Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah kondisi medis penekanan nervus medianus di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, paresthesia, dan kelemahan otot lengan bawah serta tangan. tempat kompresi nervus medianus lainnya adalah si siku, saraf melintas berada di antara kedua ujung pronator teres, atau sedikit di atasnya, yaitu di bicipital aponeurosis. Secara bahasa lain, adalah penyakit yang menyerang tangan dimana syaraf tangan menyatu di bagian pergelangan tangan sehingga menyebabkan nyeri. Dalam jangka panjang, penyakit ini bisa menyebabkan kelumpuhan pada tangan. Walaupun banyak penyebab lainnya tetapi pemakaian komputer yang terlalu sering menjadi salah satu penyebab yang paling banyak terjadi untuk penyakit persendian pergelangan tangan ini. Resiko terkena CTS adalah kurang lebih 10% untuk orang dewasa. Tetapi wanita mempunyai resiko 3 kali lipat lebih banyak untuk terkena Carpal Tunnel Syndrome dibandingkan dengan pria. Profesi yang berisiko besar terancam CTS antara lain jenis pekerjaan yang banyak menggunakan tangan dalam jangka waktu panjang. Jangan menganggap enteng masalah CTS ini karena akibat bisa mengakibatkan putusnya sendi pergelangan tangan sehingga tangan tidak dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya bahkan mungkin tidak bisa digerakkan sama sekali.
Tanda-tanda atau gejala : * sering pegal dan atau nyeri, rasa kebas, dan parasthesia (seakan-akan terbakar dan bergetar) di ibu jari, telunjuk, dan jari tengah, atau pada beberapa pasien terjadi di telapak tangan. * Susah menggenggam dan mengepalkan tangan. * Sering menjatuhkan barang
Berikut ini adalah hal-hal yang kita anggap sepele tapi sangat besar dampaknya terhadap kemungkinan terkena CTS :
Penyebab : * Penggunaan tangan yang terlalu berlebihan seperti mengetik, memegang mouse, menggunakan HP. * Faktor genetika * Stress, trauma, kehamilan Pencegahan : Untuk no 1 dapat dicegah dengan melakukan hal-hal di bawah ini: 1. Beristirahat secara teratur setiap 15-20 menit dengan melekukkan dan meluruskan pergelangan tangan. 2. Jangan menempatkan keyboard pada posisi lebih tinggi atau lebih rendah daripada siku tangan. 3. Duduklah dengan tegak. 4. Jagalah agar tangan Anda selalu hangat. Selain pencegahan secara eksternal seperti di atas, ada juga cara internal seperti gambar ilustrasi di bawah ini, cara meregangkan otot-otot pergelangan anda:
itulah beberapa pencegahan yang bisa kita lakukan. Karena kesehatan sangat berharga nilainya. Sehingga benar adanya pepatah yang mengatakan “Lebih baik Mencegah daripada Mengobati”. Walaupun hal tersebut terlihat sangat remeh, namun hal itu janganlah diabaikan begitu saja. Karena sesuatu yang berawal dari hal kecil dapat menyebabkan suatu hal yang besar. DIAGNOSA Diagnosa yang banyak dilakukan adalah memeriksa tangan dan pergelangan tangan yang terkena, sebelum operasi seorang dokter pertama-tama memperhatikan cara kerja syaraf untuk meyakinkan apakah yang menjadi penyebab CTS. Diagnosis CTS dicurigai berdasarkan gejala dan distribusi dari tangan mati rasa. Pemeriksaan leher, bahu, siku, pulsa, dan refleks dapat dilakukan untuk mengecualikan kondisi lain yang dapat meniru CTS. Pergelangan tangan dapat diperiksa bengkak, kehangatan, nyeri, deformitas, dan warna. Kadang-kadang menekan bagian depan pergelangan tangan dapat mereproduksi kesemutan tangan, dan disebut sebagai tanda Tinel tentang CTS. Gejala dapat juga pada waktu yang akan direproduksi oleh pemeriksa dengan menekuk pergelangan tangan ke depan (disebut sebagai manuver Phalen’s). Diagnosis sangat disarankan ketika tes kecepatan konduksi saraf tidak normal. Tes ini melibatkan pengukuran tingkat kecepatan impuls listrik ketika mereka melakukan perjalanan ke saraf. Dalam CTS, dorongan melambat karena melintasi melalui terowongan karpal. Sebuah tes otot ekstremitas tersebut, Elektromiogram (EMG), kadang-kadang dilakukan untuk menyingkirkan atau mendeteksi kondisi lain yang mungkin meniru carpal tunnel syndrome.
