PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR KOSAKATA BAHASA LAMPUNG ANTARA PENGGUNAAN PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE/CRITICAL THINKING SERTA MINAT BELAJAR MAHASISWA STRATA-1
Oleh: A. Effendi Sanusi, Sudjarwo, Herpratiwi FKIP Unila, Jalan Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1, Bandar Lampung e-mail:
[email protected] 08127923634 Abstract: the differences of Lampung Language vocabularies learning achievements between using Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) learning and learning interest at undergraduate students. This was an experiment research. The objectives of this research were: (1) to analyze the interaction between used learning models and learning interest to vocabulary learning achievement of Lampungnese language (VLAL); (2) to analyze the differences of VLAL of ILL students in FTTE of Lampung university between using DD/CT in Lampungnese language and DD/CT in Indonesian language; (3) to analyze the differences of VLAL between students with high learning interest using DD/CT in Lampungnese language and students with high learning interest using DD/CT in Indonesian language; and (4) to analyze the differences of VLAL between students with low learning interest using DD/CT in Lampungnese language and students with low learning interest using DD/CT in Indonesian language. The conslusions of this research are: (1) there is an interaction between Lampungnese language learning interest and used learning model to VLAL; (2) students’ VLALs who use DD/CT in Lampungnese language are higher than those in Indonesian language; (3) students’ VLALs with high interest in DD/CT learning with Lampungnese language are higher than those with Indonesian language; (4) students’ VLALs with low interest in DD/CT learning with Lampungnese language are equal to those with Indonesian language. Keywords: achievement, Lampungnese language vocabularies, DD/CT
Abstrak: perbedaan prestasi belajar kosakata bahasa Lampung antara penggunaan pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking serta minat belajar mahasiswa Strata-1. Penelitian ini merupakan eksperimen yang bertujuan menganalisis: (1) interaksi pembelajaran yang digunakan dan minat belajar terhadap prestasi belajar kosakata bahasa Lampung (PBKBL), (2) perbedaan PBKBL yang pembelajarannya menggunakan Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) berbahasa Lampung dan yang menggunakan DD/CT berbahasa Indonesia, (3) perbedaan PBKBL yang memiliki minat tinggi dalam pembelajaran DD/CT berbahasa Lampung dan yang memiliki minat tinggi dalam pembelajaran DD/CT berbahasa Indonesia, dan (4) perbedaan PBKBL yang memiliki minat rendah dalam pembelajaran DD/CT berbahasa Lampung dan yang memiliki minat rendah dalam pembelajaran DD/CT berbahasa Indonesia. Analisis data memperoleh simpulan: (1) Ada interaksi minat belajar dan pembelajaran yang digunakan terhadap PBKBL, (2) PBKBL mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan DD/CT
2
berbahasa Lampung lebih tinggi daripada PBKBL mahasiswa yang menggunakan DD/CT berbahasa Indonesia, (3) PBKBL mahasiswa yang memiliki minat tinggi dalam pembelajaran DD/CT berbahasa Lampung lebih tinggi daripada PBKBL mahasiswa yang memiliki minat tinggi dalam pembelajaran DD/CT berbahasa Indonesia, dan (4) PBKBL mahasiswa yang memiliki minat rendah dalam pembelajaran DD/CT berbahasa Lampung sama dengan PBKBL mahasiswa yang memiliki minat rendah dalam pembelajaran DD/CT berbahasa Indonesia. Kata kunci: prestasi, kosakata bahasa Lampung, DD/CT
donesia, bahasa Lampung telah di-
PENDAHULUAN
jadikan salah satu mata kuliah yang Peraturan
Daerah
Provinsi
Lampung Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Pemeliharaan
Kebudayaan
Lampung mengemukakan bahwa bahasa dan aksara Lampung sebagai unsur kekayaan budaya wajib dikembangkan (Pasal 7). Pelestarian bahasa dan aksara Lampung dilakukan antara lain melalui pembelajaran bahasa dan aksara Lampung mulai jenjang kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah (Pasal 8). Jauh sebelum peraturan daerah tersebut ditetapkan, sejak tahun 1990 di beberapa sekolah jenjang pendidikan dasar yang ada di Provinsi Lampung, bahasa Lampung telah dijadikan salah satu mata pelajaran untuk mengisi program muatan lokal. Bahkan, sejak tahun 1979 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (FKIP Unila), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra In-
wajib ditempuh oleh mahasiswa strata-1 (S-1) dengan bobot tiga satuan kredit semester. Idealnya,
setelah
mengikuti
pembelajaran bahasa Lampung selama beberapa tahun di pendidikan dasar dan mengikuti perkuliahan selama 1 semester dengan bobot 3 satuan kredit semester di perguruan tinggi, mahasiswa memiliki keterampilan berbahasa Lampung. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa hingga saat ini prestasi belajar bahasa Lampung mahasiswa S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unila tergolong rendah. Pada semester ganjil tahun akademik 2011/2012 perkuliahan bahasa Lampung diikuti 94 mahasiswa. Dari 94 mahasiswa terdapat 32 mahasiswa atau 34,04 % yang belum mencapai standar ketuntasan belajar minimal C. Nilai akhir yang diperoleh adalah sebagai berikut: nilai A = 14 atau 14,89 %, nilai
3
B = 18 atau 19,15 %, nilai C = 30
pengalaman pembelajaran DD/CT.
