam buku atau koleksi perpustakaan lainnya yang dibutuhkan. Karena bisa jadi seseorang yang membutuhkan buku tertentu harus mencari dari perpustakaan satu ke yang lainnya. Hal ini menjadi tidak efektif dan membutuhkan banyak waktu, tenaga dan dana. Aplikasi Online Public Access Catalog (OPAC) berbasis mobile ini dapat diakses baik melalui online internet maupun melalui telepon seluler diharapkan dapat mengatasi kesulitan tersebut. Sistem ini akan mempermudah
Fatsyahrina Fitriastuti....................Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog)
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
pengaksesan
perpustakaan
koleksi
seperti
pencarian
15
katalog
berdasar
pengarang, kata kunci, penerbit, melihat resume atau abstrak dari buku, dan memperoleh informasi di perpustakaan mana buku tersebut berada serta jumlah eksemplar yang masih tersedia. Sehingga user tersebut bisa langsung mendatangi TBM sesuai dengan lokasi yang diperoleh dari sistem.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka perumusan masalah pada penelitian adalah: Bagaimana merancang dan membangun aplikasi Online Public Access Catalog (OPAC) yang berbasis mobile dengan menggunakan PHP dan database server MySQL untuk penyimpanan data-data dan bagaimana memanfaatkan CSS (Cascading Style Sheet) untuk membuat aplikasi bersifat mobile untuk pencarian/penelusuran katalog berdasar pengarang, penerbit, melihat resume atau abstrak dari buku, dan memperoleh informasi lokasi ketersediaan buku tersebut dengan studi kasus Taman Bacaan Masyarakat se-Kota Yogyakarta.
1.3. Batasan Penelitian Pada penelitian ini, akan dibatasi pada hal-hal sebagai berikut : 1.
Aplikasi yang dibangun dibatasi pada sistem penelusuran katalog atau koleksi
perpustakaan
dari
berbagai
perpustakaan.
Penelusuran
dikelompokkan menjadi penelusuran sederhana dan penelusuran tingkat lanjut berdasarkan beberapa kategori. 2.
Aplikasi yang dibangun terdiri dari dua aplikasi yaitu aplikasi web yang dapat diakses melalui personal computer atau laptop dan aplikasi yang dapat diakses melalui telepon seluler dengan fitur yang lebih sederhana agar supaya ringan karena keterbatasan dari fitur telepon seluler.
3.
Aplikasi dibangun dengan bahasa pemrograman PHP dan database server MySQL dengan pemanfaatan CSS yang merupakan bahasa yang digunakan untuk mengatur tampilan/desain suatu halaman HTML dan JavaScript yaitu bahasa pemrograman yang khusus untuk halaman web agar halaman web menjadi lebih hidup.
4.
Untuk implementasi aplikasi ini akan diujicobakan pada perpustakaan yang dikenal dengan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang merupakan program yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Sehingga selain berisi aplikasi OPAC, sistem ini akan dilengkapi dengan daftar anggota dan daftar TBM yang ada di kota Yogyakarta.
Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog) ................... Fatsyahrina Fitriastuti
16
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan aplikasi Online Public Access Catalog (OPAC) pada sistem informasi perpustakaan berbasis mobile yang dapat diakses melalui Personal Computer (PC) maupun telepon seluler. Sementara itu, manfaat dari penelitian ini adalah membantu masyarakat untuk mempermudah pencarian/penelusuran koleksi perpustakaan yang dibutuhkan tanpa harus mencari sendiri secara manual dengan berpindah dari satu lokasi perpustakaan ke perpustakaan lainnya.
1.5. Metode Penelitian Metodologi yang digunakan untuk penelitian ini adalah: 1.
Analisis dan perancangan Pada tahap ini dilakukan analisis serta desain yang diperlukan dalam
membuat sistem, diantaranya perancangan DFD, perancangan basisdata, dan perancangan user interface. 2.
Coding Pada
tahap
ini,
rancangan
sistem
yang
telah
dibuat
akan
diimplementasikan dengan melakukan coding program menggunakan web editor, image editor, bahasa pemrograman PHP, database server MySQL, dan CSS. 3.
Uji coba dan evaluasi Pada tahap ini, akan dilakukan uji coba dan evaluasi terhadap sistem
serta akan dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Uji coba dilakukan dengan memasang aplikasi pada server lokal. 4.
Implementasi Tahap terakhir adalah mengimplementasikan aplikasi yang telah dibuat
dan telah diuji server lokal. Aplikasi akan disimpan dalam hosting dengan nama domain tertentu.
2. Landasan Teori 2.1. Online Public Access Catalog (OPAC) Katalog online atau OPAC merupakan sistem katalog perpustakaan yang menggunakan komputer. Pangkalan datanya biasanya dirancang dan dibuat sendiri oleh perpustakaan dengan menggunakan perangkat lunak komersial atau buatan sendiri. Katalog ini memberikan informasi bibliografis dan letak koleksinya. Katalog biasanya dirancang untuk mempermudah pengguna sehingga tidak perlu bertanya dalam menggunakannya (user friendly) (Saleh dan
Fatsyahrina Fitriastuti....................Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog)
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
17
Mustafa, 1992). Sebelum teknologi informasi masuk dalam dunia perpustakaan, katalog yang dikenal hanya dalam bentuk kartu atau lembaran kertas. Sekarang katalog tidak saja dibuat dalam bentuk kartu, tetapi juga dalam bentuk digital. Katalog dalam bentuk digital biasanya disimpan dalam harddisk komputer atau media penyimpanan lainnya, seperti disket, CD-ROM, dan DVD. OPAC bekerja berdasarkan konsep jaringan, baik berupa LAN maupun WAN. LAN digunakan untuk keperluan hubungan kerja dalam satu ruangan atau bangunan, sedangkan WAN untuk keperluan kerja dalam lingkup yang lebih luas, yaitu antarwilayah. Dengan adanya OPAC yang terkomunikasi melalui internet, jangkauan pengguna perpustakaan menjadi lebih luas. Hal tersebut menjadikan nilai guna informasi jauh lebih tinggi. Menurut Christie (1986), beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan OPAC adalah: (1) pengguna dapat mengakses secara langsung ke dalam pangkalan data yang dimiliki perpustakaan, (2) mengurangi beban biaya dan waktu yang diperlukan dan yang harus dikeluarkan oleh pengguna dalam mencari informasi, (3) mengurangi beban pekerjaan dalam pengelolaan pangkalan data sehingga dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja, (4) mempercepat pencarian informasi, dan (5) dapat melayani kebutuhan informasi masyarakat dalam jangkauan yang luas.
2.2. Mobile Computing Mobile
computing
didefinisikan
sebagai
sekumpulan
peralatan
(hardware), data, dan perangkat lunak aplikasi yang bermobilisasi/berpindah lokasi. Mobile computing juga merupakan kelas tertentu dari sistem terdistribusi dimana beberapa node dapat melepaskan diri dari operasi terdistribusi, bergerak bebas, dan melakukan koneksi kembali pada jaringan yang berbeda. (Ferrydiansyah, 2002) Perangkat mobile memiliki banyak jenis dalam hal ukuran, desain dan layout, tetapi mereka memiliki kesamaan karakteristik yang sangat berbeda dari sistem desktop. Karakteristik dari perangkat mobile adalah :
Ukuran yang kecil Perangkat mobile memiliki ukuran yang kecil. Konsumen menginginkan perangkat yang terkecil untuk kenyamanan dan mobilitas mereka.
Memory yang terbatas
Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog) ................... Fatsyahrina Fitriastuti
18
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
Perangkat mobile juga memiliki memory yang kecil, yaitu primary (RAM) dan secondary (disk). Pembatasan ini adalah salah satu faktor yang mempengaruhi penulisan program untuk berbagai jenis dari perangkat ini. Dengan pembatasan jumlah dari memory, pertimbangan-pertimbangan khusus harus diambil untuk memelihara pemakaian dari sumber daya yang mahal ini.
Daya proses yang terbatas Sistem mobile tidaklah setangguh rekan mereka yaitu desktop. Ukuran, teknologi dan biaya adalah beberapa faktor yang mempengaruhi status dari sumber daya ini. Seperti harddisk dan RAM, dapat ditemukan dalam ukuran yang pas dengan sebuah kemasan kecil.
Mengkonsumsi daya yang rendah Perangkat mobile menghabiskan sedikit daya dibandingkan dengan mesin desktop. Perangkat ini harus menghemat daya karena mereka berjalan pada keadaan dimana daya yang disediakan dibatasi oleh baterai-baterai.
Kuat dan dapat diandalkan Karena perangkat mobile selalu dibawa kemana saja, mereka harus cukup kuat untuk menghadapi benturan-benturan, gerakan, dan sesekali tetesan-tetesan air.
Konektivitas yang terbatas Perangkat mobile memiliki bandwidth rendah, beberapa dari mereka bahkan tidak tersambung. Kebanyakan dari mereka menggunakan koneksi wireless.
Masa hidup yang pendek Perangkat-perangkat konsumen ini menyala dalam hitungan detik kebanyakan dari mereka selalu menyala. Mengambil kasus sebuah handphone, mereka booting dalam hitungan detik dan kebanyakan orang tidak mematikan handphone mereka bahkan ketika malam hari. PDA akan menyala jika tombol power mereka ditekan.
2.3. PHP (PHP Hypertext Preprocessor) PHP adalah bahasa scripting yang menyediakan cara yang mudah dalam melekatkan program pada halaman web. Karena suatu halaman diproses terlebih dahulu oleh PHP sebelum dikirim ke client, maka script dapat menghasilkan isi halaman yang dinamis, seperti misalnya menampilkan hasil query dari MySQL
Fatsyahrina Fitriastuti....................Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog)
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
19
pada halaman tersebut. PHP pada mulanya berarti Personal Home Page, tetapi sekarang telah menggunakan nama “PHP: Hypertext Preprocessor”. Adapun kelebihan-kelebihan dari PHP (Achour, M, dkk, 2004) yaitu:
Mudah dibuat dan berkecepatan tinggi
PHP dapat berjalan lintas platform, yaitu dapat berjalan dalam sistem operasi dan web server apapun.
PHP dapat digunakan secara gratis.
PHP termasuk bahasa yang embedded, yakni dapat diletakkan dalam tag HTML.
PHP termasuk server side programming, sehingga kode asli (source code) PHP tidak dapat dilihat di browser pengguna, yang terlihat hanya kode dalam format HTML.
Dapat memanfaatkan sumber-sumber aplikasi yang dimiliki oleh server, seperti misalnya untuk keperluan database connection. PHP dapat melakukan koneksi dengan berbagai database seperti MySQL, Oracle, Sybase, mSQL, Solid, Generic ODBC, PostgreSQL, dBase, Direct MSSQL, Velocis, IBM DB2, Interbase, Frontbase, Empress, dan semua database yang mempunyai provider ODBC seperti misalnya MS Access dan lain-lain.
PHP dapat melakukan semua aplikasi program CGI, seperti mengambil nilai form, menghasilkan halaman web yang dinamis, mengirimkan dan menerima cookies.
PHP juga mendukung komunikasi dengan layanan lain melalui protokol IMAP, SNMP, NNTP, POP3 dan HTTP dan lainnya.
2.4. MySQL MySQL merupakan sebuah database server yang juga bersifat free, MySQL banyak digunakan sebagai database karena mudah digunakan dan juga sangat banyak tersedia. MySQL menggunakan bahasa SQL yang sudah banyak digunakan saat ini. MySQL merupakan software database yang termasuk paling populer di lingkungan Linux atau UNIX. Kepopuleran ini ditunjang karena performansi query dari database-nya yang saat itu bisa dikatakan paling cepat, dan juga memiliki sedikit permasalahan. Menurut Ladjamudin (2004), MySQL memberikan hasil yang optimal dari sisi kecepatan dan reliabitas manajemen data. Sifatnya yang open-source menyebabkan MySQL berkembang secara pesat dan digunakan begitu banyak
Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog) ................... Fatsyahrina Fitriastuti
20
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
pengguna yang tidak ingin membuang dana begitu besar untuk sebuah sistem basis data seperti jika menggunakan sistem basis data komersial. Untuk penggunaan pada jumlah data skala medium ke bawah, MySQL memang tepat, apalagi ditambah ketersediaan MySQL pada berbagai platform populer seperti Linux, FreeBSD, dan MS Windows 9x/NT/2000. Produk open source lain dalam beberapa hal lebih unggul, misalnya PostgreSQL yang mampu menjamin integritas data dan dapat digunakan untuk jumlah data skala besar, namun keterbatasan
platform
pendukungnya
sangat
berpengaruh
terhadap
popularitasnya. Saat ini, PHP secara built-in telah mendukung MySQL tanpa perlu modul tambahan.
2.5. CSS (Cascading Style Sheets) CSS merupakan sebuah halaman terpisah dari halaman web yang dipergunakan untuk pengaturan komponen style seperti font, warna, layout dan sebagainya. CSS bekerja sebagai pelengkap pada HTML. CSS memungkinkan web developer untuk memisahkan HTML dari aturan-aturan untuk membentuk tampilan sebuah website. Beberapa keuntungan penggunaan CSS antara lain: a) Dengan mempergunakan CSS, akan diperoleh file hasil web design lebih kecil. Hal ini karena pengaturan style oleh CSS dibuat secara terpisah dan di-import ke dalam file utama. Halaman dengan script yang sedikit berarti akan didapat file yang lebih kecil pula. b) Kecepatan akses akan jauh lebih cepat. Dari keterangan di atas, maka akan diperoleh file yang jauh lebih kecil. Hal ini berarti juga akan mempercepat akses untuk membuka halaman website. Selain itu pada waktu membuka pertama kali dari sebuah halaman website yang mempergunakan CSS, maka file CSS yang disimpan sebagai external file akan disimpan sebagai cache (temporary data) dalam komputer browser dan untuk membuka halaman selanjutnya akan jauh lebih cepat. Hal ini karena file CSS sudah siap (sudah ada dalam komputer browser). c) Lebih mudah untuk mengontrol style dari seluruh halaman website. Dengan menggunakan CSS akan sangat mempermudah mengontrol style dari seluruh halaman website. Hal ini dikarenakan sistem hanya merubah satu halaman untuk merubah seluruh style dari sebuah website.
Fatsyahrina Fitriastuti....................Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog)
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
21
2.6. JavaScript JavaScript diperkenalkan pertama kali oleh Netscape pada tahun 1995. Pada awalnya bahasa yang sekarang disebut JavaScript ini dulunya dinamai “LiveScript” yang berfungsi sebagai bahasa sederhana untuk browser Netscape Navigator 2 yang sangat populer pada saat itu. Kemudian sejalan dengan sedang giatnya kerjasama antara Netscape dan Sun (pengembang bahasa pemrograman “Java”) pada masa itu, maka Netscape memberikan nama “JavaScript” kepada bahasa tersebut pada tanggal 4 Desember 1995. Pada saat yang bersamaan Microsoft mencoba untuk mengadaptasikan teknologi ini yang mereka sebut sebagai “JScript” di browser milik mereka yaitu Internet Explorer 3. JavaScript sendiri merupakan modifikasi dari bahasa pemrograman C++ dengan pola penulisan yang lebih sederhana dari bahasa pemrograman C++. JavaScript adalah bahasa pemrograman yang khusus untuk halaman web agar halaman web menjadi lebih hidup. Kalau dilihat dari suku katanya terdiri dari dua suku kata, yaitu Java dan Script. Java adalah Bahasa pemrograman berorientasi obyek, sedangkan Script adalah serangkaian instruksi program. Dalam aplikasi client untuk Navigator, pernyataan JavaScript yang tertulis dalam sebuah halaman web dapat mengetahui dan merespon perintah pemakai seperti gerakan mouse, input form, dan navigasi halaman HTML. Sebagai contoh, dapat dituliskan sebuah fungsi JavaScript untuk memverifikasi bahwa seseorang telah benar menuliskan informasi yang cocok dalam sebuah form yang meminta diisi nomor telepon dan nomor kode pos. Tanpa transmisi jaringan apapun, sebuah halaman HTML yang dilengkapi dengan tulisan JavaScript dapat menginterpretasikan teks yang dituliskan pada halaman tersebut dan memberikan tampilan teks dialog penolakan apabila teks yang dituliskan tadi salah. JavaScript juga dapat digunakan untuk memerintahkan sebuah aksi (seperti memainkan file suara, mengeksekusi sebuah “applet” atau berkomunikasi dengan “plug-in” lain) sebagai respon terhadap dibukanya sebuah halaman web atau penutupan halaman tersebut oleh pengguna internet.
3. Perancangan Sistem 3.1. Perangkat Lunak Yang Digunakan Perangkat lunak merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pembuatan sistem ini. Perangkat lunak yang digunakan dalam sistem ini adalah: a. Perangkat lunak pada sisi server (server-side) 1) Sistem Operasi Microsoft Windows.
Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog) ................... Fatsyahrina Fitriastuti
22
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
2) Apache HTTP Server 1.3.23 sebagai web server. 3) PHP versi 4.1.1 sebagai server-side scripting. 4) MySQL server 5.0.37-nt sebagai database server. 5) CSS (Cascading Style Sheet) b. Perangkat lunak pada sisi client (client-side) 1) Sistem Operasi Microsoft Windows. 2) JavaScript sebagai client-side scripting. c. Web Browser Mozilla Firefox 2.0 – 3.0 d. Perangkat lunak pendukung pengembangan sistem 1) MySQL-Front sebagai tool untuk pengelolaan database MySQL. 2) Macromedia Dreamweaver 8 sebagai tool untuk mendesain tampilan halaman web.
3.2. DFD (Data Flow Diagram) Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model yang digunakan untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara manual maupun terkomputerisasi. Context Diagram atau diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks merupakan level tertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari sistem. Context diagram memberi gambaran tentang keseluruhan sistem. Dalam diagram konteks hanya ada satu proses, dan tidak ada store di dalam context diagram. Diagram konteks aplikasi ini dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 Diagram Konteks
3.3. Struktur Tabel Struktur database Aplikasi OPAC pada sistem informasi perpustakaan dirancang membentuk 20 tabel sebagai media penyimpanan, yaitu: 1.
Tabel group_module
3.
Tabel user
2.
Tabel group_user
4.
Tabel user_log
Fatsyahrina Fitriastuti....................Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog)
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
23
5.
Tabel module
13.
