CITRA LEMBAGA KEPOLISIAN SEBAGAI PENEGAK HUKUM DI MATA MASYARAKAT
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyru:atan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Ill
Ill Ill llll'lll!!a..
Ull I Oleh:
KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB JDAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGEIU SYARIF I-IIDAYATULLAH JAKARTA
2009M/1430 H
I I
PE I
R~·~_;;~~\~~;;;;~,·;.~~~-·1
'., ;· • •
":.···'
1
·)''.·~:.
/\ .
..-·-·-······
CITRA LEMBAGA KEPOLISIAN SEBAGAI PENEGAK HUKUM DI MATA MASYARAKAT
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukurn Untuk Mernenuhi Persyaratan Mernperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh:
AHMADRAMZY NIM: 105043201318
mbingan
Drs.
amin Aini MA.
NIP: 196303051991031002
KONSENTRASI PERBANDINGAN HU KUM PROGRAM STUIH PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM J?AKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M / 1430 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "CITRA LEMBAGA KEPOLISIAN SEBAGAI PENEGAK HUKUM DI MATA MASYARAKAT" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIJ\I) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 7 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum (Perbandingan Hukum). ' · Jakarta, 7 Desember 2009
\
PAN/TIAN UJIAN I. Ketua
: Dr.I-I. A. Mukri Adji, MA. NIP. 195703121985031003
2. Sek!'etaris
: Dr.I-I. Muhammad Taufiki, M.Ag. NIP. 196511191998031002
3. Pembimbing
: Drs. Noryamin Aini, MA. NIP. 196303051991031002
4. Penguji I
: Asep Saifudin Jahar, MA.,Ph.D NIP. 196912161996031001
5. Penguji II
: Drs. Abu Thamrin, SIL M.Hum. NIP. 196509081995031001
LEMBARPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: I.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cant:1mkan sesuai dengan ketentuan yang ·berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayntullah Jakarta.
3.
Jika dikemuclian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatu!lah Jakarta.
Ciputat, 07 Desember 2009
AHMADRAMZY
iv
~JI .:r- )1 .&1 r KATA PENGANTAR
Assalamu 'a/aikum Wr. Wb. Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah n1emberikan nikmat clan karunia-Nya sehingga dengan izin clan ridho-Nya penulis clapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai yang cliharapkan. Shalawat serta salam sclalu tercurahkan kepacla Nabi Muhammad SAW. clengan kehaclirannya telah memberikan pencerahan, ketenangan clan kenyamanan hiclup manusia. Dan ticlak lupa pula kepacla para sahabatnya clan orang-orang yang telah mengikuti clan mentaati ajaran-Nya hingga akhir zaman. Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari sempurna atau boleh dikatakan masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Namun demildan dengan segala keterbatasan dau kemampua11 yang dimiliki penulis, maka penulis berusaha semaksimal mungkin agar skripsi ini clapat bermanfaat bagi semua pihak. Dan juga penulis menyaclari bahwa tidak .akan pernah sanggup claim mengatasi berbagai macam hambatan yang mengganggu lancarnya penulisai1 ini tanpa aclanya bantuan clan clukungan yang bersifat materil maupun spirituil baik secai·a lai1gsung maupun tidak langsung.
v
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhorsmat: 1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakmia dan Pembantu Dekan I, II, dan III yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepada penulis. 2. Dr. H. Alunad Mukri Adji, MA. selaku Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Bapak Dr. H. Muha1nmad Taufiki, M.Ag. selaku Selcretaris Program studi Perbandingan Mazhab dan Hukum yang telah membimbing, meluangkan waktu dan mengarahkan segenap aktifitas yang berkenaan dengan Program Studi. 3. Drs. Noryamin Aini, MA., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan dan nasehat kepacla pe11ulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. Pihak-pihak dari Kantor Kepolisian Resort Metro Jakarta Selatan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan data dan informasi yang berkenaan dengan skripsi penulis. 5. Karyawan Perpustakaan Utama dan .Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas dan membantu meminjamkan buku-bukunya sehingga memperoleh informasi yang dibntuhkan. 6. Para Dasen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selmna masa pencliclikan berlangsung.
'"
7. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang dengan segala pengorbanannya baik materil maupun formil dan do'a serta motifasi yang tiada henti-hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya. 8. Teman-teman Faki.lltas Syariah dan Hukum ldmsusnya Kemsentrasi Perbandingan Hukum angkatan 2005, dan kepada semua pihak, terima kasih telah memberikan inspirasi dan bantuan serta dukungannya.
Jakarta: 07 Desember 2009 M 21 Dzul Hujjah 1430 H Penulis,
AHMADRAMZY
DAFTARISI ii
Lembar Persetujuan
.. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. . .. . . . . .. .. . . . . .. . . .. .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. . . .. .. ..
Lem bar Pengesahan
.. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. . .. . .. . . .. .. .. . . . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. iii
Lembar Pernyataan
...................................... .'...... :...................... ... iv
Kata Pengantar Daftar Isi
BABI
................. ;.. . .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. . . .. .. .. . . .. .. . .. .. .. .. . .. . .. ..
v
. . . .. .. .. .. . . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. . .. .. .. .. ... viii
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................... .
BAB II
B. Pembatasan Masalah ............................................................
8
C. Perumusan Masalah .............................................................
9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................
9
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ..................................................
I0
F. Metode Penelitian .................................................................
11
G. Sistematika Penulisan ...........................................................
14
LANDASAN
TEORI
CITRA
POLIS!
SEBAGAI
PENEGAK HUKUM
BAH III
A. Fungsi dan Tujuan Kepolisian ............................................
21
B. Tugas dan Wewenang Polisi ..............................................
2~
C. Profesionalisme Polisi .......................................................
32
D. Persepsi Masyarakat Terhadap polisi .................................
38
E. Polisi Menurut Islam ...................................... ....................
44
BIOGRAFI POLRES METRO .JAKARTA SELATAN
BAB IV
A. Visi dan Misi .................................................................. ......
49
B. Satuan dan Bagian Kesatuan .................................................
53
C. Struktur Kepolisian Resort Metro Jakarta Selatan .................
69
D. Wilayah Tugas POLRES Jakarta Selatan ...... ......................
70
CITRA POLRES METRO JAKARTA SELATAN DI MATA MASYARAKAT A. Identitas Responden Penelitian ............................................
71
B. Interaksi Masyarakat Jakaiia Selatan dengan Lembaga Kepolisian ........................................................................... C. Citra Polisi di Mata Masyarakat Jakarta Selatan ..................
BABV
73
84
I. Polisi sebagai Pelayan Masyarakat ..............................
85
2. Polisi sebagai Pelindung Masyarakat ..........................
87
3. Polisi sebagai Pengayom Masyai·akat ..........................
89
PENUTUl'
A. Kesimpulan ........... :............................................................
93
B. Saran .. ........ ..... .... ..... ........ .... .. .. ........ ...... ... ............ ... .........
95
Daftar Pustaka ... ... ... .. ....... ... .... .... ..... ..... ..... ..... ... ..... ....... ... ... ... ... .. .... ... .... .. .... .. .....
97
Lampiran ............................ .......................................................... ........................
99
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Bclakang Ma~alah Pola penegakkan hukum dipengaruhi
oleh tingkat perkembangan
masyarakat, tempat hukum tersebut berlaku atau diberlakukan. Dalam masyarakat sederhana, pola penegakkan hukumnya dilaksanakan melalui prosedur dan mekanism.e yang sederhana pula. Nanmn, ·dalam masyarakat modern yang bersifat rasional dan memiliki tingkat spesialisasi dan. diferensiasi yang begitu tinggi, pengorganisasian penegakan hukumnya menjadi begitu kompleks dan sangat birokratis. 1 Semakin modern suatu masyarakat, maka akan semakin kompleks dan scmakin birokratis proses penegskkan hukumnya. Sebagai . akibatnya, yang memegang peranan penting dalam proses penegakan hukum bukan hanya manusia yang menjadi aparat penegak hukum, namun juga organisasi yang mengatur dan mengelola operasionalisasi proses penegakan hukum. Kondisi penegakkan hukum dalam masyarakat bukan hanya ditentukan oleh faktor tunggal melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang memherikan kontribusi secara bersama-sama terhadap kondisi tersehut. Namun, faktor mana
1
Bambang Sutiyoso, Aktua/ita Hukum Dalam Era Reformasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), h. 60.
1
2
yang paling domiimn mempunyai pengaruh tergantung pac\a konteks sosial dan tantangan~tantangan
yang dihadapi masyarakat bersangkutan.
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum dapat dibedakan dalam dua ha!, yaitu faktor-faktor yang tetdapat dalam sistem hukum clan faktor-faktor di luar sistem. hukum. Adapun faktor-faktor dalam sisten' hukum meliputi faktor hukumnya (unc\ang-unc\ang), faktor penegak hukum, dan fakto, sarana dan prasarana. Sedangkan faktor-faktor di l.uar sistem hukum yang memberikan pengaruh adalah faktor kesadaran hukum masyarakat, perkembangan masyarakat, kebudayaan, clan faktor politik dan penguasa Negma. 2 Realitas penegakkan hukum dalam masyarakat yang sedang mengalami proses modernisasi juga c\ipengaruhi faktor-faktor majemuk tersebut. Dengan demikian, kondisi penegakkan hukum yang masih buruk dalam masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor. 3 Kesadaran hukum masyarakat yang masih rendah, .baik dikalangan terclidik maupun di seputar masyarakat yang kurang berpenc\idikan, bahkan juga di kalangan aparat penegak hukum senditL Indikator rendahnyil kesaclaran hukum masyarakat dapat c\ilihat dari banyaknya tinc\akan main hakim sendiri yang te1jadi dalam masyarakat, baik yang dilakukan masyarakat pada umumnya maupun
2
Soerjono Sukanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: Rajawali, 1983), h. 4-5. 3
Bambang Sutiyoso, Akmalita Hukum Dalam Era Re/ormasi, h. 61.
3
c!ilakukan aparat penegak hukum. Para pelaku kejahatan yang tertangkap basah · saat melakukan kejahatai1, terutania pelaku kejahatan kesu.silaan, pencurian, clan persantetan c!ihakimi senc!iri oleh masyarakat. O!eh karena itu, sinkronisasi clan integritas para penegak hukum, hakim, jaksa, polisi clan pengacara perlu c!itingkatkan. Masih ac!anya aparat penegak hul
keac!ilan tersenc!iri yang suc!ah berlangsung lama di Negara Indonesia. 4 Kai au diamati dengai1 cermat, pad a dekade terald1ir ini telah te1j adi pergeseran keseimbangan kerja clan pelalcsanaan tugas polisi, yang secara singkat diistilahkan sebagai rasionaliasi po/isi yang mengandung aspek; spesialisasi, sentralisasi, komunikasi, komputerisasi, efisiensi teldmologi. Betbagai penelitian menggambarkan bahwa betapapun model rasionalisasi itu dikembangkan tetap
4
Adnan Buyung Nasution, Arus Pemikiran Konstitusiona/isme; Hukum dan Peradi/an, !Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2007), h. 86.
4
saja suksesnya tugas polisi itu tetap bertumpu pada informasi serta dukungan atau partisipasi masyarakat. 5 Pada talmn 1961 Palisi Republik Indonesia (Polri), dinyatakan sebagai bagian dari ABRI dan bertanggung jawab langsung ·kepada Presiden selaku Panglima tertinggi ABRI sesuai sistem yang dianut UUD 1945 pada waktu itu. Pada tanggal 1 Juli 1969 sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI dikembalikan menjadi Kepala Kepolisian Negara RI (Kapolri). Kedudukai1 Polri sebagai bagian dari ABRI pada waktu itu masih tidak berubah dengan alasan integritas, sehingga segala ha! ikhwal yang berlaku di lingkungan TNI/ABRI juga diberlakukan di lingkungan Polri. Misalnya, masalah pendidikan, sistem anggaran clan keuangan, materiil dan persoalanlainnya serta hampir semua tugas-lugas Polri berdasarkan petunjuk dan perintah Panglima ABRI.
Kedudukan Polri dalam sistem
pemerintahan Orde Baru hanya sebagai alat kekuasaan dan merupakan subordinal dari TN!/ABRI, sehingga meninggalkan ciri dan jati diri polisi sebagai pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat dan sebagai aparat penegak hukum. 6
' Robert Baldwin, Ricard Kinsey, Police Powers and Politics; Kewenangan Polisi dan Politik, (Jakarta: Cipta Manunggal, 2002), h. xv-xvi. 6
Pudi Rahadi, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Polislj, (Surabaya: Laksbang Mediatama, 2007), h. 2-3.
5
Akibat kebijakan pemerintah yang diskriminatif clalam memperlakukan institusi Polri,7 maka menjadikan Polri tidak dapat berkembang di dalam menanggulangi kejahatan dengan. modus baru, sehingga lambat laun Polri ditinggalkan masyarakat dan diremehkru1 oleh pel).egak. hukum lainnya Qaksa, hakim dan advokat) karena dianggap kurang profesional. Tuntutru1 rakyat di era reformasi agar Polri bersikap mandiri tanpa adanya intervensi dari pihak manapun dan profesional dalam menjalankan tugas, serta pelaksanaan fungsi dan peran sebagai aparat penegak hukum, pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat terjawab saat Presiden RI pada upacara HUT Bhayangkara ke 54 tanggal 1 Juli 2000 meremaskru1 reorganisasi Polri keluar clari Departemen Pertahanan dru1 TNI/ABRI, untuk selanjutnya menjadi institusi inclependen dan mandiri yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden selaku Kepala negara. Di samping kebijakan Presiden pada saat pidato tersebut, dasar hukum yang juga dijadikan sebagai legitimasi bagi Polri adalah Pembukaan UUD 1945 (alenia 4), Pasal 30 UUD 1945, Interuksi Presiden No. 2 tahun 1999 tentang Pemisahan Polri dari TNI/ABRI, UU No. 2 tahun 2002 tentang Polri dan K-::bijakan strategis Kapolri 2001-2004. 8
7
Kelemahan Polri disebabkan oleh kebijakan pemerintah orde baru yang sengaja tnembesarkan institusi Orde Baru dan cenderung mengabaikan Polti, seperti adanya pembedaan petnberian fasilitas oleh pemerintah. Misalnya, anggaran pembangunan Polri kecil, adanya intruksi pembubaran Korps BrLnob, anggaran kapal patroli dan pesawat udara yang minim, dan lain-lain. Lihat : Pudi Rahadi, Hukum Kepo/isian (Profesionalisme dan Reformasi Polisi), h. 3-4. 8
Ibid, h. 6-7.
6
Aktualisasi fungsi dan vitalitasisasi serta upaya penataan reformasi Polri hendaknya diarahkan pada pemuliaan profesi fungsi pemerintahan lainnya,9 sehingga pembenahan fungsi kepolisian selaina 11roses reforrnasi tidak diintervensi oleh politik atau fungsi pernerintahan lainnya. Pelaksanaan tugas Polri yang mencakup tugas perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat di samping tugasnya sebagai alat negara penegak hukum membuka wawasan yang lebih luas ke arah pemberdayaan masyarakat, namun tetap menitikberatkan kepada orientasi profesi dengan pertimbangan obyektif clan rasional. Pergc:seran dari lingkup tugas kepolisian clan penegakan lrnkum yang sempit ke arah lingkup yang lebih luas mencakup pemeliharaan ketertiban clan pelayanan sosial dalam rangka politik kriminal. Hal ini menuntut kesecliaan pemolisian ke arah metode "community policing" (Kegiatan Polisi Bermasyarakat). 10
Menurut penelitian Transparency International Indonesia (TI!) pada tahun 2008 menjelaskan bahwa indeks suap institusi publik paling tertinggi di mata msyarakat adalah lembaga kepolisian yaitu 48 %, selanjutnya DLLAJR clan Imigrasi. Hal ini perlu adanya kesadaran intitusi kepolisian clan pengguna jasa kepolisian untuk mengurangi dan meminimalisir praktik suap yang te1:jacli. Selain Tl! juga melakukan survei, institusi pemerintahan mana yang harus diprioritaskan 9
Ibid, h. 9.
10
Satjipto Raharjo, Palisi Indonesia Baru, (Jakarta: Gramedia, 2000), h. 34.
7
untuk dibersihkan dari korupsi. Data menunjukkan lembaga kepolisian clalam base pelaku bisnis menempati posisi ke clua setelah institusi hukurn, yaitu 22 %, pada base tokoh masyarkat kepolisian menernpati posisi kc lirna, yaitu 15%, sedangkan pada base pejabat publik kepolisian menern.pati . . posisi ke dua sama dengan kejaksaan, yaitu I 9%. 11 Kerjasama polisi clan masyarakat selalu mengenal pasang-surut yang hal ini clitcntukan olch baik buruknya prilaku petugas di lapangan. Petugas yang semakin santun, berpendidikan lebih tinggi, memahami visi clan misi kepolisian yang hakiki, akan langsung mengangkat ke1jasama masyarakat. Intinya besarkecilnya partisipasi masyarakat sebenarnya terletak pada prilaku polisi sendiri. Hal ini menandai perubahan kualitatif arah kegiatan polisi menuju terpuruknya citra kepolisian. Polisi yang mementingkan kepentingan pribadi akan bersikap tidak peduli dengan keterpurukan itu. Hal ini merupakan awal menurunnya integritas, kredibilitas dan akuntabilitas polisi. Paradigma barn Polri menuju era kemandirian clan profesional merupakan tantangan
~ang
tidak ringan mengingat keterbatasan sumber claya manusia,
minimnya anggaran dan peralatan yang difniliki Polri selama ini. Polisi sebagai pengawal negara hingga kini dinilai belum menunjukkan kine1janya sebagai pelindung, pengayom clan pelayan masyarakat.
11
Frcnky Simanjuntak, Mengukur Tingkat Korupsi di Indonesia: Jndeks Persepsi Korupsi Jndoensia 2008 dan Jndeks Suap, (Jakarta: Transparency International Indonesia, 2008), h. l 7-2 l.
8
Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, penulis berniat unluk mengadakan penelitian tentang bagaimana citra polisi sebagai penegak hukum di mata masyarakat . Karena polisi memiliki peran yang penting dalam proses penegakan hukum sebelum dan pada saat perkara digelar di muka persidangan. '
'
Oleh sebab itu, penulis memberi judul skripsi ini dengan judul skripsi "CITRA LEMBAGA
KEPOLISIAN
SEBAGAI
PENJrGAK
lIUKUM
DI
MATA
MASY ARAKA T".
B. Pcmbatasan Masalah
Permasalahan penegakkan hukum yang bertumpu pada integritas para aparal pencgak hukum, yang rneliputi hakim, jaksa, polisi clan pengacara. Agar permasalahan tidak melebar maka penulis akan membatiisi penelitian hanya pada persepsi atau panclangan masyarakat Jakarta Selatan terhadap polisi clan kepolisian resort metro Jakarta Selatan, yakni tentang: 1. Persepsi masyarakat Jakarta Selatan terhadap kine1ja lembaga kepolisian pacla tahun 2009 dan sebelunmya. 2. lnteraksi masyarakat Jakarta Selatan dengan lembaga kepolisian resort metro Jakarta Selatan. 3. Citra lembaga kepolisian sebagai penegak lrnkum, pelindung, pengayom clan pelayan di mata masyarakat Jakarta Selatan.
9
C. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, antara lain sebagai berikut: I. Bagaimana interaksi masyarakat Jakarta Selatan d1;11gan lembaga kepolisian
selama ini? 2. Bagaimana persepsi masyarakat Jakarta Selatan terhaclap citra lembaga kepolisian?
D. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Aclapun tujuan yang ingin clicapai clari penelitian ini skripsi ini antara lain sebagai bcrikut : I. Untuk mengetahui bagaimana hubungan clan interkasi masyarakat Jakarta
Selatan cle1iganlembaga kepolisian sebagai penegak hukum. 2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Jakatia Selatan terhaclap citra lembaga kepolisian sebagai penegak hukum. Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah membeti!GU1 pengetalrnan clai1 informasi tentang bagaima'na masyarakat memahami tenta:i1g lmkum .· terutama tentang polisi clat1 kepolisian serta sebagai penambah bahan literatur atau bahan bacaan di perpustakaan Faku!tas Syari'ah clan I-Iukum UJN Syarifl-Iidayatullah.