atau 31,91 %, nilai D = 24 atau 25,53
Bagi dosen: memperoleh gambaran
%, dan nilai E = 8 atau 8,51 %.
mengenai pembelajaran DD/CT ber-
Prestasi belajar bahasa Lampung dipengaruhi oleh berbagai fak-
bahasa Lampung dan pembelajaran DD/CT berbahasa Indonesia.
tor, di antaranya penguasaan kosa-
Bahasa Lampung merupakan
kata, minat belajar, strategi pembela-
salah satu bahasa daerah yang ada di
jaran, media pembelajaran, serta ben-
Nusantara yang terdapat di Provinsi
tuk soal yang digunakan dalam eva-
Lampung. Bahasa Lampung terdiri
luasi. Faktor-faktor ini merupakan
atas dua dialek, yakni dialek O dan
suatu sistem yang saling terkait anta-
dialek A. Bahasa Lampung dialek O
ra faktor yang satu dan faktor yang
meliputi Abung dan Menggala. Ba-
lain. Jika ada faktor yang diabaikan,
hasa Lampung dialek A meliputi
proses pembelajaran tidak akan ber-
Waikanan, Sungkai, Melinting, Pubi-
langsung dengan baik yang pada
an, Pesisir, dan Pemanggilan Jelema
akhirnya prestasi belajar mahasiswa
Daya.
akan rendah. Dalam prestasi
Berdasarkan kategorinya, kosaupaya
belajar
meningkatkan
kosakata
kata bahasa Lampung dapat dibeda-
bahasa
kan atas lima jenis: verba, nomina
Lampung (PBKBL) mahasiswa, per-
(termasuk pronomina dan numera-
lu dilakukan penelitian. Dari peneliti-
lia), adjektiva, adverbia, dan kata tu-
an itu dapat diketahui letak-letak ke-
gas (Sanusi, 2006:31).
lemahan pembelajaran. Dengan dike-
Belajar dapat diartikan sebagai
tahuinya letak kelemahan itu, PBK-
proses perubahan perilaku akibat in-
BL mahasiswa dapat ditingkatkan.
teraksi individu dengan lingkungan.
Secara teoretis, penelitian ini
Individu dapat dikatakan telah meng-
mengembangkan konsep, teori, prin-
alami proses belajar meskipun pada
sip, dan prosedur teknologi pendidik-
dirinya hanya ada perubahan dalam
an untuk meningkatkan prestasi bela-
kecenderungan perilaku (De Cecco
jar bahasa Lampung mahasiswa. Se-
& Crawford dalam Ali, 2000:14).
cara praktis, penelitian ini berguna
Perubahan perilaku tersebut menca-
bagi mahasiswa dalam memperoleh
kup pengetahuan, pemahaman, kete-
4
rampilan, dan sikap yang dapat mau-
memang merupakan bagian dari ke-
pun tidak dapat diamati. Perilaku
giatan mengajar, tetapi bukanlah sa-
yang dapat diamati disebut penampil-
tu-satunya. Masih banyak cara lain
an (behavioral performance), se-
yang dapat dilakukan guru untuk
dangkan yang tidak dapat diamati
membuat siswa belajar. Peran yang
disebut kecenderungan perilaku (be-
seharusnya dilakukan guru adalah
havioral tendency). Penampilan yang
mengusahakan agar setiap siswa da-
dimaksud dapat berupa kemampuan
pat berinteraksi secara aktif dengan
menjelaskan, menyebutkan, atau me-
berbagai sumber belajar. Guru hanya
lakukan suatu perbuatan.
merupakan salah satu (bukan satu-
Kegiatan belajar bisa saja ter-
satunya) sumber belajar bagi siswa.
jadi walaupun tidak ada kegiatan
Selain guru, masih banyak sumber
mengajar. Begitu pula sebaliknya,
belajar yang lain.
