CLUSTER DATARAN MENENGAH IKLIM BASAH
PENGEMBANGAN INOVASI DAN DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK PEMBERDAYAAN PETANI MISKIN PADA LAHAN MARGINAL DI DESA PETIMBE DAN UENUNI KEC. PALOLO KAB. DONGGALA SULAWESI TENGAH
Oleh : Syamsul Bakhri Fredrik Depparaba Lintje Hutahaean Conny Manoppo Zaenaty Sannang
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Kecamatan
Palolo
kabupaten
Donggala
merupakan
salah
satu
kecamatan yang mempunyai kondisi agroklimat yang unik karena berada pada ketinggian yang sedang yakni antara 400-700 meter dari permukaan laut dengan curah hujan relatif tinggi yakni + 2500 mm/tahun. Letaknya yang relatif dekat dengan kota palu (ibu kota propinsi) dengan jarak + 30 km menyebabkan kecamatan ini potensil untuk dikembangkan sebagai penyangga pangan kota Palu. Walaupun kondisi agroekologi di wilayah kecamatan Palolo yang cukup mendukung untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, namun kenyataan menunjukkan bahwa masih ada desa yang masuk dalam kategori desa miskin. Kemiskinan menurut Hermanto dkk,(1999) dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain: 1) Kemiskinan fisik atau alami, sebagai akibat karena sumberdaya alam tidak dapat mendukung kehidupan masyarakat, 2) Kemiskinan budaya dan kultural, yakni budaya yang ada bersifat menghambat kemajuan, walaupun potensi sumberdaya alam yang ada tidak miskin, 3) Kemiskinan kelembagaan atau struktural, yakni peraturan-peraturan yang ada, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, tidak mampu mendorong serta menolong golongan lemah, 4) Kombinasi di antara tiga tipe kemiskinan di atas. Sehubungan dengan hal tersebut maka kemiskinan desa yang terjadi wilayah kecamatan Palolo termasuk dalam
kategori ke tiga yaitu kemiskinan
kelmbagaan atau struktural yakni peraturan-peraturan yang ada baik yang tertulis maupun tidak tidak tertulis, tidak mampu mendorong serta menolong golongan lemah. Untuk mengetahui faktor kunci penyebab terjadi kemiskinan di wilayah dataran mengengah kecamatan Palolo maka telah dilakukan serangkaian survei
2
untuk menggali secara detail informasi dari masyarakat tentang kondisi Biofisik wilayah, Sosial Ekonomi, Kelembagaan dan identivikasi teknologi pertanian yang sedang diterapkan oleh petani pada usahatani dominan serta hal-hal yang diinginkan guna memecahkan masalah secara cepat.
1.2.
Tujuan Tujuan dari pelaksanaan PRA ini adalah: 1. Mengidentifikasi potensi, kendala dan masalah serta peluang pengembangan agribisnis di kecamatan Palolo Kabupaten Donggala. 2. Mengetahui Faktor Pendukung dan penghambat pengembangan agribisnis dan analisis pemecahannya 3. Menentukan rumusan program aksi dalam pengembangan agribisnis sebagai bahan penyusunan program dan pengembangan pertanian di Kecamatan Palolo.
1.3.
Output Output yang diharapkan dari kegiatan ini adalah: a. b. Karakteristik potensi, kendala dan masalah serta peluang pengembangan agribisnis di dataran menengah Sulawesi Tengah. c. Rumusan program aksi dalam pengembangan agribisnis
sebagai bahan
penyusunan program dan pengembangan desa pada wilayah dataran menegah.
II. METODOLOGI 2.1. Pendekatan Kegiatan survei ini menggunakan pendekatan pemahaman pedesaan secara partisipatif atau Participatory Rural Appraisal (PRA) dengan langkah sebagai berikut: a. Semua desa yang masuk dalam kategori desa miskin dikelompokkan berdasarkan kategori homogenitas dengan penciri tertentu. Untuk wilayah dataran menengah dikelompok berdasarkan
tofografi
dengan ketinggian
dari permukaan laut
antara 400-700 m dengan komoditas dominan kakao, Jagung dan Padi.
3
b. Dari 21 desa yang masuk dalam wilayah dataran menengah dipilih 2 desa sebagai desa contoh, dan setiap desa diwakili oleh 15
orang anggota kelompok tani
beserta anggota/pengurus Komisis Investasi desa (KID) dan aparat desa sebagai rensponden. c. Sebelum penggalian materi dan variable di desa contoh terlebih dahulu dilakukan transek desa untuk mengetahui gambaran desa secara umum. d. Materi dan variable yang digali dari diskusi, selanjutnya dibuat resume dan dipaparkan kembali kepada rensponden guna komfirmasi/klarifikasi
sebagai
bahan kesepakan dan selanjutnya sebagai bahan laporan.
2.2. Data dan Sumberdata Data dan informasi yang dikumpulkan dalam surveiini meliputi: a. Data Biofisik yang meliputi; luas dan potensi pertanian, keragaan agroekosistem ( Topografi, iklim,
dan kondisi tanah).
Data potensi
diperoleh dari data profil desa dan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat. b. Data sosial ekonomi yang meliputi : Demografi, Ketersediaan sarana dan prasarana diperoleh dari data profil dan monografi . c. Data sumberdaya rumah tangga yang meliputi: Rata-rata pemilikan lahan, potensi tenaga kerja setiap rumah tangga, kemampuan modal tunai dan pemilikan sarana dan alat pertanian diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden. d. Data kelembagaan pendukung yang meliputi; saran perkreditan, pasar input dan output, kelompok tani dan kondisi penyuluhan diperoleh dari wawancara dan pengamatan langsung dilapangan. e. Data Assessibiltas yang meliputi; kondisi jaringan jalan desa, sarana dan prasarana transportasi, jarak desa dan pusat perekonomian dan jaringan komunikasi,
diperoleh
dari
hasil
pengamatan
langsung,
dan
hasil
wawancara. f. Data penguasaan dan penggunaan sumberdaya pertanian diperoleh dari data profil dan monografi serta dari hasi wawancara.
4
g. Data teknologi
dan keragaan usahatani di peroleh dari pengamatan
langsung dan wawancara. h. Data teknologi dan media diseminasi yang di inginkan oleh petani di peroleh dari wawancaran.
2.3. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara berdasarkan jenis data yang diperlukan yakni: a. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung melalui diskusi secara parisipatif. b. Data skunder diperoleh dari kantor kecamatan, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) serta instansi yang terkait.
2.4. Lokasi Pengkajian dilaksanakan di Wilayah dataran menengah Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala yang terdiri dari 21 desa dan diwakili oleh 2 desa contoh yakni: a. Desa Petimbe yang mempunyai karakteristik usahatani lahan kering dengan komoditas utama kakao dan Jagung. b. Desa Uwenuni yang mempunyai karakteristik usahatani lahan kering dan lahan basah dengan komoditi dominan Kakao dan Padi sawah. 2.5. Analisisi Data Data yang diperoleh dan telah dikumpulkan selanjutnya di analisis secara diskriptif dan setiap cabang usaha yang dilaksanakan oleh petani dianalisis secara finansial.