10
E. Tinjauan Ka,jian Tcrdahuln Dalam kajian terdahiI!u ini penulis akan mengeksplorasi skripsi yang telah ada, yaitu skripsi yang berjudul : I. Judul skripsi "Meningkatkan Citra Palisi Melalui 3 (tiga) Penampilan POLRI , ,
di Polda Merta Jaya ", Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Skripsi ini ditulis oleh Nursyah Putra. Skripsi ini ·membahas tentang bagaimana caracara atau upaya-ilpaya Polda metro jaya meningkatkan citra polisi di mata masyarakat meliputi
penampilan personil, penampilat\ kesatuan dan
penampilan operasionil. 3 (tiga) penampilai1 inilah yang dijadikan oleh penulis sebagai tolak ukur citra polisi di mata masyarakat. Dalam kesimpulan skripsinya penulis mengungkap bahwtl belum optimalnya 3 (tiga) penampilan di atas mempengaruhi buruknya citra polisi di mata masyarakat. 2. Judul Skripsi "Optima!isasi Peranan Fungsi Pengamanan Kepolisian dalam
Upaya Peningkatan Citra Palisi di Polres )vfetro Jakarta Selatan ", Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (I'TIK), Skripsi ini ditu!is oleh Chaidir. Hasil penelitian skripsi ini mengungkapkan bahwa fungsi pengamanan yang dilakukan oleh Polres Metro Jakarta Selata11 cukup baik, meski masih terdapat
kendala,
yaitu
kecilnya anggaran clan kurang
optimalnya
kemampuan intelejen. Skripsi yang ditulis oleh Chaidir hanya terfokus pada bagaimana fungsi pengamanan polisi dapat membangun clan !lleningkatkan
II
citra polisi di mata masyarakat Jakarta Selatan. Dengan jumlah responclens 30 orang, Chaidir mencoba mengeneralisasikan bahwa masyarakat Jakarta Se!atan menilai bal1wa pengamanan yang telal1 dilakuhm oleh Polres Jakarta Selatan Cukup Baik dan masih cliperlukan optimalisasi fungsi-fungsi '
.
kepolisian lainnya guna membangun citra positif polisi di mata masyarakat. Dari kedua skripsi yang telah cliuraikan di atas, penul:is berpendapat bal1wa skripsi yang akan ditulis ini" berbeda clengan skripsi di alas. Penulis akan meneliti seberapa baik citra polisi Polres metro Jalcarta Selatan di mata masyaralcat Jakarta Selatan. Tolak ukur yang dipalcai penulis adalah tugas dan wewenang polisi, bukan 3 (tiga) penampilan POLRI clan fungsi keamanan sebagaimana skripsi di atas. Selain itu penulis juga akan meneliti pengetahuan masyarakat .Ja!:arta Selatan terhadap tugas clan wewenang yang dimiliki oleh polisi. Oleh karena itu penulis
memberi judul
skripsi
ini
clengan juclul
"CITRA
LEMBAGA
KEPOLISIAN SEBAGAI PENEGAK HUKUM SI MATA MASYARAKAT".
F. Metode Penelitian Di clalam mengungkapkan segala permasalahan clan pembahasan yang berkaitan clengan materi penulisan, malca data-data atau info1111asi yang akurat sangat di butuhkan. Untuk itu perlu cligunakan sarana penelitian beberapa kegiatan ilmial1 yang mendasar kepacla metocle penelitian. Agar clapat mempelajari setiap gejala atau fakta yang menjadi permasalahan, clalam penulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :
12
I. Jen is Data Adapun jenis data yang dikumpulkan dalam penulisan skripsi ini adalah data kualitatif dan kuantitatif yakni, menggali secarn mendalam permasalahan yang dianalisis. Adapun pendekatan yang dipakai melalui pendekatan empiris '
.
yakni dengan melihat dari sudut pandang masyarakat. 2. Jenis Penelitian a) Penelitian lapangan b) Penelitian pustaka 3. Sumber data Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : a)
Sumber data primer, yaitu bahan-bahan utama yang bersifat mengikat bernpa data yang diperoleh dari angket yang disebarkan. kepada masyarakat Jakarta Selatan.
b)
Sumber data sekunder, yakni bahan-bahan yang dapat memberi penjelasan dalam ·menganalisis data primer, yaitu data-data yang diperbleh dari ihnu hukum, Undang-Undang d:an data-data lain yang masih relevan dan dapat menunjang penelitian ini.
3. Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan : a)
Survei, yalmi telmik pengwnpulan data dengan menyerahkan atau mengirimk:m daftar pertanyaan (angket) untuk diisi sendiri oleh
13
Pengguna jasa kepolisian metro Jakarta Selatan. Penulis menggunakan angket dengan skala ordinal, yaitu pengukuran yang telah menyediakan alternatif jawaban dengan beberapa skala sesuai kebutuhan. Angket diberikan kepada 100 responden sebagai sampel dengan menggunakan .
'
'
metode non random, yaitu angket diberikan tertuju langsung kepada rcsponden secara aksidentil di sekitar !cantor Polres Jakarta Selatan. b)
Studi dokumentasi naskah. cara mengambil data tersebut yakni dengan penel usuran naskah.
4. Metode pengolahan Data Sebelum data yang telah terkumpul diolah, maka penulis melakukan pemisahan data antara data kuantitif dan data kualitatif. Data kuant;tatif diolah dengan program SPSS 16;0 dan Microsoft Excel. Data yang ada akan clihitung mean, presentase, clan stanclar deviasinya. Sedangkan data kualitatif diolah dengan cara penelusuran naskah dan mengabil data yang akan clibutuhkan. 5. Metocle Analisis Data Data kuantitatif yang telah terkumpul cla11 cliolah kemudian akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik cleskritif yang merupakan hasil tabulasi, sehingga menjadi kalimat agar memuclahkan pemahaman terhadap data yang telah diolah. 6. Teknikpenulisan Teknik penulisan dalam skripsi ini disesuaikan clenagn ketentuan yang berlaku di Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hiclayatullah Jakarta.
14
Adapun buku pedoman penulisan yang digunakan adalah buku peclom2n penulisan skripsi Fakultas Syari'ah clan Hukum yang cliterbitkan oleh UIN Jakarta Press.
F.
Sistcmatika Penulisan
Untuk sistematika penulisan, seluruh skripsi
1111
terdiri dari lima bab,
Adapun sistematikanya sebagai berikut: BABI
Berisikan latar belakang masalah, Pembatasan masalah, Perumusan Masai ah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinj auan Kaj ian Terdahulu, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
BAB II
Mencleskripsikan Tentang Fungsi clan Tujuan Kepolisian, Tugas clan Wewenang Polisi, Profesionalisme Polisi, Persepsi Masyarakat Terhaclap Polisi, Polisi Me1iurut Islam.
BAB III
Mencleskripsikan Tentang Biografi Kepolisian Reso1t Metro Jakarta Selatan, yang berisi tentang Visi dan Misi, Bagian clan Saluan, serta Struktur Kepolisian Resort Metro Jakatta Selatai1.
BAB IV
Menjelaskan tentai1g Identitas Respondens Penelitian, Interaksi masyarakat Jakarta Selatai1 clengan Lembaga Kepolisian, Citra Polisi sebagai Pelayan, Pelinclung clan Pengayom Masyarakat di Mata Masyarakat Jakarta Selatan. ·
BAB V
Penutup; Kesimpulan clan Sai·ai1
BAB II LANDASAN TEORI CITRA ETIK POLISI SEBAGAI PENEGAK HUKUM
Citra eti k Polisi sebagai penegak hukum yang dimaksud di sini adalah citra yang lebih baik, tentunya. Sesaat memangku jabatan kepolisian Republik Indonesia Jendral Awaloedin ( 1978-1982) bertekad memperbaiki citra polisi di mata rakyat. Menurut Beliau, sangat banyak tugas penegak hukum yang harus dijalankan oleh polisi membawa resiko, bahwa ketertiban masyarakat sangat bergantung padanya. Ketergantungan yang demikian itu berarti, bahwa mutu . penegakan hukum yang dijalankan oleh polisi akai1 sangat mempengaruhi mutu ketertiban yang terdapat dalam masyarakat pu!a. 1 Polisi pada era reformasi harus profesional dalam bidang penegakan hukum, seiring dengan munculnya paradigma baru budaya polisi yang berwatak sipil dalam melaksanakan tugas pokoknya. Tugas pokok polisi adaJ.ah sebagai pelindung masyarakat, mengayomi masyarakat, serta melayani rnasyarakat. Sebagai pelindung masyarakat, polisi hams melindungi masyarakat dari berbagai gangguan, termasuk memberikan
perlindungan
kepada
tersa.ngka/pelaku
kejahatan
yang
diduga
melakukan perbuatan tindak pidana dari pengeroyokan masyarakat. Mengayomi masyarakat artinya membimbing dan mengarahkan masyarakat agar berprilaku tertlb
1
216-218.
Anton Tabah, Palisi Pelaku dan Pemikir (Jakarta: PT Gramcdia Pustaka Utama, 1993), h.
16
dan teratur. Sedangkan Polisi sebagai pelayan masyarakat tentunya diartikan dalam ha! yang positif, misalnya melayani sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan norma hukum dan agama yang berlaku. Pe!ayanan yang diberikan tanpa pamrih, tanpa mengaharapkan pemberian dari. masyarakat. 2 Citra menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah gambaran, gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk. 3 Menurut Purwoto S.Ganda Subrata, etis atau etika merupakan falsafah moral untuk mendapat petunjuk tentang perilaku yang baik, berupa nilai nilai luhur dan aturan-aturan pergaulan yang baik,dalan1 hiclup bermasyarakat clan kehiclupan pn'b acl'i. 4 Dalam Kam us Besar Bahasa Indonesia, pengertian etik (etika) clirumuskan sebagai : a. llmu tentang apa saja yang baik clan buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) b. Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan clengan akhlak. c. Nilai-nilai mengenai benar dan salah yang clianut oleh suatu golongan atau masyarakat umum
2
Pudi Rahadi, Hukum Kepolisian (/'rofesiona/isme dan .Rejbrmasi Palisi); (Surabaya: Laksba·1g Mediatama, 2007), h. 277-278. 3
W.J.S. Purwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.
216. " lskandar Kami!, Pe1oman Peri/aku Hakim dan Maka/ah Berkaitan, (Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2007), h. 22
17
Secara sistematis, etika dibedakan menjadi etika umum dan etika klrnsus. Etika khusus selanjutnya dibedakan lagi menjadi etika individual dan sosial. Etika umum membahas tentang prinsip-prinsip dasar dari moral, seperti pengertian etika, fungsi etika dan sebagainya. Di lain pihak, etika khusus menerapkan prinsip-prinsip '
"
dari moral itu pada masing-masing kehidupan manusia. Etika khusus yang individul memuat kewajiban manusia terhadap diri sendiri, dan etika sosial membicarakan tentang kewajiban manusia sebagai anggota umat manusia. Dua je11is etika khusus tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan Iainnya. Etika sosial ini bm1yak sekali pembidangannya, seperti etika keluarga, etika politik, etika lingkungan hidup dan etika profesi. 5 Dalam kamus besar Bahasa Indonesfa dijelaskan bahwa profesi adalah bidang pekerjaan
yang
dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan,
kejujuran
dan
sebagainya) tertentu. Profesi dapat dibedalcan menjacli 2 (dua), yaitu profesi pacla umumnya seperti diuraikan dalam pengertian profesi di atas clan profesi Iulrnr. Pengertian profesi yang Iuhur, yaitu profesi yang pada haldkatnya merupakan suatu pelayanan pacla manusia atau masyarakat. Motivasi utama dalam rnenjalankan profesi yang luhur aclalah kesediaan yang bersangkutan untuk melayani sesamanya. Conteh profesi ini adalah rohaniawan, dokter, wartawan, hakim, advokat, notaris, jaksa, clan
.. 6
]JO I ISL
' C.S.T. Konsil, Christine S.T. Kansil, Pokok-pokok Etika Prqfes1 Hukum, (Jakarta: Fradnya Paramita, 2006), h. 4. 6
!bid, h. 6-7.
18
Dalam mejalankan profesi agar tetap berada dalam kerangka nilai-nilai moral maka diperlukan aturan (code of conduct) berupa etika. 7 1-Iakekat setiap profesi tercennin dari !code etiknya yang berupa suatu ikatan, suatu aturan (tata) atau norma (kaidah) yang harus diindahkan yang berisi petunjuk-petunjuk kepada para anggota organisasi profesi tentang larangan-larangan, yaitu apa yang tidak boleh diperbuat, tidak saja dalam menjalankan profesinya, tetapi juga mengatur prilaku mereka dalam masyarakat. 8 Dengan demikian definisi Citra Etik adalah gambaran dalam melaksanahtn nilai-nilai moral (baik dan buruk) dalam kehidupan. Citra etik terdapat dalam setiap pekerja;in atau profesi, begitu juga profesi Palisi. Citra etik clalam pekerjaan atau profesi juga disebut dengan kocle etik profesi. Kacie etik profesi aclalah suatu tuntutan, bimbingan atau pedoman moral atau kesusilaan untuk suatu profesi tertentua atau merupakan dafta kewajiban clalam menjalankan profesi yang clisusun oleh para anggota profesi itu sendiri clan mengikat mereka clalam praktik. Dengan clemikian kode etik berisi nilai-nilai etis yang ditetapkan sebagai sarana pembimbing clan pengendali bagaimana seharusnya pemegang profesi berprilaku dalam n1enjalankan profesinya. Jadi nilai-nilai yang terkandung dalam kode etik profesi adalah nilai-nilai etis. 9
7 Sadjijono, Etika Profesi Kepo!isian, Suatu Te/aah Filosofis, Konsep dan lmplementasinya da/am Pe/aksanaan Tugas, (Surabaya: Alfina, 2006), h. 10.
'Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi dan Profesi Hukum, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), h. 76. 9
Pudi Rahadi, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Po!isi), h. 146-147.
19
Kode etik bagi profesi kepolisian tidak hanya didasarkan pada kebutuhan profesional, tetapi juga telah diatur secara normatif dalam UU RI No. 2 tahun 2002 tentang Polri yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Kapolri No. 7 tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi Polri, sehingga Kode Etik Profesi Polri berlaku mengikat bagi setiap anggota Polri. 10 Dalam Pasal 34 dan 35 UU RI No. 2 tahun 2002 tentang Po!ri disebutkan bahwa : (1) sikap dan prilaku pejabat Polri terikat pada kode etik profesi Polri; (2) Kode etik profesi Polri dapat menjadi pedoman bagi pengemban fungsi kepolisian lainnya dalam melaksanakan tugas .sesuai dengan peraturan perundaiig-undangan yang berlaku dilingkungannya; dan (3) ketentuan mengenai kode etik profesi Polri diatur dengan Keputusan Kapolri. Selajutnya dalam pasal 35 disebutkan: (1) Pelanggaran te·haclap kode etik profesi Polri O!eh pejabat Polri diselesaikan oleh komisi kode etik Polri; clan (2) Ketentuan mengenai susunan organisasi clan tata ke1ja komisi kode etik Polri diatur dengan Keputusan Kapolri. Kode etik tidak hanya mengatur etika kepribadian, kelembagaan clan kenegaraan bagi setiap anggota Polri, tetapi juga mengatur etika clalam lmbungan clengan masyarakat. Dalam pasal I angka 9 Peraturan Kapolri No. 7 Tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi Polri disebutkan bahwa : "Etika dalam hubungan dengan
masyarakat adalah sikap moral anggota Polri yang senantiasa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat". Selai\jutnya clalam pasal IO Kocle Etik
'°Ibid, h. 147-148.
20
Profesi Polri dikatakan bahwa : "Dalam etika hubungan dengan masyarakat maka
anggota Polri waJib: a. Menghormati harkat dan martabat manusia melalui penghargaan serta perlindungan terhadap hak asasi manusia. b. Menjunjung tinggi prinsip kebebasan dan kesamaan bagi semua warga negara. c. Menghindarkan diri dari perbuatan tercela dan menjunjung tinggi nilai kejujuran, keadilan dan kebenaran demi pelayanan pada masyarakat. d Menegakkan hukum demi menciptakan tartib sosial serta rasa aman publik. e. Meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat.
f
Afelakukan tindakan pel'fama kepolisian sebagaimana diwajibkan dalam tugas kepolisian, ba.ik sedang bertugas maupun di luar dinas. "
Nilai~nilai
moral tersebut di atas memberikan arahan dan pedoman kepada
setiap anggota Polri dalam pelaksanaan tugas penegakan hukum dan pemeliharaan Kamtibmas. Nilai-nilai yang terkandung sangat tinggi, sehingga jika dijalankan dengan baik akan dapat memberikan rasa senang dan tenang kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan Polisi berkaitan dengan penegakan hukum. Hal ini tentunya sesuai dengan slogan Polri yang berbunyi "Tekadku Pengabdian Terbaik" clan slogan
"Mengayomi dan Melayani Masyarakat". Mengapa persoalan citra Polri se.lalu muncul? Karena begitu dekatnya polisi dengan masyarakat, !Tiaka masyarakat pun menaruh banyak harapan kepada polisi
21
schingga dcngan dcmikian kinc1:ia (pe1:fim11a11ce) polisi pun mcndapal banyak pcrhatian. Hasil interaksi antara harapan masyarakat dan kine1:ja (tugas clan wcwcnang) Polri itulah yang membuahkan citra polisi. 11
A. Fungsi dan Tujuan Kcpolisian
Dalam kctcntuan umurn UU Republik Indonesia No.2 Tahun 2002 Tentang Kcpolisian Negara RI (Polri) terdapat rumusan mengenai definisi clari berbagai ha! yang berkaitan clcngan polisi, termasuk penge1iian kepolisian. Hanya saja clefinisi tcntang kcpolisian ticlak dirurnuskan secara lengkap karena menyangkut soal fungsi dan lcmbaga polisi sesuai yang diatur dalam pcra!uran perundang-undangan. Sclcngkapnya Pasal I ayat l-3 Undang-Undang RI No.2 Tahun 2002 Tentang Kcpolisian Negara RI (Polri) bcrbunyi: Dalam undang ut'dang ini yang dimaksucl dengan: I. Kcpolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dcngan peraturan pcrundang undangan. 2. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai ilegeri pacla Kcpolisian Republik Indonesia 3. Pcjal;at Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah ai1ggota Kepolisian republik Indonesia ynng berdasarkan undang- undang memiliki wewenang umum Kcpolisian. Menurut Sacljijono, istilah "polisi" clan "kepolisian" mengandung pengertian yang berbeda. lstilah "polisi" aclalah sebagai organ atau
Jr~mbaga
pemerintah yang
ada dala111 negara, sedang istilah "kepolisian" adalah sebagai organ clan sebagai !'ungsi. Scbagai organ, yakni suatu lembaga pemerintah yang terorganisasi clan 11
Anton Tabalt, f'o!J:,; f'e!aku dan f'emikir (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 213.
