C.2. AGRIBISNIS BUDDIDAAYA PEPAYA DAN PAPAIN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu buah introduksi yang telah lama dikenal berkembang luas di Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, pepaya sangat dikenal semua lapisan masyarakat. Buah pepaya telah lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Buah matangnya sangat digemari sebagai buah meja dan sering dihidangkan sebagai buah pencuci mulut karena cita rasanya yang enak, relatif tingginya kandungan nutrisi dan vitamin, serta fungsinya dalam melancarkan pencernaan. Selain dikonsumsi sebagai "buah segar", pepaya juga dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman yang diminati pasar luar negeri seperti olahan puree, pasta pepaya, manisan kering, manisan basah, saus pepaya, dan juice pepaya. Pepaya juga sering dipakai sebagai bahan pencampur dan pengental dalam industri saus tomat atau saus cabai. Selain buah, bagian tanaman pepaya lainnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan mulai sebagai bahan makanan dan minuman, obat tradisional, pakan ternak, industri penyamakan kulit, kosmetik, dan sebagainya. Bahkan bijinyapun dapat diolah lebih lanjut menjadi minyak dan tepung. Minyak biji pepaya berwarna kuning dan mengandung asam oleat (71,60%), asam palmitat (15,13%), asam linoleat (7,68%), asam strearat (3,60%), dan asam-asam leamk lainnya dalam prosentase yang relatif kecil (Rukmana, 1995). Substansi lain yang banyak dimanfaatkan dalam dunia industri adalah papain yang dapat dihasilkan dari buah, batang, ataupun daun pepaya. Papain merupakan salah satu enzim proteolitik yang paling banyak digunakan dalam industri. Aplikasinya cukup Iuas, mulai dari bahan pelunak daging hingga berbagai industri pangan, minuman, farmasi, detergent, kulit, wool, kosmetika, dan industri biologi lainnya. Penggunaannya sebagai bahan aditif dalm berbagai industri pangan dan minuman tetap tinggi karena aktivitas enzimatiknya yang relatif tinggi dan statusnya sebagai produk alam yang ramah atau aman untuk dikonsumsi. Badan pengawas pangan dan obat-obatan. Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) mengklasifikasikan status papain ke dalam kelompok GRAS (generally regarded as safe). Badan sejenis di Inggris menggolongkan papain ke dalam Group A. Ini berarti bahwa papain dapat digunakan sebagai bahan aditif dalam pangan dan dalam pembuatan makanan (Chaplin and Buck, 1990). Penggunaannya juga cenderung meningkat sejalan dengan perubahan teknologi produksi yang digunakan pada proses produksi berbagai produk biologi. Dewasa ini proses-proses enzimatik telah umum digunakan pada proses produksi berbagai produk biologi menggantikan proses-proses kimiawi yang selama ini dinilai bagus dan relatif menguntungkan karena kondisi prosesnya bertemperatur
relatif
rendah
dan
relatif
spesifik,
Kondisi
proses
demikian
memungkinkan
penghematan biaya produksi dan pengendalian fungsional dasar produk akhirnya. Uraian tersebut mengambarkan potensi nilai tambah komoditi pepaya sebagai sumber papain selain sebagai buah segar. Pengembangan budidaya pepaya dan pengolahan papain memiliki prospek yang relatif bagus di Kabupaten Cianjur karena kesesuaian agroklimat dan aksesibilitas ke berbagai daerah konsumen. Relatif rendahnya produksi dalam negeri, relatif tingginya impor, serta relatif tingginya nilai tambah
yang dihasilkan dari usaha pengolahan papain merupakan peluang usaha yang perlu dimanfaatkan. Dengan demikian cukup relevan untuk mengintegrasikan usaha pengolahan papain
dalam
pengembangan pepaya di Kabupaten Cianjur. 1.2. Tujuan dan Kegunaan Pra studi kelayakan "Budidaya Pepaya dan Pengolahan Papain" ini dilakukan dengan tujuan: 1.
