arsitektur.net
2009 vol. 3 no. 2
Colour Blending Process: Sebuah Eksplorasi berdasarkan GagaMirradewi Rianty
incomplete and twisted grids disoriented rather than organized and
Guardiola House Jika kita lihat dalam kebanyakan rancangannya, secara geometri Eisenman begitu kompleks sehingga pada akhirnya bentuknya dapat dikatakan menjadi tidak biasa. Begitupula dalam rancangan Guardiola House ini. Bentukan dasar geometri rancangan ini adalah persegi dengan bentuk L yang saling bersinggungan, saling menembus, saling menjalin. Guardiola House berlokasi di Bay of Cadiz, Santa Maria del Mar, Spanyol. Merupakan rumah berlibur seorang ayah dan anak yang tinggal di Seville, dan mulai dibangun sekitar akhir November 1988. Bagi Eisenman sebagai seorang arsitek yang konseptual rancangan Guardiola House merupakan sebuah manifestasi dimana irrasionalitas dan jejak dari logika adalah bagian intrinsik dari objek. Ia ada antara natural dan rasional, antara logic dan chaos. Rancangan ini merupakan juga frame. Ekspresi arsitektur yang mengesampingkan order. Disebutkan bahwa Guardiola House ini bukan sebuah objek dalam pengertian tradisionalnya— sebuah hasil akhir dari suatu proses—namun lebih tepatnya Guardiola House merupakan rekaman dari suatu proses. Dalam rancangan Guardiola House ini, Peter Eisenman menggunakan cukup banyak olah geometri. Pada rancangan tampak dan denahnya Eisenman mengolah melalui beberapa tahapan sebagai berikut: displacement, intersection, solid with voided intersection, rotation, displacement between solid and void, imprinting solid, imprinting through surface. Delapan tahapan diagram konseptual tersebut dapat dilihat pada gambar denah dan tampak di bawah ini.
Gambar 1. Delapan tahapan konseptual dari Guardiola House
9
arsitektur.net
2009 vol. 3 no. 2
Dari diagram konseptualnya, saya mencoba menjelaskan kembali apa yang dilakukan Eisenman. Denah dan tampak Eisenman ini pada awalnya sederhana saja, merupakan tumpukan dua persegi dwimatra beda ukuran sehingga dari duo ini tercitra bentuk L. Saya sebut bentuk ini duo persegi. Eisenman memiliki duo persegi denah dan tampak yang identik dalam ukuran namun ia membedakan posisinya dengan merotasi 90 derajat berlawanan arah jarum jam duo persegi denah untuk mendapatkan duo persegi tampak. Eisenman memberi perlakuan sama dalam tiap tahap terhadap denah dan tampaknya namun tidak identik dalam detailnya. Dalam tahap pertama yaitu displacement, Eisenman menggeser sedikit posisi duo persegi ini. Dalam tahap kedua yaitu intersection, Eisenman melakukan perpotongan terhadap duo persegi di posisi awalnya dengan duo persegi yang telah ia geser, garis mana yang ia potong dan hilangkan kelihatan ia lakukan secara bebas. Dalam tahap ketiga yaitu solid with voided intersection, Eisenman menentukan bagian mana dari perpotongan yang akan dijadikannya solid, di tahap ini dwimatra mulai diolah menjadi trimatra. Dalam tahap keempat yaitu rotation, Eisenman merotasi beberapa derajat sebuah duo persegi, akibatnya bagian solid dan void bergeser dari posisinya semula, berubah luasan. Dalam tahap kelima, yaitu displacement between solid and void, Eisenman memunculkan kembali duo persegi posisi semula sebelum dirotasi sehingga bertumpukan dengan yang telah dirotasinya, menghadirkan lebih banyak bidang persinggungan. Dalam tahap pada diagram dwimatranya. Dalam tahap ketujuh imprinting solids, Eisenman membuka lebih banyak ruang dengan berbasis bekas dan jejak dari tahapan sebelumnya . Dalam terakhir pada tahap kedelapan, imprinting through surface, Eisenman terlihat melebarkan lagi garis pembentuk ruang, memberi warna yang berbeda pada beberapa tempat sekaligus menentukan material.
