Artikel Ilmiah
Penggunaan Asesmen Portofolio Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Metode Statistika Dasar Pada Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Pendidikan Ganesha Oleh Prof Dr Ni Ketut Suarni, MS Prof Dr Nyoman Dantes
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengefektifkan penggunaan asesmen portofolio dalam pembelajaran metode statistika dasar, sehingga kemampuan mahasiswa dalam menguasai konsep dan prosedur implementasi yang terkait dengan metode statistik dasar menjadi optimal, di samping dapat menghasilkan suatu model pembelajaran metode statistika dasar yang berbasis pada penggunaan asesmen portofolio. Penelitian ini melibatkan mahasiswa semester II A Jurusan Bimbingan Konseling (BK) FIP Undiksha tahun akademik 2006/2007 yang berjumlah 37 orang, dan proses penelitian berlangsung dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: dengan penerapkan asesmen portofolio dalam pembelajaran metode Statistika, ternyata kemampuan metode statistika mahasiswa meningkat secara tajam dengan hasil yang baik. Penggunaan berbagai panduan asesmen portofolio, dan hasil elaborasi pada konferensi kelompok/ individu serta klarifikasi yang dilakukan oleh dosen saat konferensi klas, kelompok maupun individu di dalam setiap siklus, dapat menyebabkan tingginya kegiatan mandiri yang dilakukan mahasiswa dan ini mencerminkan makin tumbuhnya ownership mahasiswa terhadap pembelajaran, dan pada gilirannya paradigma pembelajaran yang berfokus pada student-centered akan tumbuh secara optimal. Kata-kata kunci : asesmen portofolio
1
Using Portfolio Assessment to Improve the Instructional Quality of Basic Statistical Methods on Students of Guidance and Counseling Department, Ganesha University of Education By Prof. Dr. Ni Ketut Suarni, M.S. Prof. Dr. Nyoman Dantes Abstract The study aimed at using portfolio assessment effectively in Basic Statistical Methods Course in order to optimize the students learning of concepts and implementation procedure related to basic statistical methods. Additionally, the study also aimed at designing a portfolio-based instructional model for the course. Subjects of the study were 37 students of class II A Department of Guidance and Counseling, Faculty of Education, Ganesha University of Education. The study involved two cycles. The result of the study shows evidence that portfolio assessment can improve the students’ ability to the good category. The use of various portfolio assessment guidelines, elaboration on group as well as individual conferences, and lecturer’s clarification on individual, group, and class discussion impact on students’ self-regulated learning which then improves their sense of ownership toward their learning. This will eventually enable optimal student-centered learning and instruction. Key word: portfolio assessment 1. Pendahuluan Sesuai dengan Kepmen Diknas N0 232/2000 dan Kepmen Diknas 045/2001 memformulasikan bahwa kurikulum Pendidikan Tinggi disusun berdasarkan basis kompetensi. Secara garis besar ada tiga kompetensi yang dirumuskan yaitu kompetensi utama, kompetensi penunjang dan kompetensi lain yang gayut dengan kompetensi utama. dan dalam implementasinya dijabarankan menjadi lima elemen kompetensi yaitu elemen kompetensi pengembangan keperibadian, elemen kompetensi keilmuan dan keterampilan, elemen kompetensi keahlian berkarya, elemen kompetensi perilaku berkarya, dan elemen kompetensi berkehidupan bersama. Dalam kaitan dengan itu, perancangan kurikulum (khususnya di jurusan BK) dalam
pengelompokannya
pada
elemen-elemen kompetensi,
diberikan berbagai
pengalaman belajar yang terkait dengan kompetensi utama, seperti; teknik pemberian informasi dan bimbingan, berbagai teknik konseling, teknik-teknik pemahaman individu, psikometrika (yang terkait dengan pengukuran kemampuan dan trait) beserta penafsirannya, serta berbagai pemahaman tentang multikultural. Pencapaian kompetensi tersebut dalam pelaksanaan pengalaman belajar didukung dengan kompetensi penunjang maupun kompetensi lain. 2
