Commitment to Excellence
Materi Santai Tercapai (Team Building)
“Healing” semua hancur hati dihadapan Tuhan - Pemulihan
Kolose 3: 23-24
Penerimaan PI dan Pelantikan naik Jenjang
Salam kami,
............
“Pesan” Adalah nama buletin BPD GSJA DKI Jakarta yang saat ini sedang ada di tangan anda dan siap anda baca. Pemilihan nama “Pesan” untuk buletin kita ini karena kata “Pesan” itu simple, jelas dan terus terang. Tanpa harus dijelaskan kita semua tahu arti kata “Pesan”. Dan itupun sejalan dengan tujuan dari buletin ini, yaitu sebagai media untuk menyampaikan pesan, berita, dan peristiwa diantara kita Pelayan Injil GSJA DKI Jakarta, dengan pendekatan yang simple, jelas dan terus terang. Dengan terbitnya edisi perdana dari “Pesan” ini maka kini kita memiliki tambahan media dari yang sudah ada yaitu: Facebook, Twitter, Website, SMS gereja soft. Semua media yang kita miliki mempunyai tujuan untuk mempererat komunikasi di antara kita ditengah-tengah kesibukan pelayanan kita di kota metropolitan Jakarta yang super sibuk ini, dan sekaligus memberi wawasan baru untuk kita. “Pesan” akan terbit tiga bulan sekali, sehingga dengan demikian edisi perdana ini adalah edisi untuk bulan Juli, Agustus, September 2014. Dalam edisi perdana ini kami akan sampaikan rangkuman beberapa berita dari Rakerda BPD GSJA DKI Jakarta 2014, yang diselenggarakan pada 14-16 April 2014 di MDC Gadog, Jawa Barat. Rangkuman berita tersebut tentunya dipilih yang masih relevan untuk dibaca pada saat ini, seperti paparan Pembimas Kristen Departemen Agama – Pdt. Adieli Zandreto, Mth mengenai: “Hubungan Gereja dan Negara dalam konteks kekinian”, Renungan Pagi dari Ketua PGI – Pdt. DR. A.A Yewangoe dengan judul: “Lakukan Segala Sesuatu dengan Segenap Hati!”, Renungan Pagi dari Sekum BPP GSJA – Pdt. A. Mulyanto, MDiv dengan judul: “From Average to Excellent Leader”. Adapula artikel dari Fokus Pada Keluarga – sebuah lembaga pelayanan yang memiliki fokus untuk melayani keluarga dan akan bekerjasama dengan BPD GSJA DKI Jakarta untuk melayani keluarga Pelayan Injil GSJA DKI Jakarta. Kami sampaikan pula beberapa konsentrasi pelayanan dan program kerja BPD GSJA DKI Jakarta, lengkap dengan Kalender Kerjanya. Kami sadar buletin “Pesan” ini masih belum sempurna, namun kami berusaha sebisa mungkin memberi yang terbaik. Untuk itu kami mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan disana sini, dan sekaligus kami mengucapkan terima kasih atas pengertian pembaca sekalian. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih juga untuk semua kontributor dan para pendukung buletin “Pesan” ini. Terima Kasih. Tuhan Yesus memberkati, BPD GSJA DKI Jakarta 1
............
Rapat Kerja Daerah BPD GSJA DKI Jakarta 2014 Melayani dan bekerja dalam satu tahun tentu memerlukan waktu untuk mengevaluasi, menyelaraskan dan merancang program lanjutan untuk tahun kemudiannya. Demikian juga dengan BPD GSJA DKI Jakarta. Untuk program kerja tahun 2013-2014 BPD GSJA DKI Jakarta beserta dengan anggotanya menyelenggarakan Rakerda pada tanggal 14-16 April 2014 di MDC Gadog, Jawa Barat. Rakerda kali ini dibungkus dengan tema: “Commitment to Excellence” yang merupakan formulasi dari Kolose 3:23-24. BPD memikirkan bagaimana semua Pelayan Injil bisa mengikuti Rakerda tersebut tanpa terganggu oleh urusan kepanitiaan dan masalah teknis, logistik, akomodasi penyelenggaraan. Oleh karena itu setelah BPD menunjuk Pdt. Timothy Sastra sebagai ketua panitia penyelenggara, BPD meminta pak Tim untuk memakai “event organizer (EO)” yang terdiri dari orang-orang muda kreatif di lingkungan GSJA DKI Jakarta. Pak Timothy membentuk EO tersebut dengan meminta saudara Thio Siujinata (Siu) seorang pemuda kreatif di gerejanya untuk mengkomandani EO ini. Dan Siu mengajak sekitar 20 orang muda dari berbagai gereja GSJA DKI Jakarta untuk bersama-sama secara sukarela melayani menyelenggarakan Rakerda ini. Hasilnya luar biasa, rakerda berlangsung sukses. Acara serius, penting dan wajib terselenggara dengan baik, tapi peserta juga antusias mengikuti program “team building” dalam berbagai permainan rancangan anakanak muda GSJA ini. Paduan antara acara serius, penting dan wajib serta acara santai yang membangun kebersamaan, ditambah dengan beberapa kelas-kelas klinik (Kelas “White Godetia”, “Ambrige Rose”, “Ivy Clad”, “Himalayan Blue Poppy”), berhasil membuat Rakerda kali ini terasa menarik. Kehadiran 213 peserta ditambah dengan kehadiran Ketua Umum BPP GSJA di Indonesia – Pdt. I. Kaihatu, dan beberapa pembicara tamu seperti Pdt. Adieli Zandreto, Mth (Pembimas Kristen Dep. Agama RI), Pdt. John Chandra (GPKDI), Pdt. Suhandoko Wirhaspati (Ketua Dewan Pembina GBI), Pastor John David Kenney (Lead Pastor IES Jakarta), Pdt. Himawan Hadirahardja, Msc (Fokus Pada Keluarga), Pdt. A. Mulyanto, MDiv. (Sekum BPP GSJA di Indonesia), Pdt. Kaleb E. Siswanto (Ketua BPD GSJA Jateng), dan Pdt. Petrus Nyo (Gembala GSJA Madiun) memperkuat bobot Rakerda ini untuk mencapai tujuannya yaitu se2
............