Frozen Shoulder - Nyeri Bahu Banyak orang mengeluh tentang “tidak bisa menyisir rambut, tidak bisa memasang BH, tidak bisa mengambil dompet dari saku belakang” karena mengalami nyeri pada bahunya. Penderita tidak sanggup menggosok gigi dan menyisir rambut karena pergelangan bahunya terasa sakit bila lengan diangkat atau digerakkan. Atau mungkin kaku pada daerah bahu sehingga penderita sulit untuk sekedar mengangkat lengan ke atas atau tidak bisa menjangkau bahu sebelah ataupun merasa sakit pada saat menoleh/membalikkan badan. Mungkin penderita akan mengira-ngira penyebabnya, mungkin salah posisi tidur, keseleo atau apa. Namun tahu kah anda bahwa ketika sendi kehilangan jangkauan gerak di semua aspek gerak hal ini dinamakan ‘Frozen Shoulder’ atau istilah lain ‘Adhesive Capsulitis.’ Frozen shoulder atau nyeri bahu adalah penyakit kronis dengan gejala khas berupa keterbatasan lingkup gerak sendi bahu ke segala arah, baik secara aktif maupun pasif oleh karena rasa nyeri yang dapat mengakibatkan gangguan aktifitas kerja sehari-hari. Apa yang menyebabkan Frozen Shoulder? Penyebab frozen shoulder tidak diketahui secara pasti, namun diduga dapat disebabkan oleh trauma, mobilisasi yang lama sehingga terbentuk jaringan fibrous yang memicu terjadinya perlengketan pada daerah bahu. Faktor penyebab yang lain adalah kemungkinan karena tendinitis, rupture rotator cuff, bursitis, diabetes mellitus, infark myokard dan peradangan sendi bahu kronis dan diduga penyakit-penyakit ini merupakan respon autoimun terhadap rusaknya jaringan lokal.
Frozen shoulders lebih sering (60%) terjadi pada wanita bersamaan dengan datangnya menopause. Pasien dengan diabetes, peradangan kronis sendi bahu, atau setelah operasi dada atau payudara, immobilitas dari bahu juga dapat menyebabkan frozen shoulder. Adhesiva Capsulitis merupakan kelanjutan dari lesi rotator cuff, karena terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam kapsul sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi fibrous dapat diperburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi impingement yang terlalu lama (Appley, 1993). Bagaimanakah mendiagnosa Frozen Shoulder? Dikatakan frozen shoulder apabila selama pemeriksaan menunjukkan bahwa terdapat keterbatasan gerak yang cukup signifikan baik oleh pasien sendiri atau oleh pemeriksa yang menggerakkannya.