Metode statistika diberikan sebagai pengalaman belajar pada mahasiswa BK, diformulasikan dalam kompetensi penunjang, dan dijabarkan dalam elemen kompetensi keterampilan keilmuan (MKK). Hal ini ditampilkan dengan logika, bahwa : MKK adalah merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberi landasan penguasaan ilmu dan ketrampilan tertentu. Metode statistik adalah merupakan mata kuliah yang memberikan pengalaman belajar, bagaimana suatu data kuantitatif dapat ditafsirkan dan dijabarkan baik secara individu maupun kelompok. Begitu juga, bagaimana suatu alat penilaian/asesmen bisa dirancang dan diketahui secara empirik memiliki ketepatan (validitas), daya prediksi, maupun keajegan (reliabilitas), yang akan bisa menghasilkan alat ukur yang representatif sehingga data individu/kelompok yang didapatkan bisa digunakan sebagai bahan yang akurat untuk mengetahui kondisi mahasiswa, dan hal ini sangat membantu pendidik (dosen BK) menjalankan tugasnya. Untuk hal tersebut, metode statistika sangat dapat mengkontribusi/menunjang penguasaan dalam bidang psikometrika yang diformulasikan dalam pengalaman belajar untuk pencapaian kompetensi utama. Pengalaman mengampu mata kuliah Metode Statistika Pendidikan di Jurusan BK, mengindikasikan rendahnya minat dan motivasi mahasiswa mengikuti perkuliahan dalam bidang ini, sehingga optimalisasi penguasaan terhadap aplikasi metode statistika cenderung rendah. Hal ini ditunjukkan dengan data bahwa dari 57 orang mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut, 35 % (20 orang) yang mencapai nilai A, 35% (20 orang) yang mencapai nilai B, dan 30% (17 orang) lagi yang harus diremidial, untuk mencapai ketuntasan (mastery). Sedangkan disatu pihak, bahwa pengetahuan tentang statistika adalah cukup urgen bagi mahasiswa bimbingan konseling. Pemberian metode statistika pada mahasiswa, adalah bermanfaat di samping untuk segi-segi praktis, metode statistika berfungsi sebagai sarana pengembangan cara-cara berpikir logick. Statistika juga merupakan suatu jalan berpikir, suatu bahasa untuk berpikir ilmiah. Guilford (1954)
mengemukakan empat alasan yang sederhana, perlunya mahasiswa
(calon akademisi) diberikan pembahasan / mata kajian statistika yaitu agar ia mampu : mengkaji referensi-referensi professional, menyusun dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah/lecture tingkat tinggi, mengesensikan latihan-latihan professional, dan menjadi landasan dalam kegiatan-kegiatan penelitian. Dalam kaitan dengan itu, dalam PP 19/2003 ditekankan bahwa ditingkat pendidikan akademik pemberian metode statistika pada mahasiswa harus diupayakan. Logika yang lebih akademik dengan pemberian mata sajian metode statistika pada mahasiswa adalah dapat mengkontribusi terbentuknya knowledge 3
dimension yang lebih optimal, yang oleh O. W. Anderson dan D. R. Krathwohl (2001) diklasifikasi dalam empat dimensi pengetahuan, yang diklasifikasi lagi menjadi empat dimensi utama dimana masing-masing dimensi utama tersebut memiliki sub-sub dimensi. Berdasarkan kenyataan tersebut, dari berbagai penyebab yang dapat didiagnosis terhadap rendahnya kemampuan mahasiswa dalam bidang statistika, tampaknya penerapan asesmen portofolio yang berbasis asesmen kinerja dan
proses dapat meningkatkan
ketuntasan pencapaian kompetensi dalam metode statistika. Karena dengan penerapan asesmen tersebut, refleksi diri dan self evaluation terjadi secara optimal pada mahasiswa, sehingga minat dan motivasi mengikuti pembelajaran dalam bidang metode statistika akan meningkat dan akan berdampak pada ketuntasan (mastery) penguasaan kompetensi yang terkait dengan metode statistika. Berarti pemantauan terhadap proses dan hasil secara langsung secara silih berganti dan terintegrasi bisa dilakukan. Sehubungan dengan itu, karena pemantauan meliputi proses maupun hasil, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang terpadu antara kegiatan belajar mengajar dengan asesmen yang digunakan, dimana dalam asesmen yang dilakukan tersebut harus terdapat suatu umpan balik yang efektif, baik efektif dalam arti mengoptimalkan hasil maupun efektif dalam arti membangun tanggungjawab belajar pada diri mahasiswa. Poulson dan Poulson (1996) mengatakan bahwa asesmen portofolio