KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas ijin-Nya, penyusunan Modul Sistem Penerimaan Negara dapat diselesaikan dengan baik.Kami juga menyampaikan terima kasih kepada Pimpinan Ditjen Perbendaharaan dan secara khusus kepada Direktur Pengelolaan Kas Negara dan Direktur Sistem Perbendaharaan yang telah memberikan ijin dan dukungan atas penulisan modul ini. Modul Sistem Penerimaan Negara ini bertujuan sebagai bahan ajar dalam meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia pada Direktorat Jenderal
Perbendaharaan
khususnya
peserta
program
Penyuluh
Perbendaharaan. Program ini mempunyai peran yang strategis atas akuntabilitas pelaksanaan dan pengelolaan APBN sehingga kedepannya akan menghasilkan Penyuluh Perbendaharaan yang andal dan kompeten. Modul ini memberikan gambaran terkait pengelolaan penerimaan negara serta perkembangan sistem penerimaan negara terkini.Adapun pembahasan dalam modul ini secara garis besar terdiri dari:
a) Definisi,
Fungsi dan Jenis Penerimaan Negara ; b) Sistem Penerimaan Negara, yang menjelaskan mulai dari pengertian, sejarah singkat, Modul Penerimaan Negara, dan Prinsip Layanan Penerimaan Negara ; dan c) Penatausahaan Penerimaan
Negara,
Penatausahaan
dan
yang
menjelaskan
Pelaporan
mekanisme
Penerimaan
Negara
penyetoran, pada
Sistem
Penerimaan Negara Secara Elektronik. Akhirnya tim penulis modul ini mengharapkan agar modul ini tidak saja bermanfaat untuk dipelajari dan dipahami selama pelatihan Penyuluh Perbendaharaan namun juga menjadi pedoman dalam praktek pengelolaan APBN utamanya terkait dengan penerimaan Negara.
i
CARA PENGGUNAAN MODUL
Sebelum membaca modul ini, sebaiknya perlu terlebih dahulu membaca peraturan atau ketentuan terkait yaitu: 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.06/2006 tentang Modul Penerimaan Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.05/2007; 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik; 3. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-78/PB/2006 tentang Penatausahaan Penerimaan Negara melalui Modul Penerimaan Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-39/PB/2013.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i CARA PENGGUNAAN MODUL....................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. LATAR BELAKANG................................................................................ 1 B. TUJUAN PEMBELAJARAN .................................................................... 1 1. Tujuan Instruksional Umum ................................................................ 1 2. Tujuan Instruksional Khusus .............................................................. 2 C. RUANG LINGKUP .................................................................................. 2 D. SISTEMATIKA ........................................................................................ 2 BAB II DEFINISI DAN FUNGSI PENERIMAAN NEGARA .............................. 4 A. DEFINISI PENERIMAAN NEGARA........................................................ 4 B. FUNGSI DAN JENIS PENERIMAAN NEGARA...................................... 5 BAB III SISTEM PENERIMAAN NEGARA ..................................................... 8 A. PENGERTIAN DAN SEJARAH SINGKAT SISTEM PENERIMAAN NEGARA ................................................................................................ 8 1. Pengertian Sistem Penerimaan Negara ............................................. 8 2. Sejarah Singkat Sistem Penerimaan Negara ..................................... 9 B. PRINSIP LAYANAN PENERIMAAN NEGARA ..................................... 12 C. MODUL PENERIMAAN NEGARA ........................................................ 13 BAB IV PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA MELALUI SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK (MPN G-2)..................... 18 A. ELECTRONIC BILLING SYSTEM (E-BILLING SYSTEM).................... 18 B. TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBUATAN KODE BILLING .... 19 1. Billing Direktorat Jenderal Anggaran (PNBP dan Non Anggaran) .... 19 2. Billing Direktorat Jenderal Pajak ...................................................... 26 3. Billing Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ........................................ 30 4. Tata Cara Penyetoran (Payment) .................................................... 32 C. PENATAUSAHAAN
PENERIMAAN
NEGARA
PADA
SISTEM
PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK (MPN G-2) ............ 35 1. Penatausahaan Penerimaan Negara Pada Bank/Pos Persepsi ....... 37 2. Penatausahaan Penerimaan Negara Pada Sistem Settlement ........ 38
iii
3. Penatausahaan
Penerimaan
Negara
Pada
KPPN
Khusus
Penerimaan ...................................................................................... 38 D. REKONSILIASI,
KOREKSI
TRANSAKSI
DAN
PENGEMBALIAN
PENERIMAAN NEGARA ...................................................................... 39 1. Rekonsiliasi ...................................................................................... 39 2. Koreksi Transaksi Penerimaan Negara ............................................ 39 3. Pengembalian Penerimaan Negara ................................................. 39 E. KEWAJIBAN, HAK, LARANGAN DAN SANKSI BAGI BANK/POS PERSEPSI ........................................................................................... 39 1. Kewajiban Bank/Pos Persepsi ......................................................... 40 2. Hak Bank/Pos Persepsi.................................................................... 41 3. Larangan Bagi Bank/Pos Persepsi ................................................... 41 4. Sanksi Bagi Bank/Pos Persepsi ....................................................... 41 BAB V PENUTUP ......................................................................................... 42 A. KESIMPULAN ...................................................................................... 42 B. SARAN ................................................................................................. 42 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 43 DAFTAR TABEL ........................................................................................... 45 DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... 46 SOAL LATIHAN ............................................................................................ 48 A. Soal Pilihan Ganda ............................................................................... 48 B. Soal Essay ........................................................................................... 52 JAWABAN..................................................................................................... 53 A. Pilihan Ganda ....................................................................................... 53 B. Essay.................................................................................................... 53
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Struktur APBN kita, terdiri dari Pendapatan Negara dan Belanja Negara. Pendapatan Negara terdiri dari sumber-sumber penerimaan negara yang sah yaitu berupa Perpajakan (Pajak dan Kepabeanan dan Cukai),
Penerimaan
Negara
Bukan
Pajak
(PNBP),
Hibah,
dan
Pembiayaan, sedangkan Belanja Negara terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat
(Kementerian/Lembaga),
Belanja
Pemerintah
Daerah
(Dana
Perimbangan, Dana Transfer Lainnya, Dana Desa Keistimewaan Daerah, dan Dana Otonomi Khusus ), Subsidi (Subsidi Energi dan Subsidi Non Energi), Pembayaran Bunga Utang, dan Belanja Lainnya. Penerimaan Negara merupakan komponen penting dalam membiayai kewajiban pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Penyelenggaran pemerintahan dan pembangunan tersebut dijabarkan dalam visi dan misi pemerintahan yang dituangkan dalam target-target tahunan (APBN) dan dirinci kedalam fungsi, subfungsi, program,
kegiatan
dan
belanja,
untuk
selanjutnya
dilaksanakan/direalisasikan dan dipertanggungjawabkan/dilaporkan dari kedua sisinya (aspek) yaitu pendapatan maupun belanja. Guna menjamin efektifivitas, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas dalam
pengelolaan
pendapatan
tersebut,
pemerintah
perlu
menyelenggarakan Sistem Penerimaan Negara.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu: a. Memahami Sistem Penerimaan
Negara dan Penatausahaan
Penerimaan Negara dalam rangka pelaksanaan APBN; b. Memberikan bimbingan dan pembelajaran kepada para penyuluh perbendaharaan dalam penatausahaan penerimaan negara.
2. Tujuan Instruksional Khusus a. Peserta memahami konsep penerimaan negara; b. Peserta memahami sistem penerimaan negara; c. Peserta memahami jenis-jenis penerimaan negara; d. Peserta
memahami
tata
cara
penyetoran,
pelimpahan
dan
pelaporan penerimaan negara; e. Setelah memahami sebagaimana dimaksud pada huruf a s.d d di atas,
peserta
diharapkan
memiliki
pedoman
dan
kesatuan
penafsiran dalam rangka penatausahaan penerimaan negara. C. RUANG LINGKUP Ruang Lingkup Modul Sistem Penerimaan Negara meliputi: a. b. c.
Definisi, Fungsi dan Jenis Penerimaan Negara; Sistem Penerimaan Negara; Penatausahaan Penerimaan Negara.
D. SISTEMATIKA Untuk memudahkan dalam memahami maksud dari penyusunan buku ini, maka Modul Petunjuk Teknis diuraikan dalam 5 (lima) bab sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Memberikan gambaran latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika penyusunan Modul Sistem Penerimaan Negara secara singkat. BAB II DEFINISI, FUNGSI DAN JENIS PENERIMAAN NEGARA Menguraikan definisi, fungsi, dan jenis penerimaan negara. BAB III SISTEM PENERIMAAN NEGARA Menjelaskan tentang Sistem Penerimaan Negara, mulai dari pengertian, sejarah singkat, Modul Penerimaan Negara, dan Prinsip Layanan Penerimaan Negara. BAB IV PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA Menjelaskan mekanisme penyetoran, penatausahaan dan pelaporan penerimaan negara pada Sistem Penerimaan Negara secara elektronik. BAB V PENUTUP Kesimpulan dan Saran.
2
REFERENSI Memuat ketentuan umum yang berlaku dan ketentuan pelaksanaan lainnya terkait dengan sistem penerimaan negara.
3
BAB II DEFINISI DAN FUNGSI PENERIMAAN NEGARA
A. DEFINISI PENERIMAAN NEGARA Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Penerimaan Negara adalah uang yang masuk ke Kas Negara. Sedangkan Pendapatan Negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Dalam ilmu ekonomi, pengertian penerimaan dan pendapatan merupakan dua hal yang berbeda. Penerimaan dapat diartikan sebagai seluruh
pemasukan
yang
diterima
dari
kegiatan
ekonomi
yang
menghasilkan uang tanpa dikurangi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan, sedangkan pendapatan adalah total penerimaan setelah dikurangi dengan biaya produksi. Kalau pendapatan itu positif maka akan disebut keuntungan (laba) sedangkan jika pendapatan negatif disebut dengan rugi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penerimaan Negara adalah uang yang masuk ke Kas Negara, masih bersifat bruto yang belum diperhitungkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penerimaan negara tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan Kas Negara menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99 tahun 2006 tentang Modul Penerimaan Negara, adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan untuk membayar pengeluaran negara. Ada 3 jalur yang digunakan untuk penatausahaan Penerimaan Negara agar masuk ke Kas Negara, yaitu: a. Melalui Bank/Pos Persepsi; b. Melalui Bank Tunggal/Bank Indonesia; c.
