Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, No.1 Januari 2010, hal. 143 – 155 Terakredit asi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007
COST OF CAPITAL PADA BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE 2004-2008 In d r a Set y aw an A p r i an i Do r k as Ram b u A t ah au Fakult as Ekonomi dan Bisnis Universit as Krist en Sat ya Wacana Jl. Diponegoro No.52-60 Salat iga, 50711 A b st r act : The grow t h of Islamic or Syariah banking had been remarkable. It w as not only occuring in count ries w here t he M oslems w ere majorit y but also in count ries w here M oslems w ere minorit y. Syariah banking it self had a specif ic charact erist ic know n as “prof it -and-loss sharing syst em”. This “prof it -and-loss sharing syst em” w as dif f erent f rom int erest -based syst em used by convent ional banks. Prof it -and-loss sharing syst em implement at ion had a signif icant impact on t he cost of capital calculat ion in Islamic banks. This research described t he calculat ion of capit al cost in Bank Syariah M andiri as one of Islamic (syariah) banks. The aim of t he study w as t o give view about t he capit al cost of M andiri syariah bank in Indonesia. The dat a w ere t aken f rom M andiri Syariah bank’s f inancial report during f ive consecut ive years. The dat a w ere analyzed by using t rend analysis. Based on t rend analysis in every component of cost of capit al, it w as concluded t hat t he cost of capit al of Bank Syariah M andiri syariah bank t ended t o decrease due t o t he decreasing t rend of it s cost of debt . Key w o r d s: Cost of Capit al, Syariah Banking, Islamic Banks
Perkemb ang an lemb ag a-lemb ag a keu an gan berbasis Islam di dunia saat ini menjadi peristiwa yang f enomenal. Lembaga-lembaga keuangan Islam int ernasional diperkirakan telah berkembang sebesar 15% per tahunnya. Produk-produknya yang mengacu pada ajaran Islam memiliki nilai kurang lebih USD 300 miliar sebagai produk baru yang t elah diperkenalkan secara luas. Perkembangan ini sendiri tidak hanya terjadi pada negara dengan penduduk mayorit as muslim, tapi juga pada negara dengan penduduk minorit as muslim, antara lain Inggris, Amerika Serikat, Rusia, Swiss dan Thailan (Arrif, 2001).
Korespondensi dengan Penulis: A p r ian i Do r k as Ram b u A t ah au : Telp + 62 298 311 881 E-m ail: apriani@st af f .uksw.edu
Perkembangan lembaga keuangan Islam ini terjadi karena adanya overlikuiditas dana invest asi pada negara-negara di Timur Tengah akibat lonjakan harga minyak. Selain it u f akt or jumlah penduduk muslim dunia yang sangat besar (24% dari populasi dunia) sangat mempengaruhi perkembangan lembaga keuangan ini. Namun terdapat sat u faktor yang mampu membedakan lembaga keuangan Islam dengan lembaga keuangan konvensional lainnya, yaitu adanya karakterist ik sist em perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil. Karakteristik tersebut meno n jo lkan ad an ya aspek kead ilan d alam
PER BANK AN bert ransaksi, sehingga memberikan alt ernat if sist em perbankan yang saling mengunt ungkan bagi masyarakat dan bank. Hal-hal tersebut tentunya dapat menjadikan perbankan syariah sebagai alt ernat if sist em perbankan yang kredibel dan dapat diminati oleh seluruh golongan t anpa terkecuali. Indonesia sendiri sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim juga t idak lepas dari berbagai perkembangan lembaga keuangan dan produk pasar modal berbasis syariah. Produk pasar modal berbasis syariah yang t elah berkembang di Indonesia cont ohnya adalah obligasi syariah yang disebut sukuk. Sementara itu meskipun perkembangannya agak t erlambat bila dibandingkan neg ara-negara muslim lainnya, lembaga keuangan berbasis syariah di Indonesia t erus berkembang. Perkembangan ini tentu saja dicermat i oleh pemerintah dengan mengeluarkan berbagai perat u ran kh u su s men g en ai syariah , t eru t ama mengenai sistem perbankan syariah, karena selain dapat memberikan rasa aman kepada para nasabahnya, hal ini juga tentunya diharapkan dapat memajukan sistem keuangan perbankan berbasis syariah. Dengan telah diberlakukannya UndangUndang No.21 Tahun 2008 t ent ang Perbankan Syariah yang t erbit t anggal 16 Juli 2008, maka p en g emb an g an in d u st ri p erb an kan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Pengembangan sist em perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dualbanking syst em at au sist em perbankan ganda dalam kerangka Arsitekt ur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat In do nesia. Seh in gg a diharapkan sist em per-
