Determinan GNP
Pengertian Pendapatan Nasional Pendapatan Nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) disuatu Negara dari penyerahan factor-faktor produksi dalam satu periode ,biasanya selama satu tahun. Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William petty dari inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya(inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungnnya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun ,pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsure dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat ukur utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP) ,yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan. Konsep Pendapatan Nasional Berikut beberapa konsep pendapatan nasional : •
Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk domestic bruto (gross domestic product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara (domestic) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah Negara yang bersangkutan. Barang-barang
yang
dihasilkan
termasuk
barang
modal
yang
belum
diperhitungkan penyusutannya, karena jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor . •
Produk nasional bruto (GNP)
Produk nasional bruto (gross national product) atau PNB meliputi nilai produk berupa
barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu Negara
(nasional) selama satu tahun ;termasuk hasil produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh warga Negara yang berada diluar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi diwilayah Negara tersebut. • Produk nasional neto (NNP) Produk nasional neto (net national product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produksi yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relative kecil. • Pendapatan nasional neto (NNI) Pendapatan nasional neto (net national income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik factor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadian, dll. • Pendapatan Perseorangan (PI) Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
•
Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.
Permintaan Agregat Permintaan agregat adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa yang terjadi dalam suatu perekonomian, baik dari dalam maupun dari luar negri. Dalam menganalisis permintaan agregat, dua ekonom terkenal yaitu Keynes dan Pigou mempunyai pendapat yang berbeda Menurut Keynes, apabila terjadi perubahan harga, maka jumlah yang beredar riil akan berubah, akibatnya terjadi perubahan pada tingkat bunga. Selanjutnya perubahan tingkat bunga tersebut akan mempengaruhi investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi pendapat nasional. Menurut Pigou, apabila terjadi perubahan harga dalam perekonomian masyarakat akan merasa saldo kas rill (real cash balance) meraka berubah, yang selanjutnya akan mempengruhi konsumsimasyarakat tersebut. Perubahan konsumsi akan mengakibatkan perubahan pada pendapatan nasional. Jadi pada intinya, perbedaan pendapat kedua ekonom tersebut terletak pada perubahan variabel-variabel ekonomi akibat adanya perubahan harga. Keynes menitik beratkan pada perubahan tingkat bunga, sedangkan Pigou menitik beratkan perubahan konsumsi ketika terjadi perubahan harga. Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang
yang
melakukan
pembelanjaan
tersebut.
Pengeluaran
konsumsi
masyarakat/rumah tangga merupakan salah satu variabel makro ekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatan yang
dibelanjakan. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan. Menurut Rahardja (2001), pengeluaran konsumsi terdiri atas konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi
masyarakat
atau
rumah
tangga
(household
consumption).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah semua pembelian barang dan jasa oleh rumah tangga yang tujuannya untuk dikonsumsi selama periode tertentu dikurangi neto penjualan barang bekas. Untuk menduga pengeluaran konsumsi rumah tangga digunakan data pendukung antara lain: 1 . Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan kelompok makanan dan bukan makanan. 2. Indeks harga konsumen (IHK) untuk masing-masing kelompok komoditi dan jasa dari bagian statistic harga konsumen 3. Jumlah penduduk dari proyeksi hasil survey penduduk antar sensus.
Teori Konsumsi Konsumsi John Maynard Keynes Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi kasual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal atau MPC (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu.
Kecenderungan
mengkonsumsi
marginal
merupakan
rekomendasi
kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan
kebijakan
fiskal,
untuk
mempengaruhi
perekonomian
seperti
ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiscal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi. Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata atau APC (average propensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan
determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Dalam jangka pendek orang dapat berkonsumsi dengan menggunakan tabungan yang lalu, sehingga jika ini terjadi maka orang tersebut telah melakukan tabungan negatif (dissaving). Berdasarkan tiga dugaan ini, persamaan konsumsi Keynes secara matematis ditulis sebagai berikut (Mankiw, 2003): C = a + bY, a > 0, 0 < b < 1 Keterangan: C = Pengeluaran untuk konsumsi a = Besarnya konsumsi pada tingkat pendapatan nol b = Besarnya tambahan konsumsi karena tambahan pendapatan atau MPC Y = Pendapatan untuk rumah tangga individu a.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
Banyak ahli yang telah menguraikan pendapatnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi sebagaimana telah diuraikan sebelumnya dan factor faktor yang mempengaruhi konsumsi tersebut telah dijabarkan ke dalam suatu fungsi konsumsi. Misalnya, Spencer (1977), menurutnya, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi diantaranya adalah pendapatan disposable yang merupakan faktor utama, banyaknya anggota keluarga, usia anggota keluarga, pendapatan yang terdahulu dan pengharapan akan pendapatan di masa yang akan datang. Menurut Samuelson (1999) bahwa faktor-faktor pokok yang mempengaruhi dan menentukan jumlah pengeluaran untuk konsumsi adalah pendapatan disposable sebagai faktor utama, pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi di masa yang akan datang. Parkin (1993) sependapat dengan teori ahli-ahli lainnya bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga ditentukan oleh banyak faktor. Namun menurut Parkin yang paling penting dari faktor-faktor yang menentukan pengeluaran konsumsi hanya
dua,
yaitu:
pendapatan
disposable
dan
pengharapan
terhadap
pendapatan di masa yang akan datang (expected future income). Nicholson (1991) menyatakan bahwa persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk
pangan cenderung turun jika pendapatan meningkat. Kondisi ini menunjukkan adanya hubungan yang terbalik antara persentase kenaikan pendapatan dengan persentase pengeluaran untuk pangan. Keadaan ini lebih dikenal dengan Hukum Engel (Engel’s Law). Dalam hukum Engel dikemukakan tentang kaitan antara tingkat pendapatan dengan pola konsumsi. Hukum ini menerangkan bahwa pendapatan disposable yang berubah-ubah pada berbagai tingkat pendapatan, dengan naiknya tingkat pendapatan maka persentase yang digunakan untuk sandang dan pelaksanaan rumah tangga adalah cenderung konstan. Sementara persentase yang digunakan untuk pendidikan, kesehatan dan rekreasi semakin bertambah. Godam (2007) menyebutkan terdapat 3 penyebab perubahan konsumsi, yaitu: 1. Penyebab Faktor Ekonomi a. Pendapatan Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh: seseorang yang tadinya makan nasi beras kualitas rendah ketika mendapat pekerjaan yang menghasilkan gaji yang besar akan meninggalkan nasi beras kualitas rendah menjadi nasi beras kualitas tinggi. Orang yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi tiga kali ketika dapat tunjangan tambahan dari pabrik. b. Kekayaan Kekayaan secara eksplisit maupun implisit, sering dimasukan dalam fungsi konsumsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Seperti dalam hipotesis pendapatan permanen yang dikemukakan oleh Friedman, Albert Ando dan Franco Modigliani menyatakan bahwa hasil bersih (net worth) dari suatu kekayaan merupakan factor penting dalam menentukan konsumsi. Orang kaya yang punya banyak aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar. c. Tingkat Bunga Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang. d. Perkiraan Masa Depan
Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit butuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya. 2. Penyebab Faktor Demografi a. Komposisi Penduduk Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu tinggi-tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebut menjadi tinggi. b. Jumlah Penduduk Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit. Jika orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya sangat banyak pula. 3. Penyebab/Faktor Lain a. Kebiasaan Adat Sosial Budaya Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan gemar pesta adat biasanya memiliki pengeluaran yang besar. b. Gaya Hidup Seseorang Seseorang
yang
berpenghasilan
rendah
dapat
memiliki
tingkat
pengeluaran konsumsi yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun lembaga keuangan bank (kredit). Perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain hal di atas antara lain:
1). Selera Di antara orang-orang yang berumur sama dan berpendapatan sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak daripada yang lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sikap dalam penghematan (thrift). 2). Faktor sosial ekonomi Faktor sosial ekonomi misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan dan keadaan keluarga. Biasanya pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meninggi dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan, dan akhirnya turun pada kelompok tua. Demikian juga dengan pendapatan yang disisihkan (tabungan) pada kelompok umur tua adalah rendah. Hal ini berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi relatif tinggi pada kelompok muda dan tua, tetapi rendah pada umur pertengahan. Dengan adanya perbedaan proporsi pendapatan untuk konsumsi diantara kelompok umur, maka naiknya umur ratarata penduduk akan mengubah fungsi konsumsi agregat. 3). Keuntungan/Kerugian capital Keuntungan kapital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akan mendorong tambahnya konsumsi, sebaliknya dengan adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi. 4). Tingkat harga Naiknya pendapatan nominal yang disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proporsi yang sama tidak akan mengubah konsumsi riil. Bila seseorang tidak mengubah konsumsi riilnya walaupun ada kenaikan pendapatan nominal dan tingkat harga secara proposional, maka ia dinamakan bebas dari ilusi uang (money illusion) seperti halnya pendapat ekonomi kasik. Sebaliknya bila mereka mengubah konsumsi riilnya maka dikatakan mengalami “ilusi uang” seperti yang dikemukakan Keynes. 5). Barang tahan lama Barang tahan lama adalah barang yang dapat dinikmati sampai pada masa yang akan datang (biasanya lebih dari satu tahun). Adanya barang tahan lama ini menyebabkan timbulnya fluktuasi pengeluaran konsumsi. Seseorang yang memiliki banyak barang tahan lama seperti: lemari es, perabotan, mobil,
sepeda motor, tidak membelinya lagi dalam waktu dekat. Akibatnya pengeluaran konsumsi untuk jenis barang seperti ini cenderung menurun pada masa (tahun) yang akan datang. Pengeluaran konsumsi untuk jenis barang ini menjadi berfluktuasi sepanjang waktu, sehingga pada periode tersebut pengeluaran konsumsi secara keseluruhan juga berfluktuasi. 6). Kredit Kredit yang diberikan oleh sektor perbankan sangat erat hubungannya dengan pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Adanya kredit menyebabkan rumah tangga dapat membeli barang pada waktu sekarang dan pembayarannya dilakukan di kemudian hari. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa adanya fasilitas kredit menyebabkan rumah tangga akan melakukan konsumsi yang lebih banyak, karena apa yang mereka beli sekarang harus dibayar
dengan
penghasilan
yang
akan
datang.
Konsumen
akan
memperhitungkan beberapa hal dalam melakukan pembayaran dengan cara kredit, misalnya tingkat bunga, uang muka dan waktu pelunasannya. Tingkat bunga tidak merupakan faktor dominan dalam memutuskan pembelian dengan cara kredit, sebagaimana faktor-faktor yang lain seperti uang muka dan waktu pelunasan. Kenaikan uang muka akan menurunkan jumlah uang yang harus dibayar secara kredit. Sedangkan semakin panjang waktu pelunasan akan meningkatkan jumlah uang yang harus dibayar dengan kredit (Suparmoko, 2001). 7). Inflasi Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang secara umum (Mankiw, 2000; Mishkin, 2004). Penyebab terjadinya inflasi dapat dilihat dari beberapa sisi yaitu: sisi permintaan, sisi penawaran, atau campuran antara keduanya. Secara umum, penyebab terjadinya inflasi dapat diidentifikasi menjadi 3, yakni tarikan permintaan (Demand Pull Inflation), desakan biaya (Cost Push Inflation) atau karena inflasi negara lain yang tersalur melalui jaringan perdagangan (imported inflation). Proses dinamika harga ini dapat berlangsung secara natural melalui mekanisme pasar, maupun karena kebijakan. Salah satu contoh pergerakan harga yang diakibatkan oleh kebijakan adalah kebijakan kenaikan harga bahan bakar yang memicu kenaikan harga-harga barang dan
jasa (administered price). Menurut Ahmad Jamli, (2001: 35) inflasi juga akan menimbulkan efek-efek berikut kepada individu dan masyarakat yaitu: a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil masyarakat berpendapatan tetap. b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. c. Memperburuk pembagian kekayaan. d. Mempengaruhi distribusi pendapatan (equity effect) e. Mempengaruhi alokasi faktor produksi serta produk nasional (efficiency effect dan output effect). 8). Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes bahwa faktor utama dari konsumsi rumah tangga adalah pendapatan mutlak. Di dalam penelitian ini pendapatan mutlak tersebut digambarkan oleh PDRB, karena PDRB jika dibagi dengan jumlah penduduk merupakan pendapatan perkapita. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi efek multikolinearitas dengan faktor penduduk yang juga diukutsertakan. PDRB baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha kegiatan ekonomi dalam suatu daerah/wilayah pada periode tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. a. Metode Langsung Penghitungan
didasarkan
sepenuhnya
pada
data
daerah,
hasil
penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan.
a) Pendekatan Produksi PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu wilayah/region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB adalah Nilai Produksi Bruto (NPB/Output) dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses produksi. b) Pendekatan Pendapatan PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah/region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung neto. c) Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto, di dalam suatu wilayah/region dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi. b. Metode Tidak Langsung Menghitung
nilai
tambah
suatu
kelompok
ekonomi
dengan
mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut. Pemakaian kedua metode pendekatan di atas tergantung pada data yang tersedia. Kenyataannya, kedua metode tersebut saling mendukung, karena metode langsung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedang metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam pembanding bagi data daerah.
