Tafsir
Cara menghindari Hidup Sengsara DI AKHIRAT Orang-orang yang menukar janji (nya kepada) Allah subhaanahu wata’ala dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang murah. Firman Allah subhaanahu wata’ala,
“Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya kepada) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka adzab yang pedih.” (Ali ‘Imran: 77) Imam Ibnu Katsir berkata, “Allah subhaanahu wata’ala berfirman bahwasanya orang-orang yang menukar janjinya kepada Allah subhaanahu wata’ala (janji untuk mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menyebutkan sifat beliau kepada orang lain dan menjelaskan ajarannya-) dan sumpah-sumpah mereka yang dusta dan dosa dengan harga yang murah dan hina yaitu harta dunia yang fana dan segera hilang ini, maka mereka itu tidak mendapat kebahagian (pahala) di akhirat, dan Allah subhaanahu wata’ala tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat. Yaitu dengan rahmat dari Allah subhaanahu wata’ala kepada mereka, tidak berbicara kepada mereka dengan pembicaraan yang lemah lembut, dan juga tidak melihat mereka dengan pandangan rahmat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka yaitu membersihkan mereka dari dosa dan kesalahan bahkan Allah subhaanahu wata’ala akan memerintahkan untuk melemparkan mereka ke dalam neraka.” Ayat ini menjelaskan haramnya seseorang bersumpah dusta dengan nama Allah subhaanahu wata’ala untuk mendapatkan harta dunia yang hina ini, yaitu apa yang dinamakan oleh ulama dengan al-yamin al-ghamus 1 | Keluarga Mawaddah Edisi 5 Th 2017
(sumpah palsu yang menenggelamkan pelakunya ke dalam dosa dan ke dalam api neraka, -pent). Hal itu dijelaskan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa bersumpah dengan sumpah yang di dalamnya ada kedustaan untuk mengambil harta seorang muslim, maka dia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan Allah murka kepadanya. “ Al-Asy’ats bin Qais berkata, “Demi Allah subhaanahu wata’ala, ayat itu turun pada diriku. Antara Aku dan seorang Yahudi terjadi sengketa tentang sebidang tanah yang dia ambil dariku. Aku mengadukannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau bersabda kepadaku, “Apakah kamu memiliki bukti (kepemilikan)? Saya menjawab, “Tidak.” Beliau kemudian bersabda kepada orang Yahudi tersebut, “Bersumpahlah! Saya berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, apabila dia bersumpah, maka hilanglah hartaku. Maka Allah subhaanahu wata’ala menurunkan firman-Nya,
“Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya kepada) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang murah, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka adzab yang pedih.” (Ali ‘Imran: 77). (HR. Muttafaq ‘alaih). Sumpah dusta seperti ini dinamakan al-yamin al-ghamus karena akan menenggelamkan pelakunya ke dalam dosa dan kelak akan menenggelamkannya ke neraka, na’uzubillah.
Hadist Nabawi
Bahaya
Laten Dayuts Dayuts secara sederhana adalah hilangnya rasa cemburu dari seorang suami terhadap perbuatan maksiat yang dikerjakan oleh istri dan anak-anaknya. Istri dan anak-anak perempuan keluar dengan tidak menutup aurat, berkhalwat atau berdua-duaan dengan lelaki yang bukan mahramnya, kemudian tidak ada perasaan cemburu dalam hati suami, terlebih lagi mencegahnya, maka inilah yang disebut dengan bencana dayuts. Dari Abdullah bin Umar Rasulullah a bersabda,
y berkata, “Bahwasanya