144 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN
Vol. 14, No. 1, Januari 2010: 143 – 155
bankan syariah dan perbankan konvensional secara sin erg is men du ku n g mo b ilisasi dan a masyarakat secara lebih luas unt uk meningkatkan kemampu an p embiayaan b ag i sekt or-sekt o r perekonomian nasional (Bank Indonesia, 2009). M engingat produk yang dit aw arkan oleh perbankan syariah perlu memberi keunt ungan, maka mengest imasikan biaya modal menjadi proses yang penting. Semua jenis bisnis baik perusahaan maupun perbankan yang mampu mengelola proses ini dengan baik dimungkinkan akan menghasilkan nilai ekonomi yang posit if bagi para pemegang sahamnya. Hal ini semakin penting di t engah kondisi yang terus berubah dikarenakan perubahan iklim bisnis, tingkat an penerimaan invest or terhadap waktu pengembalian dan risiko yang berhubungan dengan masingmasing kelas sekurit as yang dit erbit kan oleh perusahaan (Shubber & Alzaf iri, 2008). Tugas pendanaan ini sendiri akan menjadi sangat berisiko jika t idak dit an gan i secara p ro f esio nal, karena d ap at men gancam keb erlang su ng an perusahaan (t erjadinya kebangkrut an). Oleh sebab itu manajemen diharapkan unt uk senantiasa mencermati besaran biaya modal yang ada, sehingga ret urn invest asi yang didapat berupa penerimaan bagi hasil melalui berbagai produk penyaluran dana dapat melebihi besaran biaya modalnya (Brigham & Houston, 2006). Walaupun penelit ian keuangan Islam (Islamic Finance) telah banyak dilakukan (terutama set elah berkembangnya inst it usi keuangan berdasarkan syariah seperti bank syariah dan asuransi syariah) namun penelit ian yang menyangkut keputusan pendanaan, khususnya biaya modal relat if jarang. Padahal sist em bagi hasil yang menjadi karakterist ik khas yang t erdapat pada bank syariah tentunya akan mempengaruhi perhitungan biaya modal mengingat beban bunga
PER BANK AN yan g men jad i ko mp o n en p emb en t u k b iaya modal tidak dapat dipastikan pada aw al penempatan dana. Penelit ian Al-Deehani, et.al (1999) pada dua belas bank syariah yang t ersebar di beberapa negara di luar Indonesia menyatakan bahwa pendanaan bank syariah melalui rekening invest asi dapat meningkatkan nilai perusahaan tanpa meningkatkan biaya modalnya. Oleh karena itu sebagai penelitian eksploratif untuk biaya modal di Indonesia, penelitian ini hendak menjawab dua pertanyaan, pertama bagaimana perhitungan biaya modal pada bank syariah M andiri dan kedua bagaimana analisis t rend dari komponen pembentuk biaya modal. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelit ian ini adalah unt uk memperoleh gambaran t ent ang perhitungan biaya modal pada Bank Syariah Mandiri di Indonesia sert a komponen yang dominan d alam men en t u kan b esarn ya b i aya mo d al. M elalu i penelit ian ini diharapkan d ip eroleh gambaran tentang perhit ungan biaya modal pada bank syariah sehingga dapat dipahami perbedaannya dengan bank konvensional. Tujuan ut ama keuangan bank adalah memaksim alk an n ilai p eru sah aan . Ban k yan g memiliki sejarah return yang tinggi pada setiap p royek (in vest asi) yan g d ikerjakan nya akan memiliki nilai yang baik pula. Dalam memaksimalkan nilai ini bank dapat melihatnya melalui nilai pasar bank (sebagai contoh melalui harga saham). Oleh karena it u dalam berinvestasi bank diharapkan dapat berinvest asi pada proyek yang memiliki tingkat return yang lebih besar daripada tingkat biaya modal yang dapat diterima. Dalam kait annya dengan penganggaran modal, jika tidak terdapat proyek investasi yang tingkat return-nya melebihi biaya modal maka dana yang semula hendak digunakan untuk investasi tersebut d ap at d ialih k an u n t u k p emb ag ian d ivid en
kepada pemegang saham atau digunakan unt uk membeli kembali saham yang beredar. Tingkat biaya modal ini akan semakin tinggi pada proyek yang lebih berisiko. Sement ara itu ret urn pada sebuah invest asi dapat diukur berdasarkan besarnya arus kas (cash f low s) masuk dan w akt u terjadinya arus kas yang dihasilkan. Bauran pendanaan yang meminimalkan biaya modal dan sesuai dengan akt iva yang akan didanai, akan menghasilkan sebuah strukt ur modal yang opt imal. Beberapa penelit ian empiris, t eori sert a model tentang st ruktur modal telah berkembang lebih dari lima dekade. Semua kajian t ersebut mengarahkan perhit ungan biaya modal melalui perhitungan biaya yang muncul bert urut-t urut dari masing-masing sumber pendanaan, sepert i modal saham dan obligasi. Bermula dari akhir t ahun 1940an, para ahli keuangan menget ahui bahwa manipulasi pada hut ang dan modal saham dapat meningkat kan nilai