Investasi Pada Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan, bahwa investasi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk memperolah keuntungan. Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu: investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets) dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga (marketable securuties atau financial assets). Aktiva riil adalah aktiva berujud seperti emas, perak, intan, dan sebagainya. Sedangkan aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh entitas. Menurut Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus (1997: 108), investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh para penanam modal yang menyangkut penggunaan sumber-sumber seperti peralatan, gedung, peralatan produksi dan mesin-mesin baru lainnya atau persediaan yang diharapkan akan memberikan keuntungan dari investasi tersebut. Investasi (pembelian barangbarang modal) meliputi penambahan stok modal atau barang modal di suatu negara, seperti pembangunan, peralatan produksi, dan barang-barang inventaris dalam waktu satu tahun. Investasi merupakan langkah mengorbankan konsumsi saat ini untuk memperbesar konsumsi di masa yang akan datang. Menurut Sadono Sukirno (2004), investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Menurut Sut Mutia Sangadji (ngampus.com, 2007), investasi sebagai penanaman modal atau sering disebut juga dengan pembentukan modal, merupakan suatu komponen yang menentukan tingkat pengeluaran agregat ((menyeluruh) suatu negara. Karena itu dalam pembangunan ekonomi, peranan investasi sangatlah penting. Semakin tinggi investasi, pendapatan nasional akan mengalami peningkatan karena peningkatan terhadap barang dan jasa bertambah. Dari beberapa pengertian investasi di atas, dapat kami simpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh para penanam modal sebagai bentuk penanaman modal dalam bentuk barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi
yang
berfungsi
untuk
meningkatkan/menambah kemampuan memproduksi (produktivitas) barangbarang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian dan diharapkan akan membawa keuntungan di masa depan. a.
Jenis-jenis investasi
1. Investasi Otonom (Autonomous Investment) Investasi otonom (autonomous investment), yakni investasi besar-kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan tetapi dapat berubah karena adanya perubahanperubahan faktor diluar pendapatan seperti tingkat teknologi, kebijaksanaa pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Investasi ini dilakasankan atau
diadakan
secara
bebas,
artinya
investasi
diadakan
bukan
karena
pertambahan permintaan efektif. Besarnya investasi otonom tidak tergantung pada besar-kecilnya pendapatan nasional atau daerah, investasi otonom berarti pembentukan modal yangtidak dipengaruhi pendapatan nasional. Dengan kata lain rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Perhatikan gambar berikut!
Berdasarkan kurva di samping, apabila suku bunga tinggi, jumlah investasi akan berkurang, sebaliknya suku bunga yang rendah akan mendorong lebih banyak investasi. Akibat dari perubahan suku bunga kepada investasi digambarkan oleh kurva l1 dan l2. Apabila suku bunga adalah ro jumlah investasi lo. Misalkan suku bunga turun ke r2, maka mengakibatkan pertambahan investasi menjadi l2, sebaliknya apabila suku bunga naik menjadi rl, Pendapatan maka akan mengakibatkan investasi turun, yaitu menjadi l1,
2.
Public Investment yaitu investasi atau penenaman modal yang dilakukan oleh pemerintah. Maksudnya perkataan pemerintah disini adalah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan sifatnya resmi. Publik investment umumnya dilakukan tidak dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan, tetapi tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (nasional), misalnya adalah jaringan-jaringan jalan raya, irigasi, rumah sakit, pelabuhan dan sebagainya.
3.
Private investment yaitu investasi yang dilaksanakan oleh swasta.Dalam Public Investment, unsu-unsur seperti keuntungan yang akan di peroleh, masa depan penjualan, dan sebagainya memainkan peranan yang sangat penting dalam penentuan volume investasi.
4.
Domestic Investment yaitu penanaman modal di dalam negeri. Penanam modal dalam negeri (PMDN) dapat dilakukan oleh badan usaha yang melakukan penanaman modal diwilayah negara Republik Indonesia.
5.
Foreign investment yaitu penanaman modal asing. Suatu negara yang banyak memiliki faktor-faktor produksi modal (capital) yang cukup untuk mengolah sumbe daya yang dimilikinya, akan mengundang modal asing agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan sepenuhnya.
6.
Gross investment (Investasi bruto) yaitu Gross investment adalah total seluruh investsi yang diadakan dilaksanakan pada suatu waktu. Jadi mencakup segala jenis investasi, baik itu autonomous maupun induced atau public maupun privat. Dengan kata lain seluruh investasi yang dilakukan disuatu negara (daerah) pada atau periode waktu tertentu dinamakan gross investment.Sedangkan Net investment (investasi neto) adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan misalnya, investasi bruto tahun ini adalah Rp 25 juta sedangkan penyusutan yang terjadi selama satu tahun yang lalu adalah sebesar Rp 10 juta, maka itu berarti investai neto adalah sebesar Rp 15 juta.
Tabungan Tabungan adalah pendapatan yang tidak digunakan untuk konsumsi tetapi disimpan (untuk saat ini). Di dalamilmu ekonomi, ada yang biasa dieknal dengan Hasrat rata-rata untuk menabung atau yang disingkat menjadi APS. Adapun APS memiliki rumus: APS = S/Y Keterangan: APS: hasrat rata-rata uhntuk menabung S:tabungan Y: pendapatan a.
Fungsi Tabungan Kemiringan fungsi/ kurva tabungan disebut hasrat menabungan marginal
(Marginal Propensity to Save = MPS), mengukur besarnya tambahan pendapatan yang digunakan untuk menambah tabungan. MPS = ∆S/∆Y MPS selalu positip, tetapi nilainya kurang dari satu (0 < MPS < 1) Fungsi tabungan linear mempunyai kemiringan sama (MPS konstan), sedangkan fungsi tabungan nonlinear mempunyai kemiringan yang berubah (MPS tidak konstan/ berubah)
1.
Peran Investasi dalam Perekonomian Peran investasi dalam perekonomian ada dua, yaitu: 1. Jangka Pendek: mempengaruhi output dan kesempatan kerja, dampaknya terhadap permintaan agregat. 2. Jangka Panjang: berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, dampaknya terhadap output potensial dan penawaran agregat.
