COUNSELING EFFECTIVENESS OF DM IN IMPROVING DIET COMPLIANCE IN TYPE 2 DIABETES MELLITUS EFEKTIVITAS KONSELING DM DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN DIET DM PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 Adi Sucipto ABSTRACT Background. Diabetes mellitus (DM) is a chronic metabolic disease characterized by elevated levels of glucose in the blood. Poor adherence to treatment of patients with type 2 diabetes causes uncontrolled blood glucose so increasing the risk of various complications. One major factor is the failure of a treatment non- compliance to diet is planned. Counseling is one way to improve the knowledge , attitudes and patient compliance. Objective. This study aimed to evaluate the effectiveness of counseling in improving diet compliance in patients with type 2 diabetes. Research Design. This study is an experimental study with a quasi experiment design with pre and post test control group design prospectively performed in Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten from March to December 2014. The sample consisted of 44 respondents, with 22 intervention and 22 control group. The measurement results were analyzed using the Mac Nemar test and Man Withney for levels of DM diet compliance. Results. The analysis showed there are significant difference before and after adherence counseling in the intervention group, p value diet = 0.001; p control = 0.002. Conclusions. This study indicates that counseling is very effective in improving diabetes diet compliance in patients with type 2 diabetes. Keywords : counseling, diet compliance, diabetes mellitus ABSTRAK Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa di dalam darah. Ketidakpatuhan terhadap penatalaksanaan pada pasien DM tipe 2 menyebabkan glukosa darah tidak terkontrol sehingga meningkatkan resiko terjadinya berbagai macam komplikasi. Salah satu faktor utama kegagalan sebuah terapi adalah ketidakpatuhan terhadap diet yang telah direncanakan. Konseling adalah salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan kepatuhan pasien. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pemberian konseling DM dalam meningkatkan kepatuhan diet DM pada pasien DM tipe 2. Metode. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan rancangan pre dan post control group design yang dilakukan secara prospektif di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten dari bulan Maret sampai Desember 2014. Sampel terdiri dari 44 responden, dengan 22 kelompok intervensi dan 22 kelompok kontrol. Hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan uji mac nemar dan Man Withney untuk mengetahui tingkat kepatuhan diet DM. Hasil. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kepatuhan sebelum dan setelah dilakukan konseling pada kelompok intervensi dengan nilai p diit = 0,001; p kontrol = 0,002 Kesimpulan. Hasil penelitian ini DM sangat efektif dalam meningkatkan menunjukkan bahwa pemberian konseling kepatuhan diit DM pada pasien DM tipe 2. . Kata kunci : Konseling, kepatuhan, diabetes millitus
PENDAHULUAN Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang banyak diderita penduduk
sehingga
pasien
dapat
menjalani
3
kehidupannya secara normal .
prevalensi
Salah satu faktor utama kegagalan sebuah
diabetes melitus (DM), diseluruh penjuru
terapi adalah ketidakpatuhan terhadap terapi
dunia dari berbagai penelitian epidemiologi
yang telah direncanakan, maka salah satu
cenderung
upaya
Angka
dunia.
insiden
dan
menunjukkan
adanya 1
penting
untuk
meningkatkan
peningkatan dari tahun ketahun .
kepatuhan pasien terhadap terapi adalah
Tanpa upaya pencegahan dan program
dengan edukasi atau pemberian konseling
pengendalian
yang lengkap, akurat serta secara terstruktur
yang
efektif
tersebut akan terus meningkat
prevalensi 2
. Suatu
tentang terapi tersebut 4.
jumlah yang sangat besar mengingat bahwa
Adanya pemberian edukasi dan konseling ini
DM akan memberikan dampak terhadap
sangat penting karena penyakit diabetes
kualitas sumber daya manusia, sosial dan
merupakan
tingginya biaya kesehatan.
dengan
Pasien diabetes perlu diberikan beberapa
pemberian edukasi dan konseling inilah
perawatan agar tidak semakin parah dan
pasien diharapkan memiliki pengetahuan
tidak mengalami komplikasi yang dapat
yang
menimbulkan
baik
selanjutnya
dapat
mikroangiopati.
perilakunya
sehingga
masalah
makroangiopati Jika
kadar
kesehatan
maupun
gula
darah
dapat
selalu
dikendalikan dengan baik, diharapkan semua
penyakit
gaya
cukup
yang
hidup
berhubungan
pasien.
tentang
Dengan
diabetes,
merubah
sikap
diharapkan
yang dan dapat
mengendalikan kondisi penyakit dan kadar gula
darahnya
dan
dapat
men
penyulit menahun tersebut dapat dicegah ingkatkan kualitas hidupnya.