5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Karakteristik dan Deliniasi Lokasi 3.1.1. Biofisik Kecamatan Palolo
yang terdiri dari 21 Desa mempunyai luas wilayah
339,11 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2003 mencapai 27.634 jiwa. Dengan demikian kerapatan jumlah penduduk baru mencapai 84 jiwa/km2. Luas areal yang telah dimanfaatkan untuk usaha pertanian
dan
pekarangan saat ini mencapai 12.241,40 ha, yang terdiri dari sawah seluas 2.903,8 ha, perkebunan: 4.903.4 ha, ladang: 3.714 ha dan pekarangan: 720,2 ha. Topografi lahan usahatani
di Kecamatan Palolo
dari datar hingga
berlereng dengan perincian lahan datar sekita 54 % dari luas lahan yang ada, perbukitan 19 % dan pegunungan 27 %.
Kecamatan Palolo berada pada
wilayah dataran menengah dengan ketinggian dari perkukaan laut (dpl) antara 400 – 700 m.
Curah hujan rata-rata yang dipantau di Balai penyuluhan
pertanian sekitar 2.500 mm/tahun yang menyebar sepanjang tahun. Bulan kering dengan curah hujan dibawah 100 mm/bulan hanya terjadi sekitar bulan Agustus (BPP Bahagia, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa wilayah kecamatan Palolo sangat potensil untuk pengembangan usaha pertanian. Corak usahatani dilahan sawah masih menganut pada pola padi-padibero dengan waktu tanam yang tidak tertur.
Pada usahatani lahan kering,
tanaman yang dominan diusahakan adalah kakao, dan jagung dan sekarang mulai
dikembangkan
tanaman
Vanili.
Tanaman
lainnya
yang
banyak
dikembangkan oleh masyarakat adalah Kopi robusta, Adpukat, rambutan, pisang dan langsat, namun ditanam dengan pola tanaman campuran di lahan kebun bersama dengan tanaman lainnya tanpa menggunakan jarak tanam teratur. Tanaman pangan yang banyak ditanam pada lahan kering
adalah
Jagung, dan ubi kayu. Komoditi pangan lainnya yang sering diitanam oleh petani adalah kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan sayur-sayuran, namun dengan luasan yang terbatas.
6
Tingkat kesuburan tanah di Palolo cukup baik, hal ini terlihat dari pertumbuhan tanaman cukup subur walaupun tanpa pemupukan. Hasil analisis tanah yang dilakukan oleh BPTP menunjukkan bahwa tanah di wilayah Kecamatan Palolo cukup kaya akan unsur Phospor dan Kalium sehingga pemupukan phospor dan kaliun untuk memenuhi kebutuhan tanaman hanya diperlukan sedikit (Safrudin, 2004) Hama tanaman
yang sering menyerang dan menimbulkan kerusakan
berat pada pertanaman padi perkebunan
adalah wereng/tungro, sedangkan
hama
yang saat ini menimbulkan banyak kerugian dan belum dapat
diatasi secara baik adalah Penggerek buah kakao yang disebabkan oleh Conopomorpha cramerella. Hama ini selain menyebabkan penurunan kualitas buah kakao juga berdampak terhadap penurunan produktivitas. Penyakit tanaman yang endemik di wilayah kecamatan Palolo adalah penyakit Bulai untuk tanaman Jagung, penyakit busuk buah pada tanaman Kakao disebabkan oleh Fitophtora yang dan penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang. 3.1.2. Sosial Ekonomi Kecamatan Palolo mempunyai jumlah penduduk sebanyak 272634 Jiwa, dengan perbandingan antara pria dan wanita masing-masing 14.200 orang lakilaki
dan 13.434 orang perempuan atau dengan kata lain sex ratio 1.10.
Pengelompokan penduduk menurut usia menunjukkan bahwa di kecamatan Palolo sebagian besar penduduk (53.3%) berada pada umur produktif (Tabel 1), Selebihnya berada pada usia muda (di bawah 14 tahun) (>54 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa potensi
dan usia lanjut
tenaga kerja di kecamatan
Palolo cukup baik, sehingga peluang peningkatan dan pengembangan pembangunan khususnya di bidang pertanian terbuka lebar.
7
Tabel 1. Penduduk di Kecamatan Palolo berdasarkan kelompok usia, Tahun 2002. No.
Kelompok Usia
Umur (Thn)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
Usia Muda
1 – 14
10.936
39.6
2
Usia Produktif
15 – 54
14.736
53.3
3
Usia Lanjut
> 54
1.962
7.1
Sumber : BPS,Donggala tahun 2002
Jumlah penduduk Kecamatan Palolo berdasarkan tingkat pendidikan tertera pada Tabel 3. Pada tabel tersebut terlihat bahwa dari 1517 orang yang pernah mengikuti pendidikan, sebagian besar (39.92%) hanya tamat SD dan yang tammat sekolah lanjutan pertama dan lanjutan atas masing-masing sejumlah 12,91 % dan 8.64 %. Hal ini mencerminkan bahwa di Kecamatan Palolo mempunyai potensi sumberdaya manusia yang cukup tersedia namun tingkat pendididkan masih rendah, sehingga masih diperlukan pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dibidang pertanian.
Tabel 3. Jumlah penduduk Kecamatan Palolo berdasarkan tingkat pendidikan, tahun 2002. No.
Tingkat pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1.
Tidak/belum Tamat SD
8.838
37.55
2.
SD
9.396
39.92
3.
SLTP
3.039
12.91
4.
SLTA
2.034
8.64
5.
Akademi ( D1 –D3 )
159
0.67
6.
Sarjana ( S1 )
81
0.34
Sumber : Propil desa Lende, tahun 2003
Masyarakat Palolo mempunyai berbagai macam mata pencaharian (Tabel 4). Namun sebagin besar masyarakat atau sebanyak 6.360 kk (88.72 %) menggantungkan hidup pada bidang pertanian
8
sebagai petani
maupun
sebagai buruh tani. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kecamatan Palolo mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, sehingga untuk pengembangan taraf hidup dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka perbaikan pendapatan di sektor usahatani merupakan hal yang mutlak. Kondisi sarana umum di Kecamatan Palolo khususnya ketersediaan air bersih cukup tersedia karena masyarakat umumnya memiliki sumber air bersih dari sumur dan mata air yang dialirkan melalui pipa. Demikian pula ketersediaan sarana MCK yang memenuhi syarat kesehatan. Keadaan penerangan cukup memadai yang diperoleh dari PLN Kota Palu. Kondisi perumahan yang ada di Kecamatan Palolo umumnya layak huni dan memenuhi standar kesehatan hal ini terlihat dari kondisi rumah yang umumnya beratap seng dengan dinding dari semen atau papan dengan lantai yang umumnya dari cor beton.
Tabel 4. Jenis mata pencaharian masyarakat Kecamatan Palolo, tahun 2004.
No.
Jenis Matapencaharian
Jumlah (Kk)
Persentase (%)
1.
Pertanian
6.360
88.72
2.
Pedagang
213
2,97
3.
Bidang Jasa
348
4.85
4.
Pegawai Negeri
248
3.46
Lembaga sosial yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat Kecamatan Palolo adalah lembaga adat, keagamaan dan pemerintah.
3.1.3. Sumberdaya Rumah Tangga Rata-rata pemilikan lahan usaha tani setiap rumah tangga petani di kecamatan Palolo berdasarkan dari desa sampel dengan perincian pemilikan
lahan sawah 0.50 ha,
adalah antara
1-2 ha,
Kakao 1 ha dan lahan
ladang 0.25 ha, sedangkan pemilikan ternak ayam 3-5 ekor dan babi rata-rata 2 ekor perumah tangga.