Tabel m_jenis
6.
Tabel module_sub
14.
Tabel m_kategori
7.
Tabel web_content
15.
Tabel m_pendamping
8.
Tabel web_gallery
16.
Tabel m_pendamping_tbm
9.
Tabel m_anggota
17.
Tabel m_penerbit
10.
Tabel m_buku
18.
Tabel m_pengarang
11.
Tabel m_buku_item
19.
Tabel m_tbm
12.
Tabel m_buku_pengarang
20.
Tabel trans_inven
3.4. Relasi Tabel Relasi antar tabel di dalam sistem ini, dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 Relasi Antar Tabel
3.5. Desain Antarmuka Sistem Modul digunakan untuk memudahkan pemrogram dalam menyusun menu, menggolongkan proses dan mengatur hak akses. Modul dalam sistem ini terbagi menjadi 2 bagian utama yaitu halaman admin (back_system) dan halaman user (front_system). Untuk mempermudah pembuatan antarmuka, terlebih dahulu desain menu-menu. 3.5.1.
Desain Menu Back_System Desain menu back_system aplikasi OPAC ini disusun berdasarkan jenis
user (user group) yang mengakses. User group dibedakan menjadi 2 yaitu OPERATOR dan ADMIN. Masing-masing group memiliki hak akses yang
Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog) ................... Fatsyahrina Fitriastuti
24
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
berbeda-beda. Pembagian menu masing-masing user group dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3 Desain Menu Back_System
3.5.2.
Desain Menu Front_System Desain menu pada front_system (halaman user) untuk aplikasi OPAC ini
terdiri dari menu Pencarian Sederhana, menu Pencarian Tingkat lanjut, Beranda, Daftar Anggota TBM, Daftar TBM se-Kota Yogyakarta, Gallery dan Tentang Kami.
Gambar 4 Desain Menu Front_System
Fatsyahrina Fitriastuti....................Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog)
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
25
4. Implementasi Pada tahap implementasi dan pembahasan ini akan dilakukan beberapa tahap proses uji coba untuk mengetahui apakah aplikasi ini dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan atau sebaliknya. Implementasi merupakan tahap dimana aplikasi sudah siap dioperasikan pada keadaan yang sebenarnya, di sini akan kelihatan apakah aplikasi yang dibuat benar-benar dapat menghasilkan laporan yang diharapkan dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Karena apabila terjadi kesalahan dapat diketahui terlebih dahulu, maka dapat dilakukan perbaikan sebelum program digunakan untuk selanjutnya. Sebelum program diterapkan atau diimplementasikan, maka program harus dipastikan dalam keadaan valid, yaitu artinya program dalam keadaan sudah siap dioperasikan dan tidak menimbulkan kesalahan-kesalahan lagi. Kesalahan yang mungkin ditimbulkan adalah kesalahan dalam memasukkan data
atau
kesalahan
dalam
mengoperasikan
program.
Melalui
tahap
implementasi dapat dievaluasi jalannya aplikasi dan mungkin kendala-kendala yang terjadi dalam proses. Sehingga diperlukan suatu perbaikan atau pengembangan lebih lanjut. Untuk mengakses aplikasi ini ada di alamat URL http://www.opactbmjogja.com/ untuk akses melalui PC atau laptop, sedangkan versi mobile dibuat lebih ringan dengan alamat http://www.m.opac-tbmjogja.com/.
4.1. Halaman Utama Web
Gambar 5 Halaman Utama untuk User
Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog) ................... Fatsyahrina Fitriastuti
26
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
Halaman utama aplikasi ini menampilkan menu-menu yang dapat diakses oleh user yaitu Menu Pencarian Sederhana, Menu Pencarian Tingkat lanjut, Beranda, Daftar Anggota TBM, Daftar TBM se-Kota Yogyakarta, Gallery dan Tentang Kami, dapat dilihat pada gambar 5.
4.2. Menu Pencarian Menu pencarian pada aplikasi ini dibedakan menjadi dua yaitu pencarian sederhana dan pencarian tingkat lanjut. Untuk pencarian sederhana, user dapat mengisikan kata kunci untuk mencari koleksi yang dikehendaki. Untuk pencarian tingkat lanjut, user dapat melakukan penelusuran koleksi dengan berbagai kata kunci yaitu judul, pengarang, penerbit, ISBN, kategori dan lokasi TBM di mana buku berada. Menu pencarian dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6 Menu Pencarian
4.3. Halaman Hasil Pencarian Hasil pencarian terhadap koleksi buku dengan kata kunci yang tertentu yang dimasukkan dapat dilihat pada gambar 7. Hasil pencarian meliputi judul buku, kode buku, jenis, kategori, ISBN, pengarang, penerbit, tahun terbit, gambar cover buku, sinopsis dan lokasi TBM tempat buku tersebut berada dan mengetahui apakah buku masih tersedia atau tidak.
Fatsyahrina Fitriastuti....................Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog)
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
27
Gambar 7 Halaman Hasil Pencarian
4.4. Halaman Utama Versi Mobile Untuk halaman utama versi mobile dapat diakses melalui www.mopac.tbmjogja. Bentuk tampilan dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8 Halaman Utama Versi Mobile
Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog) ................... Fatsyahrina Fitriastuti
28
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
4.5. Halaman Admin Halaman admin adalah halaman untuk melakukan pengelolaan berbagai data dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9 Halaman Admin
5. Penutup 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian tentang perancangan dan pembangunan aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog) pada Sistem Informasi Perpustakaan berbasis mobile dengan studi kasus TBM se-Kota Yogyakarta ini adalah: 1.
Aplikasi ini dapat membantu masyarakat dalam menelusuri/mencari koleksi perpustakaan di berbagai lokasi TBM yang ada di wilayah Kota Yogyakarta dengan lebih cepat dan mudah karena aplikasi ini dibangun berbasis web dan dapat diakses baik melalui PC, laptop maupun telepon seluler kapan dan dimana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu.
2.
Dengan menggunakan PHP yang dikombinasikan dengan CSS dan Javascript serta database server MySQL dapat dibangun dua tipe sistem yaitu berbasis web dan berbasis mobile.
3.
Dengan aplikasi ini masyarakat bisa mendapatkan informasi penelusuran koleksi perpustakaan dengan pencarian/penelusuran katalog berdasar pengarang, penerbit, melihat resume atau abstrak dari buku, dan memperoleh informasi lokasi ketersediaan buku tersebut di berbagai lokasi TBM di Kota Yogyakarta.
Fatsyahrina Fitriastuti....................Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog)
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
29
5.2. Saran Dalam upaya meningkatkan kinerja dari manfaat aplikasi ini, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1.
Untuk
pengembangan
mengembangkan
lebih
aplikasi
ini
lanjut, dengan
penulis
menyarankan
fasilitas-fasilitas
yang
untuk lebih
kompleks seperti pemesanan buku, transaksi koleksi perpustakaan, diperbanyak variasi koleksi perpustakaan. 2.
Aplikasi ini dapat dikembangkan untuk koleksi perpustakaan yang bersifat digital dengan fasilitas download dan upload.
Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog) ................... Fatsyahrina Fitriastuti
30
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
Daftar Pustaka Achour, M., Betz, F., Dovgal, A., Lopes, N., Olson, P., Richter, G., Seguy, D., Vrana, J., 2006, PHP Manual, http://www.php.net/docs.php, diakses Mei 2010. Al-Bahra Bin Ladjamuddin B., 2004, Konsep Sistem Basis Data dan Implementasinya, Graha Ilmu, Yogyakarta. Christie, L.E., 1986, Managing Today and Tomorrow with Online Information, Dow Jones-Irwin, USA. Kadir, Abdul, 1999, Konsep & Tuntunan Praktis Basis Data, Andi, Yogyakarta. Laurie, B., Laurie, P., 2002, Apache: The Definitive Guide, O‟Reilly & Associates, California. Saleh, A.R. dan B. Mustafa, 1992, Penggunaan komputer untuk pelayanan informasi perpustakaan, Dalam Bunga Rampai 40 Tahun Pendidikan Ilmu Perpustakaan di Indonesia, Kesaint Blanc, Jakarta. Widenius, M., Axmark, D., 2006, MySQL Manual, http://dev.mysql.com/ techresources/sources.html, diakses Mei 2010.
Fatsyahrina Fitriastuti....................Aplikasi OPAC (Online Public Access Catalog)
MEDIA SOSIAL SEBAGAI PENUNJANG PROSES PERKULIAHAN Ahmad Hanafi Program Studi Teknik Informatika STMIK Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
[email protected];
[email protected]
Abstrak Pembelajaran jarak jauh telah umum diterapkan di institusi pendidikan tinggi di Indonesia. PTJJ atau Perkuliahan Tinggi Jarak Jauh telah diatur secara resmi dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 31 dan SK Mendiknas No. 107/U/2001 tentang PTJJ. Didalam UU tersebut mengijinkan penyelenggara pendidikan di Indonesia untuk melaksanakan pendidikan melalui cara Pendidikan Tinggi Jarak Jauh (PTJJ) dengan memanfaatkan teknologi informasi. Media sosial telah berkembang dengan pesat seiring dengan penetrasi perangkat bergerak pintar dan terjangkaunya paket komunikasi dan data di Indonesia. Penulis mencoba menerapkan pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan media sosial sebagai penunjang dalam proses perkuliahan. Fiturfitur Facebook telah mendukung sebagian besar kemampuan komunikasi pada umumnya, fitur grup Facebook dan penggabungan beberapa fitur lain antara lain Catatan, Obrolan dan Berbagi Tautan digunakan penulis untuk menyelenggarakan PTJJ. Metode ini diujikan pada sekelompok mahasiswa yang mengikuti dua perkuliahan yang berbeda. Metode survei digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian setelah diadakan pengujian pada akhir semester. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran media sosial sebagai pendukung proses perkuliahan telah berhasil memberikan dukungan terhadap proses perkuliahan. Kata Kunci: Facebook, Media Sosial, PTJJ, Pembelajaran Media Sosial.
1. Latar Belakang Media sosial berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat. Manusia adalah makhluk sosial, untuk itu sudah menjadi naluri manusia untuk saling berhubungan. Media sosial berusaha untuk memenuhi itu. Media sosial berkembang dikarenakan bermunculannya banyak situs web berjenis jejaring sosial yang menyediakan konsep web 2.0. Situs web berperan sebagai perantara untuk para pengguna situs. Tingkat akses internet didominasi oleh situs-situs jejaring sosial, hal ini disebabkan oleh adanya dukungan dari operator dengan banyaknya perangkat komunikasi yang cerdas dan relatif murah. Penelitian dari Firefly Milward Brown menggambarkan media sosial di Indonesia adalah sebagai alat untuk memperoleh pengakuan secara sosial dalam bentuk pengakuan dan pujian, media sosial juga digunakan untuk berbagi dan mengakrabkan diri dengan orang lain (zdnetasia, 2011).
Media Sosial Sebagai Penunjang ................................................... Ahmad Hanafi
32
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
Pengguna Facebook Indonesia adalah kedua terbesar di dunia. 35.482.400 pengguna berasal dari Indonesia, 85% pengguna Facebook di Indonesia berumur kurang dari 35 tahun, mayoritas berasal dari golongan umur 18 – 24 tahun dengan jumlah 41% (socialbaker, 2010). Umur tersebut merupakan golongan umur pelajar dan mahasiswa yang merupakan potensi yang besar untuk berbagi diskusi dan menindaklanjuti proses perkuliahan. Proses perkuliahan melibatkan banyak waktu di dalam dan di luar kampus. Idealnya, perkuliahan dilakukan di dalam ruang kuliah, untuk kemudian mahasiswa melakukan dan melatih kembali sub materi kuliah yang akan atau telah diajarkan dalam proses perkuliahan. Selama perkuliahan di dalam kelas, mahasiswa dengan mudah melakukan komunikasi dua arah dengan dosen maupun dengan mahasiswa lain, namun saat melakukan tugas dan pendalaman materi di luar ruang kuliah, mahasiswa akan mendapatkan beberapa masalah dalam hal komunikasi dan berbagi masalah. Kampus pada umumnya telah memiliki fasilitas pembelajaran jarak jauh. Komputer server pembelajaran jarak jauh ini sebagian besar dibangun dan dikelola oleh dosen-dosen kampus dan mahasiswa yang berkompeten. Komputer server memiliki batasan kapasitas tertentu, selain itu, komputer server di sebuah kampus pada umumnya berspesifikasi teknis yang rata-rata. Sehingga aksesibilitas dan kemampuan server untuk melayani permintaan pengguna yang semakin lama semakin banyak akan turun. STMIK Jenderal Achmad Yani (disingkat menjadi STMIK A. YANI) adalah salah satu perguruan tinggi di bawah Yayasan Kartika Eka Paksi. Jenjang Pendidikan yang diselenggarakan adalah S1 Teknik Informatika dan D3 Manajemen Informatika. Di samping itu juga diselenggarakan pelatihan-pelatihan di bidang Teknologi Informasi bagi instansi dan masyarakat umum. STMIK A Yani telah memiliki website yang secara online memberikan informasi kepada shareholder. Selain itu, untuk menunjang proses pengajaran dan perkuliahan, STMIK juga telah membangun sebuah portal akademis yang berfungsi sebagai portal pembelajaran jarak jauh.
2. Landasan Teori 2.1. Media Sosial Media
sosial
merupakan
sebuah
aplikasi
untuk
berpartisipasi,
memberikan sebuah jalur komunikasi yang multidireksional antara satu pengguna dengan yang lain. Mampu menyampaikan pesan, tautan dan tema
Ahmad Hanafi ................................................... Media Sosial Sebagai Penunjang
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
33
diskusi tepat pada layar home pengguna. Pengguna akan dengan mudah mengakses dikarenakan aplikasi media sosial telah memiliki variasi platform yang banyak. Menurut definisi dari wikipedia (wikipedia, 2011), media sosial adalah media untuk berinteraksi sosial, menggunakan teknik komunikasi yang memiliki aksesibilitas tinggi dan terukur. Definisi tersebut mengacu kepada penggunaan teknologi berbasis web dan perangkat bergerak untuk mengubah komunikasi biasa menjadi dialog interaktif.
2.2. Jejaring Sosial Menurut edutopia.com, jejaring sosial adalah sebuah software yang mampu membuat orang berkumpul mengenai sebuah ide atau topik ketertarikan (edutopia, 2007).
2.3. Pembelajaran Jarak Jauh Pembelajaran jarak jauh telah menjadi sebuah kebutuhan yang mendasar dalam sebuah institusi pendidikan tinggi. Ketersediaan waktu untuk pembelajaran di kampus dirasa tidak mampu mencukupi kebutuhan mahasiswa untuk berdiskusi. Absen atau ketidakmampuan mahasiswa untuk hadir dalam pembelajaran konvensional telah sedikit teratasi dengan adanya pembelajaran jarak jauh. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 31 dan SK Mendiknas No. 107/U/2001 tentang PTJJ, telah mengijinkan penyelenggara pendidikan di Indonesia untuk melaksanakan pendidikan melalui cara Pendidikan Tinggi Jarak Jauh (PTJJ) dengan memanfaatkan teknologi informasi.
2.4. Facebook Facebook mengembangkan fitur-fitur yang mampu menjadikannya sebagai portal personal dimana para penggunanya bisa melakukan banyak aktifitas secara sosial. Fitur dasar saat itu adalah profil, relationship, wall, dan status update. Profil adalah sebuah fitur yang menyimpan informasi identitas secara detail dari seorang pengguna. Ini adalah titik awal dari fitur selanjutnya. Relationship adalah mewakili hal abstrak mengenai pertemanan, di fitur ini pengguna bisa mengatur siapa saja yang boleh melihat hal-hal yang bersifat personal dan keamanan. Fitur ini dibuat mendekati dengan bagaimana hubungan sosial antar satu orang dengan yang lain. Dinding (wall) adalah dimana orang bisa menuliskan berbagai macam pesan maupun impresi yang berhubungan dengan pemilik dinding. Fitur dasar yang lain adalah “status update” yang bisa
Media Sosial Sebagai Penunjang ................................................... Ahmad Hanafi
34
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
memberitahukan tentang perasaan dan pendapat seseorang ke semua anggota lain di Facebook yang telah menjadi teman. 2.4.1.
Group Facebook Grup Facebook atau Facebook Group adalah sebuah fitur yang
mengemulasikan sebuah ajang diskusi terbuka. Pengguna bisa menginisiasi sebuah grup dengan menentukan nama, informasi ringkas dan mengundang pengguna-pengguna lain untuk bergabung dalam grup tersebut. Pengguna yang menginisiasi grup memiliki peran sebagai “admin”. Dengan peran ini, pengguna bisa mengundang, mengatur siapa saja yang berhak masuk dan menghapus isi yang kurang berkenan. Admin juga bisa merekrut anggota lain yang telah terdaftar di grup Facebook menjadi admin. 2.4.2.
Facebook Page Facebook page atau Halaman Facebook adalah sebuah fitur dari
Facebook yang digunakan untuk membuat sebuah halaman khusus yang bisa diakses secara terbuka oleh semua orang tidak hanya pengguna Facebook. Facebook page pertama diciptakan dengan tujuan sebagai media promosi terhadap sebuah brand/merk tertentu yang tidak bisa dilakukan oleh sebuah profil biasa. Perbedaan paling mendasar antara Facebook page dan profil Facebook adalah kemampuan untuk mengizinkan pengguna lain untuk saling berhubungan. 2.4.3.
Facebook Chat Percakapan antara pengguna bisa dilakukan melalui fitur ini. Pengiriman
gambar dan video atau hanya berupa link bisa dilakukan dengan mudah. Hal lain yang bisa dilakukan adalah percakapan dengan banyak pengguna atau conference.
2.5. Twitter Twitter adalah sebuah situs web yang dimiliki dan dioperasikan oleh Twitter Inc., yang menawarkan jaringan sosial berupa mikroblog sehingga memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan yang disebut kicauan (tweets). Kicauan adalah teks tulisan hingga 140 karakter yang ditampilkan pada halaman profil pengguna. Kicauan bisa dilihat secara luas, namun pengirim dapat membatasi pengiriman pesan ke daftar teman-teman mereka saja. Pengguna dapat melihat kicauan penulis lain yang dikenal dengan sebutan pengikut.
Ahmad Hanafi ................................................... Media Sosial Sebagai Penunjang
ISSN: 1979-7656
2.5.1.