METODE Penelitian ini merupakan metode penelitian
penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus
eksperimental, dengan menggunakan Quasi
tipe 2 yang menjalani rawat jalan di Rumah
experiment,
yang
Sakit Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten yang
digunakan adalah pre dan post control group
memenuhi kriteria inklusi dan eklusi dengan
design.
jumlah sampel sebanyak 44 responden, yang
dengan
Penelitian
ini
rancangan bertujuan
untuk
mengetahui efektivitas konseling DM dalam
terdiri
dari
22
responden
kelompok
meningkatkan kepatuhan Diet DM pada
intervensi dan 22 responden kelompok
diabetes melitus tipe 2. Populasi dalam
kontrol.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Jumlah semua responden yang termasuk
drop out ataupun yang keluar selama
kelompok intervensi maupun kelompok
penelitian, hal ini mungkin disebabkan oleh
kontrol berjumlah sebanyak 44 responden
karena
dengan jumlah kelompok intervensi 22
responden, kepada mereka sudah diminta
responden dan kelompok kontrol sebanyak
kesediaannya untuk menjadi responden
22 responden. Tidak ada responden yang
secara suka rela.
sebelum
berpatisipasi
sebagai
Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Proporsi Kelompok Intervensi dan Kontrol Penelitian Kelompok Penelitian Variabel
Kontrol f
Intervensi
(%)
f
(%)
Total
(%)
Jenis Kelamin Perempuan
12
27,3
14
31,8
26
59,1
Laki-laki
10
22,7
8
18,2
18
40,9
Total
22
50,0
22
50,0
44
100,0
1
2,3
3
6,8
4
9,1
Lansia Awal (46-55 thn)
10
22,7
12
27,3
22
50,0
lansia Akhir (56-65 thn)
11
25,0
7
15,9
18
40,9
Total
22
50,0
22
50,0
44
100,0
Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah
1
2,3
1
2,3
2
4,5
SD
6
13,6
5
11,4
11
25,0
SMP/ SLTP
8
18,2
4
9,1
12
27,3
SMA/ SMU
6
13,6
10
22,7
16
36,4
Perguruan Tinggi (PT)
1
2,3
2
4,5
3
6,8
22
50,0
22
50,0
44
100,0
Pekerjaan Responden Pensiun/ tidak bekerja
7
15,9
3
6,8
10
22,7
PNS/ TNI/ POLRI
3
6,8
3
6,8
6
13,6
Wiraswasta
3
6,8
4
9,1
7
15,9
Pegawai Swasta
1
2,3
3
6,8
4
9,1
IRT
8
18,2
9
20,5
17
38,6
Total
22
50,0
22
50,0
Kategori Usia Dewasa Akhir (36-45 thn)
Total
Lama Menderita DM
100,0
8 1 tahun
1
2,3
2
4,5
3
6,8
2 - 5 tahun
11
25,0
10
22,7
21
47,7
6 - 9 tahun
6
13,6
7
15,9
13
29,5
10 - 14 tahun
3
6,8
2
4,5
5
11,4
9 15 tahun
1
2,3
1
2,3
2
4,5
22
50,0
22
50,0
44
100,0
Total Karakteristik responden
berdasarkan
menunjukkan
bahwa
sosio-demografi
pernyataan
jenis
kelamin
Association (ADA), bahwa usia diatas 45
besar
tahun merupakan salah satu faktor resiko
sebagian
responden, yaitu 26 responden berjenis
kelamin
wanita
(59,1%)
dari
American
Diabetes
terjadinya DM tipe 2 8. Menurut
dibandingkan
Perkeni
(2006)
resiko
18
berkembang penyakit DM tipe 2 meningkat
ditemukan
seiring dengan bertambahnya usia 9. Selain
literatur yang menyatakan bahwa jenis
itu juga, sejumlah perubahan akan terjadi
kelamin merupakan faktor resiko terhadap
dengan
penyakit diabetes melitus tipe 2. Hasil
anatomi, fisiologi, psikologi dan sosiologi 10.
