By. Cicilia Evi, S,Psi., M.A., Psi
KONDUKSI NEURAL & TRANSMISI SINAPTIK
POKOK BAHASAN Neuron berkomunikasi melalui aktivitas elektrik (dengan bantuan ion-ion positif dan negatif yang terkandung di dalam dan di luar membran sel serta melalui akiivitas kimiawi (dengan bantuan substansi neurotransmitter).
bagaimana neuron yang satu dengan neuron yang lain dapat berkomunikasi dan menjalankan fungsinya dalam sistem saraf manusia.
POTENSIAL MEMBRAN NEURON
Potensial membran muncul
karena adanya dua kekuatan yang saling berlawanan, yaitu kekuatan yang muncul dari peristiwa difusi dan kekuatan dari tekanan elektrostatis
DIFUSI Peristiwa difusi dapat kita pahami melalui percobaan berikut: bila kita memasukkan sesendok gula dalam segelas air, tanpa mengaduknya, maka dalam beberapa waktu gula akan larut tetapi tetap akan berada dekat dengan dasar gelas. Bila Iarutan tersebut kita diamkan untuk beberapa hari, maka molekul-molekul gula dalam larutan tersebut akan tersebar merata dalam cairan meskipun tidak diaduk.
Peristiwa difusi Dalam kondisi
normal (tidak ada hambatan dalam peristiwa difusi), molekul-molekul akan berdifusi dari bagian yang memiliki konsentrasi tinggi ke bagian yang memiliki konsentrasi rendah.
Tekanan elektrostatis TEKANAN ELEKTROSTATIS Bila kita mencairkan suatu substansi elektrolit dalam air, maka substansi tersebut akan berpecah menjadi molekul-molekul (ion) yang mengandung muatan listrik yang saling berlawanan. Ion positif disebut dengan cations dan ion negatif disebut dengan anions Partikel dengan muatan-rnuatan listrik yang sejenis akan saling tolak menolak, sedangkan partikel dengan muatan-muatan listrik yang berlawanan akan saling tarik menarik
Tarikan yang berulang-ulang antara cations dan anions ini disebut dengan tekanan elektrostatis. Seperti halnya peristiwa difusi yang menggerakkan molekul dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi rendah, maka tekanan elektrostatis akan memindahkan cations dari daerah yang berlebihan ion positif dan memindahkan anions dari daerah yang berlebihan ion negatif.
Gaya tarik & penolakan
Intracellular & extracellular fluid
Membran sel dikelilingi oleh ion-ion listrik yang ditimbulkan oleh cairancairan kimia disekitarnya. Cairan bagian dalam membran (intracellular fluid) terdiri dari: Ion Natrium (sodium), pembawa muatan positif (Na+) Ion Kalium (potassium), pembawa muatan positif (K+) Ion Klorida, pembawa muatan negatif (CI-) Ion Protein/Organik, pembawa muatan negatif (An-) Sedangkan cairan bagian luar membran (extracellular fluid) terdiri dari:
Ion Natrium (sodium), pcmbawa muatan positif (Na+) Ion Kalium (potassium), pernbawa muatan positif (K+) Ion Klorida, pembawa muatan negatif (CI-) Ion protein tidak terdapat di bagian luar membran karena partikelnya terlalu besar untuk dapat melalui membran sel yang sifatnya semipermeable. Membran potensial dihasilkan oleh keseimbangan antara difusi ion-ion positif dan negatif.
resting membrane potensial & kondisi polarisasi
Bila tidak ada stimulus yang diterima oleh saraf (membran berada dalam kondisi tenang disebut resting membrane potensial), ion K+ yang berada di dalam membran sel memiliki konsentrasi Iebih tinggi, yaitu 30x jumlah ion K+ yang berada di Iuar membran. Konsentrasi ion protein (An-) juga lebih tinggi konsentrasinya di dalam membran sel. Dalam kondisi tenang tersebut, bagian luar sel memiliki konsentrasi ion CI- dan Na+ yang Iebih tinggi, untuk ion Na+ konsentrasinya 10x lebih besar daripada jumlah ion Na+ yang berada di dalam membran seI.