Multiplier Investasi GNP akan berubah karena terjadinya perubahan harga, perubahan output, maupun perubahan keduanya. Perubahan harga tersebut akan menyebabakan terjadinya perhitungan-perhitungan yang bersangkutoaut dengan indek harga. Adapun yang dimaksud dengan perubahan output
adalah perubahan riil yang terjadi dalam salah satu atau lebih komponenkomponen GNP. Untuk sebuah close and private economy, dimana GNP-nya dinyatakan oleh penjumlahan konsumsi dan investasi, maka perubahan GNP yang disebaabkan karena adanya perubahan output itu mungkin sekali karenaa adanya perubahan konsumsi, atau perubahan investasi, ataupun perubahan kedua-duanya. Jika terjadi kenaikan pengeluaran investasi, sudah pasti GNP akan meningkatkan pula. Kita membutuhkan factor pengganda atau yang biasa disebut multiplier. Jika perubahan investasi adalah sebesar ΔIo dan perubahan GNP sebesar
. Rumus multiplier adalah
. Jika MPC
lmakin besar, k atau koefisien pengganda atau multipliuer. ΔIo adalah sebuah bilangan negative, sebab yang terjadi adalah suatu pengurangan investasi, sehingga, misalkan ΔIo=(-)10 trilyun, akibatnya ΔY=4 x 10trilyun=(-) 40trilyun. Jadi, jika seperti ini maka, menunujukkan penurunan GNP sebesar 40 trilyun. Penurunan investasi memeiliki atau membawa akibat dengan cara yang sama denagn akibat yang dianggap , sekalipun dengab hasil yang berlawanan.
Itulah
sebabanya
Samuelson
menyebut
proses
penggandaan (multiplier) sebagai two edged sword sebab efek yang ditimbulkannya dapat naik dan dapat turun. Adapun
menurut
teori
Keynes
adalah
bahwa
perubahan
pengeluaran investasi akan menyebabkan perubahan tingkat pendapatan nasional yang jauh lebih besar daripada perubahan pengeluaran investasi tersebut. Jadi, kalau pengeluaran investasi berubah, dari I menjadi I + I, maka tingkat pendapatan akan berubah, dari Y menjadi Y + Y, sedemikian rupa sehingga Y = k I, dan k adalah bilangan yang 1, maka oleh karena itu Y selalu lebih besar daripada I, kecuali jika k=1 yang kemungkinan terjadinya adalah sangat kecil. Karena k 1, maka k disebut sebagai angka pengganda investasi atau multiplier investasi, artinya angka yang menunjukkan kenaikan tingkat pendapatan nasional karena
bertambahnya
pengeluaran
investasi.
Dengan
demikian
multiplier
investasi dapat dirumuskan sebagai: kI = Y / I. Jadi,
pertambahan
pendapatan
nasional
pasti
merupakan
pertambahan GNP maupun NNP sehingga jika disebutkan bahwa GNP berubah secara berlipat ganda karena dilakukannya tambahan investasi karena adanya multiplier process pendapatan nasional naupun NNP dan semua konsepn pendapatan yang lalu pun akan berubah pula. GNP (Gross National Product) adalah nilai semua barang dan jasa yang selama setahun dihasilkan oleh bangsa yang bersangkutan yang diukur menurut harga pasar. GNP terbentuk dari empat komponen besar yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan eksport neto. Dari keempat unsur GNP itu, dua point pertama saja yang akan dibahas lebih mendalam. Dan di bab ini akan dibagi menjadi dua bagian pembahasan yaitu 1.
Konsumsi dan tabungan
2.
Investasi
Kedua unsur tersebut merupakan unsur yang esensial bagi sebuah perekonomian dan sudah cukup bagi tegaknya sebuah perekonomian sekalipun tanpa adanya kedua unsur yang lainnya yang disebut sebagai closed and private economy (perekonomian yang tertutup dan swasta). Yang artinya kondisi dalam perekonomian dimana GNP-nya hanya terbentuk dari unsur konsumsi dan inveatasi saja tanpa adanya campur tangan pemerintah maupun luar negeri. Apabila seseorang menerima GNP daru hasilnya bekerja, ia pun akan segera merencanakan untuk membelanjakan GNP-nya itu, setelah dikurangi dengan segala kewajibannya seperti pajak, zakat dan sebagainya. Oleh karena itu setiap GNP niscayalah akan pertama-tama dikeluarkan untuk keperluan konsumsi, sedangkan sisanya kalau memang masih ada, akan ditabung. Secara teknis pernyataan tersebut dapat dituliskan
Dimana :
Y adalah GNP C adalah Consumption [expenditure] S adalah saving [expenditure]
Dalam ilmu ekonomi dapat diartikan penggunaan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan manusiawi (the use of goods and service in the satisfaction of human wants). Konsumsi disebut sebagai maksud serta tujuan esensial dari produksi atau dengan kata lain produksi merupakan merupakan alat bagi konsumsi. Produksi itu diperlukan selama masih dilakukannya kegiatan konsumsi. Akan tetapi logika ini tidak berlaku kebalikannya, yakni tidak dapat dikatakan bahwa apabila produksi berhenti, konsumsi pun harus berhenti pula. Konsumsi Produktif dan Konsumsi Akhir Apabila dipergunakan tanpa kualifikasi apapun, istilah ‘konsumsi’ dalam ilmu ekonomi akan secara umum diartikan sebagai penggunaan barangbarang dan jasa-jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Namun beberapa barang seperti mesin-mesin maupunbarang mentah dipergunakan untuk mengehasilkan barang lain. Hal ini dapat kita sebut sebagai konsumsi produktif (productive consumption), sedangkan konsumsi yang langsung dapat memuaskan kebutuhan disebut sebagai konsumsi akhir (final consumption). Namun demikian, sekalipun terdapat perbedaan yang tajam antara konsumsi akhir dan konsumsi produktif, jika tiada ketentuan apapun yang dimaksud konsumsi adalah konsumsi akhir (final consumption) yakni konsumsi yang langsung memberikan kepuasan. 1.
Hasrat untuk mengkonsumsi Menilik persamaan
, dapat dilihat bahwa konsumsi dan
tabungan merupakan fungsi dari GNP sehingga dapat ditulis
atau
. Dan variabel-variabel diatas yang dimaksudkan merupakan variabel total atau variabel agregat yaitu variabel yang berlaku untuk seluruh perekonomian. Antara konsumsi dan GNP terdapat hubungan positif, artinya apabila GNP meningkat maka konsumsi pun akan meningkat pula, sebaliknya apabila GNP turun maka konsumsi akan turun pula. Hubungan ini disebut sebagai propensity to consume (hasrat untuk mengkonsumsi). 2.