bagai sarana evaluasi dan perencanaan program kerja BPD GSJA DKI Jakarta dan sekaligus wadah pertemuan Pelayan Injil GSJA DKI Jakarta untuk saling mempererat, saling mendukung pelayanan dan saling meningkatkan diri dan wawasannya. Dalam hal laporan dan evaluasi program kerja dan laporan keuangan dari BPD GSJA DKI Jakarta tahun 2013-2014 peserta rapat menerima dan menyetujuinya. Team Audit Keuangan juga memberikan laporan mereka dan mengapresiasi serta menyetujui laporan keungan BPD. Demikan juga dengan rencana program kerja dan anggarannya untuk tahun 2014-2015 disetujui oleh peserta rapat kerja ini. Rapat juga menyetujui usulan BPD menggunakan dana pelayanan yang surplus untuk 3 hal pelayanan, yaitu: Program Pengembangan Gereja (dengan) Jemaat 50-100, Program “jembatan” Misi, dan Program Kesejahteraan Pelayan Injil. Sementara sebagian kecil dari dana surplus yang tersisa akan dijadikan semacam dana cadangan pelayanan (ironcash). Rapat juga menyetujui Tim 5 orang yang merupakan representasi dari Pelayan Injil (yang dibentuk pada saat Rapat Daerah 2013) untuk tetap menjadi tim penolong / pendamping BPD dalam mendiskusikan masalah-masalah keuangan. Tim ini terdiri dari: Pdt. Mian Simanjuntak, Pdt. Samuel Handrinata, Pdt. Bulus Panjaitan, Pdt. J.R Simanjuntak. Sisi peningkatan wawasan Pelayan Injil dalam rakerda ini dicakup melalui seminar-seminar dan renungan pagi oleh pembicara tamu diatas. Ada juga kesempatan dimana peserta dibagi-bagi dalam beberapa kelas untuk mengikuiti klinik dari para nara sumber yang menyampaikan pokok pikiran mereka dan mengajak 3
............
peserta berdiskusi. Kelompok diskusi dibagi dalam beberapa kelas klinik dari gereja-gereja yang kurang lebih memiliki kesamaan dalam jumlah jemaat, dengan demikian diharapkan ada tantangan yang sama dan dapat didiskusikan bersama. Sisi penyegaran kerohanian disentuh oleh Pastor John David Kenney pada waktu menyampaikan KKR malam hari dengan tema “Healing” dari Matius 12. Penyembuhan dan penyegaran kerohanian ini untuk semua Pelayan Injil GSJA DKI Jakarta yang mengalami luka-luka batin pada waktu menjalankan pelayanan mereka, itu sebabnya diakhir sesi ini pastor Dave mengundang semua Pelayan Injil untuk maju kedepan dan bersama-sama mereka berdoa minta Tuhan tolong dan pulihkan mereka. Ada hal yang menarik lainnya dari rakerda kali ini, yaitu bergabungnya 43 orang Pelayan Injil baru. Puji Tuhan! Ini suatu hal yang menggembirakan karena bukan saja belum pernah terjadi sebanyak itu, tetapi berarti ada lebih banyak lagi orang yang terpanggil untuk melayani bersama di GSJA DKI Jakarta. Selain mereka sebagai Pelayan Injil baru, tercatat ada pula 15 orang yang naik jenjang menjadi Pendeta Pembantu (Pdp), 22 orang menjadi Pendeta Muda (Pdm), dan 12 orang menjadi Pendeta (Pdt). Proses kenaikan jenjang mereka melalui mekanisme pelayanan pribadi mereka masing-masing yang dipantau oleh gembala sidang dimana mereka melayani, dan oleh sebab itu ada rekomendasi dari gembala sidang yang disampaikan ke BPD. Selain itu mereka juga mengikuti program matrikulasi. Mengenai program matrikulasi sendiri, BPD meluaskan cakupan program tersebut. Kalau diwaktu yang lalu program ini hanya untuk mereka yang akan naik jenjang, sejak saat ini BPD membuat program matrikulasi ini untuk seluruh Pelayan Injil. Dengan tujuan program matrikulasi saat ini juga sebagai sarana pengembangan kualitas dan penyegaran Pelayan Injil. Hal tersebut direspon oleh Pelayan Injil dengan baik sekali, terbukti dengan kehadiran 208 peserta dari seluruh jenjang kependetaan GSJA DKI Jakarta (kelas calon PI: 39 orang, PI: 19 orang, Pdp: 25 orang, Pdm: 22 orang, Pdt: 103 orang). Matrikulasi tersebut diselenggarakan sebelum rakerda, yaitu pada 28 Maret 2014. Rakerda tahun 2014 ini berakhir pada hari ke tiga, yaitu pada tanggal 16 April 2014, namun hari itu adalah hari pertama untuk seluruh Pelayan Injil GSJA DKI Jakarta untuk kembali melayani di ladang Tuhan untuk tahun kerja 2014-2015. (Stefano Indra Bramono – Sekda BPD) 4
............
“Hubungan Gereja dan Negara Dalam Konteks Kekinian” oleh: Pembimas Kristen Departemen Agama – Pdt. Adieli Zandreto, Mth.
Pdt. Adieli Zandeto, Mth dalam kapasitasnya sebagai Pembimbing Masyarakat Kristen Departemen Agama RI hadir dalam Rakerda BPD GSJA DKI Jakarta 2014 dan menyampaikan paparannya mengenai “Hubungan Gereja dan Negara Dalam Konteks Kekinian”. Beliau membuka dengan menekankan pentingnya Gereja tidak berubah arah sebagai agen Reformasi, dengan ungkapan: “Semper Ekklesia, Semper Reformata, Semper Ekklesia Semper Reformanda” artinya: Gereja yang sudah dibaharui senantiasa akan membaharui. Beliau mengungkapkan kegelisahan kita (gereja) dengan keadaan di luar gereja, juga perlu seimbang justru dengan keadaan gereja sendiri yang tidak menjalankan fungsinya secara benar sesuai dengan Firman Tuhan. Misalnya beberapa gereja yang sibuk mengurusi hal-hal yang bukan merupakan pelayanan utama gereja seperti masalah organisasinya sehingga lupa untuk memberitakan Kabar Baik, dan bahkan lebih menonjol mengurusi masalah konflik. Di isi lain apabila kita sudah benar menjalankan fungsi pelayanan gerejawi, kita juga harus berhati-hati jangan sampai melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan doktrin gereja itu sendiri dengan berbagai-bagai praktek pelayanan yang terlalu modifikatif, yang akhirnya membingungkan jemaat, dan bahkan menjadi pergunjingan masyarakat luas. Kembalikan gereja sebagai milik Allah, demikan ungkapan beliau untuk menggambarkan bahwa gereja adalah milik Allah dan seharusnya menjalankan fungsinya sesuai dengan kehendak Allah. TB Simatupang tahun 1975 menulis: bahwa kita harus bertanya: Bagaimanakah kita dalam pemikiran dan kegiatan menyaksikan kehadiran Kerajaan Allah yang telah, sedang dan akan datang di tengah-tengah pemikiran dan kegiatan manusia sekarang ini, baik di indonesia maupun di dunia, … untuk membangun masa depan yang lebih baik? (buku: “Melihat Tanda Tanda Zaman”). 5
............
