Chapter V Summary
Humanisme merupakan sebuah teori yang mendorong manusia untuk memutuskan segala sesuatu melalui pengalaman hidup ketimbang terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Manusia saat ini sangat membutuhkan Humanisme dikarenanakan kehidupan manusia yg kian lama kian terjerumus ke lingkaran konflik yang tidak berujung. Manusia mudah dipengaruhi oleh ajaran – ajaran maupun pengaruh – pengaruh sesat yang merugikan kehidupan manusia. Sejarah manusia yang panjang dilalui melalui ratusna bahkan ribuan konflik yang tersebar di seluruh penjuru dunia, dan sampai sekarang belum juga tiada tanda akan berhenti. Permasalahan manusia sejatinya disebabkan oleh orang – orang ambisius yang memanfaatkan orang – orang yang mudah dipengaruhi untuk memenuhi ambisinya. Oleh karena itu saya merasa kita perlu meneliti Humanisme lebih mendalam agar mampu mengaplikasikannya ke kehidupan kita dengan tujuan kehidupan yang lebih baik. Dalam penelitian ini, saya menggunakan film Kingdom of Heaven (2005) yang disutradarai oleh Ridley Scott sebagai media penelitian saya. Film ini merupakan film yang menceritakan perang salib pada abad pertengahan. Film ini penuh dengan kontroversi karena cara mereka menggamabarkan agama di film ini. Namun film ini menunjukan kita bagaimana seharusnya manusia hidup berdampingan satu sama lain tanpa memandang kepercayaan maupun latar belakang setiap orang. Tokoh utama film ini, Balian, baru saja merasakan pedihnya hidup, namun kemudian belajar banyak dari petualangannya di tanah suci Jerusalem sebelum akhirnya
kembali ke desanya di perancis. Film ini banyak mengandung praktik – praktik Humanisme, oleh karena itu film ini sangat cocok untuk menjadi objek penelitian saya. Sebagai dasar penelitian, saya menggunakan sejumlah teori yang dapat menunjang penelitian ini. Yang pertama adalah Elemen Fiksi yang mencakup tokoh dan penokohan, alur cerita, symbol & ironi, dan tema. Teori pertama, penokohan merupakan teori yang menjelaskan tentang jenis – jenis tokoh seperti protagonis dan antagonis dan jenis – jenis tokoh lain seperti tokoh datar, tokoh kompleks, tokoh statis, dan tokoh berkembang. Dilanjutkan dengan alur cerita yang biasanya dimulai dengan exposisi, dilanjutkan dengan konflik – konflik yang pada akhirnya berujung ke klimaks dan diselesaikan dengan resolusi. Di dalam teori alur cerita kita juga dapat menemukan unsur – unsur dilema, misteri, maupun kejutan. Setelah itu ada teori simbol dan ironi yang menjelaskan tentang jenis – jenis simbol dan ironi dan juga pengertian simbol dan ironi. Simbol merupakan sesuatu yang artinya bisa jauh lebih mendalam ketimbang yang terlihat, simbol bisa berupa benda, individu, maupun situasi. Sementara ironi biasanya merupakan sebuah ungkapan sindiran halus. Ironi dapat dibagi 3 menjadi: Ironi verbal. Ironi dramatis, dan Ironi situasi. Yang terakhir dari teori elemen fiksi adalah tema. Di dalam tema kita akan menentukan apa gagasan utama dari sebuah cerita. Sebuah tema harus berupa pernyataan yang memiliki subjek dan predikat dan merupakan unsur pemersatu sebuah cerita. Tema sebaiknya tidak mirip dengan pepatah atau pribahasa yang biasa beredar. Setelah elemen fiksi, teori selanjutnya ada teori formalisme. Sesuai dengan namanya, teori ini lebih mengedepankan “form” atau bentuk daripada arti dari karya sastra itu sendiri.
