By Ns.Yoani Aty.,S.Kep
Oksigenasi
adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi (pernafasan), kardiovaskuler dan hematology.
Saluran
pernapasan bagian atas Saluran pernapasan bagian bawah Paru
1. 2. 3. 4. 5.
Hidung Tenggorokan / trakea Bronkus Bronkiolus Paru-paru Alveolus
Saluran Pernapasan: faring, laring, trakea, bronki, dan bronkiolus Bentuk pipa (saluran) , tersusun dari gabungan rawan dan serabut-serabut elastin dan otot polos. sifat: kaku tapi elastis Fungsi : Kontinyuitas udara yang keluar masuk Supaya udara yang masuk bisa berlangsung terus menerus
Fisioanatomi alveolus: Tersisipi banyak makrofag, memindahkan materi asing dari dalam paru-paru yang belum tersaring di alat pernapasan sebelumnya Alveoli berbentuk kantong sangat tipis, karena membrannya hanya terdiri dari satu lapisan sel Susunan alveoli yang berlobus (memperluas permukaan difusi) Sekelilingnya terdapat kapiler-kapiler Jarak antara dinding kapiler dengan dinding alveoli hanya berkisar 0,1-1,2 mikron Konsentrasi oksigen yang berada di alveoli lebih tinggi daripada yang berada di darah dalam pembuluh kapiler di sekitarnya Konsentrasi karbondioksida di kapiler lebih tinggi dibandingkan yang ada di dalam alveoli sehingga karbondioksida akan berdifusi dari kapiler menuju alveoli.
Proses
respirasi: 1. Ventilasi Pulmoner 2. Difusi Gas antara alveoli dan Kapiler Paru 3. Transport O2 dan CO2 melalui darah ke sel – sel jaringan
→ Proses pertukaran udara alveoli dan atmosfir / udara luar. → Meningkat saat aktifitas dan dalam keadaan sakit.
→ Selama inspirasi rusuk akan naik oleh karena aksi otot leher anterior dan kontraksi otot intercostal external. → Selama ekspirasi rusuk akan turun oleh karena aksi otot perut anterior. → Aktifitas otot tambahan dan usaha nafas bertambah pada klien dengan penyakit obstruksi saluran pernafasan.
Kecukupan O2 di Udara Luar
Konsentrasi o2 pada tempat tinggi lebih rendah dari di laut.
Kebersihan Jalan Nafas Kembang kempis Paru
Pengembangan semua bagian paru dan dada.
Regulasi Respirasi
Pengatur ventilasi paru ( PO2 dan PCO2 ) tetap konstan, Pusat pengendali pernafasan terletak di medulla oblongata dan pons.
Volume
tidal ( TV ) : jumlah udara yang digunakan pada tiap siklus respirasi. 500 ml pada laki – laki dan 400 ml pada wanita. Volume cadangan inspirasi / Inspiratory reserve volume ( IRV ) : jumlah udara yang didapat pada inhalasi maksimal, 3100 ml Volume cadangan ekspirasi / Expiratory reserve volume ( ERV ) : jumlah udara yang dikeluarkan pada saat ekspirasi kuat, 1200 ml. Volume residu ( RV ) : jumlah udara yang tersisa setelah ekspirasi, normalnya 1200 ml
•
•
•
•
Kapasitas total paru ( TLC ) : jumlah udara maksimal dalam paru setelah inspirasi maksimal : TLC = TV + IRV + ERV + RV, 6000 ml Kapasitas vital ( VC ) : jumlah udara yang dapat diekspirasi setelah inspirasi kuat : VC = TV + IRV + ERV ( biasanya 80 % TLC ), 4800 ml Kapasitas inpirasi ( IC ) : jumlah udara maksimal yang didapat setelah ekspirasi normal, IC = TV + IRV , 3600 ml Kapasitas fungsional residu ( FRC ) : volume udara yang tertinggal dalam paru setelah ekspirasi normal volume tidal, FRC = ERV + RV, 2400 ml
Saat
inspirasi, volume paru bertambah, dan tekanan intrapulmoner menurun. Saat ekspirasi volume paru menurun, dan tekanan intrapulmonal meningkat.
