UNIVERSITAS INDONESIA
CUSTOMER EXPERIENCE DAN KAITANNYA DENGAN LOYALITAS KONSUMEN HOKA-HOKA BENTO: PERSPEKTIF B2C
TESIS
ANTHONI SUWONO 0906585710
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA JULI 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
CUSTOMER EXPERIENCE DAN KAITANNYA DENGAN LOYALITAS KONSUMEN HOKA-HOKA BENTO: PERSPEKTIF B2C
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen
ANTHONI SUWONO 0906585710
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN KEKHUSUSAN MANAJEMEN PEMASARAN UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA JULI 2011
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Anthoni Suwono
NPM
: 0906585710
Tanda Tangan : Tanggal
: Juli 2011
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkah dan rahmatNya sehingga karya akhir yang berjudul “Customer Experience Dan Kaitannya Dengan Loyalitas Konsumen Hoka Hoka Bento: Perspektif B2C” ini dapat selesai dengan sebaik-baiknya serta tepat pada waktunya. Dalam proses pembuatan karya akhir ini, dari awal sampai akhir, tak lepas dari dukungan, bantuan, serta doa dari orang-orang terdekat, sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Kedua orangtua, Bapak Aryadi Suwono dan Annie Yuhanda, serta adikku, Eko & Elmi, yang tiada henti telah memberikan doa dan dukungan sehingga karya akhir ini dapat terselesaikan.
2.
Ibu Dr. Ir. Tengku Ezni Balqiah M.E., sebagai pembimbing atas waktu, kritikan, saran, bantuan, dan kesabarannya dalam membantu penulis menyelesaikan karya akhir ini.
3.
Bapak Prof. Rhenald Khasali Ph.D., selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
4.
Pak Dr. Nurdin Sobari S.E., MM dan Ibu Ahdia Amini, MBA sebagai penguji atas ketersediaannya menguji karya akhir ini.
5.
Segenap dosen pengajar Program Studi Magister Manajemen Universitas Indonesia yang telah memberikan banyak sekali ilmu pengetahuan baru kepada penulis.
6.
Deni, Delon, Agus, Devi, Alex, Andrian, Auriga, Ema, Martriadi, serta segenap rekan-rekan dari kelas F-091 dan PS-091 yang telah membantu dalam mempelajari materi perkuliahan dan dalam penyelesaian tugas-tugas selama penulis berkuliah di Magister Manajemen Universitas Indonesia.
7.
Seluruh responden yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu-persatu yang telah meluangkan waktunya dalam mengisi kuesioner sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya akhir ini.
8.
Seluruh rekan kerja penulis di PT. Indo Komponen Sistem Fluida dan PT. Sigma Mitra Pratama.
iv
9.
Seluruh staff Adpen dan karyawan Program Studi Magister Manajemen Universitas Indonesia.
10. Dan rekan-rekan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya akhir ini.
Akhir kata, penulis sangat menyadari akan kekurangan serta keterbatasan dalam pembuatan maupun isi dari Karya akhir ini. Oleh karena itu sangat diharapkan akan adanya saran dan kritikan, baik tentang isi dari karya akhir maupun tentang cara penyusunannya, yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.
Jakarta, Juli 2011 Penulis
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : NPM : Program Studi : Departemen : Fakultas : Jenis karya :
Anthoni Suwono 0906585710 Magister Manajemen Manajemen Ekonomi Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Customer Experience dan Kaitannya Dengan Loyalitas Konsumen Hoka Hoka Bento: Perspektif B2C. beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : Juli 2011 Yang menyatakan
( Anthoni Suwono )
vi
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul Tesis
: Anthoni Suwono : Magister Manajemen : Customer Experience dan Kaitannya Dengan Loyalitas Konsumen Hoka Hoka Bento: Perspektif B2C.
Tingkat loyalitas konsumen sudah banyak diprediksi dengan berbagai atribut dari framework kepuasan pelanggan, tetapi output yang dihasilkan tidak konsisten. Konsep yang sedang berkembang saat ini yang dianggap sebagai predictor yang baik untuk loyalitas adalah customer experience. Ada delapan faktor pembentuk B2C customer experience menurut Lemke et al. (2006), yaitu accessibility, competence, customer recognition, helpfulness, personalization, problem solving, promise fulfillment, dan value for time. Dari penelitian terhadap responden yang dalam enam bulan terakhir berinteraksi dengan Hoka Hoka Bento didapatkan hasil bahwa problem solving, promise fulfillment, serta value for time merupakan tiga faktor yang paling berkorelasi dengan customer experience dan accessibility merupakan faktor dengan korelasi terendah. Penelitian ini juga mendapatkan hubungan yang kuat antara customer experience dengan loyalitas. Kata kunci: B2C CE, customer experience, loyalitas, Hoka Hoka Bento.
vii Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Anthoni Suwono Study Program : Master of Management Title : Customer Experience and Its Correlation With Hoka Hoka Bento's Customers Loyalty: B2C Perspective. Many researchers have predicted consumer loyalty based on attributes from customer satisfaction framework, but many found inconsistent results. Customer experience is a growing concept which is considered as a good predictor for loyalty. There are eight factors which contribute to customer experience based on research by Lemke et al. (2006); accessibility, competence, customer recognition, helpfulness, personalization, problem solving, promise fulfillment, and value for time. From research concerning to respondents which in the last six months interacting with Hoka Hoka Bento, results show that problem solving, promise fulfillment, and value for time are three factors with the highest correlation with customer experience and accessibility is the lowest. This research also finds strong correlation between customer experience and loyalty. Key words: B2C CE, customer experience, loyalty, Hoka Hoka Bento.
viii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii ABSTRACT ......................................................................................................... viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
PENDAHULUAN ..................................................................................1 Latar Belakang.........................................................................................1 Perumusan Masalah .................................................................................4 Tujuan Penelitian .....................................................................................4 Manfaat Penelitian ...................................................................................5 Batasan Penelitian ...................................................................................5 Sistematika Penulisan ..............................................................................6
BAB 2 2.1
TEORI PENUNJANG...........................................................................7 Perilaku Konsumen .................................................................................7 2.1.1 Proses Pengambilan Keputusan Konsumen.................................7 2.1.2 Tahapan Proses Pembentukan Experience Konsumen ................8 Customer Experience ...............................................................................9 2.2.1 Customer Satisfaction Vs. Customer Experience ......................10 2.2.2 B2B Customer Experience ........................................................11 2.2.3 B2C Customer Experience ........................................................14 2.2.4 Kaitan Customer Experience Dengan Loyalitas ........................15 Loyalitas ................................................................................................17 2.3.1 Tingkatan Loyalitas ...................................................................19 2.3.2 Tahapan Pembentukan Loyalitas ...............................................21
2.2
2.3
BAB 3 3.1 3.2
3.3
3.4
MODEL DAN METODE PENELITIAN ..........................................23 Pendekatan Penelitian ............................................................................23 Desain Penelitian ...................................................................................24 3.2.1 Penelitian Eksploratif.................................................................24 3.2.2 Penelitian Deskriptif ..................................................................25 Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................25 3.3.1 Obyek Penelitian ........................................................................25 3.3.2 Variabel ......................................................................................26 Metode Pengumpulan Data ...................................................................26 ix Universitas Indonesia
3.5
3.6 3.7
3.8
BAB 4 4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7 4.8
3.4.1 Data Primer ................................................................................27 3.4.2 Data Sekunder ............................................................................27 Sampel ...................................................................................................27 3.5.1 Metode Pengambilan Sampel ....................................................27 3.5.2 Ukuran Sampel ..........................................................................28 Definisi Operasional Variabel ...............................................................28 Kuesioner ...............................................................................................30 3.7.1 Pembuatan Kuesioner ................................................................31 3.7.2 Sistematika Kuesioner ...............................................................31 Metode Analisis Data ............................................................................31
ANALISIS DAN PEMBAHASAN .....................................................33 Depth Interview .....................................................................................33 4.1.1 Responden Depth Interview .......................................................33 4.1.2 Pertanyaan Depth Interview .......................................................33 4.1.3 Hasil Depth Interview ................................................................34 Data Penelitian .......................................................................................37 4.2.1 Uji Reliabilitas dan Validitas .....................................................37 4.2.1.1 Uji Reliabilitas .............................................................38 4.2.1.2 Uji Validitas .................................................................39 Profil Responden ...................................................................................40 4.3.1 Kunjungan Terakhir Ke Hoka Hoka Bento ...............................40 4.3.2 Profil Responden Berdasarkan Usia ..........................................41 4.3.3 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...........................42 4.3.4 Profil Responden Berdasarkan Status Pernikahan .....................42 4.3.5 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .................43 4.3.6 Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan ..................................44 Kelayakan Variabel Pembentuk B2C Customer Experience ................44 4.4.1 Accessibility ...............................................................................44 4.4.2 Competence................................................................................46 4.4.3 Customer Recognition ...............................................................47 4.4.4 Helpfulness ...............................................................................48 4.4.5 Personalization ..........................................................................49 4.4.6 Problem Solving.........................................................................51 4.4.7 Promise Fulfillment ...................................................................52 4.4.8 Value For Time ..........................................................................53 4.4.9 Factor Loadings Semua Variabel Pada Setiap Constructs ........54 Factor Score B2C Customer Experience ..............................................56 4.5.1 Appropriateness Variabel Pembentuk B2C Customer Experience .................................................................................56 4.5.2 Kontribusi Setiap Variabel Pada B2C Customer Experience ....57 Factor Score Loyalitas ..........................................................................59 4.6.1 Appropriateness Variabel Pembentuk Loyalitas .......................59 4.6.2 Kontribusi Masing-Masing Variabel Pada Loyalitas ................60 Kaitan B2C Customer Experience Dengan Loyalitas ...........................61 Analisis Hasil Penelitian........................................................................63
x Universitas Indonesia
BAB 5 5.1 5.2 5.3 5.4
PENUTUP ............................................................................................70 Kesimpulan ............................................................................................70 Keterbatasan Penelitian .........................................................................70 Saran ......................................................................................................71 Implikasi Manajerial ..............................................................................72
DAFTAR REFERENSI .......................................................................................73
xi Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar
1.1. 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8. 2.9. 2.10. 3.1. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7.
Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Konsumsi Indonesia ....................1 Tahapan Proses Pembentukan Experience Konsumen .....................8 Welcome To The Experience Economy ............................................9 Model Branded Customer Experience ...........................................11 Empat Pilar B2B Customer Experience .........................................12 B2C Customer Life Cycle ...............................................................14 Model Customer Experience Terhadap Brand Equity....................16 Kaitan Customer Experience, Loyalitas, & Word of Mouth ..........17 Tingkatan Loyalitas Menurut Oliver ..............................................19 Tingkatan Loyalitas Menurut Aaker ..............................................20 Tahapan Loyalitas ..........................................................................21 Model Penelitian .............................................................................23 Kunjungan Terakhir Ke Hoka Hoka Bento ....................................41 Profil Responden Berdasarkan Usia ...............................................41 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...............................42 Profil Responden Berdasarkan Status Pernikahan .........................42 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .....................43 Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan ......................................44 Kontribusi Setiap Faktor Pembentuk B2C Customer Experience ..59
xii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
3.1. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10. 4.11. 4.12. 4.13. 4.14. 4.15. 4.16. 4.17. 4.18. 4.19. 4.20. 4.21. 4.22. 4.23. 4.24. 4.25. 4.26. 4.27. 4.28. 4.29. 4.30.
Definisi Operasional Variabel Penelitian .........................................28 Rekapitulasi Hasil Depth Interview ..................................................34 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Dari 30 Sampel Pre-Test ...........38 Rekapitulasi Validitas Dari Factor Loadings 30 Sampel Pre-test ...39 Hubungan Antara Usia dan Status Pernikahan .................................43 Descriptive Statistics Variabel Accessibility.....................................44 Appropriateness Variabel Dari Constructs Accessibility..................45 Descriptive Statistics Variabel Competence .....................................46 Appropriateness Variabel Dari Constructs Competence ..................46 Descriptive Statistics Variabel Customer Recognition .....................47 Appropriateness Variabel Dari Constructs Customer Recognition ..48 Descriptive Statistics Variabel Helpfulness ......................................48 Appropriateness Variabel Dari Constructs Helpfulness ...................49 Descriptive Statistics Variabel Personalization ...............................50 Appropriateness Variabel Dari Constructs Personalization ............50 Descriptive Statistics Variabel Problem Solving ..............................51 Appropriateness Variabel Dari Constructs Problem Solving ...........51 Descriptive Statistics Variabel Promise Fulfillment .........................52 Appropriateness Variabel Dari Constructs Promise Fulfillment ......53 Descriptive Statistics Variabel Value For Time ...............................53 Appropriateness Variabel Dari Constructs Value For Time ............54 Distribusi Frekuensi Variabel Promise_Fulfillment_4 .....................55 Rekapitulasi Factor Loadings Semua Variabel ................................56 Appropriateness Constructs Terhadap Customer Experience ..........57 Kontribusi 8 Variabel Terhadap B2C Customer Experience............58 Descriptive Statistics Variabel Loyalitas ..........................................59 Appropriateness Variabel Pembentuk Loyalitas ..............................60 Kontribusi 3 Variabel Terhadap Loyalitas........................................61 Model Summary Customer Experience Terhadap Loyalitas.............62 Uji Anova Customer Experience Terhadap Loyalitas ......................62 Uji t Variabel Customer Experience .................................................62
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pertanyaan Dalam Depth Interview ..................................................77 Lampiran 2 Kuesioner Yang Digunakan Dalam Penelitian .................................78 Lampiran 3 Output SPSS - Uji Reliabilitas ..........................................................81 Lampiran 4 Output SPSS - Uji Validitas..............................................................84 Lampiran 5 Summary Profil Responden ..............................................................87 Lampiran 6 Output SPSS - Analisa Faktor Accessibility .....................................89 Lampiran 7 Output SPSS - Analisa Faktor Competence ......................................90 Lampiran 8 Output SPSS - Analisa Faktor Customer Recognition......................91 Lampiran 9 Output SPSS - Analisa Faktor Helpfulness.......................................92 Lampiran 10 Output SPSS - Analisa Faktor Personalization ................................93 Lampiran 11 Output SPSS - Analisa Faktor Problem Solving ...............................94 Lampiran 12 Output SPSS - Analisa Faktor Promise Fulfillment .........................95 Lampiran 13 Output SPSS - Analisa Faktor Promise Fulfillment Tanpa Variabel Promise_Fulfillment_4 .....................................................................96 Lampiran 14 Output SPSS - Analisa Faktor Value For Time ................................97 Lampiran 15 Output SPSS - Analisa Faktor Customer Experience .......................98 Lampiran 16 Output SPSS - Analisa Faktor Loyalitas.........................................100 Lampiran 17 Output SPSS - Regresi Customer Experience Terhadap Loyalitas 101
xiv Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang “A whole world of experiential connections is waiting to be explored, and traditional customer satisfaction fails to take us anywhere near it.” Schimtt (2003, hal. 13) Dalam beberapa tahun terakhir, konsumsi rumah tangga di Indonesia
mengalami pertumbuhan yang terus meningkat dan menjanjikan bagi pengusaha lokal maupun asing (Gambar 1.1.). Sektor konsumsi rumah tangga juga merupakan penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar yaitu sebesar 57% pada tahun 2010. Tren pada kurva dibawah menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi dan konsumsi Indonesia senantiasa menunjukkan peningkatan, serta pada tahun 2011, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan sebesar 6.5% (detikFinance, Juni 2010).
Gambar 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Konsumsi Indonesia Sumber: Diolah dari Berita Resmi Statistik - Biro Pusat Statistik
Meningkatnya
perekonomian
Indonesia
tersebut
diikuti
dengan
peningkatan penghasilan masyarakat dan terjadinya perubahan gaya hidup serta pola konsumsi masyarakat, terutama di kota-kota besar. Selain itu, perkembangan 1 Universitas Indonesia
2
teknologi komunikasi juga semakin mempermudah akses dalam mengkonsumsi suatu produk. Salah satu sektor usaha yang menikmati keuntungan dari peningkatan konsumsi dan perubahan gaya hidup serta perkembangan teknologi komunikasi tersebut adalah industri rumah makan, terutama rumah makan cepat saji, baik lokal seperti Es Teler 77, California Fried Chicken, dan Rumah Makan Padang Sederhana, maupun waralaba internasional seperti KFC, McDonald’s, Hoka Hoka Bento, Pizza Hut, dan Burger King. Ada banyak sekali rumah makan cepat saji lainnya dengan berbagai inovasi menu, pelayanan, dan jaringan. Bahkan saat ini banyak kita temukan rumah makan cepat saji yang menyediakan fasilitas wi-fi serta perangkat komputer yang membuat konsumen dapat browsing dan chattting. Rumah makan cepat saji bukan lagi hanya sekedar tempat untuk makan dengan pelayanan cepat, tetapi sudah menjadi tempat berkumpul dan tempat untuk menghabiskan waktu atau menunggu sebelum melakukan aktivitas lain. Pasar rumah makan cepat saji yang sebelumnya didominasi oleh keluarga, sekarang sudah bergeser ke segmen yang berusia lebih muda, termasuk remaja. Segmen berusia diatas dua puluh lima tahun sudah bukan merupakan konsumen yang mendominasi rumah makan cepat saji. Konsumen berusia muda (ABG) yang pada tahun 2005 hanya mengambil porsi 10%, sejak tahun 2007-2008 sudah menjadi mayoritas pelanggan KFC (Rahayu, February 2011). Pergeseran ini dijawab KFC dan McDonald’s dengan menambahkan McCafe dan KFC Coffee pada banyak gerainya. McCafe dan KFC Coffe tersebut juga merupakan jawaban terhadap trend yang sedang berkembang dimana kunjungan konsumen ke gerai kopi dan donat seperti Starbucks serta J’Co semakin meningkat. Berbeda dengan KFC dan McDonald’s, Hoka Hoka Bento tidak melakukan inovasi atas trend kopi tersebut. Meskipun begitu, Hoka Hoka Bento mengikuti trend kesadaran lingkungan yang akhir-akhir ini berkembang dengan meluncurkan program Hokben Green Friends, yaitu aktifitas peduli lingkungan yang dimulai dengan penggunaan kantong plastik biodegradable dan mengubah kemasan polystyrene sehingga aman bagi makanan dan lingkungan. Selain itu Hoka Hoka Bento juga mengadakan acara Cosplay, kompetisi kreasi kostum dari
Universitas Indonesia
3
kemasan Hokben yang diselenggarakan di pelataran parkir Sarinah pada 27 Maret 2011 lalu. Hoka Hoka Bento yang merupakan peraih Top Brand Award tahun 2009 untuk kategori fast food chain yang diselenggarakan oleh Frontier Consulting Group, lebih berfokus pada kualitas pelayanan serta inovasi makanan seperti Chikkin Blakkupeppa yang baru-baru ini diluncurkan. Kualitas pelayanan dijaga dengan tidak merambah bisnis waralaba, hal ini diutarakan oleh Hendra Arifin, pemilik PT Eka Bogainti yang merupakan pemegang merek Hoka Hoka Bento; “Memang menggiurkan tapi kami tidak ingin serakah. Selain itu, bisnis makanan tergantung pada kualitas layanan” (Simanjuntak, 2009). Meskipun begitu, pada Top Brand Award 2011, Hoka Hoka Bento berada di bawah KFC dan McDonald’s, kemunduran ini seharusnya dianalisa oleh manajemen Hoka Hoka Bento untuk menemukan penyebab utamanya. Hoka Hoka Bento yang mulai beroperasi di Indonesia sejak tahun 1985 membukukan total penjualan Rp 13,85 miliar pada tahun 2008 dari 99 gerainya, sangat jauh bila dibandingkan dengan KFC dan McDonald’s yang merupakan pemain utama rumah makan cepat saji di Indonesia. Keduanya merupakan pemain lama dimana KFC masuk ke Indonesia pada tahun 1970-an dan McDonald’s baru masuk pada tahun 1991. Sampai dengan September 2010, KFC memiliki 379 gerai (Suara Pembaruan, November 2010). Pada tahun 2010 lalu, KFC yang memegang 51% pangsa pasar rumah makan cepat saji membukukan penjualan sebesar Rp 2,9 triliun. Dengan data tersebut dapat diperkirakan bahwa total pasar rumah makan cepat saji di Indonesia adalah kurang lebih Rp 5,7 triliun pada 2010. Besarnya pasar rumah makan cepat saji tersebut membuat persaingan dalam memasarkan produk ke konsumen semakin meningkat serta semakin banyak kompetitor yang menawarkan produk dengan atribut sejenis. Mau tidak mau, diperlukan suatu terobosan baru sebagai diferensiasi bagi rumah makan cepat saji seperti Hoka Hoka Bento dalam menarik minat konsumen dan dalam upaya mempertahankan konsumen supaya tetap mengunjungi dan bertransaksi di masa mendatang.
Universitas Indonesia
4
1.2
Perumusan Masalah Diferensiasi/ positioning dibagi menjadi 2 oleh Mullins, J.W., Walker,
O.C. Jr., & Boyd, H.W. Jr. (2008) yaitu physical dan perceptual positioning. Tetapi menurut Lemke, F., Wilson, H., & Clark, M., (2006), inovasi produk yang ada pada saat ini akan segera menjadi komoditas dan service yang excellent sekalipun bisa dianalisa serta ditiru oleh kompetitor. Hal ini didukung pula oleh Biedenbach, G., & Marell, A. (2010) yang menyebutkan bahwa semakin pentingnya atribut intangible telah memaksa para manajer pemasaran untuk mencari cara baru dalam membangun ekuitas merek serta dalam membedakan produk/ service yang ditawarkan. Mullins et al. (2008) menjelaskan bahwa evaluasi terhadap produk/ jasa sangat subyektif karena dipengaruhi oleh faktorfaktor selain physical properties, seperti opini orang lain dan pengalaman sebelumnya (past experience). Dari tiga referensi tersebut dapat disimpulkan bahwa diferensiasi pada persepsi konsumen merupakan jawaban atas semakin meningkatnya persaingan rumah makan cepat saji dalam menarik dan mempertahankan konsumen. Tetapi perceptual positioning yang seperti apa dan bagaimana mengukurnya, hal ini dijawab oleh Mullins (2008); past experience dapat membangun persepsi konsumen dan Lemke et al. (2006) memberikan 8 atribut yang membangun B2C customer experience. Tetapi apakah benar experience berkorelasi positif dengan loyalitas konsumen, dan apabila benar, atribut yang manakah yang paling berkontribusi dalam membangun experience pelanggan Hoka Hoka Bento.
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tentang customer experience dan kaitannya dengan
loyalitas konsumen Hoka Hoka Bento ini adalah: 1.
Mengetahui faktor yang paling berkontribusi dalam membangun customer experience konsumen rumah makan Hoka Hoka Bento (berdasarkan delapan faktor hasil penelitian Lemke et al., 2006).
2.
Mengetahui seberapa besar pengaruh customer experience konsumen Hoka Hoka Bento terhadap loyalitas yang dibentuk oleh atribut pembelian kembali, pemberian rekomendasi, serta positive word of mouth.
Universitas Indonesia
5
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian tentang customer experience dan kaitannya dengan loyalitas
konsumen Hoka Hoka Bento ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain: 1.
