Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
10 Pages
ISSN 2302-0253 pp. 139- 148
CHARACTERISTIC TEST OF ASPHALT CONCRETE (ACBC) BY USING THE AGGREGATE BASALT (CASE STUDY: SUBSTITUTION OF PORTLAND CEMENT AND HUSK ASH) Teuku Irwansyah Putra1, M. Isya2, Sofyan M. Saleh3 1)
Mahasiswa Magister Teknik Sipil Bidang Manajemen Rekayasa Transportasi, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111
[email protected] (2,3) Dosen Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111
[email protected]
Abstract : Development of the Road construction in Banda Aceh and surrounding areas during this time using materials from river from, so that causing change in the base of river flow, Besides the problems above, the other problem is the lack of production from stone ash from stone Crusher From the problems it is necessary to have another alternative for road and also for filler The Material that can be used for road are basalt rocks is the raw material from mountain, whereas filler besides portland cement, it is also used rice husk ash which is widely available in Aceh. From this problem, it is needs to be studied about the characteristic of asphalt concrete Marshall primarily by using aggregate basalt derived and filler of the rice husk ash from rice refineries in Aceh. The purpose of this research to know parameter of Marshall Aggregate basalt with the variation of the filler material of portland cement and rice husk ash, so that is known the influence of mixing and compaction toward the parameter of marsall using asphalt Pen 60/70 on asphalt concrete (AC-BC). By using 6% of portland cement - 0% rock ash the stability value is very good reaching 9.34% and durability value amounting to 10.57% . On the using 6% of husk ash - 0% rock ash the stability value decrease 26,30% and for durability value also decrease 9,74%. gray stone stability values decreased to 26.30% a decline in the value of durability also 9.74%. The using Portland cement as big as the better is used to gain Marshall parameter and durability value, whereas at the rice husk as great as the using of Marshall Parameter and durability value getting more declining. Keyword : Material Basalt, Asphalt Concrete (AC-BC), Aspal Pen 60/70, Filler Material for portland cement and Husk Ash. Abstrak : Pembangunan konstruksi jalan di Banda Aceh dan sekitarnya selama ini menggunakan material dari sungai, sehingga menyebabkan perubahan dasar pada alur sungai. Selain permasalah di atas, permasalahan lain adalah kurangnya produksi abu batu dari Stone Crusher. Dari permasalahan tersebut maka perlu ada alternatif lain untuk material jalan dan juga untuk filler. Material yang bisa digunakan untuk jalan adalah batuan basalt yang merupakan bahan baku dari gunung, sedangkan filler selain portland cement juga, digunakan abu sekam padi yang banyak terdapat di Aceh. Dari permasalahan ini, maka perlu dikaji mengenai Karakteristik Marshall beton aspal terutama dengan menggunakan agregat basalt dan filler abu sekam padi dari kilang-kilang padi di Aceh. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui parameter Marshall Agregat basalt dengan variasi bahan pengisi portland cement dan abu sekam padi, sehingga diketahui pengaruh pencampuran dan pemadatan terhadap parameter marshall menggunakan aspal Pen 60/70 pada beton aspal (AC–BC). Dengan menggunaan 6% portland cement – 0% abu batu nilai stabilitas sangat baik mencapai 9,34% dan nilai durabilitas sebesar 10,57%. Pada penggunaan 6% abu sekam – 0% abu batu nilai stabilitas menurun 26,30% dan untuk nilai durabilitas juga terjadi penurunan 9,74%. Penggunaan portland cement makin besar semakin baik untuk mendapatkan parameter Marshall dan nilai durabilitas, sedangkan pada sekam padi semakin besar penggunaannya parameter Marshall dan nilai durabilitas makin menurun. Kata kunci; Material Basalt, Beton Aspal (AC-BC), Aspal Pen 60/70, Bahan Pengisi portland cement dan Abu Sekam.
