Crossword untuk Meningkatkan Keterampilan Writing di kelas IV Sekolah Dasar Volume 3, Nomor 3, Desember 2015, 1-11
CROSSWORD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILANWRITING DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Milla1: Winti Ananthia2 dan Deti Rostika3 PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia Email:
[email protected] Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan latar belakang berupa suatu permasalahan dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya pada keterampilan writing. Hal itu disebabkan oleh pengajaran keterampilan writing yang sering dikesampingkan oleh guru. Sehingga hasil belajar siswa yang diperoleh kurang memuaskan. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan suatu pembelajaran yang dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilan writing bahasa Inggris. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai hasil belajar siswa kelas IV SDN Ciporeat 4 dalam pembelajaran writing dengan menggunakan media crossword. Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan media crossword dalam pembelajaran writing di Sekolah Dasar Negeri Ciporeat 4. Crossword dirancang untuk dapat memberi banyak kesempatan bagi siswa untuk melatih keterampilan writing agar pembelajaran writing dapat bermakna dan menyenangkan bagi siswa sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan model Elliot. Subjek penelitian terdiri dari 22 siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Ciporeat 4. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus dan tiga tindakan setiap siklusnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, serta dokumentasi. Kesimpulan hasil penelitian ini diantaranya, nilai rerata hasil belajar keterampilan speaking meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I adalah 67,73, pada siklus II 80,30, dan pada siklus III 88,03. Dengan demikian, crossword dapat dijadikan salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran writing di sekolah dasar. Kata Kunci : crossword, keterampilan writing, pembelajaran bahasa Inggris, sekolah dasar.
1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1104764 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
Milla, Winti Ananthia, Deti Rostika, Crossword untuk Meningkatkan Keterampilan Writing di kelas IV Sekolah Dasar
CROSSWORD TO IMPROVE WRITING SKILL IN GRADE IV AT THE PRIMARY SCHOOL Milla: Winti Ananthia and Deti Rostika PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia Email:
[email protected] Abstract This classroom action research implemented based on the background of the problem in English learning especially teaching writing in the primary school. The students did not have enough opportunities to train their writing skills. It was caused by the teacher who often avoided writing activities in teaching English. As aresult, the students had low capability of writing skills. Therefore, the implementation of an effective learning to give a lot of opportunities for the student to develop their writing activity is needed. The purpose of this paper is to describe the students’ learning result in grade IV at SDN Ciporeat 4 using the crossword puzzle. The crossword was designed to give a lot of opportunities for the students to develop their writing activity, so that the activity would be fun and meaningful for the primary school students. The research was carried out using Elliot’s design of classroom action research. Subjects of this research were 22 students in grade IV at SDN Ciporeat 4. This research was implemented on 3 cycles and 3 action in every cycle. The research’s instrument were observation sheets, interview sheet, field notes, and documentation. It can be concluded that was improvement of students’ learning result in every cycle, cycles I is 67,73, cycles II 80,30, and cycles III 88,03. Threfore, it is proved that crossword could improve student’s learning result in writing skill learning at the primary school.
Keywords: crossword, writing skill, English learning, primary school.
Crossword untuk Meningkatkan Keterampilan Writing di kelas IV Sekolah Dasar Volume 3, Nomor 3, Desember 2015, 1-11
Bahasa, sebagaimana yang telah diketahui, memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh seluruh manusia untuk menyampaikan pikiran dan perasaan seseorang. Sebagaimana yang diutarakan oleh Abidin (2010) yang menyatakan bahwa bahasa adalah alat utama untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun kolektif sosial. Dalam sebuah pembelajaran pada seluruh bidang studi, bahasa memiliki peran yang penting demi tercapainya tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dalam sebuah pembelajaran, bahasa digunakan sebagai pengantar pembelajaran. Diharapkan dalam pembelajaran, penggunaan bahasa dapat membuat siswa lebih mengenal dirinya dan lingkungan sosialnya. Melihat betapa pentingnya sebuah bahasa, sudah seharusnya pembelajaran bahasa diajarkan sejak usia dini. Dengan bahasa, anak dapat mengekspresikan dirinya dan mengungkapkan perasaannya kepada orang-orang disekitar. Pembelajaran bahasa pada anak dapat dimulai dari pengenalan bahasa ibu dan bunyi suara yang kemudian belanjut pada tahap yang lebih tinggi seperti ketatabahasaan atau EYD. Pembelajaran bahasa pun tak lepas dari pembelajaran bahasa asing. Apalagi di era globalisasi ini dimana akan terjadi persaingan secara global sehingga menuntut seorang anak dapat berkomunikasi tidak hanya dengan orangorang di negaranya. Pada beberapa sekolah di Indonesia pembelajaran bahasa asing biasanya dikenalkan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pada tingkat sekolah dasar ini biasanya bahasa asing yang dikenalkan adalah bahasa Inggris. Dalam pembelajaran bahasa Inggris terdapat 4 keterampilan kebahasaan yang harus dipelajari oleh siswa. Empat keterampilan tersebut