Memberikan gambaran tentang peluang dan prospek usaha budidaya pepaya dan pengolahan papai.
2.
Melakukan analisis kelayakan teknis, finansial dan ekonomis usaha budidaya pepaya dan penglahan papain. Hasil kajian ini diharapkan berguna bagi semua pihak, terutama massyarakat dan investor
baik lokal maupun luar, yang berminat dalam ubudidaya pepaya dan pengolahan papain di Kabupaten Cianjur.
II. PELUANG PASAR 2.1. Karakteirstik dan Preferensi Pasar Pasar buah papya meliputi konsumen rimah tangga dan dunia industri. Sebagai buah segar, pepaya relatif digemari semua lapisan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh cita rasanya yang enak, kaya vitamin A dan C, serta berfungsi memperlancar pencernaan. Buah pepaya mengandung 4 – 10% gula dan sangat berair (± 90%). Komposisi nutrisi dan vitamin buah dan daun pepaya selengkapnya disajikan pada tabel 1.
KOMPOSISI
KANDUNGAN ( p e r 100 gr. Bahan) Buah Pepaya
Daun Pepaya
1.
Protein
0,50 gr
8,00 gr
2.
Lemak
-
2,00 gr
3.
Karbohidrat
12,20 gr
11,90 gr
4.
Kalsium
23,00 gr
353,00 gr
5.
Fosfor
12,00 gr
63,00 gr
6.
Zat Besi
1,70 gr
0,80 gr
7.
Vitamin A
365,00 SI
18.250,00 SI
8.
Vitamin B1
0,04 mg
0,15 mg
9.
Vitamin C
78,00 mg
140,00 mg
86,70 gr
75,40 gr
46,00 kal.
79,00 kal.
10. Air 11. Kalori Sumber : Rhukmana (1995)
Selain dikonsumsi sebagai "buah segar", pepaya juga dapat diolah mendaji berbagai bentuk makanan dan minuman yang diminati pasar luar negeri seperti olehan puree, pasta pepaya, manisan kering, manisan basah, saus pepaya, dan juice pepaya. Dalam industri pembuatan saus tomat dan saus cabe, pepaya banyak digunakan sebagai bahan pencampur dan pengental.
Pasar papain sebagian besar adalah industri pangan, minuman, farmasi, kosmetika, detergent, kulit, wool, dan industri produk biologi sejenis baik yang bersakala kecil, menengah, maupun besar. Sementara itu tipe konsumen akhir untuk penggunaan langsung secara individu atau rumahtangga relatif kecil. Dalam industri pangan dan industri produk biologi, papain relatif aman karena secara legal tergolong dalam Group a dan GRAS. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan pasar adalah bahwa papain tidak dapat disubtitusi sepenuhnya oleh enzim proteolitik lain. Ancaman serius hanya berasal dari bromelin yang dihasilkan dari nanas (TJP Market Development). Dalam industri pengolahan daging, papain banyak dimanfaatkan sebagai bahan pelunak. Papain merupakan preotease sulfhidril dan akan mendegradasi protein-protein jaringan konektif dan myofibril. Proses pelunakan daging terjadi melalui mekanisme pemutusan ikatan (Chaplin and Bucke, 1990):
—Phe—AA — Z;—Val—AA— Z i — L e u — A A —Z;—He—AA—Z (AA merupakan residu asam amino; z merupakan residu asam amino; ester, atau amida)
Aplikasi dapat dilakukan setelah ternak dipotong. Namun dalam industri pengolahan daging skala besar, papain dalam bentuk stabil yang inaktif sering diinjeksikan kedalam sistem peredaran darah sebelum ternak dipotong (Kilara and Benhura, 1990). Dalam
industri
makanan
kesehatan,
papain
berfungsi
dalam
proses
pencernaan
makanan. Papain mengandung cystein yang berperan analog dengan serine 195 chymotrypsin. Aksi proteolitik papal juga dapat memecah immunoglobulin G menjadi 3 fragmen aktif bermasa 150 kdal melalui reaksi : Ig G
2 Fab + Ff (@ 50 kdal) (50 kdal)
Kedua fragmen Fab dapat mengikat antigen. Fragmen F, tidak dapat mengikat antigen, tetapi aktivitas biologi penting lain. Fragmen Fb ini dapat melintasi membran placenta. Dengan demikian, kapasitas immuglobulin G untuk melintasi membran placenta dan mencapai sirkulasi fetal bergantung pada adanya sisi transmisi placenta spesifik pada Fc. Disamping itu terdapat pula sisi aktif untuk mengikat komplemen pada Fc. Komplemen ini merupakan suatu gugus protein yang memperantai kombinasi pengikatan antibodi dan antigen pada permukaan sel asing, sehingga sel asing tersebut mengalami lysis dan tidak dapat berkembang (Stryer, 1981).
