1 PENDAHULUAN 1.1 Latar 8elakang
Seiring dengan diketahuinya persediaan sumber daya perikanan dunia yang semakin oerkurang akibat tekanan eksploitasi yang terus meningkat, slImbcr daya perikanan seeara lmum perlu dikelola dengan baik agar pcmanfaatannya dapat bcrlangsung terus bagi ~enerasi
kini dan generasi yang akan datang. Scjumlah penelitian selama 25 tahun terakhir
@nelaporkan bahwa sllmber daya pcrikanan mcngalldung nilai gizi yang sangat baik untuk ;: (esehatan ser.a kecerdasan otak manusia karena ikan dan jenis seajood lainnya rata-rata ;Ir
!:!. nengandung 20% protein (Fridman, 1998 yang diaeu Dahuri, 2004). Potensi dan produksi
"Sal
3
lumber day.. ikan peiagis kecil di laut Jawa berdasarkan
dUB
penelitian terakhir (1997 dan
~ WOI) menunjukkan adanya kontradiksi (Widodo el a/., 1998~ dan Anonim, 2001a). Kedua
cil lenelitian tersebut menyatakan bahwa potensinya tidak bertambah (340.000 ton per tahun)
5=1/1 etapi
estimasi produksinya meningkat dari 442.900 ton menjadi 507.500 ton. Estimasi
r+
~
,roduksi kedua penelitian tersebutjelas menginformasikan bahwa sumber daya ikan pelagis
r+
~
::+
:ecil di laut Jawa telah mengalami over exploited.
~
Di' ::::I
tlI
Dalam kondisi krisis ekonomi yang masih berlanjut sampai saat ini, daya beli nasyarakat Indonesia terus menurun sehingga untuk memenuhi kebutuhan protein hewani
go nasyarakat
akan cenderung memilih bahan makanan yang relatif murah harganya. Ikan
~ embang adalah salah satu jenis ikan pelagis kecil yang paling murah harganya yaitu hanya ~p.
574,-lkg (Kepmen Perindustrian dan Perdagangan No. 213/MPP IKep/7. !OOI).
VaJaupun harganya
murah,
ikan tcmbang mempunyai
kCLInggulan nilai gizinya
ibandingkan dcngan jenis ikan lainnya dalam hal kandungan omega-3. Rachmansyah W04) yang diacu Dahuri (2004) melaporkan bahwa jenis sardin (termasuk ikan tembang) lempunyai kandungan omega-3 yang paling tinggi, yaitu sebesar 3,9% dari berat tubuhnya. )mega-3 adalah a5am lemak tak jenuh yang sangal penling bagi tubuh manusia karena g' iperlukan untuk perkembangan jaringan otak, dan dapat mencegah terjadinya stroke,
cg enyakitjantung, dan darah tinggi. ~
Ikan tembang (SardineiJajimbriala Valenciennes, 1847) termasuk ikan pelagis yang
~iasa hidup di perairan laut yang agak dangkal.
Di Jawa Timur, khususnya Selat Madura,
~·,an tembang ini biasa tertangkap bersamaan dengan ikan jenis lain, seperti lemuru C \ardinella lemuru) dan kern bung (Ra~/relliger spp). Pemijahan ikan tembang di Selat r-+
C ladura belum diketahui seeara pasti apakah terjadi di luar atau di daJam Selat Madura ~
Q)
lrena ketiadaan informasi mengenai kebiasaan ikan dan parameter lingkungan.
~. '.'-, ,\,
• ",
Sucipto et al. (1992) rnenambahkan bahwa ikan tcmbang di perairan lainnya di Jawa Timur memijah dua kali setahun, yaitu pada bulan Juli-Agustus dan Novernber-Desember. Potensi ikan tembang di perairan Jawa sebelah utara Jawa Timur (tcrmasuk Selat Madura) tersebut ian perairan Selatan Nusa Tenggara adalah terbesar dibandingkan dengan perairan lain di indonesia. Ikan tern bang di kedua perairan terscbllt rnenernpati posisi nomor dua tcrbanyak ;etelah layang, masing-masing 20% dan 33% dari potensi yang ada (Anonim. 1997). Alat pcnangkap ikan utama yang digunakan untuk mcnangkap ikan tcmbang oi Jawa @rimur, khususnya di Selat Madura. adalah purse seine (pukat cincin). Alat tangkap lain
iif fang ~
juga dapat rnenangkap ikan ternbang adalah payang, jaring insang hanyut, jaring
~.
... nsang tetap. dan
bagan taneap. Untuk kelirna alat tangkap tersebut, ikan tern bang bukan
~ nerupakan tujuan utarna penangkapan. Kelirna alat tangkap tersebut dimaksudkan untuk
~ nenangkap jenis-jenis ikan pelagis ked!. Bahkan juga marnpu menangkap jenis ikan ~ )elagis besar seperti to ngko I dan cakalang. Berdasarkan statistik perikanan Propinsi Jawa
~ rimur tahun 2002, proporsi tangkapan ikan ternbang untuk kelima alat tangkap tersebut
...