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
35
Hastag Hastag adalah gabungan dari kata Hash Tag, diadaptasikan ke dalam
bahasa Indonesia dengan Tanda Pagar kemudian disingkat Tagar. Tagar ditulis dengan sebuah simbol “#”. Tagar yang ditulis di depan topik tertentu agar pengguna lain bisa mencari topik yang sejenis yang ditulis oleh orang lain juga. 2.5.2.
Pesan Langsung Fungsi pesan langsung lebih bisa disebut SMS karena pengiriman pesan
langsung di antara pengguna tanpa ada pengguna lain yang bisa melihat pesan tersebut kecuali pengguna yang dikirimi pesan. Pesan langsung merupakan bagian dari Twitter yang tidak bersifat broadcast namun bersifat unicast.
2.6. Metode pembelajaran media sosial Dengan adanya fakta pengguna media sosial adalah umur pelajar dan mahasiswa, bukan berarti hanya dengan memindahkan informasi dan bahan diskusi ke dalam platform media sosial, maka program pembelajaran media sosial akan berhasil. “It needs to be thought through pedagogically and y'all need to understand how it's being used in everyday life before bringing it into the classroom.” (Boyd, 2009). Pernyataan Danah Boyd tersebut merupakan kesimpulan dari sebuah penelitiannya mengenai media sosial di kalangan pelajar dan mahasiswa. Dikatakan bahwa pedagogi adalah hal penting untuk menyampaikan pelajaran di kegiatan belajar mengajar agar mata pelajaran bisa dipahami dengan mudah, untuk kemudian baru akan berhasil juga dalam dunia pembelajaran media sosial.
3. Analisis dan Perancangan Pada bagian ini penulis akan menggunakan ADDIE sebagai metode pengembangan e-learning berbasis media sosial. ADDIE adalah Analisa-DesainPengembangan-Implementasi-Evaluasi, sebuah metode yang digunakan untuk membangun pelatihan secara efektif.
3.1. Tahap ADDIE Prinsip ADDIE bisa diringkas menjadi berikut ini: 1. Analisis
Memahami permintaan pengguna
Mengetahui tingkat pengetahuan dari peserta
Menetapkan tujuan pembelajaran
Menuliskan strategi instruksi yang mungkin dipakai
Media Sosial Sebagai Penunjang ................................................... Ahmad Hanafi
36
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
Gambar 1 Tahapan ADDIE
2. Desain (Perancangan)
Dokumentasi strategi desain secara instruksi, secara visual dan secara teknis
Menerapkan strategi desain secara instruksi sesuai dengan keluaran yang dimaksudkan antara lain domain kognitif, afektif dan psikomotor.
Mendesain antarmuka pengguna
Pembuatan Prototipe
Menerapkan desain visual
3. Development (Pengembangan)
Membuat dan menyusun aset isian yang telah dirancang saat tahap desain
Pembuatan papan cerita dan grafis
Pembuatan seluruh bagian materi ajar
4. Implementasi
Mengimplementasikan materi ajar pada klien
5. Evaluasi
Mencari umpan balik dari stakeholder yang berhubungan
Implementasikan umpan balik kemudian modifikasi materi
Ahmad Hanafi ................................................... Media Sosial Sebagai Penunjang
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
37
3.2. Hasil perancangan ADDIE Dengan menerapkan aturan ADDIE akan dihasilkan materi ajar yang berkualitas dan sesuai dengan keinginan peserta belajar. Hasil perancangan dan proses
perancangan
ADDIE
merupakan
proses
berkesinambungan.
Perancangan ADDIE digunakan pada pengembangan pembelajaran pada umumnya, pada pembelajaran media sosial tidak dilakukan pembuatan prototipe dan pembuatan desain visual, papan cerita maupun desain antarmuka. Proses perancangan konten dan desain instruksi lebih ditekankan pada penelitian ini. Pada tahapan analisis, dilakukan survei dan pengamatan kepada para peserta pembelajaran media sosial. Permintaan-permintaan yang dihasilkan pada proses ini antara lain adalah pemuatan aturan awal perkuliahan, nilai ujian dan nilai kuis, daftar sumber belajar, tautan yang berhubungan dan juga informasi terkait dengan kegiatan perkuliahan.
4. Implementasi dan Pengujian Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah dengan mensurvei 15 orang mahasiswa yang terlibat di dalam perkuliahan Pemrogramman Basisdata dan Organisasi Arsitektur dan Sistem Operasi. Survei awal
menunjukkan
ke-15
siswa
memiliki
akun
Facebook
dan
telah
menggunakannya lebih dari 1 tahun. Sedang sekitar 20% mahasiswa mengaku memiliki akun Twitter, namun tidak menggunakannya secara intensif. Mereka juga memiliki kemampuan untuk menggunakan beberapa fasilitas dan fitur dari Facebook dan Twitter. Dari hasil survei awal, penulis berpendapat penggunaan media sosial Twitter tidak akan efektif karena hanya akan menjangkau 20% mahasiswa pengguna Twitter. Rancangan pembelajaran dengan dukungan media sosial akan diterapkan hanya pada Facebook.
4.1. Implementasi Berikut
adalah
hasil
implementasi
dari
rancangan
perancangan
pembelajaran media sosial. Berupa pembuatan grup Facebook bernama Organisasi dan Arsitektur Komputer dan Sistem Operasi untuk perkuliahan dengan nama yang sama dan grup Facebook bernama Pemrograman Basisdata pada perkuliahan yang sama. Sifat grup tertutup, hanya mahasiswa yang tervalidasi boleh mengikuti grup yang bersangkutan. Undangan atau invite bisa dilakukan oleh admin dalam hal ini penulis, atau rekan mahasiswa yang telah berada di dalam grup tersebut.
Media Sosial Sebagai Penunjang ................................................... Ahmad Hanafi
38
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
Gambar 2 Pemberitahuan penugasan melalui Facebook Group
Penugasan dan pemberian informasi mengenai kegiatan perkuliahan dilakukan dengan membuat note atau catatan dalam grup Facebook. Komentar dan tanggapan dari peserta belajar memberikan konfirmasi apakah informasi telah sampai kepada mereka.
Gambar 3 Berbagi artikel
Ahmad Hanafi ................................................... Media Sosial Sebagai Penunjang
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
39
Banyak sekali sumber daya yang terdapat di Internet, namun menemukan sumber daya yang tepat adalah hal yang sulit. Untuk itu, administrator mencantumkan beberapa buah artikel yang mendukung proses pembelajaran. Pencantuman tautan ini menggunakan fitur post link atau pencantuman tautan pada field status. Selain memberikan artikel yang bermanfaat peserta belajar bisa melihat sumber asli dan memberikan tanggapan pada kiriman tautan atau langsung pada sumber yang bersangkutan.
Gambar 4 Tampilan note di grup Facebook
Note atau catatan Facebook bisa digunakan sebagai metode untuk mengirim dan menerima tugas. Catatan Facebook yang berisi tugas dari masingmasing peserta belajar akan ditampilkan secara baik dikarenakan fitur Rich Text Formatting yang sudah tersedia di catatan Facebook. Metode ini juga membantu penulis untuk mengenali adanya plagiarisme dan langsung bisa memberikan koreksi pada bagian-bagian tertentu dari penugasan. Catatan Facebook tersebut akan ditampilkan dalam daftar yang memudahkan penulis untuk melihat secara lebih luas untuk kepentingan pemasukan nilai. Catatan-catatan tersebut masih akan tetap tersimpan baik secara online untuk bisa dilihat kembali. Hal tersebut memberikan dokumentasi yang baik bagi proses perkuliahan.
Media Sosial Sebagai Penunjang ................................................... Ahmad Hanafi
40
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
Gambar 5 Daftar pengumpulan tugas
Gambar 6 Grup Facebook untuk ringkasan materi kuliah
Ahmad Hanafi ................................................... Media Sosial Sebagai Penunjang
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
41
Catatan grup Facebook juga bisa digunakan untuk memberikan ringkasan sebuah pertemuan perkuliahan, mahasiswa yang kurang mampu bertanya secara langsung di kelas bisa menanyakannya pada bagian komentar.
4.2. Pengujian Dari
hasil
perancangan
dan
implementasi
kemudian
dilakukan
wawancara dan survei. Survei berupa daftar skala 4 dari Sangat Tidak Setuju Sekali ke Setuju Sekali. Varibel yang disurvei adalah sebagai berikut.
Informatif Aspek ini merupakan aspek paling mendasar dari media sosial untuk pembelajaran. Pertanyaan surveinya adalah berupa, “Apakah anda mendapatkan informasi dari dosen tepat waktu dan tepat isi?”
Responsif Aspek yang kedua adalah, responsif. Responsif adalah aspek yang menunjukkan bahwa admin memberikan jawaban secepat mungkin dan sebaik mungkin. Pertanyaan survei adalah berupa, “Apakah anda mendapatkan jawaban saat anda memberikan pertanyaan ke group?”
Aksesif Aspek ini merupakan aspek yang menunjukkan apakah pengguna atau anggota group mampu mengakses fasilitas pembelajaran media sosial kapan saja pengguna menginginkannya?
Interaktif Aspek interaktif menunjukkan apakah pengguna mampu melakukan sesuatu untuk menunjukkan penilaian dan pendapat mereka. Pertanyaan yang digunakan dalam survei adalah, “Apakah pengguna mampu untuk mengekspresikan pendapat mereka dengan bebas dan sesuai?”
Aktif Aspek aktif menunjukkan apakah forum diskusi atau penyampaian informasi dalam grup tersebut termutahirkan dengan periode yang wajar. Pertanyaan yang diajukan kepada pengguna adalah, “Apakah aliran informasi dan isi yang berada dalam media sosial selalu baru dan bisa diikuti?” Pengujian dilakukan pada kelompok mahasiswa peserta pembelajaran
setelah satu semester perkuliahan selesai. Pengujian dilakukan secara secara langsung oleh penulis dan diikuti oleh peserta belajar yang memiliki akun Facebook yang telah tervalidasi.
Media Sosial Sebagai Penunjang ................................................... Ahmad Hanafi
42
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
Dari survei yang dilaksanakan pada peserta pembelajaran media sosial, diperoleh hasil pada tabel 1. Tabel 5 Hasil Pengujian
Kriteria
STS
TS
S
SS
Informatif
0
1
6
8
Responsif
0
0
6
9
Aksesif
0
0
4
11
Interaktif
0
2
9
4
Aktif
0
1
5
9
Pembelajaran menggunakan media sosial ini pada umumnya telah bisa diterima oleh para peserta belajar. Dari segi Responsif dan Aksesif mendapat nilai paling tinggi, sehingga penelitian ini telah mampu menyampaikan dan memberikan tanggapan yang diinginkan oleh peserta belajar. Peserta belajar menganggap metode ini kurang interaktif, Facebook hanya menyediakan catatan, gambar dan tanggapan yang terbatas. Tidak bisa menggunakan aplikasi berbasis Flash yang lebih interaktif ke dalam grup Facebook.
5. Penutup 5.1. Kesimpulan Dari pengamatan proses perancangan, implementasi sampai pada proses evaluasi materi ajar menggunakan media sosial, penulis berkesimpulan bahwa penggunaan media sosial Facebook, sebagai penunjang pembelajaran telah berhasil dan memiliki dampak yang baik bagi penyelenggaraan proses perkuliahan dan penyampaian informasi di STMIK Jendral Achmad Yani, Yogyakarta. Mahasiswa dengan mudah mengakses informasi mengenai perkuliahan secara langsung dengan menggunakan aplikasi Facebook berbasis web ataupun perangkat bergerak. Twitter yang termasuk situs microblogging yang populer di dunia, termasuk di Indonesia. Namun Twitter tidak memiliki pengguna cukup banyak di kalangan mahasiswa STMIK A. Yani, sehingga penggunaan Twitter sebagai penunjang pembelajaran tidak bisa dilakukan secara efektif.
Ahmad Hanafi ................................................... Media Sosial Sebagai Penunjang
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
43
5.2. Saran Berdasar pada pengetesan dan kesimpulan maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1.
Pembelajaran media sosial ini bisa diperluas perkuliahan yang lain sehingga bisa menjadi standar bagi perkuliahan di STMIK Jenderal Achmad Yani.
2.
Diadakannya
pelatihan
tentang
penggunaan
Facebook
sebagai
penunjang pembelajaran bagi mahasiswa dan dosen di STMIK Jenderal Achmad Yani. 3.
Perlu adanya proses penulisan kembali dan testimoni dari peserta pembelajaran menggunakan media sosial di blog atau personal note di Facebook, sehingga mahasiswa lain tertarik untuk mencoba.
Media Sosial Sebagai Penunjang ................................................... Ahmad Hanafi
44
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
Daftar Pustaka Boyd, Danah, 2009, Living and Learning with Social Media, Symposium for Teaching and Learning with Technology, Penn State: State College, PA. Comscore, 2010, Top 20 Markets by Twitter Penetration June 2010, comScore Media Metrix. Comscore, 2011, Comscore, Twitter Latin America Usage, http://www.billhartzer. com/pages/comscore-twitter-latin-america-usage/, diakses tanggal 20 Mei 2011. Cybage, 2011, ADDIE Model, http://www.cybage.com/Pages/value_added_ services/DocE-learningSolutions.aspx, diakses tanggal 28 Juni 2011. Edutopia, 2007, How to use Social Networking, http://www.edutopia.org, diakses tanggal 17 Juni 2011. Kaplan, Andreas M.; Michael Haenlein (2010). Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media. Business Horizons 53 (1): 59–68.doi:10.1016/j.bushor.2009.09.003. ISSN 0007-6813. SMU, 2011, Digital Media in Indonesia, Singapore Management University, https://wiki.smu.edu.sg/digitalmediaasia/Digital_Media_in_Indonesia, diakses tanggal 18 Juni 2011. Womack, Brian (16 Desember, 2010). Facebook 2010 Sales Said Likely to Reach $2 Billion, More Than Estimated, Bloomberg (New York). Zdnetasia, 2011, Social Media Most Evolved in Singapore, http://www. zdnetasia.com, diakses tanggal 1 Maret 2011.
Ahmad Hanafi ................................................... Media Sosial Sebagai Penunjang
CALL DALAM PENGAJARAN BAHASA INGGRIS Ridwan Arif Nugroho Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
[email protected]
Abstract The use of CALL (Computer-Assisted Language Learning) in the Teaching of English as a second or foreign language is a heated discussion among language teachers and experts. Some people think that CALL is of no use in the process of teaching and learning English. Some others think that the use of CALL is unavoidable in English classes. The paper tries to discuss the advantages and disadvantages of using CALL in the teaching and learning of English. Kata Kunci: CALL, advantages, disadvantages.
1. Pendahuluan Benarkah komputer bermanfaat dalam pengajaran bahasa Inggris? Bagi para guru yang yang belum pernah memakai komputer tentunya segera akan menjawab tidak, sedangkan bagi para pengajar yang terbiasa menggunakan komputer dalam mengajar tentunya akan mendapatkan banyak manfaat dengan menggunakan komputer. Tidaklah diragukan lagi bahwa komputer adalah alat bantu pengajaran yang luar biasa dalam pengajaran bahasa dalam seluruh aspeknya yang meliputi kosa kata, tata bahasa, komposisi, dan sebagainya. Nampaknya
kelebihan
yang
ditawarkan
oleh
komputer
lebih
banyak
dibandingkan kekurangannya.
2. Kelebihan CALL 2.1. Meningkatkan minat dan motivasi Dalam proses belajar bahasa Inggris seringkali guru harus memberikan latihan
yang
berulang
agar
dapat
mencapai
tujuan
yang
diharapkan.
Pengulangan dapat menyebabkan kejenuhan pada pembelajar dan dapat membuat menurunnya motivasi belajar mereka. Program CALL adalah hal yang baru dan dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dengan menggunakan permainan, animasi dan lain-lain. Proses pengulangan dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan.
2.2. Belajar secara mandiri Banyak pembelajar yang memerlukan latihan mandiri agar dapat memenuhi tujuan pembelajaran. Komputer menyediakan sarana bagi para
CALL dalam Pembelajaran Bahasa Inggris........................... Ridwan Arif Nugroho
46
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
pembelajar untuk belajar mandiri. Selain itu, ada banyak program yang tersedia bagi para pembelajar untuk menguasai tujuan pembelajaran dengan lebih cepat. Program-program tersebut memungkinkan para pembelajar untuk belajar secara lebih intensif dengan waktu yang lebih sedikit dengan hasil lebih optimal. Dalam hal ini, komputer berfungsi sebagai tutor dan mampu memberikan bimbingan individual bagi pembelajar.
2.3. Memfasilitasi gaya belajar yang berbeda Para pembelajar mempunyai gaya belajar yang berbeda. Mereka akan belajar lebih efektif apabila mereka menggunakan gaya belajar yang sesuai. Adalah tidak mungkin bagi seorang guru untuk mengajar sesuai dengan gaya belajar semua pembelajar yang ada di dalam kelas tersebut. Sebaliknya, komputer mampu melayani dan memenuhi berbagai gaya belajar yang berbeda. Komputer mampu melayani pembelajar yang cepat dalam belajarnya dan juga mampu melayani pembelajar yang lamban. Komputer juga populer di kalangan pembelajar karena internet identik dengan permainan. Penggunaan internet terbukti meningkatkan motivasi terutama ketika guru menggunakan berbagai aktivitas yang menyenangkan dan pada saat yang bersamaan juga membuat para pembelajar merasa bisa mandiri (Mc.Neil, 2000).
2.4. Penggunaan Waktu Belajar yang Optimal Dengan
menggunakan
komputer,
seorang
pembelajar
akan
menggunakan waktu belajarnya dengan lebih bermanfaat. Waktu belajar adalah waktu yang digunakan seorang pembelajar untuk menghadiri kelas dengan harapan mendapat tingkat keberhasilan belajar yang tinggi. Namun demikian, fakta menunjukkan bahwa waktu yang dialokasikan oleh seorang pembelajar di dalam kelas tidaklah sepenuhnya untuk kepentingan belajar. Contohnya, seorang guru yang seharusnya mengajar selama satu jam, ia mungkin akan menggunakan lima menit di awal kelas untuk mengembalikan hasil pekerjaan para pembelajar dan mungkin juga akan menggunakan lima menit di akhir kelas untuk mengumumkan sesuatu, sehingga ia hanya akan menggunakan 50 menit saja. Dengan menggunakan komputer, maka pemborosan waktu yang terjadi seperti dalam contoh di atas tidaklah akan terjadi. Komputer memungkinkan pembelajar
untuk
mendapatkan informasi yang
dibutuhkan saja.