merupakan suatu asesmen yang bersifat komprehensif karena dapat menilai baik proses maupun produk belajar. Cooper (2000) mengatakan bahwa pembelajaran yang menyangkut tahapan sampai meta kognisi knowledge memerlukan model asesmen yang tepat dan sesuai agar proses belajar dapat dipantau dan diases, dan asesmen portofolio merupakan salah satu pendekatan yang memberi kesempatan dilakukannya asesmen yang komprehensif baik terhadap produk maupun hasil belajar. Asesmen dan portofolio adalah suatu prosedur pengumpulan informasi mengenai perkembangan dan kemampuan mahasiswa melalui portofolionya, dimana pengumpulan informasi tersebut dilakukan secara formal dengan menggunakan kriteria tertentu, untuk tujuan pengambilan keputusan terhadap status mahasiswa tersebut. Lebih jauh O’Malley dan Valdez Pierce (1996) menyebutkan tiga elemen pokok portofolio, yaitu sampel karya, evaluasi diri, dan kriteria penilaian. O’Malley dan Valdez Pierce menekankan bahwa ‘self-assessment is the key to portfolio’. Tanpa adanya evaluasi diri, asesmen proses tidak dapat dilakukan secara optimal. Kegiatan evaluasi diri dalam proses mengerjakan tugas/ implementasi metode statistika memberikan beberapa manfaat antara lain (1)
sebagai umpan balik, (2)
memberikan rasa kepemilikan (ownership), dan (3) mengefisienkan waktu karena umpan 4
balik dapat dilakukan sendiri oleh mahasiswa, konsultasi dengan dosen, dan bahkan peer evaluation. Beaven (1997) menekankan bahwa evaluasi diri sangat penting dalam tahap revisi. Beberapa pertanyaan tentang kelebihan dan kelemahan yang diajukan terhadap mahasiswa yang bersangkutan, melalui kegiatan evaluasi diri berdampak pada kemajuan kualitas pekerjaannya. Bukan hanya pada penguasaan konsep, tetapi juga pada implementasinya yang menyangkut prosedur penyelesaian dari suatu tugas yang harus diselesaikan. Berdasarkan paparan di atas, perlu diketahui: sejauhmanakah penggunaan asesmen portofolio dapat meningkatkan kualitas pembelajaran metode statistika dasar pada mahasiswa BK Universitas Pendidikan Ganesha? Dengan mengetahui hal tersebut di atas, diharapkan dapat berkontribusi optimal pada : peningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang metode statistika, serta peningkatan wawasan dan kemampuan dosen pengampu bidang metode statistika dasar, dalam melaksanakan pembelajaran secara lebih efektif melalui optimalisasi penggunaan asesmen portofolio. Dari perbandingan di atas dapat dilihat bahwa asesmen portofolio menunjukkan beberapa kelebihan yang tidak diperoleh dari tes objektif, yaitu seperti adanya penilaian yang berkelanjutan, menghargai mahasiswa sebagai individu dengan keunikan masingmasing, dan adanya pengembangan metakognisi melalui refleksi dan evaluasi diri. Kemp dan Toperoff (1998) mengatakan dengan kelebihan-kelebihan ini portofolio dapat memacu keterlibatan (involvement) dalam belajar, meningkatkan motivasi, dan prestasi. 2. Metode Penelitian Penelitian ini sebagai upaya perbaikan pembelajaran (research for the improvement of instruction) di PerguruanTinggi. Karena itu. pada hakikatnya penelitian ini adalah penelitian tindakan berbasis kelas (classroom-based action research) dalam upaya menanggulangi masalah-masalah pembelajaran metode statistika pada Jurusan Bimbingan Konseling, sehingga tercapai kualitas pembelajaran yang optimal. Subyek penelitian terdiri dari 37 oarang peserta didik Jurusan BK. Mc. Niff (1988) mengatakan bahwa PTK yang disebutnya ‘Educational Action Research’ bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hopkins (1993) mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan (dosen) yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Dengan 5