...e= erbadap tangkapan total sangat bervariasi. Proporsi produksi paling tinggi dihasilkan oleh
~ lagan taneap, yaitu 25,6% yang diikuti berikutnya sceara berturut-turut oleh jaring insang ;:+
~ lanyut 14%, purse seine 6,8%, payang 4,8%, dan jaring insang tetap 1,9% (Tabel 1.1). Qi' :::l
OJ
o o
IC
..:!-
Tabel 1.1. Produksi utama (ton) ikan pelagis kecil dan besar pada purse seine, payang, jaring insang hanyut, jaring insang tetap, dan bagan tancap, serta proporsi tangkapan ikan tembang (s. jimbriata) terhadap tangkaparo utama masing-masing alat tangkap tersebut di Jawa Timur tahun 2002. Jenis Ikan
CD
o to o
~
» to ::J. g
Kembung Layang Lemuru Tembang Teri Tongkol* Cakalang* Jumlah Proporsi tembang (%)
Payang 6.027,9 18.998,2 8.952,6 2.487,0 9.533,2 4.630,4 951,7 51.581,0
4,8
Purse seine 8.453,7 22.123,6 18.636,0 4.585,0 3.170,7 8.550,5 1.505,7 67.025,2 6,8
Jarin~ insan~
hanyut 1.302,6 803,5 245,2 1.t30,9 327,9 3.475,3 793,3 8.078,7 14,0
teta~
1.119,7 3.512,3 355,2 351,3 3.646,7 9.430,5 40,8 18.456,5 1,9
Bagan tancap 352,0 66,7 23,7 524,7 1.071,3 5,9 5,2 2.049,5 25,6
Pelagls besar umber: Laporan Statistik Perikanan Propinsi Jawa Timur (2003),
Murahnya harga dan kecilnya proporsi produksi ikan tembang bukan berarti sumber
C aya tersebut tidak penting dalam suatu ekosistem perairan di Setat Madura. Masing-masing
ru pesies ikan tidak hidup sendiri tetapi hidup dalam satu kesatuan ekosistern yang saling C ::J
<
CO
~
(J)
~
2
:
II
",
,~
',-
"
•
mempengaruhi. Charles (200 I) menambahkan bahwa secara tisik dan kimiawi keberadaan suatu jenis ikan dalam satu ekosistem rnempengaruhi keseimbangan kehidupan dalam ~kosistem
terscbut. Untuk itu. sesuai dengan prinsip konservasi untuk keseirnbangan
lingkungan, kelestarian sumber daya ikan tembang di Selat Madura perlu dipertahankan. Ikan tembang yang tertangkap di Selat Madura hampir seluruhnya didaratkan di daerah Sam pang. Pamekasan. Sumencp. Pasuruan. dan Probolinggo. Penangkapan ikan :embang di perairan Selat Madura dengan menggunakan kelima alat tangkap tersebut di atas @:kecuali purse seine) umumnya masih tergolong kegiatan perikanan tradisional. Perikanan ;: ini dicirikan oleh sedikitnya modal yang digunakan, menggunakan teknologi penangkapan
"
~. yang sederhana, daerah penangkapannya di sekitar pantai, dan trip operasinya bersifat
; larian (Anonim, 1993-2003). Khusus di Kabupaten Sumenep, alat tangkap dogol juga dapat ~
nenghasilkan ikan tembang walaupun alat tangkap tersebut dimaksudkan untuk menangkap
~ 'kan-ikan demersal.
.... ~
Selat Madura adalah perairan semi tertutup. memanjang dari barat ke timur. dengan
~ uas sekitar 2.700 km 2 yang diapit oleh Pulau Madura dan Pulau Jawa. Perairan tersebut
~ ;empit di sebelah barat dan melebar di sebelah timur yang kedua ujungnya berhubungan ;:+
2: Q. Q
0"
~. lengan Laut Jawa (Lelono. 1997). Selat Madura mempunyai peran penting bagi masyarakat
Dl
~ lelayan di Jaws Timur karena nelayan yang mcnggantungkan hidup di wilayah ini cukup
3
~ ;ignifikan, yaitu 30,4% dari total nelayan Jawa Timur yang berjumlah 214.785 orang.
::I
-- vtereka yang berada di Selat Madura (65.321 orang) terse bar di 10 daerah kabupaten/kota
g E"
..,
:Il" Q "C
'aitu Bangkalan (863), Sampang (6.621), Pamekasan (6.967), Sumenep (6.278),
Sidoa~jo
Q
"C
1.043). Pasuruan (12.306), Probolinggo (8.765), Kola Pasuruan (\.380), Kota Probolinggo
s::
::I
8.765), dan Situbondo (17.332) (Anonim, 2003). N'
s·
'0 !D
.2 Perumusan Masalah ,,2. t ldentifikasi masalah
g'
cg
Pet el al. (I 997b) melaporkan bahwa walaupun secara umum sumber daya ikan-ikan elagis di sekitar Laut Jawa eksploitasinya masih tergolong moderat (modera/ely exploited),
);'eberapa spesies di beberapa lokasi sudah mengalami lebih tangkap (over exploited). CO
....,
~ikijuluw
(2002) menan1bahkan bahwa sumber daya ikan di perairan Laut .Iawa, Selat
(") .1alaka, dan Laut Flores telah mengalami fully exploited dan bahkan over exploited.
C leberapa peneliti juga melaporkan telah terjadinya over exploited sumber daya ikan pelagis r-+
~ :ecil di laut Jawa (Widodo e/ al., 1998; Anonim, 200 Ia), lemuru di Selat Bali (Naamin,
Q)
C :::J
< CD ...., en , r-+
~
3
87; Merta, 1992; Wiadnya, 1992) dan kembung di pantai utara dan selatan Jawa Timur. lat Madura, dan Selat Bali (Setyohadi et al., 1994). Sebagiall besar produksi ikan tembang di Jawa Timur berasal dari perairan sebelah ara Pulau Jawa (Laut Jawa dan SeJat Madura). Dari tahun 1992 sampai 2002 produksi \1n tembang di kedua perairan tersebut selalu mendominasi produksi ikan tembang Jawa mur. Pada tahun 2002 produksi ikan tcmbang di pcrairan scbclah lltnru Juwa Timur encapai 12.700,4 ton. Ini adalah peringkal lima selelah ikan layang (38.526,8 ton), @ mbung (19.497 ton), tongkol (19.396,5 ton), dan teri (13.216,4 ton). ::I: ~
Produksi ikan tembang di Selat Madura tahun 2002 yang sebesar 6.179,6 ton adalah
..