Pada
pembelajaran tradisional waktu yang dipergunakan adalah konstan dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi, sedangkan dalam pembelajaran dengan
Ridwan Arif Nugroho ........................... CALL dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
47
CALL tingkat keberhasilannya konstan dengan waktu yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran bervariasi antara para pembelajar.
2.5. Umpan balik yang cepat Umpan balik amatlah bermanfaat bagi para pembelajar apabila dilakukan sesegera mungkin. Manfaat umpan balik menjadi tidak optimal ketika dilakukan sesegera mungkin. Seringkali, karena beberapa alasan, umpan balik yang diberikan dalam pembelajaran tradisional tidak dapat diberikan sesegera mungkin. Seorang pembelajar yang melafalkan sebuah kata secara salah, dan tidak segera diberi umpan balik, maka ia akan terus melakaukan kesalahan ketika melafalkan kata tersebut. Komputer mampu memberikan umpan balik pada saat yang bersamaan dengan waktu ketika kesalahan tersebut dibuat.
2.6. Analisis kesalahan Database komputer dapat digunakan instruktur untuk mengklasifikasikan dan membedakan jenis dari kesalahan umum yang dilakukan oleh pembelajar sehingga bisa ditentukan sumber penyebab kesalahan-kesalahan tersebut. Salah satu penelitian mendapatkan temuan yang menarik yaitu seringmya terjadi kesalahan yang disebabkan karena proses generalisasi yang berlebihan. Juga ditemukan kecenderungan untuk menghilangkan artikel the atau a/an di kalangan pembelajar tertentu. Komputer mempunyai kemampuan untuk menganalisa kesalahan yang dibuat pembelajar, sehingga memungkinkan para pembelajar untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan tersebut secara mandiri.
2.7. Menulis bebas Word-processor dapat menjadi alat yang efektif dalam pengajaran menulis bebas. Kemampuan program word-processor untuk membuat dan memanipulasi teks dengan mudah adalah prinsip yang sangat menguntungkan dalam pengajaran menulis. Word-processor dapat memungkinkan seorang pembelajar untuk mempelajari aspek-aspek paragraph, register, style, kohesi, pilihan leksikal, tanda baca dengan mudah.
2.8. Interaksi antar pembelajar Teknologi memungkinkan para pembelajar untuk bekerjasama baik secara berpasangan (pair work) atau pun dalam kelompok kecil. Penelitian menunjukkan bahwa pengunaan interaksi grup meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengajaran serta interaksi sosial yang positif (Schelechter,1990).
CALL dalam Pembelajaran Bahasa Inggris........................... Ridwan Arif Nugroho
48
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
Teknologi
juga
memungkinkan
komunikasi
lintas
ISSN: 1979-7656
budaya
dengan
cara
menghubungkan para pembelajar dari seluruh dunia dengan media internet.
3. Kekurangan CALL 3.1. Manusia vs Mesin Walaupun ada banyak kelebihan CALL, juga ada kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam program tersebut. Kemungkinan, kekhawatiran terbesar adalah masalah aksesibilitas/ketersediaan. Jumlah komputer yang terbatas juga menjadi sumber kekhawatiran. Banyak juga guru yang khawatir kalau komputer menggantikan peranannya di dalam kelas.
3.2. Efektifitas CALL Tidak ada jaminan bahwa teknologi dapat menentukan keberhasilan seseorang dalam mempelajari bahasa asing. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengajaran bahasa secara tradisional yang tidak melibatkan CALL ternyata lebih efektif dibandingkan dengan CALL. Misalnya, Izzo (1996) menemukan bahwa pengajaran essay yang dilakukan dengan cara tradisional ternyata menghasilkan essay yang lebih panjang dibandingkan pengajaran essay dengan menggunakan CALL. Penelitian yang lain yang dilakukan di Taiwan oleh Huang (1998) menemukan bahwa diskusi yang dilakukan dalam pengajaran tradisional yang tidak melibatkan CALL ternyata lebih efektif. Penelitian yang dilakukan oleh Chen (2001) di Taiwan juga menunjukkan bahwa CALL ternyata tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan proses pembelajaran.
4. Kesimpulan Pengajaran bahasa dengan menggunakan teknologi tidaklah akan menggantikan peranan dan fungsi guru. Tentu saja ada tantangan dalam menggunakan pengajaran bahasa berbasis teknologi. Beberapa tantangan yang dihadapai guru antara lain: ia harus mempunyai kemampuan yang memadai dalam bidang komputer, ia harus melatih para pembelajar agar dapat menggunakan program berbasis komputer, ia juga harus menyediakan waktu untuk mencari website yang relevan, mengunggah pertanyaan, memberikan umpan balik, membuat latihan dan kuis yang terkait. CALL seharusnya bukan menjadi program alternatif tetapi merupakan program pelengkap untuk mendukung kegiatan kelas. Keefektifan CALL
Ridwan Arif Nugroho ........................... CALL dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
49
tergantung pada kesiapan guru untuk menggunakan program tersebut dalam pengajaran bahasa. Guru sebaiknya menghindari sikap skeptis tentang komputer dan mengevaluasi ulang metode yang digunakannya selama ini dan pada saat yang bersamaan mempertimbangkan kemungkinan untuk memakai komputer sebagai alat bantu untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya. CALL memungkinkan pembelajar untuk mempelajari bahasa di luar kelas. Maka dari itu, tujuan pembelajaran, tingkat kecanggihan komputer, kesulitan teknis, jumlah siswa dalam kelas haruslah dijadikan sebagai faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan (Gillette, 1996). Agar bisa memanfaatkan teknologi semaksimal mungkin dalam proses belajar Bahasa Inggris, maka semua aktifitas yang dilakukan haruslah menyenangkan.
CALL dalam Pembelajaran Bahasa Inggris........................... Ridwan Arif Nugroho
50
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
Daftar Pustaka Chen, I, 2001, A Constructivist computer-assisted language learning environment for second year Taiwanese Students at Pennsylvania State University, Dissertation Abstract 62, No.12 A, p.4031 Gillette, D.H, 1996, Using electronic tools to promote active learning, New directions for Teaching and Learning 67, p.59-70 Huang, S. 1998, Differences in the nature of discussion between peer response sessions conducted on network computers and those conducted in the traditional face –to-face situations, ERIC Document Reproduction Service NO. ED423686 Izzo, J, 1996, An analysis of computer workstation and handwriting use by ESP students, ERIC No. ED 394295 McNeil, A, 2000, Computer-assisted instruction – its value to second language learners, ERIC No. ED 472851.
Ridwan Arif Nugroho ........................... CALL dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
APLIKASI SISTEM PAKAR BERBASIS GRAFIS UNTUK MENDETEKSI HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN UBI KAYU (MANIHOT ESCULENTA CRANTZ) Arif Himawan Program Studi D3 Manajemen Informatika STMIK Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Salah satu penyebab dari menurunnya produksi ubi kayu Indonesia adalah serangan hama dan penyakit seperti tungau daun, cendawan dan bakteri. Serangan hama dan penyakit tersebut disebabkan oleh pola tanam yang salah serta minimnya pengetahuan para petani akan serangan hama dan penyakit. Minimnya pengetahuan para petani tersebut terutama dalam hal mengidentifikasikan serangan awal hama dan penyakit pada ubi kayu. Contoh dari minimnya pengetahuan tersebut adalah ketidakmampuan petani untuk mendeteksi tanda-tanda pada daun yang terserang tungau merah atau tandatanda pada batang yang terserang bakteri busuk akar. Ketidaktahuan para petani terhadap serangan awal hama dan penyakit ini sebenarnya dapat diminimalisir dengan adanya sebuah panduan akan ciri-ciri serangan hama dan penyakit tersebut dimana panduan tersebut dapat membantu para petani mengenali tanda-tanda awal serangan dengan mencocokkan tanda-tanda yang terdapat pada tanamannya dengan tampilan di panduan yang telah memuat data mengenai serangan hama dan penyakit pada ubi kayu. Untuk mewujudkan panduan yang memudahkan petani mengenali tandatanda serangan hama dan penyakit maka perlu dibangun sebuah sistem pakar dengan tampilan grafis yang memungkinkan petani mudah mengenali tandatanda serangan hama dan penyakit ubi kayu. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengimplementasi sistem pakar berbasis grafis yang akan memudahkan petani mengenali tandatanda serangan hama dan penyakit pada ubi kayu dan mampu memberikan alternatif solusi bagi penanggulangannya. Dengan dikenalinya tanda-tanda serangan maka penanggulangannya dapat dilakukan dengan segera sehingga penurunan produksi ubi kayu dapat dihindari. Hasil dari penelitian ini berupa aplikasi sistem pakar berbasis grafis untuk mendeteksi hama dan penyakit pada tanaman ubi kayu. Aplikasi ini dapat membantu petani untuk mengenali hama dan penyakit pada tanaman ubi kayu berdasarkan kondisi pada tanaman ubi kayunya. Kata Kunci: Sistem Pakar, Grafis, Ubi Kayu, Hama, Pohon Keputusan.
1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang Masalah Sejak 1852 Ubi Kayu atau Singkong (Manihot esculenta crantz) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sistem ketahanan pangan Indonesia. Bahkan kini telah banyak muncul upaya menjadikan ubi kayu sebagai salah satu penghasil energi alternatif (Deptan, 2009). Ubi kayu merupakan tanaman pangan
Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis ............................................. Arif Himawan
52
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
dan perdagangan. Sebagai tanaman perdagangan, ubi kayu menghasilkan starch, gaplek, tepung tapioka, etanol, gula cair, sarbitol, monosodium glutamate, tepung aromatik dan pellets. Ubi kayu dapat menghidupi industri hulu dan hilir. Sebagai tanaman pangan, uni kayu merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta orang di dunia. Di Indonesia, ubi kayu menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung sebagai sumber karbohidrat namun demikian ubi kayu menghasilkan kalori lebih besar dibanding tanaman lainnya. (Deptan, 2009) Pada tahun 2004, produksi ubi kayu dunia mencapai 174,32 juta ton. Indonesia adalah penghasil ubi kayu nomor 4 di dunia setelah Nigeria, Brazil, Thailand (Hasyim, 2008). Luas areal ubi kayu Indonesia mencapai 915.459 ha dengan luas panen 1.259.152 ha dan produksi rata-rata mencapai 15,5 ton per hektare. Daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia adalah Lampung (298.989 ha), Jawa Timur (240.493 ha), Jawa Tengah (215.574 ha), dan Jawa Barat (114.853 ha). Ubi kayu identik dengan perekonomian rakyat yang tidak boleh diremehkan oleh siapa pun karena perannya dalam perekonomian sangat besar. Pada tahun 2005, Indonesia mengekspor produk olahan ubi kayu sebesar 27.060.843 ton tetapi juga mengimpor sebanyak 9.462.187 ton. Luas panen, produksi, dan ekspor ubi kayu cenderung menurun diikuti impor yang semakin membesar. Sejak tahun 2001, beberapa pengusaha tertentu mulai prihatin terhadap agribisnis ubi kayu ini. Indonesia menjadi negara kedua pengimpor terbesar (netimport) native tapioca dan modified tapioca di dunia dari 11 negara importir tapioka (TTTA News, 2007). Pada 1 Januari – 1 Mei 2006, impor native tapioca Indonesia dari Thailand sebesar 137.312 metrik ton dan modified tapioca sebesar 18.912 metrik ton, diikuti Taiwan, China, dan Jepang. Bulan Januari – Mei 2007, impor native tapioca Indonesia dari Thailand meningkat menjadi 192.267 metrik ton dan modified tapioca sebesar 17.628 metrik ton. Total ekspor native tapioca Thailand ke 11 negara pengimpor di dunia sebesar 615.366 metrik ton native tapioca pada bulan Januari – Mei 2006 dan 264.529 metrik ton untuk modified tapioca. Januari – Mei 2007 meningkat menjadi 720.810 metrik ton native taipoca dan 206.022 metrik ton modified tapioca. Nilai devisa yang diperoleh Thailand sebesar 9.702,10 juta dolar AS pada Januari – Mei 2006 dan 10.839,96 juta dolar AS pada Januari – Mei 2007.
Arif Himawan ............................................. Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
53
Gambaran di atas menunjukkan bahwa Indonesia bukan lagi negara singkong. Indonesia merupakan negara terbesar pengimpor produk olahan ubi kayu (tapioca) dari Thailand atau yang kedua setelah Taiwan dan di atas China. (Hasyim, 2008) Walaupun potensinya sangat besar tapi ubi kayu dan produk olahannya belum mampu membawa kesejahteraan bagi bangsa Indonesia, khususnya para petani ubi kayu. Sedangkan Thailand menjadi negara yang semakin kaya berkat teknologi dan inovasi agribisnis ubi kayu yang sangat luar biasa. Penyebab terbesar dari tidak mampunya industri olahan ubi kayu berkembang adalah produksi ubi kayu Indonesia yang terus menurun. Salah satu penyebab dari menurunnya produksi ubi kayu Indonesia adalah serangan hama dan penyakit seperti tungau daun, cendawan dan bakteri. (Rukmana, tanpa tahun) Serangan hama dan penyakit tersebut disebabkan oleh pola tanam yang salah serta minimnya pengetahuan para petani akan serangan hama dan penyakit (Harizamry, tanpa tahun). Minimnya pengetahuan para petani tersebut terutama dalam hal mengidentifikasikan serangan awal hama dan penyakit pada ubi kayu. Contoh dari minimnya pengetahuan tersebut adalah ketidakmampuan petani untuk mendeteksi tanda-tanda pada daun yang terserang tungau merah atau tanda-tanda pada batang yang terserang bakteri busuk akar. Ketidaktahuan para petani terhadap serangan awal hama dan penyakit ini sebenarnya dapat diminimalisir dengan adanya sebuah panduan akan ciri-ciri serangan hama dan penyakit tersebut dimana panduan tersebut dapat membantu
para
petani
mengenali
tanda-tanda
awal
serangan dengan
mencocokkan tanda-tanda yang terdapat pada tanamannya dengan tampilan di panduan yang telah memuat data mengenai serangan hama dan penyakit pada ubi kayu. Untuk mewujudkan panduan yang memudahkan petani mengenali tandatanda serangan hama dan penyakit maka perlu dibangun sebuah sistem pakar dengan tampilan grafis yang memungkinkan petani mudah mengenali tandatanda serangan hama dan penyakit ubi kayu.
1.2. Perumusan Masalah Bagaimana membuat sistem pakar berbasis grafis yang memudahkan petani mengenali tanda-tanda serangan hama dan penyakit pada ubi kayu serta mampu memberikan alternatif solusi bagi penanggulangannya.
Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis ............................................. Arif Himawan
54
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
1.3. Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Hasyim (2004) menunjukkan bahwa serangan hama dan penyakit terutaman bakteri akar busuk telah menggerogoti produksi ubi kayu nasional khususnya di propinsi Lampung. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa awalnya bakteri busuk akar hanya menyerang ubi jalar namun lima tahun kemudian bakteri tersebut telah secara masif menyerang ubi kayu. Hasil penelitian tersebut merekomendasikan untuk dilakukan pola tanam dan pembibitan yang baik serta pergiliran waktu penanaman antara ubi kayu, jagung dan padi. Namun demikian penelitian mengenai penanggulangan hama dan penyakit pada ubi kayu yang melibatkan bantuan teknologi informasi terutama sistem pakar berbasis grafis belum pernah dilakukan. Sehingga perlu dilakukan sebuah penelitian untuk mengidentifikasi hama dan penyakit pada ubi kayu dengan bantuan sistem pakar berbasis grafis yang akan memudahkan petani mengenali tanda-tanda serangan hama dan penyakit dan mampu memberikan alternatif solusi bagi penanggulangannya.
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini ialah mengimplementasikan sistem pakar berbasis grafis yang akan memudahkan petani mengenali tandatanda serangan hama dan penyakit pada ubi kayu dan mampu memberikan alternatif solusi bagi penanggulangannya. Dengan dikenalinya tanda-tanda serangan maka penanggulangannya dapat dilakukan dengan segera sehingga penurunan produksi ubi kayu dapat dihindari.
1.5. Metode Penelitian Kerangka pikir pemecahan masalah pada penelitian melalui empat tahap berikut ini (Harmon dan King, 1985): 1.
Menentukan tool dan bahasa pemrograman yang akan digunakan untuk mengimplementasikan sistem.
2.
Identifikasi
masalah
dan
menganalisa
pengetahuan
yang
akan
dimasukkan dalam sistem. Proses
identifikasi
masalah
dan
analisa
pengetahuan
dengan
menggambarkan operasi secara keseluruhan sistem pakar melalui pohon keputusan (decision tree), dan selanjutnya membuat metode untuk pengkodean pengetahuan dalam basis pengetahuan yang disebut
Arif Himawan ............................................. Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
55
representasi pengetahuan (Durkin, 1994) dengan metode kaidah produksi (“IF kondisi THEN aksi”). 3.
Melakukan perancangan sistem. Sistem Pakar Berbasis Grafis untuk Mendeteksi Hama dan Penyakit pada Tanaman Ubi Kayu ini merupakan perangkat lunak yang bertindak sebagai pendiagnosis (pemberi saran) apakah tanaman ubi kayu (Manihot esculenta crantz) menderita suatu penyakit akibat hama dan sekaligus memberikan saran penanganan yang disesuaikan dengan keadaan tanaman.
4.
Membuat prototype sistem.
2. Pembahasan 2.1. Perancangan Konseptual Implementasi ini dibuat dengan dasar bahwa: sistem pakar ini merupakan suatu sistem yang besar dan komplek dengan tugas mencari dasar penanganan secara rasional untuk tindakan yang tepat, cepat dan akurat pada saat diperlukan dengan dasar diagnosis penyakit yang dilakukan secara cermat berdasarkan tanda-tanda yang ditunjukkan tanaman. Implementasi
sistem
pakar
diharapkan
dapat
digunakan
untuk
mendukung terciptanya sistem informasi berkecerdasan buatan berbasis komputer dalam bidang pertanian yang membantu tugas-tugas penyuluh pertanian dalam memberikan saran pada masyarakat. Secara garis besar sistem pakar dibuat dengan tuntutan untuk melakukan tugas sebagai berikut: 1.