Pdt. DR. Eka Darma Putra (Alm), dalam buku “Pergulatan Kehadiran Kristen di Indonesia.”: “ ... Injil yang kita beritakan adalah Injil yang sama dan satu itu, Injil yang tidak pernah berubah: Kabar baik tentang keselamatan yang telah dikerjakan oleh Allah di dalam Yesus Kristus dan yang ditawarkan oleh Allah kepada seluruh umat manusia. Injil yang utuh tentang Kristus yang utuh bagi keselamatan manusia yang seutuhnya pula ... ”. Michael Grinffiks mengungkapkan: • “Gereja adalah perwujudan ajaran Kristus. Ajarannya bukan hanya diperlihatkan. Tetapi harus secara-nyata diwujudkan dalam kehidupan masyarakat … • Yesus memanggil disekeliling-Nya sekelompok murid dan Dia memilih dari antara mereka 12 orang yang disebutnya Rasul. Kelompok murid inilah yang menjadi inti pendirian gereja. • Pertama di Yerusalem: suatu masyarakat murid yang berupaya meneladani Tuhannya menirukan gaya hidup-Nya yang sempurna. • Semua gereja berikutnya harus sama yakni berpusat pada Kristus sebagai guru agung (Rabbuni) dan Tuhan”. Selanjutnya ditekankan: • Memasuki tahun politik 2014 ini beliau berharap gereja sebagai lembaga sosial keagamaan sebaiknya tidak ikut dalam politik praktis seperti dipraktikkan oleh beberapa gereja bidat akhir-akhir ini (secara terang-terangan menunjuk jagoannya dalam sebuah acara konferensi pers). • Sikap ini menurut beliau kurang tepat dan tidak etis sebagai lembaga gereja; apalagi sebagai pendeta yang seharusnya tugasnya adalah menggarami (menasehati, membimbing, mengoreksi), gereja jangan berselingkuh dengan Politik. Gereja adalah gereja yang dimaknai sebagai lembaga Rohani; sebagai tubuh Kristus yaitu persekutuan orang-orang Percaya. • Sebab sesungguhnya dalam politik tidak ada yang sah dan tidak ada yang tidak sah; tidak ada yang benar dan tidak ada yang sesat; tidak ada teman abadi yang ada adalah persepsi menuju kepada sebuah kepentingan. • Kepentingannya-pun abu-abu tidak bisa direalisasikan sebagai hitam putih; namun lebih bersifat ini atau itu, Hari ini dan besok berbeda. Beliau mengungkapkan saat ini masih ada hal yang bagaikan keadaan antara cita6
............
............
Lakukanlah Segala Sesuatu Dengan Segenap Hati! oleh: Pdt. DR. A.A Yewangoe (Ketua PGI) – disampaikan pada renungan pagi Rakedar BPD GSJA DKI Jakarta, pada Selasa, 15 April 2014
Foto BPD GSJA DKI Jakarta dan Pembimas Kristen Dep. Agama (kiri ke kanan): Pdt. F. Roy Lempoy (Komisaris Daerah), Pdt. R. Bovie Rori (Wakil Ketua), Pdt. Adieli Zandreto, Mth (Pembimas Kristen), Pdt. Jusak Ruslim (Ketua Daerah), Pdt. Andre Niko (Bendahara Daerah).
cita dan kenyataan, yaitu masalah dan istilah “Mayoritas dan Minoristas”. Mengenai hal ini, adalah tidak tepat sebagai bangsa Indonesia ada ungkapan “mayoritas dan minoritas”. Beliau mengutip: “Meskipun sering kali ada orang menggunakan istilah mayoritas dan minoritas, sebenarnya secara konstitusional dan secara hukum formal konsep tersebut tidak dibenarkan dan tidak boleh mendapat tempat dalam kehidupan berbangsa” (Oleh H. Schumann, Dialog Antar Umat Beragama, Jakarta, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2001 hal. 157) Dalam kondisi kekinian gereja di Indonesia memiliki pilihan seperti butir-butir di bawah ini. Hendaknya gereja memilih dengan sikap hati-hati, yaitu: menjadi pemain kunci, pemain pembantu, pemain figuran, tidak ikut bermain tetapi ikut menentukan (sponsor), menjadi penonton aktif, atau penonton pasif. Tentu saja itu bukan pilihan mudah. Gereja sebagai persekutuan atau komunitas harus mempersiapkan jemaatnya dengan baik. 7
Sebagai warga negara
Indonesia kita baru saja
menyelesaikan
sebuah
agenda nasional pen-
ting: Pemilu (Pemilihan
Umum Legislatif –red).
Dengan
mengikuti
pemilu kita (yaitu umat
Kristen Indonesia) telah
ikut serta di dalam me-
nentukan arah, tujuan,
nasib dan masa depan
bangsa ini.
Keikutser-
taan kita bukan sekedar
ikut-ikutan, melainkan
sebagai wujud tanggung-
jawab, baik terhadap Tu-
han maupun terhadap
masyarakat, bangsa dan
negara ini. Kita adalah
bagian integral bangsa ini. Nasib bangsa ini adalah nasib kita. Masa depan bangsa ini adalah masa depan kita. Kita bukan orang asing di sini. Kita bukan penumpang gelap di dalam kapal yang bernama Indonesia. Ini harus menjadi sikap dasar kita. Kita tidak boleh beranjak dari sikap dasar ini, agar tidak diperdayakan oleh siapapun, seakan-akan kita bukan bagian dari Indonesia. Apalagi kalau terus menerus dipompakan ke dalam benak kita dikotomi antara “mayoritas” dan “minoritas”. Perlu ditegaskan berkali-kali, bahwa konstitusi Republik Indonesia tidak mengenal dikotomi seperti itu. Satu-satunya nomenklatur yang dipakai dalam UUD 1945 guna meyebut semua anak bangsa yang lahir dan hidup di negeri ini adalah: warga negara Indonesia. Sebagai warga negara kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Kita semua setara. Mungkin saja kita “kecil” ditinjau dari jumlah. Tetapi “kekecilan” itu tidaklah (pertama-tama) dilihat dari perspektif hak dan kewajiban. Agama, suku, dan etnis tidak boleh menjadi dasar bagi penentuan hak dan kewajiban itu. Bung Karno di dalam pidatonya yang terkenal pada 1 Juni 1945 di depan Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang belakangan dikenal seba8
............
gai “Pidato Lahirnya Pancasila” merumuskan “bangsa” sebagai “mereka” yang
............