Fungsi Konsumsi Linier
Hubungan antara konsumsi dengan GNP itu pun dapat pula dilukiskan baik secara hitung-hitungan maupun secara grafis dengan mempergunakan tabel atau grafik.
Tabel 9.1. Hubungan antara GNP, Konsumsi dan Tabungan GNP
Konsumsi
Tabungan
(miliar
(miliar
(miliar
rupiah)
rupiah)
rupiah)
0
100
100
MPC
MPS
APC
APS
-100
xxx
xxx
∞
-∞
180
-80
0,8
0,2
1,80
-0,80
500
500
0
0,8
0,2
1,00
0,00
1000
900
100
0,8
0,2
0,90
0,10
1500
1300
200
0,8
0,2
0,87
0,13
2000
1700
300
0,8
0,2
0,85
0,15
2500
2100
400
0,8
0,2
0,84
0,16
Sehingga diperoleh grafik dibawah ini,
C
C
S
S
Gambar 9.1 Fungsi Konsumsi dan Tabungan Garis CC adalah fungsi konsumsi (consumption function), sedang garis SS adalah fungsi tabungan (saving function).
Kolom 1 adalah GNP. Baris teratas dalam kolom ini adalah Rp. 0,-, keadaan GNP bernilai nol ruapiah (tidak ada GNP sama sekali) seperti ini adalah keadaan yang sama sekali mustahil, tetapi keadaan yang mustahil ini
kita pakai untuk kepentingan analisis. Jumlah konsumsi ketika GNP sebesar nol rupiah ini ditunjukkan oleh jarak 0C. Kolom 2 adalah konsumsi (consumption). Besar atau jumlah konsumsi ini senantiasa mengikuti arah perkembangan GNP. Jika GNP meningkat, maka konsumsi pun juga akan naik, dan demikian pula sebaliknya. Baris teratas dalam kolom ini menunjukkan angka Rp. 100miliar,- padahal posisi GNP masih Rp. 0,-. Hal ini mungkin saja terjadi sebab bagaimana mungkin orang tidak melakukan konsumsi sedangkan kebutuhannya akan makanan, pakaian, dan lain-lain kebutuhannya tidak dapat ditangguhkan. Untuk menutup kebutuhan konsumsi yang melewati GNP seperti itu, perekonomian yang bersangkutan dapat melakukan salah satu atau kedunya dari dua hal dibawah ini : a.
Melakukan pinjaman dan/atau
b.
Mempergunakan GNP yang akan diterima kelak untuk keperluan konsumsi sekarang.
Konsumsi yang tidak didukung sama sekali oleh GNP sebesar 0C itu disebut sebagai autonomous consumption (konsumsi otonom). Kolom 3 merupakan kolom tabungan (saving). Dari baris teratas kolom ini, didapati angka-angka negative yang disebabkan karena konsumsi yang lebih besar daripada GNP. Tabungan negative ini disebut dissaving. Dan jika nilai tabungan nol rupiah, ini berarti nilai konsumsi sama dengan nilai GNP. Tabungan pun memiliki hubungan positif dengan GNP, yang dirumuskan atau
.
Kolom 4 adalah MPC (Marginal Propensity to Consume) adalah hasrat marginal untuk melakukan konsumsi. MPC ini didapatkan dengan rumus :
Dimana :
adalah pertambahan konsumsi adalah pertambahan GNP
Pada kolom MPC terdapat angka 0,8 yang menunjukkan bahwa setiap rupiah pertambahan GNP, maka 80 sen akan dibelanjakan untuk konsumsi. MPC menunjukkan berapa bagiankah dari pertambahan GNP yang
dikonsumsikan. Semakin besar MPC berarti semakin besar pula bagian dari setiap kenaikan pendapatan yang dipergunakan untuk keperluan konsumsi. Kolom 5 adalah MPS (Marginal Propensity to Save) adalah hasrat marginal untuk melakukan menabung. MPS ini didapatkan dengan rumus :
Dimana :
adalah pertambahan tabungan adalah pertambahan GNP
Pada kolom MPS terdapat angka 0,2 yang menunjukkan bahwa sebesar 20 sen akan ditabung dari setiap kenaikan GNP sebesar Rp. 1,-. PMS menunjukkan berapa bagian dari setiap pertambahan GNP yang ditabung. Dari berbagai perhitungan diatas, dapat diperoleh bahwa, Dan MPC + MPS = 1, pembuktiannya sebagai berikut :
(terbukti).
Gambar 9.2 Hubungan antara MPC dan MPS, yaitu MPC + MPS = 1. Kolom 6 adalah APC (Average Propensity to Consume) adalah hasrat rata-rata untuk mengkonsumsi. APC ini didapatkan dengan rumus :
Dimana : C adalah konsumsi Y adalah GNP Angka APC ini menunjukkan berapa sen kah yang dikonsumsikan dari setiap rupiah GNP sehingga APC ini menunjukkan ratio (perbandingan) antara konsumsi dan GNP yakni berapa bagiankah GNP yang dipergunakan untuk keperluan konsumsi. Kolom 7 adalah APS ((Average Propensity to Save) adalah hasrat ratarata untuk menabung. APS ini didapatkan dengan rumus :
Dimana : S adalah tabungan Y adalah GNP APS ini menunjukkan berapa besarnya bagian dan GNP yang ditabung. Pada kolom ini ada nilai negatifnya, itu disebabkan karena pada saat itu nilai tabungan sama dengan negative, selain itu karena APC + APS = 1, berikut pembuktiannya :
(terbukti). Fungsi Konsumsi Non Linier Fungsi konsumsi dan investasi menurut Keynes. Seorang ahli ilmu ekonomi JM. Keynes, mengatakan bahwa pengeluaran seseorang untuk konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh pendapatannya. Semakin besar pendapatan
seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya pula, dan tingkat tabungannya pun akan semakin bertambah. dan sebaliknya apabila tingkat pendapatan seseorang semakin kecil, maka seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi maka tingkat bunganya nol. Menurut JM. Keynes, pendapatan suatu negara terdiri atas dua hal, yaitu (1). Pendapatan Perseorangan ( Y=C+S) (2). Pendapatan Perusahaan (Y=C+I) Karena pembahasan ini berkaitan dengan fungsi konsumsi dan tabungan, maka pokok bahasan ini berkaitan dengan pendapatan perseorangan (Y=C+S) dan kaitannya dengan fungsi konsumsi dan tabungan. Apabila pendapatan berubah, maka perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap konsumsi dan tabungan. Perbandingan antara pertambahan konsumsi ∆C) ( y
ang dilakukan dengan pertambahan
pendapatan disposible ∆Yd) ( yang diperoleh disebut kecondongan mengkonsumsi marjinal (MPC = Marginal Propensity to Consume). Perbandingan antara pertambahan tabungan (∆S) dengan pertambahan pendapatan disposibel ∆Yd) ( yang
diperoleh disebut kecondongan
menabung marjinal (MPS = Marginal Propensity to Save). Untuk mengetahui perubahan tingkat konsumsi, maka dapat digunakan rumus: MPC = ∆C / ∆Y dan APC = C / Y Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam perekonomian. Sedangkan fungsi tabungan adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat tabungan rumah tangga dan pendapatan nasional dalam perekonomian. Persamaan antara hubungan itu adalah : Fungsi Konsumsi : C = a + bY .Fungsi Tabungan
: S = -a + (1-b)Y dimana : a = konsumsi rumah tangga
secara nasional pada saat pendapatan nasional = 0b = kecondongan konsumsi marginal (MPC) C = tingkat konsumsi S = tingkat tabungan Y = tingkat pendapatan nasional.