~. Imor dua setelah pantai utara Jawa Timur (6.520,8 ton), diikuti lempat ketiga dan keempat
~ eh pantai selatan Jawa Timur dan Selat Bali berturut-turut sebesar 597,5 ton dan 368,4 ton ~ ,nonim, 2003). Produksi tern bang di Selat Madura tersebut didaratkan di tujuh
~ ,bupaten/kota, yaitu Sam pang, Pamekasan, Sumenep, Pasuruan, Probolinggo, Kota
..~ ~
2: Q.
o
0"
3
0-
(\)
lSurnan, dan Kota Probolinggo. Produksi tembang terse but dari tahun 1992 sampai tahun 102 berfluktuasi cukup signifikan (Anonim, 1993-2003). Awalnya selama lima tahun
~ 992-1996) tangkapan ikan tembang bertluktuasi sekitar 1.600-an ton sampai 2.400-an ton. ~. Ida tahun 1997, produksi ikan tembang mencapai 2.942,6 ton atau mengalami kenaikan
III
~ kitar 65% dari produksi tah un 1996 yang hanya se besar 1.786,7 ton. Dua tah un berikutnya o cg 999) produksi turnn sekitar 29.5% hingga mencapai 2.075,6 ton. Produksi naik kembali ~
....C
--- Ida tiga tahun terakhir dan mencapai puncaknya pada tahun 2002 dengan produksi sebesar
o o
179,6 ton (Gam bar 1.1). Produksi total ikan tembang di Jawa Timur f1uktuasinya lebih
C
:strim lagi, yaitu menurun hingga mencapai 9.435,5 ton pada tahun 2001 seteJah mencapai
::::l
;a-
"0 "0 ::::l
IOcak pada tahun 1994 dengan produksi sebesar 18.&66,4 ton. Signi fikannya fluktuasi tahun 1996-1999 dan ekstrimnya peningkatan tahun 2002 oduksi
OJ
ikan tembang tersebut
perJu disikapi secara arif.
I>rinsip kehati-hatian
recaulionary approach) seyogianya diterapkan pada kasus sumber daya ikan tembang di
o ~Iat Madura untuk menjaga agar sumber daya tersebut di
masa datang tidak mengalami
cg Jer fishing seperti yang sudah terjadi pada sumber daya ikan pelagis kecil di Laut Jawa.
; ; lnda-tanda dari sum ber daya ikan yang menga lam i over fishing adalah (1) adanya
CO ., lktuasi tahunan yang besar dari hasil tangkapan; (2) penurunan
terus~menerus
hasil
() . ngkapan; (3) menurunnya produktivitas; dan (4) tinggi nya proporsi ikan m uda yang :. rtangkap (Monintja, 2002; kom. pribadi). C
., Q)
C :::J
<
.,CD CJ'J
4
7000 6000 _5000 l1li
...o -"000 .
Tembang
]
.; 3000 o
@ ;:
...
~
2000
1000
'1':
!:l.
...
"0
II)
3
O+---------~--------T_--------~--------T_------__, 2002 · 1996 2000 1994 .998 1992 Tahun
'1':
=ij umber: Laporan Statistik Perikanan Propinsi Jawa Timur (1991-2003), Kabupaten Pamekasan,
!
[
... ...c:"'0
Sampang, Sumenep, Pasuruan, Probolinggo, Kota Pasuruan dan Kota Probolinggo (2003) .
;:+
Gambar 1.1 Perkembangan produksi tahunan ikan tembang di Selat Madura.
CD
::+ ~ . .2.2 Akar masalah
II) II)
~
Sartimhul et al. (1997) mengemukakan bahwa dua hal penyebab terjadinya over
~ 'shing ikan lemuru dan kembung di beberapa perairan Jawa Timur adalah: o.., '-'
~rtangkapnya
(I)
ikan muda sebelum ikan tersebut mencapai ukuran dan umur yang layak
angkap (Iebih tangkap pertumbuhan); dan (2) adanya kegiatan penangkapan secara besaresaran (intensive exploitation) sehingga menyebabkan berkurangnya stok ikan dewasa enghasil ikan muda (Iebih tangkap rekruitmen). Peristiwa over fishing pada kedua elompok umur ikan tersehut harus dijadikan pelajaran agar tidak menimpa sumber daya can tembang, baik yang ada di sebelah utara Jawa Timur yang dieksploitasi oleh nelayan ari beberapa propinsi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi
g' elatan maupun yang ada di Selat Madura yang dieksploitasi oleh neJayan di sekitar Selat
cg
...,
!ladura seperti Sam pang, Sumenep, Pamekasan, Pasuruan, dan Probolinggo . Ikan tembang di Selat Madura dikategorikan lebih tangkap rekruitmen yaitu
~ anyaknya
ikan yang tertangkap dalam kondisi belum dewasa. Beberapa peneliti
~' lelaporkan bahwa ikan tembang tersebut banyak yang tertangkap dengan ukuran dibawah C kuran pertama kal i matang gonad dan atau d ibawah uku 'an dewasa (Pet el aI., 1997a; dan
.-+
...,
C "elono et al., 1998). Pola pergerakan horisontal (migrasi) ikan ternbang juga bel urn Q)
C :J
<
CO ...,
en
.-+
~
5
~.
• 0.
II
.~
',-
.'
iketal1ui secarajelas. Sampai sekarang. belum ada laporan dan atau penelitian yang dengan !Ias menggambarkan pola pergerakan l1orisontal ikan tembang di Selat Madura. Eksploitasi sumber daya ikan tembang di Selat Madura sampai saat ini berlangsung ebas (open access) tanpa adanya aturan dan pengendalian yang jelas terhadap aktivitas enangkapan ikan. Semua nelayan dan alat tangkap yang ada di tujuh daerah abupatenlkota tersebut menganggap dapat dengan bebas mengakses Selat Madura dan lenangkap
ikan
tembang
maupun
ikan
lainnya
kapan
saja
walaupun
daerah
@ enangkapannya beradajauh darifishing base mereka. Mereka berprinsip bahwa kapan dan :t
~ i mana saja ada kesempatan, mereka akan menangkap ikan semaksimum mungkin tanpa o "§: emikirkan akibat negatif terhadap kelestarian sumber daya ikan tersebut. Mereka III
~.
erpendapat bahwa nelayan lainpun akan melakukan hal yang sarna jika kesempatan
~ :rsebut datang.