menegaskan kepada umat Katolik Indone-
mempunyai nasib yang sama. Kita semua, tanpa memandang suku, agama,
sia: “Jadilah kamu 100% Katolik dan 100%
ras dan golongan (SARA) mempunyai nasib yang sama, yaitu sama-sama be-
Indonesia. Artinya tidak setengah Katolik,
rada di bawah penjajahan dengan berbagai akibatnya. Dewasa inipun kita tetap berada dalam nasib yang sama itu, yaitu bagaimana mengatasi akibatakibat penjajahan yang menampakan diri dalam kemiskinan yang akut. Kitapun tetap berada dalam nasib yang sama ketika kita secara bersama-sama memperjuangkan diwujudkannya keadilan dan kesejahteraan di negeri ini.
setengah Indonesia. Di sini hendak ditegaskan integritas seorang Indonesia yang Katolik, dan seorang Katolik yang Indonesia. Saya kira seruan inipun tepat ditujukan kepada semua umat Kristen Indonesia. Jadilah 100% Kristen dan 100% Indonesia.
Maka sekali lagi perlu ditegaskan, ditinjau dari perspektif manapun, kita tidak
Justru karena kita yakin akan kekristenan kita yang seratus persen, maka kita pun
boleh merasa diri kecil. Apalagi mengidap penyakit “inferior it’s complex” (ba-
mengenal diri kita sebagai orang Indonesia 100%. Ke-Indonesia-an kita bera-
hasa Belanda: minderwaardigheidscompleks). Itu tidak berarti, kita bersikap som-
kar di dalam kekristenan kita, sebaliknya kekristenan kita hanya bisa bertumbuh
bong dan arogan. Tidak demikian. Kita harus tetap bersikap rendah hati, dan
dan berkembang di dalam ke-Indonesia-an kita. “...perbuatlah dengan segenap
memandang semua orang sama dan setara, baik di hadapan Tuhan, maupun di antara sesama. Salah satu ayat Mazmur 145, yang menjadi tema Sidang Raya keXV PGI di Mamasa (2009) menegaskan: “Tuhan Itu Baik Kepada Semua Orang!” (Mazmur 149:9a).
hatimu...” dalam ayat berikutnya kita menemukan dasar keyakinan itu. “Kamu tahu bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu adalah hambaNya.” (Kolose 3:24). Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memahami penggalan ayat-ayat ini di dalam
Menarik bahwa tema yang dipilih untuk Rapat Kerja Daerah ini menegaskan hal
pengertian, kita semua sebagai anggota dari sebuah keluarga besar, seperti di
kesegenapan hati. “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap
dalam rumah tangga. Maka sikap dan perbutan kita yang tidak setengah-setengah
hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23). Kesan
itu memang terpancar dari Sang Kepala (rumah tangga), yaitu Kristus. Yang tidak
pertama yang diberikan adalah, seakan-akan kepentingan manusia tidak pen-
setengah-setengah pula di dalam mengemban Amanat Keselamatan. Bukankah
ting, hanya kepentingan Tuhan yang nomor satu. Tidak demikian maksudnya.
Beliau malah wafat di kayu salib demi memperlihatkan konsistensi mengemban
Yang hendak ditonjolkan di sini adalah hal kesegenapan hati. Artinya, kita tidak
amanat itu? Di dalam doa Beliau di taman Getsemani kita mendengarkan sesua-
boleh bertindak setengah-setengah. Ketika kita berhadapan dengan Tuhan, kita toh tidak setengah-setengah. Sebaliknya kita musti dengan sepenuh hati. Maka di dalam melakukan segala sesuatu, kita musti melakukannya dengan segenap hati pula. Tidak boleh pura-pura, tidak boleh seakan-akan dan tidak boleh setengahsetengah, melainkan dengan sepenuh dan dengan segenap hati. Maka ketika kita memperlihatkan kewarga-negaraan kita sebagai warga negara Indonesia, kita
tu yang mengharukan: “Kalau boleh bebaskanlah Aku dari meminum isi cawan yang pahit ini.” Tetapi kemudian kita juga mendengar bukan sekedar kepasrahan total, melainkan keyakinan teguh: “Dalam semuanya bukan kehendak-Ku, me-lainkan kehendak-Mulah yang jadi.” Inilah pengakuan sangat kuat, yang menghantarkan kita ke peristiwa Paskah, ketika Allah membangkitkan Dia dari
pun tidak boleh setengah-setengah, atau seakan-akan, atau berpura-pura. Uskup
kematian. Inilah “upah” itu. Ketika kita bersungguh-sungguh, ketika kita me-
Agung Sugiyapranata almarhum, seorang pahlawan nasional Indonesia, pernah
lakukan segala sesuatu dengan segenap hati, maka kita pun memperoleh upah itu.
9
10
............
............
KALENDER KERJA BPD GSJA DKI JAKARTA 2014 - 2015 2 5 9
Rapat BPD GSJA DKI: Program Kerja 2014 - 2015 Pertemuan: Mentor Next Level Program (NLP) Pertemuan BPD - Aparatur Note: Aparatur konsentrasi jejaring pembukaan KKA & Gereja Rapat Bulanan BPD GSJA DKI Jakarta, Jam 10.00 WIB - Rapat Tim 5: Pdt. Samuel & Pdt. Timothy S.: Kesejahteraan PI - Pertemuan Perdana NLP. Jam 12.00 WIB - Rapat: Jembatan Misi Pdt. Mian Simanjuntak - Kick off: Program Materi Khotbah & KKA - Kick off: Program Buletin BPD - Kick off: Renovasi Ruang2 BPD - Kick off: Prosedur/Pelayanan Kantor Kunjungan ke: Pdt. Timothy Z – GSJA Mangga Dua *) KKA Perdana Next Level Program (NLP), masing2 Mentor
BPD
BPW 4
23-27 25-27 27 28
BPW 4: Kunj ke Bpk. KRT Daud WH, Bpk. Max Valerio, Bpk Jeremias Bessie (GSJA Duta Firman) BPW 5: Penyampaian Program Kerja Rapat Bulanan BPD GSJA DKI Jakarta - Kick off: Sosialisasi Program Keuangan Gereja (Magic 2000) - Kick off: Sosialisasi P10 BPW 4 : Kunj ke Bpk. Mario Tahitoe Kunjungan: Pdt. Benny Budiman – GSJA Keluarga Allah, Duren Sawit *) DKMD: Talent Community and Mentoring BPW 4: Kunj ke Bpk. Timotius Geruntang DKMD: YPI: Malang Seminar Fokus Pada Keluarga BPW 5: Seminar Fokus Pada Keluarga - Evaluasi: Kenaikan Jenjang & PI Baru - Evaluasi: Data PI, Gereja Cetak Buletin & Kirim Karakter Building NLP BPW 3: KKR (Tim dari Singapura) BPW 3: Seminar Pembekalan Tim Kepemimpinan
1 14 17 18 21-22 22-23
Buletin BPD Perdana; Terbit Rapat Bulanan BPD GSJA DKI Jakarta DSMD: KKR Pelayan Anak: IES Kunjungan: Pdt. Hariagus Rimba *) Doa Puasa: GSJA DKI Jakarta Rapat BPD-Aparatur: Evaluasi
IB, Media
12 Mei (II)
19
23 26
Confetti pembukaan
3 4 9 10 13
Ketum BPP memberikan Sambutan Pembukaan
Juni (III)
Juli (IV) BPD menyampaikan laporan
11
13 17 17-19 16-20 21 23
12
JR, RBR BPD Aparatur BPD
BPD FRL IB, Media JR, AN AN, IB, Novy BPD/Mentor
BPW 5 BPD AN, BPD BPW 4 BPD DKMD BPW 4 DKMD IB, Wil BPW 5 RBR, FRL, AN BLW, IB IB, Media IB BPW 3 BPW 3
BPD DSMD BPD BLW
............