Secara akademis: a.
Memperkaya pembahasan mengenai customer experience serta kaitannya dengan loyalitas.
b.
Memberi masukan bagi penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan customer experience.
2.
Secara praktis: a.
Memberi masukan bagi rumah makan cepat saji secara umum dan khususnya
Hoka
Hoka
Bento
untuk
dapat
memberikan
dan
meningkatkan customer experience serta dalam upaya mempertahankan konsumennya. b.
Memberi masukan bagi entrepreneur yang ingin mengembangkan usaha rumah makan cepat saji.
1.5
Batasan Penelitian Penelitian karya akhir ini dibatasi dengan responden yang dalam enam
bulan terakhir telah mengkonsumsi atau berkunjung ke rumah makan Hoka Hoka Bento. Demografi responden yang diteliti pada penelitian ini dibatasi dengan kombinasi tingkat pendidikan terakhir dan usia, yaitu hanya pada responden yang tingkat pendidikan terakhirnya minimum SMU/ sederajat atau berusia diatas 18 tahun, sehingga bila ada responden yang berusia dibawah 18 tahun tetapi pendidikan terakhirnya SMU/ sederajat, data akan tetap digunakan. Target pasar Hoka Hoka Bento sebenarnya mencakup berbagai range usia dengan berbagai variasi tingkat pendidikan, status pernikahan, dan pekerjaan. Meskipun begitu, pertanyaan mengenai demografi tetap ada di kuesioner karena hasil analisa data penelitian harus dapat mewakili setidaknya profil responden yang diteliti.
Universitas Indonesia
6
1.6
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan karya akhir ini penulis bagi dalam lima bab, yang
dirumuskan sebagai berikut: BAB 1.
PENDAHULUAN Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan karya akhir.
BAB 2.
TEORI PENUNJANG Membahas teori-teori pemasaran yang berkaitan dengan perilaku konsumen, customer experience, dan loyalitas, serta teori lainnya yang berkaitan dengan pembahasan karya akhir ini. Teori-teori tersebut akan digunakan untuk menelaah permasalahan yang telah dirumuskan dan sebagai dasar untuk menjawab tujuan penelitian.
BAB 3.
MODEL DAN METODOLOGI PENELITIAN Memaparkan mengumpulkan
model
dan
informasi,
metodologi definisi
yang
digunakan
operasional
variabel
untuk yang
digunakan, serta metode pengolahan data hasil penyebaran kuesioner. BAB 4.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Menyajikan dan membahas data statistik hasil penelitian berdasarkan konsep-konsep teoritis sehingga dapat menjawab perumusan masalah.
BAB 5.
KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan yang didapat berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan berbagai keterbatasannya, saran untuk penelitian selanjutnya, dan sebagai bahan pertimbangan bagi rumah makan cepat saji secara umum dan khususnya Hoka Hoka Bento dalam membangun hubungan konsumen melalui customer experience.
Universitas Indonesia
BAB 2 TEORI PENUNJANG
2.1
Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan proses yang berlangsung ketika individu
atau organisasi memilih, membeli, atau menggunakan produk, jasa, ide, atau pengalaman dalam rangka memenuhi keinginan dan kebutuhannya (Solomon, 2009). American Marketing Association (2011) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi yang dinamis antara afektif dan kognitif, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan aspek pertukaran selama hidupnya. Ada banyak hal yang mempengaruhi perilaku konsumen. Perner (2008) memberikan lima faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu persepsi/ sensasi, kognisi, afektif, keyakinan, serta faktor sosial. Mullins et al. (2008) menyebutkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu faktor personal dan psychological, serta faktor sosial. Lebih lanjut, faktor personal dan psychological terdiri dari demografi dan gaya hidup (lifestyle), persepsi, memori, kebutuhan, dan attitude. Sedangkan faktor sosial terdiri dari budaya, kelas sosial, reference groups, dan keluarga.
2.1.1
Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Dalam mengambil keputusan, konsumen akan senantiasa dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti psychological, situasional, dan sosial, dimana akan tergantung pada tingkat involvement konsumen terhadap produk (Mullins et al., 2008). Semakin tinggi tingkat involvement konsumen, proses pengambilan keputusan akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Perilaku konsumen sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Solomon (2009) serta Kerin & Hartley (2005, dalam Yu, 2005) menjelaskan mengenai proses pengambilan keputusan yang dimulai dari pengenalan masalah, yaitu membandingkan kondisi yang ada saat ini dengan keadaan lain dengan menyadari bahwa untuk sampai pada keadaan lain tersebut ada masalah yang harus diselesaikan. Kemudian pencarian informasi, yaitu proses mencari informasi yang dapat dijadikan sebagai alasan dalam membuat keputusan. Tahap ketiga 7 Universitas Indonesia
8
adalah identifikasi serta evaluasi dari berbagai alternatif yang ada, kemudian dilanjutkan dengan pemilihan dan pembelian produk, kemudian diakhiri dengan perilaku setelah pembelian.
2.1.2
Tahapan Proses Pembentukan Experience Konsumen Menurut Mullins et al. (2008), proses pembentukan experience konsumen
terbagi menjadi enam tahapan, yaitu: a. Customer insight; calon konsumen memberikan informasi mengenai kebutuhan/ keinginannya kepada penyedia produk/ penjual (producer/ seller). Customer insight menyebabkan penyedia mengembangkan produk atau jasa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. b. Product promotion and brand building; setelah penyedia membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan/ keinginan calon konsumen, penyedia melakukan aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk memberitahukan informasi dan mendorong calon konsumen untuk membeli produk tersebut. c. Transaction; proses calon konsumen berubah menjadi konsumen. d. Product delivery; terjadi proses pertukaran, produk/ jasa dari penyedia ke konsumen serta pembayaran dari konsumen ke penyedia/ penjual. e. Customer support and service; penjual menyediakan pelayanan lebih lanjut, terutama ketika arus informasi mengenai produk dibutuhkan antara konsumen ke penjual ataupun sebaliknya. f. Product return/ disposal; ketika proses konsumsi produk selesai.
Gambar 2.1. Tahapan Proses Pembentukan Experience Konsumen Sumber: Diolah dari Mullins et al. (2008, hal. 372-373)
Universitas Indonesia
9
2.2
Customer Experience
"80% of businesses believe they deliver a superior customer experience but only 8% of their customers agree" Enkata (2008) Thompson & Kolsky (2004, dalam Terblanche, 2004) mendefinisikan customer experience sebagai akumulasi dari semua kejadian yang disadari oleh pelanggan. Sementara itu Watkins (2007) mendefinisikan customer experience sebagai penjelmaan sebuah brand yang mana melingkupi semua interaksi antara organisasi dengan pelanggan. Brooks (2006) menjelaskan tentang lima langkah yang harus dilakukan perusahaan dalam membangun experience pelanggannya, yaitu; (1) mengetahui keinginan pelanggan, (2) proses dan sistem yang baik sehingga mampu memenuhi semua ekspektasi pelanggan, (3) buatlah pelanggan senang dan menikmati proses bertransaksi, (4) buat pelanggan merasa “Wow”, kemudian yang terakhir, (5) buat pelanggan berhasil dengan adanya transaksi tersebut. Pendefinisian lebih lanjut dari berbagai sumber akan dicantumkan pada bagian 2.2.2 dan 2.2.3.
Gambar 2.2. Welcome To The Experience Economy Sumber: Diolah dari Smith & Wheeler (2002, hal. 6)
Menurut Hollyoake (2009), perbedaan utama antara B2C dan B2B adalah bahwa pada B2C, konsumen hanya akan komplain atas nama pribadinya apabila terjadi kesalahan pada produk atau jasa yang telah dikonsumsi, sedangkan pada B2B, pelanggan akan komplain kepada departemen yang gagal memberikan produk sesuai ekspektasi atau kepada account manager dari pemasok, apabila komunikasi atau tindakan dari pemasok cepat dan efisien, maka loyalitas pelanggan akan meningkat, tetapi ia akan mencari alternatif vendor lain apabila respons dari pemasok tidak memenuhi ekspektasinya.
Universitas Indonesia
10
2.2.1
Customer Satisfaction Vs. Customer Experience Smith & Wheeler (2002) menempatkan customer experience sebagai
beyond satisfaction. Bahkan menurut Schmitt (2003), kepuasan pelanggan merupakan “the devil in disguise” karena seringkali mengalihkan fokus manajemen yang seharusnya kepada pelanggan. Lebih lanjut Schmitt (2003) menjelaskan bahwa pada framework kepuasan pelanggan, ekspektasi dan performa selalu dilihat dari aspek fungsional yang dalam kata lain lebih fokus kepada produk (product-driven) dan lebih berorientasi pada hasil akhir sehingga banyak sekali pengukuran kepuasan pelanggan merupakan predictor yang buruk bagi loyalitas. Hal ini juga terdapat pada McEwen & Fleming (2003, dalam Naumann et al., 2009) yang memberikan keterangan bahwa kepuasan pelanggan bukan merupakan predictor yang benar-benar mewakili loyalitas. Experience, menurut Schmitt (2003) lebih berorientasi kepada proses. Dalam pengalaman berbelanja, experience lebih dari sekedar mendapatkan produk apa yang diinginkan oleh konsumen, tetapi juga pada semua event dan aktivitas yang merupakan bagian dari proses berbelanja, seperti desain lingkungan/ kawasan belanja, pelayanan staf, bagaimana sambutan karyawan, dan apa yang dirasakan konsumen ketika berbelanja. Pada industri pesawat terbang, Smith & Wheeler (2002), pelanggan akan berkurang ketika ada kompetitor yang menawarkan program promosi yang sejenis. Tingkat kepuasan tidak cukup dalam menjaga pelanggan supaya tetap loyal. Midwest Express Airlines menyadari hal tersebut dan memfokuskan diri untuk meningkatkan customer experience, kunci dalam menciptakan loyalitas yang sesungguhnya. Midwest menciptakan loyalitas pelanggannya dengan keunggulan pada desain tempat duduk, makanan/ menu, dan pelayanan. Smith & Wheeler (2002) mengembangkan model seperti pada Gambar 2.3. dibawah dan menjelaskan bahwa karyawan (people), produk atau jasa yang ditawarkan, serta proses harus dibenahi dalam membentuk customer experience sesuai dengan ekspektasi pelanggan, sehingga akan menimbulkan perilaku konsumen yang menghasilkan profit ataupun growth bagi perusahaan. Kepuasan
Universitas Indonesia
11
pelanggan menurut Smith & Wheeler (2002) merupakan bagian dari customer experience.
Gambar 2.3. Model Branded Customer Experience Sumber: Diolah dari Smith & Wheeler (2002, hal. 20)
Smith & Wheeler (2002) membagi ekspektasi pelanggan menjadi tiga dimensi utama, yaitu; kualitas pelayanan, dengan areanya berupa reliabilitas, tangibles, empati, dan responsiveness; kualitas produk, dengan areanya berupa grade, kesesuaian dalam pemakaian, dan kesesuaian dengan spesifikasi; dan biaya, dengan harga sebagai areanya.
2.2.2
B2B Customer Experience Saat ini semakin sulit untuk memiliki competitive advantage yang
berkelanjutan hanya dengan produk yang bagus dan excellent service (Lemke et al., 2006). Pada umumnya aktivitas pemasaran business-to-business (B2B) fokus kepada membangun brand image melalui atribut harga, teknologi, dan delivery (Biedenbach & Marell, 2010). Semakin pentingnya atribut intangible telah memaksa para manager pemasaran untuk mencari cara baru dalam membedakan produk atau service yang ditawarkan, serta dalam membangun ekuitas merek (Biedenbach & Marell, 2010). Lemke et al. (2006) menerangkan bahwa inovasi produk yang ada pada saat ini akan segera menjadi komoditas dan service yang excellent sekalipun bisa dianalisa serta ditiru oleh kompetitor, sehingga persaingan dalam meraih keunggulan bersaing ada pada customer experience.
Universitas Indonesia
12
Konsep B2B customer experience sendiri masih baru dan definisi serta pengukurannya masih menjadi kontroversi (Lemke et al., 2006). Hutt & Speh (2010) menjelaskan bahwa customer experience merupakan representasi internal dan respons subjektif dari pelanggan yang mempunyai kontak langsung ataupun tidak dengan suatu perusahaan. Hollyoake (2009) juga menjelaskan bahwa B2B customer experience adalah tentang bagaimana perusahaan memahami ekspektasi pelanggan akan experience pada setiap touchpoints serta kontak pada semua tingkatan ketika hubungan bisnis terbangun. Shaw (2007) mendefinisikan customer experience sebagai gabungan performa perusahaan secara fisik serta emotions yang timbul dan secara intuitif dibandingkan dengan ekspektasi pelanggan pada semua kontak yang terjadi. Dalam konteks B2B jasa, Biedenbach & Marell (2010) mendefinisikan customer experience sebagai interaksi secara langsung para pengambil keputusan dengan penyedia jasa yang berkontribusi kepada penilaian mereka terhadap jasa yang diterima serta pada pemilihan penyedia jasa tersebut di masa mendatang.
Gambar 2.4. Empat Pilar B2B Customer Experience Sumber: Diolah dari Hollyoake (2009)
Sementara Hollyoake (2009) pada Gambar 2.4. diatas menyimpulkan empat pilar utama B2B customer experience; kepercayaan, interdependensi, integrasi, dan komunikasi. Coyle (2007) menjelaskan bahwa pelatihan, diagnosa permasalahan, dan dukungan lapangan pada saat mendesak merupakan faktor yang mempengaruhi B2B customer experience, selain itu, karena kebutuhan stakeholders (user, manager, dan eksekutif dari pelanggan) B2B relatif dinamis,
Universitas Indonesia
13
B2B buyer-seller relationship yang baik sangat bergantung pada proaktif atau tidaknya vendor dalam memenuhi kebutuhan para stakeholders tersebut. Coyle (2007) membuat B2B customer life cycle yang menjelaskan tentang proses yang membentuk customer experience pada B2B. Berbeda dengan B2C, proses pembelian hanya merupakan sebagian kecil dari siklus pada B2B. Vendor masih harus tetap membangun dan menjaga hubungan melalui pelatihan, servis, dan kunjungan rutin dengan karyawan dari perusahaan pembeli yang mempunyai otoritas sehingga arus informasi antara vendor dengan pelanggan tetap lancar dan timbul retention dari pelanggan dengan kembali mengirimkan request for bid/ Request For Quotation (RFQ) kepada vendor. Seringkali pada siklus tersebut, customer experience baru terbentuk pada tahapan akhir (evaluation), sehingga perwakilan vendor (marketing atau sales) harus bisa memperkirakan dan mengantisipasi konsumen B2B mana yang akan memberi keuntungan yang berkesinambungan (sustainable) pada perusahaan. Hollyoake (2009) dalam risetnya menemukan bahwa banyak perusahaan yang melakukan segmentasi berdasarkan
potensi
nilai
(profitability
pada
masa
mendatang)
untuk
memprioritaskan sumber daya dan lebih berfokus pada kegiatan pemasaran serta penjualan. Lebih lanjut, Hollyoake (2009) menjelaskan bahwa pola segmentasi tersebut membuat perusahaan menggunakan metoda penjualan yang berbeda bagi tiap segmen yang mengakibatkan pelanggan menerima experience yang bervariasi dalam memenuhi kebutuhannya. Lemke et al. (2006) dalam risetnya menemukan tujuh faktor yang mempengaruhi B2B customer experience; kontak/ komunikasi secara langsung (personal), fleksibilitas, pemahaman penjual akan kebutuhan pelanggan, penjual proaktif dalam memahami tujuan pelanggan dalam membeli produk atau jasa, penjual proaktif dalam memeriksa apakah segala sesuatunya berjalan lancar, pemenuhan janji, dan pengetahuan karyawan penjual terhadap produk.
Universitas Indonesia
14
2.2.3
B2C Customer Experience Jones (1999, dalam Lemke et al., 2006) yang lebih fokus pada pengalaman
belanja, mendefinisikan experience sebagai „entertaining‟, berdasarkan faktor „fun‟ dan „pleasurable‟. Jones juga membagi experience menjadi dua, yaitu faktor pelanggan dan retailer. Faktor pelanggan terdiri dari; faktor sosial, faktor task, faktor waktu, product involvement, ketertarikan pada fitur produk, dan sumber daya financial; sementara faktor retailer terdiri dari; harga retail, pemilihan, lingkungan retail, dan tenaga penjual. Morganosky & Cude (2000, dalam Lemke et al., 2006) menemukan bahwa ada enam faktor yang memiliki dampak yang negatif kepada experience pelanggan pada retailer besar, yaitu; belanja pada beberapa tempat (muti-store), terlalu banyak pilihan yang membingungkan pelanggan, kurangnya interaksi personal, tidak adanya perasaan pelanggan bahwa mereka dikenali dan disambut, kesalahan yang mendasar dan ketidaksesuaian harga, serta jalur keluar bagi pelanggan yang tidak digunakan sehingga menambah waktu pelanggan (unused checkout lanes). Arnold et al. (2005, dalam Lemke et al., 2006) mengadakan riset lain mengenai retail dan menyimpulkan dua faktor, yaitu faktor interpersonal (tenaga penjual) dan non-interpersonal (produk). Coyle (2007) membuat B2C customer life cycle yang menjelaskan tentang proses yang membentuk customer experience pada B2C yang terdiri dari identifikasi pasar untuk mendapatkan prospek pelanggan dan menjual produk, kemudian perbaiki pelayanan sehingga membentuk customer experience yang baik, dan membangun merek untuk mempertahankan pelanggan.
Gambar 2.5. B2C Customer Life Cycle Sumber: Diolah dari Coyle (2007)
Universitas Indonesia
15
Grove & Fisk (1997, dalam Lemke et al., 2006) menemukan bahwa pada service, kehadiran pelanggan lain memberikan dampak bagi experience seorang pelanggan. Boyer et al. (2006) melakukan riset pada proses pembelian secara online, menemukan bahwa pelanggan memiliki banyak pilihan dalam membeli produk suatu perusahaan serta mendapatkan faktor; kualitas produk, kualitas jasa, freshness dari produk, penghematan waktu, serta behavioural intentions. Dalam risetnya, Lemke et al. (2006) menemukan delapan faktor yang mempengaruhi B2C customer experience, yaitu; a. Accessibility, yaitu kemudahan konsumen dalam berinteraksi dan mengakses produk.
b. Competence, yaitu kompetensi yang dimiliki oleh penyedia produk. c. Customer Recognition, yaitu perasaan konsumen bahwa kehadirannya diketahui dan dikenali oleh penyedia produk. d. Helpfulness, yaitu perasaan konsumen tentang kemudahan baginya dalam meminta bantuan. e. Personalization, yaitu perasaan konsumen bahwa dirinya menerima perlakuan/ fasilitas yang membuat dirinya nyaman sebagai individu. f. Problem solving, yaitu perasaan konsumen bahwa permasalahannya diselesaikan oleh penyedia produk.
g. Promise fulfillment, yaitu pemenuhan janji oleh penyedia produk. h. Value For Time, yaitu perasaan konsumen bahwa waktu yang dimilikinya dihargai oleh penyedia produk.
2.2.4
Kaitan Customer Experience Dengan Loyalitas Walaupun banyak studi yang mendapatkan relasi yang kuat antara
kepuasan dengan loyalitas, ada banyak pula yang mendapatkan hasil yang sebaliknya dimana pelanggan yang puas tetapi malah switch kepada produk lain (Naumann et al., 2009). McEwen & Fleming (2003, dalam Naumann et al., 2009) menjelaskan bahwa kepuasan pelanggan bukan merupakan predictor yang benarbenar mewakili loyalitas. Hal ini dilengkapi oleh Reichheld & Teal (1996, dalam Naumann et al., 2009) yang menyimpulkan bahwa antara 65% sampai 85%
Universitas Indonesia
16
pelanggan yang beralih ke kompetitor merupakan pelanggan yang puas atau bahkan sangat puas. Naumann et al. (2009) memberikan beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan pada B2B diantaranya faktor internal pelanggan, faktor lingkungan industri dan persaingan, faktor perubahan organisasi pelanggan, faktor makroekonomi, dan faktor pengukuran loyalitasnya sendiri yang tidak benar-benar mewakili loyalitas. Faktor-faktor tersebut disangkal sendiri oleh Naumann et al. (2009) pada kesimpulannya bahwa riset kepuasan pelanggan tidak bisa memprediksi loyalitas secara akurat. Berdasarkan hasil penelitian Biedenbach & Marell (2010) (Gambar 2.6), customer experience mempunyai efek yang positif kepada semua dimensi dari brand equity Aaker, yang artinya bahwa customer experience berbanding lurus dengan loyalitas terhadap merek.
Gambar 2.6. Model Customer Experience Terhadap Brand Equity Sumber: Diolah dari Biedenbach & Marell (2010)
Menurut Narayandas (2005), untuk memperoleh pelanggan, perusahaan harus memiliki tangible financial benefits yang sama dengan kompetitor dan menggunakan tangible nonfinancial benefits sebagai pembeda bagi produk mereka. Pemasok dapat membangun hubungan dan mengalihkan fokus pelanggan ke tangible nonfinancial benefits. Pengertian tangible financial benefits adalah merupakan fitur produk yang dapat diukur dan dapat diverifikasi oleh pembeli, sementara tangible nonfinancial benefits adalah fitur-fitur yang dapat disampaikan oleh pemasok, tetapi tidak bisa diverifikasi oleh pembeli.
Universitas Indonesia
17
Gambar 2.7. Kaitan Customer Experience, Loyalitas, & Word of Mouth Sumber: Diolah dari Ehret (2008)
Ehret (2008) mengembangkan model (Gambar 2.7) yang menghubungkan antara customer experience, loyalitas, dan word of mouth. Customer experience yang baik akan menghasilkan loyalitas dan word of mouth, dimana loyalitas tetap menjaga konsumen, sedangkan word of mouth akan berguna dalam ekspansi dan akuisisi pelanggan baru. Word of mouth dapat membuat konsumen melakukan trial produk, tetapi tidak menghasilkan loyalitas pelanggan. Model ini sesuai dengan McNaughton et al. (2002) bahwa kepuasaan pelanggan akan menciptakan loyalitas dan word of mouth, yang keduanya akan memiliki impak pada cash flow. Hollyoake (2008) menyimpulkan bahwa customer experience yang baik didapat dari pemahaman atas ekspektasi pelanggan, delivery produk yang tepat pada setiap kesempatan, dan berbagai faktor lainnya akan menimbulkan loyalitas. Dengan persaingan yang semakin kuat, customer experience merupakan jalan terbaik sebagai pembeda daripada harus bersaing di harga dan meluncurkan program pemasaran yang akan banyak memakan biaya.
