CERITA RAKYAT PRABU GALUH SALAWE DI DUSUN TUNGGAL RAHAYU DESA CIMARAGAS KECAMATAN CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS DAN FUNGSINYA UNTUK MASYARAKAT Oleh: Kikin Kuswandi, S.Pd. Adi Dwi Rianto, S.Pd. Abstrak Penelitian ini membahas Cerita Rakyat Prabu Galuh Salawe di Dusun Tunggal Rahayu Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis dan Fungsinya untuk Masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan struktur cerita rakyat Prabu Galuh Salawe di Kabupaten Ciamis; (2) Mendeskripsikan realitas sosial cerita rakyat Prabu Galuh Salawe di Kabupaten Ciamis; dan (3) Mendeskripsikan fungsi cerita rakyat Prabu Galuh Salawe bagi masyarakat. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Sumber data yang digunakan berupa informasi tentang struktur cerita dan fungsi cerita rakyat Prabu Galuh Salawe terhadap masyarakat. Tempat penelitian ini berlokasi di Dusun Tunggal Rahaya, Desa Cimaragas, Kecamatan Cimaragas, Kabupaten Ciamis. Teknik pengumpulan data sendiri menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Simpulan penelitian berupa Struktur cerita rakyat Prabu Galuh Salawe yaitu bertema Islamisasi Kerajaan Galuh, menggunakan alur maju, memiliki latar tempat Kerajaan Galuh Pabuan dan Kerajaan Galuh Salawe, dan tokoh Prabu Haur Kuning, Prabu Sanghyang Cipta, dan Prabu Cipta Permana/ Prabu Galuh Salawe. Realitas sosial yang terdapat dalam cerita rakyat Prabu Galuh Salawe menyajikan pengalaman kehidupan dan merupakan refleksi kehidupan masyarakat berupa realitas sosial bahwa hal-hal baru akan sulit diterima oleh masyarakat yang telah terbiasa dengan hal-hal kebiasaan mereka, Islam disebarkan salah satunya dengan jalan perkawinan, dan masyarakat kampung Salawe biasa mengadakan acara Misalin menjelang datangnya bulan suci Ramadhan berasal dari kebiasaan Prabu Galuh salawe melakukan nyekar ke makam ayahnya. Fungsi cerita rakyat Prabu Galuh Salawe adalah dari segi kekuataan gaib atau mitos yang berkembang di masyarakat adalah enggannya mereka untuk memberikan keterangan sedetail-detailnya tentang cerita tersebut dikarenakan merasa tabu dan hanya kuncen yang berhak menceritakannya, Cerita rakyat Prabu Galuh Salawe menyisakan sebuah tradisi yang ternyata masih dibudayakan masyarakat setempat yaitu misalin, dan Cerita rakyat Prabu Galuh Salawe memberi pengetahuan pada masyarakat khususnya anak-anak pelajar bahwa di daerah Cimaragas memiliki cerita rakyat yang bisa diapresiasi sebagai materi ajar sehingga menumbuhkan kecintaan terhadap kekayaan budaya. Kata Kunci: Cerita Rakyat, Fungsi, Prabu Galuh Salawe, Sosiologi Sastra Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya kebudayaan merupakan realisasi gagasan-gagasan, simbol-simbol sebagai hasil karya dan perilaku manusia. Kebudayaan terdiri dari beraneka ragam
wujud yang mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia. Masyarakat pendukung selalu berusaha menjaga, melestarikan dan mengembangkan yang dicerminkan melalui tingkah laku hidupnya. (Daroeni, 2001: 2)
CAKRAWALA GALUH Vol. II No. 3 Desember 2012
11
Kikin Kuswandi Adi Dwi Rianto
Cerita Rakyat Prabu Galuh Salawe di Dusun Tunggal Rahayu Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis dan Fungsinya untuk Masyarakat (Tinjauan Sosiologi Sastra)
Kabupaten Ciamis memiliki warisan budaya yang tidak ternilai, salah satunya adalah cerita rakyat. Cerita rakyat ini tersebar luas di masyarakat dan sudah menjadi bagian dari budaya sosial. Keberadaannya juga telah membentuk pola pikir dan tingkah laku masyarakat dalam berkehidupan. Cerita rakyat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan budaya suatu masyarakat. Hampir dapat dipastikan bahwa tak ada satu pun masyarakat yang tidak memiliki cerita rakyat. Bila digali secara mendalam, cerita rakyat akan semakin memperkaya khasanah budaya dan sejarah peradaban suatu bangsa. Pada umumnya cerita rakyat menceritakan asal-usul suatu masyarakat beserta nilai-nilai budaya yang mereka anut. Penelitian terhadap warisan nenek moyang ini perlu dilakukan sebagai upaya melestarikan warisan budaya. Harapan dilakukannya penelitian ini agar mendapatkan informasi yang bernilai untuk kehidupan manusia. Berdasarkan latar belakang inilah penulis tertarik melakukan penelitian terhadap cerita rakyat Prabu Galuh Salawe. Penulis tertarik untuk meneliti struktur, fungsi, dan realitas sosial dari cerita rakyat tersebut. Pebelitian ini, penulis susun dengan judul Cerita Rakyat Prabu Galuh Salawe di Dusun Tunggal Rahayu Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis dan Fungsinya untuk Masyarakat: Tinjauan Sosiologi Sastra. Untuk mendapatkan hasil akurat, perlu kiranya menuliskan perumusan masalah sebagai berikut. Bagaimanakah struktur cerita rakyat Prabu Galuh Salawe di Kabupaten Ciamis? Bagaimanakah realitas sosial cerita rakyat Prabu Galuh Salawe di Kabupaten Ciamis? Bagaimana fungsi cerita rakyat Prabu Galuh Salawe bagi masyarakat?