kegiatan mengajar tidak selalu meng-
Ada perbedaan yang prinsip an-
hasilkan kegiatan belajar. Ketika gu-
tara teori belajar dan teori pembela-
ru menjelaskan pelajaran di depan
jaran. Teori belajar adalah deskriptif
kelas, misalnya, memang terjadi ke-
karena tujuan utamanya memeriksa
giatan mengajar. Akan tetapi, dalam
proses belajar, sedangkan teori pem-
kegiatan itu tidak ada jaminan bahwa
belajaran adalah preskriptif karena
telah terjadi kegiatan belajar pada
tujuan utamanya menetapkan metode
siswa yang diajar. Kegiatan mengajar
pembelajaran yang optimal (Bruner
dikatakan berhasil jika dapat menga-
dalam Budiningsih, 2005:11). Teori
kibatkan atau menghasilkan kegiatan
belajar lebih fokus pada bagaimana
belajar pada diri siswa. Jadi, hakikat
peserta didik belajar sehingga berhu-
mengajar adalah usaha guru untuk
bungan
membuat siswa belajar. Dengan kata
yang menentukan hasil belajar. Da-
lain, mengajar merupakan upaya
lam teori belajar, kondisi dan metode
menciptakan kondisi agar terjadi ke-
pembelajaran
giatan belajar (Sanusi, 2010:34).
bebas dan hasil pembelajaran sebagai
dengan
variabel-variabel
merupakan
variabel
Mengajar tidak selalu bermakna
variabel tergantung. Dengan demiki-
‘kegiatan menyajikan materi pelajar-
an, dalam pengembangan teori bela-
an’. Menyajikan materi pelajaran
jar, variabel yang diamati adalah ha-
5
sil belajar sebagai efek dari interaksi antara metode dan kondisi.
Pada bagian lain, Untari (2007: 2) mengemukakan bahwa pembela-
Teori pembelajaran adalah goal
jaran berbasis DD/CT mengakses pa-
oriented artinya teori pembelajaran
ham konstruktivis dengan menekan-
dimaksudkan untuk mencapai tujuan
kan adanya dialog mendalam dan
(Reigeluth dalam Budiningsih, 2005:
berpikir kritis. Elemen-elemen dalam
12). Oleh karena itu, variabel yang
menerapkan konstruktivisme meli-
diamati dalam teori pembelajaran
puti: (1) menghidupkan pengetahuan
adalah metode yang optimal untuk
artinya pengetahuan sebelumnya ha-
mencapai tujuan. Hasil pembelajaran
rus dijadikan pertimbangan dalam
yang diamati dalam pengembangan
membelajarkan
teori pembelajaran adalah hasil pem-
memperoleh pengetahuan dalam arti
belajaran yang diinginkan (desired
perolehan tambahan pengetahuan ha-
outcomes) yang telah ditetapkan le-
rus dilakukan secara menyeluruh, bu-
bih dulu. Dengan demikian, teori
kan berupa paket-paket kecil. Hal ini
pembelajaran
seperangkat
dapat dianalogikan belajar berenang,
preskriptif guna mengoptimalkan ha-
peserta didik harus mempraktekkan-
sil pembelajaran yang diinginkan di
nya, setelah paham akan proses bere-
bawah kondisi tertentu.
nang, dosen dapat membelajarkan se-
berisi
materi
baru;
(2)
Deep dialogue (dialog menda-
cara individual tentang berbagai ge-
lam) dapat diartikan sebagai perca-
rakan dan gaya berenang; (3) mema-
kapan antara dua orang atau lebih
hami pengetahuan: ini berarti peserta
yang diwujudkan dalam hubungan
didik harus menggali, menemukan
interpersonal, saling keterbukaan, ju-
dan menguji semua pengetahuan ba-
jur, dan mengandalkan kebaikan; cri-
ru yang diperoleh. Mereka perlu
tical thinking (berpikir kritis) adalah
mendiskusikan dengan dosen, de-
kegiatan berpikir yang dilakukan de-
ngan teman, saling membelajarkan,
ngan mengoperasikan potensi inte-
saling mengkritik, serta membantu
lektual untuk menganalisis, membuat
lainnya memperbaiki susunan pero-
pertimbangan, dan mengambil kepu-
lehan pengetahuan yang dibelajar-
tusan secara tepat dan melaksanakan-
kan; (4) menggunakan pengetahuan
nya secara benar (Untari, 2007:1).
artinya peserta didik memperoleh ke-
6
sempatan memperluas wawasan, me-
an pembelajaran DD/CT sebagai
nyaring pengetahuan dengan meng-
berikut. (1) Kegiatan awal. Dalam
gunakan berbagai cara dalam bentuk
mengawali pembelajaran dimulai de-
pemecahan masalah; (5) refleksi
ngan salam, mengemukakan tujuan
pengetahuan yang diperoleh.