Melalui potongan SPM/SP2D oleh KPPN. Ketiga jalur tersebut, tentu saja mempunyai mekanisme yang
berbeda-beda, yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya.
B. FUNGSI DAN JENIS PENERIMAAN NEGARA Penerimaan Negara mempunyai fungsi sebagai sumber utama dalam rangka membiayai pengeluaran negara atau kewajiban pemerintah untuk menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan. Besaran Penerimaan dan Pengeluaran Negara, tiap tahunnya dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Adapun fungsi dari APBN itu sendiri adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Otorisasi Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. 2. Fungsi Perencanaan Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. 3. Fungsi Pengawasan Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 4. Fungsi Alokasi Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian. 5. Fungsi Distribusi Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara dan daerah harus memerhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Dalam postur APBN, sesuai Lampiran Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Undang-Undang tentang Perubahannya, rincian penerimaan negara dibagi menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu: 1. Penerimaan Perpajakan, yang terdiri dari: a. Pendapatan Pajak dalam Negeri Pendapatan pajak dalam negeri, terdiri dari:
5
1) Pajak Penghasilan (PPh), baik dari PPh Migas maupun PPh Non Migas; 2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM); 3) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); 4) Pendapatan Cukai, yang terdiri dari pendapatan cukai hasil tembakau, pendapatan cukai ethyl alcohol, dan pendapatan cukai minuman yang mengandung ethyl alcohol; 5) Pendapatan Pajak Lainnya. b. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Sedangkan Pajak Perdagangan Internasional, terdiri dari: 1) Pendapatan Bea Masuk; 2) Pendapatan Bea Keluar. 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak, yang terdiri dari: a. Penerimaan Sumber Daya Alam Penerimaan Sumber Daya Alam, terdiri dari: 1) Penerimaan sumber daya alam
Migas, yang terdiri dari
pendapatan minyak bumi dan pendapatan gas alam 2) Penerimaan sumber daya alam Non Migas, yang terdiri dari pendapatan pertambangan mineral dan batubara, pendapatan kehutanan,
pendapatan
perikanan,
dan
pendapatan
pertambangan panas bumi. b. Pendapatan Bagian Laba BUMN Pendapatan Bagian Laba BUMN, terdiri dari: 1) Pendapatan laba BUMN perbankan; 2) Pendapatan laba BUMN non perbankan. c. PNBP lainnya Pendapatan Lainnya, terdiri dari: 1) Pendapatan
dari
pengelolaan
BMN
(pemanfaatan
dan
pemindahtanganan); 2) Pendapatan jasa; 3) Pendapatan bunga; 4) Pendapatan kejaksaan dan peradilan; 5) Pendapatan pendidikan; 6) Pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi;
6
7) Pendapatan iuran dan denda; 8) Pendapatan lain-lain. d. Pendapatan Badan Layanan Umum Pendapatan Badan Layanan Umum terdiri dari: 1) Pendapatan Jasa Layanan Umum; 2) Pendapatan Hibah Badan Layanan Umum; 3) Pendapatan Hasil Kerja Badan Layanan Umum; 4) Pendapatan Badan Layanan Umum Lainnya. Selain mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, penerimaan negara juga mempunyai jenis yang begitu banyak dan beragam, untuk itu diperlukan sebuah sistem yang dapat menatausahakan penerimaan negara tersebut dengan baik, efektif dan efisien. Sistem Penerimaan Negara tersebut berupa sebuah proses bisnis yang baik dengan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi yang modern dan up to date.
7
BAB III SISTEM PENERIMAAN NEGARA
A. PENGERTIAN DAN SEJARAH SINGKAT SISTEM PENERIMAAN NEGARA
1. Pengertian Sistem Penerimaan Negara Dalam
Undang-Undang
Nomor
1
Tahun
2014
tentang
Perbendaharaan Negara, Pasal 7 ayat (2) huruf d menyebutkan bahwa “Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan
sistem
penerimaan
dan
pengeluaran
yang
menjadi
kewenangan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara adalah sistem penerimaan dan pengeluaran yang terkait dengan kas negara, atau dapat dikatakan bahwa Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum
Negara
mempunyai
kewenangan
mengatur/membuat sistem terkait dengan uang yang masuk dan keluar ke dan dari kas negara. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan Selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan untuk membayar seluruh pengeluaran negara. Dalam
modul
ini,
hanya
akan
dibahas
tentang
Sistem
Penerimaan Negara, yaitu sistem yang mengatur/digunakan untuk menatausahakan penerimaan negara yang masuk ke kas negara. Dan
berikut
ini,
kita
akan
memulai
membahas
Sistem
Penerimaan Negara, yang dimulai dari sejarah singkat Sistem Penerimaan Negara mulai dari tahun 1945.
2. Sejarah Singkat Sistem Penerimaan Negara a. Tahun 1945 s.d. 1990 Pada periode tahun 1945 s.d. 1990, penerimaan negara harus disetor ke kas negara secara tunai melalui Kantor Kas Negara (KKN).Kantor Kas Negara adalah kantor vertikal Direktorat Jenderal Anggaran yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran (pada masa itu), yang mempunyai tugas khusus menangani urusan kas negara. Pencatatanpun dilakukan secara manual, sehingga setiap saat perlu dilakukan pemeriksaan. Selain Kantor Kas Negara tersebut, kantor vertikal Ditjen Anggaran yang lain adalah Kantor Perbendaharaan Negara, yang mempunyai tugas khusus di bidang perbendaharaan (administrasi pengeluaran) negara.
MPN G-2
Revenue System and Mechanisme: Time-Line Paypoints 6
BPP 5 Sispen (DNP)
(contractual)
BPP 4
BPP 2 (Limited)
Kantor 1 Kas Neg.
0
Tera- manual
BPP 3
(more wide)
Printing-Tera
(unlimited)
MPN G-1
(Unlimited& Contractual)
Giral (TSA real-time) Otomasi
Giral (TSA H+0) Otomasi
Giral (TSA H+0) Otomasi
Giral Semi-Otomasi
Giral (Manual) Tunai (Manual)
1945-1990
1990-an
1999
2007
2012 2014 201x
Catatan: MPN G-2 telah menggunakan aplikasi Billing System yang dapat diakses langsung secara online oleh Wajib Pajak/Bayar
6
Gambar 3. 1. Time Line Sistem Penerimaan Negara b. Tahun 1990 s.d. 1999 Pada tahun 1990, Kementerian Keuangan telah menjalin kerja sama dengan bank atau kantor pos untuk dapat menerima setoran penerimaan negara secara giral, namun jumlahnya masih sangat terbatas. Bank atau kantor pos yang dapat melayani setoran penerimaan negara tersebut, dinamakan bank/pos persepsi.
9
Dengan sistem giralisasi penerimaan Negara melalui bank/pos persepsi tersebut, maka terjadi perubahan organisasi, terutama kantor vertikal Ditjen Anggaran. Kantor Perbendaharaan Negara dan Kantor Kas Negara digabung menjadi satu dan berubah nama menjadi Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN). Di dalam KPKN terdapat Seksi Bank Persepsi dan Seksi Pos, dengan tugas khusus menangani administrasi dan penatausahaan sampai dengan laporan terkait dengan setoran yang diterima oleh Bank/Pos Persepsi. Pada
tahun
1999,
sistem
penerimaan
Negara
telah
menggunakan sistem semi otomasi dengan output yang dihasilkan berupa DNP (Daftar Nominatif Penerimaan), dan bank atau pos persepsi yang terlibat di dalamnya lebih luas dibandingkan pada masa era tahun 1990-an.Sistem ini kemudian dilengkapi dengan teknologi komputerisasi yang terpisah dari sistem komputerisasi bank yang digunakan jasanya oleh Depkeu yang disebut Sistem Penerimaan Negara atau SISPEN yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Anggaran. c. Tahun 1999 s.d. 2007 Pada periode tahun 1999, selain SISPEN yang dikelola oleh Ditjen Anggaran, masing-masing biller (Ditjen Pajak dan Ditjen Bea dan Cukai) juga telah mengembangkan Sistem Penerimaan Negara secara terpisah.Untuk Ditjen Pajak telah mengembangkan sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) dan Ditjen Bea dan Cukai telah mengembangkan sistem Electronic Data Interchange (EDI). Meskipun demikian, timbul kendala teknis di pihak bank/pos persepsi, karena adanya perbedaan teknis dan mekanisme pada masing-masing sistem.Untuk itu pada tahun 2007 dikembangkan sebuah sistem yang dapat mengakomodir kebutuhan ketiga sistem tersebut, dan sistem yang berhasil dikembangkan dinamakan Modul Penerimaan Negara (MPN).
