BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut : 5.1.1
Perkembangan Tingkat Kesehatan Keuangan Industri Consumer Goods Berdasarkan Metode Altman Z Score Perkembangan tingkat kesehatan keuangan rata-rata industri consumer goods yang
ditinjau dari nilai Z Altman dari tahun 2003-2007 yaitu sebesar 5,52 dan berada jauh diatas
Grey Area (1,1 s/d 2,6). Hal ini menunjukkan bahwa industri ini secara keseluruhan berada dalam keadaan sehat dan tidak banyak terpengaruh oleh kondisi eksternal perusahaan. Sehingga manajemen harus bisa mempertahankan kondisi seperti saat ini. Sedangkan penggolongan sehat, grey area atau tidak sehat berdasarkan tingkat kesehatan yang ditinjau dari nilai Z altman rata-rata pada setiap industri yang tergabung dalam industri consumer goods dari tahun 2003-2007 akan dijelaskan sebagai berikut: •
Industri Makanan dan Minuman Perusahaan yang tergolong sehat ada delapan (8) perusahaan, antara lain : PT Aqua Golden Mississippi, PT Davomas Abadi Tbk, PT Delta Djakarta Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Multi Bintang Indonesia Tbk, PT Mayora Indah Tbk, PT Siantar Top Tbk, dan PT Ultra Jaya Milk, Tbk. Yang tergolong grey area cuma ada satu perusahaan yaitu PT Cahaya Kalbar, Tbk. Sedangkan perusahaan yang tergolong tidak sehat ada empat (4) antara lain PT Ades Waters Indonesia Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT Prasidha Aneka Niaga Tbk dan PT Sekar Laut, Tbk.
124
125
Total nilai Z industri makanan dan minuman adalah 1,20 yang berarti industri ini berada pada posisi grey area. •
Industri Tembakau (Rokok) Perusahaan-perusahaan rokok semuanya tergolong sehat dengan nilai Z semuanya berada diatas 2,6. Diantaranya adalah PT BAT Indonesia Tbk, PT Bentoel International Investama Tbk, PT HM Sampoerna Tbk (nilai Z tertinggi) dan PT Gudang Garam, Tbk. Total nilai Z industri temabakau (rokok) adalah 6,61 yang berarti industri ini berada pada posisi yang sehat.
•
Industri Farmasi Perusahaan yang tergabung dalam industri farmasi hampir semuanya tergolong sehat. Yang tergolong sehat diantaranya adalah PT Darya-Varia Laboratoria Tbk, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, PT Merck Tbk, PT Kalbe Farma Tbk, PT Pyridam Farma Tbk, PT Squibb Myers Indonesia Tbk dan PT Tempo Scan Pasific, Tbk. Sedangkan perusahaan yang tergolong grey area adalah PT Indofarma (Persero) Tbk dan yang tergolong tidak sehat adalah PT Schering Plough Indonesia, Tbk. Total nilai Z industri makanan dan minuman adalah 8,43 yang berarti industri ini berada pada posisi yang sehat.
•
Industri Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga Perusahaan dalm industri kosmetik dan perlengkapn rumah tangga semuanya tergolong sehat, diantaranya adalah PT Unilever Tbk, PT Mandom Indonesia Tbk dan PT Mustika Ratu, Tbk. Total nilai Z industri makanan dan minuman adalah 19,71 yang berarti industri ini berada pada posisi yang sehat.
•
Industri Peralatan Rumah Tangga
126
Dalam industri ini, tidak ada perusahaan yang tergolong sehat. Yang tergolong grey area adalah PT Kedaung Indah Can, Tbk. Dan dua (2) perusahaan lainnya tergolong tidak sehat diantaranya PT Kedaung Setia Industrial, Tbk dan PT Langgeng Makmur Industri, Tbk. Total nilai Z industri makanan dan minuman adalah -0,14 yang berarti industri ini berada pada posisi yang tidak sehat. 5.1.2
Perkembangan Tingkat Price to Book Value (PBV) pada Industri Consumer
Goods Perkembangan nilai rata-rata PBV industri consumer goods selama kurun waktu 2003-2007 adalah sebesar 2,87, maka terdapat nilai tambah yang positif karena PBV>1 yaitu dengan nilai tambah sebesar 1,87. Sedangkan perkembangan nilai PBV rata-rata pada setiap industri consumer goods akan dijelaskan sebagai berikut : •
Pada industri makanan dan minuman, nilai rata-rata Price to Book Value (PBV) adalah sebesar 2,87 dan ini berarti industri ini memiliki nilai tambah pasar (MVA) yang positif sebesar 1,87.