Maksudnya, karya sastra sebaiknya lebih mengedepankan bagaimana karya sastra itu menyampaikan sebuah ide daripada ide itu sendiri. Di dalam formalisme, karya sastra menggunakan bahasa yang sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak lagi terlihat seperti bahasa “biasa” atau bahasa yang kita gunakan sehari – hari. Selain itu saya juga akan menggunakan “10 tenets of liberal humanism" atau 10 prinsip dari liberal Humanisme. Dengan menggunakan film Kingdom of Heaven sebagai media dan teori – teori diatas sebagai dasar penelitian, saya memulai pengumpulan data. Sebelum menuju kesana saya terlebih dahulu memutuskan untuk menentukan film ini merupakan karya fiksi berjenis commercial atau literary. Fiksi commercial biasanya bertujuan untuk menyenangkan penontonnya tanpa pesan atau makna cerita yang kuat, sedangkan fiksi literary memiliki pesan dan makna cerita yang mendalam dan dapat mengubah cara berpikir yang menontonnya. Saya merasa Kingdom of Heaven termasuk dalam kategori literary disebabkan film ini memiliki makna cerita yang mendalam dan dapat dijadikan objek penelitian. Setelah itu saya menganalisis enam tokoh di dalam film Kingdom of Heaven. Saya menyimpulkan bahwa tokoh utama dalam film ini merupakan tokoh yang berkembang karena dia mengalami perubahan cara berfikir yang drastis sepanjang film berlangsung. Tokoh lainnya kebanyakan merupakan tokoh yang statis dan tidak berkembang kecuali Sibylla, yang pada akhirnya juga terpengaruh kehadiran sang tokoh utama Balian. Setelah menganalisis tokoh, saya melihat alur cerita di dalam film ini dan melihat banyaknya unsur “suspense” atau ketegangan berupa misteri, dilema, dan kejutan. Selain itu saya juga menganalisa bagaimana film ini dimulai, bagaimana kemudian cerita film ini berkembang (rising action), bagaimana kemudian konflik – konflik mulai bermunculan yang pada akhirnya
berujung kepada klimaks atau konflik utama, kemudian diikuti dengan “falling action” yang utamanya menjelaskan apa yang terjadi setelah klimaks itu, baru pada akhirnya ditutup dengan resolusi. Dari plot saya kemudian menganalisis simbol dan ironi, dan menemukan banyak sekali simbol dna ironi di film Kingdom of Heaven. Yang utama adalah judul film ini sender yang artinya Kerajaan Surga namun apa yang diceritakan film ini sama sekali bertentangan dengan bagaiman surga itu sendiri sebagaimana surga yang berada di benak penonton, dan oleh karena itu istilah Kingdom of Heaven merupakan sebuah ironi. Setelah itu ada atribut – atribut agama yang digunakan oleh tentara di film ini, bukan untuk melindungi sesame namun untuk membantai satu sama lain, ini adalah contoh ironi yang kedua. Contoh lainnya adalah bagaiman tentara di film ini terlihat begitu religius, tentara Muslim bahkan berdoa bersama, namun berdoa tersebut dilakukan sebelum mereka memulai serangan ke Jerusalem, oleh karena itu ini juga merupakan Ironi. Setelah itu saya melanjutkan penelitian dengan membahas formalisme dan mengambil enam dari sepuluh prinsip liberal Humanisme sebagai dasar penelitian. Keenam prinsip itu adalah secara garis besar adalah: karya sastra yang baik tetap menarik hingga kapanpun, sifat manusia tidak berubah, setiap individu memiliki keunikan, karya sastra yang baik bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, karya sastra yang baik itu tulus, dan karya sastra yang baik memperlihatkan atau mendemonstrasikan daripada menjelaskan. Setelah menganalisa semua data diatas saya kemudian menentukan tema film ini dan menemukan 3 tema. Yang pertama adalah mungkinnya orang dengan banyak latar belakang dan kepercayaan sendiri – sendiri untuk dapat hidup berdampingan. Contoh utamanya adalah kota