139 -
Volume 3, No. 2, Mei 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala sedangkan untuk wilayah Provinsi Aceh produksi
PENDAHULUAN
Selama ini penggunaan agregat kasar dan
padi sebesar 1,79 juta ton. Keberadaan abu sekam
agregat halus banyak digunakan material yang
yang
berasal dari sungai sebagai bahan dasar untuk
termamfaatkan dengan baik.
melimpah
di
Indonesia
masih
tidak
pembuatan aspal beton. Mengingat dampak negatif
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
dari adanya penambangan galian C di sepanjang
mengetahui karakteristik dari campuran beton aspal
aliran sungai dan terjadinya perubahan pada dasar
(AC-BC) dengan menggunakan aggregat kasar
alur sungai yang menyebabkan kerusakan pada
basalt dan filler dari portland cement dan abu sekam
aliran dan gerusan pada sisi–sisi sungai, maka untuk
yang disubsitusi dengan abu batu dari material
menghindari kerusakan tersebut perlu di cari
basalt. Adapun parameter-parameter yang ditinjau
alternatif lain yaitu dengan melakukan galian C
adalah stabilitas, Flow, Marshall Qoutient, rongga
pada daerah–daerah yang memiliki kandungan
dalam campuran (VIM), rongga antara agregat
kandungan material batuan yang cukup besar yang
(VMA), rongga terisi aspal (VFA), kepadatan
berada di lokasi perbukitan.
(density) dan durabilitas serta mengevaluasi kinerja
Batuan yang berada di lokasi perbukitan dinamakan batuan basalt. Basalt adalah batuan beku
campuran terhadap spesifikasi yang disyaratkan untuk Campuran beton aspal (AC-BC).
yang terjadi dari pembekuan magma komposisi basa dipermukaan atau dekat permukaan bumi.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Penggunaan batual basalt untuk suatu konstruksi
Batuan Basalt
jalan dapat memberikan suatu alternatif pengganti
Basalt adalah batuan beku vulkanik, yang
material batu sungai yang jumlahnya semakin
berasal
terbatas. Batuan ini memiliki kemampuan untuk
berkomposisi basa di permukaan atau dekat
memenuhi
permukaan bumi. Mempunyai ukuran butir
persyaratan
yang
sesuai
dengan
spesifikasi material untuk suatu konstruksi jalan.
dari
hasil
pembekuan
magma
yang sangat baik sehingga kehadiran mineral
Selain terbatasnya agregat yang berasal dari
mineral tidak terlihat. Batuan basalt lazimnya
sungai, agregat halus yang berupa abu batu hasil
bersifat masif dan keras, bertekstur afanitik,
stone crusher juga terbatas. Untuk itu perlu ada
terdiri atas mineral gelas vulkanik, plagioklas,
suatu alternatif lain untuk menggatikan atau
piroksin.
mensubtitusikan dalam abu batu. Selain abu batu
Kandungan mineral Vulkanik ini hanya dapat
yang digunakan sebagai filler. Abu sekam
terlihat pada jenis batuan basalt yang berukuran
merupakan kulit padi yang telah terjadi proses
butir kuarsa, yaitu jenis dari batuan basalt yang
penggilingan dan pembakaran. Menurut laporan
bernama gabbro (Anonim, 2012). Batuan basalt
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia hasil
kerap digunakan sebagai bahan baku dalam
produksi padi pada tahun 2011 sebesar 51.19 juta
industri
Amfibol
poles,
dan
bahan
mineral
bangunan/
hitam.
pondasi
ton dan setiap tahun bertambah sebanyak 2%, Volume 3, No. 2, Mei 2014
- 140
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala bangunan (gedung, jalan, jembatan dan lain-
(75 micron), Agregat halus harus terdiri
lain) dan sebagai agregat.
atas partikel-partikel yang bersih, keras,
Batuan basalt mempunyai unsur-unsur
tidak mengandung lempung atau bahan-
mineral yang terkandung di dalamnya. Unsur
bahan yang tidak dikehendaki (Anonim,
utama
2010).
dalam
batuan
basalt
berdasarkan
penelitian terakhir (Sucipta, E dan Sadisun,
b.