"tI
~
Kajian terhadap standardisasi tingkat upaya penangkapan di Selat Madura belum
:J
!a. emah dilakukan. Perbedaan dimensi tiap jenis alat tangkap tidak mendapatkan perhatian ;:+
5. ang serius hingga saat ini. Belum ada studi khusus tentang batasan tingkat upaya "tI
g. enangkapan yang sccara biologi tidak membahayakan slimber daya ikan-ikan pelagis keeil
III
~. laupun secara ekonomi yang dapat memberikan keuntungan maksimum bagi usaha
:J
IJJ erikanan tersebut. o o.., -- .2.3 Dampak masalah
cc
Kondis; aktivitas penangkapan yang bebas akses (open access) membuat usaha enangkapan ikan tembang yang dilakukan oleh nclayan di Selat Madura menjadi usaha 'ang berbiaya tinggi dan tidak etisien. Jika aktivitas pcnangkapan ikan tembang di Selat Aadura yang tidak teratur dan tanpa kontrol Icrus dibiarkan. maka aktivitas penangkapan ~an
tersebut dapat menjadi kurang bermanfaat dan kurang menguntungkan bagi nelayan
an pemerintah daerah sekitarnya. Hal tersebul juga akan dapat mengakibatkan semakin g'luruknya kondisi sumber daya ikan tembang di Selat Madura dan mempercepat terjadinya
Konflik an tar nelayan akan muneul seiring dengan semakin terbatasnya sumber daya
CO erikanan dan daerah penangkapan yang dapat diakses. Kon1lik antar nelayan di Jawa ~
() " imur, khususnya nelayan di Selat Madura, sudah sering dilaporkan. Charles (1992)
C 1engemukakan hal yang sarna bahwa konflik perikanan cenderung muncul karena sumber r-+-
~ aya ikan yang dieksploitasi semak;n terbatas. Kusnadi (2003) melaporkan bahwa beberapa
Q)
onflik antar nelayan yang terjadi di Jawa Timur seperti antara nelayan dari Gresik dengan
C
6
::::J
<
CD ~
CJ) r-+-
'<
elayan dari Lamongan di pantai utara Jawa Timur dan antara nclayan dad Bangkalan engan nelayan dari Pasuruan dipicu oleh semakin terbatasnya sumber daya perikanan yang apat dieksploitasi dan semakin terbatasnya daerah penangkapan yang dapat diakses. :ecernburuan sosial antar mereka baik yang menggunakan alat tangkap yang sarna maupun erbeda mudah sekali muneul jika mempunyai kesamaan dacrah pcnangkapan yang diakses .
•2.4 Alternatif pemecaban masalah
@
Karakteristik biologi ikan dan pola pergerakan horisontal (migrasi) ikan perlu
::I: iketahui. Dengan mengetahui kedua hal tersebut, kebijakan pengelolaan sumber daya ikan
III
" kan semakin terarah. Sebagai contoh informasi tentang lokasi dimana ikan memijah adalah
~. '0
it angat penting karena akan menentukan arah kebijakan pelarangan aktivitas penangkapan di 3
:: )kasi
tersebut.
";; enangkapan to
Pengendalian
sebaiknya
diberlakukan
terhadap
semua
aktivitas
ikan atau hanya untuk alat tangkap yang dapat menangkap ikan dengan
~ kuran dan atau spesies tertentu (Holden, 1995).
.... I/)
e:
Tingkat eksploitasi sumber daya ikan tembang di Selat Madura perlu dikendalikan
~
gar kelestarian sumber daya ikan terse but dapat dijaga dan dipertahankan. Pengelolaan
....
g ang terkoordinasi secara baik an tar stakeholder yang meliputi nelayan, pemilik armada
~. enangkapan, dan pemerintah daerah di tujuh daerah kabupatenlkota tersebut diduga dapat to
g lengendaJikan tingkat eksploitasi o
~
sumber daya dan meningkatkan efisiensi, manfaat, dan
euntungan aktivitas penangkapan. Pengelolaan yang terkoordinasi tersebut dapat berupa embatasan hasil tangkapan dan tingkat
upay~
penangkapan, pengaturan hak akses ke
aerah penangkapan, penerapan batasan minimum mesh size, dan menentukan jenis :knologi penangkapan pilihan. Kusnadi (2003) mengusulkan perlunya peraturan daerah lang dapat digunakan sebagai panduan dan aeuan dalam memanfaatkan sumber daya
N'
S'
lerikanan milik bersama dalam satu wilayah yang dapat diakses oleh beberapa daerah
'0 p::l
eperli yang tclah diupayakan untuk ditcrapkan di Teluk Tomini Sulawesi.
OJ
Kondisi sumber daya ikan tembang di Setat Madura sepcrti tersebuL di atas yang
....
o (Q luktuatif produksinya dari tahun ke tahun perlu mendapatkan perhatian yang serius agar
c
Q.'emanfaatannya dapat berkelanjutan. Penelitian yang komprehensif terhadap sumber daya
S' C' C
:::l
i:
ac
3 C o ;:r c
~ kan
tembang tersebut sangat diperlukan. Ruang Iingkup penelitian tersebut meliputi
::i.dentifikasi teknologi penangkapan ikan, kondisi sosial ekonomi perikanan, dinamika
()
C lopulasi, pengkajian stok ikan, dan distribusi hasil tangkapan dan upaya penangkapan, C lasH .,
penelitian tersebut dapat dijadikan pedoman bagi pemanfaatan yang berkelanjutan
Q)
umber daya ikan tembang di perairan Selat Madura yang mempunyai peran penting bagi
C
7
::J
<
CD ., CJ)
r-+
'<
esejahteraan masyarakat nelayan daerah tersebul dan umumnya bagi masyarakat nclayan i Jawa Timur. .3 Tujuan
Studi ini bertujuan untuk merumuskan alternatif strategi pernantaatan berkelanjutan umber daya ikan tembang (S. fimbriala) di Selal Madura Jawa Timur melalui serangkaian ajian yang mencakup aspek-aspek kondisi pcrikanan tembang sekarang, biologi ikan. @ ligrasi ikan, patensi, alokasi hasil tangkapan dan upaya penangkapan optimum, d: I Jenls ;: ~knologi penangkapan ikan terpilih,
" S- .4 Kerangka Pemikiran ~.