Dalam kondisi tenang, terdapat perbedaan potensial sebesar -70 mV (milivolt), hal tersebut menunjukkan bahwa potensial listrik di dalam membran lebih rendah sekitar 70mV daripada potensial listrik di luar membran.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka dalam kondisi tenang, muatan positif memenuhi bagian luar membran sel, dan muatan negatif rnemenuhi bagian dalam sel dengan kekuatan yang sama besar sehingga tidak terjadi perbedaan potensial (neuron berada dalam kondisi polarisasi).
visual resting membrane potensial
membran potensial dalam kondisi tenang
Con’t Ion protein partikelnya terlalu
besar untuk dapat melalui membran sel, sehingga ia akan selalu tetap berada di dalam membran. Ion K+ terkonsentrasi di dalam membran tetapi peristiwa difusi mendorongnya keluar (ke bagian yang konsentrasinya lebih rendah), tetapi bagian luar membran bermuatan positif (Iihat Gambar 3.3. di atas), sehingga terjadi penolakan terhadap difusi ion K+ keluar membran, dengan kata lain tekanan elektrostatis menahan ion K+ untuk berdifusi diluar membran.
Ion klorida (CI-) terkonsentrasi
di bagian luar membran. Peristiwa difusi menekan ion CIuntuk masuk ke dalam membran yang memiliki konsentrasi Cl- Iebih rendah, tetapi bagian dalam membran bermuatan negatif (lihat Gambar 3.3. di atas), sehingga ada tekanan elektrostatis yang menahan ion Cl- untuk berdifusi ke dalam membran. Sehingga ada dua kekuatan sama besar yang saling menyeimbangkan.
Con’t
Ion natrium (Na+) juga banyak terkonsentrasi di bagian luar membran, ia juga terpengaruh oleh peristiwa difusi, tetapi tidak seperti Cl-, Na+ tidak mampu ditahan oleh tekanan elektrostatis karena bagian dalam sel yang bermuatan negatif akan saling tarik menarik dengan ion natrium yang positif. Bila Na+ mampu untuk berdifusi ke dalam membran dan terdorong untuk masuk ke dalam membran karena tekanan elektrostatis, Ialu mengapa konsentrasi Na+ di luar membran tetap lebih tinggi?
sodium-potassium pump
Penjelasan dapat dilakukan melalui peristiwa sodium-potassium pump. Peristiwa pemompaan sodium potassium dimulai dari dinding membran yang pemiable terhadap Na+. Pada saat yang sama, kekuatan dari pemompaan sodium-potassium akan memompa Na+ keluar dan menukar Na+ yang keluar dengan K+ yang masuk dengan perbandingan 3 : 2. Yaitu setiap 3 ion sodium (Na+) yang keluar akan ditukar dengan 2 ion pottasium (K+) yang masuk. Peristiwa tersebut akan menjaga keseimbangan konsentrasi ion Na+ tetap lebih tinggi dibagian luar daripada di bagian dalam, dan konsentrasi ion K+ lebih tinggi di bagian dalam daripada di bagian luar.
Visual sodium-potassium pump 1
Visual sodium-potassium pump 2
POTENSIAL GENERATOR NEURON Kekuataan elektrostatis
dan dorongan difusi akan mendorong Na+ masuk ke dalam membran, otomatis keseimbangan ion positif di luar membran dan negatif di dalam membran akan terganggu dan kondisi potensial membran akan berubah menjadi potensial generator (memiliki tenaga pembangkit/generator untuk meneruskan impuls).