I.A), adalah sebagai berikut :
Bahan pengisi Bahan pengisi (filler) adalah bahan yang
lolos ayakan no. 200 (75 micron) dan tidak Tabel 1. Kandungan Mineral Batuan Basalt
kurang dari 75% terhadap beratnya. Bahan pengisi (filler) terdiri dari debu batu kapur (limestone dust), abu terbang, portland cement, abu tanur semen dan abu batu serta harus kering dan bebas dari gumpalan-
Sumber : Sucipta, IGBE dan Sadisun, IA (2000)
gumpalan dan bahan lain yang mengganggu (Anonim, 2010).
Bahan Campuran Beraspal Panas a.
c.
Agregat Agregat
berbutir
yang
Gradasi Gradasi adalah distribusi partikel-partikel
atau keras
batu dan
adalah
material
kompak,
yang
mencakup antara lain batu bulat, batu pecah, abu batu dan pasir. Agregat digunakan sebagai
berdasarkan ukuran agregat yang saling mengisi sehingga terjadinya suatu ikatan yang saling mengunci (interlocking). Persyaratan gradasi dapat dilihat pada Tabel 2.
bahan campuran beraspal, membentuk suatu kombinasi ikatan yang seimbang di antara
Tabel 2. Gradasi Agregat untuk Beton Aspal (AC-BC) Ukuran Ayakan ASTM (mm) 1” 25 3 ” /4 19 1 " /2 12,5 3/8” 9,5 No. 4 4,75 No.8 2,36 No. 16 1,18 No. 30 0,6 No. 50 0,3 No. 100 0,15 No. 200 0,075
pembentuk campuran beraspal, mortar atau beton. Agregat Terdiri dari : 1.
Agregat Kasar mempunyai fungsi dalam campuran panas aspal adalah selain memberikan stabilitas dalam campuran
% Berat yang Lolos AC-BC Gradasi Halus Gradasi Kasar 1 100 100 90 – 100 90 - 100 74 – 90 71 - 90 64 – 82 58 – 80 47 – 64 37 - 56 34,6 – 49 23 - 34,6 28,3 – 38 15 - 22,3 20,7- 28 10 - 16,7 13,7- 20 7 - 13,7 4 – 13 5 – 11 4–8 4-8
Sumber : Anonim (2010)
juga sebagai pengisi mortar sehingga campuran menjadi ekonomis. 2.
d.
Aspal (Bitumen)
Agregat halus terdiri atas agregat hasil
Fungsi aspal dalam campuran perkerasan
pemecah batu (abu batu) atau pasir alam
adalah sebagai bahan pengikat antar aspal dan
dengan ukuran lolos saringan no. 8 (2,36
agregat dan antara sesama aspal, sebagai bahan
mm) dan tertahan pada saringan no.200
pengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori
141 -
Volume 3, No. 2, Mei 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala yang ada dalam butir agregat itu sendiri dan
Metode Marshall Pada Pengujian Campuran
sebagai pelumas pada saat penghamparan di
Beraspal
lapangan
sehingga
memudahkan
untuk
dipadatkan.
Pemeriksaan
Marshall
Test
di
maksudkan untuk menentukan : stabilitas, kelelahan plastis (flow), berat volume (density), persen rongga dalam campuran (VIM), persen
Abu Sekam Abu hasil pembakaran sekam padi, yang pada
hakikatnya
adalah
limbah,
ternyata
rongga terisi aspal (VFB), persen rongga antar butir agregat (VMA), Marshall Quotient (MQ),
mempunyai sumber silika/karbon yang cukup
yaitu
tinggi.
merupakan
Pirolisis
lebih
lanjut
dari
hasil
pembakaran sekam padi menunjukan bahwa
sebuah
gambaran
ukuran
kekakuan
ketahanan
yang
benda
uji
terhadap deformasi.
kandungan SiO2 mencapai 80-90%, yang juga menarik 15% berat abu akan diperoleh dari total
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode pengujian
berat sekam padi yang dibakar. Pemamfaatan abu
sekam
padi
demikian
layak
untuk
dipikirkan (Wanadri, AA 1999).