3
Sumber daya ikan di Selat Madura dimanfaatkan oleh nelayan-nelayan dari
";; ,am pang,
Pamekasan, Sumenep, Pasuruan, dan Prcbolinggo, Kota Pasuruan, dan Kota
ttl
-::::: 'robolinggo. Para nelayan tersebut cenderung berkompetisi karena mereka merasa ::::s
~ empunyai hak yang sarna (common property) sehingga diperlukan pengaturan yang adil
c:
:; ~ntang hak akses untuk mengeksploitasi sumber daya perikanan di Selat Madura. Imrcn al
i
2000) mengemukakan tiga aspek yang perlu dipertimbangkan dalam mengatur hak akses
::::s
~.
an penggunaan stok bersama (shared stock), yaill! aspek historis. aspek ekonomi, dan
~ spek bio-oseanografi dan jangka panjang. (Q
o
Pemanfaatan stok bersama didasarkan pada sejarah pcnge)olaan dari sllatll wilayah
~
.tau daerah otonom dengan memberikan peluang ckonomi yang lebih besar pada daerah 'ang telah mengorbankan wilayahnya untllk kclcstarinn stok sumber daya perikanan. lertimbangan aspek untuk pengelolaan ikan tembang di Selal Madura ini analog dengan
nte rnal ional shared stock fisheries manage men!. Morgan (I 995) mengem ukakan bahwa N'
S'
alah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan d.l1am menentukan besamya kuota
'0 p::l
umber daya perikanan milik bersama di pcrairan internasional adalah sejarah aktivitas OJ ,rmada penangkapan liap negara dalam mengeksploitasi sumber daya perikanan tersebut.
....
S' C' c
C
:::l
i:
ac
3 C o ;:r c
2 ~ergin
dan Haward (1994) m em beri kan iIustrasi tentang penge lolaan bersama sum ber daya
Q kan tuna sirip biru. Kuota eksploitasi jenis ikan tersebut hanya mengutamakan tiga negara. ~ 'aitu Jepang, Australia, dan Selandia Baru yang mernang mempunyai sejarah panjang
CO
::i. ,rmada penangkapannya. Negara-negara lainnya, termasuk Indonesia, tidak mendapat
g ~rhatian da1am menentukan pembagian kuota walaupun perairan zona ekonomi eksklusif C ., elatan Jawa adalah merupakan satu-satunya tempat bertelur ikan tersebut. Q)
C ::J
<
CD ., CJ)
r-+
'<
Aspek ekonomi perlu dipertimbangkan karena alokasi stok bersama merupakan mgsi ukuran armada, invcslasi dan infrastruktur. pcngaruh sosial ckonomi. dan nilai Ivestasi untuk konservasi dan proteksi bagi kelestarian sumber daya perikanan. Aspek bio· seanografi dan jangka panjang perlu juga dipertimbangkan karena alokasi stok bersama iberikan lebih besar kepada daerah yang memiliki area pemijahan (spawning grounr1), area encarian makanan (feeding ground), area produktivitas primer dan sekunder yang tinggi, rea penangkapan yang cocok. dan area penangkapan untuk ikan-ikan ekonomis penting © an ukuran yang diminati pasar (marketable). King (1995) mengemukakan bahwa agar :::E:
~
enangkapan suatu jenis ikan tertentu dan yang berlangsung di perairan tertentu dapal
o
"§: erlangsung terus menerus maka status sumber daya ikan tersebut harus dikaji untuk Q)
~.
lenentukan tingkat eksploitasinya sehingga aktivitas penangkapan dapat berjalan seimbang
~ engan kemampuan rekrutmen sumber daya ikan tersebut. Dia menambahkan bahwa "tI
~
isamping estimasi stok yang tepat, faktor-faktor ekonomi, sosial, dan politik dapal
~ igunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pengelolaan.
;::;:
S.
Eksploitasi ikan tembang di perairan Selat Madura selama ini berlangsung secara
"tI
~ :rbuka oleh nelayan dari ke tujuh kabupatenlkota terse but di atas tanpa adanya peraturanQ)
~.
2: Q.
:J
0'
o
o
3
eraturan yang mengikat mereka guna mempertahankan kelestariannya. Peraturan yang
aJ
:Iah ada namun sulit dalam pengawasannya adalah batasan minimum bagi mesh size untuk
cg
lat penangkapan ikan yang terbuat dari jaring. Hal ini terjadi karena sumber daya
~
erikanan di Selat Madura dianggap milik umum (common property rights) sehingga semua oleh mengaksesnya. Jika kondisi demikian dibiarkan terus tanpa adanya upaya untuk lengelola sllmber daya dengan baik dan benar r.lisalnya pengendalian aktivitas enangkapan, pem batasan j urn lah dan j en is a lat tangkap, pem batasan ukuran target spesies,
-g :::l
c:
an pembatasan jumlah produksi niscaya sumber daya ikan tembang di Selat Madura akan
is:::l
emasib sarna seperti sumber daya ikan lemuru dan kembung yang telah mengalami lebih
..,;a;:;:
if
o
a-c: r+
a: o c:
o
:::l
C
o .... c:
3 o is
0' ;:r
[lJ lngkap di bebcrapa area penangkapan di Jawa Timur (Sartimbul et aI., 1997).