•
Difusi adalah pergerakan gas/partikel dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah.
Faktor yang berpengaruh pada difusi gas dari membran respirasi : 1. Ketebalan membran → ketebalan membran akan bertambah pada pasien dengan edema pulmoner atau penyakit pulmoner yang lain. → bertambahnya ketebalan membran menyebabkan penurunan difusi gas. 2. Area permukaan membran 3. Koefisien difusi gas Tergantung berat molekul dan kelarutan gas dalam membran. CO2 dapat berdifusi 20 kali lebih cepat dari O2. 4. Perbedaan tekanan pada semua sisi membran perbedaan tekann udara pada semua sisi membran respirasi berpengaruh pada proses difusi. Jika tekanan oksigen pada alveoli lebih besar dari darah, maka o2 berdifusi ke darah. Perbedaan normal dari PO2 antara alveoli dan darah adalah 40 mm Hg.
Oksigen
ke jaringan – jaringan, dan karbondioksida dari jaringan ke paru. Normalnya 97 % O2 berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah secara bebas, dan dibawa ke jaringan sebagai oxyhemoglobin. Normalnya 25 % atau 5 ml dari O2 per 100ml didifusikan ke jaringan – jaringan.
Cardiac Output : → 5 liter per menit. Jumlah Erytrocit : laki – laki 5juta/mm³ dan wanita 4,5 juta /mm³. Latihan Bertambahnya latihan → peningkatan transport O2 ( 20 x kondisi normal ), menigkatkan cardiac uotput dan penggunaan O2 oleh sel.
Hematokrit Darah
Normalnya 40 % – 54 % pada laki – laki, dan 37 % – 47 % pada wanita. Meningkatnya hematokrit → peningkatan viskositas → bertambanya cardiac output → meningkatnya transport oksigen. Normalnya, dalam kondisi istirahat sekitar 4 ml CO2 per 100 ml darah ditransport dari jaringan ke paru – paru.
1. Lingkungan / Enviroment : Ketinggian, panas, dingin, dan polusi udara berpengaruh pada oksigenasi. 2. Latihan / Exercise : Aktifitas atau latihan fisik → meningkatkan respiratory dan heart rate , dan suplai O2 di dalam tubuh. 3. Emosi / Emotions 4. Gaya Hidup / Life Style Silicosis → pada seseorang pemecah batu ; Asbestosis → pada pekerja asbes Antracosis → pada penambang batu bara ; Petani → penyakit debu organic Rokok cigarret → faktor predisposisi pada penyakit paru 5. Status Kesehatan / Health Status 6. Narcotics : Menurunkan rata – rata dan kedalaman pernafasan oleh karena depresi pusat respirasi pada medulla.
HYPOXIA Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, PERUBAHAN POLA NAFAS Tachypnea → nafas yang cepat ( penurunan O2 dalam darah ). Bradypnea → nafas yang lambat ( penyebab depresi respirasi ), asidosis metabolik, dan pasien dengan PTIK ( peningkatan tekanan intrakranial, → injuri otak ). Hyperventilasi → jumlah udara dalam paru berlebihan. Sebab udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh. Hypoventilasi → ketidakcukupan ventilasi alveoli ( ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh ), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.
•
•
•
•
Cheyne Stokes → bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, o.k gagal jantung kongestif, PTIK, dan overdosis obat. Kussmaul’s ( hyperventilasi ) → peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal. Apneustic → henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat Biot”s → nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
OBSTRUKSI
JALAN NAFAS
Obstruksi partial atau total jalan nafas. Disebabkan benda asing, sperti makanan, lidah jatuh ke belakang ( pada pasien tidak sadar ), penumpukan sekret pada jalan nafas.