2.3
Loyalitas Loyalitas konsumen menurut Reichheld (1996, dalam East et al., 2000)
merupakan tingkatan dimana konsumen akan tetap menggunakan suatu merek atau produsen tertentu. Adanya loyalitas pelanggan akan suatu produk/ jasa, dapat memberikan perlindungan bagi perusahaan dari persaingan dan memberikan lebih banyak kontrol dalam membuat rencana program-program pemasaran yang akan dijalankan oleh perusahaan tersebut. Sementara menurut Oliver (1993, dalam Yin Lam et al., 2004), loyalitas konsumen didefinisikan sebagai komitmen pembeli
Universitas Indonesia
18
terhadap suatu produk, jasa, merek, atau organisasi. Loyalitas juga dapat didefinisikan sebagai emosi yang positif, evaluatif, dan atau respons dari kecenderungan perilaku terhadap suatu merek, label, atau alternatif yang dapat dipilah oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai seorang pengguna, pengambil keputusan, ataupun sebagai purchasing agent (Sheth, 1974). Sheth lebih lanjut membagi loyalitas menjadi tiga dimensi kecenderungan emosi, yaitu: (1) Kecenderungan emosi terhadap suatu merek. Hal ini mengacu pada segi afektif (suka/ tidak suka), perasaan takut, hormat ataupun perasaan kecewa terhadap suatu merek dibanding merek-merek lain yang ada di pasar. Kecenderungan emosi ini didapatkan oleh konsumen melalui pengalaman sebelumnya terhadap merek ataupun berasal dari informasi-informasi yang didapat dari orang lain. (2) Kecenderungan mengevaluasi terhadap suatu merek. Kecenderungan ini meliputi evaluasi yang bersifat positif berdasarkan kriteria-kriteria yang dianggap relevan untuk menggambarkan kegunaan suatu merek bagi konsumen. Kecenderungan ini pun diperoleh oleh konsumen melalui pengalaman terdahulu dan dari informasiinformasi yang didapat mengenai merek tersebut. (3) Kecenderungan perilaku konsumen terhadap suatu merek, hal ini meliputi respons yang diberikan konsumen terhadap suatu merek melalui pembelian dan aktivitas konsumsi. Dimensi perilaku ini juga mencakup aktifitas fisik yang dilakukan oleh konsumen ketika berbelanja, mulai dari melakukan pencarian suatu merek tertentu, memilih merek tersebut, membayarnya hingga menggunakan atau mengkonsumsi produk dengan merek tersebut. Kecenderungan perilaku ini diperoleh konsumen melalui pengalaman membeli dan mengkonsumsi suatu merek tertentu dan juga dapat berasal dari kecenderungan yang umum terjadi pada beberapa merek lainnya. Loyalitas pada umumnya diwakili oleh dua perilaku konsumen, yaitu dalam memberikan rekomendasi kepada pelanggan lain, serta berulangkali membeli dari penjual atau produsen yang sama (Fornell, 1992 dalam Yin Lam et al., 2004). Dua perilaku tersebut sebagai indikator dari loyalitas oleh Sirdeshmukh et al. (2002, dalam Yin Lam et al., 2004). “Loyal customers that trust you will spend more, recommend you to others and give your brand preference over your competitors.” Deluxe (2009)
Universitas Indonesia
19
2.3.1
Tingkatan Loyalitas
Gambar 2.8. Tingkatan Loyalitas Menurut Oliver Sumber: Diolah dari Khadraoui et al. (2007)
Menurut Oliver (1997, dalam Khadraoui et al., 2007), seperti pada Gambar 2.8. diatas, tingkatan loyalitas terdiri dari; cognitive, affective, conative, dan action loyalty. Cognitive loyalty merupakan tingkatan dimana konsumen mengetahui informasi dan berkeyakinan bahwa suatu merek lebih disukai dibandingkan merek lainnya. Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling lemah karena konsumen akan switch ke merek lain apabila menerima penawaran alternatif yang lebih superior berdasarkan aspek cost dan benefit (Kalyanaram & Little, 1994 dalam Blut et al., 2007). Tingkatan yang kedua, yaitu affective loyalty merupakan loyalitas yang merefleksikan perilaku menyukai suatu merek berdasarkan kepuasan pada penggunaan/ konsumsi sebelumnya (Khadraoui et al., 2007 dan Blut et al., 2007). Pemenuhan ekspektasi akan memberikan kepuasan konsumen yang pada akhirnya akan menimbulkan affective loyalty (Bitner, 1990, dalam Blut et al., 2007). Komitmen pada tingkatan ini tersimpan di memori konsumen sebagai pengaruh dan kognisi (Khadraoui et al., 2007). Kognisi mudah diubah dengan argumen yang berlawanan, sedangkan pengaruh (affect) lebih sulit untuk dihilangkan. Tingkatan ketiga, conative loyalty, yaitu tingkatan dimana konsumen memiliki motivasi dan keinginan yang kuat dalam melakukan pembelian kembali (Blut et al., 2007). Meskipun lebih kuat daripada affective loyalty, conative loyalty masih memiliki kelemahan yaitu ketika penyedia produk/ jasa berulangkali melakukan kesalahan dalam men-deliver produk kepada konsumen yang membuat
Universitas Indonesia
20
konsumen akan mempertimbangkan penawaran dari penyedia/ merek lain (Blut et al., 2007). Tingkatan loyalitas yang tertinggi yaitu action loyalty, merupakan tingkatan dimana motivasi pada tiga tahapan loyalitas sebelumnya dikonversi menjadi keinginan untuk bertindak dibarengi keinginan untuk mengatasi rintangan (barrier) dalam melakukan tindakan/ pembelian (Khadraoui et al., 2007). Ketika proses ini berulang, akan terbentuk inersia, yang akan menimbulkan proses pembelian kembali. Menurut Aaker (1991, dalam Moisescu, 2006), tingkatan loyalitas terbagi menjadi lima, yaitu switcher, habitual, satisfied, likes, dan committed customer, seperti pada piramida loyalitas berikut;
Gambar 2.9. Tingkatan Loyalitas Menurut Aaker Sumber: Diolah dari Moisescu (2006)
Tingkatan paling bawah merupakan konsumen yang tidak loyal (switcher), semua merek dianggap sama dan akan dikonsumsi selama harganya dinilai cocok. Tingkatan yang kedua (habitual) merupakan konsumen yang puas dengan produk dan tidak pernah merasa dikecewakan ketika mengkonsumsi produk, sehingga akan tetap menggunakannya selama tidak ada stimulasi yang mengubahnya. Konsumen tipe ini akan berpindah apabila ada kompetitor yang memberikan benefit lebih. Tipe yang ketiga (satisfied) adalah konsumen yang puas dengan
Universitas Indonesia
21
produk dan ada biaya yang harus ditanggungnya ketika ia akan beralih ke produk/ merek lain (switching cost). Kompetitor harus memberikan insentif yang lebih besar daripada biaya peralihan untuk mempengaruhi konsumen tipe ini. Tingkatan keempat (likes) adalah konsumen yang benar-benar menyukai dan memiliki ikatan emosional dengan suatu produk/ merek. Loyalitas konsumen tipe ini berdasarkan asosiasi seperti simbol, pengalaman dalam penggunaan sebelumnya, atau perceived quality yang tinggi. Tingkatan teratas (committed) adalah konsumen yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap suatu merek, merasa bangga ketika menggunakannya, dan merek tersebut dirasakan sangat penting fungsinya serta sebagai ekspresi personality konsumen.
2.3.2
Tahapan Pembentukan Loyalitas Selain tingkatan loyalitas, setiap konsumen akan melalui berbagai tahapan
yang membentuknya menjadi konsumen yang benar-benar loyal kepada suatu produk/ merek. Griffin (2002, dalam Juvonen & Lahtinen, 2010) membuat enam tahapan yang membentuk loyalitas konsumen, seperti pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10. Tahapan Loyalitas Sumber: Diolah dari Juvonen & Lahtinen (2010)
Suspects merupakan semua orang yang berpotensi untuk membeli suatu produk tetapi belum mengetahui atau tidak ingin membelinya. Untuk mengkonversinya menjadi prospect, calon pembeli tersebut memiliki kebutuhan akan suatu produk dan memiliki kemampuan untuk membelinya. Mengubah suspect menjadi prospect merupakan tahapan tersulit bagi seorang marketer. Marketer harus mengidentifikasi apakah calon pembeli memiliki kualifikasi yang sesuai. Prospect sendiri merupakan calon pembeli potensial yang tertarik pada suatu produk tetapi belum membuat keputusan untuk membeli. Tahapan ketiga yaitu customers yang merupakan pembeli produk yang tidak memiliki tingkatan loyalitas. Tahapan selanjutnya yaitu clients, merupakan
Universitas Indonesia
22
customers yang berkali-kali membeli suatu produk dan memiliki perilaku yang positif terhadap produk. Clients menginginkan untuk membeli produk dari produsen/ merek tertentu walaupun dengan biaya (cost) lebih. Advocates merupakan clients yang secara aktif merekomendasikan produsen/ merek kepada orang lain. Pada tahapan ini, timbul word-of-mouth yang positif dan hubungan yang kuat antara customers dengan produsen/ merek. Advocacy merupakan tingkatan loyalitas yang tertinggi (Cross & Smith, 1995, dalam Juvonen & Lahtinen, 2010). Tahapan terakhir adalah partners, dimana pembeli dan produsen memiliki hubungan yang saling menguntungkan dan bertahan dalam jangka waktu lama.
Universitas Indonesia
BAB 3 MODEL DAN METODE PENELITIAN
Pada Bab ini akan diuraikan secara terperinci mengenai tahapan yang dilakukan dalam penelitian karya akhir ini, yang meliputi desain penelitian, pendekatan penelitian, ruang lingkup penelitian, obyek penelitian, variabel yang digunakan pada penelitian, metode pengumpulan data, sampel dengan metode pengambilan dan ukurannya, pembuatan dan sistematika kuesioner, serta metode analisis data pada penelitian ini.
3.1
Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan pada konsep Lemke et al. (2006)
tentang What Makes a Great Customer Experience dikaitkan dengan konsep dari Ehret (2008) mengenai The Function of Word of Mouth seperti pada Gambar 3.1. dibawah. Hubungan antara customer experience dengan loyalitas dapat ditemukan pula pada Biedenbach & Marell (2009) mengenai The Impact of Customer Experience on Brand Equity in a Business-To-Business Services Setting.
Gambar 3.1. Model Penelitian Sumber: Diolah dari Lemke et al. (2006) dan Ehret (2008)
23 Universitas Indonesia
24
3.2
Desain Penelitian Desain penelitian merupakan kerangka atau cetak biru/ blueprint yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian (Malhotra, 2007). Desain penelitian mencakup detail dari prosedur dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan dan mengimplementasikan permasalahan riset pemasaran. Desain penelitian yang baik akan membuat riset pemasaran dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Desain penelitian diklasifikasikan oleh Malhotra (2007). menjadi dua, yaitu penelitian exploratory dan penelitian conclusive. Penelitian eksploratif adalah desain penelitian yang dilakukan untuk memperoleh pandangan atau pengertian mengenai masalah yang dihadapi dan ingin dibahas oleh peneliti. Sementara penelitian conclusive adalah desain penelitian yang digunakan untuk memberikan solusi bagi pengambil keputusan dalam mempelajari, mengevaluasi, dan memutuskan tindakan yang akan diambil pada situasi tertentu.
3.2.1
Penelitian Eksploratif Penelitian eksploratif dimaksudkan untuk identifikasi awal mengenai
situasi penelitian yang dihadapi dalam bentuk gagasan, wawasan, dan pemahaman akan situasi tersebut yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian secara mendalam. Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian eksploratif bersifat kualitatif dan proses penelitiannya bersifat fleksibel dan relatif tidak terstruktur. Hasil dari penelitian eksploratif ini kemudian menjadi bahan untuk melakukan penelitian lanjutan, yaitu penelitian deskriptif yang merupakan bagian dari penelitian conclusive (Malhotra, 2007). Metode yang penulis gunakan untuk penelitian eksploratif ini terbagi menjadi dua, yaitu: a. Analisis data sekunder. Analisis data sekunder merupakan kegiatan mencari informasi yang terkait dan dapat digunakan dalam penelitian B2C customer experience ini. Data sekunder mudah diakses, relatif tidak perlu mengeluarkan biaya besar, dan dengan cepat dapat diperoleh (Malhotra, 2007). Adapun sumber yang
Universitas Indonesia
25
digunakan dalam karya akhir ini adalah berupa buku, jurnal, dan publikasi elektronik. b. Wawancara. Depth Interview menurut Malhotra (2007) merupakan metode wawancara yang tidak terstruktur, langsung, dan bersifat personal dimana responden digali oleh pewawancara dalam rangka memperoleh informasi mengenai motivasi, pendapat, perilaku, dan perasaannya terhadap suatu topik tertentu. Penulis melakukan wawancara ini dengan tujuan untuk mendapatkan atribut dari delapan macam faktor yang berpengaruh pada customer experience hasil penelitian Lemke et al. (2006).
3.2.2
Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif merupakan bagian dari penelitian conclusive yang
memiliki tujuan utama untuk menyimpulkan suatu hal berdasarkan data primer, yaitu data yang didapatkan peneliti dalam menyelesaikan permasalahan dari tujuan penelitian. Data primer tidak boleh diambil jika data sekunder yang tersedia belum dianalisa secara menyeluruh (Malhotra, 2007). Penelitian deskriptif yang digunakan dalam karya akhir ini bersifat multiple cross-sectional, yaitu ada dua atau lebih sampel yang berasal dari sebuah populasi serta informasi dari setiap sampel tersebut diperoleh dalam satu kali kesempatan (Malhotra, 2007). Tujuan penelitian deskriptif dalam karya akhir ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai preferensi responden yang dalam enam bulan terakhir mengunjungi atau bertransaksi dengan rumah makan Hoka Hoka Bento, terhadap faktor-faktor yang membentuk customer experience dan dikaitkan dengan loyalitas.
3.3
Ruang Lingkup Penelitian
3.3.1
Obyek Penelitian Obyek penelitian dari karya akhir ini adalah customer experience serta
kaitannya dengan loyalitas konsumen rumah makan Hoka Hoka Bento. Pembentuk customer experience tersebut berasal dari delapan faktor hasil penelitian Lemke et al. (2006). Dari delapan faktor tersebut, akan dianalisa faktor
Universitas Indonesia
26
apakah yang paling mempengaruhi customer experience pada rumah makan Hoka Hoka Bento. Pendekatan awal dilakukan dengan wawancara kepada sejumlah responden dalam penelitian eksploratif untuk memperoleh data dan wawasan tambahan terutama mengenai atribut-atribut yang membentuk masing-masing faktor dari customer experience, sebelum memulai penelitian deskriptif. Sesuai dengan tujuannya, responden yang dipilih dalam penelitian eksploratif jumlahnya kecil, hanya lima orang responden yang merupakan konsumen rumah makan Hoka Hoka Bento yang dalam enam bulan terakhir telah mengunjungi atau bertransaksi dengan rumah makan tersebut. Adapun tujuannya adalah supaya responden mesih memiliki ingatan tentang pengalamannya berinteraksi dengan Hoka Hoka Bento.
3.3.2
Variabel Secara garis besar, variabel yang akan dicari datanya dalam penelitian
karya akhir ini antara lain:
Variabel demografi responden; berupa usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, dan pekerjaan saat ini.
Variabel customer experience; yang dibentuk oleh; accessibility, competence, customer recognition, helpfulness, personalization, problem solving, promise fulfillment, serta value for time.
Loyalitas; yang dibentuk oleh memberikan rekomendasi kepada orang lain, berencana akan melakukan pembelian kembali pada masa mendatang, serta akan menceritakan pengalamannya dalam berinteraksi dengan rumah makan Hoka Hoka Bento kepada orang lain (positive word of mouth).
3.4
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh dalam
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian dan data tersebut harus mewakili populasi yang diteliti. Adapun data pada penelitian karya akhir ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.
Universitas Indonesia
27
3.4.1
Data Primer Data Primer mengenai atribut-atribut yang membentuk masing-masing
faktor dari customer experience diperoleh dari wawancara terhadap lima orang responden yang merupakan konsumen rumah makan Hoka Hoka Bento yang dalam enam bulan terakhir mengunjungi Hoka Hoka Bento. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian deskriptif yang dilakukan melalui survei dengan menyebarkan kuesioner kepada sejumlah responden yang representatif. Pertanyaan pada kuesioner merupakan pertanyaan yang terstruktur berupa interval scale, dengan bentuk Likert scale dari 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 6 (sangat setuju). Pengumpulan data dilakukan dengan metode people administrated survey dimana kuesioner diisi sendiri oleh responden dengan panduan yang diberikan oleh peneliti untuk menghindari ada pertanyaan yang terlewat oleh responden.
3.4.2
Data Sekunder Sumber data sekunder yang digunakan dalam karya akhir ini adalah
berupa buku, jurnal, dan publikasi elektronik yang digunakan untuk mendalami customer experience serta proses pengambilan keputusan konsumen.
3.5
Sampel Menurut Malhotra (2005), sampel merupakan sebagian elemen dari
populasi yang dipilih untuk berpartisipasi dalam penelitian, sedangkan populasi didefinisikan sebagai keseluruhan atau gabungan dari elemen-elemen yang memiliki kemiripan karakteristik yang diteliti pada riset pemasaran.
3.5.1
Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
berdasarkan nonprobability sampling dengan prosedur convenience sampling karena keterbatasan waktu serta biaya. Adapun kuesioner yang dibuat oleh peneliti sejumlah 200 buah berdasarkan perhitungan pada bagian 3.5.2.
Universitas Indonesia
28
3.5.2
Ukuran Sampel Meulman & Heiser (2004) menerangkan bahwa factor analysis
memerlukan data berjenis interval dan jumlah observasi atau sampel harus lima kali atau lebih dari jumlah variabel. Atribut pada kuesioner di karya akhir ini berjumlah 34 yang terbagi menjadi 8 faktor pembentuk B2C customer experience dan 1 faktor pembentuk loyalitas, sehingga penelitian ini akan memerlukan minimal 170 sampel. Peneliti menyebarkan 200 kuesioner karena adanya estimasi completion rate kurang dari 100%. Sedangkan incidence rate 90% karena adanya batasan bahwa data responden yang layak dianalisa lebih lanjut adalah yang dalam enam bulan terakhir berinteraksi dengan rumah makan Hoka Hoka Bento. Completion rate peneliti asumsikan sebesar 95%, sehingga berdasarkan perhitungan Malhotra (2005), keseluruhan kuesioner yang dibutuhkan berjumlah 135 sampel dari perhitungan: Incidence rate
= 90% = 0.90; Completion rate = 95% = 0.95
Final sample size = 170 sampel Initial sample size = Final sample size/ (Incidence rate x Completion rate) = 170 / (0.9 x 0.95) = 198.83 ≈ 200 sampel.
3.6
Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel yang membentuk
customer experience dan loyalitas. Variabel-variabel tersebut didefinisikan dengan jelas sebagai alat ukur untuk mengidentifikasi dimensi dan kriteria yang ada. Definisi operasional variabel akan diuraikan pada Tabel 3.1. dibawah. Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Penelitian No. 1.
Variabel Accessibility
Deskripsi Kemudahan dalam mengakses dan berinteraksi dengan penyedia produk (Lemke et al., 2006).
Alat Ukur 1.1 Lokasi Hoka Hoka Bento mudah dijangkau. 1.2 Area parkir Hoka Hoka Bento luas. 1.3 Proses pemesanan Hoka Hoka Bento melalui telepon memuaskan.
Sumber Parasuraman et al. (1985). Eksploratif. Parasuraman et al. (1985).
Universitas Indonesia
29
Tabel 3.1. (Lanjutan) No. 2.
3.
4.
5.
6.
Variabel Competence
Customer recognition
Helpfulness
Personalization
Problem solving
Deskripsi Kompetensi yang dimiliki oleh penyedia produk (Lemke et al., 2006).
Alat Ukur 2.1 Pelayanan Hoka Hoka Bento sama pada setiap gerai. 2.2 Menu Hoka Hoka Bento sama pada setiap gerai. 2.3 Makan di Hoka Hoka Bento nyaman. 2.4 Karyawan Hoka Hoka Bento memiliki pengetahuan terhadap paket/ menu yang tersedia. 2.5 Gerai Hoka Hoka Bento bersih.
Sumber Eksploratif.
3.1 Karyawan Hoka Hoka Bento memberikan sambutan ketika anda masuk gerai. 3.2 Karyawan Hoka Hoka Bento memberikan pelayanan yang ramah. 3.3 Hoka Hoka Bento memberikan hadiah atas pembelian menu/ paket.
Lemke et al. (2006).
4.1 Karyawan Hoka Hoka Bento membantu menyediakan meja tempat makan. 4.2 Karyawan Hoka Hoka Bento merekomendasikan menu/ paket. 4.3 Di Hoka Hoka Bento mudah dalam meminta bantuan. 4.4 Menu/ paket Hoka Hoka Bento terpampang jelas. 4.5 Harga menu/ paket Hoka Hoka Bento terpampang jelas.
Eksploratif.
Fasilitas-fasilitas yang membuat konsumen merasa nyaman ketika berinteraksi dengan penyedia produk (Lemke et al., 2006).
5.1 Suasana di Hoka Hoka Bento tenang/ tidak gaduh. 5.2 Kursi dan meja makan di Hoka Hoka Bento nyaman. 5.3 Pilihan menu/ paket Hoka Hoka Bento beragam.
Eksploratif.
Konsumen merasa bahwa penyedia produk mencoba menyelesaikan permasalahannya (Lemke et al., 2006).
6.1 Menu/ paket Hoka Hoka Bento mudah dimengerti. 6.2 Fasilitas pesan antar (delivery) Hoka Hoka Bento membantu menyelesaikan permasalahan anda. 6.3 Tempat cuci tangan di Hoka Hoka Bento mudah dijangkau. 6.4 Karyawan Hoka Hoka Bento mudah diakses ketika anda memerlukan bantuan.
Eksploratif.
Perasaan konsumen bahwa kehadirannya diketahui dan dikenali oleh penyedia produk (Lemke et al., 2006).
Konsumen merasa mudah dalam meminta bantuan (Lemke et al., 2006).
Eksploratif. Eksploratif. Lemke et al. (2006). Eksploratif.
Eksploratif.
Eksploratif.
Eksploratif.
Lemke et al. (2006). Eksploratif. Eksploratif.
Eksploratif. Eksploratif.
Eksploratif.
Eksploratif. Lemke et al. (2006).
Universitas Indonesia
30
Tabel 3.1. (Lanjutan) No. 7.
8.
9.
3.7
Variabel Promise fulfillment
Value for time
Loyalitas
Deskripsi Pemenuhan janji oleh penyedia produk (Lemke et al., 2006).
Perasaan konsumen bahwa waktu yang dimilikinya dihargai oleh penyedia produk (Lemke et al., 2006).
Emosi yang positif, evaluatif, dan atau respons dari kecenderungan perilaku terhadap suatu merek, label, atau alternatif yang dapat dipilah oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai seorang pengguna dan pengambil keputusan (Sheth, 1974).
Alat Ukur 7.1 Harga sama pada setiap gerai Hoka Hoka Bento. 7.2 Hoka Hoka Bento melayani dengan tepat waktu. 7.3 Menu/ paket di Hoka Hoka Bento tersedia tanpa harus menunggu proses pembuatannya. 7.4 Hoka Hoka Bento menepati janji halalnya.
Sumber Eksploratif.