pembelajaran/standar
kompetensi
Pembelajaran DD/CT lebih ter-
dan kompetensi dasar yang akan di-
pada mahasiswa. Interaksi
capai, kemudian menggunakan ele-
yang terjadi bersifat multiarah: antar-
men dinamika kelompok untuk mem-
mahasiswa dalam kelompok, antar-
bangun komunitas, yang bertujuan
kelompok, dan antara mahasiswa de-
mempersiapkan peserta didik ber-
ngan dosen. Dengan demikian, setiap
konsentrasi sebelum mengikuti pem-
mahasiswa dapat belajar untuk mene-
belajaran. (2) Kegiatan inti. Kegiatan
mukan sendiri pengetahuan yang di-
ini sebagai pengembangan dan peng-
tuntut dari mereka tanpa dijejali do-
organisasian materi pembelajaran.
sen. Menurut Global Dialogue Insti-
Adapun tahap-tahap yang dilalui se-
tute (GDI), DD/CT bukanlah pende-
bagai berikut. Tahap pertama, dosen
katan baru, tetapi telah diadaptasikan
melaksanakan kegiatan menggali in-
dari berbagai metode yang ada. Oleh
formasi dengan memperbanyak brain
karena itu, DD/CT bisa mengguna-
storming dan diskusi dengan menga-
kan semua metode pembelajaran
jukan pertanyaan kompleks untuk
yang ada sebelumnya seperti belajar
menciptakan kondisi dialog menda-
aktif atau keterampilan proses. DD/
lam dan berpikir kritis. Pada tahap
CT dalam pembelajaran dikonsen-
ini, peserta didik dilatih sekaligus di-
trasikan dalam mendapatkan penge-
beri pengalaman melalui proses usa-
tahuan dan pengalaman melalui dia-
ha menemukan informasi, konsep,
log secara mendalam dan berpikir
atau pengertian yang diperlukan de-
kritis, tidak saja menekankan keaktif-
ngan mengoptimalkan dialog menda-
an peserta didik pada aspek fisik,
lam dan berpikir kritis antarsesama.
tetapi juga aspek intelektual, sosial,
Setiap perbedaan pendapat, pandang-
mental,
spiritual
an, dan pemikiran merupakan hal
(GDI, 2001:2). Untari (2007:18) me-
yang patut dikomunikasikan dengan
ngemukakan rambu-rambu penerap-
tetap menghormati eksistensi ma-
pusat
emosional,
dan
7
sing-masing peserta dialog sehingga
itu, dosen harus mengakui dan mem-
dalam diri peserta didik tertanam ra-
beri penghargaan. Selanjutnya, dila-
sa menerima dan menghormati per-
kukan klarifikasi atau penajaman atas
bedaan, toleransi, empati, dan ter-
temuan peserta didik terarah pada
buka. Dalam kegiatan ini, konsep
kompetensi dan materi pokok yang
dan definisi tidak diberikan dosen,
dibelajarkan. Umpan balik dosen di-
tetapi digali oleh peserta didik. Tuju-
maksudkan sebagai penegasan fungsi
an kegiatan ini adalah (a) memotivasi
dialog mendalam yang bermuara pa-
dan menumbuhkan kesadaran bahwa
da pelaksanaan evaluasi pemahaman
antara dosen-peserta didik sama-
peserta didik. Tahap ini sekaligus
sama belajar. Dosen hanyalah salah
sebagai bukti bahwa dosen bukan
satu sumber, peserta didik dan sum-
sumber yang “tahu segalanya”; antar-
ber–sumber lain ada di samping do-
peserta didik dan dosen terjadi saling
sen; (b) memberi bukti pada peserta
belajar dan saling membelajarkan.
didik bahwa kemampuan menyusun
(3) Kegiatan akhir. Tahap ini meru-
definisi atau pengertian dari konsep
pakan tahap pengambilan simpulan
yang bermutu dapat dilakukan oleh
dari semua yang telah dibelajarkan,
peserta didik, tidak kalah bermutu-
sekaligus penghargaan atas segala
nya dengan yang diberikan dosen; (c)
aktivitas peserta didik. Di samping
memberi pengalaman belajar menuju
itu, pada tahap ini dilakukan penilai-
ketuntasan belajar bermakna, bukan
an hasil belajar.
