CINTA MONYET-MONYETAN
gue duduk dibangku TK dikelas 0(nol) besar, Awal pertama gue masuk dunia pendidikan walau gue belum tau mana guru dan mana murid, gue cuma bisa melihat kesenangan yang menurut gue itu lucu. Gue hanya mengerti bahagia itu hanya untuk hari ini, gue belum bisa memikirkan gue ini hidup untuk siapa dan untuk apa. Kebetulan TK gue yang gak jauh dari rumah setiap hari gue jalan sendiri ke TK, nama TKnya 'Raudatul jannah'. Sewaktu TK gue paling seneng disaat awal mulai belajar semua anak-anak berdiri dan bilang 'Selamat pagi ibu guruuuu' kata anak-anak serentak. 'Pagi juga anak-anak' kata gurunya. 'Gimana kabar ibu?' tanya anak-anak serentak lagi. 'Baik, gimana kalian semua?' 'ALHAMDULILLAAHHH sehat selalu' jawab anak-anak serentak lagi. Kebanyakan pelajaran yang ada di TK gue membahas tentang agama dan budi pekerti yang baik, karena anak-anak kecil masih polos dan bisa menangkap dengan jernih. Maka dari itu gue dimasukin dari TK supaya budi pekerti gue baik ketika gue
dewasa nanti. Di TK hal yang paling gue tunggu adalah istirahat karena gue bisa main ayunan dan perosotan, pernah suatu ketika gue lagi asik main perosotan dan dibawahnya ada tai ayam, gue yang gak melihat tai ayam dibawah langsung merosot dari atas dengan gaya tengkurep. Alhasil sampai dibawah gue kena tai ayam lebih tepatnya makan tai ayam yang berceceran dimulut gue.apes. Kurang lebih hampir 2 bulan gue belajar di TK, ada anak baru namanya Vivi yang memper-kenalkan diri didepan kelas 'Hay nama aku Vivi salam kenal ya.' 'Hay vivi' jelas anak-anak serentak. Gue yang gak bisa berhenti memandang Vivi karena senyumnya bikin gue pipis dicelana, Vivi jalan mencari tempat duduk yang bersebrangan sama gue. Gue masih gak berhenti menatapnya sambil iler gue netes. 'Wooy bengong aja' kata Agus sambil getok meja. 'Iih Vivi cantik banget gus' kata gue yang masih memperhatikan Vivi. 'Lu suka? Nanti gue bilangin nih' jelas Agus. 'Jangan gus, gue malu' kata gue. 'Buu guuuruuuu Aziz suka sama Vivi' kata agus yang teriak. 'Ciiiieeeeeeeee, uhuyyy, priwiiiitttt' teriak anakanak dikelas. 'Udah udah diem, sekarang pelajaran menggambar. Nanti dikumpulin ya' kata guru. 2
Muka gue langsung memerah dan keringet dingin, gue gak bisa berkata apa-apa. Gue masih mencoba melihat Vivi yang senyum-senyum doang akibat ucapan Agus tadi. Gue ambil buku gambar dari tas gue yang gue perhatiin sejak awal gambarnya cuma matahari diapit sama gunung, dan sawah yang gak jelas. 'Gue mau menggambar yang beda hari ini,' kata gue ngelantur. 'Gambar apa? Ujung-ujungnya gunung lagi' kata Agus. 'Nanti deh gue kasih tau' kata gue. Gue mulai membuat gambar dengan garis lurus dua berbentuk huruf V, disampingnya gue sambung huruf I, kemudian dua garis lagi berbentuk huruf V dan yang terakhir I lagi. Kalau disatukan hurufnya jadi Vivi dan gue warnain pakai warna kesukaan gue 'biru'. Lalu gue bentuk gambar hati dengan warna merah dan satu tanda panah menyerong ke atas. Dibawahnya ada nama gue 'Aziz maulana'. Walaupun hurufnya mencang mencong tapi indah kalau yang dipandang nama Vivi. 'Nih liat bagus kan' kata gue yang menyodorkan gambar gue ke Agus. 'Iih nama Vivi love Azis, lu beneran suka yaa' tanya Agus yang lagi asik menggambar. 'Iya kayanya gue suka sama Vivi gus' kata gue malu-malu. 3
Agus langsung merobek kertas yang gue gambar tadi dan dikasih ke Vivi, Vivi yang sedang asik menggambar kaget dan melihat gambar yang diberi Agus. 'Hehehe bagus' kata Vivi yang coba memuji. 'Tuh kan kata vivi aja bagus' jelas Agus. 'Maaf vi, gue iseng' kata gue yang mencoba ngeles. Vivi cuma diem dan senyum sambil memberi gambar nya ke gue lagi. Gue pun kembali duduk sambil menyimpan gambarnya didalam tas gue. Pada jam istirahat gue menuju ke tempat bermain, gue melihat Vivi sedang main ayunan dengan temanteman yang lain. Gue masuk ke tempat bermain sambil memandang Vivi dengan muka setengah sadar tanpa memandang jalan ke depan 'bruuuukk' jidat gue nabrak tangga prosotan, 'aduuuuhhhh' kata gue sambil ngelus-ngelus jidat. 'Hahahah makanya jalan liat ke depan' kata anakanak ditempat bermain. 'Lu gapapa zis?' Kata Vivi dari tempat ayunan. 'Gak apa-apa vi, gak sakit' kata gue sambil menahan rasa sakit dijidat. 'Itu jidat lu merah banget? Bengkak!' Kata Vivi. 'Enggak vi, cowok gak boleh cengeng' kata gue yang sok kecowoan.