“Tiga kelompok yang diharamkan ALLAH Tabaraka wa Ta’ala masuk Surga; Pecandu arak, anak durhaka, dan dayuts orang yang membolehkan istrinya berbuat alkhubts (maksiat).” [HR. Ahmad dan an-Nasa’i] Dan ‘al-khubts’ yang dimaksud dalam hadits secara umum adalah maksiat-maksiat yang menjerumuskan pada perbuatan zina, dari mengumbar aurat, pacaran, dialog dengan non mahram yang tidak ada hajatnya, bebas berkeluyuran dan semisalnya. Ali y berkata, “Apakah kalian tidak merasa cemburu 1 | Keluarga Mawaddah Edisi 5 Th 2017 2
istri-istri kalian pergi keluyuran?. Sungguh telah sampai beritanya kepadaku, jika istri-istri kalian bebas pergi berkeluyuran di pasar-pasar berdesak-desakan dengan para lelaki.” [HR. Ahmad] Hilangnya perasaan cemburu dalam hati seorang suami terhadap istri dan anak-anaknya benar-benar membuka kerusakan yang begitu besar di zaman ini. Dari pergaulan bebas antara lawan jenis, tren-tren busana yang lebih menpertontonkan aurat, ajangajang perlombaan yang mempertontonkan aurat, bangga menjadi model, dan perzinahan yang sudah tidak diragukan lagi penyebarannya yang begitu cepat di zaman ini, karena hilangnya kecemburuan dalam dada seorang suami. Dan bahaya laten dayuts ini, yang berimbas pada merebaknya perzinahan benar-benar akan mengundang kemurkaan ALLAH, tidakkah cukup bagi kita untuk takut terhadap ancaman berikut. Rasulullah a bersabda,
“Jika perbuatan zina dan transaksi riba telah berkembang di sebuah daerah, maka benar-benar penduduknya telah menghalalkan adzab ALLAH atas diri mereka.” [Shahih al-Jami’ 679]
Artikel Keluarga
Membingkai Perasaan Istri Wanita sebagaimana fitrahnya, diciptakan dengan perasaan dan kasih sayang yang begitu dominan, daripada akalnya.
Oleh karenanya dalam suasana seperti ini baiknya suami menjadi pendengar setia.
Istri yang adalah seorang wanita sudah barang tentu memiliki sifat yang sama. Perasaan istri yang dominan ini sejatinya tidak begitu sulit untuk ditaklukkan oleh suami.
3. Tidak ikut terbawa emosi, kuasai diri.
Suami hanya butuh mengenali apa yang benar-benar diingikan oleh istrinya, dan jawaban yang paling menonjol dari pertanyaan tersebut ialah ‘bahwa mereka lebih ingin dimengerti, dipahami dan diperhatikan’.
Ingatlah bahwa akal lelaki lebih sempurna dibanding akal perempuan, jika seorang suami cepat terbawa emosi seperti halnya perempuan maka itu pertanda bahwa ia kurang akal seperti mereka. 4. Rendam amarah ataupun emosi dengan dzikir.
Jika sang suami telah memiliki kepiawaian dalam mencurahkan perhatiannya kepada sang istri, maka benarbenar hal tersebut bisa dijadikan sebagai senjata pamungkas untuk meredakan gejolak emosi sang istri yang acapkali naik turun dengan arus yang menghayutkan perasaannya.
Jika sang suami ataupun istri terpancing emosi hingga tersulut pertengkaran, maka jika dalam keadaan berdiri hendaknya mereka duduk. Baca ta’awudz, dan berwudhulah. Tenangkan hati sejenak, baru uraikan permasalahan dengan hati yang sejuk.
Banyak permasalahan rumah tangga yang pemicunya terjadi justru dari ketidakstabilan emosi sang istri.
5. Semua akan baik-baik saja, insyaallah.
Dalam keadaan ini, seorang suami yang lebih sempurna akalnya seharusnya mampu membingkai perasaan istri yang sedang bergejolak dengan bingkai kedamaian. Dan diantara metode membingkai perasaan tersebut ialah, 1. Menyihirnya dengan kalimat “Aku sayang kamu” Dari al-A’masy dari Ibrahim berkata, “Para sahabat biasa mengatakan, ‘Ucapan suami kepada istrinya ‘aku sayang kamu’ selevel dengan sihir.’” [Tarikh Ibnu Mu’in, 2/63]
Jika dalam suatu kondisi seorang istri mengalami ketakutan, depresi ataupun trauma, maka sudah seharusnya seorang suami menenangkan perasaan sang istri. Biarkanlah ia menumpahkan perasaannya lewat tangisan yang mengalir, jangan menyuruhnya untuk menahan. Hiburlah ia dengan ucapan-ucapan yang baik. Suruh ia untuk meletakkan tangannya di dada, dan hiburlah bahwa ‘semuanya akan baik-baik saja insyaallah’. ALLAH q pernah memerintahkan hal yang serupa kepada Musa jSFE