ketuntasan materi saja. Selanjutnya,
Minat
merupakan
kecende-
dilaksanakan cooperative learning
rungan hati yang tinggi terhadap se-
untuk
memecahkan permasalahan
suatu; minat timbul karena adanya
yang diberikan dosen. Penerapan co-
kebutuhan terhadap sesuatu itu. Hal
operative learning dapat dengan tek-
ini sejalan dengan pendapat Sardi-
nik pelaporan ataupun Jigsaw dan
man (2006:76) yang mengatakan
Student Teams Achievement Division
bahwa minat merupakan kecende-
(STAD). Tahap kedua, merupakan
rungan jiwa seseorang kepada sesua-
tahap umpan balik. Apa pun peroleh-
tu (yang biasanya disertai perasaan
an belajar peserta didik merupakan
senang) karena ada kepentingan de-
upaya maksimal mereka. Oleh sebab
ngan sesuatu itu. Slameto (2005:15)
8
mengatakan bahwa minat adalah ke-
berminat pada pelajaran akan terdo-
cenderungan jiwa yang tetap untuk
rong untuk tekun belajar, berbeda
memperhatikan dan mengenang akti-
dengan siswa yang sikapnya hanya
vitas atau kegiatan. Seseorang yang
menerima pelajaran. Mereka hanya
berminat terhadap suatu aktivitas
tergerak untuk mau belajar, tetapi su-
akan memperhatikan aktivitas itu se-
lit untuk terus tekun karena tidak ada
cara konsisten dengan rasa senang.
pendorongnya. Oleh sebab itu, untuk
Minat merupakan salah satu aspek
memperoleh hasil yang baik dalam
psikis manusia yang dapat mendo-
belajar, siswa harus mempunyai mi-
rong untuk mencapai tujuan. Sese-
nat terhadap pelajaran sehingga akan
orang yang memiliki minat terhadap
mendorongnya untuk terus belajar.
suatu objek, cenderung untuk mem-
Penelitian ini dilakukan dengan
berikan perhatian atau merasa senang
tujuan untuk menganalisis (1) inter-
pada objek tersebut. Sebagai suatu
aksi antara pembelajaran yang digu-
aspek kejiwaan, minat berfungsi se-
nakan dan minat belajar bahasa Lam-
bagai pendorong dalam berbuat se-
pung terhadap prestasi belajar kosa-
suatu yang akan terlihat pada indi-
kata bahasa Lampung, (2) perbedaan
kator dorongan dari dalam: rasa se-
prestasi
nang, memberi perhatian, dan berpe-
Lampung mahasiswa S-1 Pendidikan
ran serta dalam kegiatan.
Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP
belajar
kosakata
bahasa
Dari beberapa kutipan di atas
Unila yang dalam pembelajarannya
dapat disimpulkan bahwa minat bela-
menggunakan Deep Dialogue/Criti-
jar adalah suatu keinginan atau ke-
cal Thinking berbahasa Lampung dan
mauan belajar yang disertai perhatian
berbahasa Indonesia, dan (3) perbe-
dan keaktifan yang disengaja yang
daan prestasi belajar kosakata bahasa
akhirnya melahirkan rasa senang da-
Lampung mahasiswa S-1 Pendidikan
lam perubahan tingkah laku, baik
Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP
berupa pengetahuan, sikap, maupun
Unila yang dalam pembelajarannya
keterampilan. Minat dalam belajar
menggunakan Deep Dialogue/Criti-
berfungsi sebagai motivating force
cal Thinking berbahasa Lampung dan
yaitu sebagai kekuatan yang mendo-
berbahasa Indonesia antara yang me-
rong siswa untuk belajar. Siswa yang
9
miliki minat belajar tinggi dan yang
semester
ganjil
tahun
akademik
memiliki minat belajar rendah.
2012/2013. Populasi berjumlah 68 mahasiswa yang terdiri atas dua ke-
METODE PENELITIAN
las: kelas A = 34 dan kelas B = 34.
Penelitian ini merupakan eksperimen untuk mengetahui perbedaan PBKBL mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan DD/CT berbahasa Lampung (X1) dan PBKBL mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan DD/CT berbahasa Indonesia (X2) serta memperhatikan minat belajar bahasa Lampung tinggi (X3) dan minat belajar bahasa Lampung rendah (X4). Desain penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2 x 2 seperti yang dikemukakan pada Tabel 1.
tentukan 1 kelas sebagai kelas eksperimen dan 1 kelas sebagai kelas kontrol. Penentuan sampel berdasarkan median skor total minat belajar bahasa Lampung. Mahasiswa yang skor total minat belajar bahasa Lampungnya ≥ median dikelompokkan ke dalam sampel dengan minat belajar bahasa Lampung tinggi dan yang skor totalnya di bawah median dikelompokkan ke dalam sampel dengan minat belajar bahasa Lampung rendah. Distribusi sampel pada setiap sel
Tabel 1 Desain Faktorial 2 x 2
Minat Belajar Tinggi (X3) Rendah (X4)
Dari populasi sebanyak 2 kelas, di-
dikemukakan pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi Sampel pada Setiap Sel
Pembelajaran DDCT Bhs.Lamp. Bhs. Ind. (X1) (X2) X1 X3
X2 X3
X1 X4
X2 X4
Penelitian dilakukan di FKIP
Minat Belajar Tinggi Rendah Jumlah
Pembelajaran DDCT Bahasa Bahasa Lamp. Ind. 18 21 16 13 34 34
Jml
39 29 68
Unila. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa S-1 Pendidikan Ba-
Untuk memperoleh data minat
hasa dan Sastra Indonesia FKIP Uni-
belajar bahasa Lampung digunakan
la Angkatan 2010 yang mengambil
tes minat belajar berbentuk angket
perkuliahan Bahasa Lampung pada
sejumlah 17 butir. Untuk mempero-
10
leh data PBKBL digunakan tes ter-
Sesuai dengan kriteria uji yang dite-
tulis bentuk pilihan berganda dengan
tapkan, H0 ditolak dan H1 diterima.