Mengambil data hasil pemeriksaan kondisi tanaman.
2.
Memasukkan dan membandingkan data tersebut ke dalam kaidah-kaidah yang telah dituliskan dalam basis pengetahuan.
3.
Mendeskripsikan kondisi tanaman berdasarkan kesimpulan yang didapat dari hasil membandingkan seperti yang telah dilakukan pada tugas ke-2 di atas. Deskripsi kondisi tanaman sebagai output sistem pakar memuat kondisi umum tanaman, diagnosis penyakit dan penanganan yang dilakukan.
Deskripsi kondisi tanaman terdiri dari: 1.
Kondisi Umum
Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis ............................................. Arif Himawan
56
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
Kondisi umum terdiri dari informasi tentang identitas tanaman dan keadaan umum. Identitas tanaman meliputi nama tanaman, jenis dan keadaan umum meliputi lokasi ladang, suhu dan lain-lain. 2.
Diagnosis Diagnosis berisi informasi tentang kesimpulan penyakit yang diderita tanaman yang diambil berdasarkan gejala-gejala yang ditunjukkan oleh tanaman.
3.
Penanganan Penanganan berisi tindakan-tindakan terapi yang disarankan untuk mencegah maupun mengobati penyakit.
2.2. Rancangan Struktur Sistem Pakar Sistem Pakar Berbasis Grafis untuk Mendeteksi Hama dan Penyakit pada Tanaman Ubi Kayu merupakan program yang terdiri dua lingkungan kerja yaitu lingkungan pengembang (development environment) dan lingkungan pengguna (consultation environtment). Pada development environment digunakan oleh seorang programmer (expert system builder) untuk membuat komponen-komponen dan meletakkan pengetahuan ke dalam basis data (knowledge base). Sedangkan lingkungan pengguna (consultation environment) digunakan oleh non pakar untuk mendapatkan pengetahuan dan saran dari program Sistem Pakar Berbasis Grafis untuk Mendeteksi Hama dan Penyakit pada Tanaman Ubi Kayu. Tiga komponen utama yang harus selalu ada dalam program sistem pakar adalah basis pengetahuan (knowledge base), mesin inferensi (inference engine), dan antar muka dengan pengguna (user interface). Sedangkan untuk program Sistem Pakar Berbasis Grafis
untuk
Mendeteksi Hama dan Penyakit pada Tanaman Ubi Kayu terdiri dari beberapa komponen, antara lain: 1.
Akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition)
2.
Basis pengetahuan (knowledge base)
3.
Mesin inferensi (inference engine)
4.
Penyuluh pertanian (user)
5.
Antar muka petani (user interface)
6.
Blackboard (working memory)
Arif Himawan ............................................. Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
Consultation Environment User
User Interface
57
Development Environment Knowledge base Facts and rules
Facts about the specific indient
Knowledge Engineer
Explanation Facililty
knowledge acquistion Document Knowledge
Inference engine
Recommnded Action
Blackboard (workplace)
Knowledge Refinementt
Expert Knowledge
Gambar 1 Rancangan Struktur Sistem Pakar (Turban, 1995)
Dari
masing-masing
komponen
tersebut,
mempunyai
fungsi
dan
kegunaan yang berbeda-beda. Dan masing-masing saling berhubungan satu dengan yang lain, yang dapat dilihat pada gambar 1. Mengingat
pertanian merupakan suatu cabang
ilmu yang terus
berkembang, maka perancangan sistem pakar yang akan dibuat menuntut keluwesan. Adanya penambahan data terkomputerisasi maupun perubahan data input diharapkan dapat diantisipasi oleh sistem pakar. Untuk menjamin keamanan program, penambahan kaidah-kaidah ataupun data baru bersifat statik, artinya data ditambahkan dengan cara menuliskan secara manual ke dalam basis pengetahuan harus melewati suatu password dahulu. Hal ini dilakukan karena program ini berhubungan langsung dengan tanaman, sehingga data baru harus diseleksi ketat, untuk menjamin keakuratan hasil dari sistem. Perancangan sistem juga dapat dibuat dalam bentuk bagan alir sistem (system flowchart), yang merupakan alat untuk menunjukkan urutan-urutan proses dari sistem. Adapun bentuk bagan alir sistem pakar ini ditunjukkan oleh gambar 2. Gambar 2 dapat diterangkan sebagai berikut: proses dimulai dari memasukkan data input berupa identitas tanaman, keadaan umum, dan gejalagejala yang ditunjukkan beserta parameter keparahan. Setelah input data selesai dimasukkan, data tersebut dicocokkan dengan kaidah-kaidah yang ada dalam basis pengetahuan. Apabila data tersebut telah sesuai dengan kaidah yang tercantum dalam file basis pengetahuan dan menghitung indeks keparahan, maka ditarik kesimpulan tentang diagnosis suatu penyakit. Jika tidak, dilakukan pelacakan kaidah yang sesuai dengan gejala-gejala yang ada sampai ditemukan
Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis ............................................. Arif Himawan
58
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
kaidah yang sesuai. Setelah diagnosis suatu penyakit didapatkan, penanganan akan disesuaikan dengan kondisi tanaman. Proses akan selesai jika telah didapatkan suatu kesimpulan tentang penanganan.
Gambar 2 Bagan Alir Sistem
2.3. Representasi pengetahuan Representasi pengetahuan adalah metode yang digunakan untuk pengkodean pengetahuan yang ada dalam basis pengetahuan (knowledge base) sistem pakar. (Durkin, 1994) Ada banyak metode untuk merepresentasikan pengetahuan dalam kecerdasan buatan. Para desainer dapat memilih diantara predicate calculus, list, frame, semantic network, tree, script atau production rule. Pemilihan ini tergantung dari permasalahan, tingkat pengetahuan dan juga tipe dari pengetahuan yang akan direpresentasikan. Bahkan kadang-kadang dapat digabung untuk membentuk sistem pakar yang sangat besar dan kompleks. Pengetahuan untuk melakukan diagnosis dan memberikan penanganan terhadap hama dan penyakit tanaman ubi kayu direpresentasikan dalam bentuk kaidah produksi. Langkah yang dilakukan untuk membuat representasi pengetahuan berbentuk kaidah produksi untuk basis pengetahuan sistem pakar ini adalah sebagai berikut:
Arif Himawan ............................................. Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
59
1. Pembuatan pohon keputusan (decision tree) Disebut juga jaringan semantik hirarkis yang sering digunakan untuk sistem analisis. Keuntungan dari penggunaan diagram keputusan adalah sederhana dalam proses akuisisi pengetahuan, selain itu pohon keputusan lebih mudah dirubah dalam bentuk kaidah. (Turban dan Aronson, 1998) 2. Pembuatan tabel keputusan (decision table) Tabel keputusan merupakan suatu metode untuk mendokumentasikan pengetahuan dan mendiskripsikan pengetahuan, yang merupakan matriks kondisi yang dipertimbangkan dalam pendeskripsian masalah. Tabel keputusan dapat dibuat apabila telah didapatkan suatu aturan yang baku dimana aturan tersebut akan digunakan dalam proses pencarian kesimpulan, dan tabel tersebut dapat dilihat pada tabel keputusan pada gambar 3. Goal 2 Goal 1
Kondisi 1 kondisi 2 kondisi 3
Gambar 3 Tabel Keputusan
3. Pengkonversian tabel keputusan menjadi kaidah produksi Representasi pengetahuan kaidah produksi, dibentuk dari pengubahan tabel keputusan. Pembuatan suatu kaidah dilakukan dengan beberapa tahapan, dan sebagai contoh adalah pembuatan kaidah 1 berikut ini. Pertama yang perlu diperhatikan adalah goal 1 yang merupakan konklusi dari kaidah 1. Konklusi ini akan dapat dicapai bila kondisi-kondisi yang mendukungnya terpenuhi. Kedua, tanda centang pada kolom di bawah goal 1 menunjukkan kondisi dimana yang berhubungan dengan konklusi tersebut. Pada goal 1, dapat dilihat tanda centang berada pada kondisi 1 dan kondisi 2. Ketiga, pembuatan kaidah 1 menggunakan goal dan kondisi yang telah diperoleh dari langkah 1 dan 2, seperti berikut: Kaidah 1:
Goal 1 IF Kondisi 1 And kondisi 2
Kaidah 2 dapat diperoleh dengan cara yang sama: Kaidah 2:
Goal 2 IF Kondisi 2 And kondisi 3
Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis ............................................. Arif Himawan
60
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
Berikut ini adalah proses representasi pengetahuan dari hama dan penyakit tanaman ubi kayu: Sistem Pakar Berbasis Grafis untuk Mendeteksi Hama dan Penyakit pada Tanaman Ubi Kayu ini pertama kali akan meminta input data tanaman (konsultasi pertama) dan gejala-gejala jika semua kreteria input dipenuhi maka sistem pakar akan melakukan konsultasi. Yang akan dijelaskan pada pohon keputusan konsultasi dan tabel keputusan konsultasi.
Gambar 4 Diagram Pohon Konsultasi
Keterangan gambar : G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 P1 P2 P3 P4 P5 P6 S
: : : : : : : : : : : : : : : :
Akar Rusak Batang Rusak Umbi Rusak Daun Kering Daun Layu Bercak di Sudut Daun Bercak Coklat di Daun Bercak Kecil di Daun Muda Lubang Bulat Kecil di Daun Penyakit Akibat Uret Penyakit Layu Bakteri Penyakit Bercak Daun Penyakit Bercak Daun Coklat Penyakit Akibat Tungau Merah Penyakit Bercak Daun Konsentris Observasi lagi atau konsultasi ke pakar
Berdasarkan diagram keputusan pada gambar 4 beserta keterangannya, maka dapat dibuat tabel keputusan seperti pada tabel 1.
Arif Himawan ............................................. Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
61
Tabel 1 Tabel Keputusan Penyakit (Hama)
No
Uret
Layu Bakteri
Gejala 1
Akar Rusak
2
Batang Rusak
3
Umbi Rusak
4
Daun Kering
5
Daun Layu
6
Bercak di sudut daun
7
Bercak coklat di daun
8
Bercak kecil di daun muda
9
Lubang bulat kecil di daun
Bercak Daun
Bercak Daun Coklat
Tungau Merah
Bercak Daun Konsentris
Dari tabel keputusan tersebut di atas akan dibuat himpunan kaidah produksi dengan metode conflict resolution yang digunakan adalah kaidah diurutkan menurut daftar prioritas pertanyaan gejala dari diagnosis dan memicu pertama kali kaidah yang diaktifkan yaitu kaidah dengan priotas pertama. Himpunan kaidah tersebut adalah sebagai berikut: Kaidah 1 : Penyakit Akibat Uret IF Gejala 1 : Akar Rusak AND Gejala 2 : Batang Rusak AND Gejala 3 : Umbi Rusak Kaidah 2: Penyakit Layu Bakteri IF Gejala 1 : Akar Rusak AND Gejala 2 : Batang Rusak AND Gejala 3 : Umbi Rusak AND Gejala 5 : Daun Layu Kaidah 3 Penyakit Bercak Daun IF Gejala 4 : Daun Kering AND Gejala 6 : Bercak di sudut daun Kaidah 4 Penyakit Bercak Daun Coklat IF Gejala 4 : Daun Kering AND Gejala 7 : Bercak coklat di daun AND Gejala 9 : Lubang bulat kecil di daun Kaidah 5 Penyakit Akibat Tungau Merah IF Gejala 4 : Daun Kering AND Gejala 5 : Daun Layu Kaidah 6 Penyakit Bercak Daun Konsentris IF Gejala 4 : Daun Kering AND Gejala 8 : Bercak kecil di daun muda
Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis ............................................. Arif Himawan
62
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
2.4. Perancangan Mesin Inferensi Sistem Pakar untuk Mendeteksi Hama dan Penyakit pada Tanaman Ubi Kayu menggunakan dua metode inferensi, yaitu metode pelacakan ke depan (forward chaining) dan metode pelacakan ke belakang (backward chaining). Metode pelacakan ke belakang digunakan pada saat melakukan deteksi dan metode pelacakan ke depan digunakan pada saat mencari penanganan yang tepat untuk hama dan penyakit yang telah terdeteksi.
2.5. Perancangan Antarmuka Antarmuka pengguna merupakan bagian dimana komunikasi antar pengguna dari sistem. kemudian bagi pengguna didalam memahami cara penggunaan dengan sistem ini dapat dijadikan indikasi keberhasilan antarmuka melakukan komunikasi dengan pengguna. Antarmuka sistem akan dibuat dengan mengunakan tampilan windows. Tampilan jendela utama digambarkan oleh gambar berikut ini: Sistem Pakar Pendeteksi Hama dan Penyakit Pada Tanaman Ubi Kayu File
Help
Deteksi Hama & Penyakit
About
Logout
Help
Close
Gambar 5 Rancangan Antarmuka Halaman Utama
Item menu Deteksi Hama & Penyakit digunakan untuk melakukan konsultasi penyakit dengan terlebih dahulu menginputkan keadaan umum tanaman.
Gambar 6 Deteksi Hama & Penyakit
Arif Himawan ............................................. Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
63
Deteksi penyakit terdiri dari 2 buah menu dalam 1 form. Yaitu menu hasil deteksi dan penanganan. Hasil Deteksi Tanaman Ubi Kayu anda : Hasil Deteksi
Penanganan Atas Kondisi Tanaman Ubi Kayu Anda Adalah : Penanganan
Gambar 7 Hasil Deteksi Penyakit
Sistem Pakar Pendeteksi Hama dan Penyakit pada Tanaman Ubi Kayu merupakan prototype sistem pakar untuk melakukan diagnosis dan memberikan terapi atas hama dan penyakit pada tanaman ubi kayu berdasarkan gejala-gejala yang diketahui dan diinputkan oleh pengguna. Sistem ini dapat digunakan oleh orang umum, petani, mahasiswa pertanian maupun penyuluh pertanian. Dan dari pengguna sistem ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Pengguna aktif yaitu pengguna yang selain melakukan eksekusi juga mengembangkan sistem, termasuk di dalamnya yaitu penyuluh pertanian dan knowledge engineer. 2. Pengguna pasif yaitu pengguna yang hanya melakukan eksekusi sistem, terdiri dari petani dan mahasiswa pertanian serta orang umum. Selama eksekusi pengguna aktif dan pasif tidak terbebani oleh banyaknya masukan data, karena bentuk masukan dituangkan dalam bentuk input grafis. Ketidakakuratan penentuan kesimpulan dapat terjadi sebagai akibat kesalahan menginterpretasikan data menjadi data masukan. Ditinjau dari tingkat pengetahuan pengguna yang beragam, maka bisa saja terjadi antara satu pengguna dengan pengguna yang lain akan memberikan interpretasi yang berbeda terhadap kondisi tanaman, sehingga akhirnya akan memberikan masukan data yang berbeda pula untuk sebuah kasus yang sama. Masalah ini dapat dihindari melalui pelatihan sistem pakar ini terhadap para pengguna agar ada kesamaan persepsi, terutama sekali pemahaman terhadap fakta-fakta masukan yang berupa data kondisi tanaman. Sebagai sebuah sistem pakar, maka sistem ini harus adaptif yaitu selalu bisa mengantisipasi munculnya masalah-masalah baru dalam diagnosis dan
Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis ............................................. Arif Himawan
64
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
terapi. Pengguna aktiflah yang bertanggung jawab untuk selalu mengembangkan kemampuan sistem pengkodean dan penyusunan kaidah sistem pakar ini, yang sudah dirancang agar mudah dikembangkan sehingga memiliki sifat user friendly. Pengguna pasif boleh mengembangkan pengetahuan dengan syarat antara lain pengetahuan yang dikembangkan dapat dipertanggungjawabkan dan mampu
melakukan
akuisisi
pengetahuan,
sehingga
menghilangkan
ketergantungan pengguna pada knowledge engineer dalam merumuskan kaidah.
2.6. Pengujian Program Pengujian yang akan dilakukan pada implementasi sistem pakar ini hanya sebatas pada pengujian tahap simulasi dan uji logika. Adapun pengujian tersebut dilakukan dengan masukan yang telah diskenariokan. Pengujian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: pengguna memasukkan data dengan cara memilih gambar atau grafis yang sesuai dengan kondisi tanaman ubi kayunya. Eksekusi dilanjutkan dengan menekan tombol „Deteksi‟, dan sistem akan menampilkan hasil deteksi serta penanganan atas kondisi tanaman ubi kayu pengguna. Basis pengetahuan yang digunakan untuk contoh kasus ini adalah: Kaidah-kaidah diagnosis kondisi tanaman: Kaidah 1: Penyakit Akibat Uret IF Gejala 1 : Akar Rusak AND Gejala 2 : Batang Rusak AND Gejala 3 : Umbi Rusak Pengendalian : bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan. Kaidah 2: Penyakit Layu Bakteri IF Gejala 1 : Akar Rusak AND Gejala 2 : Batang Rusak AND Gejala 3 : Umbi Rusak AND Gejala 5 : Daun Layu Pengendalian : melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1,Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat. Kaidah 3 Penyakit Bercak Daun IF Gejala 4 : Daun Kering AND Gejala 6 : Bercak di sudut daun Pengendalian : menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun. Kaidah 4
Arif Himawan ............................................. Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
65
Penyakit Bercak Daun Coklat IF Gejala 4 : Daun Kering AND Gejala 7 : Bercak coklat di daun AND Gejala 9 : Lubang bulat kecil di daun Pengendalian : melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan,pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun. Kaidah 5 Penyakit Akibat Tungau Merah IF Gejala 4 : Daun Kering AND Gejala 5 : Daun Layu Pengendalian : menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak. Kaidah 6 Penyakit Bercak Daun Konsentris IF Gejala 4 : Daun Kering AND Gejala 8 : Bercak kecil di daun muda Pengendalian : memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit.