perusahaan, dengan cara menghasilkan sebuah kombinasi yang tepat pada sumber pendanaan. Pada saat ini terdapat lima konsep teori keuangan yang t elah berkembang mengenai st ruktur modal: (1) Model leverage aw al; (2) M odel M iller-M odigliani (M M Model); (3) Capital Asset Pricing M odel (CAPM); (4) Arbitrage Price Theory (APT); dan (5) Model Gordon. Teori awal mengenai leverage perusahaan memperlihat kan jumlah hut ang yang maksimal dapat membawa struktur modal hingga ke t ingkat opt imal, yang mana dapat mengurangi biaya ratarata modal hingga minimum (Shubber & Alzafiri, 2008). Model ini sendiri terjadi dalam kondisi ada pajak karena adanya penghemat an pajak perusahaan sert a pendisiplinan manajemen. Namun model ini memiliki kelemahan yaitu risiko bawaan dari hut ang itu sendiri. Risiko hut ang ini dapat
COST OF CAPITAL PADA BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE 2004-2008 Indra Setyawan dan Apriani Dorkas Rambu Atahau
145
PER BANK AN menimbulkan berbagai biaya yang tent unya tidak sedikit, misalnya biaya kebangkrutan, biaya agensi dan perusahaan dapat kehilangan f leksibilit as masa depannya (Damodaran, 2009). Teori ini dikembangkan lagi dengan adanya model M iller-M odigliani (MM ) pada t ahun 1958. M M men g emb an g kan leb ih lan j u t mengenai konsep pemisahan struktur modal, hal ini berkaitan dengan adanya proses arbitrase yang dilakukan oleh invest or, dan asumsi mengenai kondisi sempurna (sebuah lingkungan dimana tidak ada pajak, biaya agensi, dan tidak relevann ya st rukt u r mo d al), sehin g g a n ilai sebu ah perusahaan/bank bebas dari rasio hut ang yang ada. Perkembangan selanjut nya adalah model Gordon yang mengembangkan sebuah model untuk mengukur biaya modal saham dari modal perusahaan (Shubber & Alzafiri, 2008). Selanjut nya dikembangkan model CAPM yang menggambarkan hubungan linear antara biaya modal saham dan tingkat risiko sistemat is (â). Teori harga arbitrase (APT) yang muncul selanjutnya merupakan upaya untuk mengat asi kelemahan dari model CAPM. Teori harga arbitrase mengedepankan ret urn asset sebagai sebuah f ungsi pada variabel-variabel kunci (Shubber & Alzafiri,2008). Berbagai model t ambahan lainnya telah dikembangkan sehingga membant u para pengambil keputusan dalam menghit ung biaya modal dari banyak sumber pendanaan. Penelit ian ini akan menggunakan model w eight ed average cost of capital (WACC) sebagai model biaya modal t ertimbang. WACC adalah rata-rat a t ertimbang dari biaya modal pada proyek yang dihit ung dengan menent ukan bobot biaya dari masingmasing sumber pendanaan dari t otal nilai pasar pendanaan perusahaan yang dihitung pada sebelum dan sesudah pajak (Ross, 2001).
146 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN
Vol. 14, No. 1, Januari 2010: 143 – 155
STRUKTUR M ODA L Pilih an p en dan aan ant ara h u t an g dan modal saham secara langsung berkait an dengan pencarian st ruktur modal yang optimal. Beberapa penelit ian menunjukan bahw a sebuah perusahaan dengan tingkat hut ang yang t inggi cenderung memiliki st ruktur modal yang optimal dan sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik. Namun teori Modigliani-Miller membuktikan bahw a t ingkat hut ang t idak berhubungan dengan nilai perusahaan dalam kondisi tidak ada pajak (Pratomo & Ismail, 2006). Dalam pemikiran konvensional t eori keuangan pada model leverage aw al selalu mengasumsikan bahwa jumlah hutang yang maksimal pada st rukt ur modal adalah hal yang baik. Ini dikarenakan hut ang secara relat if lebih murah, dengan demikian dapat menurunkan WACC. Namun bagaimanapun juga, “hut ang” dikenal dengan kekakuannya, dalam hal ini hutang membut uhkan pengaw asan yang lebih, karena jika terjadi beberapa ket erlambatan/kegagalan dalam membayar pembayaran bunga dan/at au pokok pinjaman secara berkala akan mengakibat kan bahaya nyata unt uk sebuah bisnis, dan mungkin berakibat likuidasi – sebagai bukti berlanjut dari f enomena keruntuhan perusahaan (Shubber & Alzaf iri, 2008). Oleh karena it u, para manajer keuangan memiliki tugas penting unt uk mengawasi t ingkat hutang, untuk mencegah hutang melebihi tingkat optimalnya pada st rukt ur modal. Ket ika tingkat an hut ang mendekat i t it ik “ideal” ini, dan terutama ket ika tingkat hutang berlebih, masingmasing biaya dari semua sumber pendanaan pada modal (termasuk hut ang) akan meningkat, dikarenakan kenaikan rIsiko keuangan yang dapat