KONTROL
SARAF ATAS RESPIRASI
Ventilasi dikontrol oleh pusat napas dibatang otak bagian bawah di daerah medula dan pons. Di medula, terdpt neuron2 inspirasi & ekspirasi yg lepaskan muatan pd waktu yg berbeda dlm suatu pola kecepatan & irama yg telah ditentukan sebelumnya. Neuron2 respirasi menjalankan respirasi dgn rangs neuron motorik yg persarafi diafragma dan otot2 antar iga.
Neuron
motorik yang menjalankan respirasi Neuron motorik utama yg mengontrol pernapasan adlh saraf frenikus. Apabila diaktifkan oleh neuron2 inspirasi pusat, maka saraf frenikus menyebabkan dada mengembang & udara mulai mengalir dari atmosfir ke dlm paru. Hal ini disebut inspirasi. Seiring dgn berlanjut inspirasi, maka pelepasan oleh muatan neuron2 ekspirasi meningkat, sehingga aktivitas neuron motorik berhenti & terjadi relaksasi diafragma & otot2 antar iga. Dada kembali mengempis & udara mengalir keluar paru. Aliran udara yg keluar dari paru adlh ekspirasi.
Kemoreseptor sentral Kemoreseptor sentral di otak berespon terhadap perubahan konsentrasi ion hidrogen dalam cairan cerebrospinalis. Ion hidrogen meningkatkan kecepatan pelepsan muatan kemoreseptor. Sebaliknya penu8runan konsentrasi ion hidrogen menurunkan kecepatan konsentrasi muatan kemoreseptor. Informasi dari kemoreseptor pusat disalurkan ke pusat pernapasan otak sebagai respon nyata, meningkatkan atau menurunkan kecepatan pernapasan. Konsentrasi ion hidrigen biasanya mencerminkan konsentrasi CO2. Dengan demikian, sewaktu kadar CO2 meningkat, kadar ion hidrogen meningkat dan kecepatan pelepasan neuron – neuron inspirasi meningkat. Pada kadar CO2 dan ion hidrogen yang rendah, kecepatan pelepasan muatan oleh neuron – neuron inspirasi berkurang.
Kemoreseptor
perifer Terdapat di arteri karotis dan aorta dan memantau konsentrasi O2 di dalam darah arteri. Reseptor2 ini disebut badan karotis dan aorta, mengirim impuls mereka ke pusat pernapasan di medula dan pons terutama untuk meningkatkan ventilasi sewaktu kadar O2 rendah. Kemoreseptor ini kurang sensitif dari pada kemoreseptor sentral.
Volume tidal ( volume udara keluar dan masuk pada pernapasan normal : 500 ml). Volume cadangan inspirasi adl volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah volume tidal =3000 ml. Volume cadangan ekspirasi udara yang masih dapat dikeluarkan setelah ekspirasi biasa = 1000 ml . kapasitas vital (volume udara maximum yang dapat dihirup dan dikeluarkan selama pernapasan yang dipaksakan: 3500 ml /wanita, dan 4500 ml / pria). Kapasitas inspirasi adalah volume tidal + volume cadangan inspirasi = 3500 ml. Volume residu (sisa udara dalam paru-paru ketika kita mengeluarkan sebanyak mungkin udara =1000 ml). Kapasitas paru-paru total = kapasitas vital + volume residu =4500 ml/wanita dan 5500 ml/pria.
Kapasitas volume paru : Volume paru ditentukan oleh proses spirometrik yg ukur volume udara msk keluar paru. Tidal volume : Jumlah udara yg diinspirasi & diekspirasi pd setiap tarikan napas. N ; 500 – 700 ml. Volume cadangan inspirasi : volume udara diatas inspirasi tidal volume yg dpt dihirup pd setiap tarikan napas (300 ml). Volume cadangan ekspirasi : Jumlah udara maksimum yg dpt dihembuskan melebihi ekspirasi normal (100 ml). Volume residual : udara yg tetap berada di dlm paru setelah ekshalasi maksimum (1200 ml).
