BUTIR-BUTIR BAHAN RUMUSAN RAKORNIS 2014 KOMISI PUSPROHUT A. Kegiatan Penelitian 1.
Paket IPTEK peningkatan produktivitas hutan sangat diperlukan dalam upaya penanganan semakin menurunnya kualitas dan produktivitas hutan, dimana berdasar Statistik Kehutanan Tahun 2012 laju deforestasi dari tahun 2010-2012 sebesar 450.637 ha/th dan produksi kayu hutan alam menurun dari 17,31 juta m3 pada tahun 1994 menjadi 5,14 juta m3 pada tahun 2012. Kondisi ini dapat menyebabkan terganggunya fungsi lingkungan, menurunnya fungsi sosial hutan, dan terganggunya pasokan bahan baku industri kehutanan. Peningkatan pengelolaan hutan alam, peningkatan pengelolaan hutan tanaman dan peningkatan pengusahaan HHBK diharapkan dapat mendukung keberlangsungan industri kehutanan, terwujudnya hutan lestari dan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar serta mencegah terjadinya kelangkaan pangan, air dan energi.
2.
Dalam rangka pengarusutamaan KPH, kegiatan penelitian yang akan dilakukan di KPH agar disesuaikan dengan potensi, karakteristik, tipologi dan kebutuhan KPH yang bersangkutan. Setiap satker agar mempelajari KPH di masing-masing wilayah kerjanya dan berkoordinasi serta berkomunikasi secara intensif dengan KPH terpilih.Direktorat Jenderal BUK mengharapkan Badan Litbang melakukan fasilitasi dan pendampingan KPH Produksi baik dengan penyiapan ataupun pengisian KPH dengan hasil penelitian.
3.
Pelaksanaan kegiatan penelitian bidang peningkatan produktivitas hutan pada dasarnya disesuaikan dengan tupoksi satker bersangkutan. Perlu dirumuskan mekanisme tertentu apabila suatu satker melaksanakan kegiatan di luar tupoksi atau kekurangan sumberdaya peneliti dalam melaksanakan suatu kegiatan penelitian, misalnya meminta pendampingan kepada satker yang memiliki keahlian yang diperlukan. Penelitian regional perlu dipertimbangkan berdasarkan asas kemanfaatan.
4.
Keintegrasian dalam pelaksanaan kegiatan penelitian bidang peningkatan produktivitas sebagian besar lebih mengarah dalam aspek budidaya, yaitu mulai dari perbenihan, teknik penanaman, pengamatan dinamika pertumbuhan, pengendalian hama dan penyakit, aspek financial dan social, serta dampak pelaksanaan kegiatan. Keintegrasian antara hulu hilir yang perlu melibatkan Puslit lain terdapat pada beberapa kegiatan di RPI Pengelolaan HHBK, seperti dalam penelitian bamboo, tanaman obat dan energy yang memerlukan teknologi pengolahan hasil. Bambu, tanaman obat dan energi termasuk kegiatan prioritas, dimana banyak Pemerintah Daerah berminat untuk mengembangkan bambu. Diharapkan Dewan Riset lebih proaktif dalam mengawal terwujudnya penelitian yang lebih terintegrasi.
5.
Penetapan urutan prioritas kegiatan masih perlu dikawal, koordinator RPI diharapkan tetap konsisten dengan output paket IPTEK yang akan dihasilkannya dan menafis usulan kegiatan dari satker yang tidak termasuk prioritas.
6.
Sesuai dinamika permasalahan energi pada tataran global, tanaman energi pantas menjadi salah satu prioritas dalam program kegiatan 2015-2019 mendukung sasaran penggunaan energy baru terbarukan sebesar 20 %. Tanaman energi untuk bahan baku biofuel antara lain nyamplung dan malapari, sedangkan tanaman energi untuk biomassa antara lain auriculiformis, glirecidae dan laban.
7.
Dalam rangka mendukung eselon I teknis sebagai pengguna, paket IPTEK untuk menghasilkan materi genetik/benih unggul masih perlu terus dikembangkan. Hibrid-hibrid atau klonal-klonal yang memiliki keunggulan dari segi produktivitas dan daya tahan terhadap hama dan penyakit atau kondisi ekstrim tertentu perlu terus dikembangkan. Sebagai contoh untuk aplikasi teknologi SILIN diperlukan informasi meranti cepat tumbuh, paling tidak 5 jenis yang sudah diinisiasi pada periode RPI 2010-2014.