10
d. Tahun 2007 s.d. 2014 Sistem Modul Penerimaan Negara (MPN Generasi I) berhasil dikembangkan dengan mengurangi kendala-kendala yang ada pada SISPEN, MP3, dan EDI, dengan salah satu keunggulannya adalah pemberian konfirmasi sahnya penerimaan dimaksud yaitu dengan
penerbitan
NTPN
(Nomor
Transaksi
Penerimaan
Negara).Dengan NTPN ini penyetor dapat yakin bahwa setorannya telah diterima oleh kas Negara. Adapun bank/pos persepsi yang terlibat didalamnya lebih banyak lagi dari sistem sebelumnya, yaitu mencapai ± 82 bank/pos persepsi. Dan sistem MPN ini (yang kemudian disebut MPN G-1) juga berusaha untuk menjawab amanat Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara terutama terkait dengan keberadaan TSA (Treasury Single Account), dengan prinsip setiap akhir hari kerja, setiap bank/pos persepsi wajib melimpahkan dana penerimaan Negara yang diterimanya ke Rekening Kas Umum Negara. Namun demikian, sebagian data yang dihasilkan oleh sistem MPN G-1 ini tidak diyakini kewajarannya oleh BPK, yaitu data yang masuk kategori data unreconciled. Data unreconciled adalah data hasil rekonsiliasi antara data MPN dengan data bank pos persepsi, yang masih perlu diuji lagi kebenarannya. Adapun yang masuk kategori data unreconciled adalah data reversal, tidak diakui, cancel-out-match, dan data unmatch. Untuk mengurangi data unreconciled tersebut, sistem MPN yang ada dikembangkan dengan konsep penerapan sistem electronic billing (e-billing system). Pengembangan dengan sistem e-billing telah diujicobakan meskipun masih menggunakan sarana dan prasarana MPN G-1, yang kemudian dinamakan sistem MPN G-1,5, yang diimplementasikan secara terbatas di Bank Mandiri dan PT Pos Indonesia. Sistem MPN G-1,5 ini berlaku mulai awal tahun 2012. Pengembangan sistem penerimaan Negara dengan konsep ebilling terus dikembangkan dengan menggunakan sarana dan prasarana yang berbeda dengan sistem MPN G-1, dan pada awal
11
tahun 2014 kemarin, maka secara resmi penggunaan sistem MPN G-2 yang berbasis e-billing telah diterapkan secara bertahap dan parallel dengan sistem MPN G-1. Terkait dengan sistem MPN, akan dibahas secara detil di subbab selanjutnya. e. Ke depan Harapan kedepan, dalam rangka penatausahaan penerimaan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel, serta dapat mendukung pelaksanaan cash management yang baik, dibutuhkan sebuah sistem yang dapat mengakomodir informasi penerimaan negara secara real time yang didukung kecanggihan teknologi informasi yang handal, menerapkan konsep TSA yang sebenarnya (satu rekening), dan melibatkan pihak-pihak selain bank dan pos untuk menjadi payment point.
B. PRINSIP LAYANAN PENERIMAAN NEGARA Dalam rangka penatausahaan penerimaan negara, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemberian layanan penerimaan negara, agar masyarakat pembayar penerimaan negara dapat dengan mudah, aman, dan nyaman. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1. One Stop Service Prinsip One Stop Service dapat dikatakan bahwa layanan penerimaan negara harus dilakukan pada satu titik/meja, mulai dari penyetoran sampai mendapatkan BPN (Bukti Penerimaan Negara) yang di dalamnya sudah terdapat NTPN. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi penyetor, karena dapat dilayani di satu titik. 2. Certainty Certainty (kepastian) adalah prinsip yang dapat memberikan kepastian kepada penyetor penerimaan negara bahwa setoran yang telah dilakukannya memang sudah masuk ke kas negara.Kepastian tersebut diberikan dalam bentuk BPN yang di dalamnya ada NTPN yang merupakan bentuk konfirmasi penerimaan negara yang uangnya sudah diterima di kas negara. Hal ini akan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penyetor karena langsung memperoleh bukti bahwa setorannya telah diterima di kas negara.
12
3. Simplification Simplification
atau
penyederhanaan
proses
bisnis.
Penyederhanaan proses bisnis dapat berupa penyederhanaan pada saat pembayaran di bank/pos persepsi, maupun konfirmasi dan pelaporannya. Hal ini diperlukan agar penyetor lebih mudah dan cepat melakukan setoran penerimaan negara. 4. Real-Time Information Real-Time Information adalah data yang dihasilkan oleh sistem harus dapat tersaji secara real time, karena dengan real time maka keputusan dan kebijakan terutama dalam bidang cash management dapat diambil lebih cepat dan akurat. 5. Transparent and accountable Transparent and accountable adalah prinsip keterbukaan dan dapat dipertanggungjawabkan, artinya dalam melakukan pelayanan penerimaan negara, masyarakat dilayani dengan layanan standar layanan di bank/pos persepsi, dan tidak membedakan antara nasabah dan bukan nasabah, dan juga tidak membedakan besar kecilnya setoran. Hasil setoran yang mendapat BPN yang di dalamnya terdapat NTPN, dapat dikonfirmasi keabsahan setoran tersebut melalui KPPN terdekat. 6. Minimizing contact Minimizing contact adalah prinsip meminimalisasi bertemunya penyetor dengan petugas pemerintah yang instansinya mempunyai tagihan atas penerimaan negara tersebut.Dengan prinsip ini dapat mengurangi potensi terjadinya kolusi antara petugas dan penyetor. 7. IT based IT based adalah prinsip penggunaan kemajuan teknologi informasi, tidak hanya canggih namun juga harus handal, dalam rangka mendukung prinsip-prinsip layanan yang lainnya
C. MODUL PENERIMAAN NEGARA Sebagaimana telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, pada periode sekarang (2007 s.d. sekarang), sistem yang digunakan dalam penatausahaan penerimaan negara adalah sistem Modul Penerimaan Negara.
13
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99 Tahun 2006 tentang Modul Penerimaan Negara, yang dimaksud dengan Modul Penerimaan Negara (MPN) adalah modul penerimaan yang memuat serangkaian prosedur mulai dari penerimaan, penyetoran, pengumpulan data,
pencatatan,
pengikhtisaran
sampai
dengan
pelaporan
yang
berhubungan dengan penerimaan negara dan merupakan bagian dari Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara. Penerimaan Negara sebagaimana yang dimaksud dalam modul penerimaan negara adalah seluruh uang yang masuk ke kas negara. Sistem Penerimaan Negara melalui Modul Penerimaan Negara (MPN G-1) secara efektif diberlakukan mulai tahun 2007, dan terhitung sejak 27 Februari tahun 2014 dilakukan transaksi perdana melalui Modul Penerimaan Negara (MPN G-2) pada Bank Persepsi yang telah ditetapkan melaksanakan Sistem Penerimaan Negara secara elektronik, sehingga terdapat 2 (dua) sistem yang berjalan secara paralel, yaitu Modul Penerimaan Negara Generasi I (MPN G-1) dan Modul Penerimaan Negara Generasi II (MPN G-2). Salah satu perbedaan yang sangat mendasar antara kedua sistem MPN tersebut adalah penggunaan konsep billing.Untuk sistem MPN G-1 menggunakan manual billing dan untuk sistem MPN G-2 menggunakan konsep electronic billingsystem (e-billing system). Sistem MPN G-2 ini direncanakan akan diimplementasikan secara penuh di tahun 2016, sehingga perjanjian kerjasama sebagai bank/pos persepsi MPN G-1 tidak diperpanjang lagi. 1. MPN G-1 (Manual Billing) Konsep manual billing adalah Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor harus mengisi form SSP/SSBP/SSPCP secara hard copy, yang kemudian hard copy tersebut dibawa ke bank/pos persepsi untuk dilakukan penginputan ke sistem bank/pos persepsi yang terhubung dengan sistem MPN Kementerian Keuangan. Input data yang dilakukan oleh petugas bank/pos persepsi adalah semua elemen data yang ada di SSP/SSBP/SSPCP tersebut sehingga potensi kesalahan yang dilakukan oleh petugas bank/pos persepsi pada saat input data sangat besar.
14
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kesalahan input data oleh petugas bank/pos persepsi, antara lain, banyaknya elemen data yang harus diinput, banyaknya beban transaksi, bahkan tulisan pada hard copy SSP/SSBP/SSPCP tersebut tidak standar (ada yang ditulis tangan ada pula yang diketik), dan faktor psikologis petugas bank/pos persepsi yang bersangkutan.Kesalahan input akan berakibat pada berkurangnya kualitas dan validitas data transaksi. Berikut adalah prosedur/mekanisme penyetoran penerimaan negara melalui sistem MPN G-1.
Gambar 3. 2. Diagram Prosedur MPN Generasi I (MPN G-1) • Wajib Pajak/Wajib Setor/Wajib Bayar mengisi formulir penyetoran, menyerahkan bukti setor kepada petugas Bank/Pos; • Petugas Bank/Pos mengecek Formulir Bukti setor dimaksud dan meng-entry data serta mengirimkannya ke kantor pusat bank/pos untuk mendapatkan NTB/NTP; • Kantor Pusat Bank/Pos meneruskan ke Kantor Pusat DJPBN untuk mendapatkan NTPN; • Kantor Pusat DJPBN memberikan NTPN kepada Kantor Pusat Bank/Pos selanjutnya Kantor Pusat Bank/Pos mengirimkan NTPN kepada Bank/Pos Persepsi; • Bank/Pos Persepsi menerbitkan Bukti Penerimaan Negara setelah mendapatkan NTPN dan menyerahkan BPN tersebut kepada wajib Pajak/Setor/Bayar lembar ke 1 dan 3, dan melaporkan penerimaan tersebut ke KPPN;
15
• Pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor/Bendahara Penerimaan diakui sebagai pelunasan kewajiban sesuai dengan tanggal pembayaran; • Setoran penerimaan negara diakui setelah diterima/masuk ke Kas Negara dan telah mendapatkan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan Nomor Transaksi Bank (NTB)/Nomor Transaksi Pos (NTP), sedangkan untuk penerimaan negara melalui potongan SPM disahkan dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan Nomor Transaksi Penerimaan Potongan (NTPP) yang diproses secara otomatis oleh Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN). 2. MPN G-2 (Elektronic Billing System) Konsep
electronic
billing
(e-billing)
adalah
Wajib
Pajak/Wajib
Bayar/Wajib Setor mengisi SSP/SSBP/SSPCP secara elektronik melalui internet pada masing-masing portal sistem billing. Sistem billing yang telah disediakan dalam memperoleh, mendaftarkan dan membuat kode billing adalah: a. Sistem
billing
pajak
yang
dapat
diakses
www.sse.pajak.go.idatauwww.sse2.pajak.go.id,
di
alamat:
atau
melalui
layanan provider selular (Telkomsel), dengan memanfaatkan USSD(Unstructured Supplementary Service Data) Menu Browser (UMB) Telkomseldengan mengetikkode akses *141*500# kemudian ikuti petunjuk lebih lanjut. Disamping itu dapat pula melalui fasilitas internet banking pada bank persepsi tertentu dan melalui teller pada bank/pos persepsi tertentu; b. Sistem
billing
PNBP
yang
dapat
diakses
di
alamat
www.simponi.kemenkeu.go.id. c. Untuk sistem billing bea dan cukai, meskipun dapat diakses secara self assessment tetapi lebih banyak bersifat official assessment, atau diterbitkan secara jabatan oleh petugas bea dan cukai. Kode Billing DJBC dapat diperoleh melalui 2 (dua) cara yaitu melalui aplikasi billing
CEISA, pengguna jasa datang ke KPPBC untuk
meminta kode billing atas tagihan yang dimiliki dan melalui alamatPortal
Pengguna
Jasa
yangdapat
diakses
di
http://customer.beacukai.go.id,pengguna jasa yang telah memiliki
16
user portal dapat melakukan monitoring status billing yang dimiliki dan bahkan dapat membuat kode billing (atas dokumen tertentu). Dari sistem billing tersebut, Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor akan mendapat kode billing, yang kemudian dapat dilakukan pembayaran di bank/pos persepsi. Pembayaran setoran penerimaan negara di bank/pos persepsi dapat dilakukan melalui kanal teller, Authomatic Teller Machine (ATM), internet banking, dan Electronic Data Capture (EDC). Penjelasan
lebih
detil
tentang
Tata
Cara
Penatausahaan
Penerimaan Negara pada Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik (MPN G-2), akan dijelaskan pada Bab V.