adalah menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Keempat aspek tersebut tentunya berbeda dengan konteks berbahasa dalam bahasa Indonesia. Dari keempat keterampilan dalam bahasa Inggris, writing merupakan keterampilan yang dianggap cukup sulit untuk dibelajarkan di sekolah dasar. Hal tersebut terjadi karena sebelum guru mengajarkan writing skill kepada siswa, siswa sudah harus sudah memiliki dasar ketiga keterampilan yang lainnya, yaitu listening, reading, dan speaking. Menurut Pinter (2006), siswa yang mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa asing membutuhkan sedikit banyak latihan dengan dasar-dasar mekanisme menulis. Latihan tersebut dapat menggunakan aktifitas mekanisme yang menyenangkan. Guru dapat membuat variasi aktifitas dalam kegiatan writing sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru dapat membuat aktifitasaktifitas berlatih writing yang lebih menyenangkan seperti latihan menulis pada papan bergambar atau dengan membuat tangga kata. Dalam mengembangkan aktifitas belajar siswa pada keterampilan writing untuk sekolah dasar, guru dapat menggunakan mediamedia pembelajaran yang menyenangkan dan menarik. Media pembelajaran memiliki cangkupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat perserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pembelajaran bahasa Inggris yang dianggap sulit dan membosankan. Media-media yang digunakan tersebut tentunya harus menarik dan kreatif sehingga dapat membangkitkan semangat belajar siswa. Dalam mengemas pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar dapat guru dapat menggunakan media yang menyenangkan dan menarik seperti permainan (games). Permainan
Milla, Winti Ananthia, Deti Rostika, Crossword untuk Meningkatkan Keterampilan Writing di kelas IV Sekolah Dasar
merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan dengan cara yang menggembirakan. Salah satu media pembelajaran permainan yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya pada pembelajaran writing adalah dengan menggunakan crossword. Crossword atau yang lebih di kenal di Indonesia dengan sebutan tekateki silang atau disingkat TTS, merupakan sebuah permainan dimana siswa dapat memainkannya dengan cara mengisi kotak-kotak kosong secara mendatar dan menurun dengan huruf-
huruf yang membentuk sebuah kata. Dalam pembelajaran bahasa Inggris, crossword dapat digunakan untuk melatih penguasaan kosa kata khususnya untuk melatih kemampuan keterampilan writing siswa. Selain untuk melatih penguasaan kosakata, media crossword ini juga digunakan untuk melatih siswa agar untuk menghafal bentuk tulisan kosakata dalam bahasa Inggris. Dengan menggunakan crossword siswa dilatih untuk menuliskan suatu kata dalam bahasa Inggris dengan ejaan huruf yang tepat dengan cara yang menyenangkan.
METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Kemudian model desain penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini menggunakan model John Elliot. Dalam model ini, setiap tindakan terdiri dari beberapa step atau langkah tindakan diantaranya langkah tindakan 1, langkah tindakan 2, dan langkah tindakan 3.
di kelas IV SDN Ciporeat 4, peneliti kemudian menganalisis temuan permasalahan tersebut dan menentukan solusi tepat guna memecahkan permasalahan tersebut. Peneliti memilih untuk menggunakan media crossword untuk meningkatkan kemampuan writing siswa di kelas IV SDN Ciporeat.
1. Ide Awal Observasi yang dilakukan merupakan tahapan awal penelitian yang dilakukan untuk mengamati masalahmasalah yang terjadi di dalam kelas. Peneliti melakukan observasi di kelas IV SDN Ciporeat 4. Ketika melakukan observasi di dalam kelas, hal-hal yang diamati oleh peneliti diantaranya adalah aktivitas belajar siswa (dikhususkan pada keterampilan pembelajaran bahasa Inggris) serta keterampilan mengajar guru di dalam kelas IV tersebut. Pada saat observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Inggris dan guru kelas untuk memperoleh informasi pendukung pengamatan. 2. Temuan Analisis Setelah melakukan observasi dan menentukan masalah terkait pembelajaran bahasa Inggris yang terjadi