Papain juga berperan penting dalam industri bir yang setiap tahun meningkat sebesar 5%. Pada temperatur rendah, protein-protein (sengawa polifenol-protein) yang terlarut dalam bir dapat terpresipitasi menjadi padatan berkabut sehingga mengurangi mutu bir. Penambahan papain sebelum pembotolan berfungsi untuk mendegradasi protein-protein tersebut menjadi peptida-peptida berbobot molekul rendah, sehingga produk tetap stabil (Kilara and Benhura, 1990 ; Muhidin, 1999). Papain juga banyak dipakai pada proses hidrolisis protein menggantikan proses-proses kimiawi. Industri pepton dan asam amino banyak dimanaatkan enzim ini, selain pengolahan limbah (kaldu) keju. Papain juga digunakan sebagai bahan penghancur sisa limbah industri pengalengan ikan menjadi bubur ikan atau konsentrat protein hewani. Bubur ikan atau konsentrat protein ini digunakan sebagai bahan pakan ternak, ikan, atau diolah lebih menjadi kecap. Papain juga dapat digunakan pada proses pengolahan bungkil kacangkasangan menjadi konsentrat protein nabati (Muhidin, 1999). Pada industri penyamakan kulit, papain sering digunakan untuk melembutkan kulit. Sementara itu, perlakuan hidrolisis parsial menggunakan papain dapat membuat wool berkilau seperti sutra sehingga meningkatkan mutu dan nilai tambah. 2.2. Permintaan Pasar dan Harga Pengembangan budidaya pepaya secara insentif dan komersial memiliki prospek yang cerah. Pasar pepaya secara lokal dan regional belum jenuh dan cenderung terus meningkat. Dalam perdagangan dunia, buah pepaya telah menjadi mata dagangan ekspor beberapa negara produsen di Kawasan Asia seperti Malaysia, Thailand, Philipina dan Indonesia. Negara pengimpor pepaya masih didominasi oleh Singapura dan Ausralia dan akhir-akhir ini permintaan pasar dunia terus meningkat dari beberapa negara Eropa seperti Inggris, Jerman, Perancis, Belanda dan Swedia. Pangsa pasar papain dalam negeri masih terbuka lebar karena relatif belum banyaknya kompetitor dan mulai bergairahnya kembali dunia industri. Pangsa pasar papain di dunia industri relatif bagus dan terus meningkat. Permintaan papain di Amerika dan Eropa senantiasa meningkat. Dengan laju 3 – 5% pertahun. Pasar papain di Eropa diperkirakan beberapa ratus ton pertahun. Sementara itu pasar papain di Amerika Serikat diperkirakan 300 – 400 ton pertahun (IDEA, 2000). Eksportir utama komoditi papain saat ini adalah negara-negara Afrika, terutama Uganda dan Kongo. Ekspor dari Uganda pada tahun 1996 sebesar 223 ton atau setara dengan 25% pangsa pasar. Negara ekportir lainnya adalah Australia, India, dan Sri Lanka. Impor langsung ke Amerika Serikat sebagian besar berasal dari India. Dalam jumlah yang relatif kecil, suplai juga berasal dari China, Kongo, dan Indonesia (IDE, 2000). Beberapa negara pengimpor, terutama Jepang, beberapa negara Eropa, dan juga Amerika Serikat memproses lebih lanjut dan mengekspornya kembali ke negara lain dalam bentuk olahan yang lebih murni. Harga papain di pasaran dunia relatif tinggi dan bervariasi tergantung kualitas/aktivitas papain. Harga raw papain (papain kasar) pada tahuun 1999 berkisar antara $US 14 - $US 40 per kilogram. Data terbaru (e-mail dari China) menunjukkan bahwa harga papain kasar berkisar