17
BAB IV PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA MELALUI SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK (MPN G-2)
A. ELECTRONIC BILLING SYSTEM (E-BILLING SYSTEM) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara. Dalam rangka
menyempurnakan
penerimaan negara,
penatausahaan
dan
pertanggungjawaban
menerapkan Sistem Penerimaan Negara secara
elektronik dengan memanfaatkan sistem teknologi informasi. Sistem ini berbasis electronic billing system yaitu sistem yang memfasilitasi penerbitan kode billing dalam rangka pembayaran atau penyetoran penerimaan negara
secara elektronik. Melalui sistem ini Wajib
Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor melakukan perekaman data setoran untuk mendapatkan kode billing dan tidak lagi membuat Surat Setoran(SSP, SSPCP, SSBP, SSPB) secara manual. Dalam rangka identifikasi penerbit Kode Billing dalam MPN-G2, diatur penggunaan digit pertama Kode Billing sebagai pembeda penerbit Kode Bililing. Contoh Format Kode Billing:XYYYYYYYYYYYYYY = 15 digit Tabel 4. 1. Contoh Format Kode Billing
Distribusi X
Jenis Penerimaan
Contoh Kode Billing
0,1,2,3
Pajak
054586235891452 184521254623589 278954256325164 358946125789425
4,5,6
Bea Ekspor/Impor & Cukai
489154623154325 512354869751254 699999999921532
7,8,9
PNBP dan Non Anggaran
753256894251325 852364512879521 935612345668125
B. TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBUATAN KODE BILLING
1. Billing Direktorat Jenderal Anggaran (PNBP dan Non Anggaran) Dalam sistem MPN G-2, pengisian dan penggunaan form SSBP, dilakukan secara elektronik melalui
www.simponi.kemenkeu.go.id.
Berikut petunjuk teknis penggunaan sistem MPN G-2 dalam rangka pembayaran setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), mulai dari registrasi (pendaftaran), pembuatan billing (create billing), dan pembayaran (payment).
Pendafaran dan Pembuatan Biling PNBP
SISTEM INFORMASI PNBP ONLINE [dahulu form SSBP & SSPB]
Integritas
Profesionalisme
Sinergi
Pelayanan
Kesempurnaan
Gambar 4. 1. Pendaftaran dan Pembuatan Billing PNBP
BILLING MIGAS
BILLING BUMN
BILLING PNBP BILLING SDA NON MIGAS BILLING NON ANGGARAN
BILLING K/L
Setoran Sisa UP/TUP Setoran Pengembalian Belanja Setoran Pengembalian Sisa Hibah Langsung Tunai
Setoran PFK Daerah Integritas
Profesionalisme
Sinergi
Pelayanan
Kesempurnaan
Gambar 4. 2. Menu tipe billing
19
a. Registrasi (pendaftaran) Masuk
ke
portal
billing
PNBP
di
alamat
www.simponi.kemenkeu.go.idtersebut di atas, dan apabila berhasil masuk ke portal Pajak tersebut, maka di layar monitor akan muncul tampilan sebagai berikut:
Gambar 4. 3. Halaman Login Aplikasi Simponi Setelah muncul tampilan sebagaimana gambar di atas, maka klik tombol „Daftar‟ untuk memulai prosedur pendaftaran pada sistem billing PNBP. Apabila berhasil akan muncul tampilan sebagai berikut :
Gambar 4. 4. Halaman Login Aplikasi Simponi (2) Klik tombol „Daftar Pengguna‟ dan tampilan akan berubah menjadi sebagai berikut:
20
Gambar 4. 5. Halaman Pendaftaran Aplikasi Simponi Tampilan sebetulnya sedikit panjang (kira-kira 3 layar), dan gambar tersebut di atas adalah tampilan untuk layar depan. Form tersebut harus diisi sesuai dengan kondisi dan identitas Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor. Untuk pilihan Tipe Pengguna, dipilih sesuai
kebutuhan,
namun
apabila
ingin
dipilih
semua
juga
diperbolehkan.Untuk form yang data tanda bintang merah (*) itu bersifat mandatory, yang artinya harus diisi (tidak boleh kosong). Apabila Anda sudah mengisi sampai dengan isian terakhir maka di form tersebut terlihat tombol „Daftar‟ dan tombol „Batal‟, sebagaimana terlihat pada gambar di bawah. Data terakhir yang perlu diisikan adalah Data Akun. Untuk perhatian, Data Akun (username dan password) agar diingat untuk digunakan pada saat pembuatan/create billing. Dan apabila pengisian dirasa benar, maka tekan tombol „Daftar‟ untuk melanjutkan proses pendaftaran.
Gambar 4. 6. Halaman Pendaftaran Aplikasi Simponi (2)
21
Apabila
pendaftaran
berhasil,
maka
akan
muncul
notifikasi
sebagaimana gambar di bawah ini, kemudian klik tombol „Ok‟.
Gambar 4. 7. Halaman Notifikasi Pendaftaran pada Aplikasi Simponi Dan segera lakukan aktivasi melalui link yang diberikan sistem melalui e-mail Anda, yaitu dengan cara klik alamat yang bertulis warna biru sebagaimana gambar di bawah. Apabila Anda tidak dapat menemukan e-mail aktivasi pada kotak masuk (inbox), maka cari di folder „SPAM‟ sehingga muncul pesan seperti berikut:
Gambar 4. 8. E-mail aktivasi
22
b. Pembuatan billing (create billing) Kembali ke portalbilling PNBP, seperti pada awal ketika Anda akan melakukan pendaftaran, namun sekarang Anda tidak lagi klik tombol „Daftar‟ melainkan langsung memasukkan username dan password yang pernah dibuat pada waktu pendaftaran, pada isian yang bertanda lingkaran merah, lalu klik tombol „Masuk‟.
Gambar 4. 9. Halaman Login Aplikasi Simponi Setelah password
proses
diterima
beberapa oleh
sistem
saat,
apabila
billing,
maka
username
dan
sistem
akan
menampilkan tayangan sebagaimana gambar di bawah ini, dengan identitas Anda terlihat di bagian kanan atas tayangan. Dan di bawah identitas Anda terdapat 4 (empat) tombol warna hijau, yaitu tombol Beranda, Billing, Manajemen User, dan Manajemen Report.
Gambar 4. 10. Halaman dashboard Aplikasi Simponi Dan untuk membuat billing, pilih tombol „Billing‟ seperti terlihat pada gambar di atas, yang menu akan berubah seperti gambar di
23
bawah ini. Pilih menu sesuai dengan kebutuhan Anda, apakah menu Kementerian/Lembaga, SDA Non Migas, dan Menu Non Anggaran.
Gambar 4. 11. Halaman dashboard Aplikasi Simponi (2) Misal dari tayangan di atas Anda memilih menu Non Anggaran, klik tombol tersebut dan layar akan menampilkan tayangan seperti gambar di bawah, dengan menu berubah menjadi hanya terdapat 2 (dua) tombol hijau. Dan untuk membuat billing pilih tombol Pembuatan Billing (K/L).
Gambar 4. 12. Halaman dashboard Aplikasi Simponi (3) Tombol pembuatan billing tersebut akan menampilkan form isian sebagaimana gambar berikut:
24
Kelompok PNBP
Gambar 4. 13. Halaman Pembuatan Billing pada Aplikasi Simponi
Gambar 4. 14. Halaman Pembuatan Billing pada Aplikasi Simponi (2) Gambar tertampil melebihi satu layar, sehingga tombol „Simpan‟ terlihat di layar bagian bawah (harus di-scroll down). Isilah form isian billing tersebut di atas, sesuai dengan kebutuhan pembayaran kewajiban Anda, dan apabila selesai klik tombol „Simpan‟. Untuk Contoh, pada kelompok PNBP pilihlah kelompok „Umum‟. Apabila data berhasil tersimpan maka akan muncul sebagaimana gambar di bawah ini, lalu klik „Ok‟.
Gambar 4. 15. Notifikasi Pembuatan Billing pada Aplikasi Simponi
25
Kemudian klik tombol „Cetak‟ dan akan muncul seperti gambar di bawah.