3. Menentukan Instrumen Peneliti menentukan dan mulai menyusun instrumen penelitian setelah menentukan rancangan mengenai penelitian yang akan dilakukan. Instrumen penelitian tersebut antaralain seperti lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar wawancara siswa, lembar catatan lapangan, dan dokumentasi. 4. Implementasi Tindakan Tindakan pada penelitian ini dilakukan sebanyak 9 kali yang terbagi dalam 3 siklus. Peneliti menggunakan tema pembelajaran yang berbeda-beda disetiap siklusnya. Sedangkan di setiap tindakan dalam satu siklus, peneliti menggunakan subtema yang berbedabeda. Pada siklus I, peneliti memberikan tiga kali tindakan dengan menggunakan tema animals. Peneliti menargetkan 30 kosakata tentang nama hewan yang terbagi dalam 3 subtema yang diberikan di tiap tindakan pada siklus I ini. Pada
Crossword untuk Meningkatkan Keterampilan Writing di kelas IV Sekolah Dasar Volume 3, Nomor 3, Desember 2015, 1-11
siklus II, peneliti mengambil tema my house. Pada siklus ini, target vocabulary yang harus dicapai berjumlah 30 kosakata yang terbagi dalam 3 subtema berbeda di setiap tindakan.Pada siklus III tema yang dipilih adalah foods and drinks.Target kosakata pada siklus III ini adalah sebanyak 30 kosakata yang terbagi kedalam 3 subtema di setiap tindakan. 5. Monitoring Implementasi dan Efek Pada tahap ini peneliti melakukan pemantauan terhadap setiap tindakan dalam penelitian dengan mengamati dan mencatat setiap hal penting yang terjadi selama proses pembelajaran. Kegiatan monitoring implementasi ini bertujuan untuk memperoleh keterangan terkait perubahan proses dan hasil pembelajaran setelah diberikan tindakan (treatment). 6. Penjelasan kegagalan Implementasi Pada tahap ini peneliti melakukan identifikasi terhadap adanya hambatan atau kendala yang terjadi selama proses pemberian tindakan. Selanjutnya peneliti melakukan identifikasi terhadap faktor penyebab kegagalan tersebut. Hasil identifikasi penyebab inilah yang dijadikan sebagai refleksi untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya. 7. Revisi Perencanaan Umum Tahap ini merupakan tahapan terakhir yang dilakukan peneliti pada satu siklus penelitian. Data-data yang diperoleh peneliti selama satu siklus tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan untuk melakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya. Hambatan, kendala serta kegagalan pencapaian tujuan pada siklus sebelumnya, selanjutnya direvisi dan diperbaiki untuk siklus berikutnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV sekolah dasar sebagai upaya meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar keterampilan writing bahasa Inggris siswa. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru di kelas. Peneliti mempersiapkan
segala rencana dan rancangan dalam penelitian ini yang juga meliputi perencanaan pembelajaran writing bahasa Inggris hingga mengolah penilaian hasil belajar siswa. Pengumpulan data pada penelitian ini telah dibantu oleh seorang observer dalam setiap tindakan pada setiap siklusnya. Kumpulan informasi yang diperoleh pada penelitian ini diantaranya foto dokumentasi, nilai keterampilan writing, hasil pengamatan serta wawancara yang telah dilaksanakan. Dalam setiap siklus yang telah diselenggarakan menggunakan beragam tema. Animals merupakan tema yang digunakan pada siklus I, yang terdiri dari tiga subtema. Subtema 1 kind of birds diajarkan pada tindakan 1, subtema 2 kind of insectspada tindakan 2, dan subtema 3 fishes and underwater animals pada tindakan 3. Pada siklus I ini, setiap tindakannya siswa berlatih keterampilan writing melalui media crossword. Pada siklus II tema yang digunakan yaitu My House. Dengan 3 subtema berbeda yang diberikan pada masing-masing tindakan disiklus II. Subtema 1 things in the kitchen pada tindakan 1, subtema 2 things in the bathroom pada tindakan 2, dan subtema 3 things in the bedroom pada tindakan 3. Pada setiap tindakan pada siklus II ini siswa berlatih keterampilan writing melalui media crossword. Kemudian pada siklus III tema yang digunakan adalah Foods and Drinks. Pada tindakan 1 subtema yang diajarkan kind of foods, tindakan 2 kind of vegetables, dan tindakan 3 kind of fruits. Berikut beberapa hal yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini. 1. Classroom language Selama pembelajaran bahasa Inggris, peneliti berupaya mengoptimalkan penggunaan bahasa Inggris sebagai classroom language, misalnya dalam mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, memberikan instruksi dan tanya jawab selama pembelajaran
Milla, Winti Ananthia, Deti Rostika, Crossword untuk Meningkatkan Keterampilan Writing di kelas IV Sekolah Dasar