9
Ketersediaan tenaga kerja untuk usahatani setiap rumah tangga setiap musim adalah 1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja pada musim-musim tertentu dipenuhi melalui penggunaan tenaga kerja upahan (buruh tani) atau dengan sistim mapalus yakni dengan kerja gotong-royong secara berkelompok. Keterlibatan petani dengan keluarganya dalam usahatani
terutama pada kegiatan panen, pascapanen dan pemasaran
hasil. Kebutuhan modal tunai setiap rumah tangga petani di desa Lende untuk kegiatan usahatani modal
yang
adalah antara Rp.1.000.000-2.000.000/musim, namun
mampu
disediakan
500.000.musim. Kekurangan
sendiri
hanya
antara
Rp.100.000-
modal usahatani dipenuhi melalui pinjaman pada
pengusaha/pedagang pengumpul atau keluarga. Peralatan pertanian yang umum dimiliki oleh petani adalah parang dan sabit
dengan rata-rata pemilikan
sebayak 2 buah/perumah tangga petani
sedangkan hand sprayer dan gunting pangkas satu buah per kelompok tani. 3.1.4. Kelembagaan Pendukung Kelembagaan pendukung yang berkaitan langsung dengan kegiatan usahatani di kecamatan Palolo baik dalam hal penyediaan sarana produksi maupun permodalan usahatani sudah tersedian walaupun masih jauh dari jumlah yang dibutuhkan. Sarana perkreditan
seperti BRI unit desa sudah ada
satu unit, tetapi umumnya belum dimanfaatkan oleh petani karena salah satu persyaratan untuk mendapatkan
pinjaman adalah
harus disertai dengan
agunan. Persyaratan semacam ini masih sangat berat dipenuhi oleh petani karena umumnya lahan petani belum meiliki sertifikat. Kelembagaan lainnya yang ada di Kecamatan Palolo adalah Koperasi unit desa (KUD) sebanyak 1 (satu) unit, koperasi tani (Koptan) satu buah namun belum dimanfaatkan secara maksimal oleh petani karena berbagai alasan seperti jauh dari lokasi dan lain sebagainya. Kelembagaan lainnya yang ada di kecamatan Palolo yang sangat dekat dan berkaitan langsung dengan kegiatan petani adalah kelembagaan penyuluhan. Di kecamatan Palolo terdapat satu unit Balai Penyuluhan Pertanian
10
( BPP) yang berkedudukan di desa Bahagia dan disetiap desa terdapat satu orang penyuluh pertanian. Namun kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan oleh penyuluh di setiap desa sangat terbatas karena dana operasional yang juga terbatas. Oleh karena itu maka kegiatan penyuluhan biasanya banyak dikaitkan dengan kegiatan keproyekan atau sesuai kebutuhan petani Sarana pendukung lainnya yang berkaitan langsung kegiatan usahatani khususnya dalam rangka pemasaran hasil adalah sarana pasar. Sarana pasar yang ada dikecamatan Palolo umumnya ada di setiap desa dan letaknya tidak terlalu jauh dari pemukiman penduduk, namum aktifitas pasar rata-rata hanya sekali seminggu. Untuk memasarkan hasil usaha taninya maka petani umumnya memasarkan kepada pedagang pengumpul dari Kota Palu atau pada kios-kios yang ada disetiap desa. Namun untuk hasil yang cukup banyak
umumnya
petani mengantar langsung ke Kota Palu karena selain harga jual yang lebih mahal juga biasanya dirangkaikan dengan sekaligus membeli sarana produksi seperti racun, pupuk dan lainnya. Jumlah kelompok tani yang sudah terbentuk dikecamatan Palolo adalah 120 kelompok dengan perincian menurut kelas adalah sebagai berikut: 1.
Kelas Pemula : 105 Kelompok (87,83 %)
2.
Kelas Lanjut
: 14 Kelompok (11,66 %)
3.
Kelas Madya
: 1 Kelompok (0.80 %)
Kelembagaan petani lainnya yang ada di Kecamatan Palolo adalah kelompok wanita tani dan kelompok taruna tani. Jumlah kelompok wanita tani yang adalah adalah 6 kelompok sedangkan taruna tani ada 5 kelompok.
3.1.5. Assesibiltas Kondisi jaringan jalan yang
yang menghubungkan antara kecamatan
Palolo dengan Kota propinsi, dan kabupaten jaringan jalan
cukup bagus karena termasuk
Kabupaten. Waktu tempuh untuk akses ke ibu kota Propinsi
antara 1-2 jam, sedangkan untuk ke ibu kota kabupaten memerlukan waktu antara 2-3 jam. Sarana transportasi cukup tersedia dan lancar baik ke kota propinsi (Palu) maupun ke ibu kota Kabupaten (Donggala). Jaringan komunikasi
11
(telepon) sudah tersedia di Kecamatan Palolo, namun masih sangat terbatas. Saran telepon hanya tersedia di kantor kecamatan. Media informasi seperti Televisi hanya dapat diakses melalui antena parabola, sedangkan siaran radio dapat diterima dari Kota Palu termasuk Radio Citra pertanian dari BPTP Sulteng 3.2.
Penguasaan dan Penggunaan Sumberdaya Pemilikan lahan sawah di Kecamatan Palolo per rumah tangga di desa contoh
(Uwenuni) rata-rata 0,5 ha, Kakao 1 ha/KK, Ternak (Babi) 2 ekor/kk dan tanaman jagung
di desa Petimbe seluas 0.5 ha/kk.
Komoditi lainnya yang potensi
dikembangkan di Kecamatan Palolo dan dimiliki oleh sebahagain besar penduduk (90 %) adalah ternak ayam buras dengan tingkat pemilikan anatara3-5 ekor/rumah tangga, namun karena adanya serangan penyakit khususnya penyakit tetelo maka rata-rata kepemilikan tidak dapat direkam karena sifatnya fluktuatif. Jenis usahatani yang dominan dikelola oleh petani Kecamatan Palolo adalah Kakao dengan luas areal pertanaman 1.218,5 ha. Usahatani lainnya
adalah
padi dengan luas areal 6.479 ha, jagung seluas 3.737 ha. Kondisi tanah di desa contoh (Petimbe dan Uwenuni) umumnya cukup subur hal ini terlihat dari pertumbuhan tanaman cukup bagus walaupun tidak dipupuk. Namun demikian dengan kurangnya pemeliharaan khususnya pada tanaman tahunan produksi yang dicapai di tingkat petani masih relatif rendah. Produktivitas kakao hanya 0,63 t/ha, sedangkan padi dan jagung produktivitasnya masing-masing 2.5 ton GKP/ha dan 3 ton/ha Rendahnya tingkat pemeliharaan usahatani tani di kecamatan Palolo disebabkan karena rendahnya tingkat keterampilan petani. Hasil wawancara menunjukkan bahwa jumlah petani yang terampil dalam usahatani hanya mencapai 20 % selebihnya (80 %) belum terampil. Hal ini berpengaruh terhadap penerapan teknologi ditingkat lapangan. Tingginya jumlah petani yang belum terampil di sebabkan karena selain disebabkan kurangnya motivasi dari petani sendiri juga aktivitas penyuluhan yang semakin menurun. Berdasarkan
hasil
wawancara diperoleh informasi bahwa kegiatan penyuluhan khususnya di desa Petimbe kurang intensif bahkan penyuluhan untuk bidang peternakan khususnya
12
ternak babi di desa Uwenuni
tidak
perna dilakukan. Rendahnya intensitas
kegiatan penyuluhan selain disebabkan karena program penyuluhan yang kurang didukung oleh dana operasional, juga beberapa penyuluh memiliki jabatan rangkap sebagai pejabat struktural. Untuk peningkatan keterampilan petani di Kecamatan Palolo maka
kegiatan diseminani teknologi di tingkat petani masih perlu terus
digalakkan terutama yang berhubungan langsung dengan usahatani yang dominan seperti usahatani kakao, padi dan jagung. Pola tanam yang diterapkan di kecamatan Palolo untuk lahan sawah adalah pola padi-padi dengan waktu tanam yang tidak serempak. Hal ini berpengaruh terhadap perkembangan hama dan penyakit tanaman padi khususnya penyakit tungro, bahkan dengan kondisi ini Palolo dikenal sebagai daerah endemik tungro. Hama lainnya yang banyak menyerang tanaman padi di kecamatan Palolo adalah hama tikus. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknnya semak-semak di sekitar kebun sehingga menjadi sarang bagi tikus. Pada lahan kering, usahatani
umumnya monokultur terutama untuk
tanaman kakao. Namun demikian pengembangan pola tanaman sela kakao
antara
dengan tanaman lainnya seperti tanaman pangan pada kakao muda
dengan tanaman jagung, kopi atau dengan tanaman Vanili
sudah mulai
digalakkan. Rata-rata umur tanaman kakao di Kecamatan Palolo adalah di atas 10 tahun yang mencapai 50 % dari total luas tanaman kakao yang ada. Usaha peremajaan sudah mulai digalakkan samping
dengan menerapkan teknologi sambung
baik dilakukan oleh instansi pemerintah maupun oleh Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM).