B. Kajian Pustaka Kajian pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian penelitian ini. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Faozi Wafa Daroeni (2001) Fakultas Sastra UNS, dengan judul Cerita Rakyat Makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra. Dalam skripsi Daroeni tersebut ada lima fungsi cerita rakyat Makam Kyai Raden Santri, yakni. (1) Sebagai sistem proyeksi alat pencerminan angan-angan kolektif, yaitu dalam cerita tersebut terkandung nilai-nilai yang dihayati, dipercaya, dan diamalkan oleh masyarakat; (2) Sebagai sarana untuk mengukuhkan tempat keramat yaitu masyarakat mempercayai adanya kesaktian orang-orang zaman dahulu dan roh-roh orangorang tersebut. Masyarakat mulai menganggap bahwa makam tersebut merupakan tempat keramat dan layak untuk dihormati keberadaannya; (3) Sebagai alat pendidikan, yaitu (a) mendidik manusia agar selalu bertakwa kepada Tuhan YME, (b) mendidik manusia agar berbudi luhur dan tolong menolong, (c) mendidik manusia agar selalu waspada; (4) Sebagai pengawas normanorma masyarakat yang harus dipatuhi oleh kolektifnya, yaitu upacara 10 religius dalam tradisi ziarah dapat dipakai sebagai pedoman tingkah laku atau norma-norma masyarakat yang harus dipatuhi kolektifnya; (5) Sebagai sarana hiburan, yaitu cerita rakyat “Makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)” memiliki fungsi sebagai sarana hiburan, karena di dalam cerita tersebut terkandung nilai budaya yang bersifat menghibur. Penelitian dengan model serupa tapi di tinjau dari resepsi sastra juga pernah di lakukan, yaitu skripsi Ikha Sari Wijayanthi (2007) FKIP UMS, dengan judul Legenda Ki Ageng Pandan Arang di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten dan
CAKRAWALA GALUH Vol. II No. 3 Desember 2012
12
Kikin Kuswandi Adi Dwi Rianto
Cerita Rakyat Prabu Galuh Salawe di Dusun Tunggal Rahayu Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis dan Fungsinya untuk Masyarakat (Tinjauan Sosiologi Sastra)
Fungsinya Bagi Masyarakat Pemiliknya: Tinjauan Resepsi. Dalam skripsinya itu, Wijayanthi membagi hasil dari peneletiannya ke dalam 4 bagian apa yang menjadi tanggapan masyarakat terhadap legenda Ki Ageng Pandan Arang yaitu yang bersifat pasif, aktif, positif, dan negatif. Tanggapan pasif adalah kelompok masyarakat yang menganggap lokasi makam Ki Ageng Pandan Arang merupakan tempat untuk mengabulkan doa. Adapun tanggapan aktifnya mereka menolak lokasi makam Ki Ageng Pandan Arang dijadikan sebagai tempat untuk mengabulkan segala permintaan dan sebenarnya Allah SWT yang menentukan segalanya. Tanggapan positif dapat dilihat dari adanya orang yang berkunjung ke makam dengan tujuan untuk berziarah, selain itu juga memiliki tujuan untuk silaturahmi. Adapun tanggapan negatifnya adalah adanya masyarakat yang tidak menyukai seseorang yang datang ke makam memiliki niat mempersekutukan Allah SWT (musyrik). Dari kedua penelitian itu sama-sama mengungkapkan struktur cerita rakyat dan fungsinya tapi berbeda dalam hal pendekatan yang dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dilihat bahwa orisinalitas penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. Cerita Rakyat Istilah cerita rakyat menunjuk kepada cerita yang merupakan bagian dari rakyat, yaitu hasil sastra yang termasuk ke dalam cakupan foklor. Cerita rakyat adalah suatu bentuk karya sastra lisan yang lahir dan berkembang dari masyarakat tradisional yang disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk yang standar disebarkan di antara kolektif tertentu dari waktu yang cukup lama dengan menggunakan kata klise (Danandjaja, 1997: 4) Cerita rakyat adalah sesuatu yang dianggap sebagai kekayaan milik yang