antara $US ,30 - $US 4 per kilogram, sedangkan papain dengan kualitas lebih tinggi dapat mencapai $US 100 per kilogram. III. TEKOLOGI BUDIDAYA PEPAYA DAN PENGOLAHAN PAPAIN 3.1. Penanaman Varietas pepaya yang ditanam hendaknya mampu menghasilkan buah dan gtah atau latex yang relatif tinggi. Dilaporkan bahwa tanaman pepaya "betina" menghasilkan papain dua kali lebih tinggi dibandingkan tanaman hemaprodit (IDEA, 2000). Meskipun demikian, pertanaman harus tetap memiliki beberapa tanaman jantan untuk proses polinasi. Jenis pepaya Cibinong menghasilkan papain dengan aktivitas cukup tinggi yakni 113,02 unit per gram. Sedangkan produksi papain tertinggi dapat dihasilkan oleh pepaya Paris yakni 4,02 gram per buah (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian dalam Rukmana, 1995). Benih pepaya disemai pada bedeng-bedeng persemaian atau pada kantng-kantong plastik (polybag) berukuran 8 x 10 cm selama ± 1 bulan. Penyemaian dilakukan 4 – 5 bulan sebelum hujan pertama turun. Pemeliharaan rutin di pembibitan meliputi penyiraman, penyiangan gulma, pemupukan cair, serta pengendalian gulma dan penyakit. Bibit yang telah berumur satu bulan dapat dipindah tanamkan ke kebun baik secara cabutan maupun bersama akar dan tanahnya jika disemai dalam polybag. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 1,5 – 2 m dan panjang sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman meliputi : (1) penyiraman rutin pada fase awal pertumbuhan,
(2)
penyiangan
gulma,
penggemburan
tanah,
dan
penaturan
drainase,
(3)
pemupukan, (4) seleksi tanaman dan bunga, serta (5) proteksi tanaman. Pemberian pupuk susulan, baik pupuk kandang maupun pupuk buatan, dilakukan secara rutin dan bertahap. Waktu, jenis dan dosis pemupukan disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Waktu, Jenis dan Dosis Pemupukan Tanaman Pepaya Jenis Pupuk Umur Tanaman
Pupuk Kandang (kg/Iubang tanam)
Pupuk Buatan (gr/Iubang tanam) ZA
TSP
KCL
1. Sebelum tanam
30 — 45
25
15
10
2. 1 bulan
30 — 45
50
40
20
3. 3 — 4 bulan
45 — 60
130
90
40
4. 6 bulan dan selanjutnya dengan interval waktu 3 bulan sekali
45 — 60
130
90
40
Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disebarkan merata dalam larikan-larikan sdlama 10—15 cm di sekeliling tajuk tanaman atau di antara dua baris tanaman. Selanjutnya tarikan ditutup kembali dengan tanah. Seleksi tanaman dilakukan pada saat keluar bunga pertama hingga ke empat. Seleksi bunga pepaya sangat penting untuk menentukan tanaman yang diinginkan. Rasio tanaman jantan dan betina yang digunakan adalah 1 : 15 — 25 (ECHE, 1999). Tanaman jantan ditanam di antara tanaman betina agar penyebaran tepung sari lebih efektif. Sebagai patokan, jika bungapertama