2.7. Pengujian Deteksi Hama dan Penyakit Untuk Pengguna Untuk melakukan pengujian terhadap program implementasi Sistem Pakar Pendeteksi Hama dan Penyakit pada Tanaman Ubi Kayu, khususnya pengujian konsultasi, hal ini dapat dilakukan pengguna (user) adalah sebagai berikut: Pengguna memilih gambar atau grafis yang sesuai dengan kondisi tanamannya. Memilih gambar sesuai dengan kondisi tanaman dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8 Tampilan Form Deteksi Hama dan Penyakit
Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis ............................................. Arif Himawan
66
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
Eksekusi selanjutnya dengan menekan „Deteksi‟ yang ada pada Form Deteksi Hama dan Penyakit. Setelah itu akan muncul hasil deteksi berikut cara penanganannya (gambar 9).
Gambar 9 Contoh Tampilan Hasil Deteksi
Dari data hasil pemeriksaan tersebut, maka sistem akan memberikan saran bahwa tanaman ubi kayu terserang penyakit bercak daun bakteri seperti yang terlihat pada gambar 9.
3. Penutup 3.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, perancangan, dan implementasi, telah berhasil dibangun Sistem Pakar Berbasis Grafis untuk Mendeteksi Hama dan Penyakit pada Tanaman Ubi Kayu yang dapat memudahkan user dalam mengenali tanda-tanda serangan hama dan penyakit serta mendapatkan alternatif solusi penanganannya. Dengan dikenalinya tanda-tanda serangan maka penanggulangannya dapat dilakukan dengan segera sehingga penurunan produksi ubi kayu dapat dihindari.
3.2. Saran Dari beberapa hal yang ditemui dalam tahap-tahap pembuatan penelitian ini, dapat diberikan beberapa saran yang dapat mendukung pengembangan aplikasi, yaitu:
Arif Himawan ............................................. Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
67
1. Program ini dapat dikembangkan dengan tampilan grafis yang lebih menarik, agar memudahkan user dalam melakukan pendeteksian hama dan penyakit pada tanaman ubi kayu. 2. Dapat ditambahakan beberapa menu untuk menampilkan cara dan metode penanaman yang benar, kondisi tanah serta waktu yang tepat untuk menanam maupun memanen. 3. Program ini dapat pula dikembangkan untuk jenis tanaman lainnya terutama tanaman pertanian sehingga proses serangan hama dan penyakit pada tanaman pertanian dapat diminimalisir serta produksi tanaman pertanian dapat ditingkatkan.
Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis ............................................. Arif Himawan
68
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
Daftar Pustaka Anonim, 2009, http://www.deptan.go.id, diakses 1 Mei 2009. Durkin, 1994, Expert System and Development, MacMillan Publishing Company, USA. Harizammrry, 2007, Ubi Kayu, http://harizamrry.wordpress.com, diakses Mei 2009. Harmon dan King, 1985, Artificial Intelligence In Business, John Wiley & Sons Inc., New York. Hasyim, Harris, 2007, Hama Singkong dan Perekonomian Lampung, Lampung Post, Lampung. Martin, J. & Oxman, S., 1988, Building Expert System A Tutorial, Prentice Hall International Inc, New Jersey. Rukmana, Rahmat, 2005, Ubi Kayu, Budi Daya Dan Pasca Panen, Kanisius, Yogyakarta. Turban, Efraim, 1995, Decision Support and Expert System, Fourth Edition, Prentice-Hall International Inc., New Jersey. Turban, Efraim & Jay E. Aronson, 1998, Decision Support System and Intelligent System, Prentice-Hall International Inc., New Jersey. Yasa, I. P. Supartha, 2005, Sistem Pendukung Keputusan Untuk Perguruan Tinggi, UPN Veteran, Yogyakarta.
Arif Himawan ............................................. Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Grafis
MASTERPLAN PENERAPAN E-LEARNING MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DATA GRID DENGAN PENDEKATAN IT GOVERNANCE DESIGN FRAMEWORK A. Sumardin, Jamaluddin, Halim Ashar
[email protected],
[email protected],
[email protected] Mahasiswa Magister Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada
Abstrak STKIP Hamzanwadi sebagai kampus swasta terbesar di Nusat Tenggara Barat dengan 5 fakultas dan memiliki cabang di beberapa tempat yang terpisah secara geografis saat ini memiliki mahasiswa aktif sebanyak 8621 mahasiswa. Letak geografis yang saling berjauhan dan resource dari masing-masing fakultas tersebut tidak digunakan dengan seoptimal mungkin menjadi masalah yang cukup serius untuk bisa diselesaikan. Perkembangan digitalisasi data yang cepat, tidak hanya memerlukan penambahan kapasitas media penyimpanan tetapi juga memerlukan mekanisme untuk pengelolaannya. Adanya penyebaran data digital di beberapa lokasi yang berbeda merupakan salah satu cara mengatasi pertumbuhan data digital yang cepat. Permasalahannya dengan adanya penyebaran data tersebut diperlukan mekanisme agar para pengguna dapat mengakses informasi atau data tersebut dengan mudah dan cepat. Konsep grid elearning dengan pendekatan COBIT Framework menjadi output dari penelitian ini. Dengan teknologi grid ini akan dibuat elearning untuk mengintegrasikan elearning dari masing-masing fakultas sehingga seluruh fakultas yang terletak diberbagai tempat terpisah dapat saling mengakses informasi dengan sistem login serta segala resource sumber daya komputasi yang telah ada dapat dimaksimalkan. Untuk mengukur keakuratan mulai dari perencanaan infrastruktur, trend teknologi, perencanaan akuisisi hardware dan software serta penerapan teknologi elearning maka digunakan pendekatan Cobit Framework pada domain yakni Planning and Organization. Kata Kunci: Cobit Framework, Data Grid, E-Learning, Planing and Organization, STKIP Hamzanwadi.
1. Pendahuluan Perkembangan digitalisasi data yang cepat, tidak hanya memerlukan penambahan kapasitas media penyimpanan tetapi juga memerlukan mekanisme untuk pengelolaannya. Adanya penyebaran data digital di beberapa lokasi yang berbeda merupakan salah satu cara mengatasi pertumbuhan data digital yang cepat. Permasalahannya dengan adanya penyebaran data tersebut diperlukan mekanisme agar para pengguna dapat mengakses informasi atau data tersebut dengan mudah dan cepat. Konsep grid e-learning ini sangat diperlukan di Indonesia, karena sumber daya manusia yang berkualitas tidak menyebar ke seluruh daerah, hanya
Masterplan Penerapan E-Learning .................. Sumardin, Jamaluddin, dan Ashar
70
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
terkonsentrasi di kota-kota besar. Untuk membangun grid e-learning ini diperlukan pembangunan infrastruktur dan mengembangkan aplikasi e-learning. Berdasarkan pada rencana pemerintah yang telah menyelesaikan proyek ring MKCS (Mataram-Kupang Cable System) pada tahun 2010 dan penyelesaian Backbone Fiber Optic oleh Telkom pada tahun 2014 akan semakin mendukung konsep dari Data Grid ini pada wilayah Indonesia Timur. Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan layanan berbasis TIK kepada mahasiswa STKIPH pada bidang akademik telah dituangkan pada Renstra STKIPH 2011-2015.
2. Landasan Teori 2.1. Framework COBIT Framework COBIT terdiri dari 34 high-level control objective, dimana tiaptiap IT process dikelompokkan dalam empat domain utama: 2.1.1.
Planning and Organization Mencakup strategi dan taktik yang menyangkut identifikasi tentang
bagaimana TI dapat memberikan kontribusi terbaik dalam pencapaian tujuan bisnis organisasi sehingga terbentuk sebuah organisasi yang baik dengan infrastruktur teknologi yang baik pula.
PO1
Define a strategic information technology plan
PO2
Define the information architecture
PO3
Determine the technological direction
PO4
Define the IT organisation and relationships
PO5
Manage the investment in information technology
PO6
Communicate management aims and direction
PO7
Manage human resources
PO8
Ensure compliance with external requirements
PO9
Assess risks
PO10 Manage projects
PO11 Manage quality
2.1.2.
Acquisition and Implementation Identifikasi solusi TI dan kemudian diimplementasikan dan diintegrasikan
dalam proses bisnis untuk mewujudkan strategi TI.
AI1
Identify automated solutions
AI2
Acquire and maintain application software
Sumardin, Jamaluddin, dan Ashar .................. Masterplan Penerapan E-Learning
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
AI3
Acquire and maintain technology infrastructure
AI4
Develop and maintain IT procedures
AI5
Install and accredit systems
AI6
Manage changes
2.1.3.
71
Delivery and Support Domain
yang
berhubungan
dengan
penyampaian
layanan
yang
diinginkan, yang terdiri dari operasi pada sistem keamanan dan aspek kesinambungan bisnis sampai dengan pengadaan training.
DS1
Define and manage service levels
DS2
Manage third-party services
DS3
Manage performance and capacity
DS4
Ensure continuous service
DS5
Ensure systems security
DS6
Identify and allocate costs
DS7
Educate and train users
DS8
Assist and advise customers
DS9
Manage the configuration
DS10 Manage problems and incidents
DS11 Manage data
DS12 Manage facilities
DS13 Manage operations
2.1.4.
Monitoring Semua proses TI perlu dinilai secara teratur dan berkala bagaimana
kualitas dan kesesuaiannya dengan kebutuhan kontrol.
M1
Monitor the process
M2
Assess internal control adequacy
M3
Obtain independent assurance
M4
Provide for independent audit
Masterplan Penerapan E-Learning .................. Sumardin, Jamaluddin, dan Ashar
72
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
COBIT Framework M1 M2 M3 M4
Business Objectives Criteria • • • • • • •
Effectiveness Efficiency Confidenciality Integrity Availability Compliance Reliability
Monitor the process Assess internal control adequacy Obtain independent assurance Provide for independent audit
IT RESOURCES • • • • •
ISSN: 1979-7656
PO1 Define a strategic IT plan PO2 Define the information architecture PO3 Determine the technological direction PO4 Define the IT organisation and relationships PO5 Manage the IT investment PO6 Communicate management aims and direction PO7 Manage human resources PO8 Ensure compliance with external requirements PO9 Assess risks PO10 Manage projects PO11 Manage quality
Data Application systems Technology Facilities People
PLAN AND ORGANISE
MONITOR AND EVALUATE DS1 Define service levels DS2 Manage third-party services DS3 Manage peformance and capacity DS4 Ensure continuous service DS5 Ensure systems security DS6 Identify and attribute costs DS7 Educate and train users DS8 Assist and advise IT customers DS9 Manage the configuration DS10 Manage problems and incidents DS11 Manage data DS12 Manage facilities DS13 Manage operations
ACQUIRE AND IMPLEMENT
DELIVER AND SUPPORT
AI1 AI2 AI3 AI4 AI5 AI6
Identify automated solutions Acquire and mantain application software Acquire and maintain technology infrastructure Develop and maintain IT procedures Install and accredit systems Manage changes
Gambar 1 Kerangka COBIT (IT Governance institute, “CoBiT 4.1 Expert”)
The COBIT Framework memasukkan juga hal-hal berikut ini: a. Maturity Models – Untuk memetakan status maturity proses-proses IT (dalam skala 0 – 5) dibandingkan dengan “the best in the class in the Industry” dan juga International best practices. b. Critical Success Factors (CSFs) – Arahan implementasi bagi manajemen agar dapat melakukan kontrol-kontrol atas proses IT dalam perusahaan. c. Key Goal Indicators (KGIs) – Kinerja proses-proses IT sehubungan dengan business requirements. d. Key Performance Indicators (KPIs) – Kinerja proses-proses IT sehubungan dengan proses pencapaian tujuan.
2.2. Teori Data Grid Dalam artikel yang ditulis oleh Ian Foster, Carl Kesselman, dan Steven Tuecke dengan judul “The Anatomy of the Grid Enabling Scalable Virtual Organizations” menjelaskan bahwa teknologi Grid merupakan sebuah arsitektur yang fleksibel, aman, terkoneksi dengan berbagai sumber daya antara individu, lembaga dan sumber data yang disebut sebagai organisasi virtual. Mekanisme untuk mengintegrasikan media penyimpanan data dan pengelolaan data pada
Sumardin, Jamaluddin, dan Ashar .................. Masterplan Penerapan E-Learning
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
73
lingkungan Grid dinamakan Data Grid. Data Grid berisi komputasi dan sumber daya penyimpanan yang tersebar di beberapa lokasi yang berbeda yang dapat diakses oleh para pengguna. Salah satu teknologi yang umum digunakan sebagai infrastruktur Data Grid adalah Globus Toolkit. Globus Toolkit (GT) adalah teknologi fundamental dalam membangun suatu Grid. GT memungkinkan orang-orang yang berada pada perusahaan, batas-batas institusi, bahkan lokasi geografis berbeda tanpa mengorbankan otonomi lokal dapat saling berbagi sumber data komputasi, basis data dan tools lainnya secara aman dan online. Globus Toolkit telah tumbuh melalui strategi open source yang mirip dengan sistem operasi Linux untuk membantu menjembatani kesenjangan untuk aplikasi komersial komputasi Grid.
2.3. Tersedianya Infrastruktur MKCS Pembangunan jaringan fiber yang diberi nama Palapa Ring Project, seluruhnya tercatat sepanjang 52.000 kilometer untuk menyatukan sistem telekomunikasi di berbagai wilayah Indonesia yang terdiri dari 6 ring, yaitu:
Ring Sumatera sepanjang 9.981 km, terbentang dari kota Banda Aceh hingga kota Bandar Lampung, ring terakhir diselesaikan adalah pembangunan Ring yang menghubungkan kota Banda Aceh hingga Medan;
Ring Jawa sepanjang 11.524 km, terbentang dari kota Merak hingga kota Banyuwangi;
Ring Kalimantan sepanjang 6.664 km, terbentang dari kota Pontianak hingga Tarakan;
Ring Sulawesi dan Maluku Utara sepanjang 7.233 km, terbentang dari kota Makasar, Manado, Ternate hingga Sanana.
Ring Bali dan Nusa Tenggara sepanjang 3.444 km, terbentang dari kota Denpasar, Mataram, Kupang hingga Atambua.
Ring Kepulauan Maluku dan Papua sepanjang 8.254 km, terbentang dari kota Ambon, Fak-Fak, Sorong, Manokwarihingga Jayapura dan Merauke. Pembangunan serat optik Mataram – Kupang sepanjang 1.041 km yang
dilakukan melalui laut dengan kapasitas sampai dengan 300 Gbps dan 6 landing point di kota Mataram, Sumbawa Besar, Raba, Waingapu dan Kupang serta 810 km melalui darat dengan 15 node di kota Mataram, Pringgabaya, Newmont, Taliwang, Sumbawa Besar, Ampang, Dompu, Raba, Labuhan Bajo, Ruteng, Bajawa, Ende, Maumere, Waingapu dan Kupang.
Masterplan Penerapan E-Learning .................. Sumardin, Jamaluddin, dan Ashar
74
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
3. Metodologi Penelitian Globus Head node: Globus akan memproses permintaan siswa tersebut dengan mengkomunikasikan permintaan tersebut melalui jaringan MKC ke Elearning Content Server NETWORK. Elearning Content Server akan mengolah permintaan tersebut yang kemudian dikirimkan kembali hasil pencarian informasi tersebut ke siswa.
User MKCS GRID PORTAL LINUX/X86 CLUSTER
User FPOK GLOBUS HEAD NODE
MKCS
LINUX/X86 CLUSTER
FPBS GLOBUS HEAD NODE
FMIPA GLOBUS HEAD NODE
SunOS/Sparc CLUSTER
WINDOWS/X86 CLUSTER
Gambar 2 Arsitektur MKCS berbasis Grid
4. Konsep Penelitian Untuk dapat sukses mengimplementasikan program IT governance, sangat penting untuk mengerti keperluan manajemen. Artikel ini menjelaskan aspek manajemen dari Control Objectives for Information and related Technology (CoBiT) di STKIP Hamzanwadi. Pembelajaran ini menggunakan CoBiT edisi ketiga (Cobit 4.1). Dari sini, investigator mengawasi implementasi dari CoBiT 1st “Determine Technological Direction” – “(P03)” yang berhubungan dengan Determine Technological Direction. Dalam bagian ini ada 5 bagian yang akan dianalisa, yakni: a. Perencanaan infrastruktur teknologi Menciptakan rencana teknologi infrastruktur yang sesuai dengan rencana strategis TI dan taktis. Rencana ini harus didasarkan pada arah teknologi dan memasukkan pengaturan kontingensi dan arah untuk akuisisi sumber daya
teknologi.
Ini
harus
mempertimbangkan
perubahan
dalam
Sumardin, Jamaluddin, dan Ashar .................. Masterplan Penerapan E-Learning
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
75
lingkungan yang kompetitif, skala ekonomi untuk personalia sistem informasi dan investasi, dan meningkatkan interoperabilitas platform dan aplikasi. b. Memantau tren masa depan dan peraturan Berdasarkan pada rencana pemerintah yang telah menyelesaikan proyek ring MKCS (Mataram-Kupang Cable System) pada tahun 2010 dan penyelesaian Backbone Fiber Optic oleh Telkom pada tahun 2014 akan semakin mendukung konsep dari Data Grid ini pada wilayah Indonesia timur. Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan layanan berbasis TIK kepada mahasiswa STKIPH pada bidang akademik telah dituangkan pada Renstra STKIPH 2011-2015. c. Teknologi infrastruktur kontingensi Secara umum TIK STKIPH dimulai pada tahun 2008 dengan membangun jaringan infrastruktur yang cukup sederhana yang hanya difokuskan pada pelayanan akademik. Pengembangan TIK selanjutnya diarahkan pada sistem yang terintegrasi pada setiap departemen. Seluruh program disusun dengan target yang jelas dan berkesinambungan sehingga pengembangan infrastruktur TIK di STKIPH dapat menjadi bagian dari infrastruktur nasional dan dunia. d. Akuisisi hardware dan software Sebelum akuisisi hardware dan software terlebih dahulu dilakukan evaluasi
terhadap
kebutuhan
yang
kemudian
dilakukan
dengan
pengujian. Pengujian yang dilakukan hanya berdasarkan kebutuhan minimum perangkat lunak yang dapat berjalan pada hardware yang nantinya akan sesuai dengan hardware yang dimiliki. Pemilihan hardware dan software untuk pada sistem sebelumnya harus sesuai dengan pengembangan sistem selanjutnya. e. Teknologi Standar Untuk memberikan konsistensi, efektivitas dan solusi teknologi yang aman dengan enterprisewide, membentuk sebuah forum teknologi untuk menyediakan teknologi pedoman, nasihat tentang produk infrastruktur dan bimbingan pada pemilihan teknologi dan kepatuhan mengukur dengan standar dan pedoman. Forum ini harus mengarahkan standar teknologi dan praktek berdasarkan relevansi bisnis mereka, risiko dan sesuai dengan persyaratan eksternal.