Pada peristiwa potensial
generator, ion Na+ yang masuk ke dalam membran akan mengurangi jumlah ion positif di luar membran dan menambah jumlah ion positif di dalam membran, akibatnya bagian luar membran akan bermuatan negatif (karena ion Na+ yang masuk sangat banyak) dan bagian dalam membran akan bermuatan positif. Oleh karena itu bagian saraf yang mengalami potensial generator (tempat impuls timbul) akan bermuatan negatif.
depolarisasi & absolute refractory period Dalam kondisi potensial
generator tersebut, potensiaI Iistrik di dalam membran yang semula sebesar -70m V berubah menjadi +50m V. Ambang perbedaan potensial antara bagian dalam membran dan luar membran yang mampu menimbulkan nilai lucutan aliran aksi adalah kurang dari - 5,5m V. Berkurangnya perbedaan potensial antara di luar membran dan di dalam membran disebut dengan peristiwa depolarisasi.
Setelah mencapai ambang batas, membran yang semula sangat permiable akan kembali pada kondisi semula, dimana ia akan sangat selektif terhadap Na+ yang akan masuk tetapi agak lebih longgar terhadap K+ yang keluar dan Cl yang masuk sehingga akan tercapai kondisi membran tenang, dimana bagian luar membran bermuatan positif dan bagian dalam membran bermuatan negatif. Kondisi ini akan tercapai dalam waktu 1 sampai 2 milidetik setelah terjadi potensiaI generator dan disebut dengan periode refrakter mutlak (absolute refractory period).
relative refractory period Peri ode refrakter mutlak akan
diikuti oIeh periode refrakter relatif (relative refractory period), yaitu keadaan dimana serabut saraf dapat kembali distimulasi tetapi hanya dengan stimulasi yang yang lebih tinggi dari tingkat stimulasi normal yang mampu menimbulkan impuIs (lebih besar dari nilai ambang axon). Peri ode refrakter memegang peranan penting dalam karakteristik aktivitas neuron.
(1) Peranannya dalam aliran aksi. Adanya periode refrakter menyebabkan aIiran aksi hanya dapat berlangsung searah karena bagian yang ditinggalkan (dalam kondisi refrakter mutlak) tidak dapat distimulasi kembali. (2) Peranan periode refrakter adalah dalam laju/kecepatan aliran aksi. Intensitas stimulasi yang besar akan menambah laju aliran karena setelah periode refrakter mutlak terjadi, aliran dapat tetap diteruskan pada periode refrakter relatif. Tetapi intensitas stimulus yang rendah baru dapat diteruskan apabila periode refrakter mutlak dan peri ode refrakter relatif sudah tercapai.
irreversible Potensial aksi akan mengalirkan aliran aksi (aliran listrik) yang dapat meneruskan impuls yang diterima oleh bagian saraf tersebut ke bagian saraf yang lain dan sifatnya irreversible (tidak dapat berbalik arah), kecuali dalam kondisi tidak normal (Iihat gambar 3.5).
Bifasis & monofasis Seperti dikatakan tadi, aliran aksi sifatnya searah, kecuali terdapat kondisi khusus. Oleh karena itu aliran aksi atau potensial aksi ini terdiri dari 2 macam aliran (lihat Gambar3.8), yaitu: 1. Aliran Bifasis, yaitu terjadinya dua aliran yang arahnya saling bertentangan 2. Aliran Monofasis, hanya terjadi satu arah aliran.
neurotransmitter
Pada serabut saraf yang diselubungi oleh myelin, impuls hanya dapat timbul di Nodes of Ranvier sehingga alirannya terjadi secara meloncatIoncat (saltatoris). Kondisi tersebut menyebabkan hantaran impuls berlangsung lebih cepat Jagi.
Kecepatan hantaran sebanding dengan tebal axon. Hal tersebut menunjukkan bahwa scmakin tebal axon, semakin cepat impuls dihantarkan.
Pada saat terjadi stimulus, neuron umumnya mengeluarkan cairan kimia yang disebut dengan neurotransmitter yang berdifusi disekitar celah-celah sinapsis dan berinteraksi dcngan molekul reseptor di membran sel tujuan.