2. Jadi pendengar setia dan menaruh keseriusan dalam memperhatikan. Jarak antara perasaan dan lisan seorang wanita mungkin kurang dari sejengkal, karena itulah wanita lebih sering menumpahkan perasaannya dengan mengajak bicara suaminya. Yang mungkin antara curhatan dirinya dengan tanggapan suaminya berbilang 10 berbanding 1. 3 | Keluarga Mawaddah Edisi 5 Th 2017
“...dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan...” [QS. al-Qashash : 32]
Pendidikan Anak
Melatih Anak Kecakapan Berorasi
S
alah satu kecakapan yang seyogyanya ditumbuh kembangkan dalam pribadi seorang anak ataupun pemuda ialah kecakapan berorasi ataupun berpidato di depan manusia. Karena orasi merupakan salah satu seni dalam mempengaruhi orang banyak, ataupun seni menyihir kesadaran manusia agar perhatian mereka tertuju pada sang orator. Rasulullah a pernah bersabda,
“Sesungguhnya diantara orasi ada yang dapat menyihir (perhatian manusia).” [HR. al-Bukhari] Jika kepandaian dalam bidang orasi ini dimanfaatkan dalam perbuatan baik semisal khutbah Jum’at, mengisi tausiyah, amar ma’ruf nahi mungkar, mengajar dan hal bermanfaat lain yang membutuhkan penjelasan, maka diharapkan banyak jiwa manusia yang akan tergerak untuk berbuat baik setelahnya karena terpengaruh nasihat yang dibawakan orator dengan piawai. Keahlian ini dapat diperoleh dengan banyak latihan, ataupun dengan mengadakan acara rutin, ataupun lomba-lomba pidato. Anak-anak yang memang memiliki bakat bawaan pun akan nampak dan menonjol dalam acara-acara tersebut, sehingga mereka harus diberikan arahan dan bimbingan dari para orang tua untuk belajar dan menuntut ilmu dengan sungguhsungguh, supaya pada nantinya yang akan mereka sampaikan adalah ilmu yang bermanfaat bukan sekedar tong kosong berbunyi nyaring. Adalah Ibnul Jauzi n seorang ulama penasihat yang pandai berorasi, beliau merupakan buah didikan dari alim rabbani bernama Abul Qasim al-Balkhi n, beliau mengajari
4 | Keluarga Mawaddah Edisi 5 Th 2017
Ibnul Jauzi materi pidato pada saat ia berumur tiga belas tahun, kemudian beliau menyuruhnya untuk naik mimbar dan berceramah di hadapan manusia yang diperkirakan jumlahnya lima puluh ribu orang. Itulah majelis ilmu pertama yang diisi oleh Ibnul Jauzi. [al-Bidayah wa anNihayah, 16/271] Itulah cerminan daripada seorang pendidik yang arif, yang mengetahui bagaimana cara mengarahkan bakat anakanak mereka dengan arif dan bijak.
Artikel Islami
MASA RAJA Ada masa dalam kehidupan kita yang disebut ‘Masa Raja’ atau ‘Royal Level’.. Ketika engkau sampai pada waktu itu, engkau tidak mendapati dirimu resah untuk masuk dalam perdebatan atau perselisihan apapun, dan meskipun dirimu telah masuk ke dalamnya ia tidak akan berusaha menetapkan bahwa orang yang menyelisihimu itu adalah orang yang salah..
Setiap kali kita ‘maju’ dalam umur maka akan bertambah kedewasaan kita dan kita mengetahui bahwasanya apabila kita menghabiskan waktu 300 jam atau 3.000 jam, maka ia pun akan memberimu penentuan waktu yang sama..
Walaupun seseorang berdusta kepadamu, engkau akan meninggalkannya berbohong kepadamu, dan sebaliknya engkau akan membuatnya merasa bahwa engkau telah ‘menyingkapnya’, engkau akan menikmati ‘gayanya’ ketika berbohong sedang engkau telah mengetahui kebenarannya..
Dan apabila kita hidup di dalam rumah yang luasnya 300 meter atau 3.000 meter maka sesungguhnya level rasa kesendirian pun tetap sama..