............ Aug (V)
Sept (VI)
Okt (VII)
Nov (VIII)
11 15 18 25 25 30 30
DSMD: Pendampingan SM Lokal Gereja dibawah 100 Rapat Bulanan BPD GSJA DKI Jakarta Kunjungan: Pdt. Johannes Rusli *) Persiapan Surat Pemberitahuan Matrikulasi (A): Harus di kirim tgl. 21/8 Pembekalan: Tim Kepemimpinan & KKA (NLP) Persiapan Buletin BPD BPW 2: Seminar Fokus Pada Keluarga BPW 4: Seminar Fokus Pada Keluarga: CWS Kelapa Gading
DKWD: Outing dan seminar DSMD: Pendampingan SM Lokal Gereja dibawah 100 DKMD: Seminar “Be Max “ Rapat Bulanan BPD GSJA DKI Jaya 8 Matrikulasi (A): Seluruh PI 12 BPW 3: Seminar Focus Pada Keluarga 13 Kunjungan: Pdt. Samuel Santosa *) 19 22-26 Cetak Buletin & Kirim
DSMD: Pendampingan SM Lokal Gereja dibawah 100 DKMD: Harnas KM Buletin BPD vol.2: Terbit 1 Rapat Bulanan BPD GSJA DKI Jakarta 6 Kunjungan: Pdt. Rivai Sihombing *) 17 20-21 Doa Puasa: GSJA DKI Jakarta Rapat: Presentasi Panitia Natal 2014 24 Rapat BPD – Aparatur: Evaluasi 31
10 14 21-22 21 21 24-28 24-28 24-28
BPW 4: Studi Banding ke Cilacap Pdt. Kaleb Eddy Siswanto Rapat Bulanan BPD GSJA DKI Jakarta Kunjungan ke Pdt. Petrus Ariandi – GSJA Royal *) KKR (NLP) BPW 4: KKR: CWS Kelapa Gading BPW 5: KKR Aksi Natal BPD Persiapan Buletin BPD Persiapan Matrikulasi (B)
DSMD BPD
Des (IX)
BPD IB, Novy, Ita
JR Media, IB BPW 2 BPW 4
DKWD
Jan 2015 (X)
DSMD DKMD BPD IB BPW 3
Feb (XI) DSMD DKMD Media BPD BPD BLW, DDOA BS cs. All
Mar (XII)
BPW 4 BPD BPD Wil, BPD BPW 4 BPW 5
Apr (XIII)
1 3 5 8-10 15-19
DKWD: Natal Bersama KW. Lokasi: Gedung Kenanga Natal PI GSJA DKI Jakarta: Putri Duyung DKMD: Christmas Event Study Banding: NLP – Cilacap Cetak Buletin & Kirim
DSMD: Pendampingan SM Lokal Gereja dibawah 100 Buletin BPD vol.3: Terbit 2 Rapat Bulanan BPD GSJA DKI Jakarta 12 Kunjungan ke Pdt. Yakobus Kurniawan / GSJA Duta Kasih *) 16 BPW 5: Fellowship Awal Tahun 17 19-20 Doa Puasa: GSJA DKI Jakarta 20-21 Rapat Persiapan Rakerda 2015 Rapat BPD – Aparatur: Evaluasi 21 DSMD: Pendampingan SM Lokal Gereja dibawah 100 BPW 3: Retreat Seluruh PI Rapat Bulanan BPD GSJA DKI Jakarta 9 Kirim Undangan Matrikulasi (B) 9 Kunjungan ke Pdt. HBL Mantiri / GSJA I Hope *) 13 Matrikulasi (B): Kenaikan Jenjang 20 24-28 Persiapan Buletin BPD
PW 5
BPW 3 BPD Kantor BPD BPD
DSMD
Buletin BPD vol. 4: Terbit 1 Rapat Bulanan BPD GSJA DKI Jakarta 6 20-22 Rakerda GSJA DKI Jakarta di (Tentative): Bogor, Bandung, Banten
Media
*) = Perlu/Menunggu Konfirmasi
IB,Novy,Ita SIB -Sekda
13
DKMD
DSMD: Pendampingan SM Lokal Gereja dibawah 100 DSMD: Retreat SM Rapat Bulanan BPD GSJA DKI Jakarta 9 BPW 5: Evaluasi Program Kerja 11 Rapat koordinasi Panitia Rakerda Jam 10.00 WIB 16 Rapat Pansus: jam 13.00 16 Kunjungan ke Pdt. Parkash Khubani / GSJA Jevan Jal *) 20 Rapat Evaluasi: NLP 23 24-28 Cetak Buletin & Kirim
Wil, BPD Media
BS, BPD
14
DSMD BPD BPW 5 BPD
BPD JR IB, Media
BPD
............ Komitmen
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12:1-2) Kepemimpinan yang efektif mengalir dari komitmen terhadap hal-hal yang benar. Sebagai pengikut Kristus, komitmen paling penting dalam hidup kita adalah terhadap Tuhan. Dan dari sini akan mengalir hasil2 kepemimpinan yang berkenan dalam hati banyak orang, terutama berkenan di mata Tuhan. Rasul Paulus mendorong agar kita mempersembahkan diri kita kepada Tuhan. Kata “mempersembahkan”, seperti juga janji nikah, seharusnya terjadi hanya sekali. Memang kadang2 bisa diulangi atau diperbaharui, tapi kasih Tuhan yang begitu besar terhadap kita seharusnya mendorong kita untuk berkomitmen kepada-Nya. Kalau kita melakukannya, ini menandakan bahwa kita mengakui kepemimpinan Kristus dalam hidup kita. Kita korbankan keinginan dan ambisi pribadi kita agar kita dapat menyelaraskan diri kita dengan kehendak Tuhan. Kalau kita sudah memiliki komitmen, semua talenta dan impian kita akan kita serahkan untuk rencana-Nya. Semakin kita serahkan hidup kita kepada-Nya, semakin pula kita diberkati dan dipakai oleh-Nya. Tuhan sendiri berjanji bahwa Dia berkomitmen terhadap siapapun di dalam Kristus, dan bahwa hubungan kita dengan-Nya akan berlangsung selamanya: Yeremia 31:31-36. Kalau kita melihat bagaimana kesetiaan Tuhan dalam komitmen nya, selain ini juga bisa menjadi teladan bagi kita, hati nurani kita pasti akan tergugah untuk juga berkomitmen kepada-Nya sepenuh hati, segenap pikiran, segenap jiwa, segenap kekuatan kita. Tuhan memanggil kita untuk menjadi orang yang memiliki komitmen, pertama 15
............