penelitian ini hampir sama dengan hasil
Califano
penelitian yang pernah dilakukan oleh
merupakan
salah
RSUD Koja yang menyatakan bahwa
terjadinya
masalah
prevalensi diabetes melitus tipe 2 yang
penyakit
terjadi pada wanita sebesar 62%, lebih
meningkat seiring dengan pertambahan umur
besar dibandingkan dengan prevalensi pada
3
dengan jumlah laki-laki responden
(40,9%).
sebanyak
Belum
5
bertambahnya
usia,
mengemukakan
DM.
satu
termasuk
bahwa
umur
faktor
resiko
kesehatan
Insiden
seperti
penyakit
DM
. Rochmah, (2006) menjelaskan bahwa
laki-laki . Menurut Joshlin (1985) bahwa
prevalensi
wanita lebih rentan mengidap DM tipe2
didapatkan pada usia dewasa, dimana pada
dengan ratio perempuan dan laki-laki 1,8 :
usia dewasa (30 tahun) kadar glukosa darah
1. Hal ini sejalan juga dengan penelitian
mengalami kenaikan 1 – 2 mg/ tahun pada
yang disampaikan oleh Azrul Azwar yang
saat puasa dan akan naik sekitar 5,6 – 13 mg
menyatakan
variasi
pada 2 jam setelah makan. Pasien DM di
prevalensi penyakit DM tipe 2 antara laki-
Indonesia kebanyakan berumur antara 45
bahwa
terdapat
6
laki dan perempuan di sejumlah daerah .
penyakit
DM
lebih
banyak
sampai 64 tahun 11.
Pasien DM mengalami peningkatan
Tingkat pendidikan responden pada
jumlah kasusnya paling banyak terjadi pada
penelitian ini bervariasi dari rendah hingga
rentang
tinggi.
usia
lansia
awal
menurut
Tingkat
pendidikan
responden
penggolongan usia berdasarkan Depkes RI
terbanyak pada tingkat pendidikan menengah
(2009) yang berkisar antara 46 tahun sampai
atas (SMA/ SMU) sebanyak 16 reponden
dengan
orang
(36,4%). Tidak ditemukan literatur yang
reponden (50%) . Data ini sesuai dengan
mengatakan adanya hubungan antara tingkat
55
tahun 7
sebanyak
22
pendidikan
resiko
lapisan
pendidikan,
terhadap penyakit diabetes mellitus tipe 2.
berobat
ternyata
Tingginya jumlah responden pada
tingkat
penyandang dengan pendidikan yang cukup
pendidikan ini hanya menunjukkan bahwa
tinggi dari pada mereka yang berpendidikan
kondisi pendidikan di Indonesia sudah jauh
rendah 12.
lebih
sebagai
baik.
salah
namun
lebih
kepatuhan
berhasil
pada
tinggi
tingkat
Gambaran sosio-demografi responden
semakin
tinggi
yang lain berdasarkan status pekerjaan
menjaga
menyatakan bahwa sebanyak 27 responden
kesehatan dirinya. Hal ini juga mungkin
(61,3%) tidak bekerja. Hal ini dikarenakan
menjadi
responden
sebagian besar responden adalah wanita
terbanyak ada pada tingkat pendidikan ini.
yang merupakan ibu rumah tangga dan
Hal ini ditemui pada Mrcos, G dkk bahwa
sebagian lainnya adalah pensiunan/ tidak
DM tipe2 dapat saja diderita pada semua
bekerja.
pendidikan
Semakin
satu
seseorang,
kesadarannya
terhadap
penyebab
upaya
jumlah
2. Kepatuhan Diit a. Kepatuhan diit sebelum dan setelah dilakukan
konseling
pada
kelompok
kontrol
sebelum
dan
setelah
dilakukan
konseling pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut:
Berikut adalah hasil uji hipotesis dengan menggunakan Mac Nemar kepatuhan diit Tabel 2 Kepatuhan diit sebelum dan setelah dilakukan konseling pada kelompok kontrol Diet Sebelum Konseling
Diet Setelah Konseling Tdk Patuh % Patuh %
Tot
%
p value
Jumlah responden pada kelompok kontrol yang menjalani diit secara Tidak Patuh 15 68,2 3 13,6 18 81,8 Patuh
2
9,1
2
9,1
4
18,2
Total
17
77,3
5
22,7
22
100,0
1,000
teratur (patuh) sebelum dilakukan
terlihat bahwa pada kelompok kontrol
konseling (pretest) adalah 4 responden
tidak ada perbedaan yang signifikan
(18,2%), sedangkan setelah dilakukan
antara diit sebelum dengan setelah
konseling (post test) pada kelompok
dilakukan konseling.