22
tcrstruktur clalam organisasi negara. Scclangkan sebagai fungsi, kepolisian berarti tugas clan wewenang serta tanggung jawab lembaga atas kuasa unclang-unclang untuk mcnyclcnggarakan fungsinya antara lain pcmeliharaan kearnanan clan ketertiban masyarakat, pcncgakan hukum, peli!1clung, pengayom clan pejayan masyarakat. 12 Di cl a lam Black's Law Diclionary clisebutkan, bahwa "Police is a branch of the goverrnent which is charged with the preservation of public order and tranquility, the promotion of the public health, safety and morals and the prevention, detection, and punishment of crimes". 13 Arti kepolisian clisini clitekankan kepada tugas-tugas yang harus clijalankan sebagai
bagian clari pemerintalrnn, yakni memelilmra
keamanan, ketertiban, ketentraman masyarakat, mencegah clan menindak pelaku kejahatan. Sesuai clengan kamus umum bahasa Indonesia, bahwa polisi diartikan, pcrlama scbagai baclan pemerintvh yang bertugas mernclihara keamanan clan ketcrtiban urnum (seperti menangkap orang yang melanggar unclang-undang dsb.), kcdua, sebagai anggota clari baclan pemerintahan tersebut di alas (pegawai negara yang bertugas mcnjaga keamanan clsb.). 14 Istilah Kcpolisian clalam Pasal 1 angka 1 tersebut cli atas mcngandung dua pcngertian, yakni fungsi polisi clan lembaga Polisi. Pengertian tcntang fungsi polisi
12
Sadjijono, Hukum Kepolisian (Perspektif Kedudukan dan Hubungannya dalam Hukum Ad111i11istrasi), (Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2006) h. 6. 13
Henry Ca1nbe\I Black, Black's Lall' Dictionruy lvith l)ronounciations, (\Vest Publishing Co. USA, l 979), Fifth Edition, h. I 041. 11 • W.J.S.
Ptir\\lodanninto, Krunus Unuun Bahasa Indonesia, h. 763.
"'?.:.
23
tcrclapat dalarn pasal 2 Undang Undang RI No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara RI (Polri) yang berbunyi: "Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pcrnel iharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pcrlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat".
Pcngertian kcpolisian sebagai fungsi tersebut diatas sebagai salah satu fungsi pcmerintahan
Negara,
di
bidang
pemcliharaan
keamananan
clan
ketertiban
nrnsyarakat, pcncgakan hukum, pelinclung, pengayom clan pclayanan kepacla 111asyarakat. Scdang pengertian kepolisian sebagai lembaga aclalah organ pemerintah yang ditctapkan scbagai suatu l'ungsinya
bcrdasarkan
lembaga yang diberikan kewenangan menjalankan
peraluran
perundang
undangan.
Jacli,
apabila
kita
rnembicarakan persoalan kepolisian berarti berarti berbicara tentang fungsi dan lcrnbaga kcpolisian. Fungsi Kcpolisian ditemukan melalui penguraian climensi fungsi Kepolisian yang tenliri dari dirncnsi yuridis clan sosiologis. Dalam dimensi yuridis fi.mgsi Kcpolisian terdiri atas fungsi Kepolisian Umum clan fungsi Kepolisian Klrnsus. 15
F1111gsi
Kepo/isian
Umum
berkaitan
dengan
kewenangan
Kepolisian
bcrdasarkan undang-undang clan atau peraturan perundang-undangan yang meliputi scrnua lingkunt'an kuasa hukum yaitu: (l) Lingkungan kuasa soal-soal yang termasuk kompctcnsi Hukum Publik; (2) Lingkungan kuasa orang; (3) Lingkungan kuasa
15
Pudi Rahadi, l/11ktt1J1 Kepo/isian (Profesiona/isn1e dan Refor11u1si l?o/ri, h. 56
24
lcmrat; dan (4) Lingkungan kuasa waktu.
16
Scdang pcngcmban fungsi Kcpolisian
Umum, scsuai unclang-undang ini adalah Kepolisian Negma Republik Indonesia, schingga tugas dan wcwcnangnya dengan sendirinya akan mencakup keempat lingkungan kuasa terse but. Selain dilihat dari tataran fungsi .Kepolisian, kcwenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia juga mencakup tataran represif, preventif, dan
pre-empt if Fungsi Kepo/isian Khusus, berkait dengan kewenangan Kcpolisian yang oleh ntau atas kuasa undang-undang secara khusus ditentukan untuk satu lingkungan kuasa. Baclan-baclan pemerintahan yang oleh atau atas kuasa unclang-undang diberi wcwcnang untuk melaksanakan fungsi Kepolisian Khusus di biclangnya masingmasing clinamakan alat-alat Kepolisian Khusus. Kepolisian Khusus, sesuai clengan unclang-unclang yang menjacli clasar hukumnya, beracla clalam lingkungan instansi tcrlcntu scpcrti antara lain: Bea Cukai, Imigrasi, Kehutanan, Pengawasan Obat clan ivlakanan, Patent dan Hak Cipta. Di antara pejabat pengemban fungsi Kepolisian I<.lmsus, ada yang cliberi kewenangan represif yustisial selaku penyiclik clan c1isebut sebagai penyiclik pegawai negeri sipil. 17 Dalarn dimensi sosiologis, fungsi Kepolisian tercliri atas peke1:jaan-pekerjaan tcrtcntu yang dalarn praktek kehidupan masyarakat clirasakan perlu clan acla manfoatnya, guna mewujudkan keamanan clan kelertiban di lingkungannya, sehingga
16
Mo1110
l(e!ana, A,fe111Gha111i Undang-11nda11g Kepo!isian Republik Indonesia, Jakarta: Sin
Gradifndo, 2004), h. 61. 17
Pudi Rahadi, !iulaon Kcpolisian (Profesionalis1ne dan Reforn1asi J>ofri, h. 58.
25
dilri waklu kc waklu dilaksanakan atas dasar kcsadaran dan kcnrnuan masyarnkat sendiri sccara swakarsa serta kemudian melembaga dalam tata kchidupan masyarakat. Fungsi Kcpolisian sosiologis dalam masyarakat hukum adat clapat disebutkan antara lain: penguasa adat dan kepala desa. Sedangkan yang tumbuh dan berkcmbang sesuai kcbutuhan masyarakat antara lain berbagai bentuk satuan pengamanan lingkungan baik
lingkungan pcmukiman, pendidikan maupun lingkungan kerja.
Sctiap
pcngemban fungsi Kepolisian dalam rnelaksanakan tugasnya scsuai dasar hukumnya masing-masing bersifat otonom. Dengan demikian hubungan antar pengemban fungsi Kcpolisian bcrsifat fungsional dan saling melengkapi c!engan mengembangkan azas ._,. · IR su l')S!u1ar1tns.
Fungsi Kcpolisian seperti cliatur c!alam Pasal 2 UU Nomor 2 Tahun 2002 <1dalah mcnjalankan salah salu fungsi pcmerintahan negara dalam tugas pcnegakan hukum selain perlindungan, pengayoman clan pelayanan masyarakat. Hal tersebut dipcrtegaskan dalam Pasal 14 Ayat (!) huruf g UU Kepolisian bahwa polisi bcrwenang rnelakukan penyidikan terhaclap semua tinclak pidana. Hal demikian mcnyatakan bahwa polisi aclalah penyidik clan berwenang melakukan penyiclikan tindak pidana yang scbelumnya didahului oleh tindakan penyelidikan oleh . l'k pen ye I1c 1 •. 19
'" !hid. h. 58-59. 19
C.S.T. Konsil, Christine S.T. Kansil, Pokok-pokok Etika Pro/esi Hukum, h. 137.
26
Dalam mcnjalankan fungsi sebagai aparat penegakan hukum, polisi wajib mcmahami azas-azas hukum yang digunakan sebagai bahan pcrtimbangan dalam pclaksanaan tugas, yaitu scbagai berikut: 20 a. Asas legalitas, dalam melaksanakan tugasnya sebagai penegak hukum wajib tunduk pada hukum. b. Asas
kcwajiban,
merupakan
kewajiban
polisi
dalam
menangani
pcnnasalahan dalam masyarakat yang bersifat diskresi, karena belum diatur dalarn hukum. c. Asas partisipasi, dalam rangka mengamankan lingkungan masyarakat polisi rncngkoordinasikan pengamanan swakarsa untuk meWl\judkan ketaatan hukum di kalangan masyarakat. d. Asas prcventif, selalu mengedepankan tindakan pencegahan dari pada penindakan (represif) kepada masyarakat. c. Asas subsidiaritas, melakukan tugas instansi lain agar tidak menimbulkan permasalahan yang lebih besar sebelum ditangani oleh instmsi yang mcrn bidangi. Scianjutnya mengenai tujuan Polri disebutkan dalam Pasal 4 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara RI (Polri) yang menyatakan bahwa: "Kepolisian Negara Republik Indonesia berlujuan untuk mewujudkan kcamanan dalam ncgeri yang meliputi terpeliharanya keamanan clan ketertiban rnasyarakat, tertib clan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman clan
20
Bisri Jlham, Sistem Hukwn Indonesia, (Jakarta: Grafindo Pcrsada, 2004), h. 32.
27
pclayanan masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat clengan menjunjung tinggi hak asasi manusia". 21
Pcrnyataan
tcntang
tujuan
Kepolisian
sangat
penting
artinya
bagi
pembcntukan jati diri Kepolisian, karena tujuan akan mcmberi batasan clan arch tentang apa yang harus dicapai mela!ui penyelenggaraan l\Jngsi Kepolisian clalam kescluruhan pe1juangan bangsa untuk mencapai tujuan nasional. Kejclasan tujmu1 Kcpolisian akan rnemberikan pula kejelasan visi clan misi yang cliemban Polri schingga pada gilirannya akan merupakan pctunjuk clan peclornan bagi pencntuan mctocle pelaksanaan tugasnya secara tepat. Tujuan negara scbagai perwujudan clari falsafah/icleologi suatu ncgara sclalu mcnjacli acuan bagi tujuan Kepolisian. Dengan demikian, tiap negara mempunyai tujuan Kcpolisian sencliri yang khas clan terikat clengan falsafah/ideologi negara clan tujuan ncgara yang dapat diketahui dari konstitusi atau Undang-Unclang Dasar Negara yang bcrsangkutan. Dalam mencapai tujuan Kepolisian, falsafah/icleologi negara scnantiasa mcnjiwaidan mewamai sikap atau perilaku Kepolisian, baik sikap dan pcri!aku pcrorangan maupun organisasi Kepolisian, sehingga membentukjati cliri Kcpolisian yang diwujuclkan clalam ajaran atau konsepsi Kepolisian, azas Kepolisian dan Kode Etik Kepolisian. Pcrubahan paradigma ketatanegaraan di Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Perubahan Kedua, Ketctapan MPR Nomor VI/MPRJ2000 dan Kctetapan MPR Nomor VIl/2000 dalam
------------21
C.S.T. Konsil, Christine S.T. Kansil, Pokok-pokok Etika Proj?si Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2006), h. I 30.
29
Konsekucnsi dari pelaksanaan salah satu fungsi pemerintahan tersebut, maka kcdudukan kcpolisian berada di bawah Prcsiden yang secara ketatanegaraan tugas pcmcrintahan mcrupakan tugas lembaga eksekutif yang dikcpalai oleh Prcsidcn. Dan jika dilihat dari sistem ketatanegaraan berdasarkan UUD 1.945, lembaga kepolisian merupakan lembaga pemerintahan (regeringsorganen). Dengan dipisahkannya Polri dari TN! maka sccara kelembagaan dapat clikatakan kcpolisian sebagai lembaga administrasi (administrative organen), karena tugas di bidang kearnanan dan kctertiban umum merupakan tugas clan wewenang administrasi. Konsekuensi logis scbagai lcmbaga pemerintahan inilah, institusi kepolisian kedudukannya kemudian ditempatkan di bawah Presiden selaku kcpala pemerintahan. 24 Dala111 Pasal 13 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 Tcnlang Kcpolisian Ncgarn Rl (Polri) clisebutkan, bahwa Tugas Pokok Kcpolisian Ncgarn Rcpublik Indonesia adalah:
25
a.
Memclihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
b.
Menegakkan hukum; clan
c.
Memberikan
perlindungan,
pcngayoman,
dan
pelayanan
kepada
masyarakat. Subslansi tugas pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat bersumber dari kewajiban umum kepolisian lll1tuk menjamin keamanan umum. Sedangkan substansi tugas pokok menegakkan hukum bersumber dari ketentuan
" Pucli Rahardi, l/11k11111 Kepolisian, (Pro/esionalisme clan Re/otmasi Po/ri), h. 25. 25
C.S.T. Konsil, Christine S.T. Kansil, Pokok-pokok Etika Pro/es/ H11k11111, (Jakarta: Pradnya l'aramita, 2006), h. 136, lihat juga Pudi Rahardi, H11k11111 Kepo/isian, (Profesionalisme clan Refotmasi Po/ri), h. 67.
30
peraturan perundang-undangan yang memuat tugas pokok Polri dalam kaitannya dengan peradilan pidana, contoh KUHP, KUHAP dan berbagai Undang-undang terlenln lainnya. Seianjutnya substansi tugas pokok Polri untuk memberikan bersumber dari perlindungan, pengayoman clan pelayanan kepada .masyarakat . kedudnkan dan fungsi kepolisian sebagai bagian dari fungsi pemerintahan negara yang pada hakekatnya bersifat pelayanan publik (public service) yang termasuk dalam kewajiban umum kepolisian.26 Adapun rincian tugas Polisi dari pasal 13 di atas terdapat lebih spesifik dalam pasal 14. Ketentuan dalam pasal 14 ayat 1 huruf a s/d f merupakan kelompok tugas J'OLRI yang bersumber dari tugas pokok "memelihara keamanan dan ketertiban
mmyarakat" dan merupakan fungsi-fungsi teknis dalam rangka pelaksanaan kewajiban umum Kepolisian. Setiap anggota/pejabat Polri harus memahami tugastugasnya sehingga dapat diaplil:asikan di lapangan tanpa menemui banyak kendala dan halangan. Tugas Pcnyelidikan dan penyidikan yang harns dilaksanaka11 oleh penyelidik clan penyidik (Pcjabat Polri atau menurut istilah KUHAP "Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia) meliputi kegiatan: 27 I.
Mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana;
2.
Menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan;
26
Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian, (Profesionalisme dan Refotmasi Po/rt), h. 68.
27
Pudi Rahardi, Hukwn Kepolisian, (Profesionalisme dan Refotmasi Polri), h. 71 -72.
31
3.
Mencari serta mengumpulkan bukti;
4.
Membuat terang tentang tindak pidana yang te1jadi;
5.
Menentukan tersangka pelaku tindak pidana.
Undang-undang RI No. 8 tahun 1981 tentang I-fokum .Acara Piclana (KUHAP) memberikan peran utama kepacla Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk rnelaksanakan tugas penyeliclikan clan penyiclikan tindak piclana (secara umurn) tanpa batasan lingkungan kuasa, sepanjang masih termasuk dalam lingkup hukum publik, sehingga pacla clasarnya Kepolisian Negara Republik Indonesia oleh KUHAP diberi kewenangan untuk melakukan penyeliclikan clan penyiclikan terhadap semua tindak piclana. Namun demikian KUHAP masih memberikan kewenangan kepada Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu untuk melakukan penyiclikan sesuai clengan wewenang khusus yang diberikan oleh Unclang-undang yang menjacli da8ar hukumnya masingmasing (Penjelasan Pasal 7 ayat (2) Undang-undang No. 8 Tahun 1981). Mengenai kewenangan um um yang dipunyai Polri berdasarkan Pasal 15 (1) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara RI (Polri) tersebut di alas dapat dijelaskan lebih lanjut dalam .uraian berikut. Bahwa rumusan Pasal 15 ayat (1) huruf a merupakan legitimasi bagi kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai "Pejabat yang berwenang" menerima laporan dan pengaduan dalam rangka pelaksanaan tugas Kepolisian. Di samping itu, Pasal 15 ayat (1) huruf a ini merupakan pula penegasan dari kewenangan penyelidik dan penyidik sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (I) dan Pasal 7 ayat (1) KUHAP (UU No. 8 tahun 1981) yaitu "Menerima laporan dan pengaduan dan seseorang tentang adanya tindak pidana".
32
Dengan demikian dapat disimak bahwa kewenangan Polri dalarn menerima laporan dan pengaduan, rnempunyai dua sumber yaitu: (I) sebagai kewajiban umum Kepolisian menurut UU No. 2 Tahun 2002; dan (2) sebagai kewajiban dalam rangka proses pidana rnenurut KUHAP. 28 Kewenangan umum untuk memberikan bantuan pengamanan juga dapat dimanfaatkan dalam kegiatan instansi lain serta kegiatan masyarakat pada u•numnya. Namun demikian pengguman kewenangan ini hanya atas permintaan instansi yang berkepentingan atau atas permintaan masyarakat. Bantuan pengamanan oleh Polri tersebut diberikan untuk memperkuat pengamanan yang dilakukan secara internal oleh instansi atau masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan masyarakat yang sifatnya masal dan berpotensi menimbulkan gangguan biasanya dimintakan ·bantuan pengamanan kepada Polri selaku institusi pemelihara dan penjaga Kamtibmas. Pengamanan oleh Polri tersebut di samping sebagai pelaksanaan tugas Poiri selaku pemelihara Kamtibmas, juga sebagai wujud pemberian pelayanan umum yang baik dari institusi kepolisian kepada masyarakat.
29
C. Profcsionalismc Polisi
Profesi Polri adalah profesi mulia (nobile ofjicium) sebagaimana profesiprofesi terhormat lainnya yang memberikan perlindungan dan pengayoman kepada
28
Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian: (Profesionalisme dan Refotmasi Polri), h. 76.
29
Anton Tabah, Palisi Pe/aku don Pemikir, h. 95.
33
masyarakat, dan jasanya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. 30 Sebagai suatu profesi maka diperlukan upaya. pemolisian profesi, karena polisi ri1erupakan ·suatu pekerjaan yang memiliki status sosial yang tinggi dan bergengsi. Di samping itu juga, polisi sebagai profesi merupakan suatu pengkhususan (spesialisasi) yang mempersyaratkan pendidikan formal yang dapat dipertanggungjawabkan. Profesi Polri memiliki standar persyaratan yang ketat untuk masuk, dan merupakan ·suatu organisasi yang mengembangkan sendiri suatu pengetahuan teoritis. Kepolisian juga merupakan suatu badan yang mempunyai dan melaksanakan kode etik dan memiliki otonomi politik untuk mengontrol nasibnya sendiri. 31 Adapun ukuran profesionalisne Polri memiliki kriteria dan ciri-ciri yang hampir sama dengan profesi yang lain, Profesi6nalisme Kepolisim1 mempunyai ciriciri sebagai berikut: 32 I.
Jujur, taat terhadap kewajiban dan senantiasa menghormati hak-hak orm1g lain.
2.
Tekad di dalam jiwanya, setiap amal perbuatan dilandasi 6leh niat untuk beribadah dan merupakan pengabdian diri nya kepada dan bagi kepentingan orang lain sebagai bukti adanya kepedulian terhadap lingkungan sekitamya.
30
Ronny R Nitibaskara, Palisi dan Korupsi, (Jakarta: Radjawali I'ress, 2005), h. 359.
" Bibit Samad Irianto, Pemikiran Menuju Polri yang Profesiona/, Mandiri, Berwibawa dan Dicintai Rakyat, (Jakatta: Restu Agung, 2006), h. 174. 32
Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian, (Profesionalisme dan Refotmasi Polrl), h. 204-205.
34
3.
Memiliki sifat, watak dan akhlak serta kepribadian yang baik dengan berlandaskan pada Taqwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4.
Amal perbuatannya senantiasa diawali dengan niat dan itikad baik dan untuk mencapai tujuan dilakukan dengan cara ya11g baik clan benar.
5.
Tidak akan pernah berniat jelek terhadap tugas yang dipercayakan kepadanya, oleh masyarakat dan negara maupun bangsa berdasarkan hukt<m yang berlaku.
6.
Memiliki
kebanggaan
pada
profesinya
dengan
mendahulukan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadinya. Masih berkaitan dengan profesionalisme Polri, menurut Anton Tabah,33 di dunia ini terdapat lima syarat yang harus dipenuhi oleh institusi kepolisian agar profesional, yaitu: I.
Well Motivated, yaitu seorang calon anggota polisi harus memiliki motivasi yang baik ketika dia menjatuhkan pilihan untuk menjadi polisi. Motivasi tersebut ikut memberi warna p,emolisian seorang anggota polisi dalam mengembangkan kariernya. Well motivated dapat dipantau sejak awal, yakni ketika dilakukan rekruitmen di institusi kepolisian.