o Ketika membahas batasan jumlah dan jenis alat tangkap yang digunakan dalam o..., engelolaan sumber daya ikan tcmbang di Selat Madura, pcrhatian yang Icbih scksarna
to
» arus diarahkan pada perikanan pukat cincin (purse seine). Alasan utamanya adalah
to ..., ominasi armada pukat cincin dalam memproduksi ikan tembang yang didaratkan di Selat ("') r1adura (38,4%). Bahkan di Jawa Timur, dominasi armada pukat cincin terhadap produksi
C
;::::::; <.an tern bang jauh lebih tinggi lagi yaitu 48,3%. Jika tidak mendapat perhatian yang serills
~
ikhawatirkan nasib purse seine akan seperti riwayat trawl yang pada awalnya hanya
C
9
Q)
::J
<
CD ...,
(J)
r-+
'<
ilarang dioperasikan di Laut Jawa dan perairan sebelah timur Sumatra sejak tahun 1980 arena sangat akl if dan tidak selekti f menangkap udang (Ba i ley, 1997). Ukuran ikan tembang yang lertangkap perlu mendapat perhatian yang serius ~arena ~ngan
mengetahui komposisi ukuran ikan yang tertangkap tersebut, secara biologis status
1mber daya dapat diketahui. Pemahaman tentang pola pergerakan harisontal (migrasi) ikan erlu juga mendapat perhatian yang serius. Dengan mengctahui ukuran ikan tembang, aerah penangkapan, dan pergerakan horisontal ikan, pala kebijakan pengelalaan sumber @ aya ikan berdasarkan biologi ikan akan terarah karena informasi tentang lokasi-Iokasi :::E:
~
imana ikan tersebut memijah, berkembang, maupun dewasa akan didapatkan. Informasi
()
§: mtang 10kasi dimana ikan memijah adalah sangat penting karena akan menentukan arah Q)
2. ebijakan
pelarangan aktivitas penangkapan di lokasi tersebut yaitu apakah pelarangan
~ iberlakukan untuk semua aktivitas penangkapan atau hanya untuk alat tangkap yang dapat "'tJ
~ lenangkap ikan dengan ukuran dan atau spesies tertentu (Holden, 1995). Sampai sekarang,
~ elum banyak laporan dan atau penelitian yang dengan jelas dapat memberikan data tentang
~ ola pergerakan horisontal ikan tembang di Selat Madura. "'tJ
~
Adanya data tentang pola pergerakan horisontal ikan tembang di Selat Madura,
Q)
~. Jmlah dan jenis alat tangkap, ukuran lebar mata jaring. dan jumlah produksi akan sangat :::l
OJ ilembantu
o
tg ') ecara
dalam menyusun model pengelolaan sumber daya ikan tembang di selat Madura.
garis besar model pengelolaan sumber daya yang dapat diterapkan untuk ikan
..::!.
embang di Selat Madura dapat berupa penutupan musim tangkap (closed sea.wm), ,enutupan daerah penangkapan (closed area), pelarangan operasi alat tangkap tertentu, lenerapan minimum lebar mata jaring (minimum mesh si:e). pembatasan j lImlah tangkapan
rotal allowable catch / T A C), dan quota untuk tiap kapat penangka p. Model-model pengelolaan lcrsebut di atas tclah diterapkan oleh beberapa negara dan !erhasil menghindarkan sumber daya perikanan daTi bahaya penurunan drastis (depleted) ro Holden, 1995). Pelarangan sepanjang tahun operasi trawl permukaan dan purse seine
o iiterapkan di perairan English Channel dan Bristol Channel kecuali pada pertengahan o..., >esember sampai pertengahan Februari untuk melindungi stok ikan mackerel muda dan
CO
» )ahkan sejak tahun 1982 kebijakan tersebut berlaku untuk semua alat tangkap kecuali hand
'Q ine.\' dan jaring insang. Aturan ukuran minimum mata jaring sebesar 80 mm lIntuk semua ('") .Iat tangkap yang berupa jaring penerapan di perairan German Bight dengan tujllan untuk
C
;::::;:; nembangun kembali
C
~pawning
sluck biomas ikan cod. Aturan pelarangan aktivitas
mlenangkapan daTi tanggal I Juli sampai 31 Oktaber setiap tahun diaplikasikan di perairan - ,antai sebelah barat Denmark untuk melindungi stak herring muda. T AC untuk ikan-ikan c: 10 :::J <
CD ..., CJ)
r-+
'<
laice, round fish, cod, haddock. dan whiting diberlakukan di Laut Utara (North Sea). istem quota untuk ikan tuna besar di tcrapkan di Samudra Pasifik, Atlanlik, dan Hindia -Iolden,
1995}.
Oi
Indonesia,
pola
kebijakan
yang
telah
diberlakukan
lempertahankan stok ikan dan atau udang yang dilindungi adalah
untuk
pelarangan
engoperasian trawl di seluruh perairan Indonesia kecuali di Laut Aru yang telah dilengkapi lat pemisah ikan dan atau penyll (Bailey, 1997) Jumlah signifikan nelayan yang bcropcrasi di Selat Madura. beragamnya jenis alat @ mgkap yang dapat menangkap ikan tembang. dan kebijakan tata ruang :::E: ~
masing~masing
aerah yang memiliki wilayah laut di Selat Madura perlu mendapat perhatian yang besar
-
~. alam menentukan model pengeloJaan bersama (co~managemenl) sumber daya ikan Q)
3 :mbang di Selat Madura. Jika beberapa sektor tersebut di atas diabaikan dalam rangka ~
engelolaan bersama (co· management ) sumber daya perikanan tersebut maka konflik akan
"'tJ
~
lUncul
karena
be rbedanya
kepentingan
masing·masing
pihak.
Charles
(1992)
-
~ lengemukakan bahwa dalam suatu sistem bio·sosioekonomi yang kompleks dan dinamis,
~ eperti halnya sektor perikanan, yang berinteraksi dengan berbagai hal seperti sumber daya ~ lam, masyarakat, dan institus i tidak mengej utkan j ika kon fl ik cenderung selal u muncu I.