yang digunakan mengikuti prosedur AASHTO tahun 1990 dan standar Departemen Pekerjaan Umum atau standar-standar lain bila tidak ada
Perencanaan Campuran Penetrasi 60/70
dalam kedua prosedur tersebut.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2008) menghitung perencanaan kadar aspal
Pengujian material agregat Agregat kasar dan agregat halus yang
menggunakan rumus sebagai berikut :
digunakan adalah dari jenis batu basalt yang Pb = 0,035(%CA)+ 0,045 (%FA) + 0,18 (%Filler) + Konstanta
dipecah dengan mesin pemecah batu (Stone Crusher) yang berasal dari Krueng Raya Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan filler berupa
Keterangan : Pb
= Kadar aspal tengah/ ideal, persen terhadap berat campuran
CA
Pengujian material aspal
= Agregat kasar tertahan saringan No. 8;
FA
portland cement dan abu sekam padi.
= Agregat halus lolos saringan No. 8
Aspal yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
Aspal
Pen.
60/70
produksi
Pertamina.
dan tertahan saringan No. 200 Filler = adalah agregat minimal 75% lolos saringan No. 200 Nilai Konstanta sekitar 0,5 - 1,0
Pemilihan Gradasi agregat Pemeriksaan
gradasi
agregat
yang
bersumber dari Stone Crusher dilakukan pada Volume 3, No. 2, Mei 2014
- 142
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala agregat kasar dan agregat halus dengan
batu pada kadar aspal optimum, untuk
menggunakan analisa saringan yang dapat di
memperoleh parameter Marshall dengan
gambarkan pada kurva gradasi yang digunakan
rendaman pada waterbath suhu 60o C
dalam penelitian ini adalah gradasi lapisan AC-
selama 24 Jam. Hasil perbandingan
BC, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.
stabilitas
dari
rendaman
24
jam
dibandingkan stabilitas dari rendaman 30 menit, akan diperoleh nilai durabilitas. Tabel 3. Jumlah Benda Uji untuk Metode Marshall No.
Kadar Aspal
Jumlah
1. 2.
Pb – 1,0 Pb – 0,5
A11, A12, A13 A21, A22, A23
3. 4. 5.
Pb Pb + 0,5 Pb + 1,0
A31, A32, A33 A41, A42, A43 A51, A52, A53
Jumlah Total
15 Buah
Gambar 1. Grafik Gradasi Tabel 4. Benda Uji dengan Rendaman 30 menit
Perencanaan Benda Uji
No.
Jumlah benda uji dalam penelitian ini sebanyak 63 buah. Benda uji yang dibuat terdiri dari tiga kelompok yaitu : 1.
C11, C12, C13
2. 3. 4.
2% 4% 6%
4% 2% 0%
C21, C22, C23 C31, C32, C33 C41, C42, C43
Jumlah Total
Pembuatan benda uji dengan variasi 0%,
untuk
Marshall
memperoleh
dengan
parameter
rendaman
pada
waterbath suhu 60o C selama 30 menit. 3.
1.
akan diperoleh kadar aspal optimum
batu,
Pembuatan benda uji dengan variasi 0%, 2%, 4% dan 6% persentase abu sekam dan portland cement dalam substitusi abu
143 -
Volume 3, No. 2, Mei 2014
12 Buah
% Abu Batu 6%
(2.1). Dari evaluasi parameter Marshall
dan portland cement dalam substitusi abu
B11, B12, B13 B21, B22, B23 B31, B32, B33 B41, B42, B43
% Portland Cement 0%
No.
2%, 4% dan 6% persentase abu sekam
Jumlah
Tabel 5. Benda Uji dengan Rendaman 24 Jam
aspal (AC-BC) mengikuti pada Rumus
(KAO)
% Abu Batu 6% 4% 2% 0%
Jumlah Total
Benda uji dengan variasi kadar aspal Penetrasi 60/70 dalam campuran beton
2.
1. 2. 3. 4.
% Portland Cement 0% 2% 4% 6%
Jumlah
12 Buah
Tabel 6. Benda Uji dengan Rendaman 30 menit No. 1. 2. 3. 4.