2.
Well Educated, yaitu untuk mendapatkan polisi yang baik maka harus dididik untuk · menjadi polisi yang baik. Hal ini menya11gkut sistem pendidikan, kurikulum clan proses belajar mengajar yang cuki.p ketat, disiplin yang rumit di lembaga pendidikan kepolisian.
''Anton Tabah, Membangun Polisiyang Kuat;(Jakarta: Mitra Hardhakusuma, 2001), h. 5-8.
35
3.
Well Trained, yaitu perlu dilakukan pelatihan sccara terus-rnenerus bagi anggota polisi melalui proses managerial yang ketat agar pendidikan dan pelatihan yang sinkron man1pu menjawab berbagai tantangan kepolisian aktual dan tantangan di masa depan.
4.
Well Equiped, yakni menyangkut penyediaan sarana dan prasarana yang cukup bagi institusi kepolisian, serta penyecliaan sistem dan sarana teknologi kepolisian yang baik agar anggota polisi dapat menjalankan tugas dengan baik.
5.
Well fare, yalmi diberikan kesejahteraan kepada anggota polisi dengan baik, menyangkut gaji, tunjangan dan penghasilan lain yang sah yang cukup untuk menghidupi polisi dan anggota keluarganya.
Selanjutnya menurut Sadjijiono, khusus untuk kondisi Indonesia untuk rnencapai profesionalisme Polri, syarat-syarat yang telah dikernukakan oleh para ahli tersebut di atas perlu ditambah dengan aspek yang berkaitan dengan pengorganisasian clan pengawasan kepolisian. Hal ini didasarkan pada kondisi Polri yang dihaclapkan pada kultur, idiologi bangsa dan karakteristik masyarakat Indonesia yang beragam. Adapun mutu kepolisian yang ideal di Indo;1esia meliputi: 34 I.
Motivasi dan moralitas yang baik clari calon anggota clan setiap anggota Polri, yang dapat ditelusuri sejak rekruitmen calon anggota hingga rnemasuki masa clinas kepolisian.
l·•sadjijiono, Fungsi Kepo/isian dalam Pelaksanaan Good Governance (Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2005) h. 236-237.
36
2.
Dasar pendidikan umum dan pendidikan kepolisian yang memadai, yakni dasar pendidikan umum yang berorientasi pada relevansi kebutuhan tugas, sedangkan pendidikan kepolisian harus sesuai dengan kurikuium yang berorientasi pada tugas utama kepolisian. dan tantangan tugas di masa depan. berkelm~utan.
3.
Melakukan pelatihan secara rutin dan
·1.
Memiliki keahlim1 dan mampu menggunakan pe:ralatan yang memadai sesuai dengan kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat.
5.
Pemberian kesejahteraan yang cukup berdasarkan kebutuhan normal dalam masyarakat, yang berorientasi pada gradasi golongan kepangkatan dan masa berdinas.
6.
Pengorganisasian yang efektif yang berorientasi pada tugas dan wewenang serta struktur ketatanegaram1. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan kepolisian yang benar-benar mandiri.
7.
Adan ya pengawasan yang baik dalam sistem organisasi.
Dengan demikian maka wujud profesionalisme Polri dapat dilihat dalam pelaksm1aan tugas dan wewenang kepolisian yang harus didukung oleh kecakapan tcknis kepolisian yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan serta pengalm11an-
37
pcngalaman tugas. Hal tersebut merupakan landasan bagi penilaian kualitas profesi Polri yang menurut D.P.M Sitompul, menganclung makna: 35 a.
Profesi Polri berkaitan clengan jarninan hak clan kewajiban setiap warga Negara yang berorientasi pada kepentingan \tmtm).
b.
Pelakanaan tugas/profesi Polri terkait dengan kepastian hukum dan keaclilan.
c.
Profesi Polri dibatasi oleh ketentuan peraturan perunclang-unclangan sehingga memerlukan kemahiran clan penguasaan hukum.
cl.
Adanya pengawasan yang ketat atas perilaku :Pribacli anggota Polri melalui Kocle Etik Profesi Polri.
Sciring dcngan terjadinya perubahan pai·acligma di tubuh Polri, yakni dari sosok polisi yang sebetumnya bersikap militeristis karena menj acli bagian dari ABRI, kemudian menjadi polisi sipil setelah pisah dari ABRI, masyarnkat menghenclaki agar Polri meningkatkan profesionalismenya clalam menjalankan tugas dan kewajiban baik sebagai pemelihara Kamtibmas mattpun. sebagai aparat penegak hukum. Ukuran profesionalisme yang henclak cliraih oleh institusi Polri harus memenuhi kriteria atau ciri-ciri profesionalisme POLRI profesionalisme sebagaimana tersebut di bawah ini: 36 a.
Keterampilan yang diatur berdasarkan atas pengetahuan teoritis.
35
Sitompul DPM, Maja/ah Bhayangkara Edisi Khusus, Dies Nata/is J;e 56, (PTIK: Jakarta, 2002), h. 16. 36
Legge and Exley, Profesionalism and Modernism Police, (New York, 1995), h. 323.
38
b.
Memperoleh pendidikan tinggi dan latihan kemampuan yang diakui oleh rekan sej awatnya.
c.
Adanya organisasi profesi yang menjamin berlangsungnya budaya profesi melalui persyaratan untuk memasuki organisasi. tersebut (ketaatan pada Kode Etik Profesi).
d.
Adanya nilai khusus yang harus diabdikan pada kemanusiaan.
Jadi, seorang profesional hidup dari profesinya dan secara terns menerus berusaha meningkatkan keahlian ilmunya sendiri. Berangkat dari definisi tersebut maka tampak jelas bahwa para ilmuwan dapat disebut sebagai profesional. Permasalahannya sekarang adalah bagaimana rumusan profesionalisme yang harus diterapkan di lingkungan Polri. l'rofesionalistne Polri wujuclnya aclalah merupakan dasar-dasar sikap, cara berpikir, tindakan dan perilaku yang clilanclasi oleh ilmu kepolisian yang diabdikan pada kemanusiaan dalarn w1tjud terselenggaranya keamanan dan tegaknya hukum. Jadi, terciptanya rasa aman dan kebenaran demi tegaknya hukum adalah hakekat tujuan jiwa pengabdian clan profesionalisme Polri yang benar clengan berlandasankan pacla prinsip penuntun yang wajib dipedomani oleh setiap personil Pold yaitu Pancasila, Tribrttta dan Catur Prasetya. 37
D. Pcrscpsi Masynraknt Tcrhadap Polisi . Sulit rasanya memisahkan keeratan hubungan antm·a masyarakat dengan polisi. Polisi clan masyarakat bagaikan air dengan ikannya. Ticlak ada masyarakat "Awaloedin Djamin, Prinsip-prinsip Penuntun Polri, (Jakarta: PTIK, 1961) h. 49.
39
. tanpa. polisi. Sebaliknya, keberadaan polisi tidak dapat dilepaskan dari masyarakatnya. Dimana ada masyarakat, di situlah terclapat institusi yang namanya polisi (ubi societas ubi politie). Polisi merupakan sebuah institusi hukum yang cukup tua. keberaclaannya, setua usia kehiclupan bermasyarakat clalam sejarah manusia. Polisi (mulai clalam bentuknya yang amat sederhana sampai polisi modern) climanapun di clunia ini umumnya mempunyai clua peran sekaligus. Pertama, polisi aclalah institusi yang bertugas menjaga clan mcrnelihara
keamanan clan ketertiban masyarakat, agar tercapai kehidupan am:rn, tentram, clan clamai (police as a maintenance order office1). Kedua, polisi aclalah institusi yang berperan dalam penegakan hukum clan norma yang hiclup di masyurnkat (police as a enforcement order officer). Pada pelaksanaan peran clemikian, polisi
adalah institusi yang clapat memaksakan berlakunya hukum. Manakala hukum clilanggar, terutama oleh prilaku menyimpang yang namanya kejahatan, maka cliperlukan peran polisi guna memulihkan keaclaan (restitution in integrumj clengan memaksa si pelanggar hukum untuk menanggung akibat dari perbuatannya. 38 Ada al&san P,enting untuk mempertahankan perlunya mengkaji pertukaran antara polisi Indonesia clengan masyarakatnya, bahkan sampai kepacla alasan teoritis. Alasan teoritis climaksud mengatakan, bahwa hasil kerja yang clicapai oleh suatu lembaga dalam masyarakat, tidak sepenuhnya merupakan prestasi 38
Pudi Rahardi, Hukwn Kepo/isian, (Profesionalisme don Refotmasi Po/ri), h. 173-174.
40
lembaga bersangkutan, melainkan merupakan hasil pertukaran antara berkerjanya .
.
lembaga tersebut dengan lingkungam1ya.
39
Singkat kata, "hasil ke1]'a polisi tidak bisa dinilai secara berdiri sendiri
clan absolut". Arti absolut sendiri di sini melihat prestasi polisi semata-mata sebagai hasil karya para anggota polisi sendiri. Ahli-ahli berpendapat demikian. Lebih tepat dikatakan, bahwa prestasi ke1ja polisi merupakan fungsi dari keadaan di sekelilingnya. Baik berupa hambatan maupun dukungan dan dorongan. !tu berarti bahwa terdapat suatu pertukaran yang erat antara polisi dengan lingkungan, masyarakat dan bangsanya. Itulah yang menentukan hasil kerja clan prestasi polisi ." 0 Suatu keberhasilan kerja dan prestasi sangat dimungkinkan clapat mempengaruhi dan membentuk citra polisi da11 kepolisian di mata rnasyarakat. Palisi merupakan organ paling depan bagi ditegakkannya kembali hukurn yang dilanggar. Dalam sistem peradilan pidana (criminal justice system), polisi bertugas mengurai benang rnwetnya sebuah kasus kejahatan, mulai dari proses penyelidikan dan penyiclikan, pembuatan BAP (Berita Acara Pemeriksaan) dan menyerahkan
kepada
kejaksaah.
Dalam
pelaksanmm
tugas
ini
polisi,
profesionalisme daµ nama baik polisi dipertaruhkan dalam menangkap tersangka pelaku kejahatan. Sebab bila polisi tidak berhasil menangkap penjahat, maka
39
Anton Tabah, Palisi Pe/aku dan Pemikir, h. 82.
40
Ibid, h. 83
41
keselamatan masyarakat akan terancam. 41
Selain itu kine1ja polisi juga harus
ditunjang oleh kesepahaman persepsi dalam setiap menangani kasus kejahatan dengan institusi penegak hukum lainnya seperti kejaksaan dan kebakiman, karena masih dalam sebuah sistem guna menangkap clan memenjarakan pelaku kejahatan "integrated criminal justice system". Bagaimanapun polisi adalah tokoh ambivalen. Di satu pibak, Polisi dicari oleh masyarakat, di lain pihak masyarakat yang sama itu pula berusaha untuk menjauhi dan tidak mau oerhubungan dengan polisi. Sikap masyarakat yang
"mendambakan" dan sekaligus "menolak" itu kiranya cukup bisa dimcngcrti, oleh karena tugas polisi di satu pihak melindungi, mengayomi clan melayani, seclang di pihak lain pihak polisi juga harus menclisiplinkan masyarakat itu. Karena begitu dekatnya polisi dengan masyarakat, maka masyarakat pt;n menaruh banyak harapan kepada polisinya, sehingga dengan demikian kineria
(pe1jormance) polisi pun lalu banyak menadapat perhatian. Kaitan antara atau basil interaksi antara harapan dan kinerja itulah yang membuahkan citra polisi.
4 :!
Kondisi riil pelayanan publik dan pelaksanaan tugas penegakkan hukum, klrnsusnya di lingkungan organisasi Polri, hingga saat ini masih belum memuaskan 111asyll;rakat atau dengan kata lain masih jauh dari predikat pelayanan yang bermutu. Seperti yang diungkapkan oleh Satjipto Raharjo, Pakar Hukum
11 •
M. Khoirudin dan Sadjijono, Mengenal Figur Palisi Kita, (Yogyakarta: LaksBang PreSSindo, 2006), h. 26. 12 ·
ibid, h. 212-213
42
dan Staff ahli Kapolri, bahwa "Polisi Indonesia barn be!ajar menjadi polisi sipil kurang lebih 6 tahun sejak tahun 1999 dengan melepaskan diri dari doktrin militer. Pimpinan Polri senantiasa melakukan koreksi di tubuh Polri clengan harapan agar Polisi menjacli lebih profesional". Mengenai pelayanan publik yang clilakukan oleh polisi kepada masyarakat ini pernah diteliti oleh Lembaga Survei Indonesia pacla tahun 2005. Penilaian publik terhadap kine1ja kepolisian ini terangkum dalam survei nasional yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 2.8 Juli hingga 2 Agustus 2005. Survei ini mengambil sampel 1.396 responden nasional dengan metode multistage random sampling clan wawancara tatap muka, dengan margin of error
2,6 persen clan tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil survei LSI ini memperlihatkan, penilaian responclen terhaclap kine1ja kepolisian secara umum memang masih baik, yaitu 69 persen menilai baik. Nanmn, jika membandingkan dengan survei sebelumnya pacla Februari 2005,
responclr~n
yang menilai kine1ja
kepolisian baik menurun menjadi 62 persen. Seclangkan persentase yang meni!ai buruk kinerja kepolisian justru meningkat clari 23 persen menjacli 28 persen, berarti kine1ja kepolisian memburuk. Lebihjelasnya lihat: tabel di bawah ini 43
:
" Lembaga Survei Indonesia (LSI), Kinerja Kepolisian, http://www.lsi.or.id/risei/39/kinerjakepolisian, diakses pada tanggal 4 Agustus 2009.
43
?itcnangkappe_n:(dundupan
Menangkappenjudi
'811111111!1111!1111!1111!11J48
'8111!1111!1111!1111!1111!1111!1111!1111!1111!1B82
Pelayanan berkualitas yang diberikan oleh insta,nsi kepolisian sangat ditentukan oleh para pelaksana pelayanan di lapangan dan loket-loket yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Bahkan juga perlu dibuka pintu pc la ya nan yang jelas dan terukur bagi masyarakat, karena dengan jelas tercantum syarat dan biaya. Hal itu sesuai slogan yang selama ini didengungkan oleh polri
"Tekadku Pe/ayanan Terbaik" atau slogan "Melindungi dan Melayani". Memang cukup banyak yang harus diluruskan tMtang persepsi warga masyarakat terhadap polisi dan profesinya. Karena dapat saja penilaian tersebut bersifat apriori yang sengaja dan menjelek-jelekan institusi kepolisian. Dalam rnenilai sikap atau persepsi masyarakat terhadap polisi haruslah secara proposional. Harns . ' dipahami bahwa polisi bukan sekedar penegak hukum, melainkan juga sebagai pemelihara keanmnan dan ketertiban masyarakat.
44
E. Polisi Mcnurut Islam Dalam dunia Islam sendiri adanya lembaga kepolisian telah cukup dikenal. Lembaga ini telah mulai dikenal atau ada pada zaman pemerintahan khalifah Urnar bin Khatab antara tahun 634-644 M. Kepolisian pada waktu itu dikenal Ahdast dan kepalanya disebut Shahib ul Ahdast. Hal ini disebutkan dalam sebuah buku tentang kepemimpinan Umar bin Khatab sebagai berikut44
:
a. Perkara-perkara pertentu seperti perzinahan dan pencurian diadili oleh para qadhi, sedangkan penindakan hukum pendahuluan berada dalam juridiksi kepolisian. Jawatan kepolisian ditempatkan di atas kedudukan yang tetap disebut Ahdats pada waktu itu, sedangkan kepala kepolisian disebut Shahib-ul-Ahdats. b. Ketentuan yang perlu juga diadakan dan pejabat-pejabat diangkat disenrna
ternpat
untuk
menjalankan
kewajiban-kewajiban
pemeriksaan, misalnya memeriksa berat dan ukuran, keamanan kebebasan jalan dari rintangan-rintangan berupa pendirian rumah diantaranya, pencegahan pemuatan meJebihi batas atas binatangbinat11ng, ,larangan penjualan minuman keras untuk umum dan sebagainya.
14 '
Syibu Nu'mani, Umar yang Agung Sejarah dan Kepemimpinan Khalifah, Bandung, PustakaPerpustakaan Salman !TB, 1981, ha!. 324.
45
Tugas ,sosial Polisi dalam Islam adalah untuk menjaga keselamatan jiwa raga dan harta benda setiap warga masyarakat serta Jingkungan dalam dari segala bentuk gangguan yang akan menimbalkan keresahan dan mengganggu ketertiban masyarakat
umum.
. perlindungan
dan
Tugas
ini
pertolongan
dilaksanakan kepada
setiap
dengan jalan memberikan Warga
masyarakat
yang
membutuhkan. Memberikan pertolongan dan perlindungan kepada orang-orang yang memperlukannya adalah merupakan suatu perbuatim yang mulia dan sangat terpuji. Seperti difirmankan Allah SWT dalam Surat An ..Nisa' ayat 75 :
® ~ _:£1:, ..tJ <):? GJ J..,... lj t)j -::
,,,.
-----
)¢
... .;
... .,,
,,.#
'
~
,..;
_:[b ..tJ (~
Artinya : Jviengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah davz (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri Ini (Mekah) yang za/im penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami peno/ong dari sisi Engkau!". Surat Al-Maidah ayat 2 :
46
~
~
:Jil ol :Jili).f\3 '\~3J.jl3~~1 JP i)3~ -13 L.c:J}1J\3)\ J~ i)3~3 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'arsyi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pu/a) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan ·dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menye/esaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolongmenolonglah kamu dalam (m~ngerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. Kemudiari hadits Nabi yang diriwayatkan Imam Ahmad meriwayatkan clari Anas Ibn Malik, dia berkata bahwa Rasulullah bersabda: 45
Artinya : "To long (belalah) sa11daramu yang dza/im, maupun yang didzalimi ". Dikatakan wahai Rasulullah Saw, menolong orang yang didzalimi itu dapat kami pahami, namun bagaimana kami bisa menolong orang yang berhuat dzalim? Beliau bersabda : "cegah dan laranglah dia dari berbuat dzalim, begit11lah menolongnya ".
Selain itu Allah juga memerintahkan umatnya untuk saling menasihati kepacia jalaq · ke\Jaikan, saling memberikan petunjuk kebenaran inilah perintahnya, seperti yang termaktub da!am Surat al-Ashr ayat 1-3 :
"Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah; Ringkasan Tafiir lbnu Katsir, (J
47
...
/.
,,,,, •
J.
,,,
•
J,-
,,,
-;:....
~I l};;i;j ly..I~ u;.;'.\11
-;:
':ii)
Qr J} &-i~I 0} ~!JiFJlj _,,....
"' J
""
c'r'.l' • ~-1L ~il.,r.--- :
...
i""'
ef
-
,,. .. ,.,
: : _ i{, i· ' 1,:, r ·~ 1,:, Y J '-r"" : .YP Y J
i·
Artinya : "Demi masa (1). Sesungguhnya manusia itu benar-benar da/am kerugian (2), Kecuali orang-orang yang beriman dan menge1jakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran(3) ".
Maka jelaslah ha! tersebut di atas, secara tidak langsung, juga mendasari tugas yang dilakukan oleh polisi selaku pelindung, pengayom clan pelayan masyarakat. Selain itu dengan Jebih dekatnya tugas polisi (kepolisian) clengan masyarakat untuk saling tolong menolong dalam mengurangi clan rneminimalisir kejahatan atau prilaku yang tidak menyenangkan clan di pandang oleh masyarakat sebagai prilaku yang menyimpang. Dengan kata lain, clapat disebutkan bahwa tugas selaku pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat adalah tugas yang telah dimanahkan clan dipcrintahkan oleh agama Islam.