Pengaruh neurotransmitter akan menimbulkan dua macam peristiwa tergantung dari struktur neurotransmitter dan reseptor penerimanya. Peristiwa tersebut adalah: a) Depolarisasi, yaitu potensial membran menurun (contohnya dari -70mV menjadi -67m V), sama seperti peristiwa depolarisasi di atas yang menimbulkan potensial aksi. Dalam peristi wa dcpolarisasi in i, axon berada dalam peri ode supernormal (nilai ambang turun sehingga stimulasi yang tidakbegitukuatdapatmenimbulkan impuls). Kondisi ini d isebut dengan Potensial Susulan Negatif /potensial pos-sinaptik inhibitorik (negative after potential/excitatory postsyn aptic potentials).
depolarisasi
hyperpolarisasi b) Hyperpolarisasi, yaitu potensial membran meningkat (misalnya dari -70mV menjadi -72mV). Dalam peristiwa hyperpolarisasi ini axon berada dalam pcriode subnormal/ periode nisbi (nilai ambang naik, sehingga stimulasi harus lebih kuat lagi agar dapat menimbulkan impuls). Kondisi ini disebut dengan Potensial Susulan positif/potensial pos-sinaptik eksitatorik (inhibitory postsynaptic potentials/EPSP).
Con’t Excitatory dan Inhibitory
postsynaptic potentials samasama merupakan respon yang meningkatkan aktivitas neuron Potensial postsynapsis muncul pada sinapsis tunggal dan hanya memiliki efek yang tcrbatas dalam menimbulkan neuron postsynapsis yang lain. Efek yang timbul sangat tergantung pada keseimbangan antara sinyalsinyal excitatory dan inhibitory yang sampai pada axon hillock (tempat pertemuan antara soma sel dan axon).
Bila jumlah depolarisasi dan hyperpolarisasi yang sampai di axon hillock mampu mendepolarisasi membran (yaitu dalam kondisi melampaui ambang batas teganganlthreshold of excitation, yaitu sekitar -65 mV), maka potensial aksi akan timbul di axon hillock. Potensial aksi hanya terjadi sekitar 1 milidetik dan akan mengubah membran potensial dari -70mV menjadi +50mV. Potensial aksi ini sifatnya adaatau-tidak (jadi bukan seperti potensial susulan negatif dan potensial susulan positif yang sifat responnya membesar). Jadi tidak bersifat setengah-setengah, ia hanya akan muncul oleh depolarisasi yang melampaui ambang batasnya
Penjumlahan spatial
Con’t Efek dari munculnya potensial aksi adalah penambahan semua potensial post-synaptik yang ada di neuron multipolar dan mengumpulkannya di axon hillock. Dari bagian ini akan dibuat keputusan apakah impuls akan dilanjutkan atau tidak dan hal tersebut sangat tergantung dad penjumlahan potensial postsynapsis yang ada. Penggabungan atau penjumlahan potensial postsynapsis ini disebut dengan integration (integrasi). Ada dua macam penjumlahan potensial post-synapsis, yaitu penjumlahan spatial (spatial summation) dan penjumlahan temporal (temporal summation).
Pada gambar 3.9. dapat kita lihat peristiwa penjumlahan spatial, yaitu penjumlahan yang potensial postsynapsisnya berasal dari 2 macam sinapsis. Neuron A dan B bersifat meningkatkan (excitatory); sedangkan neuron C dan D bersifat menghambat (inhibitory).
Bila potensial post-synapsis neuron A dan B dijumlahkan, maka akan timbul impuls excitatory yang semakin besar, demikian pula halnya dengan penjumlahan potensial post-synapsis neuron C dan D akan meningkatkan impuls inhibitory, sedangkan penjumlahan an tara impuls A dan C, akan menimbulkan reaksi yang menetralkan.