3.2. Identifikasi Teknologi dan Keragaan Usahatani 3.1. Usahatani Tanaman Pangan. Usahatani tanaman pangan di Kecamatan Palolo
khususnya pada
usahatani padi sawah berdasarkan data dari desa contoh (desa Uwenuni) pada umumnya belum dikelola secara optimal, hal ini terlihat dari produktivitas yang masih rendah yang hanya mencapai 2,5 ton GKP/ha, sedangkan rata-rata produktivitas dikecamatan Palolo adalah 4 t/ha (Dinas Pertanian, 2003).
13
Rendahnya produktivitas disebabkan karena rendahnya penerapan teknologi budidaya ditingkat petani, misalnya benih yang dipakai masih menggunakan benih dari hasil panenan sendiri dengan pemupukan yang hanya menggunakan urea. Faktor lain yang banyak menurunkan hasil adanya serangan hama walang sangit, ulat grayak,Wereng dan tikus. Jumlah benih yang digunakan perhektar masih terlalu banyak bila dibandingkan dengan anjuran yakni 10 blek atau setara 80-100 kg/ha. Komponen teknologi
seperti pengolahan tanah
menggunakan traktor
tangan atau tenaga kerja borongan, dan pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan perkembangan hama dilapangan. Masalah utama yang ditemui dalam usahatani padi sawah adalah terbatasnya air irigasi dan kondisi jalan usahatani yang belum memadai. Hal ini menyebabkan
pola tanam tidak dapat diatur
sesuai dengan jadwal yang disepakati tetapi tergantung kepada ketersediaan air, sedangkan
jalan
usahatani
mempengaruhi
biaya
usahatani
khususnya
pengangkutan hasil. Hasil analisis usahatani padi sawah di desa Uwenuni kecamatan Palolo menunjukkan bahwa pendapatan usahatani padi sawah rata-rata sebesar Rp.1.007.000/ha/musim (Lampiran1).
3.2. Usahatani Jagung Jagung merupakan komoditi tanaman pangan
kedua setelah padi di
wilayah Kecamatan Palolo. Tingginya minat petani untuk menanam jagung disebabkan karena selain
teknik budidaya yang dirasakan
lebih ringan juga
pemasarannya lebih mudah dibandingkan dengan komoditi palawija lainnya. Kendala utama yang dihadapai oleh petani dalam pengembangan jagung dikecamatan Palolo adalah serangan penyakit bulai yang senantiasa menyerang tanaman jagung terutama bila menggunakan benih yang tidak memakai dengan fungisida. Di lain pihak
menggunakan benih hibrida/ berlabel yang dijual ditoko
masih dirasakan mahal oleh sebagian besar petani. Harga benih jagung hibrida yang sudah diberi perlakuan fungisida (Ridomil) adalah Rp.25.000/kg. Namun demikian petani yang sudah merasakan manfaat menggunakan benih bermutu
14
lebih cenderung membeli
benih di toko dibandingkan dengan menggunakan
benih asalan karena resiko kegagalan lebih besar. Analisis pendapatan usahatani Jagung di desa Petimbe Kecamatan Palolo tertera pada Tabel Lampiran 2.
3.3. Usahatani Kakao Usahatani Kakao di Kecamatan Palolo sudah dimulai sejak 20 tahun lalu, namun karena harga jual biji kakao saat itu masih
rendah
menyebabkan
pengembangan kakao belum begitu cepat. Dengan meningkatnya harga kakao sejak terjadinya krisis ekonomi melanda Indonesia, maka pengembangan kakao di Kecamatan ini semakin cepat. Masalah utama yang dihadapi oleh petani kakao di Kecamatan Palolo adalah adanya serangan hama dan penyakit tanaman. Hama yang banyak menyerang adalah penggerek buah kakao (PBK) yang sebabkan oleh serangga Conopomorpha cramerella. Hama ini sudah menyerang pada
semua
pertanaman kakao yang ada di Kecamatan Palolo. Kerugian yang ditimbulkan hama penggerek buah adalah selain menurunkan kuantitas juga kualitas
menurunkan
biji. Teknik pengendalian yang dilakukan oleh petani adalah dengan
penyemprotan menggunakan insektisida tetapi pengaruhnya terhadap intensitas serangan sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hama PBK secara alamiah aktif disiang hari. Dengan demikian apabila hanya dilakukan penyemprotan maka hama ini tidak akan terkena oleh insektisida. Berdasarkan hasil penelitian dan pengkajian baik yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao maupun yang dilaksanakan oleh BPTP Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa penggunakan teknik budidaya secara utuh yang dibarengi dengan penggunakan sarungisasi dapat menurunkan tingkat serangan hama PBK sampai 90 %. Hama lain yang juga banyak menyerang tanaman kakao di Kecamatan Palolo khususnya pada kebun yang berbatasan dengan hutan adalah Moyet dan Tupai. Teknik pengendalian yang dilakukan oleh petani adalah dengan menjaga kebun dan melalukan pembersihan kebun dari sisa-sisa tanaman. Kendala lain dalam pengembangan kakao di Kecamatan Palolo adalah adanya serangan penyakit busuk buah yang disebabkan oleh cendawan
15
Fitopthora sp. Penyakit ini menyerang buah kakao dari kecil sampai buah yang sudah tua. Pada kondisi serangan yang berat biasanya buah kakao tidak dapat dipanen karena buah tersebut membusuk sebelum mencapai umur tua. Penyakit ini juga sudah menyebar pada semua pertanaman kakao di kecamatan Palolo, namun serangannya bervariasi menurut tingkat pemeriharaan dan penerapan teknologi oleh petani. Pengendalian yang dilakukan oleh petani terhadap penyakit ini adalah dengan melakukan pemangkasan tanaman kakao
secara berkala.