Untuk mengetahui penyakit penyakit yang berkaitan dengan bahu dapat di diagnosa melalui riwayat penyakit, pemeriksaan, test darah dan pemeriksaan x-ray pada bahu. Jika perlu, untuk mengetahui diagnosis lebih pasti dapat dilakukan pemeriksan x-ray dengan menggunakan kontras yang di suntikkan ke sendi bahu sebagai tanda pengerutan atau penyusutan kapsul sendi bahu.Jenis tindakan ini dinamakan dengan arthrography. Jaringan disekitar sendi juga dapat dilihat dan dievaluasi dengan menggunakan MRI (Magnetic Resonance Imaging) Ada 3 stadium frozen shoulder, setiapnya berlangsung sekitar 4- 6 bulan, dengan ditandai gejala gejala klinis. Pada tingkat pertama "freeze", bahu dengan terus menerus kehilangan gerakan pasif dan menyebabkan nyeri yang memburuk. Untuk stage kedua "frozen" ditandai dengan kekakuan yang berlanjut dan adanya perbaikan dari nyeri dan peradangan .Pada stadium ketiga "thawing" dengan tanda adanya keterbatasan gerak sendi yang mulai berkurang, dan "range of motion" sendi yang bertambah. Biasanya pada stage ke tiga terapi lebih di intesifkan Peradangan sendi bahu (arthritis)atau otot disekitar bahu hal ini dapat menyebabkan pembengkakan, nyeri atau kekakuan sendi sehingga berakibat terjadinya keterbatasan gerak dari bahu.
Injury dari tendon tunggal (tendon otot rotator cuff) dapat membatasi ruang gerak sendi, akan tetapi tidak semua arah gerakan terbatas. Sering sekali pada pemeriksaan sendi bahu pada injurytendon (misalnya pada tendinitis atau luka tendon), dokter ataupun pemeriksa dapat menggerakkan sendi bahu pada posisi relaks, dan jangkauannya lebih jauh dibandingkan apa yang dilakukannya sendiri. Penanganan Frozen Shoulder Terapi dari frozen shoulder biasanya memerlukan beberapa kombinasi yaitu ;obat obatan anti inflamasi, fisioterapi, dan suntikan cortisone di sendi bahu. Tanpa terapi tersebut kondisi frozen shoulder akan bisa menjadi menetap atau permanen.
Melakukan fisioterapi mungkin merupakan hal utama, untuk fisioterapi dapat dilakukan dengan tindakan meliputi short wave diathermi (SWD), stimulasi elektrik atau TENS ( Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation), manual terapi,ice pack, dan kadang dilakukan latihan latihan penguatan dari otot bahu. Waktu untuk fisioterapi dapat mencapai hitungan minggu atau bulan untuk dapat pulih total, tergantung dari keparahan jaringan di sekitar sendi bahu. Hal yang sangat penting bagi pasien dengan frozen shoulder untuk menghindari terjadinya injury kembali pada jaringan sendi bahu selama proses ini. Pasien harus menghindari gerakan gerakan yang sifatnya mendadak, gerakan menyentak, dan mengangkat bebabn berat dengan menggunakan anggota badan yang terkena. Kadang-kadang kondisi frozen shoulder menunjukkan resistensi terhadap fisioterapi ataupun pengobatan. Pasien dengan frozen shoulder resistensi dapat dipertimbangkan dengan operasi arthoscopic atau manipulasi dengan anesthesi dengan tujuan melepaskan jaringan yang mengkerut pada kapsul sendi. Akan tetapi dengan manipulasi juga mengundang resiko terjadinya fraktur (patah tulang) humerus (bahu) Hal yang sangat penting bagi pasien yang menjalani manipulasi bahu untuk melakukan latihan aktif sendi bahu setelah dilakukan prosedur tersebut. Hanya oleh latihan yang terus menerus pada sendi bahu yang membuat fungsi gerakan dan mobilitas dapat tercapai optimal.