kepada-Nya dan juga kepada sesama. Komitmen kepada sesama dapat kita lakukan kepada siapa saja. Terhadap pasangan kita, terhadap orang2 yang dekat di hati kita, ataupun bahkan juga terhadap orang2 yang kita kenal biasa2 saja. Setiap hubungan yang berkualitas pasti didasarkan pada komitmen yang kuat, bukan didasarkan pada perasaan atau emosi belaka. Mari kita periksa diri agar setiap komitmen kita adalah berdasarkan keputusan kita dengan penuh kesadaran, dan bukan berdasarkan perasaan atau emosi. Kita bisa tidak senang dengan orang tertentu, tapi dengan sadar kita harus tetap berkomitmen untuk menepati janji2 kita, melakukan tugas kita dengan baik, dan melaksanakan semua kewajiban kita. Berikut adalah sebagian cerita dari seorang pria yang seluruh kehidupannya diwarnai oleh komitmen: Yosua 24:14-27. Sebagai seorang pemimpin, tentu pernah terpikir dalam benak kita, bagaimana caranya agar kita sebagai pemimpin, memiliki pengikut yang juga penuh dengan komitmen. Tentu yang pertama kita bisa lakukan adalah memberikan contoh dan teladan. Mereka semua melihat tiap langkah dan tindak-tanduk kita, baik itu kita sadari atau tidak, kita sukai atau tidak. Selain itu kita juga dapat berdoa bagi mereka karena mereka adalah domba2 yang menjadi tanggungjawab kita. Nabi Habakuk memberikan teladan bagaimana memiliki komitmen yang berfokus pada Tuhan: Habakuk 3:17-18. Dan juga Yesus sendiri memberikan tolok ukur komitmen yag lebih dalam lagi bisa kita temui di Matius 16:24-26. Apabila kita penuhi panggilan Tuhan untuk berkomitmen, maka inilah hasil yang akan kita peroleh: Jikalau engkau ini menyediakan hatimu, dan menadahkan tanganmu kepadaNya; jikalau engkau menjauhkan kejahatan dalam tanganmu, dan tidak membiarkan kecurangan ada dalam kemahmu, maka sesungguhnya, engkau dapat mengangkat mukamu tanpa cela, dan engkau akan berdiri teguh dan tidak akan takut (Ayub 11:13-15). Tuhan berkati. (Disadur dari biblegateway oleh Livia Bramono) 16
............
Dari Pemimpin Rata-rata Menjadi Pemimpin yang Unggul (From Average to Excellent Leader)
Disampaikan pada renungan pagi Rakerda BPD GSJA DKI Jakarta, Jumat 16 April 2014 oleh: Pdt. Antonius Mulyanto, MDiv. (Sekum BPP GSJA di Indoneisa)
............
bertambah sekitar 162.000 penduduk, hampir melampaui pertambahan 166.000 penduduk dalam kurun waktu sepuluh tahun sebelumnya. Bagi Marie L. York, president of Southwest Florida planning consultant, sangatlah praktis dan masuk akal untuk kita memprioritaskan pembukaan gereja-gereja baru di kota. Bagaimana dengan tingkat urbanisasi di Indonesia? Tahun 2000 penduduk perkotaan 87,6 juta dengan tingkat urbanisasi 41,80%, tahun 2015 diperkirakan jumlah penduduk perkotaan 129,25 juta, tingkat urbanisasi 52,60%. Pada tahun 2025 diperkirakan peduduk perkotaan 150,05 juta dengan tingkat urbanisasi 57,39%. (Sumber: Firman, 1996 dalam Tjiptoherijanto, 1999). Perhatikan bahwa mulai 2015, secara nasional urbanisasi di Indonesia sudah melampaui 50%. Biro Pusat Statistik pada tahun 2009 mempublikasikan data yang lebih lengkap, mengenai: “Persentasi Penduduk Daerah Perkotaan per Provinsi, 20002025”. Hanya ada 10 propinsi yang tingkat urbanisasinya lambat, sehingga masih dibawah 50% sampai tahun 2025, yaitu: Papua, NTT, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Jambi dan Aceh. Bagi BPD, BPW dan gembala yang melayani di propinsi-propinsi tersebut di atas, dapat tetap memprioritaskan pembukaan gereja-gereja non-perkotaan.
Pdt. Antonius Mulyanto, MDiv. (Sekum BPP GSJA di Indoneisa
Salah satu tren yang menonjol pada abad ke-21 adalah urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk secara besar-besaran dari desa ke kota. Di Amerika, Darrel Rowland menceritakan bahwa pergolakan perkembangan penduduk negara ini sangatlah luar biasa. Dari tahun 2001 ke 2010 hanya 5 kota di Amerika yang mengalami pertumbuhan lebih cepat dari desa-desa sekitarnya. Sekarang ini sebagian besar kota mengalami pertumbuhan melampaui pedesaan, yang tidak pernah terjadi sejak tahun 1920. Suatu biro sensus Amerika pada bulan Mei menunjukkan bahwa 647 dari 792 kota bertumbuh dari April 2010 ke Juli 2012. Kota-kota dengan jumlah penduduk menimal 300.000 yang tidak mengalami pertambahan penduduk selama periode 27 bulan terakhir hanya Cleveland, Detroit dan St. Louis. Kota New York saja 17
Perhatikan lebih saksama lagi ada 20 propinsi dengan tingkat urbanisasi yang makin tinggi, sehingga mulai tahun 2015 jauh lebih banyak dan semakin banyak penduduknya yang tinggal di kota, yaitu: Lampung, Gorontalo, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Kep. Babel, Sulawesi Utara, NTB, Riau, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Bali, Jawa Barat, Banten, D.I Yogyakarta, DKI Jakarta. Bagi BPD, BPW, dan gembala yang melayani di propinsi-propinsi tersebut di atas sangatlah praktis dan masuk akal untuk memprioritaskan pembukaan gereja-gereja perkotaan. Mari kita simak uraian John Drane berikut ini: Mungkin Paulus misionaris Kristen yang paling berhasil sepanjang zaman. Dalam kurun waktu kurang dari satu generasi, ia mengadakan perjalanan ke seluruh wilayah dunia Laut Tengah, dan mendirikan jemaat-jemaat Kristen yang berkembang serta aktif ke mana pun ia pergi. Apa rahasianya? Tentunya Paulus sadar bahwa ia hanya seorang pembawa berita, dan kuasa Roh Kudus sematalah yang membawa perubahan dalam kehidupan orang yang ditemuinya. Sewaktu mengingat segala penderitaan yang dialaminya, 18
............