Perkembangan penyakit ini berkorelasi positif terhadap tingkat kelembaban kebun. Analisis pendapatan Usahatani Kakao di desa Petimbe tertera pada Lampiran 3. Produksi yang dicapai ditingkat petani saat ini sangat rendah yakni hanya 480 kg, jauh dibawah produksi rata-rata kakao Sulawesi Tengah yang dapat mencapai 1,4 t/ha. Namun demikian dengan harga kakao yang cukup baik maka dengan produksi tersebut usahatani kakao masih memberikan pendapatan yang memadai bagi petani. Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan usahatani kakao di desa Petimbe tertera pada lampiran.
3.4. Usahatani Ternak Ternak yang dominan dipelihara oleh masyarakat di Kecamatan Palolo adalah Ayam Buras, sapi dan babi. Ternak ayam buras dipelihara oleh sebagian besar Namun
(90 %) rumah tangga tani dengan tingkat pemilikan antara 3-5 induk. karena
masih
merupakan
usaha
sampingan,
dengan
sistim
pemeliharaan sangat tradisional yakni dilepas bebas berkeliaran untuk mencari makanan sendiri atau dikandangkan seadanya
maka
kesehatan ternak tidak
terkontrol sehingga tingkat kematian cukup tinggi. Bahkan berdasarkan informasi dari petani
di desa Petimbe pada saat wawancara
mengatakan
bahwa populasi ternak ayam buras saat ini sisa 10 % dari populasi yang pernah ada karena terserang enyakit Tetelo. Hal yang sama terjadi pada ternak sapi dan babi, dimana tingkat kebuntingan untuk ternak sapi hanya sekali dalam setahun, sedangkan untuk ternak babi tingkat kebuntingan tinggi tetapi tingkat motalitas anak sangat tinggi yakni sekitar 50 %.
16
Kurangnya
pemeliharaan terhadap ternak disebabkan karena usaha
peternakan bukan merupakan bagian atau cabang usahatani sehingga keterkaitan dengan usahatani lainnya seperti usahatani kakao, Jagung dan padi sawah sangat kecil. Peran ternak dalam kerja pengangkut
usahatani hanya sebagai tenaga
hasil (penarik gerobak).
Dalam kaitannya dengan
pengembangan usahatani di Kecamatan Palolo, maka usahatani perlu lebih
peran ternak dalam
dikembangkan terutama dalam penyediaan pupuk
kandang untuk menghemat biaya usahatani.
3.5. Keinginan Petani terhadap Teknologi Berdasarkan
hasil
wawancara
secara
mendalam
dengan
petani
responden diketahui bahwa teknologi yang paling diinginkan oleh petani adalah teknologi yang secara cepat dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh petani dengan kriteria: mudah dilakukan, murah dan efisien tenaga kerja. Adapun media yang paling disukai adalah sekolah lapang di mana teori yang didapatkan bisa diperaktekkan secara langsung dilapangan sehingga lebih mudah memahaminya.
Alternatif lainnya dalah penyampaian melalui media
leaflet dengan bahasa mudah dimengerti yang disertai dengan gambarKecamatan Palolo hanya tamatan SD (54,9 %).
3.3. Permasalahan Petani 4.1. Biofisik Permasalahan utama yang dihadapi oleh petani di Kecamatan Palolo khususnya petani sawah adalah terbatasnya sarana Saluran irigasi Teknis. Traktor yang selama ini disewa oleh petani adalah traktor yang diadakan oleh KUD. Dengan macetnya KUD yang ada di Kecamatan Sirenja maka pelayanan kepada petani pun terhenti. Hal ini berakibat terhadap terbengkalainya lahan sawah sekitar 90 ha, yang selama ini sebagai penyumbang bahan pangan bagi desa Lende. Di lain pihak, ternak sapi di desa Lende cukup banyak yang memungkinkan dijadikan sebaga ternak kerja untuk pengolah tanah. Namun berdasarkan informasi dari responden diketahun bahwa tidak adanya peternak
17
sapi yang ingin menggunakan sapinya sebagai tenaga pengolah tanah disebabkan karena untuk menjadikan sapi sebagai tenaga kerja pengolah tanah perlu waklu latihan yang cukup lama. Disamping itu, upah kerja untuk menarik batalan kayu dari hutan
upahnya lebih mahal di bandingkan dengan
pengolahan tanah. Hal lain yang juga menjadi masalah dalam pengembangan usahatani sawah di desa Lende adalah terbatasnya air irigasi. Dengan demikian maka potensi lahan sawah di desa Lende adalah 150 ha, namun yang terbuka sampai saat ini adalah 116 ha. Masalah hama yang banyak merisaukan petani saat ini di desa Lende khususnya pada usahatani kakao adalah adanya hanya PBK (Penggerek Buah Kakao). Hama ini selain dapat menurunkan hasil juga menurunkan kualitas biji yang dihasilkan, sehingga berpengaruh terhadap nilai jual kakao yang dihasilkan. Pengendalian yang dilakukan petani yang telah mengikuti Sekolah Lapang PHT adalah dengan menerapkan sistim pengendalian hama secara terpadu. Namun petani yang melakukan cara tersebut sangat kecil jumlahnya. karena pengaruhnya terhadap penekanan serangan PBK sangat kecil. Yang umum dilakukan oleh petani adalah membiarkan tanaman kakaonya tanpa pemeliharaan karena rasa putus asa. Di lain pihak Teknologi kondomisasi yang terbukti dapat menekan serangan PBK belum dikenal oleh masyarakat di desa Lende. Untuk memperkenalkan teknologi ini maka saat survei sekaligus dilakukan peraktek penerapan teknologi Kondomisasi dengan sistim Tembak. Berdasarkan
pengakuan
masyarakat,
teknologi
ini
dirasakan
mudah
dilaksanakan, sehingga petani yang hadir pada saat praktek akan mecoba teknologi ini.
4.2. Sosial Ekonomi Masalah sosial ekonomi yang menonjol dalam kaitannya dengan usahatani di desa Lende adalah masalah harga jual yang rendah khususnya pada kopra dan cengkeh. Rendahnya harga jual menyebabkan petani tidak melakukan pemeliharaan tanaman secara intensif untuk menekan
18
biaya
produksi. Hal ini berdampak terhadap rendahnya produktivitas pada kedua komoditi tersebut, yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya pendapatan usahatani.
4.3. Kelembagaan Masalah kelembagaan khususnya lembaga keuangan formal sebagai penyedia modal usahatani sampai saat ini belum banyak menyentuh petani di desa Lende. Demikian pula Koperasi Unit desa yang saat ini mengalami kemacetan. Untuk kebutuhan modal modal usahatani, petani lebih banyak menggunakan lembaga keuangan informal seperti kios, toko dan perorangan. Kemudahan prosedur pinjaman dan pengembalian sesudah panen merupakan alasan kuat untuk menggunakan lembaga informal, walaupun bunga kreditnya cukup tinggi yakni 5-15 % perbulan. Kios, Toko serta pedagang pengumpul selain merupakan tempat meminjam modal tunai dan sarana produksi juga merupakan pembeli utama hasil produksi petani. Kelembagaan kelompok tani di desa Lende sebagaian besar sudah tidak aktif seiring dengan tidak teolahnya lahan sawah sebagai akibat kurangnya tanaga pengolah tanah. Disamping itu kurangnya tenaga penyuluh (satu orang/desa) dengan spesialisasi
perikanan juga ikut berpengaruh terhadap
aktivitas Kelompok. Kegiatan kelompok tani hanya ada apabila ada kegiatan keproyekan.
