i
BUKU PUTIH 2 Cerita Siang dan Malam Oleh
: Asep Suhendar
Via
: Self Publishing
Twitter
: @asucoid
Facebook
:
[email protected]
Blog
: caritapendek.blogspot.com
Email
:
[email protected]
Desain Sampul : Asep Suhendar
Diterbitkan melalui:
www.nulisbuku.com Copyright © 2014 by Asep Suhendar ii
WONOSARI SURABAYA Berjalan jauh dari rumah bertamasya melihat cakrawala baru terbentang. Menambah paradigma dalam lipatan peta yang dijajakan dipinggir jalan. How if you must
travelling around the world but something essential were left behind. How if you should walk your legs but refuse to go for it. Sangat
menyenangkan
mendapati
kesempatan langka menjejakan kaki didaerah yang tak pernah dapat dikunjungi dalam aktivitas regular. Melirik dari balik jendela kehidupan yang sedang berjalan, sebuah panggung lain dari tautan cerita maha karya. Sungguh
kenikmatan
langka
mengenal
sekelumit bentang alam namun demikian ternyata disisi lain harus aku sadari aku sedang jauh dari rumah. Tidak aku temui senyum sejuk dan tawa sang idola di ujung Jawa.
1
Tidak aku rasakan kesenangan bermain dengan lepas bahkan aku tak mengerti sepenuhnya tutur kata yang kudengarkan. Ingin segera pulang ke rumah. Dekat dengan segala yang aku kenal. Mendapatkan kembali separuh hati sedang menanti kepulanganku setelah dipisahkan takdir. Kalau boleh meminta lagi maka izinkanlah aku hanya bertamasya didekatmu. Melangkahkan kaki untuk
mendekatkan
jarak. Melakukan segala kenikmatan hanya untuk lebih mengenal hatimu yang sebenarnya masih harus sering
aku
mengerti
keunikan
nya.
Oh my dear. We had been saparated for a long time. It is difficult to life on when our distance going farther. Kangen, rindu, cape dan juga tersesat dalam legenda peta. Tetapi aku pulang dengan se gurat senyum puas karena salam sejahtera tersampaikan di langit Wonosari.
I miss you very much.
2
ANGKRINGAN EXPATRIAT
“Waduh kedatangan tamu dari jauh nih malam ini, sudah lama?” Sambut Pak Eko kepada seseorang.
“Selamat malam pak. Baru juga sampai. Bagaimana kabarnya?” Jawab sang tamu kepada Pak Eko lalu kemudian berjabat tangan.
“Alhamdulillah baik pak, dengan siapa ke sini?” Tanya Pak Eko kemudian. “Seperti biasa lah pak, selalu di kawal nyonya dan si bungsu kemanapun pergi.” Jawab Asep lagi sambil menyuruh anak dan istrinya menyalami Pak Eko.
“Sorry ya Pak Asep, saya tinggal dulu sebentar.” Ucap Pak Eko dengan buru-buru karena seorang costumer mendekati meja kasir untuk membayar makanan dipesan.
“Mangga pak, silahkan.” Sahut Asep sambil menganggukan kepala. Malam itu Asep dan keluarga sengaja datang mengunjungi kedai makanan milik Pak Eko yang
3
terletak di Jalan Cikutra, Bandung. Terhitung lama dirinya tidak bertemu dengan bekas atasannya itu, setahun ini bisa dihitung dengan jari padahal dahulu mereka duduk hampir saling berhadapan. Jika ingin tahu sekilas tentang Pak Eko silahkan baca kembali cerita berjudul Jenderal Expendables di dalam buku Cerita Buku Putih sebelumnya. Asep duduk terpisah dengan anak dan istrinya yang
berlainan
meja,
rupanya
wanita
cantik
berjilbab itu tahu bahwa suaminya memerlukan ruang khusus untuk dapat berbincang-bincang dengan
Pak
mengundurkan
Eko, diri
terlebih sebagai
setelah kolega
beliau ditempat
pekerjaannya.
“Aku duduk di belakang ya, A‟. Silahkan ngobrol sama Pak Eko, aku mau lihat-lihat menu makanan dulu di depan.” Ucap Erni kepada Pak Asep suaminya.
“Oke, makasih ya…” Jawab Asep kepada istrinya tersebut. Suasana kedai makanan milik Pak Eko kini terasa berubah, selain menyediakan menu minuman
4
berbagai macam kopi sekarang dilengkapi dengan hidangan khas Yogyakarta yaitu nasi angkringan. Tentu saja suasana didalam ruangan menjadi lebih santai karena dilengkapi dengan lesehan memanjang sehingga pengunjung dapat menikmati santapan lebih santai, feel like home.