% Abu Sekam 0% 2% 4% 6% Jumlah Total
% Abu Batu 6% 4% 2% 0%
Jumlah D11, D12, D13 D21, D22, D23 D31, D32, D33 D41, D42, D43 12 Buah
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Tabel 7. Benda Uji dengan Rendaman 24 Jam No.
%Abu Sekam
1. 2. 3. 4.
0% 2% 4% 6%
% Abu Batu 6% 4% 2% 0%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah
Hasil Hasil
pengujian
parameter
Marshall
E11, E12, E13 E21, E22, E23 E31, E32, E33 E41, E42, E43
untuk campuran beton aspal (AC-BC) untuk
12 Buah
dan abu sekam dengan abu batu pada kadar
Jumlah Total
Total keseluruhan benda uji adalah 15 + 12 +
variasi persentase substitusi portland cement
aspal optimum (KAO) disajikan pada pada Tabel 8 dan Tabel 9.
12 + 12 + 12 = 63 benda Uji.
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall dan durabilitas untuk variasi portland cement dengan abu batu No
Karakteristik Campuran
Persen Portland Cement – Persen Abu Batu 0% - 6%
2% - 4%
4% - 2%
6%- 0%
Spesifikasi Dept. PU
1.
Stabilitas (kg)
1953,89
2016,77
2082,08
2136,46
> 800
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Flow Plastis (mm) MQ (Kg) Density (gr/cm3) VIM (%) VMA (%) VFB (%) Durabilitas (%)
3,6 552,77 2,335 4,35 16,61 73,84 78,15
3,4 596,31 2,332 4,31 16,56 73,96 83,41
3,3 632,64 2,339 4,17 16,32 74,54 84,63
3,0 707,22 2,357 3,43 15,68 78,13 86,41
>3 > 250 >2 3,5 – 5,0 > 14 > 63 > 80 %
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall untuk variasi abu sekam dengan abu batu No
Karakteristik Campuran
Persen Abu Sekam – Persen Abu Batu 0% - 6% 2% - 4% 4% - 2% 6%- 0%
Spesifikasi Dept. PU
1.
Stabilitas (kg)
1953,89
2121,06
1756,69
1439,99
> 800
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Flow Plastis (mm) MQ (Kg) Density (gr/cm3) VIM (%) VMA (%) VFB (%) Durabilitas (%)
3,6 552,77 2,335 4,35 16,61 73,84 78,15
4,9 438,65 2,329 4,59 16,48 72,20 76,51
3,8 460.79 2,330 4,55 16,52 72,55 73,58
4,2 347,12 2,341 4,11 16,58 75,19 70,54
>3 > 250 >2 3,5 – 5,0 > 14 > 63 > 80 %
Pembahasan Pengaruh variasi persentase portland
kadar
aspal
optimum
diperlihatkan
pada
Gambar 2 sampai Gambar 9 dibawah ini.
cement dan abu sekam disubstitusi pada abu batu basalt terhadap parameter Marshall pada
Volume 3, No. 2, Mei 2014
- 144
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Gambar 5. Pengaruh variasi filler terhadap nilai density
Gambar 2. Pengaruh variasi filler terhadap nilai stabilitas
Gambar 6. Pengaruh variasi filler terhadap nilai VIM
Gambar 3. Pengaruh variasi filler terhadap nilai flow
Gambar 7. Pengaruh variasi filler terhadap nilai VMA
Gambar 4. Pengaruh variasi filler terhadap nilai marshall quantient
Gambar 8. Pengaruh variasi filler terhadap nilai VFB
145 -
Volume 3, No. 2, Mei 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala yang lebih besar dari dari penggunaan semen PC disubstitusikan pada abu batu, sehingga stabilitasnya semakin menurun. Untuk nilai flow beton aspal (AC-BC) dengan menggunakan semen PC semakin turun dengan bertambahnya persentase filler yang disubstitusi pada abu batu basalt sedangkan nilai flow beton aspal (AC-BC) dengan menggunakan Gambar 9. Pengaruh variasi filler terhadap nilai durabilitas
abu
sekam,
mempunyai
perubahan yang tidak linear dan beraturan seiring bertambahnya persentase filler yang
Dari gambar 2 sampai gambar 9 menunjukkan semua variasi persentase semen PC dan abu sekam disubstitusi pada abu batu basalt, nilai stabilitas memenuhi persyaratan, yaitu > 800 kg. Pada substitusi 2% abu sekam – 4% abu batu mempunyai stabilitas lebih tinggi dari 2% semen PC – 4% abu batu, sedangkan untuk persentase 4% abu sekam – 2% abu batu dan 6% abu sekam – 0% abu batu mempunyai stabilitas lebih rendah dari 4% semen PC – 2% abu batu dan 6% semen PC – 0% abu batu. Penggunaan 2% Semen PC – 4% abu batu, 4% semen PC – 2% abu batu dan 6% semen PC – 0% abu batu terjadi peningkatan stabilitas 3,21%, 6,56% dan 9,34%. Pada penggunaan 2% abu sekam – 4% abu batu terjadi peningkatan stabilitas 8,55%, tetapi pada 4% abu sekam – 2% abu batu dan 6% abu sekam – 0% abu batu, cenderung mempunyai stabilitas terus menurun hingga 10,092% dan 26,30%.