Determinan konsumsi adalah pendapatan yang siap dibelanjakan (current disposable income). Menurut hipotesa ini, Konsumsi ditentukan oleh current disposable income. Pendapatan permanen (permanent income), yaitu pendapatan setelah menghilangkan pengaruh sementara dari kenaikan atau penurunan pendapatan (windfall gains or losses). Menurut hipotesa ini, adanya kenaikan pendapatan yang permanen (seperti promosi jabatan, kenaikan gaji, dsb), maka porsi konsumsi akan meningkat seiring dengan kenaikan pendapatan. Namun, jika kenaikan pendapatannya hanya sementara (misal, THR, bonus penjualan, dsb), maka kenaikan pendapatan tersebut akan ditabung dan pola konsumsi tidak berubah. Suatu fungsi konsumsi menggambarkan hubungan antara konsumsi dan pendapatan. Kemiringan fungsi/ kurva konsumsi disebut hasrat mengkonsumsi marginal (Marginal Propensity to Consume = MPC), mengukur besarnya tambahan pendapatan yang digunakan untuk menambah konsumsi. MPC = DC/DY MPC selalu positip, tetapi nilainya kurang dari satu (0 < MPC < 1). Fungsi konsumsi linear mempunyai kemiringan sama (MPC konstan), sedangkan fungsi konsumsi nonlinear mempunyai kemiringan yang berubah (MPC tidak konstan/ berubah). Intersep fungsi konsumsi disebut konsumsi otonom (autonomous consumption), mengukur besarnya pengeluaran konsumsi pada saat pendapatan nol. pengeluaran konsumsi yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan. Hasrat mengkonsumsi rata-rata (Average Propensity to Consume = APC)
merupakan
rasio
antara
pengeluaran
konsumsi
terhadap
pendapatan atau disebut juga sebagai tingkat konsumsi APC = C/Y, APC selalu positif Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi 1. Tingkat pendapatan masyarakat yaitu tingkat pendapatan (income=I) dapat digunakan untuk dua tujuan: konsumsi (consuption=C) dan tabungan (saving=S), dan hubungan ketiganya dapat terbentuk dalam
persamaan I=C+S, adalah merupakan besar kecilnya pendapatan yang diterima seseorang akan mempengaruhi pola konsumsi. Semakin besar tingkat pendapatan seseorang, biasanya akan diikuti dengan tingkat konsumsi yang tinggi, sebaliknya tingkat pendapatan yang rendah akan diikuti dengan tingkat konsumsi yang rendah pula. 2. Selera konsumen, setiap orang memiliki keinginan yang berbeda dan ini akan mempengaruhi pola konsumsi. Konsumen akan memilih satu jenis barang untuk dikonsumsi dibandingkan jenis barang lainnya. 3. Harga barang, jika harga suatu barang mengalami kenaikan, maka konsumsi barang tersebut akan mengalami penurunan. Sebaliknya jika harga suatu barang mengalami penurunan, maka konsumsi barang tersebut akan mengalami kenaikan. Kaitan konsumsi dengan harga
barang
dapat
dibedakan
apakah
barang
tersebut
bersifat substitusi (barang substitusi adalah barang yang dapat menggantikan fungsi barang lainnya) atau komplementer (barang komplementer adalah barang yang melengkapi fungsi barang lainnya). 4. Tingkat
pendidikan
masyarakat,
tinggi
rendahnya
pendidikan
masyarakat akan mempengaruhi terhadap perilaku, sikap dan kebutuhan konsumsinya. 5. Jumlah keluarga, besar kecilnya jumlah keluarga akan mempengaruhi pola konsumsinya. 6. Lingkungan, keadaan sekeliling dan kebiasaan lingkungan sangat berpengaruh
pada
prilaku
konsumsi
masyarakat. Contohnya, Indonesia yang memiliki daerah tropis tidak begitu membutuhkan baju hangat dibandingkan dengan daerah di kutub utara dan kutub selatan.
Perbandingan MPC dan APC MPC 1
Rumusnya
APC
Untuk fungsi konsumsi linear,
APC=C/Y
MPC= ΔC/ΔY Untuk fungsi konsumsi non linear, MPC adalah turunan pertama fungsi konsumsi terhadap Y.
2
3
Pengertian
Besarnya
MPC
menyatakan
bagian
dari
APC
menyatakan
bagian
tambahan GNP yang dikonsumsi.
dari GNP yang dikonsumsi.
0<MPC<1
0<APC
MPC
selalu
merupakan
bilangan
pecahan positif.
APC senantiasa lebih besar dari nol. APC >1 jika terjadi dissaving; sama dengan 1 pada waktu terjadi breakevent-point; lebih kecil dari satu jika terjadi tabungan positif
4
Bentuk
Di dalam fungsi konsumsi linear, MPC
Dalam
Fungsi
konstan. Di dalam fungsi konsumsi
APC selalu semakin kecil
non linear, MPC semakin kecil dengan meningkatnya GNP.
dengan
segala
keadaan,
meningkatnya
GNP.