ia menggambarkan dirinya sebagai “bejana tanah liat”, hanya tempat penampung sementara dari kuasa Allah sendiri (2 Korintus 4:7). Tetapi Paulus juga seorang ahli strategi yang ulung. Rutenya tidak pernah sembarangan, dan cara komunikasinya didasarkan atas pengertian yang luas tentang proses orang berfikir dan mengambil keputusan. Paulus merupakan seorang penginjil penjelajah, tetapi ia sendiri tidak pernah mengunjungi suatu tempat terpencil! Ia dapat saja menghabiskan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun di dalam melintasi wilayah yang belum dipetakan, atau menempuh jalan-jalan pedesaan menuju daerah-daerah terpencil. Tetapi ia tidak melakukan hal-hal itu. Sebaliknya, ia memanfaatkan jalan-jalan raya utama yang dibangun orang-orang Roma di seluruh wilayah kekaisaran mereka. Digabung dengan rute-rute pelayaran utama, jalan-jalan tersebut menghubungkan semua pusat kependudukan utama, dan tempat-tempat seperti itulah yang dikunjungi Paulus. Ia tahu bahwa ia tidak pernah dapat membawa Injil secara pribadi kepada setiap oknum di seluruh kekaisaran. Tetapi kalau ia dapat membangun kelompok-kelompok Kristen yang bersemangat di beberapa kota utama, maka mereka pada gilirannya dapat menyebarkan kabar baik sampai ke pelosok terpencil. Lagi pula, orang dari daerah pedesaan sering harus mengunjungi kota-kota terdekat, dan merekapun dapat mendengar Injil, yang nantinya mereka sebarkan kembali ke sanak-saudara mereka. (John Drane, MEMAHAMI PERJANJIAN BARU, BPK Gunung Mulia, halaman: 344-345). Salah satu pelayanan gereja perkotaan Rasul Paulus yang paling berhasil adalah di Efesus sebagaimana diuraikan Merryl C. Tenney: Pelayanan Paulus di Efesus sangat berhasil. Selama lebih dari dua tahun (19:8, 10) ia dapat mengajar tanpa halangan, mula-mula dalam sinagoge dan kemudian di perguruan tinggi Tiranus (19:9). Ia melakukan mukjizat-mukjizat yang luar biasa (19:11) dan menjangkau masyarakat yang lebih luas di propinsi itu umumnya dan di Efesus khususnya daripada di mana pun juga. Lukas mencatat bahwa “semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani” (19:10), bahwa “makin tersiarlah firman Tuhan dan makin berkuasa” (19:20), dan bahwa begitu banyaknya orang yang percaya sehingga mengancam kelangsungan ekonomi perusahaan patung berhala (19:26-27). Gereja di Efesus menjadi pusat misi dan selama berabad-abad menjadi salah satu kubu agama Kristen di Asia Kecil. (Merryl C. Tenney, SURVEY PERJANJIAN BARU, Gandum Mas, Malang, 1995, halaman 360-365). 19
............
Mengenai pelayanan gereja perkotaan, group Barna menemukan bahwa masyarakat Kristen yang pindah ke kota di antara usia SMU sampai 30 tahun sejumlah 43% dengan berbagai alasan meninggalkan gereja atau bahkan kekristenan. “Mereka dapat menjadi orang-orang yang dipulihkan hubungannya dengan iman yang kuat; mereka dapat menjadi petualang, masih mengaku memiliki bekas iman lama mereka sementara sebagian besar menolak gereja yang menumbuh-kembangkan iman tersebut; mereka dapat menjadi anak hilang, meninggalkan kekristenan di kaca spion, atau mereka dapat terbuang, bergumul untuk menyelaraskan kekristenan di tengah budaya yang kompleks dan terus berubah dengan cepat.” Jadi, rekan-rekan sekerja di ladang Tuhan, pelayanan gereja perkotaan bukan hanya praktis dan masuk akal tetapi juga sangat Alkitabiah. Urbanisasi menggerakkan banyak sekali jiwa baru untuk kita jangkau di kota. Urbanisasi juga menggerakan banyak sekali anak-anak sekolah minggu dari desa yang membutuhkan gereja baru di kota untuk menolong mereka memelihara iman yang tangguh. Salah satu tim misi yang melayani bersama Paulus adalah Timotius. Setalah dikeluarkan dari pemenjaraan di Roma, Paulus dan tim mengunjungi kembali Efesus dan kemudian menugaskan Timotius menjadi gembala gereja kota Efesus. Saat itu Timotius baru berusia 30 tahunan, tetapi Paulus memberikan motivasi yang kuat: “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu” (1 Timotius 4:12). Paulus mengajarkan dengan sangat jelas: keberhasilan seseorang pemimpin di perkotaan tidaklah ditentukan oleh tingkat usia melainkan oleh sikap hati yang unggul. Brian Dodd, berdasarkan survey yang intensif, mengungkapkan sikap-sikap pemimpin yang unggul (excellent) dan membedakan mereka dari mayoritas pemimpin yang rata-rata (average). 1. Mereka memandang keputusan-keputusan mengenai keuangan sebagai investasi dan bukan hanya pengeluaran. 20
............