Q)
Charles (1992 dan 2001 ) menam bah kan bah wa pada sebagian besar sektor
:!. Q)
~ erikanan, nampaknya hanya sedikit ruang yang tersedia untuk meningkatkan keuntungan o tg erikanan jangka panjang berkelanjutan (long.term sustainable fisheries benefits) dengan
..,
-- anya meningkatkan produksi. Sehingga samna kebijakan perikanan umumnya terbatas ntuk: (I) meningkatkan efisiensi penangkapan (panen) dan manajemen; dan (2) membuat lokasi, terutama mendetenninasikan kepada siapa hak akses eksploitasi diberikan. Kontlik ,engeiolaan sumber daya perikanan secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat (4) ,elompok yaitu: (I) Jurisdiksi Perikanan.
OJ
o o...,
CO
» CO ..., (")
C r-+
...,
C
Meliputi konflik dasar tentang siapa yang mempunyai sumber daya, siapa yang berhak mengontrol setiap akses ke sumber daya, bentuk optimal manajemen perikanan, dan peran apa yang harus diambil oleh pemerintah dalam sistem perikanan. (2) Mekanisme Manajemen. Mencakup isu·isu relatif jangka pendek yang muncul dalam pengembangan dan implementasi perencanaan manajemen perikanan. keterlibatan nelayan atau pemerintah dalam kontlik pada saal panen/eksploitasi, dan proses konsultasi dan pengawasan perikanan .
Q)
C :::J
<
CD ..., CJ)
r-+
'<
11
(3) Alokasi Internal. Termasuk kontlik yang muneul dalam sistem perikanan spesifik. antar kelompok dan alat tangkap yang berbeda. sepcrti antam nclayan. pC'lgolah. dan pihak-pihak lain. (4) Alokasi Ekstemal. Menyangkut konflik yang muneul antara pemain perikanan internal dengan eksternal seperti dengan kapal asing, ahli budidaya. industri non-perikanan. dan publik itu sendiri. Nielsen dan Thomas (1997) mengemukakan bahwa secara global telah terjadi @ erubahan struktur dalam industri perikanan dan krisis yang melanda dunia industri
~ erikanan
terse but mendorong perlu diadakan investigasi lebih mendalam tentang sistem
-5. lanajemen
organisasi neJayan. Mereka menambahkan bahwa nelayan sebagai salah satu
r+
; elompok pengguna (user groups) mempunyai aspirasi dan kemampuan untuk mengeiola
~ co-manage) perikanan baik dalam perspektif sumber dayanya maupun pemasaran. Hal ini
~
ga menggambarkan perJunya nelayan dilibatkan dalam pengelolaan bersama (co-
~
wnagement) sumber daya perikanan dengan eara mengorganisasi mereka dalam
.-.. r+
;:::;:
S. eJompok-kelompok.
~
Co-management
III
=. artnership)
III
dapat
digambarkan
sebagai
kerjasama
dinamis
(dynamic
menggunakan kapasitas dan daya tarik kelompok pengguna yang dilengkapi
~ engan kemampuan administrator perikanan (pemerintah) untuk menyediakan peraturan o
cg 'ang .:!.
baik. PengeJolaan bersama juga merupakan alat untuk mengorganisasikan kembali
istem manajemen perikanan. Secara teori pengelolaan bersama perikanan (fisheries co-
lJanagement) dapat dikategorikan ke dalam lima tipe berdasarkan tingkat keterlibatan Jemerintah dan nelayan yaitu: (1) instruktif; (2) konsllltatif; (3) kooperatif: (4) nasihat dan S) informatif. Namun co-management tidakboleh dipandang sebagai satu-satunya strategi mtuk memecahkan semua problem dalam manajemen peri kanan, tetapi sebagai sebuah ,aket altematif strategi manajemen yang sesuai dibawah kondisi dan situasi tertentu. Co-
ro 7anagement juga dapat meneakup aktivitas pasar ketika hubungan antara nelayan dengan
o lasar sangat erat. Wilayah co-management dapat digambarkan dimana peran institusi cg..., 'o-management adalah untuk meningkatkan dan memperkuat hubungan antar pihak dalam » ndustri perikanan, institusi pengkajian stok. administrator, dan pasar (Gambar 1.2).
<.C
~.
Nielsen dan Thomas (1997) mengelompokkan organisasi nelayan yang ideal ke
(j lalam empat tipe yaitu:
C r-+
...,
C
tu
C ::J
<
CD ...,
en
(I) Organisasi nelayan dengan armada penangkap yang heterogen dan reaktif strategi. Organisasi ini adaJah tipikal dari organisasi nelayan besar dengan dukungan administratir. kcuangan, dan !'>lIrnbcr daya yang bc!'>ar pula. Organisasi 12
ini dicirikan dengan struktur annada penangkap yang heterogen (multi·Kear dengan kapal skala kecil hingga besar). • ....... I ..... I I - I I · · · .. • • • • .. • .. • .. • • • • • • .. • ....
t
..
• t
:: Area co·management} . ~
A.~.~.~~.l~~.~.~.i... P.~!n~~.i.~~h z········......................... .............
................ Ahli Biolo i ......
=--
@ :::E:
Nelayan
..... t ................... t ••
III
~
...........
Pen usaha \ Pedagang ... "" ~ ~4 ~4. t"· •••• •••
•••• ......
,;-
~.