8.1 Pelayanan di Hoka Hoka Bento cepat. 8.2 Anda tidak perlu menunggu untuk mendapatkan kursi dan meja makan di Hoka Hoka Bento. 8.3 Antrian pelanggan ditangani dengan baik di Hoka Hoka Bento. 8.4 Slot parkir selalu tersedia di Hoka Hoka Bento
Lemke et al. (2006). Eksploratif.
9.1 Pemberian rekomendasi.
Fornell, 1992 dalam Yin Lam et al. (2004). Fornell, 1992 dalam Yin Lam et al. (2004). Juvonen & Lahtinen (2010).
9.2 Pembelian kembali/ repurchase.
9.3 Positive word-of-mouth.
Lemke et al. (2006). Eksploratif.
Eksploratif.
Lemke et al. (2006).
Eksploratif.
Kuesioner Kuesioner oleh Malhotra (2007) didefinisikan sebagai sekumpulan
pertanyaan formal untuk mendapatkan informasi dari responden. Struktur pertanyaan dari kuesioner dapat terstruktur (pertanyaan yang alternatif dan format jawabannya sudah disiapkan) atau tidak terstruktur (pertanyaan terbuka dimana responden dapat menjawab dengan kata-katanya sendiri).
Universitas Indonesia
31
3.7.1
Pembuatan Kuesioner Sebelum membuat kuesioner untuk penelitian deskriptif, dilakukan
penelitian eksploratif untuk memperoleh data dan wawasan tambahan terutama mengenai atribut-atribut yang membentuk masing-masing faktor dari B2C customer experience dengan cara mewawancarai lima orang responden yang merupakan konsumen yang dalam enam bulan terakhir telah berinteraksi dengan rumah makan Hoka Hoka Bento.
3.7.2
Sistematika Kuesioner Kuesioner yang akan disebarkan kepada responden tersebut memiliki
sistematika atau urutan sebagai berikut: a. Pendahuluan, terdiri dari: Introduksi atau perkenalan. Tujuan penyebaran kuesioner. Permintaan kesediaan calon responden untuk mengisi kuesioner. b. Filter question, merupakan yang bertujuan untuk menyaring responden supaya sesuai dengan target sampel yang telah ditentukan. c. Demografi Responden, bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai karakteristik dari responden. d. Batang tubuh kuesioner, berisi pertanyaan utama yang bertujuan untuk menjawab permasalahan atau tujuan dari penelitian ini.
3.8
Metode Analisis Data Karakteristik demografi responden akan diolah dengan distribusi frekuensi
dan disajikan dalam bentuk diagram. Sementara untuk customer experience, akan dianalisa dengan menggunakan factor analysis pada dimensi pembentuknya, begitu pula dengan loyalitas. Factor analysis sendiri merupakan metode analisa yang bertujuan untuk mereduksi data dan menjelaskan korelasi dari sekumpulan variabel yang digunakan (Malhotra, 2007). Hubungan antara customer experience dengan loyalitas akan dianalisis dengan menggunakan regresi sederhana. Analisis Regresi merupakan metode untuk mengembangkan sebuah model (persamaan) yang menjelaskan hubungan
Universitas Indonesia
32
antara dua variabel (Santoso, 2010). Sedangkan regresi sederhana (simple regression) merupakan metode regresi dengan satu variabel dependen dan satu variabel independen. Pada penelitian ini loyalitas konsumen merupakan variabel dependen dan customer experience sebagai variabel independen.
Universitas Indonesia
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Depth Interview Peneliti melakukan wawancara ini dengan tujuan untuk mendapatkan
atribut dari delapan macam faktor yang berpengaruh pada B2C customer experience hasil penelitian Lemke et al. (2006); accessibility, competence, customer recognition, helpfulness, personalization, problem solving, promise fulfillment, dan value for time.
4.1.1
Responden Depth Interview Peneliti melakukan wawancara kepada lima orang responden yang
merupakan konsumen rumah makan Hoka Hoka Bento yang dalam enam bulan terakhir telah mengunjungi atau bertransaksi dengan rumah makan tersebut, dengan tujuan untuk mendapatkan atribut dari delapan macam faktor yang berpengaruh pada customer experience.
4.1.2
Pertanyaan Depth Interview Pertanyaan dalam depth interview:
Accessibility; Hal-hal apa saja yang memudahkan anda dalam berinteraksi dengan Hoka Hoka Bento?
Competence; Kompetensi dalam hal apa saja yang menurut anda harus dimiliki oleh Hoka Hoka Bento?
Customer recognition; Hal-hal apa saja yang membuat anda merasa dikenali/ diketahui ketika berada di Hoka Hoka Bento?
Helpfulness; Hal-hal apa saja yang membuat anda merasa dibantu ketika berada di Hoka Hoka Bento?
Personalization; Fasilitas-fasilitas apa saja yang membuat anda merasa nyaman ketika berada di Hoka Hoka Bento?
Problem Solving; Hal-hal apa saja yang membuat anda merasa bahwa Hoka Hoka Bento mencoba menyelesaikan permasalahan anda?
33 Universitas Indonesia
34
Promise fulfillment; Hal-hal apa saja yang menurut anda harus ditepati oleh Hoka Hoka Bento?
Value for time; Hal-hal apa saja yang membuat anda merasa bahwa waktu yang anda miliki dihargai oleh Hoka Hoka Bento?
4.1.3
Hasil Depth Interview Hasil wawancara eksploratif yang dilakukan kepada responden sesuai
dengan bagian 4.1.1 peneliti masukkan pada tabel berikut: Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Depth Interview Responden
A
AS
De
Del
E
lokasi strategis
lokasi
lokasi mudah
lokasi mudah
tempat strategis
dijangkau
dijangkau
Faktor
Accessibility
area parkir
parkir luas
parkir luas
lewat telpon
telpon website
konsistensi
konsistensi
pelayanan
pelayanan
pelayanan
pelayanan
cepat
memuaskan
konsistensi menu
konsistensi
quick service
konsistensi menu
menu
Competence
interior menarik
tempat nyaman
tempat nyaman
karyawan mengetahui menu kebersihan sambutan ketika
sambutan
masuk
Customer
kebersihan sambutan dari pelayan
pelayanan
senyuman pelayan
ramah
hadiah karena
bonus karena
sering berkunjung
sering berkunjung
yang ramah
Recognition
karyawan
karyawan
membantu
mencarikan
menyediakan
tempat duduk
meja
Helpfulness
suggestion paket
rekomendasi
menu
karyawan
Universitas Indonesia
35
Tabel 4.1. (Lanjutan) Responden
A
AS
De
Del
E
Faktor kemudahan
ketika
dalam
membutuhkan
meminta
alat makan/
bantuan
bumbu menu
daftar menu
makanan
tempampang
terpampang jelas
Personaliz-
harga menu
harga menu
terpampang
terpampang
desain interior
tempat makan
tempat makan
menarik
yang nyaman
yang bersih
paket menu
ation
yang beragam tidak gaduh menu mudah
menu/ paket
dimengerti
tidak rumit
suggestion menu
pesan antar
Problem
tempat cuci
Solving
tangan tidak terlalu jauh pelayan mudah dipanggil pelayanan cepat
menu konsisten
pelayanan
pelayanan
cepat
cepat
menu
pelayanan
rasa
konsisten
Promise
harga konsisten
sesuai mutunya harga
pelayanan
Fulfillment
menu selalu
janji tepat waktu
konsisten menu tersedia tanpa harus menunggu janji halal pelayanan cepat
Value For
ketersediaan
Time
tempat duduk
pelayanan
pelayanan
cepat
cepat
pelayanan cepat
kecepatan penyajian
Universitas Indonesia
36
Tabel 4.1. (Lanjutan) Responden
A
AS
tidak lama
penanganan
mengantri
antrian
De
Del
E
Faktor
tempat parkir tersedia
Sumber: Dirangkum Dari Hasil Wawancara.
Hasil wawancara pada tabel 4.1. tersebut diasumsikan untuk semua gerai Hoka Hoka Bento karena meskipun berada di tempat dan situasi yang berbeda, Hoka Hoka Bento memiliki sistem (process, people, dan product) yang terstandar sehingga kualitas experience yang diterima konsumen dari setiap gerai seharusnya sama. Adapun kesimpulan dari wawancara adalah sebagai berikut: a. Accessibility; - lokasi mudah dijangkau. - area parkir luas. - pesan melalui telepon. b. Competence; - pelayanan sama pada setiap gerai. - menu sama pada setiap gerai. - tempat makan nyaman. - pengetahuan karyawan terhadap menu/ paket yang tersedia. - kebersihan gerai. c. Customer recognition; - sambutan ketika masuk gerai. - pelayanan ramah. - pemberian hadiah karena sering bertransaksi. d. Helpfulness; - karyawan membantu menyediakan tempat makan. - karyawan merekomendasikan menu/ paket. - kemudahan dalam meminta bantuan. - menu/ paket terpampang jelas. - harga terpampang jelas. e. Personalization; - tempat makan yang nyaman. - pilihan menu/ paket yang beragam.
Universitas Indonesia
37
- suasana tenang/ tidak gaduh. f. Problem solving; - menu/ paket yang ditawarkan mudah dimengerti. - fasilitas pesan antar. - tempat cuci tangan mudah dijangkau. - karyawan
mudah
diakses
ketika
memerlukan
bantuan. g. Promise fulfillment; - harga sama pada setiap gerai. - ketepatan waktu dalam melayani. - ketersediaan menu/ paket tanpa harus menunggu proses pembuatannya. - janji halal. h. Value for time;
- pelayanan cepat. - ketersediaan tempat duduk. - penanganan terhadap antrian. - ketersediaan tempat parkir.
4.2
Data Penelitian Data primer penelitian deskriptif diperoleh berdasarkan hasil penyebaran
135 kuesioner sesuai dengan metode serta perhitungan jumlah sampel pada bagian 3.5.1 dan 3.5.2. Dari proses penyeleksian (screening) awal, ada data-data yang diluar Tujuan Penelitian (bagian 1.3):
tidak mengunjungi Hoka Hoka Bento dalam enam bulan terakhir yaitu kuesioner nomor 2, 6, 7, 9, 13, 17, 39, 42, 57, 68, 81, 104, 113, 115, 126, 147, 148, 155, 173, 179, 182, 183, dan 194 sampai 200.
Sehingga data yang bisa dilanjutkan untuk dianalisa tersisa sejumlah 171.
4.2.1
Uji Reliabilitas dan Validitas Pre-test merupakan pengujian kuesioner pada sejumlah kecil sampel
dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan kesalahan pada kuesioner (Malhotra, 2007). Pada penelitian ini, pre-test dilakukan terhadap 30 sampel yang memenuhi persyaratan bahwa dalam enam bulan terakhir responden
Universitas Indonesia
38
berinteraksi/ mengunjungi rumah makan Hoka Hoka Bento. Untuk uji reliabilitas, digunakan
Cronbach’s
Alpha
sebagai
indikator
konsistensi
dari
hasil
pengumpulan data. Sementara untuk validitas digunakan component matrix hasil output factor analysis sebagai indikator yang menunjukkan distribusi data sampel pada faktor yang terbentuk.
4.2.1.1 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan pemeriksaan konsistensi bila pengukuran dengan karakteristik yang sama dilakukan berulang-ulang. Cronbach’s Alpha mengukur reliabilitas data berdasarkan nilai 0 sampai dengan 1, dimana nilai diatas 0.6 atau kurang mengindikasikan bahwa data tersebut tidak memenuhi internal consistency realiability (Malhotra, 2007). Berdasarkan hasil penelitian, reliabilitas semua faktor pembentuk B2C customer experience menunjukkan angka Cronbach’s Alpha diatas 0.6, seperti pada tabel 4.2. berikut:
Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Dari 30 Sampel Pre-Test Cronbach’s Alpha
N of Items
Accessibility
0.623
3
Competence
0.704
5
Customer Recognition
0.845
3
Helpfulness
0.878
5
Personalization
0.777
3
Problem Solving
0.766
4
Promise Fulfillment
0.653
4
Value For Time
0.739
4
Loyalitas
0.830
3
Faktor
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Dari tabel 4.2. diatas dapat dilihat bahwa semua variabel dari 9 faktor tersebut memenuhi persyaratan reliabilitas, yaitu >0.6. Dapat pula dianalisa bahwa semua pertanyaan pada kuesioner tingkat konsistensinya baik atau reliabel bila dilakukan pengulangan pengukuran dengan karakteristik populasi yang sama.
Universitas Indonesia
39
4.2.1.2 Uji Validitas Pengujian validitas pada penelitian ini menggunakan component matrix hasil output factor analysis sebagai indikator yang menunjukkan distribusi loading setiap data sampel pada faktor yang terbentuk. Loading >0,63 dapat dikatakan sangat baik, >0,55 baik, >0,45 mencukupi, >0,32 buruk, serta apabila loading-nya dibawah 0,3, maka variabelnya dihilangkan (Tabachnick & Fidell, 2007, dalam Harrington, 2009). Berdasarkan hasil penelitian, factor loadings semua variabel menunjukkan angka diatas 0.45, seperti pada tabel 4.3. berikut:
Tabel 4.3. Rekapitulasi Validitas Dari Factor Loadings 30 Sampel Pre-test Constructs
No.
KMO
Sig.
1 Accessibility
Competence
Customer Recognition
Helpfulness
Personalization
2
Factor Loading 0.706
0.630
0.009
0.822
3
0.771
1 2 3
0.641
0.000
0.778
2
0.843 0.562
0.000 0.767
0.733
4
0.569
0.943
1
0.606
0.861
Value For Time
2
0.774 0.561
0.000
3
0.818
0.779
4
0.796
0.742
1
0.845
0.821 0.864
5
0.898
1
0.842
3
Promise Fulfillment
3
4
0.000
0.000
0.600
2
0.584
0.788 0.737
1
1
2
2
0.677
0.833
0.000
Problem Solving
0.716
0.794
3
0.745
1
Factor Loading
4
1
3
Sig.
0.456
5
0.000
KMO
0.779
0.777
0.629
No.
3
4
2
Constructs
Loyalty
2 3
0.624
0.000
0.942 0.842
0.921 0.727
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Universitas Indonesia
40
Nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) measure of sampling adequacy merupakan indeks yang digunakan untuk memeriksa kelayakan analisa faktor. Nilai antara 0.5 dan 1.0 mengindikasikan bahwa analisa faktor layak dilakukan untuk variabel-variabel tersebut (Malhotra, 2007). Semua construct pada tabel 4.3. diatas sudah diatas 0.5 dengan signifikansi (Sig.) dibawah 0.05, maka semua variabel tersebut sudah layak untuk dipakai pada analisa faktor. Factor loading untuk variabel Competence_1 berada hanya sedikit diatas 0.45 atau dapat dikatakan bahwa korelasi antara variabel Competence_1 dengan faktor yang terbentuk hanya sebesar 45.6%, sehingga variabel tersebut masih layak untuk diikutsertakan pada analisa selanjutnya. Selain itu, variabel tersebut didapatkan dari riset eksploratif dan 100% (5 orang) responden memberikan jawaban untuk variabel Competence_1.
4.3
Profil Responden Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 200
orang, setelah penyeleksian didapat sisa data yang valid sebanyak 171 sampel. Proses penyeleksian data dilakukan berdasarkan terakhir kali responden berinteraksi dengan Hoka Hoka Bento, data yang valid adalah data dari responden yang berinteraksi kurang dari enam bulan yang lalu. Responden yang datanya valid tersebut memiliki latar belakang demografi yang berbeda-beda. Demografi yang digunakan pada penelitian ini adalah berdasarkan usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, dan pekerjaan pada saat ini.
4.3.1
Kunjungan Terakhir Ke Hoka Hoka Bento Berdasarkan data penelitian, seperti pada Gambar 4.1. dibawah, 45% (77
responden) dari total responden mengunjungi Hoka Hoka bento kurang dari 1 bulan yang lalu, 46% (79 responden) dalam 1 sampai 3 bulan yang lalu, dan 9% (15 responden) dalam 4 sampai 6 bulan yang lalu. Dalam penelitian ditemukan sampel sebanyak 28 responden yang kunjungan terakhirnya ke Hoka Hoka Bento diatas 6 bulan yang lalu. Data tersebut tidak dianalisa lebih lanjut karena dengan waktu diatas 6 bulan, diasumsikan bahwa responden sudah tidak mengingat detail experience yang dirasakannya ketika berinteraksi dengan Hoka Hoka Bento.
Universitas Indonesia
41
Gambar 4.1. Kunjungan Terakhir Ke Hoka Hoka Bento Sumber: Hasil Pengolahan Data.
4.3.2
Profil Responden Berdasarkan Usia Usia responden pada penelitian ini (Gambar 4.2.) bervariasi dengan usia
terbanyak (46%) berada pada range 25 sampai 31 tahun serta 36% pada range 18 sampai 24 tahun. Hal ini disebabkan oleh karena pengambilan sampel yang dilakukan adalah berdasarkan convenience sampling dan mayoritas dilakukan di kampus MMUI (umumnya berusia 25 sampai 31 tahun) yang bersebelahan dengan gedung Ekstensi FEUI yang pada umumnya berusia antara 18 sampai 24 tahun. Sementara data responden yang berusia di bawah 18 tahun ada 1 sampel (+/- 1%) yang didapatkan dengan survei melalui media internet. Untuk responden yang berusia di atas 45 tahun ada 4 sampel. Usia pada penelitian ini tidak digunakan sebagai screening sampel karena target pasar Hoka Hoka Bento memang pada berbagai usia.
Gambar 4.2. Profil Responden Berdasarkan Usia Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Universitas Indonesia
42
4.3.3
Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Profil responden berdasarkan jenis kelamin yang diteliti pada penelitian ini
relatif sama. Responden pria sebanyak 94 sampel dan wanita sebanyak 77 sampel. Data disajikan pada Gambar 4.3. dibawah.
Gambar 4.3. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sumber: Hasil Pengolahan Data.
4.3.4
Profil Responden Berdasarkan Status Pernikahan Status pernikahan responden yang diperoleh dari penelitian ini disajikan
pada Gambar 4.4. dibawah.
Gambar 4.4. Profil Responden Berdasarkan Status Pernikahan Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Dengan mayoritas usia responden berada pada range 18-24 dan 25-31 tahun, didapat data status pernikahan dengan 116 responden belum menikah dan 53 sampel menikah . Dari hasil cross tabulasi (Tabel 4.4) terlihat juga bahwa 95,1% responden yang berusia 18-24 tahun dan 68,3% responden yang berusia 25-31 tahun belum menikah.
Universitas Indonesia
43
Tabel 4.4. Hubungan Antara Usia dan Status Pernikahan Usia * Status_Pernikahan Crosstabulation Status_Pernikahan Belum Menikah < 18 tahun 18-24 tahun 25-31 tahun Usia 32-38 tahun 39-45 tahun > 45 tahun Total
Count % within Status_Pernikahan Count % within Status_Pernikahan Count % within Status_Pernikahan Count % within Status_Pernikahan Count % within Status_Pernikahan Count
Menikah
Janda/ Duda
Total
1
0
0
1
.9%
.0%
.0%
.6%
58
3
0
61
50.0%
5.7%
.0%
35.7%
54
24
1
79
46.6%
45.3%
50.0%
46.2%
3
17
0
20
2.6%
32.1%
.0%
11.7%
0
6
0
6
.0%
11.3%
.0%
3.5%
0
3
1
4
% within Status_Pernikahan
.0%
5.7%
50.0%
2.3%
Count
116
53
2
171
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
% within Status_Pernikahan
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
4.3.5
Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pada Gambar 4.5, dapat dilihat bahwa pendidikan terakhir responden yang
terbanyak adalah S1 dengan 93 sampel (54%) dan Diploma 57 sampel (33%), seperti pada bagian 4.3.2., hal ini dikarenakan mayoritas pengambilan data dilakukan di sekitar MMUI. Untuk tingkatan S2/ S3, didapat 8% (13 sampel), kemungkinan ada kesalahan pengisian, karena ada beberapa rekan sesama mahasiswa MM yang mengisikan pendidikan terakhir mereka adalah S2/ S3, sehingga diasumsikan bahwa 13 sampel tersebut masuk ke S1.
Gambar 4.5. Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Universitas Indonesia
44
4.3.6
Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan responden, seperti pada Gambar 4.6. dibawah, 104 sampel dari
responden merupakan karyawan swasta, 42 sampel merupakan mahasiswa/ i, 16 sampel adalah pegawai negeri, 8 sampel wiraswasta, dan 1 responden mengisikan lainnya (tanpa mengisi detailnya) sebagai pekerjaannya saat ini.
Gambar 4.6. Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan Sumber: Hasil Pengolahan Data.
4.4
Appropriateness Variabel Pembentuk B2C Customer Experience Sebelum mereduksi atribut-atribut menjadi factor score, diperlukan
pemeriksaan untuk menilai variabel mana saja yang dianggap layak untuk dimasukkan dalam analisa faktor (Santoso, 2010).
4.4.1
Accessibility Pada construct accessibility terdapat 3 variabel yang diuji kelayakannya
(Tabel 4.5.). Variabel ini terdiri dari lokasi gerai Hoka Hoka Bento mudah dijangkau, area parkir luas, serta proses pemesanan melalui telepon memuaskan.
Tabel 4.5. Descriptive Statistics Variabel Accessibility Mean Accessibility 1 Accessibility 2 Accessibility 3
Std. Deviation 4.95 3.69 4.40
.722 1.180 1.009
Analysis N 171 171 171
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Universitas Indonesia
45
Variabel kedua yaitu area parkir luas menimbulkan kontroversi karena mayoritas gerai Hoka Hoka Bento terdapat di mall dan ada beberapa yang di ruko, tentu saja hal ini akan membuat jawaban responden tidak konsisten. Responden yang berinteraksi dengan Hoka Hoka Bento di mall akan cenderung mengisikan setuju untuk area parkir luas dan sebaliknya bagi yang berinteraksi di ruko. Hal ini dapat dilihat pada tabel diatas bahwa standar deviasi variabel accessibility 2 adalah yang terbesar (1,18), menunjukkan data lebih bervariasi dibanding variabel lainnya. Variabel yang berhubungan dengan parkir ini dianalisis juga pada variabel 4 dari construct value for time, yaitu slot parkir selalu tersedia. Dimanapun lokasi gerainya, responden akan mengisikan kecenderungannya untuk tidak setuju pada variabel tersebut bila ia mengalami kesulitan dalam mendapatkan tempat parkir.
Tabel 4.6. Appropriateness Variabel Dari Constructs Accessibility KMO and Bartlett's Test .576 18.018
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
3
df
.000
Sig.
Anti-image Matrices Accessibility 1
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Accessibility 2
Accessibility 3
Accessibility 1
.941
-.185
-.094
Accessibility 2
-.185
.917
-.175
Accessibility 3
-.094
-.175
.945
Accessibility 1
a
-.199
-.099
Accessibility 2
-.199
.559
a
-.188
Accessibility 3
-.099
-.188
.592a
.585
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa angka KMO dan Bartlett’s test adalah 0,576 (diatas 0,5) dengan signifikansi 0,00 (dibawah 0.05) yang menunjukkan bahwa gabungan variabel pembentuk accessibility memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk. Nilai MSA pada diagonal antiimage correlation menunjukkan nilai diatas 0,5 yang dapat diartikan bahwa masing-masing variabel memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk.