Kapasitas
vital : Jumlah udara maksimum pd seseorg yg berpindah pd satu tarikan napas. Kapasitas ini mencakup volume cadangan inspirasi, tidal volume & volume cadangan ekspirasi. Nilainya diukur dgn menyuruh individu inspirasi maks kemudian hembuskan sebanyak mungkin udara di dlm parunya ke alat pengukur (spirometri). Dlm keadaan normal paru dpt tampung udara 5 liter. Dlm keadaan normal jumlah pernapasan (RR) : Orang dewasa : 16 – 18 x/mnt, Anak2 : 24 x/mnt, Bayi : 30 x/mnt
KI = VT + VCI
KI=500ml +3000ml
KRF = VCE + VR.
KRF=1000ml+1000ml
KV = VCI + VT + VCE.
KV=3000ml+500ml+ 1000ml
PENGKAJIAN
1.
Riwayat keperawatan: riwayat gangguan pernapasan Pola batuk dan produksi sputum Sakit dada 2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST) Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
•
•
Riwayat perkembangan : Neonatus : 30 - 60 x/mnt; Bayi : 44 x/mnt; Anak : 20 - 25 x/mnt; Dewasa : 15 - 20 x/mnt; Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun Riwayat kesehatan keluarga : anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit yang sama.
•
Riwayat sosial : merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
•
Riwayat psikologis : tanggapan pasien & keluarga terhdp penyakit
a.
b.
c.
Hidung dan sinus Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung. Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris Faring Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak Trakhea Palpasi : dengan cara berdiri dibelakang pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks Inspeksi : • Postur, Bentuk dada, Pigeon chest (sternum menonjol ke depan), Funnel chest (sternum ke dalam) ,Barrel chest, Kiposis atau bungkuk, Lordosis atau membusung ke depan, Skoliosis : ke salah satu sisi. • Pola napas : kecepatan/frekuensi : eupnea (normal : 16 - 24 x/mnt), tachipnea (lebih dari 24 x/mnt), bradipnea ( kurang dari 16 x/mnt), apnea (henti napas). hiperventilasi (pernapasan dalam dan panjang), hipoventilasi ( pernapasan lambat).
•
•
pernapasan dada yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut. Ritme/irama pernapasan yaitu reguler atau irreguler, cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Bunyi napas : stridor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stridor (bunyi kering dan nyaring , didengar saat inspirasi), wheezing yaitu bunyi napas (seperti bersiul), rales (mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi), ronchi (bunyi napas kasar dan kering saat ekspirasi). Batuk produktif , batuk non produktif , hemoptue Oksigenasi : anoxia , hipoxemia , hipoxia, cianosis
SUARA
TAMBAHAN
RALES: o akibat eksudat
o
lengket saat saluran napas mengembang (inspirasi) peradangan jaringan paru (pneumonia-TBC) Halus: “meritik” pada akhir inspirasi; pendek Sedang: lebih kasar di tengah-akhir inspirasi Kasar: lebih lama; pada seluruh fase inspirasi Rales tidak hilang saat pasien disuruh batuk
RONCHI: o akibat terkumpulnya o o
cairan mukus dalam trakhea / bronkus besar (edema paru) nada rendah, sangat kasar; pada inspirasi & ekspirasi hilang bila pasien disuruh batuk
…….lanjutan WHEEZING: o
o o
akibat ada eksudat lengket tertiup aliran udara & bergetar nyaring (bronkitis akut) bunyi musikal….ngiiiiik….. pada ekspirasi dan inspirasi, lebih jelas pada ekspirasi
PLEURAL-FRICTION o o
o
RUB: akibat peradangan pleura, terdengar sepanjang fase pernapasan kering seperti gosokan amplas pada kayu Paling jelas oada posteri-lateral bawah dinding thoraks
Untuk
mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus. Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar
Suara perkusi normal : SONOR ( dug-dug) Tidak normal : redup. Pekak, Hipersonor,Timpani,
→ Specimen. untuk kultur dan sensitifitas → identifikasi mikroorganisme spesific dan sensitifitas terhadap obat. Untuk cytology → untuk mengidentifikasi sebab, struktur, fungsi dan patologi sel. Specimen untuk sitologi didapatkan dari pengumpulan sputum pada pagi hari ( selama 3 hari ) dan dites untuk mengetahui kanker pada paru. BTA ( Bacil Tahan Asam ) → dengan mengumpulkan sputum tiga hari berturut – turut, untuk mengindentifikasi presentase TB. → Spirometri → tes fungsi paru – paru. → BGA ( Blood Gas Analysa ) → PCO2 : 35 – 45 mm Hg PO2 : 80 – 100 mm Hg pH : 7,35 – 7,45 → Pemeriksaan darah : eritrosit, Hb, leukosit, dll → Pemeriksaan Visual : Rontgen, Bronchoscopy, Scaning, Flouroskopy.