kehadirannya di atas dasar keinginan untuk berhubungansosial dengan orang lain. Dalam cerita rakyat dapat dilihat adanya berbagai tindakan berbahasa guna menampilkan adanya nilai-nilai dalam masyarakat (Semi, 1993: 79) Pendekatan Struktural Analisis struktural dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Mulamula diidentifikasi dan dideskripsikan, misalnya, bagaimana keadaan peristiwaperistiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. (Nurgiyantoro, 2002: 37) Selanjutnya penulis membatasi penelitian ini dengan mengambil beberapa unsur intrinsik dalam pendekatan struktural diantaranya, tema, plot, tokoh/penokohan, dan latar/setting. Tema merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah cerita. Tema menjadi dasar segala unur dalam cerita. Hartoko dan Rahmanto dalam Nurgiyantoro (2002: 68) menjelaskan bahwa tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Unsur cerita lainnya yang mendukung keutuhan sebuah cerita adalah alur. Alur atau juga sering disebut plot merupakan alur setiap kejadian dalam cerita. Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2002: 113) Sebuah cerita tentu saja memiliki tokoh yang menjadi pelaku dalam cerita. Abrams dalam Nurgiyantoro (2002: 165) menerangkan bahwa tokoh adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan
CAKRAWALA GALUH Vol. II No. 3 Desember 2012
13
Kikin Kuswandi Adi Dwi Rianto
Cerita Rakyat Prabu Galuh Salawe di Dusun Tunggal Rahayu Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis dan Fungsinya untuk Masyarakat (Tinjauan Sosiologi Sastra)
memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Selain tokoh, dalam cerita terdapat penokohan. Jones dalam Nurgiyantoro (2002: 165) mengemukakan bahwa penokohan memiliki pengertian pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Tokoh memerankan perannya dalam suata latar tertentu. Latar tersebut dapat berupa latar waktu maupun latar tempat. Hal ini sejalan dengan pendapat Abrams dalam Nurgiyantoro (2002: 216) yang mendepinisikan latar sebagai berikut. Latar atau setting atau disebut juga landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Fungsi Cerita Rakyat Secara eksplisit cerita rakyat merupakan bagian dari karya sastra. Maka dengan sendirinya memiliki fungsi yang sangat tinggi dan berharga di masyarakat. Cerita rakyat tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan, tetapi juga dapat dijadikan bahan untuk melihat keadaan masyarakat masa lampau, dan memberikan nilai-nilai pendidikan. Menurut Peursen (1988: 37) fungsi cerita rakyat bagi masyarakat ada tiga macam yaitu menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan ghaib, memberikan jaminan masa kini, dan memberikan pengetahuan pada dunia. Pendapat Peursen tersebut didasarkan pada keunikan cerita rakyat yang selalu berhubungan dengan kereligiusan atau selalu berhubungan dengan agama dan kepercayaan tertentu. Fungsi cerita rakyat tersebut di atas, dapat diketahui dari makna yang terkandung dalam cerita.
Teori Sosiologi Sastra Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata sos (Yunani) yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman, dan logi (logos) berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Menurut Ratna (2010: 2) ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu dipertimbangkan dalam rangka menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, antara lain: 1) Pemahaman terhadap karya sastra dengan pertimbangan aspek kemasyarakatannya, 2) Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya, 3) Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan masyarakat yang melatarbelakangi, 4) Sosiologi sastra adalah hubungan dua arah (dialektik) antara sastra dengan masyarakat, dan 5) Sosiologi sastra berusaha menemukan kualits interdependensi antara sastra dengan masyarakat. Dari pemaparan di atas, pada dasarnya filosofi pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Ratna (2010: 339-340) mengemukakan bahwa sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, maka model analisis yang dapat dilakukan meliputi tiga macam, yaitu. 1. Menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung di dalam karya sastra itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah terjadi. Pada umumnya disebut sebagai aspek eksentrik, model hubungan yang terjadi disebut refleksi. 2. Sama dengan di atas, tetapi dengan cara menemukan hubungan antarstruktur,
CAKRAWALA GALUH Vol. II No. 3 Desember 2012
14
Kikin Kuswandi Adi Dwi Rianto
3.
Cerita Rakyat Prabu Galuh Salawe di Dusun Tunggal Rahayu Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis dan Fungsinya untuk Masyarakat (Tinjauan Sosiologi Sastra)
bukan aspek-aspek tertentu, dengan model hubungan yang bersifat dialektika. Menganalisis karya dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu, dilakukan oleh disiplin terntentu. Model analisis inilah yang pada umumnya menghasilkan penelitian karya sastra sebagai gejala kedua.
C. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Lokasi dan Sasaran Penelitian Lokasi penelitian ini di Dusun Tunggal Rahaya, Desa Cimaragas, Kecamatan Cimaragas, Kabupaten Ciamis. Sasaran penelitian adalah cerita rakyat Prabu Galuh Salawe yang hidup dan berkembang di masyarakat Dusun Tunggal Rahaya, Desa Cimaragas, Kecamatan Cimaragas, Kabupaten Ciamis. Lebih khususnya, penelitian ini memiliki sasaran penelitian terhadap struktur, fungsi, dan realitas sosial cerita rakyat Prabu Galuh Salawe. Data dan Sumber Data Fokus kajian dalam penelitian ini adalah struktur cerita rakyat Prabu Galuh Salawe (Berdasarkan transkrif dari tuturan ke tulisan) yang hanya dibatasi pada tema, plot, penokohan, dan latar. Objek penelitian lainnya adalah realitas sosial dan fungsi cerita rakyat terhadap masyarakat. Adapun data dalam penelitian ini adalah tuturan cerita rakyat yang dituturkan oleh informan secara lisan. Sumber data dalam penelitian ini berupa informasi tentang struktur cerita, sosiologi sastra, dan fungsi cerita rakyat Prabu Galuh Salawe terhadap masyarakat.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai teknik wawancara, teknik observasi, dan teknik dokumentasi. Untuk menjamin keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara triangulasi data, yaitu cross chek antara data yang satu dengan data yang lain. Dengan menggunakan triangulasi data, akan diperiksa kebenaran data dengan menggunakan pembanding antara data dari sumber data yang satu dengan sumber data yang lain sehingga keabsahan dan kebenaran data akan diuji oleh sumber data yang berbeda. Data yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan tiga sumber berbeda, yaitu pawang cerita (juru kunci), masyarakat, dan pengunjung. Masingmasing data kemudian di-cross chek untuk menentukan keabshannya. D. Pembahasan Gambaran Umum Obyek Penelitian Pada bagian ini akan dikemukakan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk deskripsi, berdasarkan data yang diperoleh dan diolah sesuai dengan teknik pengolahan dan analisis data, yang meliputi gambaran cerita rakyat Prabu Galuh Salawe di Dusun Tunggal Rahayu Cimaragas. Berdasarkan wawancara dengan juru kunci Patilasan Prabu Cipta Pemana, Bapak Latief Adi Wijaya pada tanggal diperoleh keterangan bahwa Prabu Galuh Salawe sebenarnya bernama Cipta Permana. Hal ini sejalan dengan pendapat Ahmad Syam PLh Sekretaris Desa Cimaragas yang mengungkapkan bahwa Prabu Galuh Salawe yang dikenal masyarakat saat ini adalah raja Galuh yang masuk Islam. Selanjutnya, beliau mengungkapkan bahwa alasan Cipta Permana masuk Islam karena jatuh cinta kepada putri Maharaja Kawali. Bapak Latief menambahkan bahwa Galuh Salawe didirikan oleh Sanghyang Ccipta yang diutus Prabu Haur Kuning agar Kerajaan
CAKRAWALA GALUH Vol. II No. 3 Desember 2012
15
Kikin Kuswandi Adi Dwi Rianto
Cerita Rakyat Prabu Galuh Salawe di Dusun Tunggal Rahayu Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis dan Fungsinya untuk Masyarakat (Tinjauan Sosiologi Sastra)
Galuh tidak runtuh oleh Mataram. Rismayanthi hanya mengungkapkan bahwa sistem sosial masyarakat di Galuh Salawe hanya berjumlah 25 kepala keluarga (KK). Keterangan ini berkaitan salah satunya dengan mengapa tempat itu disebut salawe. Penutur lain yaitu Maman memaparkan nama Salawe diambil dari rajanya yang beragama islam kemudian dikaitkan dengan jumlah Nabi dan Rasul dalam agama islam yang diketahui, yaitu 25 (Salawe=bahasa sunda). Peneliti juga menemukan sebuah tradisi unik masyarakat setempat yaitu misalin. Pemilik warung nasi setempat menuturkan tentang misalin ini. Menurutnya, upacara misalin adalah munggahan—Istilah populer di masyarakat muslim—yaitu ritual makan bersama sebelum melaksanakan ibadah puasa. Selanjutnya, menurut penutur yang namanya tidak ingin disebutkan, tradisi misalin di dusun Tunggal Rahayu (Salawe) dimulai dengan nyekar ke patilasan Prabu Galuh Salawe dengan dihadiri para inohong setempat dan ditutup dengan acara makanmakan. Dari tuturan para penutur akhirnya kami meramu menjadi sebuah cerita rakyat dengan judul Prabu Galuh Salawe. 1.