lima alternatif jawaban (ABCDE) se-
Ini berarti hipotesis yang dikemuka-
jumlah 50 soal.
kan “Ada interaksi antara minat belajar bahasa Lampung dan pembelajar-
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
an DD/CT yang digunakan terhadap PBKBL mahasiswa” teruji.
Hasil Penelitian Dari 34 sampel yang diteliti di-
Pengujian hipotesis kedua mem-
peroleh skor rata-rata PBKBL di ke-
peroleh hasil signifikansi (2-tailed) =
las eksperimen sbb: tes awal = 42,41,
0,003. Harga 0,003 < 0,05. Sesuai
tes akhir = 66, peningkatan skor rata-
dengan kriteria uji yang ditetapkan,
rata = 23,59. Di kelas kontrol, diper-
H0 ditolak. Ini berarti hipotesis yang
oleh skor rata-rata tes awal = 45,47,
dikemukakan “PBKBL mahasiswa
tes akhir = 60,35, dan peningkatan
yang pembelajarannya menggunakan
skor = 14,88. Hasil tes dicantumkan
DD/CT berbahasa Lampung lebih
pada Tabel 3.
tinggi daripada PBKBL mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan
Tabel 3 Prestasi Belajar Kosakata Bahasa Lampung
Tes
Awal Akhir Peningkatan
Skor Rata-Rata di Kelas Eksperi- Kontrol men 42,41 45,47 66,00 60,35 23,59 14,88
Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. Pengujian hipotesis pertama memperoleh hasil bahwa signifikansi interaksi pembelajaran DD/CT * minat belajar bahasa Lampung = 0,008. Harga 0,008 < 0,05.
DD/CT berbahasa Indonesia” teruji. Pengujian hipotesis ketiga memperoleh hasil bahwa signifikansi (2tailed) = 0,000. Harga 0,000 < 0,05. Sesuai dengan kriteria uji yang ditetapkan, H0 ditolak. Dengan demikian,
hipotesis
yang dikemukakan
“PBKBL mahasiswa yang memiliki minat tinggi dalam pembelajaran DD/CT berbahasa Lampung lebih tinggi daripada PBKBL mahasiswa yang memiliki minat tinggi dalam pembelajaran DD/CT berbahasa Indonesia” teruji.
11
Pengujian hipotesis keempat
rata PBKBL mahasiswa yang minat
memperoleh hasil bahwa signifikansi
belajar bahasa Lampungnya rendah.
(2-tailed) = 0,461. Harga 0,461 >
Mahasiswa yang minat belajar baha-
0,05. Sesuai dengan kriteria uji yang
sa Lampungnya tinggi memperoleh
ditetapkan, H0 diterima. Dengan de-
skor rata-rata PBKBL = 71,67 dan
mikian, hipotesis yang dikemukakan
yang minat belajar bahasa Lampung-
“PBKBL mahasiswa yang memiliki
nya rendah memperoleh skor rata-
minat rendah dalam pembelajaran
rata PBKBL = 59,62. Begitu pula
DD/CT berbahasa Indonesia lebih
halnya dengan PBKBL di kelas kon-
rendah daripada PBKBL mahasiswa
trol. Di kelas kontrol, skor rata-rata
yang memiliki minat rendah dalam
PBKBL yang minat belajar bahasa
pembelajaran
Lampungnya tinggi lebih tinggi dari-
DD/CT
berbahasa
Lampung” tidak teruji.
pada skor rata-rata PBKBL mahasiswa yang minat belajar bahasa Lam-
Pembahasan Pengujian hipotesis pertama memperoleh simpulan bahwa ada interaksi antara minat belajar bahasa Lampung dan pembelajaran DD/CT terhadap PBKBL. Dari simpulan itu, ada dua hal yang perlu dibahas. Per-
pungnya rendah. Mahasiswa yang minat belajar bahasa Lampungnya tinggi memperoleh skor rata-rata PBKBL = 61,71 dan yang minat belajar bahasa Lampungnya rendah memperoleh skor rata-rata PBKBL = 58,15. Perhatikan data di Tabel 4.