2. Mereka menghargai kemitraan. Mereka mengerti bahwa jika satu dapat
............
membawa 1000 untuk terbang maka dua dapat membawa 10.000. 3. Mereka melihat bagaimana kelak sesorang dapat berkembang daripada keadaannya sekarang ini. 4. Mereka menghargai genarasi masa depan dan secara pro-aktif mendaftarkan mereka dalam posisi-posisi kunci. 5. Mereka membangun jembatan dengan orang-orang dari berbagai suku dan status sosial yang berbeda. 6. Mereka menciptakan perubahan dan bukan hanya bereaksi terhadap perubahan. 7. Mereka percaya staff-staff gereja mereka. 8. Mereka memperhatikan dengan sungguh nilai-nilai yang dikembangkan. 9. Misi, visi, dan arah diprioritaskan di atas detail harian. 10. Mereka secara konstan memikirkan perkembangan 5-10 tahun ke depan. 11. Mereka melebarkan kerangka pikir dan pengalaman pelayanan dengan melihat keluar dari tembok gereja lokal dan pagar denominasi sendiri untuk melihat bagaimana Tuhan bekerja di tempat lain. 12. Mereka optimis. Mereka fokus pada perkara-perkara yang berjalan dengan baik daripada perkara yang tidak berjalan dengan baik. 13. Mereka suka membangun kerjasama tim. Semakin banyak orang terlibat dalam mewujudkan misi dan visi gereja, semakin baik. 14. Mereka percaya Tuhan dapat melakukan segala sesuatu.
Nya berdasarkan Alkitab.”
Pernikahan adalah ikatan batin antara seorang wanita dan seorang pria sebagai suami dan sebagai istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal. Identitas baru yang tercipta pada pasangan perkawinan dibangun berdasarkan sikap saling menghargai dan niat kedua pasangan untuk menjadikan relasi yang terjalin di antara mereka sebagai hal yang penting. Dalam hal ini, kedekatan dan kebersamaan dalam perkawinan menuntut pengorbanan untuk meletakkan ego terhadap relasi yang terjalin antar pasangan di atas keinginan individual. Jadi hakikat perkawinan selalu terkait dengan sejauh mana kedua pasangan dapat saling menjaga hati demi kebersamaan dan kebahagiaan (TIPS - Fokus Pada Keluarga).
Soli Deo Gloria
Dalam acara RAPAT KERJA DAERAH BPD GSJA DKI JAKARTA yang dise-
Saya berkeyakinan, rekan-rekan pelayan Injil di DKI telah, sedang dan akan terus beranjak dari pemimpin yang rata-rata (average) menjadi pemimpin yang unggul (excellent) sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan. Jangan pernah lupa, walaupun kondisi dan gaya ibadah masing-masing GSJA lokal sering berbeda-beda, tetapi GSJA di Indonesia memiliki satu tujuan yang sama, yaitu “memberitakan Injil Tuhan Yesus Kristus dan mendirikan Sidang Jemaat-
21
22
............
............
lenggarakan pada 14-16 April 2014 di Gadog wilayah puncak, Jawa Barat, Fokus Pada Keluarga di berikan kesempatan oleh panitia untuk memberikan seminar pendahuluan tentang pentingnya ‘Otoritas Dalam Keluarga’. Pemaparan materi ini diberikan oleh: Pdt. Himawan Hadirahardja, Msc. sebagai nara sumber Fokus Pada Keluarga.
sesuai Misi: Mempertahankan nilai-nilai tradisi dalam suatu keluarga
Dalam acara tersebut, setelah diedarkan pertanyaan isian (questioner) kami menyimpulkan ada beberapa kebutuhan utama yang dihadapi oleh keluarga para gembala sidang dalam melayani antara lain: Masalah keuangan, waktu, dan komunikasi. Selain itu sebagai pimpinan berbagai persoalan juga dihadapi dalam melayani jemaat seperti: Jemaat yang pasif, saling tidak percaya, tidak ada persatuan di antara pengerja (tidak Saling mendukung), membangun kelompok, kurang terbuka dengan gembala sidang dan kepentingan sesaat.
Radio: Penyiaran program radio ”Tips 2 Menit” dan ”Talk Show” berdurasi 45 menit melalui station Radio Swasta maupun Radio Republik Indonesia dan Radio Voice of Internasional yang kesemuanya itu dalam Bahasa Indonesia.
Melihat kondisi tersebut diatas maka BPD GSJA DKI Jakarta bekerja sama dengan Fokus Pada Keluarga dan GSJA IES Jakarta akan mengadakan Seminar di 5 wilayah pelayanan GSJA DKI Jakarta, untuk 25 pasangan suami-istri (pasutri) Pelayan Injil per-wilayah, dengan topik: “Together Forever” dengan pembicara Pdt Himawan Hadirahardja, Msc. Dimana seminar ini termasuk buku referensi dari Fokus Pada Keluarga, yaitu: Suami Handal, Istri Bijak, dan Pernikahan Anti Cerai. Adapun tujuan seminar ini untuk memberikan masukan kepada peserta bahwa dukungan pasangan dalam melayani sangat penting dan dibutuhkan. Tentang Fokus Pada Keluarga Fokus Pada Keluarga adalah lembaga afiliasi dari Focus On The Family, yang merupakan wadah pelayanan keluarga Internasional yang didirikan di Colorado Spring Amerika Serikat pada tahun 1977 oleh DR. James Dobson, seorang pakar psikolog yang juga penulis beberapa buku terlaris, seperti: The Love Must Be Tough, Dare to Discipline, When God Doesn’t Make Sense, Bringing Up Boys dan buku-buku lainnya. Fokus Pada Keluarga hadir di Indonesia pada tahun 1996 untuk memberikan nilai-nilai moral terhadap kehidupan sebuah keluarga yang bertujuan memperlengkapi keluarga-keluarga di Indonesia melalui beberapa bidang pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di Indonesia, 23
Media Pelayanan Bersama afiliasi kantor-kantor Focus On The Family di 15 negara, Fokus Pada Keluarga memberikan pendidikan mengenai masalah-masalah keluarga melalui:
Televisi: Penayangan Tips Keluarga melalui Station TV U Channel (Indovision Channel 69) Majalah & Koran: Penulisan artikel dan tips keluarga di beberapa koran dan majalah. Konseling: Layanan konsultasi baik melalui telpon maupun surat atau email. Produk Buku, Majalah, dan Video: Fokus Pada Keluarga menyediakan bukubuku, majalah, dan video yang bermutu yang diterbitkan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk semua usia. Seminar: Fokus Pada Keluarga secara berkala mengadakan seminar-seminar dengan topik-topik yang disesuaikan dengan kebutuhan, baik untuk remaja, pasangan suami istri, maupun para orangtua. BPD GSJA DKI Jakarta merasa bersyukur dapat bekerjasama dengan Fokus Pada Keluarga dan Departemen Misi dari GSJA IES Jakarta, untuk menyelenggarakan seminar yang dapat memperkuat keluarga para Pelayan Injil GSJA DKI Jakarta. Melalui Badan Pengurus Wilayah (BPW) akan diatur seminar tersebut di masing-masing wilayahnya. (BPD, FPK, IES Jakarta) 24