demikian, PTK merupakan suatu inkuiri yang lebih dimaksudkan untuk bermanfaat bagi mereka dimana tindakan dilakukan. Manfaat tersebut dapat berupa perubahan praksis pembelajaran di kelas, pengentasan masalah yang ada, serta implementasi inovasi pembelajaran untuk mengoptimalkan kualitas pembelajaran. Dalam tahapan penelitian ini, dilakukan dalam suatu proses pengkajian berdaur (cyclical), dimana setiap siklus terdiri atas empat fase, yaitu merencanakan (planning), melaksanakan tindakan (action), memantau (observation), dan merefleksi (reflection). Sesuai dengan desain Penelitian Tindakan, prosedur penelitian ini menggunakan prosedur siklus. Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang ada, direncanakan akan dilakukan tiga siklus, namun demikian, untuk selanjutkan sepenuhnya tergantung pada hasil yang dicapai pada siklus terakhir. Setiap siklus terdiri dari empat fase, yaitu merencanakan, melaksanakan tindakan, memantau, dan merefleksi. Fase Perencanaan meliputi: (i) Persiapan Pembelajaran, berupa pembuatan Satuan Acara Pembelajaran dan Rencana Pembelajaran, pemilihan materi perkuliahan, dan pembuatan/pengadaan media. (ii) Pembuatan/pengadaan instrumen pemantauan seperti ceklis evaluasi diri, lembar observasi, dan rubrik penilaian kemampuan statistik dasar, (iii) Diskusi dan simulasi tim peneliti yang sekaligus sebagai implementer dalam rangka implementasi Rencana Pembelajaran. Dalam fase pelaksanaan tindakan berupa pertemuan di kelas. Yang bertindak sebagai implementer adalah tim peneliti. Tindakan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Sedangkan fase pemantauan dilakukan dalam rangka mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengetahui kinerja siklus. Pemantauan dilakukan baik selama PBM berlangsung, maupun pasca PBM/pasca satu siklus. Pemantauan selama PBM antara lain pemantauan kinerja PBM, pelaksanaan kegiatan evaluasi diri, dan pengembangan folder portofolio. Pemantauan pasca PBM adalah penilaian folder portofolio, analisis lembar evaluasi diri, dan penilaian kemampuan mengerjakan tugas-tugas statistik dasar melalui rubrik penilaian. Fase refleksi merupakan peninjauan terhadap kinerja siklus, kekuatan, dan kelemahan yang masih ada. Sebelum dilakukan refleksi yang berupa diskusi intensif tim peneliti, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan. Hasil analisis data akan berupa temuan siklus. Temuan inilah yang digunakan sebagai bahan melakukan refleksi. Hasil refleksi berupa rekomendasi apakah permasalahan telah dapat ditanggulangi atau diperlukan siklus lanjutan. Data yang dikumpulkan mencakup: (a) data proses pembelajaran (yang dikumpulkan ketika pelaksanaan tindakan) dan (b) produk atau hasil belajar (yang 6
merupakan hasil dari pelaksanaan tindakan). Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai metode pengumpulan data, yaitu studi dokumen, observasi, dan wawancara. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Cara-cara yang digunakan adalah penghitungan persentase pemunculan suatu fenomena atau respon, dan pencatatan perkembangan maupun dokumen. Sesuai dengan prosedur analisis data deskriptif kualitatif, maka pada prinsipnya langkah-langkah analisis data adalah (1) tabulasi data, (2) reduksi data melalui pengelompokan (kategori), (3) interpretasi, dan (4) pengambilan simpulan. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini merupakan research of instruction improvement, yang mengambil obyek mata kuliah metode statistika.
Pada siklus pertama, hasil analisis
terhadap penilaian substansi (penguasaan materi) metode statistika menunjukkan bahwa secara rata-rata pencapaiannya pada skor 70,0 dan ini termasuk pada katagori nilai C. Sedangkan bila dilihat lebih rinci bahwa 15 oang mahasiswa menunjukkan pencapaian penguasaan substansi materi pada skor 80, dan ini menunjukkan pencapaian nilai B, dan 5 orang mahasiswa mendapatkan nilai 85 ke atas yaitu katagori A. Ini berarti dari 37 orang mahasiswa 12 orang mendapat pencapaian nilai C, dan 5 orang mahasiswa yang mendapat skor D ke bawah. Sedangkan hasil analisis penilaian kinerja mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa dalam bekerja masih cenderung berorientasi hanya pada penyelesaian tugas (pekerjaan) saja, belum terfokus pada kelengkapan tugas (seperti, kelengkapan simbul-simbul statistik yang digunakan, belum optimalnya dorongan untuk menghasilkan karya yang out standing), begitu juga kerapian tugas, partisipasi saat konferen. Hal ini lebih dominan kelihatan pada mahasiswa yang mencapaian skor C ke bawah dan juga pada yang mencapai skor B yang berada pada interval skor awal.