berlangsung. Karena penggunaan bahasa Inggris sebisa mungkin digunakan selama pembelajaran bahasa Inggris berlangsung (Phillips, 2008; Slattery & Willis, 2009; Moon, 2000). Pada siklus I siswa belum terbiasa dengan penggunaan bahasa Inggris sebagai classroom language. Siswa dapat mengucapkan salam dengan bahasa Inggris namun belum dapat menjawab salam. Hal tersebut karena siswa telah terbiasa mengucapkan salam terlebih dahulu. Namun dalam memahami instruksi yang diberikan oleh peneliti, sebagian besar siswa mengalami kesulitan. Sedangkan dalam proses pembelajaran guru hendaknya menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh siswa (Linse, 2005). Upaya peneliti menghadapi tantangan tersebut adalah dengan menyertai instruksi dengan gesture. Gesture sangat membantu siswa dalam memahami instruksi dan pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh (Phillips, 2008 dan Scott & Ytreberg, 2003) yang menyatakan bahwa bahasa tubuh atau gesture dapat membantu siswa memahami bahasa Inggris dalam berkomunikasi. Selain itu Bradshaw (2005) juga menyarankan agar guru menggunakan gesture untuk menyertai instruksi yang diberikan. Selama pembelajaran siklus I sampai dengan siklus III banyak siswa yang menggunakan bahasa Indonesia, terutama pada siklus I. Pada siklus I siswa belum terbiasa mengucapkan “present” ketika peneliti mengecek kehadiran siswa. Pada awalnya guru memberikan instruksi kepada siswa jika guru mengabsen siswa yang hadir harus mengucapkan “present” sebagai tanda kehadiran. Guru memberikan instruksi tersebut dengan menggunakan bahasa Indonesia agar siswa lebih cepat mengerti. Seiring dengan berjalannya waktu, siswa akhirnya jadi terbiasa untuk menggunkan “present” sebagai tanda kehadiran. Siswa
pun belum terbiasa menggunakan panggilan “Miss” kepada peneliti. Saat mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan, siswa masih menggunakan bahasa Indonesia. Menurut pendapat Scott dan Ytreberg (2003) sebagian besar anak memiliki kesiapan yang rendah dalam penggunaan bahasa asing sebagai classroom language. Oleh karena itu anak perlu dilatih dan dibiasakan menggunakan bahasa Inggris dalam classroom language selama pembelajaran bahasa Inggris berlangsung. Pada penerapan classroom languange ini, guru juga harus sangat memperhatiakan pemberian instruksi (giving instruction) pada siswa. Bertemali dengan hal tersebut, Moon (2000) menyatakan bahwa giving instruction merupakan salah satu fungsi penting penggunaan classroom language dalam pembelajaran bahasa Inggris. Berdasarkan pandangan Moon tersebut, maka pada setiap pembelajaran yang dilakukan, peneliti berusaha menyampaikan instruksi menggunakan bahasa Inggris. Mulai dari menyampaikan instruksi permainan, pengerjaan worksheet, pengerjaan evaluasi sampai menyimpulkan pembelajaran. Pada awalnya siswa sulit memahami instruksi, guru kemudian mencoba membuat siswa paham dengan menggunakan gesture. Hal demikian sejalan dengan pandangan Bradshaw (2005) yang mengemukakan bahwa guru dapat menggunakan pergerakan badan dalam mempertegas langkah yang harus dilakukan, sehingga diharapkan siswa paham terhadap instruksi yang disampaikan guru. Lebih lanjut, Pinter (2006, hlm 46) juga menyebutkan bahwa seorang guru dapat menggunakan pergerakan badan dan variasi mimik wajah untuk mempermudah siswa dalam memahami pertanyaan yang disimak. 2. Classroom rules Dalam pembelajaran yang berlangsung selama proses penelitian ini,
Crossword untuk Meningkatkan Keterampilan Writing di kelas IV Sekolah Dasar Volume 3, Nomor 3, Desember 2015, 1-11
peneliti berusaha menerapkan adanya classroom rules untuk mengatur apa yang harus siswa lakukan dan tidak lakukan selama pembelajaran. Dengan diterapkannya classroom rules ini, siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan tertib. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Read (2005) bahwa salah satu cara membangun kebiasaan yang baik pada anak adalah dengan menegakkan aturan yang mengikat dalam kelas. Dengan demikian, jelaslah bahwa adanya classroom rules dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan siswa.Sedangkan hal yang dapat terjadi tanpa adanya sebuah classroom rules adalah siswa akan berbuat dengan kehendak siswa itu sendiri. Seperti yang terjadi pada siklus I diantaranya masih terdapat siswa yang tidak memerhatikan pembelajaran, siswa berebut untuk menjawab pertanyaan, siswa keluar dari bangku, siswa saling mendorong temannya ketika mengumpulkan tugas dan siswa yang mengobrol ketika guru sedang menjelaskan sesuatu. Hal demikian terjadi dikarenakan peneliti sebelumnya tidak menyiapkan tentang aturan yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Oleh karena itu banyak siswa yang melakukan hal sesuai dengan kehendaknya tanpa mengetahui apakah hal yang mereka lakukan adalah tepat atau masih kurang tepat.Berpijak pada pengalaman di siklus I sebelumnya, peneliti pada siklus II selanjutnya melakukan pembelajaran dengan memberlakukan classroom rules yang berisi aturan bagi siswa selama proses pembelajaran. Diantaranya adalah aturan untuk tidak ngobrol di kelas ketika guru sedang memberikan penjelasan, aturan kedua yaitu siswa juga harus memerhatikan tayangan powerpoint di depan kelas dengan penuh perhatian. Guru juga mengajak siswa dalam kelas untuk turut menyumbangkan ide dalam membuat suatu classroom rules. Hal