Gambar 2. Guardiola House (Peter Eisenmann)
Gambar diatas adalah tampak atas, potongan dan perspektif tenggara Guardiola House. Dapat terlihat pengaplikasian dari hasil tahapan kompleks yang dilakukan Eisenman terhadap duo persegi yang ia miliki pada awalnya. Dua massa tersebut ia komposisikan secara bercerminan dengan pertemuan pada ujungnya. Komposisi massa dibuat meninggi, mengikuti tapak yang juga berkontur meninggi. Sesuai hasil tahapannya, jendela dihadirkan Eisenman bukan terletak pada tempat yang sewajarnya. Seperti terlihat pada gambar perspektif Guardiola House terdapat jendela yang letaknya di lantai serta memberi arah pandang ke bawah. Proses Olah Geometri Eisenman kerap melakukan tindakan yang ia sebut displacement dalam rancangannya yang merupakan pelepasan satu per satu hubungan antar struktur, bentuk, arti, isi, simbol. Ia juga mengembangkan gagasan olah geometrinya dengan teknik imprint dan trace – jejak dan bekas, memungkinkan hasil yang bisa menimbulkan banyak interpretasi. Lindarto (2002) menyatakan bahwa: 10
arsitektur.net
2009 vol. 3 no. 2
lewat perbandingan dua kekuatan. Bila suatu obyek berada diantara dua kekuatan tersebut maka ia akan tampil mirip kedua kekuatan tadi atau sama sekali tidak mirip dengan kekuatan tadi. Hal ini dianggap saling melemahkan. Hubungan yang lemah (tidak kaku) akan mendorong lahirnya bentuk-bentuk bebas dan mengarah bentuk terpilin (twisted), saling bertumpuk, tidak beraturan (superimpose) sehingga beragam imajinasi dapat muncul karena penampilan tersebut.” Pola non-sumbu atau decentering turut menjadi basis Eisenman yang mendukung kebebasannya dalam permainan olah geometri dwimatra menjadi trimatra dalam rancangan Guardiola House ini. Pada tampak samping juga dikatakan bahwa Eisenman melakukan teknik twisting (tekuk) untuk memperoleh efek decentering. geometri Eisenman dengan basis jejak dan bekas pada akhirnya berujung pada kebebasan, mempersilakan banyak interpretasi, mengizinkan beragam imajinasi, dan bukannya bermaksud untuk mengikat. Eisenman juga memberi penekanan pada proses bagaimana tahap-tahap yang ia lakukan seperti terlihat pada diagram konseptualnya, bukan sekedar menyajikan hasil akhir. Mendobrak Gagasan Figure and Frame melalui Pembauran Dari sekian banyak manifestasi Eisenman dalam rancangan Guardiola House, saya angkat. Pengibaratan sederhana yang kurang lebih mendekati gagasan ini adalah sebuah lukisan berbingkai. Lukisan dan bingkainya mungkin dua hal yang berpasangan, namun bagi seorang pengunjung galeri lukis tentunya bingkai tak lebih dari sebuah ‘bingkai’ dan sajian utama yang mereka nikmati adalah si lukisan. Pemikiran Eisenman untuk mendobrak gagasan ini mungkin seperti menyuguhkan lukisan dan bingkai yang keduanya telah dibaurkan sehingga tidak bisa dipisahkan lagi dengan menyatakan yang mana bingkai dan yang mana lukisan, namun mungkin lebih tepat dinyatakan lukisan-dan-bingkai. Dengan pembauran ini maka lukisan-dan-bingkai tidak dapat dijelaskan dalam tataran lukisan atau tataran bingkai karena ia berada di antara keduanya. Steele (1997) menyatakan hal ini sebagai berikut: [with] tangential L-shapes [that] penetrate three planes, always
Dari kutipan diatas, Eisenman sendiri mengungkapkan bagaimana ia saling bersinggungan, menembus dan menjalin di berbagai titik dan posisi yang tidak terduga. Menghasilkan bagian-bagian massa yang maju-mundur naik-turun tanpa terpaku order. Inilah pembauran yang dihasilkan kerumitan mekanisme olah geometri Eisenman. Kaitan dengan Topologi
di antaranya, menjadi keduanya. Melalui 8 tahap olah geometri yang telah saya jelaskan sebelumnya, Eisenman mentransformasi bentuk dasar geometrinya secara tidak terduga. Pada akhirnya proses ini mempengaruhi komposisi solid void yang terjadi dan bagaimana massanya mengalami pembauran, sehingga
11
arsitektur.net
2009 vol. 3 no. 2
Saya melihat mekanisme ini memiliki kaitan dengan topological transformation yang menekankan pada proses pencapaian suatu bentuk melalui sejumlah perubahan bentuk berkelanjutan. Sebagaimana yang ditekankan Eisenman, Guardiola House merupakan rekaman dari suatu proses. Teknik imprint dan trace yang dilakukan Eisenman dalam 8 tahapan diagram konseptualnya juga sesuai dengan poin topologi yaitu tetap ada karakter yang dipertahankan walau bagaimanapun perlakuan yang diberikan. Itulah mengapa Eisenman sangat memberi perhatian pada diagram konseptualnya, yang merupakan bagian dari proses rancang Guardiola House, yang mampu menjelaskan olah massa yang terjadi. Eksplorasi Proses Pembauran Di sini saya tertarik untuk mengeksplorasi lebih dalam proses pembauran seperti yang hadir dalam rancangan Guardiola House. Secara sederhana, untuk melakukan pembauran kita memerlukan dua atau lebih objek dengan karakteristik yang berbeda. Di bawah ini saya memberi contoh pembauran antara sekelompok garis horizontal dengan sekelompok garis vertikal.