8.
Untuk perlindungan tanaman dari penyakit diperlukan teknologi pengendaliannya secara sistemik, antara lain dengan pemanfaatan endofit.
9.
Kegiatan penelitian diharapkan sesuai dengan kebutuhan calon pengguna sehingga hasil yang diperoleh akan meningkat kemanfaatannya karena sudah jelas penggunanya. Jajaran litbang harus meningkatkan kapasitas, kemampuan berkomunikasi, kemampuan pemasaran hasil litbang, dan meningkatkan posisi tawar dalam mendiseminasikan paket-paket IPTEK hasil penelitian.
10. Dalam upaya konservasi wilayah Merapi, diusulkan pengembangan tanaman aren dalam kemasan penelitian regional pada sepanjang sabuk Gunung Merapi dan di sekitar waduk Sermo. 11. Program/Kegiatan Peningkatan Produktivitas Hutan (Kayu dan Non Kayu) periode 2015-2019 diterjemahkan dengan 3 Rencana Penelitian Integratif (RPI), yaitu 1) RPI Pengelolaan Hutan Alam, 2) RPI Pengelolaan Hutan Tanaman, dan 3) Pengelolaan HHBK. Pada tahun 2015, ketiga RPI tersebut memiliki 12 target output, dijabarkan dalam 95 kegiatan penelitian (PPTP), melibatkan 14 satker, dan memerlukan anggaran sebesar Rp. 17.911.480.000,-. Apabila dimungkinkan percepatan prioritas pelayanan users dan stakeholders maka diperlukan pendalaman yang lebih guna memenuhinya. 12. RPI Pengelolaan Hutan Alam memiliki tujuan menyediakan IPTEK peningkatan produktivitas hutan alam produksi untuk mendukung KPH menuju terwujudnya kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat, memiliki target 3 output IPTEK, dijabarkan dalam 23 judul kegiatan (PPTP), melibatkan 8 satker (Pusprohut, B2PD Samarinda, BBPBPTH Yogyakarta, BPK Banjarbaru, BPK Palembang, BPK
Aeknauli, BPK Manado dan BPK Manokwari), membutuhkan anggaran Rp. 2.942.880.000,-. 13. RPI Pengelolaan Hutan Tanaman memiliki tujuan menyediakan IPTEK peningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu pertukangan, kayu pulp dan kayu energi dalam mendukung kemandirian KPH, memiliki target 5 output IPTEK, dijabarkan dalam 32 judul kegiatan (PPTP), melibatkan 8 satker (Pusprohut, BBPBPTH Yogyakarta, BPTPTH Bogor, BPTA Ciamis, BPK Banjarbaru, BPK Palembang, BPTHPS Kuok, dan BPK Manado), membutuhkan anggaran Rp. 8.598.100.000,-. 14. RPI Pengelolaan HHBK memiliki tujuan Menyediakan IPTEK Pengelolaan HHBK yang mampu membantu mewujudkan kedaulatan pangan, energi dan obat-obatan (enhancing food, energy and medicine serenity) serta meningkatkan fungsi lingkungan (improving environmental function) & kesejahteraan masyarakat (increasing community livelihood), memiliki target 4 output IPTEK, melibatkan 14 satker (Pusprohut, BBPBPTH Yogyakarta, B2PD Samarinda, BPTPTH Bogor, BPTA Ciamis, BPK Banjarbaru, BPTHHBK Mataram, BPK Palembang, BPTHPS Kuok, BPK Aek Nauli, BPK Manado, BPK Kupang, dan BPK Manokwari), membutuhlan anggaran Rp. 6.370.500.000,-.