PER BANK AN diterima yang berhubungan dengan perusahaan (Shubber & Alzafiri, 2008). Berbagai kajian telah dikembangkan unt uk men emu kan st ru kt u r mo d al yan g o p t imal. Penelitian Jensen & Meckling (1976) dalam Prat omo & Ismail (2006) menunjukkan bahwa st rukt ur modal yang opt imal dapat dihasilkan melalui t rade-of f ant ara biaya agensi hut ang dengan keuntungan hutang. Penelit ian sebelumnya yang dilakukan oleh M yers (1977) dalam Prat omo & Ismail (2006) juga menemukan bahw a t ingkat hutang yang lebih tinggi dapat meredam konflik antara pemegang saham dengan manajer berkaitan dengan masalah pemilihan investasi. Hasil ini juga didukung oleh Berger (2002), bahw a peningkat an dalam rasio hut ang menghasilkan biaya agensi modal saham yang lebih rendah serta peningkat an kinerja perusahaan. Sement ara it u dalam penelitian pada bankbank Islam di M alaysia oleh Prat omo & Ismail (2006), membukt ikan bahw a dengan t ingkat hutang yang lebih t inggi atau rasio modal saham yang lebih rendah berhubungan dengan efisiensi laba yang lebih tinggi. Temuan ini juga menyat akan bahw a ukuran bank berbanding t erbalik dengan kinerja bank. Penelitian Deehani, et al. (1999) pada bank syariah di beberapa negara seperti Kuw ait , M alaysia, dan Denmark menemukan bahw a nilai perusahaan dapat dit ingkat kan dengan biaya modal yang t etap.
KEA DA A N KHUSUS PA DA BA NK SYA RIA H Dalam ushul f iqh, t erdapat kaidah yang menyat akan bahwa “maa laa yatimm al-w ajib illa bihi f a huw a w ajib”, yakni sesuat u yang harus ada untuk menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib diadakan. Mencari nafkah (yakni melalui kegiat an ekonomi) adalah w ajib. Dan karena pada zaman modern ini kegiatan perekonomian tidak akan sempurna tanpa adanya lembaga perbankan, maka lembaga perbankan ini pun wajib diadakan. Dengan demikian, maka kait an antara Islam dengan perbankan menjadi jelas (Karim, 2006). Terdapat salah satu filosofi dasar ajaran Islam dalam kegiat an ekonomi dan bisnis, yait u larangan untuk berbuat curang dan zalim. Semua t ransaksi yang dilakukan oleh seorang muslim haruslah berdasarkan prinsip rela sama rela (an t araddin minkum), dan t idak boleh ada pihak yang menzalimi at au dizalimi. Prinsip dasar ini mempunyai implikasi yang sangat luas dalam bidang ekonomi dan bisnis, t ermasu k dalam praktik perbankan. Salah satu kritik Islam terhadap praktik perbankan konvensional adalah dilanggarnya prinsip al-kharaj bi al-dhaman (hasil usaha muncul bersama biaya), dan prinsip alg h u n mu b i al-g hu rmi (keu n t u n gan mu n cu l bersama risiko) (Karim, 2006). Dalam bank syariah t erdapat satu hal, yaitu baik meminjam maupun meminjamkan dengan tingkat bunga yang t elah ditet apkan sebelumnya berlaw anan dengan prinsip syariah Islam, dan oleh sebab it u tidak dapat diprakt ekkan. Selain it u, penyimpan/penabu ng yang dijamin baik pengembalian uang mereka maupun t ingkat p en gemb alian b u n ga yan g sp esif ik d i aw al
COST OF CAPITAL PADA BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE 2004-2008 Indra Setyawan dan Apriani Dorkas Rambu Atahau
147
PER BANK AN t ransaksi (f ixed and predet ermined rat e) juga dilarang dalam prinsip syariah Islam (Shubber & Alzaf iri, 2008). Sehingga penent uan besarnya risiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan unt ung dan rugi. Besarnya bagi hasil ini tergantung kepada keunt ungan proyek yang dijalankan, sehingga jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. Ketika proyek tersebut tidak mendapatkan keunt ungan maka kerugian akan dit anggung bersama oleh kedua belah pihak. Larangan pada penet apan tingkat bunga yang t elah dit et apkan sebelumnya ini sendiri dikarenakan nasabah sebagai peminjam dana t id ak selalu akan mendap at kan keu nt un gan yang fixed dan predet ermined juga, karena dalam berbisnis dimungkinkan t erjadinya rugi, impas at au unt ung yang besarnya t idak dapat dit entukan dari awal. M enurut prinsip syariah Islam mengenakan t ingkat bunga pada suatu pinjaman merupakan t indakan memast ikan sesuat u yang tidak pasti, karena itu diharamkan. Dengan t indakan tersebut jelas bahwa bank konvensional menunt ut mendapat kan unt ung (pendapat an bunga pinjaman maupun pokok pinjaman) yang f ixed and predet ermined rat e, tetapi menolak untuk menanggung risikonya (alghunmu bi laa ghurmi ’! gaining return w ithout being responsible f or any risk), serta mengharapkan hasil usaha, t et api tidak bersedia menanggung biayanya (al-kharaj bi laa dhaman ’! gaining income w it hout being responsible f or any expenses). Padahal prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip dasar dalam teori keuangan, yakni prinsip bahwa ret urn selalu beriringan dengan risiko (return goes along w ith risk) (Karim, 2006).