Adapun modalitas fisioterapi yang digunakan pada kasus frozen shoulder adalah dengan SWD (Short Wave Diathermy) dan terapi latihan. Short Wave Diathermy (SWD)
SWD adalah Suatu alat terapi yang menggunakan pemanasan yang pada jaringan dengan merubah energi elektromagnet menjadi energi panas. Dalam beberapa dekade terakhir atau lebih, banyak profesional medis telah menemukan bahwa ada beberapa cara untuk membantu pasien mereka dalam penyembuhan tanpa menggunakan atau dengan membatasi penggunaan obat penghilang rasa sakit yang digunakan dalam jangka panjang. Hal-hal seperti terapi pijat, stimulator neuromuskuler, dan terapi ultrasound telah merevolusi cara komunitas medis dalam membantu penyembuhan pasien. Jenis teknologi lain yang telah menunjukkan nilai riil dalam bidang klinis adalah diatermi gelombang pendek. Metode ini berfungsi untuk mengendalikan rasa sakit dan meningkatkan aliran darah ke daerah-daerah otot yang rusak dengan tindakan panas yang sampai ke dalam jaringan (deep heat). Dalam hubungannya dengan obat-obatan berbasis non terapi, diatermi gelombang pendek dapat membantu sejumlah besar pasien dengan berbagai tingkat cedera serta berbagai jenis cedera. Melihat lebih dekat pada praktek kita berharap bahwa diatermi gelombang pendek ini bisa dimasukkan sebagai bagian dari teknologi medis. Neuropati ulnaris Nervus ulnaris berjalan medial arteri brakhialis di bagian atas lengan atas. Menembus tengah dariseptum intermuskularis di tengah lengan atas dan melanjutkan diri terus sampai ke siku di depan caputdari muskulus triseps. Di siku, nervus ini melewati lorong cubittal, celah yang terbentuk di antaraepicondilus humerus medial dan olekranon. Nervus ini berjalan di bawah kubah aponeurosis di antara 2caput dari muskulus fleksor carpi ulnaris dank e bawah di antara muskulus fleksor digitales supefisial danprofunda.Lima area berikut merupakan tempat-tempat potensial jebakan nervus ulnaris dalam perjalanannya kesitu dan setelah keluar dari siku.Lengkung struthers (muncul pada 70% populasi; berbeda dengan ligament struthers yang dapatmengapit nervus medianus) membentang dari caput medial trisep dan masuk ke septumintermuskularis. Terletak kira-kira 6-8 cm di atas epicondilus medialis. Dapat menjadi factordalam kompresi nervus ulnaris setelah perubahan posisi nervus ulnaris.Mediak septum intermuskularis yang mempunyai tepi yang agak tajam yang dapat menekuknervus, khususnya setelah transposisi anterior yang dapat menyebabkan nervus terlipat.Lorong cubittal di alasi oleh ligamentum collateral medial siku dan ditutup oleh ligamentumarkuata, (retinakulum lorong cubittal) yang merentang diantara epicondilus humerus medial danaspecktus medial olekranon.Lekukan aponeurosis di antara 2 mukulus fleksor carpi ulnaris (dissebut juga pita osborne) dapatpula menekan saraf, terutama dengan kontraksi yang terus menerus dari otot-otot ini.Aponeurosis yang melewati fleksor digitorum profundus dan superficial merupakan tempat yangrentan kompresi. patofisiologi Neuropati nervus ulnaris dapat disebabkan oleh kausa trauma maupun non-trauma. Trauma dapatdisebabkan oleh kausa yang pasti. Biasanya disebabkan karena trauma ringan yang berulang.
Dasar daripatologi neuropati ini adalah parut dan perlengketan yang berlangsung kronik di terowongan cubittal,kompresi di caput fleksor carpi ulnaris, atau oleh gabungan keduanya.Pasien dengan etiologi neuropati ulnaris non-traumatik biasanya mempunyai riwayat melakukanaktivitas yang memerlukan fleksi siku yang berulang atau menempatkan siku pada permukaan yangkeras dalamwaktu yang lama. Fleksi siku mnyebabkan penyempitan terowongan cubittal sebagai hasildari traksi ligamentum arkuata dan membengkaknya ligamentum kolateralis medial, dalam hal ini fleksisiku juga dapat menyebabkan trauma dengan meningkatkan tekanan intraneural. Dengan parut danperlekatan epinerium dan elongasi memperparah defek pada nervus. Defek ini juga dapat diperparahbila pasien tidur pada malam harridan siku terletak dalam posisi fleksi De Quervain's syndrome De Quervain's syndrome merupakan peradangan pada tendon dan pada penutup tendon otot abductor pollicis longus (APL) dan extensor pollicis brevis (EPB). Kedua tendon otot ini membentuk segitiga sama sisi di metacarpal I. Dalam perjalanannya ke ibu jari, tendon APL dan EPB ini saling beriringan dan bersampingan ke sisi tepi pergelangan tangan. Kemudian melalui suatu terowongan (tunnel) dekat ujung tulang radius lengan bawah. Nah terowongan ini adalah saluran berselubung licin yg dinamakan tenosynovium, peradangan pada tenosynoviun dan tendon ini yang dinamakan tenosynovitis. Pada de Quervain's syndrome ini gerakan tendon yang berada pada terowongan menjadi mengerut atau seret. Gejala de Quervain's syndrome berupa nyeri pada pergelangan tangan dan lengan bawah yang berdekatan dengan ibu jari bertambah saat ibu jari bergerak, nyeri juga dapat menjalar ke lengan atas. Tidak sedikit juga terdapat crepitasi. Provokasi nyeri dengan tes Finklestein, yaitu ibu jari tangan digenggam dengan 4 jari tangan yg sama, lalu pergelangan tangan digerakkan ke ulnar deviasi, jika terdapat nyeri maka positif anda de Quervain's syndrome.