Universitas Indonesia
46
4.4.2
Competence Pada construct competence terdapat 5 variabel yang diuji kelayakannya
(Tabel 4.7.). Variabel ini terdiri dari pelayanan sama pada setiap gerai, menu konsisten, suasana makan yang nyaman, pengetahuan karyawan terhadap menu/ paket yang tersedia, dan kebersihan gerai Hoka Hoka Bento.
Tabel 4.7. Descriptive Statistics Variabel Competence Mean
Std. Deviation
Competence 1 Competence 2 Competence 3 Competence 4 Competence 5
4.24 4.75 4.56 4.88 4.77
Analysis N
1.049 .969 .834 .658 .841
171 171 171 171 171
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Dari tabel diatas, standar deviasi variabel competence 1 lebih besar dibandingkan variabel lainnya, hal ini menunjukkan bahwa jawaban responden untuk variabel tersebut lebih bervariasi. Hal ini kemungkinan karena pertanyaan pada variabel ini tidak spesifik kepada jenis pelayanan tertentu, sehingga ada kemungkinan beda interpretasi.
Tabel 4.8. Appropriateness Variabel Dari Constructs Competence KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
.745
Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
166.422
df
10
Sig.
.000
Anti-image Matrices Competence 1 Competence 2 Competence 3 Competence 4
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Competence 5
Competence 1
.782
-.214
-.130
-.110
.015
Competence 2
-.214
.821
-.064
-.115
.002
Competence 3
-.130
-.064
.607
-.165
-.263
Competence 4
-.110
-.115
-.165
.695
-.146
Competence 5
.015
.002
-.263
-.146
.690
Competence 1
.758
a
-.267
-.189
-.149
.020
Competence 2
-.267
.765a
-.091
-.152
.002
Competence 3
-.189
-.091
.719a
-.255
-.406
Competence 4
-.149
-.152
-.255
.793a
-.211
Competence 5
.020
.002
-.406
-.211
.710a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Universitas Indonesia
47
Dari Tabel 4.8, dapat dilihat bahwa angka KMO dan Bartlett’s test adalah 0,745 dengan signifikansi 0,00 yang menunjukkan bahwa gabungan variabel pembentuk competence memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk. Nilai MSA pada diagonal anti-image correlation menunjukkan nilai diatas 0,5 yang dapat diartikan bahwa masing-masing variabel memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk.
4.4.3
Customer Recognition Pada construct customer recognition terdapat 3 variabel yang diuji
kelayakannya (Tabel 4.9.) yaitu sambutan ketika masuk gerai, keramahan karyawan, serta hadiah atas pembelian menu/ paket.
Tabel 4.9. Descriptive Statistics Variabel Customer Recognition Mean Customer Recognition 1 Customer Recognition 2 Customer Recognition 3
Std. Deviation 4.25 4.54 3.65
1.085 .813 1.214
Analysis N 171 171 171
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Variabel terakhir yaitu pemberian hadiah merupakan variabel yang sensitif bagi experience konsumen. Pemberian hadiah atas pembelian paket biasanya akan dikomunikasikan pada berbagai media dan terpampang juga di gerai. Apabila ternyata hadiah yang dimaksud tidak diberikan karena kehabisan stok atau alasan lainnya, akan membuat konsumen merasa dibohongi yang tentu saja berdampak kurang baik bagi pembentukan experience. Selain itu, dapat juga dianalisa bahwa sebenarnya konsumen datang ke Hoka Hoka Bento tidak mengharapkan hadiah, melainkan karena menu/ makanannya. Nilai rata-rata yang relatif rendah (3,65) serta variasi (standar deviasi) yang besar (1,214) pada variabel pemberian hadiah atas pembelian menu/ paket (Tabel 4.9.) bisa menjelaskan salah satu dan atau kedua hal tersebut.
Universitas Indonesia
48
Tabel 4.10. Appropriateness Variabel Dari Constructs Customer Recognition KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
.549
Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
45.688
df
3
Sig.
.000
Anti-image Matrices Customer Recognition 1 Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Customer Recognition 2
Customer Recognition 3
Customer Recognition 1
.778
-.342
-.132
Customer Recognition 2
-.342
.794
-.053
Customer Recognition 3
-.132
-.053
.956
Customer Recognition 1
.533a
-.435
-.153
Customer Recognition 2
-.435
.537a
-.061
Customer Recognition 3
-.153
-.061
.690a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa angka KMO dan Bartlett’s test adalah 0,549 dengan signifikansi 0,00 yang menunjukkan bahwa gabungan variabel pembentuk customer recognition memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk. Nilai MSA pada diagonal anti-image correlation menunjukkan nilai diatas 0,5 yang dapat diartikan bahwa masing-masing variabel memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk.
4.4.4
Helpfulness Pada construct helpfulness terdapat 5 variabel yang diuji kelayakannya
(Tabel 4.11.), yaitu karyawan membantu menyediakan tempat makan, karyawan merekomendasikan paket/ menu, kemudahan dalam meminta bantuan, menu/ paket terpampang jelas, serta harga terpampang jelas pada gerai.
Tabel 4.11. Descriptive Statistics Variabel Helpfulness Mean Helpfulness 1 Helpfulness 2 Helpfulness 3 Helpfulness 4 Helpfulness 5
Std. Deviation 3.45 3.75 4.31 4.88 4.73
1.179 1.117 .863 .846 .988
Analysis N 171 171 171 171 171
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Universitas Indonesia
49
Variabel kedua yaitu rekomendasi karyawan atas menu/ paket merupakan variabel yang banyak ditanyakan oleh responden. Banyak diantara mereka yang merasa tidak senang bila ditawari paket-paket/ menu di Hoka Hoka Bento karena responden merasa karyawan mencoba mengarahkan pembelian mereka ke menumenu yang menurut mereka kurang laku atau banyak stoknya. Meskipun begitu, mayoritas responden cenderung setuju dengan variabel ini. Tabel 4.12. Appropriateness Variabel Dari Constructs Helpfulness KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
.660
Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
224.986
df
10
Sig.
.000
Anti-image Matrices Helpfulness 1 Helpfulness 2 Helpfulness 3 Helpfulness 4 Helpfulness 5
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Helpfulness 1
.813
Helpfulness 2 Helpfulness 3
-.177
-.091
-.047
-.059
-.177
.742
-.282
.011
.015
-.091
-.282
.679
-.047
-.093
Helpfulness 4
-.047
.011
-.047
.472
-.311
Helpfulness 5
-.059
.015
-.093
-.311
.457
Helpfulness 1
.821
a
-.228
-.122
-.075
-.096
Helpfulness 2
-.228
.643a
-.397
.019
.026
Helpfulness 3
-.122
-.397
.733a
-.082
-.167
Helpfulness 4
-.075
.019
-.082
.611a
-.670
Helpfulness 5
-.096
.026
-.167
-.670
.612a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa angka KMO dan Bartlett’s test adalah 0,660 dengan signifikansi 0,00 yang menunjukkan bahwa gabungan variabel pembentuk helpfulness memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk. Nilai MSA pada diagonal anti-image correlation menunjukkan nilai diatas 0,5 yang dapat diartikan bahwa masing-masing variabel memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk.
4.4.5
Personalization Pada construct personalization terdapat tiga variabel yang diuji
kelayakannya (Tabel 4.13.), yaitu suasana tidak gaduh, kursi dan meja makan yang nyaman, serta pilihan menu yang beragam.
Universitas Indonesia
50
Tabel 4.13. Descriptive Statistics Variabel Personalization Mean
Std. Deviation
Personalization 1 Personalization 2 Personalization 3
3.84 3.96 4.53
Analysis N
1.141 1.008 .876
171 171 171
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Variasi (standar deviasi) pada variabel pertama relatif tinggi (1,141), hal ini kemungkinan karena suasana gerai Hoka Hoka Bento pada berbagai tempat berbeda-beda, terutama yang berada di mall dan atau yang terdapat tempat permainan anak-anak.
Tabel 4.14. Appropriateness Variabel Dari Constructs Personalization KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
.568
Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
100.084
df
3
Sig.
.000
Anti-image Matrices Personalization 1 Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Personalization 2
Personalization 3
Personalization 1
.673
-.337
.014
Personalization 2
-.337
.582
-.254
Personalization 3
.014
-.254
.820
Personalization 1
.566a
-.539
.019
Personalization 2
-.539
.544a
-.368
Personalization 3
.019
-.368
.632a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa angka KMO dan Bartlett’s test adalah 0,568 dengan signifikansi 0,00 yang menunjukkan bahwa gabungan variabel pembentuk personalization memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk. Nilai MSA pada diagonal anti-image correlation menunjukkan nilai diatas 0,5 yang dapat diartikan bahwa masing-masing variabel memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk.
Universitas Indonesia
51
4.4.6
Problem Solving Pada construct problem solving terdapat 4 variabel yang akan diuji
kelayakannya (Tabel 4.15.), yaitu menu/ paket mudah dimengerti, kontribusi fasilitas pesan antar terhadap penyelesaian masalah konsumen, tempat cuci tangan yang mudah dijangkau, serta kemudahan mengakses karyawan ketika konsumen memerlukan bantuan.
Tabel 4.15 Descriptive Statistics Variabel Problem Solving Mean Problem Solving 1 Problem Solving 2 Problem Solving 3 Problem Solving 4
Std. Deviation 4.57 4.44 4.40 4.15
Analysis N
.796 1.035 .851 .918
171 171 171 171
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Variabel pertama, yaitu menu/ paket mudah dimengerti merupakan variabel yang berpotensi menimbulkan pertanyaan bagi responden, tetapi secara keseluruhan tidak ada responden yang menanyakan hal tersebut. Maksudnya sendiri adalah bahwa seperti yakiniku dan atau teriyaki. Meskipun begitu, justru variasi (standar deviasi) jawaban responden relatif rendah pada variabel tersebut.
Tabel 4.16. Appropriateness Variabel Dari Constructs Problem Solving KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
.654
Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
76.995
df
6
Sig.
.000
Anti-image Matrices Problem Solving 1 Problem Solving 2 Problem Solving 3 Problem Solving 4
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Problem Solving 1
.874
.024
-.182
-.123
Problem Solving 2
.024
.932
-.123
-.107
Problem Solving 3
-.182
-.123
.719
-.289
Problem Solving 4
-.123
-.107
-.289
.746
Problem Solving 1
.710a
.027
-.230
-.152
Problem Solving 2
.027
.724a
-.150
-.128
a
-.394 .641a
Problem Solving 3
-.230
-.150
.624
Problem Solving 4
-.152
-.128
-.394
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Universitas Indonesia
52
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa angka KMO dan Bartlett’s test adalah 0,654 dengan signifikansi 0,00 yang menunjukkan bahwa gabungan variabel pembentuk problem solving memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk. Nilai MSA pada diagonal anti-image correlation menunjukkan nilai diatas 0,5 yang dapat diartikan bahwa masing-masing variabel memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk.
4.4.7
Promise Fulfillment Pada construct promise fulfillment terdapat 4 variabel yang diuji
kelayakannya (Tabel 4.17.), yaitu konsistensi harga, ketepatan waktu dalam melayani konsumen, menu/ paket tersedia tanpa harus menunggu proses pembuatannya, serta halal.
Tabel 4.17. Descriptive Statistics Variabel Promise Fulfillment Mean Promise Fulfillment 1 Promise Fulfillment 2 Promise Fulfillment 3 Promise Fulfillment 4
Std. Deviation 4.88 4.53 4.40 4.45
.766 .769 1.009 1.189
Analysis N 171 171 171 171
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Khusus untuk variabel terakhir, yaitu pemenuhan janji halal, kemungkinan akan berpengaruh signifikan bagi konsumen yang Muslim. Terbukti dari variasi (standar deviasi) jawaban responden yang relatif tinggi pada variabel tersebut (1,189). Meskipun begitu, variabel ini tetap dianalisis lebih lanjut karena merupakan hasil dari penelitian eksploratif. Untuk variabel kedua, beberapa responden menganggap itu sebagai ketepatan/ kecepatan waktu antar jika pemesanan melalui delivery 500505, sementara responden lain menganggapnya sebagai ketepatan waktu dalam pelayanan di gerai dimana kadang responden menambah menu/ paket dan mendapatkan pesanan mereka memerlukan waktu lama untuk siap.
Universitas Indonesia
53
Tabel 4.18. Appropriateness Variabel Dari Constructs Promise Fulfillment KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
.518
Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
61.265
df
6
Sig.
.000
Anti-image Matrices Promise Fulfillment 1
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Promise Fulfillment 2
Promise Fulfillment 3
Promise Fulfillment 4
Promise Fulfillment 1
.881
-.208
.062
-.200
Promise Fulfillment 2
-.208
.743
-.342
.001
Promise Fulfillment 3
.062
-.342
.791
-.065
Promise Fulfillment 4
-.200
.001
-.065
.939
Promise Fulfillment 1
.519a
-.257
.074
-.220
Promise Fulfillment 2
-.257
.515a
-.447
.001
Promise Fulfillment 3
.074
-.447
.506a
-.076
Promise Fulfillment 4
-.220
.001
-.076
.574a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa angka KMO dan Bartlett’s test adalah 0,518 dengan signifikansi 0,00 yang menunjukkan bahwa gabungan variabel pembentuk promise fulfillment memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk. Nilai MSA pada diagonal anti-image correlation menunjukkan nilai diatas 0,5 yang dapat diartikan bahwa masing-masing variabel memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk.
4.4.8
Value For Time Pada construct value for time terdapat 4 variabel yang akan diuji
kelayakannya (Tabel 4.19.), yaitu kecepatan pelayanan, tidak perlu menunggu dalam mendapatkan kursi dan meja makan di Hoka Hoka Bento, penanganan antrian konsumen, serta tersedianya slot parkir.
Tabel 4.19. Descriptive Statistics Variabel Value For Time Mean Value For Time 1 Value For Time 2 Value For Time 3 Value For Time 4
Std. Deviation 4.59 4.10 4.13 3.56
.764 1.072 1.017 1.090
Analysis N 171 171 171 171
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Universitas Indonesia
54
Berbeda dengan variabel pertama pada construct accessibility, tersedianya slot parkir merupakan pengalaman responden dalam mendapatkan parkir bagi kendaraannya baik itu di gerai Hoka Hoka Bento yang berada di mall ataupun di gerai yang berdiri sendiri. Meskipun begitu, rata-rata jawaban responden untuk variabel ini relatif rendah, yaitu 3,56 dan konsisten dengan jawaban variabel accessibility 2 pada bagian 4.4.1 (Tabel 4.5.) yang rata-ratanya 3,69.
Tabel 4.20. Appropriateness Variabel Dari Constructs Value For Time KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
.703
Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
118.782
df
6
Sig.
.000
Anti-image Matrices Value For Time 1 Value For Time 2 Value For Time 3 Value For Time 4
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Value For Time 1
.760
Value For Time 2 Value For Time 3
-.188
-.231
.021
-.188
.746
-.128
-.177
-.231
-.128
.669
-.233
Value For Time 4
.021
-.177
-.233
.770
Value For Time 1
.692a
-.250
-.324
.027
Value For Time 2
-.250
.744
a
-.181
-.233
Value For Time 3
-.324
-.181
.686a
-.324
Value For Time 4
.027
-.233
-.324
.694a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa angka KMO dan Bartlett’s test adalah 0,703 dengan signifikansi 0,00 yang menunjukkan bahwa gabungan variabel pembentuk value for time memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk. Nilai MSA pada diagonal anti-image correlation menunjukkan nilai diatas 0,5 yang dapat diartikan bahwa masing-masing variabel memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk.
4.4.9
Factor Loadings Semua Variabel Pada Setiap Constructs Berdasarkan hasil penelitian, factor loadings semua variabel menunjukkan
angka diatas 0.45 (Tabel 4.22.), kecuali pada variabel Promise_Fulfillment_4 (0,438) dari pertanyaan: “Hoka Hoka Bento memenuhi janji halalnya”. Hal ini
Universitas Indonesia
55
menunjukkan bahwa data tersebut tidak memiliki korelasi yang mencukupi dengan faktor yang terbentuk, sehingga variabel ini akan dihilangkan dari analisis selanjutnya. Janji halal seperti telah dibahas pada bagian 4.4.7 memang tidak dapat digeneralisasi mengingat variabel tersebut terkait dengan agama tertentu. Dari distribusi frekuensi untuk pertanyaan Promise_Fulfillment_4 tersebut (Tabel 4.21.), terlihat bahwa standar deviasi jawaban responden sebesar 1,19 dan nilai rata-rata 4,45 dengan jawaban agak tidak setuju, tidak setuju, serta sangat tidak setuju mencapai 18,1% dari keseluruhan sampel.
Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Variabel Promise_Fulfillment_4 Statistics Promise Fulfillment 4 N
Valid
171
Missing
0 4.4503 .09092 1.18899 1.414 1.00 6.00
Mean Std. Error of Mean Std. Deviation Variance Minimum Maximum Frequency Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Valid
Percent Valid Percent 6
3.5
Cumulative Percent 3.5
3.5
7
4.1
4.1
7.6
Agak Tidak Setuju
18
10.5
10.5
18.1
Agak Setuju
37
21.6
21.6
39.8
Setuju
79
46.2
46.2
86.0
Sangat Setuju
24
14.0
14.0
100.0
171
100.0
100.0
Total
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Untuk variabel Problem_Solving_2; “Fasilitas pesan antar (delivery) Hoka Hoka Bento membantu menyelesaikan permasalahan anda”, memiliki factor loading sedikit diatas 0,45 (Tabel 4.22.), hal ini disebabkan kemungkinan bahwa konsumen Hoka Hoka Bento tidak menganggapnya membantu menyelesaikan permasalahan karena dalam fasilitas delivery dibutuhkan waktu tunggu pesanan datang yang justru akan menambah permasalahan baru.
Universitas Indonesia
56
Tabel 4.22. Rekapitulasi Factor Loadings Semua Variabel Constructs
Accessibility
Competence
Customer Recognition
No.
Factor Loading
1
0.658
2
0.733
3
Constructs
No.
Factor Loading
1
0.787
2
0.879
0.645
3
0.664
1
0.630
1
0.608
2
0.577
2
0.469
3
0.791
3
0.803
4
0.749
4
0.777
5
0.686
1
0.570
0.504
1
0.822
2
0.797
0.854
2
0.794
3
0.694
0.755
3
0.500
4
0.438
-
1
0.614
1
0.691
2
0.564
2
0.740
Personalization
Problem Solving
Promise Fulfillment
Value For Time Helpfulness
3
0.720
3
0.794
4
0.756
4
0.680
5
0.778
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
4.5
Factor Score B2C Customer Experience Factor score B2C customer experience konsumen Hoka Hoka Bento
dibentuk dari reduksi 8 constructs pembentuknya yang didapat dari reduksi 31 variabel. Analisis ini menghilangkan variabel Promise_Fulfillment_4 karena factor loading-nya dibawah 0,45.
4.5.1
Appropriateness Variabel Pembentuk B2C Customer Experience Kelayakan semua constructs untuk dilakukan tahapan proses analisa faktor
dapat dilihat pada Tabel 4.23. berikut:
Universitas Indonesia
57
Tabel 4.23. Appropriateness Constructs Terhadap Customer Experience KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
.887 483.604
df
28
Sig.
.000
Anti-image Matrices FA Acce FA Com FA Customer FA Help FA Perso ssibility petence Recognition fulness nalization
Anti-image Covariance
FA Accessibility
.811
FA Competence FA Customer Recognition
-.023
-.077
.000
.062
-.023
.687
-.053
-.084
-.077
-.053
.601
-.136
FA Helpfulness
.000
-.084
-.136
FA Personalization
.062
-.121
-.085
FA Problem Solving
-.091
.036
-.080
FA Value For Time
-.117
-.029
FA Promise Fulfillment
-.018
-.147
FA Accessibility
.890
a
FA Competence
-.031
FA Customer Recognition Anti-image Correlation
FA Helpfulness FA Personalization
-.111
FA Problem FA Value FA Promise Solving For Time Fulfillment -.091
-.117
-.018
-.121
.036
-.029
-.147
-.085
-.080
-.015
-.045
.530
-.049
-.164
-.029
-.024
-.049
.609
-.100
-.123
-.001
-.164
-.100
.463
-.070
-.100
-.015
-.029
-.123
-.070
.527
-.170
-.045
-.024
-.001
-.100
-.170
.532
-.031
-.111
-.001
.088
-.148
-.178
-.028
.890a
-.083
-.139
-.187
.064
-.049
-.244
-.083
a
-.241
-.141
-.151
-.027
-.080
a
-.086
-.330
-.054
-.045
.895a
-.189
-.217
-.002
a
.915
-.001
-.139
-.241
.885
.088
-.187
-.141
-.086
FA Problem Solving
-.148
.064
-.151
-.330
-.189
.873
-.141
-.202
FA Value For Time
-.178
-.049
-.027
-.054
-.217
-.141
.882a
-.321
FA Promise Fulfillment
-.028
-.244
-.080
-.045
-.002
-.202
-.321
.878a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa angka KMO dan Bartlett’s test adalah 0,887 dengan signifikansi 0,00 yang menunjukkan bahwa gabungan variabel pembentuk customer experience memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk. Nilai MSA pada diagonal anti-image correlation menunjukkan nilai diatas 0,5 yang dapat diartikan bahwa masing-masing variabel tersebut memiliki interdependensi dengan factor score B2C customer experience konsumen Hoka Hoka Bento.
4.5.2
Kontribusi Setiap Variabel Pada B2C Customer Experience Kontribusi masing-masing variabel pembentuk B2C customer experience
dapat ditentukan dari kontribusinya terhadap faktor yang terbentuk seperti pada Tabel 4.24. berikut:
Universitas Indonesia
58
Tabel 4.24. Kontribusi 8 Variabel Terhadap Customer Experience Compon Initial Eigenvalues ent Total % of Variance 1 2 3 4 5 6 7 8
4.028 .865 .719 .625 .557 .479 .391 .335
Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings Cumulative %
50.354 10.816 8.989 7.811 6.968 5.988 4.886 4.188
Total
50.354 61.170 70.159 77.971 84.938 90.926 95.812 100.000
% of Variance 4.028
50.354
Cumulative % 50.354
Extraction Method: Principal Component Analysis. Component Matrixa Component 1 FA Accessibility FA Competence FA Customer Recognition FA Helpfulness FA Personalization FA Problem Solving FA Value For Time FA Promise Fulfillment
.494 .636 .721 .756 .705 .802 .761 .755
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Ada 8 komponen dengan tingkat kontribusi yang berbeda-beda terhadap factor score B2C customer experience konsumen Hoka Hoka Bento. Untuk mendapatkan urutan variabel dengan tingkat kepentingannya, dapat dianalisa dari component matrix. Dari Tabel 4.24. diatas, dapat dianalisa bahwa satu faktor yang terbentuk akan bisa menjelaskan 50,4% variabilitas dari delapan variabel yang membentuknya. Korelasi faktor customer experience yang terbentuk dengan: accessibility = 0,494, competence = 0,636, customer recognition = 0,721, helpfulness = 0,756, personalization = 0,705, problem solving = 0,802, promise fulfillment = 0,755, serta value for time = 0,761. Tabel 4.24. juga menjawab tujuan penelitian (bagian 1.3) nomor 1, yaitu untuk mengetahui faktor yang paling mempengaruhi B2C customer experience konsumen Hoka Hoka Bento. Yang paling berkontribusi adalah problem solving, kemudian value for time, dan yang
Universitas Indonesia
59
ketiga adalah helpfulnes, urutan lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.7 dibawah.