Analisis terhadap
kelengkapan isi dari sub folder portofolio menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa tidak lengkap , dan itu terjadi dikarenakan tidak optimalnya penggunaan ceklist evaluasi diri, dan terdeskripsi bahwa : dalam mengerjakan tugas ternyata sebanyak 70 % (33 orang) mahasiswa tidak melakukan receking berdasarkan ceklis evaluasi diri terhadap hasil karyanya sebelum dikumpulkan. Ini berarti ada kecenderungan yang besar mahasiswa tidak menggunakan ceklis evaluasi diri di dalam receking hasil karyanya, dalam usaha mendapatkan hasil karya terbaiknya. Mengkaji hasil analisis di atas, khususnya tentang tingkat penguasaan substansi materi perkuliahan secara umum mahasiswa masih dalam katagori sedang, dan hal ini
7
diduga disebabkan karena belum optimalnya penggunaan ceklis evaluasi diri dan penilaian kinerja oleh mahasiswa dalam kaitan dengan pengerjaan tugas-tugas setiap folder. Mengacu pada permasalahan yang ingin ditanggulangi dalam penelitian ini, ternyata dari segi kemampuan menguasai substansi metode statistika sebenarnya tidaklah mengkawatirkan (walaupun memang ada beberapa mahasiswa yang kemampuan penguasaannya masih kurang), tetapi yang belum tampak secara menggejala adalah tercerminnya sikap-sikap positif yang muncul sebagai akibat penggunaan ceklis evaluasi diri dan format panduan kinerja. Yang diharapkan adalah adanya kesadaran diri untuk mengerjakan atau mengkaji substansi materi secara optimal dan ketelitian dalam mengerjakan tugas baik yang menyangkut penggunaan simbul-simbul statistika maupun kecermatan di dalam mengolah data (angka) secara numerik, yang pada gilirannya akan berdampak pada hasil akhir pada setiap folder untuk menghasilkan karya yang baik. Kalau hal itu bisa terjadi, dengan melakoni secara sadar dan optimal tahapan penguasaan substansi materi dan aplikasi dari metode statistika akan berdampak pada dimilikinya kompetensi analisis data dalam berbagai kancah tugas yang berhubungan dengan numerikal. Dengan melakoni secara langsung itulah kata kunci kompetensi yaitu able to do akan berdampak positif. Hasil refleksi di atas mengarahkan pada perencanaan siklus II yaitu menyangkut: (i) penyelenggaraan konferensi kelompok untuk klarifikasi konsep tertentu yang belum dipahami mahasiswa, dan (ii) optimalisasi pengunaan ceklis evaluasi diri dan penilaian kinerja, untuk dapat memunculkan, ketelitian dan kecermatan dalam mengerjakan tugas, serta dapat memunculkan hasil/ prestasi yang meningkat dalam menguasai substansi metode statistika. Selanjutnya hasil siklus kedua, didasarkan hasil refleksi siklus I, maka kegiatan pada siklus II ini terdiri dari dua bagian yaitu : pertama melakukan konferensi kelompok pada lima orang mahasiswa mengenai materi metode statistika (khususnya tentang substitusi data ke dalam rumus). Pelaksanaan konferensi kelompok ini dilakukan pada waktu khusus sebelum jadwal kuliah secara klasikal dimulai, dan kedua, melakukan pengkajian tentang materi folder III dengan mengoptimalkan penggunaan penilaian kinerja dan format ceklis evaluasi diri. Skenario perkuliahan pada siklus II ini terdiri dari empat kali pertemuan menyangkut : (i) pengkajian konsep, (ii) aplikasi formula dengan dukungan data artifisual, (iii) penugasan terstruktur dibarengi kerja mandiri, dan (iv) pembuatan rangkuman bersama serta klarifikasi konsep yang diperlukan.