trnyata "bunga jantan" yang bertangkai pendek, maka kelak pohon tersebut akan berbunga sempurna. Jika bunga pertama adalah "bunga betina", maka kelak pohon tersebut akan menghasilkan bunga dan buah pepaya betina. Proteksi pertanaman yang dianjurkan adalah pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Komponen pengendalian terpadu meliputi : (a) pengendalian secara kultur mekkanis seperti pengolahan tanah sempurna, pemilihan waktu tanam yang tepat, pengaturan drainase yang dengan dosis berimbang pada waktu yang tepat, pengaturan drainase yang memadai ; (b) pengandalian secara mekanis atau fisik meliputi pengumpulan dan eradikasi organisme hama; dan (c) pengandalan kimiawi menggunakan pestisida secara selektif. 3.2. Penyadapan Getah Pepaya Penyadapan getah pepaya mulai dapat dilakukan pada buah yang sudah berumur 2,5 3 bulan. Buah yang sedang berada pada masa penyadapan harus tetap tergantung pada batang pokoknya. Masa penyadapan harus berlangsung hingga belasan kali. Namun karena usaha ini lebih diprioritaskan sebagai penghasil buah meja, sedangkan pengolahan getah menjadi papain lebih ditujukan sebagai upaya meningkatkan nilai tambahan, maka penyadapan getah interval wakt antar penyadapan empat hari. Hal ini perlu diperhatikan agar luka goresan dapat hilang selama pertumbuhan pasca penyadapan sehingga tidak menurunkan kualitas buah pada saat dipasarkan. Waktu penyadapan terbaik pagi hari (pk. 05.30 – 08.00) atau pada sore hari (17.30 – 18.30). Sebelum di sadap buah perlu dibersihkan terlebih dahulu.dari kotoran, debu dan embun dengan cara mengusapkan lap atau kain kering dan bersih pada buah. Pembersihan dan penyadapan buah yang terletak jauh dari jangkauan tangan dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa kayu atau bambu. Penyadapan dilakukan menggunakan mata pisau sadap pada kulit buah mulai dari pangkal menuju ujung buah. Kedalaman torehan cukup 1 – 2 mm agar luka torehan dapat cepat sembuh. Umlah torehan setiap buah cukup lima torehan dengan jarak antar torehan 1 – 2 cm. Getah yang membeku dan mengeras dikerok dengan pisau karet agar tidak menimbulkan luka. Getah yang keluar dari luka torehan segera ditampung dalam tampah-tampah penampung beralaskan plastik yang diletakkan pada batang tanaman. Selanjutnya getahgetah tersebut dikumpulkan dalam ember plastik untuk diolah menjadi papain. 3.3. Pengolahan Getah Teknologi pengolahan getah atau lateks pepaya menjadi papain relatif sederhana dan tidak rumit. Diagram alir proses pengolahan getah pepaya menjadi papain disajikan pada gambar B-1. Proses pengeringan dimulai dengan menuagkan emulsi getah pepaya ke dalam wadahwadah yang terbuat dari kaca atau stainless steel. Tiap wadah diisi emulsi getah dengan keebalan 0,5 – 10 cm agar proses pengeringan berlangsung merata dan relatif cepat. Pengeringan berpemanas terbaik adalah dengan menggunakan alat pengering buatan sehingga temperatur pengeringan dapat diatur konstan (55° – 66° C). Dengan cara demikian emulsi getah pepaya dapat kering dalam waktu sekitar 8 jam. Getah hasil penyadapan buah pepaya muda dicampur dengan larutan sulfit (Natrium Bisulfit, NaHSO3 atau Natrium Metabisulfit, Na2S4O6) dengan konsentrasi 0,7%. Volume larutan sulfit yang digunakan sebanyak empat kali jumlah getah yang akan dioah. Penggunaan air sebagai pelarut sulfit
dimaksudkan untuk mengencerkan getah, sedangkan penggunaan senyawa sulfit dimaksudkan sebagai pelarut bahan kimia dan untuk menekan terjadinya kerusakan akibat proses produksi. Pengadukan perlu dilakukan agar terbentuk emulsi getah yang merata. Selanjutnya emulsi getah yang berwarna putih susu dan kental ini siap dikeringkan.