BAB III BIOGRAFI KEPOLISIAN RESORT METRO JAKARTA SELA TAN
Dengan Pembangunan Community Policing, Polres Metro Jakarta Selatan selalu siap untuk melindungi mengayomi dan melayani masyarakat. Alas dasar itu Polres berusaha membangun sinergi penyelenggaraan keamanan, melalui cara: 1. Membangun Kemitraan.
2. Terciptanya lingkungan kerja, dengan adanya bantuan fungsional kepolisian masyarakat dan lingkungan ke1ja, yang pada akhirnya terbentuk lingkungan makro dengan luas wilayah, jumlah penduduk, terbangunnya pranata hukum dan pranata sosial. 3. Terbentuknya sinergi dengan potensi masyarakat. 4. Membangun jaringan intelejen keamanan internal
kewilayahan untuk
menemukan akar gangguan, rengendapan masalah keamanan, ambang gangguan dan dapat teratasi setiap gangguan nyata yang te1jadi. Pembangunan Masyarakat Patuh Hukum : 1. Ke1jasama dengan institusi Penegak hukum dan departemen yang membawahi
PPNS, Pemc,la
se~ta
kelompok masyarakat peduli pada kesadaran hukum dan
keadilan. 2. Terwujudnya Penegakkan Keadilan Masyarakat, terutama memiliki strategi pencegahan tindak kriminal, penerapan yang konsisten pada proseclur penanganan pelaku tinclak criminal sesuai hukum dan HAM.
49
3. Terwujudnya 7 Dimensi Pelayanan Masyarakat yang mencakup : •
Berkomunikasi berbasis kepedulian;
•
Cepat Tanggap;
•
Kemudahan pemberian Informasi;
•
Proseclur yang efisien dan efektif;
•
Biaya yang formal dan wajar;
•
Kemuclahan penyelesaian urusan; clan
•
Lingkungan fisik tempat ke1ja yang kondusif.
A. Visi clan Misi POLRI
!stilah visi dan misi di lingkungan masyarakat tidak lagi sebagai ha! barn, tetapi di lingkungan Kepolisian Negara RI istilah tersebut belum lama digunakan, kecuali clalam ha! tertentu seperti perumusan kebijakan pimpinan pada tingkat Mabes clan sampai pacla tingkat Polda. 1 Visi merupakan nilai kerohanian bagi setiap insan anggota Polri clan wajib clijabarkan dalam kehidupannya baik sebagai hamba tuhan maupun sebagai hamba hukum. 2 Visi Polri adalah cita-cita yang harus divvujudkan dalam setiap clerap langkah. kehidupan setiap anggota Polri untuk mengayunkan langkah ' . sebagai pelindung, pengayom dan pelayanan masyarakat maupun sebagai 1
Pudi Rahadi, Hukum Kepo/isiflll (Profesiona/isme dan Reflmnasi Palisi), (Surabaya: Laksbang Mediatama, 2007), h. 267. 2
·. !999;h.4
Kinarto, Po!ri Mandiri, Meremmgi Kritik terhadap Polri, buku 4, Cipta Manunggal, Jakarta.
50
penegak hukum. Visi Polri harns diwujudkan mdalui pelaksanaan tugas di lapangan sesuai bidangnya seperti di bidang operasional berseragam atau tidak berseragam. Selaku pribadi, di manapun polisi bertugas harus menyadari bahwa Polri adalah salah satu institusi pemerintah yang diberi wewenang oleh negara untuk melayani masyarakat. Misi adalah rumusan tugas yang ditetapkan namun bersifat umum untuk dilaksanakan dan masih bersifat abstrak. Agar misi tersebut dilaksanakan maka tentllnya setiap pemimpin wajib menetapkan tugas pokok clan selanjutnya membuat program kegiatan yang bersifat tindakan clan kegiatan. 3 Visi POLRI aclalah Polri yang mampu menjadi pelindung Pengayom dan Pelayan Masyarakat yang selalu clekat clan bersama-sama masyarakat, se11a sebagai penegak hukum yang profesional clan proposional yang selalu menjunjung tinggi supermasi hukum clan hak azasi manusia, Pemelihara keamanan dan ketertiban serta mewujudkan keamanan clalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang clemokratis dan masyarakat yang sejahtcra. Sedangkan misi POLRI aclalah berdasarkan uraian Visi sebagaimana tersebut di atas, selanjutnya uraian tentang jabaran Misi Polri kedepan aclalah sebagai berikut : •
Memberikan. perlinclungan, pengayoman clan pelayanan kepacla masyarakat . (meliputi aspek security, surety, safety dan peace) sehingga masyarakat bebas clari gangguan fisik rnaupun psykis.
'Jbic/, h. 26
51
•
Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya preemtif dan preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan kekuatan serta kepatuhan hukum masyarakat (Law abiding Citizenship).
•
Menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan hale azasi manusia menuju kepada adanya kepastian hukum dan rasa keadilan.
•
Memelihara
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat
dengan
tetap
memperhatikan norma - norma dan nilai - nilai yang berlaku dalam bingkai integritas wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. •
Mengelola sumber daya manusia Polri secara profesional dalam mencapai tujuan Polri yaitu terwujudnya keamanan dalam negeri sehingga dapal menc!orong meningkatnya gairah ke1ja guna mencapai
kesejahteraan
masyarakat •
Meningkatkan upaya konsolidasi kedalam (internal Polri) sebagai upaya menyamakan Visi clan Misi Polri kedepan.
•
Memelihara soliditas institusi Polri dari btrbagai pengaruh external yang sangat merugikan organisasi.
•
Melanjutlqn opyrasi pemulihan keamanan di beberapa wilayah konflik guna menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
•
Meningkatkan kesadaran hukum clan kesadaran berbangsa dari masyarakat yang berbhineka tunggal ika.
52
Sasaran : Dalam rangka mewujudkan Visi clan Misi Polri maka
ditetapkan sasaran yang hendak dicapai adalah : Biclang Kamtibmas •
Tercapainya situasi Kamtibmas yang kondosif bagi penyelenggaraan pembangunan nasional.
•
Terciptanya suatu proses penegakan hukum yang konsisten dan berkeaclilan, bebas KKN clan menjunjung. tinggi hak azasi manusia.
•
Terwujuclnya aparat penegak hukum yang
memiliki
integritas dan
kemampuan profesional yang tinggi serta mampu bertindak tegas adil clan berwibawa. •
Kesadaran hukurn dan kepatuhan hukurn rnasyarakat yang rneningkat yang terwujucl clalarn bentuk partisipasi aktif dan dinarnis rnasyarakat terhadap upaya Binkarntibrnas yang sernakin tinggi.
•
Kine1ja Polri yang lebih profesional dan proporsional dengan menjunjung tinggi nilai-nilai clemokrasi sehingga disegani dan menclapat dukungan kuat clari rnasyarakat untuk mewujudkan lingkungan kehiclupan yang lebih aman clan tertib.
Bidang Keamanan Qalam Negeri •
Tercapainya kerukunan antar umat beragama dalam kerangka interaksi sosial yang intensif serta tumbuhnya kesadaran berbangsa guna menjamin keutuhan bangsa yang ber Bhineka Tunggal Ilea.
53
•
Tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila clan UUD 1945. Filosofi: Disimak dari kandungan nilai Pancasila clan Tribrata secara
filosofi memuat nilai-nilai kepolisian sebagai abcli utama, sebagai warga negara telaclan clan wajib menjaga kete1tiban pribacli rakyat.
B. Satuan clan Bagian Kcsatuan
BAGIAN OPERASIONAL
Bagian Operasional aclalah salah satu Unsur pembantu pimpinan dan pelaksana staf Polres Metro Jakarta Selatan, yang bei:acla di bawah Kapolres. Bagian Operasional dipimpin oleh KaBagOps berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP), yang bertanggung · jawab kepacla Kapolres clan
clalam
pelaksanaan tugas sehari-hari clibawah kenclali Wakiipolres. Bagian Operasional bertugas menyelenggarakan aclministrasi dan pengawasan oprasional, perencanaan clan pengenclalian operasional Kepolisian, pelayanan fasilitas clan perawatan tahanan . clan pelayanan atas permintaan perlinclungan saksi/korban kejahatan clan permintaan bantuan pengamanan proses peraclilan clan pengapmnan khusus lainnya. Kabag Operasional clalam melaksanakan tugas kewajibannya clibantu oleh : 1. Kepala Sub Bagian Pembinaan Operasional, disingkat Kasubbag Binops.
2. Kepala Sub Bagian Perawatan Tahanan, disingkat Kasubbagwattah.
54
BAGIAN ADMINISTRASI Bagian Administrasi adalah salah satu unsur pembantu pimpinan dru1 pelaksana staf di Polres Metro Jakarta Selatan yang beracla dibawah Kapolres Metro Jakarta Selatan, bertugas membina clan menyelenggarakan manajemen biclang Personel Polres. Bagian
Administrasi
(BagMin)
dipimpin
oleh
Kepala
Bagian
aclministrasi disingkat Kabagmin berpangkat Ajun Komisaris Besar polisi (AKBP) bertanggung jawab kepacla Kapolres Metro Jakarta Selatan dan clalam pelaksanaan tugas sehari-hari clibawah kenclali Wakapolres Metro Jakarta Selatan.
BAGIAN BINA MITRA Tugas, Fungsi dan Peranan Binamitra 1. Tugas Binamitra aclalah Mencipatakan situasi clrui kondisi masyarakat yang
marnpu menolak, menangkal, mencegah, clan menru1ggulangi terjaclinya gangguan Kamtibmas terutama mengusahakrui ketaatan masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-unclangan yang berlaku. 2. Fungsi
Bin~mitr'\
aclalah Sebagai juru penerru1g dan penyuluh dalrui1 rangka
melaksanakan pembinaan kesadaran hukum dan ketaatan masyarakat kepada hukum clan perundang undangan yang berlaku serta menjadikru1 masyarakat agara mampu mengamankan clirinya sendiri clan lingkungan.
55
3. Pcranan Binamitra adalah Segala usaha dan kegiatan sebagai pengayom, pelindung, pembimbing, pendorong, pengarah, pelayan dan penggerak masayarakat.
·SATUANINTELKAM Tugas Pokok clan fungsi I.
Tugas Pokok
1. Sebagai Mata dan Telinga kesatuan Polri yang berkewajiban melaksanakn deteksi dini dan memberikan peringatan masalah clan perkembangan masalah dan perubahan kehidupan sosial dalam masyarakat. 2. Mengidentifikasi
ancaman,
gangguan,
atau
hambatan
terhadap
Kamtibmas. 3. Melaksanakan pengamatan terhadap sasaran-sasaran te11entu dalam masyarakat di bedang lpoleksosbudhankam bagi kepentingan yang membahayakan masyarakat khususnya dalam kegiatan kontra Intelijen 4. Menciptakan kondisi tertentu yang menguntungkan dalam masyarakat bagi pelakasanaan tugas Polri.
Dalam melaksanakan tugasnya Sat Intelkam merniliki unit ke1ja scbagai berikut : •
Unit Bidang Sosial Ekonomi
•
unit Bidang Sosial Budaya
56
II.
•
Unit Bidang Keamanan
•
Unit Bidang Politik
•
Unit Jihandak (Perijinan Senjata clan Bahan Peladak)
•
Unit Undercover
•
Unit POA (Pengawasan Orang asing) Fungsi Pengamanan dan penggalangan untuk keperluan pelaksanaan tugas dan
fungsi kepolisian, terutama penegakan hukum, pembinaan kamtibmas, serta kcpcrluan tugas bantuan pertahanan dan kekuatan sosial.
SATUAN RESKRIM FUNGSI TEKNIS RESKRIM Dasar • Undang-undang Republik Indonesia No.8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, LN tahun 1981 No. 76 T. LN. No. 3209. • Undang-undang Republik Indonesia No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. • Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (KUHAP). • Surat Keputusan kapolri No.Pol. : Skep/1674/XI/l 998 tentang Naskah Sementara Buku Petunjuk Induk Reserse Polri.
57
• Surat Keputusan Kapolri No.Pol. : Skep/1205/IX/2000, tentang Revisi Himpunan Juklak dan Juknis Proses Penyidikan Tindak Pidana.
Tugas Pokok dan Fungsi
1. Tugas Pokok Tugas Pokok Reserse Polri adalah melaksanakan penyelidikan, penyidikan dan koordinasi serta pengawasan terhadap Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) beerdasarkan Undang-undang No. 8 tahun 1981 dan peraturan perunc!angan lain. 2. · Fungsi Menyelenggarakan segala usaha, kegiatan dan
pek<~rjaan
yang berkenaan
dengan peke1jaan fungsi Reserse Kepolisian dalam rang;ka penyidikan tindak pic!ana sesuai dengan Undang-unc!ang yang berlaku, dan sebagai Korwas PPNS serta pengelolaan Pusat Informasi Kriminal (PIK.).
SA TUAN NARKOBA Tugas Pokok dan Fungsi : • Kasat Narkoba
•
Memimpin, mengendalikan dan melakukan pengawasan terhadap penanganan kasus-kasus tindak pidana narkoba di lingkungan Polrc!; Metro Jakarta Selatan.
58
Melakukan pembinaan s~mber daya di \ingkungan Sat Narkoba dalam
•
rangka efektifitas pelaksanaan tugas. •
Melaksanakan koordinasi baik ke luar maupun ke: dalam di lingkungan Sat Narkoba dalam rangka efektifitas pelaksanaan tugas.
•
Sat narkoba dipimpin oleh Kasat Narkoba be11anggung jawab kepada Kapolres Metro Jakarta Selatan.
•
Kanit I Narkotilrn •
Menyelenggarakan kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika.
•
Memirnpin, Mengendalikan dan mengawasi serta mengkoordinasikan kegiatan operasional di lapangan dalam rangka keberhasilan Tugas.
•
Bertanggungjawab atas jalannya proses penyidikan perkara termasuk pelaksanaan gelar perkara.
•
Mengkaji clan menganalisis perkara dalam rangka mengungkap jaringan narkotika.
•
Melakukan Pembinaan satuan unit operasional di lingkungan unit narkotika. ,
•
Unit Narkotika di pimp in oleh Ka Unit Narkotlka yang bertanggung jawab kepada Kasat narkoba.
59
•
Kanit II Psikotropilrn
•
Menyelenggarakan kegiatan penyelidikan clan penyidikan tindak pidana Psikolropika.
•
Memimpin, Mengendalikan dan mengawasi serta mengkoordinasikan kegiatan operasional di lapangan dalam rangka keberhasilan
•
Bertanggung jawab alas jala1111ya proses penyidikan perkara termasuk pelaksanaan gelar
•
Mengkaji clan menganalisis perkara dalam rangka mengungkap jaringan psikotropika
•
Melakukan Pembinaan satuan unit operasiona), di lingkungan unit Psikotropika..
•
Unit Narkotika dipimpin oleh Ka Unit Narkotlka yang bertanggung jawab kepada Kasal Narkoba.
•
Kasat III Obat Bahun Berbahaya
a. Memberikan bimbingan tekhnis dalam pelaksanaan tugas dan unit BA YA Sat Narkob,a Polres Metro Jakarta Selatan di bidang bahan-bahan berbahaya meliputi bahan-bahan kimia, industri, pcrtanian clan fannasi yang terdiri dari : Obat-obatan, makanan, minuman obat tradisional clan kosrnetika yang menggunakan bahan kirnia menyirnpang dari ketentuan. b. Menyelenggarakan dan rnelaksanakan unit obat clan Baya yang rneliputi :
60
1. Melakukan penyelidikan untuk menemukan tindak pidana yang menyangkut penggunaan bahan-bahan kimi.a yang menyimpang dari peraturan. 2. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidm1a b.erdasarkan scientific crime investigation (kejahatan meracik clan menyimpan) dibidang obat-obatan kimia, minuman obat tradisional, kosmetika yang menggunakan bahan-bahan kimia, yang meny:irnpang dari peraturanperaturan dan mengajukan berkas perkara kepada penuntut umum. 3. Melakukan analisa kriminalitas terutama modus operandi guna mengungkap
jaringan
rneny1111pang dari
peredaran
bahan-bahan
berbahaya.yang
peraturan/ ketentuan yang ditetapkan oleh
Pemerintah. 4. Melaksanakan koordinasi dengan instansi pernerintah clan pihak swasta lainnya seperti : Departemen Perdagangan dan perindustrian, Bapedal, Depkes, Badan POM, Imigrasi, Farmasi, Puslabfor Polri, Lab Sukopindo.
•
Kanit IV BINLUH Bertugas menangani pembinaan atau penyuluhan Narkoba dalam . rangka pencegahan dan rehabilitasi penyalahgunaan Narkoba antara Iain: 1. Pembinaan : a. Melaksanakan koordinasi dengan panti rehabilitasi.
61
b. Memberikan arahan kepada orang tua tersangka/ keluarga tersangka. 2. Menyiapkan administrasi tersangka/ korban Narkoba yang akan dikirim ke Rehabilitasi. 3. Penyuluhan
Melakukan penyuluhan terhadap remaja, masyarakat/
warga, tokoh masyarakat serta Pelajar/ mahasiswa. 4. Kanit Binluh dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan penyuluhan hasilnya clilaporkan kepada Kasat Narkoba.
SA TUAN SAMAPTA Tugas Pokok dan Fungsi I.
Tugas Pokok I. Mernberikan Perlinclungan, Penganyornan dan Pelayanan Masyarakat. 2. Mencegah dan menangkal segala bentuk gangguan kamtibmas baik berupa kejahatan maupun Pelanggaran serta gangguaan keterertiban lainnya. 3. Melakukan tindakan Represif Tahapan awal (Repawal) terhadap semua bentuk ganguan Karntibmas Jai1mya guna rnemelihara keamanan dan Ketertib.an Masyarakat. 4. Melindungi keselarnatan orang, harta benda dan rnasyarakat. 5. Melakuan Tindakan ReperesifTerbatas (Tipiring clan Penegakan Perda) 6. Pemberclayaan Dukungan Satwa dalam tugas Oprasional Polri. 7. Melaksanakan SAR terbatas.
62
Dalam pelaksanaan tugasnya Sat Samapta memiliki unit sebagai berikut :
Unit Patroli yaitu Bentuk operasional Polri yang merupakan perwujudan tindakan menghilangkan faktor niat atau pencegahan terhadap bertemunya niat dan kesempatan.
Pengendali Massa (Dahnas) yaitu kegiatan dengan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan terhadap sekelompok masyarakat yang sedang menyampaikan pendapat I aspirasi didepan umum guna mencegah rnasuknya pengaruh pihak tertentu atau provokator.
Pcnjagaan markas yaitu Pelaksanaan tugas kepolisian yang bersifat preventif guna mengamankan markas komando maupun !ingkungan sekitarnya.
II. Fungsi Samapta Fungsi Samapta merupakan sebagian fungsi Kepolisian yang bersifot preventif yang merupakan keahlian
dan ketera111pilm1 khusus yang tel ah
dikembangkan lagi mengingat masing-masing tugas yang tergabung dalam fungsi Samapta perlu menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Perumusan dan Pengembangan Fungsi Samapta meliputi Pelaksa1man }ugas Polisi Umum, menyangkut segala upaya pekerjaan dan kegiatan Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan, Patroli, Pengamanan terhadap Hak Penyampaian Pendapat dimuka unrnm (PPDU). Pembinaan Polisi Pariwisata, · Pembinaan Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP), SAR Terbat'.is, TPTKP, TIPIRING, dan !'ERDA, Pengendalian Massa (Dalmas), Negoisasi, Pengamanan
64
UR TELEMATIKA Tu gas
Ur telematika bertugas menyelenggarakan pelayanan telekonmnikasi, pengumpul dan pengolahan data serta penyajian informasi termasuk infonnasi kriminal dan pelayanan mul.timedia. Urusan Telematika adalah Pelaksanaan Staf Khusus
Pimpinan
yang
bertugas
membantu
pimpinan
clalam
menyelenggarakan jaringan Komunikasi Radio, penyajian clan pengolahan Informasi Data baik Material maupun personil. Kepala Urusan Telematika clisebut Kaur Telematika. Dijabat oleh perwira berpangkat Ajun Komisaris Polisi secara struktural bertanggung jawab Jangsung kepacla Kapolres Metro Jakarta Selatan clalam pelaksanaan tugas sehari hari clan pembinaan personil clibawah kenclali Wakapolres.