III.
ALTERNATIF INOVASI TEKNOLOGI
Berdasarkan kondisi biofisik, sosial ekonomi
dan identifikasi teknologi
serta permasalahan yang ada di tingkat petani maka masalah usahatani dominan di Kecamatan Palolo dapat dibagi dan disusun secara rinci sebagai berikut: (Lampiran A1-A10). 4.1. Usahatani Sawah Permasalahan pokok usahatani padi sawah di Kecamatan Palolo adalah rendahnya
produktivitas ditingkat petani yang disebabkan oleh rendahnya
penerapan teknologi anjuran, seperti penggunaan benih berlabel, pemupukan
19
spesifik lokasi dan pengendelaian hama. Terjadinya hal ini berkaitan erat dengan intensitas penyuluhan yang semakin menurun dan meningkatnya harga sarana produksi. Bahkan di desa Uwenuni berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa penyuluhan pertanian yang berkaitan dengan padi sawah tidak pernah lagi dilakukan. Dilain pihak,
teknologi budidaya padi sawah
terus
mengalami perkembangan seperti ditemukannya teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu padi sawah, sehingga informasi ini harus cepat diketahui oleh petani. Dengan demikian penyuluhan harus tetap diintensifkan guna mempercepat informasi teknologi kepihak pemakai (petani) disamping penyediaan sarana produksi yang mudah diakses oleh petani. Masalah lainnya adalah
rendahnya intensitas pertanaman pada lahan
sawah yang disebabkan karena terbatasnya
suplai air irigasi karena jaringan
masih terbatas. Dengan demikian pelaksanaan metode tanam serempak sangat sulit dilaksanakan oleh petani. Hal ini berdampak terhadap penkembangan hama dan penyakit tanaman (Lampiran A1) Untuk meningkatkan produktivitas usahatani padi sawah di Kecamatan Palolo maka
perlu adanya usaha untuk menyampaikan informasi teknologi
terbaru melalui peningkatan
intensitas penyuluhan baik menggunakan media
cetak maupun melalui informasi formal seperti sekolah lapang, dan menghimbau pemerintah daerah untuk memperbaiki dan menambah saluran irigasi
(Lampiran
A2)
4.2. Usahatani Jagung Permasalahan utama usahatani Jagung di Kecamatan Palolo adalah rendahnya pendapatan usahatani yang diakibatkan oleh rendahnya produktivitas, dan tingginya biaya produksi karena umumnya menggunakan tenaga manusia (Lampiran A3). Tanaman jagung yang dianggap petani sebagai tanaman yang tidak manja dan dirasakan mudah
dibudidayakan membuat motivasi petani sangat rendah
dalam menerapakan teknologi budidaya anjuran dan penggunaan alsin pada
20
budidaya jagung. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas yang dicapai yang pada akhirnya berpengaruh terhadap pendapatan usahatani. Untuk meningkatkan pendapatan usahatani jagung di kecamatan Palolo maka peningkatan produktivitas yang dibarengi dengan penekanan biaya produksi melalui penggunaan alat dan mesin petanian merupakan hal yang mendesak. Untuk mencapai hal itu maka peningkatan penyuluhan teknologi pertanian disentra produksi jagung baik yang berkaitan dengan teknologi budidaya maupun dengan alat dan mesin sederhana perlu digalakkan guna membantu petani dalam meningkatkan pendapatan usahataninya (Lampiran A4).
4. 3. Usahatani Kakao Sebagamana di jelaskan sebelumnya bahwa masalah utama usahatani kakao di Kecamatan Palolo adalah adanya Serangan Hama dan penyakit kakao, , pemeliharaan
kurang intensif dan umumnya Kakao yang dikembangkan
oleh
petani adalah klon lokal yang merupakan turunan dari hibrida. Hal ini berdampak terhadap rendahnya produksi (Lampiran A5). Hama PBK dan Penyakit busuk buah merupakan hama dan penyakit yang utama dan dominan menyerang pertanaman kakao di Palolo. Hal ini dipicu oleh kondisi iklim yang lembab dan umur kakao yang relatif sudah tua. Serangan hama PBK selain menurunkan produktivitas juga kualitas dari biji kakao. Demikian pula serangan penyakit Busuk Buah. Dilain pihak teknologi pengendalian hama dan penyakit kakao sudah tersedia di BPTP Sulawesi Tengah. Cara pembungkusan buah dengan plastik dengan menggunakan pipa paralon ( Sarungisasi dengan sistim tembak) terbukti mengurangi serangan PBK sampai 99 %. Demikian juga pengendalian busuk buah dengan mengatur iklim kebun melalui pemangkasan dan pengaturan tanaman naungan, pemupukan dan sanitasi kebun yang dapat menekan perkembangan penyakit ini. Namun teknologi ini belum banyak diketahui oleh petani. Untuk membantu petani dalam memecahkan masalah yang dihadapi, maka teknologi ini perlu disosialisasikan melalui penyuluhan yang intensif (Lampiran A6).
21
4.5. Usaha Ternak Ternak yang dominan di Kecamatan Palolo adalah Ternak Sayam buras, Sapi, dan Babi. Usaha peternakan
masih dianggap sebagai usaha sampingan
sehingga ternak belum mendapat perhatian penuh dari petani sehingga pemeliharaan dilakukan secara tradisionil seperti dibiarkan kawin secara alam (kawin keluarga/Inbreeding), tidak dikandangkan sehingga memacu serangan parasit dan penyakit lainnya. Bahkan sebahagian masyarakat menganggap sebagai hama karena umumnya dilepas bebas berkeliaran sehingga dapat merusak tanaman (Lampiran A7). Inovasi teknologi yang dapat dilakukan adalah dengan menggabungkan usaha ternak sebagai bagian dari kegiatan usahatani. Dengan demikian usaha ternak dan usaha tanaman saling komplementer dimana libah dari tanaman dapat menjadi sumber pakan bagi ternak, demikian pula kotoran ternak dapat menjadi pupuk bagi tanaman. Keuntungan yang dapat diperoleh adalah
usaha tanaman
dan ternak tidak saling berkompetisi tetapi justru saling menguntungkan dengan adanya saling ketergantungan sehingga input/pengeluaran
usahatani dapat
ditekan. Dampak positif yang dapat diperoleh dari model ini adalah produktivitas usahatani akan meningkat karena hasil dapat diperoleh dari dua sumber yakni tanaman dan ternak sedangkan pengeluaran untuk input dapat ditekan dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan usahatani. Sistim pemeliharaan yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah
sistem pemeliharaan ternak secara semi
intensif. Cara ini meliputi perkawinan dengan memanfaatkan teknologi inseminasi buatan, perkandangan sederhana dengan pengaturan ransum dan pengendalian parasit cacing yang dapat memberi produktivitasnya
pengaruh nyata terhadap peningkatan
(Lampiran A8). Analisis Pendapatan usaha ternak babi tertera
pada Lampiran 4. Inovasi keseluruhan dari usahatani dominan di Kecamatan Palolo tertera pada Lampiran B1.
22
IV.