yang telah dilakukan tersebut sejalan dengan Linse (2005) yang mengatakan “tentukanlah classroom rules bersama murid-murid”. Dalam pembelajarannya, pertama-tama guru menentukan peraturan yang akan dimainkan didalam kelas. Setelah menentukan aturan-aturan tersebut, guru mendiskusikannya dengan siswa untuk membuat kesepakatan aturan yang yang harus dipatuhi. Siswa boleh berpendapat untuk menolak aturan yang telah dibuat oleh guru namun, harus memberikan alasan yang logis. Meskipun siswa dapat menolak aturan yang dibuat oleh guru, tetap saja guru yang memegang kendali sepenuhnya untuk membuat classroom rules. Lebih lanjut Barone dan Hong Xu (2008) mengemukakan bahwa guru dapat membuat sebuah classroom rules dengan melibatkan seluruh anggota kelasnya. Dengan mengajak siswa turut serta dalam membuat classroom rules, maka siswa dapat lebih bertanggung jawab terhadap apa yang dibuat untuk dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik. 3. Keterampilan Writing Writing (menulis) merupakan salah satu dari aspek kemampuan dalam pembelajaran berbahasa. Harmer (2004) mengemukakan “writing (as one of four skill of listening, speaking, reading, and writing) has always formed part of the syllabus in the taching of English”. Menurut Akhadiah dalam Abidin (2012) menulis adalah sebuah proses, yaitu proses penuangan gagasan atau ide kedalam bahasa tulis yang dalam praktiknya proses menulis diwujudkan dalam beberapa tahapan yang merupakan satu sistem yang utuh. Menulis pada hakikatnya adalah suatu proses berpikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca. Sebuah tulisan dikatakan baik, jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan memenuhi kaidah gramatika. Dengan kata lain menulis adalah suatu kegiatan dimana penulis
Milla, Winti Ananthia, Deti Rostika, Crossword untuk Meningkatkan Keterampilan Writing di kelas IV Sekolah Dasar
mencurahkan gagasan ke dalam sebuah tulisan yang dapat dibaca dan di mengerti oleh orang lain. Ketika kita belajar atau mengajarkan keterampilan writing (menulis) kepada siswa, kita akan mengenalkan kepada siswa mengenai sistem alpabet yang dikembangkan pada dunia barat. Seperti yang dikemukakan oleh Latham (2002) “when we write or teach our children to write in English, we use the alphabetic system which developed from ancient times through the cultures of the western world”. Sistem alpabetical yang dikembangkan di dunia barat tentunya akan berbeda dengan di Indonesia. Jika melihat dari bentuknya saja, perbedaan tersebut dapat dikatakan tidak nampak. Akan tetapi perbedaan tersebut dapat dilihat dari pengucapannya. Meskipun dianggap sebagai keterampilan yang sulit dalam pembelajaran bahasa Inggris, menulis tetap dapat dianggap sebagai hal yang menyenangkan. Seperti yang dikemukakan oleh Scott dan Ytreberg (2003) ”even if there are difficulties in writing in foreign language, it is still useful, essential, integral, and enjoyable part of the foreign language lesson”. Bryne (1995) perpendapat bahwa aktifitas writing (menulis) “these have been divided into four group (copying, practice with the word, practice with sentence, and creative writing)”. Sedangkan Slatery dan Willis (2009) berpendapat bahwa “early writing activities such as copying, tracing, and making letter shapes are handwriting practice”. Dari pendapat tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kegiatan writing dibagi kedalam 4 bagian, yaitu copying (menggandakan), practice with word (berlatinh dengan kata), practice with sentence (berlatih dengan kalimat) dan creative writing (kreativitas menulis). Aktifitas menulis yang diawali dengan anak menggandakan tulisan,
kemudian mulai membuat catatan, dan membuat bentuk huruf merupakan latihan tulisan tangan. Pinter (2006, hlm 74) mengungkapkan bahwa “...EFL children may need more and less practice with the mechanical basics of writing. It is useful for these children to start with tracing and copying”. Berdasarkan pendapat Pinter (2006) tersebut, siswa yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing membutuhkan sedikit banyak praktek dengan dasar-dasar mekanisme penulisan. Mekanisme penulisan tersebut akan lebih bermakna apabila dimulai dengan membuat catatan dan menyalin. Dengan kata lain siswa dapat memulai aktifitas menulis yang menyenangkan dengan membuat catatan dan menyalin. 4. Games Games atau permainan yang hakikatnya disukai hampir seluruh lapisan masyarakat baik orang dewasa atau anak-anak dapat dijadikan sebuah alat yang dapat membantu proses pembelajaran. Salah satu manfaat penggunaan games (permainan) dalam sebuah pembelajaran adalah di gunakan sebagai media pembelajaran. Games (permainan) dapat menciptakan suatu kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak. Anak dapat mengeksplorasi dirinya tidak hanya pada aspek kognitifnya saja melainkan pada aspek psikomotor dan afektifnya. Pembelajaran bahasa Inggris yang sering di anggap sulit oleh siswa dijenjang sekolah dasar dapat dikemas dengan cara yang menyenangkan. Salah satunya dengan media permainan edukatif. Dengan media permainan ini, pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar akan terasa lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Media permainan dibuat sedemikian rupa sesuai dengan tujuan pembelajaran juga karakteristik dari pesera didik. Guru dapat memilih berbagai permainan yang
Crossword untuk Meningkatkan Keterampilan Writing di kelas IV Sekolah Dasar Volume 3, Nomor 3, Desember 2015, 1-11
a.
b.
c.
d.
e.