kontrol yang menjalani diit secara teratur (patuh) sebanyak 5 responden (22,7%). Hasil uji statistik didapatkan
nilai p
value = 1,00 yang berarti pada alpha 5%
b. Kepatuhan diit sebelum dan setelah dilakukan
Konseling pada kelompok intervensi Berikut adalah hasil uji hipotesis dengan
menggunakan
Mac
dilakukan
Nemar
konseling
pada
kelompok
intervensi adalah sebagai berikut:
kepatuhan diit sebelum dan setelah Tabel 3 Kepatuhan diit sebelum dan setelah dilakukan konseling pada kelompok intervensi Diet Sebelum Konseling
Diet Setelah Konseling Tdk Patuh % Patuh %
%
Tidak Patuh
3
13,6
15
68,2
18
81,8
Patuh
1
4,5
3
13,6
4
18,2
Total
4
18,2
18
81,8
22
100,0
Jumlah responden pada kelompok intervensi teratur
Tot
yang menjalani diit secara (patuh)
sebelum
p value
0,001
teratur sebanyak 18 responden (81,8%). Hasil uji statistik didapatkan
nilai p
dilakukan
value = 0,001yang berarti pada alpha 5%
konseling (pretest) adalah 4 responden
terlihat bahwa pada kelompok intervensi
(18,2%), sedangkan setelah dilakukan
ada perbedaan yang signifikan antara diit
konseling (post test) pada kelompok
sebelum
intervensi yang menajalani diit secara
konseling
dengan
setelah
dilakukan
c. Kepatuhan diit antara kelompok kontrol dan intervensi sebelum dilakukan konseling Berikut adalah hasil uji hipotesis dengan
adalah sebagai kontrol dan intervensi
menggunakan Man Withney
sebelum berikut:
kepatuhan
diit antara kelompok dilakukan konseling
Tabel 4 Perbedaan kepatuhan diit antara kelompok kontrol dan intervensi sebelum dilakukan konseling Sebelum Konseling
n
Mean
SD
Kelompok Kontrol
22
0,18
0,390
Kelompok Intervensi
22
0,50
0,506
Total
44
p vakue 1,00
Rata-rata tingkat kepatuhan diit sebelum
uji statistik didapatkan nilai p value =
dilakukan
1,00 yang berarti pada alpha 5% terlihat
konseling pada
kontrol
adalah 0,18
deviasi
0,390
kelompok
dengan standar
sedangkan
bahwa
pada
kelompok
sebelum
rata-rata
dilakukan konseling (pre test) tidak ada
kepatuhan diit pada kelompok intervensi
perbedaan yang signifikan rata-rata diit
sebelum dilakukan konseling
antara
adalah
0,50 dengan standar deviasi 0,506. Hasil
kelompok
kontrol
dengan
kelompok intervensi.
d. Kepatuhan diit antara kelompok kontrol dan intervensi setelah dilakukan konseling Berikut adalah hasil uji hipotesis dengan menggunakan Man Withney kepatuhan diit antara kelompok kontrol dan intervensi setelah dilakukan konseling adalah sebagai berikut: Tabel 5 Kepatuhan diit antara kelompok kontrol dan intervensi setelah dilakukan konseling Setelah Konseling
n
Mean
SD
Kelompok Kontrol
22
0,52
0,505
Kelompok Intervensi
22
0,50
0,506
Total
44
p vakue 0,00
Rata-rata tingkat kepatuhan diit setelah
statistik didapatkan nilai p value = 0,00
dilakukan
kelompok
yang berarti pada alpha 5% terlihat
dengan standar
bahwa pada kelompok setelah dilakukan
konseling pada
kontrol
adalah 0,52
deviasi
0,505
sedangkan
rata-rata
konseling
(post test)
ada perbedaan
kepatuhan diit pada kelompok intervensi
yang signifikan rata-rata diit antara
setelah dilakukan konseling adalah 0,50
kelompok kontrol dengan kelompok
dengan standar deviasi 0,506. Hasil uji
intervensi.