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. :
1.
Produksi Sekresi yang kenta atau berlebihan Imobilisasi Efek sedatif obat Depresi refleks batuk Penurunan oksigen dalam udara inspirasi Berkurangnya mekanisme pembersihan silia atau respon peradangan Obstruksi trakea
2.
3.
Pola napas tidak efektif b.d. Penyakit infeksi pada paru Depresi pisat pernapasan Lemahnya otot pernapasan Turunnya ekspansi paru Kerusakan pertukaran gas b.d. : Perubahan suplai oksigen Obstruksi Saluran pernapasan Adanya penumpukan cairan dalam paru Atelekstasis,Bronkospasme,adanya edema paru Tindakan pembedahan paru
4.
Gangguan perfusi jaringan b.d.
Imobilisasi Menurunnya Aliran darah Vasokonstriksi Hipovolemik
A.
TUJUAN
Mempertahankan jalan napas agar efektif Mempertahankan pola napas agar kembali efektif Mempertahankan pertukaran gas Memperbaiki perfusi jaringan
Mempertahankan jalan napas agar efektif 1. Awasi perubahan status jalan napas dengan monitor jumlah, bunyi atau status kebersihannya 2. Berikan Humidifier ( pelembab ) 3. Lakukan tindakan pembersihan jalan napas dengan fibrasi,clapping atau psotural drainage ( jika perlu suction ) 4. Ajarkan Teknik batuk efektif 5. Pasang jalan napas buatan : oropharingeal/nasopharingeal airway,intubasi trakea, trakeostomy
Mempertahankan pola napas agar kembali efektif 1. 2. 3.
4.
Awasi perubahan status pola pernapasan Atur posisi sesuai dengan kebutuhan semifowler ) Berikan oksigenasi Ajarkan teknik bernapas yang benar
(
Mempertahankan 1. 2. 3. 4. 5.
pertukaran gas
Awasi perubahan status pernapasan Atur posisi sesuai dengan kebutuhan ( semifowler ) Berikan oksigenasi Lakukan suction bila memungkinkan Pertahankan berkembangnya paru dengan memasang ventilasi mekanis, chest tube dan chest drainage
Memperbaiki 1. 2. 3. 4. 5. 6.
perfusi jaringan
Kaji perubahan tingkat perfusi jaringan ( Capillary Refill time ) Berikan Oksigenasi sesuai kebutuhan Pertahankan asupan Cegah adanya perdarahan Hindari terjadinya valsah manufer seperti mengedan, menahan napas, batuk Pertahankan perfusi dengan transfusi
Mempertahankan jalan napas agar efektif 1. Awasi perubahan status jalan napas dengan monitor jumlah, bunyi atau status kebersihannya 2. Berikan Humidifier ( pelembab ) 3. Lakukan tindakan pembersihan jalan napas dengan fibrasi,clapping atau psotural drainage ( jika perlu suction ) 4. Ajarkan Teknik batuk efektif 5. Pasang jalan napas buatan : oropharingeal/nasopharingeal airway,intubasi trakea, trakeostomy
Mempertahankan pola napas agar kembali efektif 1. 2. 3.