Gambar 4. 16. Notifikasi Pembuatan Billing pada Aplikasi Simponi Kode billing (tanda lingkaran merah) itulah yang akan menjadi kunci
pembayaran
ke
Bank/Pos
Persepsi.
Setelah
Anda
mendapatkan kode billing, maka tahap pembuatan billing telah selesai dan siap masuk ke tahap selanjutnya, yaitu tahap pembayaran.
2. Billing Direktorat Jenderal Pajak Pembuatan Kode Billing dengan menginput setoran pajak pada laman http://sse.pajak.go.id dengan menggunakan identitas pengguna (user id) dan Personal Identification Number (PIN) yang telah diberikan. Kode Billing berlaku aktif dalam waktu 48 (empat puluh delapan) jam sejak diterbitkan dan setelah itu secara otomatis terhapus dari sistem dan tidak dapat dipergunakan lagi, apabila telah kadaluwarsa Wajib Pajak dapat membuat kembali Kode Billing yang baru. Proses Pendataran
Untuk mendapatkan: – Identitas pengguna (user id) – Personal Identification Number (PIN)
Masuk ke website Biling Pajak http://sse.pajak.go.id Klik “Daftar Baru”
Integritas
Profesionalisme
Sinergi
Pelayanan
Kesempurnaan
Gambar 4. 17. Proses pendaftaran (1)
26
Proses Pendataran #2
mengisi NPWP memasukkan e-mail yang aktif untuk menerima notifikasi pendaftaran Memasukkan User ID yang diinginkan Klik “Register” Klik “OK”untuk menyimpan
Integritas
Profesionalisme
Sinergi
Pelayanan
Kesempurnaan
Gambar 4. 18. Proses pendaftaran (2) Proses Pendataran #3
Muncul informasi “Data berhasil di simpan” Klik “link aktivasi akun” dan PIN yang dikirimkan ke email
atau
Integritas
Profesionalisme
Sinergi
Pelayanan
Kesempurnaan
Gambar 4. 19. Proses pendaftaran (3)
Proses Pembuatan Kode Billing
memilih jenis pajak; jenis setoran; masa pajak mengisi jumlah setoran klik “simpan”
.
Integritas
Profesionalisme
Sinergi
Pelayanan
Kesempurnaan
Gambar 4. 20. Proses pembuatan kode billing Proses Pembuatan Kode Biling #2
Klik “Terbitkan Kode Billing”
Integritas
Profesionalisme
Sinergi
Pelayanan
Kesempurnaan
Gambar 4. 21. Proses pembuatan kode billing (2) 27
Proses Pembuatan Kode Biling #3
Integritas
Profesionalisme
Sinergi
Pelayanan
Kesempurnaan
Gambar 4. 22. Proses pembuatan kode billing (3) Pencetakan Kode/Id Biling
Integritas
Profesionalisme
Sinergi
Pelayanan
Kesempurnaan
Gambar 4. 23. Pencetakan kode billing
Pembuatan Kode Biling Oleh Bendahara Instansi
UNTUK TAGIHAN PIHAK KETIGA
Integritas
Profesionalisme
Sinergi
Pelayanan
Kesempurnaan
Gambar 4. 24. Pembuatan kode billing oleh Bendahara Instansi (1)
28
Gambar 4. 25. Pembuatan kode billing oleh Bendahara Instansi (2) hapus NPWP Bendahara
Integritas
Profesionalisme
Sinergi
Pelayanan
Kesempurnaan
Gambar 4. 26. Pembuatan kode billing oleh Bendahara Instansi (3) Input NPWP Pihak Ketiga (dhi NPWP Badan)
Integritas
Profesionalisme
Sinergi
Pelayanan
Kesempurnaan
Gambar 4. 27. Pembuatan kode billing oleh Bendahara Instansi (4)
29
Gambar 4. 28. Pembuatan kode billing oleh Bendahara Instansi (5) Penerbitan Kode Biling
Integritas
Profesionalisme
Sinergi
Pelayanan
Kesempurnaan
Gambar 4. 29. Pembuatan kode billing oleh Bendahara Instansi (2) 3. Billing Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kode BillingDJBC dapat diperoleh dengan 2 (dua) cara yaitu melalui: a. Aplikasi billing di CEISA, pengguna jasa datang ke KPPBC untuk meminta kode billing atas tagihan yang dimiliki; b. Portal Pengguna Jasa http://customer.beacukai.go.id, pengguna jasa yang telah memiliki user portal dapat melakukan monitoring status billing yang dimiliki dan bahkan dapat membuat kode billing (atas dokumen tertentu).
30
Prosedur/mekanisme untuk mendapatkan Kode Billing DJBC sebagaimana bagan alur berikut ini: PIB– PDE/Media Elektronik Alur Pembayaran SESUDAH Berlakunya Billing
Data PIB Belum Disampaikan
Data PIB
2
4
Kode Billing
KPPBC -Validasi -Penjaluran
5
SPPB/SPJM/SPJK
PENGGUNA JASA
BPN
3
-
BANK/POS Teller ATM Internet Banking
1 Create Billing Kode Billing Browse Billing
SISTEM BILLING DJBC Via Portal Settlement (Ditjen Perbendaharaan) : - Menerima Data Billing dari DJBC - Mengirimkan data pelunasan atas billing dari bank/pos ke DJBC 1
1037-0253/tskih-mpn/011215
http://www.beacukai.go.id
Gambar 4. 30. Prosedur mendapatkan kode billing DJBC (1) PIB– PDE/Media Elektronik Alur Pembayaran SESUDAH Berlakunya Billing
Data PIB Sudah Disampaikan Terlebih Dahulu
Data PIB
3
1
Kode Billing
KPPBC -Validasi -Penjaluran
PENGGUNA JASA
5
SPPB/SPJM/SPJK
BPN
2 -
Create Billing Kode Billing Browse Billing
4
BANK/POS Teller ATM Internet Banking
SISTEM BILLING DJBC Via Portal Settlement (Ditjen Perbendaharaan) : - Menerima Data Billing dari DJBC - Mengirimkan data pelunasan atas billing dari bank/pos ke DJBC 1037-0253/tskih-mpn/011215
92
http://www.beacukai.go.id
Gambar 4. 31. Prosedur mendapatkan kode billing DJBC (2) Berikut ini contoh Kode Billing DJBC:
Gambar 4. 32. Contoh kode billing DJBC 31
4. Tata Cara Penyetoran (Payment) WP/WB/WS menyetorkan Penerimaan Negara ke Bank/Pos Persepsi menggunakan Kode Billing.Kode Billing diterbitkan oleh sistem Penerimaan Negara (dhi. Sistem Billing DJA/DJP/DJBC). Kode Billing diperoleh dengan cara WP/WB/WS melakukan perekaman data ke sistem Penerimaan Negara dan sekaligus bertanggungjawab atas kelengkapan dan kebenaran data, atau diterbitkan oleh pejabat yang berwenang di DJA/DJP/DJBC sekaligus bertanggungjawab atas kelengkapan dan kebenaran data. Setelah
mendapatkan
kode
billing
/id-billing,
pembayaran/penyetoran dapat dilakukan di bank/pos persepsi yang sudah menerapkan sistem MPN G-2. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, kanal yang dapat digunakan bisa berupa teller (over the counter), ATM, internet-banking, dan EDC. Semuanya diproses hanya dengan memasukan kode billing (id-billing) dimaksud, yang terdiri dari 15 digit. Hingga saat ini Bank/Pos persepsi yang telah ditetapkan sebagai Bank/Pos Persepsi yang melaksanakan Sistem Penerimaan Negara secara elektronik sebanyak 58 (lima puluh delapan) bank persepsi dan 1 (satu) Pos Persepsi. Berikut ini Daftar Bank/Pos Persepsi MPN G-2 beserta kanal layanan masing-masing: Tabel 4. 2. Progress Implementasi Sistem MPN G-2 Pada Bank/Pos Persepsi
No
Teller
ATM
IB
EDC
1
PT BRI
Bank/Pos Persepsi
√
√
√
√
2
PT BNI
√
√
√
√
3
PT Bank Mandiri
√
√
√
√
4
PT Bank CIMB Niaga
√
-
√
-
5
PT Pos Indonesia
√
-
-
-
6
BPD Sumsel Babel
√
-
-
-
7
Citibank, N.A
√
-
-
-
8
BPD Jabar Banten
√
√
-
-
9
Bank Central Asia
√
√
√
-
10
PT. BII, Tbk
√
-
-
-
11
Bank Of Tokyo
√
-
-
-
12
BPD Kalsel
√
-
-
-
13
BPD Riau Kepri
√
-
-
-
14
Bank Nusantara Parahyangan
√
-
-
-
15
Bank BNI Syariah
√
√
-
-
16
BPD Lampung
√
-
-
-
17
BPD Sumatera Barat
√
√
-
-
18
BPD Sumatera Utara
√
-
-
-
19
BPD Sulawesi Utara
√
√
-
-
20
PT Bank Panin, Tbk
√
-
-
-
21
PT Bank HSBC
√
-
√
-
22
BPD NTT
√
-
-
-
32
No
Teller
ATM
IB
MB
EDC
23
BPD Jawa Timur
Bank/Pos Persepsi
√
√
-
-
-
24
Deutsche Bank
√
-
-
-
-
25
Bank DBS
√
-
-
-
-
26
PT Bank Permata
√
-
√
-
-
27
Bank BTN
√
-
-
-
-
28
Bank Mizuho
√
-
-
-
-
29
BPD Bali
√
-
√
√
-
30
PT Bank UOB Indonesia
√
-
-
-
-
31
PT Bank Aceh
√
-
-
-
-
32
Ekonomi Raharja
√
-
-
-
-
33
BPD Kaltim
√
√
-
-
-
34
BPD Bengkulu
√
-
-
-
-
35
Bank Danamon
√
√
36
Bank Syariah Mandiri
√
-
-
-
-
37
NTB
√
-
-
-
-
38
Sumitomo
√
-
-
-
-
39
Artha Graha
√
-
-
-
-
40
Bank DKI
√
-
-
-
-
41
Bank ANZ Indonesia
√
-
-
-
-
42
BPD Sulselbar
√
-
43
BPD DIY
√
√
-
-
-
No
Teller
ATM
IB
MB
EDC
44
Standard Chartered Bank
Bank/Pos Persepsi
√
-
√
-
-
45
Bank Of America
√
-
-
-
-
46
PT Bank KEB Hana Indonesia
√
-
-
-
-
47
PT Bank Sulawesi Tengah
√
-
-
-
-
48
PT Bank Sinarmas, Tbk
√
√
√
-
-
49
PT BPD Kalteng
√
√
-
-
-
50
PT Bank Rabobank Int. Ind.