Cerita Rakyat Prabu Galuh Salawe dan Strukturnya. a. Cerita Rakyat Prabu Galuh Salawe Pada waktu Mataram memperluas wilayah kekuasaannya, Raja Haur Kuning (Ujang Ayem) yang waktu itu memerintah Kerajaan Galuh Pangauban di Putrapinggan begitu gundah. Keadaan keraton semakin goncang. Berita semakin dekatnya kekuasaan Mataram ke batas Galuh membuat Prabu Haur Kuning khawatir. Ia takut Kerajaan Galuh akan runtuh terdesak kekuasaan Mataram. Maka diutuslah salah satu anaknya yang bernama Cipta Permana untuk mencari tempat yang aman dari serangan Mataram dan membangun Kerajaan Galuh yang baru. Cipta Permana
bersama rombongan akhirnya tiba di sebuah tempat yang aman. Di tempat tersebut dibangunlah Kerajaan Galuh yang baru dengan Cipta Permana sebagai rajanya dengan gelar Maharaja Prabu Cipta Sanghyang. Masyarakat Kerajaan tersebut tidak lebih dari dua puluh lima kepala keluarga. Mereka adalah para pengikut Cipta Permana dari Kerajaan Galuh Pangauban. Maka kerajaan baru tersebut terkenal dengan nama Kerajaan Galuh Salawe. Maharaja Prabu Cipta Sanghyang memerintah Kerajaan Galuh Salawe dengan sangat bijak berdasarkan ajaran Hindu. Saat itu, Mataram masih memperluas pengaruh Islamnya. Kerajaan Kawali menjadi bawahan Cirebon yang sedang meluaskan pengaruh Islam di daerah Galuh. Hanya Kerajaan Galuh Salawelah yang belum mampu dipengaruhi. Maharaja Prabu Cipta Sanghyang bertekad untuk mencegah masuknya Islam. Untuk membendung pengaruh Islam di Kerajaan Galuh Salawe, maka Maharaja Prabu Cipta Sanghyang menyerahkan kekuasaan atas Kerajaan Galuh Salawe kepada anaknya yang bernama Cipta Permana. Setelah menyerahkan kekuasaannya, Maharaja Prabu Cipta Sanghyang berangkat ke arah Timur untuk mencegah masuknya Islam yang dibawa Mataram. Setelah sepeninggal Maharaja Prabu Cipta Sanghyang, Cipta Permana berkuasa sementara di Kerajaan Galuh Salawe dengan gelar Sanghyang Cipta Permana. Namun, Sanghyang Cipta Permana tidak kuasa menahan pengaruh Islam di daerah kekuasaannya. Ia sendiri malah masuk Islam. Sanghyang Cipta Permana menerima Islam bukan karena kalah berperang namun karena seorang perempuan. Adalah Tanduran Di Anjung yang menyebabkan Islam mudah masuk ke pusat kekuasaan Kerajaan Galuh Salawe. Sanghyang Cipta Permana sangat mencintai Tanduran Di Anjung yang merupakan Putri Maharaja Kawali. Maharaja
CAKRAWALA GALUH Vol. II No. 3 Desember 2012
16
Kikin Kuswandi Adi Dwi Rianto
Cerita Rakyat Prabu Galuh Salawe di Dusun Tunggal Rahayu Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis dan Fungsinya untuk Masyarakat (Tinjauan Sosiologi Sastra)
Kawali merupakan orang bawahan Cirebon yang ditugaskan mengislamkan Galuh. Untuk menikahi Tanduran Di Anjung, Sanghyang Cipta Permana dipersilahkan menghadap Sultan ke Cirebon untuk meminta restu. Akhirnya, Sanghyang Cipta Permana direstui menikahi dengan Tanduran Di Anjung dengan syarat memeluk Agama Islam. Sanghyang Cipta Permana pun tidak mau kalah. Ia pun mengajukan syarat agar adat kebiasaan kepercayaan asli Galuh tidak dihilangkan. Sultan Cirebon pun menyetujui syarat tersebut dan memberi kebebasan masyarakat Galuh melakukan adat kebiasaan kepercayaan asli Galuh di samping agama Islam. Setelah Maharaja Prabu Cipta Sanghyang meninggal dan dimakam kan di Bagolo, Sanghyang Cipta Permana naik tahta dan diberi gelar Prabu Galuh Cipta Permana. Saat itu, gelar sanghyang tidak lagi dipakai karena Prabu Galuh Cipta Permana telah memeluk agama Islam. Status Kerajaan Galuh Salawe pun berubah dari Kerajaan Hindu menjadi Kerajaan Islam. Prabu Galuh Cipta Permana tidak melupakan adat kebiasaan asli Galuh. Ia pun sering melakukan nyekar di makam ayahnya. Sejalan dengan waktu, Prabu Galuh Cipta Permana sebagai penguasa Kerajaan Galuh Salawe juga dikenal dengan nama Prabu Galuh Salawe. b. Struktur Cerita Rakyat Prabu Galuh Salawe Hasil analisis struktural terhadap cerita rakyat Prabu Galuh Salawe adalah sebagai berikut. a. Tema Berdasarkan analisis terhadap persoalan yang paling banyak muncul dalam cerita, tema cerita rakyat Prabu Galuh Salawe adalah Islamisasi Kerajaan Galuh. Persoalan Islamisasi yang dilakukan Mataram dan Kawali menjadi pemicu konflik dalam cerita rakyat tersebut. Bahkan masalah Islamisasi