B. Pilot Penerapan IPTEK di KPH 1.
Dalam rangka mendukung operasionalisasi KPH Model bidang Peningkatan Produktivitas hutan mencoba mengaplikasikan 4 paket IPTEK yang sudah dikuasai di KPH Model terpilih yang memerlukannya menjadi Pilot Penerapan IPTEK hasil Penelitian di KPH Model. Dalam pilot tersebut digarap hulu-hilir IPTEK komoditi yang dianggap memiliki nilai ekonomi tinggi dan dapat melibatkan banyak masyarakat. Pilot bidang peningkatan produktivitas hutan untuk tahun 2015-2019 adalah: a. Pilot penerapan IPTEK Sutera alam di KPHP Boalemo b. Pilot penerapan IPTEK Rotan jernang di KPHP Boalemo c. Pilot penerapan IPTEK Bambu di KPHP Jeneberang d. Pilot penerapan IPTEK Kayu putih di KPHP Biak Numfor. Kegiatan ini memerlukan biaya sebesar Rp. 2.000.000.000,-
C. Isue Strategis 1. Sesuai perkembangan permasalahan kehutanan terakhir beberapa isu strategis yang akan digarap adalah sebagai berikut: a. Pengembangan komoditas bamboo, nyamplung dan malapari sebagai tanaman HTI
b. Pengendalian hama penyakit di hutan tanaman c. Penggunaan benih unggul, tanaman unggulan setempat dan teknik silvikultur intensif untuk meningkatkan produktivitas.
D. Pengembangan 1. Kegiatan mengikuti usulan Dewan Riset dengan catatan terdapat penambahan jenis yang akan dikembangkan, sebagai berikut: a. RPI Pengembangan Produksi dan Pengolahan HHBK pada konsorsium bioenergi (b) ditambah jenis malapari (Pomangia sp) b. RPI Pengelolaan dan Pengolahan Kayu ditambah Konsorsium kayu alternative dan arah HTI kepada multikonal forestry guna menghindari susceptibility terhadap hama dan penyakit. c. RPI Pengembangan Penelitian Regional ditambah jenis aren pada Konsorsium Kawasan Merapi.
E. Permasalahan dan Saran perbaikan Litbang ke depan Perlu meningkatkan posisi tawar Badan Litbang Kehutanan sehingga tidak menjadi “tempat buangan”. Riset aplikatif menjadi fokus dan dilakukan dengan lintas bidang keilmuwan. Badan Litbang Kehutanan harus masuk ke ranah kebijakan (Kabadan) untuk menjadi yang terdepan. Perlu meningkatkan kemampuan pemasaran hasil riset, baik dilakukan oleh manajemen maupun oleh peneliti. Riset regional dilematis, karena bisamenjadi daftar keinginan (keranjang sampah). Perlu ada batasan yang jelas dan terbuka. Perlu memfasilitasi pelaksanaan kegiatan penelitian baik dari segi anggaran maupun sarana dan prasarana penelitian. Riset aplikatif dalam bentuk demo untuk mendapat besaran pembiayaan dan return. Perlu road map untuk penelitian strategis ( contohnya multiclonal) Perlu tupoksi pengembangan pada UPT Kemampuan pemasaran harus merupakan perhatian struktural dan peneliti. Paten harus diupayakan oleh manajemen (Setbadan) dan pemahaman terkait paten harus disosialisasikan kepada Eselon I lain. Ketidaksepahaman mengenai sulitnya penelitian oleh institusi penelitian disikapi dengan memilih kerjasama dengan pihak swasta
Perlu meningkatkan kepercayaan diri baik institusi maupun peneliti di tingkat internasional. Pentingnya pengemasan produk sehingga dipercaya users. Data penelitian di simpan oleh institusi, terutama terkait dengan perpindahan peneliti Untuk meningkatkan profil institusi Litbang: membangun showroom hasil penelitian, intervensi kebijakan, membangun komitmen dengan eselon I, peneliti menjadi agent dan pentingnya road map penelitian strategis.