Penyebab utama dari de Quervain's syndrome adalah overuse oleh karena gerakan yg berulangulang dalam waktu yg lama pada tangan terutama yg menggunakan ibu jari seperti mencubit, memeras, memelintir, menekan dan menggenggam. Uniknya sebagian besar kasus ini terjadi pada wanita. Selain itu tak menutup kemungkinan reumatoid artritis dan cidera langsung pada tangan juga menyebabkan de Quervain's syndrome. Intervensi yg bisa diberikan fisioterapi adalah berupa : 1. Microwave diathermy selama 10-15 menit
2. Ultrasound dengan dosis, gelombang 1 Mhz, kontinyu, intensitas 1,5-2 watt/cm2, waktu 4-5 menit tergantung area terapi 3. Splinting atau elastic bandage dengan posisi ibu jari tangan abduksi dan pergelangan tangan radial deviasi. Selain tentunya juga pengobatan dengan operasi. PERONEAL PALSY : yaitu keadaan yang ditandai dengan penurunan fungsi sensorik dan motorik pada tungkai bawah dan kaki akibat lesi pada nervus peroneal. ETIOLOGI -
Tekanan dari luar (seperti penekanan pada saraf selama jongkok/ duduk bersilang kaki)
-
Trauma, Diabetes, Lepra
GEJALA KLINIS
Menurut lokal lesinya 1. Lesi pada caput fibula
Terdapat parese jari kaki, dorso fleksi kaki, tungkai bawah 2. Anterior tibial nervus sindrom Terdapat parese jari kaki, dorso fleksi kaki, gangguan sensoris di sela jari-jari antara jari kaki 1 dan 2 3. Superfisial peroneal nervus sindrom Terdapat parese dan atrofi pada M. Peronei, gangguan sensoris lateral distal tungkai bawah dan dorsum kaki
Menurut etiologi 1. Anterior tibial sindrom o
Adanya nyeri lokal pada M. Tibialis anterior secara mendadak
o
Parese M. Tibialis anterior dan ekstensor digitorum brevis
o
Gangguan sensoris N. Peroneal, Eritem pada tibia
2. Iskemik neuritis o
Adanya nyeri pada ekstremitas bawah terutama pada malam hari
o
Atrofi otot, Gangguan refleks dan gangguan motorik
3. Penyakit lepra
o
Adanya gangguan sensoris telapak kaki, tungkai dan paha
o
Hilangnya sensibilitas telapak kaki
o
Ekstremitas menjadi dingin dan agak hitam
4. Diabetes o
Terjadi pada usia > 40 tahun
o
Adanya parese dan atrofi otot-otot proksimal ekstremitas bawah
o
Nyeri pada otot-otot paha
DIAGNOSIS -
Anamnesis
-
Pemeriksaan fisik
-
Pemeriksaan penunjang ( EMG )
-
Konservatif, dengan menghindari faktor kompresi
-
Operasi
-
Terapi fisik
TERAPI