tama, minat belajar bahasa Lampung. Minat belajar sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Jika minat belajar bahasa Lampung rendah, PBKBL juga akan rendah. Begitu pula sebaliknya, jika minat belajar bahasa Lampung tinggi, PBKBL juga akan tinggi. Hasil analisis data di kelas eksperimen menunjukkan bahwa skor rata-rata PBKBL mahasiswa yang minat belajar bahasa Lampungnya tinggi lebih tinggi daripada skor rata-
Tabel 4 Prestasi Belajar Kosakata Bahasa Lampung Berdasarkan Tingkat Minat Belajar Skor Rata-Rata Minat Tes Akhir di Kelas Belajar Eksperimen Kontrol Tinggi 71,67 61,71 Rendah 59,62 58,15 Selisih 12,05 3,56 Kedua, strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan sa-
12
ngat berpengaruh terhadap hasil bela-
pembelajaran bahasa adalah agar ma-
jar mahasiswa. Di kelas eksperimen,
hasiswa dapat mempergunakan baha-
penelitian ini menggunakan pembel-
sa sebagai alat berkomunikasi dan
ajaran DD/CT berbahasa Lampung.
agar mahasiswa terampil berbahasa,
Peningkatan skor rata-rata PBKBL
yakni terampil menyimak, berbicara,
dari tes awal ke tes akhir = 23,59. Di
membaca, dan menulis. Dengan de-
kelas kontrol, digunakan pembelajar-
mikian, pembelajaran yang dilaksa-
an DD/CT berbahasa Indonesia. Pe-
nakan hendaknya yang memberikan
ningkatan skor rata-rata PBKBL dari
peluang seluas-luasnya bagi maha-
tes awal ke tes akhir = 14,88. Pening-
siswa untuk mengembangkan ke-
katan skor rata-rata PBKBL di kelas
mampuan berkomunikasi, misalnya
eksperimen lebih tinggi daripada pe-
berupa percakapan dan diskusi, dia-
ningkatan skor rata-rata PBKBL di
log dan bermain peran, simulasi serta
kelas kontrol (23,59 > 14,88). Ini
improvisasi. Mahasiswa perlu diba-
menunjukkan bahwa ada pengaruh
wa ke pengalaman melakukan kegi-
pembelajaran DD/CT terhadap PBK-
atan berbahasa yang sesungguhnya.
BL mahasiswa. Dalam hal ini, pem-
Pengujian hipotesis keempat
belajaran DD/CT berbahasa Lam-
memperoleh hasil bahwa “PBKBL
pung memberikan hasil yang lebih
mahasiswa yang memiliki minat bel-
baik daripada pembelajaran DD/CT
ajar rendah dalam pembelajaran DD/
berbahasa Indonesia.
CT berbahasa Indonesia lebih rendah
Pengujian
hipotesis
kedua
daripada PBKBL mahasiswa yang
memperoleh simpulan bahwa PBK-
memiliki minat belajar rendah dalam
BL mahasiswa yang pembelajaran-
pembelajaran
nya menggunakan DD/CT berbahasa
Lampung” tidak teruji. Ini berarti
Lampung lebih tinggi daripada PBK-
PBKBL mahasiswa yang memiliki
BL mahasiswa yang pembelajaran-
minat belajar rendah dalam pembela-
nya menggunakan DD/CT berbahasa
jaran DD/CT berbahasa Indonesia
Indonesia. Temuan ini sangat penting
sama dengan PBKBL mahasiswa
disadari para dosen (termasuk guru)
yang memiliki minat belajar rendah
bahasa—dalam hal ini, dosen atau
dalam pembelajaran DD/CT ber-
guru bahasa Lampung. Tujuan akhir
bahasa Lampung. Dengan demikian,
DD/CT
berbahasa
13
mahasiswa yang memiliki minat bel-
menggunakan DD/CT berbahasa In-
ajar bahasa Lampung rendah, dibela-
donesia. (3) Prestasi belajar kosakata
jarkan dengan DD/CT berbahasa
bahasa Lampung mahasiswa yang
Lampung maupun dengan DD/CT
memiliki minat tinggi dalam pem-
berbahasa Indonesia akan menghasil-
belajaran DD/CT berbahasa Lam-
kan PBKBL yang sama.