Peningkatan posisi tawar litbang harus ditingkatkan Peneliti harus difasilitasi dengan sarana dan prasarana yg memadai, laboratorium, green house dll Riset hrs didukung demo yang memadai, disukung data ekonomi Pengembangan Multiklonal Perlu tupoksi pengembangan dari uPT Kemampuan pemasaran hrs menjadi konsen manajemen dan peneliti Pemahaman teknis bidang litbang seperti paten dan hak cipta harus dsosialiassikan kepada eselon teknis Sulitnya pemahaan administrasi sering menyebabkan peneliti lebih suka bekerjasama dg swasta disbanding instansi pemerintah SDM yng tornover sering dan sering pindah Pentingnya produk dikemas dalam benteuk2 tertentu agar memuahkan pemahaman calon pengguna. Data peneltian yang dibiayai Negara merupakan milik Negara, peneliti hanya memiliki hak penulisan ilmiah, untuk itu data harus diserahkan kepada pengelola data. RPI PHA Output berupa Paket IPTEK pemulihan dan peningkatan produktivitas hutan alam produksi Paket IPTEK dampak penerapan sistem silvikultur Hutan Alam terhadap lingkungan
Pak Gun BBPBPTH Yogya Kegiatan perbenihan utk Jogyakarta cukup 1 kegiatan BPK Banjar Lokasi Untuk SILIN tidak bisa di KPH Banjar tetapi diusulkan ke Barito Utara RPI PHT 1. Target riap pada roadmap baru utk kayu pertukangan unggulan berdaur panjang yang sudah mencapai target yaitu 23 m3/ha dari target 20 m3/ha dan kayu pulp unggulan yaitu 45 m3/ha dari 40 m3/ha, jenis-jenis lainnya masih di bawah target.
2. Output yang ingin dicapai: 5 paket IPTEK, outcome 3. BBPBPTH Yogya agar meneruskan nyawai dan jabon putih BBPBTH Yogya Memasukkan jenis baru karena pelaksanaan SK Menhut ttg lima jenis yang benihnya harus diambil dari sumber benih bersertifikat. Untuk pengembangan Merapi akan menanam aren di sekitar waduk Sermo dan sepanjang kaki gunung Merapi. Bambu sedang trend saat ini banyak diminati Pemerintah Daerah. BPK Manado Usul Manado ada 2 ttg pemasaran dan social ekonomi. Tetapi hanya disetujui 1 judul yaitu social dan mulai tahun 2017. Arahan kepala badan agar diteliti unsur pemasaran. Kuok Lokasi di KPH Kampar Kiri
RPI HHBK Manokwari lebih baik meneliti HHBK penghasil pangan daripada cendana Irian Etnobotani untuk Samboja sebaiknya pindah ke RPI 3 Konservasi Flora Fauna.
BPK Manokwari Senyawa aromatis diusulkan karena makin menurunnya populasi di alam, eksploitasi selama ini hanya nebang belum nanam. BPT HHBK Rumput ketak overlap dengan BPTA Ciamis. Ketak butuh naungan. Trial di KPHP Batulanteh gagal semua krn tdk ada naungan. KPH Batulanteh meminta segera dilakukan lit budidaya . Aspek pengusahaannya perlu diteliti. Selama ini masy hanya eksloitasi tdk ada penanaman. Aspek social dan ekonomi perlu dikaji. Teknik peningkatan produktivitas gaharu, apakah pertumbuhan tanaman atau kandungan gaharunya. Akan memodifikasinya ke arah pemuliaan. Jenis Girinops dan Aquilaria. BPK Aeknauli Kegiatan di KPH Madina
Mengusulkan 2 kegiatan, budidaya taxus tidak diusulkan nanti akan digabung di budidaya HHBK penghasil obat. BPK Palembang Koordinator dg peneliti agar meningkatkan koordinasi. Pasar gelap menyebabkan harga jatuh. Perlu kajian sosek. Jelutung belum punya pasar. Palembang tdk siap melsaksanakan Bintangur Pak Budi Pelaksanaan kegiatan agar sesuai tupoksi satker agar tdk overlap, perlu ditetapkan mekanisme pelaksanaan tugas. Apabila suatu satker kekurangan tenaga dalam pemuliaan dapat mengundang ahli dari satker lain untuk melakukan pendampingan. Banjarbaru Pembangunan model di KPH hubungannya dg Pusat lain, contoh Pengembangan KoFCO di KPH Banjar. Baik dari segi jenis maupun sifat kegiatan ke mass production perbanyakan bibit maka ini merupakan domain Produktivitas bukan Konservasi. Lokasi di KPHL bagaimana, apakah nanti boleh dipanen? Samboja Lit etnobotani Samboja tiap tahun berbeda aspek yang ditelitinya.