dapat dijadikan sebagai media pembelajaran bahasa Inggris. Permainan juga dapat di modifikasi sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa Inggris terdapat beberapa education games menurut Lewis (1999) yang dapat digunakan sebagai media yaitu: Movement Games (Permainan Berpindah) Permainan ini menekankan pada gerakangerakan fisik siswa didalam kelas. Dalam menggunakan permainan ini, guru di tuntut untuk sangat memperhatikan seluruh siswa didalam kelas. Card Games (Permainan Kartu) Permainan ini menggunakan kartu-kartu sebagai medianya. Kartu-kartu tersebut dapat berupa kosakata-kosakata atau berisi kalimat-kalimat yang dimainkan oleh siswa. Guru dapat memodofikasi permainan ini sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditentukan. Board Games (Permainan Papan) Board game adalah sebuah permainan yang menggunakan papan dan bidak penanda pada saat memainkannya. Salah satu permainan board game yang terkenal adalah ular tangga. Guru dapat memodifikasi permainan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk melatih kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Drawing Games (Permainan Membuat Gambar) Permainan ini membutuhkan keterampilan menggambar pada siswa. Dalam memainkan permainan ini, seorang anak dapat mengekspresikan perasaannya kedalam sebuah gambar. Siswa juga dapat menggambar sesuatu yang ia inginkan kemudian dideskripsikan. Misalnya, siswa menggambarkan sebuah monster kemudian siswa mendeskripkan monster yang telah digambarnya tersebut. Guessing Games (Permainan Menebak) Permainan ini merupakan permainan tebak-menebak. Siswa dapat menebak
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru atau teman sekelasnya. f. Role-Play Games (Bermain Peran) Permainan ini dapat digunakan untuk melatih siswa untuk berkomunikasi. Permainan ini dimainkan dengan cara siswa memainkan sebuah peran yang dipilih olehnya.. g. Word Games (Permainan Kata) Permainan word game ini melibatkan siswa untuk berlatih ejaan dan menulis. Siswa dapat berlatih penguasaan kosakata melalui permainan ini. Salah satu permainan word game adalah crossword. 5. Crossword Media permainan yang dapat digunakan dalam pembelajaran diantaranya adalah crossword. Crossword ini pertama kali di publikasikan di New York pada tahun 1913. Crossword ini merupakan media pembelajaran yang menyenangkan dan edukatif bagi siswa baik dalam kelas rendah ataupun kelas tinggi. Di Indonesia sendiri crossword ini lebih dikenal dengan permainan teka-teki silang. Tekateki silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu mengisi ruangruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petunjuk. Zaini (2008) mengemukakan bahwa Teka-teki dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan tanpa kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung. Penerapan crossword dalam suatu pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa Inggris memiliki banyak manfaat. Selain untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, penggunaan crossword ini juga dapat membuat daya ingat materi pembelajaran siswa semakin bertambah. Hal tersebut terjadi karena dengan penggunaan crossword siswa akan melakukan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Sebab dalam menggunakan crossword dengan
Milla, Winti Ananthia, Deti Rostika, Crossword untuk Meningkatkan Keterampilan Writing di kelas IV Sekolah Dasar
kondisi pikiran yang jernih, rileks dan tenang akan membuat memori otak kuat, sehingga daya ingat pun meningkat. Crossword ini menuntut siswa untuk berfikir dan menemukan jawaban dengan menyenangkan walau terkadang membingungkan untuk memecahkan teka-teki didalam crossword ini. Dengan menggunakan crossword ini siswa dapat lebih mudah untuk mengingat materimateri pembelajaran yang diberikan oleh guru. Bahkan menurut sebuah penelitian menggunakan crossword ini dapat mengasah kemampuan otak dan mampu meningkatkan fungsi kerja otak manusia dan mencegah kepikunan dini bila dilakukan secara terus menerus. 6. Hasil belajar writing Hasil belajar merupakan kemampuan yang telah diperoleh seorang anak melalui proses pembelajaran. Makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil belajar dalam pembelajaran writing adalah perubahan kemampuan belajar yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran writing didalam kelas. Dalam melakukan penilaian hasil belajar, guru dapat menggunakan lembar evaluasi sebagai alatnya. Menurut Sudjana (2012, hlm. 22) hasil belajar yaitu “kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.” Berdasarkan pendapat tersebut, setelah siswa mempelajari writing, maka hasil belajar tersebut berupa kemampuan writing. Hasil belajar tidak selalu berupa hal yang berkaitan dengan kemampuan kognisi, melainkan mencakup aspek afektif dan psikomotor. Hal tersebut senada dengan pendapat Bloom (Hasan dan Zainul, 1993) yang membagi hasil belajar atas 3 ranah, yaitu ranah kognitif yang berkaitan
dengan kegiatan berfikir, ranah afektif yang berkaitan dengan sikap dan kepribadian, serta ranah psikomotor yang berkaitan dengan keterampilan motorik. Namun yang menjadi fokus penelitian ini adalah aspek kognitif yaitu kemampuan writing siswa, meskipun proses pembelajaran mengembangkan aspek afektif dan melibatkan aktivitas psikomotor. 7. Hasil pembelajaran Dalam pembelajaran bahasa, anak sudah memahami simbol-simbol sehingga kemampuan membaca dan menulis anak berkembang. Senada dengan pendapat Scott dan Ytreberg (2003) yang menyatakan bahwa anak memahami simbol yang dimulai dengan bentuk kata-kata. Pinter (2009) menambahkan bahwa anak memiliki perkembangan kemampuan dalam membaca dan menulis.Kemampuan writing siswa ditunjukkan dengan hasil belajar. Menurut Sudjana (2012, hlm 22) hasil belajar yaitu “kemampuankemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.” Berdasarkan pendapat tersebut, setelah siswa mempelajari writing, maka hasil belajar tersebut berupa kemampuan writing. Hasil belajar tidak selalu berupa hal yang berkaitan dengan kemampuan kognisi, melainkan mencakup aspek afektif dan psikomotor. Hal tersebut senada dengan pendapat Bloom (Hasan dan Zainul, 1993) yang membagi hasil belajar atas 3 ranah, yaitu ranah kognitif yang berkaitan dengan kegiatan berfikir, ranah afektif yang berkaitan dengan sikap dan kepribadian, serta ranah psikomotor yang berkaitan dengan keterampilan motorik. Namun yang menjadi fokus penelitian ini adalah aspek kognitif yaitu kemampuan writing siswa, meskipun proses pembelajaran mengembangkan aspek afektif dan melibatkan aktivitas psikomotor.