Con’t
Pada penjumlahan temporal, potensial postsynapsis yang dijumlahkan berasal dari sinapsis yang sama. Pada gambar disamping tampak bahwa sinapsis di A akan menimbulkan efek excitatory, sedangkan sinapsis di B akan menimbulkan efek inhibitory. Bila pada A terjadi potensial postsinapsis yang berturutturut, maka potensial postsinapsis yang kedua akan lebih besar daripada potensial postsinapsis yang pertama. Demikian pula yang terjadi pada sinapsis B.
Visualisasi neurotransmitter 1
Visualisasi neurotransmitter 2
TRANSMISI SINAPTIK Neuron berkomunikasi melalui
sinapsis dan perantaranya adalah substansi kimia yang dilepaskan oleh terminal button. Substansi kimia ini disebut dengan substansi transmitter atau neurotransmitter yang berdifusi diantara celah terminal button dengan membran dari neuron penerima. Macam substansi transmitter ini akan menentukan efek pembangkitan (excitatory) atau efek penghambatan (inhibitory).
Struktur sinapsis
Diantara membran presinapsis dan membran postsinapsis terdapat celah yang disebut synaptic cleft, yang jaraknya tergantung tugas masing-masing neuron. Umumnya, lebar celah ini adalah sekitar 200 A CA = angstroms, dimana 1 A sarna dengan 1/10.000 mm). Dalam celah sinapsis ini terdapat cairan ekstrasel tempat substansi neurotransmitter akan berdifusi. Neurotransmitter diproduksi oleh soma sel dan dialirkan ke terminal button melalui microtubules di sepanjang axon. Proses ini disebut dcngan axoplasmic transport.
Membran postsinapsis
merupakan membran yang paling tebal dibandingkan dengan membran di bagianbagian lain. Ia mengandung molekul-molekul protein yang mampu mendeteksi hadirnya substansi transmitter di celah sinapsis dan selanjutnya mampu untuk mengubah potensial membran dan terjadilah proses yang akan menghambat atau meningkatkan aktivitas neuron penerima.
Mekanisme sinapsis Transmisi sinapsis berlangsung
melalui dua macam proses transmisi neurokimia yang berbeda satu sama lain, yaitu small-molecule neurotransmitters dan largemolecule neurotrnsmitters. a. Small-Molecule Neurotransmitters. Proses ini dimulai dengan berkumpulnya substansi kimia didalam cisterna yang akan disimpan di dekat membran presinapsis (membran presinapsis kaya akan kelenjar-kelenjar yang mengandung kaJsium.
Bila rnendapat stimulasi dari potensial aksi, saluran kalsiurn tadi akan terbuka dan ion Ca+ akan rnasuk ke dalam button. Masuknya Ca+ akan mendorong pembuluh sinapsis untuk melakukan kontak dengan membran presinapsis dan melepaskan isinya ke dalam celah sinapsis. Proses ini disebut dengan exocytosis . Proses ini berlangsung pada setiap kali stimulasi dari potensial aksi terjadi. Ia langsung menyampaikan pesan kepada reseptor postsinapsis yang ada di sekitarnya (Iokal).
Large-molecule Neurotransmitters b. Large-molecule
Neurotransmitters., Dalam large molecule neurotransmitter, proses exocytosis juga terjadi, namun substansi kimia yang dibutuhkan akan berkumpul dalam Badan Golgi dan dialirkan ke buttons melalui microtubules. Proses exocytosisnya tetap sama, namun bila small-molecule berlangsung pada setiap kali terjadi stimulasi; proses exocytosis large-molecule akan berlangsung secara bertahap. Large-molecule umumnya juga tidak dilepaskan pada celah sinapsis, namun dilepaskan pada cairan ekstrasel dan pernbuluh darah.
OKI proses large-molecule ini
biasanya terjadi pada reseptor yang letaknya jauh dari proses exocytosis dan pengaruh yang disebarkan juga tidak terbatas pada neuron yang ada disekitarnya tetapi juga neuronneuron yang letaknya berjauhan, Oleh karena itu proses large-molecule neurotansmitter umumnya lebih berfungsi sebagai neuro modulator. Proses largemolecule diperlancar dengan bantuan proses-proses small molecule (sebagai second messenger/penyampai pesan sekunder). Neuromodulator memiliki peranan yang besar dalam mengkontrol emosi dan motivasi.