menjadi satu-satunya pemicu konflik dalam cerita ini. Setiap kejadian dalam cerita rakyat Prabu Galuh Salawe berakar dari tema tersebut. Pendirian Kerajaan Galuh Salawe dilatarbelakangi adanya perluasan kekuasaan Islam. Selain itu, pernikahan Prabu Cipta Permana yang akhirnya memeluk Islam juga disebabkan oleh persoalan Islamisasi wiilayah Galuh melalui jalur perkawinan. b. Alur Alur merupakan unsur yang sangat penting dalam cerita. Alur berperan mengatur hubungan peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita. Karena peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita mempunyai hubungan yang erat satu sama lain. Suatu peristiwa atau kejadian dalam cerita dapat terjadi justru disebabkan oleh adanya peristiwa sebelumnya. Alur cerita rakyat Prabu Galuh Salawe adalah alur maju. Hal ini berdasarkan jalan cerita yang diawali dari pengenalan tokoh Prabu Haur Kuning yang mengutus anaknya Prabu Sanghyang Cipta untuk mendirikan Kerajaan Galuh sampai pada peralihan kekuasaan Prabu Sanghyang Cipta kepada anaknya yang bernama Prabu Cipta Permana atau Prabu Galuh Salawe. c. Latar Latar atau setting cerita rakyat Prabu Galuh Salawe adalah Kerajaan Galuh Pangauban dan Kerajaan Galuh Salawe. Latar Kerajaan Galuh Pangauban digunakan ketika Prabu Haur Kuning memerintahkan putranya yang bernama Sanghyang Cipta untuk mencari tempat yang aman dari serangan Mataram. Latar Kerajaan Galuh Salawe adalah latar yang paling banyak muncul karena merupakan tempat dari tokoh utama dalam cerita rakyat ini, yaitu Kerajaan kekuasaan Prabu Sanghyang Cipta dan Prabu Cipta Permana. d. Tokoh Tokoh yang terdapat dalam cerita rakyat Prabu Galuh Salawe adalah Prabu Haur
CAKRAWALA GALUH Vol. II No. 3 Desember 2012
17
Kikin Kuswandi Adi Dwi Rianto
Cerita Rakyat Prabu Galuh Salawe di Dusun Tunggal Rahayu Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis dan Fungsinya untuk Masyarakat (Tinjauan Sosiologi Sastra)
Kuning, Sanghyang Cipta, dan Prabu Cipta Permana. Prabu Haur Kuning dan Sanghyang Cipta digambarkan sebagai tokoh yang memiliki karakter loyal dan tegas. Hal ini terlihat dari sikap mempertahankan Kerajaan Galuh dari ancaman perluasan Kerajaan Islam di Galuh. Selain itu, mereka dengan tegas menolak masuknya ajaran Islam di daerah kekuasaannya. Loyalitas dan ketegasan ini ditunjukkan dengan melakukan berbagai cara agar Galuh tidak dipengaruhi gerakan Islamisasi yang dilakukan Mataram dan Kerajaan di bawah kekuasaannya. Salah satu cara tersebut adalah dengan menyuruh Sanghyang Cipta untuk mencari tempat yang aman agar Kerajaan Galuh tidak jatuh ke tangan Mataram. Prabu Cipta Permana atau Prabu Galuh Salawe merupakan tokoh utama yang membawa perubahan pada Kerajaan Galuh Salawe. Tokoh inilah yang tidak sejalan dengan pendahulunya dalam menentang masuknya Islam. Setelah diberi kekuasaan oleh ayahnya Sanghyang Cipta, Prabu Cipta Permana malah masuk Islam. Namun, bukan berarti Prabu Cipta Permana memiliki karakter yang bertolak belakang dengan pendahulunya, tetapi lebih bijaksana dalam mengambil keputusan. Prabu Cipta Permana lebih memilih memeluk agama Islam sebab tidak melihat adanya kejelekan dalam Islam. Namun itupun ia lakukan dengan syarat agar budaya Galuh masih diperbolehkan hidup di samping Islam. Hal ini menunjukkan kebijaksanaan Prabu Cipta Permana dalam memandang persoalan Islamisasi. 2. Realitas Sosial yang Terdapat dalam Cerita Rakyat Prabu Galuh Salawe Cerita rakyat menyajikan pengalaman kehidupan dan merupakan refleksi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, dalam cerita rakyat terdapat realitas sosial yang dapat kita gali. Realitas sosial dalam cerita rakyat