pung lebih tinggi daripada prestasi belajar kosakata bahasa Lampung
SIMPULAN DAN SARAN
mahasiswa yang memiliki minat
Simpulan
tinggi dalam pembelajaran DD/CT
Penelitian ini memperoleh empat
berbahasa Indonesia. Ini berarti ma-
simpulan. (1) Ada interaksi antara
hasiswa yang memiliki minat belajar
minat belajar bahasa Lampung dan
bahasa Lampung tinggi akan lebih
pembelajaran yang digunakan terha-
baik prestasi belajar kosakata bahasa
dap prestasi belajar kosakata bahasa
Lampungnya jika dibelajarkan de-
Lampung. Ini berarti ada pengaruh
ngan pembelajaran DD/CT berbaha-
minat belajar bahasa Lampung dan
sa Lampung. (4) Prestasi belajar ko-
pembelajaran DD/CT terhadap pres-
sakata bahasa Lampung mahasiswa
tasi belajar kosakata bahasa Lam-
yang memiliki minat rendah dalam
pung mahasiswa. (2) Prestasi belajar
pembelajaran
kosakata bahasa Lampung mahasis-
Lampung sama dengan prestasi bela-
wa yang pembelajarannya menggu-
jar kosakata bahasa Lampung maha-
nakan DD/CT berbahasa Lampung
siswa yang memiliki minat rendah
lebih tinggi daripada prestasi belajar
dalam pembelajaran DD/CT berba-
kosakata bahasa Lampung mahasis-
hasa Indonesia. Ini berarti prestasi
wa yang pembelajarannya menggu-
belajar kosakata bahasa Lampung
nakan DD/CT berbahasa Indonesia.
mahasiswa yang memiliki minat bel-
Ini berarti prestasi belajar kosakata
ajar bahasa Lampung rendah, dibela-
bahasa Lampung mahasiswa yang di-
jarkan dengan DD/CT berbahasa
belajarkan dengan DD/CT berbahasa
Lampung maupun dengan DD/CT
Lampung lebih baik daripada prestasi
berbahasa Indonesia akan menghasil-
belajar kosakata bahasa Lampung
kan prestasi belajar kosakata bahasa
mahasiswa yang pembelajarannya
Lampung yang sama saja.
DD/CT
berbahasa
14
Saran
memperluas perbendaharaan kosaka-
Berdasarkan simpulan penelitian, di-
ta bahasa Lampung mahasiswa, lagu-
kemukakan beberapa saran berikut.
lagu klasik Lampung bisa dijadikan
(1) Dosen pengampu mata kuliah ba-
salah satu media pembelajaran. De-
hasa Lampung seyogianya menggu-
ngan adanya ketertarikan, mahasiswa
nakan
dapat
akan berminat untuk mengikuti pem-
memberi peluang sebanyak mungkin
belajaran dan bersemangat untuk bel-
kepada mahasiswa untuk berlatih
ajar. Dengan demikian, diharapkan
menggunakan bahasa Lampung. Satu
dapat meningkatkan prestasi belajar
di antara pembelajaran tersebut ada-
bahasa Lampung mahasiswa.
pembelajaran
yang
lah Deep Dialogue/Critical Thinking berbahasa Lampung. Mahasiswa belajar bahasa secara komunikatif, tidak semata-mata dijejali dengan teoriteori kebahasaan yang cenderung membosankan. Mahasiswa belajar berkomunikasi di kelas bersama teman-temannya tentang tema tertentu dalam suasana santai dan wajar seperti berkomunikasi sehari-hari secara aktif. (2) Karena minat belajar bahasa Lampung berpengaruh terhadap prestasi
belajar
kosakata
bahasa
Lampung, dosen yang mengampu mata kuliah bahasa Lampung perlu meningkatkan minat belajar bahasa Lampung mahasiswa agar prestasi belajar kosakata bahasa Lampung mahasiswa bisa lebih baik. (3) Pada umumnya, mahasiswa menyenangi lagu. Untuk menumbuhkan minat belajar bahasa Lampung dan untuk
DAFTAR PUSTAKA Ali, H.M. 2000. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Global Dialogue Institute. 2001. Dep Dialogue/Critical Thinking as Instructional Approach. Disajikan pada TOT Pendidikan Anak Seutuhnya di Malang 1—11 Juli 2001. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pemeliharaan Keb. Lampung. Rivers, Wilga M. 2003. Interactive Language Teaching. Cambrid-
15
ge: University Press. Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali. Slameto. 2005. Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sanusi, A. Effendi. 2006. “Tatabahasa Bahasa Lampung”. Bandar Lampung: Buku Ajar FKIP Unila. ----------. 2010. “Pembelajaran dan Telaah Sumber Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia”. Bandar Lampung: Buku Ajar FKIP Unila. -----------. 2011. “Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Bandar Lampung: Buku Ajar FKIP Unila. Untari, Sri. 2002. Pendekatan Deep Dialogue/Critical Thinking. Jakarta: Dirjendikdasmen, PPPG IPS dan PMP. ------------. 2007. Pembelajaran Inovatif Berbasis Deep Dialogue/ Critical Thinking. http://lubisgrafura. wordpress. com /2007/ 09/12/ pembelajaran-inovatifberbasis-deep-dialogue criticalthinking/.