Crossword untuk Meningkatkan Keterampilan Writing di kelas IV Sekolah Dasar Volume 3, Nomor 3, Desember 2015, 1-11
Hasil belajar selalu dikaitkan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran atau ketuntasan belajar. Oleh sebab itu perlu adanya standar ketuntasan belajar sebagai syarat yang menyatakan bahwa siswa telah tuntas belajarnya. Depdikbud (dalam Trianto, 2010, hlm. 241) menyatakan bahwa “setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya”. Untuk mengetahui kemampuan writing siswa dan keberhasilan siklus, peneliti melakukan penilaian terhadap hasil tulisan siswa yang dibuat melalui aktivitas menulis melalui lembar evaluasi. Dalam lembar evaluasi yang diberikan, peneliti dapat melihat perkembangan kemampuan menulis siswa setelah melakukan proses pembelajaran menggunakan media crossword. Indikator keterampilan writing dalam penelitian ini adalah spelling. Setiap kosakata yang dituliskan dengan pengejaan yang tepat maka diberi skor 1. Jika ada kosakata yang salah penulisannya seperti kurang huruf, kelebihan huruf, atau benar-benar salah dalam penulisannya maka dianggap salah dan diberi skor 0.Pada penelitian ini, terdapat 90 vocabulary (kosakata) yang dikenalkan kepada siswa. Dari 90 kosakata tersebut, ada beberapa kosakata yang dapat dengan mudah dituliskan oleh siswa dan ada beberapa kosakata yang sulit untuk dituliskan dengan benar oleh siswa. Kosakata yang dengan mudah dituliskan oleh siswa yaitu, bed, soap, chair, dan fan. Keempat kosakata tersebut dengan mudah dituliskan dengan ejaan yang benar oleh seluruh siswa. Menurut analisis yang dilakukan oleh peneliti, siswa dapat menuliskan kata “bed” dengan benar karena selain kata “bed” tersebut hanya terdiri dari 3 huruf
penyusun, kata “bed” tersebut pun sudah tidak asing untuk mereka. Selain itu, pengucapan kata “bed” dengan penulisannya pun tidak jauh berbeda. Sama halnya dengan kata “bed”, kata “fan” pun memiliki karakteristik yang sama. Sehingga seluruh siswa dapat dengan mudah menuliskan kata “fan” dengan ejaan yang benar. Jika kata “bed” dan “fan” yang dengan mudah dituliskan dengan ejaan yang benar karena karakteristik tersebut, kata “soap” dan “chair” dapat dengan mudah dituliskan oleh seluruh siswa karena kata-kata tersebut sudah sering mereka pelajari dan tuliskan dalam pembelajaran bahasa Inggris dikelas sebelumnya. Secara garis besar, ada 2 faktor yang membuat siswa dapat dengan mudah menuliskan kosakata. Faktor tersebut yaitu pertama kosakata tersebut sudah sering mereka pelajari dan kedua jumlah huruf penyusun kosakata tersebut hanya sedikit. Selain terdapat kata yang dengan mudah dituliskan dengan ejaan yang benar, peneliti juga menemukan kosakata yang paling sulit untuk dituliskan oleh siswa. Peneliti menilai kosaakata tersebut sulit untuk dituliskan karena, hampir seluruh siswa salah dalam menuliskan kosakata tersebut. Kosakata yang paling sulit untuk dituliskan tersebut yaitu, knife, jellyfish, dan grasshopper. Banyak siswa yang salah dalam menuliskan kata “knife” karena kata tersebut memiliki perbedaan yang cukup besar antara pengucapan dan penulisannya. Selain itu, siswa belum terbiasa dengan kosakata bahasa Inggris yang tersusun dengan huruf ~kn. Dalam bahasa Inggris, huruf ~k pada beberapa kosakakata memang seperti tidak dibunyikan. Salah satunya pada kata “knife” maka dari itu, banyak siswa yang menuliskan kosakata tersebut menjadi “naif”. Sebagian besar siswa tidak memunculkan huruf ~k pada saat menuliskan kata “knife”. Selain kata “knife”, kata “jellyfish” juga masuk kedalam salah satu kata yang
Milla, Winti Ananthia, Deti Rostika, Crossword untuk Meningkatkan Keterampilan Writing di kelas IV Sekolah Dasar