Peristiwa exocytosit
NEUROTRANSMITTER Dalam proses small-
molecule neurotransmitter, substansi kimia yang dihasilkan adalah amino acid neurotransmitter, monoamine neurotransmitter, & acetylchoine neurotrasmitter Dalam proses largemolecule neurotransmitter, substansi kimia yang dihasilkan adalah peptide neurotransmitter.
Jenis neurotransmitter Beberapa macam neurotransmitter : (1) Amino Acid Neurotransmitters, adalah substansi neurotransmitter dalam proses small molecule neurotransmitter yang bekerja dengan sangat cepat, terarah dengan pasti di sistem saraf pusat. Ada empat jenis neurotransmitter yang berfungsi dengan efektif, yaitu a. glutamate, substansi neurotransmitter yang memiliki fungsi meningkatkan aksi (excitatory) di Susunan Saraf Pusat b. aspartate, c. glycine, d. gamma-aminobutyric acid (GABA), memiliki fungsi untuk menghambat aksi (inhibitory
(2) Monoamine Neurotransmitters, adalah substansi neurotransmitter lain yang digunakan dalam proses small-molecule neurotransmitter. Setiap jenis monoamine disintesa dari asam amino tunggal, bentuknya sedikit lebih besar, dan efeknya cenderung lebih menyebar. Ada 4 jenis monoamine neurotransmitter, yaitu a. norepinephrine, b. epinephrine, c. dopamine, d. serotonin
sintesis
Contoh sintesis: Noepinephrine, epinephrine, dan dopamine disintesa dari asam amino yang bernama tyrosine. Tyrosine diubah menjadi L-DOPA, L-DOPA kemudian diubah menjadi dopamine. Neuron yang melepaskan norepinephrine memiliki enzim ekstra yang tidak dilepaskan. Enzim ini akan mengubah dopamine menjadi norepinephrine yang lain. Demikian pula halnya dengan neuron yang melepaskan epinephrine, ada enzim ekstra yang tidak dilepaskan, dan enzim ini akan mengubah norepinephrine menjadi epinephrine yang lain
Con’t 3) Acetylcholine. Acetylcholine
termasuk dalam substansi neurotransmitter yang dilepaskan dalam proses small-molecule neurotransmitter. Proses pembentukannya berasal dari kelornpok substansi acetyl dengan molekul cholin. Acetylcholineakan dinon-aktifkan dicelah sinapsis dengan cara penghancuran oleh enzym acetylcholinesterase. Neurotransmitter dalam proses
small molecule neurotransmitter yang lain akan dinon-aktifkan dengan proses pengembalian substansi ke dalam terminal button.
4)
Neuropeptides. Sekitar 40 jenis peptida diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter, dapat disintesa dan dilepaskan oleh neuron di susunan saraf.
Jenis neuropeptida
PENGARUH OBAT-OBATAN TRANSMISI SINAPSIS
TERHADAP
Obat-obatan memiliki dua efekdasarterhadap proses transmisi sinapsis, yaitu menghambat (inhibitory); atau meningkatkan aktivitas (excitatory). Obat-obatan yang meningkatkan aktivitas proses sinapsis disebut sebagai agonist dari neurotransmitter yang berperan dalam proses sinapsis tersebut, sedangkan obat-obatan yang menghambat aktivitas proses sinapsis disebut sebagai antagonist dari neurotransmitter yang bersangkutan dalam proses sinapsis tersebut.