'C III
3
Gambar 1.2. Wilayah co-management perikanan (Nielsen dan Thomas, 1997)
(2) Organisasi nelayan dengan armada penangkap yang heterogen dan proakti f strategi. Tipe ini adalah tipikal organisasi nelayan lebih kecil dengan dukungan
--
administratif, keuangan, dan sumber daya yang kurang. Komposisi armada
:::l 1/1
::;:
penangkapnya
I:
menunjukkan
keragaman
yang
tinggi,
tetapi
umumnya
didominasi oteh kapal ukuran kecil dan menengah. (3) Organisasi nelayan dengan annada penangkap yang homogen dan orientasi efisien proaktif strategi. Organisasi nelayan ini kecit dan spesitik, mengorganisir kapa! skala besar dengan tipe alat tangkap yang sarna. (4) Organisasi nelayan perikanan pantai skala keci!. Organisasi ini sangat kecil, umumnya terletak di daerah pinggiran, anggotanya umumnya nelayan skala kecil, dan sebagian di daerah pantai. Penelitian ini difokuskan pada kondisi perikanan tembang sekarang, biologi dan
iligrasi ikan, potensi sumber daya, jenis teknologi penangkapan ikan terpilih, dan alokasi ,roduksi dan upaya penangkapan untuk menyusun model pemanfaatan berkelanjutan umber daya ikan tembang di Selat Madura. HubungOln antara pengolah, pedagang, dan
~)asar terhadap fokus penclitian tersebllt di atas tidak dibahas karena terbatasnya waktll. CO ::naga, dan Jana.
Q
~ osial
Dengan diperolehnya data tentang biologi ikan, teknologi penangkapan, kondisi ekonomi masyarakat nelayan, dan kajian stok ikan yang sangat diperlukan untllk
::J. nengetahui status sumber daya ikan tembang di Selat Madura. penyusunan opsi
(")
C lengclolaan bcrsama (clHnanagemenl) slimber Jaya tcrscbul dapal dilakukun. Dihampkan
2' ..., .ktivitas
penangkapan ikan tembang di Selat Madura dapat berlangsung dengan lebih
Q) lertanggung jawab dan berkelanjutan untuk menghindari terjadinya lebih tangkap atau
C :::J
<
CD ..., CJ)
r-+
'<
13
mtlik antar nelayan. Untuk menghindarkan stok sumber daya perikanan dari ancaman bih tangkap (over exploited) dan bahkan pen unman drastis (depleted), secara teori perlll ~rubahan
sistem pengelolaan sumber daya akses bebas (free access system) ke sistem
~ngelolaan
yang terencana (managed -"ystem) (Franquesa, 1993).
Kemungkinan opsi pengelolaan bersama rencana
terse but
~nangkapan,
antara
lain
ada1ah
(co~management)
surnber daya yang
pengendalian-pengendalian
terhadap
upaya
daerah penangkapan (Iokasi dan waktu), target ukuran ikan, dan ukuran
@ auPUnjeniS alat tangkap. Selanjutnya berdasarkan data tersebut di atas dan opsi-opsi yang ::I: ~
..
Ia, maka model pengelolaan sumber daya ikan tern bang di Selat Madura Jawa Timur dapal
n
-a. susun seperti pada Gambar 1.3 . III
3
Penjabaran secara rinei hasil penelitian tentang pemanfaatan berkelanjutan sumber
~ lya ikan tembang di Selat Madura Jawa Timur disajikan dalam rangkaian bab-bab berikut:
" ~
.. .. ::l til
I. Bab 4 kondisi perikanan tembang sekarang membahas anal isis teknologi perikanan tangkap, kondisi sosial ekonorni. dan penentuan empat jenis teknologi penangkapan
;:::;:
c:
ikan pilihan. 2. Bab 5 bilologi ikan mendiskusikan karakteristik biologi ikan tembang. 3. Bab 6 migrasi ikan membahas populasi dan pola pergerakan horisontal
2: Q.
ikan
tern bang.
o
0"
3
0-
4. Bab 7 potensi melakukan kajian status stok ikan tembang.
....C
5. Bab 8 teknologi penangkapan ikan terpilih membahas tentang pemilihan jenis
o "0 o
teknologi penangkapan ikan yang layak dikembangkan dalam pemanfaatan sumber
(\)
::::l
;a-
"0 C
daya ikan tembang.
::::l
6. Bab 9 alokasi hasil tangkapan dan upaya penangkapan optimum mendiskusikan alokasi hasH tangkapan ikan tembang dan upaya penangkapan masing-masing kabupatenlkota dan tiap alat tangkap.
OJ
o o
CO
7. Bab 10 merupakan pembahasan model yang mungkin dapat diterapkan dalam rangka pem:mfaatan berkelanjutan sumber daya ikan tembang di Selat Madura Jawa Timur berdasarkan kajian yang dilakukan di Bab 4 sampai Bab 9.
»
CO
:::l.
n C
.-+
...,
C
Q)
C :::J
<
CD ..., CJ'J
14
~...................................................,
.........................................................
Status Sumber Daya Ikan Tembang dan Kondisi Perikanan di Setat Madura
Analisis Teknologi Perikanan Tangkap
@
Jenis-Jenis Teknologi Penangkapan Ikan Terpilih
:::t III
~
!2.
Analisis Kondisi Perikanan Tembang Terkini
Anal isis Biologi dan Migrasi Ikan
Analisis Pengkajian Stok Ikan
'tl
.....
III
~
...................... -----.....--,
~
~ eleksi Teknologi
~ )enangkapanlkan
Optimasi Pengelolaan Sumber Daya Ikan dan Perikanan Tangkap
!!l. - - - - -........-~ ;:;: c: .....
"
CD ~ III
:::l
III
:::l
Teknologi Penangkapan Ikan Terpilih
Model Pembatasan Produksi dan Upaya Penangkapan
Model Pengaturan Akses Penangkapan
[XI
o o
IC
~ Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Yu
Ya
Model Pcmanfaatan Berkelanjutan Sumber Daya Ikan Tembanll Di Selat Madura
OJ
o
CO
Q 3ambar 1.3. Kerangka pemikiran model pemanfaatan berkelanjutan sumber daya ikan
» CO .,
tembang di Selat Madura Jawa Timur.
(')
C ~
.,Q) C
C :J
<
CD ., (J) ~
~
15