1
BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA DIALOG INTERAKTIF FORKOMPINDA KABUPATEN SEMARANG BERSAMA FKUB, TOKOH MASYARAKAT DAN LINTAS AGAMA TANGGAL 4 AGUSTUS 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG
2
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Salam sejahtera untuk kita semua. Ysh :
1. Forkompinda Kabupaten Semarang, 2. Para Pimpinan Perangkat Daerah Kabupaten Semarag yang terkait, 3. Ketua MUI Kabupaten Semarang, 4. Ketua
dan
Anggota
Dewan
Penasehat
FKUB
Kabupaten
Semarang; 5. Ketua dan Anggota FKUB Kabupaten Semarang, 6. Para Tokoh Agama,
Ormas Keagamaan, Tokoh Masyarakat,
serta hadirin yang saya hormati.
3
Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan-rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga sampai hari ini kita masih diberi kesempatan dapat bersama-sama hadir, dan bersilaturrahim pada
acara
Dialog
Interaktif
Forkompinda,
bersama
FKUB,
Tokoh
Masyarakat, Tokoh Agama dan Lintas Agama, dalam rangka menyikapi Kasus Tolikara Papua dan Kondusifitas di Wilayah Kabupaten Semarang. Saya atas nama pribadi dan Keluarga menyampaikan ucapan Minal Aidin Walfaizin Mohon Maaf Lahir dan Batin, karena masih dalam suasana Lebaran (bulan Syawal), dan menyampaikan ucapan terima kasih, dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas terselenggaranya dialog ini, semoga
dialog
ini
selalu
terjalin
hubungan
yang
harmonis,
dan
4
kebersamaan diantara kita, sehingga, wilayah Kabupaten Semarang tetap dalam keadaan yang kondusif, dan kita semua dalam bermasyarakat dan melaksanakan ibadah, akan merasa lebih tenang ,aman dan nyaman. Bapak, Ibu, hadirin yang Saya hormati, Bangsa
Indonesia
ini
merupakan
bangsa
majemuk
dengan
beragam agama. Karena itu kerukunan antar umat beragama harus dibina secara baik dan terus menerus, meskipun ada perbedaan, namun saya berharap agar perbedaan tersebut menjadi sebuah keindahan ibarat sebuah lukisan. "Jadikan perbedaan itu suatu keindahan," maka harus ada warna yang berbeda-beda. "Lukisan jadi indah bukan karena warna putih, tapi harus ada warna lain”.
5
Oleh karena itu, toleransi dan kebersamaan menjadi nilai luhur dalam kebhinekaan. Kerukunan yang kita inginkan tidak bisa terwujud apabila kesejahteraan ekonomi, pendidikan, kesehatan masyarakat serta lingkungan hidup yang sehat tidak mendukung. Semua aspek kehidupan tersebut saling menopang satu sama lain. Masyarakat di tingkat grassroot (akar rumput) merupakan real basis (basis nyata), maka tokoh agama perlu menciptakan kerukunan beragama secara terus menerus, mewujdkan dan mengembangkan kerukunan yang harmonis, dengan menyentuh berbagai aspek kehidupan, tidak hanya menyangkut pemahaman agama yang benar, tetapi juga pendidikan yang memadai, kesejahteraan ekonomi yang cukup.
6
Aspek penguatan kerukunan itu adalah tanggungjawab kita semua, baik pemuka agama, pemerintah, organisasi keagamaan dan seluruh komponen masyarakat termasuk seluruh umat beragama untuk selalu mendukungnya. Dengan demikian kita dalam hidup bermasyarakat akan merasa aman dan nyaman. Hadirin yang saya hormati. Kita sadari bersama bahwa, wawasan kebangsaan yang ada saat ini sudah semakin luntur bahkan nyaris hilang terkikis perilaku yang mengancam kesatuan bangsa. Hal ini dapat dilihat dari maraknya kasuskasus yang mengarah kepada perpecahan bangsa, kerusuhan antar suku, golongan, bahkan agama, seperti yang terjadi di beberapa daerah seperti
7
di Tolikara Papua. Dengan adanya kasus Tolikara, diharapkan semua bisa Tabayun, Pemerintah Pusat dan Provinsi Papua sudah melakukan langkahlangkah,baik hukum maupun pertemuan dengan lintas agama, umat kristen melalui pendeta, baik pusat maupun daerah Papua sudah minta maaf atas kejadian
pembakaran
Masjid/tempat
Ibadah
Umat
Islam,
termasuk
maraknya demo anarkis disertai perusakan fasilitas publik, ini semua karena kurangnya Komukasi antar umat. Disamping itu minimnya pengetahuan tentang wawasan kebangsaan yang dimiliki oleh sebagian masyarakat. Hadirin yang saya hormati, Di era reformasi ini terbuka ruang untuk menyampaikan pendapat, uforia masyarakat menyambut kebebasan berpendapat di negeri ini,
8
sehingga terkadang melupakan batasan-batasan yang seharusnya tetap terjaga yaitu bingkai NKRI. Perbedaan yang muncul sering kali disikapi dengan emosi oleh sekelompok suku, agama maupun golongan. Oleh sebab itu Saya mengajak kepada Bapak, Ibu semua mari kita bangun
dan
tanamkan
kembali
pemahaman
tentang
wawasan
kebangsaan khususnya kepada generasi muda kita penerus bangsa, demi menumbuhkan rasa kebersamaan dan kecintaan terhadap Negara, dan menghindari hasutan maupun provokasi yang mengarah pada perpecahan serta gesekan-gesekan yang berbau SARA.
9
Maka dari itu kami berharap para tokoh agama, tokoh masyarakat dapat mengerti dan memahami atas kasus Tolikara, sehingga tidak berimbas sampai ke daerah lain khususnya Kabupaten Semarang. Mari kita bersama – sama membuat kesepakatan tertulis, antara Forkompinda dengan para Tokoh Lintas Agama di wilayah kita, sehingga Kabupaten Semarang akan tetap kondusif. Demikian beberapa hal yang dapat Saya sampaikan, Dengan mengucap Bismillahirrohmaniirrokhiim Dialog Interaktif dalam rangka Menyikapi Kasus Tolikara Papua, dan Kondusifitas Wilayah Kabupaten Semarang dengan resmi saya nyatakan dibuka.
10
Semoga apa yang kita kerjakan mendapat ridlo dari Allah SWT, Sekian terimakasih. Wabillahitaufik walhidayah Wassalamu’alaikum Wr.Wb
BUPATI SEMARANG H. MUNDJIRIN.