Gambar 4.7. Kontribusi Setiap Faktor Pembentuk B2C Customer Experience Sumber: Hasil Pengolahan Data.
4.6
Factor Score Loyalitas Berbeda dengan B2C customer experience yang dibentuk dengan dua kali
analisa faktor, factor scores loyalitas didapatkan dari satu kali proses analisa faktor dari tiga variabel pembentuknya, yaitu recommendation, repurchase, dan positive word of mouth (WOM).
4.6.1
Appropriateness Variabel Pembentuk Loyalitas Tabel 4.25. Descriptive Statistics Variabel Loyalitas Mean Recommendation Repurchase WOM
Std. Deviation 4.47 4.84 4.44
.883 .787 .971
Analysis N 171 171 171
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Pada construct loyalitas terdapat 3 variabel yang diuji kelayakannya (Tabel 4.25.), yaitu akan merekomendasikan Hoka Hoka Bento kepada orang lain, akan datang kembali pada masa mendatang, serta akan menceritakan hal yang
Universitas Indonesia
60
positif mengenai Hoka Hoka Bento kepada orang lain. Secara umum jawaban responden untuk pertanyaan ini berada pada range agak setuju dan setuju, hal ini terbukti dari nilai rata-rata setiap variabel yang berada di kisaran 4 (agak setuju) sampai 5 (setuju). Tiga variabel ini tidak berdasarkan atas riset eksploratif melainkan berdasarkan teori penunjang yang terdapat pada bagian 2.3 dan 2.3.2.
Tabel 4.26. Appropriateness Variabel Pembentuk Loyalitas KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
.682
Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
144.526
df
3
Sig.
.000
Anti-image Matrices Recommendation Recommendation Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Repurchase
WOM
.622
-.118
-.266
Repurchase
-.118
.658
-.243
WOM
-.266
-.243
.536
Recommendation
.698a
-.184
-.460
Repurchase
-.184
.725a
-.409
WOM
-.460
-.409
.641a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa angka KMO dan Bartlett’s test adalah 0,682 dengan signifikansi 0,00 yang menunjukkan bahwa gabungan variabel pembentuk loyalitas memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk. Nilai MSA pada diagonal anti-image correlation menunjukkan nilai diatas 0,5 yang dapat diartikan bahwa masing-masing variabel memiliki interdependensi dengan faktor yang terbentuk.
4.6.2
Kontribusi Masing-Masing Variabel Pada Loyalitas Kontribusi dari 3 variabel pembentuk loyalitas dapat ditentukan dari
kontribusinya terhadap faktor yang terbentuk seperti pada Tabel 4.27. berikut:
Universitas Indonesia
61
Tabel 4.27. Kontribusi 3 Variabel Terhadap Loyalitas Total Variance Explained Initial Eigenvalues Component Total
Extraction Sums of Squared Loadings
% of Variance
Cumulative %
Total
1
2.083
69.421
69.421
2
.543
18.096
87.517
3
.374
12.483
100.000
% of Variance 2.083
69.421
Cumulative % 69.421
Extraction Method: Principal Component Analysis. Component Matrixa Component 1 Recommendation
.822
Repurchase
.804
WOM
.873
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Ada 3 komponen dengan tingkat kontribusi yang berbeda-beda terhadap factor score loyalitas konsumen Hoka Hoka Bento. Untuk mendapatkan urutan variabel dengan tingkat kepentingannya, dapat dianalisa dari component matrix. Dari Tabel 4.27. diatas, dapat dianalisa bahwa satu faktor yang terbentuk akan bisa menjelaskan 69,42% variabilitas dari tiga variabel yang membentuknya. Positive word of mouth merupakan variabel yang korelasinya paling besar dengan factor score loyalitas (0,873), hal ini menunjukkan bahwa konsumen Hoka Hoka Bento yang diwakili oleh 171 sampel pada penelitian ini akan loyal sekaligus menceritakan hal-hal yang positif mengenai Hoka Hoka Bento kepada orang lain. Berdasarkan teori penunjang (bagian 2.3.2), fenomena ini menunjukkan bahwa positive word of mouth merupakan salah satu indikator tahapan loyalitas yang tertinggi atau advocates (Cross & Smith, 1995, dalam Juvonen & Lahtinen, 2010).
4.7
Kaitan B2C Customer Experience Dengan Loyalitas Pada teori penunjang (bagian 2.2.4) penelitian ini telah dibahas bahwa
customer experience memang mempengaruhi loyalitas sesuai dengan hasil penelitian Biedenbach & Marell (2010) serta Hollyoake (2008). Analisis kaitan customer experience dengan loyalitas ini juga sekaligus untuk menjawab tujuan penelitian kedua (bagian 1.3) yaitu mencari tahu seberapa besar hubungan
Universitas Indonesia
62
customer experience dengan loyalitas yang dibentuk dari tiga atribut pembentuknya, yaitu recommendation, repurchase, dan positive word of mouth. Tabel 4.28. Model Summary Customer Experience Terhadap Loyalitas Model 1
R .557
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.310
.306
.83304134
a
a. Predictors: (Constant), FA Customer Experience b. Dependent Variable: FA Loyalitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Nilai R merupakan korelasi/ hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, bila diatas 0,5 maka korelasinya kuat (Santoso, 2010). Pada penelitian ini, variabel dependennya adalah loyalitas dan variabel independennya adalah B2C customer experience konsumen Hoka Hoka Bento. Pada tabel 4.28 diatas, nilai R adalah 0,557 yang menunjukkan bahwa hubungan yang kuat antara loyalitas dengan customer experience. Nilai R square sebesar 0,31 menunjukkan bahwa 31% variasi dari loyalitas dapat dijelaskan oleh customer experience. Tabel 4.29. Uji Anova Customer Experience Terhadap Loyalitas Model
Sum of Squares Regression
1
df
Mean Square
F
52.721
1
52.721
Residual
117.279
169
.694
Total
170.000
170
Sig. .000a
75.972
a. Predictors: (Constant), FA Customer Experience b. Dependent Variable: FA Loyalitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Dari uji Anova (Tabel 4.29.), didapat nilai F hitung sebesar 75,972 dengan tingkat signifikansi 0,000 (dibawah 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa customer experience mempengaruhi loyalitas. Tabel 4.30. Uji t Variabel Customer Experience Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
Beta
t
Sig.
-8.213E-17
.064
.000
1.000
.557
.064
.557 8.716
.000
FA Customer Experience
a. Dependent Variable: FA Loyalitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Universitas Indonesia
63
Uji t pada Tabel 4.30. diatas merupakan alat untuk menguji tingkat signifikansi konstanta dari berbagai variabel independen. Karena pada penelitian ini variabel independennya hanya satu, yaitu customer experience konsumen Hoka Hoka Bento, maka angka signifikansi yang muncul pada uji t hanya pada satu variabel saja yaitu 0,000, dan dengan t kritis untuk α = 0,05 pada derajat kebebasan = n-1 = 170 adalah 1,96, maka dapat diinterpretasikan terjadi hubungan linear yang signifikan antara customer experience dengan loyalitas karena nilai t hitungnya (8,72) diatas t kritis.
4.8
Analisis Hasil Penelitian Analisis data dan pembahasan berdasarkan konsep/ teori penunjang ini
akan terlebih dahulu mendefinisikan obyek yang diteliti, yaitu Hoka Hoka Bento yang merupakan rumah makan cepat saji dengan menu bernuansa Jepang. Rumah makan cepat saji merupakan point of parity dan menu bernuansa Jepang adalah sebagai pembeda (point of difference). Pendekatan ini akan sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen yang oleh Solomon (2009) dan Kerin & Hartley (2005, dalam Yu, 2005) dimulai dari identifikasi masalah, pencarian informasi, evaluasi dari berbagai alternatif, terjadinya pemilihan/ pembelian produk, dan diakhiri dengan perilaku setelah pembelian. Masalah yang dihadapi calon konsumen dalam menentukan rumah makan tentu saja karena adanya rasa lapar. Tetapi apakah yang membuat calon konsumen memilih makan di tempat tertentu untuk menyelesaikan permasalahannya tersebut, evaluasi seperti apa yang dilakukannya sehingga pilihan itu yang diambil, serta bagaimana perilakunya setelah ia selesai mengkonsumsi. Ketiga pertanyaan tersebut akan sulit dipecahkan tanpa terlebih dahulu mengetahui customer insight yang menurut Mullins et al. (2008) merupakan tahapan pertama dalam membentuk experience konsumen. Pernyataan ini didukung pula oleh Brooks (2006) yang menerangkan bahwa langkah pertama dalam membangun customer experience adalah dengan mengetahui keinginannya. Pemenuhan keinginan konsumen akan menciptakan kepuasan. Menu makanan yang enak akan memenuhi keinginan dan ekspektasi konsumen, tetapi apakah kepuasan yang terbentuk akan menciptakan perilaku loyal. Menurut Schmitt
Universitas Indonesia
64
(2003), pada framework kepuasan pelanggan; ekspektasi dan performa selalu dilihat dari aspek fungsional yang dalam kata lain lebih fokus kepada produk (product-driven) dan lebih berorientasi pada hasil akhir sehingga banyak sekali pengukuran kepuasan pelanggan merupakan predictor yang buruk bagi loyalitas. Hal ini didukung pula oleh McEwen & Fleming (2003, dalam Naumann et al., 2009) yang memberikan keterangan bahwa kepuasan pelanggan bukan merupakan predictor yang benar-benar mewakili loyalitas. Selanjutnya Smith & Wheeler (2002) dengan analisanya di industri transportasi udara menjelaskan bahwa tingkat kepuasan tidak cukup dalam menjaga pelanggan supaya tetap loyal dimana hal tersebut disadari oleh Midwest Express Airlines dan memfokuskan diri untuk meningkatkan customer experience, kunci dalam menciptakan loyalitas yang sesungguhnya. Banyak riset lainnya mengenai customer experience yang dilakukan pada berbagai industri, seperti Morganosky & Cude (2000, dalam Lemke et al., 2006) pada retailer-retailer besar, serta Boyer et al. (2006) pada proses pembelian secara online. Lebih lanjut Brooks (2006) memberikan empat langkah lainnya, yaitu proses pemenuhan ekspektasi, proses transaksi, proses membangun rasa puas konsumen, dan proses yang membuat konsumen merasa berhasil dengan adanya transaksi tersebut. Empat proses yang dipaparkan oleh Brooks (2006) tersebut sesuai dengan Schmitt yang menerangkan bahwa experience lebih berorientasi pada proses, sehingga konsep customer experience ini akan sesuai dilakukan untuk rumah makan cepat saji seperti Hoka Hoka Bento karena menyangkut empat proses tersebut. Berdasarkan Lemke et al. (2006), B2C customer experience dibentuk oleh 8 atribut utama, yaitu accessibility, competence, customer recognition, helpfulness, personalization, problem solving, promise fulfillment, dan value for time. Penelitian ini mengembangkan delapan atribut tersebut dengan melakukan depth interview kepada responden yang dalam enam bulan terakhir pernah berinteraksi/ bertransaksi dengan Hoka Hoka Bento. Meskipun Lemke et al. (2006) menyatakan bahwa inovasi produk yang ada pada saat ini akan segera menjadi komoditas dan service yang excellent sekalipun bisa dianalisa serta ditiru oleh kompetitor, delapan atribut pembentuk customer experience tersebut sangat mirip dengan lima dimensi dari Service Quality (Servqual) dalam Parasuraman et
Universitas Indonesia
65
al. (1988), helpfulness dan problem soving oleh Lemke et al. (2010) dimasukkan ke dalam kategori caring-attitude yang pada Servqual masuk dalam dimensi empathy (Parasuraman et al., 1988), demikian pula dengan customer recognition dan personalization. Atribut value for time masuk pada dimensi responsiveness. Promise fulfillment masuk pada dimensi reliability. Competence masuk pada dimensi assurance. Yang terakhir, yaitu accessibility masuk pada dimensi Servqual; access (Parasuraman, 1985, dalam Lemke et al., 2010) yang menurut Parasuraman et al. (1988) sudah terwakili oleh dimensi assurance dan empathy. Yang menarik adalah bahwa dimensi tangibles tidak terwakili secara eksplisit oleh salah satu dari 8 atribut pembentuk customer experience tersebut. Meskipun begitu, terdapat beberapa variabel yang sebenarnya terkait dengan dimensi tangibles dari Hoka Hoka Bento (Hokben), diantaranya: 1. Variabel Accessibility_2: “Area parkir Hokben luas”. 2. Variabel Competence_5: “Gerai Hokben bersih”. 3. Variabel Helpfulness_4: “Menu/ paket Hokben terpampang jelas”. 4. Variabel Helpfulness_5: “Harga menu/ paket Hokben terpampang jelas”. 5. Variabel Personalization_2: “Kursi dan meja makan di Hokben nyaman”. Yang menarik dari atribut pembentuk customer experience temuan Lemke et al. (2006) adalah bahwa ia membagi customer experience berdasarkan perspektif B2C dan B2B, sehingga atribut-atribut yang ada dapat digunakan untuk usaha yang memiliki target pasar individu atau bisnis. B2B customer experience sendiri menurut Hollyoake (2009) adalah tentang bagaimana perusahaan memahami ekspektasi pelanggan akan experience pada setiap touchpoints serta kontak pada semua tingkatan ketika hubungan bisnis terbangun. Relatif mirip dengan pendefinisian customer experience oleh Thompson & Kolsky (2004, dalam Terblanche, 2004) yaitu sebagai akumulasi dari semua kejadian yang disadari oleh pelanggan; serta oleh Watkins (2007) yang mendefinisikan customer experience sebagai penjelmaan sebuah brand yang mana melingkupi semua interaksi antara organisasi dengan pelanggan. Hasil penelitian memberikan urutan atribut yang paling berpengaruh berdasarkan korelasi factor loading terhadap factor score customer experience Hoka Hoka Bento yang terbentuk; problem solving (80,2%), value for time
Universitas Indonesia
66
(76,1%), helpfulness (75,6%), promise fulfillment (75,5%), customer recognition (72,1%), personalization (70,5%), competence (63,6%), dan yang terakhir adalah accessibility (49,4%). Terdapat 4 variabel pada atribut yang paling mempengaruhi customer experience konsumen Hoka Hoka Bento (problem solving), yaitu menu/ paket mudah dimengerti, kontribusi fasilitas pesan antar terhadap penyelesaian masalah konsumen, tempat cuci tangan yang mudah dijangkau, serta kemudahan mengakses karyawan ketika konsumen memerlukan bantuan. Atribut problem solving ini sejalan dengan proses pengambilan keputusan konsumen yang dimulai dari identifikasi masalah konsumen (Solomon, 2009, dan Kerin & Hartley, 2005, dalam Yu, 2005). Pengolahan data yang dihasilkan dari penelitian ini menghasilkan output bahwa konsumen Hoka Hoka Bento menganggap bahwa customer experience mereka terutama dibentuk oleh persepsi bahwa Hoka Hoka Bento berusaha meyelesaikan permasalahan mereka. Atribut yang paling berpengaruh kedua pun, value for time, bisa dianggap masuk sebagai permasalahan konsumen karena didefinisikan sebagai adanya perasaan konsumen bahwa penyedia produk menghargai waktu yang dimiliki oleh konsumen (Lemke et al., 2006). Atribut lainnya telah cukup jelas dibahas pada bagian 4.2, 4.3, 4.4, 4.5, 4.6, dan 4.7. Yang cukup menarik adalah bahwa variabel Promise_Fulfillment_4 dari pertanyaan: “Hoka Hoka Bento memenuhi janji halalnya” menunjukkan nilai factor loading dibawah 0,45, hal ini menunjukkan bahwa data tersebut memiliki korelasi yang tidak mencukupi dengan factor score promise fulfillment yang terbentuk, sehingga variabel ini dihilangkan dari analisis dalam membentuk customer experience. Variabel ini cenderung akan berpengaruh signifikan bagi umat Muslim untuk mengisikan tidak setuju sementara tidak berpengaruh bagi pemeluk kepercayaan lain. Manajemen Hoka Hoka Bento memahami hal ini dan sudah memasang logo halal di situsnya. Perner (2008) dan Mullins et al. (2008) menyebutkan bahwa keyakinan termasuk ke dalam faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen. Dalam kaitannya dengan loyalitas, customer experience mempunyai efek yang positif kepada semua dimensi dari brand equity Aaker, yang artinya bahwa
Universitas Indonesia
67
customer experience berbanding lurus dengan loyalitas (Biedenbach & Marell, 2010) serta Hollyoake (2008). Ehret (2008) juga menjelaskan bahwa customer experience yang baik akan menghasilkan loyalitas dan word of mouth, dimana loyalitas tetap menjaga konsumen, sedangkan word of mouth akan berguna dalam ekspansi dan akuisisi pelanggan baru. Loyalitas sendiri menurut Oliver (1993, dalam Yin Lam et al., 2004) didefinisikan sebagai komitmen pembeli terhadap suatu produk, jasa, merek, atau organisasi. Loyalitas juga dapat didefinisikan sebagai emosi yang positif, evaluatif, dan atau respons dari kecenderungan perilaku terhadap suatu merek, label, atau alternatif yang dapat dipilah oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai seorang pengguna, pengambil keputusan, ataupun sebagai purchasing agent (Sheth, 1974). Loyalitas pada umumnya diwakili oleh dua perilaku konsumen, yaitu dalam memberikan rekomendasi kepada pelanggan lain, serta berulangkali membeli dari penjual atau produsen yang sama (Fornell, 1992 dalam Yin Lam et al., 2004). Dalam penelitian ini, perilaku memberikan rekomendasi kepada orang lain diwakili oleh pertanyaan: “Anda akan merekomendasikan Hoka Hoka Bento kepada orang lain”, dan perilaku berulangkali membeli dari penjual yang sama diwakili oleh pertanyaan: “Anda akan datang kembali ke Hoka Hoka Bento pada masa mendatang”. Dua perilaku tersebut merupakan indikator dari loyalitas menurut Sirdeshmukh et al. (2002, dalam Yin Lam et al., 2004). Indikator ketiga, positive word of mouth, dari pertanyaan: “Anda akan menceritakan hal yang positif mengenai Hoka Hoka Bento kepada orang lain” merupakan indikator loyalitas pada tahapan advocates (Cross & Smith, 1995, dalam Juvonen & Lahtinen, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi antara factor score loyalitas dengan tiga variabel pembentuknya adalah 87,3% untuk positive word of mouth, 82,2% untuk recommendation, serta 80,4% untuk repurchase. Hal ini sejalan dengan tahapan pembentukan loyalitas (Juvonen & Lahtinen, 2010) dimana ada enam tahapan loyalitas dengan tahapan terendah adalah suspects yaitu semua orang yang berpotensi untuk membeli suatu produk tetapi belum mengetahui atau tidak ingin membelinya. Kemudian prospect yang merupakan calon pembeli potensial yang tertarik pada suatu produk tetapi belum membuat keputusan untuk membeli. Tahapan ketiga adalah customers yang merupakan pembeli produk yang
Universitas Indonesia
68
tidak memiliki tingkatan loyalitas. Tahapan selanjutnya yaitu clients, merupakan customers yang berkali-kali membeli suatu produk (repurchase) dan memiliki perilaku yang positif terhadap produk/ merek. Kemudian advocates yang merupakan clients yang secara aktif merekomendasikan produsen/ merek kepada orang lain (recommendation). Pada tahapan ini, timbul word-of-mouth yang positif dan hubungan yang kuat antara customers dengan produsen/ merek. Tahapan terakhir adalah partners, dimana pembeli dan produsen memiliki hubungan yang saling menguntungkan dan bertahan dalam jangka waktu lama. Kontribusi repurchase yang sebesar 80,4% merupakan loyalitas konsumen Hoka Hoka Bento pada tahapan clients, kemudian dilanjutkan dengan recommendation sebesar 82,2% pada tahapan advocates yang dilanjutkan dengan kontribusi sebesar 87,3% untuk positive word of mouth. Penelitian ini mencoba mencari hubungan antara customer experience terhadap loyalitas dengan metode regresi sederhana antara factor score customer experience sebagai variabel independen dengan factor score loyalitas sebagai variabel dependen. Berdasarkan uji t, terjadi hubungan linear yang signifikan antara customer experience dengan loyalitas dimana 31% variasi dari loyalitas dapat dijelaskan oleh customer experience. Hal ini sejalan dengan model yang digunakan oleh Biedenbach & Marell (2010) yang menerangkan bahwa customer experience mempunyai efek yang positif kepada semua dimensi dari brand equity Aaker, yang artinya bahwa customer experience berbanding lurus dengan brand awareness, brand association, perceived quality, dan brand loyalty. Pada industri rumah makan, rasa makanan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi loyalitas, bahkan Campos & Nobrega (2009) dalam risetnya menemukan bahwa food flavor merupakan atribut dengan peringkat degree of importance nomor 3 dari 45 atribut yang membentuk ekspektasi konsumen terhadap rumah makan cepat saji. Hal ini kemungkinan menjelaskan kenapa hanya 31% variasi loyalitas yang dapat dijelaskan oleh customer experience, karena pada penelitian ini rasa tidak termasuk dalam atribut pembentuk customer experience. Selain itu, rendahnya nilai R square tersebut bila dikaitkan dengan konsep tahapan pembentukan loyalitas (Juvonen & Lahtinen, 2010), besar kemungkinan
Universitas Indonesia
69
responden masih berada pada tahapan ketiga (customers) loyalitasnya terhadap Hoka Hoka Bento, yaitu merupakan konsumen (pembeli) yang tidak memiliki tingkatan loyalitas, atau masih sebagai switcher yang menganggap semua merek sama dan mengkonsumsi karena menilai bahwa harganya sesuai (Aaker, 1991, dalam Moisescu, 2006).
Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP
5.1
Kesimpulan Berdasarkan analisis data primer dari 171 responden yang dalam enam
bulan terakhir berinteraksi dengan rumah makan Hoka Hoka Bento, didapatkan hasil sebagai berikut: a. Delapan variabel yang dianalisis pada penelitian ini terbukti membentuk customer experience konsumen Hoka Hoka Bento dengan tingkat kontribusi yang berbeda-beda. Urutan variabel dari tingkat korelasi tertinggi sebagai berikut; problem solving, value for time, helpfulness, promise fulfillment, customer recognition, personalization, competence, dan yang terendah accessibility. b. Customer experience yang dibentuk dari delapan variabel hasil penelitian Lemke et al. (2006) terbukti secara positif mempengaruhi loyalitas konsumen Hoka Hoka Bento yang dibentuk oleh recommendation, repurchase, dan positive word of mouth. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,31 atau dengan kata lain; 31% dari variasi dari loyalitas dapat dijelaskan oleh customer experience.
5.2
Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan
yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi hasil dan analisa data hasil penelitian. Keterbatasan tersebut antara lain: a.