148 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN
Vol. 14, No. 1, Januari 2010: 143 – 155
DA SA R PEM IKIRA N KEUA NGA N ISLA M Dalam dasar pemikiran keuangan Islam t erdapat dua pihak yang bekerjasama dalam harmoni sebagai part ner yait u pemilik dana/ penabung (shahib al-maal) yang mempercayakan d an an ya p ad a p en g elo la d an a (mu d h arib ), t anpa pemilik dana diyakinkan dengan adanya jaminan/garansi pengembalian dari siapapun itu yang menggunakan dana mereka. Dalam prakteknya, bank Islam mengambil sekitar tiga perempat dana di baw ah manajemen mereka dari para pemilik dana, sedangkan pada saat bersamaan mereka t idak menjamin t ingkat pengembalian (ret urn) yang spesif ik pada pemilik d ana ini (Shubber & Alzaf iri, 2008). Hal ini sendiri dilakukan unt uk mengindari adanya riba, yang dapat menjadikan suatu transaksi bisnis menjadi haram. Riba sendiri menurut Imam Sarakhsi dalam Karim (2006) adalah tambahan yang disyaratkan dalam t ransaksi bisnis t anpa adanya padanan (iwad) yang dibenarkan syariah atas penambahan t ersebut. Hal ini sesuai dengan keuangan Islam yang melarang sistem bunga berdasarkan penciptaan siklus-siklus bisnis dalam ekonomi kapitalis. Perlu diperhatikan bahwa dalam kasus bank syariah pengembalian bagi hasil yang dibayarkan kepada penabung/penyimpan t idaklah dianggap sebagai beban yang dapat mengurangi pendapatan operasi. Dan dalam prakteknya bank-bank syariah mencoba untuk mengikuti tingkat pembayaran bunga yang dibuat oleh bank-bank konvensional. Hal ini dikuat kan oleh pengamat an yang t elah dilakukan, bahw a manajemen bank syariah selalu men co b a u n t u k men u run kan tingkat bagi hasil simpanan (return) yang mereka dapat , ketika mereka melihat tingkat prospekt if
PER BANK AN pengembalian pada simpanan cukup rendah (Shubber & Alzafiri, 2008).
BIAYA M ODA L BA NK SYA RIA H Pada umumnya dalam perbankan konvensional akan meng gunakan campuran ant ara ut ang dan modal saham unt uk meminimalkan biaya modal sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Sehingga kurva WACC yang terbent uk akan berbent uk U. Kurva berbent uk U ini
merupakan gambaran hubungan ant ara biaya modal dengan jumlah hut ang pada nilai t ot al pendanaan perusahaan (Value of Firm (V) = Equity + Debt). Hal ini sendiri bermula adanya proporsi yang lebih tinggi jumlah hutang sehingga mengurangi biaya modal/WACC (melalui adanya penghematan pajak), lalu sebuah t ingkat opt imal (minimum) t ercapai, namun setelah titik opt imum tercapai kenaikan dalam jumlah hut ang d ap at men in g kat k an b iaya m o d al/W A CC (t erjadinya peningkat an risiko kebangkrut an) (Shubber & Alzaf iri,2008)
Gam b ar 1. St rukt ur M od al Opt im al p ada Bank Kon vensio nal Keterangan : Ke = biaya modal yang disyaratkan oleh pemegang saham biasa (ekuitas) Kd = biaya modal yang disyaratkan oleh pemegang hutang (obligasi) WACC = biaya modal rata-rata tertimbang D/V = rasio hutang terhadap struktur modal perusahaan
Muncul sebuah pertanyaan t erkait dengan keadaan khusus pada Bank Syariah. Pert anyaan t ersebut adalah apakah kurva yang menggam-
barkan biaya rata-rata modal WACC pada Bank Syariah juga berbentuk U? Pertanyaan ini sendiri dilat arbelakangi adanya sist em bagi hasil pada
COST OF CAPITAL PADA BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE 2004-2008 Indra Setyawan dan Apriani Dorkas Rambu Atahau
149
PER BANK AN Bank Syariah yang melarang adanya penetapan t ingkat pengembalian bunga yang spesif ik di aw al t ransaksi (f ixed and predet ermined rat e) sehingga pada saat bersamaan t idak t erbentuk juga adanya return (biaya) hutang yang disyaratkan oleh para pemilik dana sumber modal hutang tersebut. Tidak terbent uknya biaya hutang yang bagi Bank Syariah ini muncul dari bunga simpanan (biaya hutang mencerminkan besaran rate of return nasabah dari tiga macam rekening simpanan bank) menjadikan biaya modal pada Bank Syariah t idak berhubungan dengan t ingkat bunga simpanan jika perhitungan dilakukan sebelum t erjadinya pelaporan keuangan (ex-ant e). Selain it u Al-Deehani et al. (1999) menyat akan bahw a karena rekening invest asi pada bank syariah tidak menetapkan bunga di aw al penempatan dana bahkan sebaliknya mengisyarat kan pert anggungan risiko kerugian secara bersama maka tidak ada risiko finansial pada sumber pendanaan ini. Oleh karena it u perilaku rekening bagi hasil ini lebih menyerupai saham daripada inst rumen hutang karena tidak adanya janji pembayaran sejumlah t ert ent u sepert i halnya hutang dan t idak adanya prioritas klaim saat likuid asi ban k. Berd asarkan p emikiran in i maka peningkatan hutang pada bank syariah melalui rekening investasi t ersebut tidak berdampak pada peningkat an risiko kebangkrutan sehingga biaya hut ang akan lebih rendah dibandingkan bank konvensional.