Masterplan Penerapan E-Learning .................. Sumardin, Jamaluddin, dan Ashar
76
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
5. Kesimpulan a. Teknologi Data Grid dapat digunakan untuk pengelolaan informasi atau data yang besar dan tersebar, sehingga dapat digunakan untuk membangun e-learning b. Pembangunan grid e-learning di STKIP Hamzanwadi sudah dapat dilakukan karena sudah tersedia infrastruktur MKCS (Mataram-Kupang Cable System). c. Keterbatasan akses terhadap pendidikan yang berkualitas dapat diatasi karena para siswa bisa belajar dari mana saja dan kapan saja dengan penerapan teknologi e-learning.
Daftar Pustaka Anonim, 2011, http://tekno.kompas.com/, Nusantara Super Highway Bentangkan Serat Optik 47.099 Km, diakses tanggal 15 Mei 2011. Foster, Ian, Tuecke, Steven, dan Kesselman, Carl, 2001, The Anatomy of the Grid Enabling Scalable Virtual Organizations, International Journal of Supercomputer Applications. Harindrari, Suryamita, 2007, Pengembangan Portlet, Fasilkom UI, Yogyakarta. IT Governance institute, 2007, CoBiT 4.1 Expert. Nazief, Bobby, 2006, RI-GRID: Usulan Pengembangan Infrastruktur Komputasi Grid Nasional, Institut Teknologi Bandung. STKIP Hamzanwadi, Renstra STKIP Hamzanwadi 2011 – 2015, tidak diterbitkan.
Sumardin, Jamaluddin, dan Ashar .................. Masterplan Penerapan E-Learning
ITIL (INFORMATION TECHNOLOGY INFRASTRUCTURE LIBRARY) FRAMEWORK Abdul Jabbar Febianto, Ari Primanedi, Diah Ayu Retnani, Ibrahim Syawie
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected] Magister Teknologi Informasi Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Abstrak ITIL (Information Technology Infrastructure Library) merupakan suatu framework yang konsisten dan komprehensif dari hasil penerapan yang teruji pada manajemen pelayanan teknologi informasi sehingga suatu perusahaan dapat mencapai kualitas dukungan layanan yang diinginkan. ITIL mencakup delapan kumpulan, yaitu service support, service delivery, rencana pengembangan service management, ICT inf rast ruktur management, application management, business perspective, security management, dan software asset management. Dua di antaranya, yaitu service support dan service delivery merupakan area utama, yang disebut juga IT Service Management (ITSM). Secara bersama-sama, dua area ini mengandung beberapa disiplin yang bertanggung jawab untuk penentuan dan manajemen pelayanan Teknologi Informasi (TI) yang efektif. Kata Kunci: ITIL, OGC, Information Technology Infrastructure Library.
1. Pendahuluan ITIL (Information Technology Infrastructure Library) dikembangkan oleh CCTA (Central Computer and Telecommunications Agency), sekarang dikenal dengan OGC (Office of Governance Commerce) di Inggris. ITIL merupakan pendekatan manajemen IT yang paling banyak diterima di seluruh dunia. ITIL adalah sekumpulan best practice dari manajemen pelayanan IT yang konsisten dan menyeluruh yang menyajikan suatu pendekatan yang berkualitas dalam mencapai efektifitas dan efisiensi bisnis dalam penggunaan sistem informasi. ITIL juga merupakan suatu framework yang dapat dikembangkan dan diadaptasikan dalam pengembangan suatu sistem. Karakteristik dari ITIL yang berkontribusi terhadap perusahaan global adalah sebagai berikut: (OGC, 2007)
Non-proprietary – ITIL service management berlaku dalam setiap organisasi IT karena mereka tidak didasarkan pada platform teknologi tertentu maupun jenis industri.
Non-prescriptive – ITIL diterapkan untuk semua jenis organisasi pelayanan menjadi berguna dan relevan di sektor publik dan swasta,
ITIL Framework ...................................Febianto, Primanedi, Retnani, dan Syawie
78
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
internal dan penyedia layanan eksternal, kecil, menengah dan besar perusahaan, dan dalam setiap lingkungan teknis.
Best practice - ITIL service management mewakili pengalaman belajar dan berpikir kepemimpinan terbaik di dunia dalam penyedia layanan.
Good practice - Tidak setiap praktek dalam ITIL dapat dianggap 'praktek terbaik', dan untuk alasan yang baik. Tujuan utama dari penerapan ITIL/SM ini sebagai jembatan antara pihak
manajemen dan divisi TI agar keduanya bisa berkomunikasi lebih efektif dan efisien. Sering terjadi, fokus bisnis dan fokus TI berjalan sendiri-sendiri sehingga perusahaan tidak bisa memanfaatkan infrastruktur TI yang ada dengan optimal. Departemen/divisi TI dalam suatu perusahaan seharusnya merupakan suatu organisasi yang memberikan layanan (Service Organization). Divisi TI harus sensitif dan responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan bisnis. Dan juga harus bisa mengenali dan memahami pelanggan mereka (user di dalam sistem). ITIL mencakup delapan kumpulan, yaitu: service support, service delivery, rencana pengembangan service management, ICT infrastruktur management, application management, business perspective, security management, dan software asset management. Dua di antaranya, yaitu service support dan service delivery merupakan area utama, yang disebut juga IT Service Management (ITSM). Secara bersama-sama, dua area ini mengandung beberapa disiplin yang bertanggung jawab untuk penentuan dan manajemen pelayanan Teknologi Informasi (TI) yang efektif.
Gambar 1 Cakupan ITIL
Febianto, Primanedi, Retnani, dan Syawie ...................................ITIL Framework
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
79
2. ITIL Framework 3.0 2.1. ITIL service management (ITSM) practices – core guidance
Gambar 2 ITIL Service Lifecycle
ITIL framework memiliki tahapan-tahapan dalam pengelolaan IT service management (ITSM) yang disebut service lifecycle. Ada 5 proses service lifecycle dalam ITIL, yaitu: 2.1.1.
Service Strategy Pada tahap ini dilakukan pengembangan strategi untuk mengubah ITSM
(IT service management) menjadi sebuah aset trategis dari organisasi. Secara sederhana Service Strategy akan memberikan panduan kepada mereka untuk mengimplementasikan ITSM dan bagaimana memandang konsep ITSM bukan hanya sekedar kemampuan organisasi dalam memberikan, mengelola serta mengoperasikan layanan IT, tapi juga sebagai sebuah aset strategis bagi sebuah perusahaan. Bagi organisasi IT yang baru akan mengimplementasikan ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk menentukan tujuan atau sasaran serta ekspektasi nilai kinerja dalam mengelola layanan IT serta untuk mengidentifikasi, memilih serta memprioritaskan berbagai rencana perbaikan operasional maupun organisasional di dalam organisasi IT. Bagi organisasi IT yang saat ini telah mengimplementasikan ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk melakukan review strategis bagi semua proses dan perangkat (roles, responsibilities, teknologi pendukung, dll)
ITIL Framework ...................................Febianto, Primanedi, Retnani, dan Syawie
80
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
ITSM di organisasinya, serta untuk meningkatkan kapabilitas dari semua proses serta perangkat ITSM tersebut. 2.1.2.
Service Design Pada tahap ini dilakukan pembangunan panduan IT service management
berdasarkan strategi yang sudah dikembangkan sebelumnya pada tahap Service Strategy. Selain itu panduan dibangun berdasarkan kebijakan yang berlaku dalam organisasi dan untuk pemenuhan kepuasan pelanggan. Agar layanan IT dapat memberikan manfaat kepada pihak bisnis, layanan-layanan IT tersebut harus terlebih dahulu didesain dengan acuan tujuan bisnis dari pelanggan. Service Design memberikan panduan kepada organisasi IT untuk dapat secara sistematis dan best practice mendesain dan membangun layanan IT maupun implementasi ITSM itu sendiri. Service Design berisi prinsipprinsip dan metode-metode desain untuk mengkonversi tujuan-tujuan strategis organisasi IT dan bisnis menjadi portofolio/koleksi layanan IT serta aset-aset layanan, seperti server, storage dan sebagainya. Ruang lingkup Service Design tidak hanya untuk mendesain layanan IT baru, namun juga proses-proses perubahan maupun peningkatan kualitas layanan, kontinyuitas layanan maupun kinerja dari layanan. Proses-proses yang dicakup dalam Service Design yaitu: Service Catalog Management, Service Level Management, Supplier Management, Capacity Management, Availability Management, IT Service Continuity Management, dan Information Security Management. 2.1.3.
Service Transition Pada tahap ini dilakukan proses transisi dari tata kelola yang lama
kepada tata kelola yang baru yang sudah dikembangkan dalam tahap Service Design. Service Transition menyediakan panduan kepada organisasi IT untuk dapat mengembangkan serta kemampuan untuk mengubah hasil desain layanan IT baik yang baru maupun layanan IT yang dirubah spesifikasinya ke dalam lingkungan operasional. Tahapan lifecycle ini memberikan gambaran bagaimana sebuah kebutuhan yang didefinisikan dalam Service Strategy kemudian dibentuk dalam Service Design untuk selanjutnya secara efektif direalisasikan dalam Service Operation. Proses-proses yang dicakup dalam Service Transition yaitu: Transition Planning and Support, Change Management, Service Asset & Configuration
Febianto, Primanedi, Retnani, dan Syawie ...................................ITIL Framework
ISSN: 1979-7656
Management,
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
Release
&
Deployment
Management,
Service
81
Validation,
Evaluation, dan Knowledge Management. 2.1.4.
Service Operation Service Operation merupakan tahapan lifecycle yang mencakup semua
kegiatan operasional harian pengelolaan layanan-layanan IT. Di dalamnya terdapat berbagai panduan bagaimana mengelola layanan IT secara efisien dan efektif serta menjamin tingkat kinerja yang telah disepakati dengan pelanggan sebelumnya. Panduan-panduan ini mencakup bagaiman menjaga kestabilan operasional layanan IT serta pengelolaan perubahan desain, skala, ruang lingkup serta target kinerja layanan IT. Proses-proses yang dicakup dalam Service Operation
yaitu:
Event
Management,
Incident
Management,
Problem
Management, Request Fulfillment, dan Access Management. 2.1.5.
Continual Service Improvement Pada bagian ini dilakukan pengelolaan masukan dari pelanggan yang
kemudian dikolaborasikan kedalam empat tahap di atas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan hasil keluaran dari kegiatan Service Strategy, Service Design, Service Transition, dan Service Operation. Continual Service Improvement (CSI) memberikan panduan penting dalam menyusun serta memelihara kualitas layanan dari proses desain, transisi dan pengoperasiannya. CSI mengkombinasikan berbagai prinsip dan metode dari manajemen kualitas, salah satunya adalah Plan-Do-Check-Act (PDCA) atau yang dikenal sebagi Deming Quality Cycle.
2.2. Contoh Implementasi 2.2.1.
Studi Kasus di Divisi Jasa Integrasi Teknologi – PT. INTI Divisi JIT salah satu unit bisnis dalam PT. INTI, bergerak dalam bidang
jasa integrasi teknologi yang meliputi kastemisasi sistem dan penjualan produk mandiri PT. INTI. Produk-produk yang sudah memasuki pasaran antara lain adalah Network Management System dan Fault Management System, keduanya merupakan produk kastemisasi perangkat lunak. Di sisi perangkat keras produkproduknya meliputi General Purpose Agent, IMTE, IMDE, rectifier, rack and cabinet, dan lain-lain. (Nurtjahja, 2008) Dengan banyaknya produk yang sudah terpasang di beberapa customer sudah sewajarnya ada bagian khusus dalam menangani keluhan pelanggan,
ITIL Framework ...................................Febianto, Primanedi, Retnani, dan Syawie
82
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
dalam hal ini call center. Akan tetapi hingga saat ini belum ada bagian itu baik di divisi JIT maupun di PT. INTI. Dengan adanya call center atau help desk bisa terjadi juga pertukaran informasi dan sharing antara PT. INTI umumnya dan khususnya, dengan pelanggan atau klien. Knowledge yang diperoleh menjadi suatu asset untuk pengembangan dan peningkatan kualitas produk yang sudah ada dan atau pengembangan produk baru. 2.2.1.1.
Permasalahan di Divisi JIT – PT.INTI
Di Divisi JIT PT. INTI, kondisi di mana solusi atas masalah yang dihadapi pelanggan tersebar di mana-mana juga terjadi. Dan umumnya masih melekat terutama pada teknisi yang terlibat dalam proyek untuk pelanggan yang bersangkutan (tacit knowledge). Kondisi ini semakin buruk dengan tidak adanya call center dan dokumentasi yang tidak dipelihara dengan baik. Dokumentasi yang dimiliki umumnya berupa dokumen pengembangan produk. Tidak ada dokumen yang menyangkut troubleshooting atau catatan atas pertanyaan maupun keluhan dari pelanggan. Penanganan masalah umumnya dilakukan secara reaktif. Untuk mengurangi ketergantungan pada seseorang, saat ini sudah dilakukan beberapa cara di antaranya dengan membuat suatu media untuk menyimpan dokumen dan mengambil dokumen secara online. Tujuan utamanya adalah sebagai knowledge respository dan knowledge sharing. Media ini diharapkan dapat menjadi tools untuk mengumpulkan knowledge asset yang masih melekat pada seseorang menjadi knowledge asset perusahaan. Karena masih dalam tahap awal, tujuan yang terakhir ini belum berjalan, sebab belum merupakan suatu yang wajib dilakukan oleh karyawan.
Gambar 3 Proses penerimaan laporan
Febianto, Primanedi, Retnani, dan Syawie ...................................ITIL Framework
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
83
Selain media untuk knowledge repository, saat ini sedang dikembangkan juga suatu sistem helpdesk online untuk menangani masalah atau gangguan dari salah satu pelanggan. Sistem ini merupakan otomatisasi laporan pelanggan. Proses penerimaan laporan digambarkan pada gambar di atas. Setiap solusi yang diberikan akan dicatat dalam database, dan jika ada solusi yang tepat untuk masalah tertentu akan diberi suatu tanda. Penentuan solusi yang tepat untuk suatu masalah berdasarkan pada konfirmasi dan persetujuan pelanggan. Database yang menunjang sistem ini juga menyimpan data sistem konfigurasi dari pelanggan baik perangkat keras maupun perangkat lunak yang mencakup versi perangkat lunak yang dipasang. Knowledge base yang ada saat ini masih berupa FAQ, dan masukan dari pelanggan untuk perbaikan dan pengembangan ke depan. Sementara informasi teknis dari teknisi pengembang baru berupa source code yang mencakup juga version history. Mekanisme yang diharapkan dari sistem ini ditunjukan pada gambar 4.
Gambar 4 Mekanisme Sistem
2.2.1.2.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa call center adalah salah satu penguat hubungan antar perusahaan dengan pelanggannya, apabila dapat memberikan respon yang cepat, tepat dan memenuhi kepuasan pelanggan. Call center dapat menjadi media untuk mengumpulkan knowledge yang berasal dari pelanggan menjadi knowledge asset perusahaan. Call center online bisa juga berfungsi sebagai media untuk knowledge sharing antara pelanggan dan perusahaan. Pelanggan dapat memperoleh informasi untuk menyelesaikan masalah yang sudah umum atau masalah sederhana melalui FAQ yang disediakan atau dengan melakukan pencarian pada knowledge base yang ada. Sementara perusahaan dapat memperoleh
ITIL Framework ...................................Febianto, Primanedi, Retnani, dan Syawie
84
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
informasi-informasi dari pelanggan untuk meningkatkan knowledge base dan juga masukan untuk perbaikan produk yang ada atau pengembangan produk baru. Knowledge asset perusahaan dapat menjadi dasar dalam membentuk knowledge base untuk menunjang call center. Untuk itu diperlukan mekanisme yang tepat untuk pengelolaan, pencarian, pengayaan (enrichment) agar bisa mendapatkan informasi yang sesuai dengan insiden atau pertanyaan pelanggan. Mengacu pada Lionel Baraban, budaya perusahaan untuk knowledge sharing merupakan kunci utama pengembangan knowledge base untuk call center. ITIL sebagai salah satu standar dalam pengelolaan layanan IT memberikan panduan untuk mengembangkan call center. Dasar dari ITIL yang menjadi panduan dalam pengembangan call center adalah Service Support, khususnya pada fungsi Service Desk. Untuk kasus di Divisi JIT – PT. INTI, baru memasuki tahap mengumpulkan atau pengembangan knowledge asset, di mana dilakukan pengumpulan semua knowledge yang dimiliki. Khususnya knowledge yang berkaitan dengan produk yang sudah dipasarkan dan yang sedang dalam proses pengembangan. Ke depan yang perlu dilakukan adalah: 1. Pengelolaan knowledge asset yang sudah ada dengan menentukan pengkategorisasian dan menentukan knowledge apa saja yang bisa digunakan sebagai knowledge base bagi call center. 2. Membuat interface dan mekanisme yang bisa menerjemahkan knowledge base menjadi informasi yang berguna bagi petugas call center. 2.2.2.