Proseclur dan Pelaksanaan Tugas
I. Perencanaan : a. Kaur Telematika membuat program kegiatan yang meliputi pembinaan Personil clan bimbingan telmis kepacla Operator Polres clan Polsek. b. Merencanakan pemeliharaan sarana clan prasarana yang berkaitan
.
'
clengan alat komunikasi baik Komunikasi radio, telepon maupun Data. c. Mengoptimalkan jaringan Komunikasi yang acla, sehingga clapal mendukung tu gas kepolisian di lapangan secara efektif clan efisien.
65
d. Membuat laporan bulanan kepada Kabid Telematika Polda Metro Jaya tentang kondisi dan situasi Alat Komunikasi yang tergelar scrta mengevaluasi
dukungan
Alkoim
terhadap
keberhasilan
Tugas
Oprasiaonal Kepolisian 2. Pelaksanaan : a. Melaksanakan Pembinaan Fungsi Konrnnikasi clan lnformasi dalam rangka peningkatan pelayanan Oprasional Kepolisian clan penyajian Data Personil yang dibutuhkan oleh pimpinan. b. Operator Komlek secara strnktural dibawah tanggung jawab Kaur Telematika,tetapi secara fungsional dibawah kendali Ka SPK clan Kabag Ops Polres Metro Jaksel. c. Melakukan Koordinasi dengan Bid Telematika Polda Metro Jaya yang berkaitan dengan pemeliharaan clan perbaikan Alkom Organik cl. Menyiapkan Komunikasi Markas untuk keperluan kegiatan yang bersifat Internal Polres e. Melakukan Pemeliharaan dan perbaikan terhadap sarana komunikasi yang ada di polres Metro Jaksel f.
Memberikan
laporan
clan
masukan
kepada
p1mpman
tentang
perkembangan dan konclisi sarana dan prasarana komunikasi yang acla.
Pcngawasan chm Pcngcndalian
66
1. Kaur Telematika melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap penggunaan Alat Komunikasi yang efektif dan efisien. 2; Melakukan pengawasan dan peagendalian terhadap jaringan komunikasi Data yang tergelar baik yang bersifat oprasional maupun pembinaan. 3. Melakukan kontrol secara berkala ke Satuan penguna baik po Ires maupun polsek agar kondisi Alkom yang digunakan selalu dalam keadaan baik dan siap Operasional
Dalam melakukan kegiatan rutin baik yang bersifat operasional maupun penbinaan Kaur Telematika di bawah pengawasan wakapolres. Pclaksanaan : !. Melakukan koordinasi dengan Polda Metro Jaya yang berkaitan dengan
kegiatan Operasional Kepolisian di kewilayahan serta pengguna jaringan I Frequensi Komnnikasi. 2. Melakukan koordinasi dan menjalin kerjasama lintas sekto:·al dalam ha! pembinaan komunikasi Radio di lingkungan masyarakat yang mendukung tu gas kepolisian di lapangan baik yang terorganisir :maupun tidak.
Pembinaan Komunikasi Ur Telematika telah melakukan penggalangan terhadap masyarakat berupa bantuan Komunikasi, adapun partiisipasi masyarakat berupa informasi yang secara aktif disampaikan kepada Polres Metro Jakarta Selatan sangat
67
membantu menghimpun informasi yang berkaitan dengan situasi kamtibmas d· wilayah Polres Metro Jakarta Selatan. Untuk membcrikan perkuatan hukum terhadap informasi yang disampaikan oleh masyarakat, urusan Telematika mendata dan memberikan Call sign terhadap masyarnkat yang berperan aktif membantu memberikru1 informasi Kamtibmas di wilayah Polres Metro Jakarta Selatan.
Um um Urusan Telernatika Polres Metro Jakarta Selatan rncrupakan unsur star khusus pembantu pimpinan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab rnernberikan dukungan operasional berupa sarana komunikasi ke seluruh jajaran bagia, fungsi dan Polsek wilayah Polres Metro Jakarta Selatan.
Maksud dan Tujuan Memberikan garnbaran yang lebih detail tentang Peran dan Fungsi BANKOM Telematika Polres Metro Jakarta Selalan dalarn memberikan dukungan sarana komunikasi kepada masyarakat untuk kelancaran tugas-tugas Kepolisian di
Dasar
l~pangan.
68
•
Unclang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
•
Skep Kapolri No. Pol : Skep/737002005 clan Peraturan Kapolri No. Pol. : 30 tahun 2006 tanggal 29 Desember 2006 tentang Pedoman Fonnn Silaturahmi Kamtibmas dengan kegiatan ORMAS adalah memberikan Informasi melalui Radio Komunikasi pada POLRJ (Polsek sampai dcngan Polda) tentang KAMTIBMAS di masyarakat.
•
Sprin Kapolres Metro Jakarta Selatan No. Pol. : SPRIN/1577Nil/2007 tanggal 3 !Juli 2007 tentang Penggunaan Call Sign Komunikasi Radio Mitra Polri di Jajaran Polres metro Jakarta Selatan.
Ruang Lingkup BANK.OM
(Bantuan
Komunikasi)
sebagai
wadah
mengkompulir
masyarakat yang senang I hobby berkomunikasi Jewat radio, terbatas di wilayah hukum Po Ires Metro Jakarta Selatan clan jajarannya.
69
C. Struktur Kcpolisian Resort Metro Jakarta Selatan
KAPOLRES Kornbespol Drs. Ga tot Pramono. M. Si. WAKAPOLRES AKBP. Drs. Krb Erlangga AW.
---
I I
I
KABAGOPS ...\KBP. Dwi Irianto, Sik.,M.Si.
I\ABAG BINAMITRA AKBP. Sucipto,
I
I
I
KASATINTELKAM
KASAT RESKRIM
Kompol. Antonius
Ko1npol. Subandi, Sik
01,vi, Sik.
-
KABAGMIN ,l,.KBP. Emawall Tarigan. SH.
•
I
KA SAT NARKOBA Kompol. Dodi
Rahinawan
I
I
I
KAUR TELEMATIKA
KANITP30
KAURDOKKES
Al
AKP. Barcljo
Ko1npol. Suprastiono
[KASl\TSAMA PTA Kompol. Uy un Rafe'i
rAKP~1
TAUD
L
1dang IS.
KASATLANTAS
Ko1npol. Asan Untoro
70
D. Wilayah Tugas POLRES Jakartl1 Sclatan Peta Gcografis Polrcs Metro Jakarta Sclatan :
Kee.
BAB IV CITRA POLRES METRO JAKARTA SELATAN DI MATAMASYARAKAT
A. Idcntitas Rcsponden Pcuclitian Penelitian mengenai citra Polres Metro Jakarta Selatan mulai pada tanggal 16-20 November 2009 dengan jumlah sampel I 00 responden dari masyarakat Jakarta Selatan yang berada di sekitar kantor Polres Metro Jakai1a Selatan. Indentitas responden di sini perlu disampaikan karena latar belakang responden dapat mempengaruhi jawal;mn pertanyaan yang terdapat dalam angkct. ldentitas responden dalam ha! ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu pcrtama, asal-usul responden, meliputi usia, jenis kelan1in, status perkawinan, agama dan tempat tinggal. Kedua, faktor sosia!-ekonomi yang meliputi pendidikan, profesi dan penghasilan bulanan. Apabila responden dikelompokkan berdasarkan jcnis kelamin maka responden terdiri dari 63 Pria dan 37 wanita. Sebagian responden adalah penducluk asli Jakarta selatan be1jumlah 57 orang clan se:bagian lainnya aclalah . penclucluk peqclatang. . . Sedangkan . apabila dikelompokkan berdasarkan marital
status, sebagian besar responclen belum menikah, 39 orang sudah menikah, I orang janda akibat cerai dan 2 orang janda akibat cerai mati. selain itu, sebagian besar responclen memeluk agama Islam, 5 orang beagama Katolik, 8 orang beragama Prostestan clan I orang beragama Hindu.
Pengelornpokkan responclen berclasarkan faktor sosial-ekonomi. Pertarna, berclasarkan tingkat pencliclikan. Dari 100 responclen, 42 orang mempunyai · pengalaman di lembaga pencliclikan agama clan lainnya ticlak mempunyai pengalaman pencliclikan di lembaga pendidikan agama. Tingkat pendidikan responden bervariatif, mulai dari tidak tamat SD sampui jenjang pendidikan S-2. Responden yang pendidikannya tidalc tamat SD 1 orang, tamat SD 5 orang, tamat SLTP 9 orang, tamat SLTA berjumlah 44 orang, tamat diploma 11 orang, tamat S-1 be1jumlah 28 orang clan 1 orang tamat S-2, lihat grafik I di bawah ini :
Grnfik l : Tinglrnt Pen
T -1
---··-·---~------- .. -·-------------···-·----.. --------------------·-"-
_,,___________
~I 0 ·. . . . . . . . . c........................._.............. ~~ ~
30 25 ~o
-- . ------.. ···-··. -··--·--·-···--------
;
i.'
T t
15 j. .................
....................,__
I
l
_,,,., ..
- - - - - - - ---------·--
~ j =~:~~-~=~I.=,.-'fidnk Tmnnt SD
11
----1-
·-.-
--
-,-
......,.
·rnn1nt
Tn1nnt
'fn1nnt
SD
SLTP
SLTA Dip!omn
Tmnnt
Tntnnt
'fn1nnt
Sl
S2
J11mlnh
Kedua, jenis pekerjaan clan penghasilan. Dari sekian responden, responden yai1g berkerja berjumlah 51 orang clan 49 orang tidak berkerja. Scbagian besar rata-rata penghasilan responden di atas Rp. 1.000.000,-/Bulan, dcngan demikian kebutuhan rumah tangga relatif dapat terpenuhi. Jenis peke1jaan responden rata-rata adalah karyawan swasta di bidang perdagangan
73
dan responden lainnya terdiri dari berbagai macam profesi pekerjaan, ada yang menjadi sopir, dosen, dokter, seniman dan sebagainya. Apabila dari jenis-jenis peke1jaan tersebut dikaitkan dengan lembaga kepolisian, 11 orang me:1yatakan pekerjaannya sangat tidak terkait dengan lembaga kepolisian, 15 orang peke1jaanya tidak terkait dengan lembaga kepolisian, 12 orang menyatakan terkait dan 13 orang lainnya pekerjammya tercliri dari agak, cukup lumayan, lumayan, cukup banyak, sangat banyak terkait dan tidak bisa dipisahkan dengan lembaga kepolisian.
B. Interaksi Masyarakat Jakarta Selatan dcngan Lembaga Kcpolisian
Interaksi sosial adalah Hubungan sosial yang dinamis, menyangkut individu, kelompok, individu-kelompok, atau kelompok-kelompok. 1 Hal ini ditentukan dengan kontak sosial dan komunikasi baik langsung maupun tidak langsung, misalkan orang-orang yang bertatap muka tidak saling bicara atau tidak menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalarn perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan. Terdapat dua ' . syarat terjadinya interaksi sosial. Pertama, adanya kontak sosial (social contact) yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu antm individu, antar individu dengan kelompok, antar kelompok. Selain itu, sua1u
1
Gillin dan Gillin, Cultural Sosio/ogy; a revision of An Introduction to Sociology, (New York: The Macmillan Company, 1954), h. 489.
74
kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung. Kedua, adany2. komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan .. perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. orarig yang bersangkutan kemudian memberi
reaksi
terhadap
perasaan
yang
ingin
disampaikan oleh orang tersebut. 2 Interaksi sosial sangat berguna untuk menelaah dan mempelajari banyak masalah dalam masyarakat. Sebagai contoh, dapat dibahas interaksi sosial yang berlangsung antara pelbagai suku bangsa, antara golongan-·golongan yang disebut mayoritas dan minoritas, antara golongan terpelajar dengan golongan agama dan seterusnya. Interaksi sosial merupakan kunci semua kehidvpan sosial kearena tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. 3 Interaksi sosial juga terjadi antar individu (orang dengan polisi), antar kelompok (masyarakat dengan lembaga kepolisian) dan individu dengan kelompok. Oleh karena itu, dapat terjadi interaksi antara masyarakat sebagai pengguna jasa lembaga kepolisian dengan lembaga kepolisian dalam menjalani kehidupan
sehari~hari.
Interaksi atau hubungan masyarakat dengan lembaga
kepolisian harus terjaga sebaik mungkin demi menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat itH sendiri. Pola hubungan atau interaksi lembaga kepolisian dengan masyarakat telah didesign sedemikian rupa yang telah climasukkan dalam visi
2
Soe1jono Soekanto, Sosiologi suotu Pengantar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Pcrsada, 2006),
3
Ibid, h. 58
h. 62.
75
clan misi lembaga kepolisian. Fungsi lembaga kepolisian aclalah sebagai pelayan, pelinclung clan pengayom masyarakat. Oleh karena itu, interaksi baik secara langsung maupun ticlak langsung clengan masyarakat pasti te1jacli. Penjelasan berikut aclalah sebagian potret interaksi masyarakat Jakarta Selatan clengan lembaga kepolisian. Dari 100 responclen yang clijaclikan sampel oleh peneliti, sebagian besar responclen pernah berhubungan atau berurusan dengan lembaga kepolisian. Hal ini. terlihat clari 65 orang yang menyatakan pernah berurusan clengan lembaga kepolisian clalam berbagai hal. Responden yang berurusan clengan kepolisian I 9 orang berurusan mengenai kehilangan, 1 orang berurusan mengenai sengketa tanah, 4 orang berurusan mengenai utang-piutang, 1 orang berurusan mengenai sengketa clagang, 21 orang mengenai pelanggaran lalu lintas, 6 orang berurusan mengenai narkoba, 29 orang berurusan mengenai perpanjangan STNK/SIM clan 17 orang berurusan mengenai buat surat keterangan berkelakuan baik. Sedangkan responden yang berurusan dengan kepolisian 38 orang sebagai pelapor, 16 orang sebagai korban, 13 orang sebagai tersangka, 4 orang sebagai saksi, 8 orang sebagai pendamping korban, 2 orang sebagai kuasa hukum clan 9 orang sebagai penjenguk tersangka. Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat pernah berinteraksi dengan lembaga kepolisian, meskipun urusannya beragam. Oleh karena itu, masyarakat juga dapat menilai bagaimana ldne1ja lembaga kepolisian melalui pelayanan yang selama ini diberikan oleh polisi. Pelayanan yang telah
76
cliberikan oleh pihak kepolisian clapat clirasakan secara langsung maupun ticlak langsung oleh masyarakat. Jika clilihat clari data yang acla, sebagian besar, bei:jumlah 56 responclen mengetahui pelayanan lembaga kepolisian. Pengetahuan rnengenai pelayanan ini sebagian besar cliclapat clari menonton clan membaca berita, serta menclengarkan cerita. Jacli pengetahuan masyarakat tenlang pelayanan lembag<1 kepolisian clidapat secara ticlak langsung, meskipun responden sebagian besar bcrurusan langsung clengan lembaga kepolisian dalam berbagai hal. Hal ini dapal dililrnt grafik 2 di bawah ini:
Grafik 2. Pcngctalrnan l\IasyarakafTerha !l:'ip Pelayauan Kepolisian 70 60 50 -10
.rn 20 JO 0
•••••••••••
lnleraksi yang te1:jacli antara masyarakal dengan lcmbaga kcpolisian dan pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan lembaga kepolisian dapat dijudikan dasar dalam menilai bagaimana prestasi kinerja lembaga kepolisian dalam
77
melaksanakan tugasnya. Penilaian terhadap kinerja lembaga kepolisian yang dilakukan oleh penulis hanya terbatas pada masalah-masalah yang dipandang mempunyai urgensi dalam kehidupan bermasyarakat, seperti pemberantasan korupsi, premanisme, ketertiban lalu lintas, jaminan keamanan bagi masyarakat. Berikut ini akan dijelaskan hal tersebut, kemudian dijelaskan penilaian masyarakat secara umum terhadap kinerja lembaga kepolisian pada tahun 2009 dan bagaimana bila kine1ja tersebut dibanding tahun sebelumnya. Dari data angket yang telah dikumpulkan Respondcn yang menilai kine1ja kepolisian dalam memberantas kornpsi sebanyak 13 orang menilai sangat tidak baik, 28 orang menilai tidak baik, 16 orang menilai sedikit baik, 21 orang menilai cukup baik, 16 orang menilai baik, 6 orang menilai sangat baik. Kinerja lembaga kepolisian dalam pemberantasan korupsi dinilai oleh masyarakat cukup baik, karena mean pada tabel 1 di bawah hanya menunjukkan angka 3, 17, berarti mean hanyak sedikit ke arah positif dari nilai standar 3, karena menggunakan skala penilaian 7 !criteria. Hal ini dapat dilihat dalam tabel I di bawah ini : Tabel 1 : Kinerja Kepolisian Memberantas Korupsi Kriteria Sangat tdk setuju Tidak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuju Sangat Setuju Total Mean
Frequency 13 28 16 21 16 6 13 100 3.17
Percentase 13.0 28.0 16.0 21.0 16.0 6.0 13.0 100.0 52.83
78
\ Standar Dcviasi
1.477
___]
Sedangkan kine1ja Iembaga kepolisian dalam pemberantasan preman dan pe1judian sebanyak 13 orang menilai sangat tidak baik, 11 orang menilai tidak baik, 15 orang menilai sedikit baik, 23 orang menilai cukup baik, 29 orang menilai baik, 9 orang menilai sangat baik. Data ini meri.unjukkan bahwa kinerja lcmbaga kepolisian dalam memberantas premanisme dan perjudian di mata masyarakat adalah baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada label 2, dengan mc;an
3,71 clan stanclmi deviasi 1,533, kine1ja kepolisian dalam ha! pemberantasan premanisme clan perjudian dapat clinilai positif atau baik. Tabel 2 : Kine1ja Kepo!isian Memberantas Premanisme dan Perjudian.