4.
Awasi perubahan status pola pernapasan Atur posisi sesuai dengan kebutuhan ( semifowler ) Berikan oksigenasi Ajarkan teknik bernapas yang benar
Mempertahankan 1. 2. 3. 4. 5.
pertukaran gas
Awasi perubahan status pernapasan Atur posisi sesuai dengan kebutuhan ( semifowler ) Berikan oksigenasi Lakukan suction bila memungkinkan Pertahankan berkembangnya paru dengan memasang ventilasi mekanis, chest tube dan chest drainage
Memperbaiki 1. 2. 3. 4. 5. 6.
perfusi jaringan
Kaji perubahan tingkat perfusi jaringan ( Capillary Refill time ) Berikan Oksigenasi sesuai kebutuhan Pertahankan asupan Cegah adanya perdarahan Hindari terjadinya valsah manufer seperti mengedan, menahan napas, batuk Pertahankan perfusi dengan transfusi
1.
A.
Mempertahankan terbukanya jalan napas Pemasangan jalan napas buatan Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke dalam mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran trakhea untuk memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi Rute pemasangan : • Orotrakheal : mulut dan trakhea • Nasotrakheal : hidung dan trakhea • Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang diciptakan pada lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3 • Intubasi endotrakheal
B. Latihan napas dalam dan batuk efektif Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi Cara kerja : • Pasien dalam posisi duduk atau baring • Letakkan tangan di atas dada • Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang • Tahan napas untuk beberapa detik • Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi • Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali • Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu keluarkan secara cepat disertai batuk yang bersuara • Ulangi sesuai kemampuan pasien • Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada daerah bekas operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk, untuk menghindari terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri
C. Posisi yang baik Posisi semi fowler atau high fowler, Orthopneic, memungkinkan pengembangan paru maksimal karena isi abdomen tidak menekan diafragma D. Pengisapan lendir (suctioning) Melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas, suction dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau trakheostomi tube.
E. Pemberian obat bronkhodilator Melebarkan jalan napas dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara. Diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.
2. Mobilisasi sekresi paru A. Hidrasi Pasien minum banyak - 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas kemampuan/cadangan jantung. B. Humidifikasi Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir. C. Postural drainage Gunakan kekuatan gravitasi untuk pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya. Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat. Tekniknya : • Sebelum postural drainage, lakukan : - Nebulisasi untuk mengalirkan sekret - Perkusi sekitar 1 - 2 menit - Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode • Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
3. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru A. Latihan napas Peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui pengontrolan pernapasan Jenis latihan napas : • Pernapasan diafragma • Pursed lips breathing • Pernapasan sisi iga bawah • Pernapasan iga dan lower back • Pernapasan segmental B. Pemasangan ventilasi mekanik Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran / penghembusan udara ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam periode yang lama. Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.
C. Pemasangan chest tube dan chest drainage Chest tube drainage / intra pleural drainage dibuat chest kateter dari rongga pleura dihubungkan ke sistem drainage. Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open pneumothoraks, flail chest. Tujuannya : • Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara • Untuk mengembalikan ekspansi paru. Tipenya : a. The single bottle water seal system b. The two bottle water c. The three bottle water
4. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia Dengan pemberian O2 dapat melalui : • Nasal canule • Bronkhopharingeal khateter • Simple mask • Aerosol mask / trakheostomy collars • ETT (endo trakheal tube)
Health promotion • Ventilasi yang memadai • Hindari rokok • Pelindung / masker saat bekerja • Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1) • Pakaian yang nyaman
• Upaya mengencerkan sekret • Teknik batuk dan postural drainage • Suctioning • Posisi fowler/semi fowler, significant other • Mengatur istirahat dan aktifitas, tingkatkan rasa nyaman, ROM • Mengurangi usaha bernapas pakaian tipis dan hangat, hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas • Mempertahankan nutrisi dan hidrasi • Mempertahankan eliminasi • Mencegah dan mengawasi potensial infeksi • Terapi O2 • Terapi ventilasi • Drainage dada
1.