Studi Kasus pada Biro Teknologi Informasi BPK – RI BPK-RI dalam Rencana Strategis 2006-2010 menyebutkan sasaran
strategisnya pada bidang Pengukuran, Analisis, dan Pengelolaan Pengetahuan, yaitu membangun infrastruktur teknologi informasi yang handal dan aman yang diselaraskan dengan kebutuhan dan arah organisasi. Untuk melaksanakan hal ini, biro teknologi informasi di bawah Sekretaris Jenderal BPK-RI diberi tanggung jawab dalam mengembangkan layanan TI di lingkungan BPK-RI. Dalam kegiatannya, biro TI melakukan tugas utama mendukung layanan TI BPK-RI baik di kantor pusat maupun di perwakilan seluruh Indonesia. (Silitonga dan Ali, 2010) Salah satu layanan TI yang diberikan oleh biro TI tertuang dalam Rencana Strategis Teknologi Informasi BPKRI yaitu program manajemen
Febianto, Primanedi, Retnani, dan Syawie ...................................ITIL Framework
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
85
helpdesk dan dukungan TI. Dalam pelaksanaannya layanan dukungan TI disini terkait erat sekali dengan proses manajemen insiden. Program manajemen helpdesk dan dukungan TI merupakan salah satu program kerja utama Rencana Strategis Teknologi Informasi BPK-RI. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, program ini belum memiliki sebuah dokumen tata laksana sebagai panduan pelaksanaan bagi para penggunanya. Proses penanganan insiden atau manajemen insiden semakin besar porsi pengerjaannya dalam lingkungan biro TI dari hari ke hari. Hal ini dikarenakan pada saat ini sumber daya TI yang dikelola dalam organisasi BPK-RI semakin banyak, dan saat ini hampir semua proses bisnis di BPK-RI memerlukan TI sebagai pendukung. Pada saat ini hampir seluruh proses bisnis BPK-RI terkait erat dengan TI sebagai pendukungnya, baik itu aplikasi sistem informasi maupun perangkat keras komputer dan sumber daya network. Sehingga jika terjadi suatu insiden maka proses bisnis dapat menjadi terganggu. Agar penanganan insiden dapat semakin baik dan mengurangi ketergantungan terhadap staf tertentu, diperlukan sebuah dokumen tata laksana mengenai manajemen insiden yang berdasarkan framework tata kelola TI. Dengan adanya dokumen tata laksana manajemen insiden, semua pegawai dalam biro TI dapat mengetahui fungsi dan tanggung jawabnya serta juga langkah-langkah yang harus diambilnya dalam penanganan suatu insiden. Dalam penelitian ini framework tata kelola TI yang dipilih adalah ITIL v3. Framework ITIL memiliki fokus pengembangan tata kelola TI khususnya dalam hal layanan (IT service). Selain itu framework ITIL sangat tepat digunakan sebagai panduan dalam mengembangkan sebuah tata laksana karena sifatnya best practice dan memiliki library yang terinci untuk mengembangkan langkahlangkah dalam prosedur. 2.2.2.1.
Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan meliputi langkah berikut: 1. Pendahuluan; Dalam tahap ini dilakukan pendefenisian mengenai latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian
serta
permasalahan,
metodologi yaitu
yang
pembuatan
digunakan dokumen
untuk tata
memecahkan
laksana
proses
manajemen insiden.
ITIL Framework ...................................Febianto, Primanedi, Retnani, dan Syawie
86
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
2. Pengumpulan Informasi dan Analisa; Dalam tahap ini dilakukan aktifitas penelaahan dokumen tata kelola Teknologi Informasi BPK-RI. Selin itu juga dilakukan studi literatur framework ITIL. 3. Pembuatan Dokumen Tata Laksana; Dalam tahap ini dilakukan pembuatan dokumen tata laksana berdasarkan hasil analisa di langkah sebelumnya. Dokumen prosedur yang dibuat akan terdiri dari rincian aktifitas manajemen insiden, dan lampiran-lampiran kategori insiden, prioritas insiden, metrik dan CSF (Critical Success Factor), SLA (Service Level Agreement) serta diagram RACI. Selain lampiran-lampiran diatas, akan dibuat juga diagram flow chart yang menggambarkan tiap aktifitas yang dilakukan. 4. Verifikasi Dokumen Tata Laksana; Dalam tahap ini akan dilakukan verifikasi masing-masing bagian dari dokumen tata laksana untuk mengetahui apakah masing-masing aktifitas dalam dokumen sudah sesuai dengan tujuannya dan dapat dilaksanakan. 5. Validasi Dokumen Tata Laksana; Dalam tahap ini akan dilakukan validasi terhadap dokumen tata laksana untuk mengetahui apakah tujuan utama dari proses manajemen insiden sudah terpenuhi dengan dokumen ini. 6. Kesimpulan; Dalam tahap ini akan dilakukan perumusan kesimpulan dari keseluruhan langkah yang dilakukan dan hasil yang didapat.
Gambar 5 Metodologi Penelitian
Febianto, Primanedi, Retnani, dan Syawie ...................................ITIL Framework
ISSN: 1979-7656
2.2.2.2.
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
87
Hasil dan Pembahasan
Hasil analisa dokumen tata kelola TI BPK-RI menunjukkan belum seluruh program dalam dokumen Rencana Strategis TI memiliki dokumen pendukung tata laksana. Untuk program yang sudah memiliki dokumen tata laksana, diketahui dokumen dibuat belum terstandar dan pengembangannya dilakukan sendiri oleh masingmasing sub bagian. Hal ini mengakibatkan dalam pelaksanaan program sering tidak maksimal dan kinerjanya tidak dapat diukur. Sebagai kesimpulan dari keseluruhan proses manajemen insiden, gambar 3 menampilkan proses manajemen insiden dari program manajemen helpdesk dan dukungan TI berikut input untuk melaksanakannya, dan output yang dihasilkannya.
Gambar 6 Proses Manajemen Insiden Program Manajemen Helpdesk dan Dukungan TI
2.2.2.3.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dibuat berdasarkan penelitian yang telah dikerjakan adalah sebagai berikut: 1. Dokumen tata laksana dikembangkan untuk sebagian tujuan program manajemen helpdesk dan dukungan TI, yaitu proses manajemen insiden. Dokumen tata laksana ini berisi 11 (sebelas) aktifitas yang terdiri dari 9 (sembilan) aktifitas berdasarkan framework ITIL dan 2 (dua) aktifitas tambahan sebagai kebutuhan dari organisasi yaitu pelaporan dan evaluasi. 2. Pelaksana program dibagi menjadi 7 (tujuh) pihak yaitu Pelapor Insiden (U), Helpdesk Operator (HO), Helpdesk Spesialist (HS), Incident Manager
ITIL Framework ...................................Febianto, Primanedi, Retnani, dan Syawie
88
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
(IM), Software Manager (SM), Network Manager (NM), dan Maintenance Manager (MM) 3. Diagram RACI menunjukkan tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak tersebut diatas dalam tiap langkah aktifitas. 4. Aktifitas-aktifitas pelaksanaannya
yang dilakukan
dikembangkan secara
dari
kontinyu
dan
framework terus
ITIL,
menerus.
Sementara aktifitas pelaporan dan evaluasi dilaksanakan pada awal dan akhir bulan saja. 5. Matriks tata laksana dibangun untuk menjadi kesimpulan keseluruhan proses program. Matriks berisikan masing-masing aktifitas dalam program berikut dengan tujuan, indikator kinerja, formulir dan dokumen yang diperlukan untuk pelaksanaan aktifitas, dan diagram RACI.
3. Kesimpulan Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpilan bahwa ITIL merupakan suatu layanan yang sangat penting untuk diimplementasikan, tujuannya agar semua komponen dalam penerapan IT bisa sesuai degan siklus dan kebutuhannya. Terlepas dari itu semua akhirnya berpulang kepada pihak yang akan mengimplementasikan ataupun menerapkan ITIL sebagai salah satu IT service management di abad ini.
Daftar Pustaka Nurtjahja, Ari, 2008, Call Center Berbasis Knowledge (Studi Kasus di Divisi Jasa Integrasi Teknologi – PT. INTI), e-Indonesia Initiative 2008. OGC, 2007, The Introduction to the ITIL Service Lifecycle Book, The Stationery Office, Norwich, UK. Silitonga, T.P. dan Ali, A.H.N., 2010, Sistem Manajemen Insiden Pada Program Manajemen Helpdesk Dan Dukungan TI Berdasarkan Framework ITIL V3, Seminar Nasional Informatika 2010, UPN “Veteran” Yogyakarta.
Febianto, Primanedi, Retnani, dan Syawie ...................................ITIL Framework
MENGELOLA HISTORI DATA DENGAN PENDEKATAN DENORMALISASI DATABASE Damar Widodo Program Studi Manajemen Informatika STMIK Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Pengelolaan histori data pada sistem informasi sangat penting guna mengelola data masa lalu dan menjaga konsistensi informasi. Seringkali konsistensi informasi tidak bisa di capai apabila proses pengolahan datanya melibatkan data yang sering berubah. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat berbagai pendekatan. Salah satu pendekatan untuk mengelola data histori yaitu dengan pendekatan denormalisasi database. Kata Kunci: Sistem Informasi, Data, Informasi, Histori, Database, Denormalisasi.
1. Pendahuluan Pada organisasi modern, data dan informasi menjadi asset yang berharga. Informasi di pergunakan untuk mendukung pengelolaan organisasi (misalnya organisasi bisnis dan organisasi pemerintahan). Oleh karena itu, pengelolaan data harus mampu memberi gambaran operasional pada saat ini dan mampu menyedikan informasi yang terkait dengan kejadian masa lalu. Dalam pengembangan sistem, seringkali data masa lalu tidak terkelola dengan baik sehingga informasi kejadian masa lalu tidak bisa ditemukan kembali. Di samping itu, perubahan terhadap suatu data dapat mengakibatkan inkonsistensi informasi. Inkonsistensi informasi harus dihindari. Perancangan database memiliki peranan yang penting untuk menghindari hilangnya data masa lalu dan inkonsistensi informasi. Untuk mengelola data masa lalu bisa menggunakan tabel histori atau melakukan copy terhadap field data yang akan dicatat historinya. Tulisan ilmiah ini akan menguraikan pengelolaan data masa lalu untuk menjaga konsistensi informasi dengan pendekatan copy field terhadap data yang akan dihistorikan dengan mengambil sampel penangan histori harga pada suatu transaksi penjualan barang.
2. Dasar Teori 2.1. Sistem Informasi Sistem Informasi adalah sistem terintegrasi yang menyediakan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya (McLeod and George, 2007). Dalam
Mengelola Histori Data dengan Denormalisasi .............................. Damar Widodo
90
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
pengolahan data, sistem informasi akan memanfaatkan basis data. Basis data dipergunakan untuk mengelola data guna mendukung sistem.
2.2. Data dan Informasi Data adalah fakta yang mendiskripsikan fenomena tertentu (Stephen, Meave, dan Amy, 2007). Dengan demikian, data akan mewakili suatu objek tertentu, misalnya: harga dan jenis barang. Dalam pengolahan informasi, data merupakan bahan mentah (raw material) untuk diproses oleh sistem guna menghasilkan informasi. Informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang lebih berarti bagi penerima (Stephen, Meave, dan Amy, 2007). Informasi yang berguna harus berkualitas. Informasi berkualitas adalah informasi yang memenuhi kriteria tertentu yaitu akurat, valid, dan tersaji tepat waktu. Keakuratan dan kevalidan informasi yang dihasilkan dari proses transaksi yang melibatkan beberapa data yang nilainya sering mengalami perubahan membutuhkan penanganan khusus dalam perancangan database.
2.3. Fungsi Database Dalam Suatu Aplikasi Database adalah mekanisme yang dipergunakan untuk menyimpan data atau informasi (Ryan dan Ronald, 2001). Sistem database merupakan bagian penting pada sistem informasi. Database diperlukan untuk mengelola sumber informasi. Untuk mengelola sumber informasi tersebut yang pertama kali di lakukan adalah merancang suatu database. Perancangan database diperlukan agar informasi yang ada pada organisasi tersebut dapat digunakan secara maksimal. Tujuan Perancangan Database 1) Untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dari pengguna dan aplikasi 2) Menyediakan struktur informasi yang natural dan mudah di mengerti oleh pengguna 3) Mendukung kebutuhan pemrosesan dan beberapa obyek kinerja dari suatu sistem database Histori data merupakan salah satu kebutuhan pengguna yang harus disediakan oleh database.
2.4. Histori Data Dalam pengembangan sistem informasi, salah satu prinsip yang harus di pertahankan yaitu sistem informasi tidak diperbolehkan menghilangkan data atau
Damar Widodo ...............................Mengelola Histori Data dengan Denormalisasi
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
91
informasi. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan terhadap data masa lalu. Sebagai contoh dalam proses transaksi tidak hanya dibutuhkan untuk mengetahui status transaksi tetapi dibutuhkan juga histori transaksi. Histori transaksi akan menjelaskan transaksi masa lalu yang melibatkan field data yang sering berubah. Histori data akan mendukung histori transaksi.
2.5. Denormalisasi Database Denormalisasi database adalah pelanggaran aturan normalisasi terhadap database yang telah normal. Denormalisasi database diperlukan untuk meningkatkan performa pengaksesan data pada database. Database yang telah normal adalah database yang redundansi datanya minimum sehingga data yang disimpan tidak mengalami kerancuan dalam proses pengaksesan. (Ryan dan Ronald, 2001) Perbedaan
normalisasi
dan
denormalisasi
adalah
terletak
pada
redundansi data dan kompleksitas query. Pada redundansi data normalisasi lebih strik atau harus dihilangkan seminimal mungkin. Proses normalisasi ada sisi positif dan sisi negatif. Sisi negatif yang mungkin muncul yaitu apabila akan mengakses data dalam suatu database seringkali membutuhkan query yang kompleks. Berbeda dengan denormalisasi, di sini tidak terlalu memikirkan tentang data yang redundan sehingga dalam mengakses data lebih cepat dan query seringkali lebih sederhana. Fungsi utama denormalisasi dalam database yaitu untuk menjaga performa sistem. Sebagai contoh apabila menilik lebih lanjut tentang proses pengaksesan yang dilakukan pada database relasional. Pada saat data akan diakses berada dalam suatu tabel yang berisi 100 baris (100 record) akan memiliki performa yang berbeda dibandingkan data yang akan diakses berada pada tabel yang berisi 10 juta baris (10 juta record). Response time akan terasa sangat beda sampai data yang akan diakses ditemukan. Apabila pengaksesan data dilakukan pada beberapa tabel yang setiap tabel berisikan jutaan data dan yang diinginkan hanya sebagian saja maka response time semakin lama. Oleh karena itu, diperlukan denormalisasi untuk menjaga kestabilan performa suatu sistem. Denormalisasi database di samping untuk meningkatkan performa sistem juga dapat dipergunakan untuk melakukan penganan terhadap histori data. Dalam denormalisasi database redundansi data tidak seketat pada pendekatan
Mengelola Histori Data dengan Denormalisasi .............................. Damar Widodo
92
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
ISSN: 1979-7656
normalisasi sehingga pendekatan copy field terhadap suatu data untuk tujuan pencatatan data masa lalu dapat di terapkan.
3. Pendekatan Denormasilasi untuk Penanganan Histori Data Dalam pengembangan sistem, salah satu fungsi histori data antara lain yaitu untuk menjaga keakuratan transaksi. Menjaga histori data guna keperluan keakuratan transaksi menjadi hal yang kritis ketika transaksi yang ditangani ketika dalam pengembangan sistem, untuk menuhi kebutuhan histori data dapat dilakukan dengan beberapa cara. Misalnya pada sistem penjualan barang. Dalam sistem ini terdapat terdapat tabel barang dan tabel transaksi penjualan. Tabel barang dipergunakan untuk menyimpan data barang dan tabel transaksi untuk menangani proses transaksi. Tabel barang (TBarang) memiliki beberapa field yaitu Kd_Barang, Nm_Barang, Harga, dan Stok_Barang. Tabel ini dinyatakan sebagai Tbarang (Kd_Barang, Nm_Barang, Harga, Stok_Barang). Tabel transaksi dipergunakan untuk mencatat proses transaksi. Tabel transaksi dinyatakan sebagai TPenjualan (Kd_Kwitansi, Kd_Barang,Tgl_penjualan). Tabel barang memuat data harga barang. Data harga sering mengalami perubahan nilai. Perubahan nilai ini akan berakibat pada proses transaksi yang melibatkan harga yang berbeda-beda. Ketika suatu transaksi terjadi maka harus bisa dibedakan transaksi dengan harga tertentu yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Penangan data transaksi berada di tabel penjualan. Tabel penjualan memiliki field Kd_Kwitansi, Kd_Barang, dan Tgl_Penjualan. Ketika terjadi transaksi maka tabel penjualan hanya akan menangani transaksi sesua dengan harga terakhir. Perancangan database ini mengakibatkan sistem tidak dapat membedakan dua transaksi dengan harga yang berbeda. Apabila terjadi perubahan harga, transaksi yang melibatkan harga yang semula tidak akan tercatat karena laporan transaksi akan selalu merujuk pada harga yang terakhir setelah berubah. Dalam pengembangan sistem hal ini harus dihindarkan. Salah satu pendekatan yang bisa dipergunakan yaitu dengan mencatat field harga pada tabel penjualan. Pendekatan ini akan membuat tabel tidak normal sehingga pendekatan histori data dengan metode ini adalah pendekatan dengan denormalisasi database. Dengan pendekatan ini, tabel penjualan akan berubah menjadi TPenjualan (Kd_Kwitansi, Kd_Barang, Tgl_penjualan, Harga). Pendekatan ini akan menyebabkan redundansi field harga yang terdapat pada TBarang dan TPenjualan. Namun demikian, pendekatan ini masih dibenarkan untuk menangani
Damar Widodo ...............................Mengelola Histori Data dengan Denormalisasi
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 4, No. 1, JULI 2011
93
histori data. Dengan perubahan desain database ini maka sistem akan mencatat transaksi yang merujuk pada harga sesuai transaksi sehingga bisa dicatat perbedaan transaksi sesuai dengan perubahan harga. Oleh karena itu, konsistensi informasi karena perubahan field harga dapat dijaga.
4. Kesimpulan Data histori diperlukan untuk mengetahuai transaksi masa lalu. Untuk mendapatkan konsistensi terhadap transaksi masa lalu, data histori perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan data histori dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan yaitu dengan denormalisasi database. Terdapat banyak cara melakukan denormalisasi database. Salah satu metode yang bisa dipergunakan yaitu dengan melakukan copy terhadap field tertentu yang akan dikelola sebagai data histori. Dengan copy field tertentu yang akan dihistorikan maka field tersebut akan redundan pada beberapa tabel dan menyebabkan terjadi denormalisasi database. Namun demikian, redundansi yang terkendali masih bisa dibenarkan untuk kepentingan pengelolaan data histori.
Daftar Pustaka Kendal, E.K. & Kendal, J.E., 2002, Analisis Dan Perancangan Sistem, Prentice Hall, New Jersey. Stephen, D., Cumming, M., & Philips, A., 2007, Management Information Systems For The Information Age, McGraw Hill, New York. Stephen, R.K. & Plew, R.R., 2001, Database Design, SAMS, Indiana.
Mengelola Histori Data dengan Denormalisasi .............................. Damar Widodo