M ETODE Penelit ian ini menggunakan dat a kuant itatif berupa data laporan keuangan yang diperoleh dari Bank Syariah Mandiri t ahun 2004 – 2008 untuk menghitung besarnya zakat (Z), Dividend
150 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN
Vol. 14, No. 1, Januari 2010: 143 – 155
Yield (d), Pert umbuhan Dividen (g), Deposit o Berjangka (DtX1), Simpanan Nasabah (StX2) dan Rekening Investasi (ItX3). Alat analisis yang digunakan adalah WACC dengan rumus: WACC = WdKd(1-t ) + WeKe Ke dihitung dengan f ormula :Ke = Z + d + g; dimana, Z adalah “zakat ” yang merupakan pungutan wajib bagi orang beriman, jumlahnya hingga 2,5% dari dana ekuit as, d merupakan variabeldari dividend yield at au pen ghasilan d i vid en d an g ad alah t i n g kat h arap an pert umbuhan dividen per t ahun. Kd dihit ung dengan f ormula: Kd = (Dt X1) + (St X2) + (It X3) ; d iman a, Dt , St dan It melamb an gkan b iaya masin g -masin g d ari d ep o sit o b erj an g k a, sim p an an /t ab u n g an n asab ah d an reken in g invest asi. Bob ot relevan dari ket iga t ip e in i dilambangkan oleh X1, X2 dan X3. Selanjut nya hasil perhitungan akan dinyatakan dalam bent uk graf ik untuk melihat trend dari besarnya setiap komponen pembent uk biaya modal.
HASIL
St at i st i k Desk r i p t i f Var i ab el Pen el i t i an Terdapat d ua variab el pen elit ian yan g digunakan dalam penelit ian ini yaitu: biaya modal yang diukur menggunakan WACC dan t ingkat bunga simpanan. Adapun statistik deskriptif dari kedua variabel penelit ian t ersebut dit ampilkan pada Tabel 1.
PER BANK AN Tabel 1. St at ist ik Deskript if Variabel Penelit ian (Per Tahun)
Var i ab el
Jum lah Dat a
Mean
St d.Devi at i on
M i nim u m
M ax im um
WACC
5
5.17%
0.28%
4.92%
5.64%
Tingkat Bunga Simpanan
5
5.44%
0.37%
5.11%
6.07%
Sumber: Data sekunder, diolah (2009).
Bi ay a M o d al p ad a Ban k Sy ar i ah M an d i r i In d o n esi a
Berdasarkan Tabel 1 nampak bahwa rat arat a WACC sebesar 5.17% lebih rendah dibandingkan rata-rat a t ingkat suku bunga simpanan yang bernilai 5.44% , dengan standar deviasi yang juga lebih rendah. Hal ini sejalan dengan prinsip high-risk high ret urn dan low-risk low return.
Hasil perhitungan biaya modal bank Syariah Mandiri periode 2004-2008 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Biaya M od al pada Bank Syariah M andiri (2004-2008)
Tah un
Ke
Prop or si M o dal Sah am
Kd
Pr o po r si Hu t an g
WA CC
2004
0%
5.89%
5.99%
94.11%
5.64%
2005
0%
4.85%
5.45%
95.15%
5.19%
2006
0%
4.18%
5.27%
95.82%
5.05%
2007
0%
3.36%
5.09%
96.64%
4.92%
2008 Rata-rata
0% 0%
3.61%
5.22% 5.41%
96.39%
5.03% 5.17%
Sumber : Data sekunder, diolah (2009).
Berdasarkan t abel tersebut nampak bahwa biaya modal ekuitas (Ke) bernilai 0. Hal ini berarti b ah w a “Ke” p ada hasil p enelit ian in i t idak mensyarat kan return/biaya yang ada untuk para pemegang saham.