√
-
-
-
-
51
Bank Metro Express
√
-
-
-
-
52
PT Bank ICBC Indonesia
√
√
√
-
-
53
PT Bank OCBC NISP
√
√
√
√
-
54
JP Morgan Chase Bank, N.A.
√
-
-
-
-
55
PT BPD Kalbar
√
√
-
-
-
56
PT Bank Maluku
√
√
-
-
-
57
PT BPD Jateng
√
58
PT BPD Papua
√
59
PT Bank Maspion
√
Keterangan: Jumlah Bank Persepsi akan terus bertambah seiring bertambahnya jumlah bank yang lulus User Acceptance Test (UAT)
Secara garis besar mekanisme pembayaran setoran penerimaan Negara dengan menggunakan sistem MPN G-2, dapat digambarkan sebagai berikut:
33
GAMBARAN UMUM LAYANAN SISTEM MPN G-2 BANK/POS PERSEPSI
8 BPN
WP/WB/WS
Biller DJP
1 Registrasi
sse.pajak.go.id
Biller DJBC Official Assessment
3 Create billing 5 Setor
Biller DJA
4 Kode Billing
9 Pelimpahan
www.simponi.kemenkeu.go.id
MPN G2 Monitor
6 Inquiry/Payment
10 e-LHP, eDNP, RK Rekonsiliasi
2 User/Password
4a Notifikasi Biiling Data Pembayaran
7 Generate NTPN
7a Notifikasi NTPN
BANK INDONESIA
7b. NTPN scr Batch
Khusus Penerimaan SPAN
11 BIG-eB
Integritas
Profesionalisme
Sinergi
Pelayanan
Kesempurnaan
Gambar 4. 33. Gambaran umum layanan Sistem MPN G-2
Sistem Aplikasi MPN G2 pada Bank/Pos Persepsi akan menerbikan Bukti Penerimaan Negara (BPN) setelah kode billing dilakukan proses pembayaran. Berikut ini beberapa contoh Bukti Penerimaan Negara:
Gambar 4. 34. Contoh BPN Penerimaan Pajak
34
Gambar 4. 35. Contoh BPN Penerimaan Negara Bukan Pajak
Gambar 4. 36. Contoh BPN Penerimaan Bea dan Cukai
C. PENATAUSAHAAN
PENERIMAAN
NEGARA
PADA
SISTEM
PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK (MPN G-2) Dalam rangka penyempurnaan sistem penerimaan negara, telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.05/2014 Tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik. PMK ini merupakan payung hukum implementasi Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik
35
melalui Modul Penerimaan Negara Generasi Kedua (MPN-G2). Melalui MPN-G2 diharapkan dapat meningkatkan akurasi dan akuntabilitas data penerimaan negara. Beberapa kondisi yang mempengaruhi tingkat akurasi dan akuntabilitas data penerimaan negara pada implementasi MPN-G1, diantaranya masih adanya data transaksi dalam kategori reversal, tidak diakui, partial match, MPN unmatch danLKP unmatch, sedangkan pada implementasi MPN-G2 data-data dimaksud sudah tidak ada lagi. Guna menjaga akuntabilitas dan memberikan fleksibilitas layanan setoran penerimaan negara maka setiap bank/pos yang ditunjuk sebagai Bank/Pos Persepsi harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan telah lulus UAT yang dilakukan oleh Bendahara Umum Negara. Pelaksanaan
UAT
tersebut
berpedoman
pada
Peraturan
Dirjen
Perbendaharaan Nomor PER-43/PB/2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan User Acceptance Test (UAT) Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik. Bank/Pos Persepsi yang telah ditetapkan sebagai Bank/Pos Persepsi yang melaksanakan Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik (MPN G-2) dan menandatangani Perjanjian Kerjasama maka seluruh kantor cabang, loket/unit layanan wajib dapat melayani setoran penerimaan negara melalui MPN G-2 tanpa harus diberikan ijin oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan/KPPN daerah. Bank/Pos persepsi MPN G-2 bermitra dengan
KPPN
Khusus
Penerimaan.
Selanjutnya
KPPN
Khusus
Penerimaan membuka 1 (satu) Rekening Rupiah (IDR) pada Bank/Pos Persepsi pada salah satu cabang yang ditunjuk sebagai koordinator, dan 1 (satu) Rekening USD apabila bank tersebut telah ditetapkan sebagai Bank Persepsi Mata Uang Asing. Saat ini terdapat 3 (tiga) Bank Persepsi Mata Uang Asing yaitu PT BNI, PT Bank Mandiri dan PT BRI. Selain rekening persepsi, KPPN Khusus Penerimaan juga membuka 1 (satu) Rekening Sub RKUN Rupiah (IDR) pada Bank Indonesia dan 1 (satu) Rekening RKUN USD. Berikut ini Struktur Rekening Penerimaan pada Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik (MPN G-2):
36
Struktur Rekening Penerimaan Negara Dalam Sistem MPN-G2 – IDR dan USD Tempat Rekening Dibuka
Bank Indonesia
Pengelola Rekening
Rekening
RKUN 502.000000.980
RKUN DIT. PKN (USD) 600.502411.980
Kantor Pusat DJPBN
SUB RKUN DIT. PKN 500.000005.980 Kantor Pusat Bank/Pos (koordinator)
Integritas
Rek Persepsi Bank A
Profesionalisme
Rek Persepsi Bank B
Sinergi
Rek Persepsi Mata Uang Asing (USD) (BNI, Mandiri, BRI)
Pelayanan
KP DJPBN + 82 rekening
Kesempurnaan
Gambar 4. 37. Struktur Rekening Penerimaan Negara dalam Sistem MPN G-2 IDR dan USD
1. Penatausahaan Penerimaan Negara Pada Bank/Pos Persepsi a. Transaksi melalui loket/teller (over the counter): 1) Bank/Pos Persepsi meng-input Kode Billing; 2) Bank/Pos Persepsi melakukan konfirmasi kebenaran data setoran kepada WP/WB/WS; 3) Bank/Pos Persepsi mencetak dan memberikan BPN yang ditera NTB/NTP dan NTPN kepada Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor. b. Transaksi melalui ATM/e-banking/EDC, Bank/Pos Persepsi: 1) Menampilkan detil transaksi pembayaran berdasarkan Kode Billing pada Sistem Elektronik (ATM/e-banking/EDC); 2) Meminta konfirmasi kebenaran data setoran kepada WP/WB/WS; 3) Mencetak/memberikan BPN yang ditera NTB/NTP dan NTPN dalam bentuk struk dan/atau Dokumen Elektronik; 4) Menyediakan layanan pencetakan ulang BPN. c. Bank/Pos Persepsi mengkreditkan setiap transaksi Penerimaan Negara ke rekening kas negara. d. Transaksi Penerimaan Negara yang telah diterbitkan BPN, tidak dapat dibatalkan.
37
e. BPN yang diterbitkan belum ditera NTPN, Bank/Pos Persepsi memberikan/memberitahukan NTPN kepada WP/WB/WS, paling lambat satu hari kerja berikutnya setelah memperoleh NTPN dari Sistem Settlement. f. Pembayaran yang dilakukan oleh WP/WB/WS diakui pada saat tanggal bayar yang tertera pada BPN
2. Penatausahaan Penerimaan Negara Pada Sistem Settlement a. Berdasarkan
Kode
Billing,
Sistem
Settlement
memberikan
konfirmasi atas permintaan pembayaran yang disampaikan oleh Bank/Pos Persepsi; b. Setelah
Sistem
Settlement
memberikan
konfirmasi,
Sistem
Settlement menerbitkan NTPN; c. NTPN disampaikan kepada Biller secara real time; d. Penyampaian
NTPN
merupakan
notifikasi
atas
diterimanya
pembayaran di rekening kas negara.
3. Penatausahaan
Penerimaan
Negara
Pada
KPPN
Khusus
Penerimaan Penatausahaan data Penerimaan Negara yang dilakukan oleh KPPN Khusus Penerimaan : a. Pencatatan atas transaksi Penerimaan Negara; b. Penelitian atas ketepatan jumlah uang yang dilimpahkan ke sub Rekening KUN penerimaan; c. Pencatatan
atas
transaksi
pelimpahan
Penerimaan
Negara
berdasarkan nota debet yang disampaikan oleh Bank/Pos Persepsi dan nota kredit dari Bank Indonesia; d. Penyampaian NTPN yang diperoleh dari Sistem Settlement kepada Bank/Pos Persepsi dalam hal terdapat penerbitan BPN tanpa teraan NTPN.
38
D. REKONSILIASI,
KOREKSI
TRANSAKSI
DAN
PENGEMBALIAN
PENERIMAAN NEGARA 1. Rekonsiliasi Rekonsiliasi pada Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik dilaksanakan sebagai berikut: a. Rekonsiliasi Transaksi yaitu proses membandingkan data setoran penerimaan
negara
penerimaan negara
pada
Bank/Pos
Persepsi
dengan
data
yang tercatat pada Sistem Settlement pada
hari berkenaan; b. Rekonsiliasi Kas yaitu proses membandingkan jumlah uang yang dilimpahkan oleh Bank/Pos Persepsi ke Rekening Sub RKUN dengan kewajiban pelimpahan Bank/Pos Persepsi berdasarkan data transaksi penerimaan negara pada hari berkenaan. 2. Koreksi Transaksi Penerimaan Negara Permohonan koreksi atas transaksi penerimaan negara yang telah mendapatkan NTPN dan disetor ke Kas Negara oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor dapat diajukan kepada masing-masing Biller. Sedangkan permohonan koreksi atas transaksi Penerimaan Negara
Bukan
Pajak
dan
Penerimaan
Non
Anggaran
dapat
disampaikan melalui instansi pemerintah pemilik tagihan.