Berikut adalah ringkasan nilai p value diit
pada
kelompok
kontrol
dan
intervensi sebelum dan setelah dilakukan konseling adalah sebagai berikut:
Tabel 6 Rangkuman nilai p value kepatuhan diit pada kelompok kontrol dan intervensi sebelum dan setelah dilakukan konseling p value
Variabel Diet Sebelum dan Setelah Konseling pada Kelompok Kontrol
1,000
Diet Sebelum dan Setelah Konseling pada Kelompok Intervensi
0,001
Diet antara Kelompok Kontrol dan Intervensi sebelum Konseling
1,000
Diet antara Kelompok Kontrol dan Intervensi setelah Konseling
0,000
Prinsip pengaturan diit pada pasien
pasien
diabetes hampir sama dengan anjuran
menjelaskan pentingnya
makan untuk masyarakat umum, yaitu
gula darah untuk untuk meningkatkan
makanan yang seimbang dan sesuai
kepatuhan dan meminimalisir timbulnya
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
komplikasi
masing-masing
Kebutuhan
perawat yang senantiasa berhubungan
kalori dihitung berdasarkan berat badan,
dengan pasien selama 24 jam dan lebih
jenis kelamin, umur, dan aktivitas fisik
memahami kondisi pasien 13,14.
individu.
pasien DM yang pada dasarnya ditujukan
tentang
diit
jangka
Berbagai
yang
benar,
pengontrolan
panjang
penelitian
karena
mengenai
untuk mencapai atau mempertahankan
intervensi dengan konseling oleh perawat
berat badan ideal. Jika modifikasi diet
telah
diaplikasikan
dapat
kontrol dan kepatuhan pasien dengan
mengontrol glukosa darah pada penderita
DM tipe 2. Penelitian yang dilakukan
secara
benar,
9
DM tipe 2 .
terbukti
dapat
meningkatkan
oleh Lindenmeyer menyatakan bahwa
Edukasi pasien merupakan salah
ada manfaat potensial dari intervensi
satu pilar penting dalam pengelolaan DM
yang
untuk
terapi
meningkatkan efektivitas kepatuhan diit,
dapat
terutama
mengoptimalkan
pengobatan. dijalankan meningkatkan
Jika
edukasi
secara
efektif, kepatuhan
dapat
diberikan
perawat
intervensi
untuk
edukasi
konseling kepada pasien
dengan
13
. Intervensi
dan
edukasi dengan konseling yang diberikan
pengelolaan diri sendiri oleh pasien
oleh perawat juga dapat meningkatkan
terhadap penyakitnya
13
. WHO pada
tahun 2006 menyatakan bahwa perawat
kontrol glukosa darah dan kepatuhan pasien DM tipe 2 15. Pada
memegang peranan yang cukup penting
penelitian
ini
edukasi
untuk membantu mengatasi masalah
diberikan dengan cara konseling tentang
kepatuhan yang rendah terhadap diit
4
jangka panjang pada penyakit kronik,
meliputi edukasi penyakit, diit, olahraga
seperti DM. Perawat adalah posisi yang
dan farmakologi. Umumnya pemberian
tepat untuk memberikan edukasi kepada
edukasi yang dilakukan di pelayanan
pilar
penatalaksanaan
DM
yang
kesehatan dasar di luar negeri dilakukan
secara individual, kelompok, melalui
langsung
telepon atau datang ke rumah pasien.
oleh
memberikan
perawat
edukasi
dengan
langsung
baik
dengan
bahwa tingkat kepatuhan pasien DM tipe
konseling di sarana pelayanan kesehatan
2 terhadap modifikasi diet berkisar antara
di luar negeri umumnya dapat membantu
30- 87%. Begitu pula dengan hasil
atau
Penggunaan
edukasi
pasien
dalam
penelitian
informasi
karena
Hernández- Ronquillo juga dilaporkan
menurut penelitian yang dilakukan oleh
hanya sebesar 38% responden yang patuh
Sperl-Hillen
mengikuti program modifikasi diet 17.
mempermudah
menerima
suatu
melaporkan
bahwa
yang
dilakukan
oleh
Penelitian yang dilakukan di India
pemberian edukasi secara individu lebih kontrol
dan Amerika juga menunjukkan sebesar
glukosa darah pada pasien DM tipe 2
37 dan 52% penderita DM tipe 2 yang
dibandingkan dengan edukasi secara
melaksanakan program pengaturan pola
kelompok dan perawatan standar biasa
makan
(12,8%) 16.
