D. Ringkasan Hasil Penelitian Tabel 8. Profil Informan No
Informan
Profil Informan
1
I Ketut Lindih
2
I Nyoman Merdana
3
I Putu Ardike
4
Nengah Priana Nyoman Sumantra
Ketut melakukan transmigrasi dari Bali ke Lampung dikarenakan ingin mengadu nasib. Ketut pada saat ini bekerja sebagai Brimob. Nyoman melakukan transmigrasi dari Bali ke Lampung dikarenakan ingin merubah nasib. Pada saat ini Nyoman berkerja di Perusahaan Farmasi dan juga membuka usaha dagang di rumah. Putu melakukan transmigrasi dari Bali ke Lampung dikarenakan ingin mengadu nasib. Saat ini Putu bekerja sebagai wiraswasta. Nengah melakukan transmigrasi dari Bali ke Lampung tidak lain dikarenakan ingin mengadu nasib. Pekerjaan Nengah adalah sebagai wiraswasta. Nyoman (Oka) melakukan transmigrasi dari Bali ke Lampung dikarenakan ingin mengadu nasib. Pekerjaan Nyoman adalah sebagai wiraswasta dan juga membuka usaha dagang di rumah. Usman merupakan masyarakat asli etnis Lampung yang telah lama bermukim di RT 04 Lingkungan III. Pekerjaan Usman adalah sebagai penyedia jasa ojek. Soni merupakan masyarakat asli etnis Lampung yang telah lama bermukim di RT 04 Lingkungan III. Pekerjaan Soni adalah sebagai jasa tukang ojek dan buruh bangunan. Deni Saputra merupakan masyarakat asli etnis Lampung yang telah lama bermukim di RT 04 Lingkungan III. Deni Saputra bekerja sebagai buruh bangunan. Busroni merupakan masyarakat asli etnis Lampung yang telah lama bermukim di RT 04 Lingkungan III. Busroni bekerja sebagai buruh bangunan. Rustam Efendi merupakan masyarakat etnis Lampung yang paling lama menetap di RT 04 Lingkungan III. Pekerjaan Rustam adalah sebagai PNS.
5
6
Usman
7
Soni
8
Deni Saputra
9
Busroni
10
Rustam Efendi
LamaTinggal di RT 04 Tahun 1974 Tahun 1986
Tahun 1987 Tahun 1980 Tahun 1978
Tahun 1970 Tahun 1972 Tahun 1973 Tahun 1975 Tahun 1960
94
Tabel 9. Intensitas Interaksi dan Tempat Bertemu No 1
Informan I Ketut Lindih
Frekuensi Bertemu 10 sampai 15 menit yaitu pada saat tidak sengaja bertemu seperti sepulang kerja, meraton dan pada sat berbelanja di warung. Sedangkan pada saat libur yaitu 2 sampai 3 jam.
Tempat Bertemu Di warung, di jalan, di lapangan, di tempat pesta, di gardu .
2
1 sampai 1,5 jam untuk berbincang-bincang.
3
I Nyoman Merdana I Putu Ardika
4
Nengah Priana
5 6
Nyoman Sumantra Usman
7
Soni
8
Deni Saputra
9
Busroni
10
Rustam Efendi
1 sampai 2 jam yakni pada saat tidak sedang kerja ataupun pada hari minggu. 1 sampai 2 jam yakni pada saat tidak kerja atau hari libur dan pada saat ada kegiatan 30 menit untuk berbincang-bincang yaitu pada saat sedang bekerja. 1 sampai 1,5 jam, yaitu dilakukan pada malam hari selepas pulang bekerja. 1 sampai 2 jam yakni pada saat tidak sedang kerja ataupun pada hari libur. 1 sampai 2 jam yaitu pada saat tidak sedang bekerja ataupun pada hari libur. 0,5 sampai 1 jam pada saat sedang libur dan sepulang kerja.
Di warung, di tempat pesta, di gardu. Di lapangan, di tempat pesta, di gardu. Di jalan, di pesta, di gardu. Di warung, di tempat pesta. Di warung, di tempat pesta, di gardu. Di warung, di gardu, di persta. Di warung, di pesta, di gardu. Di warung, di pesta.
30 menit-1 jam sekali bertemu, hal itu dikarenakan padatnya (rutinitas) pekerjaan.
Di warung, di pesta.
95
Tabel 10. Materi yang Sering dibicarakan dalam Interaksi No 1
Informan I Ketut Lindih
Jawaban Pada saat bertemu biasanya Pak I Ketut Lindih suka membahas tentang berita yang sedang hangat di Nusantara (nama jalan) ini.