•
Pada industri tembakau (rokok), nilai rata-rata Price to Book Value (PBV) adalah sebesar 2,59 dan ini berarti industri ini memiliki nilai tambah pasar (MVA) yang positif sebesar 1,59.
•
Pada industri farmasi, nilai rata-rata Price to Book Value (PBV) adalah sebesar 2,54 dan ini berarti industri ini memiliki nilai tambah pasar (MVA) yang positif sebesar 1,54.
•
Pada industri kosmetik dan perlengkapan rumah tangga, nilai rata-rata Price to Book
Value (PBV) adalah sebesar 5,98 dan ini berarti industri ini memiliki nilai tambah pasar (MVA) yang positif sebesar 4,98.
127
•
Pada industri peralatan tumah tangga, nilai rata-rata Price to Book Value (PBV) adalah sebesar 1,09 dan ini berarti industri ini memiliki sedikit nilai tambah pasar (MVA) yang positif sebesar 0,09.
5.1.3
Pengaruh Z Score terhadap Price to Book Value (PBV) Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Z score terhadap PBV karena besarnya nilai sig (0,000) < 0,05. Artinya terdapat peranan Z score untuk menentukan besar kecilnya PBV.
5.1.4. Pengaruh Variabel - Variabel Z score terhadap PBV Berdasarkan hasil analisis regresi berganda yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, menyatakan bahwa variabel NWC/TA (0,000), EBIT/TA (0,000), dan MVE/TL (0,020) yang berpengaruh signifikan karena nilai sig variabel tersebut <0,05, sedangkan hanya variabel RE/TA tidak berpengaruh signifikan karena nilai sig nya >0,05 yaitu 0,211. Secara keseluruhan / simultan variabel NWC/TA, RE/TA, EBIT/TA, dan MVE/TL berpengaruh terhadap PBV. Artinya dari ke empat variabel altman tersebut semuanya memiliki peranan untuk menentukan besar kecilnya nilai PBV.
5.2
Saran
Saran – saran yang dapat penulis sampaikan setelah melakukan penelititan ini adalah: •
Bagi perusahaan yang memiliki nilai Z > 2,6 sebisa mungkin dipertahankan atau ditingkatkan karena kondisi keuangan menunjukkan indikasi sehat dan tidak berpotensi bangkrut. Sedangkan bagi perusahaan yang memiliki nilai Z < 2,6 manajemen harus bekerja keras untuk mempertahankan keberadaan perusahaan dengan meningkatkan kinerja di sektor keuangan.
128
•
Bagi perusahaan yang memiliki nilai tambah positif ( PBV > 1), sedapat mungkin nilai PBV dipertahankan atau ditingkatkan. Sedangkan bagi perusahaan yang memiliki nilai tambah negatif ( PBV < 1), pihak manajemen seharusnya membuat sentimen positif terhadap pasar dengan cara meningkatkan kinerja di sektor keuangan.
•
Bagi perusahaan yang tergabung dalam industri consumer goods, disarankan dalam meningkatkan kinerja keuangannya lebih menitikberatkan pada rasio solvabilitas (MVE/TL), rasio likuiditas (NWC/TA), dan rasio profitabilitas (EBIT/TA) karena rasiorasio ini yang memiliki pengaruh dalam menentukkan besar kecilnya tingkat kesehatan keuangan perusahaan dan nantinya juga akan meningkatkan nilai PBV.
•
Bagi para investor, sebelum memutuskan untuk berinvestasi seharusnya dapat memperhatikan kondisi kesehatan keuangan perusahaan yaitu dengan analisis Z-
Score dan nilai tambah yang akan didapat, karena kedua variabel ini saling mempengaruhi.