yang dimiliki Balian, Ibelin, disana umat Kristiani, Muslim, dan Yahudi hidup dan bekerja berdampingan. Yang kedua adalah bagaimana kita seharusnya menghargai hidup manusia, contoh utamanya adalah bagaimana Balian memutuskan untuk tidak membunuh orang Saracen di padang gurun ketika Ia baru tiba di tanah suci yang pada akhirnya menyelamatkan dirinya ketika insiden di kota Kerak dimana ia kembali bertemu dengan orang yang ia selamatkan nyawanya itu. Contoh lainnya adalah ketika uskup Jerusalem menggagas kepada Balian untuk segera kabur dari kota dan meninggalkan penduduk kota ketika Saracen hendak menyerang, jika Balian tidak peduli terhadap nyawa manusia, dia tidak akan piker panjang untuk kabur, namun dengan rasa Humanismenya, tanpa pikir panjang dia menolak dan memutuskan untuk mempertahankan kota. Yang terakhir adalah bagaimana kita menggunakan satu pikiran dan hati untuk membuat dunia ini menjadi lebih baik. Yang pada dasarnya berarti bahwa kita harus hati – hati dalam bertindak, kita tidak hanya harus berfikir dengan kepala kita, namun juga dengan hati kita, begitupun sebaliknya. Contoh utamanya ada ketika Godfrey harus mempertahankan Balian dari pengejar dari desanya, kepalanya mungkin memerintahkannya untuk menyerahkan saja Balian, namun hatinya berkata tidak. Begitu juga dengan ketika Balian bertemu dengan dua orang Saracen ketika ia baru tiba di tanah suci. Tanpa membeda – bedakan ras dan kepercayaan, Balian tetap berpegang teguh pada kepercayaannya untuk menghargai hidup manusia, akhirnya Balian pun tidak jadi membunuh Saracen itu dan memintanya mengantarnya ke kota dan membebaskannya. Dari hasil penelitian ini kemudian ditarik kesimpulan untuk menjawab tiga rumusan masalah. Masalah pertama adalah bagaimana prinsip Humanisme diperlihatkan di film Kingdom
of Heaven. Kebanyakan orang tidak mengetahui apa itu Humanisme maka mereka tidak tau bagaiman itu ditunjukan di film ini. Saya menemukan bahwa di film ini Humanisme tidak dijelaskan secara langsung, namun melalui sejumlah adegan agar penonton dapat mengambil kesimpulan dan inti cerita dengan sendirinya. Masalah kedua adalah bagaimana tokoh utama menggunakan Humanisme untuk menyelesaikan masalah. Tokoh utama di dalam inilah yang memperlihatkan kita hampir semua praktik Humanisme di dalam film ini. di dalam film ini, Balian menggunakan kepercayaan Humanismenya untuk memecahkan berbagai masalah yang salah satunya menyelamatkan puluhan ribu jiwa orang Jerusalem. Namun Humanisme sendiri punya kelemahan karena Balian sendiri melakukan kesalahan fatal ketika ia menggunakan Humanisme untuk tidak membunuh antagonist utama Guy de Lusignan dan ribuan tentara menjadi korban atas keputusan ini. Masalah ketiga dan masalah terakhir adalah bagaimana elemen – elemen di dalam film ini digunakan untuk menentukan tema atau makna utama dari film ini. Elemen pada sebuah film sangat penting bagi kita untuk menentukan apa yang sebenernya ingin di jelaskan oleh film ini. Elemen – elemen seperti tokoh, alur cerita, dan simbol & irony dihubungkan sedemikian rupa untuk mementukan tema film ini. Dari terjawabnya ketiga rumusan masalah ini, maka saya menyimpulkan bahwa Humanisme dapat menjadi tambahan yang baik bagi agama kita masing – masing. Di dalam film ini kita dapat melihat bagaimana Humanisme dapat memberikan banyak manfaat dalam kehidupan tokoh utama, dan tentunya dapat juga kita aplikasikan sendiri. Namun perlu diingat bahwa Humanisme juga memiliki kelamahan, dan ini merupakan tugas kita untuk menggunakannya sesuai situasi atau memperbaikinya bila mampu. Bagaimanapun juga, tidak
ada yang sempurna di dunia ini, oleh karena itu kita tidak boleh berhenti berkembang lebih baik lagi.