4
'Yaudah, lain kali hati-hati' jelas Vivi. 'Iya makasih ya' Gue mencoba menahan rasa sakit dijidat gue akibat nabrak tangga prosotan, padahal kalau dirasa ini perih banget. Mungkin perhatian Vivi yang seakan menetralisir rasa sakit gue. Disaat jam istirahat yang masih berlangsung gue beli kue cubit yang setiap jam istirahat mangkal di depan tempat bermain, ini memang cemilan favorit gue ketika gue lagi istirahat, karena saking akrabnya gue dengan penjual kue cubit, dia pun tau nama gue. 'Bang beli gope(500rupiah) ya?' Kata gue. 'Siap zis, setengah mateng gak?' Tanya tukang kue cubit. 'Iya bang setengah mateng' kata gue sambil ngupil dan mengelap bekas upil gue dicelana bagian belakang. Setelah 5 menit menunggu kue cubit yang gue pesan jadi. 'Inih bang, makasih ya' kata gue sambil memberkan uang ke tukang kue cubiit. 'Iya besok jajan lagi ya' Gue yang membawa kue cubit sambil sesekali mencemili daerah paling atas yang masih setengah matang, Ini ibarat makan lendir ingus tapi rasanya unik 'ada rasa cokelatnya akibat mesis yang ditaburi'. Untungnya nyokap gak datang ke TK karena nyokap selalu melarang gue ketika gue membeli kue cubit 5
setengah matang, katanya nyokap 'jangan beli kue cubit setengah matang nanti sakit perut.' 'Iya mah' kata gue dan disaat gue istirahat gue bandel tetap membelinya. Masih berlanjut.. Ditempat bermain Vivi lagi duduk sendiri sambil makan bekal, gue pun mendekati yang masih mencemili kue cubitnya, gue duduk disamping Vivi sambil menawarkan kue cubitnya. 'Vi mau gak kue cubiit?' Kata gue menawarkan. 'Makasih zis, gue makan bekel dari mamah aja' jelas Vivi yang berhenti sebentar dari makannya. 'Oowh yaudah' kata gue sambil menjilati telunjuk. 'Vivi diam sambil meneruskan makannya' 'Vi kok lu cantik deh' kata gue polos. 'Heemm' kata Vivi menggumam. 'Vi nanti kalo udah gede lu mau jadi apa? Tanya gue. 'Mau jadi polisi' jawab Vivi. 'Waaaw keren, nanti kalo ada yang nakal ditembak dong' kata gue becanda. 'Enggak, mau jagain mamah sama papah dari penjahat' jelas Vivi. 'Penjahatnya siaaa...' 'Doooorrr' kata Agus yang mengageti dari belakang, 'ciee Azis pacaran ya sama Vivi.'