8
Hasil analisis terhadap konferensi kelompok menunjukkan bahwa mahasiswa tidak mengerti pada langkah substitusi data ke dalam rumus, yang semestinya dapat dikerjakan bersamaan sehingga akan lebih efektif dan tidak membingungkan. Setelah dilakukan diskusi dan aplikasi langsung pada data contoh, ternyata mahasiswa sangat surprise bisa menemukan dan mengerjakan lanjutan analisis secara lancar. Hasil analisis terhadap karya mahasiswa, ternyata setelah diadakan konferensi dan penekanan terhadap penggunaan format yaitu penilaian substansi, penilaian kinerja dan penggunaan ceklist evaluasi diri, ternyata kemampuan mahasiswa jauh menjadi meningkat. Karya yang dihasilkan mencapai skor B, dan penampilan karya mahasiswa rata-rata rapi, penggunaan simbulsimbul statistikpun menjadi lebih cermat. Hasil-hasil di atas menunjukkan bahwa secara umum kemampuan metode statistika mahasiswa adalah baik. Ini berarti asesmen (penilaian) portofolio dengan menggunakan format penilaian substansi, penilaian kinerja, dan penggunaan ceklist evaluasi diri, dapat meningkatkan
motivasi
mahasiswa
mempelajari
metode
statistika
dan
dapat
mengoptimalkan peningkatan kemampuan mahasiswa dalam bidang metode statistika. Tingginya penggunaan panduan-panduan tersebut, dan hasil elaborasi pada konfensi kelompok/ individu serta klarifikasi yang dilakukan oleh dosen saat konferensi klas, kelompok maupun individu di dalam setiap siklus, merupakan indikasi tumbuhnya sikap kepemilikan (ownership) terhadap proses belajar
dan dalam hal ini dalam metode
statistika. Mahasiswa tekun melakukan perbaikan-perbaikan terhadap karyanya untuk mencapai hasil terbaik, dan hal ini juga terungkap pada cover later pada masing-masing portofolio mahasiswa. Juga tercermin tingginya kegiatan mandiri yang dilakukan mahasiswa ini menggambarkan
makin tumbuhnya ownership mahasiswa terhadap
pembelajaran. Bila hal ini dapat dilakukan secara berkesinambungan oleh semua dosen, paradigma pembelajaran yang berfokus pada student-centered akan tumbuh secara optimal. Hasil refleksi di atas menunjukkan bahwa hingga akhir siklus II telah terjadi peningkatan yang sangat tajam dari siklus I, hal ini ditunjukkan dengan hasil yang sangat baik yaitu semua mahasiswa mendapatkan skor minimal B. Ini berarti model pembelajaran dengan penggunaan asesmen portofolio dalam pembelajaran metode statistika, signifikan dikembangkan untuk peningkatan penguasaan mahasiswa dalam bidang metode statistika.
9
4. Simpulan dan Saran Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut : a.. Setelah diterapkan asesmen portofolio dalam pembelajaran metode Statistika, ternyata kemampuan metode statistika mahasiswa meningkat secara tajam dan hasil yang adalah baik. Ini berarti asesmen (penilaian) portofolio dengan menggunakan format penilaian substansi, penilaian kinerja, dan penggunaan ceklist evaluasi diri, dapat meningkatkan
motivasi
mahasiswa
mempelajari
metode
statistika
dan
dapat
mengoptimalkan peningkatan kemampuan mahasiswa dalam bidang metode statistika. b. Tingginya penggunaan panduan-panduan tersebut, dan hasil elaborasi pada konferensi kelompok/ individu serta klarifikasi yang dilakukan oleh dosen saat konferensi klas, kelompok maupun individu di dalam setiap siklus, dapat menumbuhkan sikap kepemilikan (ownership) terhadap proses belajar,
dan dalam hal ini adalah pada