Engkau akan merasa bahwasanya engkau tidak akan bisa memperbaiki alam, orang bodoh akan tetap dalam keadaannya walau bagaimanapun terdidiknya ia, dan orang dungu pun akan tetap dungu..! Engkau akan membuang segala kesuliatanmu, kegelisahanmu dan hal-hal yang menyusahkanmu di belakang punggungmu dan engkau pun akan melanjutkan hidupmu.. Ya, engkau pasti akan memikirkan banyak hal yang menyusahkanmu dari waktu ke waktu.. akan tetapi jangan gelisah; karena engkau akan kembali pada ‘masa raja’ sekali lagi.. Engkau akan berjalan di jalan sebagai raja; senyum dengan senyuman bangga dan engkau melihat manusia saling bermusuhan, saling bertengkar dan saling menipu satu sama lain hanya karena sesuatu yang tidak bernilai dan berharga..! Engkau akan sangat mengetahui bahwasanya kegembiraan hari ini tidak akan kekal dan kadang ia menjadi permulaan untuk kesedihan besok harinya dan begitu pula sebaliknya..! Imanmu akan bertambah dengan ‘Qadha dan Qadar’, dan engkau akan bertambah yakin bahwa sesungguhnya ‘pilihan yang terbaik’ adalah apa yang Allah pilihkan untukmu.. Apabila harimu telah sampai di masa itu maka jangan berusaha untuk mengubah ‘siapa dirimu’, karena dengan itu engkau telah menjadi seorang raja atas dirimu, sangat sadar dan hatimu sangat tenang..! 5 | Keluarga Mawaddah Edisi 5 Th 2017
Dan apabila kita memiliki ‘dompet’ seharga 30 ribu atau 300 ribu maka tidak akan berbeda apa yang ada di dalamnya..
Dan terakhir kita akan mengetahui bahwasanya kebahagiaan tidak bisa diperoleh dengan ‘materi’; maka sama halnya engkau duduk di kursi VIP atau di kursi ekonomi, engkau pun pasti akan sampai ke tujuanmu dalam waktu tertentu.. Maka dari itu jangan mendorong anak-anakmu agar menjadi orang kaya akan tetapi ajarkan mereka bagaimana menjadi orang yang bertakwa, dan ketika mereka dewasa nanti mereka akan melihat kepada ‘nilai sesuatu’ dan bukan kepada ‘harganya’.. Cepatnya hari-hari berlalu sangatlah menakutkan!! Tidaklah aku meletakkan kepalaku di atas bantal kecuali telah terbitlah cahaya fajar, dan tidaklah aku terbangun kecuali telah tiba waktu tidur.. Hari-hari kita akan terus berjalan dan tidak akan pernah berhenti! Dan aku berkata pada diriku: Sungguh, orang yang bahagia adalah orang yang mengisi ‘lembaran bukunya’ dengan amalan-amalan shalih.. Kejadian-kejadian saling ‘bergegas’ dari sekitar kita, dan kematian-kematian saling ‘berlomba’ di depan kita.. Maka kerjakanlah amal shalih.. Tebarkan salam - Ulangi seruan adzan - Jaga shalat 5 waktu - Bentengi dirimu dengan dzikir dan doa - Sambung tali silaturahim - Jaga orang yang menyanyangimu dengan jujur - Senyumlah kepada manusia - Hafalkan sesuatu dari Al-Qur’an - Bersedekahlah - Banyak-banyak bertasbih Beristighfar - Bertakbir - Berpuasa - Bershalawat kepada Nabi - Dan gantungkan dirimu dengan akhirat karena dunia tidak pernah tetap dengan satu keadaan dan engkau pun tidak akan kekal di dalamnya..
Motivasi Islami
Cari Rezeki Yang Berkah
C
ari uang bukan sekedar mencari uang, sebagaimana ihwalnya penganut paham materialisme, yang menghalalkan segala macam cara agar bisa memperoleh uang dan keuntungan materi. Orang-orang semacam ini dalam agama Islam disebut sebagai budak dunia, hamba-hamba rupiah dan dollar. Tidak mempedulikan yang halal dan yang haram dalam bermuamalah, yang paling penting bahwa dirinya dapat memperoleh keuntungan dunia, yang dengannya ia bisa menikmati kenikmatan dunia.
sempit tidak mendapat ketenangan batin, sering dirudung duka dan masalah, serta tidak akan sabar dengan ujian hidup.