berkaitan dengan ketidakpatuhan pasien
baik
dalam
meningkatkan
Berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan
menyatakan ketidakpatuhan
oleh
Kravitz
bahwa pasien
DM
18
. Alasan paling umum yang
DM tipe 2 terhadap diet atau pengaturan
yang
pola makan adalah faktor situasi jika
tingkat
pasien makan di luar rumah, seperti
terhadap
makan di restoran atau saat menghadiri
program modifikasi diet ternyata masih
acara undangan tertentu 19.
tinggi. Hasil penelitian ini menyatakan
KESIMPULAN 1. Responden pada penelitian ini terdiri dari
2. Ada
perbedaan
yang
signifikan
59,1% berjenis kelamin perempuan, 50%
kepatuhan diit sebelum dan setelah
berusia diantara 46-55 tahun (lansia
dilakukan
awal), 36,4% berpendidikan menengah
intervensi dan ada perbedaan yang
atas, 38,6% % sebagai IRT, 47,7% telah
signifikan kepatuhan diit sebelum dan
menderita DM tipe 2 selama 2-5 tahun
setelah
konseling pada
dilakukan
kelompok
konseling
pada
kelompok kontrol.
SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dan juga perlu dilakukan edukasi pada
dengan menggunakan HbA1c sebagai salah
setiap pasien DM dengan menggunakan
satu indikator kepatuhan pasien dalam
pendekatan konseling dalam penyelesaian
pengontrolan kadar gula darah secara tepat
masalah pasien DM baik diruang rawat
inap maupun rawat jalan sehingga dapat membantu
meningkatkan
pengetahuan,
10.
sikap dan perilaku kepatuhan pasien DM tipe 2 dalam mengontrol kadar gula darah pasien.
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Wild, S., dkk (2004). Global Prevalence of Diabetes: Estimates for the year 2000 and Projections for Care: Epidemiology/Health Services/Psychosocial Research. Perkeni (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Prediabetes. PB Perkeni, Jakarta. Suyono, dkk. (2011). Kecendrungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Vatankhah, N., dkk (2009). The Effectiveness Of Foot Care Education On People With Type 2 Diabetes In Tehran, Iran. Primary Care Diabetes 3 (2009) 73–77. Diakses tanggal 5 Agustus 2012 dari: http://hinarigw.who.int Santoso M, Lian S, Yudy. . Gambaran Pola Penyakit Diabetes Melitus di Bagian Rawat Inap RSUD Koja 20002004. Jakarta ; 2004 Azwar, A. (1985) Epidemiologi Hipertensi, Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). (2008). Pedoman Pengendalian Diabetes Mellitus dan Penyakit Metabolik. Jakarta ADA (American Diabetes Association). (2008). Nutrition Recommendations and Inervention for Diabete. Diabetes Care, 31 (Suppl. 1): 61-78. Diakses pada 5 Januari 2012 dari http://www.care.diabetesjournals.org Perkeni (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) (2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18. 19.
Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PB Perkeni Aslam, M. (2003). Farmasi Klinis, Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. PT. Elex Media Computindo. Jakarta Rochmah W. (2006). Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut. Jakarta: Depertemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Mrcos, G dkk. (2005). Efektivitas pendidikan terstruktur pada penderita DM tipe 2. Santa Coloma. Catalan Institute of Health. Santa Coloma Farners. Girona. Spanyol. Farsaei, S., dkk (2011). Effect of pharmacist-led patient education on glycemic control of type 2 diabetics: a randomized controlled trial. JRMS;16(1), 43-49 O Donovan, D.O., Byrne, S., & Sahm, L. (2011). Review article: The role of pharmacists in control and management of type 2 diabetes mellitus; a review of the literature. Journal of Diabetology;1(5) Jennings, D.L., dkk. (2007). Impact of clinical pharmacist intervention on diabetes related quality-of-life in an ambulatory care clinic. Pharmacy Practice;5(4):169-173 Pullen, L,C., & Vega, C.P. (2011). Behavioral and Educational Interventions Improve Diabetes. 11 Januari 2012. http://www.medscape.org/ viewarticle/751475 Hernández-Ronquillo, L., dkk. (2003). Factor associated with therapy noncompliance in type 2 diabetec patients. Salud Publica Mex;45, 191197 WHO. (2003). Adherence to long-term therapies. Geneva: WHO Ary, D.V., dkk. (1986). Patient perspective on factors contributing to nonadherence to diabetes regimen. Diabetes Care Journal; 9:168-72.