3. Pengembalian Penerimaan Negara Permohonan
pengembalian
atas
kelebihan/kesalahan
penyetoran/pembayaran penerimaan negara oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor diajukan kepada Biller atau instansi pemerintah pemilik tagihan. Tata cara pengembalian atas kelebihan/kesalahan penyetoran
penerimaan
perundang-undangan
negara
yang
berpedoman
mengatur
pada
mengenai
peraturan mekanisme
pengembalian penerimaan negara.
E. KEWAJIBAN, HAK, LARANGAN DAN SANKSI BAGI BANK/POS PERSEPSI Bank/Pos Persepsi yang telah ditunjuk sebagai Bank/Pos Persepsi yang melaksanakan Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik 39
menandatangani
Perjanjian Kerjasama, yang didalamnya antara lain
memuat klausul
tentang kewajiban, hak, larangan dan sanksi bagi
Bank/Pos Persepsi yang bersangkutan. 1. Kewajiban Bank/Pos Persepsi a. Menyediakan dan memelihara sistem TI yang terhubung dengan sistem settlement; b. Membuka loket Penerimaan Negara di semua cabang; c. Menerima
seluruh
setoran
Penerimaan
Negara
baik
dari
nasabah/bukan nasabah; d. Menerima seluruh setoran Penerimaan Negara tanpa melihat nilai nominal setoran; e. Melakukan input kode billing ke dalam sistem aplikasi MPN G2; f. Mengkredit setiap setoran Penerimaan Negara
ke Rekening
Penerimaan Negara Terpusat secara real time sebelum memperoleh NTPN; g. Menerbitkan BPN/BPN Sementara atas setiap setoran yang diterima dan menyampaikannya kepada wajib pajak/wajib bayar/wajib setor; h. Melimpahkan Penerimaan Negara yang diterima setelah pukul 15.00 waktu setempat hari kerja sebelumnya sampai dengan pukul 15.00 waktu setempat hari kerja berkenaan ke rekening SUBRKUN Direktorat PKN pada Bank Indonesia dan selambat-lambatnya telah diterima pada pukul 16.30 WIB; i. Menyampaikan LHP Elektronik, DNP Elektronik dan Rekening Koran Elektronik kepada KPPN Khusus Penerimaan paling lambat pukul 09.00 WIB pada hari kerja berikutnya; j. Melakukan rekonsiliasi data transaksi dan rekonsiliasi kas dengan KPPN Khusus Penerimaan; k. Menindaklanjuti data CA Only dan Settlement Only; l. Melimpahkan dana penerimaan negara atas data transaksi CA Only dan Settlement Only ke Rekening Kas Negara pada Bank Indonesia; m. Menyediakan
fasilitas
pencetakan
BPN
ulang
di
seluruh
cabang/cabang pembantu/unit layanan lainnya.
40
2. Hak Bank/Pos Persepsi a. Mendapatkan akses interkoneksi dengan sistem settlement; b. Mengajukan tagihan imbalan jasa pelayanan perbankan sehubungan dengan pelaksanaan layanan Penerimaan Negara secara elektronik sesuai ketentuan yang berlaku; c. Meminta kembali kelebihan atas pelimpahan Penerimaan Negara atau melakukan kompensasi pelimpahan sesuai ketentuan yang berlaku; d. Mengajukan keberatan atas sanksi denda yang ditetapkan.
3. Larangan Bagi Bank/Pos Persepsi a. Menutup loket Penerimaan Negara pada jam buka loket; b. Menolak setoran Penerimaan Negara dari Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor yang nasabah/bukan nasabah; c. Memungut biaya kepada Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor atas jasa pelayanan perbankan yang diberikan; d. Melakukan pembatalan transaksi dengan tujuan perubahan data Penerimaan Negara dalam LHP Elektronik yang disampaikan kepada KPPN Khusus Penerimaan; e. Membatalkan/mengembalikan setoran Penerimaan Negara yang telah mendapatkan NTPN dan tercatat pada Rekening Penerimaan Negara Terpusat secara sepihak; f. Mengkreditkan Penerimaan Negara sebelum memperoleh NTPN pada rekening selain Rekening Penerimaan Negara Terpusat. 4. Sanksi Bagi Bank/Pos Persepsi a. Terlambat melimpahkan Penerimaan Negara dikenakan sanksi denda 1‰ satu per seribu per hari; b. Tidak membuka loket Penerimaan Negara pada waktu yang ditetapkan dikenakan sanksi denda 5% dari jumlah imbalan jasa; c. Menolak setoran Penerimaan Negara dari Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor yang nasabah/bukan nasabah dikenakan sanksi denda 5% dari jumlah imbalan jasa; d. Mengenakan biaya kepada Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor dikenakan sanksi denda 300% dari jumlah biaya yang dipungut.
41
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Pengelolaan keuangan negara menjadi hal penting sebagai upaya mewujudkan
akuntabilitas
atas
penerimaan
dan
pengeluaran
negara.Penerimaan Negara merupakan sumber pendapatan negara dalam rangka membiayai program-program pembangunan.Oleh karena itu, penatausahaan penerimaan negara harus dilaksanakan dengan baik serta memberi kemudahan bagi para penyetor.Perkembangan penatausahaan penerimaan Negara yang signifikan dengan diperkenalkannyaModul Penerimaan Negara Generasi 1 (MPN G1) dengan adanya kode unik yaitu NTPN pada setiap transaksi penerimaan negara yang kemudian mengalami perkembangan menjadi Modul Penerimaan Negara Generasi II (MPN G2).MPN G2 menekankan pada konsep paper less yaitu menggunakan electronic billing (e-billing) dimana Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor mengisi SSP/SSBP/SSPCP secara elektronik melalui internet pada masing-masing portal sistem billing.
B. SARAN Perkembangan
penatausahaan
penerimaan
negara
senantiasa
mengalami perubahan dengan semakin meningkatnya kemudahan dengan melakukan transaksi secara elektronik.Diharapkan kepada para penyuluh perbendaharaan untuk senantiasa menambah pengetahuan dengan mengikuti perkembangan peraturan atau ketentuan terkait penatausahaan penerimaan negara.
42
DAFTAR PUSTAKA 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 4. Undang-Undang
Nomor
15
Tahun
2004
tentang
Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Penggunaan PNBP yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu. 7. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan Realisasi PNBP. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. 10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.06/2006 tentang Modul Penerimaan Negara. 11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar. 12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara. 13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara secara Elektronik. 14. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban APBN. 15. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-78/PB/2006 tentang Penatausahaan Penerimaan Negara Melalui Modul Penerimaan Negara (MPN). 16. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-53/PB/2012 tentang Petunjuk Teknis Pengembalian Penerimaan Negara Pada Tahun Anggaran Berjalan Melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
43
17. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-02/PB/2007 tentang Pedoman Penatausahaan dan Akuntansi Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak. 18. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-69/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembalian Penerimaan Negara Atas Beban Sisa Lebih Perhitungan Anggaran. 19. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-85/PB/2011 tentang Penatausahaan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak Pada Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga.