merupakan hubungan antara cerita dengan kehidupan nyata. Realitas sosial yang terdapat dalam cerita rakyat Prabu Galuh Salawe tercermin dalam masalah-masalah sosial yang terdapat dalam cerita sebagai berikut. Keresahan Prabu Haur Kuning dan Prabu Sanghyang Cipta atas penyebaran agama Islam yang dilakukan Mataram di wilayah Galuh menunjukkan bahwa masyarakat yang belum dapat menerima ajaran Islam merasa terancam kehidupannya. Begitu pula pada kehidupan nyata. Hal-hal baru akan sulit diterima oleh masyarakat yang telah terbiasa dengan hal-hal kebiasaan mereka. Dalam cerita, diceritakan masuknya Prabu Cipta Permana memeluk agama Islam disebabkan oleh Tanduran Di Anjung putri Maharaja Kawali. Hal ini menunjukkan kenyataan bahwa Islam disebarkan salah satunya dengan jalan perkawinan. Penyebaran Islam dengan cara perkawinan adalah realias sosial yang ada di masyarakat sampai sekarang. Realitas sosial masyarakat Dusun Tunggal Rahayu atau lebih dikenal dengan masyarakat kampung Salawe biasa mengadakan acara Misalin menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Kebiasaan ini tercermin dalam cerita, ketika Prabu Cipta Permana melakukan nyekar ke makam ayahnya Prabu Sanghyang Cipta di Bagolo. Nyekar yang dilakukan Prabu Cipta Permana tercermin dalam kebudayaan Misalin yang dilakukan masyarakat kampung Salawe sampai sekarang. Pemaparan di atas, menunjukkan bahwa terdapat realitas sosial pada cerita rakyat Prabu Galuh Salawe. Cerita rakyat Prabu Galuh Salawe memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat pemiliknya.
CAKRAWALA GALUH Vol. II No. 3 Desember 2012
18
Kikin Kuswandi Adi Dwi Rianto
Cerita Rakyat Prabu Galuh Salawe di Dusun Tunggal Rahayu Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis dan Fungsinya untuk Masyarakat (Tinjauan Sosiologi Sastra)
3. Fungsi Cerita Rakyat Prabu Galuh Salawe bagi Masyarakat. Berdasarkan observasi di lapangan dan sesuai dengan Teori Peursen yang menyatakan fungsi cerita rakyat bagi masyarakat ada tiga macam yaitu menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan ghaib; memberikan jaminan masa kini; dan 3) memberikan pengetahuan pada dunia, maka fungsi cerita rakyat Prabu Galuh Salawe bagi masyarakat adalah sebagai berikut. 1) Dari segi kekuataan gaib atau mitos yang berkembang di masyarakat setelah dilakukan penelitian adalah enggannya mereka untuk memberikan keterangan sedetail-detailnya tentang cerita tersebut. Selain juga sikap mereka yang tertutup terhadap para tamu yang berkunjung ke situs itu. Ada beberapa alasan mengapa mereka demikian, karena kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal gaib di daerah itu mulai luntur seiring berkembangnya dakwah islam sehingga ketika ada tamu yang ingin tahu seluk beluk cerita disana masyarakat lebih menyarankan menemui kuncen setempat. 2) Cerita rakyat Prabu Salawe menyisakan sebuah tradisi yang ternyata masih dibudayakan masyarakat setempat yaitu misalin. Dari uraian cerita rakyat tersebut ditemukan data bahwa: “Prabu Galuh Cipta Permana tidak melupakan adat kebiasaan asli Galuh. Ia pun sering melakukan nyekar di makam ayahnya.” Tradisi ini dipelihara oleh masyarakat setempat sampai sekarang sehingga menjadi salah satu agenda wisata budaya tahunan yang bisa menyedot perhatian warga di luar Cimaragas pada khususnya dan Kabupaten Ciamis secara umum. 3) Penelitian ini belumlah sempurna tapi apabila ada perhatian serius dari pemerintah bisa memberi pengetahuan pada masyarakat khususnya anak-anak pelajar bahwa di daerah Cimaragas