7 tahap proses neurotransmitter
7 tahap proses neurotransmitter
(2) Molekul-molekul tersebut kemudian disimpan pada kelenjar sinapsis (synaptic vesicles);
(5) di celah synapsis, molekul neurotransmitter yang tidak mengikatkan diri pada reseptor di membran presinapsis (karena neurotransmitter yang dilepaskan sudah cukup untuk meneruskan impuls) akan masuk kembali ke dalam synaptic vesicles yang melepaskannya (auto receptor) dan sekaligus menghambat pelepasan neurotransmitter;
(3) Molekul neurotransmitter yang keluar dari synaptic vesicle karen a suatu kebocoran, akan dihancurkan oleh enzym-enzym disekitarnya;
(6) Neurotransmitter yang sampai pada reseptor di membran postsinapsis akan meneruskan aktivitas sesuai dengan pesan yang dibawanya;
(4) Bila terjadi potensial aksi di synaptic button, vesicle akan bersentuhan dengan membran presinapsis dan molekul neurotransmitter dilepaskan ke celah sinapsis;
(7) proses neurotransmitter ini akhimya berhenti; baik karena mekanisme penarikan neurotransmitter ke synapsis vesicles maupun oleh enzirn-enzim di celah sinapsis yang memecah molekulmolekul neurotransmitter ini menjadi substansi yang tidak digunakan lagi.
(1) Molekul neurotransmitter disintesa & diproduksi oleh substansi-substansi kimia dalam sitoplasma dengan bantuan enzym-enzym tertentu;
Neurotransmitter pengaruh substansi agonistik
Neurotransmitter pengaruh substansi antagonistik
Efek Agonistik pada neurotransmitter 1) Morphine. Opium telah lama
digunakan sebagai penimbul efek rasa gernbira (euphoria) selain digunakan sebagai campuran obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit, obat batuk dan obat diare. Zat yang aktif dalam opium disebut morphine . Morphine bereaksi dengan mengaktifkan reseptor di otak yang secara normal distimulasi oleh golongan neuropeptlda yang disebut endorphins , sehingga dapat dikatakan bahwa morphine adalah agonist dari endorphin.
2) Benzodiazepine. Benzodiazepin memiliki efek anxiolytic (pengurang kecemasan), sedative (menimbulkan rasa mengantuk) dan anticonvulsant (anti kejang). Efek anti kecemasan yang ditimbulkan benzodiazepin berlangsung dengan efek agonist bagi substansi GABA. Benzodiazepin mengikat sebagian reseptor substansi GABA tapi efek agonisnya tidak dapat mempengaruhi aktivitas GABA. Artinya benzodiazepin tidak menghentikan sama sekali reaksi GABA tetapi hanya menghambat saja. Umumnya benzodiazepin mengikat GABA di amygdala; yaitu bagian otak yang banyak berperan dalam emosi dan aktivitas lobus temporal
Efek Antagonistik pada neurotransmitter 3) Atropine. Atropine memberikan efek antagonis dengan cara mengikat reseptor acetylcholine tertentu, yaitu muscarinic receptors (reseptor muskariniky) Sambil mengikat muscarinic reseptor, ia juga bertindak sebagai substansi neurotransmitter palsu sehingga menghambat efek acetylcholine di tempat tersebut. Efek perusak (kelebihan dosis) dari atropine di otak, tampak jelas pada kasus Alzheimer's Disease, yaitu hilangnya fungsi mengingat.
4) d- Tubocurarine. d-turbocurarine bertindak sebagai substansi neurotransmitter palsu di sinapsis cholinergic tetapi ia tidak mempengaruhi reseptor muscarinic, tetapi mempengaruhi nicotinic receptors. Dengan mengikat reseptor nicotinic, dturbocurarine membloking transmisi saraf ke otot otot gerak. d-turbocurarine tidak hanya membloking transmisi, tetapi dalam jumlah yang besar (over dosis) dapat menghentikan gerakan organ-organ internal sehingga terjadi hambatan dalam respirasi yang akhirnya dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu apabila dalam suatu operasi digunakan d-turbocurarine untuk membius pasien, maka mesin respirasi harus tetap dipasangkan pada pasien untuk membantunya bernafas