A n al i si s Tr en d t er h ad ap Ko m p o n en Bi ay a M o d al Bi ay a Hu t an g (Kd ) Selama periode penelit ian, t erjadi t rend pen urunan biaya hu t ang pada Bank Syariah Mandiri. Biaya hutang ini sendiri sangat bergant ung pada bagi hasil yang dibagikan kepada nasabah, sehingga besaran biaya hutang menjadi t ak menent u (akibat adanya kemungkinan untung atau rugi). Hal ini t idak akan dit emui pada
COST OF CAPITAL PADA BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE 2004-2008 Indra Setyawan dan Apriani Dorkas Rambu Atahau
151
PER BANK AN
Gam b ar 2. Graf ik Biaya Hu t ang
bank-bank konvensional yang pada umumnya besaran biaya hut ang yang ada sangat bergantung pada suku bunga Bank Indonesia (melalui suku bunga Sert if ikat Bank Indonesia) dimana sebagian besar dana bank dit empat kan. Bankbank konvensional pada umumnya memberikan pendapat an bunga kepada nasabah lebih kecil dari suku bunga Bank Indonesia, sehingga bank t ersebut mendapat kan keuntungan at as selisih (range) dari bunga simpanan dengan suku bunga Bank Indonesia.
hampir seluruh kepemilikan saham Bank Syariah Mandiri dipegang oleh bank tersebut, sehingga dimungkinkan tidak adanya pembagian dividen dan menjadikann ya laba d it ahan. Selain it u diduga Bank Syariah M andiri t idak secara langsun g menjalankan f un gsi p emot o ngan d ana zakat tersebut, sehingga BSM tampaknya berperan sebagai perant ara dana zakat dengan meref erensi LAZBSM (Lembaga Amil Zakat Bank Syariah Mandiri) ummat kepada nasabahnya. Bi ay a M o d al (WA CC)
Bi ay a M o d al Sah am /Ek u i t as (Ke) Besarnya biaya ekuitas yang digambarkan pada Gambar 3 tidak mengalami perubahan. Hal ini diakibat kan t idak adanya biaya yang disyaratkan oleh para pemegang saham dalam bent uk dividen sert a zakat . Tidak adanya pembagian dividen maupun zakat ini sendiri dikarenakan
152 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN
Vol. 14, No. 1, Januari 2010: 143 – 155
Trend biaya modal pada Gambar 4 menunjukkan pola yang serupa dengan biaya hut ang. Hal ini dikarenakan tidak adanya kontribusi dari biaya ekuitas sert a proporsi hut ang yang t inggi pada Bank Syariah M andiri. Sehingga besaran biaya modal sangat dipengaruhi akan besaran biaya hut ang.
PER BANK AN
Gam bar 3. Graf i k Biaya Ekuit as
Gam bar 4. Graf ik Biay a M odal
PEM BAHA SA N Dalam teori st rukt ur modal yang dikemukakan oleh M iller dan M odigliani, perhitungan biaya modal merupakan fungsi dari struktur modal dimana dalam lit erat ur keuangan barat t erdiri dari hut ang dan saham, dengan biaya modal
hutang yang lebih rendah dibandingkan biaya modal saham karena adanya penghemat an pajak. Struktur modal dalam bank syariah yang mendasarkan pada prinsip syariah (melarang adanya bunga) akan menghilangkan risiko finansial namun akan menjadikan biaya modal hut ang sama dengan biaya modal saham karena pert anggungan bersama at as kerugian pada sist em bagi hasil akan
COST OF CAPITAL PADA BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE 2004-2008 Indra Setyawan dan Apriani Dorkas Rambu Atahau
153
PER BANK AN menjadikan risiko hut ang sama dengan risiko saham (Al-Deehani et al., 1999). Berdasarkan hasil perhitungan biaya modal pada Bank Syariah M andiri diket ahui bahw a biaya modal hutang berbeda dengan biaya modal saham karena pada periode pen elit ian Bank Syariah M an diri t id ak memb ayar zakat dan dividen kepada pemegang saham. Tidak adanya pembayaran zakat dan dividen disebabkan Bank Syariah M and iri melakukan p engelompokan pembayaran zakat secara t erpisah, sert a menahan laba periode berjalan sehingga menjadi laba dit ahan. Selain it u, dalam pembobotan baik biaya modal saham (“Ke”) maupun biaya hutang (“Kd”) t idak mempert imbangkan adanya elemen capital gain (t erut ama mengenai biaya modal saham). Absennya biaya modal saham menyebabkan pola W A CC seb ag ai ind ikat o r biaya mo d al Ban k Syariah M andiri mengikut i pola biaya modal hutang. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian AlDeehani, et al. (1999) yang menemukan bahwa biaya modal hutang sama dengan biaya modal saham. Perbedaan hasil ini mengisyaratkan perlunya pengujian lebih lanjut terhadap klasif ikasi elemen yang dimasukkan dalam kat egori hutang dan modal pada struktur modal bank syariah.