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Raw Papain
Papain yang telah kering dapat segera ditumbuk dan diayak (disaring). Papain kering yang bermutu baik akan berwarna putih kekuningan. Selanjutnya tepung papain halus ini dapat dikemas dalam wadah bersih berwarna gelap dan ditutup rapat dan siap dipasarkan. Dengan penyimpanan di tempat yang bersih, rapat, dan kering maka daya simpan papain bertahan di tempat yang bersih, rapat dan kering maka daya simpan papain dapat bertahan ± 8 bulan dengan penurunan aktivitas yang relatif kecil.
IV. ALTERNATIF LOKASI Tanaman pepaya mempunyai daya adaptasi yang cukup luas terhadap lingkungan tumbuhnya (Ashasi, 1995; Rukmana, 1995). Tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian ± 1000 meter di atas permukaan laut. Ketinggian tempat yang optimum bagi pengembangan tanaman pepaya adalah 600 – 700 meter di atas permukaan laut. Temperatur udara optimum berkisar antara 22 – 26 °C, dengan curah hujan 1000 – 2000 mm setahun. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang di segala tipe tanah, terutama pada tanah latosol dan tanah-tanah ringan yang subur, remah, berdrainasi baik, dan kemasaman tanah netral (6 – 7). Berdasarkan
peersyaratan
tersebut
maka
agroindustri
pepaya
dan
papain
dapat
dikembangkan di sebagian besar wilayah di Kabupaten Cianjur. Sebagai prioritas utama dapat dipilih Kecamatan Campaka, Cibeber, Takokak, Warung Kondang, Sukanagara, Sukaresmi, atau Mande.
V. PEMBIAYAAN DAN KELAYAKAN INVESTASI
5.1. Deskripsi dan Asumsi Dalam analisis finansial ini digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut : (a) Usaha dilakukan pada lahaan seluas 0,5 Ha. Komponen lahan diperhitungkan sebagai sewa. (b) Usaha dilakukan dengan prioritas utama sebagai penghasil buah meja, sedangkan pengolahan getah menjadi raw papain dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah. (c) Produksi papain diperhitungkan sebesar 23,75 kg pada tahun pertama dan masingmasing sebesar Rp 95 kg pada tiga tahun berikutnya. (d) Harga jual papain diperhitungkan Rp 270.000.000 (data e-mail dari China menyatakan bahwa harga raw papain pada tahun 1999 sebesar $US 30 - $US 40 kg dan harga pure papain mencapai $US 100). Harga pepaya diperhitungkan Rp. 750,00 per kg. (e) Pembiayaan usaha berasal dari modal sendiri dan pinjamaan bank. Struktur pendanaan mengikuti struktur yang umum yakni 35% berasal dari modal sendiri dan 65% dari pinjaman bank. Bunga pinjaman diperhitungkan 18% (kredit investasi) dan 21% (kredit modal kerja). (f) Pajak usaha diperhitungkan sesuai aturan yang bersifat progresif (pajak progresif) dengan ketentuan bahwa pajak dari laba usaha hingga sebesar 25 juta rupiah adalah sebesar 10%, sisaan berikutnya hingga sebesar 50 juta rupiah dikenakan sebesar 15%, dan sisaan berikutnya dikenakan sebesar 30%.
5.2. Pembiayaan Biaya investasi meliputi biaya bangunan, peralatan dan pengadaan (sewa) lahan. Rincian biaya investasi disajikan selengkapnya pada Tabel Lampiran B-1. Biaya investasi yang diperlukan bagi
usaha
budidaya
pepaya
skala
usaha
0,5
Ha
dan
pengolahan
papain
sebesar
Rop.