Hal
ini
memperlihatkan
bahwa
penggunaan abu sekam yang disubstitusikan pada abu batu, membuat campuran beton aspal (AC-BC) semakin plastis dengan nilai flow
disubstitusi pada abu batu basalt. Dari grafik di atas,
nilai
flow
yang
masih
memenuhi
spesifikasi yaitu > 3 mm, sehingga perubahan bentuk (deformasi plastis) akibat pembebanan bisa terhindar dari keretakan. Nilai Marshall Quotient campuran beton aspal (AC-BC) dari filler semen PC cenderung naik seiiring dengan bertambahnya persentase substitusi pada abu batu basalt, karena nilai flownya semakin rendah. Untuk nilai Marshall Quotient dari filler abu sekam semakin menurun dengan bertambahnya persentase substitusi pada abu batu basalt, karena nilai flow meningkat dan stabilitasnya menurun. Untuk nilai density dari berbagai variasi persentase
semen
PC
dan
abu
sekam,
cenderung meningkat dengan bertambahnya persentase filler yang disubstitusi pada abu batu basalt. Nilai density tertinggi diperoleh pada pengunaan 6% semen PC – 0% abu batu dan yang terendah pada penggunaan abu 2% sekam - 4% abu batu. Dari hasil perhitungan menunjukkan nilai density pada semua variasi persentase
semen
PC
dan
abu
sekam
Volume 3, No. 2, Mei 2014
- 146
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala disubstitusi pada abu batu basalt memenuhi
stabilitas.
persyaratan yaitu lebih besar dari 2 gr/cm3.
cement – 4% abu batu, 4% portland
Untuk penggunaan semen PC disubstitusi pada
cement – 2% abu batu dan 6% portland
abu batu basalt, terjadi penurunan nilai VIM,
cement
walaupun
meningkatan
penurunannya
tidak
besar.
Penggunaan
–
0%
2%
abu
nilai
portland
batu
stabilitas
dapat 3,21%,
Penurunan ini disebabkan semakin banyak
6,56% dan 9,34%. Nilai durabilitas dari
semen PC, maka semakin mudah menyatu
sebelumnya tanpa portland cement tidak
dengan abu batu untuk mengisi rongga dalam
mencapai
campuran, sehingga dengan meningkatnya
disyaratkan, terus meningkat dengan
persentase semen PC disubstitusi pada abu batu
adanya
basalt, maka nilai VIM semakin kecil. Untuk
sebagai filler sebanyak 2%, 4% dan 6%
penggunaan abu sekam, nilai VIM juga terjadi
pada
penurunan
meningkatnya
5,258%, 6,479% dan 10,57% memenuhi
persentase abu sekam disubstitusi pada abu
syarat > 80%. Untuk parameter lainnya
batu basalt. Penggunan abu sekam, mempunyai
seperti flow, Marshall Quotient, Density,
nilai VIM lebih besar dari nilai VIM
VIM,
menggunakan semen PC untuk bahan substitusi
persyaratan.