5
Ketika
Dalam fungsi konsumsi linear, MPC
Y=0
0/0 (tak tentu)
∞(tak terhingga)
Dalam fungsi konsumsi non linear, MPC=konstanta
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Contohnya membangun rel kereta api atau pabrik. Investasi adalah suatu komponen dari PDB dengan rumus PDB = C + I + G + (X-M). Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik dan mesin) dan investasi residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga,
dilihat dengan kaitannya I= (Y,i). Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga. Definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Investasi diartikan sebagai penanaman uang atau di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memproleh keuntungan. Pada dasarnya investasi adalah membeli suatu aset yang diharapkan di masa datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi. Investasi juga dapat dikatakan sebagai suatu penundaan konsumsi saat ini untuk konsumsi masa depan. Harapan pada keuntungan di masa datang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait dengan suatu investasi yang dilakukan. Seseorang tentunya harus memikirkan masa depan dimana pada saat kebutuhan hidup terus meningkat, kebutuhan yang dimaksud dapat berupa pendidikan, sarana transportasi, kesehatan, tempat tinggal, kebutuhan untuk rekreasi, ibadah, hingga kebutuhan untuk masa tidak produktif. Dengan berlatar belakang hal tersebut maka seseorang menyisihkan sebagian dari pendapatannya di masa produktif dan meng-investasikannya untuk masa dimana sudah kurang produktif. Ada banyak pilihan dalam berinvestasi, diantaranya yaitu membuka deposito, menabung, membeli tanah dan bangunan, obligasi, membeli emas, saham, dan lain-lain. Secara umum bentuk aset yang di Investasikan terbagi menjadi dua jenis yaitu : 1.
Riil Investment yaitu menginvestasikan sejumlah dan tertentu pada aset
berwujud, seperti halnya tanah, emas, bangunan, emas, dan lain-lain. 2.
Financial Investment yaitu menginvestasikan sejumlah dana tertentu
pada aset finansial, seperti halnya deposito, saham, obligasi, dan lain-lain. Dalam hal ini surat berharga yang diperdagangkan atau yang sering disebut dengan efek adalah berupa saham. Menurut Undang-Undang No.8 Tahun
1995 tentang pasar modal, definisi dari bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantaranya. Di Indonesia, perdagangan saham dilakukan di Bursa Efek Indonesia. Tidak semua perusahaan dapat langsung mengeluarkan suatu efek (saham), oleh sebab itu perusahaan yang ingin menerbitkan efek harus memenuhi kriteria ataupun peraturanperaturan yang ada sebelum menerbitkan suatu efek. Bagi seorang investor yang hendak melakukan suatu investasi, harus melakukan suatu analisis terlebih dahulu dalam menentukan keputusan investasinya. Untuk melakukan suatu analisis investasi, setidaknya ada tiga faktor yang harus dianalisis, yaitu : 1. Analisis kondisi makroekonomi 2. Analisis pada jenis industry 3. Analisis fundamental suatu perusahaan Tahap pertama yang dilakukan oleh seorang investor dalam berinvestasi adalah melakukan analisis terhadap variabel-variabel makro, tahap analisis ini dilakukan untuk menganalisis kondisi perekonomian suatu negara secara makro dalam proses suatu investasi. Variabelvariabel ekonomi makro yang dianalisis diantaranya adalah tingkat inflasi, transaksi berjalan, kurs/exchange rate (nilai tukar suatu mata uang negara terhadap mata uang negara lain), suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), dan lain-lain. Pada tahap kedua, dilakukan analisis pada berbagai jenis industri. Pada tahapan ini, kita memilih jenis industri yang paling memberikan prospek keuntungan jika dilakukan invstasi. Sektor mana yang akan dijadikan suatu investasi dapat dilihat dari pergerakan dalam indeks sektoral industri pada suatu pasar modal. Sektor yang mempunyai indeks yang bagus untuk investasi jangka panjang tentunya akan dipilih. Pada tahap analisis ketiga, dilakukan analisis fundamental pada perusahaan, dengan menggunakan rasio-rasio keuangan suatu perusahaan. Dalam rasio-rasio keuangan, terbagi lagi menjadi lima rasio, yaitu :
1. Rasio
Likuiditas,
menyatakan
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. 2. Rasio Aktifitas, menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktifa yang dimiliki atau perputaran (turnover) aktifa-aktifa suatu perusahaan. 3. Rasio Hutang, berfungsi untuk menunjukkan kemampun perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. 4. Rasio Profitabilitas, menunjukkan tingkat keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. 5. Rasio Pasar, menggambarkan bagaimana pasar menghargai saham suatu perusahaan. Menurut Rosyidi Suherman (2003:169-173) jenis-jenis investasi yaitu : a. Autonomus investment (investasi otonomi) dan Inducted investment Autonomus investment (investasi otonomi) adalah invesatsi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah karena adanya perubahan-perubahan factor-faktor diluar pendapatan. Factorfaktor ini selain pendapatn yang mempengaruhi tingkat investasi seperti itu adalah tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha, dan sebagainya. Sedangkan induced Investmentment (investassi terimbas) ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. b. Public investment dan Private Investment Public Investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan
Private Investment adalah
investasi yang dilaksanakan oleh swasta. Di dalam privat investment, unsure-unsur seperti keuangan yang akan diperoleh, masa penjualan, dan sebagainya memainkan peranan yang sangat penting dalam menentukan volume public investment, sementara dalam menentukan volume public investment pertimbangan itu lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak. c. Gross investment (investasi bruto) dan Net investment (investasi netto).
Gross investment (investasi bruto) adalah total seluruh investasi yang diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian, investasi bruto ini dapat bernilai positif ataupun nol jika semua investasi yang dilaksanakan di suatu negara, dengan tidak peduli jenis investasi apa sajakah yang dilaksanakan itu. Sedangkan
Net investment
(investasi netto) adalah selisih bruto dengan penyusutan. d. Domestic Investment (investasi dalam negeri) dan
Foreign
Investment Domestic Investment adalah penanaman modal dalam negeri dan Foreign Investment adalah penananan modal asing.