-·
Kritcria
Sangat tdk setuiu Ticlak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuju Sangat Setuju Total Mean
Standar Deviasi
Frequency
Pcrccntasc
13 11 15
13.0 11.0 15.0 23.0 29.0 9.0 13.0 100.0 61.83
23 29 9 13 JOO 3.71
--
1.533
Responelen yang menilai kinerja kepolisian scbagai polisi lalu lintas sebanyak 13 orang menilai sangat tidak baik, 20 orang menilai tidak baik, 26 orang menilai seclikit baik, 19 orang menilai cukup baik, 14 orang menilai baik, 8 orang menilai sangat baik. Pada tabel 3 di bawah menunjukkan bahwa kinerja
79
lembaga kepolisian sebagai polisi lalu lintas cukup baik, karena posisi mean hanya selisih sedikit dengan nilai standar 3, yaitu 3,25. Tabel 3 : Kinerja Kepolisian Sebagai Polisi Lalu Lintas (Polantas). Kriteria
Sangat tdk setuiu Tidak setuju Kurang Setuiu Agak Setuju Cukup setuju Setuju Sangat Setuju Total Mean Standar Deviasi
Frequency 13 20
i
26 19 14
8 13 100 3.25
Percentase 13.0 20.0 26.0 19.0 14.0 8.0 13.0 100.0 54.17
1.466
--
--1_i
Responden yang menilai kine1ja kepolisian dalam melaksanakan kcamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) sebanyak 5 orang menilai sangat ticlak baik, 9 orang menilai ticlak baik, 21 orang menilai seclikit baik, 30 orang menilai cukup baik, 29 orang menilai baik, 6 orang menilai sangat baik. Dengan clemikian, secara umum kine1ja lembaga kepolisian clalam menjaga keamanan clan ketertiban masyarakat di mata masyarakat sudah baik. Tabel 4 : Kinerja Kepolisian Menjaga Keamanan (Kamtibmas). Kriteria
Sangat tdk setui u Tidak setuju Kurang Setuju Agak Setuj u Cukup setuju Setuju Sangat Setuju Total
Frequency
5 9 21 30
29 6 5
JOO
Perc.~ntasc
5.0 -9.0 -21.0 30.0 29.0 -----6.0 5.0 100.0
80
~M'-"-'e~a~n~~~~-~~-1-~~~~~3~.8~7~~~~--'----~~-6~4~.5~0 Standar Deviasi __J 1.244
:-1 J
Responden yang menilai penggunaan jasa kepolisian guna menyelesaikan perkara sebanyak 4 orang sangat tidak setuju, 9 orang tidak setuju, 8 orang kurang setuju, 18 orang agak setuju, 13 orang lumayan setuju, 7 orang cenderung seluju, 8 orang culrnp setuju, 29 orang setuju, 4 orang sangat setuju. Jadi secara umum masyarakat masih mempercayai menggunakan lembaga kepolisian dalam menyelesaikan perkara. Hal ini dapal dilihat dari positifnya mean 5,49 dari nilai standar mean 4,5. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini :
Tabel 5 : Niat Masyarakat untuk Menggunakan Jasa Kepolisian. Kritcria Sangat tidak setuiu Tidak setqju Kurang setuju Agak setl\iu Lumavan setuju Cenderung setuiu Cul~':!P setuju etu1u Sang at setuj u Total Mean Standar Deviasi
s·
Frequency
Pcrccnlas c
4
4.0 9.0 8.0 18.0 13.0 7.0 8.0
9
8 18 13 7
8 29 4
100 5.49
29.0
t
4.0 100.0 61.00
2.325
Responden yang percaya kepolisian memmgani pcrkara hukum seadilaclilnya sebanyak 12 orang sangat tidak percaya, 11 orang tidak percaya, 24 orang kurang percaya, 8 orang agak percaya, 13 orang lurnayan percaya, 4 orang
81
cenderung percaya, 7 orang cukup percaya, 16 orang percaya, 5 orang sangat percaya. Kepercayaan masyarakat dalam masalah penggunaan lembaga kepolisian dalam menyelesaikan perkara tidak sebanding lurus dengan tingkat kepercayaa11 masyarakat bahwa lembaga kepolisian dapat menelesaikan perkara terscbut secara adil. Data di tabel 6 menunjukkan angka mean yang berbeda dengan mean yang terdapat pada tabel 5 sebelumnya. Pada tabel 6 memiliki mean 4, 49, sedangkan pada tabel 5 di atas meannya 5,49, menurun satu poin, padahal skala dan nilai standar yang digunakan sama. Data ini menunjukkan bahwa kepercayaan yang selama ini diberilrnn oleh masyarakat kepada iembaga kepolisian daiam penangganan perkara belum direspons secara baik oleh lembaga kepolisian dengan menangani perkara atau kasus yang diadukan oleh rnasyarakat secara adil. Tabel 6 : Penanganan Kasus Oleh Kepolisian Secara Adil.
Kritcria Sangat tidak JJercava Tidak oercaya Kurang JJercaya Agak JJercaya Lumavan oercava Cenderung percava Cukup percava Perea ya Sangat percava Total Mean Standar Deviasi
.
Frequency
Pcrccntnsc
12
12.0 11.0 24.0 8.0 13.0 4.0
II
24 8 13 4 7
7.0
16 5 100 4.49
16.0 5.0 100.0 49.89
L
L
2.513
---
82
Responden yang menilai kine1ja polisi selama tahun 2009 sebanyak 7 orang sangat tidak baik, 16 orang tidak baik, 23 orang sedikit baik, 33 orang cukup baik, 15 orang baik, 16 orang sangat baik. Sedangkan apabila kine1ja polisi di atas di hading dengan tahun sebelumnya sebanyak 7 orang sangat tidak baik, 15 orang tidak baik, 26 orang sedikit baik, 36 orang cukup baik, 11 orang baik, 16 orang sangat baik. Mean dari kedua data di atas menuntujukkan positif, yaitu mean kine1ja kepolisian pada tahun 2009 adalah 3,55 clan mean kinerja polisi apabila dibanding dengan tahun sebelumnya 3,44. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat menilai selama ini kine1ja lembaga kepolisian adalah cukup baik dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Tabel 7 : Kinerja Kepolisian Pada Tahun 2009.
Ifritc)'ia Sangat tidak baik Tidak baik Sedikit baik Cukup baik Baik Sangat baik Total Mean Standar Deviasi
.
--
Frequency 7 16 23 33 15 6 100 3.55
Pcrccntasc ---7.0 16.0 ·23.0 33.0 ·15.0
6.0
-----·-
100.0 59.16 1.366
Tabel 8 : Kine1ja Kepolisian dibanding dengan tahun sebelumnya.
83
5.0 100.0 57.33
5
Sangat baik Total Mean Standar Deviasi
JOO
3.44 1.225
-1
Dari data yang telah dijelaskan di alas, maka secara umum kine1ja lembaga kepolisian dalam berbagai hal yang telah diurailrnn dapat dinilai cukup baik karena persentase pada masing-masing kine1ja di antara 50%-66%, meskipun sebagian kecil clari responden berpendapat kine1:ja lembaga kepolisian tidak baik dan sangat tidak baik. Namun, apabila kine1ja Jembaga kepolisian pacla tahun 2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nrnka penilaian cukup baik rncningkat, sedangkan penilaian sangat baik sedikit menurun. Lebih jelasnya clapat c!ibanclingkan 2 grafik di bawah ini :
Grafik-l: Pcuilaiau l\fasyaralrnlTerlmdaJ> Klnc1ja · Lemba ga Ke11olisi:m talnm 2009 -!O r i 3:' 3() 2:' 20
-.Tnmlnh
15
10 )
0 Snngnt
1'idnk
tidl'lk bnik
bnik
Sedikit baik
Cnknp bnik
Baik
San.g-<11
Bnik
84
Grafik5 : Penilaian M:1s)·m·almtTerlmdap Ki.11c1ja Lembaga Kepolishm dibmuling i11hun sebclumn)«l ..JO
35 30 20 15
+--------------7"'------------------ --------------------
-J11mlnh
10 0
Snngnt think bnik
T i
Sedikit bnik
Cukup
bnik
Bnik
Snagnt
Baik
C. Citra Kcpolisian di Mata Masyaralrnt Jakarta Sclatnn Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan. dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlinclungan, pengayoman, clan pelayanan kepacla mm;yarakat demi terciptanya keamanan clalam negeri. Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang clitanclai dengan te1jaminnya keamanan clan ketertiban rnasyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terse\enggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Inclikaior pei1ilaian terhaclap citra kepolisian yang digunakan oleh penulis aclalah sesuai dengan fungsi kepolisian di alas. Pada bidang pemeliharaan keamanan clan ketertiban masyarakat, clan penegaldcan hukum telah dijelaskan pada interaksi kepolisian dengan masyarakat di atas. Maka selanjutnya indikator
8·'"
penilaian citra kepalisian dibagi l11enjadi tiga bagian, yaitu kepolisian sebagai pelaan, pelindung dan pengayo111 masyarakat. Berikut penjelasan secara u111u111 citra kepalisian pada masing-masing fungsi tadi, penilaian l11enggunakan 7 (tujuh) skala penilaian dengan nilai standar pada setiap indikator 3, 5. Di bawah ini rnerupakan penjelasan singkat pada setiap indikator yang ada, dengan rnenggunakan mean dan prosentase yang terdapat dalam tabr.l, penilaian dibagi pacla tujuh kriteria (skala). Adapun tabel data penelitian masing-masing indikator dapat dilihat pada lembar larnpiran. 1. Citra Palisi sebagai Pelayan Masyarakat Di bawah ini aclalah beberapa inclikator yang cligunak:m dalam menilai citra polisi sebagai pelayan masyarakat di mata masyarakat : a.
Dalam rnelakukan pekerjaan, polisi selalu melayani masyarakat dengan baik.
b.
Polisi clapat membantu saya dalam usaha penearian pemecahan masalah.
c.
Palisi akan dengan senang hati berusaha membantu masyarakat mengatasi masalah.
cl.
Polisi sangat peka terhadap kebutuhan masyarakat.
c.
Polisi . tidak rnerasa keberatan untuk mengutamakan kepcntingan masyarakat.
f.
Saya merasa puas alas semua pelayanan polisi kepada masyarakat.
g.
Polisi cukup tanggap dalarn menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum yang meresahkan rnasyarakat.
86
h.
Polisi sangat cekatan dalam mencegah segala bentuk gangguan yang dapat meresahkan masyarakat Saya merasa terbantu dengan keberadaan polisi dalam mencari serla
i.
menggumpulkan barang bukti.
J.
Saya merasa polisi sudah menjalani kewajiban.nya untuk menangani permasalahan dalam masyarakat.
k.
Saya merasa polisi memberikan pelayanan yang baik ketika saya dan orang lain menegtirus surat-menyurat (STNK-SIM) di Kepolisian.
l.
Polisi sudah melakukan pernbahan luar biasa untuk meningkatkan pelayanan masyarakat.
m. Polisi selalu melayani kebutuhan masyarakat tanpa mencari-cari alasan. Grafilc 6 Citra pelayanan polisi
20
!Viaan =3.96
Std. Dev.
=~ .499
N.,100
15
(;' c:
" 10 e LL. :i
O"
5
0.00
' 2.00
4.00
Citra pelayanan polisl
6.00
8.00
87
Dari grafik di atas, dari masing-masing tabe:i indikator citra polisi sebagai pelayan masyarakat di lampiran nilai mean··nya mulai dari 3,65-4,25, dengan demikian pada masing-masing fungsi pelayanan di alas dapat dinilai bahwa citra pelayanan lembaga kepolisian baik, karena mengarah ke kanan (positif) dari nilai standar skala 7, yaitu 3,5. Hal ini juga ditunjukkan pada grafik 6, secara keseluruhan mean citra pelayanan lembaga kepolisian adalah 3,96, jadi secara keseluruhan citra pelayanan lembaga kepolisian menurut masyarakat Jakarta selatan adalah baik.
2. Citra Polisi sebagai Pelindung Masyarakat Di bawah ini adalah beberapa indikator yang digunakan dalam menilai citra polisi sebagai pelindung masyarakat di mata masyarakat : a.
Saya merasa yakin bahwa polisi dapat melindungi masyarakat dari gangguan keamanan.
b.
Saya selalu merasa terlindungi (aman-nyaman) walaupun berada di tempat konf1ik karena ada sosok polisi di dekat saya.
c.
Saya sering merasa was-was walaupun di dekat saya ada polisi patroli.
d.
Dalam situasi rusuh, polisi dapat melindungi masyarakat sekitar.
e.
Dalam situasi apapun, polisi selalu bertindak tegas kepada orang melanggar hukum.
88
f.
Polisi melindungi semua lapisan masyarakat, tanpa ada pengecualian (anak emas).
g.
Polisi dapat menjamin keamanan masyarakat secara optimal-maksimal.
h.
Polisi telah mampu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
1.
Polisi selama ini telah memberikan PERLINDUNGAN yang baik kepada 1rn1syarakat.
.J.
Selama ini, polisi telah berperan sebagai penegak bukum yang ADIL.
k.
Selama ini, polisi telah berperan sebagai penegak hukum yang PROFESIONAL. Dengan kehadiran polisi, saya merasa terlindungi dari hal-hal yang
I.
dapat mengganggu. Grafik 7 Citra pelindung polisi
f<.-'ilan :::3.87 Std. Dev. =1.349
N=100
12.5
10.0
>.
"c::
"
:J
7.5
C'
u.." ~
5.0
2.5
0.00
2.00
4.QQ
Cltra pelindung polls!
6.00
89
Dari grafik di alas dan mean dru·i masing .. masing tabel citra polisi sebagai pelindung masyarakat yang terdapat dalam lampirann nilainya mulai dari 3,25-4,13, dengan demikian pada masing .. masing fungsi lembaga kepolisian sebagai pelindung masyarakat terdapat yang kurang baik, karena ada bebernpa mean yang di bawah stru1dar 3,5. Penm polisi sebagai penegak hukum yang aclil mempunyai mean 3,25, peran polisi clalam melinclungi masyarakat tanpa pengecualian memmya 3,26 dan
m<~an
3,28 terdapat padil
peran polisi sebagai penegak hukum ym1g profesional. Hal ini berm1i masyarakat berpendapat bahwa citra lembaga kepolisian sebagai penegak hukum yang adil, profesional clan dalam melindungi masyarakat tanpa pengecualian adalah kurang baik di mata masyarakat. Selain peran-peran di alas, penilaian masyarakat terhadap fungsi lembaga kepolisian sebagai pelindung masyarakat 1dalah baik (positif). Secara umum citra lembaga kepolisian sebngai pelinclung masyarakat dapat clilihat pada grafik 7, dengan mean 3,87 clan standar cleviasi 1.349, maka secara keseluruhan citra lembaga kepolisian sebagai pelindung masyarakat di mata masyarakat Jakarta Selatan aclalah baik.
3. Citra Polisi sebagai Pengayom Masyarakat Di bawah ini adalah beberapa indikator yang digunakan dalam menilai citra polisi sebagai pengayom masyarakat di mata masyarakat :
90
a.
Polisi telah memberikan kesan yang baik atau dapat menyenangkan masyarakat.
b.
Polisi akan tetap-terus berusaha menentramkan masyarakat clengan segala ketulusan.
c.
Polisi telah menjadi telada!1 yang baik bagi masyarakat sebagai pengayom yang ramah.
d.
Dalam bertindak, biasanya polisi mempertimbangkan benar salahnya tindakan tersebut.
e.
Saya merasa puas bahwa polisi telah mengarahkan masyarakat agar berperilaku tertib-teratur.
f.
Polisi telah membina masyarakat untuk kesejahteraan-kenyaman umum (sosial).
g.
Polisi telah memberikan pelatihan-bimbingan pada masyarnkat untuk penanganan keamanan.
h.
Polisi telah berperan sebagai pengayom yang baik dalam menangani kelancaran lalu lintas.
1.
Polisi telah mencontoh sikap simpatik-tulus ketika melayani kebutuhan masyarakat. '
J.
'
Polisi telah memberikan contoh dalam tata cara atau akhlak berbndara yang baik.
k.
Polisi telah memberikan keteladanan yang baik ketika menangani perkara hukum.
91
!.
Polisi telah menjadi penegak hukum
yang
baik ketika terjadi
pelanggaran hukum. Nilai mean dari masing-masing tabel penilaian masyarakat terhadap citra polisi sebagai pengayom ri1asyarakat di lampiran nilainya mulai dari 3,62-4,17, dengan demikian pada masing-masing fungsi lembaga kepolisian sebagai pengayom masyarakat di atas dapat dinilai bahwa citra pengayom . lembaga kepolisian baik, karena mengarah ke kanan (positif) dari nilai standar 3,5. Hal ini juga ditunjukkan pada grafik 8 di bawah, secara keseluruhan mean citra lembaga kepolisian sebagai pengayom masyarakat adalah 3,83, jadi secara keseluruhan citra lembaga kepolisian sebagai pengayom masyarakat di mata masyarakat .Jakarta Selatan aclalah baik. Grafik 8 Citra pengayom polisi
tvlean :::3.83 Sid. Dev. =1.49 N=100
,.,
"c: ':::>0-"
10.0
7.5
'"
~
u..
5.0
0.00
2.00
4.00
Citra pengayom polis!
6.00
8.00
Apabila dibandingkan dengan penegak hukmn lainnya, seperti hakim yang telah ditelili oleh sauclara Erli Dwi Retnowati dalam skripsi "Citra Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Sebagai Penegak Hukum Dalarn Perscpsi Masyarakat", citra kepolisian sebagai penegak hukum lebih rendah. Dengan penggunaan skala clan nilai standar yang sama, yaitu 7 skala dan nilai standar 3,5, secara keseluruhan citra Jembaga kepolisian hanya mencapai nilai mean tertinggi 3,98, sedangkan penilaian masyarakat terhadap citra hakim memiliki mean 4,82. Hal ini menunjukkan bahwa citra hakim sebagai penegak hukum lebih baik daripada lembaga kepolisian sebagai penegak hukum. Jadi sccara kescluruhan citra lembaga kepolisian sebagai penegak hukurn di rnata rnasyarakat Jakarta Selatan adalah baik. Selain itu apabila clilihat clari perspektif Islam, lembaga kepolisian telah rnengamalkan sebagian besar kanclungan surat An-Nisa ayat 75 dan surat Al-Maiclah ayat 2 yang telah clijelaskan sebelumnya di bab II. Dengan clemikian, dalam perpektif Islam lembaga kepolisian mempunyai peran yang cukup signifikan di tengah masyarakat sebagai pelayan, pengayom dan pelindung rnasyarakat dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari. Pada saat ini, sesuai clengan data yang telah .diuraikan di atas oleh penulis, lembaga kepolisian menjalankan peran tersebut secara baik. Hal ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan, sehingga konsep saling tolong-menolong, melindungi sesama, mencegah seseorang berbuat aniaya clan melaym1i sesama dalarn Islam dapat bc1jalan clengan baik.
BABV
PENUTUP
A.
Kcsimpulan
Dalam ha! penulisan skripsi ini penulis membuat beberapa kesimpulan, yakni sebagai berikut: I. Persepsi
masyarakat
terhadap
kine1ja
lembaga
kepolisian,
meliputi
pemberantasan korupsi, premanisme, perjudian, dan Palisi sebagai Polisi lalu lintas,
Polisi
dalam
menjaga kearnanan
dan
ketertiban
masyarakat
(kamtibmas) cukup baik. Apabila kinerja lembaga kepolisian pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya tidak ada peruoahan yang cukup signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kine1ja polisi tidak ada peningkatan. Meskipun kine1ja lembaga kepolisian tidak ada peningkatan, masyarakat rnasih cukup rnernpercayai penggunaan jasa lembaga kepolisian dalam menyelesaikan perkara. 2. Interaksi lembaga kepolisian dengan masyarakat telah terjalin dengan baik, karena masyarakat masih menggunakan jasa lembaga kepolisian dalam berbagai ha!. Akan tetapi masih memerlukan perbaikan, karena pengetahuan rnasyarakat mengenai pelayanan lembaga kepolisian lebih banyak berasal dari melihat dan membaca berita, bukan secara langsung dirasakan ketika masyarakat berurusan langsung clengan lembaga kepolisian. Perbaikan tersebut dapat dilakukan dengan lebih meningkatkan pelayanan lembaga
94
kepolisian yang bersentuhan dan terkait langsung dengan masyarakat serta memberikan informasi yang diperlukan oleh masyarakat sehingga dapat terbangun interaksi yang lebih baik. Meskipun pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan lembaga kepolisian lebih banyak berasal dari melihat dan membaca berita, secara keseluruhan masyarakat menilai kine1ja lembaga kepolisian dalam berbagai ha! cukup baik. Dengan penilaian cukup baik dari masyarakat ini, lcmbaga kepolisian, khususnya Kepolisian Resort Metro Jakarta Selatan harus berbenab diri clan meningkatkan mutu pelayanan kepac!a masyarakat, s1;perti yang tercantum dalam pasal 10 kode etik profesi Polri. 3. Citrn lembaga kepolisian di mata masyarakat Lembaga kepolisian mempunyai tiga fungsi utama yaitu, pelayan, pelindung dan pengayom masyarakat. Dari ketiga fungsi ini, hanya sebagian dari fungsi pelindung yang mendapatkan penilaian negatif atau kurang baik di mata masyarakat, sedangkan fungsi lainnya secara keseluruhan mendapatkan penilaian baik di mata masyarakat. Masyarakat masih beranggapan bahwa lembaga kepolisian belum dapat melaksanakan tugasnya secara adil dan profesion~l
secara optimal.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa citra lernbaga kepolisian sebagai penegak hukum di mata masyarakat Jakarta Selatan adalah baik. Meskipun terdapat kekurangan dalam pelaksanaan tugasnya yang dinilai oleh masyarakat kurang adil clan profesional, namun ha! ini c!apat tercover olch
95
fungsi-fungsi lainnya yang telah dilaksanakan lembaga kepolisian dengan baik. Oleh karena itu, selanji1tnya kekurangan yang ada harus segera diatasi dengan lebih meningkatkan profesionalitas clan keadilan dalam setiap menjalankan tugas. Peningkatan profesionalisme dapat terpenuhi apabila Well Motivated, Well
Educated, Well Trainee/, Well Equiped dan Well fare dilaksanakan dengan baik. Sedangkan peningkatan keadilan salah satunya c!engan cara tidak adanya pengecualian dalam penegakkan hukum, mernegang teguh prinsip asas persamaan di muka hukum (equality before the /a\V).