14.565.600,00. Dengan modal kerja selama 3 bulan sebesar Rp. 7.766.150,00 maka kebutuhan modal awal yang diperlukan sebesar Rp. 22.331.750,00. Dengan struktur pendanaan 35% : 65%, maka modal sendiri yang harus disiapkan pada awal usaha sebesar Rp. 7.816.112,50 sedangkan sisanya (Rp. 14.515.637,50) diperoleh melalui pinjaman bank. Struktur biaya produksi (biaya tetap dan biaya operasional atau biaya variabel) disajikan pada tabel-tabel lampiran dan rekapitulasinya ditunjukan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi Biaya Produksi Budidaya pepaya dan Pengolahan Papain NO. A
KOMPONEN BIAYA
TAHUN 1
TAHUIN 2
TAHUN 3
TAHUN 4
9.750.000,00 3.021.000,00
10.725.000,00 3.021.000,00
10.725.000,00 3.021.000,00
BIAYA TETAP 1 2
Gaji Tenaga Kerja Tak Biaya Penyusutan
3
Biaya Pemeliharaan SUB TOTAL
B
9.750.000,00 3.021.000,00 393.600,00 13.164.600,00
393.600,00 13.164.600,00
393.600,00 14.139.600,00
393.600,00 14.139.600,00
BIAYA OPERASIONAL 1 2
Gaji Tenaga Kerja langsung 15.600.000,00 Biaya Pertanaman 1.800.000,00
3
Pemrosan (bahan kimia)
4
Utilitas Lain
5
C
NILAI
Pengemasan dan
15.600.000,00 17.160.000,00 850.000,00 850.000,00
50.000,00
200.000,00
450.000,00
1.800,000,00
500.000,00
200.000,00 1.800.000,00
17.160.000,00 850.000,00 200.000,00 1.800.000,00
2.000.000,00
2.000.000,00
2.000.000,00
SUB TOTAL
18.400.000,00
20.450.000,00
22.101.000,00
22.010.000,00
BIAYA PRODUKSI
31.564.600,00
33.614.600,00
36.149.600,00
36.149.600,00
5.3. Proyeksi keuntungan Pada tahun pertama, usaha budidaya pepaya dan pengolahan papain belum dapat menghasilkan laba. Hal ini dapat dimaklumi mengingat bahwa pada tahun pertama sebagian besar intensitas usaha masih berada pada tahap pra produksi. Intensitas penyadapan masih relatif rendah. Demikian pula pemanenan dan penjualan buah.
Laba bersih baru dapat dihasilkan secara signifikan mulai tahun kedua. Dengan asumsi bahwa harga jual buah pepaya dan papain konstan (tidak meningkat), maka laba bersih (setelah dipotong pajak) yang dapat dihasilkan sebesar Rp. 53.123.251,02 (tahun kedua) dan masing-masing sebesar Rp. 51.646.981,68 (tahun ketiga dan tahun keempat). 5.4. Kelayakan Finansial
Tabel 4 menunjukan indikator kelayakan finansial usaha budidaya pepaya dan pengolahan papain. Berdasarkan perhitungan selama empat tahun terakhir umur proyek diperoleh nilai NPV pada tingkat suku bunga 21% yang relatif tinggi, yakni sebesar Rp. 77.181.647,72. Bahkan melalui interpolasi didapatkan nilai usaha budidaya pepaya dan pengolahan papain mampu bertahan dalam suku bunga pinjaman yang tinggi. Tabel 4. Indikator kelayakan Finansial Usaha budidaya Pepaya dan Pengolahan Papain Skala Usaha 0,5 Ha. NO
KRITERIA
1
Net Present Value (df 21 % pertahun)
2
Internal Rate of Return
3
BC Ratio
4
Return on Invesment
5
Payback Period
NILAI Rp. 77.181.647,72 255% 5,37 261,2% 1,38 tahun