44
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1. Contoh Format Kode Billing ............................................................. 18 Tabel 4. 2. Progress Implementasi Sistem MPN G-2 Pada Bank/Pos Persepsi. 32
45
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1. Time Line Sistem Penerimaan Negara ..................................... 9 Gambar 3. 2. Diagram Prosedur MPN Generasi I (MPN G-1) ...................... 15 Gambar 4. 1. Pendaftaran dan Pembuatan Billing PNBP ............................. 19 Gambar 4. 2. Menu tipe billing ...................................................................... 19 Gambar 4. 3. Halaman Login Aplikasi Simponi ............................................. 20 Gambar 4. 4. Halaman Login Aplikasi Simponi (2) ....................................... 20 Gambar 4. 5. Halaman Pendaftaran Aplikasi Simponi .................................. 21 Gambar 4. 6. Halaman Pendaftaran Aplikasi Simponi (2) ............................. 21 Gambar 4. 7. Halaman Notifikasi Pendaftaran pada Aplikasi Simponi.......... 22 Gambar 4. 8. E-mail aktivasi ......................................................................... 22 Gambar 4. 9. Halaman Login Aplikasi Simponi ............................................. 23 Gambar 4. 10. Halaman dashboard Aplikasi Simponi................................... 23 Gambar 4. 11. Halaman dashboard Aplikasi Simponi (2) ............................. 24 Gambar 4. 12. Halaman dashboard Aplikasi Simponi (3) ............................. 24 Gambar 4. 13. Halaman Pembuatan Billing pada Aplikasi Simponi .............. 25 Gambar 4. 14. Halaman Pembuatan Billing pada Aplikasi Simponi (2) ........ 25 Gambar 4. 15. Notifikasi Pembuatan Billing pada Aplikasi Simponi.............. 25 Gambar 4. 16. Notifikasi Pembuatan Billing pada Aplikasi Simponi.............. 26 Gambar 4. 17. Proses pendaftaran (1) ......................................................... 26 Gambar 4. 18. Proses pendaftaran (2) ......................................................... 27 Gambar 4. 19. Proses pendaftaran (3) ......................................................... 27 Gambar 4. 20. Proses pembuatan kode billing ............................................. 27 Gambar 4. 21. Proses pembuatan kode billing (2) ........................................ 27 Gambar 4. 22. Proses pembuatan kode billing (3) ........................................ 28 Gambar 4. 23. Pencetakan kode billing ........................................................ 28 Gambar 4. 24. Pembuatan kode billing oleh Bendahara Instansi (1) ............ 28 Gambar 4. 25. Pembuatan kode billing oleh Bendahara Instansi (2) ............ 29 Gambar 4. 26. Pembuatan kode billing oleh Bendahara Instansi (3) ............ 29 Gambar 4. 27. Pembuatan kode billing oleh Bendahara Instansi (4) ............ 29 Gambar 4. 28. Pembuatan kode billing oleh Bendahara Instansi (5) ............ 30 Gambar 4. 29. Pembuatan kode billing oleh Bendahara Instansi (2) ............ 30 Gambar 4. 30. Prosedur mendapatkan kode billing DJBC (1) ...................... 31 46
Gambar 4. 31. Prosedur mendapatkan kode billing DJBC (2) ...................... 31 Gambar 4. 32. Contoh kode billing DJBC ..................................................... 31 Gambar 4. 33. Gambaran umum layanan Sistem MPN G-2 ......................... 34 Gambar 4. 34. Contoh BPN Penerimaan Pajak ............................................ 34 Gambar 4. 35. Contoh BPN Penerimaan Negara Bukan Pajak .................... 35 Gambar 4. 36. Contoh BPN Penerimaan Bea dan Cukai ............................. 35 Gambar 4. 37. Struktur Rekening Penerimaan Negara dalam Sistem MPN G-2 IDR dan USD ................................................... 37
47
SOAL LATIHAN
A. Soal Pilihan Ganda Pilihlah satu jawaban yang benar (x): 1. Berikut ini merupakan konfigurasi Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik (MPN G2): a. Biller---Settlement ---Collecting Agent b. Biller---Settlement ---SPAN c. Biller---SPAN--- Collecting Agent d. Settlement ---SPAN---Collecting Agent e. a, b, c dan d salah
2. Dalam Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik (MPN G2) yang bertugas
untuk
meng-generate/menerbitkan
Nomor
Transaksi
Penerimaaan Negara (NTPN): a. Biller b. Settlement c. Collecting Agent d. SPAN e. a, b, c dan d salah
3. Berikut ini adalah NTPN yang diterbitkan oleh MPN G2: a. 67812458786945 b. 015070273410175 c. DC9B41PGMVR5MLLF d. DCBPBNFAGABCGERD e. a, b, c dan d salah
4. Berikut ini adalah Kode Billing Pajak: a. 67812458786945 b. 015070273410175 c. DC9B41PGMVR5MLLF d. DCBPBNFAGABCGERD e. a,b,c dan d salah
48
5. Transaksi penerimaan negara yang dilakukan setelah pukul 15.00 WST akan diberikan tanggal buku oleh Sistem MPN G2: a. Pada hari yang sama (hari berkenaan) b. Pada hari berikutnya c. Pada hari kerja berikutnya d. Pada hari berikutnya, meskipun hari berikutnya hari libur/yang diliburkan e. a, b, c dan d salah
6. Bank/Pos persepsi wajib melimpahkan seluruh transaksi penerimaan negara yang mendapatkan tanggal buku pada hari berkenaan: a. Pukul 15.00 WIB b. Pukul 15.30 WIB c. Pukul 16.00 WIB d. Pukul 16.30 WIB e. Pukul 16.30 WST
7. Berikut adalah alamat portal yang dalam registrasi dan pembuatan kode billing PNBP: a. www.sse.pajak.go.id b. www.simponi.kemenkeu.go.id c. www.kemenkeu.go.id d. www.simponi.go.id e. www.simponi.ac.id
8. Dalam rangka pelaporan penerimaan negara pada MPN G2, Bank/Pos Persepsi menyampaikan: a. LHP dan DNP b. Kode Billing c. LHP elektronik dan DNP elektronik d. Rekening Koran elektronik e. c dan d benar
49
9. Berikut ini adalah elemen data yang tidak tercantum pada Bukti Penerimaan Negara MPN G2: a. Tanggal Bayar dan Tanggal Buku b. NTPN c. NTB/NTP d. STAN e. Nomor Rekening 10. Berikut adalah perbedaan MPN G1 dan MPN G2 kecuali: a. Layanan setoran Penerimaan Negara melalui Loket Teller b. Layanan setoran Penerimaan Negara dapat melalui internet banking c. Layanan setoran Penerimaan Negara dapat melalui EDC d. Rekening Penerimaan Negara hanya dibuka pada salah satu cabang yang ditunjuk e. Akses layanan tidak terbatas tempat dan waktu (fleksibilitas). 11. Pernyataan terkait MPN G2 berikut benar, kecuali: a. Pada MPN G2, rekening penerimaan negara persepsi dibuka di seluruh cabang Bank/Pos Persepsi b. Bank/Pos Persepsi MPN G2 bermitra dengan KPPN Khusus Penerimaan c. Bank/Pos Persepsi MPN G2 melimpahkan penerimaan negara ke Sub RKUN pada Bank Indonesia Pusat d. Rekening Penerimaan Negara hanya dibuka pada salah satu cabang yang ditunjuk e. Pada MPN G2, penyetoran
penerimaan negara dapat dilakukan
oleh WP/WP/WS setelah pukul 15.00 WST 12. Kode Billing DJBC dapat diperoleh dengan 2 (dua) cara yaitu melalui: a. Aplikasi billing di CEISA, dan melalui Portal Pengguna Jasa http://customer.beacukai.go.id b. Aplikasi billing di CEISA, dan melalui Portal Pengguna Jasa www.simponi.kemenkeu.go.id c. Aplikasi billing di CEISA, dan melalui Portal Pengguna Jasa www.beacukai.kemenkeu.go.id d. Aplikasi billing di CEISA, dan melalui Portal Pengguna Jasa http://beacukai.customer.go.id e. Semua jawaban salah
50
13. Kode Billing Non Anggaran terdiri dari: a. Setoran Sisa
UP/TUP, Setoran Pengembalian Belanja, Setoran
Pengembalian Sisa Hibah Langsung Tunai, Setoran PFK dan Setoran Pembiayaan b. Setoran Sisa
UP/TUP, Setoran Pengembalian Belanja, Setoran
Pengembalian Sisa Hibah Langsung Tunai, dan Setoran PFK c. Setoran Sisa
UP/TUP, Setoran Pengembalian Belanja, Setoran
Pengembalian Sisa Hibah Langsung Tunai, Setoran PFK dan PNBP d. Setoran Sisa
UP/TUP, Setoran Pengembalian Belanja, Setoran
Pengembalian Sisa Hibah Langsung Tunai, Setoran PFK dan Setoran Migas e. Semua jawaban salah.
14. Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik diatur dalam: a. PMK Nomor 32/PMK.05/2011 b. PMK Nomor 32/PMK.05/2012 c. PMK Nomor 32/PMK.05/2013 d. PMK Nomor 32/PMK.05/2014 e. PMK Nomor 32/PMK.05/2015
15. Berikut ini adalah larangan bagi Bank/Pos Persepsi, kecuali: a. Menutup loket Penerimaan Negara pada jam buka loket b. Menolak setoran Penerimaan Negara dari Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor yang nasabah/bukan nasabah c. Memungut biaya kepada Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor atas jasa pelayanan perbankan yang diberikan d. Melakukan pembatalan transaksi dengan tujuan perubahan data Penerimaan Negara dalam LHP Elektronik yang disampaikan kepada KPPN Khusus Penerimaan e. Membatalkan/mengembalikan setoran Penerimaan Negara yang telah mendapatkan NTPN dan tercatat pada Rekening Penerimaan Negara Terpusat secara sepihak f. Melimpahkan penerimaan negara dari Rekening Kas Negara Persepsi ke rekening Sub RKUN di Bank Indonesia Pusat sebelum pukul 16.30 WIB.
51
B. Soal Essay Jawablah dengan singkat dan benar: 1. Jelaskan apa yang dimaksud/definisi Kas Negara !
2. Sebutkan jenis penerimaan negara yang kode billing-nya diterbitkan oleh Sistem Billing Simponi DJA !
3. Dalam rangka penatausahaan penerimaan Negara, ada 7 (tujuh) prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemberian layanan penerimaan negara, agar masyarakat pembayar penerimaan negara dapat dengan mudah, aman, dan nyaman. Sebutkan 4 prinsip diantaranya ! 4. Dalam Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik terdapat 2 (dua) proses rekonsiliasi, sebutkan dan jelaskan masing-masing proses rekonsiliasi tersebut ! 5. Sebutkan 2 (dua) persyaratan dalam melakukan registrasi pada sistem billing DJP untuk mendapatkan user id dan PIN/password !
52
JAWABAN
A. Pilihan Ganda 1. A
6. D
11. A
2. B
7. B
12. A
3. C
8. E
13. B
4. B
9. E
14. D
5. C
10. A
15. F
B. Essay 1. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan Selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan untuk membayar seluruh pengeluaran negara. 2. Billing PNBP dan Biling Non Anggaran 3. 7 (tujuh) prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemberian layanan penerimaan Negara: One Stop Service Certainty Simplification Real-Time Information Transparent and accountable Minimizing contact IT based 4. 2 (dua) proses rekonsiliasi dalam Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik: a. Rekonsiliasi Transaksi yaitu proses membandingkan data setoran penerimaan
negara
pada
Bank/Pos
Persepsi
dengan
data
Penerimaan Negara yang tercatat pada Sistem Settlement pada hari berkenaan. b. Rekonsiliasi Kas yaitu proses membandingkan jumlah uang yang dilimpahkan oleh Bank/Pos Persepsi ke Rekening Sub RKUN dengan kewajiban
pelimpahan
Bank/Pos
Persepsi
berdasarkan
data
transaksi penerimaan negara pada hari berkenaan.
53
5. 2 (dua) persyaratan dalam melakukan registrasi pada sistem billing DJP untuk mendapatkan user id dan PIN/password: a. Memiliki NPWP b. Memiliki alamat email yang masih aktif
54