B. Saran I. Bagi Pemerintah, perlu ac!anya koorclinasi clan sinergitas antara lcmbaga penegak hukum yang ada di Indonesia dalam menjalankan tugas clan tanggung jawabnya. Sehingga masing-masing lembaga penegak hukum c!apat
melaksanakan
tugas
clan
kewajibanya
sccara
optimal
clan
berkesinambungan. Selain itu, pemerintah harus menc!ukung independensi lembaga kepolisian scbagai penegak hukum, demi meningatkan citra lembaga kepolisian yang ac!il, profesional clan inc!ependen di mata. masyarakat. · Kekurangan kepolisian adalah
kine1ja
kepolisian secara.
profesional clan adil yang c!ipandang oleh masyarakat kurang baik. 2. Bagi Lembaga Kepolisian, perlu adanya pembenahan di berbagai sektor, salah satunya adalah mutu sumber daya manusia yang hanclal clan profesional di
bidangnya.
Peraturan perundang-undangan
yang ada telah mengatur
sedemikian rupa masalah tugas, kewajiban, hak dan kode etik kepolisian, akan te1api hal tersebut terkadang clilanggar oleh sebagian oknum aparat kepolisian yang dapat berakibat pada menurunnya cilra lembaga kepolisian sebagai penegak hukum di rnata masyarakat. 3. Bagi Masyarakat, harus selalu berperan aktif untuk membantu lembaga kepolisian dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Peran aktif masyarakat ini dapat berupa pengawasan terhadap kinerja lembaga kepolisian, pelaporan apabila terdapat oknum aparat dan masyarakat yang melanggar hukum, menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan, dan lain sebagainya. Kurangnya peran masyarakat dalam memahami tugas dan fungsi pclayanan rnasyakat dapal dilihat ketika masyakat lcbih mcngctahui informasi pelayanan kepolisian secara tidak Jangsung dari membaca berita clan melihat berita, bukan secara langsung. Dengan meningkatkan pcran rnasyarakat secara langsung diharapkan kinerja lernbaga kepolisian lcbih dapat berke1ja sccara optimal.
DAFTAR PUST AKA
Adnan Buyung Nasution, Arus Pemikiran Konstitusiona/isme; Hukum dan Peradilan, Jakarta: Kata Basta Pustaka, 2007. Amir Syamsudin, Integritas Penegak Hukum (Hakim, Jaksa, Polisi dan Pengacara), Jakarta: Kompas, 2008. Awaloedin Djamin, Prinsip-prinsip Penuntun Polri, Jakarta: PTIK, 1961. Bambang Sutiyoso, Aktualita Hukum · RajaGrafindo Persada, 2004.
Dalam
Era
R~/imnasi,
Jakarta:
PT.
Bibit Samad Irianto, Pemikiran Memu·u Polri yang Profesional, Mandiri, Berwib11wa clan Dicintai Rakyat, Jakarta: Rcstu Agung, 2006. Gillin dan Gillin, Cultural Sosiology; a revision of An Introduction to Sociology, New York: The Macmillan Company, 1954. Henry Cambell Black, Black's Law DictionmJ1 with Pronounciations, Fifth Edition, West Publishing & Co. USA, 1979. Ilham Gunawan, Penegak Hukum clan Penegakan Hukum, Bandung: Angkasa, 1993. Iskandar Kami!, Pedoman Perilaku Hakim dan J\1akalah Berkaitan, Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2007. Kansil, C.S.T., Pokok-Pokok Profesi Hukum, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, Cel.3, 2006. Kinarto, Polri Mandiri, Merenungi Kritik terhadap Po/ri, buku 4, Cipta Manunggal, Jakarta. 1999. Legge and Exley, Profesiona/ism and Modernism Police, New York, 1995. M. Khoirudin dan Sadjijono, Mengenal Figur Polisi kita, Yogyakarta: LaksBang PreSSindo, 2006.
98
Mamo Kelana, Memahami Undang-undang Kepolisian Republik Indonesia, Jakarta: Sinar Gradifndo, 2004. Pudi Rahadi, Hukum Kepolisian; Profesionalisme clan Reformasi POLRI, Surabaya: LAKSBANG MEDIATAMA, 2007. Robert Baldwin, Ricard Kinsey, Police Powers and Politics (Kewenangan Palisi dan Politik), Jakarta: Cipta Manunggal, 2002. Ronny R Nitibaskara, Palisi dan Korupsi, Jakarta: Radjawali Press, 2005. Sacljijono, POLRI Dan Good Governance, Surabaya: LAKSBANG MEDIATAMA, 2008. Satjipto Raha1jo, Hukum clan Perubahan Sosial, Bandung: Angkasa, 1988.
, Masalah Penegakan Hukum, Bandung: Sinar Barn, 1990. _____ ,Palisi Pelaku dan Pemikir, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993. Sitompul DPM, Majalah Bhayangkara Edisi Klmsus, Dies Nara/is ke 56, PTIK, Jakarta, 2002. Soe1jono Sukanto, Faktorfaktor yang Mempengamhi Penegakan Hukum, Jakarta: Rajawali, 1983.
____, Sosiologi suatu Pengantar, Jakarta: PT. RajaGrafinclo Persada, 2006. W. T.S. Purwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986.
Peraturan Perundang-undangan : Undang-unclang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
LAMP IRAN
Data tabel Inclikator Lembaga Kepolisian Sebagai Pelayan, Pclinclung clan Pengayom Masyarakat : 1.
Lembaga Kepolisian Sebagai Pelayan Masyarakat Tabel 1 : Dalam melakukan peketjaan, polisi selalu melayani masyarakat clengan baik Kritcria
Sangat tclk setuju Ticlak setuju Kurang Setuiu Agak Setuju Cukup setuju Setuju Sangat Setuju Total Mean Standar Deviasi Tabel 2 rnasalah
-
Frcgucnc~
Pcrccntasc
12 7 14 24 14 20 9 100 4.17
12.0 7.0 14.C 24.0 14.0 20.0 9.0 100.0 59.57
-
1.804
Polisi dapat membantu saya clalam usaha pencarian pemecahan
Kritcria
Sangat tdk setuju Tidak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuju ~Sangat Setuju Total Mean Standar Deviasi
Frcauencv
Pcrccntasc
5 13 25 16 18 16 7 100 4.05
5.0 13.0 25.0 16.0 18.0 16.0 7.0 100.0 57.86 1.641
--
·-
JOO
Tabel 3 : Palisi akan denagan senang hati berusaha membantu rnasyarakat mengatasi masalah Kritcria
Sangat tdk setuju Tidak setuju Kurang Sett\iU Agak Setuju Cuh1p setuju Setuju Sangat Setuju Total Mean Stanclar Deviasi
Frequency
9 12 20 18 19 17 5 JOO 3.97
Pcrcentas
-
9.0 12.0 20.0 18.0 19.0 J7.0 5.0 JOO.O 56.7J
1.684
Tabel 4 : Palisi sangat peka lerhadap kebutuhan masyarakat Kriteria
Sangat tclk setuiu Tidak setuju Kurang Setuiu Agak Setuju Cukup setuju Setuiu · Sangat Setuju Total Mean Standar Deviasi
Perccntasc
Frcauency
13 14 19 J9 12 16 7 100 3.79
· - -·
J3.0 -J4.0 J9.0 I 9.0 J2.0 J6.0 7.0 100.0 54.14
1.8 J6
~
Tabel 5 : P9lisi tidak merasa keberatan untuk mengutamakan kepentingan masyarakat Kritcria
Sangat tdk setuju Tidak setuju Kurang Setuju Agak Setuiu
Frcaucncv
Pcrcentasc
15 5 23 18
J5.0 5.0 23.0 18.0
--
I 0I
Cukup setuju Setuju Sangat Setuju Total Mean Standar Deviasi
17 13 9 100 3.92
..
17.0 13.0 9.0 100.0 56.00
1.818
Tabel 6 : Saya merasa puas atas semua pelayanan polisi kepada masyarakat Kritcria
Sangat tdk setuiu Tidak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuju Sangat Setuju Total Mean Standar Deviasi
Frcouencv
16 14 15 16 17 12 10 100 3.80
-
-
Pcrcentase
16.0 14.0 15.0 16.0 17.0 12.0 10.0 100.0 54.29
1.923
·-
---
--
Tabel 7 : Polisi cukup tanggap dalam menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum yang meresahkan masyarakat Kriteria Sangat tdk setuju Ticlak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuju Sangat Setuju Total Mean Stanclar Deviasi ~-
Frequency
Percentasc
12 9 21 19 18 12 9 100 3.94
12.0 9.0 21.0 19.0 18.0 12.0 9.0 !00.0 56.29
--
1.774
Tabel 8 : Polisi sangat cekatan clalam mencegah segala bentuk gangguan yang clapat meresahkan masyarakat
102
Kritcria
Sangat tdk setuju Tidak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukuo setuiu Setuju Sangat Setuju Total Mean Standar Deviasi
Frcqucncv
Pcrccntasc
13 ii 23 21 13 13 6 100 3.73
13.0 11.0 23.0 21.0 13.0 13.0 6.0 100.C 53.29
-·
1.728
Tabel 9 : Saya merasa terbantu dengan keberadaan polisi dalam mencari scrta menggumpulkan barang bukti ~-
Kritcria
Sangat tdk setuju Tidak setuju _Kura1_1g Setu.i!:i__ Agak Setuju Cukup setuju Setuju Sangat Setuju Total Mean Stanclar Deviasi
Frequency
--
·--------
Pcrccntasc
11 8 19 18 18 19 7 100 4.09
11.0 8.0 19.0 ---------18.0 18.0 ---19.0 7.0 100.0 58.43 1.759
Tabel 10 : Saya merasa polisi sudah menjalani kewajibannya ur,tuk menangani permasalahan clalam masyarakat Kritcria
Sangat tdk setuiu Ticlak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuju _.~~at Sctuju Total
~-
Frcauencv
Pcrcentase
11 10 21 16 17 19 6 100
11.0 10.0 21.0 16.0 17.0 19.0 6.0 100.0
----
103
Mean Stanclar Deviasi
==l
3.99 1.761
Tabel 11 : Saya merasa polisi memberikan pelayanan yang baik ketika saya clan orang lain menegurus surat-menyurat (STNK-SIM) di Kepolisian Kriteria Sangat tclk setuju Tidak setuju Kurang, Setuju Ag,ak Setuju Cukup setuju Setuju Sangat Sctuju Total Mean Standar Deviasi
Frecmencv 9 9 16 14 24 22 6 100 4.25
Pcrccntasc 9.0 9.0 16.0 14.0 24.0 22.0 6.0 100.0 60.71
-·''
__
,,
..
1.720
Tabel l 2 : Polisi sudah melakukan perubahan luar biasa untuk meningkatkan pelayanan masyarakat Kritcria Sangat tdk setuju Tidak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuju Sangat Seti1ju Total Mean Standar Deviasi
Tabel 13 alasan
Frcguencl'. 7 13 15 21 20 19
Pcrccntasc 7.0 13.0 15.0 21.0 20.0 19.0 5.0 100.0 58.71
5 100 4.11 1.651
Polisi selalu melayani kebutuhan masyarakat tanpa mcncari-cari
104
Kritcria Sangat tdk se!!:1.ju Tidak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuju Sangat Setuju Total Mean Standar Deviasi
2.
Frcaucncy 16
-
IO 24 17 16 10 7 100 3.65
--
Percent,asc 16.0 ---10.0 24.0 17.0 16.0 10.0 7.0 ---100.0 ---52.14
1.783
Lembaga Kepolisian Sebagai Pelindung Masyarakat Tabel 14 : Saya merasa yr.kin bahwa polisi dapat melindungi masyarakat dari gangguan keamanan Kriteria Sangat tdk setuju Tidak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuju Sangat Setuju Total f-· Mean Stanclar Deviasi
Frequency 9 6 15 23 12 27
Pcrccntasc 9.0 6.0 15.0 23.0 12.0 27.0 8.0 100.0 62.29
8 100 4.36
·-
--
---
1.738
~-
Tabel 15 : Saya selalu merasa terlindungi (aman-nyarnan) walaupun berada di tempat konflik karena ada sosok polisi di clekat saya Kritcria Sangat tdk setuju Tidak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuju
Frccrncncy 13 7 17 18 17 20
Pcrccntasc 13.0 7.0 17.0 18.0 17.0 20.0
--
------
105
Sangat Setuju Total Mean Stanclar Deviasi
8.0 100. 58.7
8 100 4.11 1.825
Tabel 16 : Saya sering merasa was-was walaupun di clekat saya acla polisi patroli
Kritcria San~t tclk setuju Ticlak setu ju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuju Saniiat Setuju Total Mean Stanclar Deviasi
Frequency 13 10 16 18 15 16 12 100 4.08
---
Pcrccutasc 13.0 10.0 16.0 18.0 15.0 16.0 12.0 100.0 58.29
1.905
-·-
Tabel 17 : Dalam situasi rusuh, polisi clapat melindungi rnasyarakat sekitar
Kriteria Sangat tclk setuju Tidak seluju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuiu Sangat Setuju Total Mean Stanclar Deviasi
Frequency 9 10 18 23 20 16 4 100 3.99 -
Pcrccntasc 9.0 10.0 18.0 23.0 20.0 16.0 4.0 100.0 57.00 1.617
--
--
107
Sangat Setuju Total Mean Standar Deviasi
4 100 3.86
4.0 100.0 55.14 1.798
Tabel 21 : Polisi telah mampu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
.
Kritcria Sangat tdk setuiu Ticlak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuju Sangat Setuju Total Mean Standar Deviasi
Frequencv 10 7 17 25 12 25 4 100 4.13
-·
Perccntase 10.0 7.0 17.0 25.0 12.0 25.0 4.0 100.0 59.00
--
·-
1.686
Tabel 22 : Polisi selama ini telah memberikan PERLINDUNGAN yang baik kepada masyarakat
Kritcria Sangat tdk setuju Ticlak setuju Kurang Setuiu Agak Setuju Cukup setuiu Setuju Sangat Setuju Total Mean Standar Deviasi
Tabel 23 ADIL
.
.
--
Frequency 11 4 19 24 18 18 6 100 4.12
Pcrccntase 11.0 4.0 -19.0 -24.0 ---18.0 ----18.0 -6.0 100.0 58.86 1.671
Selama ini, polisi telah berperan sebagai penegak hukum yang
Kritcria
Frequency
Pcrccntasc
11 0
Tabel 28 : Polisi telah menjadi teladan yang baik bagi masyarakat sebagai pengayom yang ramah 1--
Kriteria
.
Sangat tdk setuiu Tidak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuju San~ Setuju Total Mean Standar Deviasi
~
Frequency
Pcrcentasc
15 12 17 23 19 10 4 100 3.65
15 .0 12.0 17.0 23.0 19.0 10.0 4.0 100.0 52.14 1.690
I --
--
-
Tabel 29 : Dalam bcrtindak, biasanya polisi mcmpertimbangkan bcnar salahnya timl
j - K~·ite_1_·i_ac-----1----F_•r_e~q'--ue~ncy-
rsang; __at tdk setuju Tidak setuju Kurang Setuju Agak Setu\1 Cuku setuju Setuju San at Setuju Total Mean Standar Deviasi
13 11 16 24 20 12 4 100 3.79
Pcrcentasc
13 .0 --------1 11.0 l----,..16_,....,.0-----1
I
24.0 20.0 12.0 4.0 100.0 54.14
1.671
Tabel 30 : Saya merasa puas bahwa polisi telah mengarahkan masyarakat agar berperilaku tertib-teratur [
Kritcria
Frequency
Pcrccntasc
111 PEFtPUSTl\K/v\N UT/\~~/\ Ull\J SY/-1H!D ,J/>J
Sangat tdk setuju Ticlak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuju Sangat Setuju Total Mean Standar Deviasi
14.0 5.0 11.0 22.0 20.0 24.0 4.0 100.0 59.57
14 5 11 22 20 24 4 100 4.17 1.758
--
--
Tabel 31 : Polisi telah membina masyarakat untuk kescjahteraan-kenyaman umum (sosial) Kriteria
Sangat tdk setuju Ticlak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setui:!__ Sangat Setuju Total Mean Stanclar Deviasi
Frequency
Pcrccntasc
11 10 11 21 20 21 6 100 4.16
11.0 10.0 11.0 21.0 20.0 21.0 6.0 100.0 59.43
-
1.756
-·
----
--
-
Tabel 32 : Polisi telah memberikan pelatihan-bimbingan pada masyarakat utk penanganan keamanan Kriteria
Sangat tdk sctuju Ticlak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuju Sangat Setuju Total Mean
Frequency
8 10 16 21 21 18 6 100 4.15
..
Perccntasc
-
8.0 10.0 16.0 21.0 21.0 18.0 6.0 100.0 59.29
-
---
·-
---
112
J
[~S_t_a_n_d_ar_·D_e_v_ia_s_i_ _~--------- 1.660
Tabel 33 : Polisi telah berperan sebagai pengayom yang baik dalam menangani kelancaran lalu lintas ~--·
Frequency
Kritcria
Sangat tdk setuju Tidak setuju Kurang Setuju Agak Setuju CukuE setuju Setuju Sangat Setuju Total Mean Standar Deviasi
10 8 18 22 20 17 5 100 4.05
----------Pc rccn tasc 10.0 8.0 18.0 22.0 20.0 --------17.0 - -·--5.0 100.0 57.86 ----------1.66(
Tabel 34 : Polisi telah mencontoh sikap simpatik-tulus ketika melayani kebutuhan masyarakat .
Kritcria
Sangat tdk setuj u Tidak setuju Kurang Setuju Agak Setuju Cukup setuju Setuju _Sangat Setuju Total Mean Standar Deviasi
Frcguencv
Pcrccntasc
16 10 21 21 18 9 5 100 3.62
16.0 10.0 21.0 21.0 18.0 9.0 5.0 100.0 51.71 1.710
--
--
--
Tabel 35 : Polisi telah memberikan contoh dalam tata cara atau akhlak berkenclara yang baik -·---
Kritcria
Sangat tdk setuju Tidak setuju Kurang Setuju
-
Frequency
19 10 19
113
Agak Setuju Cukuo setuiu Setuju Sangat Setuju Total Mean Standar Deviasi
20.0 13.0 14.0 5.0 100.0 51.43
20 13 14
5 100 3.60 1.820
Tabel 36 : Polisi telah memberikan keteladanan yang baik ketika mcnangani perkara hukum
Kritcria Sangat tclk setuju Ticlak setuju Kurang Setuiu _Agak Setuju Cukuo setuju Setuju Sangat Setuju Total Mean Standar Deviasi --·
Frcaucncy 18 12 21 18 12 16
Pcrcentasc 18.0 12.0 21.0 ·18.0 12.0 16.0 --3.0 100.0 50.57
3 100 3.54 1.778
Tabel 37 :. Polisi telah menjacli penegak hukum yang baik ketika tcrjadi pelanggaran hukum
Kriteria Sangat tdk setuju Tidak setuju Kurang Setuiu Agak Setuju Cukup setuju Setuju Sangat Setuiu Total Mean Standar Deviasi
Freuuencv 18 12 17 22 10 18
Perccntase 18.0 12.0 17.0 22.0 10.0 18.0 3.0 100.0
3 100 3.60
-..
51.43 1.798
·-