Gambar 3. Pembauran garis horizontal dan vertikal
Dalam pengeksplorasian proses pembauran ini saya memilih untuk mengeksplorasi pembauran warna. Sebagaimana kita ketahui seorang pelukis biasa memanfaatkan metode pembauran dari dua warna atau lebih untuk mendapatkan warna yang diinginkan. Walau bagaimanapun, warna yang dihasilkan tetap memiliki jejak/bekas dari warna dasarnya. Di sini saya menggunakan tiga warna dasar yaitu merah-kuning-biru, yang kemudian saya beri beberapa perlakuan untuk melihat bagaimana proses yang terjadi. Eksplorasi 1: Digital blending in linear Saya meletakkan ketiga warna dalam urutan linear, biru-kuning-merah kemudian saya baurkan dengan menggunakan bantuan digital. Hasilnya merupakan suatu bauran dengan gradasi warna yang halus, kemudian saya mengambil 6 fragmen pada area berbeda dan mengukur satu titik di dalamnya secara acak menurut channel RGB. Masing-masing fragmen dapat dilihat sebagai warna yang berbeda dan memang memiliki nilai yang berbeda dalam RGB.
Gambar 4. Digital blending in linear
Apabila fragmen tersebut masih saya pecah-pecah lagi sangat mungkin sekali masih terdapat perbedaan ukuran warna, dan sebenarnya untuk dapat menjelaskan proses pembauran ini saya harus membaginya hingga fragmen terkecil yang dapat terukur. Dalam keseluruhan pembauran ini kita dapat melihat jejak dari akar warnanya, bagaimana kita masih dapat mengikuti warna tersebut yang perlahan bergerak dan berubah dari satu titik ke titik lainnya.
Eksplorasi 2: Paint blending in linear Dengan menggunakan cat poster, saya meletakkan ketiga warna cat secara linear,
12
arsitektur.net
2009 vol. 3 no. 2
membaurkan cat terdekat kemudian menutupnya dengan plastik transparan. Saya membuat tiga kombinasi berbeda dan mendapatkan tiga hasil yang berbeda juga. Apa yang saya lihat disini adalah order dari pembauran warna, seperti kita ketahui biru campur merah akan menghasilkan warna ungu, kuning campur merah akan menghasilkan warna jingga, dan biru campur kuning akan menghasilkan warna hijau. Sebagai contoh, dalam pembauran Gambar 5. Paint blending in secara linear ini saya tidak akan mendapatkan warna hijau kecuali saya meletakkan biru dekat linear kuning, itulah sebabnya pada kombinasi kuningmerah-biru saya tidak mendapatkan warna hijau. Eksplorasi 3: Paint blending in rough surface Dalam eksperimen ini saya mencoba membaurkan ketiga warna secara linear diatas permukaan yang berbeda dengan menggunakan cat poster. Jika sebelumnya yang saya gunakan dapat dikategorikan sebagai permukaan yang halus dan rata, maka sekarang saya menggunakan permukaan yang kasar dari plastik yang dijadikan kusut.
Gambar 6. Paint blending in rough surface
Dalam eksplorasi ini saya dapat melihat bagaimana karakteristik eksternal ternyata juga turut mempengaruhi proses yang terjadi. Pada beberapa area, disebabkan oleh tekstur permukaan yang kasar berlekuk-lekuk, plastik kusut ini mempengaruhi kedalaman warna yang terjadi, karena lekukan menyebabkan cat poster yang berupa cairan terkumpul ke dalamnya.
Melalui eksplorasi ini saya dapat menyimpulkan bagaimana karakteristik internal dan eksternal berperan dalam mempengaruhi proses pembauran. Sebagaimana olah massa Guardiola House yang juga dipengaruhi oleh tapaknya yang berkontur meninggi. Pemberian perlakuan yang berbeda di dalam proses seringkali akan memberikan hasil yang berbeda pula. Hal inilah yang ditekankan oleh Eisenman dalam rancangannya, sehingga ia selalu memberi perhatian pada diagram konseptualnya. Proses adalah yang terpenting, bukan hanya sekadar menyajikan hasil akhir. Referensi Deconstruction II Lindarto, Dwi (2002). House, Spain. USU Digital Library. Gelernter, Mark (1995). Western Design Theory. Manchester University Press. Steele, James. (1997). Architecture Today. Phaidon Press. . http://arch48gpascucci.wordpress.com/, 25 April 2009.
13