pembelajaran metode statistika. c. Terjadinya peningkatan ketekunan mahasiswa melakukan perbaikan-perbaikan terhadap karyanya untuk mencapai hasil terbaik, dan hal ini juga terungkap pada cover later pada masing-masing portofolio mahasiswa (terlampir). Juga tercermin tingginya kegiatan mandiri yang dilakukan mahasiswa dan ini mencerminkan makin tumbuhnya ownership mahasiswa terhadap pembelajaran. Bila hal ini dapat dilakukan secara berkesinambungan oleh semua dosen, paradigma pembelajaran yang berfokus pada student-centered akan tumbuh secara optimal. Berdasarkan hasil hasil penelitian ini ,disarankan pada pihak-pihak terkai sebagai berikut: a.Kepada mahasiswa, agar selalu memotivasi diri dalam belajar dan menggunakan berbagai panduan yang terkait dengan asesmen portofolio, sehingga akan dapat meningkatkan ketekunan dalam
melakukan perbaikan-perbaikan terhadap hasil karya
sehingga dapat mencapai hasil terbaik. b. Kepada para dosen, khususnya yang mengampu matakuliah sejenis, ada baiknya mencobakan penerapan asesmen portofolio dalam pembelajaran, karena hal tersebut memberi peluang yang sangat tinggi untuk terjadinya kegiatan mandiri pada mahasiswa dan hal tersebut dapat memacu tumbuhnya ownership mahasiswa terhadap pembelajaran. Bila hal ini dapat dilakukan secara berkesinambungan oleh semua dosen, paradigma pembelajaran yang berfokus pada student-centered akan tumbuh secara optimal.
10
c. Untuk kajian lebih lanjut perlu dikembangkan lagi format-format observasi maupun penilaian yang disusun bersama atas kesepakatan antara dosen dengan mahasiswa sehingga ownership pada mahasiswa makin tumbuh dan kreasi kemandirian sebagai calon pendidik akan semakin mendapat tempat. Kesepakatan itu sebaiknya dilakukan setelah perkuliahan berlangsung beberapa minggu, sehingga mahasiswa telah memiliki gambaran yang agak jelas mengenai arah maupun konten kajian mata kuliah yang diikuti.
DAFTAR PUSTAKA Anderson Orin W.& Krathwohl David R., (2001) ATaxonomy for Learning, Teaching, abd Assessing, A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York : Addison Wesley Longman,Inc. Asmawi Zainul. (2001). Alternative Assessment, Seri AA Buku 2.09. Jakarta: PAU Ditjen Dikti Depdiknas. Confrey, Jere. (1995). ‘A Theory of Intellectual Development’. Journal For the Learning of Mathematics. Vol. 15,1 (Februari). 38-47. Guilford, J. F. (1954). Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York: Mc. Graw Hall Co. Hopkins, D. (1992). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press.
Kemp, J. & Toperoff, D. (1998). Guidelines for Portfolio Assessment in Teaching English. Available at
[email protected] and mailto:
[email protected]. McNiff, J. ((1988). Action Research principles and Practice. London: McMillan Education. Moya, S.S. & O’Malley, J.M. (1994). A Portfolio Model for ESL;. The Journal of Educational Issues of Language Minorities. Vol. 13 (Spring). 13-36. O’Donnel,T. & Paiva, J.L. (1993). Independent Writing 2nd Edition. Boston: Heinle&Heinle Publishers. O’Malley, J.M. & Valdez Pierce, L. (1996). Authentic Assessment for English Language Learners. New York: Addison-Wesley Publishing Company. Paulson F.L. and Paulson P.R. (1996). ‘Assessing Portfolios Using the Constructivist Paradigm’ in R. Fogarty (Ed.). Student Portfolios, A Collection of Articles. Victoria, Australia: Hawker Brownlow Education. 11
Paulson, F.L., Paulson, P.R., & C.A. Meyer (1996). ‘What makes a portfolio a portfolio?’ in R. Fogarty (Ed.). Student Portfolios, A Collection of Articles. Victoria, Australia: Hawker Brownlow Education. Popham, W.J. (1995). Classroom Assessment, What Teachers Need to Know. Boston: Allyn and Bacon. Routman, R. (1991). Invitations, Changing as Teachers K-12. New Hampshire: Heinemann. Sujana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Salvia, J. & Ysseldyke, J.E. (1996). Assessment. 6th Edition. Boston: Houghton Mifflin Company. Wyaatt III, R.L. & Looper, S. (1999). So You Have to Have A Portfolio, a Teacher’s Guide to Preparation and Presentation. California: Corwin Press Inc.
12