2 3 4 5
I Nyoman Merdana I Putu Ardika Nengah Priana Nyoman Sumantra
6 7 8 9 10
Usman Soni Deni Saputra Busroni Rustam Efendi
Pada saat bertemu materi yang suka dibicarakan oleh Pak Nyoman adalah seputar dunia olahraga Pada saat bertemu biasanya Pak I Putu Ardike lebih suka membicarakan seputar dunia olahraga Pada saat bertemu biasanya Pak Nengah lebih suka membicarakan seputar dunia olahraga Pada saat bertemu biasanya Pak Nyoman Sumantra (Oka) lebih suka membicarakan seputar dunia olahraga Pada saat betemu biasanya Pak Usman hanya menanyakan seputar keadaan mereka. Pada saat bertemu materi yang sering dibicarakan Pak Soni tidak lain seputar pekerjaan mereka Pada saat bertemu biasanya Pak Deni Saputra lebih suka membicarakan seputar dunia olahraga Pada saat bertemu biasanya Pak Busroni lebih suka membicarakan seputar dunia olahraga Pada saat bertemu biasanya Pak Rustam lebih suka membicarakan seputar permasalahan Negara Indonesia yang sedang ramai ditayangkan di televisi.
96
Tabel 11. Bentuk Interaksi Sosial Masyarakat Etnis Lampung dengan Masyarakat Etnis Bali dalam Kegiatan Sosial
No Informan 1 I Ketut Lindih
2
I Nyoman Merdana
3
I Putu Ardika
Jawaban Pak Ketut mengatakan bahwa ia tidak segan-segan membantu serta melibatkan diri dalam setiap kegiatan yang diadakan di RT 04 Lingkungan III, seperti dalam kegiatan gotongroyong, menjaga keamanan lingkungan (siskamling), ikut berpartisipasi dalam kegiatan perayaan HUT Kemerdekaan RI, menjenguk tetangga yang sakit, melayat tetangga yang meninggal dunia, dan lain sebagainya. Selain itu juga Pak Ketut mengatakan bahwa pada saat masyarakat etnis Lampung sedang merayakan acara keagamaan seperti acara syukuran, khitanan, aqiqahan, dan lain sebagainya, ia turut diundang oleh masyarakat etnis Lampung, begitupun sebaliknya. Selain itu juga Pak Ketut mengatakan bahwa ia juga tidak segan-segan untuk mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha kepada masyarakat etnis Lampung. Ketika pertamakali berada di RT 04 Lingkungan III, Pak Nyoman melakukan interaksi dengan masyarakat setempat yakni ikut melibatkan diri dalam setiap acara yang diadakan oleh masyarakat setempat baik dalam bentuk kegiatan sosial, kegiatan keagamaan maupun kegiatan lainnya. Pak Nyoman memaparkan bahwa setiap ada acara yang diadakan oleh masyarakat di sini mulai dari acara gotongroyong, siskamling, menjenguk tetangga yang sakit, melayat tetangga yang meninggal dunia, maupun kegiatan acara khitanan, aqiqahan dan juga syukuran. Pak Nyoman juga mengatakan bahwa pada saat masyarakat etnis Lampung sedang merayakan hari besar keagamaannya seperti pada saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, tidak jarang terkadang Pak Nyoman yang terlebih dahulu meminta maaf atas kekhilafan yang telah diperbuat. Pak Putu menyadari, sebagai masyarakat pendatang sudah seharusnya ia melakukan interaksi dengan masyarakat di RT 04 Lingkungan III yang tidak lain merupakan masyarakat asli etnis Lampung. Oleh karena itu, Pak Putu mencoba melebur dengan masyarakat etnis Lampung dalam setiap kegiatan yang diadakan di RT 04 Lingkungan III seperti kegiatan gotongroyong membersihkan rumput, ikut acara siskamling, perayaan HUT kemerdekaan RI, menjenguk tetangga yang sakit, melayat tetangga yang meninggal dunia, dan lain sebagainya. Sedangkan bentuk partisipasi dalam kegiatan keagamaan, Pak
97
4
Nengah Priana
5
Nyoman Sumantra
6
Usman
Putu mengatakan bahwa ia turut hadir dalam kegiatan keagamaan yang diadakan oleh masyarakat etnis Lampung, yaitu acara syukuran, aqiqahan, maupun khitanan. Lebih lanjut Pak Putu mengatakan, ia juga tidak segan-segan untuk mengulurkan tangan terlebih dahulu kepada masyarakat etnis Lampung sebagai permohonan maaf atas segala khilaf baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja. Pak Nengah menuturkan bahwa ia mencoba meleburkan diri dengan masyarakat etnis Lampung, yakni dengan cara ikut andil dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh RT 04 Lingkungan III Labuhan Ratu mulai dari kegiatan gotongroyong, siskamling, perayaan HUT kemerdekaan RI menjenguk tetangga yang sakit, melayat tetangga yang meninggal dunia dan lain sebagainya. Adapun bentuk partisipasi Pak Nengah dalam kegiatan keagamaan masyarakat etnis Lampung yaitu dengan turut menghadiri acara seperti khitanan, aqiqahan, dan lain sebagainya. Selain itu Pak Nengah mengatakan bahwa ia juga tidak sungkan untuk meminta maaf terlebih dahulu kepada masyarakat etnis Lampung atas