Latihan Napas Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stres.
1. 2. 3. 4. 5.
6. 7.
Cuci tangan Jelaskan prosedur yang akan dilakukan Atur posisi( duduk atau tidur terlentang ) Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara napas melalui hidung dengan mulut tertutup. Anjurkan untuk menahan napas selama 1-1,5 detik, kemudian disusul dengan menghembuskan napas melalui bibir mencucu Catat respon yang terjadi Cuci tangan
Latihan batuk untuk membersihkan laring,trakea, dan bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan napas PROSEDUR KERJA : 1. 2. 3. 4.
5.
Cuci tangan Jelaskan prosedur Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat membungkuk ke depan Anjurkan menarik napas secara pelan dan dalam dengan menggunakan pernapasan diafragma Setelah itu tahan napas kurang lebih 2 detik
6. 7. 8.
9. 10.
Batukan 2 kali dengan mulut terbuka Tarik napas dengan ringan Istirahat Catat respon yang terjadi Cuci tangan
Memberikan
oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen: melalui kanul, nasal, masker untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah hipoksia.
Oksigen
yang diberikan dengan konsentrasi yang rendah ( 24 – 40 % ) dengan kecepatan 2-4 liter/menit
Alat dan Bahan
1.
a. b. c. d.
Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifer Nasal kateter, kanula, masker Vaselin/jeli. Plester
Prosedur Kerja
2.
a. b. c. d. e. f. g. h.
i. j. a. b.
Periksa program terapi medik Ucapkan salam teraupetik Cuci tangan Jelaskan prosedur kerja dan kaji gejala hipoksia dan sekret pada jalan napas Cek Flowmeter dan Humidifier Sambungkan kanul nasal ke selang oksigen dan ke sumber oksigen Hidupkan tabung oksigen Atur pasien pada posisi semifowler atau sesuai dengan kondisi pasien Berikan oksigen melalui kanul Pastikan aliran oksigen berfungsi dengan baik : selang tidak tertekuk, terasa udara keluar melalui kanul Catat pemberian dan lakukan observasi Cuci tangan
Memberikan
oksigen dengan konsentrasi dan kecepatan aliran 40-60 % pada kecepatan 5-8 liter/menit Persiapan alat
Fase mask, sesuai dengan kebutuhan dan ukuran pasien Selang oksigen Hudimifier Cairan steril Tabung Oksigen dengan flowmeter Pita/Tali palstik
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9. 10. 11.
Lakukan 1-5 seperti pada pemberian oksigen melalui kanul nasal Sambungkan masker ke selang dan ke sumber oksigen Atur pita elastik ke telinga sampai masker terasa pas dan nyaman Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran Periksa masker,aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat tergantung kondisi dan keadaan umum Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam Kaji iritasi pada membran mukosa Cuci tangan Evaluasi respon pasien Catat hasil tindakan yang telah dilakukan
Postural drainage Clapping Vibrating Alat dan Bahan : 1. 2. 3. 4.
Pot sputum berisi desinfektan Kertas Tisu Dua balok tempat tidur ( postural drainage ) Satu bantal ( postural drainage )
Postural Drainage 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9. 10.
Cuci tangan Jelaskan prosedur Miringkan tubuh pasien ke arah kiri ( untuk membersihkan paru bagian kanan ) Miringkan tubuh pasien ke arah kanan ( untuk membersihkan paru bagian kiri ) Miringkan tubuh pasien ke kiri dan tubuh bagian belakang kanan di sokong dengan satu bantal ( untuk membersihkan bagian lobus tengah ) Lakukan postual drainage ± 10-15 menit Observasi TTV selama prosedur Setelah pelaksanaan postural drainage lakukan Clapping, Vibrating, dan suction Lakukan hingga lendir bersih Cuci tangan
1. 2. 3. 4.