memiliki cerita rakyat yang bisa diapresiasi sebagai materi ajar sehingga menumbuhkan kecintaan terhadap kekayaan budaya. Selain fungsi yang telah dipaparkan di atas, cerita rakyat Prabu Galuh Salawe juga memiliki fungsi sebagai bahan untuk mengenal kehidupan masa lampau. Dari pengenalan kehidupan masa lampau tersebut dapat diambil berbagai keuntungan baik dari segi pendidikan dan maupun kebudayaan. Dari segi pendidikan, cerita rakyat Prabu Galuh Salawe memberikan nilai-nilai pendidikan yang tinggi. Salah satunya, bagaimana seorang pemimpin harus bijak dalam mengambil keputusan. Dari segi kebudayaan, cerita rakyat Prabu Galuh Salawe memberikan sumbangan yang tidak ternilai terhadap kehidupan sosial masyarakat di sekitarnya. E. Simpulan dan Saran Simpulan Bedasarkan analasis terhadap struktur, fungsi, dan realitas sosial yang terdapat dalam cerita rakyat Prabu Galuh Salawe, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Struktur cerita rakyat Prabu Galuh Salawe adalah bertema Islamisasi Kerajaan Galuh, menggunakan alur maju, memiliki latar tempat Kerajaan Galuh Pabuan dan Kerajaan Galuh Salawe, dan tokoh Prabub Haur Kuning, Prabu Sanghyang Cipta, dan Prabu Cipta Permana/ Prabu Galuh Salawe. 2. Realitas sosial yang terdapat dalam cerita rakyat Prabu Galuh Salawe menyajikan pengalaman kehidupan dan merupakan refleksi kehidupan masyarakat berupa realitas sosial bahwa hal-hal baru akan sulit diterima oleh masyarakat yang telah terbiasa dengan hal-hal kebiasaan mereka, Islam disebarkan salah satunya dengan jalan perkawinan, dan masyarakat kampung Salawe biasa mengadakan acara
CAKRAWALA GALUH Vol. II No. 3 Desember 2012
19
Kikin Kuswandi Adi Dwi Rianto
Cerita Rakyat Prabu Galuh Salawe di Dusun Tunggal Rahayu Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis dan Fungsinya untuk Masyarakat (Tinjauan Sosiologi Sastra)
Misalin menjelang datangnya bulan suci Ramadhan berasal dari kebiasaan Prabu Galuh salawe melakukan nyekar ke makam ayahnya. 3. Fungsi cerita rakyat Prabu Galuh Salawe adalah dari segi kekuataan gaib atau mitos yang berkembang di masyarakat adalah enggannya mereka untuk memberikan keterangan sedetaildetailnya tentang cerita tersebut dikarenakan merasa tabu dan hanya kuncen yang berhak menceritakannya, Cerita rakyat Prabu Galuh Salawe menyisakan sebuah tradisi yang ternyata masih dibudayakan masyarakat setempat yaitu misalin, dan Cerita rakyat Prabu Galuh Salawe memberi pengetahuan pada masyarakat khususnya anak-anak pelajar bahwa di daerah Cimaragas memiliki cerita rakyat yang bisa diapresiasi sebagai materi ajar sehingga menumbuhkan kecintaan terhadap kekayaan budaya. Saran Dari simpulan di atas, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. 1. Cerita rakyat merupakan keutuhan dari berbagai unsur intrinsik cerita. Oleh karena itu, analisis struktural sangat diperlukan untuk memberikan gambaran unsur-unsur tersebut dalam membangun keutuhan cerita. 2. Realitas sosial dalam cerita rakyat mencerminkan kehidupan nyata sehingga sangat penting penelitian menggunakan sosiologi sastra agar gambaran kehidupan dalam cerita dapat dihubungkan dengan kehidupan nyata. 3. Cerita rakyat memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat sehingga perlu dilestarikan agar nilai-nilai di dalamnya dapat digali.
Daftar Pustaka Abrams, MH. 1981. A Glosary of Literature. New York: Half, Rinehart and Winston. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Grasindo. Danandjaya, J. 1994. Foklore Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Grafiti. Daroeni, Fauzi Wafa. 2001. “Cerita Rakyat Makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra” (Skripsi). Surakarta: UNS. Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi Penelitian Foklor. Yogyakarta: Medpress. Epa, Srimalendra. 2008. Situs Patilasan Sanghiang Cipta Permana Prabu di Galuh Tahun 1595-1618. (Skripsi). Ciamis: Unigal. Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Moloeng, Lexy S. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Semi, M Atar. 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Wijayanthi, Ikha Sari. 2007. “Legenda Ki Ageng Pandan Arang di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten dan Fungsinya Bagi Masyarakat Pemiliknya: Tinjauan Resepsi” (Skripsi). Surakarta: UMS. Riwayat Penulis Kikin Kuswandi dan Adi Dwi Rianto adalah tenaga pengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Galuh.
CAKRAWALA GALUH Vol. II No. 3 Desember 2012
20