KESIM PULA N DA N SA RA N
Kesi m p u l an Penelitian ini bert ujuan untuk memperoleh gambaran tentang perhit ungan biaya modal pada Ban k Syar iah M an d iri d i In d o n esia ser t a komponen yang dominan dalam menent ukan besarnya biaya modal. M elalui penelit ian ini d i h ar ap kan d ip ero leh g amb aran t en t an g
154 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN
Vol. 14, No. 1, Januari 2010: 143 – 155
perhit u ngan biaya mod al pada bank syariah sehingga dapat dipahami perbedaannya dengan bank konvensional. Hasil penelit ian diket ah ui perhit ung an biaya modal pada Bank Syariah Mandiri selama p erio d e 2004-2008 m en u n ju k kan b ah w a besarnya biaya modal yang dihit ung dengan W A CC leb ih d ip en g aru h i o leh b iaya mo d al hutang karena t idak adanya biaya modal saham selama periode penelitian. Dengan kat a lain biaya modal hut ang tidak sama dengan biaya modal sah am. Hal i n i t id ak sejal an d en g an h asil p en el it ian A l-Deeh an i, et al . (1999) yan g menyat akan bahwa besarnya biaya modal hutang sama d en g an b iaya mo d al sah am karen a mempunyai risiko yang setara. Perbedaan hasil ini diduga dipengaruhi oleh perbedaan klasif ikasi elemen yang t ergolong sebag ai hu t ang dan modal. Oleh karena itu di kemudian hari perlu p en g u jian leb ih lanju t t erh ad ap klasif ikasi elemen yang dimasukkan dalam kat egori hutang dan modal pada struktur modal bank syariah. Sar an Ket erbatasan akses t erhadap perhit ungan dan penet apan imbal bagi hasil simpanan (bunga simpanan) sebagai variabel dalam penelit ian, jumlah sampel serta ket erbatasan penulis dalam mengukur adanya biaya modal laba dit ahan (Kr) di luar variabel penelit ian merupakan masalah ut ama dalam penelitian ini. Penelit ian selanjutnya diharapkan bisa mencoba mendatangi bank yang bersangkut an unt uk memperoleh data ex-ant e d en g an p ro akt i f . Dan j ika d i mu n g k in k an menambah sampel penelit ian agar diperoleh kesimpulan yang lebih umum.
PER BANK AN
DA FTA R PUSTA KA Al-Deehani, T., Karim R.A.A., & M urinde, V. 1999. The Capital Struct ure Of Islamic Banks Under Th e Co n t r act u al Ob li g at io n Of Pro f it Sharing. International Journal of Theoretical and Applied Finance.Vol.2, No.3, pp.243283. Ariff, M . 2001. The International Journal of Islamic an d M id d l e East ern Fi n an ce an d M anagement . ht t p://w w w.islamicit y.com/ finance/ IslamicBanking_ References.htm (didownload tanggal 2 April 2009). Bank Indonesia. 2009. Sekilas Perbankan Syariah di Indonesia. ht t p://w w w.bi.go.id/w eb/id/ Perb an kan /Per b an kan +Syariah / (d idownload tanggal 8 April 2009). Bank Syariah Mandiri. 2009. Sejarah Bank Syariah M an d iri . w w w .syari ah man d i ri.co .i d / b an ksyari ah m an d i ri/sej arah .p h p . (d idow nload t anggal 15 Oktober 2009). _________.2009. Laporan Keuangan Bank Syariah M andiri. ht t p://ww w.syariahmandiri.co.id/ laporankeuangan/f inancialhighlight .php (di-dow nload t anggal 15 Okt ober 2009).
Brig ham, E. F & Ho ust on . 2006. Dasar-dasar M anajemen Keuangan. Salemba Empat . Jakarta. Damodaran, A. 2009. Finding t he Right Financing Mix: The Capital Struct ure Decision. ht tp:// p ag es.st ern .n yu .ed u /~ad amo d ar /. (d idow nload t anggal 7 Januari 2009). Dar, H. A. & Presley, J. R. 2008. Islamic Finance: A Western Perspective. International Journal of Islamic Financial Services, Vol.1, No.1. Karim, A. 2006. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Rajaw ali Pers. Ogilvie, J. 2007. M anagement Account ing – Financial St rat egy: St rat egic Level. CIM A Publishing. Pratomo, W. A. & Ismail, A.G. 2006. Islamic Bank Performance and Capital Struct ure. Munich Personal RePEc Archive, Paper No. 6012. Ross, S. A, 2001, Corporate Finance, Irwin McGrawHill, Boston. Shubber, K. & Alzaf iri, E. 2008. Cost of Capital of Islamic Banking Inst it ut ions: An Empirical Study of A Special Case. International Journal of Islamic and M iddle East ern Finance and Management , Vol.1, No.1.
COST OF CAPITAL PADA BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE 2004-2008 Indra Setyawan dan Apriani Dorkas Rambu Atahau
155