paling sulit untuk dituliskan oleh siswa. hampir seluruh siswa tidak dapat menuliskan kosakata tersebut karena terdapat huruf yang ganda pada kata tersebut. Sebagian besar siswa menuliskan kosakata tersebut dengan susunan huruf yang kurang. Siswa menuliskan kosakata tersebut menjadi “jelifis”. Kata “jellyfish” juga merupakan kosakata yang asing untuk siswa. Sehingga siswa masih sulit untuk menuliskannya dengan ejaan yang benar. Terakhir kata “grasshopper” kata tersebut juga termasuk dalam kosakata yang paling banyak salah dalam penulisannya. Sama seperti kata “jellyfish” kata “grasshopper” memiliki huruf yang ganda bahkan lebih dari satu huruf yang ganda. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat kata “grasshopper” menjadi sulit untuk dituliskan dengan benar oleh siswa. Banyak siswa yang menuliskan kosakata tersebut dengan jumlah huruf penyusun yang kurang. Rata-rata siswa menuliskannya menjadi “greshoper” ada pula yang menuliskannya menjadi “grashopper” dan “grashooper”. Mereka masih bingung dengan huruf mana yang harusnya dituliskan ganda. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti secara garis besar, faktor yang membuat suatu kata sulit untuk dituliskan adalah bentuk tulisan dan cara mengucapkan yang sangat berbeda. Selain itu, banyaknya huruf dan huruf yang ganda dalam kosakata bahasa Inggris juga memengaruhi tingkat kesulitan kosakata tersebut. Kebanyakan dari siswa menuliskan kosakata tersebut sesuai dengan apa yang mereka dengar. Selain hal-hal tersebut, akan lebih baik jika guru juga memperhatikan pengucapan kosakata dalam bahasa Inggris. Bisa jadi, siswa sulit untuk menuliskan kosakata dalam bahasa Inggris karena guru yang mengajarkan salah dalam mengucapkan kosakata tersebut. Berdasarkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini,
rerata nilai hasil siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut menandakan bahwa penggunaan media crossword cukup efektif dalam membantu siswa meningkatkan keterampilan writing. Namun, keefektifan tersebut terjadi karena hal-hal internal juga seperti banyaknya siswa dikelas dan kekreatifan guru dalam mengemas pembelajaran. Selain itu, karakteristik siswa juga cukup berpengaruh pada keberhasilan penelitian ini. Pada siklus I rerata nilai yang diperoleh hanya sebesar 67,73. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 80,30 dan siklus III meningkat kembali menjadi 88,03. Berikut merupakan grafik perolehan rerata nilai evaluasi yang diperoleh siswa. 100 80.3 80
88.03
67.73
60 40 20 0 Siklus I Siklus II Siklus III
Gambar 4.32. Grafik Perolehan Rerata Nilai Evaluasi Siswa Seluruh Siklus KESIMPULAN Kesimpulan penelitian ini diantaranya, hasil belajar siswa dalam pembelajaran writing melalui penggunaan media crossword pada siswa kelas IV di SDN Ciporeat 4 kota Bandung diperoleh melalui hasil pengerjaan lembar evaluasi yang dilakukan disetiap akhir pembelajaran. Penelitian pada hasil belajar siswa yang dilakukan menunjukan rerata nilai hasil belajar siswa pada siklus I adalah 67.73, pada siklus II adalah 80.30, dan pada siklus III menjadi 88.03. Dilihat dari pemerolehan rerata nilai proses siswa tersebut, maka hasil pembelajaran writing siswa dengan menggunakan media crossword meningkat. Dengan
Crossword untuk Meningkatkan Keterampilan Writing di kelas IV Sekolah Dasar Volume 3, Nomor 3, Desember 2015, 1-11
demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa media crossworddapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil
DAFTAR PUSTAKA Pinter, A. (2006). Teaching young language learners. New York: Oxford University press. Abidin, Yunus. (2010). Kemampuan berbahasa Indonesia di perguruan tinggi. Bandung: CV. Maulana Media Grafika. Trianto. (2010). Mendesain model pembelajaran inovatif – progresif. Jakarta: Kencana. Brewster, J., Ellis, G. & Girard, D. (2002). The primary english teacher’s guide. London: Penguin Longman Publishing. Lewis, G. (1999). Games for children. New York: Oxford University Press. Ludewig, A. & Swan, A. (2007). 101 Great classroom games. New York: McGraw-Hill Companies.
belajar keterampilan sekolah dasar.
writing
siswa
Sudjana, Nana. (2012). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Barone, D.M. & Hong Xu, S. (2008). Literacy instruction for English language learners pre-k-2. New York: The Guilford Press Hasan dan Zainul. (1993). Evaluasi hasil belajar. Jakarta: Dirjen Dikti. Harmer, Jeremy. (2004). How to teach writing. England: Pearson Education Limited. Moon, J. (2000). Children learning English. Leeds: Mcmilan Heinemann Scott, Wendy A and Ytreberg, Lisbeth H (2003). Teaching English to children. United State of America : LongmanInc. Zaini, Hisyam. (2008). Strategi pembelajaran aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.