5.1.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKSANAAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil survai di Kecamatan Palolo
menujukkan bahwa
sebagian besar penduduk Kecamatan ini (88.72 %) menggantungkan
hidupnya
di
bidang
pertanian.
bekerja
Untuk
itu
dan
program
pembangunan pertanian seharusnya merupakan prioritas utama di wilayah ini. Untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat maka pemecahan masalah yang dihadapi dalam pengembangan usahatani mutlak harus dilakukan. Penerapan teknologi usahatani
spesifik lokasi
melalui penyuluhan pertanian secara intensif
yang tepat guna
serta cepat memecahkan
permasalahan yang dihadapi petani merupakan kebutuhan yang mendesak.
5.2.
Implikasi Kebijaksanaan Berdasarkan
kondisi biofisik, sosial ekonomi dan budaya serta
kelembagaan yang tersedia maka program kegiatan yang perlu segera dilaksanakan dalam usaha menjawab dan memecahkan permasalah petani adalah kegiatan demontrasi
dan pelatihan dalam usaha meningkatkan
ketrampilan petani di Kecamatan Palolo.
V. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, 1996. Acuan Penerapan PRA, berbuat bersama berperan setara. Konsorsium Pengembangan Dataran Tinggi Nusa Tenggara. 217 hal. 2. BPP Bahagia, 2004. Programa penyuluhan Pertanian Kecamatan Palolo. hal.
21
3. Dinas Pertaniandan Peternakan Kab. Donggala, 2003. Laporan Evaluasi Kegiatan Sektor Pertanian dan Peternakan Kab. Donggala tahun 2002. 4. BPS Kabupaten Donggala, 2003. Kabupaten Donggala dalam Angka.
23
Lampiran-Lampiran
Lampiran 1. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Desa Uwenuni Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala, tahun 2004. I.
Jenis Sarana -
II.
Benih Pupuk Urea Insektisida Herbisida Cair Herbisida Granul
Valume/ha 10 blek 2 zak 3 botol 3 btl 3 bungkus
Harga/Satuan (Rp.) 12.000 60.000 28.000 18.000 5.000
HOK/ha 10 Traktor 30 10 2 3 Bawon
Upah/HOK 20.000 500.000 20.000 20.000 20.000 20.000 -
Total 120.000.120.000.84.000.54.000.15.000.-
III.
Tenaga Kerja - Persemaian/Perb.Pematang - Pengolahan Tanah - Cabut Bibit+Tanam - Penyiangan - Pemupukan - Penyemprotan - Panen Total Biaya
IV.
Hasil/Nilai Hasil setelah dikurangi bawon = 1.500 kg beras
Total 200.000.500.000.600.000.200.000.40.000.60.000.1.993.000. 3.000.000.
V.
Pendapatan Usahatani
1.007.000.
24
Lampiran 2. Analisis Pendapatan Usahatani Jagung di Desa Petimbe Kecamatan Palolo, Kabupaten Donggala, tahun 2004. I.
Jenis Sarana
Valume/ha
III.
- Benih - Herbisida Tenaga Kerja - Paras - Tanam - Penyemprotan - Panen - Angkut - Pipil Total Biaya
IV.
Hasil/Nilai Hasil setelah dikurangi = 1.800 kg beras
V.
Pendapatan Usahatani
II.
40 kg 4l HOK/ha 5 20 2 10 Gerobak bawon
Harga/Satuan (Rp.) 1.000 48.000 Upah/HOK 20.000 20.000 20.000 20.000 100.000 -
Total 40.000.192.000.Total 100.000.400.000.40.000.200.000.100.000.1.072.000.1.350.000.278.000.-
Lampiran 3. Analisis Pendapatan Usahatani Kakao di Desa Petimbe Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala, Tahun 2004. No. I.
Jenis Pengeluaran Volume/tahun Sarana Produksi - Insektisida 4 botol II. Tenaga Kerja - Pemarasan 40 OH - Penyemprotan 4 OH - Pangkas 20 OH - Panen Raya 40 OH - Panen Antara 10 OH - Angkutan 30 karung - Jemur 5 Total Biaya Usahatani/ha/tahun Hasil biji kering/ha/tahun 600 Pendapatan Usahatani/ha/tahun
25
Biaya (Rp/ha)
Total (Rp/ha)
45.000
180.000.-
20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 5.000 20.000
800.000.80.000.400.000.800.000.200.000.150.000.100.000.2.710.000.7.500.000.4.790.000.-
12.500
Lampiran 4. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Babi di Desa Uwenuni Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala, Tahun 2003. No. I.
Jenis Pengeluaran Volume/tahun Sarana Produksi - Pakan/Dedak 12 karung II. Tenaga Kerja - Pemberian 44,5 OH Pakan/pemeliharaan Total Biaya Usaha ternak babi/ekor induk/tahun Hasil /ekor induk/tahun 6 Pendapatan Usaha Ternak/ekor induk/tahun
26
Biaya (Rp/ha)
Total (Rp/ha)
30.000
360.000.-
20.000
890.000.-
500.000
1.250.000.3.000.000.2.750.000.-
Lampiran A.1. Pohon Masalah Usahatani Padi Sawah di dataran menengah Kec. Palolo Kab. Donggala
Produktivitas Rendah
Penerapan teknologi budidaya Rendah
Saprodi tidak tersedia
PraSarana Kurang Mendukung
Pengetahuan teknik budidaya Kurang Saluran Irigasi tidak memadai
Tidak adanya kios saprodi desa
Penyuluhan Kurang Intensif
27
Jalan usahatani tidak ada
Lampiran A2. Pohon Tujuan Usahatani Padi Sawah di dataran menengah Kec. Palolo Kab. Donggala
Produktivitas Tinggi
Penerapan teknologi budidaya Rendah
Saprodi tersedia
PraSarana Mendukung
Pengetahuan teknik budidaya Meningkat Penambahan Jaringan Saluran Irigasi
Ada kios saprodi desa
Kegiatan penyuluhan Meningkat
28
Ada Jalan usahatani ada
Lampiran A3. Pohon Masalah Usahatani Jagung di Dataran Menengah Kec. Palolo Kab. Donggala
Pendapatan Usaha tani Jagung Rendah
Biaya Produksi Tinggi
Produktifitas rendah
Umumnya Menggunakan Tenaga Kerja Manusia
Penerapan Teknologi budidaya Rendah
Sarana Produksi Mahal
Motivasi Petani Rendah
Pengenalan Tentang Alsin Jagung Rendah
Penyuluhan kurang intensif
Sosialisasi Alsin Untuk Jagung Rendah
29
Lampiran A4. Pohon Tujuan Usahatani Jagung di Dataran Menengah Kec. Palolo Kab. Donggala
Pendapatan Usaha tani Jagung Meningkat
Biaya Produksi menurun
Produktifitas Meningkat
Penggunaan Alsin sederhana
Penerapan Teknologi Meningkat
Penggunaan Sarana Produksi sesuai anjuran
Pengenalan Tentang Alsin Jagung meningkat
Motivasi Petani Meningkat
Penyuluhan lebih intensif
30
Peningkatan Sosialisasi Alsin Untuk Jagung
Lampiran A5. Pohon Masalah Usahatani Kakao di Dataran Menengah Kec. Palolo Kab. Donggala Produktivitas Rendah
Serangan hama dan penyakit tinggi
Klon Lokal
Tidak Tersedia Klon Unggul
Pemangkasan tidak teratur
Pemupukan Tidak sesuai anjuran
Pengendalian Hama/penyakit dilakukan seadanya
Pengetahuan tentang budidaya kakao rendah
Penyuluhan tidak intensif
31
Umur > 10 tahun
Tidak ada tindakan peremajaan
Tidak ada Sanitasi Kebun
Lampiran A6. Pohon Tujuan Usahatani Kakao di Dataran Menengah Kec. Palolo Kab. Donggala
Produktivitas Meningkat
Serangan hama dan penyakit Rendah
Klon Unggul
Tersedia Klon Unggul
Pemangkasan teratur sesuai anjuran
Pemupukan sesuai anjuran
Pengendalian Hama/penyakit sesuai anjuran
Pengetahuan budidaya kakao rmeningkat
Penyuluh lebih Intensif
32
Peremajaan
Sambung Samping
Sanitasi Kebun dilakukan secara berkala
Lampiran A7. Pohon Masalah Usaha Ternak di Dataran Menengah Kec. Palolo, Kab. Donggala
Produktivitas Rendah
Usaha Sampingan
Pemeliharaan Tradisional
Kawin alam
Lepas Bebas
33
Serangan Parasit Tinggi
Lampiran A8. Pohon Tujuan Usaha Ternak di Dataran Menengah Kec. Palolo, Kab. Donggala
Produktivitas Meningkat
Cabang Usahatani
Pemeliharaan Semi Intensif
Kawin alam + IB
Pengandangan Semi intensif
34
Serangan Parasit Rendah
Lampiran B1. Matrik Potensi, Masalah, Inovasi Teknologi, dan Sarana Pendukung yang diperlukan untuk Pengembangan Usahatani di Dataran Menengah Kec. Palolo Kabupaten Donggala Klaster : Dataran Menengah (400-700 mdpl) Jumlah desa : 21 Potensi Pertanian I. Cabang Usahatani 1. Tanaman Pangan - Padi sawah = 6.479 ha.