6
'Enggak! Enggak!' Kata Vivi sambil menggelengkan kepala dan lari masuk ke kelas. 'Gangguin aja lu' jelas gue yang mendorong badan Agus. 'Hehehe' kata Agus cuma ketawa sambil masuk kekelas juga karena bel masuk sudah berbunyi. Gue yang sesekali melirik Vivi ketika dikelas, ditempat bermain, ketika Vivi sedang makan bahkan ketika Vivi tidak masuk kelas. Gue bingung dan gue belajar jadi gak bersemangat, terkadang gue terpaut dalam lamunan yang sangat dalam ketika melihat vivi. Gue menghayal sambil meletakan kepala gue diatas meja... 'Vi kamu mau gak jadi pacar aku' kata gue dengan penuh romantis. 'Aku mau jadi pacar kamu asal?' Kata Vivi. 'Asal apa?' Kata gue. 'Asalkan kamu jadi polisi supaya bisa melindungi aku' jelas Vivi. 'Oke aku jadi polisi, biar aku tembak penjahatpenjahat. Jedddeeer jeedeeerr jeedddeeer..' Kata gue yang masih melamun. 'Jis lu kenapa?' Kata agus yang mencoba menyadarkan gue dari lamunan. 'Jeeedeeer jedddeeer jeedeer' teriak gue yang masih melamun. 7
'Ibu guru.. Aziz kesurupan buu' teriak Agus dikelas. 'Azis kesurupan!!' Kata guru panik. Anak-anak yang berada dikelas ketakutan dan semua menjauh dari tempat duduk gue. 'Bismillah.. Jangan ganggu murid saya' Kata guru yang komat kamit sambil mencipratkan air ke kepala gue. 'Aduh kok basah' kata gue yang sadar dari lamunan. 'Kamu gapapa zis?' Tanya guru ke gue. 'Gak apa-apa bu' kata gue. 'Kamu kesurupan?' Tanya guru lagi. 'Enggak bu' 'Jangan suka melamun dikelas, gak bagus' terang guru. 'Iya bu.' Dan pada saat itu gue mulai dijauhi sama tementemen sekelas gue, karena gue disangka kesurupan. Karena kalau kesurupan identik sama hantu, berarti gue temennya hantu yang menjelma jadi manusia. Termasuk Vivi ketika mau pulang gue mau anterin dia pulang bareng walau rumah gue yang berbeda arah. 'Vi gue temenin pulang ya?' Tanya gue. 'Gak mau ah, kamu temennya setan' tolak vivi mentah-mentah.
8
Lalu Vivi pulang sendiri dengan mengendong tas barbie yang menurut gue lucu banget, dan gue jalan pulang sambil menundukan kepala ke bawah. Sampai dirumah.. Gue buka pintu dan masuk ke dalam rumah.. 'Eeh anak mamah udah pulang? Kata nyokap. 'Iyaa, maah mau makan lapeerr' kata gue manja. 'Yaudah nanti mamah suapin makan' kata mamah yang langsung ke dapur mengambil makan buat gue. 'Sini makan dulu' kata nyokap. 'Iyaa mah' Ketika gue lagi dirumah nyokap gue selalu memperhatikan dan memanjakan gue, kasih sayang yang tulus dari orang tua memang gak ada gantinya. Kebiasaan gue setiap siang adalah tidur siang yang gak pernah gue tinggalin karena nyokap gue selalu menepok-nepok atau istilahnya 'puk puk' dan nyanyiin gue sampai gue terlelap tidur. Gue tidur selalu dialaskan oleh kain tambahan soalnya gue suka bikin pulau dan nyokap selalu bilang sama gue 'kalau tidur jangan ngiler ya.' 'Iya maah' gue jawab dan keesokan harinya gue ngiler lagi. Pada waktu wisuda TK didaerah TMII. Gue, temen-temen TK dan semua orang tua datang disini. Untuk meresmikan semua anak-anak kelas 0(nol) 9
besar sudah lulus. Disaat semua sedang sibuk, gue menarik Vivi ke belakang panggung dan berbincang. 'Kenapa zis' kata Vivi. 'Vi guee...' Kata gue dan diam sebentar. 'Apa?' Tanya Vivi lagi. 'Ini surat buat kamu' kata gue sambil ngasih surat ke Vivi. 'Vivi hanya diam membuka surat itu dan membaca yang isinya 'Aziz suka sama Vivi'. 'Hehehe' kata gue yang cuma bisa ketawa. 'Vivi gak suka sama Aziz, Aziz jelek' jelas Vivi polos. 'Haaa' kata gue yang melongo dan Vivi langsung pergi ninggalin gue sendiri dibelakang panggung yang sedang berlangsung acara menari. Rasa suka gue kepada seseorang terlalu berharap, ketika orang yang gue suka belum tentu suka sama gue tapi gue yang belum mengerti apa itu 'suka' dan 'sayang'. Yang gue tau dari 'suka' itu adalah seperti gue suka sama mobil-mobilan gue dirumah, gue harus menjaga dan merawat mobil-mobilan gue supaya gak rusak. Kalau 'sayang' ya seperti nyokap gue yang selalu ingetin gue supaya gak telat makan atau selalu manjain gue ketika gue ingin sesuatu tapi ketika keinginan gue gak dikabulkan sama nyokap gue, bukan berarti nyokap gue gak sayang tapi karena nyokap mengerti mana yang lebih penting dan mana yang lebih baik. 10
11