Pelaksanaan penyebaran kuesioner tidak dilakukan during consumption karena sulitnya mendapat ijin dari pihak pengelola Hoka Hoka Bento yang tidak ingin konsumennya merasa terganggu.
b.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode people administrated survey melalui dua media, yaitu online dan manual. Hal ini dapat mengakibatkan data yang dihasilkan memiliki karakteristik yang berbeda. Responden yang mengisikan kuesioner melalui link online berjumlah 36 sampel (18% dari keseluruhan sampel) dengan 9 sampel yang tidak lulus tahap penyaringan 70 Universitas Indonesia
71
karena tidak bertransaksi/ berinteraksi dengan Hoka Hoka Bento dalam 6 bulan terakhir. c.
Metode pengambilan sampel berupa nonprobability sampling berupa convenience sampling yang dilakukan dalam proses pengambilan sampel secara teori tidak tepat untuk menjelaskan populasi secara keseluruhan. Meskipun begitu, hasil pengolahan data yang diperoleh serta analisisnya dapat digunakan untuk memberikan gambaran terhadap sampel.
d.
Penggunaan 6 points Likert scale dapat mengakibatkan terjadinya bias, karena responden tidak bisa menjawab netral. Meskipun telah dibenarkan oleh Chomeya (2010) untuk riset yang menginginkan hasil diskriminan dan reliabilitas yang lebih tinggi, tetap saja dapat terjadi keterpaksaan responden dalam menjawab/ mengisi kuesioner.
5.3
Saran Berdasarkan hasil, pembahasan, serta keterbatasan penelitian yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka peneliti mengajukan saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut: a.
Melakukan survey during consumption sehingga data yang didapat benarbenar dapat mewakili experience konsumen rumah makan yang dijadikan obyek penelitian.
b.
Melakukan analisis faktor lain yang mempengaruhi loyalitas konsumen Hoka Hoka Bento, terutama dari konsep brand equity.
c.
Melakukan komparasi customer experience yang diterima oleh konsumen rumah makan cepat saji lain, terutama KFC dan McDonald’s yang pada Top Brand Award 2011 berada diatas Hoka Hoka Bento.
d.
Melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada perbedaan experience yang diterima konsumen dengan tingkat penghasilan yang berbeda, serta apakah benar konsumen dengan tingkat penghasilan rendah lebih mengutamakan aspek functional daripada emotional ketika berinteraksi dengan rumah makan cepat saji.
Universitas Indonesia
72
5.4
Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis penelitian tentang customer
experience dan kaitannya dengan loyalitas konsumen ini, peneliti memberikan saran kepada manajemen Hoka Hoka Bento sebagai berikut: a. Customer experience konsumen Hoka Hoka Bento terbukti memang terbentuk dari variabel problem solving, value for time, helpfulness, promise fulfillment, customer recognition, personalization, competence, dan
accessibility.
Atribut
dari
delapan
variabel
tersebut
dapat
dikembangkan dan digunakan sebagai bahan evaluasi bagi Hoka Hoka Bento dalam menjaga experience yang terbentuk pada konsumen. Customer experience bisa dijadikan salah satu diferensiasi utama bagi Hoka Hoka Bento karena makanan bernuansa Jepang saja tidak cukup sebagai pembeda utama dengan semakin meningkatnya persaingan. b. Customer experience terbukti secara positif mempengaruhi loyalitas konsumen Hoka Hoka Bento. Meskipun begitu ada beberapa faktor lain yang harus diperhatikan oleh manajemen Hoka Hoka Bento karena meskipun pengaruhnya positif, experience hanya menjelaskan sepertiga dari loyalitas. Faktor lainnya dapat berupa rasa dari menu yang tersedia serta Hoka Hoka Bento sebagai sebuah merek. Strategi produk/ menu dan merek harus dapat diintegrasikan dengan pemberian experience yang baik berdasarkan delapan variabel pada poin a. diatas sehingga akan membentuk perilaku konsumen yang memberikan rekomendasi kepada orang lain serta dalam melakukan pembelian berulang. Penelitian juga mendapatkan hasil yang menarik dimana loyalitas yang terbentuk berkorelasi kuat dengan adanya perilaku untuk menceritakan hal yang positif mengenai Hoka Hoka Bento kepada orang lain. Hal yang positif ini tentu berkaitan erat dengan experience yang diterima konsumen selama berinteraksi dengan Hoka Hoka Bento.
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
American Marketing Association. (2011). AMA Dictionary. MarketingPower Inc. http://www.marketingpower.com/_layouts/Dictionary.aspx?dLetter=C Badan Pusat Statistik. (2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Berita Resmi Statistik. http://www.bps.go.id Biedenbach, G., & Marell, A. (2010). The impact of customer experience on brand equity in a b2b services setting. Journal of Brand Management. 17.6, 446-458. Blut, M., Evanschitzky, H., Vogel, V. & Ahlert, D. (2007). Switching barriers in the four-stage loyalty model. Advances in Consumer Research. 34, 726-734. Boyer, K.K., & Hult, G.T.M. (2006). Customer behavioral intentions for online purchases: an examination of fulfillment method and customer experience level. Journal of Operations Management. 24, 124-147. Brooks, Ian. (2006). 5 Steps to creating a great customer experience. www.ianbrooks.com/useful-ideas/articles_whitepapers/5-steps.pdf Campos, D.F, & Nobrega, K.C. (2009). Importance and the zone of tolerance of customer expectations of fast food services. Journal of Operations and Supply Chain Management. 2.2, 56 - 71. Chomeya, Rungson. (2010). Quality of psychology test between likert scale 5 and 6 points. Journal of Social Sciences. 6.3, 399-403. Coyle, Brian M. (2007). Align Marketing Processes With B2B Life-Cycle Phases: a Knowledge System Approach That Benefits Innovation, Customer Retention and Decision-Making. DCI White Paper. Deluxe For Business. (2009, March). Creating a great customer experience. www.deluxe.com/shopdeluxe/~/9027_~Customer%20Experience.pdf East, R., Sinclair, J., & Phil, G. (2000). Loyalty: definition and explanation. ANZMAC 2000. 286-290. Ehret, Jay. (2008, November 6). The function of word of mouth. The Marketing Spot. http://themarketingspot.com/2008/11/function-of-word-of-mouth.html Enkata White Paper. (2008). A practical guide to delivering a superior customer experience: across every channel. www.enkata.com/~/wp_cust_exp.pdf
73 Universitas Indonesia
74
Harrington, Donna. (2009). Confirmatory Factor Analysis. Oxford University Press, Inc. Hollyoake, Mark. (2008). Customer experience in B2B www.springboardcs.com/articles/uploads/CxP_IN_B2B.pdf
environment.
-----------------. (2009). The four pillars: Developing a bonded business-tobusiness customer experience. Database Marketing & Customer Strategy Management. 16. 2, 132-158. Hutt, M.D., & Speh T.W. (2010). Business Marketing Management (10th ed.). Canada: South-Western Cengage Learning. Juvonen, S. & Lahtinen, T. (2010). Investigation of the factors influencing the level of customer satisfaction of the Club Tax-free members at KappAhl Lappeenranta. Laurea University of Applied Sciences. Khadraoui, M., Gharbi, J.E., & Plaisent, M. (2007). The causal chain of loyalty. Jendouba University. Lemke, F., Wilson, H., & Clark, M. (2006). What makes a great customer experience. Cranfield Customer Management Forum. -----------------. (2010). Customer experience quality: an exploration in business and consumer contexts using repertory grid technique. Academy of Marketing Science. Malhotra, Naresh K. (2007). Marketing Research: An Applied Orientation (5th ed.). New Jersey: Pearson Education. McNaughton, R.B., Osborne, P., & Imrie, B.C. (2002). Market oriented value creation in service firms. University of Waterloo. Meulman, J.J., & Heiser W.J. (2004). SPSS Categories® 13.0. United States Of America: SPSS Inc. Moisescu, Ovidiu I. (2006). A conceptual analysis of brand loyalty as core dimension of brand equity. Babes Bolyai University. Mullins, J.W., Walker, O.C. Jr., & Boyd, H.W. Jr. (2008). Marketing Management: a Strategic Decision-Making Approach (6th ed.). New York: McGraw-Hill Irwin. Narayandas, Das. (2005, September). Building loyalty in business markets. Harvard Business Review.
Universitas Indonesia
75
Nauman, E., Williams, P., & Khan, M.S. (2009). Customer satisfaction & loyalty in B2B services. The Marketing Review. 9.4, 319-333. Parasuraman, A., Zeithaml, V.A., & Berry, L.L. (1985). A conceptual model of service quality and its implications for future research. Journal of Marketing. 49, 41-50. -----------------. (1988). Servqual: a multiple-item scale for measuring consumer perceptions of service quality. Journal of Retailing. 64.1, 12-40. Perner, Lars. (2008). Introduction to marketing. University of Southern California. http://www.consumerpsychologist.com/marketing_introduction.html Rahayu, Eva M. (2011, February 2). KFC: Melejit Lewat Life Style. Swaonline. http://swa.co.id/2011/02/kfc-melejit-lewat-life-style Reichheld, Frederick F. (1996). The loyalty effect. Harvard Business School. Santoso, Singgih. (2010). Statistik Multivariat: Konsep dan Aplikasi Dengan SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. -----------------. (2010). Statistik Parametrik: Konsep dan Aplikasi Dengan SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Schmitt, Bernard H. (2003). Customer Experience Management: A Revolutionary Approach to Connecting With Your Customers. John Wiley & Sons. Shaw, Collins. (2007). The DNA of Customer Experience:How Emotions Drive Value. Great Britain: Palgrave Macmillan. Sheth, J.N., & Park, C.W. (1974). A theory of multidimensional brand loyalty. University of Illinois. Simanjuntak, Damiana N. (2009). Ternyata Hoka Hoka Bento 100% Milik Orang Indonesia Toh. http://indocashregister.com/2009/05/31/ternyata-hoka-hokabento-100-milik-orang-indonesia-toh Smith, S., & Wheeler, J. (2002). Managing The Customer Experience: Turning Customers Into Advocates. Great Britain: Pearson Education Limited. Solomon, Michael R. (2009). Consumer Behavior: Buying, Having, and Disposing (8th ed.). New Jersey: Pearson Education. Suara Pembaruan. (2010, November 19). 2011, KFC Incar Pendapatan Rp 3,43 triliun. http://www.suarapembaruan.com/~/1244
Universitas Indonesia
76
Terblanche, Nic S. (2009). Customer experiences, interactions, relationships and corporate reputation. Journal of General Management. 35.1. Watkins, Huw. (2007). How to drive loyalty through fantastic customer experiences. kae: marketing intelligence. Yin Lam, S., Shankar, V., Erramilli, M.K., Murthy, B. (2004). Customer value, satisfaction, loyalty, & switching Costs: an illustration from a b2b service context. Journal of the Academy of Marketing Science. 32.3, 293-311. Yu, Zhan. (2005). An investigation into the navigation system in e-commerce web sites. The University of Sheffield.
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Pertanyaan Dalam Depth Interview Usia anda? Apakah dalam enam bulan terakhir anda mengunjungi Hoka Hoka Bento? a. Ya b. Tidak (stop) Dalam kaitannya dengan Hoka Hoka Bento, apa saja yang anda ketahui dari; 1. Accessibility. Kemudahan dalam berinteraksi dengan Hoka Hoka Bento? 2. Competence. Kompetensi dalam hal apa saja yang menurut anda harus dimiliki oleh Hoka Hoka Bento? 3. Customer Recognition. Hal-hal apa saja yang membuat anda merasa dikenali/ diketahui ketika berkunjung ke Hoka Hoka Bento? 4. Helpfulness. Hal-hal apa saja yang membuat anda merasa dibantu ketika berada di Hoka Hoka Bento? 5. Personalization. Fasilitas-fasilitas apa yang membuat anda merasa nyaman ketika berada di Hoka Hoka Bento? 6. Problem Solving. Hal-hal apa saja yang membuat anda merasa bahwa Hoka Hoka Bento mencoba menyelesaikan permasalahan anda? 7. Promise Fulfillment. Hal-hal apa saja yang menurut anda harus ditepati oleh Hoka Hoka Bento? 8. Value For Time. Hal-hal apa saja yang membuat anda merasa bahwa waktu anda dihargai di Hoka Hoka Bento?
77
78
Lampiran 2. Kuesioner Yang Digunakan Dalam Penelitian
No. Responden: ………
Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia KUESIONER Responden Yang Terhormat, Nama saya adalah Anthoni Suwono, mahasiswa Magister Manajemen Universitas Indonesia yang sedang mengadakan penelitian tentang B2C customer experience konsumen Hoka Hoka Bento. Kuesioner ini merupakan bagian dari Karya Akhir yang sedang saya selesaikan. Saya sangat mengharapkan kesediaan anda untuk mengisi kuesioner ini. Informasi yang anda sampaikan bersifat rahasia dan hanya untuk kepentingan akademis semata. Tidak ada penilaian salah atau benar dalam pengisian kuesioner ini. S1. Apakah anda pernah bertransaksi/ makan di Hoka Hoka Bento? a. Ya. b. Tidak. S2. Bila ya, kapan terakhir kali anda bertransaksi/ makan di Hoka Hoka Bento? a. < 1 bulan yang lalu. b. 1 - 3 bulan yang lalu. c. 4 - 6 bulan yang lalu. d. > 6 bulan yang lalu. P1. Berapakah usia anda saat ini? a. < 18 tahun. b. 18 - 24 tahun. d. 32 - 38 tahun. e. 39 - 45 tahun.
c. 25 - 31 tahun. f. > 45 tahun.
P2. Jenis kelamin anda? a. Pria.
b. Wanita.
P3. Status Pernikahan anda? a. Belum menikah.
b. Menikah.
c. Janda/ duda.
P4. Pendidikan terakhir anda? a. SMP/ sederajat. d. S1.
b. SMU/ sederajat. e. S2/ S3.
c. Diploma.
P5. Pekerjaan anda saat ini? a. Mahasiswa/i. d. Wiraswasta
b. Pegawai Negeri/ BUMN. c. Karyawan Swasta. e. Lainnya : (sebutkan) ...........................
79
Lampiran 2. (Lanjutan) CE. Mohon beri tanda silang (x) berdasarkan pengalaman anda berinteraksi dengan Hoka Hoka Bento; STS: Sangat Tidak Setuju SS: Sangat Setuju TS: Tidak Setuju S: Setuju KS: Kurang Setuju AS: Agak Setuju No
Keterangan
STS
TS
KS
AS
S
SS
1
Lokasi Hoka Hoka Bento mudah dijangkau.
1
2
3
4
5
6
2
Area parkir Hoka Hoka Bento luas.
1
2
3
4
5
6
3
Proses pemesanan Hoka Hoka Bento melalui telepon memuaskan.
1
2
3
4
5
6
4
Pelayanan Hoka Hoka Bento sama pada setiap gerai.
1
2
3
4
5
6
5
Menu Hoka Hoka Bento sama pada setiap gerai.
1
2
3
4
5
6
6
Makan di Hoka Hoka Bento nyaman.
1
2
3
4
5
6
7
Karyawan Hoka Hoka Bento memiliki pengetahuan terhadap paket/ menu yang tersedia.
1
2
3
4
5
6
8
Gerai Hoka Hoka Bento bersih.
1
2
3
4
5
6
9
Karyawan Hoka Hoka Bento memberikan sambutan ketika anda masuk gerai.
1
2
3
4
5
6
10
Karyawan Hoka Hoka Bento memberikan pelayanan yang ramah.
1
2
3
4
5
6
11
Hoka Hoka Bento memberikan hadiah atas pembelian menu/ paket.
1
2
3
4
5
6
12
Karyawan Hoka Hoka Bento membantu menyediakan meja tempat makan.
1
2
3
4
5
6
13
Karyawan Hoka Hoka Bento merekomendasikan menu/ paket.
1
2
3
4
5
6
14
Di Hoka Hoka Bento mudah dalam meminta bantuan.
1
2
3
4
5
6
15
Menu/ paket Hoka Hoka Bento terpampang jelas.
1
2
3
4
5
6
16
Harga menu/ paket Hoka Hoka Bento terpampang jelas.
1
2
3
4
5
6
17
Suasana di Hoka Hoka Bento tenang/ tidak gaduh.
1
2
3
4
5
6
18
Kursi dan meja makan di Hoka Hoka Bento nyaman.
1
2
3
4
5
6
19
Pilihan menu/ paket Hoka Hoka Bento beragam.
1
2
3
4
5
6
ke halaman selanjutnya...
80
Lampiran 2. (Lanjutan) No
Keterangan
STS
TS
KS
AS
S
SS
20
Menu/ paket Hoka Hoka Bento mudah dimengerti.
1
2
3
4
5
6
21
Fasilitas pesan antar (delivery) Hoka Hoka Bento membantu menyelesaikan permasalahan anda.
1
2
3
4
5
6
22
Tempat cuci tangan di Hoka Hoka Bento mudah dijangkau.
1
2
3
4
5
6
23
Karyawan Hoka Hoka Bento mudah diakses ketika anda memerlukan bantuan.
1
2
3
4
5
6
24
Harga sama pada setiap gerai Hoka Hoka Bento.
1
2
3
4
5
6
25
Hoka Hoka Bento melayani dengan tepat waktu.
1
2
3
4
5
6
26
Menu/ paket di Hoka Hoka Bento tersedia tanpa harus menunggu proses pembuatannya.
1
2
3
4
5
6
27
Hoka Hoka Bento menepati janji halalnya.
1
2
3
4
5
6
28
Pelayanan di Hoka Hoka Bento cepat.
1
2
3
4
5
6
29
Anda tidak perlu menunggu untuk mendapatkan kursi dan meja makan di Hoka Hoka Bento.
1
2
3
4
5
6
30
Antrian pelanggan ditangani dengan baik di Hoka Hoka Bento.
1
2
3
4
5
6
31
Slot parkir selalu tersedia di Hoka Hoka Bento.
1
2
3
4
5
6
32
Anda akan merekomendasikan Hoka Hoka Bento kepada orang lain.
1
2
3
4
5
6
33
Anda akan datang kembali ke Hoka Hoka Bento di masa mendatang.
1
2
3
4
5
6
34
Anda akan menceritakan hal yang positif mengenai Hoka Hoka Bento kepada orang lain.
1
2
3
4
5
6
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA DALAM MENGISI KUESIONER INI. - Anthoni Suwono -
81
Lampiran 3. Output SPSS - Uji Reliabilitas (N = 30)
a. Uji reliabilitas 3 atribut accessibility; Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .623
3
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected ItemDeleted Item Deleted Total Correlation Accessibility 1 Accessibility 2 Accessibility 3
8.30 9.63 8.67
2.148 .930 1.747
Cronbach's Alpha if Item Deleted
.403 .533 .481
.599 .445 .474
b. Uji reliabilitas 5 atribut competence; Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .704
5
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected ItemDeleted Item Deleted Total Correlation Competence 1 Competence 2 Competence 3 Competence 4 Competence 5
19.37 18.83 19.23 18.77 19.00
4.999 4.557 4.392 5.357 4.966
Cronbach's Alpha if Item Deleted
.313 .491 .585 .542 .447
.725 .642 .599 .642 .660
c. Uji reliabilitas 3 atribut customer recognition; Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .845
3
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Item Deleted Customer Recognition 1 Customer Recognition 2 Customer Recognition 3
8.50 8.40 8.83
4.121 5.283 4.144
Corrected ItemTotal Correlation .843 .676 .654
Cronbach's Alpha if Item Deleted .654 .826 .861
82
Lampiran 3. (Lanjutan)
d. Uji reliabilitas 5 atribut helpfulness; Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .878
5
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected ItemDeleted Item Deleted Total Correlation Helpfulness 1 Helpfulness 2 Helpfulness 3 Helpfulness 4 Helpfulness 5
17.67 17.33 16.93 16.67 16.73
13.057 13.816 13.857 12.506 11.651
Cronbach's Alpha if Item Deleted
.659 .609 .713 .773 .812
.865 .875 .854 .837 .826
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected ItemDeleted Item Deleted Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
e. Uji reliabilitas 3 atribut personalization; Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .777
Personalization 1 Personalization 2 Personalization 3
8.60 8.57 8.10
3
3.421 3.220 5.266
.636 .782 .474
.683 .491 .836
f. Uji reliabilitas 4 atribut problem solving; Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .766
4
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected ItemDeleted Item Deleted Total Correlation Problem Solving 1 Problem Solving 2 Problem Solving 3 Problem Solving 4
13.10 13.33 13.33 13.53
5.197 4.092 5.195 4.533
.502 .599 .580 .611
Cronbach's Alpha if Item Deleted .743 .699 .710 .685
83
Lampiran 3. (Lanjutan)
g. Uji reliabilitas 4 atribut promise fulfillment; Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .653
4
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected ItemDeleted Item Deleted Total Correlation Promise Fulfillment 1 Promise Fulfillment 2 Promise Fulfillment 3 Promise Fulfillment 4
13.73 14.47 14.30 14.10
3.995 2.947 3.528 3.679
Cronbach's Alpha if Item Deleted
.380 .569 .470 .334
.621 .479 .561 .656
h. Uji reliabilitas 4 atribut value for time; Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .739
4
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected ItemDeleted Item Deleted Total Correlation Value For Time 1 Value For Time 2 Value For Time 3 Value For Time 4
11.87 12.50 12.37 13.07
7.154 5.638 5.964 4.961
.354 .581 .626 .594
Cronbach's Alpha if Item Deleted .766 .650 .632 .646
i. Uji reliabilitas 3 atribut loyalitas; Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .830
3
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected ItemDeleted Item Deleted Total Correlation Recommendation Repurchase WOM
9.47 9.03 9.50
3.775 3.068 2.534
.640 .841 .661
Cronbach's Alpha if Item Deleted .822 .629 .845
84
Lampiran 4. Output SPSS - Uji Validitas (N = 30)
a. Uji validitas 3 atribut accessibility; KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
df
.630 11.576 3
Sig.
.009
Component Matrixa Component 1 Accessibility 1 Accessibility 2 Accessibility 3
.706 .822 .771
b. Uji validitas 5 atribut competence; KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
df
.641 34.147 10
Sig.
.000
Component Matrixa Component 1 Competence 1 Competence 2 Competence 3 Competence 4 Competence 5
.456 .677 .778 .777 .733
c. Uji validitas 3 atribut customer recognition; KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
df
3
Sig.
.000
Component Matrixa Component 1 Customer Recognition 1 Customer Recognition 2 Customer Recognition 3
.629 42.973
.943 .861 .833
85
Lampiran 4. (Lanjutan) d. Uji validitas 5 atribut helpfulness; KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
df Sig.
.745 85.382 10 .000
Component Matrixa Component 1 Helpfulness 1 Helpfulness 2 Helpfulness 3 Helpfulness 4 Helpfulness 5
.779 .742 .821 .864 .898
e. Uji validitas 3 atribut personalization; KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
df Sig.
.584 29.388 3 .000
Component Matrixa Component 1 Personalization 1 Personalization 2 Personalization 3
.842 .921 .727
f. Uji validitas 4 atribut problem solving; KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
df Sig.