GNP adalah apa yang harus dibayarkan oleh dunia bisnis untuk para penerima GNP, yakni yang berupa upah, gaji, sewa, bunga, dividen, laba. Untuk menjelaskan dengan sebaik-baiknya, analisis ini akan disederhanakan saja. Di sini akan diasumsikan bahwa perekonomian yang bersangkutan adalah sebuah perokonomian swasta lagoi tertutup (close and private economy), yaitu suatu perekonomian yang GNP-nya hanya terbentuk dari unsur-unsur investasi dan konsumsi
swasta
saja,
tanpa
adanya
pengeluaran
pemerintah
serta
perdagangan luar negri dan investasi yang dilaksanakan hanyalah investasi otonom saja. Gambar 9.13 GNP Keseimbangan melalui Pendekatan Injeksi = Kebocoran
S
H
G
0 M
Io P
GNP
Terlihat di dalam gambar 9.13 itu bahwa GNP mencapai keseimbangan pada tingkat 0M. Tingkat GNP sebesar 0M ini dicapai karena adanya keseimbangan
dari fungsi tabungan (S) dan fungsi investasi(I0)22 di titik E. Semua kekuatan yang mendorong GNP untuk berada di luar titik M akan selalu mengarah kembali ke titik M lagi. Marilah kita lihat sekarang mengapa GNP kesimbangannya (equilibrium icome), harus dan hanya terjadi di titik E saja. Pertama sekali, misalkan bahwa GNP lebih tinggi dari pada 0M, dan berada pada titik P. Dalam keadaan ini, pengeluaran untuk investasi akan lebih kecil daripada seluruh tabungan masyarakat, tabungan lebih besar dari pada investasi sebesar GH. Ini berarti bahwa pengeluaran total (atau pembelian total) untuk barang konsumsi maupun untuk barang investasi menjadi lebih kecil daripada cost of national output. Hal ini demikian sebab fungsi I0 di dalam gambar 9.13. itu merupakan fungsi investasi otonom sedangkan fungsi S adalah fungsi tabungan (saving function). Dalam keadaan seperti ini, para pengusaha tentu saja tidak mampu menjual seluruh output yang dihasilkannya. Dengan sendirinya, hal ini pada gilirannya akan mendorong para pengusaha untuk mengurangi produk mereka dan memecat sebagian pegawai mereka. Gambar 9.14 Pendapatan Nasional Keseimbangan dengan Pendekatan AS= AD C+ C E
0
M
GNP
Cara kedua ini dapat dilihat pada gambar 9.14, dan akan berpusat pada pertanyaan ‘apakah pengeluaran total (yaitu konsumsi plis investasi) pada setiap tingkat GNP sama dengan the cost of national input? Jika lebih kecil, produksi akan menignkat. Sementara itu, jika sama, equilibrium income pun tercapai. Tingkat equilibrium income yang baru sesudah itu adalah pada titik E, tempat garis 45 derajat berpotongan dengan fungsi C + Io (fungsi C + Io terbentuk dari
penjumlahan vertikal antara fungsi konsumsi dengan fungsi investasi). Kedua grafik itu, yakni fungsi C dan fungsi C + Io sejajar karena keduanya adalah Io yang besarnya konstan untuk setiap nilai GNP. Cara penjumlahan dua fungsi tersebut memnag sudah seharusnya demikian sebab apabila dari titik E itu ditarik garis lurus ke bawah, akan didapatilah titik M. Jelaslah bahwa 0M = ME sebab sebagian 0ME adalah sebuah segitiga sama kaki. Jarak ME adalah pengeluaran total atau pembelian total untuk seluruh barang konsumsi maupun barang investasi, sedangkan jarak 0M adalah GNP, sedemikian rupa sehingga keduanya sama besar. Keterangan itu menunjukkan bahwa pada titik E, dan hanya pada titik E saja, pengusaha menerima kembali hasil penjualannya dengan jumlah yang sama persis sama dengan cost of national output
Multiplier Perubahan output adalah perubahaan riil yang terjadi dalam salah satu atau lebih komponen-komponen GNP. Untuk sebuah closed and privat economy, di mana GNP-nya dinyatakan oleh penjumlahan konsumsi dan investasi, maka perubahan GNP yang disebabkan karena adanya perubahan output itu mungkin sekali karena adanya perubahan konsumsi, atau perubahan investasi, ataupun perubahan kedua-duanya. Ini dinyatakan dalam konsepsi investment multiplier, atau pengganda investasi. Menurut konsep ini jika investasi neto berubah (bertambah ataupun berkurang) sebesar satu unit, GNP itu pun akan berubah (bertambah maupun berkurang) sebesar 1/MPS kali lipat. Pernyataan Aljabar untuk Multiplier : Sudah diketahui bahwa Y = C + I (1) C = a + bY (2) Apabila kemudian persamaan (1) dan (2) itu kita gambarkan dan kita gabungkan dan kita tuliskan bersama-sama, akan didapatkan : Y = a + bY + Io
(3)
Persamaan (3) inilah yang akan menerangkan kepada kita, berapa besarnya koefisien ivestment multiplier itu. Untuk keperluan itu, persamaan (3) itu kita ubah menjadi : Y – bY = a + Io
(4)
Y (1-b) = a + Io
(5)
Persamaan (5) itu kita modifikasi lagi, sehingga Y (GNP) terletak sendirian di sebelah kiri tanda sama dengan sehingga :
Selanjutnya, persoalan
karena persoalan
mengenai
akibat
yang
investment
multiplier adalah
ditimbulkan
oleh
sebuah
penambahan
(atau
penurunan) investasi terhedap GNP, persamaan (7) itu kita turunkan (secara diferensial) terhadap I0 I investasi otonom). Dalam soal ini harap diperhatikan bahwa a dalam persamaan (7) di atas adalah sebuah konstanta, sehingga jika persamaan (7) itu diturunkan terhadap Io nilai a itu pun lalu menjadi nol! Sesudah memerhatikan hal itu, turunan pertama dari persamaan (7) itu terhadap I0 adalah :
Persamaan (8) inilah akhir dari seluruh pembicaraan kita dalam persoalan ini. Persamaan (8) itu dibaca : jika investasi bertambah dengan satu unit, GNP akan bertambah pula dengan pertambahan sebesar 1/(1-b) kali lipat, vice versa. Sementara itu, karena sudah sama-sama kita ketahui bahwa b itu tidak lain adalah MPC, jelaslah pula bahwa (1-b) adalah MPS. Mengingat hal ini, persamaan (8) itu dapat pula dibaca : jika investasi bertambah dengan satu unit, GNP akan bertambah pula, dengan pertambahan sebesar 1/MPS kali lipat. Oleh karena itu, ada baiknya pula untuk diingat bahwa 1/MPS itulah yang kita sebut atau kita salin dengan notasi k10 (koefisien investment multiplier). Supaya persoalan ini menjadi lebih jelas, persamaan (8) tersebut di atas kita ganti cara menulisnya, sehingga menjadi : (9) (10) Dengan demikian, dengan pertolongan persamaan (9) dan (10) itu, semakin jelaslah persoalan ini, yaitu bahwa pertambahan GNP sama dengan 1/MPS kali
pertambahan investasi, dan inilah dia cerita lengkap mengenai investment multiplier itu.