“Maaf ya Pak Asep, kebetulan pengunjung sangat ramai sekali semenjak tema kedai saya rubah, rupanya penduduk disini lebih tertarik dengan sesuatu yang unik dan tradisional ketimbang gaya kontemporer.” Pak Eko segera duduk kembali di bangku
menemani
Asep
yang
sedang
memperhatikan suasana kedai.
“Iya pak, terasa lebih santai dan akrab terlebih lagi menu makanan di sediakan ditempat yang unik sekali,
seperti
hidangan
ala
restoran
jepang
pengunjung dapat langsung melihat santapannya langsung
dimasak
atau
dibakar.”
Asep
mengemukakan perubahan suasana kedai kepada Pak Eko.
“Alhamdulillah sebuah pengembangan usaha mencari
dan
menggali
kepuasan
pengunjung,
istilahnya trial and error, ternyata penduduk disini 5
serta pengunjung yang datang memang mencari tempat untuk makan enak tapi murah karena mungkin untuk ngopi atau konkow mereka bisa mencari tempat ramai pada umumnya seperti di wilayah Dago atau di pinggir jalan.” Pak Eko menjelasakan alasan perubahan tema dan gaya pada kedainya.
“Benar-benar sebuah usaha yang berhasil pak, pengunjung ramai terus datang silih berganti itu menandakan perkembangan positif, ohh iya pak itu para pemuda yang berkumpul di lesehan apakah teman-teman bapak satu group di S.S?” Tanya Asep kepada Pak Eko menanyakan kelompok pemuda yang sedang asik memainkan laptop browsing internet.
“Ohhh mereka, bukan pak, mereka anakanak Heritage Bandung, sekarang tempat ini jadi base
camp
untuk
merencanakan
kegiatan,
sekarangpun katanya sedang sibuk mempersiapkan pameran di monument pancasila Jalan Dipati Ukur.” Jawab
Pak
Eko
menjelaskan
sekumpulan anak muda di kedainya.
6
keberadaan
“Waaahh
rupanya
tempat
ini
sudah
berkembang menjadi tempat kumpul generasi kreatif rupanya.” Asep benar-benar terkesan dengan keadaan kedai.
“Wah bisa saja pak, hanya tempat kecil seperti ini, masih jauh jika dibandingkan dengan tempat lain yang lebih mewah.” Pak Eko merendah. Kedai milik Pak Eko memang benar biasa saja, mungkin fasilitas yang disediakanpun sudah lumrah pada umumnya kedai makanan atau kafe di Kota Bandung berupa fasilitas wifi gratis, selain menyediakan menu makanan ala Yogyakarta serta kopi ada satu lagi andalan tempat ini dan selalu diminta oleh anak sulung Pak Asep yaitu “Thai Tea”. Sebuah pesan blackberry masangger dibaca oleh Asep, ajakan pulang dari sang istri karena waktu telah berangsur larut, terlebih lagi mata si bungsu sudah mulai „teler‟ karena mengantuk.
“A‟ pulang yuk sudah malam, Si afid sudah mengantuk, Neng Icha juga takut keburu tidur dirumah.” Pak Asep segera menghentikan obrolan asik dengan
mantan
atasannya
tersebut,
segera 7
menghabisakan Kopi Joss yang ternyata minuman para jawara Banten karena di campur dengan arang membara didalamnya.
“Sudah malam pak, nyonya sudah ngajak pulang, si bungsu juga sudah lemes, saya pamit dulu.” Ucap Asep kepada Pak Eko. “Iya pak mangga, terima kasih kunjungannya, semoga tidak kapok dan puas dengan pelayanan kami.” Pak Eko mempersilahkan tamunya tersebut. ***** Tiba dirubah dengan perasaan puas sekali, sebuah status di facebook dan blackberry massangger segera di posting, terlebih ketika si sulung begitu lahap menghabiskan makanan yang dibawa dari kedai milik Pak Eko. “Silaturahmi dan makan malam di Angkringan Nasi Kucing 78 Yogya@komat, Jl. Cikutra Bandung.” Senang hati karena melihat sebuah bukti nyata dan pelajaran berharga bahwa rezeki manusia tidak diatur oleh atasan, lembaga atau juga teman sejawat akan tetapi buah manis dari ikhtiar........ 8