- Jagung
= 3.737 ha
Masalah Pertanian/ cabang Usaha
Inovasi Teknologi
Sarana Pendukung yang dibutuhkan
Padi Sawah: - Produktivitas rendah sebab penerapan teknologi budidaya rendah, sebagai akibat saprodi tidak tersedia dan pengetahuan teknik budidaya yang masih rendah. Saprodi yang tidak tersedia adalah benih berlabel, pupuk, pestisida dll. Teknik budidaya yang belum dipahami adalah kebutuhan benih/ha, pengendalian hama penyakit, teknik pemupukan. Saprodi tidak tersedia sebab kios saprodi desa tidak ada sedangkan pengetahuan teknik budidaya yang belum dipahami karena tidak ada penyuluhan.
- Percontohan Penerapan budidaya padi dengan konsep PTT meliputi; penggunaan varietas unggul, pengaturan jumlah bibit/rumpun, pemupukan dengan menggungakan pupuk organik (bokasi), pengendalian hama/penyakit secara terpadu.
-
- Percontohan budidaya jagung dengan konsep PTT yang meliputi;
-
Jagung : - Pendapatan rendah sebab
35
-
-
Saluran Irigasi tersier Pembuatan Jalan usahatani Kios Saprodi yang dapat melayani kebutuhan petani Peningkatan Intensitas pembinaan melalui kegiatan penyuluhan.
Jalan usahatani untuk mempemudah
produktivitas rendah dan biaya produksi tinggi. Produktivitas rendah akibat penerapan teknologi rendah sebab saprodi mahal dan motivasi rendah disebabkan penyuluhan kurang intensif - Biaya produksi tinggi karena umumnya menggunakan tenaga kerja manusia dengan biaya cukup tinggi. Penggunaan tenaga kerja manusia bisa ditekan apabila menggunakan alsintan namun di desa alat tersebut belum dikenal sebab sosialisasi alat tersebut belum pernah ada. 2.
Perkebunan - Kakao = 1.218,5 ha
Penggunaan varietas unggul, pemupukan berdasarkan hasil uji tanah, pengendalian hama/penyakit secara terpadu, penggunaan alat dan mesin pertanian.
- Produktivitas rendah disebabkan - Percontohan tentang oleh beberapa faktor diantaranya; pengendalian hama tingginya serangan hama dan kakao dengan konsep penyakit, menggunakan klon ynag PHT. tidak jelas asal usulnya, dan umur - Percontohan tentang tanaman sudah tua > 10 tahun. peremajaan kakoa Serangan hama penyakit banyak dengan metode disebabkan karena pemangkasan sambung samping, dan tidak teratur, pemupukan tidak sambung pucuk. sesuai anjuran, pengendalian - Budidaya kakao sesuai hama penyakit dilakukan dengan anjuran. seadanya dan tidak pernah ada sanitasi. Pemahaman teknologi yang rendah tersebut disebabkan kurangnya informasi tentang budidaya kakao anjuran karena
36
-
-
-
angkutan sarana dan hasil panen. Intensitas pembinaan melalui kegiatan penyuluhan/ diseminasi teknologi
Pembuatan Jalan usahatani untuk mempermudah angkutan sarana dan hasil panen. Kebun Entris untuk menyediakan klon unggul
kegiatan penyuluhan kurang intensif - Faktor lainnya penyebab rendahnya produktivitas kakao adalah tidak tersedianya klonklon unggul dan umur tanaman >10 tahun . Hal ini menyebabkan petani menggunakan klon yang ada dilokasi dan tetap memelihara tanaman walaupun umurnya sudah >10 tahun
II. Rata-Rata Penguasaan/ Pemilikan 1.
2.
Tanaman Pangan - Sawah = 0.5 ha/KK - Ladang = 0.5 ha/KK
Perkebunan - Kebun Kakao = 0.5-1 ha/KK
- Masalah non teknis yang perlu mendapatkan perhatian untuk mendukung peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi dan Jagung) adalah perbaikan prasarana jalan usahatani, saluran irigasi dan peningkatan kegiatan pembinaan oleh penyuluh lapangan.
-
- Umumnya lokasi perkebunan kakao berada diluar kawasan pemukiman sehingga untuk pengangkutan hasil diperlukan jalan usahatani yang dapat dilalui oleh grobak.
-
37
-
-
Pembuatan jalan usahatani dan saluran irigasi sesuai dengan kebutuhan Peningkatan kegiatan pembinaan PPL .
- Kesepakatan antara KID, tokoh masyarakat dan aparat desa untuk menetapkan kebutuhan berdasarkan skala prioritas.
Pembuatan jalan usahatani dan saluran irigasi sesuai dengan kebutuhan Peningkatan kegiatan pembinaan
- Kesepakatan antara KID, tokoh masyarakat dan aparat desa untuk menetapkan kebutuhan
3.
Peternakan - Ayam buras = 3-5 induk - Sapi = 1 ekor - Babi = 2 ekor
- Peningkatan kegiatan pembianaan oleh penyuluh lapangan - Merupakan Usaha Sampingan sehingga tidak terkait dengan usaha tani - Dilepas bebas dan dipelihara seadanya - Tingkat Mortalitas Tinggi karena adanya seranga parasit dan penyakit lainnya - Pembinaan usaha pertenakan tidak ada
38
PPL - Percontohan pemeliharaan semi intensif - Perkawinan melalui Inseminasi Buatan/IB - Peningkatan intensitas pembinaan melalui penyuluhan
berdasarkan skala prioritas. - Penambahan Penyuluh peternakan dan inseminator