Rasulullah a telah bersabda,
“Tidak ada sekerat daging pun yang tumbuh dari sesuatu yang haram, melainkan Neraka lebih layak untuk membakarnya.” [HR. at-Tirmidzi]
“Celaka hamba dinar, hamba dirham, hamba pakaian, jika diberi mereka senang, dan jika tidak diberi mereka menggerutu. Celaka dan terpuruklah mereka.” [HR. alBukhari] Bagi seorang muslim, mencari uang bukanlah sekedar mencari uang, tapi bagaimana mencari berkah daripada uang ataupun rezeki yang didapat. Karena keberkahan daripada rezeki akan menuai kebaikan di dunia maupun di akhirat. Seorang muslim sejati sangat paham, bahwa uang yang ia peroleh dari harta yang haram justru akan menjadi benalu bagi dirinya baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, dengan uang yang haram seorang hamba tidak akan mendapat berkah ketaatan, diharamkan kelezatan iman, hatinya semakin keras dan rusak, kehidupannya
6 | Keluarga Mawaddah Edisi 5 Th 2017
Di akhirat, seluruh badannya yang tumbuh dari harta yang haram diancam dengan neraka. Rasulullah a bersabda,
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah n, “Makanan akan akan terolah dalam badan, tercampur dan akan tumbuh dengannya, sehingga ia akan menjadi bagian daripada materi ataupun unsur darinya. Jika makanan tadi buruk (haram) maka badan pun akan menjadi buruk sehingga berhak diadzab Neraka, oleh sebab inilah Nabi, a pernah bersabda, ‘Setiap badan yang tumbuh dari makanan haram, maka Neraka lebih layak baginya’. Adapun Surga adalah baik, maka tidak akan masuk ke dalamnya kecuali yang baik.” [Majmu al-Fatawa, 21/541] Maka hendaknya setiap manusia untuk memperhatikan benar-benar perkara ini, jangan sampai ia memberi makan diri dan keluarganya dari makanan yang haram baik secara dzatnya ataupun cara memperolehnya.
Fatwa Ulama
Haid Saat Jam Sekolah
Pertanyaan : Seorang Siswi Suci Dari Haid Saat Jam Sekolah, Namun Dia Kesulitan Untuk Mandi, Apa Yang Dilakukan? Para siswi saya bertanya, jika mereka mengalami suci dari haidnya saat jam sekolah, dan mereka tidak dapat meninggalkan sekolahnya untuk mandi, apa yang harus mereka lakukan? Dan jika mereka menunggu hingga selesai sekolah dan kembali ke rumah, maka mereka akan ketinggalan beberapa waktu shalat. Perlu diketahui bahwa di sekolahnya tidak terdapat tempat yang layak untuk mandi.
Jawaban : Alhamdulillah Dalam kondisi seperti itu, siswi tadi disyariatkan melakukan tayammum sebagai pengganti mandi, hingga akhirnya penghalang itu tidak ada dan dia dapat melakukan mandi. Maka ketika itu dia harus mandi dari haid. Seorang wanita apabila suci dari haid dan dia tidak mampu mandi karena halangan syar’i, seperti tidak ada air, atau sakit, atau sangat dingin, atau terhalang untuk mandi seperti disebutkan dalam soal, maka ketika itu dia disyariatkan untuk tayammum. Karena syariat telah menjadikan tayammum sebagai pengganti wudhu dan mandi apabila tidak ada air atau terhalang menggunakannya. Allah Ta’ala berfirman,
7 | Keluarga Mawaddah Edisi 5 Th 2017
“Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” SQ. AlMaidah: 6. Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah berkata dalam kitab Majmu Fatawa, 21/630, “Tidak dibolehkan menjimak wanita haid dan nifas sebelum mereka mandi. Jika tidak ada air, atau khawatir membahayakan jika menggunakan air, karena sakit atau dingin, maka dia boleh tayammum, dan setelah itu boleh dijimak. Ini merupakan mazhab jumhur ulama.” Imam Nawawi rahimahullah berkata dalam kitab AlMajmu, 2/395, “Jika tidak menemukan air, lalu dia bertayammum, maka dibolehkan baginya semua itu, karena tayammum seperti mandi.” Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata dalam kitab “Fiqhul Haidh, wal Istihadhah wa Annifas.” Hal. 54, “Jika wanita haidh telah suci saat waktu shalat, maka dia wajib segera mandi untuk mendapatkan shalat pada waktunya. Jika dia berada dalam safar, dan ketika itu tidak ada air, atau ada air tapi dia khawatir membahayakan jika menggunakannya, atau dia sakit yang berbahaya apabila menggunakan air, maka ketika itu dia bertayammum sebagai pengganti mandi hingga hilang penghalang yang menghalanginya untuk mandi, maka ketika itu dia harus mandi.” Wallahua’lam.