perbuatannya baik yang disengaja ataupun tidak disengaja. Pak Nyoman Sumantra (Oka) menuturkan bahwa pada awal keberadaannya di RT 04 Lingkungan III, ia mencoba untuk aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan, mulai dari kegiatan gotongroyong, siskamling, menjenguk tetangga yang sakit, melayat tetangga yang meninggal dunia dan lain sebagainya. Menurut Pak Oka, adapun kegiatan lainnya yang turut ia ikuti yaitu menghadiri acaraacara keagamaan yang diadakan oleh masyarakat etnis Lampung seperti acara syukuran, khitanan, dan aqiqahan. Lebih lanjut Pak Oka mengatakan bahwa ia juga terkadang terlebih dahulu mengulurkan tangan seraya meminta maaf atas segala khilaf yang telah diperbuat. Sebagai masyarakat asli, Pak Usman membuka tangan atas kedatangan masyarakat etnis Bali di RT 04 Lingkungan III. Lebih lanjut Pak Usman menuturkan bahwa ia mengikutsertakan masyarakat etnis Bali dalam setiap kegiatan mulai dari kegiatan bersih-bersih, ronda malam, perayaan HUT Kemerdekaan RI, bahkan menjadi panitia di setiap acara pernikahan dan Pemilu. Hal itu juga menurut Pak Usman merupakan upaya untuk mendekatkan dan mengakrabkan diri antara masyarakat etnis Lampung dengan masyarakat etnis Bali. Pak Usman mengatakan bahwa ia sering sekali diundang masyarakat etnis Lampung dalam kegiatan keagamaan masyarakat etnis Bali seperti dalam acara otonan (syukuran kelahiran anak), maupun pawiwahan (pernikahan) dan lain sebagainya. Lebih lanjut
98
7
Soni
8
Deni Saputra
9
Busroni
10
Rustam Efendi
Pak Usman mengatakan bahwa, manakala masyarakat etnis Bali sedang merayakan hari besar keagamaan, seperti Hari Nyepi, ia tidak mengeraskan suara volume telivisi, radio, ataupun suara lainnya yang dapat mengganggu jalannya peribadatan masyarakat etnis Bali. Pak Soni mengatakan bahwa ia dan masyarakat etnis Bali yang ada RT 04 Lingkungan III ikut terlibat dalam kerjasama, baik dalam rangka kegiatan sosial seperti kegiatan gotongroyong, ronda malam dan juga menjenguk tetangga yang sedang sakit selain itu melayat tetangga yang meninggal dunia. Adapun bentuk partisipasi keagamaan yang dilakukan oleh Pak Soni adalah dengan menghadiri acara seperti otonan (syukuran kelahiran anak) dan juga pawiwahan (pernikahan). Pada saat masyarakat etnis Bali sedang merayakan hari besar keagamaannya seperti Hari Nyepi, Pak Soni menghormatinya dengan cara tidak mengeraskan suara volume telivisi, radio, ataupun suara lainnya yang dapat mengganggu jalannya peribadatan masyarakat etnis Bali. Pak Deni Saputra ikut berpartisipasi dalam bahu-membahu membersihkan rumput yang mulai meninggi di lapangan, membersihkan selokan air, menjaga keamanan RT (kegiatan ronda malam), menjenguk tetangga yang sakit, melayat tetangga yang meninggal dunia dan lain sebagainya. Adapun partisipasi Pak Deni dalam kegiatan keagamaan yang diadakan oleh masyarakat etnis Bali yaitu dengan menghadiri acara seperti otonan (syukuran kelahiran anak) dan juga pawiwahan (pernikahan). Pak Busroni ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan i seperti gotongroyong, acara siskamling, menjenguk tetangga yang sakit, melayat tetangga yang meninggal dunia, dan lain sebagainya. Menurut Pak Busroni, wujud partisipasinya dalam kegiatan keagamaan yang diadakan oleh masyarakat etnis Bali yaitu dengan ikut mengahdiri acara-acara seperti otonan (syukuran kelahiran anak) dan juga pawiwahan (pernikahan). Lebih lanjut Pak Busroni mengatakan bahwa ketika masyarakat etnis Bali sedang merayakan hari besar keagamaannya, Pak Busroni mengupayakan untuk menciptakan suasana yang damai dengan tidak membunyikan suara atau bunyi lainnya yang dapat mengganggu jalannya peribadatan, mengingat rumah Pak Busroni tidak jauh dari rumah-rumah masyarakat etnis Bali. Pak Rustam Efendi ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan di RT 04 Lingkungan III seperti kegiatan gotongroyong, kegiatan ronda malam, menjenguk tetangga yang sakit, melayat tetangga yang meninggal dunia, dan lain sebagainya. Sedangkan bentuk partisipasi keagamaan, Pak
99
Rustam mengatakan bahwa ia turut mengahadiri acara-acara keagamaan yang diadakan oleh masyarakat etnis Bali, seperti otonan (syukuran kelahiran ank) dan juga pawiwahan. Wujud toleransi terhadap masyarakat etnis Bali yang sedang merayakan hari besar keagamaan seperti Hari Nyepi, Pak Rustam mengatakan bahwa hal yang dapat ia lakukan yaitu dengan tidak membunyikan suara ataupun bunyi lainnya secara keras untuk menjaga kekhusukan jalannya peribadatan.