Component Matrixa Component 1 Problem Solving 1 Problem Solving 2 Problem Solving 3 Problem Solving 4
.716 .788 .779 .794
.737 28.342 6 .000
86
Lampiran 4. (Lanjutan) g. Uji validitas 4 atribut promise fulfillment; KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
df
.562 25.045 6
Sig.
.000
Component Matrixa Component 1 Promise Fulfillment 1 Promise Fulfillment 2 Promise Fulfillment 3 Promise Fulfillment 4
.600 .843 .767 .569
h. Uji validitas 4 atribut value for time; KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
df Sig.
.561 46.578 6 .000
Component Matrixa Component 1 Value For Time 1 Value For Time 2 Value For Time 3 Value For Time 4
.606 .774 .818 .796
i. Uji validitas 3 atribut loyalitas; KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
df Sig.
Component Matrixa Component 1 Recommendation Repurchase WOM
.845 .942 .842
.624 41.887 3 .000
87
Lampiran 5. Summary Profil Responden Statistics Kunjungan_ Terakhir Usia N
Jenis_Kelamin
Status_Per Pendidikan_ Pekerjaan_ nikahan Terakhir Saat_Ini
Valid
171
171
171
171
171
171
Missing
0 1.64 .049 .639 .409 2 1 3
0 2.89 .070 .917 .841 5 1 6
0 1.45 .038 .499 .249 1 1 2
0 1.33 .038 .497 .247 2 1 3
0 3.65 .053 .690 .476 3 2 5
0 2.47 .072 .935 .874 4 1 5
Mean Std. Error of Mean Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum
Kunjungan_Terakhir Frequency Percent Valid Percent
Valid
Cumulative Percent
< 1 bulan yang lalu
77
45.0
45.0
1-3 bulan yang lalu
79
46.2
46.2
91.2
4-6 bulan yang lalu
15
8.8
8.8
100.0
171
100.0
100.0
Total
Usia Percent
Frequency
Valid
Cumulative Percent
< 18 tahun
1
.6
.6
.6
18-24 tahun
61
35.7
35.7
36.3
25-31 tahun
79
46.2
46.2
82.5
32-38 tahun
20
11.7
11.7
94.2
39-45 tahun
6
3.5
3.5
97.7
> 45 tahun
4
2.3
2.3
100.0
171
100.0
100.0
Total
Jenis_Kelamin Percent Valid Percent
Frequency Pria Valid
Valid Percent
Wanita Total
94
55.0
Cumulative Percent
55.0
55.0 100.0
77
45.0
45.0
171
100.0
100.0
Status_Pernikahan Frequency Percent Valid Percent Belum Menikah Valid
45.0
Menikah Janda/ Duda Total
Cumulative Percent
116
67.8
67.8
67.8
53
31.0
31.0
98.8
2
1.2
1.2
100.0
171
100.0
100.0
88
Lampiran 5. (Lanjutan) Pendidikan_Terakhir Frequency Percent Valid Percent SMU/ Sederajat Valid
8
4.7
4.7
4.7
Diploma
57
33.3
33.3
38.0
S1
93
54.4
54.4
92.4
S2/ S3
13
7.6
7.6
100.0
Total
171
100.0
100.0
Pekerjaan_Saat_Ini Frequency Percent Mahasiswa/ i Pegawai Negeri/ BUMN Valid
Cumulative Percent
Karyawan Swasta Wiraswasta Lainnya Total
42
Valid Percent
24.6
Cumulative Percent
24.6
24.6
16
9.4
9.4
33.9
104
60.8
60.8
94.7
8
4.7
4.7
99.4 100.0
1
.6
.6
171
100.0
100.0
89
Lampiran 6. Output SPSS - Analisa Faktor Accessibility Descriptive Statistics Mean Std. Deviation Accessibility 1 Accessibility 2 Accessibility 3
4.95 3.69 4.40
Analysis N
.722 1.180 1.009
171 171 171
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
.576 18.018
df
3
Sig.
.000
Anti-image Matrices Accessibility 1 Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Accessibility 2
Accessibility 3
Accessibility 1
.941
-.185
-.094
Accessibility 2
-.185
.917
-.175
Accessibility 3
-.094
-.175
.945
Accessibility 1
.585a
-.199
-.099
Accessibility 2
-.199
.559a
-.188
Accessibility 3
-.099
-.188
.592a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA) Communalities Initial Extraction Accessibility 1 Accessibility 2 Accessibility 3
1.000 1.000 1.000
.433 .538 .416
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Compon Initial Eigenvalues ent Total % of Variance 1 2 3
1.387 .858 .755
Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings Cumulative %
46.237 28.606 25.157
Total
% of Variance
46.237 74.843 100.000
1.387
Extraction Method: Principal Component Analysis. Component Matrixa Component 1 Accessibility 1 Accessibility 2 Accessibility 3
.658 .733 .645
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
46.237
Cumulative % 46.237
90
Lampiran 7. Output SPSS - Analisa Faktor Competence Descriptive Statistics Mean Std. Deviation Competence 1 Competence 2 Competence 3 Competence 4 Competence 5
4.24 4.75 4.56 4.88 4.77
Analysis N
1.049 .969 .834 .658 .841
171 171 171 171 171
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
.745 166.422
df
10
Sig.
.000
Anti-image Matrices Competence 1 Competence 2 Competence 3 Competence 4 Competence 5
Anti-image Covariance
Competence 1
.782
-.214
-.130
-.110
.015
Competence 2
-.214
.821
-.064
-.115
.002
Competence 3
-.130
-.064
.607
-.165
-.263
Competence 4
-.110
-.115
-.165
.695
-.146
Competence 5
.015
.002
-.263
-.146
.690
Competence 1
.758a
-.267
-.189
-.149
.020
-.267
a
-.091
-.152
.002
a
Competence 2 Anti-image Correlation
.765
Competence 3
-.189
-.091
.719
-.255
-.406
Competence 4
-.149
-.152
-.255
.793a
-.211
Competence 5
.020
.002
-.406
-.211
.710a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Compon Initial Eigenvalues ent Total % of Variance 1 2 3 4 5
2.387 .963 .636 .569 .445
Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings Cumulative %
47.738 19.260 12.724 11.373 8.905
47.738 66.998 79.722 91.095 100.000
Total
% of Variance 2.387
Cumulative %
47.738
47.738
Extraction Method: Principal Component Analysis. Component Matrixa Component 1 Competence 1 Competence 2 Competence 3 Competence 4 Competence 5
.630 .577 .791 .749 .686
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Communalities Initial Competence 1 Competence 2 Competence 3 Competence 4 Competence 5
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Extraction .397 .333 .626 .561 .470
Extraction Method: Principal Component Analysis.
91
Lampiran 8. Output SPSS - Analisa Faktor Customer Recognition Descriptive Statistics Mean Std. Deviation Customer Recognition 1 Customer Recognition 2 Customer Recognition 3
4.25 4.54 3.65
Analysis N
1.085 .813 1.214
171 171 171
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
.549 45.688
df
3
Sig.
.000
Anti-image Matrices Customer Recognition 1 Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Customer Recognition 2
Customer Recognition 1
.778
Customer Recognition 2 Customer Recognition 3 Customer Recognition 1
Customer Recognition 3 -.342
-.132
-.342
.794
-.053
-.132
-.053
.956
a
-.435
-.153
Customer Recognition 2
-.435
.537
a
-.061
Customer Recognition 3
-.153
-.061
.690a
.533
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA) Communalities Initial Customer Recognition 1 Customer Recognition 2 Customer Recognition 3
Extraction
1.000 1.000 1.000
.676 .631 .250
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Compon Initial Eigenvalues ent Total % of Variance 1 2 3
1.557 .898 .545
Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings Cumulative %
51.901 29.927 18.172
Total
51.901 81.828 100.000
% of Variance 1.557
Extraction Method: Principal Component Analysis. Component Matrixa Component 1 Customer Recognition 1 Customer Recognition 2 Customer Recognition 3
.822 .794 .500
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
51.901
Cumulative % 51.901
92
Lampiran 9. Output SPSS - Analisa Faktor Helpfulness Descriptive Statistics Mean Std. Deviation Helpfulness 1 Helpfulness 2 Helpfulness 3 Helpfulness 4 Helpfulness 5
3.45 3.75 4.31 4.88 4.73
Analysis N
1.179 1.117 .863 .846 .988
171 171 171 171 171
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
.660 224.986
df
10
Sig.
.000
Anti-image Matrices Helpfulness 1 Helpfulness 2
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Helpfulness 1
.813
Helpfulness 2 Helpfulness 3
Helpfulness 3
Helpfulness 4
Helpfulness 5
-.177
-.091
-.047
-.059
-.177
.742
-.282
.011
.015
-.091
-.282
.679
-.047
-.093
Helpfulness 4
-.047
.011
-.047
.472
-.311
Helpfulness 5
-.059
.015
-.093
-.311
.457
Helpfulness 1
.821a
-.228
-.122
-.075
-.096
Helpfulness 2
-.228
.643a
-.397
.019
.026
Helpfulness 3
-.122
-.397
.733a
-.082
-.167
Helpfulness 4
-.075
.019
-.082
.611a
-.670
Helpfulness 5
-.096
.026
-.167
-.670
.612a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Compon Initial Eigenvalues ent Total % of Variance 1 2 3 4 5
2.390 1.135 .707 .491 .277
Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings Cumulative %
47.799 22.707 14.131 9.813 5.549
47.799 70.506 84.637 94.451 100.000
Total
% of Variance 2.390
Cumulative %
47.799
47.799
Extraction Method: Principal Component Analysis. Communalities Initial Extraction Helpfulness 1 Helpfulness 2 Helpfulness 3 Helpfulness 4 Helpfulness 5
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
.377 .318 .518 .572 .606
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrix a Component 1 Helpfulness 1 Helpfulness 2 Helpfulness 3 Helpfulness 4 Helpfulness 5 Extraction Method: Principal Component Analysis.
.614 .564 .720 .756 .778
93
Lampiran 10. Output SPSS - Analisa Faktor Personalization Descriptive Statistics Mean Std. Deviation Personalization 1 Personalization 2 Personalization 3
3.84 3.96 4.53
Analysis N
1.141 1.008 .876
171 171 171
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
.568 100.084
df
3
Sig.
.000
Anti-image Matrices Personalization 1 Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Personalization 2
Personalization 3
Personalization 1
.673
-.337
.014
Personalization 2
-.337
.582
-.254
Personalization 3
.014
-.254
.820
Personalization 1
.566a
-.539
.019
Personalization 2
-.539
.544
a
-.368
Personalization 3
.019
-.368
.632a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA) Communalities Initial Personalization 1 Personalization 2 Personalization 3
Extraction
1.000 1.000 1.000
.619 .773 .441
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Compon Initial Eigenvalues ent Total % of Variance 1 2 3
1.832 .783 .384
Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings Cumulative %
61.082 26.112 12.806
Total
61.082 87.194 100.000
% of Variance 1.832
Extraction Method: Principal Component Analysis. Component Matrixa Component 1 Personalization 1 Personalization 2 Personalization 3 Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
.787 .879 .664
61.082
Cumulative % 61.082
94
Lampiran 11. Output SPSS - Analisa Faktor Problem Solving Descriptive Statistics Mean Std. Deviation Problem Solving 1 Problem Solving 2 Problem Solving 3 Problem Solving 4
4.57 4.44 4.40 4.15
Analysis N
.796 1.035 .851 .918
171 171 171 171
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
.654 76.995
df
6
Sig.
.000
Anti-image Matrices Problem Solving 1 Problem Solving 2 Problem Solving 3 Problem Solving 4 Problem Solving 1 Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
.874
.024
-.182
-.123
Problem Solving 2
.024
.932
-.123
-.107
Problem Solving 3
-.182
-.123
.719
-.289
Problem Solving 4
-.123
-.107
-.289
.746
Problem Solving 1
.710a
.027
-.230
-.152
Problem Solving 2
.027
.724a
-.150
-.128
Problem Solving 3
-.230
-.150
.624a
-.394
Problem Solving 4
-.152
-.128
-.394
.641a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Compon Initial Eigenvalues ent Total % of Variance 1 2 3 4
1.838 .937 .703 .522
Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings Cumulative %
45.946 23.423 17.584 13.047
45.946 69.369 86.953 100.000
Total
% of Variance 1.838
Cumulative %
45.946
Extraction Method: Principal Component Analysis. Communalities Initial Problem Solving 1 Problem Solving 2 Problem Solving 3 Problem Solving 4
Extraction
1.000 1.000 1.000 1.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
.369 .220 .645 .604
Component Matrixa Component 1 Problem Solving 1 Problem Solving 2 Problem Solving 3 Problem Solving 4 Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
.608 .469 .803 .777
45.946
95
Lampiran 12. Output SPSS - Analisa Faktor Promise Fulfillment Descriptive Statistics Mean Std. Deviation Promise Fulfillment 1 Promise Fulfillment 2 Promise Fulfillment 3 Promise Fulfillment 4
4.88 4.53 4.40 4.45
Analysis N
.766 .769 1.009 1.189
171 171 171 171
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
.518 61.265
df
6
Sig.
.000
Anti-image Matrices Promise Promise Fulfillment 1 Fulfillment 2
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Promise Fulfillment 3
Promise Fulfillment 4
Promise Fulfillment 1
.881
-.208
.062
-.200
Promise Fulfillment 2
-.208
.743
-.342
.001
Promise Fulfillment 3
.062
-.342
.791
-.065
Promise Fulfillment 4
-.200
.001
-.065
.939
Promise Fulfillment 1
a
-.257
.074
-.220
Promise Fulfillment 2
-.257
.515
a
-.447
.001
Promise Fulfillment 3
.074
-.447
.506a
-.076
Promise Fulfillment 4
-.220
.001
-.076
.574a
.519
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Compon Initial Eigenvalues ent Total % of Variance 1 2 3 4
1.634 1.070 .799 .497
Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings Cumulative %
40.861 26.741 19.974 12.425
40.861 67.601 87.575 100.000
Total
% of Variance 1.634
Cumulative %
40.861
40.861
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Communalities Initial Promise Fulfillment 1 Promise Fulfillment 2 Promise Fulfillment 3 Promise Fulfillment 4
1.000 1.000 1.000 1.000
Component Matrix a Component Extraction .325 .636 .482 .191
Extraction Method: Principal Component Analysis.
1 Promise Fulfillment 1 Promise Fulfillment 2 Promise Fulfillment 3 Promise Fulfillment 4 Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
.570 .797 .694 .438
96
Lampiran 13. Output SPSS - Analisa Faktor Promise Fulfillment Tanpa Variabel Promise_Fulfillment_4 Descriptive Statistics Mean Std. Deviation Promise Fulfillment 1 Promise Fulfillment 2 Promise Fulfillment 3
4.88 4.53 4.40
Analysis N
.766 .769 1.009
171 171 171
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
.503 50.834
df
3
Sig.
.000
Anti-image Matrices Promise Fulfillment 1 Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Promise Fulfillment 2
Promise Fulfillment 3
Promise Fulfillment 1
.926
-.219
.050
Promise Fulfillment 2
-.219
.743
-.344
Promise Fulfillment 3
.050
-.344
.795
Promise Fulfillment 1
.509a
-.264
.059
Promise Fulfillment 2
-.264
.502
a
-.448
Promise Fulfillment 3
.059
-.448
.503a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA) Communalities Initial Promise Fulfillment 1 Promise Fulfillment 2 Promise Fulfillment 3
Extraction
1.000 1.000 1.000
.254 .730 .570
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Compon Initial Eigenvalues ent Total % of Variance 1 2 3
1.554 .940 .506
Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings Cumulative %
51.808 31.323 16.869
Total
51.808 83.131 100.000
% of Variance 1.554
Extraction Method: Principal Component Analysis. Component Matrixa Component 1 Promise Fulfillment 1 Promise Fulfillment 2 Promise Fulfillment 3 Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
.504 .854 .755
51.808
Cumulative % 51.808
97
Lampiran 14. Output SPSS - Analisa Faktor Value For Time Descriptive Statistics Mean Std. Deviation Value For Time 1 Value For Time 2 Value For Time 3 Value For Time 4
4.59 4.10 4.13 3.56
Analysis N
.764 1.072 1.017 1.090
171 171 171 171
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
.703 118.782
df
6
Sig.
.000
Anti-image Matrices Value For Time 1 Value For Time 2 Value For Time 3 Value For Time 4
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Value For Time 1
.760
Value For Time 2 Value For Time 3
-.188
-.231
.021
-.188
.746
-.128
-.177
-.231
-.128
.669
-.233
Value For Time 4
.021
-.177
-.233
.770
Value For Time 1
.692a
-.250
-.324
.027
Value For Time 2
-.250
.744
a
-.181
-.233
Value For Time 3
-.324
-.181
.686a
-.324
Value For Time 4
.027
-.233
-.324
.694a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Compon Initial Eigenvalues ent Total % of Variance 1 2 3 4
2.117 .787 .617 .480
Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings Cumulative %
52.918 19.664 15.431 11.988
52.918 72.581 88.012 100.000
Total
% of Variance 2.117
Cumulative %
52.918
52.918
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Communalities Initial Value For Time 1 Value For Time 2 Value For Time 3 Value For Time 4
Component Matrix a Component Extraction
1.000 1.000 1.000 1.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
.477 .547 .630 .462
1 Value For Time 1 Value For Time 2 Value For Time 3 Value For Time 4 Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
.691 .740 .794 .680
98
Lampiran 15. Output SPSS - Analisa Faktor Customer Experience Descriptive Statistics Mean Std. Deviation FA Accessibility FA Competence FA Customer Recognition FA Helpfulness FA Personalization FA Problem Solving FA Value For Time FA Promise Fulfillment
.0000000 .0000000 .0000000 .0000000 .0000000 .0000000 .0000000 .0000000
Analysis N
1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000
171 171 171 171 171 171 171 171
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
.887 483.604
df
28
Sig.
.000
Anti-image Matrices FA Acce FA Com FA Customer FA Help FA Perso FA Problem FA Value FA Promise ssibility petence Recognition fulness nalization Solving For Time Fulfillment
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
FA Accessibility
.811
-.023
-.077
.000
.062
-.091
-.117
-.018
FA Competence
-.023
.687
-.053
-.084
-.121
.036
-.029
-.147
FA Customer Recognition
-.077
-.053
.601
-.136
-.085
-.080
-.015
-.045
FA Helpfulness
.000
-.084
-.136
.530
-.049
-.164
-.029
-.024
FA Personalization
.062
-.121
-.085
-.049
.609
-.100
-.123
-.001
FA Problem Solving
-.091
.036
-.080
-.164
-.100
.463
-.070
-.100
FA Value For Time
-.117
-.029
-.015
-.029
-.123
-.070
.527
-.170
FA Promise Fulfillment
-.018
-.147
-.045
-.024
-.001
-.100
-.170
.532
FA Accessibility
.890a
-.031
-.111
-.001
.088
-.148
-.178
-.028
FA Competence
-.031
.890a
-.083
-.139
-.187
.064
-.049
-.244
a
FA Customer Recognition
-.111
-.083
.915
-.241
-.141
-.151
-.027
-.080
FA Helpfulness
-.001
-.139
-.241
.885a
-.086
-.330
-.054
-.045
.088
-.187
-.141
-.086
.895a
-.189
-.217
-.002
a
FA Personalization FA Problem Solving
-.148
.064
-.151
-.330
-.189
.873
-.141
-.202
FA Value For Time
-.178
-.049
-.027
-.054
-.217
-.141
.882a
-.321
FA Promise Fulfillment
-.028
-.244
-.080
-.045
-.002
-.202
-.321
.878a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Communalities Initial FA Accessibility FA Competence FA Customer Recognition FA Helpfulness FA Personalization FA Problem Solving FA Value For Time FA Promise Fulfillment
Extraction 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
.244 .404 .520 .572 .497 .643 .579 .571
99
Lampiran 15. (Lanjutan) Compon Initial Eigenvalues ent Total % of Variance 1 2 3 4 5 6 7 8
4.028 .865 .719 .625 .557 .479 .391 .335
Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings Cumulative %
50.354 10.816 8.989 7.811 6.968 5.988 4.886 4.188
Total
50.354 61.170 70.159 77.971 84.938 90.926 95.812 100.000
% of Variance 4.028
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa Component 1 FA Accessibility FA Competence FA Customer Recognition FA Helpfulness FA Personalization FA Problem Solving FA Value For Time FA Promise Fulfillment Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
.494 .636 .721 .756 .705 .802 .761 .755
50.354
Cumulative % 50.354
100
Lampiran 16. Output SPSS - Analisa Faktor Loyalitas Descriptive Statistics Mean Std. Deviation Recommendation Repurchase WOM
4.47 4.84 4.44
Analysis N
.883 .787 .971
171 171 171
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
.682 144.526
df
3
Sig.
.000
Anti-image Matrices Recommendation Recommendation Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Repurchase
WOM
.622
-.118
-.266
Repurchase
-.118
.658
-.243
WOM
-.266
-.243
.536
Recommendation
.698a
-.184
-.460
Repurchase
-.184
.725a
-.409
WOM
-.460
-.409
.641a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA) Communalities Initial Recommendation Repurchase WOM
Extraction
1.000 1.000 1.000
.675 .646 .761
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Compon Initial Eigenvalues ent Total % of Variance 1 2 3
2.083 .543 .374
Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings Cumulative %
69.421 18.096 12.483
Total
69.421 87.517 100.000
% of Variance 2.083
Extraction Method: Principal Component Analysis. Component Matrixa Component 1 Recommendation Repurchase WOM Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
.822 .804 .873
69.421
Cumulative % 69.421
101
Lampiran 17. Output SPSS - Regresi Customer Experience Terhadap Loyalitas Variables Entered/Removedb Variables Variables Entered Removed
Model
FA Customer Experiencea
1
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: FA Loyalitas Model Summaryb Model
R
R Square .557a
1
Std. Error of the Adjusted R Square Estimate
.310
.306
.83304134
a. Predictors: (Constant), FA Customer Experience b. Dependent Variable: FA Loyalitas
Model
Sum of Squares Regression
1
ANOVAb df
Mean Square
52.721
1
52.721
Residual
117.279
169
.694
Total
170.000
170
F
Sig. .000a
75.972
a. Predictors: (Constant), FA Customer Experience b. Dependent Variable: FA Loyalitas
Model 1
Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Std. Coefficients
B
Beta
(Constant) FA Customer Experience
Std. Error -8.213E-17
.064
.557
.064
t .557
Sig. .000
1.000
8.716
.000
a. Dependent Variable: FA Loyalitas
Minimum Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value a. Dependent Variable: FA Loyalitas
Residuals Statisticsa Maximum Mean
Std. Deviation
N
-1.6125526 -2.896
1.3523862 2.428
.0000000 .000
.55688799 1.000
171 171
.064
.196
.086
.028
171
-1.6067567 -3.27831841 -3.935 -3.950 -3.30225325 -4.133 .000 .000 .000
1.3282562 1.99831450 2.399 2.412 2.01995182 2.447 8.385 .167 .049
.0010737 .00000000 .000 .000 -.00107367 -.003 .994 .007 .006
.55501939 .83058760 .997 1.004 .84150064 1.014 1.513 .019 .009
171 171 171 171 171 171 171 171 171
102
Lampiran 17. (Lanjutan)