Nilai rasio BC juga relatif tinggi, yakni sebesar 5,37. Hal ini mengidentifikasikan bahwa usaha ini relatif efisien dan dapat memberikan keuntungan hampir sebesar 5,5 kali biaya produksinya. Nilai ROI yang didapatkan dari usaha ini sebesar 361,2%. Hal ini berarti bahwa lamanya modal usaha akan kembali pada setiap tahunnya (mulai tahun kedua) sebesar 251,2% atau hanya sekitar 4,6 bulan. Periode pengembalian juga relatif singkat, yakni 1,38 tahun. Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat pengaruh perubahan tampak bahwa usaha ini masih menunjukan indikator kelayakan yang relatif bagus pada berbagai perubahan variabel usaha. Hal ine menegaskan bahwa usaha budidaya pepaya dan papain layak untuk direalisasikan. Tabel 5. Analisis Sensitivitas Usaha Budidaya Pepaya dan Pengolahan Papain N I LAI KRITERIA
Kondisi Normal
Biaya Investasi Biaya Variabel Naik 10%
Produksi Turun
Harga Jual
10%
Turun 10%
Naik 10%
1. NPV (df 21%)
77.181.647,72 76.106.790,80 73.094.819,90 73.574.211,44 63.026.152,15
2. IRR
255%
242,6%
227,1%
238,7%
195,8%
3. BC ratio
5,37
5,12
4,81
5,04
4,19
4. ROI
261,2%
236,1%
250,4%
250,9%
220,7%
1,40 tahun
1,42 tahun
1,41 tahun
1,49 tahun
5. Payback Periode 1,38 tahun
5.5. Kelayakan Ekonomi Realisasi usaha ini akan memberika kontribusi berupa kesempatan kerja bagi 5 orang tenaga kerja. Selain itu realisasi ini juga akan memberikan sumbangan kepada daerah secara langsung dalam bentuk pajak usaha. Pajak usaha kumulatif yang dapat diterima daerah dari usaha buidaya pepaya dan pengolahan papain skala usaha 0,5 Ha sebesar Rp. 29.663.762,16.
VI. PEMBIAYAAN DAN KELAYAKAN INVESTASI Pra studi kelayakan ini sengaja didesain untuk skala usaha 0,5 Ha dengan produk utama berupa buah meja dan papain sebagai produk samping yang memiliki nilai tambah relatif tinggi. Hal ini dilakukan dengan harapan agar dapat dimanfaatkan oleh para petani yang berlahan relatif sempit dan bermodal relatif terbatas. Industri pengolahan papain dapat memberikan hasil jauh lebih menguntungkan jika diusahakan murni tanpa mengharapkan buah neja sebagai produk akhir. Pada industri pengolahan papain murni, penyadapan getah dapat dilakukan selama beberapa betas kali. Pada industri demikian, papain merupakan produk utama sedangkan buah pepaya sebagai produk samping. Raw papain dapatdi olah lebih lanjut menjadi pure papain yang bernilai jual jauh lebih tinggi (hingga $US 100 per kg). Pengembangan industri beskala relatif besar ini dapat dirintis dan dikelola oleh investor baik mandiri maupun melalui pola kemitraan dengan petani pemilik lahan. Beberapa skenario mnyangkut hak dan kewajiban para pelaku dapat dikembangkan agar menguntungkan semua pihak yang terlibat. Perhitungan komponen sewa lahan dan upah tenaga kerja merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan sebagai kompensasi industri pengolah memperoleh jaminan kontinuitas getah pepaya. Pola kerjasama lain yang dapat dikembangkan adalah melalui pembentukan koperasi atau Agroindustri Papain Intl Rakyat. Industri pengolah papain sebagai inti memperoleh pasokan getah dari para petani yang berfungsi sebagai plasma. Selain memberikan keuntungan finansial dan sosial langsung bagi investor dan berbagai pihak yang terlibat, pengembangan agroindustri demikian di Kabupaten Cianjur akan menghasilkan keuntungan dari berbagai segi. Dari pertimbangan lingkungan, usaha ini ikut berperan dalam usaha pemanfaatan dan konservasi lahan kering. Keuntungan ekonomi wilayah yang diperoleh meliputi perluasan kesempatan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan daerah dari akumulasi pajak usaha, dan peningkatan ekonomi wilayah.