10 0
Tabel 12. Interaksi Sosial Masyarakat Etnis Bali dengan Masyarakat Etnis Lampung DiLihat dari Kedalaman Interaksi
No Informan 1 I Ketut Lindih
2
I Nyoman Merdana
3
I Putu Ardike
4
Nengah Priana
5
I Nyoman Sumantra (Oka)
Keperdulian Sebagai Makhluk Sosial dan Makhluk Individu Keperdulian sebagai makhluk sosial yaitu membantu tetangga yang sedang hajatan, ikut acara siskamling, gotongroyong, menghadiri acara seperti pernikahan dan lain sebagainya. Sedangkan keperdulian sebagai makhluk individu yaitu Ketut Lindih pernah dimintai bantuan oleh masyarakat etnis Lampung untuk mengantarkan salah dari anggota keluarganya ke rumah sakit. Keperdulian sebagai makhluk sosial yaitu mengunjungi tetangga yang sedang sakit, melayat tetangga yang meninggal dunia, membantu tetangga yang sedang hajatan, menghadiri acara ataupun syukuran, dan lain sebagainya. Sedangkan keperdulian sebagai makhluk individu yaitu Nyoman Merdana pernah memberikan pinjaman berupa beras, telor, dan lain sebagainya kepada masyarakat etnis Lampung yang belum mampu untuk membeli secara tunai. Keperdulian sebagai makhluk sosial yaitu ikut dalam berbagai kegiatan seperti gotongroyong, siskamling, perayaan HUT RI, menjenguk tetangga yang sedang sakit, melayat tetangga yang meninggal dunia, dan lain sebagainya. Sedangkan keperdulian sebagai makhluk individu yaitu Putu Ardike pernah dipinjami sejumlah uang oleh masyarakat etnis Lampung ketika anaknya sedang sakit. Keperdulian sebagai makhluk sosial yaitu ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seperti gotongroyong, siskamling, menghadri acara pernikahan, menjenguk tetangga yang sedang sakit, melayat tetangga yang meninggal dunia dan lain sebagainya. Sedangkan keperdulian sebagai makhluk individu tidak ada. Keperdulian sebagai makhluk sosial yaitu seperti, membantu tetangga yang sedang hajatan, menjenguk tetangga yang sakit, ikut gotongroyong, siskamling, dan lain sebagainya. Sedangkan keperdulian sebagai makhluk individu tidak ada.
10 1
6
Usman
7
Soni
8
Deni saputra
9
Busroni
10
Rustam Efendi
Keperdulian sebagai makhluk sosial yaitu seperti menghadiri pernikahan, melayat tetangga yang meninggal dunia, menjenguk tetangga yang sakit, dan lain sebagainya. Sedangkan keperdulian sebagai makhluk individu tidak ada. Keperdulian sebagai makhluk sosial yaitu ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seperti gotongroyong, siskamling, dan lain sebagainya. Sedangkan keperdulian sebagai makhluk individu tidak ada. Keperdulian sebagai makhluk sosial yaitu membersihkan saluran air yang tersumbat, ikut dalam siskamling, membantu dalam hajatan, menjenguk tetangga yang sedang sakit dan melayat tetangga yang meninggal dunia. Sedangkan keperdulian sebagai makhluk individu tidak ada. Keperdulian sebagai makhluk sosial yaitu ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seperti siskamling, gotongroyong, menghadiri acara-acara, menjenguk tetangga yang sedang sakit, dan lain sebagainya. Sedangkan sebagai makhluk individu tidak ada. Keperdulian sebagai makhluk sosial yaitu membantu tetangga yang sedang hajatan, menjenguk tetangga yang sakit, melayat tetangga yang meninggal dunia, ikut berpartisipasi dalam kegiatan gotongroyong, siskamling, dan lain sebagainya. Sedangkan keperdulian sebagai makhluk individu tidak ada.
10 2