5.
6. 7. 8.
Cuci tangan Jelaskan prosedur Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk punggung pasien secara bergantian untuk merangsang terjadinya batuk Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan menampung sputum pada pot sputum Lakukan hingga lendir bersih Catat respon yang terjadi Cuci tangan
1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8.
Cuci tangan Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan Atur posisi pasien sesuai dengan kondisi Lakukan vibrating dengan anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengeluarkan secara perlahan. Kedua tangan perawat diletakan di bagian atas samping depan cekungan iga,kemudian getarkan secara perlahan dan lakukan berkali-kali hingga pasien batuk Bila pasien sudah batuk berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampungnya pada pot sputum Lakukan hingga lendir bersih Catat respon yang terjadi Cuci tangan
Dilakukan saat pasien tidak mampu mengeluarkan sekret sendiri untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen Alat dan bahan : Alat pengisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan Kateter pengisap lendir Pinset steril Sarung tangan steril Dua buah kom berisi larutan aquades atau NaCl 0.9% dan larutan desinfektan Kasa steril Kertas Tissue
1. 2. 3.
4. 5. 6. 7.
8.
9.
Cuci tangan Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan Atur pasien pada posisi terlentang dengan kepala miring ke arah perawat Gunakan sarung tangan Hubungkan kateter pengisap dengan selang pengisap Hidupkan mesin pengisap Lakukan pengisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam kom berisi aquades atau NaCl 0,9 % untuk mencegah trauma mukosa Masukan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap Tarik dengan memutar kateter pengisap kurang dari 3-5 detik
10. 11. 12. 13.
Bilas kateter dengan aguades atau NaCl 0,9% Lakukan hingga lendir bersih Catat respon yang terjadi Cuci tangan
Pengertian
: Merupakan tindakan invasif yang dialakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga thoraks, dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
Pneumotoraks, Bedah
hemotoraks, empyema
paru : karena ruptur pleura udara dapat masuk ke dalam rongga pleura reseksi segmental msalnya pada tumor, TBC lobectomy, misal pada tumor, abses, TBC
Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura ) keluar dari rongga pleura Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura yang dapat menyebabkan pneumotoraks Mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan jalan mempertahankan tekanan negatif pada intra pleura.
Gravitasi
: Udara dan cairan mengalir dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah. Tekanan positif : Udara dan cairan dalam kavum pleura ( + 763 mmHg atau lebih ). Akhir pipa WSD menghasilkan tekanan WSD sedikit ( + 761 mmHg )
Satu botol Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup mempunyai dua lobang, satu untuk ventilasi udara dan lainnya memungkinkan selang masuk hampir ke dasar botol. Keuntungannya adalah : Penyusunannya sederhana Mudah untuk pasien yang berjalan Kerugiannya adalah : Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang diperlukan Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam botol yang membatasi garis pengukuran drainase
Dua botol Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan yang kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua botol, penghisapan dapat dilakukan pada segel botol dalam air dengan menghubungkannya ke ventilasi udara. Keuntungan : Mempertahankan water seal pada tingkat konstan Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik Kerugian : Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk masuk ke dalam area pleura. Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol. Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada kebocoran udara.
Tiga botol Pada sistem tiga botol, botol kontrol penghisap ditambahkan ke sistem dua botol. Botol ketiga disusun mirip dengan botol segel dalam air Keuntungan : sistem
paling aman untuk mengatur pengisapan.
Kerugian : Lebih
kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam perakitan dan pemeliharaan. Sulit dan kaku untuk bergerak / ambulansi
Bagian
apeks paru ( apikal ) Anterolateral interkosta ke 1 - 2 untuk mengeluarkan udara bagian basal Posterolateral interkosta ke 8 – 9 untuk mengeluarkan cairan ( darah, pus ).
Jalan
napas efektif Pola napas efektif Pertukaran gas efektif Perfusi jaringan efektif