seiring
dengan
pada abu batu basalt. Dari gambar di atas, nilai
2.
nilai
durabilitas
substitusi
abu
portland
yang
cement
batu terjadi peningkatan
VMA
dan
VFB
memenuhi
Pada penggunaan 2% sekam padi – 4%
VIM yang masih memenuhi persyaratan untuk
abu batu terjadi peningkatan stabilitas
campuran beton aspal (AC-BC) yaitu masih
8,55%, tetapi pada 4% sekam padi – 2%
dalam 3,5% sampai dengan 5,0%.
abu batu dan 6% sekam padi – 0% abu
Pada gambar 2 sampai gambar 9
batu, stabilitas terus menurun hingga
menunjukkan semakin meningkatnya jumlah
10,092% dan 26,30%. Untuk 2%, 4%
persentase semen PC disubstitusi pada abu batu
dan 6% substitusi abu sekam pada abu
basalt, maka nilai VMA campuran semakin
batu terjadi penurunan nilai durabilitas
kecil, karena semen PC dan abu batu banyak
sebesar
mengisi rongga, akibatnya rongga antar agregat
sehingga nilai durabilitasnya < 80%.
semakin kecil.
Untuk parameter lainnya seperti flow,
2,1%,
5,85%
dan
9,74%
Marshall Quotient, Density, VIM, VMA dan VFB memenuhi persyaratan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan
penggunaan
portland cement dapat mempengaruhi parameter 147 -
marshall
terutama
Volume 3, No. 2, Mei 2014
nilai
Saran Pada penelitian ini yang ditinjau dengan menggunakan abu sekam hasil lolos saringan no. 200, tanpa dilakukan pembakaran lagi.
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Diharapkankan untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan sekam padi yang dibakar dengan
suhu
tertentu
sehingga
bisa
menghasilkan unsur silica yang dapat bersifat
Sucipta, I G B E., dan Sadisun I A., 2000, Studi Petrografi Batuan Volkanik Sebagai Agregat Bahan Baku Beton, Buletin Geologi, Vol. 32, No. 3. Bandung. Sukirman, S, 2003, Campuran Beraspal Panas, Penerbit Granit, Bandung.
sementasi, sehingga bisa lebih awet seperti semen PC bila bereaksi dengan air yang memenuhi spesifikasi Bina Marga tahun 2010. DAFTAR PUSTAKA AASHTO, 1998, Standart Specification for Transportation Materials and Methods of Sampling and Testing. Washington, D.C. Anonim, 1985, Petunjuk Pembuatan Barang dari Karet Alam, Balai Penelitian Perkebunan Bogor dan Rubber Stichting Amsterdam. Anonim, 1989, Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) Untuk Jalan Raya, SNI 031737-1989, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta Anonim, 1990, Standard Specification for Transportation Materials and Methods of Sampling and Testing, 15th ed, AASHTO,. Washington, DC. Anonim, 2012, Jenis-Jenis batuan Basalt, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta Ami, A., dan Djoko, S., 2008, Pemamfaatan Bahan Limbah Untuk Perkerasan Lentur Jalan Raya, Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP, ITS, Surabaya. Anonim (2010), Seksi 6.3 Spesifikasi Campuran Beraspal Panas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum (2006), Seksi 6.3 Spesifikasi Campuran Beraspal Panas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum 2010, Buku Petunjuk Praktis Penggunaan Aspal pen 60/70 Dalam Campuran Beraspal Panas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta. Kurniadjie, 2007, Kerusakan Bleeding Pada Lapisan Beraspal Akibat Pengaruh Temperatur Aspal Saat Pencampuran,www.pusjatan.pu.go.id/upload /jurnal/2007/JN2402AGS0706.pdf SNI, 1991, Metode Pengujian Sifat Fisis Aspal Padat, http://www.pu.go.id/satminkal/ balitbang/sni/buat%20web/RSNI%20CD/AB STRAKS/UMUM/ASPAL/METODE/SNI
Volume 3, No. 2, Mei 2014
- 148